BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan merupakan sebuah profesi, salah satu karakteristiknya adalah memiliki body of knowledge yang dapat membantu perawat dalam meningkatkan praktiknya. Paradigma keperawatan, falsafah keperawatan, model konseptual dapat dan teori keperawatan sebagai komponen dasar disiplin keperawatan diharapkan mampu meningkatkan pengembangan body of knowledge keperawatan itu sendiri melalui riset/metode ilmiah. Peningkatan keperawatan diharapkan dapat mengembangkan/memperbaiki kualitas asuhan keperawatan secara optimal. Pemahaman perawat tentang model konseptual dan teori keperawatan yang berfokus pada konsep sentral (orang, lingkungan, kesehatan, keperawatan) disiplin ilmu keperawatan merupakan hal mendasar yang harus ditingkatkan sebagai seorang perawat. Hal tersebut diperlukan sebagai kerangka kerja bagi perawat dalam menetapkan tujuan asuhan keperawatan sehingga praktik yang dilakukan lebih efektif dan efisien. Teori juga memberikan otonomi profesional dengan cara mengarahkan praktek, pendidikan, dan penelitian keperawatan terutama fungsi-fungsi dari sebuah profesi.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan merupakan sebuah profesi, salah satu karakteristiknya adalah
memiliki body of knowledge yang dapat membantu perawat dalam meningkatkan
praktiknya. Paradigma keperawatan, falsafah keperawatan, model konseptual dapat
dan teori keperawatan sebagai komponen dasar disiplin keperawatan diharapkan
mampu meningkatkan pengembangan body of knowledge keperawatan itu sendiri
melalui riset/metode ilmiah. Peningkatan keperawatan diharapkan dapat
mengembangkan/memperbaiki kualitas asuhan keperawatan secara optimal.
Pemahaman perawat tentang model konseptual dan teori keperawatan yang
berfokus pada konsep sentral (orang, lingkungan, kesehatan, keperawatan) disiplin
ilmu keperawatan merupakan hal mendasar yang harus ditingkatkan sebagai
seorang perawat. Hal tersebut diperlukan sebagai kerangka kerja bagi perawat
dalam menetapkan tujuan asuhan keperawatan sehingga praktik yang dilakukan
lebih efektif dan efisien. Teori juga memberikan otonomi profesional dengan cara
mengarahkan praktek, pendidikan, dan penelitian keperawatan terutama fungsi-
fungsi dari sebuah profesi.
Pada tahun 1980 Johnson, menguraikan suatu model konseptual untuk praktik
keperawatan sebagai suatu rangkaian konsep yang dibentuk secara sistematis,
berbasis ilmiah dan berhubungan secara lokal. Model konseptual ini digunakan
untuk memandu praktik keperawatan berdasarkan teori. Model keperawatan adalah
alat untuk menelaah situasi klien secara sistematis, model tersebut membantu para
perawat dalam mengorganisasi pemikiran, pengamatan, dan interprestasi mereka.
Model Johnson didasarkan pada interaksi dari sistem perilaku seseorang dan
tujuh subsistem dengan lingkungan yang bertujuan untuk mencapai equibilirium
(keseimbangan). Model ini menjadi salah satu dasar untuk mengarahkan pada
praktik keperawatan yang lebih efisien dan efektif. Model dan teori juga berfungsi
sebagai penghubung antara praktik, penelitian dan pendidikan keperawatan.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah “Aplikasi Grand Theory Behavioral System
Model Menurut Johnson Theory” antara lain:
1. Mampu menjelaskan konsep grand theory behavioral system model
2. Mampu menjelaskan aplikasi grand theory behavioral system model in journal
nursing
3. Mampu menjelaskan hasil penelitian terkait dengan teori behavioral model
sistem didalam jurnal
4. Mampu menjelaskan kekuatan dan kelemahan dari theory behavioral system
model
BAB II
ISI
A. TEORl KEPERAWATAN
Teori merupakan serangkaian konsep, definisi, dan proposisi yang
menunjukkan gambaran fenomena yang sistematik dan yang bertujuan
menyebutkan, menjelaskan, dan memprediksikan. Teori adalah serangkaian konsep
yang saling terkait yang menspesifikasi hubungan antar variabel. Dengan demikian,
teori keperawatan adalah serangkaian pemyataan tentang fenomena yang saling
terkait yang amat berguna untuk menyebutkan, menjelaskan, memprediksi, dan
mengendalikan (Walker &Avant, 1995, 2004 dalam Nurachmah, 2011). Teori
keperawatan, kerangka kerja bagi praktik perawat yang merupakan bagian dari
struktur displin keperawatan. Teori keperawatan lebih aplikatif dibandingkan
dengan model konseptual karena memberikan penjelasan yang spesifik terhadap
fenomena. Contoh : Neuman’s theory of client system stability; Orlando’s theory of
nursingprocess; Leininger’s theory of Culture care diversity and universality
(Tomay & Alligood, 2006).
