Top Banner

of 51

tugas io-makanan.docx

Oct 29, 2015

Download

Documents

try_dinaa
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

INTERAKSI OBAT

MAKALAHINTERAKSI OBAT DENGAN MAKANAN

Oleh :

OLEH :KELOMPOK II

Rafika FitriahA. Dhiza TenripadangLie Yusak Perkasa L.Ahmad AlwySazidha Febria AbayMuzayyidahTry Adipradana D.Nurfadhilah IdrisAkmal HidayatMegawatyHaeriyah RuslanMega YuliatiFika FitrianiIlham RasyidNisa Amalya

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKERFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2013BAB IPENDAHULUANDengan meningkatnya kompleksitas obat-obat yang digunakan dalam pengobatan pada saat ini, dan berkembangnya polifarmasi maka kemungkinan terjadinya interaksi obat makin besar. Interaksi obat perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan (Quinn and Day, 1997). Interaksi obat didefinisikan sebagai modifikasi efek suatu obat akibat obat lain yang diberikan pada awalnya atau diberikan bersamaan, sehingga keefektifan atau toksisitas satu obat atau lebih berubah (Fradgley, 2003).Obat dapat berinteraksi dengan obat lain maupun dengan makanan atau minuman yang dikonsumsi oleh pasien. Hal ini dapat terjadi karena dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang seorang penderita mendapat obat lebih dari satu macam obat, menggunakan obat ethical, obat bebas tertentu selain yang diresepkan oleh dokter maupun mengkonsumsi makanan dan minuman tertentu seperti alkohol, kafein. Perubahan efek obat akibat interaksi obat dapat bersifat membahayakan dengan meningkatnya toksisitas obat atau berkurangnya khasiat obat. Namun, interaksi dari beberapa obat juga dapat bersifat menguntungkan seperti efek hipotensif diuretik bila dikombinasikan dengan beta-bloker dalam pengobatan hipertensi (Fradgley, 2003).Kemungkinan lain terjadinya interaksi obat adalah akibat kebiasaan beberapa penderita untuk mengobati diri sendiri dengan obat-obatan yang dapat dibeli di toko-toko obat secara bebas. Interaksi obat yang tidak diinginkan dapat dicegah bila kita mempunyai pengetahuan farmakologi tentang obat-obat yang dikombinasikan. Tetapi haruslah diakui bahwa pencegahan itu tidaklah semudah yang kita sangka, mengingat jumlah interaksi yang mungkin terjadi pada orang penderita yang menerima pengobatan polifarmasi cukup banyak.Obat yang diresepkan dokter pada umumnya tidak enak rasanya saat diminum karena rasanya cenderung pahit. Oleh karena itu, kita sering mengkonsumsi obat bersama makanan atau minuman yang mempunyai rasa manis untuk menutupi rasa pahit. Apalagi bila pasiennya adalah anak-anak yang biasanya meminum obat dalam bentuk puyer. Orang tua haruslah pandai mensiasati agar anak mau mengkonsumsi obat yang rasanya tidak enak tersebut biasanya dengan mencampurkan obat dengan makanan atau minuman kesukaan anak mereka.Pengaruh makanan atau minuman terhadap obat dapat sangat signifikan atau hampir tidak berarti, bergantung pada jenis obat dan makanan/minuman yang kita konsumsi. Selain itu harus juga dipahami bahwa sangat banyak faktor lain yang mempengaruhi interaksi ini, antara lain dosis obat yang diberikan, cara pemberian, umur, jenis kelamin, dan tingkat kesehatan pasien.BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. KARBOHIDRATSeperti namanya, karbohidrat terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen dengan formula umum CnH2nOn. Secara umum, karbohidrat dibagi menjadi dua kategori besar: gula dan pati. Pada tabel 1 dapat dilihat daftar karbohidrat diet umum, sampel sumber makanan, dan enzim yang dibutuhkan untuk pencernaan. Semua makanan berkarbohidrat harus dimetabolisme menjadi konstituen monosakarida agar dapat diserap di dinding usus. Setelah penyerapan, sebagian besar monosakarida masuk ke sirkulasi portal ke hati, meskipun jumlah kecil digunakan oleh dinding usus untuk proses metabolisme sendiri.Secara keseluruhan, pencernaan karbohidrat sebenarnya lebih kompleks daripada biasanya diajarkan. Kandungan serat makanan sangat tergantung pada metode analisis dan jenis serat. Hambatan dari pencernaan pati di usus kecil juga sangat dipengaruhi oleh faktor tambahan, seperti variasi pengolahan, suhu pemanasan atau pendinginan, pH, dan kandungan air makanan.Suatu gambaran mengenai mekanisme kerja enzim pencernaan sangat baik terlihat seiring dengan perkembangan makanan melalui jalur pencernaan. Pencernaan karbohidrat dimulai di mulut. Kelenjar ludah menghasilkan enzim yang diklasifikasikan sebagai saliva -amilase.Enzim ini bertanggung jawab sebagai langkah pertama dalam perubahan dari pati menjadi senyawa gulanya. Mengunyah makanan yang memadai dapat menjadi sarana mekanis dalam memecah sel, mempromosikan pencampuran pati dengan amilase saliva, dan bertindak pada beberapa makanan sebelum pH di perut menonaktifkan enzim. Pencernaan dapat dipengaruhi baik oleh kualitas dan jumlah air liur yang diproduksi. Berbagai terapi seperti terapi radiasi dan obat dapat mengubah produksi air liur (viskositas dan volume) dan dampaknya pada efisiensi enzim ini.Proses pengadukan tepung makanan di perut dapat mengurangi ukuran partikel dari proses mengunyah makanan yang buruk dan, karenanya, lebih mempersiapkan pati untuk selanjutnya dicerna di usus kecil. Partikel kecil mengekspos lebih luas permukaan untuk pencernaan senyawa. Bagaimanapun juga, aktivitas di saluran cerna perut memiliki pengaruh kecil pada pencernaan karbohidrat pada umumnya karena amilase saliva dalam bolus pati dinonaktifkan dalam waktu yang relatif singkat.Pankreas mensekresi amilase dan natrium bikarbonat, yang membantu meningkatkan proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat di usus kecil. Sebagian besar pencernaan karbohidrat terjadi karena aksi amilase pankreas pada usus kecil.Tabel 1. Karbohidrat dan enzim pencernanya

