TUGAS PAPER MATA KULIAH MANAJEMEN PEMASARAN STUDI KASUS NIKE, INC PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS TRI SAKTI DOSEN: PROF. DR. ASEP HERMAWAN ANGGOTA KELOMPOK 5: Muhammad Gema 122140100 Olive Latumahina 122140113 Roesdaniel Ibrahim 122140128 Rotua Kurnia Esa 122140131
14
Embed
Tugas Paper Manajemen Pemasaran : Studi Kasus Nike,Inc
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TUGAS PAPER MATA KULIAH
MANAJEMEN PEMASARAN
STUDI KASUS NIKE, INC
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS TRI SAKTI
DOSEN: PROF. DR. ASEP HERMAWAN
ANGGOTA KELOMPOK 5:
Muhammad Gema 122140100
Olive Latumahina 122140113
Roesdaniel Ibrahim 122140128
Rotua Kurnia Esa 122140131
2 Studi Kasus Nike, Inc
A. Pendahuluan
Olah Raga adalah suatu aktivitas yang sangat penting dalam menjaga kesehatan.
Dalam hal ini sepatu menjadi salah satu perlengkapan yang dibutuhkan dalam
menunjang kegiatan tersebut. Olah raga berbeda akan membutuhkan sepatu yang
berbeda.
Para produsen sepatu global yang membaca peluang ini telah lebih dahulu
melakukan penelitian untuk mengembangkan sepatu untuk beragam aktivitas olah
raga. Hal ini memciu pertumbuhan produsen lokal di Indonesia memproduksi
sepatu yang jenis sama. Namun pada sebuah survey Top Brand Award untuk
produk di pasar Indonesia yang dilakukan Frontier Consulting Group. Survey yang
dilakukan pada tahun 2013 dilakukan di 8 kota besar dengan melibatkan total 5.200
responden yang terdiri dari 3.250 sampel secara acak, 1.100 sample toko ritel
secara acak dan 800 sampel booster menobatkan Sepatu Nike menjadi Top Brand
kategori Sepatu Olah Raga/ Kets 22,9%1.
Tidak hanya di Indonesia Nike menjadi Market Leader, pada pasar Global, sepatu
Nike yang diproduksi oleh Nike, Inc. sudah membuktikannya dan
mengantarkannya menjadi perusahaan urutan 115 dalam Fortune 500 dengan
market value per maret 2014 sebesar 65.401 miliar dolar2.
Dalam paper ini, penulis akan membahas seperti apa perkembangan perusahaan ini
secara historis, kemudian potensi dan tantang, hingga inovasi yang membuatnya
tetap menjadi market leader.
B. Profile Perusahaan
1. Sejarah Nike
Produk sepatu dan pakaian olahraga Nike dengan mudah diidentifikasi oleh
khas logo perusahaan, para "swoosh" tik, dan slogan "Just Do It".
Gambar 1. Perubahan logo Nike
Berbasis dari nama dewi Yunani yang berarti kemenangan, Nike didirikan
tahun 1964 ketika atlet sekaligus pengusaha Oregon bernama Phillip Knight,
3 Studi Kasus Nike, Inc
mengagas impor sepatu lari dari Jepang u ntuk
bersaing dengan merek Jerman seperti Adidas
dan Puma yang kemudian mendominasi pasar
Amerika Serikat.
Keuntungannya adalah bahwa sepatu Jepang
lebih murah karena tenaga kerja lebih murah di
Jepang. Dia mulai menjual sepatu keliling
dengan tujuan di stadion atletik, dimana
penjualan secara pelan tapi pasti meningkat
secara dramatis. Pada 1970-an, Knight dan perusahaan yang berkembang nya
melihat awal revolusi jogging dan mulai mmasaran produk untuk pelari non-
profesional juga. Ia lantas segera membuka pasar yang lebih luas dan
mengubah image sepatu lari menjadi sepatu fashion dan menarik semua orang
dari anak-anak sampai dewasa memakainya.
