Top Banner
TEORI PERUBAHAN PERILAKU PREECEDE-PROCEED, BEHAVIOUR CHANGE AND HEALTH BELIEF MODEL Disusun Oleh : Nadia Fetrisia G1A112023
34

Tugas 1 Nadia Fetrisia

Feb 01, 2016

Download

Documents

Nadiea Fetrisia

tugas
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Tugas 1 Nadia Fetrisia

TEORI PERUBAHAN PERILAKU

PREECEDE-PROCEED, BEHAVIOUR CHANGE AND

HEALTH BELIEF MODEL

Disusun Oleh :

Nadia Fetrisia

G1A112023

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2015

Page 2: Tugas 1 Nadia Fetrisia

Satu masalah yang berkaitan dengan aplikasi promosi kesehatan adalah

mengoperasionalisasikan tujuan dan metode ke dalam kampanye yang sesuai dan efektif.

Terdapat banyak upaya untuk mengubah promosi kesehatan menjadi konsep yang lebih

operasional. Secara umum model untuk operasionalisasi promosi kesehatan (Schmidt dkk.,

1990; Simnett, 1994) adalah model kesehatan terapan dan model PRECEDE-PROCEED.

Perencanaan merupakan bagian dari siklus administrasi yang terdiri dari tiga fase

yaitu:.

a) Perencanaan promosi kesehatan Suatu fase di mana secara rinci direncanakan jawaban

atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul

b) Implementasi Suatu waktu di mana perencanaan dilaksakan. Kesalahan-kesalahan sewaktu

membuat perencanaan akan terlihat semasa proses implementasi, demikian pula halnya

dengan kekuatan dan kelemahan yang muncul selama periode implementasi merupakan

refleksi dari proses perencanaan.

c) Fase evaluasi Suatu masa di mana dilakukan pengukuran hasil (outcome) dari promosi

kesehatan. Pada fase ini juga dilihat apakah perencanaan dan implementasi yang telah

dilaksanakan dapat dilanjutkan. Selain itu evaluasi diperlukan untuk pemantauan efisiensi

dari promosi kesehatan dan sebagai alat bantu untuk membuat perencanaan selanjutnya.

A. Model Precede-Proceed

1. Pengertian Model PRECEDE-PROCEED

Green (1980) telah mengembangkan suatu model pendekatan yang dapat digunakan untuk

membuat perencanaan dan evaluasi kesehatan yang dikenal PRECEDE. PRECEDE adalah

singkatan Predisposing (predisposisi), Reinforcing (Memperkuat), Enabling (Mengaktifkan),

Causes (Penyebab), Educational Diagnosis (Pendidikan Diagnosa) dan Evaluation (Evaluasi).

PRECEDE memberikan serial langkah yang menolong perencana untuk mengenal masalah

mulai dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan program untuk memenuhi

kebutuhan tersebut. Namun demikian pada tahun 1991 Green menyempurnakan kerangka

tersebut menjadi PRECEDE-PROCEED. PROCEED (Policy, Regulatory, Organizational

Construct in Educational and Environmental Development). PRECEDE-PROCEED harus

dilakukan secara bersama.

2. Tujuan Model Model PRECEDE-PROCEED

Model PRECEDE adalah kerangka untuk proses perkembangan sistematis dan program-

program edukasi kesehatan, dikembangkan antara tahun 1968 - 1974. Tujuan PRECEDE

pada fase diagnosis masalah, menetapkan prioritas masalah dan diagnosis program. PRECED

Page 3: Tugas 1 Nadia Fetrisia

untuk diagnosa dan perencanaan memimpin edukator kesehatan untuk berpikir secara

deduktif, untuk memulai dengan konsekuensi final dan bekerja kembali ke penyebab asli.

PROCEED ditambahkan pada model ini pada akhir 1980-an berdasarkan pada percobaan

Lawrence W. Green bersama dengan Marshall Krueter. Tujuan PROCEED digunakan untuk

menetapkan untuk menetapkan sasaran dan criteria kebijakan, serta implementasi dan

evaluasi.

Kerangka PRECEDE didirikan pada persyaratan dari empat disiplin: a) Epidemiologi b)

Ilmu pengetahuan sosial dan tindakan (behaviour), c) Administrasi d) Edukasi

Dalam penerapan PRECEDE, dua proporsi dasar ditekan: Pertama, kesehatan dan

tindakan kesehatan disebabkan oleh faktorfaktor ganda, dan kedua, karena kesehatan dan

tindakan kesehatan ditentukan oleh faktor-faktor ganda, upaya-upaya edukasi kesehatan

untuk mempengaruhi tindakan harus multidimensional.

3. Langkah-Langkah Model PRECEDE-PROCEED

Menentukan Kebutuhan Promosi Kesehatan Dilakukan dengan menggunakan kerangka

PRECEDEPROCEED. Green dan rekan-rekannya menganalisis kebutuhan kesehatan

komunitas dengan cara menetapkan lima diagnosis berbeda, yaitu diagnosis sosial, diagnosis

epidemiologi, diagnosis perilaku, diagnosis pendidikan, dan diagnosis administrasi/

kebijakan. PRECEDE digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah,

penetapan prioritas masalah, dan tujuan program, sedangkan PROCEED digunakan untuk

menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan, serta implementasi dan evaluasi.

PROCEED

Page 4: Tugas 1 Nadia Fetrisia

a) Fase 1 (Diagnosis sosial)

Diagnosis sosial adalah proses menetukan persepsi masyarakat terhadap kebutuhannya

dan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya,melalui partisipasi dan

penerapan berbagai informasi yang didesain sebelumnya.

