Top Banner
IV PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Daerah Penelitian Pangalengan merupakan salah satu sentra peternakan sapi perah di Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Penduduk Pangalengan sebagian besar berprofesi sebagai peternak sapi perah yang tergabung sebagai anggota KPBS Pangalengan. Kecamatan Pangalengan merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Bandung. Lokasi penelitian berada pada tiga desa yang termasuk Kecamatan Pangalengan, yaitu Desa Pangalengan, Margamukti dan Margamulya. Jarak antar desa cukup jauh, sehingga diperlukan waktu perjalanan cukup lama untuk menempuh satu desa ke desa lainnya, lebih rincinya dapat dilihat pada Ilustrasi 3. Pangalengan Margamulya Tribaktimulya Pulosari Margamukti Margamekar Margaluyu Wanasuka Lamajang Pulosari Margaluyu Sukaluyu Margamekar Banjarsari Wanasuka Tribaktimulya Ilustrasi 3. Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung
32

Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

Mar 19, 2019

Download

Documents

vanbao
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

IV

PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum Daerah Penelitian

Pangalengan merupakan salah satu sentra peternakan sapi perah di

Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Penduduk Pangalengan sebagian besar

berprofesi sebagai peternak sapi perah yang tergabung sebagai anggota KPBS

Pangalengan. Kecamatan Pangalengan merupakan salah satu kecamatan yang

berada di Kabupaten Bandung. Lokasi penelitian berada pada tiga desa yang

termasuk Kecamatan Pangalengan, yaitu Desa Pangalengan, Margamukti dan

Margamulya. Jarak antar desa cukup jauh, sehingga diperlukan waktu perjalanan

cukup lama untuk menempuh satu desa ke desa lainnya, lebih rincinya dapat

dilihat pada Ilustrasi 3.

Pangalengan

Margamulya

Tribaktimulya

Pulosari

Margamukti

Margamekar

Margaluyu

Wanasuka

Lamajang

Pulosari

MargaluyuSukaluyu

Margamekar

Banjarsari

Wanasuka

Tribaktimulya

Ilustrasi 3. Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Page 2: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

43

4.1.1. Letak Geografis dan Lahan Desa Pangalengan

Desa Pangalengan merupakan bagian wilayah Kecamatan Pangalengan,

merupakan wilayah dataran tinggi karena berada pada ketinggian ±1.447,80 m

dari permukaan laut. Desa Pangalengan berbatasan langsung dengan Desa

Margamulya di sebelah utara, Desa Margamekar di sebelah selatan, Desa

Margamukti di sebelah timur, dan Desa Pulosari di sebelah barat.

Iklim dan curah hujan Desa Pangalengan dipengaruhi oleh keadaan

alamnya yang sebagian besar terdiri dari daerah permukaan berombak, perbukitan

dan pegunungan. Desa Pangalengan termasuk dalam iklim tropis yang memiliki

dua musim, yaitu musim hujan dan kemarau, dengan jumlah hari hujan terbanyak

adalah 180 hari dan angka curah hujan 1.382,5 mm per tahun. Suhu rata-rata

harian desa Pangalengan berkisar antara 16˚C sampai 30˚C (Monografi Desa

Pangalengan, 2014).

Topografi Desa Pangalengan yang memiliki bentuk permukaan berombak,

perbukitan dan pegunungan ini menyebabkan wilayah permukaan bumi Desa

Pangalengan bervariasi dari daratan dan berombak. Berdasarkan karakteristik

wilayah, daerah Desa Pangalengan cocok untuk pengembangan usaha pertanian

sayuran dan pengembangan usahaternak sapi perah.

Desa Pangalengan memiliki luas wilayah 589,946 ha, yang digunakan

untuk berbagai kepentingan. Penggunaan lahan terluas Desa Pangalengan yaitu

tanah kering yang digunakan untuk ladang, pemukiman dan pekarangan. Lahan

ladang yang luas digunakan oleh peternak untuk menanam rumput sebagai pakan

ternak, dengan begitu peternak dapat memanfaatkan lahan yang ada, sehingga

tidak perlu membeli rumput lagi dari orang lain. Keadaan tanah kering di Desa

Page 3: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

44

Pangalengan ini cukup subur, sehingga peternak tidak mengalami kesulitan dalam

menanam rumput untuk pakan ternak sapi perah.

Tabel 2. Penggunaan Lahan di Desa Pangalengan

No. Penggunaan Lahan Luas

...ha...

1

2

3

4

5

6

Tanah Kering

Persawahan

Tanah Basah

Tanah Perkebunan

Tanah Fasilitas Umum

Tanah Hutan

305,804

-

7,559

201,3

27,983

47,3

Jumlah 589,946

Sumber : Monografi Desa Pangalengan 2014

Populasi sapi perah yang dibudidayakan oleh peternak di Desa

Pangalengan ± berjumlah 790 ekor. Lokasi peternakan sapi perah di Desa

Pangalengan letaknya dekat dengan pemukiman penduduk, karena disesuaikan

dengan ketersediaan lahan yang ada. Kandang sapi perah pun dibangun tidak jauh

dari rumah peternak, bahkan ada kandang sapi perah yang dibangun

berdampingan dengan rumah tinggal peternak, alasannya untuk memudahkan

peternak dalam melakukan manajemen kandangnya.

4.1.2. Matapencaharian Penduduk Desa Pangalengan

Matapencaharian pokok sebagian besar penduduk Desa Pangalengan

adalah pedagang. Hal tersebut disebabkan oleh keadaan fisik Desa Pangalengan

yang mendukung, karena terletak di pusat Kecamatan Pangalengan Kabupaten

Bandung. Desa Pangalengan juga merupakan satu-satunya desa yang memiliki

Page 4: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

45

pasar tradisional, sehingga penduduk Desa Pangalengan memilih untuk berdagang

karena akan mendapatkan keuntungan dari kegiatan jual-beli yang dilakukan.

Tabel 3. Matapencaharian Pokok Penduduk Desa Pangalengan

No. Matapencaharian Pokok Jumlah

...orang...

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Petani

Buruh Tani

Pertambangan/kontruksi

Pegawai Negeri

Pengrajin

Pedagang

Peternak

Dokter dan bidan swasta

Jasa lainnya

Pensiunan TNI/POLRI

585

914

399

313

620

2.404

221

5

1.747

18

Jumlah 7.227

Sumber : Monografi Desa Pangalengan 2014

4.1.3. Letak Geografis dan Lahan Desa Margamukti

Desa Margamukti Kecamatan Pangalengan secara administratif termasuk

wilayah Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Wilayah Desa Margamukti

sebelah utara dan barat berbatasan dengan Desa Pangalengan, sebelah timur

berbatasan dengan Desa Taruma Jaya, dan sebelah selatan berbatasan dengan

Desa Banjarsari.