Pada 1979 Nike telah menguasai setengah pasar di AS dan dengan pendapatan
mencapai US $ 149 juta. Pada pertengahan tahun 1980-an posisi perusahaan
tampaknya tak tergoyahkan, namun secara mendadak muncul serangan dari
pihak saingan yaitu Reebok. Tapi pada tahun 1990 Nike kembali memimpin
perusahaan, terutama karena pengenalan dari sepatu “Air Jordan” yang
didukung dan dipromosikan oleh bintang basket Michael Jordan.
Hari ini, Nike mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar dalam
sepatu olahraga, dan merupakan pemain penting dalam pakaian dan aksesoris
olahraga. Majalah Fortune melaporkan penjualan sebesar US $ 3,7 miliar pada
tahun 1994 dan laba US $ 299 juta (Fortune 1995).Sekitar 60 persen dari
penjualan perusahaan di Amerika Serikat, sekitar 30 persen di Eropa dan 5
persen di Asia. (1993 Nike: 25).
Etos perusahaan Nike adalah melibatkan dedikasi yang kuat untuk olahraga
dan kebugaran. Staf di kantor pusat perusahaan, Nike Kampus Dunia pada
Beaverton, Oregon, diharapkan menghabiskan beberapa jam setiap hari di gym.
Mereka dijelaskan oleh direktur Nike sebagai "athletic, outdoor, lets-do-it-
together types.
Perusahaan ingin dilihat, dalam kata-kata yang OWII, sebagai "young,
American and hi-tech, devoting a lot of attention to research and development".
Gambar 2. Phil Knight, pendiri dan
CEO Nike, Inc.
4 Studi Kasus Nike, Inc
2. Nike di Asia
Terlepas dari eksperimen singkat namun tidak berhasil dengan manufaktur di
AS, sepatu Nike selalu dibuat di Asia, awalnya di Jepang, kemudian di Korea
Selatan dan Taiwan, dan baru-baru ini di China dan Asia Tenggara.
Nike memulai produksi di Korea Selatan dan Taiwan pada tahun 1972, karena
tertarik oleh tenaga kerja murah di sana, dan segera bergabung dengan
perusahaan lain termasuk Adidas dan Reebok. Tapi Nike kemudian memulai
langkah lebih jauh. Alih-alih memiliki pabrik sendiri, mereka dikontrak
produksi lokal di Korea dan Taiwan.
Sebagai perusahaan bos Nike Phil Knight mengatakan: "Tidak ada nilai pasti
dalam membuat sesuatu hal. Nilai tersebut akan ditambahkan oleh penelitian
yang cermat,
dengan inovasi dan pemasaran" (Katz 1994). Produk Nike sekarang pada
dasarnya mengikuti ide dari seorang desainer dan pemasar sepatu. Industri
lantas dilakukan oleh pemasok Korea dan Taiwan. Sekali lagi, perusahaan lain
mengikuti model ini.
Pada 1980-an Nike mencoba membuat produksi di Cina, dalam kemitraan
dengan perusahaan milik negara, tapi hal ini malah mendatangkan bencana.
Nike lantas
memindahkan investasinya ke Taiwan. Nike lantas mengambil keuntungan dari
ongkos tenaga kerja yang lebih murah di sana.
Pada akhir 1980-an dengan adanya pergolakan buruh di Korea Selatan, -
peningkatan tingkat upah dan hilangnya kontrol dari tempat kerja oleh otoritas
Korea – telah membuat negara tersebut menjadi kurang menarik bagi investor,
baik asing maupun dalam negeri, yang mulai mencari lokasi lain yang lebih
menyenangkan. Nike lantas memindahkan operasi mereka ke Thailand selatan
dan Indonesia, dalam mencari tenaga kerja lebih murah dan tidak merepotkan.
Upah di kedua negara tersebut disebut-sebut sebagai salah satu yang murah
karena hanya memakai seperempat tarif dari yang dibayarkan di Korea Selatan.
Beberapa asosiasi Nike yang bermarkas di Taiwan juga didirikan di Asia
Tenggara.
