TUGAS AKHIR KARYA ILMIAH NEGOSIASI PIHAK KETIGA SEBAGAI RESOLUSI KONFLIK DI SUKU DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PEMERINTAH KOTA JAKARTA TIMUR (Survey Deskriptif : Ratusan buruh adukan nasib mereka ke Kantor Walikota Jakarta Timur pada berita resmi Pemerintah Kota Jakarta Timur 7 Oktober 2016) Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Oleh: Rizki Aulia Rahma Wiguna NIM 4123136579 PROGRAM STUDI DIII HUBUNGAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA Agustus 2017
198
Embed
TUGAS AKHIR KARYA ILMIAH NEGOSIASI PIHAK …takihumasunj.com/wp-content/uploads/2017/08/RIZKI-AULIA-RAHMA...i rizki aulia rahma wiguna (4123136579), negosiasi pihak ketiga sebagai
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TUGAS AKHIR KARYA ILMIAH
NEGOSIASI PIHAK KETIGA SEBAGAI RESOLUSI KONFLIK DI SUKU
DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PEMERINTAH KOTA
JAKARTA TIMUR
(Survey Deskriptif : Ratusan buruh adukan nasib mereka ke Kantor
Walikota Jakarta Timur pada berita resmi Pemerintah Kota Jakarta
Timur 7 Oktober 2016)
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya
Oleh:
Rizki Aulia Rahma Wiguna NIM 4123136579
PROGRAM STUDI DIII HUBUNGAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Agustus
2017
i
RIZKI AULIA RAHMA WIGUNA (4123136579), NEGOSIASI PIHAK KETIGA SEBAGAI RESOLUSI KONFLIK DI SUKU DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PEMERINTAH KOTA JAKARTA TIMUR (Survey Deskriptif : Ratusan buruh adukan nasib mereka ke Kantor Walikota Jakarta Timur pada berita resmi Pemerintah Kota Jakarta Timur 7 Oktober 2016), Tugas Akhir Karya Ilmiah, 2017; Hlm 139; 5 lamp; Ref 25 bk: 2000-2014, 3 situs.
ABSTRAK
Negosiasi juga merupakan perundingan antara dua pihak yang dimana didalamnya terdapat proses memberi, proses menerima, dan proses tawar-menawar. Seperti yang dilakukan oleh ratusan buruh yang tergabung dalam Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI) mendatangi Kantor Walikota Jakarta Timur mengadukan nasib mereka pada Jumat 7 Oktober 2016. Permasalahan yang diadukan mengenai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang di alami para buruh di tempat mereka bekerja. Dalam rangka menjalankan peran sebagai pelayan masyarakat, pihak Walikota Jakarta Timur yaitu Sudin Nakertrans telah mencoba untuk menghubungi pihak dari perusahaan yang tertuntut oleh buruhnya karena terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Atas dasar kasus inilah penulis tertarik meneliti bagaimana negosiasi pihak ketiga sebagai resolusi konflik di Sudin Nakertrans Jakarta Timur?
Penelitian ini menggunakan variabel negosiasi pihak ketiga sebagai resolusi konflik. Terdapat tujuh dimensi, yaitu mediator, arbitrator, conciliator, consultant, arbitration, inquisition, dan mediation.
Pendekatan pada penelitian ini adalah kuantitatif, dengan metode penelitian survey dan jenis penelitian deskriptif. Kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data, kuesioner berjumlah 45 pernyataan. Populasi dan sampel sebesar 35 orang. Penulis menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu sensus. Tendensi sentral yang digunakan penulis adalah mean.
Melalui penelitian ini penulis ingin mengetahui tentang Negosiasi Pihak Ketiga sebagai Resolusi Konflik di Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemerintah Kota Jakarta Timur mengenai ratusan buruh adukan nasib mereka ke Kantor Walikota Jakarta Timur pada berita resmi Pemerintah Kota Jakarta Timur 7 Oktober 2016. Pada penelitian ini terdapat tujuh dimensi dan lima belas indikator. Dari tabel rata-rata per dimensi dapat dilihat bahwa nilai rata-rata tertinggi terdapat pada dimensi arbitration. Nilai rata-rata terendah terdapat pada dimensi mediation. Dari tabel rata-rata per indikator dapat dilihat bahwa nilai rata-rata tertinggi terdapat pada indikator mengikuti aturan. Nilai rata-rata terendah terdapat pada indikator mediator
ii
memiliki sedikit atau sama sekali tidak memiliki kontrol atas keputusan penyelesaian konflik. Terdapat nilai rata-rata tertinggi pada indikator mengikuti aturan.
Penulis menyimpulkan bahwa Sudin Nakertrans Jakarta Timur belum dapat mengembangkan tawaran alternatif penyelesaian masalah untuk mencapai kesepakatan atas perselisihan yang di hadapi oleh pihak perusahaan dengan pihak buruh. Penulis menyarankan sebaiknya Sudin Nakertrans Jakarta Timur lebih dapat mengontrol jalannya negosiasi, seperti dengan mengatur pertemuan antara kedua pihak yang berselisih di waktu yang tepat agar kedua pihak dapat menghadiri pertemuan, menghadirkan pihak-pihak ahli yang dapat membantu menyelesaikan masalah, dan lebih menawarkan solusi penyelesaian masalah sehingga dapat segera menghasilkan kata sepakat atas masalah yang di hadapi oleh pihak perusahaan dengan pihak buruh.
Kata Kunci: Negosiasi, Proses Penyelesaian Masalah, Buruh
iii
RIZKI AULIA RAHMA WIGUNA (4123136579), NEGOTIATION OF THIRD PARTIES AS A CONFLICT RESOLUTION IN LABOR OF LABOR AND TRANSMIGRATION GOVERNMENT OF EAST JAKARTA CITY (Descriptive Survey: Hundreds of workers fanned their fate to the East Jakarta Mayor's Office on the official news of East Jakarta Municipal Government October 7, 2016) , Final Project of Scientific Work, 2017; Pp
139; 5 lamps; Ref 25 bk: 2000-2014, 3 sites.
ABSTRACT
Negotiation is also a negotiation between two parties in which there is a process of giving, the process of receiving, and the process of bargaining. As hundreds of workers who joined in the Indonesian Labor Union
Confederation (KPBI) came to the East Jakarta Mayor's Office to denounce their fate on Friday, October 7, 2016. Problems were raised about the Termination of Employment (PHK) experienced by the workers in their place of work. In order to carry out the role of public servant, the East Jakarta Mayor, Nakertrans Sub-Department, has tried to contact the party from the company claimed by his worker because he was exposed to Termination of
Employment (PHK). On the basis of this case the authors interested in
researching of how the third party negotiations as conflict resolution in East Jakarta Nakertrans Sub-dept?
This research uses third party negotiation variables as conflict
resolution. There are seven dimensions, namely the mediator, arbitrator,
conciliator, consultant, arbitration, inquisition, and mediation.
The approach of this research is quantitative, with survey research
method and descriptive research type. Questionnaires as instruments of data
collection, questionnaires amounted to 45 statements. Population and sample
of 35 people. The author uses a sampling technique that is census.Authors used central tendency is the mean.