B. MODEL KONSEPTUAL
Model konseptual tersusun dari ide-ide (konsep-konsep) abstrak dan umum,
danproposisi yang menspesifikasi hubungan diantara keduanya menunjukkan
ketertarikan di dalam menginterpretasikan fenomena (Aligood &Tomay,
2006;Peterson & Bredow, 2004). Model konseptual amat penting ”cornerstone”
bagiperkembangan disiplin keperawatan. Model konseptual lebih eksplisit
dibandingkandengan falsafah keperawatan namun masih abstrak dibandingkan
dengan penggunaan teori keperawatan. Model konseptual merupakan framework
yang menjelaskan penjabaran paradigma keperawatan. Model konseptual
memberikan pandangan yang lebih luas pada praktik keperawatan, memberikan
pedoman pengambilan keputusan melalui proses berfikir kritis dalam proses
keperawatan. Model konseptual keperawatan memperjelas fenomena ilmu
keperawatan secara spesifik yang melibatkan empat konsep (paradigma
keperawatan) yaitu manusia sebagai pribadi yang utuh dan unik. Konsep kedua
adalah lingkungan yang bukan hanya merupakan surnber awal masalah tetapi juga
merupakan sumber pendukung bagi individu. Kesehatan merupakan konsep ketiga
dimana konsep ini menjelaskan tentang kisaran sehat-sakit yang hanya dapat
terputus ketika seseorang meninggal. Konsep keempat adalah keperawatan sebagai
komponen penting dalam perannya sebagai faktor penentu pulihnya atau
meningkatnya keseimbangan kehidupan seseorang. Contoh model konseptual
adalah Johnson’s behavioral system model, King’s conceptual system, Levine’s
conservation model, Neuman’s systems model, orem’s conceptual model, Rogers
science of unitary human beings dan Roy’s adaptation model (Aligood &
Tomay,2006:48).
C. Komponen paradigma keperawatan (The Behavioral System Model):
Model Dorothy Johnson adalah sisntesis dari teori dan konsep ilmu perilaku
dan biologi yang terintegrasi ke dalam kerangka kerja sistem. Teori mengenai stres
dan adaptasi menjadi titik fokus dalam model ini.
Menurut Christensen & Kenney (2009), teori dari Dorothy E Johnson
menegmukakan bahwa setiap orang dipandang sebagai suatu sistem perilaku yang
terdiri atas tujuh subsistem. Subsistem tersebut berinteraksi dan saling terkait. Setiap
orang berupaya mencapai keseimbangan dan kestabilan baik secara internal maupun
eksternal dan berfungsi secara efektif melalui penyesuaian dan beradaptasi terhadap
tekanan-tekanan dari lingkungan melalui pola atau respon yang telah dipelajari. Jika
tekanan ini terlalu besar dan orang tersebut tidak mampu beradaptasi atau mencapai
fungsi yang optimum, maka terjadi ketidakstabilan dalam suatu subsistem atau lebih,
sehingga mengurangi kapasitas dan efisiensi fungsi dan mengurangi energi.
Perawat membantu siapa saja yang terancam atau secara potensial terancam
oleh ketidakseimbangan sistem perilaku guna mempertahankan fungsi yang efisien
dan efektif. Para perawat mengatur tekanan eksternal untuk memulihkan sistem
perilaku (biopsikososial) pada tingkat yang optimum dengan memberdayakan
regulasi/pengendalian eksternal, mengubah unsur struktural dengan arah yang
diinginkan atau memenuhi kebutuhan fungsi dari subsistem.
