Top Banner

of 23

Tugas Opt Mencit

Oct 16, 2015

Download

Documents

Ahmad Yasin

tugas opt tentang mencit
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

3

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dari sekian banyak macam rodentia yang dikenal, maka yang terpenting dari sudut kesehatan lingkungan ialah tikus, karena binatang mengerat jenis ini, senang bersarang dengan membuat terowongan di daerah permukiaman manusia. Dengan demikian kemungkinana pindahnya penyakit yang dibawa tikus kepada manusia cukup besar, baik karena gigitan yang dilakukan ataupun melalui gigitan vektor yang kebetulan menempel pada tubuh binatang tersebut (Aswar, 1979).

Tikus dan mencit adalah hewan mengerat (rondensia) yang lebih dikenal sebagai hama tanaman pertanian, perusak barang digudang dan hewan penggangu yang menjijikan di perumahan. Belum banyak diketahui dan disadari bahwa kelompok hewan ini juga membawa, menyebarkan dan menularkan berbagai penyakit kepada manusia, ternak dan hewan peliharaan. Rodensia komensal yaitu rodensia yang hidup didekat tempat hidup atau kegiatan manusia ini perlu lebih diperhatikan dalam penularan penyakit. Penyakit yang ditularkan dapat disebabkan oleh infeksi berbagai agen penyakit dari kelompok virus, rickettsia, bakteri, protozoa dan cacing.Penyakit tersebut dapat ditularkan kepada manusia secara langsung oleh ludah, urin dan fesesnya atau melalui gigitan ektoparasitnya (kutu, pinjal, caplak dan tungau) (Depkes, tanpa tahun).

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi dan Morfologi Tikus

Tikus merupakan hewan menyusui (kelas mamalia) yang mememiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, baik yang bersifat menguntungkan maupun merugikan. Sifat menguntungkan terutama dalam hal penggunaannya sebagai hewan percobaan. Sifat merugikan yaitu dalam hal posisinya sebagai hama pada kmoditas pertanian, hewan penganggu rumah dan gudang, serta penyebar dan penular (vektor) dari berbagai penyakit manusia. (Swastika, 2003)1. Klasifikasi

Para zoologi (ilmu hewan) sepakat untuk menggolongkan tikus ke dalam ordo Rodentia (hewan yang mengerat) subordo Myomorpha, famili Muridae, dan sub famili Murinae. Untuk lebih jelasnya, tikus dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Dunia

: Animalia

Filum

: Chordata

Sub Filum: Vertebrata

Kelas

: Mammalia

Subklas: Theria

Ordo

: Rodentia

Sub ordo: Myomorpha

Famili

: Muridae

Sub famili: Murinae

Genus

: Bandicota, Rattus, dan Mus

Mecit Ladang (Mus caroli)

Taxomi dari tikus dan mencit adalah sebagai berikut :

Phyllum : Chordata

Class : Mamalia

Ordo: Rodentia

Family : Muridae

Genus : Mus, Rattus, Bandicota

Species : Rattus exulans, Bandicota bengaliensis, mus caroli

2. Biologi

Anggota Muridae ini dominan disebagian kawasan didunia. Potensi reproduksi tikus dan mencit sangat tinggi dan ciri yang menarik adalah gigi serinya beradaptasi untuk mengerat (mengerat + menggigit benda-benda yang keras). Gigi seri ini terdapat pada rahang atas dan bawah, masing-masing sepasang. Gigi seri ini secara tepat akan tumbuh memanjang sehingga merupakan alat potong yang sangat efektif. Tidak mempunyai taring dan graham (premolar). Karakteristik lainnya adalah cara berjalannya dan perilaku hidupnya. Semua rodensia komensal berjalan dengan telapak kakinya. Beberapa jenis Rodensia adalah Rattus norvegicus, Rattus rattus diardi, Mus musculus yang perbandingan bentuk tubuhnya. Rattus norvegicus (tikus got) berperilaku menggali lubang ditanah dan hidup dilibang tersebut. Sebaliknya Rattus rattus diardii (tikus rumah) tidak tinggal ditanah tetapi disemak-semak dan atau diatap bangunan. Bantalan telapak kaki jenis tikus ini disesuaikan untuk kekuatan menarik dan memegang yang sangat baik. Hal ini karena pada bantalan telapak kaki terdapat guratan-guratan beralur, sedang pada rodensia penggali bantalan telapak kakinya halus Mus musculus (mencit) selalu berada di dalam bangunan, sarangnya bisa ditemui di dalam dinding, lapisan atap (eternit), kotak. penyimpanan atau laci. (Depkes)3. Kemampuan alat indera dan fisik

Rodensia termasuk binatang nokturnal, keluar sarangnya dan aktif pada malam hari untuk mencari makan. Untuk itu diperlukan suatu kemampuan yang khusus agar bebas mencari makanan dan menyelamatkan diri dari predator (pemangsa) pada suasana gelap. (Depkes)a. Kemampuan alat indera

