Top Banner
“Interaksi Sosial dan Sosialisasi” Leila Husna M. Asryl Aziz Shahnaz Khairunnisa KELOMPOK VI
68

Tugas Kelompok 6 (Interaksi Sosial Dan Sosialisasi) 4ks2 - 2015

Sep 24, 2015

Download

Documents

leilahusna

interaksi sosial
sosialisasi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Interaksi Sosial dan Interaksionisme Simbolis

Interaksi Sosial dan SosialisasiLeila HusnaM. Asryl AzizShahnaz KhairunnisaKELOMPOK VIInteraksi Sosial dan Interaksionisme Simbolis(Bahasan Pertama)Interaksi SosialPokok pembahasan sosiologi:Tindakan sosialKehidupan sehari-hariHubungan familiarHubungan praktis-realistisContoh:Hubungan dokter dan juru rawatHubungan pengemudi dengan penumpangPelaku para pejalan kaki saat berpapasanInteraksi antara atasan dan bawahan

Interaksionisme SimbolisPenggunaan simbol-simbol dalam interaksi.Simbol: merupakan sesuatu yang nilai/maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang yang mempergunakannya. Makna suatu simbol, hanya dapat ditangkap melalui cara-cara non sensoris dan cara-cara simbolis.Contoh : Merah dapat berarti berani, kaum merah (komunis), tempat pelacuran (daerah lampu merah).Warna-warna tersebut tidak ada kaitannya dengan sifat-sifat intrinsik pada warna tersebut tetapi hanya sama dengan sesuatu yang lain.

Pokok interaksionisme simbolik (Hebert Blumer)

manusia bertindak (act)terhadap sesuatu (thing)atas dasar makna (meaning) yang dipunyai sesuatu tersebut (thing) baginya

Makna yang dipunyai tersebut berasal atau muncul melalui interaksi sosial.

Beberapa Aturan InteraksiAturan-aturan apa sajakah yang menuntun perilaku manusia dalam berinteraksi ?Aturan Interaksi (Karp dan Yoels, 1979)Aturan mengenai ruangAturan mengenai waktu, danAturan mengenai gerak dan sikap tubuh

Aturan Mengenai Ruang Dalam situasi sosial orang cenderung menggunakan empat macam jarak (Hall, 1982) :Jarak Intim (intimate distance) Jarak Pribadi (personal distance)Jarak Sosial (social distance)Jarak Publik (public distance)Jarak Intim (0 - 45 cm)Keterlibatan dengan tubuh orang lain, disertai keterlibatan intensif dari pancaindera : penglihatan, bau badan, suhu badan, suara, sentuhan kulit, hembusan nafas.

Interaksi pada jarak ini misalnya orang yang sedang bercinta, olahraga gulat, berdesakan dalam angkutan umum, dll. Jarak Pribadi (45 122 cm)Interaksi ini banyak dijumpai pada orang-oang yang mempunyai hubungan dekat, misalnya suami istri.Interaksi pada tahap jauh pada jarak ini misalnya pada orang yang senam bersama.Pada jarak ini rangsangan pada pancaindra sudah mulai berkurang.

Jarak Sosial (122 366 cm)Interaksi berjalan normal dan tidak saling menyentuh.Tahap dekat pada jarak ini dijumpai dalam pertemuan santai atau terlibat urusan informal. Tahap jauh, dijaga di antara orang yang terlibat hubungan secara formal.

Jarak Publik (di atas 366 cm)Interaksi ini banyak dijumpai oleh orang-orang yang harus tampil di depan umum seperti politikus dan aktor.

Catatan : Jarak tersebut di atas tidak berlaku secara mutlak bagi kelompok masyarakat, golongan, suku bangsa maupun bangsa yang berbedaAturan Mengenai WaktuJam Karet seperti : jam pertunjukan, seminar, rapat, jadwal penerbangan.

Aturan Gerak dan Sikap TubuhKomunikasi tanpa mengucapkan kata-kata, dengan gerak tangan atau sikap tubuh seperti :mata mengedipmenjulurkan lidahmengacungkan ibu jarimengangkat bahumembungkukkan badanmenganggukmengernyitkan dahiHubungan Interaksi dan InformasiSumber Informasi(Karp dan Yoels)Kekurangan informasi orang yang tidak dikenal dapat diatasi melalui sumber-sumber informasi yang diwarisi sejak lahir seperti :rasusiajenis kelaminpenampilandaya tarik fisikbentuk tubuhcara berbusana, danpercakapan

RasOrang kulit putih VS orang kulit hitam

UsiaInteraksi orang tua VS orang muda

Jenis KelaminInteraksi antar laki-laki VS perempuanInteraksi dengan wariaPenampilanOrang berpenampilan menarik VS kurang menarik

PergaulanPasanganPekerjaanBentuk TubuhDalam berinteraksi orang sering cenderung mengaitkan antara bentuk tubuh dengan watak seseorang, seperti : Endomorph (bulat, gemuk) diangggap memiliki watak tertentu antara lain : tenang, santai dan pemaaf.Mesomorph (atletis dan berotot) berwatak : dominan, yakin, aktif, danEctomorph (tinggi, kurus) berwatak tenang dan pemalu.

