Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yaitu saling berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi – segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “sehat sakit” atau kesehatan tersebut. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas SDM yang dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan nasional melalui pembangunan kesehatan yang ingin dicapai untuk mewujudkan Indonesia sehat 2025. Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat bangsa. Negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam longkungan dan dengan prilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang tinggi. Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan, sehingga dengan bantuan yang diberikan tersebut diperoleh kemampuan m elaksanakan kegiatan hidup sehari- hari secara mandiri. Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dilingkungannya setiap saat Keperawatan komunitas sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak terlepas dari adanya berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan, variasi jenis penyakit dan teknik intervensi keperawatan. Adanya ber bagai perubahan yang terjadi akan menimbulkan berbagai trend dan isu yang menuntut peningkatan pelayanan asuhan keperawatan. Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk membahas Trend dan Isu Keperawatan Komunitas serta Implikasinya terhadap Perawat di Indonesia
61

Tren Issue Bahan

Oct 20, 2015

Download

Documents

Jannatur Rahmah

bahan komunitas
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Tren Issue Bahan

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yaitu saling berkaitan

dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi – segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “sehat sakit” atau kesehatan tersebut. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas SDM yang dilakukan secara berkelanjutan.

Berdasarkan visi pembangunan nasional melalui pembangunan kesehatan yang ingin dicapai untuk mewujudkan Indonesia sehat 2025. Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat bangsa. Negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam longkungan dan dengan prilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang tinggi.

Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan, sehingga dengan bantuan yang diberikan tersebut diperoleh kemampuan m elaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.

Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dilingkungannya setiap saat

Keperawatan komunitas sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak terlepas dari adanya berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan, variasi jenis penyakit dan teknik intervensi keperawatan. Adanya ber bagai perubahan yang terjadi akan menimbulkan berbagai trend dan isu yang menuntut peningkatan pelayanan asuhan keperawatan. Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk membahas Trend dan Isu Keperawatan Komunitas serta Implikasinya terhadap Perawat di Indonesia

1.2 Tujuan1.2.1 Tujuan umum

Tujuan umum yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui Trend dan Isu Keperawatan Komunitas.

1.2.2 Tujuan KhususTujuan khusus yang diharapkan dapat tercapai dalam penelitian ini, yaitu

diantaranya :1.      Trend Keperawatan Komunitas2.      .Isu Keperawatan Komunitas

11.3 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan timbul dari penelitian ini, yaitu diantaranya :

Page 2: Tren Issue Bahan

1. Bagi PenulisDiharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan, serta dapat mengaktualisasikannya pada lingkungan sekitar, baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat.2. Bagi PembacaDiharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan.3. Bagi Penulis SelanjutnyaDiharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan, serta dapat dijadikan media pembanding serta referensi dalam penulisan karya tulis ilmiah selanjutnya.

2BAB II

PEMBAHASAN2.1 Trend Keperawatan Komunitas

2.1.1 PengertianKonsep dasar tentang tren (trend) adalah hal yang sangat mendasar dalam

berbagai pendekatan analisa berbasis teknikal. Semua aspek yang ada bertujuan sama yaitu untuk membantu mengukur tren suatu hal atau topik, dalam rangka berpartisipasi dalam tren tersebut. Anda mungkin sering mendengar istilah populer seperti “always

Page 3: Tren Issue Bahan

trade in the direction of the trend”, “never buck the trend”, atau “the trend is your friend”. Tulisan singkat ini mencoba mengupas dan mendefinisikan apa yang dimaksud dengan tren dan mengklasifikasikannya dalam beberapa kategori.

Secara umum, tren adalah ke arah mana sesuatu bergerak. Tapi kita membutuhkan definisi yang lebih akurat untuk dapat memanfaatkannya dalam analisa teknikal. Pertama yang harus diingat adalah bahwa gerakan kepopuleran atau sesuatu yang aktual tidak berbentuk garis lurus ke satu arah. Melainkan bergerak dalam bentuk serangkaian zigzag. Gerakan Zigzag ini membentuk rangkaian gelombang yang berurutan, dengan puncak (peak/top) dan “tembusan” (through) yang cukup jelas. Arah peak dan through ini yang menentukan tren. Peak dan through ini bergerak naik, turun, atau menyamping (sideways). Arah gerakan inilah yang memberitahukan kita tentang sebuah tren. Sebuah tren menaik (uptrend) didefinisikan sebagai serangkaian urutan peak dan through yang menaik. Tren menurun (downtrend) adalah kebalikannya, yaitu serangkaian peak dan through yang semakin menurun. Adapun serangkaian peak dan through yang cenderung menyamping disebut sebagai sideways/ranging. Namun tren yang dimaksud disini adalah tren yang bergerak naik yang ditandai dengan peak dan trough.

Jadi, Tren keperawatan komunitas adalah sesuatu yang sedang booming, actual, dan sedang hangat diperbincangkan dalam ruang lingkup keperawatan komunitas.2.1.2 KasusDalam rangka memantapkan sistem Siaga, Dinas Kesehatan Kota Cimahi

menyelenggarakan Pelatihan Pengorganisasian Desa Siaga pada tanggal 23 – 25 April 2008 di Aula Puskesmas Cimahi Tengah.

Hadir membuka acara dr. Hj. Endang Kesuma Wardani, Kepala Dinas Kesehatan Kota Cimahi. Dalam sambutannya dr. Endang mengatakan bahwa sistem Siaga merupakan pengembangan dari Gerakan Sayang Ibu (GSI). Dengan mengedepankan partisipasi masyarakat, bukan hanya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) saja yang terus ditekan dalam sistem Siaga, tetapi bagaimana Usia Harapan Hidup (UHH) masyarakat pun dapat meningkat. Melalui pelatihan yang difasilitasi oleh Health Services Program (SHP) ini, diharapkan Kota Cimahi dapat memenuhi target pembentukan sistem Siaga di seluruh tingkatan Rukun Warga.

3

Pada tahun 2006 dan 2007, terdapat masing-masing 10 kasus kematian ibu bersalin di Kota Cimahi. Sejak awal tahun 2008 hingga hari pelaksanaan pelatihan ini, tercatat 1 kasus kematian ibu bersalin di Kecamatan Cimahi Selatan. Hal ini terungkap

saat paparan Kebijakan Desa Siaga Provinsi Jawa Barat oleh drg. Pratiwi, M.Kes., Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kota Cimahi.

Diundang sebagai peserta pelatihan adalah perwakilan PKK Kota Cimahi, BPMKB Kota Cimahi, Kesra Kota Cimahi, 3 Kecamatan di Kota Cimahi, 15 Ketua LPM tingkat kelurahan di Kota Cimahi, tenaga kesehatan Puskesmas di Kota Cimahi, dan Ketua Yayasan Eureka Indonesia (YEI) sebagai LSM kesehatan yang berkedudukan di Kota Cimahi.

Setelah paparan Kebijakan Desa Siaga Provinsi Jawa Barat, Materi pelatihan Desa Siaga disampaikan secara lengkap meliputi: Konsep, Komponen, dan Pesan Desa Siaga; Pemberdayaan Masyarakat dalam Sistem Desa Siaga; Pengorganisasian Masyarakat; Survey Mawas Diri

Page 4: Tren Issue Bahan

(SMD); Musyawarah Masyarakat Desa (MMD); Format Alat Bantu dan Mekanisme Desa Siaga; Peran dan Fungsi Fasilitator Desa Siaga; Pendampingan dan Pelaporan Desa Siaga.

Di akhir pelatihan, disepakati pula Rencana Tindak Lanjut pengorganisasian RW Siaga. Peserta pelatihan berbagi tugas sebagai fasilitator untuk menggarap pengorganisasian 1 (satu) RW menjadi RW Siaga di masing-masing kelurahan tempat domisili atau wilayah kerjanya.

Selain mendapatkan tugas bersama-sama dengan fasilitator LPM Kelurahan Leuwigajah untuk menggarap RW 17, rencananya YEI pun akan turut membantu HSP dalam pendampingan perorganisasian RW Siaga di 14 kelurahan lainnya. Dengan pendampingan, diharapkan 15 RW yang dimaksud akan sukses digarap untuk kemudian direplikasi di semua RW lainnya yang belum mengorganisasikan sistem Siaga.

2.1.3 Deskripsi KasusSebuah program desa siaga yang dikhususkan bagi para ibu melahirkan ini merupakan

sebuah hasil dari sebuah pemikiran yang sangat kontributif dalam menangani masalah – masalah yang terjadi pada ibu melahirkan. Desa siaga ini sangat fungsional dalam mengadakan sedikit pemulihan terhadap kondisi fisik para ibu melahirkan dimana yang pada usianya sekarang, ibu melahirkan sudah mengalami beberapa penurunan kualitas terhadap fungsi dari beberapa bagian anggota tubuhnya. Pemulihan anggota gerak dan peningkatan kebugaran adalah tonggak yang mendasari adanya desa siaga ini.

42.1.4 TeoriDesa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan

kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah Desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) (Depkes, 2007).