1) Mencium

Rodensia mempunyai daya cium yang tajam, sebelum aktif/keluar dari sarangnya ia akan mencium-cium dengan menggerakkan kepala ke kiri dan ke kanan. Mengeluarkan jejak bau selama orientasi sekitar sarangnya sebelum meninggalkannya. Urin dan sekresi genital yang memberikan jejak bau yang selanjutnya akan dideteksi dan diikuti oleh tikus lainnya. Bau penting untuk Rodensia karena dari bau ini dapat membedakan antara tikus sefamili atau tikus asing. Bau juga memberikan tanda akan bahaya yang telah dialami. (Depkes)

2) Menyentuh

Rasa menyentuh sangat berkembang dikalangan rodensia komensal, Indra ini untuk membantu pergerakannya sepanjang jejak di malam hari. Sentuhan badan dan kibasan ekor akan tetap digunakan selama menjelajah, kontak dengan lantai, dinding dan benda lain yang dekat sangat membantu dalam orientasi dan kewaspadaan binatang ini terhadap ada atau tidaknya rintangan didepannya. (Depkes)3) Mendengar.

Rodensia sangat sensitif terhadap suara yang mendadak. Disamping itu, rondesia dapat mendengar dan mengirim suara ultra. (Depkes)4) Melihat.

Mata tikus khusus untuk melihat pada malam hari, Tikus dapat mendeteksi gerakan pada jarak lebih dari 10 meter dan dapat membedakan antara pola benda yang sederhana dengan obyek yang ukurannya berbeda-beda. Mampu melakukan persepsi/perkiraan pada jarak lebih 1 meter, perkiraan yang tepat ini sebagai usaha untuk meloncat bila diperlukan.

5) Mengecap.

Rasa mengecap pada tikus berkembang sangat baik. Tikus dan mencit dapat mendeteksi dan menolak air minum yang mengandung phenylthiocarbamide 3 ppm, pahit dan senyawa racun.

b. Kemampuan fisik.

1) Menggali

R. norvegicus adalah binatang penggali lubang. Lubang digali untuk tempat perlindungan dan sarangnya. Kemampuan menggali dapat mencapai 2-3 meter tanpa kesulitan.2) Memanjat

R. komensal adalah pemanjat yang ulung. Tikus atap atau tikus rumah yang bentuk tubuhnya lebih kecil dan langsing lebih beradaptasi untuk memanjat dibandingkan dengan tikus riol/got. Namun demikian, kedua spesies tersebut dapat memanjat kayu dan bangunan yang permukaannya kasar. Tikus got dapat memanjat pipa baik di dalam maupun di luar.

3) Meloncat dan melompat.

R.norvegicus dewasa dapat meloncat 77 cm lebih (vertikal). Dari keadaan berhenti tikus got dapat melompat sejauh 1,2 meter. M. musculus meloncat arah vertikal setinggi 25 cm.

4) Menggerogoti.

Tikus menggerogoti bahan bangunan, kayu, lembaran almunium maupun campuran pasir, kapur dan semen yang mutunya rendah.

5) Berenang dan menyelam.

Baik R. norvegicus, R. rattus dan M. musculus adalah perenang yang baik. Tikus yang disebut pertama adalah perenang dan penyelam yang ulung, Perilaku yang semi akuatik, hidup di saluran air bawah tanah, sungai, dan areal lain yang basah.Perilaku Makan

Dalam proses mengenali dan mengambil pakan atau yang disediakan manusia, tikus dan mencit tidak langsung memakan semuanya, tetapi mencicipi terlebih dahulu sebagian pakan untuk melihat reaksi yang terjadi di dalam tubuhnya. Ika setelah beberaa saat tidak ada reaksi yang membahyakan bagi dirinya, maka tikus akan memakan dalam jumlah yang lebih banyak , demikian seterusnya samaai pakan tersebut habis.

Dengan adanya perilaku pencicipan makanan ini, maka pengelolaan tikus secar kimiawi dengan menggunakan umpan beracun dari golongan racun akut (bekera dengan cepat) perlu diberikan umpan pedahuluan (pre baiting) yaiut umpan yang tidak mengandung racun. Hal ini bertujuan untuk mengundang dan membiasakan tikus dengan umpan yang diberikan sehingga pada saat diberi umpan yang mengandung racun (akut) tikus tersebut mau makan dalam jumlah yang cukup sampai pada dosis mematikan (lethal dose). Umpan pendahuluan ini tidak perlu diberikan jenis racun yang digunakan adalah dari golongan racun kronis atau antikoagulan yang bekerja dengan lambat.

Sifat tikus yang mudah curiga atau berhati-hati terhadap setiap benda yang baru ditemuinya, termasuk pakan, disebut dengan neofibia. Adapun sifat tikus yang enggan memakan umpan beracun yang diberikan karena tidak didahului dengan umpan pendahuluan disebut dengan jera umpan (bait-shyness) atau jera racun (poison-shyness). Selain itu tikus memiliki sifat menyimpan/ menimbun pakan dan bahan lain di dalam sarangnya.