Alasan lain untuk perpindahan ini adalah bahwa pada tahun 1988, baik Korea
Selatan dan Taiwan kehilangan akses khusus untuk pasar AS, yang telah lama
mereka nikmati sebagai status "negara berkembang" di bawah Sistem
5 Studi Kasus Nike, Inc
Preferensi Umum (GSP) AS. investor Korea dan Taiwan lantas bergerak ke
pabrik di Thailand, Indonesia dan Cina dengan menggunakan pembuatan hak
istimewa GSP dari negara-negara miskin.
Dari tujuh Nike pemasok atas sepatu olahraga pada tahun 1992, tiga adalah
perusahaan Taiwan yang memproduksi produknya di Cina, tiga lainnya
beroperasi
di Korea Selatan, dan juga di Indonesia, satu adalah sebuah perusahaan di
Thailand.
Nike di Indonesia Nike telah beroperasi di Indonesia sejak 1988 dan hampir
sepertiga dari sepatu yang ada sekarang merupakan produk dari sana. Dalam
sebuah wawancara pers di November 1994, koordinator perusahaan Nike di
Indonesia, Tony Band, mengatakan perusahaan yang digunakan di Indonesia
berjumlah 11 kontraktor. Di antaranya merupakan bekas-bekas basis
perusahaan asosiasi Nike di Korea Selatan dan Taiwan -yang juga pada saat
yang sama menghasilkan untuk merek lain seperti Reebok, Adidas dan Puma.
Hubungan antara Nike dan kontraktor di Indonesia cukup dekat. Setiap
personel Nike di setiap pabrik di Indonesia memeriksa kualitas dan pengerjaan
yang memenuhi persyaratan ketat Nike.
Sebagian besar pabrik yang memproduksi untuk Nike berlokasi di daerah yang
baru dikembangkan
untuk industri ringan di
Tangerang dan Serang,
sebelah barat Jakarta.
Pada pabrik yang
dimiliki Korea (dan
beberapa yang dimiliki
Indonesia juga)
manajemen puncaknya
dipegang oleh orang
Korea. manajer tingkat
menengah dan supervisor juga dapat berasal dari Korea atau Indonesia. Tapi
para pekerja produksi semua berasal dari Indonesia, terutama wanita muda
dalam kelompok usia 16-22, biasanya pekerja tersebut berasal dari pulau Jawa.
Gambar 3. Pabrik Nike di Indonesia
6 Studi Kasus Nike, Inc
C. Landasan Teori
1. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah metode perencanaan yang digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan (strength), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities), dan ancaman (threaths) dalam suatu proyek atau suatu
spekulasi bisnis. Keempat factor itulah yang membentuk akronim SWOT
(strength, weaknesses, opportunities, dan threath). Proses ini melibatkan
penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan
mengidentifikasi factor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak
dalam mencapai tujuan tersebut. Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey pada
dasawarsa 1960-1970 an.
Analisis SWOT adalah keseluruhan evaluasi tentang kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman perusahaan. Analisis SWOT (Strengths-Weaknesses-
Opportunities-Threats) merupakan cara untuk mengamati lingkungan
pemasaran eksternal dan internal6.
Perusahaan harus mengamati kekuatan lingkungan makro yang utama, dan
faktor lingkungan mikro yang signifikan serta menetapkan system intelijen
pemasaran untuk menelusuri trend dan perkembangan penting, semua peluang
dan ancaman yang berhubungan dengan perusahaan.
2. Strategi Pemasaran : Pemasaran Holistik
Di era pemasaran abad 21 dikenal adanya konsep pemasaran holistik, yaitu
suatu pendekatan yang berusaha menyadari dan mendamaikan ruang lingkup
dan kompleksitas aktivitas pemasaran. Konsep pemasaran holistik didasarkan
atas pengembangan, desain, dan pengimplementasian program pemasaran,
proses, dan aktivitas-aktivitas yang menyadari keluasan dan sifat saling
ketergantungan. Pemasaran holistik menyadari bahwa “segala hal berarti”
dalam pemasaran – dan bahwa perspektif yang luas dan terintegrasi seringkali
diperlukan.