Wilayah Desa Margamukti terletak pada ketinggian ±1.200 m dari

permukaan laut, dengan jumlah hari hujan terbanyak adalah 121 hari dan angka

curah hujan 2.300 mm pertahun. Suhu Desa Margamukti berkisar antara 13˚C

sampai 25˚C, merupakan suhu yang cocok untuk pengembangan usaha ternak sapi

Page 5: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

46

perah. Keadaan ideal untuk pengembangan usaha ternak sapi perah adalah pada

suhu berkisar antara 13oC sampai 23oC dengan ketinggian 700 m sampai 1000 m

di atas permukaan laut dan kelembaban sekitar 60% sampai 70% (Akoso, 2012).

Luas wilayah Desa Margamukti yaitu 1.142,192 ha. Lahan yang luas

digunakan untuk perkebunan atau ladang. Perkebunan dimanfaatkan penduduk

untuk bercocok tanam berbagai jenis tanaman pertanian. Luasnya ladang yang

ada digunakan penduduk untuk menanam rumput sebagai pakan ternak, sehingga

menyebabkan terpenuhinya kebutuhan hijauan ternak sapi perah yang ada di

daerah tersebut. Peternak di desa Margamukti jarang kekurangan pakan hijauan

untuk ternak karena ladang yang luas sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan

pakan hijauan ternak sehari-hari.

Tabel 4. Penggunaan Lahan di Desa Margamukti

No. Penggunaan Lahan Luas

...ha...

1

2

3

4

5

6

Permukiman

Perkebunan/Ladang

Kuburan

Perkarangan

Perkantoran

Fasilitas umum dan lain-lain

21,230

536,431

1,910

38,616

2,380

546,641

Jumlah 1.142,192

Sumber : Monografi Desa Margamukti 2014

4.1.4. Matapencaharian Penduduk Desa Margamukti

Sebagian besar penduduk Desa Margamukti bermatapencaharian sebagai

buruh tani, karena keadaan fisik Desa Margamukti mendukung untuk usaha

pertanian. Desa Margamukti memiliki lahan yang subur sehingga cocok untuk

Page 6: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

47

ditanami berbagai jenis tanaman pertanian. Namun, karena keterbatasan

pendapatan yang dimiliki penduduk Desa Margamukti menyebabkan sebagian

besar dari mereka tidak memiliki lahan pertanian sendiri, sehingga

matapencaharian terbesar penduduk Desa Margamukti yaitu sebagai buruh tani.

Matapencaharian penduduk Desa Margamukti dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Matapencaharian Pokok Penduduk Desa Margamukti

No. Matapencaharian Pokok Jumlah

...orang...

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

Petani

Buruh Tani

Pengusaha

Pegawai Negeri

Pengrajin

Pedagang

Peternak

Montir

TNI

POLRI

Pensiunan

486

2502

2

56

57

6

1001

26

21

1

85

Jumlah 4263

Sumber : Monografi Desa Margamukti 2014

4.1.5. Letak Geografis dan Lahan Desa Margamulya

Desa Margamulya termasuk wilayah terletak pada ketinggian ±1.415,80 m

dari permukaan laut, dengan koordinat bujur 107,571 dan koordinat lintang 7,172.

Desa Margamulya masih termasuk dalam wilayah Kecamatan Pangalengan

Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Menurut hasil pencatatan monografi

Desa Margamulya (2014), batas wilayah Desa Margamulya di sebelah utara

Page 7: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

48

adalah Desa Tribaktimulya, sebelah selatan dan timur adalah Desa Pangalengan

dan sebelah barat adalah Desa Pulosari.

Jumlah hari hujan terbanyak Desa Margamulya adalah 180 hari dan angka

curah hujan 2.350 mm per tahun. Suhu rata-rata harian Desa Margamulya

berkisar antara 18˚C sampai 23˚C. Karena Desa Margamulya merupakan wilayah

dataran tinggi, sehingga desa ini cocok dijadikan sebagai peternakakan sapi perah.

Desa Margamulya memiliki lahan yang luas, dengan luas wilayah yaitu

1.405,149 ha. Lahan terluas yaitu tanah perkebunan yang digunakan untuk

bercocok tanam berbagai tanaman, diantaranya yaitu teh, tomat, bawang merah,

cabai, wortel, dan lainnya. Selain tanah perkebunan, tanah kering yang dimiliki

Desa Margamulya juga cukup luas. Tanah kering dimanfaatkan penduduk yang

berprofesi peternak untuk ladang menanam rumput sebagai pakan hijauan ternak.

Tabel 6. Penggunaan Lahan di Desa Margamulya

No. Penggunaan Lahan Luas

...ha...

1

2

3

4

5

6

Tanah Kering

Persawahan

Tanah Basah

Tanah Perkebunan

Tanah Fasilitas Umum

Tanah Hutan

356,314

42,505

224,058

617,997

34,475

129,800

Jumlah 1.405,149

Sumber : Monografi Desa Margamulya 2014

4.1.6. Matapencaharian Penduduk Desa Margamulya

Sama halnya seperti penduduk Desa Margamukti, sebagian besar

penduduk Desa Margamulya juga bermatapencaharian sebagai buruh tani.

Page 8: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

49

Ketinggian wilayah Desa Margamulya menyebabkan keadaan fisik daerah ini

cocok dijadikan sebagai tempat usaha pertanian. Penduduk Desa Margamulya

yang berprofesi sebagai peternak hanya berjumlah 394 orang saja, ini dikarenakan

masih banyak penduduk yang belum memiliki modal untuk mendirikan usaha

peternakan, karena usaha peternakan memerlukan modal yang cukup besar.

Matapencaharian pokok penduduk Desa Margamulya lebih rincinya dapat dilihat

pada Tabel 7.

Tabel 7. Matapencaharian Pokok Penduduk Desa Margamulya

No. Matapencaharian Pokok Jumlah

...orang...

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Petani

Buruh Tani

Buruh migran perempuan

Pegawai Negeri Sipil

Pengrajin, industri rumah tangga

Pedagang keliling

Peternak

Dokter swasta

Bidan swasta

Pensiunan TNI/POLRI

Pembantu rumah tangga

Notaris

330

1.749

11

141

250

308

394

1

4

24

134

12

Jumlah 3.774

Sumber : Monografi Desa Margamulya 2014

4.2. Gambaran Umum KPBS Pangalengan

Wilayah kerja KPBS Pangalengan meliputi tiga Kecamatan, yaitu

Kecamatan Pangalengan, Kertasari dan Pacet. KPBS untuk mempermudah

pelayanan kepada peternak anggota yang tersebar di berbagai desa dalam tiga

Page 9: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

50

kecamatan, maka KPBS membentuk 17 Komsariat Daerah (Komda) dan dibagi ke

dalam 38 TPK, termasuk TPK Sukamenak, Cipanas, Loscimaung dan

Mekarmulya yang digunakan sebagai lokasi penelitian. KPBS juga membagi

TPK menjadi beberapa kelompok lagi yang disesuaikan dengan jumlah anggota

yang ada di masing-masing TPK, tujuannya agar anggota koperasi mendapatkan

pelayanan terbaik, sehingga dapat memberi kepuasan bagi anggota.