Anak tikus mulai mengenal berbagai rasa pakan dari rasa susu induknya dan bau atau rasa sisa pakan dari wajah dan tubuh induknya. Setelah disapih, tikus muda akan mengikuti tikus yang lebih tua untuk belajar mengenal jenis pakan yang dapat diterima, sekaligus mengenal jenis pakan yang membahayakan dirinya. Aktifitas tikus dalam mencari makan memiliki dua puncak, yaitu sekitar 1-2 jam setelah matahari terbenam dan sekitar 1-2 jam sebelum terbit fajar. Hal itu berhubungan dengan bentuk pertahanan diri arena sebagian besar musuh alami tikus (utamanya manusia) aktif di siang hari. Meskipun demikian, aktifitas ini dapat bergeser tergantung dari puncak ketersediaan pakan. Misalnya di kandang kuda, tikus aktif makan pada jam 3-5 sore berkaitan dengan ketersediaan kotoran kuda (Singgih, 2006).

Perilaku Sosial

Perilaku sosial tikus mencakup teritorial (wilayah kekuasaan) dan hierarki. Tikus jantan mempunyai kedudukan yang tinggi pada keadaankepadatan populasi rendah sampai sedang, baik dalam mempertahankan sarang, jalur jalan, dan tikus betina ayng hidup bersama dengannya. Pada saat populasi meningkat, kompetisi sosial memaksa tikus jantanlainnya berkendudukan lebih rendah untuk segera keluar dari populasi tersebut. Dengan demikian, tikus jantan tersebut mencari areal baru dan bersama-sama dengan tikus betinamembentuk populasi baru.

Tikus betina yang sedang bunting tua atau sedangg menyusui mempunyai perilaku yang sama dalam mempertahankan sarang. Perilaku tikus di dalam mempertahankan wilayah kekuasaannya menghasilkan penyebaran populasinya sehingga pemanfaatan ruang lingkup dan sumberdaya menjadi lebih ektif dan efesien. (Priambodo, 2003)Reproduksi

Tikus merupakan hewan yang mempunyai kemampuan reproduksi yang sangat tinggi, terutama bila dibandingkan dengan hewan menyusui lainnya. Hal ini ditunjang oleh beberapa factor sebagai berikut (Singgih, 2006) :

1. Matang seksual yang cepat yaitu antara 2-3 bulan.2. Masa bunting yang singkat yaitu antara 21-23 hari.3. Masa menyusui yang singkat yaitu selama 28 hari.4. Terjadi post partum oestrus yaitu timbulnya birahi kembali segera (24-48 jam) setelah melahirkan.5. Dapat melahirkan anak sepanjang tahun tanpa mengenal musim yang dikenal sebagai hewan poliesterus selama setahun seekor induk tikus mampu melahirkan 3-6 dan maksimal 12 kali.6. Melahirkan keturunan dalam jumlah yang banyak yaitu berkisar 2 sampai 6 ekor. Kelahiran anak dalam jumlah besar dan dengan dalam frekuensi yang tinggi ini ditunjang oleh kondisi iklim dan cuaca yang optimal (utamanya suhu), pakan yang melimpah, sarang atau tempat tinggal yang memadai (baik), umur dan kondisi induk yang optimal.

Dengan ciri-ciri reroduksi tersebut diatas, maka tikus mempunyai potensi untuk meningkatkan populasinya dengan cepat atau mengembalikan tingkat populasinya ke keadaan semula segera setelah jumlahnya menurun akibat pengelolaan (peracunan, perburuan, atau penangkapan) oleh manusia. Pola reproduksi ini akan menunjukkan perbedaan dari tahun ke tahun, walupun pada populasi yang sama. Hal ini sangat bergantung pada keadaan iklim dan cuaca, keadaan alam, musuh alami, jumlah pakan dan sarang termasuk tindakan manusia. (Priambodo, 2003)

Gambar 5. Siklus hidup tikus

Tikus jantan dewasa biasanya selalu dalam kondisi siap kawin setiap saat sepanjang tahun (di Negara tropis), meskipun testisnya bias dimasukkan ke dalam rongga perut dalam musim dingin (di Negara subtropis ). Pada musim dingin, tikus jantan dewasa biasanya dalam keadaan tidak subur. Namun pada cuaca yang sangat dinginpun, perkawinan pada tikus masih dapat terjadi walaupun masih diragukan apakah keturunannya dapat lahir dengan selamat atau tidak, kecuali anak-anak tikus tersebut dilahirkan dalam rumah.

Dalam memelihara anak-anak didalam awal kehidupannya, tikus betina biasanya membuat sarang di semak-semak, di tajuk pohon, di dalam tanah, atau di dalam rumah yang keadaannya tidak teratur (berantakan). Anak-anak tikus ini disusui oleh induknya sampai umur 4 minggu (disapih).