Berikut dapat disajikan bagan Johnson Behavioral System Model:
Gambar 1. Johnson’s Behavioral system Model
Model johnson didasarkan pada interaksi dari sistem perilaku seseorang
dengan subsistem dengan lingkungan (Christensen & Kenney (2009) :
1. Sitem Perilaku
Dalam teori sistem, suatu sistem adalah keutuhan dengan bagian-bagian
yang saling bergantungan. Bagian-bagian tersebut mempunyai struktur dan suatu
proses atau pola perilaku. Sistem ditandai oleh organisasi, inteaksi, saling
ketergantungan dan interaksi dari bagian-bagiannya melalui interaksi baik di
dalam subsistem maupun dengan tekanan eksternal yang bekerja pada subsistem.
Sistem berupaya untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan melalui
penyesuaian dan adaptasi.
2. Subsistem
Model subsistem mempunyai tujuh sistem yang saling tergantung.
Gangguan yang terjadi pada satu subsistem dapat menggaggu subsistem lainnya,
masing-masing subsistem mempunyai fungsi yang unik atau tugas khusus yang
penting untuk suatu performa terintegrasi dari keseluruhan subsistem dan masing-
masing mempunyai struktur dan fungsi. Empat struktural yang mempengaruhi
subsistem;
a) Drive/goal (tujuan)
Adalah tujuan atau dorongan, didefinisikan sebagai tujuan dari perilaku dan
konsekuensi yang dicapai, secara umum tujuan masing-masing subsistem
adalah universal namun terdapat variasi individual.
b) Set
Set subsistem individu mencerminkan predisposisi tindakan yang akan
dilakukan oleh seseorang mengacu pada tujuan. Set membedakan rentang
perilaku yang dipilih terbentuk melalui pembelajaran, penguasaan dan
pengalaman.
c) Choice
Masing-masing subsistem mempunyai pilihan perilaku alternatif untuk
mencapai tujuan khusus. Tujuan dicapai melalui perilaku subsistem individu,
d) Behavior
Perilaku yang merupakan satu-satunya aspek yang dapat diamati dari setiap
subsistem. Perilaku ini diteliti untuk mengetahui efisiensinya dalam mencapai
tujuan.
Setiap subsistem juga diikuti oleh tiga fungsional requirements, yaitu:
a) Protection
Yaitu terlindung dari pengaruh berbahaya dengan sistem yang tidak dapat
diatasi
b) Nurturance
Yaitu terpelihara melalui input yang sesuai dari lingkungan
c) Stimulation
Yaitu menstimulasi untuk meningkatakan pertumbuhan dan mencegah
stagnasi
Masing-masing subsistem mempunyai suatu set respons atau kecendrungan
perilaku yang telah ditetapkan yang diarahkan kepada tujuan atau dorongan yang
umum. Respon-respon tersebut dibentuk melalui kematangan, pengalaman, dan
pembelajaran. Respons dipengaruhi oleh faktor-faktor biopsikososial. Seiring
waktu, respon dapat dimodifikasi, tetapi suatu pola respon berulang yang dapat
diamati terus berlanjut.
Masing-masing ketujuh subsistem mempunyai tujuan yang unik:
a) Ingestif
Mengambil dari lingkungan sumber-sumber yang diperlukan untuk
mempertahankan integritas, mencapai kepuasan dan menginternalisasi
lingkungan.
b) Pencapaian
Menguasai atau mengendalikan diri atau lingkungan melalui pencarian.
Beberapa standar kesempurnaan seperti keterampilan fisik, sosial, atau
kreatif.
c) Agresif
Melindungi diri dan orang lain dari benda-benda, orang, ide-ide yang
memiliki potensi mengancam berfungsi sebagai mekanisme perlindungan
diri.
d) Eleminatif
Mengeluarkan produk sisa biologis dari sistem.
e) Seksual
Menetapkan dan memuaskan perasaan tertarik dan mengasihi orang lain.
f) Afliasi atau kelekatan
Berhubungan atau menjadi bagian dari sesuatu atau seseorang. Tujuannnya
adalah mencapai konklusi sosial, keakraban dan ikatan sosial yang kuat untuk
keamanan dan akhirnya untuk bertahan
g) Ketergantungan
Mendapatkan sumber-sumber yang dibutuhkan guna mendapat bantuan
perhatian, kepatuhan dan keamanan bantuan dalam mencapai dukungan,
perhatian, kepercayaan dan sebagainya.