Jumlah anggota KBPS mengalami penurunan pada tahun 2011 sampai

2014. Hal tersebut berdampak pula terhadap penurunan populasi sapi perah dan

produksi susu. Tabel 8 menunjukkan pada tahun 2013 merupakan penurunan

yang paling tinggi, jumlah peternak turun sekitar 30,75%, sehingga populasi sapi

turun sekitar 21%. Penurunan jumlah anggota dan populasi sapi perah berdampak

terhadap penurunan produksi susu yang mencapai 27,20%.

Tabel 8. Data Jumlah Peternak dan Populasi Sapi Perah di KPBS

Tahun Jumlah Peternak Populasi Sapi Produksi Susu

..Orang.. ..%.. ..Ekor.. ..%.. ..Liter.. ..%..

2011 5.499 - 12.874 - 48.074.123,50 -

2012 5.031 8,51 10.675 17,1 44.118.384,36 8,22

2013 3.484 30,75 8.444 21,00 32.117.239,58 27,20

2014 3.421 1,81 8.055 4,61 30.609.000,00 4,70

Sumber : Data KPBS 2014

Penurunan jumlah peternak anggota KPBS tersebut disebabkan oleh

berbagai faktor, diantaranya yaitu :

- Adanya peralihan usaha, karena harga susu tidak sebanding dengan biaya

produksi bahan baku pakan yang tinggi, sehingga terkadang peternak merasa

dirugikan.

Page 10: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

51

- Terjadi kelangkaan daging sapi yang mengakibatkan naiknya harga daging

sapi, sehingga berdampak pada meningkatnya minat penjualan sapi perah

menjadi sapi pedaging.

- Suksesi (regenerasi) yang rendah dalam anggota keluarga peternak dan adanya

potensi penerus yang menerima tawaran pekerjaan yang lebih potensial dan

menarik dalam usaha non-peternakan.

4.3. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini sebanyak 61 orang peternak sapi perah

rakyat Pangalengan yang tergabung dalam kelompok ternak Sukamenak 02,

Sukamenak 04, Cipanas II 04, Loscimaung II 02, Loscimaung II 03, Mekarmulya

01, Mekarmulya 03 dan Mekarmulya 04. Berdasarkan jenis kelamin, responden

terdiri dari 46 orang peternak pria dan 15 orang peternak wanita.

Tabel 9. Karakteristik Responden

No. Kategori Umur Lama Pendidikan Formal Pengalaman Skala Usaha

...tahun... ...ekor...

1 Terendah 25,00 1,00 3,00 1,00

2 Tertinggi 73,00 12,00 39,00 17,00

3 Rata-rata 49,00 6,50 21,00 9,00

4

Simpangan

Baku 4,38 1,00 3,29 1,46

4.3.1. Umur Responden

Umur responden berkisar antara 25 sampai 73 tahun. Rata-rata umur

peternak yang menjadi responden adalah 49 tahun. Umur responden

mempengaruhi produktivitas kerja responden. Terdapat dua hubungan antara

umur kerja dan produktivitas kerja, yaitu pertama adanya pandangan bahwa

Page 11: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

52

kinerja merosot dengan meningkatnya umur, kedua adalah kenyataan bahwa

angkatan kerja semakin lama semakin tua. Umur produktif seseorang berkisar

dari umur 15 sampai 64 tahun (Wisnu dan Sutrisna, 2013).

Responden di atas umur 64 tahun sudah termasuk umur kerja tidak

produktif, terlihat dari berkurangnya waktu kerja dan kontribusi yang diberikan

pada usaha peternakannya. Responden di atas umur 64 tahun, dalam memilih

calon induk akan lebih sulit dibandingkan responden umur di bawah 64 tahun,

karena daya ingat dan ketelitian mereka yang sudah berkurang memungkinkan

dipilihnya calon induk yang kurang baik. Hal ini tentu mempengaruhi output

(susu) yang dihasilkan. Maka dari itu, responden mengatasinya dengan

menggantikan tenaga kerja tidak produktif dengan tenaga kerja produktif, seperti

bapak digantikan oleh anaknya maupun tenaga kerja keluarga lainnya.

4.3.2. Tingkat Pendidikan Responden

Responden rata-rata menempuh pendidikan formal selama 6,5 tahun. Ini

menunjukkan bahwa rata-rata responden merupakan lulusan SD menuju SMP.

Pendidikan responden mempengaruhi pengetahuan responden. Pendidikan

mempengaruhi kinerja usaha, karena semakin tinggi pendidikan yang dimiliki,

maka kemungkinan besar responden akan lebih cepat mempelajari suatu inovasi

dan mengembangkan diri serta mempunyai pemikiran yang lebih luas (Fitri,

2013). Responden dengan pendidikan lebih tinggi akan menciptakan inovasi

lebih banyak, sehingga dapat memberikan pengaruh baik terhadap usaha

peternakannya.

Selain pendidikan formal, responden juga mendapat pendidikan non

formal berupa penyuluhan maupun pelatihan. Pendidikan non formal menambah

Page 12: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

53

pengetahuan dan keterampilan responden dalam mengelola usaha peternakannya.

Penyuluhan yang selama ini diberikan terkait cara budidaya peternakan sapi

perah, pakan, kualitas susu dan pengolahan susu, kebersihan kandang dan sapi,

kesehatan hewan, pemilihan calon induk, cara pemerahan susu dan mesin perah.

Saat melakukan pemilihan calon induk, responden dengan pendidikan

formal yang tinggi dan pendidikan non formal yang banyak akan lebih mudah

untuk mendapatkan calon induk dengan kriteria produksi susu tinggi, karena

pengetahuan mereka tentang calon induk lebih banyak dibandingkan responden

yang pendidikan formalnya rendah dan tidak pernah mengikuti penyuluhan.

4.3.3. Pengalaman Responden

Rata-rata responden merupakan peternak yang sudah berpengalaman

dalam bidang sapi perah selama 21 tahun. Selain umur, faktor lain yang

mempengaruhi produktivitas kerja adalah pengalaman kerja. Masa kerja dan

produktivitas kerja berhubungan positif. Semakin banyak masa kerja, semakin

tinggi pengalaman dan keterampilan yang akan mendukung pekerjaan mereka,

sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerjanya (Wisnu dan Sutrisna, 2013).

Responden yang telah berpengalaman lama menjadi peternak lebih

mengetahui kondisi usaha dan masalah-masalah yang selama ini dihadapi dalam

menjalankan peternakannya, sehingga dengan begitu dapat diantisipasi terjadinya

kerugian usaha. Begitupun dalam memilih calon induk, responden dengan

pengalaman lama telah mengetahui calon induk dengan ciri-ciri yang baik,

sehingga akan lebih mudah mendapatkan calon induk unggul. Sebaliknya,

responden yang pengalamannya masih sedikit akan kesulitan mendapatkan calon

induk yang baik, karena pengetahuan dan keterampilan mereka masih terbatas.

Page 13: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

54

4.3.4. Skala Usaha Responden

Rata-rata skala usaha responden yaitu 9 ekor, dengan populasi sapi perah

terendah yang dimiliki responden yaitu 1 ekor dan populasi tertinggi yaitu 17

ekor. Perbedaan skala usaha yang dimiliki setiap responden menyebabkan

terbentuknya kelas sosial antar responden. Kelas sosial adalah sebuah kelompok

yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun

dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki

nilai, minat, dan tingkah laku yang sama. Kelas sosial menunjukkan perbedaan

pilihan produk dan merek dalam suatu bidang tertentu (Kotler, 1988).