Rerata lama hidup ekologi tikus adalah satu tahun, sementara lama hidup fisiologis sampai mencapai 3 tahun. Lama hidup ekologis adalah kenyataan yang terjadi dilapang dengan kematian yang terjadi karena pengaruh factor luar tubuh tikus seperti predator, pathogen, kanibalisme, perangkap, dan peracunan oleh manusia. Sementara lama hidup fisiologis adalah keadaan tikus mati karena usia tua denga pengaruh faktor dari dalam tubuh itu sendiri yaitu berkurangnya fungsi sel, jaringan dan organ (Priambodo, 2003).Pergerakan

Aktivitas harian tikus secara teratur bertujuan untuk mencari pakan, mencari pasangan, dan orientasi wawasan. Jarak yang ditempuh relative sama setiap hari dan disebut dengan daya jelajah harian. Selama orientasi kawasan, tikus akan lebih mengenali situasi lingkungan terutama pakan yang disukai, sumber air, dan juga tempat perlindungan untuk menyelamatkan diri.

Sifat ingin tahu dari tikus terhadap lingkungan sekitar menjadikan tikus dapat mengenali benda-benda yang menetap dan yang baru (asing) dikenalinya, termasuk disini adalah umpan beracun dan perangkap yang dipasang oleh manusia. Sebagai mamalia yang berukuran kecil, ruang gerak tikus tidak terlalu luas. Hal ini terjadi bila sumber pakan disekitar di tempat tinggalnya cukup memadai. Pada saat cukup pakan, akrivitas harian tikus hanya berada pada kisaran 6-30 meter (sekitar 6 meter untuk mecit). Hal ini juga tergantung pada musim, jenis kelamin, dan jarak sarang dan sumber makanannya. Bila pakan di lapang sudah tidak mencukupi, maka akan terjadi Perpindahan atau migrasi yang dapat mencapai jarak 300 meter atau bahkan lebih.

Berdasarkan pertimbangan daya jelajah tikus, maka dapat diperkirakan jumlah tempat umpan yang dibutuhkan untuk satuan luas tertentu dan jarak antar satu tempat umpan dengan tempat umpan yang lainnya. Hal ini dimaksudkan agar pengumpanan yang dilakukan dapat lebih efektif dan efisien (Priambodo, 2003).Tanda Kehadiran Tikus

Ada beberapa tanda yang dapat diguanakan untuk mengetahui kehadiran tikus antara lain sebagai berikut :

a. Feses atau kotoran

Bentuk dan ukuran feses dapat digunakan untuk menentukan spesies tikus. Feses dari R. Norvegicus berbentuk gelendong dan biasanya bergerombol. Feses R. Rattus berukuran lebih kecil daripada fese R. Norvegicus , bnetuknay lebih mirip sosis dan letaknya agak terpencar. Keadaan feses apakah masih basah atau sudah kering dapat digunakn untuk mencirikan apakah tikus tersebut masih berada di sekitar tempat tersebut atau tidak. Feses banyak ditemukan pada titik dimana aktivitas tikus sangat tinggi. Misalnya pada runway utama, sudut ruangan, dekat sarang dan sumber makanan (Priambodo, 2003).

b. Noda dan bau urin

Tikus mengeluarkan bau yang sangat khas, yaitu berupa bau urin dan fesesnya. Hal ini dapat diketahui jika tikus tersebut sudah lama menghuni suatu tempat atau bangunan. Dengan demikian, kehadiran tikus melalui bau tidak dapat dideteksi jika keberadaan tikus masih baru.

Urin banyak terdapat pada ranway tikus dan juga pusat aktivitas. Bau tikus merupakan akumulasi dari bau urin dan kelenjar tubuh lainnya. Biasanya tikus membuang urin sambil bergerak, sehingga terdapat garis-garis atau titik-titik urin. Tanpa cahaya hitam, spot urin sudah terlihat dengan jelas. Cahaya ultraviolet dengan cahaya putih dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan urin tikus, yaitu menampakkan warna kuning pada karung goni, warna biru putih pada kantung kertas (Priambodo, 2003)..

c. Kerusakan hasil keratan

Kerusakan yang ditimbulkan oleh tikus biasanya berhubungan dengan pertumbuhan gigi seri yang terus-menerus sepanjang 0,3-0,4 mm/hari, sehingga perlu dikurangi. Selain itu, tikus perlu mengerat untuk mencari pakan yang tersembunyi di dalam kardus, kotak, atau tempat-tempat penyimpanan lainnya.

