TUBERCULOSIS PARU dr. Dani Rosdiana, SpPD Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Univ Riau, RS Arifin Ahmad Pekanbaru 2011
TUBERCULOSIS PARU
dr. Dani Rosdiana, SpPDBagian Ilmu Penyakit Dalam
FK Univ Riau, RS Arifin Ahmad Pekanbaru2011
Suatu penyakit infeksi kronis yang sudah sangat lama temuan Heidelberg jaman neolitikum: kerusakan tulang vertebra khas TB. One of the oldest diseases known to affect humans
Permulaan abad 19: insidensi TB di Eropa dan Amerika Serikat sangat besar, angka kematian 15-30 %.
Tahun 1944: sejarah eradikasi TB : inj Streptomisin dan obat obat lain
EPIDEMIOLOGI GLOBAL: 1993 WHO: mendeklarasikan TB sbg “Global Health Emergency”
Meningkatnya beban TB global al:1. Meningkatnya kemiskinan2. Meningkatnya jumlah penduduk dunia:
kepadatan3. Kurangnya pembiayaan Terapi TB dan
sarana4. Deteksi kurang5. Adanya epidemi HIV terutama di Afrika
dan Asia
POKOK BAHASAN
Etiologi Pathogenesis/patofisiologi Manifestasi Klinis Pemeriksaan Penunjang Terapi dan Evaluasi Prognosis
ETIOLOGI Mycobacterium tuberculosis : kuman
berbentuk batang dengan panjang 1-4um dengan tebal 0,3-0,6 um
Secara epidemiologi, Mycobacterium complex:1. M tuberculosae2. Varian Asia3. Varian african I4. Varian African II5. M bovis
Mycobacteria other than TBM kansasi, M avium, M intra cellulare, M scrofulaceum, M malmacerse, m xenopi
Struktur dan sifat kuman dinding: tersusun asam lipid, peptidoglikan
dan arabinogalactan tahan terhadap asam bakteri tahan asam (BTA)
permeabilitas dinding sangat rendah sangat sulit ditembus antibiotik
kuman juga dapat bersifat dormant di dalam jaringan hidup di makrofag
(karena banyak mengandung lipid) aerob ( suka akan oksigen) di apikal paru
POKOK BAHASAN
Etiologi Pathogenesis/patofisiologi Manifestasi Klinis Pemeriksaan Penunjang Terapi dan Evaluasi Prognosis
Air borne
Droplet
Sinar UVBad ventilationKelembaban/suasana gelap
Droplet
neutrofil
makrofag
Kuman menetap di sitoplasma makrofag
Fokus primer/ghon
Komplikasi sembuh dengan fibrotik
Sembuh sempurna
Limfangitis lokalLimfadenitis regional 3-8 minggu
Per kontinuitatumBronkogenLimfogenhematogen
TUBERCULOSIS SEKUNDER3 macam sarang: 1. Sarang yang sudah
sembuh2. Sarang aktif
eksudatif3. Sarang antara aktif
dan sembuh
kuman dormant pada tb primer infeksi endogen
Sarang dini di regio atas paru
tuberkuloma Meluas dan mbtk sarang
baru
Parenkim paru
3-10 mingguTuberkel
Nekrosis: jar keju
cavitas
Open healed cavity
Tb milierTb usus
Risk Factors for Active among Persons Who Have Been Infected with Tubercle Bacilli
Factor Relative risk oddsRecent infection (<1 year)) 12.9Fibrotic lesions (spontaneously healed 2–20Comorbidity HIV infection 100 Silicosis 30 Chronic renal failure/hemodialysis 10–25 Diabetes 2 - 4 Intravenous drug use 10–30 Immunosuppressive treatment 10 Gastrectomy 2-5 Jejunoileal bypass 30–60 Post transplantation period (renal, cardiac) 20-70Malnutrition and severe underweight 2
KLASIFIKASI TUBERCULOSIS Secara Radiologis:
Tuberculosis minimal’ Moderately advanced tuberculosis (cavitas < 4 cm) Far advanced tuberculosis
Di Indonesia: Tuberculosis paru Bekas Tuberculosis paru Tuberculosis paru tersangka
Tersangka tb paru diobati : BTA (-), klinis (+) Tersangka tb paru tidak diobati: BTA (-), klinis meragukan
American thoracic society
Katagori 0 I II IIIPajanan - + + +Infeksi - - - +Riw kontak
- + + +
Tes tuberkulin
- - + +
Radiologis - +
Sputum - +
WHO 1991, berdasarkan terapi membagi TB dalam 4 katagoriKatagori I : kasus baru , BTA (+)
kasus baru, klinis beratKatagori II : kasus kambuh
kasus gagal, dengan BTA (+)Katagori III: kasus BTA (-), kelainan paru tidak luas
Kasus tb ekstra paru
POKOK BAHASAN
Etiologi Pathogenesis/patofisiologi Manifestasi Klinis Pemeriksaan Penunjang Terapi dan Evaluasi Prognosis
GEJALA – GEJALA KLINISKeluhan terbanyak Demam : sub febril, kadang demam tinggi: tergantung imunitas dan
berat ringannya infeksi Hemoptoe : iritasi pada bronkus. Mulai dari non produktif
produktif Sesak napas Nyeri dada : agak jarang jika infeksi sudah mencapai pleura Malaise : anoreksia, berat badan turun, mialgia, keringat malam
MANIFESTASI KLINIS- Pulmonary- Extrapulmonary- Both.