Responden dengan skala usaha tinggi memiliki preferensi untuk membeli

calon induk lebih banyak dibandingkan dengan responden skala usaha rendah,

karena modal yang dimilikinya lebih banyak, sehingga mereka ingin terus-

menerus meningkatkan skala usahanya lebih banyak lagi. Selain itu, responden

dengan skala usaha tinggi dapat disebut sebagai peternak sukses yang telah

berpengalaman dalam memilih calon induk yang baik, sehingga lebih dipercaya

oleh peternak lainnya. Kelas sosial antara responden skala usaha tinggi dan

rendah pun tentu berbeda, terlihat dari banyaknya responden skala usaha tinggi

yang menjadi atasan bagi responden skala usaha rendah.

4.3.5. Penghasilan Responden

Penghasilan bersih responden dalam usaha peternakan setiap bulannya

rata-rata 3.550.000,- rupiah, sudah di atas Upah Minimum Kabupaten atau Kota

(UMK) Kabupaten Bandung yang hanya 2.001.195,- rupiah

(SK.No.560/Kep.1581-Bangsos/2014;Perdana, 2014). Ini menunjukkan bahwa

usaha peternakan sapi perah merupakan usaha yang potensial apabila

Page 14: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

55

manajemennya dilakukan dengan baik dan populasi sapi yang dipelihara

jumlahnya banyak.

Penghasilan setiap responden berbeda tergantung dari populasi sapi laktasi

yang dimilikinya. Setiap bulannya responden mendapatkan penghasilan dihitung

dari banyaknya produksi susu yang disetor ke KPBS, setelah itu dikurangi dengan

biaya pakan, kesehatan, potongan pinjaman bank, dan biaya lainnya. Selain itu,

reponden juga banyak yang memiliki profesi sampingan non peternakan, seperti

buruh tani, PNS, pegawai swasta, wirausaha, dan lainnya, itu membuat

penghasilan responden bertambah.

Keadaan ekonomik akan berpengaruh besar terhadap pilihan produk.

Keadaan ekonomik seseorang terdiri dari pendapatan yang dibelanjakan, tabungan

dan milik kekayaan, kemampuan meminjam dan sikapnya terhadap pengeluaran

lawan menabung (Kotler, 1988). Responden yang memiliki penghasilan tinggi,

akan membeli calon induk dengan harga yang tinggi pula, karena semakin tinggi

harga maka kualitas calon induk semakin baik. Responden yang keadaan

ekonomiknya tinggi pun akan mempengaruhi gaya hidupnya, dari mulai memiliki

rumah yang mewah, kendaraan pribadi, sampai memiliki banyak sapi paroan yang

dititipkan ke peternak lain.

4.4. Atribut Valid Calon Induk yang Dipertimbangkan Responden

Peternak sapi perah rakyat sebagai responden tentu mempertimbangkan

berbagai faktor sebelum membeli calon induk, tujuannya agar peternak

mendapatkan calon induk terbaik, sehingga dapat memperoleh keuntungan dan

usahanya berkelanjutan. Atribut valid yang dipertimbangkan responden dalam

memilih calon induk, lebih rincinya dapat dilihat pada Tabel 10.

Page 15: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

56

Tabel 10. Atribut Valid Calon Induk yang Dipertimbangkan Responden

No. Atribut yang Dipertimbangkan Jawaban "YA" Proporsi Keterangan

...orang... ...%...

1 Harga dari peternak 61 100,00 Harga

2 Keadaan tubuh 61 100,00 Kesehatan

3 Pandangan mata 60 98,36 Kesehatan

4 Kaki belakang tampak belakang 60 98,36 Eksterior

5 Kaki belakang tampak samping 60 98,36 Eksterior

6 Sudut kuku 59 96,72 Eksterior

7 Pertautan ambing depan 61 100,00 Eksterior

8 Letak puting depan 61 100,00 Eksterior

9 Panjang puting 61 100,00 Eksterior

10 Kedalaman ambing 61 100,00 Eksterior

11 Posisi puting belakang 61 100,00 Eksterior

12 Genetik 61 100,00 Genetik

13 Umur 61 100,00 Umur

Responden dalam memilih calon induk sapi perah mempertimbangkan 13

atribut valid yang tergabung ke dalam faktor harga, kesehatan, eksterior, genetik

dan umur calon induk. Faktor harga yang dipertimbangkan responden dalam

memilih calon induk yaitu harga dari peternak, dimana peternak sebagai sumber

calon induk. Faktor kesehatan yang dipertimbangkan responden dalam memilih

calon induk, yaitu keadaan tubuh dan pandangan mata. Faktor eksterior yang

dipertimbangkan responden dalam memilih calon induk, yaitu kaki belakang

tampak belakang dan samping, sudut kuku, pertautan ambing depan, letak puting

depan, panjang puting, kedalaman ambing, dan posisi puting belakang. Faktor

genetik dan umur juga merupakan faktor yang dipertimbangkan responden dalam

memilih calon induk.

Page 16: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

57

4.4.1. Harga dari Peternak

Tabel 10 menunjukkan bahwa seluruh responden menyetujui harga

merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam membeli calon induk. Harga

menjadi bahan pertimbangan peternak, karena kemampuan finansial peternak

terbatas. Peternak tidak mungkin membeli calon induk yang harganya tidak

sesuai dengan keuangan yang dimilikinya. Harga menjadi respon yang

mempengaruhi pilihan konsumen dalam membeli suatu barang dan konsumen

tidak akan membeli barang yang tidak sesuai dengan pendapatannnya (Miller and

Meiners, 2000).

Seluruh responden memilih membeli calon induk dari peternak, karena

harganya lebih murah dibandingkan bandar dan lebih sesuai dengan keuangan

yang dimiliki. Responden berpendapat membeli langsung ke peternak tidak perlu

melalui banyak tangan, karena peternak yang menjual calon induk berperan

sebagai produsen langsung, sehingga harga calon induk menjadi lebih murah

dibandingkan bandar. Ini berarti terjadi saluran pemasaran langsung, yaitu suatu

pemasaran produk yang terjadi secara langsung antara produsen dengan

konsumen akhir. Pertukaran barang hanya terjadi pada lingkup yang terbatas dan

produsen memasarkan sendiri barang yang diproduksinya (Paturochman, 2011).

Menurut pengalaman responden saat membeli calon induk, harga dara

tidak bunting (siap IB) umur 15 – 18 bulan berkisar antara 8 juta – 12 juta rupiah,

sedangkan harga dara bunting 1 – 8 bulan berkisar antara 9,5 juta – 17 juta rupiah.

Harga pembelian calon induk dari peternak berbeda satu sama lainnya tergantung

tempat pembelian dan kesepakatan harga yang dibuat antar peternak. Sapi

berumur sama belum tentu harganya sama juga, karena harga yang disepakati juga

tergantung dari keadaan fisik dan genetik sapi.