Berbagai bahan/benda dapat dikerat oleh tikus, yaitu aluminum, mortar, plastik, timah, kabel listrik, kayu, karton, dan kertas. Kerusakan pada benda-benda atau produk tanaman dapat digunakan untuk mengidentifikasi spesies tikus yang menyerangnya. Untuk tikus got pada gejala serangan terdapat bekas keratan gigi serinya selebar 3,5-4 mm, sedangkan untuk mencit rumah hanya selebar 1-2 mm saja. Serangan oleh tikus rumah menunjukkan bekas keratan yang berada diantara keduanya (Priambodo, 2003)..

d. Tanda/noda olesan dan ranwaySesuai dengan perilaku tikus yang selalu berjalan pada jalur jalan yang tetap (runway) maka pada jalur jalan tersebut tampak bekas sentuhan badan tikus dengan dinding atau benda-benda yang dilaluinya berupa bercak kotor. Selain itu, tikus juga menimbulkan jejak kaki (foot print) dan jejak ekor (tail print) di lantai, dinding, atau di tempat yang berdebu di dalam rumah atau pada tanah becek (berlumpur) di luar rumah.

Ukuran dan bentuk rupa jejak kaki tikus juga dapat dimanfaatkan untuk identifikasi spesies tikus. Utamanya jejak tungkai belakang dimana beban tubuh lebih bertumpu. Dalam keadaan tertentu perlu ditambah alas jejak (berupa triplek, seng, atau karton) yang diberi debu, bedak, tepung, kapur, atau tinta untuk memudahkan menandai jejak kaki, ekor, dan badan tikus.

e. Sarang

Sarang tikus baik pada benda buatan manusia atau yang alami merupakan pertanda dari kemapanan suatu populasi tikus. Jika pada pintu masuk sarang tersebut ditutupi oleh jarring laba-laba atau reruntuhan puing-puing, maka dapat dipastikan bahwa sarang tersebut sudah ditinggalkan oleh tikus atau sudah tidak digunakan lagi.

Untuk mendeteksi sarang tikus apakah masih dihuni atau tidak dapat dilakukan dengan cara menutup semua pintu sarang tersebut dengan gundukan tanah atau benda lain yang ada disana. Kemudian keesokan harinya diamati apakah gundukan tanah tersebut sudah berlubang yang artinya sarang itu masih digunakan oleh tikus adalah jika tikus tersebut bersarang di dalam sumber makanannya. Kehadiran tikus di tempat tersebut biasanya susah untuk dideteksi.

f. Tikus hidup atau mati dan suara tikus

Untuk dapat melihat tikus hidup yang aktif pada siang hari merupakan hal yang sulit dilakukan karena tikus adalah hewan yang aktif pada malam hari (nokturnal). Namun, jika populasi sudah sangat tinggi, maka pada siang hari pun dapat dijumpai tikus yang aktif mencari makan. Satu ekor tikus yang terlihat di siang hari menandakan ada lebih dari 10 ekor tikus lain bersembunyi di sekitarnya.

Jika melihat tikus yang sudah mati perlu diperhatikan apakah bangkainya masih segar atau sudah kering (kaku). Bangkai tikus yang masih segar mencirikan bahwa investasi tikus masih ada, sedangkan bangkai tikus yang sudah kering mencirikan keadaan sebaliknya(Priambodo, 2003).Penyakit Yang Disebabkan Tikus

Penyakit yang ditularkan oleh tikus atau hewan lainnya ke manusia dan sebaliknya secara umum dikenal sebagai zoonosis. Beberapa penyakit yang dapat ditularkan oleh tikus adalah sebagai berikut :1. Pes (plague)

pes memiliki nama lain plague, sampar, dan la peste. Pes merupakan salah satu penyakit zoonosis pada rodensia yang ditularkan kepada manusia, dan merupakan penyakit menular yang dapat menyebabkan terjadinya wabah. Hal ini terdapat dalam UUNo. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit, dan pes juga termasuk karantina internasional karena penyebarannya yang sangat cepat dan luas. (Widoyono, 2008)Masa inkubasi penyakit pes berkisar 2-6 hari (tipe bubo) dan 1-72 (tipe paru). Penyakit pes dapat ditularkan melalui car-cara berikut ini . (Widoyono, 2008). Tikus liar (wild rodent) yang terinfeksi digigit oleh pinjal, selanjutnya pinjal mengigit manusia yang sedang berada di hutan.

Tikus liar menigigit langsung manusia (pekerja di hutan).

Tikus rumah yang darahnya infektif digigit oleh pinjal yang kemudian mengigit manusia ( metode ini adalah penularan yang paling sering).

Tikus liar yang infektif digigit oleh pinjal.pinjal kemudian mengigit tikus rumah yang selanjutnya oelh pinjal ditularkan kepada manusia.

