Mengenal Rhinitis Alergi OPINI | 01 September 2012 | 03:08 Dibaca: 2616 Komentar: 0 Nihil Sering bersin, hidung tersumbat dan gatal? Biasanya kita mengggapnya sebagai penyakit flu biasa, padahal mungkin saja anda mengidap rhinitis alergi. Apa itu rhinitis alergi? Rinitis alergi adalah peradangan pada mukosa hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi tubuh terhadap zat dari luar tubuh. Untuk mengetahui apakah kita mengidap rhinitis alergi, kita harus mengetahui gejala-gejalanya. Rinitis alergi ditandai dengan tiga gejala utama yaitu beringus, bersin-bersin dan hidung tersumbat, selain itu dapat disertai oleh gejala lainnya seperti rasa gatal pada hidung dan mata, rasa tersumbat pada telinga, rasa gatal pada langit-langit mulut dan tenggorokan. Pada keadaan yang berat dapat terjadi serangan asma (sesak napas). Rinitis alergi dapat terjadi musiman , dan ada pula yang terjadi sepanjang tahun(perennial). Gejala keduanya hampir sama, hanya berbeda dalam sifat berlangsungnya. Pada rhinitis dengan gejala ringan, penderita dapat tidur dengan normal, aktivitas sehari-hari tidak terganggu. Sedangkan pada rhinitis dengan gejala berat, ditemukan penderita tidur terganggu, aktivitas sehari-hari, saat olah raga dan saat santai terganggu. Berikut adalah zat-zat yang dapat menyebabkan terjadinya rhinitis alergi : - Debu rumah, tanpa kita sadari debu dalam rumah kita mengandung partikel-partikel yang dapat menyebabkan alergi, partikel-partikel tersebut diantaranya adalah partikel kapas, serpihan kulit manusia, dan lain-lain. Debu rumah biasanya terdapat pada seprei, karpet, dan sarung furniture. - Tungau, hidup pada suhu 21 - 26°C, tidak ada pada ketinggian lebih dari 5000 kaki.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Mengenal Rhinitis AlergiOPINI | 01 September 2012 | 03:08 Dibaca: 2616 Komentar: 0 Nihil
Sering bersin, hidung tersumbat dan gatal? Biasanya kita mengggapnya sebagai penyakit flu biasa, padahal mungkin saja anda mengidap rhinitis alergi. Apa itu rhinitis alergi? Rinitis alergi adalah peradangan pada mukosa hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi tubuh terhadap zat dari luar tubuh.
Untuk mengetahui apakah kita mengidap rhinitis alergi, kita harus mengetahui gejala-gejalanya. Rinitis alergi ditandai dengan tiga gejala utama yaitu beringus, bersin-bersin dan hidung tersumbat, selain itu dapat disertai oleh gejala lainnya seperti rasa gatal pada hidung dan mata, rasa tersumbat pada telinga, rasa gatal pada langit-langit mulut dan tenggorokan. Pada keadaan yang berat dapat terjadi serangan asma (sesak napas).
Rinitis alergi dapat terjadi musiman , dan ada pula yang terjadi sepanjang tahun(perennial). Gejala keduanya hampir sama, hanya berbeda dalam sifat berlangsungnya.
Pada rhinitis dengan gejala ringan, penderita dapat tidur dengan normal, aktivitas sehari-hari tidak terganggu. Sedangkan pada rhinitis dengan gejala berat, ditemukan penderita tidur terganggu, aktivitas sehari-hari, saat olah raga dan saat santai terganggu.
Berikut adalah zat-zat yang dapat menyebabkan terjadinya rhinitis alergi :
- Debu rumah, tanpa kita sadari debu dalam rumah kita mengandung partikel-partikel yang dapat menyebabkan alergi, partikel-partikel tersebut diantaranya adalah partikel kapas, serpihan kulit manusia, dan lain-lain. Debu rumah biasanya terdapat pada seprei, karpet, dan sarung furniture.
- Tungau, hidup pada suhu 21 - 26°C, tidak ada pada ketinggian lebih dari 5000 kaki.
- Serpihan kulit binatang, seperti anjing dan kucing.
- Kecoa, alergi terhadap kecoa biasanya berhubungan dengan asma pada anak-anak.
- Serbuk sari tanaman yang dapat diterbangkan oleh angin.
- Iklim, udara yang lembab, perubahan suhu, angin.
- Hormonal, wanita yang mempunyai bakat alergi dapat menderita rhinitis alergi pada saat hamil atau karena mengkonsumsi pil KB.
- Psikis, emosi, tegang.
- Infeksi
- Asap rokok dan bahan polusi lainnya.
- Genetik, rata-rata penderita mempunyai riwayat keluarga yang juga menderita alergi.
Bagaimanakah cara untukmengobati rhinitis alergi? Satu-satunya cara yang paling jitu adalah dengan menghindari faktor pemicu alergi. Rutin membersihkan rumah dari debu dan kotoran lainnya, memakai masker pada saat cuaca dingin jika kita alergi dengan cuaca dingin. Untuk meredakan gejala dokter biasanya meresepkan dekongestan untuk melegakan pernapasan, serta antihistamin dan kortikosteroid untuk meredakan gejala alerginya.
A. DEFINISI
Rinitis alergi adalah penyakit/ kelainan yang merupakan manifestasi klinik reaksi hipersensitiv tipe I (Gell & Coombs) dengan mukosa hidung sebagai organ sasaran.
B. KLASIFIKASI
Berdasarkan sifat berlangsungnya, rinitis alergi dibedakan atas :
1. Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, pollinosis). Hanya ada dinegara yang memiliki 4 musim. Alergen penyebabnya spesifik, yaitu tepung sari dan spora jamur.
2. Rinitis alergi sepanjang tahun (perennial)
Gejala keduanya hampir sama, hanya sifat berlangsungnya yang berbeda.
Gejala rinitis alergi sepanjang tahun timbul terus-menerus atau intermiten. Meskipun lebih ringan dibandingkan rinitis musiman, tapi karena lebih persisten, komplikasinya lebih sering ditemukan. Dapat timbul pada semua golongan umur, terutama anak dan dewasa muda, namun berkurang dengan bertambahnya umur. Faktor herediter berperan, sedangkan jenis kelamin, golongan etnis dan ras tidak berpengaruh.
C. ETIOLOGI
Penyebab tersering adalah alergen inhalan (dewasa) dan ingestan (anak-anak). Pada anak-anak sering disertai gejala alerhi lain, seperti urtikaria dan gangguan pencernaan.
Diperberat oleh faktor non spesifik, seperti asap rokok, bau yang merangsang, perubahan cuaca dan kelembaban yang tinggi.
D. PATOFISIOLOGI
Pada reaksi alergi ini dilepaskan berbagai zat mediator yang akan menimbulkan gejala klinis. Zat mediator utama dan terpenting adalah histamin yang memiliki efek dilatasi pembuluh darah, peningkatan permeabilitas kapiler, iritasi ujung-ujung saraf sensoris dan aktivasi sel-sel kelenjar sehingga sekret diproduksi lebih banyak.
E. DIAGNOSIS BANDING
Rinitis non alergi, rinitis infeksi dan commond cold.
F. MANIFESTASI KLINIS
Serangan bersin berulang lebih dari lima kali dalam satu serangan. Rinorea yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, kadang disertai lakrimasi. Tidak ada demam. Gejala sering tidak lengkap.
Gejala spesifik lain pada anak-anak bila penyakit telah berlangsung lama (>2 tahun) adalah bayangan gelap didaerah bawah mata (allergic shinner) akibat stasis vena sekunder karena obstruksi hidung. Anak sering menggosok-gosok hidung dengan punggung tangan (allergic salute). Lama-lama akan mengakibatkan timbul garis melintang di dorsum nasi sepertiga bawah (allergic crease).
Sering disertai penyakit alergi lainnya seperti asma, urtikaria atau eksim.
Pada rinoskopi anterior didapatkan mukosa edema, basah, pucat atau livid, disertai banyak sekret encer. Diluar serangan, mukosa kembali normal, kecuali bila telah berlangsung lama.
G. KOMPLIKASI
Polip hidung, otitis media dan sinusitis paranasal.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaaan sitologi hidung sebagai pemerikasaan penyaring atau pelengkap. Ditemukan eosinofil dalam jumlah banyak menunjukkan kemungkinan alergi inhalan, basofil kemungkinan alergi ingestan dan sel polimorfonuklear menunjukan infeksi bakteri.
Pada pemeriksaan darah tepi, hitung eosinofil dan IgE total serum dapat normal atau meningkat.
Yang lebih bermanfaat tes IgE spesifik dengan RAST (radio immunosorbent test) atau ELISA (enzyme linked immuno assay).