Through this research the authors want to know about the Third Party Negotiations as Conflict Resolution in the Sub-Department of Manpower and Transmigration of East Jakarta Municipality about hundreds of workers fights their fate to the East Jakarta Mayor's Office on the official news of East Jakarta Municipal Government October 7, 2016. In this study there Seven dimensions and fifteen indicators. From the average table per dimension it can be seen that the highest average value is in the arbitration dimension. The lowest average value is in the mediation dimension. From the table averages per indicator can be seen that the highest average value is in the indicators follow the rules. The lowest average value found in the mediator
iv
indicator has little or no control over the conflict resolution decision. There is the highest average value on the indicators following the rules.
The authors conclude that the East Jakarta Nakertrans Sub-dept. Has not been able to develop an alternative solution to solve the problem to reach agreement on disputes faced by the company with the workers. The authors suggest that the East Jakarta Nakertrans Sub-Department should be better able to control the negotiation process, such as by arranging meetings between the two disputants in a timely manner so that both parties can attend the meeting, bringing in experts who can help solve the problem, and more to offer solutions to problem solving So that it can immediately generate an agreement on the problems faced by the company with the workers..
Keyword: Negotiations, Problem Resolution Process, Labor
v
LEMBAR ORISINALITAS
PROGRAM STUDI DIII HUBUNGAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Dengan ini penulis menyatakan bahwa Tugas Akhir Karya Ilmiah yang berjudul Negosiasi Pihak Ketiga Sebagai Resolusi Konflik Di Suku Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Pemerintah Kota Jakarta Timur (Survey Deskriptif : Ratusan Buruh Adukan Nasib Mereka ke Kantor Walikota Jakarta Timur pada Berita Resmi Pemerintah Kota Jakarta Timur 7 Oktober 2016) adalah benar-benar karya penulis dan sudah mengikuti ketentuan penulisan yang ada. Apabila kemudian hari ditemukan Tugas Akhir Karya Ilmiah ini merupakan hasil plagiat, penulis bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Jakarta, Agustus 2017
RIZKI AULIA RAHMA WIGUNA NIM. 4123136579
vi
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR KARYA ILMIAH
Nama : RIZKI AULIA RAHMA WIGUNA NIM : 4123136579 Judul : Negosiasi Pihak Ketiga Sebagai Resolusi Konflik Di Suku
Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Pemerintah Kota Jakarta Timur (Survey Deskriptif : Ratusan Buruh Adukan Nasib Mereka ke Kantor Walikota Jakarta Timur pada Berita Resmi Pemerintah Kota Jakarta Timur 7 Oktober 2016)
TIM PENGUJI
Nama Tanda Tangan Tanggal
1. Dr. E. Nugrahaeni, M,Si ............................... Agustus 2017 Ketua Sidang
2. Maulina Larasati Putri, M.I.Kom ............................... Agustus 2017 Penguji Ahli
3. Marisa Puspita Sary, M,Si ............................... Agustus 2017 Pembimbing
4. Wina Puspita Sari, M.si ............................... Agustus 2017 Sekretaris Sidang
Lulus Sidang, Juli 2017
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat
dan hidayah yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
sidang hasil Tugas Akhir Karya Ilmiah (TAKI) ini dengan baik. Tak lupa Kedua
Orang Tua penulis yang senantiasa memberikan doa serta dukungan kepada
penulis hingga dapat menyelesaikan TAKI ini.
Dalam penelitian ini, penulis sangat menyadari bahwa penulis memiliki
banyak kekurangan. Dari kekurangan itu, penulis mendapatkan banyak
bantuan dari berbagai pihak, baik yang dirasakan secara langsung maupun
secara tidak langsung. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada :
1. Prof. Dr. H. Djaali selaku Rektor Universitas Negeri Jakarta.
2. Dr. Muhammad Zid, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Jakarta.
3. Dr. Kinkin Yuliaty S.P sebagai koordinator program studi Hubungan
Masyarakat DIII Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta yang
telah memberikan kemudahan dan banyak memberikan masukan
dalam penulisan TAKI.
4. Marisa Puspita Sary, M.Si selaku dosen pembimbing materi yang telah
meluangkan waktu untuk memeriksa dan mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan TAKI.
5. Seluruh Dosen Program Studi Hubungan Masyarakat D-III yang telah
bersedia membantu penulis dan memberikan berbagai macam
pelajaran dalam perkuliahan.
viii
6. Pihak Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jakarta Timur
sebagai sumber informasi dari penelitian penulis.
7. Rekan–rekan program studi Hubungan Masyarakat D-III.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu atas
segala bantuan yang diberikan kepada penulis.
Untuk membalas jasa semua pihak yang telah membantu, penulis
menyampaikan terima kasih dan mendoakan semoga kebaikan dari semua
pihak kepada penulis mendapat balasan yang lebih dari Allah SWT.
Mudah-mudahan Tugas Akhir Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak, khususnya bagi para mahasiswa Universitas Negeri Jakarta.
Penulis tetap menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna,
karena itu penulis sangat mengharapkan koreksi dari berbagai pihak.
Wassallamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, Agustus 2017
Rizki Aulia Rahma Wiguna
41231136579
ix
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
ABSTRAK ............................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................... iii
LEMBAR ORISINALITAS ..................................................................... v
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................ vii
DAFTAR ISI .......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xviii
DAFTAR DIAGRAM .............................................................................. xix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xx
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................ 7
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 8
Tabel 3.6. Hubungan antara Analisis dan Variabel .................................... 46
Tabel 3.7. Operasional Konsep .................................................................. 49
Tabel 4.1. Sudin Nakertrans Jakarta Timur menumbuhkan kepercayaan (trust) dari pihak perusahaan yang melakukan PHK maupun karyawan yang di PHK .............................................................. 56
Tabel 4.2. Sudin Nakertrans Jakarta Timur menjadi pihak yang menjembatani antara perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ............................................................................. 57
Tabel 4.3. Sudin Nakertrans Jakarta Timur bekerja sama dengan pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ......... 59
Tabel 4.4. Sudin Nakertrans Jakarta Timur membantu mencari berbagai alternatif penyelesaian sengketa antara pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ..................................... 61
Tabel 4.5. Sudin Nakertrans Jakarta Timur menengahi sengketa antara pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya 62
Tabel 4.6. Sudin Nakertrans Jakarta Timur mendorong pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya untuk mencapai kesepakatan .............................................................................. 64
Tabel 4.7. Sudin Nakertrans Jakarta Timur mengungkapkan pokok masalah yang menjadi asal sengketa antara pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ..................................... 65
Tabel 4.8. Sudin Nakertrans Jakarta Timur memberikan kebebasan pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya mencari jalan penyelesaiannya ............................................................... 67
xiv
Tabel 4.9. Sudin Nakertrans Jakarta Timur menjadi tahap akhir dalam proses penyelesaian sengketa antara pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ...................................... 68
Tabel 4.10. Sudin Nakertrans Jakarta Timur terlibat dalam menghasilkan penyelesaian sengketa antara pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ........................................................ 70
Tabel 4.11. Sudin Nakertrans Jakarta Timur membuat keputusan yang mengikat pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya yang bersengketa ................................................ 71
Tabel 4.12. Keputusan yang diambil Sudin Nakertrans Jakarta Timur di dasarkan pada fakta hukum ...................................................... 73
Tabel 4.13. Sudin Nakertrans Jakarta Timur menyediakan saluran komunikasi informal seperti pertemuan, rapat, dan sebagainya antara pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya yang bersengketa ................................................ 74
Tabel 4.14. Sudin Nakertrans Jakarta Timur berperan secara efektif dalam menemukan kebenaran informasi mengenai PHK yang dilakukan perusahaan dengan karyawannya ............................................. 76