PakaianOrang berbusana pakaian resmi, akan diperlakukan berbeda dengan orang yang bepakaian santai (T-Shirt dan blue jeans) oleh petugas kantor ataupun tempat hiburan

Seseorang yang berbusana eksekutif akan diperlakukan berbeda dengan seorang pelayan berseragam di sebuah restoranLingkup dan Tahapan InteraksiTahapan interaksi dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu:Tahap-tahap yang mendekatkan peserta interaksiTahap-tahap yang menjauhkan peserta merekaTahap-tahap yang mendekatkanTahap memulai (initiating)Menjajaki (experimenting)Meningkatkan (intensifying)Menyatupadukan (integrating), danMempertalikan (bonding)

Tahap-tahap yang menjauhkanMembeda-bedakan (differentiating)Membatasi (circumscribing)Memacetkan (stagnating)Menghindari (avoid)Memutuskan (terminating)Aplikasi interaksi dalam KomunikasiMenurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa adanya dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi.Kontak SosialKontak sosial memiliki sifat-sifat berikut.Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif.Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder

KomunikasiAda lima unsur pokok dalam komunikasi yaitu sebagai berikut.Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan, perasaan, atau pikiran kepada pihak lain.Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran, atau perasaan.Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa informasi, instruksi, dan perasaan.Media, yaitu alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi dapat berupa lisan, tulisan, gambar, dan film.Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan, setelah mendapatkan pesan dari komunikator.

Tiga tahap penting dalam proses komunikasi -Encoding-Penyampaian-Decoding

Faktor dasar terbentuknya interaksi sosial

ImitasiIdentifikasiSugestiMotivasiSimpatiEmpatiGillin & Gillin menyebutkan dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu proses asosiatif (processes of association) dan proses disosiatif (processes of dissociation). Proses asosiatif merupakan proses menuju terbentuknya persatuan atau integrasi sosial. Proses disosiatif sering juga disebut sebagai proses oposional (oppositional process) yang berarti cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.Bentuk-Bentuk Interaksi SosialAsosiatifDisosiatifAsosiatifKerja samaAkomodasiAsimilasiAkulturasiDisosiatifKompetisiKontravensiKonflikSOSIALISASI(Bahasan Kedua)Pemikiran BergerPeter Berger (1978) melihat adanya perbedaan penting antara manusia dengan makhluk lain (hewan). Seluruh perilaku hewan dikendalikan oleh nalurinya, sedangkan manusia pada saat dilahirkan merupakan makhluk yang tidak berdaya karena memiliki naluri yang relatif tidak lengkapMenurut Berger, sosialisasi adalah : A process by which a child learns to be a participant member of society Suatu proses melalui mana seorang anak belajar menjadi anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Apa yang dipelajari seseorang dalam proses sosialisasi, para ahli mengatakan bahwa yang diajarkan melalui proses sosialisasi adalah peranan-peranan, sehingga teori sosialisasi sejumlah tokoh/ahli disebut Role Theory.George Herbert Mead dalam bukunya Mind, Self and Society (1972). Menurut Mead, manusia yang baru lahir belum mempunyai diri, diri manusia berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota yang lain. Menurut Brim, 1966 (dalam Mudjiran,dkk.2007) bahwa sosialisasi adalah proses memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan seseorang berpatisipasi secara proaktif dalam kelompok atau dalam masyarakat.David gaslin, sosialisasi adalah proses belajar yang dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan tentang nilai dan norma-norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota kelompok masyarakat.Soerjono soekanto mengatakan sosialisasi adalah suatu proses yang menempatkan anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di tempat dia menjadi anggota.M.J herskovits, sosialisasi merupakan suatu proses di mana seorang anak menyesuaikan diri dengan norma-norma keluarga dan masyarakat.Lawang Robert M.Z, sosialisasi merupakan suatu proses mempelajari norma, nilai,peran dan semua persyaratan lain yang diperlukan sehingga memungkinkan unutk berpartisipasi secara efektif dalam kehidupan sosial.4. Laurence, sosialisasi merupakan suatu proses pendidikan atau latihan seseorang untuk belajar memahami dan menguasai suatu kebudayaan sebagai pelakunya.Teori PerananMenurut Soekanto, Peranan (role) merupakan proses dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya.Teori PerananLevinson dalam Soekanto (2009:213) mengatakan peranan mencakup tiga hal, antara lain:Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Teori PerananMerton dalam Raho (2007 : 67) mengatakan bahwa peranan didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari orang yang menduduki status tertentu. Sejumlah peran disebut sebagai perangkat peran (role-set). Dengan demikian, perangkat peran adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-status sosial khusus.Tahapan Teori PerananTeori peranan terdiri atas tiga tahapan, yaitu :Tahap Play StageTahap Game StageGeneralized OtherPlay StagePada tahap ini, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peranan orang lain di sekitarnya. Ia mulai menirukan peranan yang dijalankan orangtuanya, atau orang dewasa lain. Anak hanya menirukan peranan-peranan tersebut tanpa memahami artinya.