Poskesdes adalah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. UKBM yang sudah dikenal luas oleh masyarakat yaitu Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Warung Obat Desa, Pondok Persalinan Desa (Polindes), Kelompok Pemakai Air, Arisan Jamban Keluarga dan lain-lain (Depkes, 2007).Untuk dapat menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa, Poskesdes memiliki kegiatan:

1.      Pengamatan epidemiologi sederhana terhadap penyakit terutama penyakit menular yang berpotensi menimbulkan

2.      Kejadian Luar Biasa (KLB) dan faktor resikonya termasuk status gizi serta kesehatan ibu hamil yang beresiko.

3.      Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB serta faktor resikonya termasuk kurang gizi.

4.      Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdarutan kesehatan.5.      Pelayanan medis dasar sesuai dengan kompetensinya.6.      Promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar gizi, peningkatan perilaku hidup bersih dan

sehat (PHBS), penyehatan lingkungan dan lain-lain.Dengan demikian Poskesdes diharapkan sebagai pusat pengembangan atau revitalisasi

berbagai UKBM yang ada di masyarakat desa. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut,

Page 5: Tren Issue Bahan

Poskesdes harus didukung oleh sumber daya seperti tenaga kesehatan (minimal seorang bidan) dengan dibantu oleh sekurang-kurangnya 2 orang kader. Selain itu juga harus disediakan sarana fisik berupa bangunan, perlengkapan dan peralatan kesehatan serta sarana komunikasi seperti telepon, ponsel atau kurir.Untuk sarana fisik Poskesdes dapat dilaksanakan melalui berbagai cara/alternatif yaitu mengembangkan Polindes yang telah ada menjadi Poskesdes, memanfaatkan bangunan yang sudah ada misalnya Balai Warga/RW, Balai Desa dan lain-lain serta membangun baru yaitu dengan pendanaan dari Pemerintah (Pusat atau Daerah), donatur, dunia usaha, atau swadaya masyarakat.

5Kriteria Desa Siaga

Kriteria desa siaga meliputi :1.    Adanya forum masyarakat desa2.    Adanya pelayanan  kesehatan dasar3.    Adanya UKBM Mandiri yang dibutuhkan masyarakat desa setempat4.    Dibina Puskesmas Poned5.    Memiliki system surveilans (faktor resiko dan penyakit) berbasis masyarakat.6.    Memiliki system kewaspadaan dan kegawatdaruratan bencana berbasis masyarakat.7.    Memiliki system pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat.8.    Memiliki lingkungan yang sehat.9.    Masyarakatnya ber perilaku hidup bersih dan sehat.

Tahapan desa siaga :1.      Bina yaitu desa yang baru memiliki forum masyarakat desa, pelayanan kesehatan dasar, serta

ada UKBM Mandiri.2.      Tumbuh yaitu desa yang sudah lebih lengkap dengan criteria pada tahapan bina ditambah

dengan dibina oeh puskesmas Poned, serta telah memiliki system surveilans yang berbasis masyarakat.

3.      Kembang yaitu desa dengan criteria tumbuh dan memiliki system kewaspadaan dan kegawatdaruratan bencana serta system pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat yang telah berjalan.

4.      Paripurna yaitu desa yang telah memiliki seluruh criteria desa siaga.

2.1.5 OpiniDitinjau dari kondisi fisik pada ibu melahirkan yang mengalami banyak sekali penurunan

kualitas, program semacam desa siaga yang kini tengah menjadi tren dalam ruang lingkup kesehatan, merupakan sebuah hal inovatif dan mampu bersifat progresif terhadap kondisi fisik para ibu melahirkan untuk menuju titik dimana keadaan kesehatan akan membaik dan dapat sedikit dikendalikan. Setidaknya banyak sekali hal yang bisa dikembangkan dari program ini seperti kolaborasi antara kegiatan fisik dan pemenuhan nutrisi yang diaplikasikan dalam pengaturan pola dan porsi makan.

Page 6: Tren Issue Bahan

2.2 Isu Keperawatan Komunitas2.2.1 Pengertian

Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.

Secara sederhana isu dapat diartikan sebagai sebuah persoalan, atau isu dapat juga dikatakan sebagai sebuah masalah, sesuatu yang sedang menjadi perhatian, yang terlintas khabar, desas desus atau banyak lagi peristilahan lain. Isu berarti sebuah pokok persoalan.

6Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Tahun 1997, isu adalah “masalah yang dikedepankan”. Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 1993, isu adalah :1. Masalah yang dikedepankan untuk ditangani;

2. Kabar angin yang tidak jelas asal usulnya dan tidak terjamin kebenarannya;3. Kabar, desas-desus.Dalam praktiknya, aktual memiliki beberapa makna antara lain: benar terjadi atau akan

terjadi, sedang menjadi perhatian orang banyak dan merupakan berita hangat. Jadi, isu keperawatan komunitas adalah suatu masalah yang dikedepankan untuk ditangani atau desas - desus dalam ruang lingkup keperawatan komunitas.

2.1.2 KasusSenin, 15 Desember 2008 | 22:45 WIB

ENDE, SENIN - Sekitar 220 warga Desa Wolotopo, di Kecamatan Ndona, Kabupaten Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur ditemukan menderita penyakit kulit scabies atau kudis. Banyaknya kasus scabies itu ditemukan setelah digelar pengobatan

gratis kerja sama antara Puskesmas Rukun Lima, Ende dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Ende, Sabtu (13/12), pekan lalu, di aula Gereja Katolik St Fransiskus Xaverius, Desa Wolotopo.

Dalam pengobatan gratis itu tercatat warga yang memeriksakan kesehatannya sebanyak 333 orang. Umumnya wilayah Ende banyak ditemukan kasus malaria, diare, atau demam berdarah.

"Tapi di Desa Wolotopo ternyata banyak warga yang menderita scabies," kata Kepala Puskesmas Rukun Lima, Ende Heny Ratnawati, Senin (15/12), di Ende.

Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Kabupaten Ende Ellya Dewi ketika dikonfirmasi menjelaskan, kawasan Wolotopo memang banyak ditemukan kasus scabies. Relevansi munculnya kasus penyakit kulit dan diare biasanya terkait dengan ketersediaan air. Wilayah Wolotopo merupakan daerah yang sulit bagi warga setempat untuk mengakses air bersih, kata Dewi.

2.1.3 Deskripsi KasusBanyaknya kasus scabies itu ditemukan setelah digelar pengobatan gratis kerja

sama antara Puskesmas Rukun Lima, Ende dengan

7

Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Ende, Sabtu (13/12), pekan lalu, di aula Gereja Katolik St Fransiskus Xaverius, Desa Wolotopo.

Page 7: Tren Issue Bahan

Dalam pengobatan gratis itu tercatat warga yang memeriksakan kesehatannya sebanyak 333 orang. Umumnya wilayah Ende banyak ditemukan kasus malaria, diare, atau demam berdarah.

2.1.4 TeoriKudis atau Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes

scabiei yang dicirikan dengan adanya keropeng, kebotakan, dan kegatalan pada kulit Sarcoptes scabiei adalah tungau dengan ciri-ciri berbentuk hampir bulat dengan 8 kaki

pendek, pipih, berukuran (300–600 μ) x (250-400 μ) pada betina, dan (200- 240 μ) x (150-200 μ) pada jantan, biasanya hidup di lapisan epidermis. Permukaan dorsal dari tungau ini ditutupi oleh lipatan dan lekukan terutama bentuk garis melintang sehingga menghasilkan sejumlah skala segitiga kecil. Selain itu, pada betina terdapat bulu cambuk pada pasangan kaki ke-3 dan ke-4 sedangkan pada jantan, bulu cambuk hanya terdapat pada pasangan kaki ke-3

2.1.5 OpiniSabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau. Tungau tersebut akan bereaksi

pada mala hari, sehingga yang terkena penyakit scabies mengalami susah tidur dan akan selalu terasa gatal. Di siang hari tungau akan istirahat. Penularan tungau biasanya melalui baju, handuk, dll.

Trend Issue Keperawatan Komunitas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang

            Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus menerus dan

terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode keprawatan kesehatan

berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan perawat sendiri juga dapat menyesuaikan

dengan perubahan tersebut. Definisi dan filosofi terkini dari keperawatan memperlihatkan trend

holistic dalam keperawatan yang ditunjukkan secara keseluruhan dalam berbagai dimensi, baik

dimensi sehat maupun sakit serta dalam interaksinya dengan keluarga dan komunitas. Tren

praktik keperawatan meliputi perkembangan di berbagai tempat praktik dimana perawat

memiliki kemandirian yang lebih besar.

Perkembangan Keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini disebabkan oleh :

Page 8: Tren Issue Bahan

       Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sehingga informasi dengan

cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga informasi dengan cepat diketahui oleh

masyarakat,

       Perkembangan era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di Indonesia harus menyesuaikan

dengan perkembangan keperawatan di negara yang telah berkembang ,

       Sosial ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat menuntut pelayanan

kesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat ekonomi lemah mereka

ingin pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau.

Sejauh ini, bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang di kenal masyarakat dalam system

pelayanan kesehatan adalah pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Pada sisi lain, banyak anggota

masyarakat yang menderita sakit dan karena berbagai pertimbangan terpaksa di rawat di rumah

dan tidak di rawat inap di institusi pelayanan kesehatan, seperti kasus-kasus penyakit terminal,

keterbatasan kemampuan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan, manajemen rumah

sakit yang berorientasi pada profit, banyak orang merasakan bahwa di rawat inap membatasi

kehidupan manusia, lingkungan di rumah yang dirasakan lebih nyaman ( Depkes RI,2002 ).

Maka dari itu dalam makalah ini kami membahas trend dan issue kesehatan keperawatan

komunitas tentang home care (Home Health Care), perawatan keluarga dan pondok kesehatan

desa.

2.2       Rumusan Masalah

1.     Bagaimana konsep tentang home care / home health care?

2.     Bagaimana konsep tentang perawat keluarga?

3.     Bagaimana konsep tentang ponkesdes?

2.3       Tujuan

1.     Agar mengetahui tentang konsep home care/home health care.

2.     Agar mengetahui tentang konsep perawat keluarga.

3.     Agar mengetahui tentang konsep ponkesdes.

2.4       Manfaat

1.     Mengetahui tentang konsep home care/home health care.

Page 9: Tren Issue Bahan

2.     Mengetahui tentang konsep perawat keluarga.

3.     Mengetahui tentang konsep ponkesdes.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Konsep Komunitas dan Kesehatan Masyarakat

Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi

satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama. Komunitas

adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah

pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial

yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).

Menurut Kontjaraningrat Komunitas adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul,

atau dengan istilah lain saling berinteraksi (Mubarak, 2007).Perawatan kesehatan adalah bidang

Page 10: Tren Issue Bahan

khusus dari keperawatan yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan

masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang

diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat atau yang sakit

secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta

resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif dari masyarakat. Peran serta aktif masyarakat

bersama tim kesahatan diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan yang dihadapi serta

memecahkan masalah tersebut  (Elisabeth, 2007).

Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/ kelompok dan

masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan tersier. Oleh karenanya

pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan sosial akan membantu masyarakat

dalam mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan menentukan nasibnya

sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang optimal (Elisabeth, 2007). Peran serta

masyarakat diperlukan dalam hal perorangan. Komunitas sebagai subyek dan obyek diharapkan

masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam menjaga kesehatannya. Sebagian

akhir tujuan pelayanan kesehatan utama diharapkan masyarakat mampu secara mandiri menjaga

dan meningkatkan status kesehatan masyarakat (Mubarak, 2005).

2.2       Konsep Keperawatan Komunitas

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral

pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual secara

komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit

mencakup siklus hidup manusia (Riyadi, 2007).

Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan

serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam

membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi barbagai masalah

keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Efendi, 2009).

Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental,

keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan

kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan,

Page 11: Tren Issue Bahan

pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan

pada upaya pelayanan kesehatan utama (Primary Health care) untuk memungkinkan setiap orang

mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan

wewenang, tanggung jawab serta etika profesi keperawatan (Riyadi, 2007).

Dalam rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat dijelaskan bahwa keperawatan

komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan

(Nursing) dan kesehatan masyarakat (Public health) dengan dukungan peran serta masyarakat

secara aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan

tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang

ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui

proses keperawatan (Nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara

optimal sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2005).

Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberian dari luar suatu institusi yang

berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga (Elisabeth, 2007).

Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu:

1.     Kemanfaatan

Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar bagi

komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus memberikan manfaat sebesar-

besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian (Mubarak,

2005).

2.     Kerjasama

Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta melakukan

kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Riyadi, 2007).

3.     Secara langsung

Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan lingkunganya

termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan

(Riyadi, 2007).

4.     Keadilan

Page 12: Tren Issue Bahan

Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu

sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau

kapasitas komunitas (Mubarak, 2005).

5.     Otonomi

Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa alternatif

terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada (Mubarak, 2005).

`Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek

keperawatan.  Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu,

keluarga dan masyarakat (Riyadi, 2007).

  Individu sebagai klien

Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi,

social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi

kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya

kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian

pasien/ klien (Riyadi, 2007).

  Keluarga sebagai klien

Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan

terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam

lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya

mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan

Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga

diri dan aktualisasi diri (Riyadi, 2007).

  Masyarakat sebagai klien

Kesatuan hidup manusia yang brinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tetentu yang bersifat

terus menerus dan terikat oleh suatu indentitas bersama (Riyadi, 2007).

Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam perawatan

kesehatan masyarakat adalah :

a.      Pendidikan kesehatan (Health Promotion)

Page 13: Tren Issue Bahan

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara

menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan

mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan

kesehatan (Elisabeth, 2007).

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang

berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga,

kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, pendidikan kesehatan adalah

suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan (Mubarak, 2005).

b.     Proses kelompok (Group Process)

Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok masyarakat sebagai

klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan

kelompok khusus, perawat spesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan,

perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan alternatif model

pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial atau pengembangan

masyarakat. Berkaitan dengan pengembangan kesehatan masyarakat yang relevan, maka penulis

mencoba menggunakan pendekatan pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan

masyarakat (community development) (Elisabeth, 2007).

c.      Kerjasama atau kemitraan (Partnership)

Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan

kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan manfaat. Partisipasi

klien/masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala kegiatan

yang memiliki kontribusi pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan (Elisabeth, 2007).

Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan masyarakat

digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-komponen yang ada. Hal ini

memberikan pengertian perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian masing-

masing yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatan masyarakat

(Elisabeth, 2007).        

d.     Pemberdayaan (Empowerment)

Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian

kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat, antara

Page 14: Tren Issue Bahan

lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk

membentuk pengetahuan baru (Elisabeth, 2007).

Perawat komunitas perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada masyarakat

agar muncul partisipasi aktif masyarakat. Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari

upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi masyarakat 

(Elisabeth, 2007).

Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus,

komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan

(Effendy, 1998), sasaran ini terdiri dari :

  Individu

Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi,

social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi

kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, social, psikologi dan spiritual karena adanya

kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian

pasien/klien.

  Keluarga

Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan

terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam

lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya

mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan

Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga

diri dan aktualisasi diri.

  Kelompok khusus

Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur,

permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan.

  Tingkat Komunitas

Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga dilihat sebagai satu kesatuan

dalam komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok beresiko atau masyarakat wilayah

binaan. Pada tingkat komunitas, asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan mamandang

komunitas sebagai klien.

Page 15: Tren Issue Bahan

2.3       Konsep Masalah Kesehatan Komunitas

  Kesehatan Lingkungan

Lingkungan dapat didefinisikan sebagai tempat pemukiman dengan segala sesuatunya

dimana organisme hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun tidak

langsung disuga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme

tersebut (Efendi, 2009).

Kesehatan lingkungan dapat dijabarkan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu

menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannyauntuk

mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia (Himpunan Ahli

Kesehatan Lingkungan Indonesia). Menurut WHO (2005), lingkungan merupakan suatu

keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dengan lingkungan agar dapat menjamin

keadaan sehat dari manusia (Efendi, 2009).

Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan

yang optimal sehingga mempengaruhi dampak positif  terhadap terwujudnya status kesehatan

yang optimal pula (Efendi, 1998).

Dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan, Pemerintah menggalakkan Program

Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

(STBM) Merupakan Program Nasional yang bersifat lintas sektoral di bidang sanitasi. Program

Nasional STBM dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI pada Agustus 2008.

Tujuan dari Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah menurunkan

kejadian diare melalui intervensi terpadu dengan menggunakan pendekatan sanitasi total.

Sanitasi total adalah kondisi ketika suatu komunitas:

  Tidak buang air besar (BAB) sembarangan.

  Mencuci tangan pakai sabun.

  Mengelola air minum dan makanan yang aman.

  Mengelola sampah dengan benar.

  Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.

Menurt WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:

Page 16: Tren Issue Bahan

  Penyediaan air minum

  Pengelolaan air buangan (limbah) dan pengendalian pencemaran

  Pembuangan sampah padat

   Pengendalian vector

   Pencegahan atau pengandalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia

  Higiene makanan, termasuk higiene susu

  Pengendalian pencemaran udara

  Pengendalian radiasi

  Kesehatan kerja

  Pengendalian kebisingan

  Perumahan dan pemukiman

  Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara

  Perencanaan daerah dan perkotaan

  Pencegahan kecelakaan

  Rekreasi umum dan pariwisata

  Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi (wabah), bencana alam

dan perpindahan penduduk

  Tindakan pencegahan  yang diperlukan untuk menjamin lingkungan

Menurut pasal 22 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, terdapat delapan ruang

lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:

       Penyehatan air dan udara

        Pengamanan limbah padat atau sampah

        Pengamanan limbah cair

        Pengamanan limbah gas

        Pengamanan radiasi

       Pengamanan kebisingan

       Pengamanan vektor penyakit

       Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca bencana

Page 17: Tren Issue Bahan

  Perilaku Masyarakat

 adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati

dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku

merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi (Wawan, 2010).

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan , makanan serta lingkungan.

Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respon dan stimulus atau perangsangan. Respon

atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap) maupun bersifat aktif

(tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan disini terdiri dari 4

unsur pokok, yakni: sakit dan penyakit, sisitem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan

(Wawan, 2010).

Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua kategori (Wawan,

2010), yaitu:

  Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar

  Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar

Ada perilaku-perilaku yang sengaja atau tidak sengaja membawa manfaat bagi kesehatan

individu atau kelompok kemasyarakatan sebaliknya ada yang disengaja atau tidak disengaja

berdampak merugikan kesehatan (Wawan, 2010).

2.4       Trend Issue Keperawatan Komunitas

            Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus menerus dan

terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode keprawatan kesehatan

berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan perawat sendiri juga dapat menyesuaikan

dengan perubahan tersebut. Definisi dan filosofi terkini dari keperawatan memperlihatkan trend

holistic dalam keperawatan yang ditunjukkan secara keseluruhan dalam berbagai dimensi, baik

dimensi sehat maupun sakit serta dalam interaksinya dengan keluarga dan komunitas. Tren

praktik keperawatan meliputi perkembangan di berbagai tempat praktik dimana perawat

memiliki kemandirian yang lebih besar.

Perkembangan Keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini disebabkan oleh :

Page 18: Tren Issue Bahan

       Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sehingga informasi dengan

cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga informasi dengan cepat diketahui oleh

masyarakat,

       Perkembangan era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di Indonesia harus menyesuaikan

dengan perkembangan keperawatan di negara yang telah berkembang ,

       Sosial ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat menuntut pelayanan

kesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat ekonomi lemah mereka

ingin pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1            Konsep Home Care / Home Health Care

3.1.1       Definisi Home Care / Home Health Care

Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care adalah

pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu

dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan

atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat

dari penyakit. 

Page 19: Tren Issue Bahan

Menurut Sherwen ( 1991 ) mendefenisikan perawatan kesehatan di rumah sebagai bagian

integral dari pelayanan keperawatan yang di lakukan oleh perawat untuk membantu individu,

keluarga, dan masyarakat mencapai kemandirian dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang

mereka hadapi.

Sedangkan menurut Stuart ( 1998 ) menjabarkan perawatan kesehatan di rumah sebagai

bagian dari proses keperawatan di rumah sakit, yang merupakan kelanjutan dari rencana

pemulangan ( discharge planning ), bagi klien yang sudah waktunya pulang dari rumah sakit.

Perawatan di rumah ini biasanya dilaksanakan oleh perawat dari rumah sakit semula, perawat

komunitas dimana klien berada, atau tim khusus yang menangani perawatn di rumah.

Menurut Neis dan Mc Ewen (2007) The term home health care describes a system in

which health care and social services are provided to homebound or disabled people in their

homes rather than in medical facilities (U.S.Department of Commerce and International Trade

Administration, 1990). Maksudnya adalah sistem dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan

sosial diberikan di rumah kepada orang-orang yang cacat atau orang-orang yang harus tinggal di

rumah karena kondisi kesehatannya.

Home Health Care is that component of a continuum of comprehensive health care,

where by health services are provided to individuals and families in their places of residence for

the purpose of promoting, maintaining or restoring health, or maximing the level of

independence, while minimizing the effects of dissability and illness. Services appropriate to the

needs of the individual client and family are planned, coordinated, and made available by

providers organized for the delivery of home care trough the use of employed staff, contractual

arrangements, or a combination of the two patterns (Warhola, 1980). Maksudnya, Home Health

Care adalah komponen dari sebuah kontinum pelayanan kesehatan yang komprehensif, di mana

dengan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal

mereka untuk tujuan mempromosikan, memelihara atau memulihkan kesehatan, atau

memaksimalkan tingkat kemandirian, dan meminimalkan efek kecacatan dan penyakit.

Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan klien individu dan keluarga yang direncanakan,

dikoordinasikan, dan disediakan oleh penyedia diselenggarakan untuk mempekerjakan staf

melalui home care, pengaturan kontrak, atau kombinasi dari dua pola tersebut (Warhola, 1980).

Health care secara pribadi masih diutamakan penyakit dan orientasi pengobatan dan

mempunyai keutamaan dalam terapi medisnya. Meskipun The American Medikal Association

Page 20: Tren Issue Bahan

(AMA) dan organisasi kesehatan lain  mendorong orang-orang untuk memeriksakan

kesehatannya secara rutin yang bertujuan untuk pemeliharaan kesehatan dan pencegahan

penyakit. Kebanyakan asuransi pribadi tidak mengadakan pemeriksaan fisik secara rutin,

sehingga biaya yang harus dikeluarkan oleh klien sangat mahal.

Dibidang masyarakat umum pengiriman layanan health care terlihat lebih baik.

Mendapatkan upah dari pelayanannya namun hal tersebut meliputi bermacam-macam pegawai

dan tenaga kesehatan yang sukarela yang  tentang menyebarluaskan, mendorong promosi

kesehatan dan pendidikan umum tentang pemeliharaaan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Ada banyak jenis program skrining, beberapa diantaranya dari pemerintah dan yang lain dari

yayasan pribadi untuk mendeteksi penyakit-penyakit tertentu. Sebagai contohnya jenis skrining

yang telah dilakukan oleh departemen kesehatan, pengadaan klinik untuk lansia oleh komunitas

lanjut usia (Margot, 1983).

Di Amerika, Home Care (HC) yang terorganisasikan dimulai sejak sekitar tahun 1880-

an, dimana saat itu banyak sekali penderita penyakit infeksi dengan angka kematian yang tinggi.

Meskipun pada saat itu telah banyak didirikan rumah sakit modern, namun pemanfaatannya

masih sangat rendah, hal ini dikarenakan masyarakat lebih menyukai perawatan dirumah.

Kondisi ini berkembang secara professional, sehingga pada tahun 1900 terdapat 12.000 perawat

terlatih di seluruh USA (Visiting Nurses / VN ; memberikan asuhan keperawatan dirumah pada

keluarga miskin, Public Health Nurses, melakukan upaya promosi dan prevensi untuk

melindungi kesehatan masyarakat, serta Perawat Praktik Mandiri yang melakukan asuhan

keperawatan pasien dirumah sesuai kebutuhannya). (Lerman D. & Eric B.L, 1993).

Sejak tahun 1990-an institusi yang memberikan layanan Home Care terus meningkat

sekitar 10% perthun dari semula layanan hanya diberikan oleh organisasi perawat pengunjung

rumah (VNA = Visiting Nurse Association) dan pemerintah, kemudian berkembang layanan

yang berorientasi profit (Proprietary Agencies) dan yang berbasis RS (Hospital Based Agencies)

Kondisi ini terjadi seiring dengan perubahan system pembayaran jasa layanan Home Care (dapat

dibayar melalui pihak ke tiga / asuransi) dan perkembangan spesialisasi di berbagai layanan

kesehatan termasuk berkembangnya Home Health Nursing yang merupakan spesialisasi dari

Community Health Nursing (Allender & Spradley, 2001)

Di UK, Home Care berkembang secara professional selama pertengahan abad 19, dengan

mulai berkembangnya District Nursing, yang pada awalnya dimulai oleh para Biarawati yang

Page 21: Tren Issue Bahan

merawat orang miskin yang sakit dirumah. Kemudian merek mulai melatih wanita dari kalangan

menengah ke bawah untuk merawat orang miskin yang sakit, dibawah pengawasan Biarawati

tersebut (Walliamson, 1996 dalam Lawwton, Cantrell & Harris, 2000). Kondisi ini terus

berkembang sehingga pada tahun 1992 ditetapkan peran District Nurse (DN) adalah :

  merawat orang sakit dirumah, sampai klien mampu mandiri

   merawat orang sakaratul maut dirumah agar meninggal dengan nyaman dan damai

  mengajarkan ketrampilan keperawatan dasar kepada klien dan keluarga, agar dapat digunakan

pada saat kunjungan perawat telah berlalu.

Selain District Nurse (DN), di UK juga muncul perawat Health Visitor (HV) yang berperan

sebagai District Nurse (DN) ditambah dengan peran lain ialah :

  melakukan penyuluhan dan konseling pada klien, keluarga maupun masyarakat luas dalam upaya

pencegahan penyakit dan promosi kesehatan

  memberikan saran dan pandangan bagaimana mengelola kesehatan dan kesejahteraan masyarakat

sesuai dengan kondisi setempat.

Di Indonesia, layanan Home Care (HC) sebenarnya bukan merupakan hal yang baru,

karena merawat pasien di rumah baik yang dilakukan oleh anggota keluarga yang dilatih dan

atau oleh tenaga keperawatan melalui kunjungan rumah secara perorangan, adalah merupakan

hal biasa sejak dahulu kala. Sebagai contoh dapat dikemukakandalam perawatan maternitas,

dimana RS Budi Kemulyaan di Jakarta yang merupakan RS pendidikan Bidan tertua di

Indonesia, sejak berdirinya sampai sekitar tahun 1975 telah melakukan program Home Care

(HC) yang disebut dengan “Partus Luar”. Dalam layanan “Partus Luar”, bidan dan siswa bidan

RS Budi Kemulyaan melakukan pertolongan persalinan normal dirumah pasien, kemudian

diikuti dengan perawatan nifas dan neonatal oleh siswa bidan senior (kandidat) sampai tali pusat

bayi puput (lepas). Baik bidan maupun siswa bidan yang melaksanakan tugas “Partus Luar” dan

tindak lanjutnya, harus membuat laporan tertulis kepada RS tentang kondisi ibu dan bayi serta

tindakan yang telah dilakukan. Kondisi ini terhenti seiring dengan perubahan kebijakan Depkes

yang memisahkan organisasi pendidikan dengan pelayanan.

3.1.2       Model/ Teori Keperawatan yang Mendukung Home Care

Menurut Hidayat  (2004), Model / teori keperawatan yang mendukung home care antara

lain :

Page 22: Tren Issue Bahan

1)     Teori Lingkungan   (Florence Nightingale)

Lingkungan menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik eksternal yang

mempengaruhi proses penyembuhan dan kesehatan yang meliputi lima komponen lingkungan

terpenting dalam mempertahankan kesehatan individu yang meliputi

a.  Udara bersih,

b.  Air yang bersih

c.  Pemeliharaan yang efisien

d.  Kebersihan

e.  Penerangan/pencahayaan

Nightingale lebih menekankan pada lingkungan fisik daripada lingkungan sosial dan

psikologis yang dieksplor secara lebih terperinci dalam tulisannya. Penekanannya terhadap

lingkungan sangat jelas melalui pernyataannnya bahwa jika ingin meramalkan masalah

kesehatan, maka yang harus dilakukan adalah mengkaji keadaan rumah, kondisi dan cara hidup

seseorang daripada mengkaji fisik/tubuhnya.

2)     Teori konsep manusia sebagai unit (Martha E. Rogers)

Dalam memahami konsep model dan teori ini, Rogers berasumsi bahwa manusia merupakan

satu kesatuan yang utuh,yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda – beda. Dalam proses

kehidupan manusia yang dinamis, manusia dalam proses kehidupan manusia setiap individu akan

berbeda satu dengan yang lain dan manusia diciptakan dengan karakteristik dan keunikan

tersendiri. Asumsi tersebut didasarkan pada kekuatan yang berkembang secara alamiah yaitu

keutuhan manusia dan lingkungan, kemudian system ketersediaan sebagai satu kesatuan yang

utuh serta proses kehidupan manusia berdasarkan konsep homeodinamik yang terdiri dari

integritas, resonansi dan helicy. Integritas berarti individu sebagai satu kesatuan dengan

lingkungan yang tidak dapat dipisahkan, dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain.

Resonansi mengandung arti bahwa proses kehidupan antara individu dengan lingkungan

berlangsung dengan berirama dengan frekuensi yang bervariasi dan helicy merupakan proses

terjadinya interaksi antara manusia dengan lingkungan akan terjadi perubahan baik perlahan –

lahan maupun berlangsung dengan cepat.

Menurut Rogers (1970), tujuan keperawatan adalah untuk mempertahankan dan

meningkatkan kesehatan, mencegah kesakitan, dan merawat serta merehabilitasi klien yang sakit

dan tidak mampu dengan pendekatan humanistik keperawatan. Menurut Rogers, 1979 Kerangka

Page 23: Tren Issue Bahan

Kerja Praktik: “Manusia utuh” meliputi proses sepanjang hidup. Klien secara terus menerus

berubah dan menyelaraskan dengan lingkungannya.

3)     Teori Transkultural nursing (Leininger)

Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan pelayanan yang berbasis

pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus bekerja dengan prinsip ”care” dan pemahaman

yang dalam mengenai ”care” sehingga culture‟s care, nilai-nilai, keyakinan, dan pola hidup

memberikan landasan yang realiabel dan akurat untuk perencanaan dan implementasi yang

efektif terhadap pelayanan pada kultur tertentu. Dia meyakini bahwa seorang perawat tidak dapat

memisahkan cara pandangan dunia, struktur sosial dan keyakinan kultur (orang biasa dan

profesional) terhadap kesehatan, kesejahteraan , sakit, atau pelayanan saat bekerja dalam suatu

kelompok masyarakat tertentu, karena faktor-faktor ini saling berhubungan satu sama lain.

Struktur sosial seperti kepercayaan, politik, ekonomi dan kekeluargaaan adalah kekuatan

signifikan yang berdampak pada ”care” dan mempengaruhi kesejahteraan dan kondisi sakit.

4)     Theory of Human Caring (Watson, 1979)

Teori ini mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan

antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai

manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh. Pandangan teori

Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang

saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikial (kebutuhan untuk hidup) yang

meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan

psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktivitas dan istirahat, kebutuhan

seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk

berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk

pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.

5)     Teori Self Care  (Dorothea Orem)

Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan

individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya.

Dalam konsep praktik keperawatan Orem mengembangkan dua bentuk teori Self Care, di

antaranya :

a.      Perawatan diri sendiri (Self Care)

Page 24: Tren Issue Bahan

1)   Self Care: merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksananakan oleh individu

itu sendiri dalam memenuhi serta mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan.

2)   Self Care Agency: merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri

sendiri, yang dapat dipengaruhi oeh usia, perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain.

3)   Theurapetic Self Care Demand: tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang

merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri

dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat.

4)   Self Care Requisites: kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada

penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubungan dengan proses

kehidupan manusia serta dalam upaya mepertahankan fungsi tubuh. Self Care Requisites terdiri

dari beberapa jenis, yaitu : Universal Self Care Requisites (kebutuhan universal manusia yang

merupakan kebutuhan dasar), Developmental Self Care Requisites (kebutuhan yang berhubungan

perkembangan indvidu) dan Health Deviation Requisites (kebutuhan yang timbul sebagai hasil

dari kondisi pasien).

b.     Self Care Defisit

Self Care Defisit merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum di mana segala

perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan. Keperawatan dibutuhkan

seseorang pada saat tidak mampu atau terbatas untuk melakukan self carenya secara terus

menerus. Self care defisit dapat diterapkan pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan yang

melebihi kemampuan serta adanya perkiraan penurunan kemampuan dalam perawatan dan

tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara kualitas maupun kuantitas. Dalam pemenuhan

perawatan diri sendiri serta membantu dalam proses penyelesaian masalah, Orem memiliki

metode untuk proses tersebut diantaranya bertindak atau berbuat untuk orang lain, sebagai

pembimbing orang lain, memberi support, meningkatkan pengembangan lingkungan untuk

pengembangan pribadi serta mengajarkan atau mendidik pada orang lain.

6)     Teori Dinamic dan Self Determination for Self Care   (Rice)

Perawat sebagai fasilitator dan koordinator dari pilihan keseimbangan sehat sakit yang

ditetapkan oleh pasien.

3.1.3        Landasan Hukum Home Care

  Fungsi hukum dalam Praktik Perawat :

Page 25: Tren Issue Bahan

       Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan

hukum

       Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain

       Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri

       Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan meletakkan posisi perawat

memiliki akuntabilitas dibawah hukum.

  Landasan hukum :

       UU Nomor 29 tahun 2004  tentang praktik kedokteran

       UU Nomor 32 tahun 2004  tentang pemerintahan daerah

       UU  Nomor 36  tahun 2009  tentang kesehatan

       PP Nomor  32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan

       PP Nomor  25 tahun 2000  tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.

       PP Nomor 47 tahun 2006 tentang Jabatan fungsional dokter, dokter gigi, apoteker, ass.apoteker,

pranata lab.kes. epidemiologi kes, entomology kes, sanitarian, administrator kesehatan, penyuluh

kes masy, perawat gigi, nutrisionis, bidan, perawat, radiographer, perekam medis, dan teknisi

elektromedis

       SK Menpan Nomor  94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal perawat.

       Kepmenkes Nomor  128  tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas

       Kepmenkes Nomor  279  tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan Perkesmas.

       Kepmenkes Nomor 374 tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Nasiona

       Kepmenkes Nomor 267 tahun 2010 tentang penetapan roadmap reformasi kes.masy.

       Permenkes Nomor  920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta

       Permenkes Nomor 148 tahun 2010 tentang ijin dan penyelenggaraan praktik keperawatan

3.1.4       Tujuan Perawatan Kesehatan di Rumah

       Membantu klien memelihara atau meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidupnya.

       Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga dengan masalah

kesehatan dan kecacatan.

       Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar keluarga.

       Membantu klien untuk tinggal atau kembali ke rumah dan mendapatkan perawatan yang

diperlukan rehabilitasi atau perawatan paliatif.

Page 26: Tren Issue Bahan

3.1.5       Unit Perawatan Kesehatan di Rumah

       Pengelolah pelayanan

Merupakan individu, kelompok, ataupun organisasi yang bertanggung jawab terhadap seluruh

pengelolaan pelayanan kesehatan rumah baik penyediaan tenaga, sarana dan peralatan, serta

mekanisme pelayanan sesuai standart yang ditetapkan.

       Pelaksana pelayanan

Merupakan tenaga keperawatan professional bekerja sama dengan tenaga professional lain

terkait dan tenaga non-profesional. Pelaksana pelayanan terdiri atas coordinator kasus dan

pelaksana pelayanan.

       Klien

Merupakan penerima perawatan kesehatan di rumah dengan melibatkan salah satu anggota

keluarga sebagai penanggung jawab yang mewakili klien. Apabila diperlukan keluarga dapat

menunjuk seseorang yang akan menjadi pengasuh yang melayani kebutuhan sehari-hari klien.

3.1.6       Mekanisme Perawatan di Rumah (Home Care)

Pasien/ klien yang memperoleh pelayanan keperawatan di rumah dapat merupakan

rujukan dari klinik rawat jalan, unit rawat inap rumah sakit, maupun puskesmas, namun pasien/

klien dapat langsung menghubungi agensi pelayanan keperawatan di rumah atau praktek

keperawatan per orangan untuk memperoleh pelayanan. Mekanisme yang harus di lakukan

adalah sebagai berikut:

       Pasien / klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih dahulu oleh dokter untuk

menentukan apakah secara medis layak untuk di rawat di rumah atau tidak.

       Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat di rumah, maka di

lakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang merupakan staf dari pengelola atau agensi

perawatan kesehatan dirumah, kemudian bersama-sama klien dan keluarga, akan menentukan

masalahnya, dan membuat perencanaan, membuat keputusan, membuat kesepakatan mengenai

pelayanan apa yang akan diterima oleh klien, kesepakatan juga mencakup jenis pelayanan, jenis

peralatan, dan jenis sistem pembayaran, serta jangka waktu pelayanan.

        Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan keperawatan dirumah baik

dari pelaksana pelayanan yang dikontrak atau pelaksana yang direkrut oleh pengelola perawatan

dirumah. Pelayanan dikoordinir dan dikendalikan oleh koordinator kasus, setiap kegiatan yang

dilaksanakan oleh tenaga pelaksana pelayanan harus diketahui oleh koordinator kasus.

Page 27: Tren Issue Bahan

       Secara periodic koordinator kasus akan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan

yang diberikan apakah sudah sesuai dengan kesepakatan.

Persyaratan pasien / klien yang menerima pelayanan perawatan dirumah :

       Mempunyai keluarga atau pihak lain yang bertanggungjawab atau menjadi pendamping bagi

klien dalam berinteraksi dengan pengelola.

       Bersedia menandatangani persetujuan setelah diberikan informasi (Informed consent)

       Bersedia melakukan perjanjian kerja dengan pengelola perawatan kesehatan dirumah untuk

memenuhi kewajiban, tanggung jawab, dan haknya dalam menerima pelayanan.

3.1.7       Lingkup Praktik Keperawatan Di Rumah

Lingkup praktik keperawatan mandiri meliputi asuhan keperawatan perinatal, asuhan

keperawatan neonantal, asuhan keperawatan anak, asuhan keperawatan dewasa, dan asuhan

keperawatan maternitas, asuhan keperawatan jiwa dilaksanakan sesuai dengan lingkup

wewenang dan tanggung jawabnya. Keperawatan yang dapat dilakukan dengan :

       Melakukan keperawatan langsung (direct care) yang meliputi pengkajian bio- psiko- sosio-

spiritual dengan pemeriksaan fisik secara langsung, melakukan observasi, dan wawancara

langsung, menentukan masalah keperawatan, membuat perencanaan, dan melaksanakan tindakan

keperawatan yang memerlukan ketrampilan tertentu untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia

yang menyimpang, baik tindakan-tindakan keperawatan atau tindakan-tindakan pelimpahan

wewenang (terapi medis), memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan dan melakukan

evaluasi.

       Mendokumentasikan setiap tindakan pelayanan yang di berikan kepada klien, dokumentasi ini

diperlukan sebagai pertanggung jawaban dan tanggung gugat untuk perkara hukum dan sebagai

bukti untuk jasa pelayanan kepertawatan yang diberikan.

       Melakukan koordinasi dengan tim yang lain kalau praktik dilakukan secara berkelompok.

       Sebagai pembela/pendukung(advokat) klien dalam memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan

klien dirumah dan bila diperlukan untuk tindak lanjut kerumah sakit dan memastikan terapi yang

klien dapatkan sesuai dengan standart dan pembiayaan terhadap klien sesuai dengan pelayanan

/asuhan yang diterima oleh klien.

       Menentukan frekwensi dan lamanya keperawatan kesehatan di rumah dilakukan, mencangkup

berapa sering dan berapa lama kunjungan harus di lakukan.

Ruang Lingkup Home Care, yaitu:

Page 28: Tren Issue Bahan

a.         Memberi asuhan keperawatan secara komprehensif

b.         Melakukan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarganya.

c.         Mengembangkan pemberdayaan pasien dan keluarga

Secara umum lingkup perawatan kesehatan di rumah juga dapat dikelompokkan sebagai

berikut:

1.         Pelayanan medik dan asuhan keperawatan

2.         Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik

3.         Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik

4.         Pelayanan informasi dan rujukan

5.         Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan

6.         Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan

7.         Pelayanan perbaikan untuk kegiatan social

Menurut Rice R (2001) jenis kasus yang dapat dilayani pada perawatan kesehatan di rumah

meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di rumah sakit dan kasus-kasus khusus yang

di jumpai di komunitas.Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di rumah sakit adalah:

a.         Klien dengan penyakit gagal jantung,

b.         Klien dengan gangguan oksigenasi,

c.         Klien dengan perlukaan kronis,

d.        Klien dengan diabetes,

e.         Klien dengan gangguan fungsi perkemihan,

f.          Klien dengan kondisi pemulihan kesehatan atau rehabilitasi,

g.         Klien dengan terapi cairan infus di rumah,

h.         Klien dengan gangguan fungsi persyarafan,

i.           Klien dengan HIV/AIDS.

Sedangkan kasus dengan kondisi khusus, meliputi :

1.         Klien dengan post partum,

2.         Klien dengan gangguan kesehatan mental,

3.         Klien dengan kondisi usia lanjut,

4.         Klien dengan kondisi terminal.

Page 29: Tren Issue Bahan

5.         Klien dengan penyakit obstruktif paru kronis.

3.1.8    Manfaat Perawatan Kesehatan di Rumah (Home Care)

Manfaat untuk keluarga.

       Biaya kesehatan akan lebih terkendali 

       Mempererat ikatan keluarga karena dapat berdekatan dengan anggota keluarga yang lain saat

sakit

       Merasa lebih nyaman karena berada di rumah sendiri

Manfaat untuk perawat

       Memberikan variasi lingkungan kerja sehingga tidak jenuh dengan lingkungan yang sama.

       Dapat mengenal lingkungan dan klien dengan baik sehingga pendidikan kesehatan yang

diberikan sesuai dengan situasi dan kondisi rumah klien.

3.1.9       Tahap-Tahap Perawatan Kesehatan di Rumah (Home Care)

       Fase persiapan :

Pada Fase pertama ini,perawat mendapatkan data tentang keluarga yang akan dikunjungi dari

Puskesmas atau Ibu Kader.Perawat perlu membuat laporan pendahuluan untuk kunjungan yang

akan dilakukan.Kontrak waktu kunjungan perlu dilakukan pada fase ini.

       Fase Inisiasi (perkenalan)

Fase ini mungkin memerlukan beberapa kali kunjungan. Selama fase ini,perawat dan keluarga

berusaha untuk saling mengenal dan bagaimana keluarga menanggapi suatu masalah kesehatan.

       Fase implementasi

Pada Fase ini,Perawat melakukan pengkajian dan perencanaan untuk mengatasi masalah

kesehatan yang dimiliki oleh klien dan keluarga. Lakukan intervensi sesuai rencana. Eksplorasi

Nilai-nilai keluarga dan persepsi keluarga terhadap kebutuhannya. Berikan pendidikan kesehatan

sesuai tingkat Pendidikan Klien dan keluarga serta sediakan pula informasi tertulis.

       Fase terminasi

Page 30: Tren Issue Bahan

Fase ini perawat membuat kesimpulan hasil kunjungan berdasarkan pada pencapaian tujuan yang

ditetapkan bersama keluarga.Menyusun rencana tindak lanjut terhadap masalah kesehatan yang

sekarang di tangani dan masalah kesehatan yang mungkin di alami oleh keluarga sangat penting

dilakukan pada fase terminasi.

       Fase pasca kunjungan

Sebagai fase terakhir hendaknya perawat membuat dokomentasi lengkap tentang hasil kunjungan

untuk disimpan di pelayanan kesehatan ,dokumentasi tersebut harus memenuhi aspek

lengkap(komplit),jelas(clear),dan dapat dibaca(legible). Adapun cara untuk melakukan

kunjungan yaitu angket, pertelepon, lewat email,Kunjungan.

3.1.10         Prinsip Home Care

  Pengelolaan home care dilaksanaka oleh perawat/ tim

   Mengaplikasikan konsep sebagai dasar mengambil keputusan dalam praktik.

  Mengumpulan data secara sistematis, akurat dan komrehensif.

  Menggunakan data hasil pengkajian dalam menetakan diagnosa keperawatan.

   Mengembangkan rencana keperawatan didasarkan pada diagnosa keperawatan.

  Memberi pelayanan prepentif, kuratif, promotif dan rehabilitaif.

  Mengevaluasi respon pasien dan keluarganya dalam intervensi keperawatan

  Bertanggung jawab terhadap pelayanan yang bermutu melalui manajemen kasus.

  Memelihara dan menjamin hubungan baik diantara anggota tim.

  Mengembankan kemampuan profesional.

   Berpartisifasi pada kegiatan riset untuk pengembangan home care.

  Menggunakan kode etik keperawatan daam melaksanakan praktik keperawatan

3.1.11     Peran dan Fungsi Perawat Home Care

A.    Manajer kasus: Mengelola dan mengkolaborasikan pelayanan,dengan fungsi : 

  Mengidentifikasi kebutuhan pasien dan keluarga.

  Menyusun rencana pelayanan.

  Mengkoordinir aktifitas tim

  Memantau kualitas pelayanan

B.    Pelaksana: memberi pelayanan langsung dan mengevaluasi pelayanan. dengan fungsi:

Page 31: Tren Issue Bahan

  Melakukan pengkajian komprehensif

  Menetapkan masalah

  Menyusun rencana keperawatan

   Melakukan tindakan perawatan

  Melakukan observasi terhadap kondisi pasien.

   Membantu pasien dalam mengembangkan prilaku koping yang efektif.

  Melibatkan keluarga dalam pelayanan

  Membimbing semua anggota keluarga dalam pemeliharaan kesehatan

  Melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan.

  Mendokumentasikan asuhan keperawatan.

3.1.12           Kegiatan Home Care

Manajemen Kasus Home Care

1)     Melakukan seleksi kasus

  Resiko tinggi ( Bayi, balita, lansia, ibu maternal )

   Cidera tulang belakang cidera kepala

  Coma, Diabetes mellitus, gagal jantung, asma berat

  Stroke

  Amputasi

    Ketergantungan obat

  Luka kronis.

  Disfungsi kandung kemih

  Rehabilitasi medic

  Nutrisi melalui infuse

   Post partum dan masalah reproduksi

  Psikiatri

    Kekerasan dalam rumah tangga

2)     Melakukan pengkajian kebutuhan pasien.

  Kondisi fisik

  Kondisi psikologis

Page 32: Tren Issue Bahan

    Status sosial ekonomi

    Pola prilaku pasien

  Sumber- sumber yang tersedia di keluarga pasien

3)     Membuat perencanaan pelayanan

  Membuat rencana kunjungan

    Membuat rencana tindakan

  Menyeleksi sumber- sumber yang tersedia di keluarga / masyarakat.

4)     Melakukan koordinasi pelayanan

  Memberi informasi berbagai macam pelayanan yang tersedia

  Membuat perjanjian kepada pasien da keluarga tentang pelayanan

  Menkoordinasikan kegiatan tim sesuai jadwal

   Melakukan rujukan pasien

5)     Melakukan pemantauan dan evaluasi pelayanan.

  Memonitor tindakan yang dilakukan oleh tim

  Menilai hasil akhir pelayanan ( sembuh, rujuk, meninggal, menolak )

  Mengevaluasi proses manajemen kasus

  Monitoring dan evaluasi kepuasan pasien secara teratur

3.1.13    Tatalaksana Home Care

1.         Prasyarat Penyelenggara Home Care

Ketenagaan

a.    Manajer kasus, dengan kualifikasi:

      Minimal D.III

      Pemegang sertifikat pelatihan home care

      Pengalaman kerja minimal 3 tahun

      Memiliki SIP,SIK,SIPP

b.    Pelaksana pelayanan, dengan kwalifikasi :

Page 33: Tren Issue Bahan

      Minimal D.III

      Pemegang sertifikat pelatihan home care

      Pengalaman kerja minimal 3 tahun

      Memiliki SIP,SIK,SIPP

Alat/ sarana

a)     Alat kesehatan

       Tas/ kit

      Pemeriksaan fisik

      Set perawatan luka

      Set emergency

      Set pemasangan selang lambung

      Set huknah

      Set memandikan

      Set pengambilan preparat

      Set pemeriksaan lab. Sederhana

      Set infus/ injeksi

      Sterilisator

      Pot/ urinal

      Tiang infuse

      Tempat tidur khusus orang sakit

      Pengisap lender

      Perlengkapan oxygen

      Kursi roda

      Tongkat/ tripot

      Perlak/ alat tenun

b)     Alat habis pakai

      Obat emergency

      Perawatan luka

Page 34: Tren Issue Bahan

      Suntik/ pengamian darah

      Untuk infuse

      Pemasangan selang lambung

      Huknah, selang lambung, kateter

      Sarung tangan, masker

3.1.14      Perizinan Home Care

1.    Berbadan hukum ( yayasan, badan hukum lainnya )

2.    Permohonan ijin ke Dinkes kabupaten/ Kota, dengan melampirkan:

       Rekomendasi PPNI

        Ijin prakik perawat ( SP, SIK, SIPP )

        Persyaratan peralatan kesehatan dan sarana komunikasi dan transportasi

        Ijin lokasi bangunan

        Ijin lingkungan

         Ijin usaha

       Persyaratan tata ruang bangunan

3.2         Konsep Perawatan Keluarga

3.2.1       Definisi Perawat Keluarga

Perawat keluarga adalah perawat yang berperan membantu individu dan keluarga untuk

menghadapi penyakit dan disabilitas kronik dengan meluangkan sebgaian waktu bekerja di

rumah pasien dan bersama keluarganya. Keperawatan keluarga dititikberatkan pada kinerja

perawat bersama dengan keluarga karena keluarga merupakan subyek.

Menurut Neis dan Mc Ewen (2007) Family nursing care may be focused on the

individual family member, within the context of the family, or the family unit. Regardless of the

identified client, the nurse establishes a relationship with each family member within the unit and

understands the influence of the unit on the individual and society.

Keperawatan keluarga dapat difokuskan pada anggota keluarga individu, dalam konteks

keluarga, atau unit keluarga. Terlepas dari identifikasi klien, perawat menetapkan hubungan

dengan masing-masing anggota keluarga dalam unit dan memahami pengaruh unit pada individu

dan masyarakat.

Page 35: Tren Issue Bahan

Perawat yang melakukan kunjungan ke rumah memiliki perhatian yang menyeluruh

terhadap masalah kesehatan yang ditemukan atau diidentifikasi dari keluarga tertentu atau

sekelompok keluarga. Perawat kesehatan masyarakat harus harus memiliki kemampuan klinik

yang memadai dan bekerja sama dengan klien yang ada di komunitas. Untuk dapat melakukan

hubungan dengan keluarga , perawat tidak perlu bertemu secara langsung dengan seluruh

anggota keluarga. Salah satu anggota keluarga dapat menjadi sumber informasi, tetapi perawat

juga harus menyadari adanya kemungkinan bahwa informasi yang diberikan tersebut dipengaruhi

oleh persepsi dari sumber. Perawat memerlukan waktu untuk memperkenalkan diri pada

keluarga, gunakan panggilan yang formal, kecuali jika keluarga berkehendak lain. Sangat

penting bagi perawat untuk berinteraksi dengan sebanyak mungkin anggota keluarga.

Tujuan keperawatan keluarga dari WHO di europe yang merupakan praktek keperawatan

termodern saat ini adalah :

       Promoting and protecting people health. Merupakan perubahan pradigma dari cure menjadi care

melalui tindakan preventif.

       Mengurangi kejadian dan penderitaan akibat penyakit .

3.2.2    Peran Perawat Keluarga

Perawat keluarga memiliki peran untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota

keluarganya, sehingga keluarga mampu melakukan fungsi dan tugas kesehatan, Friedmen

menyatakan bahwa keluarga diharapkan mampu mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga,

diantaranya fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi, dan fungsi perawatan keluarga.

Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai

unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Peran perawat dalam melakukan

perawatan keluarga antara lain sebagai berikut :

a.      Pendidik (Edukator)

Perawat kesehatan keluarga harus mampu memberikan pendidikan kesehatan kepada

keluarga agar keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara madiri dan

bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarganya. Kemampuan pendidik perlu

didukung oleh kemampuan memahami bagaimana keluarga dapat melakukan proses belajar

mengajar. Secara umum tujuan proses pembelajaran adalah untuk mendorong perilaku sehat atau

mengubah perilaku yang tidak sehat. Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai adalah untuk

peningkatan kesehatan dan penanganan penyakit serta membantu keluarga untuk

Page 36: Tren Issue Bahan

mengembangkan ketrampilan penyelesaian maslaah yang sedang dialami atau dibutuhkan.

Disamping hal-hal diatas perawat kesehatan keluarga juga melakukan bimbingan antisipasif

kepada keluarga, sehingga dapat terwujud keluarga yang sejahtera, bertanggung jawab

memberikan pendidikan keperawaatan keluarga kepada sesame perawat dan tim kesehatan lain.

b.     Koordinator

Menurut ANA, praktik keperawatan komunitas merupakan praktik keperawatan yang umum,

menyeluruh, dan berkelanjutan dapat dilaksanakan jika direncanakan dan dikoordinasikan

dengan baik. Koordinasi merupakan salah satu peran utama perawat yang bekerja dengan

keluarga. Klien yang pulang dari rumah sakit memerlukan perawatan lanjutan dirumah, maka

diperlukan koordinasi lanjuatan asuhan keperawatan di rumah. Program kegiatan atau terapi dari

berbagai disiplin pada keluarga perlu pula dikoordinasikan agar tidak terjadi tumpang tindih

dalam pelaksanaanya. Koordinasi diperlukan pada nperawatana berkelanjutan agsr tercapai

pelayanan yang komprehensif.

c.      Pelaksana perawatan dan pengawas perawatan langsung

Kontak pertama perawat terhadap keluarga dapat melalui anggota keluarganya yang sakit.

Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga, baik di rumah, klinik, maupun di rumah sakit

bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung atau mengawasi keluarga

memberikan perawatan terhadap anggota yang di rumah sakit , perawat melakukan perawatan

langsung atau demonstrasi asuhan yang disaksikan oleh keluarga dengan harapan keluarga

mampu melakukanya di rumah, perawat dapat mendemonstrasikan dan mengawasi keluarga

untuk melakukan peran langsung selama di rumah sakit atau di rumah oleh perawat kesehatan

masyarakat.

d.     Pengawas Kesehatan

Perawat mempunyai tugas melakukan home visit yang teratur untuk mengidentifikasi atau

melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.

e.      Konsultan atau Penasehat

Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Hubungan

perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya.

Dengan demikian keluarga mau meminta nasihat kepada perawat tentang masalah yang bersifat

Page 37: Tren Issue Bahan

pribadi. Pada situasi ini perawat sangat dipercaya sebagai narasumber untuk mengatasi masalah

kesehatan keluarga.

f.      Kolaborasi

Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim

kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal.

g.     Advokasi

Keluarga sering kali tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai di masyarakat, kadang kala

keluarga tidak menyadari mereka telah dirugikan. Sebagai advokat klien, perawat berkewajiban

untuk melindungi hak keluarga. Misalnya keluarga dengan social ekonomi lemah yang tidak

mampu memenuhi kebutuhannya, maka perawat dapat membantu keluarga mencari bantuan.

h.     Fasilitator

Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga meningkatkan derajat kesehatannya.

Keluarga sering tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan karena berbagai kendala yang ada.

Kendala yang sering dialami keluarga adalah keraguan dalam menggunakan pelayanan

kesehatan, masalah ekonomi dan masalah social budaya. Agar dapat melaksanakan peran

fasilitator dengan baik , maka perawat komunitas harus mengetahui system pelayanan kesehatan

misalnya system riujukan dan dana sehat.

i.       Penemu kasus

Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi masalah kesehatan

secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan penyakit atau wabah.

j.       Modifikasi Lingkungan

Perawat komunitas harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah maupun

lingkungan masyarakat, sehingga tercipta lingkungan yang sehat.

3.2.3       Intervensi Utama Perawat Keluarga

Empat intervensi utama perawat keluarga dititikberatkan kepada pencegahan.

       Primer proaktif mencegah stessor, mempermudah mendapatkan fasilitas kesehatan. Contoh :

memberi pendkes untuk mencegah penyakit, menciptakan suasana harmonis di keluarga.

       Sekunder screening, vaksinasi, deteksi awal timbulnya penyakit.

Page 38: Tren Issue Bahan

       Tersier rehabilitasi untuk mencegah morbiditas lebih lanjut. Contohnya ROM bagi penderita

stroke.

       Direct care bekerja sama dengan keluarga yang merupakan sistem pendukung utama untuk

menyembuhkan

Empat tingkatan keluarga

  Family as context

1.     Fokus pada kesehatan individu

2.     Keluarga sebagai background dari anggotanya

3.     Keluarga sebai support system atau stressor terberat bagi anggota

4.     Individu / anggota keluarga akan dikaji dan diintervensi

5.     Keluarga akan dilibatkan dalam berbagai kesempatan

  Family as client

1.     Fokus pada seluruh anggota keluarga

2.     Keluarga didefinisikan sebagai kelompok atau keseluruhan dari anggota keluarga

3.     Keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya

4.     Masalah kesehatan atau keperawatan yang sama dari masing-masing anggota akan diintervensi

bersamaan.

  Family as system

1.     Fokus masalah pada hubungan antara anggota keluarga

2.     Fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah subsistem dalam keluarga

3.     Anggota-anggota keluarga dipandang sebagai unit yang berinteraksi

4.     Fokus intervensi : mengenai hubungan ibu anak, hub perkawinan, dll

  Family as component of society

1.     keperawatan.

2.     Fokus keluarga dengan individu sebagai background

3.     Keluarga dipandang sebgai interaksional system

4.     Fokus intervensi : dinamis internal keluarga, hubungan dalam keluarga

5.     subsistem keluarga dengan lingkungan luar.

3.3               Konsep Pondok Kesehatan Desa (PONKESDES)

Page 39: Tren Issue Bahan

3.3.1          Definisi Pondok Kesehatan Desa

Pondok Kesehatan Desa adalah sarana pelayanan kesehatan yang berada di desa atau

kelurahan yang merupakan pengembangan dari Pondok Bersalin Desa (Polindes) sebagai

jaringan Puskesmas dengan tenaga minimal perawat dan bidan dalam rangka mendekatkan akses

dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

3.3.2          Visi Ponkesdes  

"Terwujudnya Desa/Kelurahan Sehat Menuju Kecamatan Sehat". Visi tersebut

merupakan pengembangan dari visi Puskesmas yakni terwujudnya kecamatan sehat. Gambaran

dari desa/kelurahan sehat adalah kondisi dimana suatu desa berada dalam lingkungan yang sehat

masyarakatnya, berperilaku hidup bersih dan sehat, serta mudah menjangkau dan dijangkau

pelayanan kesehatan yang berkualitas.

3.3.3          Misi Ponkesdes : 

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka misi yang dilaksanakan adalah :

       Menggerakkan masyarakat desa/kelurahan,agar menciptakan lingkungan desa/kelurahan yang

sehat

       Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di desa/kelurahan

       Memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dasar di Ponkesdes

       Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan,keluarga,masyarakat desa/kelurahan.

3.3.4          Tujuan Ponkesdes 

Tujuan  Ponkesdes adalah meningkatkan akses pelayanan kesehatan serta

menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di

desa/kelurahan agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setingi-tingginya. 

Page 40: Tren Issue Bahan

BAB 1V

PENUTUP

4.1            Simpulan

Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care adalah

pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu

dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan

atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat

dari penyakit. 

Perawat keluarga adalah perawat yang berperan membantu individu dan keluarga untuk

menghadapi penyakit dan disabilitas kronik dengan meluangkan sebgaian waktu bekerja di

rumah pasien dan bersama keluarganya. Keperawatan keluarga dititikberatkan pada kinerja

perawat bersama dengan keluarga karena keluarga merupakan subyek.

Page 41: Tren Issue Bahan

Pondok Kesehatan Desa adalah sarana pelayanan kesehatan yang berada di desa atau

kelurahan yang merupakan pengembangan dari Pondok Bersalin Desa (Polindes) sebagai

jaringan Puskesmas dengan tenaga minimal perawat dan bidan dalam rangka mendekatkan akses

dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

4.2            Saran

Perawat dapat memilih dari dan menggunakan berbagai metode, materi, dan media untuk

mendukung kesehatan mereka kegiatan pendidikan. Sumber daya tersebut harus ditinjau dan di

evaluasi untuk kesesuaian mereka untuk kelompok sasaran yang dituju. Kunci untuk memenuhi

kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat yang merangkul gagasan bahwa pendidikan

kesehatan adalah proses interaktif akan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal banyak.

Untuk rekan sejawat mengetahui trend issue keperawatan kesehatan komunitas di Indonesia dan

dunia diantaranya home care, home health care, perawat keluarga, pondok kesehatan desa

(ponkesdes).