Tabel 4.15. Sudin Nakertrans Jakarta Timur mengusulkan penyelesaian sengketa pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya yang bersengketa ................................................ 77
Tabel 4.16. Sudin Nakertrans Jakarta Timur turun langsung ke lapangan dalam menemukan fakta tentang PHK yang dilakukan perusahaan dan karyawannya ................................................... 78
Tabel 4.17. Sudin Nakertrans Jakarta Timur memanggil saksi ahli kedua belah pihak dalam masalah PHK yang dilakukan perusahaan dengan karyawannya ................................................................ 80
Tabel 4.18. Sudin Nakertrans Jakarta Timur membuat perjanjian bersama yang ditandatangani oleh pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ........................................................ 82
Tabel 4.19. Sudin Nakertrans Jakarta Timur membantu pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya memahami satu sama lain ................................................................................... 84
Tabel 4.20. Sudin Nakertrans Jakarta Timur membantu memperbaiki hubungan ke dua belah pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ................................................................ 86
xv
Tabel 4.21. Sudin Nakertrans Jakarta Timur membantu pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya menyelesaikan masalahnya sendiri ................................................................... 87
Tabel 4.22. Sudin Nakertrans Jakarta Timur memberikan analisis fakta ke dua belah pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ............................................................................. 89
Tabel 4.23. Sudin Nakertrans Jakarta Timur memberikan opini atau pendapat ke dua belah pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ................................................................ 91
Tabel 4.24. Sudin Nakertrans Jakarta Timur membuat keputusan untuk ke dua belah pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ............................................................................. 92
Tabel 4.25. Sudin Nakertrans Jakarta Timur sebagai arbiter (penengah) melalui persetujuan pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya yang bersengketa ................................... 94
Tabel 4.26. Sudin Nakertrans Jakarta Timur menawarkan solusi penyelesaian masalah kepada pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ................................................................ 96
Tabel 4.27. Sudin Nakertrans Jakarta Timur sebagai arbiter (penengah) menjembatani pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya dalam proses negosiasi ...................................... 97
Tabel 4.28. Sudin Nakertrans Jakarta Timur menjadi pihak ketiga untuk menyelesaikan sengketa pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ........................................................ 99
Tabel 4.29. Sudin Nakertrans Jakarta Timur membantu pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya mendapatkan persetujuan bersama ................................................................ 100
Tabel 4.30. Sudin Nakertrans Jakarta Timur mengatur pertemuan antara pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya mendapatkan persetujuan bersama mencapai kesepakatan .... 102
Tabel 4.31. Sudin Nakertrans Jakarta Timur mendorong pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya mencapai kesepakatan .............................................................................. 103
Tabel 4.32. Sudin Nakertrans Jakarta Timur mementingkan persetujuan bersama dalam membuat keputusan ........................................ 105
xvi
Tabel 4.33. Sudin Nakertrans Jakarta Timur mengawal hingga keputusan akhir masalah pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ............................................................................. 106
Tabel 4.34. Sudin Nakertrans Jakarta Timur mengontrol semua diskusi tentang konflik pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ............................................................................. 108
Tabel 4.35. Sudin Nakertrans Jakarta Timur memiliki kewenangan untuk menentukan hasil negosiasi pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ........................................................ 109
Tabel 4.36. Sudin Nakertrans Jakarta Timur memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya yang berselisih ..................................................... 111
Tabel 4.37. Sudin Nakertrans Jakarta Timur mendengarkan opini masing-masing dari pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ............................................................................. 113
Tabel 4.38. Sudin Nakertrans Jakarta Timur mempunyai hak menentukan tindakan dalam proses berlangsungnya negosiasi .................... 114
Tabel 4.39. Sudin Nakertrans Jakarta Timur memilih bentuk penyelesaian konflik pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya yang bersengketa ................................................ 116
Tabel 4.40. Sudin Nakertrans Jakarta Timur bertindak sebagai penasihat untuk menyelesaikan konflik antara pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya ...................................... 117
Tabel 4.41. Sudin Nakertrans Jakarta Timur berwenang dalam mengambil keputusan antara pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya yang berselisih ........................................ 119
Tabel 4.42. Sudin Nakertrans Jakarta Timur menjadi pihak yang netral ...... 120
Tabel 4.43. Sudin Nakertrans Jakarta Timur menawarkan pilihan penyelesaian masalah pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya yang berselisih ........................................ 122
Tabel 4.44. Sudin Nakertrans Jakarta Timur mencapai kesepakatan penyelesaian masalah tanpa ada pihak yang menang dan yang kalah .......................................................................................... 123
Tabel 4.45. Sudin Nakertrans Jakarta Timur mengarahkan pihak perusahaan yang melakukan PHK dengan karyawannya yang berselisih untuk mencapai kesepakatan dengan caranya sendiri ........................ 125
xvii
Tabel 4.46. Rata-rata Per Dimensi ............................................................... 127
Tabel 4.47. Rata-rata per Indikator .............................................................. 130
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Rumus mean ....................................................................... 46
xix
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
Diagram 4.1. Rata-rata per Dimensi ........................................................ 128
Diagram 4.2. Rata-rata per Indikator ........................................................ 132
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner ............................................................................ xxi
Lampiran 2. Hasil Wawancara ................................................................. xxxv
Lampiran 3. Daftar Nama Responden ..................................................... xl
Lampiran 4. Berita Online ........................................................................ xlii
Lampiran 5. Data Jawaban Responden ................................................... xliii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Negosiasi secara umum adalah suatu bentuk interaksi sosial antara
pihak–pihak yang terlibat yang berusaha untuk saling menyelesaikan tujuan
yang berbeda dan bertentangan atau definisi negosiasi secara formal yaitu
bentuk pertemuan bisnis antara dua pihak atau lebih yang bertujuan untuk
mencapai suatu kesepakatan dalam berbisnis. Negosiasi juga merupakan
perundingan antara dua pihak yang dimana didalamnya terdapat proses
memberi, proses menerima, dan proses tawar-menawar1. Inti dari negosiasi
adalah sebuah komunikasi yang dipergunakan ketika ada perbedaan
kebutuhan/kepentingan yang mengakibatkan sebuah pertentangan.
Pertentangan tersebut akan dilerai dan dipecahkan dengan sebuah
perundingan (negosiasi), dimana kedua belah pihak dapat merasa
diuntungkan.
Sebuah permasalahan akan dengan mudah terselesaikan jika masing-
masing pihak memberikan penawaran-penawaran yang menjadi solusi
terbaik ( win solution ) dalam sebuah perundingan. Oleh karena itu, semakin
1 Pengertian Negosiasi dan Tujuannya. http://www.pengertianku.net/2015/04/pengertian-
negosiasi-dan-tujuannya.html, Diakses pada pukul 21.05 WIB, pada tanggal 9 April 2017
pandai orang dalam berunding, maka orang itulah yang akan memenangkan
perundingan tersebut2.
Negosiasi secara sederhana dapat dipahami sebagai proses untuk
mencapai kesepakatan dengan memperkecil perbedaan serta
menggambarkan persamaan guna meraih tujuan bersama yang saling
menguntungkan3. Orang melakukan negosiasi apabila mereka berpikir bahwa
diskusi dapat menghasilkan peraturan yang lebih memuaskan dalam
pertukaran barang atau jasa mereka. Negosiasi memerlukan adanya dua
pihak dengan kepentingan berbeda atau berlawanan datang bersama
merumuskan kesepakatan. Biasanya, masing-masing pihak akan membawa
serangkaian proposal yang kemudian didiskusikan dan bertindak atas
dasarnya4.