Manusia yang terinfeksi digigit oleh pinjal yang ad pada manusia, selanjutnyya pinjal tersebut mengigit manusia lainnya. Penularan dari manusia ke manusia terjadi melalui droplet

Sumber :Priyambodo, 1995

Gambar 7. Penyebaran penyakit pes dari tikus ke manusia dan sebaliknya.Gejala dan tanda dari penyakit pes yaitu terdapat demam tanpa sebab yang jelas, dan demam bisa tinggi. Terdapat bubo pada inguinal, femoral, dan ketiak. Gejala penyakit dapat didominasi oleh sesak dan batuk. (Widoyono, 2008).2. Salmonellosis

Salmonellisis secara umum merupakan penyakit pada manusia atau hewan yang disebabkan oleh bakteri dari genus Salmonella yang biasa meracuni makanan. Bakteri salmonella dengan ratusan serotype dapat menginfeksi hewan peliharaan, hewan ternak dan hewan liar (termasuk rodent). Tikus yang terinfeksi oleh bakteri S. typhimurium atau S. enteriditis dapat menyebabkan kematian. Bakteri Salmonella yang diharapkan menjadi agen biologi pengendali tikus, belum memberikan hasil yang memuaskan karena bakteri tersebut juga sangat berbahaya bagi manusia dan hewan lainnya. Gejala yang timbul pada manusia akibat infeksi bakteri ini adalah sakit perut, gastroenteritis (sakit perut) akut, diare, rasa mual, muntah dan demam yang diikuti dengan dehidrasi. Penyebaran penyakit ini dari tikus ke manusia terutama akibat kontaminasi dari feses dan urine tikus pada makanan atau minuman yang dikonsumsi oleh manusia.

Gejala yang timbul pada manusia akibat infeksi bakteri ini adalah sakit perut, gastroenteritis (sakit perut) akut, diare, rasa mual, muntah dan demam yang diikuti dengan dehidrasi. Penyebaran penyakit ini dari tikus ke manusia terutama akibat kontaminasi dari feses dan urine tikus pada makanan atau minuman yang dikonsumsi oleh manusia. (Priambodo, 2003).3. Leptospirosis

Leptospirosis adalah infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri leptospira.penyakit ini disebut weil disease, Canicola fever, hemorrhagic jaundice, Mud fever, atau Swineherd disease. Leptospira dapat menyerang semua jenis mamalia seperti tikus, anjing, kucing, landak, sapi, burung, dan ikan. Hewan terinfeksi dapat tanpa gejala smapi meninggal. Manusia yang beresiko tertular adalah yang pekerjaannya berhubungan dengan hewan liar dan hewan peliharaan seperti peternak, petani, petugas laboratorium hewan, dan bahkan tentara. Wanita dan anak di perkotaan sering terinfeksi setelah berenang dan piknik di luar rumah. Infeksi pada manusia dapat terjadi melalui beberapacara berikut ini:

Kontak dengan air, tanah, dan lumpur yang tercemar bakteri.

Kontak dengan organ, darah, dan urin hewan terinfeksi.

Mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.

Masa inkubasi leptospirosis adalah 7-12 hari dengan rata-rata 10 hari. Setelah masuk ke dalam tubuh manusia, bakteri akan masuk ke peredaran darah dan beredar ke seluruh tubuh sehingga dapat menyebabkan kerusakkan dimana saja termasuk organ jantung, otak, dan ginjal. (Widoyono, 2008).

Gejala penyakit ini ditandai denagn memperlihatkan gejala demam, sakit kepala, bercak merah pada kulit, nyeri otot (myalgia), dan yang agakkhas adalah terjadinyaradang konjungtiva mata (conjunctivitis) (Dharmojono, 2002).

.

4. Murine typhus

Penyakit ini disebabkan oleh Rickettsian typhi (R. mooseri) yang ditularkan dari tikus ke manusia melalui gigitan pinjal Xenopsylla cheopsis. Gejala penyakit ini pada manusia adalah sakit kepala, kedinginan, prostration, demam dan nyeri di seluruh tubuh. Bintil-bintil merah pada kulit timbul pada hari kelima sampai keenam.

Sumber : Priyambodo, 1995

Gambar 8. Penyebaran penyakit murine typhus

5. Rickettsial pox

Rickettsial pox adalah penyakit pada manusia dan mencit yang disebabkan oleh gigitan tungau Allodermanyssus sanguineus yang menularkan patogen Rickettsia akari.

Pada manusia penyakit ini ditandai dengan adanya bercak yang mula-mula berkembang di sekitar gigitam tungau. Seminggu kemudian timbul demam, kedinginan dan sakit kepala. Dua sampai tiga hari kemudian muncul bintik-bintik merah menyerupai cacar pada permukaan tubuh (Priambodo, 2003).6. Lassa dan Rodent-borne haemorrhagic Fevers

Demam lassa adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dari kelompok Arenavirus. Gejalanya tampak selama satu sampai empat minggu berupa malaise, demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, batuk, nausea, muntah, diare, nyeri otot, nyeri di dada dan perut, pembengkakan pada kelenjar limfa, serta pembengkakan pada leher. Penyakit ini terutama disebarkan oleh tikus Mastomys natalensis sebagai vektor utama dari virus.

Cara penularan melalui sekresi hidung, feses dan urine tikus. Kejadian penyakit ini terutama dijumpai di daerah Afrika Barat bagian tengah. Demam haemorrhagic di Bolivia ditularkan oleh mencit C. laucha dan C. musculinus. Pathogen dari demam ini juga dari golongan virus (Priambodo, 2003)7. Lymphocytic choriomeningitis

Lymphocytic choriomeningitis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus (LCM virus) yang ditularkan ke manusia terutama oleh mencit rumah Mus musculus, melalui kontak dengan feses, urine atau air liur mencit yang mengkontaminasi makanan atau debu. Gejala penyakit ini dimulai dari gejala yang mirip influenza, beberapa hari kemudian timbul gejala meningeal yaitu mengantuk, gangguan refleks, paralysis dan Anastasia kulit (Priambodo, 2003).8. RabiesRabies adalah suatu penyakit tyang menyerang sistem saraf pusat. Karena gejalanya yang khas, yaitu penderita menjadi takut air, penyakit rabies sering kali disebut hidrofobia. Rabiesnya merupakan penyakit hewan berdarah panas yang ditularkan kepada manusia (Dharmojono, 2002).

Gejala awal biasanya tidak jelas . pasien merasa tidak enak dan gelisah. Gejala yang menonjol adalah rasa nyeri, panas dan gatal disekitar luka, kemudian bisa diikutikejang, sakit kepala, demam dan sulit menelan. Apabila telah mengalami kelumpuhan otot pernapasan maka penderita dapat terancam meninggal (Dharmojono, 2002).Gigitan tikus kadang-kadang dapat menularkan rabies prophylaxis. Diperlukan informasi lebih lanjut untuk mengetahui peranan tikus yang hidup disekitar manusia, sebagai penular rabies pada negara-negara endemik penyakit ini (Priambodo, 2003).9. Rat-bit Fever

Demam karena gigitan tikus ini terutama terjadi pada anak-anak di bawah umur 12 tahun dengan masa inkubasi 1-22 hari menimbulkan gejala kedinginan, demam, muntah dan sakit kepala. Dua pathogen yang dapat menyebabkan penyakit ini adalah bakteri Spirillum minus (termed sodoku) dan Streptobacillus moniliformis (Haverhill fever) (Priambodo, 2003).10. Trichinosis

Penyakit ini disebabkan oleh nematode Trichinella spiralis. Larva dan kistanya menginfeksi otot dan usus halus tikus serta babi. Tikus dapat terinfeksi oleh pathogen ini dengan cara makan daging babi setengah matang yang terdapat pada sampah sisa makanan manusia, sedangkan babi dapat terinfeksi pathogen ini dengan cara makan pakan yang terkontaminasi feses tikus. Pada manusia penyakit ini menimbulkan gejala demam, gastrointestinal (sakit pada lambung dan usus halus), nyeri otot dan eosinophilia. Salah satu cara untuk memutus siklus penyakit ini adalah dengan memasak daging babi sampai betul-betul matang, sebelum dikonsumsi oleh manusia(Priambodo, 2003).Penyakit-penyakit yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan dengan tabel sebagai berikut:

Tabel 2.3 Nama-nama penyakit dan cara penularan

PenyakitPenyebab penyakitVektorCara penularan

Pes

Bakteri Yersinia pestis

Pinjal

Melalui gigitan

Murine typhus

Rickettsia mooser

Pinjal

Melalui sisa hancuran tubuh pinjal terinfeksi lewat luka akibat garukan

Scrub tyohus

Rickettsia

Tungau trombikulid

Melalui gigitan tungau

Spotted fever group

Rickettsiae

Rickettsia conorii

Caplak

Melalui gigitan caplak

Sptted fever group

rickettsiae

Rickettsia conorii

Caplak

Melalui gigitan

caplak

Leptospirosis

Bakteri Leptospira

-

Melalui selaput lendir atau luka dikulit bila terpapar oleh air yang tercemar dengan urin tikus

Salmonelosis

Salamonella

-

Melalui gigitan tikus atau pencemaran makanan

Demam gigitan tikus

Bakteri Spirillum atau

Streptobakcillus

-

Melalui luka gigitan tikus

Trichinosis

Cacing Trichinella

spiralis

-

Secara tidak langsung, dengan cara memakan hewan pemakan tikus

Angiostongiliasis

Cacing Angiostrongilus

-

Dengan cara memakan sejenis keong yang menjadi inang perantara penyakit ini

Demam berdarah Korea

Virus hantavirus

(Hantavirus),

-

Melalui udara yang

tercemar feses,urin atau ludah tikus yang infektif

Sumber : DINKES, 2007Upaya Pengendalian

Metode pengendalian binatang pengerat yang sering dipakai, anatara lain :

1. pemusnahan tikus dengan pemanfaatan musuh alami.

Musuh alami binatang pengerat, misalnya anjing, kucing, ular, dan burung pemangsa, semuanya dapat membantu mengurangi jumlah tikus dan tikus besar yang biasanya tidak terbukti membahayakan manusia. Kucing terkadang cukup efektif,tetapi hampir semua kucing sifatnya pemalas dan hanya memakan makanan yang masih baik.