7 Studi Kasus Nike, Inc
Gambar 4. Dimensi Pemasaran Holistik
Pada Gambar 4 menunjukkan tinjauan skematis atas empat komponen luas
yang mencirikan pemasaran holistik :
a. Pemasaran Hubungan,
b. Pemasaran Terintegrasi,
c. Pemasaran Internal,
d. Pemasaran Kinerja.
a. Pemasaran hubungan
Tujuan kunci pemasaran adalah mengembangkan hubungan yang dalam
dan bertahan lama dengan orang dan organisasi yang dapat secara
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kesuksesan aktivitas
pemasaran perusahaan tersebut. Pemasaran hubungan bertujuan untuk
membangun hubungan jangka panjang yang saling memuaskan dengan
konstituen kunci guna mendapatkan dan mempertajamkan bisnis.
Empat konstituen kunci untuk pemasaran hubungan adalah pelanggan,
pegawai, mitra pemasaran (saluran, pemasok, dealer, agen) dan anggota
masyarakat financial( pemegang saham, investor, analisis).
Dept. Manajer Dept. Produk Pemasaran Senior Lainnya Komunikasi & Jasa Saluran
Pendapatan Penjualan
Ekuitas Pelanggan
& Merk Komunitas Etika Pelanggan Saluran Mitra Lingkungan HUkum
8 Studi Kasus Nike, Inc
Hasil akhir dari pemasaran hubungan adalah asset perusahaan yang unik
yang disebut jaringan pemasaran. Menempatkan kegiatan lebih besar
kepada mempertahankan pelanggan yang sudah ada. Dengan melakukan
manajemen hubungan pelanggan (CRM) dan manajemen hubungan
kemitraan (PRM) perusahaan memperdalam kesepakatan kemitraan
dengan pemasok dan distributor kunci, memandang perantara ini bukan
sebagai pelanggan , melainnkan sebagai mitra dalam memberikan nilai
kepada pelanggan akhir sehingga semua orang diuntungkan.
b. Pemasaran terintegrasi
Adalah merencanakan aktivitas-aktivitas pemasaran dan membentuk
program pemasaran yang terintegrasi penuh untuk menciptakan,
mengkomunikasikan, dan menghantarkan nilai kepada pelanggan.
McCharthy mengklasifikasikan aktivitas-aktivitas ini sebagai sarana
bauran pemasaran dari empat jenis yang luas yang disebut empat P
(people, processes, programs, performance).
c. Pemasaran Internal
Memastikan bahwa setiap orang dalam organnisasi menganut prinsip
pemasaran yang tepat, terutama manajer senior. Pemasaran internal adalah
tugas merekrut, melatih dan memotivasi karyawan-karyawan yang
kompeten, yang ingin melayani pelanggan dengan baik. Pemasaran
internal mengharuskan penyelarasan vertikal dengan manajemen senior
dan penyelarasan horizontal dengan departemen lain sehingga setiap orang
memahami, menghargai, dan mendukung upaya pemasaran.
d. Pemasaran kinerja
Memahami pengembalian bagi bisnis dari aktivitas dan program
pemasaran dan juga menjawab keprihatinan yang lebih luas dan pengaruh
hukum, etika, sosial dan lingkungan mereka. Manajemen puncak tidak
hanya melihat pendapatan penjualan dalam memeriksa hasil pemasaran
akan tetapi juga menerjemahkan apa yang terjadi, ke dalam pangsa pasar,
9 Studi Kasus Nike, Inc
tingkat kehilangan pelanggan, kepuasan pelanggan, kualitas produk dan
ukuran-ukuran lainnya.
3. Konsep pemasaran berwawasan sosial
Tugas organisasi adalah menentukan kebutuhan, keinginan, dan minat dari
pasar sasaran dan memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif
dan efisien dengan cara memelihara atau meningkarkan kesejahteaan jangka
panjang konsumen dan masyarakat.
Perusahaan yang berhasil adalah perusahaan yang dapat mengubah
pemasarannya sesuai dengan perubahan di pasar – dan ruang pasar mereka6.
D. SWOT Analysis
Mengamati perkembangan dari tahun ke tahun sebagaimana yang dipaparkan pada
bagian A sejarah perusahaan Nike, maka dapat diperoleh beberapa informasi yang
bias dianalisa menggunakan metode SWOT.