Dapat juga dicari secara in vivo dengan uji intrakutan yang tunggal atau berseri, uji tusuk (prick test), uji provokasi hidung/ uji inhalasi dan uji gores. Dilakukan diet eliminasi dan provokasi untuk aleri makanan.
I. PENATALAKSANAAN
Terapi ideal adalah menghindari kontak dengan alergen penyebab dan eliminasi. Terapi simtomatis dilakukan melalui pemberian antihistamin dengan atau tanpa vasokonstriktor atau kortikosteroid per oral atau lokal. Preparat yang dipakai adalah agonis alfa adrenoreseptor, terutama untuk mengatasi sumbatan hidung. Diberikan peroral, biasanya dalam kombinasi dengan antihistamin seperti pseudoefedrin fenilpropanolamin. Pemberian topikal harus hemat dan jangka pendek (4-10 ahri). Efek kortikosteroid baru terasa setelah pemakaian agak lama. Pemakaian lokal dengan preparat baru, seperti beklometason, flunisolid, dan budesonid untuk jangka panjang cukup aman. Pemakaian peroral dengan pemberian intermiten atau tapering off hanya untuk kasus berat, diberikan 2 minggu sebelum pemberian topikal agar pemberian topikal efektif.
Dapat diberikan natrium kromolat dalam bentuk inhalasi untuk pencegahan.
Untuk hipertropi konka, pasien harus dirujuk agar dapat dilakukan kauterisasi konka inferior dengan nitras agenti atau triklor asetat. Jika hipertropi sudah berat dapat dilakukan konkotomi.
Untuk gejala yang berat dan lama serta bila terapi lain tidak memuaskan, dilakukan imunoterapi melalui desensitisasi dan hiposensitisasi atau netralisasi.
RhinitisDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar WikipediaMerapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.
Wikipedia Indonesia tidak dapat bertanggung jawab dan tidak bisa menjamin bahwa informasi kedokteran yang diberikan di halaman ini adalah benar.Mintalah pendapat dari tenaga medis yang profesional sebelum melakukan pengobatan.
Rinitis adalah radang selaput hidung [1]. Rinitis alergi ditandai dengan gejala kompleks yang terdiri dari
kombinasi dari: Bersin, hidung tersumbat, gatal hidung, dan Rhinorrhea [2]. Mata, telinga, sinus, dan
tenggorokan juga dapat terlibat. Rhinitis alergi adalah penyebab paling umum dari rhinitis. Ini adalah kondisi
yang sangat umum, mempengaruhi sekitar 20% dari populasi.
Meskipun rinitis alergi bukan kondisi yang mengancam jiwa, komplikasi dapat terjadi dan kondisi secara
signifikan dapat mengganggu kualitas hidup, [3], yang mengarah pada sejumlah biaya tidak langsung.
[sunting]Pengobatan
Jika Anda adalah rhinitis alergi ringan, Anda dapat mengobati gejala sendiri:
dengan over-the-counter obat - seperti long-acting, non-penenang
antihistamin dan dekongestan untuk mengurangi kemacetan dan hidung meler
(lihat di bawah).
dengan menghindari alergen tertentu yang memicu kondisi (baca lebih lanjut
tentang mencegah rinitis alergi)
menggunakan hidung douching - teratur membilas hidung Anda dengan larutan
garam untuk menjaga hidung Anda bebas dari iritasi
Anda harus mengunjungi dokter jika gejala yang lebih parah dan mempengaruhi kualitas hidup Anda, dan self-
help tindakan tidak efektif. Pilihan pengobatan dijelaskan dibawah. Obat
Obat tidak akan menyembuhkan alergi Anda, tetapi dapat digunakan untuk mengobati gejala umum, seperti
hidung meler, mulut gatal dan bersin.
Jika gejala yang disebabkan oleh alergen musiman, seperti serbuk sari, Anda harus dapat berhenti minum obat
Seorang laki-laki 23 tahun datang ke poli THT dengan nyeri kepala 1 tahun hilang timbul disertai ingus kental kuning kehijauan dan sering jatuh di tenggorokan, dan akhir-akhir ini penghidu rasa berkurang.B. Kata SulitPost nasal drip terjadi ketika berlebihan lendir yang dihasilkan oleh sinus. Kelebihan lendir menumpuk di tenggorokan atau belakang hidung.Hal ini dapat disebabkan oleh rhinitis (alergi atau non-alergi), sinusitis (akut atau kronis), laryngopharyngeal acid reflux (dengan atau tanpa mulas), atau dengan kelainan menelan (seperti gangguan motilitas esofagus). Hal ini sering disebabkan oleh alergi, yang dapat musiman atau terus-menerus sepanjang tahun, tergantung pada penyebab alergi (s) yang terlibat. Pil KB atau kehamilan juga dapat menyebabkan hidung pasca-tetesan karena peningkatan kadar hormon estrogenC. Kata Kunci1. Laki-laki 23 tahun2. Nyeri kepala 1 tahun hilang timbul3. Ingus kental kuning kehijauan4. Sering jatuh di tenggorokan (Post Nasal Drip)5. HiposmiaD. Pertanyaan1. Sebutkan anatomi dan faal hidung?Faal hidung:a. Sebagai fungsi respirasib. Sebagai fungsi penghiduc. Sebagai fungsi fonetikd. Memberikan refleks nasal2. Sebutkan etiologi rinore?Jawab:
Bakteri seperti H.influenzae, streptococcus Pneumonia, Moraxella Catarrhalis
Alergen seperti debu, bulu binatang
Lingkungan seperti udara dingin3. Jelaskan mekanisme rinore?Jawab:Mucus dalam jumlah kecil pada hidung bersifat normal untuk membersihkan hidung dari partikel-partikel yang ikut masuk melalui respirasi seperti debu, kotoran, dal lain-lain. Partikel tersebut akan ditangkap oleh mucus yang dikeluarkan oleh sel goblet dan akan dialirkan oleh silia pada mukosa hidung. Jika terjadi terjadi gangguan pada mukosa seperti edema mukosa akan menyebabkan ostium tersumbat karena silia tidak dapat bergerak. Akibatnya terjadi tekanan negatif di dalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Bila kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul merupakan media baik untuk pertumbuhan bakteri. Sekret jadi purulen.4. Mengapa ingusnya kental dan kuning kehijauan?Jawab :
Infeksi bakteri berulang
Enzim myeloperoksidase, Enzim ini berperan mematikan protein yang t’dpt dlm granula
netrofil azurofilik & lisosom monosit utama & b’warna hijau dalam pus5. Jelaskan mekanisme hiposmiaJawab:Mekanisme penghidu secara fisiologisPartikel bau yang masuk melalui vestibulum nasi akan ditangkap oleh silia kemudian akan dibawa ke sel-sel olfactorius kemusian akan diteruskan ke GPCR sehingga mengaktivasi cAMP. Setelah teraktivasi cAMP, ion channel akan terbuka sehingga aliran Na meningkat terjadi aksi potensial menimbulkan signal bau yang diteruskan ke bulbus olfactorius kemudian ke tractus olfactorius kemudian ke amigdala (korteks entorial) sehingga terjadilah persepsi bau. Mukus memainkan fungsi penting menangkap molekul-molekul bau dan menghubungkan lebih dari 100 reseptor bau dalam rongga hidung manusia. Lendir tersebut akan menangkap partikel-partikel, seperti debu atau serbuk tanaman, kemudian melarutkannya.Sebagian dari molekul-molekul yang ditangkapnya akan mengalir hingga ke ujung reseptor indera penciuman. Otak akan menerjemahkan informasi yang diterima dan menerjemahkannya. Makin cepat dan makin lama reseptor menangkap molekul, berarti makin bau sumber molekul tsbMukus yang dihasilkan secara normal dihubungkan dengan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi. Ini juga merupakan suatu cara untuk menyingkirkan benda asing yang mungkin bisa menyebabkan infeksi. Tubuh cenderung untuk merangsang produksi ingus dan mempertinggi pertahanan terhadap serangan hebat menular dari benda-benda tsbHiposmia dapat terjadi akibat obstruksi hidung seperti pada rhinitis alergi, rhinitis vasomotor, rhinitis atrofi, hipertrofi konka, deviasi septum, polip, tumor, abnormalitas development seperti ensefalokel,kista dermoid, pasca laringektomi atau trakheotomi, kesemuanya dapat menyebabkan defek konduktif. Dapat juga terjadi pada beberapa penyakit sistemik seperti diabetes, gagal ginjal, penyakit hati serta pada pemakaian obat seperti antihistamin, dekongestan, antibiotika, antimetabolit, anti peradangan dan anti tiroid, penyebab congenital, trauma kepala, oprasi otak, perdarahan subarachnoid, defisiensi gizi, proses degenerative akan menyebabkan defek sentral/sensorineural.6. Mengapa terjadi nyeri kepala hilang timbul?