Sumber: McCabe,B.J., et al. Handbook of Food-drug interaction. 2003

Perubahan pH di usus kecil dari lingkungan asam lambung dilakukan dengan pelepasan natrium bikarbonat dengan enzim pankreas melalui sfingter Oddi. Bayi yang baru lahir mungkin tidak menghasilkan jumlah yang cukup enzim pankreas ini untuk mencerna pati selama beberapa bulan.Ketika saluran empedu terhalang oleh batu empedu, masalah akan terjadi di pencernaan untuk semua makronutrients. Pankreatitis dapat mengakibatkan penghambatan efek dari enzim pankreas karena tidak dapat memasuki usus kecil tetapi menjadi aktif di daerah pankreas.Usus kecil adalah tempat utama pencernaan dan penyerapan karbohidrat. Tingkat penyerapan tergantung pada jumlah peristalsis dan viskositas bolus. Monosakarida dan disakarida pernah dianggap diserap lebih cepat daripada pati, tetapi kemudian temuan terbaru menyatakan bahwa glukosa, dekstrin, dan pati terlarut diserap dengan kecepatan yang sama. Akhir dari pemecahan karbohidrat senyawa menjadi monosakarida dicapai oleh enzim perbatasan akhir (brush border enzyme) (misalnya, laktase, maltase, dan sukrase). Beberapa mekanisme yang ada untuk pengangkutan monosakarida di mukosa usus adalah difusi, difusi terfasilitasi, dan transpor aktif.Monosakarida yang diserap melalui transport aktif pada manusia adalah D-glukosa dan D-galactose; kedua saling bersaing untuk situs penyerapan. Natrium adalah kunci untuk transpor aktif glukosa. Ketika sistem natrium / kalium / ATPase dihambat, transpor aktif gula juga menjadi terhambat.Difusi terfasilitasi adalah metode penyerapan ketiga. Sebuah contoh difusi terfasilitasi adalah penyerapan fruktosa, salah satu dari dua monosakarida dalam sukrosa. Jika sukrosa atau fruktosa yang dikonsumsi berlebih, tingkat enzim brush border akan meningkat. Tetapi hal tersebut tidak akan meningkatkan penyerapan laktosa. Jika mengonsumsi laktosa dalam jumlah yang besar, dan dengan terbatasnya enzim lactase yang tersedia, maka tidak jarang, efek samping gastrointestinal, termasuk kram, perut kembung, dan diare, dapat terjadi.Setelah makanan meninggalkan usus kecil, tidak ada enzim pencernaan yang dikeluarkan. Selanjutnya pencernaan karbohidrat di usus besar akan diteruskan dengan proses fermentasi kompleks yang telah dijelaskan oleh Cummings.Usus besar tidak memiliki peran dalam pencernaan karbohidrat kecuali melalui fermentasi yang mengubah serat tercerna atau pati resisten menjadi asam lemak rantai pendek. Asam lemak ini berfungsi sebagai bahan bakar yang disukai coloncyte, hal ini menyediakan lebih dari 70% dari energi yang dibutuhkan oleh sel-sel. Pati resisten, menurut definisi, karbohidrat yang lolos pencernaan di usus kecil. Serat larut seperti pektin mengalami degradasi hampir sepenuhnya, sedangkan serat tidak larut seperti lignin yang ditemukan dalam dedak gandum hanya sebagian terdegradasi.Idealnya, karbohidrat merupakan komponen utama dari diet. Semua pedoman makanan merekomendasikan bahwa karbohidrat memberikan porsi utama energi pada menu diet. Makanan karbohidrat adalah sumber utama serat dalam diet serta sebagai penyedia utama banyak mikronutrien (misalnya, vitamin B, folat, vitamin C, dan nutrisi dasar lainnya). Fungsi utama dari diet karbohidrat adalah untuk menyediakan energi; peran lain adalah sebagai agen pemanis utama dalam makanan dan obat-obatan. Fungsi ini termasuk sebagai sumber rasa dan tekstur, berkontribusi terhadap viskositas produk makanan dan cairan, menstabilkan emulsi, dan mengawetkan makanan.Karbohidrat hanya memainkan peran kecil sebagai produk obat. Kebanyakan obat merupakan senyawa protein atau molekul organik yang lebih kompleks. Obat-obatan berbasis karbohidrat sebagian besar berefek pencahar karena karbohidrat bersifat menarik air ke dalam lumen usus besar. Obat yang memiliki gugus gula (misalnya, dalam alkaloid) yang