Penilaian dapat dilakukan atas dasar data sensus ataupun vital statistic yang ada, maupun

dengan melakukan pengumpulan data secara langsung dari masyarakat. Bila data langsung

dikumpulkan dari masyarakat, maka pengumpulan datanya dapat dilakukan dengan cara:

wawancara dengan informan kunci, forum yang ada di masyarakat, focus group discussion

(FGD), nominal group process, dan survei.

b) Fase 2 (Diagnosis epidemiologi)

Pada tahap ini, masalah-masalah kesehatan yang didapatkan dari tahap pertama tadi

digambarkan secara rinci berdasarkan data yang ada, baik yang berasal dari data lokal,

regional, maupun nasional. Dalam tahap ini dilihat bagaimana pengaruh atau akibat dari

masalah-masalah kesehatan tersebut dengan mengacu pada mortalitas, morbiditas, tanda dan

gejala yang ditimbulkan. Dari tahap inilah perencana menetapkan suatu prioritas masalah

yang nantinya akan dibuat suatu perencanaan yang sistematis.

Page 5: Tugas 1 Nadia Fetrisia

Fokus pada fase ini adalah untuk mengidentifikasi permasalahan kesehatan yang spesifik

dan faktor non-medis yang berhubungan dengan kualitas kehidupan yang buruk. Menjelaskan

permasalahan kesehatan tersebut dapat: 1. membentuk hubungan antara permasalahan

kesehatan, kondisi kesehatan lain, dan kualitas kehidupan; 2. Mendorong penyusunan

prioritas masalah yang akan memandu fokus dari program dan pemanfaatan sumber daya

secara efektif; dan 3. Menyusun kewajiban yang jelas pada masing-masing pihak. Prioritas-

prioritas ini dijelaskan sebagai sebagai sebuah program objektif yang menjelaskan target

populasi (WHO), outcome yang diinginkan (WHAT), dan seberapa banyak (HOW MUCH)

keuntungan yang harus didapatkan target populasi, dan kapan (WHEN) keuntungan tersebut

terjadi. Contoh data-data epidemiologi:

• Statistik vital

• Usia rentan meninggal

• Kecacatan

• Angka kejadian

• Morbiditas

• Mortalitas

Dari fase 1 dan 2 objektif program disusun, objektif program adalah tujuan-tujuan yang

ingin dicapai sebagai hasil dari implementasi intervensi-intervensi. Contoh diagnosis

epidemiologi dalam promosi kesehatan diare adalah banyaknya penduduk terutama balita dan

anakanak yang menderita mencret-mencret/diare dan angka kematian anak akibat diare cukup

tinggi.

c) Fase 3 (Diagnosis perilaku dan lingkungan)

Diagnosis perilaku adalah analisis hubungan perilaku dengan tujuan atau masalah yang

diidentifikasi dalam diagnosis epidemiologi atau sosial. Sedangkan diagnosis lingkungan

adalah analisis paralel dari faktor lingkungan sosial dan fisik daripada tindakan khusus yang

dapat dikaitkan dengan perilaku.

Fase ini mengidentifikasi faktor-faktor, baik faktor internal maupun eksternal dari

individu yang dapat berpengaruh terhadap masalah kesehatan. Fokus fase ini ditujukan pada

identifikasi sistematis praktek kesehatan dan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan

permasalahan kesehatan yang telah dijelaskan pada fase 2. Faktorfaktor ini mencakup

penyebab non-perilaku (faktor individu dan lingkungan) yang dapat berkontribusi pada

permasalahan kesehatan, tetapi tidak dikontrol oleh perilaku. Hal ini dapat mencakup

predisposisi genetik, umur, jenis kelamin, penyait yang diderita, iklim, tempat kerja,

Page 6: Tugas 1 Nadia Fetrisia

ketersediaan fasilitas kesehatan yang adekuat, dan lainlain. Perilaku yang menyebabkan

permasalahan kesehatan juga dinilai. Bagian penting lain pada fase ini adalah kecenderungan

terjadinya perubahan pada tiap permasalahan kesehatan pada fase 2. Mengulang kembali

untuk membaca literatur-literatur yang telah ada maupun menerapkan teori-teori yang ada,

merupakan elemen penting pada fase ini.

Matrix Perilaku, untuk membantu mengenali target-target dimana intervensi yang paling

efektif dapat diterapkan. Matriks ini membantu 19 dalam mengidentifikasi sasaran dimana

tindakan intervensi yang paling efektif dapat diterapkan. Langkah yang harus dilakukan

dalam diagnosis perilaku dan lingkungan antara lain:

a. Memisahkan faktor perilaku dan non-perilaku penyebab timbulnya masalah kesehatan.

b. Mengidentifikasi perilaku yang dapat mencegah timbulnya masalah kesehatan dan

perilaku yang berhubungan dengan tindakan perawatan/pengobatan, sedangkan untuk

faktor lingkungan dengan mengeliminasi faktor-faktor lingkungan yang tidak dapat

diubah seperti faktor genetis dan demografis.

c. Urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan besarnya pengaruh terhadap

masalah kesehatan. d. Urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan kemungkinan

untuk diubah.

e. Tetapkan perilaku dan lingkungan yang menjadi sasaran program.