Jawab:
Pengobatan yang tidak adekuat
Perubahan posisi tubuh (sinus frontalis)
Terpapar alergen berulang7. Sebutkan langkah-langkah diagnosis yang harus dilakukan?Jawaba:
Anamnesis yang perlu ditanyakan adalah keluhan utama, onset,durasi,hal apa yang
memperberat,apakah dirasakan terus menerus atau hilang timbul, serta gejala penyerta.
Seperti pada kasus ini terjadi rinore, tanyakan kepada pasien apakah terdapat riwayat
alergi, riwayat penggunaan obat tetes hidung, antihistamin, dll. Tanyakan juga bagaimana
sekret hidungnya, serous atau mucopurulen atau bercampur darah. Sekret hidung yang
disebabkan karena infeksi hidung biasanya bilateral, jernih, sampai purulen. Sekret yang
jernih seperti air dan jumlahnya banyak khas untuk alergi hidung. Bila sekretnya kuning
kehijauan biasanya berasal dari sinusitis hidung dan bila bercampur darah dari satu sisi,
hati-hati tumor hidung. Tanyakan pula riwayat penyakit sebelumnya, apakah
dikeluarganya terdapat hal serupa.
Pemeriksaan FisisLakukan inspeksi pada bagian wajah apakah terdapat pembengkakan pada bagian dahi, pipi, ataupun disekitar mata. Palpasi apakah terdapat nyeri tekan pada bagian tersebut. Lakukan rinoskopi anterior untuk melihat permukaan mukosa hidung apakah terjadi eritema atau tidak. Lakukan pula rinoskopi posterior untuk melihat nasofaring.
Pemeriksaan transiluminasi yang digunakan untuk memeriksa sinus paranasalis dengan
menggunakan cahaya biasanya disenter pada bagian infra orbita atau frontal, jika tampak
gelap biasanya daerah tersebut terisi pus atau neoplasma.
Pemeriksaan SensorikTes Odor stixTes alkohol 12 inciScratch and sniff card (Kartu gesek dan cium)Tes UPSIT (Tes ini menggunakan 40 item pilihan-ganda yang berisi bau-bauan scratch and sniff berkapsul mikro)
Pemeriksaan penunjang adalah CT-Scan dan MRI8. Sebutkan differential diagnosisnya
Sinusitis Rinitis Kronik Polip CavumnasiSex Lk = Prmpuan Lk > Prmpuan Lk = PrmpuanAge Dpt semua umur Dewasa muda Anak2 > DewasaNyeri Kepala + + +Rinorea + + +Warna Sekret Mukopurulen Serous SerousPND ++ + +Hiposmia + + +E. KesimpulanDari Hasil diskusi kelompok kami, kami menetapkan diagnosis Sinusitis.Pada kasus ini terjadi nyeri kepala yang berulang dan gangguan penghidu yakni hiposmia disebabkan oleh kemungkinan adanya edema mukosa yang dapat menyebabkan gerakan
silia untuk mendorong mukosa terhenti sehingga adanya akumulasi mucus yang sangat berpotensi untuk berkembangnya bakteri, mucusnya bersifat mucopurulen yang kental senhingga menghambat partikel bau untuk melekat pada sel-sel olfactorius sehingga terjadi hiposmia. Nyeri kepala dapat disebabkan oleh sekret mucopurulen yang terakumulasi pada sinus sehingga menyebabkan nyeri kepala. \Penatalaksanaan Sinusitis:1. Terapi konservatif• Obat dekongestan (obat tetes hidung) untuk memperlancar drenase sekret dari sinus dan hidung.• Antibiotik, diberikan spektrum luas selama 10 atau 14 hari.• Obat antialergi.• Obat mukolitik, untuk mengencerkan sekret.• Analgetik, untuk mengurangi rasa nyeri.• Diatermi dengan sinar gelombang pendek (ultra short wave diathermy) selama 10 haru di daerah sinus yang sakit, untuk memperbaiki vaskularisasi sinus.• Pungsi dan irigasi sinus maksila dilakukan untuk mengeluarkan sekret yang terkumpul dalam rongga sinus maksila.2. Pembedahan radikal• Terapi radikal, yaitu mengangkat mukosa yang patologik dan membuat drenase dari sinus yang terkena. Untuk sinus maksila dilakukan operasi Caldwell-Luc. Untuk sinus etmoid dilakukan etmoidektomi yang bisa dilakukan dari dalam hidung (intra-nasal) atau dari luar (ekstranasal).• Drenase sekret pada sinus frontal dapat dilakukan dari dalam hidung (intranasal) atau dengan operasi dari luar (ekstranasal), seperti operasi Killian. Drenase sinus sfenoid dilakukan dari dalam hidung (intranasal).3. Pembedahan tidak radikalAkhir-akhir ini dikembangkan operasi sinus paranasal menggunakan endoskop yang disebut Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF).Pencegahan• Obati segera bila menderita flu atau pilek alergi• Hindari kontak dengan penderita flu, bila telah terjadi kontak fisik, segera cuci tangan.• Hindari rokok karena asapnya dapat menyebabkan iritasi mukosa hidung dan sinus.• Hindari udara kering, pakailah alat pelembab udara.dirumah atau dikantor• Bila menderita alergi, hindari semua barang yang dapat memicu alergi
ASKEP RHINITISPosted on December 10, 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapakan pada Allah SWT karena dengan ridhon-Nya
kami dapat menyusun serta dapat meyelesaikan makalah ini.
Salawat serta salam tak lupa pula kami ucapkan kepada nabi besar
Muhammad SAW beserta pengikut beliau dari dahulu, sekarang, dan hingga hari
akhir nanti.
Ucapan terima kasih tak lupa juga kami ucapkan pada dosen mata
kuliah KEPERAWATAN MEDIKAL BADAH 1 yang telah memberikan kami
bimbingan serta pengajaran kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
hasil makalah kami ini.
Kami menyadari, meskipun kami telah berusaha dengan sebaik-baiknya
dalam menyelesaikan makalah ini tapi kami mengetahui makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Karena itu kami mohon kritik serta saran yang kira nya
dapat membangun bagi kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
menjadi lebih baik.
Kami berharap selain untuk memenuhi nilai kami dalam
KEPERAWATANMEDIKAL BEDAH 1 Makalah ini juga dapat bermanfaat bagi
teman-teman dan seluruh pembacanya.
Padang, 2012
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang
Tujuan
BAB II ISI
KONSEP TEORITIS
Definisi
Etiologi
Patofisiologi
Manifestasi klinis
Klasifikasi
Pemeriksaan diagnostic
Penatalaksanaan
Komplikasi
ASKEP TEORITIS
Pengkajiaan
Diagnosa keperawatan
Intervensi dan diagnosa
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang.
Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di
hidung. Alergi hidung adalah keadaan atopi yang aling sering dijumpai,
menyerang 20% dari populasi anak-anak dan dewasa muda di Amerika Utara
dan Eropa Barat.
Di tempat lain, alergi hidung dan penyakit atopi lainnya kelihatannya lebih
rendah, terutama pada negara-negara yang kurang berkembang. Penderita
Rhinitis alergika akan mengalami hidung tersumbat berat, sekresi hidung yang
berlebihan atau rhinore, dan bersin yang terjadi berulang cepat.
Keadaan ini sering berhubungan dengan kelainan pernapasan lainnya, seperti
asma. Rhinitis memberikan pengaruh yang signifikan pada kualitas hidup. Pada
beberapa kasus, dapat menyebabkan kondisi lainnya seperti masalah pada
sinus, masalah pada telinga, gangguan tidur, dan gangguan untuk belajar. Pada
pasien dengan asma, rinitis yg tidak terkontrol dapat memperburuk kondisi
asmanya.
Tujuan
ü Tujuan Umum
Menjelaskan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Sinusitis dan Rhinitis.
ü Tujuan Khusus
a. Menjelaskan definisi Rhinitis
b Menjelaskan etiologi Rhinitis
d. Menjelaskan klasifikasi Rhinitis
e. Menjelaskan patofisiologi Rhinitis
f. Menjelaskan manifestasi klinis Rhinitis
g. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik Rhinitis
h. Menjelaskan penatalaksanaan Rhinitis
i. Menjelaskan komplikasi Rhinitis
j. Menjelaskan asuhan keperawatan Rhinitis
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Definisi
Rhinitis adalah suatu inflamasi (peradangan) pada membran mukosa di hidung.
Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. Rhinitis di kenal dengan
istilah peradangan mukosa.
Etiologi
1) Belum Jelas.
2) Beberapa hal yang pada umumnya menjadi penyebab rinitis antara lain :
Reaksi makanan
Emosional
Pekerjaan
Hormon
Kelainan anatomi
Penyakit imunodefisiensi
Interaksi dengan hewan
Temperatur
Patofisiologi
Tepung sari yang dihirup, spora jamur, dan antigen hewan diendapkan pada
mukosa hidung. Alergen yang larut dalam air berdifusi ke dalam epitel, dan
pada individu individu yang kecenderungan atopik secara genetik, memulai
produksi imunoglobulin lokal (IgE ). Pelepasan mediator sel mast yang baru, dan
selanjutnya, penarikan neutrofil, eosinofil, basofil, serta limfosit bertanggung
jawab atas terjadinya reaksi awal dan reaksi fase lambat terhadap alergen
hirupan. Reaksi ini menghasilkan mukus, edema, radang, gatal, dan
vasodilatasi. Peradangan yang lambat dapat turut serta menyebabkan
hiperresponsivitas hidung terhadap rangsangan non spesifik suatu pengaruh
persiapan.
Manfestasi Klinis
a. Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
(umumnya bersin lebih dari 6 kali).
b. Hidung tersumbat.
c. Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi
biasanya bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau
kekuning-kuningan jika berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus.
d. Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan
tenggorok.
e. Badan menjadi lemah dan tak bersemangat
Klasifikasi
1) Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi :
a. Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran
mukosa hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan
bakteri. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan
sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal
musim hujan dan musim semi.
b. Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa
yang disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis
vasomotor.
2) Berdasarkan penyebabnya, dapat dibedakan menjadi:
a. Rhinitis alergi
Merupakan penyakit umum yang paling banyak di derita oleh perempuan dan
laki-laki yang berusia 30 tahunan. Merupakan inflamasi mukosa saluran hidung
yang disebabkan oleh alergi terhadap partikel, seperti: debu, asap,
serbuk/tepung sari yang ada di udara.
Macam-macam rhinitis alergi, yaitu:
1. Rinitis alergi musiman (Hay Fever),
Biasanya terjadi pada musim semi.Umumnya disebabkan kontak dengan
allergen dari luar rumah, seperti benang sari dari tumbuhan yang menggunakan
angin untuk penyerbukannya, debu dan polusi udara atau asap.
2. Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial)
Disebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi sepanjang
masa (tahunan)) diakibatkan karena kontak dengan allergen yang sering berada
di rumah misalnya kutu debu rumah, bulu binatang peliharaan serta bau-bauan
yang menyengat
3) Rhinitis Non Alergi
Rhinitis non allergi disebabkan oleh infeksi saluran napas karena masuknya
benda asing kedalam hidung, deformitas struktural, neoplasma, dan massa,
penggunaan kronik dekongestan nasal, penggunaan kontrasepsi oral, kokain
dan anti hipertensif.
Macam-macam rhinitis non alergi, yaitu:
a. Rhinitis vasomotor
Rhinitis vasomotor adalah terdapatnya gangguan fisiologik lapisan mukosa
hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas parasimpatis.
b. Rhinitis medikamentosa
Rhinitis medikamentosa adalah suatu kelainan hidung berupa gangguan respon
normal vasomotor sebagai akibat pemakaian vasokonstriktor topical (obat tetes
hidung atau obat semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan.
c. Rhinitis atrofi
Rhinitis Atrofi adalah satu penyakit infeksi hidung kronik dengan tanda adanya
atrofi progesif tulang dan mukosa konka.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan kadar IgE pada serum serta hitung jenis oesinofil pada spesimen
sekret hidung.
2. Pemeriksaan in vivo
Dilakukan dengan uji kulit (skin test) yaitu, prick test maupun patch test.
Penatalaksanaan
Belum adanya yang baku. Penatalaksanaan ditunjukkan untuk menghilangkan
etiologi, selain gejalanya dapat dilakukan secara konservatif atau operatif.
Secara konservatif dapat diberikan:
v Antibiotic presprektum luas atau sesuai uji resistensi kuman sampai gejala
hilang.
v Obat cuci hidung agar bersih dari krusta dan bau busuk hilang dengan larutan
betadine satu sendok makan dalam 100 cc air hangat.
v Preparat Fe
v Pil dan semprotan antihistamin
v Leukotriene antagonis
v Semprotan kortikosteroid
v Pil dan semprotan dekongestan
v Imunoterapi alergen
v Pengobatan sinusitis, bila terdapat sinusitis.
Komplikasi
ü Polip hidung
Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip hidung.
ü Otitis media
Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang sering residif dan terutama
kita temukan pada pasien anak-anak.
ü Sinusitis kronik
Otitis media dan sinusitis kronik bukanlah akibat langsung dari rinitis alergi
melainkan adanya sumbatan pada hidung sehingga menghambat drainase
ASKEP TEORITIS
1) Pengkajian
Identitas klien
Nama, jenis kelamin, umur, alamat, suku bangsa, penangggung biaya.
Keluhan utama
Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan hidung
gatal.
Riwayat peyakit dahulu
Apakah pasien pernah menderita penyakit THT sebelumnya?
Riwayat keluarga
Apakah keluarganya ada yang menderita penyakit yang di alami pasien?
Pemeriksaan fisik :
- Inspeksi : permukaan hidung terdapat sekret mukoid
- Palpasi : nyeri, karena adanya inflamasi
Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan nasoendoskopi
Pemeriksaan sitologi hidung
Hitung eosinofil pada darah tepi
Uji kulit alergen penyebab
2) Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi /adanya sekret
yang mengental
2. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung
3. Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore.
3) Intervensi
1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi/ adanya
sekret yang mengental.
Tujuan : Jalan nafas efektif setelah sekret dikeluarkan
Kriteria Hasil :
a. Klien tidak bernafas lagi melalui mulut
b. Jalan nafas kembali normal terutama hidung
Intervensi Rasional
1. Kaji penumpukan secret yang ada
2. Observasi tanda-tanda vital
3. Kolaborasi dengan tim medis
1. Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya
2. Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi.
3. Kerjasama untuk menghilangkan obat yang dikonsumsi
2. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung
Tujuan : klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman
Kriteria Hasil : Klien tidur 6-8 jam sehari
Intervensi Rasional
1. Kaji kebutuhan tidur klien.
2. Ciptakan suasana yang nyaman
3. Anjurkan klien bernafas lewat mulut
4. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat
1. Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
2. Agar klien dapat tidur dengan tenang
3. Pernafasan tidak terganggu
4. Pernafasan dapat efektif kembali lewat hidung
3. Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore
Tujuan: konsep diri baik setelah intervensi
Kriteria Hasil:
a. Pasien mengekspresikan kepercayaan diri dalam kemampuan.
b. Mengekspresikan kepuasan dengan citra tubuh.
c. Mengekspresikan kepuasan dengan rasa berharga.
Intervensi Rasional
a. Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan prognosis kesehatan
b. Ajarkan individu menegenai sumber komunitas yang tersedia, jika dibutuhkan (misalnya : pusat kesehatan mental)
c. Dorong individu untuk mengekspresikan perasaannya, khususnya bagaimana individu merasakan, memikirkan, atau memandang dirinya
a. Memberikan minat dan perhatian, memberikan kesempatan untuk memperbaiaki kesalahan konsep.
b. Pendekatan secara komperhensif dapat membantu memenuhi kebutuhan pasienuntuk memelihara tingkah laku koping.
c. Dapat membantu meningkatkan tingkat kepercayaan diri, memperbaiki harga diri, mrnurunkan pikiran terus menerus terhadap perubahan dan meningkatkan perasaan terhadap pengendalian diri
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rhinitis adalah suatu inflamasi (peradangan) pada membran mukosa di hidung.
Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. Rhinitis di kenal dengan
istilah peradangan mukosa.
3.2 Saran
Diharapkan mampu memahami tentang kelainan-kelainan yang ada pada
sistem pernapasan (terutama hidung) dan dapat menerapkan bagaimana cara
penanganan pasien dengan rhinitis.
Diharapkan lebih mengerti dan memahami tentang rhinitis serta bagaimana
penyebaran dan penularan penyakit tersebut untuk meningkatkan mutu
kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marilynn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta :
EGC
Herdman T. Heather. 2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
askep rhinitis alergika
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional dibagi atas mukosa pernapasan (mukosa respiratori) dan mukosa hidung (mukosa olfaktori). Mukosa pernapasan terdapat pada sebagian besar pada rongga hidung dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu (pseudo stratified columnar ephitelium) yang mempunyai silia dan diantaranya terdapat sel-sel goblet.