Contoh : anak kecil bermain meniru peranan ayah, ibu, nenek, dokter, polisi, sopir, tukang pos, dsb. Namun, si anak belum memahami sepenuhnya peranan-peranan yang ditirunya. Seorang anak menirukan pekerjaan ayahnya tetapi ia tidak memahami kenapa ayahnya bekerja.Game StagePada tahap ini, seorang anak tidak hanya mengetahui peranan yang harus dijalankannya, tetapi ia telah mengetahui peranan apa yang harus dijalankan orang lain.

Contoh : Dalam suatu permainan perang-perangan, si anak harus tahu apa yang diharapkan dari teman mainnya, tetapi juga apa yang diharapkan dari orang-orang lain yang ikut bermain (musuh, mata-mata, tawanan perang, rakyat biasa, kawan, dll).

Generalized OtherPada sosialisasi tahap awal, interaksi anak terbatas dalam unit yang kecil (keluarga). Pada tahap Generelazide Other seseorang dianggap telah mampu mengambil peranan yang dijalankan orang lain dalam masyarakat.

Contoh : Selaku siswa Ia telah memahami peranan guru, sebagai anak Ia memahami peranan orang tua, sebagai anggota perkumpulan sepak bola Ia tahu peranan pelatihnya. Apabila seseorang telah mencapai tahap ini Ia telah disebut mempunyai suatu Diri. Melalui contoh di atas nampak dengan jelas bahwa seseorang terbentuk melalui interaksi dengan orang lain.Konsep DiriKonsep diri merupakan kesadaran seseorang mengenai siapa dirinya. Menurut Deaux, Dane, dan Wrightsman (1993), konsep diri adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenai dirinya. Keyakinan seseorang mengenai dirinya bisa berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan, penampilan fisik, dan lain sebagainya. Kemudian orangpun akan merasa dirinya bangga atau tidak bangga dan senang atau tidak senang dengan dirinya.Konsep DiriKonsep diri bukanlah sesuatu yang tiba-tiba ada atau muncul. Pembentukan konsep diri dipengaruhi oleh orang lain dalam poses interaksi sosial. Charles H. Cooley (1964), lewat analogi cermin sebagai sarana bagi seseorang melihat dirinya, konsep diri seseorang diperoleh dari hasil penilaiaan atau evaluasi orang lain terhadap dirinya. Apa yang dipikirkan orang lain menjadi sumber informasi tentang diri kita.Pembentukan Konsep DiriCooley kemudian menciptakan istilahlooking-glass selfuntuk menggambarkan proses-proses perasaan mengenai diri kita berkembang. Looking-glass selfmengandung tiga unsur :Seseorang mempunyai persepsi mengenai penilaian orang lain terhadapnya.Contoh : kita dapat berpikir bahwa orang lain menganggap kita jenaka atau membosankan.Seseorang mempunyai persepsi mengenai penilaian orang lain terhadapnyaContoh : Kita menarik kesimpulan dari evaluasi orang lain, apakah kita jenaka ataukah membosankan?Seseorang mempunyai perasaan apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya. Contoh : Cara kita menginterpretasikan reaksi orang lain terhadap kita memberikan kita perasaan dan ide mengenai diri kita sendiri.