Seperti yang dilakukan oleh ratusan buruh yang tergabung dalam
Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI) mendatangi Kantor Walikota
Jakarta Timur mengadukan nasib mereka pada Jumat 7 Oktober 2016.
Permasalahan yang diadukan mengenai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
yang di alami para buruh di tempat mereka bekerja. Mereka meminta,
Pemkot Jakarta Timur dalam hal ini Suku Dinas Tenaga Kerja dan
2 Teks Negosiasi Pengertian, Struktur, Kaidah kebahasaan, Teknik dan Contoh Teks
Negosiasi. http://www.jurnalkompi.com/materi-bahasa-indonesia/teks-negosiasi-pengertian-struktur-kaidah-kebahasaan-teknik-dan-contoh-teks-negosiasi/, Diakses pada pukul 21.05 WIB, pada tanggal 9 April 2017 3 Rismi Somad dan Donni Juni. Manajemen Komunikasi, Bandung: Alfabeta, 2014, hlm. 161
4 Widodo. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 233
Transmigrasi Jakarta Timur, melakukan upaya mediasi antara pihak buruh
dengan pihak perusahaan di tempat mereka bekerja.
Kepala Sudin Nakertrans Jakarta Timur Atok Baroni mengatakan,
audiensi ini diselenggarakan untuk menyamakan persepsi dan mendengar
penjelasan para buruh. “Iya ini sebenarnya bukan demo. Tapi mereka kesini
ingin adakan audiensi dengan Pak Wali. Jadi daripada mereka mengadakan
aksi jadi kita ajak mereka untuk berdiskusi disini. Satu hal yang mereka tuntut
pada audiensi tadi ada tiga perusahaan yakni PT. MKM, PT. Union Ceramics
Utama dan PT. Jhonson," katanya.
Menurutnya, hal-hal yang terkait mengenai kesejahteraan para buruh
sudah diatur sesuai perundang-undangan. “Dengan ini langkah Pemkot akan
melihat hak-haknya, jika adanya pelanggaran dari hak itu tentunya akan kita
tindak sesuai dengan perundang-undangan,” tandasnya5.
Dalam rangka menjalankan peran sebagai pelayan masyarakat, pihak
Walikota Jakarta Timur yaitu Sudin Nakertrans telah mencoba untuk
menghubungi pihak dari perusahaan yang tertuntut oleh buruhnya karena
terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Berdasarkan hasil wawancara
yang dilakukan penulis dengan Kepala Sudin Nakertrans menjelaskan :
“Mereka meminta kami untuk membantu melakukan negosiasi karena mereka (buruh) merasa tidak melakukan kesalahan apapun tetapi kena PHK. Pihak dari kami sendiri telah melakukan upaya-upaya dalam melakukan perundingan dengan perusahaan yang buruhnya
5 Ratusan Buruh Adukan Nasib Mereka. http://timur.jakarta.go.id/v11/?p=berita&id=ratusan-
buruh-adukan-nasib-mereka, Diakses pada pukul 21.05 WIB, pada tanggal 9 April 2017
datang waktu itu kesini (Kantor Walikota Jakarta Timur) dengan membawa cukup banyak rombongan. Ada perusahaan yang menerima kami untuk melakukan pembicaraan tetapi ada juga yang menolak bahkan seakan-akan menghindar6.”
Berdasarkan keterangan diatas, pihak Sudin Nakertrans Walikota
Jakarta Timur telah melakukan pelayanan masyarakat dengan mencoba
bernegosiasi dengan menghubungkan serta menjadi pihak ketiga atau
penengah antara buruh yang di PHK dengan perusahaan yang melakukan
PHK terhadap para buruh yang mengadukan nasibnya ke kantor Walikota
Jakarta Timur. Namun dalam proses penanganan konflik ini pihak Sudin
Nakertrans Jakarta Timur menemui kendala yaitu ada perusahaan yang tidak
bisa diajak bekerja sama dalam penanganan konflik ini, selain itu para buruh
tidak mengetahui sebab mereka di PHK dan mereka juga tidak mendapat
pesangon dari perusahaan. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara penulis
dengan Sudin Nakertrans Jakarta Timur yang penulis kutip :
“Dari tiga perusahaan ada dua yang sudah bisa kita hubungin yang satu lagi belum kasih tanggapan. Kita (Sudin Nakertrans Jakarta Timur) udah coba kirim email sampe datang langsung ke perusahaannya tapi belum bisa ketemu sama atasannya karena mereka sedang ada kesibukan di luar kota. Sampai sekarang kita masih coba berunding dan berhubungan sama ketiga perusahaan itu, karena sampai sekarang nasib buruh yang di PHK masih mengambang karena belum ada kejelasan dari proses negosiasinya. Kami juga banyak urusan lain yang tidak bisa kami tinggalkan jadi harus pecah konsentrasi7.”
Hal-hal yang terkait mengenai kesejahteraan para buruh sudah diatur
sesuai perundang-undangan, jadi jika ada buruh yang tidak memiliki kriteria
6 Hasil wawancara Penulis dengan Kepala Sudin Nakertrans Jakarta Timur Atok Baroni
pada 3 April 2017 Pukul 13.30 WIB. 7 Ibid
5
sebagai buruh yang bisa di PHK tetapi mengalami PHK di perusahaan
tempatnya bekerja maka hal tersebut sudah menyalahi aturan tentang
ketenagakerjaan yaitu Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003
pasal 150 sampai 172 tentang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)8.
Berdasarkan pernyataan di atas, terlihat jelas bahwa proses negosiasi
yang dilakukan pihak Sudin Nakertrans Jakarta Timur belum mencapai
kesepakatan yang jelas sejak bulan Oktober tahun lalu. Negosiasi dilakukan
tiga kali, yaitu pada 10 Oktober 2016 pihak Sudin Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Jakarta Timur mengirim surat undangan kepada perusahaan-
perusahaan yang melakukan PHK untuk mempertemukan kedua belah pihak
pada hari Jumat 14 Oktober 2016 di Kantor Walikota Jakarta Timur pihak
buruh yang hadir ada 35 orang. Hasilnya dari tiga perusahaan yang diundang
hanya ada dua perusahaan yang mengadiri undangan tersebut, yaitu PT.
MKM dan PT. Union Ceramics Utama, PT. Jhonson tidak bisa hadir karena
mereka beralasan tidak ada satupun wakil mereka yang bisa menghadiri
panggilan tersebut dikarenakan ada meeting antar divisi yang tidak bisa di
tinggal. Pertemuan pertama ini pihak kedua perusahaan menganggap bahwa
para karyawan yang di PHK telah melakukan kesalahan karena jarang masuk
kerja dan waktu kontrak mereka memang sudah habis, tetapi pihak karyawan
membantah hal terebut dan menganggap mereka telah melakukan tugas
8 Bunyi Pasal 150 – 172 Peemutusan Hubungan Kerja (PHK), Undang Undang
Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003. https://keboomen.com/2015/06/14/bunyi-pasal-150-172-peemutusan-hubungan-kerja-phk-undang-undang-ketenagakerjaan-no-13-tahun-2003/, Diakses pada pukul 22.37 WIB pada tanggal 9 April 2017
penjual, pimpinan serikat buruh dan wakil perusahaan, atasan dan bawahan-
tidak bersepakat14.
Negosiasi biasanya merupakan proses komunikasi yang terstruktur
dan direncanakan. Meski argumen atau debat mungkin secara spontan dari
sesuatu yang dikatakan dalam diskusi, negosiator sering merancang taktik
untuk digunakan dan topik yang akan dibahas sebelum negosiasi. Dalam sesi
negosiasi, dua atau lebih orang dengan tujuan berbeda bertukar komunikasi
untuk menghasilkan hasil yang diinginkan bersama. Pihak-pihak yang terlibat
harus mengakui bahwa mereka bergantung satu sama lain jarang hasil dapat
diterima bersama kecuali semua pihak mengetahui fakta ini15.
Negosiasi adalah salah satu dari beberapa mekanisme dimana orang
dapat menyelesaikan konflik. Situasi negosiasi pada dasarnya memiliki
karakteristik yang sama, apakah negosiasi perdamaian antara negara-negara
perang, negosiasi bisnis antara pembeli dan penjual atau buruh dan
manajemen, atau tamu yang marah mencoba untuk mengetahui bagaimana
mendapatkan air panas untuk mandi sebelum wawancara penting16.
Negosiasi adalah salah satu penyelesaian sengketa, dimana para
pihak setuju untuk menyelesaikan persoalan mereka melalui proses
musyawarah, perundingan atau ‘urung rembuk’. para pihak terlibat secara
14
Dan O’ Hair, Gustav W. Friedrichl, dan Lynda Dee Dixon. Strategic Communication: In Business and the Professions, Edisi Keenam. Jakarta: Kencana, 2009, hlm. 421 15
Ibid, hlm. 422 16
Roy J.Lewicki, Bruce Barry, dan David M. Saunders. Negosiasi Negotiation. Jakarta: Salemba Humanika, 2012, hlm. 7
12
langsung dalam dialog dan prosesnyaa. Meskipun demikian, ketika
konfrontasi meningkat antara para pihak, sehingga sulit melakukan negosiasi,
maka penyelesaian sengketa dapat ditempuh melalui alternatif lain, seperti
fasilitasi dan mediasi. Fasilitator dan mediator dapat berperan untuk
memperlancar proses negosiasi yang sudah tertunda diantara para pihak
yang bersengketa. Dengan kata lain, negosiasi adalah suatu proses struktur
dimana para pihak yang bersengketa berbicara sesama mereka mengenai
persoalan yang diperselisihkan dalam rangka mencapai persetujuan atau
kesepakatan bersama17.
2.2.1 Negosiasi Pihak Ketiga sebagai Resolusi Konflik
Sering kali individu atau kelompok tidak dapat menyelesaikan
perbedaan mereka melalui negosiasi langsung. Mereka dapat menggunakan
pihak ketiga untuk membantu mereka mencari solusi. Pemecahan konflik
melalui pihak ketiga adalah setiap usaha oleh orang yang relatif netral untuk
membantu para pihak yang berselisih menyelesaikan perbedaan mereka18.
Negosiasi-negosiasi tidak selalu langsung terjadi antara dua pihak
yang mengalami ketidaksepakatan. Terkadang pihak ketiga dipanggil untuk
17
Syahrizal Abbas. Mediasi Dalam Prespektif Hukum Syariah, Hukun Adat, dam Hukum
nasional. Jakarta: Kencana, 2009, hlm. 9-10 18
Widodo. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 237
13
terlibat dalam negosiasi antara pihak-pihak yang telah mengalami jalan
buntu19.
2.2.1.1. Mediator
Mediator adalah pihak ketiga yang netral yang memfasilitasi solusi
negosiasi dengan menggunakan alasan dan bujukan, menyarankan alternatif,
dan semacamnya. Mediator dipergunakan secara luas dalam negosiasi
pekerja-manajemen dan perselisihan dalam pengadilan. Efektivitas secara
keseluruhan cukup impresif20.
Peran yang ditampilkan pihak ketiga sebagai mediator dalam
menjalankan tugasnya menengahi dan menyelesaikan sengketa antara para
pihak. ‘Berada di tengah’ juga bermakna mediator harus berada di posisi
netral dan pihak dalam menyelesaikan sengketa. Ia harus mampu menjaga
kepentingan para pihak yang bersengketa secara adil dan sama, sehingga
menumbuhkan kepercayaan (trust) dari para pihak yang bersengketa21.
Dalam Collins English Dictionary and Thesaurus disebutkan bahwa
mediasi adalah kegiatan menjembatani antara dua pihak yang bersengketa
guna menghasilkan kesepakatan (agreement). Kegiatan ini dilakukan oleh
mediator sebagai pihak yang ikut membantu mencari berbagai alternatif
penyelesaian sengketa. Posisi mediator dalam hal ini adalah mendorong para 19
Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge. Perilaku Organisasi. Buku 2. Penerbit Salemba Empat: Jakarta, 2008, hlm. 34 20
Op. Cit 21
Syahrizal Abbas. Mediasi Dalam Prespektif Hukum Syariah, Hukun Adat, dam Hukum nasional. Jakarta: Kencana, 2009, hlm. 2
14
pihak untuk mencapai kesepakatan-kesepakatan yang yang dapat
mengakhiri perselisihan dan persengketaan. Ia tidak dapat memaksa para
pihak untuk untuk menerima tawaran penyelesaian sengketa darinya. Para
pihaklah yang menentukan kesepakatan-kesepakatan apa yang mereka
inginkan22.
Penjelasan mediasi dari sisi kebahasaan (etimologi) lebih menekankan
pada keberadaan pihak ketiga yang menjembatani para pihak bersengketa
untuk menyelesaikan perselisihannya. Penjelasan ini amat penting guna
membedakan dengan bentuk-bentuk alternatif penyelesaian sengketa lainnya
seperti arbitrase, negosiasi, adjudikasi, dan lain-lain. Mediator berada pada
posisi di ‘tengah dan netral’ antara pihak yang bersengketa, dan
mengupayakan menemukan sejumlah kesepakatan sehingga mencapai hasil
yang memuaskan para pihak yang bersengketa23.
Garry Goopaster memberikan definisi mediasi sebagai proses
negosiasi pemecahan masalah dimana pihak luar yang tidak memihak
(imparsial) bekerja sama dengan pihak-pihak yang bersengketa untuk
membantu mereka memperoleh kesepakatan perjanjian yang memuaskan.
Goopaster mencoba mengeksplorasi lebih jauh makna mediasi tidak hanya
dalam pengertian bahasa, tetapi ia juga menggambarkan proses kegiatan
22
ibid 23
Ibid, hlm. 3
15
mediasi, kedudukan dan peran pihak ketiga, serta tujuan dilakukannya suatu
mediasi.24
2.2.1.2. Arbitrator
Arbitrator adalah pihak ketiga dengan kewenangan mendiktekan
kesepakatan. Arbitrasi dapat bersifat sukarela diminta oleh para pihak atau
dipaksa oleh hukum atau kontrak. Kelebihan arbitrasi atas mediasi adalah
selalu menghasilkan penyelesaian. Apabila suatu pihak merasa dikalahkan,
pihak tersebut pasti tidak puas dan tidak mungkin dengan ramah menerima
keputusan arbitrator25.
Dalam proses arbitrase keputusan akhir yang diberikan oleh arbiter
mengikat para pihak yang bersengketa. Keputusan yang diambil arbiter
bukan didasarkan pada fakta-fakta hukum seperti dalam proses peradilan,
tetapi didasarkan oleh sejumlah kesepakatan yang terbangun dalam proses
arbitrase. Dalam proses ini para pihak tetap didorong oleh arbiter
mengungkapkan seluruh pokok masalah yang menjadi asal sengketa, dan
diberikan kebebasan para pihak untuk mencari jalan penyelesaiannya. Peran
arbiter dalam mencari kesepakatan damai amat penting, ketika pada pihak
sudah tidak menemukan lagi apa yang tepat guna menyelesaikan sengketa
24
Ibid, hlm. 5-6 25
Widodo. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 237
16
mereka. Disinilah arbiter dituntut memiliki keterampilan menemukan solusi
akhir yang dapat menyelesaikan sengketa para pihak26.
Dalam menemukan solusi akhir, arbiter tidak semata-mata
mengandalkan keterampilan (skill) dalam menjembatani para pihak dan
memfasilitasi pertemuan arbitrasi, tetapi ia juga harus menguasai sejumpah
pengetahuan terutama berkaitan dengan pokok sengketa. Keterampilan yang
dimiliki arbiter memang terlihat jauh lebih berat bila dibandingkan dengan
keterampilan yang dimiliki seorang mediator, karena seorang arbiter harus
memberikan keputusan akhir. Dalam praktik jika proses mediasi gagal,
kecenderungan para pihak membawa sengketa mereka ke jalur arbitrase. Hal
ini menandakan bahwa arbitrase sebagai tingkat terakhir dalam proses
penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Barangkali inilah yang menjadi
dasar perumusan persyaratan yang berbeda antara seorang arbiter dengan
mediator dalam PP 54 Tahun 2000 tentang Lembaga Penyedia Jasa
Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan27.
2.2.1.3. Conciliator
Conciliator adalah pihak ketiga yang dipercaya yang menyediakan
saluran komunikasi informal antara negosiator dengan lawannya.
Membandingkan konsiliasi pada mediasi dalam ukuran efektivitas terbukti
sulit karena keduanya banyak tumpang tindih. Dalam praktik, konsiliator
26
Syahrizal Abbas. Mediasi Dalam Prespektif Hukum Syariah, Hukun Adat, dam Hukum nasional. Jakarta: Kencana, 2009, hlm. 16 27
Ibid, hlm. 16-17
17
umumnya bertindak lebih banyak dari pada sekadar saluran komunikasi.
Mereka juga terikat dalam menemukan faktadan menginterpretasikan
berita28.
Pengertian konsiliasi adalah suatu metode penyelesaian sengketa dan
menguraikan berbagai fakta serta membuat suatu usulan keputusan
penyelesaian, namun usulan keputusan tersebut sifatnya tidak mengikat
(huala adolf: 2005)29.
Konsiliasi adalah proses dimana para pihak dalam sengketa setuju
untuk memanfaatkan jasa seorang konsiliator, yang kemudian bertemu
dengan pihak-pihak secara terpisah dalam upaya untuk menyelesaikan
perbedaan mereka. Konsiliasi berbeda dari arbitrase dalam proses konsiliasi,
dalam dan dari dirinya sendiri, tidak memiliki legal standing, dan konsiliator
biasanya tidak memiliki kewenangan untuk mencari bukti atau memanggil
saksi-saksi, biasanya menulis ada keputusan, dan tidak membuat
penghargaan30.
Konsiliator berwenang untuk menyelesaikan perselisihan kepentingan,
perselisihan pemutusan hubungankerja, atau perselisihan antar serikat
pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan, yang hanya bisa dilakukan
setelah para pihak yang berselisih mengajukan permintaan penyelesaian
28
Widodo. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 237 29
Huala Adolf. Penyelesaian Sengketa Dagang Dalam World Trade Organization (W.T.O). Jakarta: Mandar Maju, 2005, hlm. 57 30
Ibid, hlm. 58
18
secara tertulis kepada konsiliator yang ditunjuk dan disepakati oleh para
pihak. Para pihak dapat mengetahui nama konsiliator yang akan dipilih dan di
sepakati dari daftar nama konsiliator yang di pasang dan di umumkan pada
kantor instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketena-
gakerjaan setempat31.
Dalam waktu selambat-lambatnya tujuh hari kerja setelah
menerima permintaan penyelesaian secara tertulis, konsiliator sudah harus
mengadakan penelitian tentang duduknya perkara dan selambat-
lambatnya pada hari kedelapan harus sudah dilakukan sidang konsiliasi.
Dalam persidangan tersebut konsiliator dapat memanggil saksi atau saksi
ahli untuk hadir dalam persidangan konsiliasi untuk dimintai keterangan.
Saksi atau saksi ahli yang memenuhi panggilan berhak menerima
penggantian biaya perjalanan dan akomodasi yang besarnya ditetapkan oleh
Menteri Tenaga Kerja. Dalam hal tercapai kesepakatan penyelesaian
perselisihan hubungan industrial melalui konsiliasi, maka dibuat perjanjian
bersama yang ditandatangani oleh para pihak dan disaksikan oleh konsiliator
serta di daftar di pengadilan hubunganindustrial pada pengadilan negeri di
wilayah hukum pihak-pihak yang mengadakan perjanjian bersama untuk
mendapatkan fakta bukti pendaftaran32.
31
Ibid, hlm. 59-60 32
Ibid
19
2.2.1.4. Consultant
Konsultan adalah pihak ketiga yang terampil dan tidak memihak yang
berusaha memfasilitasi pemecahan masalah melalui komunikasi dan analisis,
dibantu oleh pengetahuan manajemen konflik. Tidak seperti pihak ketiga
lainnya, konsultan tidak berusaha menyelesaikan masalah, tetapi lebih
berusaha memperbaiki hubungan diantara pihak yang konflik sehingga
mereka dapat mencapai penyelesaian sendiri. Konsultan berusaha
membantu para pihak memahami dan saling bekerja dengan lainnya.
Pendekatan ini mempunyai fokus jangka panjang: membangun persepsi
positif baru dan sikap diantara pihak yang berselisih33.
Secara garis besar, konsultan itu adalah sparring partner untuk
pembuat keputusan (decision maker) dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Sparring partner ini bisa berarti si konsultan memberikan pertimbangan atas
berbagai alternatif tindakan (seperti pertimbangan risiko), atau memberikan
suatu analisis yang mendalam atas suatu fenomena untuk diberikan kepada
si pembuat keputusan, dan bisa juga menjabarkan suatu keputusan ke dalam
bentuk yang lebih konkrit atau detail sesuai dengan kebutuhan34.
Konsultan itu memberikan analisis atau kajian, opini atau pendapat,
serta penjabaran (detail) atas suatu fenomena yang menjadi fokus perhatian
seorang pembuat keputusan atau sebuah organisasi. Satu hal yang pasti,
33
Widodo. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 238 34
Douglas Ray. Memulai dan Menjalankan Bisnis Konsultan. Jakarta: Abdi Tandur, 2006, hlm. 23-24
20
konsultan tidak pernah membuat keputusan untuk klien, dia hanya
memberikan analisis, opini, dan penjabaran. Keputusan tetap di tangan si
klien. Seorang konsultan bukanlah pembuat keputusan untuk si klien.Bekerja
sebagai konsultan berarti bekerja di belakang layar35.
2.2.1.5. Arbitration
Arbitration mempunyai kontrol tinggi atas keputusan akhir, tetapi
tingkat kontrol rendah dalam prosesnya. Pihak eksekutif yang terikat dalam
strategi ini mengikuti aturan yang disetujui lebih dahulu tentang proses hak,
mendegarkan argumen dari para pekerja yang berselisih, dan membuat
keputusan meningkat36.
Arbitrase adalah salah satu bentuk penyelesaian sengketa di luar
pengadilan, dimana para pihak yang bersengketa mengangkat pihak ketiga
(arbiter) untuk menyelesaikan sengketa mereka. Keberadaan pihak ketiga
sebagai arbiter harus melaui persetujuan bersama dari para pihak yang
bersengketa. Persetujuan bersama menjadi paling penting bagi arbiter,
karena keberadaannya berkait erat dengan peran arbiter dalam memberikan
keputusan akhir37.
Arbiter memiliki kewenangan dan peran yang berbeda dengan
mediator, walaupun samasama pihak ketiga yang membantu penyelesaian
35
Ibid 36
Widodo. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 238 37
Syahrizal Abbas. Mediasi Dalam Prespektif Hukum Syariah, Hukun Adat, dam Hukum nasional. Jakarta: Kencana, 2009, hlm. 15
21
sengketa di luar pengadilan. Arbiter tidak hanya menjembatani para pihak
dalam proses negosiasi, mengatur pertemuan dan mendorong para pihak
mencapai kesepakatan, tetapi ia memiliki kewenangan menawarkan solusi
sekaligus memberikan keputusan akhir. Mediator hanya berperan mengatur
pertemuan, membantu negosiasi antara para pihak dan mendorong mereka
mencari kesepakatan damai. Mediator tidak memiliki kewenangan untuk
memberikan keputusan akhir, karena kewenangan untuk pengambilan
keputusan dalam proses negosiasi tetap berada di tangan masing-masing
pihak38.
2.2.1.6. Inquisition
Inquisitor mengontrol semua diskusi tentang konflik. Seperti arbitrator,
mereka memiliki kontrol keputusan tinggi karena mereka memilih bentuk
penyelesaian konflik. Tetapi mereka juga memiliki kontrol proses tinggi
karena mereka memilih informasi mana yang dipelajari dan bagaimana
mempelajarinya, dan mereka umumnya memutuskan bagaimana proses
penyelesaian konflik akan ditangani39.
Mengenai system inquisitoir Mr. Wirjono Prodjodikoro mengemukakan
sebagai berikut: Sistem inquisitor (arti kata= pemeriksaan) mengaanggap si
tersangka suatu barang, suatu objek, yang harus diperiksa berhubung
dengan suatu pendakwaan. Pemeriksaan seperti ini berupa pendengaran si
38
Ibid, hlm. 15-16 39
Widodo. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 238
22
tersangka tentang dirinya pribadi. Sedang S. Tarif, SH mengenai Iquisitoir
mengemukakan sebagai berikut:Tersangka dianggap sebagai objek yang
harus diperiksa. Pemeriksaan ini berupa pendengaran, keterangan-
keterangan tersangka tentang dirinya, dan biasanya pemeriksa sudah a-priori
berkeyakinan bahwa kesalahannya tersangka, sehingga sering terjadi
paksaan terhadap tersangka untuk mengaku kesalahannya sehingga
kadang-kadang dilakukanya penganiyaan40.
Menurut Abdurrahman SH sistem inquisitoir adalah Suatu system
pemeriksaan yang memandang seseorang tertuduh sebagai objek dalam
pemeriksaan yang berhadapan dengan para pemeriksa dengan kedudukan
yang lebih tinggi dalam suatu pemeriksaan yang dilakukan secara tertutup.
Dengan melihat beberapa pendapat, dapat disimpulkan sebagai
berikut:Kedudukan tersangka sangat lemah dan tidak menguntungkan karena
dalam system inquisitoir tersangka masih dianggap sebagai barang atau
objek yang harus diperiksa. Para petugas pemeriksa atau pendakwa
biasanya mendorong atau memaksa tersangka untuk mengakui kesalahanya
dengan cara pemaksaan bahakan seringkali dengan penganiayaan. Bersifat
rahasia atau tertutup, ini berarti bahwa pemeriksaan pidana dengan
menggunakan system inquisitoir khusus pada pemeriksaan pendahuluan
masih bersifat rahasia sehingga keluarga dan penasihat hukumnya belum
berkenan mengetahui atau mendampingi si tersangka. Tersangka belum
40
Makarao M.T. dan Suhasril. Hukum Acara Pidana Dalam Teori Dan Praktek.Bogor: Ghalia Indonesia. 2010. Hlm. 36-37
23
boleh menghubungi penasihat hukumnya.Penguasa bersifat aktif sedangkan
tersangka pasif41.
2.2.1.7. Mediation
Istilah mediasi cukup gencar dipopulerkan oleh akademisi dan para
praktisi akhir-akhir ini. Para ilmuan berusaha mengungkap secara jelas
makna mediasi dalam berbagai literatur ilmiah melalui riset dan studi
akademik. Para praktisi juga cukup banyak menerapkan mediasi dalam
praktik penyelesaian sengketa. Namun, istilah mediasi tidak mudah
didefinisikan secara lengkap dan menyeluruh karena cakupanya cukup luas.
Mediasi tidak memberikan suatu model yang dapat diuraikan secara
terperinci dan dibedakan dari proses pengambilan keputusan lainnya42.
Mediator mempunyai kontrol tinggi atas proses intervensi.
Kenyataannya, tujuan utama mereka adalah mengelola proses dan konteks
interaksi antara pihak yang berselisih. Tetapi para pihak pembuat keputusan
akhir tentang bagaimana menyelesaikan perbedaan mereka. Karena itu,
mediator memiliki sedikit atau sama sekali tidak memiliki kontrol atas
keputusan penyelesaian konflik43.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata mediasi diberi arti
sebagai proses pengikutsertaan pihak ketiga dalam menyelesaikan sesuatu
41
Ibid 42
Syahrizal Abbas. Mediasi Dalam Prespektif Hukum Syariah, Hukun Adat, dam Hukum
nasional. Jakarta: Kencana, 2009, hlm. 1 43
Widodo. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 238
24
perselisihan sebagai penasihat. Pengertian mediasi yang diberikan Kamus
Besar Bahasa Indonesia mengandung tiga unsur penting. Pertama, mediasi
merupakan proses penyelesaian perselisihan atau sengketa yang terjadi
antar dua pihak atau lebih. Kedua, pihak yang terlibat dalam penyelesaian
sengketa adalah pihak-pihak yang berasal dari luar pihak yang bersengketa.
Ketiga, pihak yang terlibat dalam penyelesaian sengketa tersebut bertindak
sebagai penasihat dan tidak memiliki kewenangan apa-apa dalam
pengambilan keputusan44.
J. Follberg dan A. Taylor lebih menekankan konsep mediasi pada
upaya yang dilakukan mediator dalam menjalankan kegiatan mediasi.