Setelah itu tetapkan tujuan perubahan perilaku dan lingkungan yang ingin dicapai

program. Indikator masalah perilaku yang memengaruhi status kesehatan seseorang adalah

pemanfaatan pelayanan kesehatan (utilization), upaya pencegahan (prevention action), pola

konsumsi akanan (consumption pattern), kepatuhan (compliance), dan upaya pemeliharaan

kesehatan sendiri (self care). Dimensi perilaku yang digunakan adalah earliness, quality,

persistence, frequency, dan range. Indikator lingkungan yang digunakan adalah keadaan

sosial, ekonomi, fisik dan pelayanan kesehatan, sedangkan dimensi yang digunakan terdiri

atas keterjangkauan, kemampuan, dan pemerataan.

d) Fase 4 (Diagnosis pendidikan dan organisasi)

Sesuai dengan perspektif perilaku, tahap diagnosis pendidikan dan organisasional model

Precede memberi penekanan pada faktorfaktor predisposisi, pendukung, dan penguat. Dua

faktor pertama berkaitan dengan anteseden dari suatu perilaku tersebut, sedangkan 20 faktor

penguat merupakan sinonim dari istilah konsekuen yang dipakai dalam analisis perilaku.

Page 7: Tugas 1 Nadia Fetrisia

• Faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor yang mempermudah atau mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Merupakan

anteseden dari perilaku yang menggambarkan rasional atau motivasi melakukan suatu

tindakan, nilai dan kebutuhan yang dirasakan, berhubungan dengan motivasi individu atau

kelompok untuk bertindak.

• Faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu atau memungkinkan suatu

motivasi direalisasikan. Yang termasuk dalam kelompok faktor pemungkin adalah

ketersediaan pelayanan kesehatan, aksesibilitas dan kemudahan pencapaian pelayanan

kesehatan baik dari segi jarak maupun segi biaya dan sosial serta adanya peraturan-peraturan

dan komitmen masyarakat dalam menunjang perilaku tersebut.

• Faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor yang memperkuat (atau kadang-kadang justru dapat memperlunak) untuk

terjadinya perilaku tersebut. Merupakan factor yang memperkuat suatu perilaku dengan

memberikan penghargaan secara terus menerus pada perilaku dan berperan pada terjadinya

pengulangan. Merupakan faktor yang berperan setelah suatu perilaku telah dimulai. Faktor ini

mendukung pengulangan atau tetapnya suatu perilaku dengan memberikan suatu

penghargaan (reward) atau insentif secara berkelanjutan serta hukuman (punishmen) sebagai

konsekuensi dari suatu perilaku. Hal tersebut digunakan untuk memotivasi dan menguatkan

perilaku sehat dan outcome. Reinforcement bisa datang dari individu atau kelompok,

seseorang atau institusi dalam lingkungan fisik atau sosial seperti keluarga, guru, akademis,

dan lain-lain.

Hal penting untuk memahami reinforcing factor adalah sejauh mana ketidakadannya akan

berarti kehilangan dukungan untuk tindakan dari individu atau kelompok. Elemen penting

pada fase ini adalah pemilihan faktor yang dapat dimodifikasi, yang paling dapat

menghasilkan perubahan perilaku Proses pemilihan mencakup mengidentifikasi, memilah

faktor-faktor ini ke dalam kategorikategori (positif dan negatif), menempatkan prioritas pada

tiap kategori, dan memprioritaskan salah satu kategori. Prioritas faktor bergantung kepada

tingkat kepentingan (importance) dan kemampuan untuk diubah (changeability). Learning

objectives dari faktor-faktor terpilih ini kemudian dikembangkan.

Pemilihan faktor-faktor mana yang harus diubah untuk memulai dan menjaga (maintain)

perubahan perilaku dilakukan pada fase ini karena intervensi spesifik juga disusun pada fase

ini.

Page 8: Tugas 1 Nadia Fetrisia

Diagnosis edukasi dan organisasi ini lah yang digunakan untuk melihat hal-hal spesifik

yang dapat meningkatkan atau menurunkan perilaku-perilaku yang berhubungan dengan

kesehatan.

Contoh diagnosis pendidikan dan organinasional:

Predisposing factors

- Kurangnya pengetahuan tentang cara hidup bersih dan sehat

- Kebiasaan MCK di sungai

- Penggunaan air sungai sebagai sumber air minum dan masak

- Kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan dan setelah BAB

- Kurangnya pengetahuan tentang diare

Enabling factors

- Terbatasnya sumber/fasilitas air bersih

- Terbatasnya fasilitas jamban

- Terbatasnya daya jangkau ke pusat kesehatan

- Kegiatan PKK dan karang taruna yang tidak terlaksana dengan baik

Reinforcing factors

- Perilaku tokoh masyarakat yang juga tidak memberikan contoh yang baik

Langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

berdasarkan faktor predisposisi yang telah diidentifikasi, dan menetapkan tujuan

organisasional berdasarkan faktor penguat dan faktor pendorong yang telah diidentifikasi

elalui upaya pengembangan organisasi dan sumber daya.

e) Fase 5 (Diagnosis administrasi dan kebijakan)

Pada fase ini, dilakukan analisis kebijakan, sumber daya, dan peraturan yang berlaku

yang dapat memfasilitasi atau menghambat pengembangan program promosi kesehatan.

Untuk diagnosis administratif, dilakukan tiga penilaian, yaitu sumber daya yang dibutuhkan

untuk melaksanakan program, sumber daya yang terdapat di organisasi dan masyarakat, serta

hambatan pelaksanaan program. Untuk diagnosis kebijakan, dilakukan identifikasi dukungan

dan hambatan politis, peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program serta

pengembangan lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif bagi

kesehatan.