Sebelum berkembangnya infeksi HIV, hampir 80% kasus tb manifestasi di paru, namun sekarang hampir 2/3 kasus tb pada pasien HIV bermanifes baik pada paru maupun ekstra paru
PEMERIKSAAN FISIKKEADAAN UMUM Pucat ( conjuntiva) : anemia pada penyakit kronis Demam sub febris Badan kurus berat badan menurun
KASUS DINI : Pemeriksaan fisik paru sulit dideteksiKASUS LANJUT:
Apeks paru : Perkusi : redup (jika ada infiltrat) auskultasi : suara napas bronkial, ronchi basah, vesikuler melemah
KASUS dengan FIBROSIS LUASatrofi dan retraksi otot otot interkostal
POKOK BAHASAN
Etiologi Pathogenesis/patofisiologi Manifestasi Klinis Pemeriksaan Penunjang Terapi dan Evaluasi Prognosis
1. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS Memegang peranan penting dalam menegakkan diagnosisKhususnya: pada anak dan tb milier
Gambaran radiologis lokasi lesi : Apeks paru >> : segmen apikal lobus atas atau apikal
lobus bawah Awal : sarang/bercak seperti pneumonia berupa bercak-bercak
seperti awan dengan batas tak tegas Cavitas Fibrosis Tb milier PleuritisThe great imitator : pneumonia, mikosis paru, karsinoma bronkus,
karsinoma metastase
2. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
DARAHHasil meragukan, kurang sensitif
- TB mulai aktif : leukositosis ringan, shift to the left, limfopenia, LED meningkat sedikit- Perbaikan: leukosit kembali normal, limfosit tinggi, LED kembali turun- anemia ringan- Gamma globulin meningkat
ICT tb : KADANG POSITIF PALSU
2. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
SPUTUMPenting: BTA menegakkan diagnosisKriteria BTA (+) : ditemukan sekurang-kurangnya 3 kuman BTA
dalam satu sediaan.Diperkirakan: di Indonesia 50% pasien BTA (+) namun tidak
ditemukan BTA pada sputumnya.
TES TUBERKULINMasih banyak dipakai ; terutama pada anak-anak.Tes Mantoux: 0,1 cc tuberkulin PPD 5 TU intra cutan. Dinilai setelah
48 – 72 jam. Didapatkan indurasi kemerahan 10 – 15 mm
DASAR DIAGNOSIS
KLINISRADIOLOGISLABORATORIUM : BTA
POKOK BAHASAN
Etiologi Pathogenesis/patofisiologi Manifestasi Klinis Pemeriksaan Penunjang Terapi dan Evaluasi Prognosis
TERAPI TUJUAN TERAPI:1. Memutus rantai penularan2. Mencegah kesakitan dan kematian
PRINSIP PENGOBATAN
Aktivitas Obat 1. Aktivitas bakterisid : membunuh kuman aktif 2. Aktivitas sterilisasi : membunuh kuman yang pertumbuhannya
lambat (metabolisme kurang aktif)
Rifampisin dan INH : bakterisid lengkapPyrazinamid dan streptomisin : pyrazinamid: work pada suasana
asam, streptomisin : work pada lingkungan basa
Recommended Dosage for Initial Treatment of Tuberculosis in Adults
Program pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi 2 fase:1. Fase bakterisidal awal (inisiasi)2. Fase sterilisasi (lanjutan)
Dosage
Drug Daily Dose Thrice-Weekly DoseIsoniazid 5 mg/kg, max 300 mg 15 mg/kg, max 900 mg
Rifampin 10 mg/kg, max 600 mg 10 mg/kg, max 600 mg
Pyrazinamide 20–25 mg/kg, max 2 g 30–40 mg/kg, max 3 g
Ethambutol 15–20 mg/kg 25–30 mg/kg
REGIMEN PENGOBATAN TB METODE DOTS
I
KATEGORI PASIEN TB
REGIMEN PENGOBATANFASE AWAL LANJUTAN
I
TBP sputum BTA + baruBentuk TBP beratTB ekstra paru (berat)TBP BTA negatif
2 SHRZ (EHRZ) 6 HE
2 SHRZ (EHRZ) 4 HR
2 SHRZ (EHRZ) 4 H3R3
II RelapsKegagalan pengobatan
2 SHZE/ 1 HRZE 5 H3R3E3
2 SHZE/ 1 HRZE 5 HRE
III
TBP sputum BTA negatifTB ekstra paru (menengah berat)
2 HRZ atau 2 H3R3Z3 6 HE
2 HRZ atau 2 H3R3Z3 2 HR/4 H
2 HRZ atau 2 H3R3Z3 2 H3R3/4H
Second line
EFEK SAMPING OBAT OAT
INH Neuropati perifer dapat dicegah dengan pemberian vitamin B6, hepatotoksik
RIFAMPISIN Sindroma flu, hepatotoksik
STREPTOMISIN Nefrotoksik, gangguan N VIII kranial
ETAMBUTOL Neuritis optika, nefroroksik, skin rash, dermatitis
ETIONAMID Hepatotoksik, ganngguan pencernaanPAS Hepatotoksik, gangguan pencernaanCYCLOSERIN Kejang, depresi, psikosis
I
EVALUASI
KLINISDikontrol 1 minggu pertamaselanjutnya setiap 2 minggu pada fase intensif1 bulan sekali pada fase lanjutan
BAKTERIOLOGIS
Pemeriksaan BTA setiap bulan.
WHO : akhir bulan ke 2 , ke 4 dan ke 6
RADIOLOGIS
akhir pengobatan untuk membandingkan dengan foto sebelumnya