Penyelesaian sengketa melalui jalur mediasi dilakukan secara bersama-sama
oleh pihak yang bersengketa dan dibantu oleh pihak yang netral. Mediator
dapat mengembangkan dan menawarkan pilihan penyelesaian sengketa, dan
para pihak dapat pula mempertimbangkan tawaran mediator sebagai suatu
alternatif menuju kesepakatan dalam penyelesaian sengketa. Mediasi dapat
membawa para pihak mencapai kesepakatan tanpa ada pihak yang menang
atau pihak yang kalah (win-win solution)45.
2.3. Keterkaitan Antar Konsep
Perilaku dalam organisasi memungkinkan para pelaku didalamnya
mengalami berbagai macam konflik, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dari pihak internal maupun eksternal. Konflik yang sedang
44
Syahrizal Abbas. op. cit. hlm. 4 45
Ibid, hlm. 5
25
berlangsung harus segera di selesaikan agar konflik tidak semakin
berkembang dan juga tidak terjadi konflik-konflik yang baru. Cara
menyelesaikan konflik salah satunya dengan menggunakan pihak ketiga
sebagai resolusi konflik. Negosiasi merupakan salah satu cara dari
penyelesaian masalah menggunakan pihak ketiga. Negosiasi bertujuan
menemukan solusi yang terbaik dalam menyelesaikan konflik agar terjadi
win-win solution.
Keterkaitan antar konsep dengan permasalahan yang penulis teliti
adalah bagaimana pihak Sudin Nakertrans Walikota Jakarta Timur dapat
penjadi pihak ketiga antara buruh yang terkena PHK dengan perusahaan
tempat buruh yang di PHK sebelumya bekerja. Bagaimana negosiasi antar
pihak-pihak yang terlibat, untuk menciptakan hubungan yang saling
menguntungkan antar kedua belah pihak.
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian kuantitatif dituntut menggunakan angka, mulai
dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta hasilnya.
Demikian juga pemahaman akan kesimpulan akan lebih baik apabila disertai
tabel, grafik, bagan, gambar, dan tampilan lain. Penelitian ini
menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat
digeneralisasikan. Dengan demikian tidak terlalu mementingkan kedalam
data atau analisis.46
Dalam penelitian ini penulis menggunakanpendekatan kuantitatif,
karena penulis pendekatantersebut menggambarkanatau menjelaskan
tentang negosiasi pihak ketiga sebagai resolusi konflik di Suku Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Pemerintah Kota Jakarta Timur mengenai ratusan
buruh adukan nasib mereka ke Kantor Walikota Jakarta Timur pada berita
resmi Pemerinyah Kota Jakarta Timur pada 7 Oktober 2016.
3.2. Jenis Penelitian
Metode deskriptif analisis adalah suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, kondisi, sistem pemikran deskriptif
46
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Group 2010, hlm. 55
27
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari peneltian ini
adalah untuk membuat deskriptif, gambaran, atau lukisan secara sistematis
faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan antara
fenomena yang diselidiki.47
Menurut Whitney, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah
yang dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu tentang hubungan
kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses yang
berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.48
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif
karena penulishanya memaparkan, menggambarkan berbagai situasi dan
kondisi dan tidak menguji hipotesis. Penulis hanya mendeskripsikan
mengenai negosiasi pihak ketiga sebagai resolusi konflik di Suku Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemerintah Kota Jakarta Timur mengenai
ratusan buruh adukan nasib mereka ke Kantor Walikota Jakarta Timur pada
berita resmi Pemerinyah Kota Jakarta Timur pada 7 Oktober 2016.
3.3. Metode Penelitian
Teknik penelitian komunikasi berdasarkan metodologi kuantitatif
dikenal beberapa. Metode riset dalam penelitian kuantitatif terdapat 3 macam
metode, salah satunya adalah metode survei. Survei adalah metode riset
47
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghia Indonesia, 2011, hlm. 54 48
Ibid
28
dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan datanya.
Tujuannya untuk memperoleh informasi tentang sejumlah responden yang
dianggap mewakili populasi tertentu.49 Secara umum metode survei terdiri
dari dua jenis, yaitu deskriptif dan eksplanatif (analitik).50
Jenis survei deskriptif digunakan untuk menggambarkan
(mendeskripsikan) populasi yang sedang diteliti. Fokus riset adalah perilaku
yang sedang terjadi dan terdiri dari satu variabel.51 Kuesioner adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari respon dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia
ketahui.52
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode survei dengan cara
menyebarkan kuesioner guna mendapatkan data serta informasi yang
diperlukan mengenai negosiasi pihak ketiga sebagai resolusi konflik di Suku
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemerintah Kota Jakarta Timur
mengenai ratusan buruh adukan nasib mereka ke Kantor Walikota Jakarta
Timur pada berita resmi Pemerinyah Kota Jakarta Timur pada 7 Oktober
Pearson Education M.T. Makarao, Suhasril. 2010. Hukum Acara Pidana Dalam Teori Dan
Praktek. Bogor: Ghalia Indonesia. Nazir Moh., 2011. Metode Penelitian, Jakarta: Ghia Indonesia.
148
Neuman W. Lawrence, 2011. Social Research Methods: Seventh Edition, Boston: Person Education.
Prasetyo Bambang, Jannah Lina Miftahul, 2008. Metode Penelitian
Kuantitatif, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ray Douglas. 2006. Memulai dan Menjalankan Bisnis Konsultan. Jakarta:
Abdi Tandur. Riduwan, Adun Rusyana, Enas, 2011. Cara Mudah Belajar SPSS 17.0 dan
Aplikasi Statistik Penelitian, Bandung: Alfabeta. Ruslan Rosady, 2006.Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi,
Jakarta: Raja Grafindo. Sudjarwo, 2009. Manajemen Penelitian Sosial, Bandung, CV Mandar Maju. Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi. Buku
2. Penerbit Salemba Empat: Jakarta. Sugiono, 2014. Metedologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Bandung: Alfabeta.Pabundu Tika Moh., 2006. Metodologi Riset Bisnis, Jakarta: Bumi Aksara.
Umar Husen, 2007. Metode Riset Bisnis, Jakarta: Gramedia Pustaka . Umar Husein, 2000. Riset SDM dalam Organisasi, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Umum. Yuliaty Kinkin, 2010. Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: Laboratorium
Sosial Politik Press. Website. Bunyi Pasal 150 – 172 Peemutusan Hubungan Kerja (PHK), Undang Undang
Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003. https://keboomen.com/2015/06/14/bunyi-pasal-150-172-peemutusan-hubungan-kerja-phk-undang-undang-ketenagakerjaan-no-13-tahun-2003/, Diakses pada pukul 22.37 WIB pada tanggal 9 April 2017
Pengertian Negosiasi dan Tujuannya.
http://www.pengertianku.net/2015/04/pengertian-negosiasi-dan-tujuannya.html, Diakses pada pukul 21.05 WIB, pada tanggal 9 April 2017
mereka, Diakses pada pukul 21.05 WIB, pada tanggal 9 April 2017Teks Negosiasi Pengertian, Struktur, Kaidah kebahasaan, Teknik dan Contoh Teks Negosiasi. http://www.jurnalkompi.com/materi-bahasa-indonesia/teks-negosiasi-pengertian-struktur-kaidah-kebahasaan-teknik-dan-contoh-teks-negosiasi/, Diakses pada pukul 21.05 WIB, pada tanggal 9 April 2017
Sumber Lainnya. Hasil wawancara dengan Kepala Sudin Nakertrans Jakarta Timur Atok Baroni