Page 17: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

58

4.4.2. Keadaan Tubuh

Hasil wawancara menunjukkan bahwa seluruh responden

mempertimbangkan keadaan tubuh calon induk sebelum membelinya. Kesehatan

calon induk dapat dilihat dari keadaan tubuhnya. Responden tidak memilih calon

induk yang sakit, karena dapat menimbulkan resiko kerugian pada usaha.

Responden menjelaskan bahwa calon induk yang sehat memiliki ciri-ciri sebagai

berikut :

a. Bulunya lembut, tipis, mengkilat, bersih, dan tidak berdiri. Sapi sehat

memiliki kulit kencang, halus, licin, lentur dan lunak bila diraba, kuat dan

tidak ada kerusakan atau luka, bulu halus pendek. Pada kulit yang baik akan

tumbuh bulu yang halus, pendek, dan mengkilat (Edward dan Imelda, 2007).

b. Kulit sehat tidak terdapat kutu, tidak rontok, bebas dari penyakit kulit dan

tidak ada parasit menempel. Calon induk yang sehat dapat dilihat dari

keadaan tubuhnya yaitu tidak adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya,

tidak ada tanda-tanda kerusakan pada bulu dan kerontokan pada bulu

(Prabowo, 2010).

c. Ujung hidungnya basah. Moncong hidung yang selalu basah dan lubang

hidung yang terbuka lebar memiliki kesempatan asupan oksigen yang baik

bagi sapi (Akoso, 2012).

d. Pertumbuhannya bagus dan tidak ada kalinan pada tubuhnya. Sapi yang sehat

nafsu makan dan minumnya baik (Akoso, 2012).

e. Tubuhnya terlihat segar.

f. Telinganya ke bawah.

Sapi sakit terlihat dari bulunya yang berdiri, tidak mulus dan tidak halus,

selain itu nafsu makan dan minum berkurang. Lamanya pengalaman responden

Page 18: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

59

menjadi peternak, membuat responden telah bisa membedakan mana sapi sakit

dan sehat jika dilihat dari keadaan tubunya.

Responden secara umum dapat mendeteksi sapi sakit yaitu dengan melihat

keadaan tubuh calon induk secara kasat mata, tanpa lebih rinci memperhatikan

selaput lendir dan gusi, kuku dan suhu tubuhnya. Keadaan tubuh calon induk

yang sehat bisa dilihat dari selaput lendir dan gusi berwarna merah muda, kuku

tidak terasa panas dan bengkak bila diraba, dan suhu tubuh 39,5 0C (Prabowo,

2010).

4.4.3. Pandangan Mata

Kesehatan calon induk dapat dilihat dari pandangan matanya. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa 60 orang (98,36%) responden mempertimbangkan

pandangan mata calon induk sebelum membelinya. Responden menjelaskan

bahwa pandangan mata calon induk yang sehat apabila matanya terlihat normal,

cerah, tajam dan tidak sayu. Calon induk yang sehat pandangan matanya cerah

dan tajam (Prabowo, 2010). Mata besar bersinar dan kelopak mata yang bersih

juga menunjukkan sapi yang sehat (Akoso, 2012).

Sapi sakit biasanya terlihat dari pandangan matanya yang sayu dan tidak

cerah. Adanya kotoran di mata juga menandakan bahwa sapi tersebut sakit.

Responden berdasarkan pengetahuannya telah bisa membedakan mata sapi yang

sehat dan sakit.

4.4.4. Kaki Belakang Tampak Belakang

Kaki belakang tampak belakang termasuk dalam penilaian eksterior calon

induk. Kaki belakang tampak belakang merupakan menunjukkan kekuatan sapi

Page 19: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

60

menunjang berat badan dan produksi susunya. Kekuatan kaki sangat menentukan

lama tidaknya sapi dapat bertahan dalam suatu usaha peternakan. Kaki sangat

berpengaruh terhadap kondisi badan dan kekokohan sapi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60 orang (98,36%) responden

mempertimbangkan kaki belakang tampak belakang calon induk sebelum

membelinya. Responden sepakat memilih kaki belakang yang paralel atau lurus,

karena sapi bisa bertahan lama dan kuat menahan berat badannya, selain itu masa

depan sapi lebih panjang dan pertumbuhannya baik. Kaki belakang dan depan

yang baik harus lurus dan kuat, jarak antara kedua kaki belakang lebar

membentuk segiempat simetris, sehingga memungkinkan perkembangan ambing

yang optimal, selain itu kaki lurus juga membuat langkah sapi tegap dan tidak

pincang (Akoso, 2012). Kaki tidak lurus membuat kekuatan dan daya tahan sapi

tidak akan lama, ambing terhimpit, dan lebih mudah terkena penyakit dan jamur.

4.4.5. Kaki Belakang Tampak Samping

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60 orang (98,36%) responden

mempertimbangkan kaki belakang tampak samping sebelum membeli calon

induk. Kaki merupakan faktor eksterior yang sangat penting dipertimbangkan

dari seekor sapi karena menunjukkan kekuatan sapi saat berdiri untuk menopang

berat badannya dan mempengaruhi pertumbuhan sapi juga (Akoso, 2012).

Sebanyak 52 orang responden menjelaskan bahwa kaki belakang tampak

samping yang baik apabila kakinya terlihat lurus, karena kaki yang lurus membuat

sapi dapat bertahan lama dan kuat menahan berat badannya, sedangkan kaki yang

bengkok membuat sapi lebih mudah roboh, daya tahannya tidak akan lama dan

dapat menyulitkan sapi untuk berdiri. Akan tetapi sebenarnya menurut teori

Page 20: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

61

bahwa kaki belakang tampak samping yang baik apabila kakinya sedang (±1470),

karena tidak terlalu lurus maupun bengkok (South Dakota, 2010).

4.4.6. Sudut Kuku

Sudut kuku merupakan faktor eksterior yang dipertimbangkan oleh 59

orang (96,72%) responden sebelum membeli calon induk. Sudut kuku

berpengaruh terhadap struktur tulang sapi. Sudut kuku sapi ideal adalah 45oC

(sedang) (South Dakota, 2010), namun 55 orang responden lebih memilih calon

induk yang sudut kukunya sangat curam, dengan alasan sudut kuku sangat curam

(65 oC) membuat pijakan sapi lebih kuat untuk berdiri lama dan dapat bertahan hingga

bunting >4 kali.

4.4.7. Pertautan Ambing Depan

Menurut hasil penelitian, seluruh responden mempertimbangkan pertautan

ambing depan calon induk sebelum membelinya, karena faktor eksterior ini

berhubungan erat dengan produksi susu yang akan dihasilkan calon induk.

Penampilan ambing sapi perah betina memiliki peranan penting. Besar ambing

mengisyaratkan banyaknya air susu yang mampu ditampung di dalamnya,

sehingga diharapkan dengan semakin besar ambing, produksi susu semakin

banyak. Ambing besar dengan pertautan ambing kuat dan kencang membuat

produksi susu seekor sapi perah semakin banyak (Akoso, 2012).

Sebanyak 27 orang responden memilih pertautan ambing lemah dan

kurang, 5 orang memilih yang sedang dan 32 orang lainnya memilih yang kuat

dan kencang. Pertautan ambing depan merupakan evaluasi sangat penting karena

akan menilai kekuatan perlekatan ambing dan kemudahan pada saat diperah.

Page 21: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

62

Pertautan ambing depan yang baik apabila ambingnya kuat dan kencang, karena

produksi susu yang dapat ditampungnya akan semakin banyak (South Dakota,

2010). Tidak berbanding lurus dengan seharusnya, kebanyakan responden

ternyata lebih memilih pertautan ambing depan yang lemah dan kurang, dengan

alasan meskipun ambingnya terlihat kecil tetapi produksi susunya banyak.

4.4.8. Letak Puting Depan

Letak puting depan merupakan faktor eksterior yang dipertimbangkan

seluruh responden sebelum membeli calon induk. Menurut hasil penelitian,

sebanyak 54 orang memilih puting yang sejajar (tengah kuartir), sedangkan 7

orang lainnya memilih puting yang tidak sejajar (keluar kuartir).

Menurut responden, letak puting depan yang sejajar dapat memudahkan

pemerahan dan putingnya terlihat lebih matang, sedangkan puting tidak sejajar

sulit untuk diarahkan saat pemerahan, selain itu produksi susunya juga biasanya

lebih sedikit. Letak puting depan menentukan sulit tidaknya menjangkau

pemerahan. Puting ideal apabila letak puting depan dan belakang hampir sejajar

(South Dakota, 2010).

4.4.9. Panjang Puting

Panjang puting calon induk merupakan faktor eksterior yang

dipertimbangkan seluruh responden sebelum membelinya. Panjang puting

menentukan waktu pemerahan dan mudah tidaknya pemerahan. Panjang puting

ideal adalah sedang (± 6 cm), karena tidak terlalu panjang atau pendek (South

Dakota, 2010). Pernyataan ini diperkuat dengan pendapat 25 orang responden

yang memilih puting sedang dengan panjang antara 4 – 6 cm, dengan alasan

Page 22: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

63

puting yang terlalu panjang kurang baik karena menjadi lebih kenyal saat diperah,

sehingga mempengaruhi waktu pemerahan lebih lama. Akan tetapi sebanyak 36

orang lainnya lebih memilih puting yang panjang (7 – 11 cm), karena puting

panjang lebih mudah untuk memerahnya, waktu pemerahan lebih cepat, dan

pegangan tangan peternak saat memerah akan lebih kuat.

4.4.10. Kedalaman Ambing

Kedalaman ambing digambarkan sebagai posisi relatif dari dasar ambing

terhadap sendi tumit dan terhadap garis horizontal (South Dakota, 2010). Seluruh

responden mempertimbangkan kedalaman ambing sebelum membeli calon induk.

Kedalaman ambing merupakan faktor eksterior yang menggambarkan produksi

susu yang akan dihasilkan oleh calon induk nantinya. Kedalaman ambing dara

masih relatif bagus (sedang atau dangkal), karena belum pernah melahirkan dan

berproduksi.

Ambing yang baik apabila kedalamannya sedang karena produksi susu

sesuai dengan ambing dan jauh dari resiko mastitis (South Dakota, 2010).

Seiringan dengan hal itu, sebanyak 36 orang responden memilih calon induk

dengan kedalaman ambing sedang, akan tetapi 25 orang lainnya memilih yang

dangkal. Responden tidak memilih ambing yang kedalamannya di bawah hock

karena terlalu dekat dengan lantai, sehingga kotoran dapat menempel,

kuman/virus dapat masuk ke puting dan akhirnya menyebabkan penyakit mastitis.

Ambing yang terlalu dalam belum tentu baik, karena semakin besar ambing maka

ambing tersebut dapat menyentuh lantai, yang akhirnya dapat menyebabkan

penyakit mastitis (South Dakota, 2010).

Page 23: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

64

4.4.11. Posisi Puting Belakang

Posisi puting belakang menentukan mudah tidaknya dan lamanya

pemerahan. Berdasarkan hasil penelitian, seluruh responden mempertimbangkan

posisi puting belakang sebagai faktor eksterior sebelum membeli calon induk.

Puting dan ambing merupakan satu kesatuan yang penting dalam sapi perah,

karena menjadi modal utama yang akan berpengaruh terhadap produksi susu yang

dihasilkan. Seluruh responden sepakat memilih posisi puting belakang yang

simetris (tengah kuartir), karena memudahkan jalannya pemerahan dan

mempercepat waktu pemerahan. Posisi puting yang ideal yaitu jika puting

tersebut simetris atau berada di tengah kuartir (South Dakota, 2010).

4.4.12. Genetik Calon Induk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa genetik yang mengatur sifat produksi

susu merupakan faktor yang dipertimbangkan seluruh responden sebelum

membeli calon induk. Calon induk dijadikan sebagai replacement stock, maka

dari itu genetik yang mengatur sifat produksi susu merupakan faktor yang sangat

penting karena menentukan jumlah produksi susu yang dihasilkan. Faktor genetik

sangat penting karena bersifat mewaris, artinya keunggulan yang diekspresikan

oleh suatu individu dapat diwariskan pada keturunannya (Dudi dan Dhalika,

2006). Sifat genetik antara sapi perah satu dengan yang lainnya tentu berbeda

satu sama lain, baik dari hal produksi susunya ataupun kemampuan dalam

beradaptasi terhadap lingkungan sekitarnya (Prabowo, 2010).

Genetik calon induk dipertimbangkan seluruh responden karena

menentukan kualitas sapi tersebut, menambah produksi susu yang dihasilkan dan

memperbaiki keturunan. Induk dengan kualitas baik (produksi susu tinggi) akan

Page 24: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

65

menghasilkan keturunan yang baik pula. Pendataan harus dilakukan sejak awal

pada waktu pedet lahir, dengan mencermati catatan produktivitas dan

reproduktivitas induk, dengan asumsi bahwa induk sapi akan menghasilkan anak

yang kurang-lebih sama atau melebihi induknya karena pengaruh dari jalur

pejantan (Akoso, 2012).

4.4.13. Umur Calon Induk

Calon induk adalah sapi dara berumur antara 6 – 18 bulan, baik dalam

keadaan bunting maupun tidak bunting dan belum pernah melahirkan (Akoso,

2012). Menurut hasil penelitian, seluruh responden mempertimbangkan umur

calon induk sebelum memilihnya. Umur calon induk yang dipilih disesuaikan

dengan keuangan dan kebutuhan responden. Umur dara siap IB yaitu kisaran 14 –

24 bulan, sedangkan umur dara bunting berbeda-beda tergantung umur saat kawin

dan usia kandungannya (Akoso, 2012). Berlainan dengan pendapat Akoso,

responden berpendapat walaupun sapi berumur 24 bulan atau lebih tetapi belum

kawin atau sedang dalam keadaan bunting, maka sapi tersebut masih disebut sapi

dara.

Responden mengatakan bahwa umur calon induk berpengaruh terhadap

kedewasaan sapi, fisik dan kekuatan sapi bertahan, kekuatan janin dan kandungan

sapi, dan yang paling penting berpengaruh terhadap produksi susu yang

dihasilkan. Dara berumur terlalu muda belum siap untuk di IB baik dari keadaan

fisiknya maupun organ reproduksinya, karena kandungannya akan lemah dan

nantinya sapi akan mudah roboh bahkan tidak bisa bertahan lagi.

Page 25: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

66

4.5. Preferensi Responden terhadap Calon Induk

Preferensi adalah pilihan, kecenderungan atau kesukaan (Budiono, 2005).

Preferensi konsumen terhadap produk ditentukan oleh atribut yang melekat pada

produk tersebut. Preferensi responden dalam penelitian ini dilihat berdasarkan

sikap dan perilaku responden terhadap atribut yang melekat pada calon induk.

Seluruh responden memiliki preferensi terhadap calon induk yang sehat

secara fisik (keadaan tubuh dan pandangan matanya sehat), kakinya lurus, posisi

puting sejajar dan putingnya panjang. Responden ada yang memiliki preferensi

untuk membeli calon induk dengan jumlah banyak karena memang tidak

membesarkan pedet sendiri dan keuangan yang dimilikinya cukup, namun

sebagian besar responden memiliki preferensi untuk membesarkan pedet sendiri

dan hanya sekali-kali membeli calon induk untuk replacement stock. Pilihan

seorang konsumen untuk membeli suatu barang lebih banyak atau lebih sedikit,

atau untuk tidak membeli sama sekali, sebagian merupakan hasil dari preferensi,

selain sebagai respons terhadap harga-harga berbagai barang yang tersedia (Miller

and Meiners, 2000).

Preferensi responden terhadap calon induk yang dipilihnya didasarkan atas

selera, persepsi, kebutuhan dan kepercayaan yang dimilikinya. Bagaimana

seseorang yang termotivasi berbuat sesuatu dipengaruhi oleh persepsinya terhadap

situasi yang dihadapinya (Kotler, 1988). Seluruh responden memiliki preferensi

terhadap calon induk dengan harapan produksi 20 liter ke atas, namun semakin

tinggi produksi maka semakin tinggi pula harga belinya, maka dari itu tetap saja

responden menyesuaikan pilihan calon induk yang dibelinya dengan keuangan

yang dimiliki. Preferensi bersifat independen terhadap pendapatan dan harga

(Besanko and Braeutigam, 2008).

Page 26: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

67

4.6. Sikap Responden

Sikap responden pada penelitian ini diukur dengan menggunakan model

multiatribut Fishbein. Sikap responden terhadap atribut yang melekat pada calon

induk dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Sikap Responden terhadap Calon Induk

No Sikap Responden Jumlah Responden

...orang... ...%...

1 Sangat Negatif - -

2 Negatif - -

3 Netral 50 81,97

4 Positif 11 18,03

5 Sangat Positif - -

Tabel 11 menunjukkan sebanyak 50 orang (81,97%) responden memiliki

sikap netral terhadap atribut-atribut yang melekat pada calon induk, secara

terperinci atribut tersebut dapat dilihat pada Lampiran 4. Nilai interpretasi

tersebut dibentuk dengan model Fishbein didasarkan pada pemikiran, bahwa sikap

dibentuk oleh komponen kepercayaan dan nilai evaluasi dari atribut produk (Fitri,

2013). Sikap netral menunjukkan bahwa responden tidak terlalu memperhatikan

atribut-atribut tersebut sebagai faktor penentu kualitas calon induk. Responden

yang bersikap netral menganggap atribut-atribut tersebut sebagai hal yang biasa

saja dan tidak mempengaruhi pengambilan keputusan dalam pembelian calon

induk, walaupun responden tersebut memiliki preferensi yang baik terhadap

atribut calon induk tersebut.

Sikap positif ditunjukkan oleh 11 orang (18,03%) responden, sikap positif

ini mengandung arti bahwa responden memiliki pandangan yang baik terhadap

Page 27: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

68

atribut yang melekat pada calon induk. Hal ini menunjukkan bahwa responden

percaya atribut-atribut tersebut memiliki peranan penting untuk dipertimbangkan

dalam melakukan proses pembelian calon induk, karena responden menganggap

atribut tersebut dapat mempengaruhi kualitas calon induk. Responden yang

memiliki sikap positif secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 4.

Sikap responden merupakan faktor penting yang mempengaruhi keputusan

pembelian calon induk. Sikap responden dalam memilih calon induk dipengaruhi

oleh motivasi atau dorongan, dimana setiap responden memiliki motivasi yang

relatif berbeda. Motivasi adalah keadaan yang diaktivasi atau digerakkan, dimana

seseorang mengarahkan perilaku berdasarkan tujuan yang dalam hal ini termasuk

dorongan, keinginan dan hasrat (Hurriyati, 2005). Saat membeli calon induk, ada

responden yang termotivasi untuk menambah populasi sapi yang dimiliki,

memperbaiki keturunan sapinya, maupun karena motivasi lainnya.

Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan dan perilaku

(Sumarwan, 2002). Perilaku responden inilah yang akan mendorong tindakan

sebelum membeli, ketika membeli, memelihara calon induk sampai kegiatan

mengevaluasi calon induk yang dibeli. Perilaku responden dipengaruhi oleh

faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis. Responden mempunyai budaya

tersendiri saat membeli calon induk. Biasanya responden membeli calon induk

berdasarkan kebiasaan mengikuti kelompok referensi yang sukses. Saat ada

peternak lain yang sukses mendapatkan calon induk dengan kualitas baik, maka

responden pun akan membeli calon induk di tempat peternak sukses tersebut

membelinya juga. Keadaan ekonomik merupakan faktor pribadi yang memiliki

pengaruh besar terhadap pilihan calon induk. Keadaan ekonomik seseorang

terdiri dari pendapatan yang dibelanjakan, tabungan dan milik kekayaan,

Page 28: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

69

kemampuan meminjam dan sikapnya terhadap pengeluaran lawan menabung

(Kotler, 1988). Motivasi, persepsi, pengetahuan, kepercayaan dan pendirian

merupakan faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku responden dalam

memilih calon induk. Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor

psikologis utama seperti motivasi, persepsi, pengetahuan serta kepercayaan dan

pendirian (Kotler and Amstrong, 2012).

Perilaku responden menentukan keputusan-keputusan pembelian calon

induk. Konsumen dalam melakukan keputusan pembelian akan melalui beberapa

tahap, yaitu pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi

alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian (Setiadi, 2003).

Keputusan membeli atau tidak membeli calon induk didasarkan adanya kebutuhan

responden, dalam hal ini peternak sapi perah. Kebutuhan tersebut terbentuk atas

dua rangsangan, yaitu internal dan eksternal. Kebutuhan ini dapat disebabkan

oleh rangsangan internal dimana timbul suatu keinginan dalam diri konsumen

yang pada akhirnya menjadi dorongan untuk membeli sesuatu (Setiadi, 2003).