Alergi hidung adalah keadaan atopi yang aling sering dijumpai, menyerang 20% dari populasi anak-anak dan dewasa muda di Amerika Utara dan Eropa Barat. Di tempat lain, alergi hidung dan penyakit atopi lainnya kelihatannya lebih rendah, terutama pada negara-negara yang kurang berkembang. Penderita Rhinitis alergika akan mengalami hidung tersumbat berat, sekresi hidung yang berlebihan atau rhinore, dan bersin yang terjadi berulang cepat.
Dalam makalah ini penulis membahas konsep teori anemia defisiensi besi serta asuhan keperawatannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
4. Bagaimanakah patofisiologis pada Rhinitis alergika?
5. Apa saja manifestasi dari Rhinitis alergika?
6. Pemerikasaan diagnostik apa saja yang perlu ?
7. Bagaimankah penatalaksanaan nya ?
8. Bagaimana cara pencegahannya ?
9. Apa saja komplikasi nya ?
10. Bagaimnakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Rhinitis alergika?
1.3 Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem Hematologi & Imunologi yang berjudul ” Askep Rhinitis alergika”. Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca tentang konsep skoliosis serta proses keperawatan dan pengkajiannya
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
2.1 Pengertian
Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien-pasien yang memiliki atopi, yang sebelumnya sudah tersensitisasi atau terpapar dengan allergen (zat/materi yang menyebabkan timbulnya alergi) yang sama serta meliputi mekanisme pelepasan mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan allergen yang serupa (Von Pirquet, 1986).
Rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala-gejala bersin-bersin, keluarnya cairan dari hidung, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar dengan allergen yang mekanisme ini
diperantarai oleh IgE (WHO ARIA tahun 2001).Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung. (Dipiro, 2005 ).
Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung ( Dorland, 2002 ).
Rhinitis alergi Adalah istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan setiap reaksi alergi mukosa hidung, dapat terjadi bertahun-tahun atau musiman. (Dorland,2002 ).
Rinitis alergi adalah penyakit umum yang paling banyak di derita oleh perempuan dan laki-laki yang berusia 30 tahunan. Merupakan inflamasi mukosa saluran hidung yang disebabkan oleh alergi terhadap partikel, seperti: debu, asap, serbuk/tepung sari yang ada di udara.
Rhinitis adalah istilah untuk peradangan mukosa. Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua:
a. Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan musim semi.
b. Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor.
2.2 Etiologi
Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi yang diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :
Ø Immediate Phase Allergic Reaction
Berlangsung sejak kontak dengan allergen hingga 1 jam setelahnya
Ø Late Phase Allergic Reaction
Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam.
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :
Ø Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur.
Ø Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan.
Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi tiga tahap besar :
1. Respon Primer, terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non spesifik
2. Respon Sekunder, reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan system humoral, system selular saja atau bisa membangkitkan kedua system terebut, jika antigen berhasil dihilangkan maka berhenti pada tahap ini, jika antigen masih ada, karena defek dari ketiga mekanisme system tersebut maka berlanjut ke respon tersier
3. Respon Tersier , Reaksi imunologik yang tidak menguntungkan
2.3 Klasifikasi
Berdasarkan waktunya Rhinitis Alergi dapat di golongkan menjadi:
1. Rinitis alergi musiman (Hay Fever)
Biasanya terjadi pada musim semi. Umumnya disebabkan kontak dengan allergen dari luar rumah, seperti benang sari dari tumbuhan yang menggunakan angin untuk penyerbukannya, debu dan polusi udara atau asap.
2. Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial)
Disebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi sepanjang masa (tahunan)) diakibatkan karena kontak dengan allergen yang sering berada di rumah misalnya kutu debu rumah, bulu binatang peliharaan serta bau-bauan yang menyengat
2.4 Patofisiologi
Tepung sari yang dihirup, spora jamur, dan antigen hewan di endapkan pada mukosa hidung. Alergen yang larut dalam air berdifusi ke dalam epitel, dan pada individu individu yang kecenderungan atopik secara genetik, memulai produksi imunoglobulin lokal (Ig ) E. Pelepasan mediator sel mast yang baru, dan selanjutnya, penarikan neutrofil, eosinofil, basofil, serta limfosit bertanggung jawab atas terjadinya reaksi awal dan reaksi fase lambat terhadap alergen hirupan. Reaksi ini menghasilkan mukus, edema, radang, gatal, dan vasodilatasi. Peradangan yang lambat dapat turut serta menyebabkan hiperresponsivitas hidung terhadap rangsangan nonspesifik suatu pengaruh persiapan. (Behrman, 2000).
Histamin merupakan mediator penting pada gejala alergi di hidung. Histamine bekerja langsung pada reseptor histamine selular, dan secara tidak langsung melalui refleks yang berperan pada bersin dan hipersekresi. Melalui saraf otonom, histamin menimbulkan gejala bersin dan gatal, serta vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler yang menimbulkan gejala beringus encer dan edema local reaksi ini timbul segera setelah beberapa menit pasca pajanan allergen.
Kurang lebih 50% Rhinitis alergik merupakan manifestasi reaksi hipersensitifitas tipe I fase lambat, gejala Gejala rhinitis alergik fase lambat seperti hidung tersumbat, kurangnya penciuman, dan hiperreaktivitas lebih diperankan ooleh eosinofil.
2.5 Manifestasi Klinis
1. Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari (umumnya bersin lebih dari 6 kali).
2. Hidung tersumbat.
3. Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi biasanya bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau kekuning-kuningan jika berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus.
4. Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.
5. Badan menjadi lemah dan tak bersemangat.
Gejala klinis yang khas adalah terdapatnya serangan bersin yang berulang-ulang terutama pada pagi hari, atau bila terdapat kontak dengan sejumlah debu. Sebenarnya bersin adalah mekanisme normal dari hidung untuk membersihkan diri dari benda asing, tetapi jika bersin sudah lebih dari lima kali dalam satu kali serangan maka dapat diduga ini adalah gejala rhinitis alergi. Gejala lainnya adalah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak. Hidung tersumbat, mata gatal dan kadang-kadang disertai dengan keluarnya air mata.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis rinitis alergika berdasarkan pada keluhan penyakit, tanda fisik dan uji laboratorium. Keluhan pilek berulang atau menetap pada penderita dengan riwayat keluarga atopi atau bila ada keluhan tersebut tanpa adanya infeksi saluran nafas atas merupakan kunci penting dalam membuat diagnosis rinitis alergika. Pemeriksaan fisik meliputi gejala utama dan gejala minor. Uji laboratorium yang penting adalah pemeriksaan in vivo dengan uji kulit goresan, IgE total, IgE spesifik, dan pemeriksaan eosinofil pada hapusan mukosa hidung. Uji Provokasi nasal masih terbatas pada bidang penelitian.
2.7 Penatalaksanaan
1. Terapi yang paling ideal adalah dengan menghindari kontak dengan allergen penyebab
2. Pengobatan, penggunaan obat antihistamin H-1 adalah obat yang sering dipakai sebagai lini pertama pengobatan rhinitis alergi atau dengan kombinasi dekongestan oral. Obat Kortikosteroid dipilih jika gejala utama sumbatan hidung akibat repon fase lambat tidak berhasil diatasi oleh obat lain
3. Tindakan Operasi (konkotomi) dilakukan jika tidak berhasil dengan cara diatas
4. Penggunaan Imunoterapi.
Pemilihan obat-obatan dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal antara lain :
1. Obat-obat yang tidak memiliki efek jangka panjang.
2. Tidak menimbulkan takifilaksis.
3. Beberapa studi menemukan efektifitas kortikosteroid intranasal. Meskipun demikian pilihan terapi harus dipertimbangkan dengan kriteria yang lain.