mengekspos obat untuk tindakan dari proses pencernaan.B. PROTEINProtein makanan memberikan persentase terkecil dari segi jumlah kalori yang dibebaskan, mulai dari sekitar 10 sampai 20%. Protein terdiri dari subunit kecil disebut asam amino, tata nama mereka berasal dari adanya gugus amina pada satu ujung dan gugus karboksil di ujung. Asam amino secara tradisional dapat dikategorikan sebagai asam amino esensial, yang berarti bahwa manusia harus mengkonsumsi ini sebagai bagian dari diet, atau sebagai asam amino nonesensial, yang berarti dapat diproduksi dalam tubuh dengan proses fisiologis atau dikonversi dari senyawa lainnya dari asam amino.Sekitar 20 asam amino yang berbeda umumnya dapat ditemukan dalam makanan dan dalam tubuh. Asam amino tertentu, misalnya, metionin dan triptofan, umumnya hadir dalam semua protein, meskipun komposisi asam amino protein sangat bervariasi.Ciri khas semua protein adalah nitrogen, yang umumnya dianggap menyediakan sekitar 16% dari berat asam amino. Oleh karena itu, 6,25 (1/16th) digunakan sebagai faktor dimana berat nitrogen (g) dikonversi menjadi berat protein (g) yang dibutuhkan. Secara umum, protein lebih kompleks dan bervariasi daripada karbohidrat dan mengandung lebih banyak elemen. Ini berarti bahwa makanan berprotein umumnya baik sebagai sumber beberapa mineral. Satu gram protein, misalnya, menyediakan sekitar 1 mEq kalium. Perbedaan dalam struktur rantai samping, biasanya dituliskan sebagai gugus "R", sangat menentukan fungsi dari berbagai protein.Struktur umum protein adalah adanya ikatan peptida yang cenderung menghubungkan lipatan rantai polipeptida, yang pada akhirnya memberikan struktur tiga dimensi. Sebuah bidang baru yang besar (proteomik) dititikberatkan pada penentuan mengapa protein yang terbuat dari kode genetik kromosom sama dengan lipatan yang berbeda dan, dengan demikian, fungsi berbeda.Protein memiliki peran yang banyak dalam tubuh seperti pada jaringan struktural, jaringan organ, enzim, molekul transportasi darah, senyawa darah, karier sel membran-tertanam, matriks intraseluler, sel kekebalan tubuh, rambut, kuku, dan banyak hormon. Perubahan dalam struktur protein di mana adanya lipatan atau hubungan yang rusak ini disebut denaturasi. Denaturasi dapat terjadi melalui tiga mekanisme yang berbeda, yakni: asam,, mekanik dan enzimatik. Pemukulan meringue dari putih telur adalah proses denaturasi yang menunjukkan efek mekanik (mencambuk) dan contoh tindakah asam (penggunaan cream of tartar).Mulut, di luar aksi mekanik seperti mengunyah atau menghancurkan makanan menjadi partikel yang lebih kecil, tidak terlibat dalam pencernaan protein. Perut menyediakan beberapa proses pencernaan yang berbeda, seperti penggilingan dan pencampuran protein dengan asam klorida, proses pelepasan enzim lambung dan pelepasan enzim pankreas. Sehingga saluran penceraan perut menggambarkan ketiga metode denaturasi protein makanan.Usus kecil adalah tempat utama pencernaan dan penyerapan protein. Beberapa enzim proteolitik diproduksi oleh pankreas. Tabel 2 memberikan informasi mengenai beberapa enzim umum yang terlibat dalam pencernaan protein dan sumber enzim tersebut. Beberapa enzim menyerang ujung amina, sementara enzim lain memisahkan karboksil, namun enzim lainnya juga memecah protein menjadi asam amino menjadi segmen yang lebih kecil, biasanya menjadi tripeptida dan dipeptida. Segmen yang lebih kecil umumnya lebih baik diserap daripada baik asam amino tunggal (monopeptides) atau asam amino kompleks (oligopeptide) karena lebih banyak daerah penyerapan usus untuk semua jenis segmen tersebut. Asam amino yang dikonsumsi melebihi kebutuhan tidak disimpan sebagai protein tetapi digunakan sebagai bahan bakar metabolisme dan akhirnya dapat dimodifikasi menjadi asam lemak dan disimpan dalam sel lemak.Tabel 2. Enzim dan sumber enzim