Konsep DiriNamun, bukan berarti penilaian atau evaluasi orang lain adalah satu-satunya yang membentuk konsep diri. Ketika kita melakukan sesuatu, hasil dari tindakan kita akan membentuk konsep diri. Contoh, ketika seseorang belajar suatu bahasa asing, kemudian ia menyadari kemampuannya dalam memahami tata bahasa, kosakata, dan pengucapannya secara lisan. Melalui pengamatannya atas hal-hal tersebut, ia menyadari apakah dirinya orang yang mudah memahami atau sulit mempelajari dan mengucapkan bahasa asing tersebut.Konsep DiriDengan adanya konsep diri, individu akan dapat menilai dirinya sendiri dengan mengavaluasi apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya sehingga ia dapat menempatkan diri pada tempat yang seharusnya tanpa melanggar norma atau aturan-aturan yang sudah ada di masyarakat.Tanpa adanya konsep ini maka individu tidak akan pernah mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya. Seperti halnya orang yang amnesia yang tidak mengetahui identitasnya.Agen SosialisasiMenurut Fuller Jacobs (1973), pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi disebut sebagai Agen Sosialisasi. Terdapat beberapa agen sosialisasi utama, antara lain :KeluargaTeman bermainSekolah, danMedia massaAgen Sosialisasi - KeluargaKeluarga merupakanlingkungan utamayang dikenal oleh anak.Agen sosialisasidi lingkungan keluarga meliputi orang tua, saudara kandung. Pada masyarakat dengan sistem keluarga luas (extended family) agen sosialisasi bisa mencakup kakek, nenek, paman, bibi, dan sebagainya. Sedangkan keluarga yang memiliki status sosial yang lebih baik memiliki agen sosialisasi tambahan, seperti pekerja sosial, petugas anak, pembantu dan sebagainya.Agen Sosialisasi Teman BermainAnak mulai bergaul dengan lingkungan selain keluarganya, seperti tetangganya atau teman sekolahnya. Pada tahap ini, anak menemukan agen sosialisasi yang lain. Pada lingkungan ini seorang anak mempelajari berbagai kemampuan baru, dia melakukaninteraksi sosial sederajat, anak memasuki game stage yaitu mempelajari aturan yang mengatur peran orang lain yang kedudukannya sederajat. Agen sosialisasi ini mengajarkan anak nilai-nilai keadilan.Agen Sosialisasi SekolahDilingkungan sekolahataupendidikan formalseorang anak mulai mempelajari hal-hal baru yang belum dipelajari dalam lingkungan keluarga maupun kelompok bermain.

Pendidikan formal mempersiapkan penguasaan peran-peran baru yang akan digunakan di kemudian hari, pada saat anak tidak tergantung pada orang tua lagi.Agen Sosialisasi Media MassaMenurut Light, Keller dan Calhoun (1989), media cetak dan media elektronik merupakan bentuk komunikasi yang menjangkau sejumlah besar orang. Media massa diidentifikasi sebagai agen sosialisasi yang berpengaruh terhadap prilaku khalayaknya. Contoh : Iklan-iklan yang ditayangkan dapat memicu ke arah perilaku konsumtif.Sebagai media pendidikan, hiburan, pesan, dll.Penayangan kampanye calon presiden dapat meyakinkan orang-orang untuk memilihnya.Kesepadanan Agen SosialisasiPesan-pesan yang disampaikan oleh para agen sosialisasi yang berlainan ada kalanya tidak sepadan. Apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen sosialisasi sepadan dan tidak saling bertentangan maka proses sosialisasi dapat berjalan lancar. Namun, apabila dalam masyarakat dijumpai agen sosialisasi dengan pesan yang saling bertentangan akan dijumpai kecenderungan warga masyarakat sering merasakan konflik pribadi serta merasa diombang-ambingkan oleh agen sosialisasi yang berlainan.Jenis-Jenis SosialisasiProses sosialisasi berlangsung sepanjang hayat. Dalam kaitan inilah para ahli membahas bentuk-bentuk sosialisasi, seperti sosialisasi setelah masa kanak-kanak, pendidikan sepanjang hidup, dan pendidikan berkesinambungan.Sosialisasi dapat juga dibagi menjadi :Sosialisasi PrimerSosialisasi SekunderSosialisasi PrimerSosialisasi primer adalah sosialisasi yang terjadi dalam keluarga. Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya. Dalamtahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.Sosialisasi SekunderSosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami pencabutan identitas diri yanglama.Pola Sosialisasi Sosialisasi RepresifSosialisasi ini menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri-ciri : penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan, penekanan pada kepatuhan anak pada orang tua, penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, non verbal dan berisi perintah, Pola Sosialisasi Sosialisasi PartisipatorisSosialisasi cara ini merupakan pola yang di dalamnya anak diberi kebebasan, penekanan diletakkan pada interaksi, komunikasi bersifat lisan, anak menjadi pusat sosialisasi, kebutuhan anak dianggap penting.

TERIMA KASIH