2. Sanitasi.

Rumah-rumah yang kotor, banyak sisa-sisa makanan berceceran, banyak sampah terutama garbage akan lebih disenangi tikus-tikus daripada rumah-rumah yang bersih (Etjang, 2000).

Lingkungan yang bersih dan sehat merupakan senjata paling ampuh untuk memberantas tikus secara alami. Di beberapa tempat, jumlah tikus sangat bergantung pada banyak tidaknya jimlah makanan dan air serta tempat persembunyian. Semakin banyak makanan, semakin bertambah populasi tikus. Sebaliknya, apabila jumlah makanan berkurang, populasi tikus pun ikut berkurang dengan cepat. Berikut ini beberapa cara untuk menerapkan sanitasi lingkungan (Chandra, 2007): Penyimpanan, pengumpulan, dan pembuangan sampah denagn benar.

Penyimpanan bahan makan denagn baik dan benar.

Konstruksi bangunan anti tikus, demikian juga dengan gudang dan tempat penimpanan barang.

Pemusnahan lubang atau sarang tikus dengan cara menyumbat lubang secara total.3. Penggunaan peerangkap

Penggunaan perangkap merupakan cara pengendalian tikus yang mudah. Cara ini dapat mengurangijumlah tikus komensal tetapi bersifat sementara. Sebaiknya jumlah perangkap diletakkan minimal 5% dari jumlah populasi manusia. Tikus yang terperangkap harus dimusnahkan. Pemusnahan ini dapat dilakukan denagn cara membenamkan mereka ke dalam air. Tikus adalah binatang yang memiliki naluri curiga dan dapat bersifat trap wise dan menghindari umpan perangkap. Oleh karena itu, penangkapan dipandang sebagai metode tambahan dalam pemberantasan binatang pengerat yang lain (Chandra, 2007).

4. Pemanfaatan rodentisida

Pengendalian binatang pengerat juga dapat dilakukan denagn menggunakan bahan kimia atau disebut sebagai rodentisida. Terdapat dua jenis rodentisida yang biasa digunakan, antar lain (Chandra, 2007):a. Tipe single dosis (akut)

Dosis akut ini sifatnya letal terhadap tikus. Tikus akan mati sesudah makan odentisida ini satu kali.

b. Tipe multiple dose (kumlatif)

Tipe pengendalian dengan rodentisida semacam ini memerlukan pemberian yang berulang selama 3 hari atau lebih.

Golongan rodentisida yang paling sukses untuk digunakan adalah coumarins, contohnya warfarin aplikasinya dapat dicampur dengan umapan atau pakan (Sudarmo, 2001).

Terdapat lima senyawa anorganik yang digunakan sebagai racun tikus yaitu seng fosfida, aren trioksida, talium sulfat, fosforus dan barium karbonat. Dua bentuk senyawa fosforus yaitu yang berwarna merah tidak berbahaya sedangkan yang berwarna kuning atau putih dapat merusak hati, ginjal, jantung dan juga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan tubuh secara cepat sehingga sangat berbahaya bagi manusia (Mukono, 2000).PENUTUP

Kesimpulanadapun kesimpulan yang dapat diambil yaitu :

1. Tikus merupakan hewan menyusui (kelas mamalia) yang mememiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, baik yang bersifat menguntungkan maupun merugikan.

2. Tikus dan mencit adalah hewan mengerat (rondensia) yang lebih dikenal sebagai hama tanaman pertanian, perusak barang digudang dan hewan penggangu yang menjijikan di perumahan.

DAFTAR PUSTAKA

_______. Tanpa Tahun. Pedoman Pengendalian Tikus. http://www.depkes.go.id/downloads/Pengendalian%20Tikus.pdf [04 November 2009]

Azrul, Aswar, 1979. Pengetahuan ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Pt. Mutiara Sumber Widya

Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatn Lingkungan. Jakarta: EGC.

Dharmojono. 2002. Leptospirosis -Anthrax-Mulut & Kuku- Sapi Gila. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Harsoyo, Singgih. 2006. Hama Permukiman Indonesia. Indonesia: Fakultas Kedokteran Hewan IPB

Mukono. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press.

Priyambodo, S. 1995. Pengendalian Hama Tikus Secara Terpadu. Bogor: PT Penebar Swadaya.

Sudarmo, S.2001. Pestisida. Yogyakarta: KanisiusSwindle, Michael. 1996. Handbook of Rodent And Rabit Medicine. New York: Elsevier Science Inc.

Widoyono. 2008. Epidemiologi, penularan, pencegahan dan pemberantasannya. Surabaya: penerbit Erlangga.

Waluyo, Joko. 2006. Biologi. Jember: Jember university Press.

Wagiyana.1999. Penuntun Praktikum Vertebrata Hama. Jember: Program Studi Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember Wolff, Jerry. 2007. Rodent societies: an ecological & evolutionary perspective. London: The University of Chicago Press.

Yuliarsih, Retno. 2002. Higiene dan Sanitasi Umum dan Perhotelan. Jakarta: PT. Grasindo.