Sumber: McCabe,B.J., et al. Handbook of Food-drug interaction. 2003

Beberapa obat adalah protein yang dapat berasal dari tanaman, hewan, atau genetik rekayasa. Dengan demikian, ada yang mudah dicerna jika dikonsumsi secara peroral dan, karena itu, harus diberikan melalui suntikan atau spray (misalnya, insulin, heparin). Secara tradisional, insulin berasal dari pankreas babi (porcine) atau sapi (sapi), yang penggunaan dalam jangka panjang dari senyawa ini sering menyebabkan alergi karena dianggap protein asing. Belakangan ini, insulin manusia dan beberapa analog insulin manusia dari hasil rekayasa genetika tengah diproduksi.Obat oral diserap terutama pada proses yang aktif di usus halus sebagai molekul utuh. Kemampuan untuk mencapai usus kecil dalam bentuk molekul utuh lebih disukai untuk produk obat. Kerapuhan protein karena lingkungan yang merugikan dalam saluran pencernaan adalah masalah utama bagi desainer obat. Para desainer dari makanan fungsional ingin pencernaan dan penyerapan yang normal terjadi pada tempat yang tepat dalam usus, sementara desainer obat bekerja untuk mencegah pencernaan dan menunda penyerapan sampai obat mencapai lokasi yang tepat.C. LEMAKLipid adalah istilah yang digunakan oleh para ahli kimia untuk menggambarkan sekelompok zat hidrofobik yang berisi dasarnya hanya hidrogen, karbon, dan oksigen dan tidak bercampur dalam air. Tidak ada definisi yang tepat dari kata "fat". Lipid adalah komponen utama yang terdapat banyak pada membran sel pada hewan dan berfungsi sebagai bentuk penyimpanan utama energi dalam tubuh. Lipid disimpan dalam jaringan adiposa dalam bentuk trigliserida. Sebuah trigliserida atau triasilgliserol terdiri dari molekul gliserol untuk tiga asam lemak yang melekat dengan ikatan ester (esterifikasi). Dalam lemak yang dapat dimakan, istilah trigliserida digunakan untuk membedakan lipid ini dari hidrokarbon industri. Di antara ahli gizi, perbedaan dibuat oleh penggunaan umum dari kata lemak untuk merujuk senyawa ini dalam makanan, sedangkan lipid mengacu pada lemak yang ditemukan dalam tubuh. Di sebagian besar negara industri, asupan lemak menyediakan sekitar 35-45% dari asupan kalori.Dalam makanan, karakteristik lemak ditentukan oleh panjang rantai dan derajat kejenuhan. Panjang rantai karbon menentukan transportasi mereka setelah penyerapan. Lemak diet yang paling umum adalah asam lemak rantai panjang yang biasanya 16-18 karbon panjang dan derajat kejenuhan tergantung pada sumber aslinya. Secara umum, lemak dari sumber hewani merupakan lemak jenuh (ikatan tidak berangkap) dengan pengecualian untuk klasifikasi asam lemak tak jenuh ganda omega-3, sering disebut sebagai minyak ikan. Lemak yang berasal tanaman sebagian besar adalah kombinasi asam lemak tak jenuh tunggal atau asam lemak tak jenuh ganda tergantung pada sumber tanaman. Tanaman tertentu (misalnya, safflower, bunga matahari, jagung) secara tradisional dianggap sebagai yang sumber asam lemak tak jenuh ganda, namun varietas baru tanaman, khususnya safflower, telah dikembangkan dengan kadar asam lemak tak jenuh tunggal dan rendah dalam asam lemak tak jenuh ganda. Sejumlah kecil sumber tanaman menghasilkan sebagian besar lemak jenuh (misalnya, kelapa, kelapa sawit, dan minyak kurma). Dalam minyak ini, rasio lemak jenuh dengan tak jenuh, efek samping lemak jenuh lebih tinggi, hal ini telah acapkali menimbulkan kekhawatiran karena peran lemak jenuh dalam atherogenesis.Pencernaan trigliserida sangat kompleks dan melibatkan interaksi antara berbagai produk lipolitik, fosfolipid, garam empedu, protein, dan karbohidrat. Dua langkah awal pencernaan adalah: (1) untuk mempersiapkan hidrolisis enzimatik oleh meningkatkan luas permukaan dari molekul yang mengandung lemak dan (2) untuk membuat permukaan dari molekul yang dapat diakses oleh aksi lipase.Sementara sejumlah kecil lipase diproduksi secara sublingual, enzim lipase lingual ini, memainkan peran kecil dalam pencernaan lemak, dengan kemungkinan pengecualian bayi yang berusia sangat muda mungkin berperan penting. Jumlah lipase juga terdapat dalam jumlah kecil di ASI, daging, keju, sayuran, salad dressing, dan kecap. Bila trigliserida masuk ke saluran pencernaan perut, enzim lain seperti pada lambung yakni esterase, memecah lemak menengah dan rantai pendek tetapi tidak mempengaruhi asam lemak rantai panjang. Kombinasi pH asam, kehadiran asam amino, asam lemak, dan monogliserida merangsang pelepasan cholecystokinin, biasanya disingkat sebagai CCK, dan enzim lain, secretin, dari