4. Kortikosteroid intramuskuler dan intranasal tidak dianjurkan sehubungan dengan adanya efek samping sistemik.
Penatalaksanaan rinitis alergika meliputi edukasi, penghindaran alergen, farmakoterapi dan imunoterapi. Intervensi tunggal mungkin tidak cukup dalam penatalaksanaan rinitis alergika, penghindaran alergen hendaknya merupakan bagian terpadu dari strategi penatalaksanaan, terutama bila alergen penyebab dapat diidentifikasi. Edukasi sebaiknya selalu diberikan berkenaan dengan penyakit yang kronis, yang berdasarkan kelainan atopi, pengobatan memerlukan waktu yang lama dan pendidikan penggunaan obat harus benar terutama jika harus menggunakan kortikosteroid hirupan atau semprotan. Imunoterapi sangat efektif bila penyebabnya adalah alergen hirupan. Farmakoterapi hendaknya mempertimbangkan keamanan obat, efektifitas, dan kemudahan pemberian. Farmakoterapi masih merupakan andalan utama sehubungan dengan kronisitas penyakit. Tabel 3 menunjukkan obat-obat yang biasanya dipakai baik tunggal maupun dalam kombinasi. Kombinasi yang sering dipakai adalah antihistamin H1 dengan dekongestan. Medikamentosa diberikan bila perlu, dengan antihistamin oral sebagai obat pilihan utama. Imunoterapi pada anak diberikan secara selektif dengan tujuan pencegahan. Jenis-jenis terapi medikamentosa akan diuraikan di bawah ini
1. Antihistamin-H1 oral
Antihistamin-H1 oral bekerja dengan memblok reseptor H1 sehingga mempunyai aktivitas anti alergi. Obat ini tidak menyebabkan takifilaksis. Antihistamin-H1 oral dibagi menjadi generasi pertama dan kedua. Generasi pertama antara lain klorfeniramin dan difenhidramin, sedangkan generasi kedua yaitu setirizin/levosetirizin dan loratadin/desloratadin.
Generasi terbaru antihistamin-H1 oral dianggap lebih baik karena mempunyai rasio efektifitas/keamanan dan farmakokinetik yang baik, dapat diminum sekali sehari, serta bekerja cepat (kurang dari 1 jam) dalam mengurangi gejala hidung dan mata, namun obat generasi terbaru ini kurang efektif dalam mengatasi kongesti hidung.
Efek samping antihistamin-H1 generasi pertama yaitu sedasi dan efek antikolinergik. Sedangkan antihistamin-H1 generasi kedua sebagian besar tidak menimbulkan sedasi, serta tidak mempunyai efek antikolinergik atau kardiotoksisitas.
2. Antihistamin-H1 lokal
Antihistamin-H1 lokal (misalnya azelastin dan levokobastin) juga bekerja dengan memblok reseptor H1. Azelastin mempunyai beberapa aktivitas anti alergik. Antihistamin-H1 lokal bekerja sangat cepat (kurang dari 30 menit) dalam mengatasi gejala hidung atau mata. Efek samping obat ini relatif ringan. Azelastin memberikan rasa pahit pada sebagian pasien.
3. Kortikosteroid intranasal
Kortikosteroid intranasal (misalnya beklometason, budesonid, flunisolid, flutikason, mometason, dan triamsinolon) dapat mengurangi hiperreaktivitas dan inflamasi nasal. Obat ini merupakan terapi medikamentosa yang paling efektif bagi rinitis alergik dan efektif terhadap kongesti hidung. Efeknya akan terlihat setelah 6-12 jam, dan efek maksimal terlihat setelah beberapa hari.
Kortikosteroid topikal hidung pada anak masih banyak dipertentangkan karena efek sistemik pemakaian lama dan efek lokal obat ini. Namun belum ada laporan tentang efek samping setelah pemberian kortikosteroid topikal hidung jangka panjang. Dosis steroid topikal hidung dapat diberikan dengan dosis setengah dewasa dan dianjurkan sekali sehari pada waktu pagi hari. Obat ini diberikan pada kasus rinitis alergik dengan keluhan hidung tersumbat yang menonjol.
4. Kortikosteroid oral/IM
Kortikosteroid oral/IM (misalnya deksametason, hidrokortison, metilprednisolon, prednisolon, prednison, triamsinolon, dan betametason) poten untuk mengurangi inflamasi dan hiperreaktivitas nasal. Pemberian jangka pendek mungkin diperlukan. Jika memungkinkan, kortikosteroid intranasal digunakan untuk menggantikan pemakaian kortikosteroid oral/IM. Efek samping lokal obat ini cukup ringan, dan efek samping sistemik mempunyai batas yang luas. Pemberian kortikosteroid sistemik tidak dianjurkan untuk rinitis alergik pada anak. Pada anak kecil perlu dipertimbangkan pemakaian kombinasi obat intranasal dan inhalasi.
5. Kromon lokal (‘local chromones’)
Kromon lokal (local chromones), seperti kromoglikat dan nedokromil, mekanisme kerjanya belum banyak diketahui. Kromon intraokular sangat efektif, sedangkan kromon intranasal kurang efektif dan masa kerjanya singkat. Efek samping lokal obat ini ringan dan tingkat keamanannya baik.
Obat semprot hidung natrium kromoglikat sebagai stabilisator sel mast dapat diberikan pada anak yang kooperatif. Obat ini biasanya diberikan 4 kali sehari dan sampai saat ini tidak dijumpai efek samping.
6. Dekongestan oral
Dekongestan oral seperti efedrin, fenilefrin, dan pseudoefedrin, merupakan obat simpatomimetik yang dapat mengurangi gejala kongesti hidung. Penggunaan obat ini pada pasien dengan penyakit jantung harus berhati-hati. Efek samping obat ini antara lain hipertensi, berdebar-debar, gelisah, agitasi, tremor, insomnia, sakit kepala, kekeringan membran mukosa, retensi urin, dan eksaserbasi glaukoma atau
tirotoksikosis. Dekongestan oral dapat diberikan dengan perhatian terhadap efek sentral. Pada kombinasi dengan antihistamin-H1 oral efektifitasnya dapat meningkat, namun efek samping juga bertambah.
7. Dekongestan intranasal
Dekongestan intranasal (misalnya epinefrin, naftazolin, oksimetazolin, dan xilometazolin) juga merupakan obat simpatomimetik yang dapat mengurangi gejala kongesti hidung. Obat ini bekerja lebih cepat dan efektif daripada dekongestan oral. Penggunaannya harus dibatasi kurang dari 10 hari untuk mencegah terjadinya rinitis medikamentosa. Efek sampingnya sama seperti sediaan oral tetapi lebih ringan.
Pemberian vasokonstriktor topikal tidak dianjurkan untuk rinitis alergik pada anak di bawah usia l tahun karena batas antara dosis terapi dengan dosis toksis yang sempit. Pada dosis toksik akan terjadi gangguan kardiovaskular dan sistem saraf pusat.
8. Antikolinergik intranasal
Antikolinergik intranasal (misalnya ipratropium) dapat menghilangkan gejala beringus (rhinorrhea) baik pada pasien alergik maupun non alergik. Efek samping lokalnya ringan dan tidak terdapat efek antikolinergik sistemik. Ipratropium bromida diberikan untuk rinitis alergik pada anak dengan keluhan hidung beringus yang menonjol.
9. Anti-leukotrien
Anti-leukotrien, seperti montelukast, pranlukast dan zafirlukast, akan memblok reseptor CystLT, dan merupakan obat yang menjanjikan baik dipakai sendiri ataupun dalam kombinasi dengan antihistamin-H1 oral, namun masih diperlukan banyak data mengenai obat-obat ini. Efek sampingnya dapat ditoleransi tubuh dengan baik.
2.8 Pencegahan
Beberapa langkah/tips berikut ini dapat membantu anda bahkan jika anda tidak tahu jenis pollen apa yang membuat anda alergi. Jika anda tahu tipe pollen apa yang membuat anda alergi itu lebih bagus lagi.
Ø Tetaplah berada di dalam ruangan/rumah pada waktu pollen sangat banyak di udara. Umumnya pollen sedikit di udara hanya beberapa saat setelah matahari terbit. Mereka kemudian jumlahnya makin banyak dan paling banyak pada tengah hari dan sepanjang siang. Jumlahnya kemudian berkurang menjelang matahari terbenam.
Ø Tutuplah jendela dan pintu, baik pada siang maupun malam hari. Gunakan AC untuk membantu mengurangi jumlah pollen yang masuk ke dalam rumah anda. Jangan gunakan kipas dengan buangan keluar (exhaust fan) karena dapat membawa lebih banyak pollen masuk ke dalam rumah anda.
Ø Potonglah rumput di halaman rumah sesering mungkin.
Ø Cegah membawa pulang pollen masuk ke rumah setelah anda bepergian:
- Segeralah mandi dan ganti baju dan celana yang anda pakai di luar.
- Keringkan pakaian anda dengan mesin pengering, jangan jemur di luar.
Ø Berliburlah ke tempat lain pada saat musim pollen sedang berlangsung di tempat anda ke tempat di mana tanaman yang membuat anda alergi tidak tumbuh.
Ø Jangan keluar rumah pada saat hujan atau hari berangin.
Ø Hindari aktivitas yang membat anda terpapar dengan mold, seperti berkebun (terutama saat bekerja dengan kompos), memotong rumput.
Ø Buanglah jauh-jauh dari rumah anda daun-daun yang berguguran, potongan rumput, dan kompos.