SWOT Helpful Harmful
Internal
Strengths :
• Brand yang sudah sangat kuat di
pasar sepatu olah raga sejak tahun
1970an.
• Mengendorser atlet/ tim olah raga
yang berprestasi untuk setiap
kategori dan mensponsori acara olah
raga.
• Riset, desain & pengembangan
produk yang berkelanjutan.
Weakness :
• Kegagalan untuk terus
mendapatkan endorser atlet yang
berprestasi dan komunitasnya.
• Prestasi sosok endoser dalam
musim pertandingan/ kompetisi
yang sulit diprediksi.
Eksternal
Opportunities :
• Perkembangan aplikasi aktivitas
kebugaran pada smartphone3.
• Meningkatnya jumlah waralaba
pusat kebugaran4.
Threats :
Banyaknya kompetitor sepatu olah raga
baik itu dari brnad lokal maupun lokal
yang memiliki model, warna, dan
kenyamanan yang hampir sama.
10 Studi Kasus Nike, Inc
E. Strategi Pemasaran
Dari analisa SWOT di atas,
Threats (tantangan) Nike
adalah kompetitor segemen
sepatu olah raga tipe
running yang memiliki
model, warna, dan
kenyamanan yang hampir
sama. Hal ini membuat
penulis berasumsi Nike
menggunakan strategi
pemasaran holistik.
1. Pemasaran Hubungan
Nike menjalin kerjasama sponsorship dengan para atlit yang popular, tim olah
raga yang professional dan tim atletik perguruan tinggi. Beberapa olahragawan
terkenal di dunia seperti Michael Jordan, Roger Federer, Tiger Woods,
Ronaldo, Courtois, Hazard, Ronaldinho dan Wayne rooney. Selain itu Nike
juga memiliki perjanjian dengan berbagai tim sepak bola dunia seperti
Manchester United, F.C.
Barcelona, Arsenal, Juventus,
Flamengo, Inter Milan,
Valencia C.F., Atlético de
Madrid, Paris Saint-Germain,
Boca Juniors, dan Corinthians7.
Dimana melalui jaringan
penjualan Jersey Official tim
sepak bola di atas secara tidak
langsung menjadi manajemen tim adalah mitra penjualan Nike yang saling
menguntungkan. Dimana para fans dan supporter tim akan membeli jersey
official yang akan dikeluarkan tiap tahun. Selain kostum seragam tim nasional
yang bertanding di piala dunia akan dibeli oleh supporter masing-masing
negara.
Gambar 6. Jersey Timnas Amerika Serikat dengan berbagai ukuran.
Gambar 5. Kompetitor Nike tipe running
11 Studi Kasus Nike, Inc
2. Pemasaran Terintegrasi
Dalam mendongkrak penjualannya Nike memiliki hal yang khas dalam
beriklan. Ciri khas iklan yang dibintangi atlet professional umumnya
mengkomunikasikan nilai motivasi dan inpirasi untuk selalu bersemangat dan
pantang menyerah melalui grafis yang jelas dan inovatif dengan sedikit kata-
kata8. Hal ini menarik pengunjung yang melihat (viewers) iklan tersebut pada
situs youtube.com maupun iklan (banner) yang sengaja dikaitkan pada situs
resmi Nike hingga saat ini berjumlah ratusan juta orang9.
Selain iklan yang bernilai, strategi pemasaran terintegrasi Nike, juga ditunjang
dari jaringan distribusi yang hemat biaya dengan memliki 715 pabrik yang
tersebar di 44 negara dengan total pekerja hampir 1 juta orang untuk memuhi
permintaan produk Nike dan lebih dekat dengan pasar yang tuju.
3. Pemasaran Internal
Phil Knight sebagai salah satu pendiri dan CEO Nike hingga saat ini, memiliki
kepemimpinan dan visi yang kuat untuk mewujudkan merek ini berharga lebih
dari 10 bilion dolar dan sabagai salah satu nama besar dalam industri olah raga
di dunia. Selain itu, Phil Knight juga telah berhasil membangun budaya
perusahaan menggunakan strategi kepemimpinan yang berorientasi pada
pencitraan merek ke seluruh jaringan kerjanya di seluruh dunia.