mukosa duodenum ke dalam sirkulasi. Secretin adalah stimulan fisiologis untuk membebaskan sebagian besar elektrolit pankreas. CCK merangsang sintesis dan pelepasan enzim eksokrin dan bikarbonat pankreas, yang kemudian akan membantu untuk memodulasi pH usus halus. CCK juga menginduksi secara berkelanjutan kontraksi kandung empedu dan sintesis serta pelepasan hepatik cairan empedu.Setelah chimus (campuran makanan dan lambung sekresi, misalnya, asam, enzim) telah dibuat menjadi pH basa dan enzim pankreas telah ditambahkan lebih ke dalam campuran, maka trigliserida akan terhidrolisis atau rusak. Garam empedu dan fosfolipid kemudian memindahkan lipase dari permukaan sel, dan enzim lain, colipase, akan menggantikan enzim ini dalam tempat berikatnya sel. Garam empedu dan fosfolipid, terutama lesitin (fosfatidil kolin), membentuk misel campuran karena bersifat hidrofilik dan hidrofobik. Misel mengandung trigliserida, digliserida, 2-monogliserida, dan asam lemak. Hanya dua terakhir komponen dapat melewati membran dengan difusi. Misel berada dalam gerakan konstan, memungkinkan monomer lipid untuk masuk ke membran sel dan kemudian mengisi misel lainnya dalam reaksi berantai.Trigliserida rantai panjang merupakan bagian terbesar dari lemak dalam diet yang harus dipecah di usus kecil oleh lipase pankreas menjadi gliserida parsial dan asam lemak sebelum penyerapan yang efisien dapat terjadi. Sayangnya untuk manusia modern yang kurang bergerak, penyerapan lemak sangat efektif, dengan tingkat penyerapan lebih dari 90% dalam jumlah moderat (100-250 g/d).Orang dewasa memiliki kapasitas yang besar untuk penyerapan lemak namun normalnya memiliki rata-rata harianekskresi pada fesces 4-6 g, bahkan untuk 100 g lemak makanan. Bayi yang baru lahir, tidak memiliki kapasitas cadangan untuk penyerapan lemak, sehingga sumber lemak penting. ASI mengandung lipase yang memberikan beberapa perlindungan dari malabsorpsi lemak, tetapi bayi yang mengonsumsi susu formula sapi mungkin memiliki derajat malabsorpsi lemak tertentu. Dewasa tua mungkin memiliki kapasitas terbatas untuk penyerapan lipid tapi hal ini dapat diimbangi dengan asupan lemak yang berkurang. Semakin besar kemungkinan dari achlorhydria dalam dewasa tua mungkin berkontribusi pada pH yang lebih tinggi di duodenum proksimal sehingga dapat menghasilkan steathorrea ringan.Hati memproduksi garam empedu yang disimpan dalam kantong empedu akan dikeluarkan melalui saluran empedu di mana akan bercampur dengan lipase pankreas. Garam empedu bertindak sebagai pengemulsi dan bantuan dalam pencernaan lemak. Reabsorpsi asam empedu diperlukan untuk memenuhi kebutuhan diet tinggi lemak, dan hal ini terjadi di ileum distal. Kerusakan ileum atau katup ileocecal dapat menyebabkan diare dan berperan dalam proses malabsorpsi lemak makanan.Penyerapan lemak bervariasi tergantung jenis lemak. Secara umum, asam lemak rantai panjang (LCT) diangkut dari sel mukosa ke sirkulasi melalui sistem limfatik, kemudian memasuki aliran darah dekat arteri dada. Trigliserida rantai menengah (MCT), di sisi lain, memasuki sirkulasi langsung melalui vena portal hati. Asam lemak rantai pendek yang cukup langka dalam makanan, tetapi diproduksi di usus sebagai produk akhir dari fermentasi polisakarida nonstarch seperti yang ditemukan dalam kacang-kacangan. Minyak MCT umumnya diproduksi oleh distilasi fraksional minyak kelapa. Transformasi minyak ke dalam margarin padat atau semipadat yang telah diperpendek memerlukan proses hidrogenasi. Banyak dari asam lemak diubah menjadi asam lemak trans, bukan pada bentuk cis dari mana mereka mulai. Pada bentuk cis, dua hidrogen akan ditambahkan pada sisi yang sama (sisterly fashion) sementara dalam bentuk trans, hidrogen akan ditambahkan pada setiap sisi (di seberang dari masing-masing lainnya). Jumlah pengolahan menentukan jumlah asam lemak trans dari sudut pandang praktis. Asam lemak trans memang terjadi secara alami dalam makanan tetapi relatif dalam jumlah kecil. Bentuk trans mungkin kurang diinginkan daripada bentuk cis dalam pencegahan penyakit kardiovaskular. Jika lemak total makanan disimpan ke jumlah yang sederhana, kehadiran asam lemak trans dalam jumlah kecil tidak mungkin secara signifikan berdampak pada kesehatan. Titik leleh trigliserida ditentukan oleh jenis asam lemak tertentu (misalnya, panjang rantai karbon) serta jumlah, lokasi, serta konfigurasi cis dan trans dari ikatan ganda. Titik leleh trigliserida merupakan hal penting dalam proses penyerapan usus.