Di daerah yang berudara lembab mold di dalam rumah dapat mencetuskan serangan asthma, rhinitis alergika dan dermatitis alergika. Beberapa langkah berikut dapat membantu:
Ø Bersihkan kamar mandi, bathtubs, shower stalls, shower curtains, dan karet-karet jendela paling sedikit sebulan sekali dengan disinfektan atau cairan pemutih. Gunakan pemutih dengan hati-hati, karena dapat membuat hidung anda teriritasi. Jika hidung anda teriritasi, gejala alergi anda dapat memburuk.
Ø Rumah harus ada aliran udara yang baik dan kering.
Ø Gunakan exhaust fan di kamar mandi dan dapur.
Ø Jangan gunakan karpet.
Oleh karena orang dewasa menghabiskan 1/3 waktu mereka dan anak-anak menghabiskan ½ dari waktu mereka di kamar tidur, maka penting agar tidak ada alergen di kamar tidur. Jangan gunakan kasur, bantal dan guling yang diisi dengan kapuk.
2.9 Komplikasi
1. Polip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip hidung.
2. Otitis media. Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang sering residif dan terutama kita temukan pada pasien anak-anak.
3. Sinusitis kronik
Otitis media dan sinusitis kronik bukanlah akibat langsung dari rinitis alergi melainkan adanya sumbatan pada hidung sehingga menghambat drainase
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
KASUS :
Nn. R umur 18 tahun dirawat di ruang THT Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi hari kedua, ketika dilakukan pengkajian oleh perawat didapat data hidung meler, bersin-bersin, mata merah berair yang tidak berhenti-henti, lapisan hidung membengkak warna merah kebiruan, mudah tersinggung, nafsu makan menurun, dan susah tidur, klien bernafas melalui mulut.
A. Pengkajian
DS :
Ø Nn. R mudah tersinggung
Ø Nn. R mengatakan nafsu makan menurun
Ø Nn. R mengatakan susah tidur
DO :
Ø Hidung meler
Ø Bersin-bersin
Ø Lapisan hidung membengkak, warna merah kebiruan
Ø Klien bernapas melalui mulut
B. Analisa data
SIGN & SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
DS : -
DO :
Ø hidung meler, bersin-bersin, klien bernafas melalui mulut
Akumulasi mucus Bersihan jalan nafas tidak efektif
DO :
Ø klien mengatakan susah tidur.
DO :
Ø bersin-bersin
Ø hidung meler
Susah tidur, hidung meler
Gangguan pola tidur
DS :
Ø klien mengatakan nafsu makan menurun
Do : -
Nafsu makan menurun
Nutrisi kurang dari kebutuhan
C. NCP
no Diagnosa keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Bersihan jalan nafas tidak efektiif b.d
Bersihan jalan nafas kembali
- Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas,
- Obstruksi jalan napas dan dapat atau tak di
akumulasi mucus
DS : -
DO : hidung meler, bersin-bersin, klien bernapas melalui mulut.
efektif
Kh : menujukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas.
Mis : mengeluarkan sekret
mis ; mengi, krekels, ronki
- Kaji/pantau frekuensi pernapasan
- Kaji pasien untuk posisi yang nyaman mis : peninggian kepala tempat tidur, duduk pada persandaran tempat tidur.
- Pertahankan polusi lingkungan minimum mis : debu asap dan bulu bantal yang berhubunggan dengan kondisi individu
- tingkatkan masukan caian 3000 /hari sesuai jantung, memberikan air hangat.
manevestasikan adanya bunyi napas adventisius.
- Adanya beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres atau adanya infeksi akut. Penafasan dapat melambat dan frekunsi ekspirasi memanjaga inspirasi memendek.
- Peningian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan mengunakn grafitasi
- Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentreger episode akut
- hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, mempermudah pengeluaran.
2 Gangguan pola istirahat b.d penyumbatan pada
Perbaikan pola tidur atau
- Tentukan kebiasan tidur biasanya dan
- Mengakaji perlunya dan mengidentifikasi
hidung
DS :
Ø klien mengatakan susah tidur.
Ø Klien mengatakan mata berair tak ada henti-hentinya
DO :
Ø bersin-bersin
Ø hidung meler
istirahat
Kh :
Klien tampak bisa tidur
Tidak sering terbangun pada malam hari
perubahan yang terjadi
- Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi mis : bantal, guling.
- Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan ling kungan baru.
- Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur .
- instruksikan tindakan relaksasi.
- Berikan sedative sesuai indikasi
intervensi yang tepat
- Meningakatkkan kenyamanan tridur serta dukungan fisiologis/psikologis
- bila rutinitas barumenggandung aspek sebanyak kebiasaan lama,stres dan ansietas yang berhubungan dapat berkurang
- Meningkatkan efek relaksasi.
- Membantu menginduksi tidur
- Membantu pasien agar mudah beristirahat
3 Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d Nafsu makan menurun
Ds : klien mengatakan nafsu makan menurun
Do : -
Nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh
Kh :
- Nafsu makan membaik
- Keadaan umum membaik
- Klien tampak mau makan
- Jelaskan tentang manfaat makan bila dikaitkan dengan kondisi klien saat ini
- Anjurkan agar klien memakan makanan yang tersedia di RS
- Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan serta sebelum dan sesudah intervensi/periksaan peroral.
- Dengan pemahaman klien akan lebih kooperatif mengikuti aturan
- Untuk menghindari makanan yang justru dapat mengganggu proses penyembuhan klien.
- Higiene oral yang baik akan meningkatkan nafsu makan klien
- tingkakan lingkungan yang menenangkan untuk makan dengan teman jika memungkinkan.
- Berikan makanan dalam keadaan hangat
- berikan makanan selingan (mis; keju, biskuit, sup, buah-buahan)yang tersedia dalam 24 jam
- Kolaborasi tentang pemenuhan diet klien
- makana adalah bagian dari peristiwa sosial, dan nafsu makan dapat meningkat dengan sosialisasi
- Makanan hangat dapat meningkatkan nafsu makan.
- membantu memenuhi kebutuhan dan meningkatkan pemasukan
- Meningkatkan pemenuhan sesuai dengan kondisi klien
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien-pasien yang memiliki atopi, yang sebelumnya sudah tersensitisasi atau terpapar dengan allergen (zat/materi yang menyebabkan timbulnya alergi) yang sama serta meliputi mekanisme pelepasan mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan allergen yang serupa (Von Pirquet, 1986).
Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :
Ø Immediate Phase Allergic Reaction
Berlangsung sejak kontak dengan allergen hingga 1 jam setelahnya
Ø Late Phase Allergic Reaction
Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam.
Tepung sari yang dihirup, spora jamur, dan antigen hewan di endapkan pada mukosa hidung. Alergen yang larut dalam air berdifusi ke dalam epitel, dan pada individu individu yang kecenderungan atopik secara genetik, memulai produksi imunoglobulin lokal (Ig ) E. Pelepasan mediator sel mast yang baru, dan selanjutnya, penarikan neutrofil, eosinofil, basofil, serta limfosit bertanggung jawab atas terjadinya reaksi awal dan reaksi fase lambat terhadap alergen hirupan. Reaksi ini menghasilkan mukus, edema, radang, gatal, dan vasodilatasi. Peradangan yang lambat dapat turut serta menyebabkan hiperresponsivitas hidung terhadap rangsangan nonspesifik suatu pengaruh persiapan. (Behrman, 2000).
4.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis Edisi 9. Jakarta : EGC
Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
ASUHAN KEPERAWATAN RHINITIS ALERGI
A.Pengertian
Rhinitis adalah suatu inflamasi (peradangan) pada membran mukosa di hidung. (Dipiro, 2005 ).
Rhinitis adalah istilah untuk peradangan mukosa.Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua: A. Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakanperadangan membran mukosa hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan musim semi.
a. Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor.
B.Etiologi
Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi yang diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :
Immediate Phase Allergic Reaction, Berlangsung sejak kontak dengan allergen hingga 1 jam setelahnya Late Phase Allergic Reaction, Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam.
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :
Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur
Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur, coklat, ikan dan udang
Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau sengatan lebah
Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan
Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi tiga tahap besar :
1. Respon Primer, terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non spesifik
2. Respon Sekunder, reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan system humoral, system selular saja atau bisa membangkitkan kedua system terebut, jika antigen berhasil dihilangkan maka berhenti pada tahap ini, jika antigen masih ada, karena defek dari ketiga mekanisme system tersebut maka berlanjut ke respon tersier
3. Respon Tersier , Reaksi imunologik yang tidak meguntungkan
C.Manifestasi Klinis
1. Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari (umumnya bersin lebih dari 6 kali).