Rangsangan internal yang mempengaruhi kebutuhan responden terhadap calon

induk berasal dari motivasi diri sendiri, yaitu kebutuhan akan replacement stock,

untuk memperbaiki produktivitas usaha dan agar keberlangsungan usaha

peternakannya sustainibility. Responden membeli calon induk berdasarkan

rangsangan eksternal, misalnya karena ada sesama peternak yang membutuhkan

uang cepat, maka mereka menjual calon induk dengan harga murah. Hal ini

merangsang keinginan responden untuk membeli calon induk tersebut, ditambah

jika keuangan responden mencukupi. Peternak yang bertindak sebagai produsen

disini memiliki posisi tawar menawar yang pasif. Para peternak akan menjual

ternaknya ketika ada kebutuhan yang mendesak, artinya tidak menjualnya pada

Page 29: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

70

waktu yang tepat. Ketika ada kebutuhan mendesak, maka posisi tawar dia sangat

lemah, harga berapapun yang ditentukan dia harus mau menerimanya

(Paturochman, 2011).

Tahap berikutnya setelah timbul keinginan responden untuk membeli

calon induk, maka responden akan mencari informasi sebanyak mungkin tentang

calon induk yang akan dibelinya. Umumnya jumlah aktivitas pencarian

konsumen akan meningkat bersamaan dengan konsumen berpindah dari situasi

pemecahan masalah yang terbatas ke pemecahan masalah yang ekstensif (Setiadi,

2003). Informasi tersebut mulai dari sumber calon induk (peternak atau bandar

yang menjual calon induk), spesifikasi calon induk, sampai harga. Selanjutnya,

responden mengevaluasi pilihan calon induk dengan cara melihat calon induk dari

mulai kesehatannya, keadaan fisiknya sampai genetiknya. Responden akan

membandingkan calon induk satu dengan yang lainnya dari berbagai tempat

pembelian. Proses evaluasi konsumen bersifat kognitif, dimana konsumen

sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan pertimbangan

yang sadar dan rasional (Setiadi, 2003). Setelah itu, responden memutuskan

membeli calon induk yang sesuai dengan preferensi dan keuangan. Tujuan

pembelian dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti harga, manfaat produk, dan

pendapatan atau modal (Setiadi, 2003). Setelah membeli, responden mengalami

berbagai tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Kepuasan atau ketidakpuasan

konsumen akan mempengaruhi tingkah laku berikutnya (Setiadi, 2003). Menurut

hasil penelitian, banyak responden yang mengalami ketidakpuasan setelah

membeli calon induk, karena calon induk yang dibeli ternyata tidak sesuai dengan

apa yang dikatakan oleh penjual. Responden mencegah hal tersebut terulang lagi

Page 30: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

71

dengan melibatkan ketelitian ekstra sebelum membeli calon induk agar tidak

merasa kecewa lagi.

4.7. Faktor Prioritas Pertimbangan Responden

Responden telah mempertimbangkan 13 faktor valid yang melekat pada

calon induk, namun terdapat faktor yang diprioritaskan responden sebelum

memilih calon induk. Faktor prioritas pertimbangan responden lebih rinci dapat

dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Penentuan Faktor Prioritas Berdasarkan Kepercayaan dan

Evaluasi Responden

ID Atribut Atribut Skor

A32 Genetik calon induk 19,16

A1 Harga di peternak 18,52

A22 Kaki belakang tampak belakang 17,75

A14 Keadaan tubuh 16,07

A15 Pandangan mata 16,07

A26 Letak puting depan 15,93

A31 Posisi puting belakang 15,74

A33 Umur calon induk 15,74

A28 Kedalaman ambing 15,61

A25 Pertautan ambing depan 12,42

A27 Panjang puting 10,38

A23 Kaki belakang tampak samping 9,96

A24 Sudut kuku 9,35

Skor kepercayaan dan evaluasi responden terhadap atribut calon induk

dapat dilihat pada Tabel 12. Skor ini diambil dari skor rata-rata seluruh responden

terhadap 13 atribut valid yang dipertimbangkan dalam memilih calon induk.

Perhitungan dilakukan dengan model pengujian multiatribut fishbein.

Page 31: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

72

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor prioritas yang

dipertimbangkan responden dengan skor 19,16 yaitu genetik calon induk.

Namun, sebenarnya responden pun kurang mengerti apa yang dimaksud dengan

genetik, karena pengetahuan mereka yang masih terbatas. Responden hanya

mempercayai bahwa turunan dari induk berpengaruh penting terhadap produksi

susu calon induk. Induk yang memiliki sifat produksi susu tinggi akan

menurunkan sifat baiknya itu kepada anaknya, begitupun sebaliknya. Sedangkan,

selama ini peternak rakyat tidak mempunyai catatan khusus (recording) mengenai

keturunan sapinya, sehingga sulit untuk diketahui silsilah calon induk yang jelas,

apalagi jika responden membeli calon induk tersebut dari luar daerah, maka sudah

jelas tidak akan diketahui keturunannya. Melihat hal itu dengan berbagai

pertimbangan yang ada, maka kurang rasional jika genetik dijadikan sebagai

faktor prioritas pertimbangan responden, karena pengetahuan responden yang

masih rendah tentang genetik itu sendiri dan sulitnya mengetahui keturunan calon

induk yang jelas, sehingga genetik calon induk pun tidak akan dapat diprediksi.

Saat akan membeli calon induk, hal yang pertama dipertimbangkan

responden adalah keuangan yang dimilikinya saat itu. Responden tidak mungkin

membeli calon induk di luar batas kemampuan finansialnya. Harga menjadi

respon yang mempengaruhi pilihan konsumen dalam membeli suatu barang dan

konsumen tidak akan membeli barang yang tidak sesuai dengan pendapatannya

(Miller and Meiners, 2000), sehingga responden yang pendapatannya tinggi akan

memilih membeli calon induk yang baik dengan harga yang tinggi pula,

sebaliknya responden yang pendapatannya rendah tidak mungkin membeli calon

induk dengan harga yang tinggi, karena keuangannya yang terbatas. Sebelum

membeli calon induk, responden membandingkan berbagai harga pembelian di

Page 32: Tribaktimulya IV - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2011/200110110040_4_2049.pdf · Peta Wilayah Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung . 43 4.1.1. Letak Geografis

73

berbagai sumber calon induk, karena harga calon induk tentu berbeda dari satu

sumber dan sumber lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga termurah

calon induk didapatkan dari peternak, karena peternak merupakan produsen utama

dan tangan pertama penghasil calon induk, sehingga tidak banyak pihak-pihak

lain yang ikut terlibat untuk mengambil keuntungan. Maka dari itu, faktor

prioritas yang dipertimbangkan responden dengan skor 18,52 yaitu harga di

peternak, dengan alasan bahwa harga merupakan faktor utama yang pasti

dipertimbangkan seluruh konsumen saat akan membeli suatu produk, begitupun

responden saat akan membeli calon induk, karena disesuaikan dengan

kemampuan finansial yang dimiliki responden masing-masing. Selain itu, harga

di peternak diprioritaskan karena lebih murah dibandingkan bandar, maupun

harga dari sumber calon induk lainnya.