D. INTERAKSI OBAT MAKANAN SECARA UMUMInteraksi obat-obat mengacu pada perubahan efek satu obat yang disebabkan oleh kehadiran obat kedua. Interaksi obat-nutrien (dari makanan, minuman yang diberikan melalui peroral ataupun dengan enteral dan parenteral) sama mengacu pada perubahan efek obat atau nutrisi yang disebabkan oleh kehadiran kedua agen. Interaksi obat dapat menguntungkan ataupun merugikan. Interaksi obat (obat obat, obat-makanan/minuman, obat herbal, herbal makanan) tidak dapat dihindari, fakta diperhitungkan ketika merencanakan terapi. Acap kali dosis tidak berubah sama sekali, tetapi pemantauan biasanya harus ditingkatkan.Jenis interaksi yang dapat terjadi diantaranya adalah potensiasi, penghambatan, perubahan penyerapan, interaksi secara kimia langsung, perubahan metabolisme, perubahan distribusi, kompetisi di lokasi aksi, dan perubahan laju eliminasi. Potensiasi dapat berupa aditif atau sinergis dan mengacu pada peningkatan efek dari satu obat sebagai akibat dari obat kedua atau nutrien. Menambahkan pisang, kentang, dan makanan lain yang kaya kalium sebagai menu diet diet pada saat yang sama untuk pasien yang mengonsumsi suplemen penambah kalium (misalnya, kaon-Cl) akan menyebabkan efek aditif terhadap nutrisi makanan dengan tujuan terapeutik.Reaksi inhibisi / penghambatan mengacu pada penurunan efek ketika dua zat memiliki efek pada proses yang berlawanan satu dengan yang lainnya. Penurunan efek antikoagulan warfarin (Coumadin) terlihat ketika asupan vitamin K meningkat merupakan contoh negatif dari jenis interaksi ini. Terapi warfarin sering memerlukan penyesuaian karena penghambatan tersebut, terutama ketika pasien dengan tiba-tiba meningkatkan asupan sayuran berdaun hijau yang kaya vitamin K. Ini adalah contoh bahaya yang nyata bagi pasien yang gemar mengonsumsi sayur-sayuran dari kebun sehingga asupan vitamin K pasien dapat bervariasi secara drastis dari musim ke musim. Contoh lainnya adalah kafein, merupakan senyawa nonnutritive sebuah konstituen makanan dan minuman (kopi, teh), memiliki efek inhibisi secara farmakologi untuk obat penenang.Penurunan penyerapan zat besi nonheme dari makanan terlihat ketika mengonsumsi antasida dengan makanan yang mengandung zat besi. Hal ini dapat mengakibatkan kekurangan zat besi yang berujung pada anemia dengan karakteristik mikrositik, hipokromik, sel-sel darah merah. Jus grapefruit (sejenis jeruk) akan meningkatkan bioavailabilitas siklosporin (Sandimmune ). Hal ini akan mengurangi potensi penolakan organ oleh penerima transplantasi organ, tetapi juga dapat meningkatkan potensi toksisitas siklosporin. Konsumsi jeruk dengan tujuan untuk mengurangi dosis cytosporine tidak disarankan karena sifat interaksi ini belum dapat diukur secara pasti.Sebuah contoh dari interaksi kimia langsung adalah reaksi antara dekstrosa dan asam amino dalam nutrisi parenteral. Kejadian tersebut adalah reaksi yang sama terlihat ketika daging dimasak dan dikenal sebagai reaksi Maillard. Substrat senyawa yang terlibat cenderung mengurangi kadar gula dan asam amino, dan faktor-faktor ini membatasi waktu penyimpanan untuk sediaan larutan nutrisi parenteral. Hasil reaksi akan menggelapkan warna larutan nutrisi parenteral tersebut.Perubahan metabolisme juga dapat terjadi. Hal ini umumnya terjadi di hati tapi mungkin juga perifer. Banyak enzim yang bertanggung jawab untuk metabolisme obat adalah bagian dari sitokrom.Perubahan distribusi dapat terjadi ketika obat-protein terikat. Terikatnya obat dengan protein umumnya akan mengurangi jumlah obat bebas. Penurunan jumlah obat bebas dalam plasma dapat menurunkan aktivitas obat dan juga menurunkan metabolisme dan eliminasi obat. Dalam jenis interaksi, salah satu zat yang terikat menggantikan zat lain terikat dari tempat ikatannya. Efeknya, jika ada, mungkin bersifat sementara karena bertambahnya pengaruh obat bebas yang dapat diatasi dengan meningkatkan metabolisme dan ekskresi obat bebas. Merupakan hal yang mungkin jika agen kedua diambil secara berkesinambungan. Sebuah contoh nontransient ini adalah pengukuran kadar kalsium total serum berdasarkan tingkat albumin serum. Hanya Ca2+ dalam bentuk ion bebas secara fisiologis aktif. Kebanyakan tim medis tidak memiliki akses cepat untuk mengetahui kadar kalsium terionisasi, tetapi untuk total kadar kalsium serum biasanya tersedia. Karena setiap gram albumin dalam aliran darah akan mengikat dengan sekitar 0,8 mg kalsium, serum dengan konsentrasi lebih rendah daripada albumin yang normal akan memiliki jumlah yang lebih rendah kalsium terikat. Hal ini akan menghasilkan tingkat kalsium total yang lebih rendah, bahkan jika jumlah kalsium terionisasi (tidak terikat) normal. Banyak ahli medis menghitung kadar kalsium dengan mengurangi kadar albumin pasien baik dari 4,0 g / dL (titik tengah kisaran normal) atau 3,5 g / dL (rendah albumin normal), kemudian mengalikannya dengan 0,8 mg / g, dan menambahkan faktor ini terhadap total serum kalsium untuk mengoreksi hasil yang telah didapatkan.Perubahan laju ekskresi ginjal juga dimungkinkan untuk terjadi dalam interaksi antara obat dan nutrisi. Salah satu contoh klasik adalah efek interaksi diuretik (misalnya, diuretik loop dan diuretik thiazide) pada kalium. Hasil diuretik ini adalah terjadinya peningkatan terbuangnya kalium dalam urin. Ini mungkin memerlukan suplemen farmakologis atau gizi asupan kalium.E. BEBERAPA INTERAKSI DALAM STUDI PUSTAKAE.1. INTERAKSI DALAM ABSORBSIAda banyak cara di mana makanan dapat mempengaruhi fisiologi gastrointestinal (GI) / saluran cerna, dan penyerapan obat, hal ini dirangkumpada Gambar 1. Garis besar yang penting untuk penyerapan obat adalah pada proses perubahan dalam pengosongan lambung waktu, motilitas GI, aliran darah splanknikus, dan sekresi GI.Gambar 1. Proses Pengaruh Makanan Terhadap Laju Absorbsi Beberapa Obat