Adapun strategi yang digunakan oleh Phil Knight adalah sebagai berikut10 :
Membangun identitas dan rasa kepemilikan merek Nike kepada dirinya
sendiri, pihak manajemen dan pekerja hingga atlet yang disponsori oleh
Nike.
Menciptakan lingkungan kerja yang
tampak seperti arena pertandingan
dimana setiap individu dan tim didoktrin
mentalitas sebagai pemenang yang akan
mendapatkan score dan reward dengan
kerja keras dan kerjasama tim untuk
mencapai kinerja yang terbaik.
Mengkomunikasikan arah kebijakan organisasi secara arogan halus agar
semua berada pada trek yang sama menuju target yang sama dan
Gambar 7. Salah satu koridor kantor Pusat Nike
12 Studi Kasus Nike, Inc
menghargai siapapun yang dapat cepat mengambil keputusan untuk
melakukan sasaran akan dicapai.
4. Pemasaran Kinerja
Fenomena perkembangan teknologi smartphone dengan aplikasi healthcare4
dan pertumbuhan pusat-pusat kebugaran5 mengindikasikan pasar baru bagi
Nike. Pada Mei 200611, Nike dan Apple, Inc meluncurkan produk pengukur
aktivitas olah raga (activity tracker) yang terintegrasi dengan Ipod Nano
bernama Nike+ (Nike plus). Produk ini menggabungkan sepatu olah raga, alat
pengukur aktifitas, aplikasi pada smartphone dan komunitas olah raga lari.
Selain itu Nike, menyatukan komunitas pelari pengguna Nike+ seluruh dunia
melalui website yang terintegrasi pada Nikeplus.com. Dimana dalam satu
tahun produk ini diluncurkan telah 22 mil yang terhitung dari seluruh
pengguna Nike+12. Hal ini tentunya membuat Nike+ menjadi pemain tunggal
dan market leader yang memicu pertumbuhan produk smartwatch.
Gambar 8. Produk Nike+ beserta tampilan jarak tempuh para pengguna Nike+
13 Studi Kasus Nike, Inc
F. Tanya Jawab Studi Kasus
1. Bagaimana Peluang, Biaya dan Resiko yang dihadapi perusahaan Nike ?
Jawab :
Prospek :
Peluang penjualan sepatu Nike akan tetap menjadi market leader di bidang
sepatu olah raga. Kombinasi sepatu olah raga yang nyaman dan aman
digunakan untuk seluruh kegiatan olah raga dengan teknologi Nikeplus yang
akan mengukur hasil dari aktivitas yang dilakukan.
Konsumen :
Pengguna sepatu oleh raga Nike mulai dari para profesioanal hingga para
pemula yang ingin berolah raga dengan segmentasi usia dewasa dan anak-anak.
Penjualan yang terjadi seringkali dipicu oleh adanya iklan dari para atlet
professional yang begitu inspiratif. Meskipun penggunaan atlet/tim sebagai
endorsement penjualan mengeluarkan biaya-yang tidak sedikit5.
Resiko :
Selain itu, apa yang terjadi pada atlet yang sedikit banyak akan berpengaruh
pada penjualan, seperti Skandal Tiger Woods 2011.
2. Bagaimana cara sepatu Adidas dapat mengalahkan dengan sepatu Nike ?
Jawab :
Memanfaatkan kemenangan “Tim Panser” German sebagai pemenang Piala
Dunia 2014 sebagai model iklan dengan tema “SuperTeam not superman”.
G. Kesimpulan
NIKE berhasil memahami kelemahan dan ancaman yang dimiliki dan
menjadikannya tantangan dan kekuatan sehingga membuat NIKE menjadi
pemimpin pasar.
Dengan menerapkan konsep pemasaran holistik NIKE berhasil menjadi sebuah
merek yang kuat.
14 Studi Kasus Nike, Inc
H. Referensi
1. Top Brand Award (2013), Top Brand For Teens Index 2013,