Menurut Fawcett (2005) beberapa area kekhususan keperawatan
mengembangkan model konseptual yang sesuai dengan area praktiknya. Johnson
menjelaskan 2 unit komponen mayor dalam model konseptualnya yaitu: manusia
sebagai sistem behavioral dan keperawatan. Tujuh subsistem yang harus dipenuhi
manusia guna mencapai/mempertahankan integritas individu sebagai sistem perilaku
dan mengatur interaksinya dengan lingkungan. Subsistem itu antara lain:
a) Attachment or affiliative: memberikan rasa aman dalam menjalin hubungan
sosial, kedekatan dan mememelihara ikatannya.
b) Dependency: membantu merespon stimulus seperti pengakuan, perhatian,
maupun bantuan fisik.
c) Ingestive: menentukan selera makan individu, dimana dipengaruhi oleh faktor
sosial dan psikologis.
d) Eliminative: menentukan dimana, bagaimana, dan kapan individu akan
melakukan eliminasi.
e) Sexual: menciptakan kepuasan yang dipengaruhi oleh jenis kelamin dan
identitas peran tidak hanya terbatas kepuasan dengan pasangannya saja.
f) Aggressive: melindungi diri dan komunitasnya.
g) Achievement: sebagai kontrol diri atau lingkungan (adanya kemampuan
intelektual, fisik, kreatif, mekanik, sosial dan care taking ). Struktur masing-
masing subsistem tersebut melibatkan 4 elemen yaitu: 1) tujuan, sebagai
motivasi perilaku; 2) set, predisposisi individu memenuhi fungsi dari
subsistem; 3) choice, alternative tindakan yang dipilih individu guna
memenuhi fungsi subsistem; 4) action, perilaku individu pada berbagai
situasi yang dapat diamati secara langsung.
3. Sistem
Berdasarkan definisi sistem oleh Rapoport’s 1968, Johnson mengatakan;
sebuah sistem adalah keseluruhan yang berfungsi sebagai keseluruhan tampil
secara menyeluruh dari bagiannya yang interdependen. Dia menerima pernyataan
Chin yaitu adanya organisasi, interaksi, interdependen dan integrasi dari bagian-
bagian dan elemen. Sebagai tambahan seseorang berjuang/berusaha untuk
mempertahankan keseimbangan dalam bagian-bagian ini melalui penyesuaian dan
adaptasi terhadap tekanan-tekanan (Aligood & Tomay,2006).
4. Behavior
Johnson mendefinisikan perilaku sebagai dari ilmu perilaku dan ilmu
biologi sebagai hasil dari struktur dan proses intraorganisme yang diatur dan
dibuat untuk menghadapi perubahan di dalam stimulasi sensori. Johnson berfokus
pada perilaku yang diakibatkan oleh kehadiran lingkungan sosial yang seutuhnya
yang ditunjukkan untuk mendapatkan adaptasi (Aligood & Tomay,2006).
5. Equilibrium
Johnson mengatakan bahwa keseimbangan adalah kunci dari konsep pada
tujuan keperawatan. Itu berdampak pada bagian biologi dan psycologi dimana
adanya keseimbangan setiap satu dengan yang lainnya dan dengan sosialnya
(Aligood & Tomay,2006).
6. Tension
Konsep ketegangan didefinisikan sebagai keadaan sedang keregangan atau
ketegangan dan dapat dipandang sebagai produk akhir dari suatu gangguan dalam
keseimbangan. Ketegangan dapat konstruktif dalam perubahan adaptif atau
destruktif dalam penggunaan energi yang tidak efisien, menghambat adaptasi dan
menyebabkan kerusakan struktural potensial. ketegangan adalah isyarat untuk
gangguan dalam keseimbangan (Aligood & Tomay,2006).
7. Stressor
Stimulasi internal dan eksternal dari ketegangan dan hasil dari tingkat
ketidakstabilan yang sering disebut stresor. Stimulasi mungkin sesuatu yang
positif ingin dihadirkan dari mereka, sedangkan negatif sesuatu yang tidak
diinginkan atau dihindarkan. Rangsangan dapat berupa endogen maupun eksogen
berasal dari (dan) mungkin memainkan satu atau lebih lagi pada sistem terkait