Pada fase ini kita melangkah dari perencanaan dengan PRECEDE ke implementasi dan

evaluasi dengan PROCEED. PRECEDE digunakan untuk meyakinkan bahwa program akan

sesuai dengan kebutuhan dan keadaan individu atau masyarakat sasaran. Sebaliknya,

Page 9: Tugas 1 Nadia Fetrisia

PROCEED untuk meyakinkan bahwa program akan tersedia, dapat dijangkau, dapat diterima

dan dapat dipertanggungjawabkan kepada penentu kebijakan, administrator, konsumen atau

klien, dan stakeholder terkait. Hal ini dilakukan untuk menilai kesesuaian program dengan

standar yang telah ditetapkan.

Diagnosis administratif dilakukan dengan tiga penilaian, yaitu: sumber daya yang

dibutuhkan untuk melaksanakn program, sumber 23 daya yang ada di organisasi dan

masyarakat, serta hambatan pelaksana program. Sedangkan pada diagnosis kebijakan

dilakukan identifikasi dukungan dan hambatan politis, peraturan dan organisasional yang

memfasilitasi program dan pengembangan lingkungan yang dapat mendukung kegiatan

masyarakat yang kondusif bagi kesehatan.

Misalnya, adanya kebijakan pemerintah dalam pemberantasan penyakit diare antara lain

bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, angka kematian, dan penanggulangan kejadian

luar biasa (KLB).

• Sumber Data Data masyarakat yang dibutuhkan oleh seorang perencana promosi kesehatan

dapat berasal dari berbagai sumber seperti :

− Dokumen yang ada

− Langsung dari masyarakat, di mana kita bisa mendapatkan data mengenai status

kesehatan masyarakat, perilaku kesehatan dan determinan dari perilaku tersebut,

− Petugas kesehatan di lapangan

− Tokoh masyarakat

• Cara pengumpulan data yang dapat dilakukan adalah:

a. Key informant approach

Informasi yang diperoleh dari informan kunci melalui wawancara mendalam atau

Focus Group Discussion(FGD) sangat menolong untuk memahami masalah yang ada. Cara

ini cukup sederhana dan relatif murah, karena informasi yang diperoleh dapat mewakili

berbagai perspektif dan informan kunci sendiri selain memberikan data yang dapat digunakan

dalam membuat perencanaan, juga akan membantu dalam mengimplementasikan promosi

kesehatan.

b. Community forum approach

Cara lain yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data adalah melalui forum

diskusi. Di sini health promotor bersamasama masyarakat mendiskusikan masyarakat yang

ada.melalui cara ini dapat dicari jalan keluar dari masalah yang ada. Bila dilihat dari sudut

program, cara ini sangat ekonomis, di samping itu promotor kesehatan juga dapat memahami

masalah dari berbagai sudt pandang masyarakat.

Page 10: Tugas 1 Nadia Fetrisia

c. Sample survey appproach

Merupakan cara pengumpulan data kebutuhan masyarakat yang paling valid dan

akurat, karena estimasi kesalahan bisa diseleksi. Namun demikian cara ini merupakan cara

yang paling mahal. Metode yang dapat digunakan adalah wawancara dan observasi (terutama

bila ingin melihat keterampilan atau skill).

f) Fase 6 (Implementasi)

Pada tahap ini, merencanakan suatu intervensi (secara besar pada fase-fase sebelumnya),

berdasarkan analisis. Sekarang, yang harus kita lakukan adalah menjalankannya. Fase ini

hanya berupa pengaturan dan pengimplementasian intervensi yang telah direncanakan

sebelumnya. Pada fase ini, intervensi yang telah disusun pada fase kelima diterapkan secara

langsung pada masyarakat.

g) Fase 7 (Evaluasi proses)

Fase ini bukanlah mengenai hasil, tetapi mengenai prosedur. Evaluasi disini berarti

apakah kita sedang melakukan apa yang telah kita rencanakan sebelumnya. Jika, sebagai

contoh, kita menawarkan melakukan pelayanan kesehatan diare tiga hari dalam sepekan pada

daerah pedesaan, apakah dalam kenyataannya kita benar-benar melakukan pelayanan

kesehatan tersebut. Kita juga menetapkan untuk memberikan penyuluhan setiap hari senin

dan khamis untuk melakukan penyuluhan tentang diare dan penanganannya di puskesmas

berdekatan, setiap selasa dan rabu melakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah apakah kita

benar- benar melaksanakan sesuai yang direncanakan.

h) Fase 8 (Evaluasi dampak)

Pada fase ini, kita mulai melakukan evaluasi terhadap sukses awal dari upaya kita.

Apakah intervensi tersebut menghasilkan efek yang kita inginkan pada faktor perilaku atau

lingkungan yang kita harapkan untuk berubah. Mengukur efektifitas program dari sudut

dampak menengah dan perubahan-perubahan pada faktor predisposing, enabling, dan

reinforcing. Mengevaluasi dampak dari intervensi pada faktor-faktor pendukung perilaku dan

pada perilaku itu sendiri.

• Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factor)

Faktor-faktor ini mencakup, pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem

nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.

Page 11: Tugas 1 Nadia Fetrisia

Ikhwal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Untuk berperilaku kesehatan, misalnya:

pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut

tentang manfaat pemeriksaan hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya. Disamping

itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong

atau menghambat ibu untuk periksa hamil. Misalnya, orang hamil tidak boleh disuntik

(pemeriksa hamil termasuk memperoleh suntikan anti tetanus), karena suntikan bisa

menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini terutama yang positif akan mempermudah

terwujudnya perilaku baru maka sering disebut faktor yang memudahkan.

• Faktor-faktor pemungkin (Enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan

tinja, tersedianya makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan

kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa,

dokter atau bidan praktek suasta (BPS), dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat

memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya: perilaku pemeriksaan kehamilan.

Ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat periksa

hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau

tempat periksa hamil, misalnya: puskesmas, polindes, bidan praktik, ataupun rumah sakit.

Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung untuk atau memungkinkan terwujudnya perilaku

kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin.

• Faktor-faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama,

sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga di sini undang-

undang, peraturanperaturan baik dari pusat maupun pemerintahan daerah yang terkait dengan

kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadangkadang bukan hanya perlu

pengetahuan dan sikap positif serta dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku

contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para

petugas kesehatan. Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat

perilaku masyarakat tersebut. Oleh sebab itu intervensi pendidikan hendaknya dimulai

mendiagnosis 3 faktor penyebab (determinan) tersebut kemudian intervensinya juga

diarahkan terhadap tiga faktor tersebut.

Page 12: Tugas 1 Nadia Fetrisia

i) Fase 9 (Evaluasi hasil)

“Apakah intervensi kita sungguh bekerja dalam menghasilkan outcome yang

teridentifikasi pada komunitas pada fase 1 sebelumnya?”. Intervensi ini mungkin dapat secara

sukses dilakukan, prosesnya sesuai dengan yang direncanakan, dan terjadi perubahan yang

memang diharapkan. Namun, hasilnya secara keseluruhan tidak memiliki dampak pada

masalah yang lebih luas. Dalam hal ini, kita harus memulai kembali prosesnya sekali lagi,

untuk melihat mengapa faktor yang kita fokuskan bukanlah faktor yang tepat, dan untuk

mengidentifikasi faktor lain yang mungkin berhasil. Mengukur perubahan dari keseluruhan

objek dan perubahan dalam kesehatan dan keuntungan sosial atau kualitas kehidupan

(outcome) yang menentukan efek terbesar pada intervensi terhadap kesehatan dan kualitas

kehidupan suatu populasi. Dibutuhkan waktu yang panjang untuk mendapatkan hasil, dan

mungkin beberapa tahun untuk benar-benar melihat perubahan kualitas hidup pada populasi

atau masyarakat.

Beberapa outcome mungkin tidak terlihat nyata dalam beberapa tahun atau dekade. Bila

outcome tidak terlihat dalam jangka waktu yang lama, maka kita harus bersabar dan tetap

mengawasi proses dan dampak dari intervensi kita, dengan keyakinan bahwa outcome

tersebut akan terlihat dengan nyata nantinya.

Langkah-langkah untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan meliputi hal-hal berikut.

a) Menentukan status kesehatan masyarakat.

b) Menentukan pola pelayanan kesehatan msyarakat yang ada.

c) Menentukan hubungan antara status kesehatan dan pelayanan kesehatan di masyarakat

d) Menentukan determinan masalah kesehatan masyarakat (meliputi tingkat pendidikan,

umur, jenis kelamin, ras, letak geografis, kebiasaan atau perilaku dan kepercayaan yang

dianut)

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan prioritas masalah antara

lain beratnya masalah dan akibat yang ditimbulkan, pertimbangan politis, dan sumber daya

yang ada di masyarakat.

Page 13: Tugas 1 Nadia Fetrisia

B. Teori Perubahan Perilaku Kesehatan oleh Kelman

Perubahan perilaku berdasar Kepatuhan, Identifikasi dan Internalisasi ( Herbert C.Kelman

1958) Perubahan dimulai setelah ada anjuran/instruksi

1.Individu yang menerima anjuran mulai dengan patuh, identifikasi, kemudian melakukan

internalisasi.

2.Kepatuhan adalah melaksanakan anjuran yang diberikan.Kepatuhan ini bersifat

sementara, tergantung proses selanjutnya.

3.Dalam tahap identitikasi, kepatuhan akan bergantung pada berbagai pertimbangan,

misalnya karena adanya peraturan yang memberikan sangsi, demi menjaga hubungan

baik dengan penganjur, atau karena kagum pada tokoh yangmenganjurkan.

4.Selanjutnya dalam tahap internalisasi, tindakan kepatuhan tersebut dinilai sesuai dengan

nilai yang dianut, maka terus diadopsi. (Herbert C.Kelman 1958)

Page 14: Tugas 1 Nadia Fetrisia

Telah menjadi pemahaman umum, perilaku merupakan diterminan kesehatan yang menjadi

sasaran dari promosi untuk mengubah perilaku ( behaviour change ). Perubahan perilaku

kesehatan sebagai tujuan dari promosi atau pendidkan kesehatan, sekurang- kurangnya

mempunyai 3 dimensi, yakni :

• Mengubah perilaku negative (tidak sehat) menjadi perilaku positif (sesuai dengan nilai–nilai

kesehatan)

• Mengembangkan perilaku positif ( pembentukan atau pengambangan perilau sehat ).

• Memelihara perilaku yang sudah positif atau perilaku yang sudah sesuai dengan norma/nilai

kesehatan ( perilaku sehat ). Dengan perkatan mempertahankan perilaku sehat yang sudah

ada.

Perilaku seseorang dapat berubah jika terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan di

dalam diri seseorang.

Beberapa rangsangan dapat menyebabkan orang merubah perilaku mereka :

FAKTOR SOSIAL : Factor sosial sebagai factor eksternal yang mempengaruhi perilaku

antara lain sktruktur sosial, pranata –pranata sosial dan permasalahan – permasalahan sosial

yang lain. Pada factor sosial ini bila seseorang berada pada lingkungan yang baik yang maka

orang tersebut akan memiliki perilaku sehat yang baik sedangkan sebaliknya bila seseorang

berada pada lingkungan yang kurang baik maka orang tersebut akan memiliki perilaku sehat

yang kurang baik juga. Dukungan sosial ( keluarga, teman ) mendorong perubaha perubahan

sehat. Contohnya konsumsi alcohol, kebiasaan merokok, dan perilaku seksual.

FAKTOR KEPRIBADIAN : Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku salah satunya

adalah perilaku itu sendiri (kepribadian) yang dimana dipengaruhi oleh karakteristik individu,

penilaian individu terhadap perubahan yang di tawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan

yang merekomen-dasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba merubah perilaku

yang serupa. Contohnya yang berhubungan adalah rasa kehatian – hatian, membatasi porsi

pemakaian internet pada waktu – waktu tertentu agar tidak menjadi addicted, ini akan

membantu individu agar dengan tidak menjadikan hal tersebut suatu kebiasaan ( habit) yang

dapat merubah perilaku.

FAKTOR EMOSI : Rangsangan yang bersumber dari rasa takut, cinta, atau harapan –

harapan yang dimiliki yang bersangkutan. Contohnya berhubungan dengan stress yang

mendorong melakukan perilaku tidak sehat seperti merokok.

Page 15: Tugas 1 Nadia Fetrisia

PROSES TERJADINYA

Untuk proses perubahan perilaku biasanya diperlukan waktu lama, jarang ada orang yang

langsung merubah perilakunya. Kadang- kadang orang merubah perilakunya karena tekanan

dari masyarakat lingkunganya, atau karena yang bersangkutan ingin menyesuaikan diri

dengan norma yang ada. Proses terjadinya perubahan ini tidak semena – mena dapat tercapai

dan harus benar- benar teruji, ada 5 tingkatan perubahan perilaku :

1. Prekontemplasi : – Belum ada niat perubahan perilaku

2. Kontemplasi : – Individu sadar adanya masalahnya dan secara serius ingin

mengubah perilakunya menjadi lebih sehat.

- Belum siap berkomitmen untuk berubah.

3. Persiapan : - Individu siap berubah dan ingin mengejar tujuan.

- Sudah pernah melakukan tapi masih gagal.

4. Tindakan : – Individu sudah melakukan perilaku sehat, sekurangnya 6 bulan dari sejak

mulai usaha memberlakukan perilaku hidup sehat.

5. Pemeliharaan : – Individu berusaha mempertahankan perilaku sehat yang telah dilakukan

( 6 bulan dilhat kembali).

- Mungkin berlangsung lama.

- 6 bulan dilihat kembali.

Upaya Perubahan Perilaku Kesehatan

Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan

perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan atau

penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya. Perubahan yang

dimaksud bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour. Di dalam

program – program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma

– norma kesehatan diperlukan usaha – usaha yang konkrit dan positip. Beberapa strategi

untuk memperoleh perubahan perilaku bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian :

1)      Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan

Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau melakukan

perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan – peraturan / undang – undang yang

harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan perubahan yang cepat akan tetapi

biasanya tidak berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran

sendiri. Sebagai contoh adanya perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya dengan

Page 16: Tugas 1 Nadia Fetrisia

membuat pagar rumah pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba / penilaian selesai

banyak pagar yang kurang terawat.

2)      Pemberian informasi

Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan , cara

menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat.

Selanjutnya diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada

akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya.

Perubahan semacam ini akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan bersifat

lebih langgeng.

3)      Diskusi partisipatif

Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian informasi kesehatan

bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa masyarakat

bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam diskusi tentang

informasi yang diterimanya. Cara ini memakan waktu yang lebih lama dibanding cara kedua

ataupun pertama akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih mantap

dan mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih mantap.

Apapun cara yang dilakukan harus jelas bahwa perubahan perilaku akan terjadi ketika ada

partisipasi sukarela dari masyarakat, pemaksaan, propaganda politis yang mengancam akan

tidak banyak berguna untuk mewujutkan perubahan

yang langgeng.

Page 17: Tugas 1 Nadia Fetrisia

C. Health Model Belief

Health belief model atau model kepercayaan kesehatan (HBM) adalah salah satu yang

pertama, dan tetap menjadi salah satu yang paling terkenal model kognisi sosial. Ini adalah

perubahan perilaku kesehatan dan model psikologis yang dikembangkan oleh Irwin M.

Rosenstock pada tahun 1966 untuk mempelajari dan mempromosikan serapan pelayanan

kesehatan. Model tersebut ditindaklanjuti oleh Becker dan rekan pada 1970-an dan 1980-an.

Amandemen berikutnya model dibuat hingga akhir tahun 1988, untuk mengakomodasi

berkembang bukti yang dihasilkan dalam komunitas kesehatan tentang peran bahwa

pengetahuan dan persepsi bermain di tanggung jawab pribadi.

Awalnya, model ini dirancang untuk memprediksi respons perilaku dengan perlakuan

yang diterima dengan akut atau kronis pasien sakit, tapi dalam beberapa tahun terakhir model

telah digunakan untuk memprediksi perilaku kesehatan yang lebih umum.

HBM menunjukkan bahwa keyakinan Anda dalam ancaman pribadi bersama dengan

keyakinan Anda dalam efektivitas perilaku yang diusulkan akan memprediksi kemungkinan

bahwa perilaku.

Model kepercayaan kesehatan dikembangkan pada tahun 1950 oleh peneliti Hochbaum,

Rosenstock, dan Kegels yang bekerja untuk US Public Health Service. Model ini

dikembangkan dalam menanggapi sebuah studi yang berkaitan dengan program pemeriksaan

kesehatan untuk TB [6] Awalnya, model ini dirancang untuk memprediksi respons perilaku

dengan perlakuan yang diterima oleh akut atau kronis pasien sakit.. HBM telah

dikembangkan lebih lanjut oleh Rosenstock dan Becker pada 1970-an dan 80-an.

Amandemen berikutnya model dibuat hingga akhir tahun 1988, untuk mengakomodasi

berkembang bukti yang dihasilkan dalam komunitas kesehatan tentang peran bahwa

pengetahuan dan persepsi bermain di tanggung jawab pribadi. Perkembangan lebih lanjut

memungkinkan HBM untuk memprediksi perilaku kesehatan yang lebih umum.

Konstruksi [sunting]

Model kepercayaan kesehatan, yang dikembangkan oleh para peneliti di US Public

Health Service di tahun 1950, terinspirasi oleh sebuah penelitian tentang mengapa orang

mencari pemeriksaan X-ray untuk TBC. Model asli termasuk empat konstruksi:

a. Kerentanan yang dirasakan (penilaian individu terhadap risiko terkena kondisi).

Semakin besar risiko adalah untuk mendapatkan kondisi medis tertentu, semakin

seseorang akan terlibat dalam perilaku untuk mengurangi risiko. Itu sebabnya orang

Page 18: Tugas 1 Nadia Fetrisia

mendapatkan vaksinasi untuk mencegah penyakit, menyikat gigi untuk mencegah

penyakit gusi, dan latihan untuk tetap sehat.

b. Dirasakan keparahan (penilaian individu terhadap keseriusan kondisi, dan potensi

konsekuensi nya). Misalnya, mendapatkan flu tampaknya seperti hal yang cukup kecil

bagi kebanyakan orang, hanya bed rest selama beberapa hari dan Anda sudah lebih

baik. Namun, bagi orang yang tidak mampu untuk mengambil beberapa hari libur

kerja, atau orang-orang yang sudah memiliki kondisi medis yang mendasari,

mendapatkan flu bisa menjadi hal yang sangat serius. Perbedaan individu

mempengaruhi keparahan dirasakan dan sangat bervariasi antara orang-orang.

c. Hambatan yang dirasakan (penilaian individu dari pengaruh yang memfasilitasi atau

menghambat adopsi perilaku dipromosikan). Hambatan yang dirasakan adalah pikiran

seseorang sendiri tentang hambatan dalam cara mengadopsi perilaku baru, dan juga

konsekuensi dari melanjutkan perilaku lama. Hambatan yang dirasakan adalah

konstruk yang paling berpengaruh karena mereka menentukan apakah seseorang akan

mengadopsi perilaku baru atau tidak, tergantung pada apakah manfaat perilaku lebih

besar daripada konsekuensi.

d. Manfaat yang dirasakan (penilaian individu terhadap konsekuensi positif mengadopsi

perilaku). Itu mengapa orang makan buah dan sayuran, menggunakan tabir surya, atau

mendapatkan pemeriksaan kesehatan. Manfaat yang dirasakan adalah pendapat

didasarkan, tidak semua orang mengadopsi perilaku yang sama. Anda hanya

mengadopsi perilaku yang menurut Anda akan mengurangi kesempatan untuk

mendapatkan penyakit yang Anda pikir Anda lebih rentan terhadap.

Sebuah varian dari model termasuk biaya yang dirasakan mengikuti intervensi yang

ditentukan sebagai salah satu keyakinan inti.

Konstruksi faktor mediasi kemudian ditambahkan untuk menghubungkan berbagai jenis

persepsi dengan perilaku kesehatan diprediksi:

a. Variabel demografi (seperti usia, jenis kelamin, etnis, pekerjaan)

b. Variabel sosio-psikologis (seperti status sosial ekonomi, kepribadian, strategi coping)

c. Dirasakan efikasi (individu-self assessment kemampuan untuk berhasil mengadopsi

perilaku yang diinginkan)

d. Isyarat tindakan (pengaruh eksternal mempromosikan perilaku yang diinginkan,

mungkin termasuk informasi yang diberikan atau dicari, pengingat oleh orang lain

yang kuat, komunikasi persuasif, dan pengalaman pribadi)

Page 19: Tugas 1 Nadia Fetrisia

e. Motivasi Kesehatan (apakah seseorang didorong untuk tetap pada tujuan kesehatan

tertentu)

f. Persepsi pengendalian (ukuran tingkat self-efficacy)

g. Persepsi ancaman (apakah bahaya dikenakan dengan tidak melakukan tindakan

kesehatan tertentu direkomendasikan besar)

Prediksi dari model ini adalah kemungkinan individu yang bersangkutan untuk melakukan

tindakan kesehatan yang direkomendasikan (seperti tindakan kesehatan preventif dan kuratif).

HBM ini dapat diterapkan di berbagai bidang psikologi dan medis untuk membantu

menentukan dan datang ke pemahaman keseluruhan pikiran seseorang kesehatan, perilaku,

dan / nya kesehatan sebagai kesimpulan ini. Menerapkan HBM dapat memberikan konteks

untuk banyak menyebar penyakit sosial seperti Influenza, PMS, dan contagions lainnya.

menjelaskan perilaku kesehatan

Sejarah dan Orientasi

Health Belief Model (HBM) adalah model psikologis yang mencoba untuk

menjelaskan dan memprediksi perilaku kesehatan. Hal ini dilakukan dengan berfokus pada

sikap dan keyakinan individu. HBM ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1950 oleh

psikolog sosial Hochbaum, Rosenstock dan Kegels bekerja di Pelayanan Kesehatan

Masyarakat AS. Model ini dikembangkan dalam menanggapi kegagalan tuberkulosis gratis

(TB) program skrining kesehatan. Sejak itu, HBM telah diadaptasi untuk mengeksplorasi

berbagai perilaku kesehatan jangka panjang dan jangka pendek, termasuk perilaku seksual

berisiko dan penularan HIV / AIDS.

HBM ini didasarkan pada pemahaman bahwa seseorang akan mengambil tindakan

yang berhubungan dengan kesehatan (yaitu, menggunakan kondom) jika orang tersebut:

1. Merasa bahwa kondisi kesehatan negatif (yaitu, HIV) dapat dihindari,

2. Memiliki ekspektasi positif bahwa dengan mengambil tindakan yang dianjurkan, ia /

dia akan menghindari kondisi kesehatan negatif (yaitu, menggunakan kondom akan

efektif untuk mencegah HIV)

3. Percaya bahwa ia / dia berhasil dapat mengambil tindakan kesehatan yang

direkomendasikan (yaitu, ia / dia dapat menggunakan kondom dengan nyaman dan

dengan keyakinan).

Page 20: Tugas 1 Nadia Fetrisia

a. Ruang Lingkup dan Aplikasi

The Health Belief Model telah diterapkan untuk berbagai perilaku kesehatan dan

populasi subjek. Tiga bidang dapat:

1. perilaku kesehatan preventif, yang meliputi kesehatan mempromosikan (misalnya

diet, olahraga) dan kesehatan-risiko (misalnya merokok) perilaku serta vaksinasi

dan praktek kontrasepsi.

2. Pperilaku peran sakit, yang mengacu pada kepatuhan terhadap rejimen medis

direkomendasikan, biasanya mengikuti diagnosis profesional penyakit.

3. Penggunaan Klinik, yang meliputi kunjungan dokter untuk berbagai alasan.

Contoh

Ini adalah contoh dari dua tindakan kesehatan seksual.

Konsep Kondom Gunakan Contoh

Pendidikan

STI Skrining atau Tes HIV

1. Persepsi

Kerentanan

Pemuda percaya bahwa

mereka bisa mendapatkan IMS

atau HIV atau melalui

kehamilan.

Pemuda percaya bahwa mereka

mungkin telah terkena IMS atau

HIV

2. Dirasakan

Severity

Pemuda percaya bahwa

konsekuensi dari mendapatkan

Pemuda percaya

Konsekuensi memiliki IMS atau

Page 21: Tugas 1 Nadia Fetrisia

IMS atau HIV atau membuat

kehamilan cukup signifikan

untuk mencoba untuk

menghindari

HIV tanpa sepengetahuan atau

pengobatan yang cukup

signifikan untuk mencoba untuk

menghindari.

Manfaat yang

dirasakan

.

Pemuda percaya bahwa tindakan

yang dianjurkan menggunakan

kondom akan melindungi

mereka dari mendapatkan IMS

atau HIV atau menciptakan

kehamilan

Pemuda percaya bahwa

tindakan yang dianjurkan untuk

mendapatkan diuji untuk PMS

dan HIV akan menguntungkan

mereka - mungkin dengan

memungkinkan mereka untuk

mendapatkan pengobatan dini

atau mencegah mereka dari

menginfeksi orang lain.

Hambatan

yang dirasakan

Pemuda mengidentifikasi

hambatan pribadi mereka untuk

menggunakan kondom

(misalnya, kondom membatasi

perasaan atau mereka terlalu

malu untuk berbicara dengan

pasangan mereka tentang hal itu)

dan mengeksplorasi cara untuk

menghilangkan atau mengurangi

hambatan ini (yaitu, mengajar

mereka untuk menempatkan

pelumas kondom untuk

meningkatkan sensasi tersendiri

bagi pria dan mereka melatih

kemampuan komunikasi kondom

untuk mengurangi tingkat malu

mereka).

Pemuda mengidentifikasi

hambatan pribadi mereka untuk

mendapatkan diuji (yaitu, sampai

ke klinik atau terlihat di klinik

oleh seseorang yang mereka

kenal) dan mengeksplorasi cara

untuk menghilangkan atau

mengurangi hambatan ini (yaitu,

bertukar pikiran dan pilihan

transportasi menyamar).

Page 22: Tugas 1 Nadia Fetrisia

Isyarat untuk

Aksi

Pemuda menerima isyarat

pengingat untuk tindakan dalam

bentuk insentif (seperti pensil

dengan pesan tercetak "tidak ada

sarung tangan, ada cinta") atau

pesan pengingat (seperti pesan

dalam buletin sekolah).

Pemuda menerima

isyarat pengingat untuk tindakan

dalam bentuk insentif (seperti

gantungan kunci yang

mengatakan, "Punya seks?

Dites!") Atau pesan pengingat

(seperti poster yang mengatakan,

"25% dari remaja yang aktif

secara seksual kontrak IMS.

Apakah Anda salah satu dari

mereka? Cari tahu sekarang ").

Self-Efficacy Pemuda percaya diri

dalam menggunakan kondom

dengan benar dalam segala

situasi.

Pemuda menerima

bimbingan (seperti informasi di

mana untuk mendapatkan diuji)

atau pelatihan (seperti praktek

dalam membuat janji).