Sumber: Patil D., Mayee R. Food Effect on Bioavailablility of Drugs: A Review. IJUPLS 3(2): March-April 2013

Penyerapan obat dari saluran gastrointestinal dapat dipengaruhi rangsangan oleh jumlah asupan makanan yang cukup, terutama makanan dengan kandungan lemak tinggi. Dalam hal ini faktor-faktor berikut memainkan peran penting: peningkatan pH dalam saluran pencernaan di perut, peningkatan sekresi empedu, penguatan motilitas, peningkatan aliran darah dan pengurangan waktu transit lambung.Makanan dapat memperlambat pengosongan lambung sehingga kemudian menunda penyerapan obat. Komposisi makan juga memengaruhi laju pengosongan lambung. Makanan tinggi lemak menyebabkan pengosongan lambung tertunda. Penundaan obat untuk mencapai usus kecil dapat menunda penyerapan selanjutnya di sirkulasi sistemik. Berdasarkan pengamatan ini, pemberian oral obat di bawah kondisi puasa sering dianjurkan ketika penyerapan cepat (dan karenanya akan menghasilkan onset yang cepat untuk memberikan efek terapi) diperlukan. Untuk sebagian besar obat-obatan, terutama yang digunakan untuk kondisi kronis, keterlambatan dalam timbulnya penyerapan tidak memberikan konsekuensi secara klinis asalkan jumlah obat diserap tidak ikut terpengaruh.Makanan juga memiliki potensi untuk meningkatkan tingkat penyerapan obat. Jika memahami mekanisme interaksi obat terhadap makanan akan memungkinkan para ahli medis untuk memberikan saran yang tepat kepada pasien tentang mengambil obat sehubungan dengan waktu dan komposisi makanan. Pengaruh makanan tergantung pada karakteristik fisikokimia dan farmakokinetik dari obat. Signifikansi klinis mengenai efek akan tergantung pada karakteristik farmakodinamik obat. Sebagai contoh, saquinavir yang merupakan obat antiretroviral dengan kelarutan pada air yang buruk sehingga harus dikonsumsi dengan makanan untuk memungkinkan empedu untuk mengurai obat tersebut yang kemudian memfasilitasi penyerapan. Tingkat penyerapan saquinavir akan meningkat menjadi lebih dari dua kali lipat dengan mengonsumsi saquinavir setelah makan. Mengonsumsi saquinavir pada waktu perut kosong akan mengurangi bioavailabilitas dan dapat menyebabkan kegagalan terapi. Penundaan pengosongan lambung setelah makan dan peningkatan sekresi asam lambung dapat mengurangi bioavailabilitas beberapa obat yang labil asam. Kandungan dari makanan mungkin juga secara khusus dapat berinteraksi dengan obat. Kalsium dan kation lainnya dalam makanan dapat membentuk larutan kelat dengan beberapa senyawa obat sehingga akan mencegah penyerapan optimal. Beberapa obat seperti yang mengandung bifosfonat direkomendasikan untuk diambil dengan air biasa untuk mencegah pembentukan kelat yang secara signifikan akan mengurangi bioavailabilitas.Beberapa contoh obat yang dipengaruhi oleh makanan dalam hal penyerapannya dapat dilihat pada tabel 3.Tabel 3. Contoh Obat yang Penyerapannya dipengaruhi Makanan

Sumber: Arjun, S., Raju, S., et al.. Food-Drug Interaction. IJPS Vol. 1 (1) Jan-Mar 2012.

E.2. INTERAKSI YANG MENGUBAH AKTIVITAS METABOLISME ENZIMMakanan dapat berisi, atau menjadi terkontaminasi oleh xenobiotik yang memengaruhi kerja enzim hati atau dinding usus yang melakukan metabolisme obat. Spesies sayuran Brassica (kecambah, kubis, brokoli, bayam dan kembang kol) telah dipelajari secara ekstensif, dan kemungkinan bahwa banyak contoh lainnya akan diteliti di seluruh dunia. Spesies Brassica mengandung senyawa indoles yang merangsang enzim jika diambil dalam jumlah yang cukup untuk waktu yang lama, sehingga dapat mengurangi bioavailabilitas beberapa obat dengan cara meningkatkan laju metabolisme. Fenasetin adalah obat yang paling ekstensif dipelajari dikonteks ini. Sementara beberapa makanan 'alami' mengandung xenobiotik, orang lain dapat terkontaminasi dengan senyawa tersebut. Contoh yang paling banyak dipelajari dari kontaminasi selama penyiapan makanan adalah arang daging sapi panggang, dan beberapa teknik pengasapan makanan juga telah dipelajari. Proses ini menyebabkan kontaminasi hidrokarbon polisiklik tertentu yang ampuh menginduksi enzim yang berperan dalam proses metabolisme obat. Harus dikatakan bahwa jumlah kedua jenis makanan tersebut (sayuran jenis brassica dan daging panggang) dimana subjek harus mengonsumsi makanan tersebut, sebelum terjadinya disposisi gangguan metabolisme obat adalah dalam jumlah yang besar. Sebagian besar pasien akan tidak mungkin makan dalam jumlah yang cukup dan dalam waktu yang lama untuk melihat efek tersebut. Namun, ada kemungkinan bahwa kontaminan cukup ekstensif yang diteliti mewakili hanya sebagian kecil dari orang-orang yang ada di seluruh dunia. Terlepas dari kontaminasi selama memasak, makanan juga dapat memperoleh xenobiotik selama penyimpanan. Satu kelompok contoh adalah aflatoksin yang berasal dari jamur, dan ketika dikonsumsi dalam jumlah yang cukup memiliki berbagai efek termasuk carcinogenicity dan hepatotoksisitas. Dalam hewan uji tertentu dari aflatoksin telah terbukti memiliki efek akut pada enzim melakukan metabolisme obat, misalnya aflatoksin Bi menurunkan aktivitas enzim UDP glucuronyl transferase dan glutathione S transferase.Aflatoksin telah terbukti dapat mencemari dalam skala yang besar pola makan populasi 'Dunia Ketiga' dengan banyaknya efek, dan jika ada pada bioavailabilitas obat manusia juga memerlukan investigasi. Selain itu, beberapa penulis telah menyarankan aflatoksin adalah penyebab dalam kwashiorkor, sebuah sindrom yang dikenal untuk mengacaukan disposisi obat.E.3. MAKANAN MENINGKATKAN BIOAVAILABILITAS OBATPenyerapan usus untuk obat dengan senyawa propranolol, metoprolol, labetalol dan hydralazine hampir sempurna, namun pemberian obat pada subjek non-puasa secara signifikan meningkatkan bioavailabilitas obat-obat tersebut. Efek ini mungkin terjadi karena transien perubahan induksi makanan dalam tingkat penyerapan obat, aliran darah splanknikus, mengikat protein plasma dan aktivitas enzim yang berfungsi untuk memetabolisme obat, menyebabkan pengurangan sementara metabolisme di hati (first-pass). Mekanisme ini telah diteliti oleh Melander et al. (1988). Efek ini telah menunjukkan dan terutamanya merupakan bukti yang meyakinkan dalam kasus labetalol, di mana Daneshmend & Roberts (1982) memberikan obat untuk subjek yang puasa dan non-puasa baik secara peroral maupun intravena. dalam hal ini penelitian bioavailabilitas oral meningkat dari 0,26 0,03 (berpuasa) untuk 0,36 0,05 (non berpuasa; P