2. Hidung tersumbat.
3. Hidung melr. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi biasanya bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau kekuning-kuningan jika berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus.
4. Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.
5. Badan menjadi lemah dan tak bersemangat.
D.Patofisiologi
Tepung sari yang dihirup, spora jamur, dan antigen hewan di endapkan pada mukosa hidung. Alergen yang larut dalam air berdifusi ke dalam epitel, dan pada individu individu yang kecenderungan atopik secara genetik, memulai produksi imunoglobulin lokal (Ig ) E. Pelepasan mediator sel mast yang baru, dan selanjutnya, penarikan neutrofil, eosinofil, basofil, serta limfosit bertanggung jawab atas terjadinya reaksi awal dan reaksi fase lambat terhadap alergen hirupan. Reaksi ini menghasilkan mukus, edema, radang, gatal, dan vasodilatasi. Peradangan yang lambat dapat turut serta menyebabkan hiperresponsivitas hidung terhadap rangsangan nonspesifik suatu pengaruh persiapan. (Behrman, 2000).
E.Penatalaksanaan
Hindari kontak & eliminasi, Keduanya merupakan terapi paling ideal. Hindari kontak dengan alergen penyebab, sedangkan eliminasi untuk alergen ingestan (alergi makanan).
Simptomatik : Terapi medikamentosa yaitu antihistamin, dekongestan dan kortikosteroid
1. Antihistamin
Antihistamin yang sering digunakan adalah antihistamin oral. Antihistamin oral dibagi menjadi dua yaitu generasi pertama (nonselektif) dikenal juga sebagai antihistamin sedatif serta generasi kedua (selektif) dikenal juga sebagai antihistamin nonsedatif.
Efek sedative antihistamin sangat cocok digunakan untuk pasien yang mengalami gangguan tidur karena rhinitis alergi yang dideritanya. Selain itu efek samping yang biasa ditimbulkan oleh obat golongan antihistamin adalah efek antikolinergik seperti mulut kering, susah buang air kecil dan konstipasi. Penggunaan obat ini perlu diperhatikan untuk pasien yang mengalami kenaikan tekanan intraokuler, hipertiroidisme, dan penyakit kardiovaskular.
Antihistamin sangat efektif bila digunakan 1 sampai 2 jam sebelum terpapar allergen. Penggunaan antihistamin harus selalu diperhatikan terutama mengenai efek sampingnya. Antihistamin generasi kedua memang memberikan efek sedative yang sangat kecil namun secara ekonomi lebih mahal.
2. Dekongestan
Dekongestan topical dan sistemik merupakan simpatomimetik agen yang beraksi pada reseptor adrenergic pada mukosa nasal, memproduksi vasokonstriksi. Topikal dekongestan biasanya digunakan melalui sediaan tetes atau spray. Penggunaan dekongestan jenis ini hanya sedikit atau sama sekali tidak diabsorbsi secara sistemik (Dipiro, 2005). Penggunaan obat ini dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan rhinitis medikamentosa (rhinitis karena penggunaan obat-obatan). Selain itu efek samping yang dapat ditimbulkan topical dekongestan antara lain rasa terbakar, bersin, dan kering pada mukosa hidung. Untuk itu penggunaan obat ini memerlukan konseling bagi pasien.
Sistemik dekongestan onsetnya tidak secepat dekongestan topical. Namun durasinya biasanya bisa lebih panjang. Agen yang biasa digunakan adalah pseudoefedrin. Pseudoefedrin dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat walaupun digunakan pada dosis terapinya (Dipiro, 2005). Obat ini harus hati-hati digunakan untuk pasien-pasien tertentu seperti penderita hipertensi. Saat ini telah ada produk kombinasi antara antihistamin dan dekongestan. Kombinasi ini rasional karena mekanismenya berbeda.
3. Nasal Steroid
Merupakan obat pilihan untuk rhinitis tipe perennial, dan dapat digunakan untuk rhinitis seasonal. Nasal steroid diketahui memiliki efek samping yang sedikit.
Obat yang biasa digunakan lainnya antara lain sodium kromolin, dan ipatropium bromida.
Operatif : Konkotomi merupakan tindakan memotong konka nasi inferior yang mengalami hipertrofi berat. Lakukan setelah kita gagal mengecilkan konka nasi inferior menggunakan kauterisasi yang memakai AgNO3 25% atau triklor asetat.4.Imunoterapi : Jenisnya desensitasi, hiposensitasi & netralisasi. Desensitasi dan hiposensitasi membentuk blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya berat, berlangsung lama dan hasil pengobatan lain belum memuaskan. Netralisasi tidak membentuk blocking antibody dan untuk alergi ingestan.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1.Identitas
2.keluhan utama
Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan hidung gatal
3.Riwayat peyakit dahulu
Pernahkan pasien menderita penyakit THT sebelumnya.
4.Riwayat keluarga
Apakah keluarga adanya yang menderita penyakit yang di alami pasien
5.Pemeriksaan fisik :
- Inspeksi : permukaan hidung terdapat sekret mukoid
- Palpasi : nyeri, karena adanya inflamasi
Pemeriksaan penunjang :
1. Pemeriksaan nasoendoskopi
2. Pemeriksaan sitologi hidung
3. Hitung eosinofil pada darah tepi
4. Uji kulit allergen penyebab
Diagnosa
1. Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan tentang penyakit dan prosedur tindakan medis
2. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi /adanya secret yang mengental
3. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung
4. Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore
Intervensi
1. Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan tentang penyakit dan prosedur tindakan medis
Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang
Kriteria :
a. Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya
b. Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kecemasan klien
2. Berikan kenyamanan dan ketentaman pada klien :
- Temani klien
- Perlihatkan rasa empati( datang dengan menyentuh klien )
3. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang seta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti
4. Singkirkan stimulasi yang berlebihan misalnya :
- Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang
- Batasi kontak dengan orang lain /klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasan
5. Observasi tanda-tanda vital.
6. Bila perlu , kolaborasi dengan tim medis
1. Menentukan tindakan selanjutnya
2. Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan
3. Meningkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga klien lebih kooperatif
4. Dengan menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan ketenangan klien.
5. Mengetahui perkembangan klien secara dini.
6. Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien
2. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi /adnya secret yang mengental.
Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret dikeluarkan
Kriteria :
a. Klien tidak bernafas lagi melalui mulut
b. Jalan nafas kembali normal terutama hidung
Intervensi Rasional
a. Kaji penumpukan secret yang ada
b. Observasi tanda-tanda vital.
c. Kolaborasi dengan team medis
a. Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya
b. Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi
c. Kerjasama untuk menghilangkan obat yang dikonsumsi
3. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung
Tujuan : klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman
Kriteria :
- Klien tidur 6-8 jam sehari
Intervensi Rasional
a. Kaji kebutuhan tidur klien.
b. ciptakan suasana yang nyaman.
c. Anjurkan klien bernafas lewat mulut
d. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat
a. Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
b. Agar klien dapat tidur dengan tenang
c. Pernafasan tidak terganggu.
d. Pernafasan dapat efektif kembali lewat hidung
4. Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore
Intervensi Rasional
a. Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan prognosis kesehatan
b. ajarkan individu menegenai sumber komunitas yang tersedia, jika dibutuhkan (misalnya : pusat kesehatan mental)
c. dorong individu untuk mengekspresikan perasaannya, khususnya bagaimana individu merasakan, memikirkan, atau memandang
a. memberikan minat dan perhatian, memberikan kesempatan untuk memperbaiakikesalahan konsep
b. pendekatan secara komperhensif dapat membantu memenuhi kebutuhan pasienuntuk memelihara tingkah laku koping
c. dapat membantu meningkatkan tingkat kepercayaan diri, memperbaiki harga diri, mrnurunkan pikiran terus menerus terhadap
dirinya perubahan dan meningkatkan perasaan terhadap pengendalian diri
Implementasi
1. Mendorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan prognosis kesehatan
2. Mengatur kelembapan ruangan untuk mencegah pertumbuhan jamur
3. Menjauhkan hewan berbulu dari pasien alergi, namun hal ini sering tidak dipatuhi terutama oleh pecinta binatang
4. Membersihkan kasur secara rutin
Evaluasi
1. Mengetahui tentang penyakitnya
2. Sudah bisa bernafas melalui hidung dengan normal
3. Bisa tidur dengan nyenyak
4. Mengutarakan penyakitnya tentang perubahan penampilan
KESIMPULAN DAN SARAN
A.KESIMPULAN
Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung. (Dipiro, 2005 )
Rhinitis adalah istilah untuk peradangan mukosa. Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua:
c. Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan musim semi.
d. Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor.