Top Banner

of 23

TREN DAN ISSUE KEPERAWATAN.docx

Oct 09, 2015

Download

Documents

adrianrendu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

TREN DAN ISSUE KEPERAWATAN

PENGERTIAN

A.Definisi Trend

Trendadalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat.Trendadalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta

B.Definisi Issu.

Issuadalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.Issuadalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktannya atau buktinya

C.Definisi Trend dan Issu Keperawatan

Trend dan Issu Keperawatanadalah sesuatu yang sedang d.bicarakan banyak orang tentang praktek/mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun tidak, trend dan issu keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis keperawatan.Saat ini trend dan issu keperawatan yang sedang banynak dibicarakan orang adalah Aborsi, Eutanasia dan Transplantasi organ manusia, tentunya semua issu tersebut menyangkut keterkaitan dengan aspek legal dan etis dalam keperawatan.

Salah satu contoh trend an issue keperawatan

ABORTUS

A. Definisi AborsiAbortus adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur. Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah abortus adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia 20 minggu kehamilan atau berat bayi kurang dari 500 g(ketika janin belum dapat hidup di luar kandungan). Angka kejadian aborsi meningkat denganbertambahnya usia dan terdapatnya riwayat aborsi sebelumnya.Proses abortus dapat berlangsung secara : Spontan / alamiah (terjadi secara alami, tanpa tindakan apapun) Buatan / sengaja (aborsi yang dilakukan secara sengaja), Terapeutik / medis (aborsi yang dilakukan atas indikasi medik karena terdapatnya suatupermasalahan atau komplikasi).

1.Penyebab AborsiPenyebab abortus spontan bervariasi meliputi infeksi, faktor hormonal, kelainan bentuk rahim,faktor imunologi (kekebalan tubuh), dan penyakit dari ibu. Penyebab abortus pada umumnya terbagi atas faktor janin dan faktor ibu :a. Faktor JaninPada umumnya abortus spontan yang terjadi karena faktor janin disebabkan karena terdapatnyakelainan pada perkembangan janin [seperti kelainan kromosom (genetik)], gangguan pada ari-ari maupun kecelakaan pada janin. Frekuensi terjadinya kelainan kromosom (genetik) pada triwulanpertama berkisar sebesar 60%.b. Faktor IbuBeberapa hal yang berkaitan dengan faktor ibu yang dapat menyebabkan abortus spontan adalahfaktor genetik orangtua yang berperan sebagai carrier (pembawa) di dalam kelainan genetik;infeksi pada kehamilan seperti herpes simpleks virus, cytomegalovirus, sifilis, gonorrhea;kelainan hormonal seperti hipertiroid, kencing manis yang tidak terkontrol; kelainan jantung;kelainan bawaan dari rahim, seperti rahimbikornu(rahim yang bertanduk), rahim yang bersepta(memiliki selaput pembatas di dalamnya) maupun parut rahim akibat riwayat kuret atau operasirahim sebelumnya.Miomapada rahim juga berkaitan dengan angka kejadian aborsi spontan. Selain itu, ada beberapa diantara orang tua yang tidak menginginkan kehadiran janin tersebut dengan alasan yang bervariasi.

B. Faktor Risiko AborsiFaktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya abortus adalah : Usia ibu yang lanjut Riwayat kehamilan sebelumnya yang kurang baik Riwayat infertilitas (tidak memiliki anak) Adanya kelainan atau penyakit yang menyertai kehamilan Infeksi (cacar, toxoplasma, dll) Paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat-obatab, alkohol, radiasi) Trauma pada perut atau panggul pada 3 bulan pertama kehamilan8. Kelainan kromosom(genetik)Pergaulan seks bebas

C. Tanda dan Gejala Aborsi secara Alamiah Nyeri perut bagian bawah Keram pada rahim Nyeri pada punggung Perdarahan dari kemaluan Pembukaan leher rahim Pengeluaran janin dari dalam rahim

EUTHANASIAMembunuh bisa dilakukan secara legal. Itulah euthanasia, pembuhuhan legal yang sampai kini masih jadi kontroversi. Pembunuhan legal ini pun ada beragam jenisnya.Secara umum, kematian adalah suatu topik yang sangat ditakuti oleh publik.Hal demikian tidak terjadi di dalam dunia kedokteran atau kesehatan. Dalam konteks kesehatan modern, kematian tidaklah selalu menjadi sesuatu yang datang secara tiba-tiba. Kematian dapat dilegalisir menjadi sesuatu yang definit dan dapat dipastikan tanggal kejadiannya. Euthanasia memungkinkan hal tersebut terjadi.Euthanasia adalah tindakan mengakhiri hidup seorang individu secara tidak menyakitkan, ketika tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai bantuan untuk meringankan penderitaan dari individu yang akan mengakhiri hidupnya.Adaempat metode euthanasia:Euthanasia sukarela: ini dilakukan oleh individu yang secara sadar menginginkan kematian.Euthanasia non sukarela: ini terjadi ketika individu tidak mampu untuk menyetujui karena faktor umur, ketidak mampuan fisik dan mental. Sebagai contoh dari kasus ini adalah menghentikan bantuan makanan dan minuman untuk pasien yang berada di dalam keadaan vegetatif (koma).Euthanasia tidak sukarela: ini terjadi ketika pasien yang sedang sekarat dapat ditanyakan persetujuan, namun hal ini tidak dilakukan.Kasus serupa dapat terjadi ketika permintaan untuk melanjutkan perawatan ditolak.Bantuan bunuh diri: ini sering diklasifikasikan sebagai salah satu bentuk euthanasia. Hal ini terjadi ketika seorang individu diberikan informasi dan wacana untuk membunuh dirinya sendiri. Pihak ketiga dapat dilibatkan, namun tidak harus hadir dalam aksi bunuh diri tersebut. Jika dokter terlibat dalam euthanasia tipe ini, biasanya disebut sebagai bunuh diri atas pertolongan dokter. Di Amerika Serikat, kasus ini pernah dilakukan oleh dr. Jack Kevorkian.Euthanasia dapat menjadi aktif atau pasif:Euthanasia aktif menjabarkan kasus ketika suatu tindakan dilakukan dengan tujuan untuk menimbulkan kematian. Contoh dari kasus ini adalah memberikan suntik mati. Hal ini ilegal di Britania Raya dan Indonesia.Euthanasia pasif menjabarkan kasus ketika kematian diakibatkan oleh penghentian tindakan medis. Contoh dari kasus ini adalah penghentian pemberian nutrisi, air, dan ventilator

Tren dan issue keperawatanTrend Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di IndonesiaPerkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi dalam berbagai bidang yang meliputi:A.Definisia.Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)Menurut Martono, telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Keuntungan dari teknologi ini yaitu mengurangi biaya kesehatan, jangkauan tanpa batas akan layanan kesehatan, mengurangi kunjungan dan masa hari rawat, meningkatkan pelayanan pasien sakit kronis, mengembangkan model pendidikan keperawatan berbasis multimedia (Britton, Keehner, Still & Walden 1999). Tetapi sistem ini justru akan mengurangi intensitas interaksi antara perawat dan klien dalam menjalin hubungan terapieutik sehingga konsep perawatan secara holistik akan sedikit tersentuh oleh ners. Sistem ini baru diterapkan dibeberapa rumah sakit di Indonesia, seperti di Rumah Sakit Internasional. Hal ini disebabkan karena kurang meratanya penguasaan teknik informasi oleh tenaga keperawatan serta sarana prasarana yang masih belum memadai.b.Definisi :b.1. Telenursing (pelayanan Asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaan tehnologi komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada klien. Yang menggunakan saluran elektromagnetik (gelombang magnetik, radio dan optik) dalam menstransmisikan signal komunikasi suara, data dan video. Atau dapat pula di definisikan sebagai komunikasi jarak jauh, menggunakan transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan atau komputer 4)b.2Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Sebagai bagian dari telehealth, dan beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non-medis, seperti telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring. 5)b.3.Telenursing is defined as the practice of nursing over distance using telecommunications technology (National Council of State Boards of Nursing).6)b.4. Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai peralatan video conference (bagian integral dari telemedicine atau telehealth)7)ISSUE DAN TREN KEPERAWATAN MATERNITASASUHAN KEPERAWATAN PADA MASAPOST PARTUM / NIFASPengertianNifas / puerperium: periode waktu / masa dimana organ-organ reproduksi kembali ke keadaan sebelum hamil. Dimulai setelah kelahiran placenta, berakhir saat alat kandungan kembali ke keadaan sebelum hamil. Sekitar 6 minggu Involusi: proses perubahan organ repro. Masa nifas normal: involusi uterus, pengeluaran lokia, pengeluaran ASI dan perubahan sistem tubuh termasuk keadaan psikologis normal.Periode nifas, dibagi 3:1. Immediate puerperium (Segera setelah persalinan sampai 24 jam setelah persalinan.)2. Early puerperium (1 hari 7 hari setelah melahirkan.)3. Later puerperium (Waktu 1 minggu 6 minggu setelah melahirkan.)

Perubahan / adaptasi masa nifas :

Involusi uterus dan pengeluaran lochea. Perubahan fisik Lactasi Perubahan sistem tubuh Perubahan psikologis

Perubahan fisik dan fisiologis :

Uterus Lochea Serviks Vulva dan vagina Perineum Kembalinya ovulasi dan menstruasi Dinding perut dan peritonium Laktasi Sistem gastrointestinal Traktus urinarius Sistem kardiovaskuler Tanda vital Darah Berat badan Menggigil Post partum Diaphoresis Afterpains

Involusi disebabkan oleh : Iskemia : Kontraksi dan retraksi serabut otot uterus yang terjadi terus-menerus kompresi pembuluh darah dan anemia setempat. Otolisis : Sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri. Atrofi : Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen jumlah besar atrofi karena penghentian estrogen.Bekas luka plasenta sembuh dalam 6 mingguPerlambatan disebut sub involusio gejala : Lochea menetap / merah segar Penurunan fundus uteri lambat Tonus uteri lembek Tidak ada perasaan mules.Segera setelah persalinan perlu pengawasan Jam I : tiap 15 menit Jam II : tiap 30 menit Jam III IV : 2x Selanjutnya : tiap 8 jamPengeluaran Lokia (Lochea)Lochea : sekret yang berasal dari kavum uteru dan vagina dalam masa nifasJenis : Lochea rubra / lochea kruenta :Keluar pada hari 1-3Warna merah, hitamT.a : darah bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel desidua, sisa verniks c, lanugo dan mekonium. Lochea sanguinolenta :Keluar hari 3-7Darah bercampur lendir Lochea serosa :Keluar hari 7-14Warna kekuningan Loceha alba :Keluar setelah hari 14Warna putihBau lokia agak amis bau busuk : infeksiLokiostasis (lokia tidak lancar keluar)Perubahan FisikServiks : menutup Segera setelah lahir tangan pemeriksa masih dapat masuk kavum uteri. 2 jam setelah bayi lahir : dapat dimasukkan 2-3 jari 1 minggu : masuk 1 jari Setelah 1 minggu : serviks menutup.Vulva dan vagina :Mula-mula kendor, setelah 3 minggu kembali ke kondisi sebelum hamil dan rugae vagina mulai muncul, labia lebih menonjol.Himen ruptur karunkulae mirtiformisPerineum :Mula-mula kendor karena teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju saat persalinan. Setelah 5 hari tonus mulai kembali tetapi tidak sekencang sebelum hamil.Kembalinya ovulasi dan menstruasi : Pada ibu yang menyusui : menstruasi akan terjadi sekitar minggu ke 6-8 pp. Ibu menyusui : 45% menstruasi setelah 12 mg dan akan terjadi menstruasi anovulatory 1 x atau lebih (80% ibu menyusui) terjadi infertilitas.Dinding perut dan peritoniumKarena regangan menjadi kendor, termasuk ligamen-ligamen ligamen rotundum sehingga kadang-kadang menyebabkan uterus jatuh kebelakang perlu latihan untuk mengembalikan tonus, dapat dilakukan setelah hari II PP.Payudara lactasiMencapai maturitas penuh selama masa nifas kecuali jika lactasi disupresi. Payudara lebih besar, lebih kencang dan mula-mula nyeri tekan sebagai reaksi terhadap eprubahan status hormonal dan dimulainya lactasi.Perubahan-perubahan payudara lactasi : hamil Proliferasi jaringan untuk kelenjar-kelenjar dan alveolus mamma, lemak. Pada ductus lactiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan berwarna kuning (colostrum) Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan dan bagian dalam mamma.

Perubahan Sistem TubuhSistem Gastrointestinal : Pada awal klien merasa lapar Kadang diperlukan waktu 3-4 hari faat usus N Rangsang BAB secara normal terjadi 2-3 hari karena kemampuan asupan makanan menurunkan gerakan tubuh berkurang, pengosongan usus sebelum melahirkan (lavemen), rasa sakit di daerah perineum.Traktus Urinarius :Pada 24 jam setelah lahir kadang terjadi kesulitan BAK karena spasme sfinkter dan edema pada VU karena kompresi antara kepala janin dan os pubis selama persalinanUrin dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam PP pengaruh hormon estrogen menurunkan diuresisSistem Kardiovaskuler : Volume darah kembali ke keadaan tidak hamil Jumlah sel darah merah dan kadar Hb kembali normal pada hari ke-5. Terjadi penurunan cardiac output dan akan kembali normal dalam 2-3 minggu.Perubahan LainTanda Vital :Suhu : Suhu inpartu tidak lebih 37,2C PP tidak naik 0,5C dari keadaan normal tapi tidak lebih dari 38,0C infeksi (>). Normal setelah 12 jam PPNadi : Berkisar 60-80 x/mnt. Setera setelah melahirkan dapat terjadi bradikardi. Masa nifas umumnya nadi lebih dari suhu Kadang terjadi hipertensi post partum hilang setelah 2 bulan.

Berat badan Segera setelah melahirkan BB turun 5-6 kg karena pengeluaran bayi, plasenta, air ketuban. Masa nifas dini BB menurun 2,5 kg, karena puerpera diuresis. 6-8 mg PP BB akan normalAfterpains (mules setelah persalinan) terjadi selama 2-3 hari PP karena kontraksi uterus, nyeri bertambah pada saat menyusui. Nyeri timbul bila masih terdapat sisa-sisa selaput ketuban, sisa plasenta atau gumpalan darah dalam kavum uteri.Perubahan Psikologis Karena adanya perubahan hormonal, terkurasnya cadangan fisik untuk hamil dan melahirkan, keadaan kurang tidur, lingkungan yang asing, kecemasan akan bayi, suami atau anak yang lain. Setelah bayi lahir masa transisi bayi + orangtua untuk membin hubungan.Masa transisi yang harus diperhatikan pada masa PP : Phase honeymoonPhase setelah anak lahir, terjadi intimasi dan kontak yang lama antara ibu ayah anak psikis honeymoon masing-masing saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru. Bonding and Attachment (ikatan kasih)Terjadi pada kala IV, diadakan kontak antara ibu ayah anak dan tetap dalam ikatan kasih.Partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan salah satu upaya untuk proses ikatan kasih. Phase pada masa nifasRubin (1963), mengidentifikasi 3 tahap perilaku ketika beradaptasi dengan perannya:o Phase Taking Ino Phase Taking Holdo Phase Letting Go

o Phase Taking InPerhatikan ibu tempat terhadap kebutuhan dirinya minta diperhatikan pasif dan ketergantungan, tidak ingin kontak dengan bayi tapi bukan berarti tidak memperhatikan. Menginginkan informasi tentang bayi, mengenang pengalaman melahirkan.Berlangsung 1-2 hariBufas perlu istirahat, makan, minum adekuat.o Phase Taking HoldIbu berusaha mandiri berinisiatif, penyesuaian fungsi tubuh, mulaiduduk, jalan, belajar tentang perawatan dirinya dan bayi, timbul rasa kurang PD.Berlangsung 10 hari.oPhase Letting GoIbu merasakan bahwa bayinya terpisah dari dirinya, mempunyai peran dantanggung jawab baru, terjadi peningkatan dalam perawatan diri dan bayinya, penyesuaian dalam hubungan keluarga.

Masalah kesehatan jika yang sering dialami pada ibu PP

Murung pasca melahirkan (post partum blues) Sering dimanifestasikan pada hari ketiga atau ke 4, memuncak pada hari ke 5 14 PP. Gejala meliputi : episode menangis, merasa sangat lelah, insomnia, mudah tersinggung, sulit konsentrasi. Depresi pasca melahirkan (post partum depression) 25% dialami ibu PPGejala dini pada 3 bulan pertama PP sampai bayi berusia 1 tahun. Etiologi : belum pasti, penelitian : faktor biologis perubahan hormonal, faktor psikolgis, faktor sosial seperti tidak mendapat dukungan suami, hubungan perkawinan tidak harmonis. Psikosa pasca melahirkan (post partum psychosis) Jarang terjadi pada ibu dengan abortus, tubuh bayi dalam kandungan / lahir. Gejala terlihat dalam 3-4 minggu setelah melahirkan berupa: delusi, halusinasi dan perilaku yang tidak wajar. Penyebab mungkin berhubungan: perubahan tingkat hormonal, stress psikologis dan fisik, sifat pendukung tidak memadai

Trend Current issue dan kecenderungan dalam keperawatan jiwaTrend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global. Ada beberapa tren penting yang menjadi perhatian dalam keperawatan jiwa di antaranya adalah sebagai berikut: Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi Kecenderungan situasi di era global Kecenderungan penyakit jiwa Globalisasi dan perubahan orientasi sehat Kecenderungan penyakit jiwa Meningkatnya masalah psikososial Trend bunuh diri pada anakMasalah AIDS dan NAPZAPattern of parenting Perspektif life span history Kekerasan Masalah ekonomi dan kemiskinan

TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DI INDONESIA

BAB IPENDAHULUANA.LATAR BELAKANGKeperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat.Keperawatan medikal bedah sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak terlepas dari adanya berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan, variasi jenis penyakit dan teknik intervensi keperawatan. Adanya berbagai perubahan yang terjadi akan menimbulkan berbagai trend dan isu yang menuntut peningkatan pelayanan asuhan keperawatan. Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk membahas Trend dan Isu Keperawatan Medikal Bedah serta Implikasinya terhadap Perawat di Indonesia.B.TUJUAN1.Mengidentifikasi trend dalam keperawatan medikal bedah di Indonesia2.Mengidentifikasi issue dalam keperawatan medikal bedah di Indonesia3.Mengetahui implikasi trend dan isu keperawatan medikal bedah terhadap perawat di Indonesia4.Mengetahui issue aspek legal dalam keperawatan professional5.Mengetahui trend keperawatan mandiri masa kini.C.MANFAAT1.Meningkatkan pemahaman perawat terhadap perkembangan trend dan isu keperawatan medikal bedah di Indonesia2.Sebagai dasar dalam mengembangkan ilmu keperawatan medikal bedah3.Mengetahui keterkaitan keperawatan medikal bedah dengan trend dan isu yang berkembang dalam bidang kesehatan4.Sebagai landasan dalam melakukan penelitian baik klinik dan preklinik

BAB IIPEMBAHASANA.TREND DAN ISSUE DALAM KEPERAWATAN MEDIKAL-BEDAHSeluruh bidang pelayanan kesehatan sedang berubah dan tidak satupun perubahan yang berjalan lebih cepat dibandingkan yang terjadi di bidang perawatan akut. Di sini, perawat memberikan bantuan langsung baik untuk pasien maupun keluarga yang menghadapi penyakit atau cedera. Hal ini memberikan suatu tantangan yang sangat menyenangkan dan nyata bagi perawat. Tanggung jawab untuk mengkoordinasikan perawatan ini membutuhkan perencanaan dan pencatatan yang yang dengan jelas mengidentifikasi masalah-masalah dan intervensi-intervensi, juga perencanaan perawatan kesehatan jangka pendek dan panjang untuk individu dan keluarga.Di bidang perawatan yang tengah berubah ini, apakah yang bakal terjadi? Pada tahun 1989, kami mencatat tujuh trend utama yang kami yakin akan mempunyai dampak berkepanjangan pada perawatan dan perawatan pasien, yaitu:1.Penurunan biaya perawatan kesehatan2.Perhitungan biaya asuhan keperawatan3.Pengurangan lamanya dirawat4.Peningkatan kepercayaan terhadap teknologi tinggi5.Kebutuhan akan pengetahuan keperawatan tahap lanjut6.Kebutuhan akan kolaborasi dan komunikasi7.Inovasi dalam perencanaan perawatan melalui komputerisasiMereka yang memantau kecenderungan ini (juga staf perawat yang memberikan perawatan langsung) dapat membuktikan bahwa kecenderungan ini telah benar-benar menimbulkan, dan akan terus memiliki efek yang sangat mendalam pada profesi dan praktik keperawatan.1.Penurunan Biaya Perawatan KesehatanImplementasi dari kemungkinan reimbursemen (pengembalian uang) yang dimulai dengan pasienMedicareyang menggantikan fokus pelayanan kesehatan menjadi pembendungan biaya. Rumah sakit telah menanggapi pengurangan biaya perawatan dengan mengurangi jumlah tempat tidur dan staf. Selain itu, meskipun perawatan pasien di rumah sakit menjadi lebih singkat, namun pasiennya lebih parah, mengakibatkan peningkatan kebutuhan asuhan keperawatan dan kelebihan beban kerja. Keadaan ini telah mewajibkan bahwa keperawatan meninjau kembali standar minimum dari perawatan sementara tetap mempertahankan dan memberikan asuhan keperawatan yang efektif. Sebagai akibat dari perubahan ini, perawat harus berfungsi lebih efektif. Karena belum pernah sebelumnya, rencana perawatan pasien harus mencerminkan persiapan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasien dan standar-standar perawatan di bawah tekanan-tekanan keterbatasan waktu dan sumber daya yang lebih sedikit.2.Perhitungan Biaya Asuhan KeperawatanPerhatian profesi oleh karenanya terfokus pada biaya pemberian asuhan keperawatan pada pasien dalam kondisi prospektif pengembalian uang, baiaya lebih sedikit, waktu yang terbatas, dan pengurangan jumlah tempat tidur dan staf. Perhitungan kontribusi keperawatan pada perawatan pasien dapat digunakan untuk menentukan biaya pemberian asuhan pada pasien khusus. Dengan menghitung waktu keperawatan, membutuhkan pengidentifikasian tingkat asuhan keperawatan yang diperlukan bagi setiap pasien, yang dapat digunakan untuk pajak langsung dari sumbangan pelayanan. Pada rumah sakit-rumah sakit yang telah menarik pajak untuk pelayanan keperawatan, rencana asuhan pasien sudah merupakan bagian integral dari penyesuaian biaya asuhan keperawatan.Penjabaran tentang bidang keperawatan telah menjadi tantangan yang berkelanjutan sejak awalanya profesi kita. Tentangapadanbagaimanadari bidang keperawatantelah dijelaskan pada bagian-bagian dalam sejumlah publikasi yang telah adayang membantu operasionalisasi pekerjaan keperawatan. Publikasi ANA tahun 1980Nursing: A Social Policy Statementmenggambarkan keperawatan sebagaidiagnosa dan tindakan dari respons manusia terhadap masalah-masalahkesehatan aktual dan potensial. Asosiasi Diagnosa Keperawatan Amerika Utara (NANDA) mengembangkan taksonomi (1989) yang memberikan skema klasifikasi awal untuk mengkategorikan dan membuat penggolongan label-label diagnosa keperawatan. Definisi NANDA tentang diagnosa keperawatan (1990) lebih lanjut memperjelas tahap kedua proses keperawatan (mis., identifikasi masalah/diagnosa),Standar of Clinical ParticeANA, (1991) menggambarkan proses asuhan keperawatan pasien dan mengidentifikasi standar-standar untuk kinerja (performa) profesional (Tabel 1-1)Kemajuan ilmu pengetahuan diteruskan dengan AHCPR (departemen kesehatan dan agensi pelayanan kemanusiaan untuk kebijakan dan penelitian pelayanan kesehatan Amerika)yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas, ketepatan, dan keefektifan pelayan asuhan kesehatan dan akses untuk pelayanan ini. Yang pada akhirnya, pertemuan multi disiplin dari para praktisi (termasuk perawat) telah memulai proses yang sulit dalam pembatan pedoman-pedoman praktik klinik yang ditujukan untuk situasi khusus perawatan pasien. Pedoman-pedoman ini dimaksudkan untuk membantu pemberian asuhan kesehatan dalam pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan penatalaksanaan situasi klinik. Mereka sumber daya yang memungkinkan perawatan pasien dievaluasi, pemberi asujhan kesehatan menjalankan tanggung gugat, dan pembayaran jasa disesuaikan. Pada trbitan ini, 4 pedoman praktik klinik diterbitkan dan tersedia gratis. Keempat terbitan tersebut adalah:Penatalaksanaan Nyeri Akut: Prosedur Operatif atau Medikal dan TraumaInkontinensia Urine pada Orang DewasaUlkus karena TekananAnemia Sel SabitPada tahun 1992,Iowa Intervention Project: Nursing Interventions Clasification(NIC) juga telah mengalihkan perhatian kita pada isi dan proses asuhan keperawatan dengan mengidentifikasi dan menstandarisasi beberapa aktifitas perawatan langsung yang dilakukan perawat.3.Pengurangan Lamanya DirawatKetentuan dari perawatan yang dibuat dengan keinginan sendiri harus direncanakan dan diberikan dengan kontinuitas sejalan dengan penurunan masa perawatan. Banyak pasien yang meninggalkan rumah sakit lebih dini masih membutuhkan perawatan kesehatan. Rumah sakit menanggapi kebutuhan ini dengan membuat ruangan/tempat tidurperawatan transisi, membuat agensi perawatan kesehatan sendiri, atau menyewa koordinator yang berlandaskan rumah sakit untuk kerja dengan agensi pelayanan kesehatan swasta. Perawat memikul ttanggung jawab yang besar untuk memastikan bahwa pasien yang pulang pada waktu sesuai dengan penggolongan kelompok diagnosis yang berhubungan. Perencanaan pulang yang agresif harus dimulai pada penerimaan di unit medikal/bedah dan menggabungkan pengetahuan tentang sumber-sumber rumah sakitdan komunitas yang tersedia untuk pasien.Untuk mempermudah pemulangan dini tetapi aman dan untuk menjamin kontinuitas perawatan, banyak batasan-batasan unit tradisional dilanggar. Manager keperawatan-kasus mengikuti pasien dari penerimaan sampai unit perawatan umum hingga pemulangan kembali ke komuniti dalam suatu upaya untuk mencapai hasil yang optimal. Rencana perawatan terkoordinasi yang efektif dapat membantu menjamin kontinuitas perawatan antara sistem pelayanan kesehatan dan rumah atau agensi yang menerima pemindahan.Standar-Standar Praktik Keperawatan Klinika.Standar-standar Asuhan1.Pengkajian: Perawat mengumpulkan data kesehatan pasien2.Diagnosis: Perawat menganalisis data pengkajian dalam memnentukan diagnosa3.Identifikasi Hasil: Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan secara individual bagi klien4.Perencanaan: Perawat mengembangkan rencana asuhan yang menggambarkan intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkanb.StandarPerforma Profesinal1.Kualitas Asuhan: Perawat secara sistematis mengevaluasi kualitas dan efektivitas praktik keperawatan2.Penilaian Performa: Perawat mengevaluasi prktik keperawatannya sendiri dalam hubungannya dengan standar-standar praktik profesinal dan undang-umdang serta peraturan yang relevan3.Pendidikan: Perawat mendapatkan dan mempertahankan pengetahuan terbaru dalam parkatik keperawatan4.Kolegialitas: Perawat memberikan sumbangsih pada perkembangan profesional teman sejawat , kolega dan lain-lain5.Etik: Keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan perawat atas nama klien ditentukan dalam cara-cara yang sesuai etika6.Kolaborasi: Perawat berkolaborasi dengan klien, orang terdekat, dan pemberi pelayanan kesehatan lain dalam memberikan perawatan klien.7.Riset: Perawat menggunakan temuan-temuan riset dalam praktik8.Penggunaan sumber: Perawat mempertimbangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan keamanan, efektifitas, dan biaya dalam perencanaan dan pemberian asuhan pada klien4.Meningkatnya Ketergantungan terhadap Teknologi TinggiDalam lingkungan bermusuhan dari masyarakat yang tunduk pada hukum, praktik kedokterandefensiftelah mengakibatkan peningkatan ketergantungan pada teknologi diagnostik dan intervensi pengobatan yang canggih. Beberapa tahun yang lalu sebelum tekti menjadi suatu kecenderungan, perawat-perawat menunjukkan perhatian bahwa pasien dalam bahaya kematian diantara selang-selang, alat pemantau, dan mesin-mesin karena teknologi yang kompleks menjadi bagian yang meningkat dengan pesat dalam perawatan kesehatan. Hal ini mengarahkan perawat-perawat untuk menjadi penasehat hukum bagi individualitas pasien, konsep holistik tentang interaksi pikiran-jiwa-tubuh, dan meningkatkan kewaspadaan terhadap dilema isu-isu etik seperti kualitas hidup/hak untuk mati. Menyertakan konsep-konsep ini dan pertimbangan dari latar belakang budaya/sosioekonomi individual dapat memudahkan pencapaian keseimbangan antara kemajuan teknologi dan kebutuhan-kebutuhan manusia5.Kebutuhan akan Pengetahuan Keperawatan Tahap LanjutIntervensi keperawatan intensif dibutuhkan untuk menagatasi peningkatan akuitas pasien dalam menghadapi lamanya dirawat yang lebih singkat didalam lingkungan medikal/bedah. Perawat membutuhkan keahlian-keahlian klinik yang lebih baik, kematangan, kemampuan berpikir kritis, keasertifan, dan ketrampilan-ketrampilan penatalaksanaan pasien untuk mengatasi peningkatan tanggung jawab ini.Program-program sertifikasi keperawatan spesialis memberikan tujuan-tujuan yang umum: untuk memberikan perlindungankonsumen, untuk memajukan pengetahuan dan kompetensi keperawatan, untuk meningkatkan otonomi keperawatan, dan untuk memperkuat kolaborasi. Sertifikasi memberikan pengakuan pada hasil yang telah dicapai perawat tentang standar-standar yang sebelumnya telah ditetapkan oleh kelompok yang mengeluarkan sertifikasi, dan oleh karenanya sertifikasi ini menjadi sesuatu yang penting dalam era yang semakin memperhatikan biaya karena para manajer mencari para profesionalyang kompeten untuk di pekerjakan. Selain itu, kepercayaan semacam ini bisa menjadi kerangka kerja untukreimbursementoleh pembayar ketiga.6.Kebutuhan akan Kolaborasi dan KomunikasiSejalan dengan pemberian pelayanan kesehatan yang makin kompleks dan makin terpusat secara ekonomis, kebutuhan akan komunikasi dan kolaborasi antar profesi-profesi kesehatan makin tinggi. Hanya melalui kolaborasi anatar departemen, pelayanan-pelayanan, serta fasilitas-fasilita memungkinkan profesional-profesional medikal memberikan perawatan yang paling efisien dan komprehensif. Perawat sebagai koordinator primer keseluruhan perawatan pasien, berkewajiban untuk menjamin bahwa hal ini berlangsung.Komunikasi dan kolaborasi intradepartemen dapat dilakukan dalam bentuk konferensi perawatan pasien. Informasi yang didapatkan dari konferensi ini dimasukkan ke dalam rencana perawatan yang menyeluruh oleh perawat, yang bekerja sebagai penghubung antara pemberi perawatan kesehatan. Jadi, rencana perawatan dan pencatatan komunikasi yang terjadi terus menerus berfungsi sebagai parantara antara perawat dan disiplin lain.Pasien dan keluarga, karena mempunyai tanggung jawab untuk mereka sendiri (kontrol lokus-internal), juga turut serta dalam banyak keputusan berkenaan dengan tingkat dan besarnya asuhan kesehatan yang mereka inginkan. Hal-hal yang berkenaan dengan moral dan etik mereka, seperti keputusan-keputusan no code/keinginan hidup, dengan tanggal, waktu, dan nama-nama dari mereka, yang turut serta harus dimasukkan dalam rencana perawatan. Hal ini memberikan pencatatan legal dan etik dari proses pembuatan keputusan/komunikasi.7.Inovasi dalam Rencana Asuhan melalui KomputerisasiBanyak perawat meyakini bahwa waktu mereka yang terbatas lebih baik dihabiskan untuk pemberian perawatan pasien di tempat tidur daripada mengisi kertas kerja. Penggunaan rencana perawatan tertulis hanya menunjukkan devisi tugas fungsional dan kewajiban menghidupkan terus menerus gagasan bahwa rencana-rencana perawatan adalah kerja sibuk, tidak berhubungan dengan pemberian asuhan. Pembuatan kembali rencana asuhan untuk menggunakan model-model keperawatan meningkatkan penggunaan dan memberikan pencatatan singkat, memperlihatkan hubungan antara perencanaan dan pencatatan. Institusi yang menggunakan laporan dengan komputer meningkatkan jumlah perencanaan perawatan yang diberikan dan dipertahankan daripada yang terjadi sebelum komputerisasi. Kenyataanya, sistem komputer telah memberikan dampak yang menyenangkan pada proses, karena perawata-perawat dapat dengan cepat memasukkan, menayangkan, memperbaiki, mengevaluasi, dan mencetak rencana perawatan, sehingga meningkatkan kualitas penyimpanan catatan.Kebanyakan sistem komputer menggunakan rencana asuhan perawatan pasien yang baku, yang mencerminkan standar-standar perawatan yang diterima untuk masalah-masalah medik/keperawatan tertentu. Banyak penggunaan diagnosa keperawatan yang diterima untuk pengujian oleh NANDA. Karena rencana yang dibuat dengan komputer mencerminkan banyak jenis pengetahuan dan pengalaman keperawatan, hal ini memungkinkan praktisi yang baru sekali pun untuk membuat strategi perawatan yang efektif. Rencana perawatan yang baku juga berfungsi sebagai penyegar ingatan bagi perawat yang merawat pasien yang tidak selalu mereka temui dalam area praktik klinik, sehingga memeberikan informasi untuk meningkatkan praktik yang efektif. Selain itu rencana perawatan yang baku ini memberikan pada semua perawat suatu cara yang efisien untuk mengembangkan rencana asuhan yang komprehensif, diperbaiki secara kontinue, mengindividualisasi, dan dapat dipertanggung jawabkan untuk masing-masing pasien.B.ISUASPEK LEGALTelenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan etik dan kerahasiaan pasien sama sepertitelehealthsecara keseluruhan. Di banyak negara, dan di beberapa negara bagian di Amerika Serikat khususnya praktektelenursingdilarang (perawat yang online sebagai koordinator harus memiliki lisensi di setiap resindesi negara bagian dan pasien yang menerimatelecareharus bersifat lokal) guna menghindari malpraktek perawat antar negara bagian. Isu legal aspek seperti akontabilitas dan malprakatek, dsb dalam kaitan telenursing masih dalam perdebatan dan sulit pemecahannya.Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan umum kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP/standar operasi prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan. Kegiatantelenursingmesti terintegrasi dengan startegi dan kebijakan pengembangan praktek keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan sistem pendidikan dan pelatihan keperawatan yang menggunakan model informasi kesehatan/berbasis internet.Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang kesehatan dalam merawat pasien adalah:1. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan harus tetap terjaga2. Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus diinformasikan potensial resiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon) dan keuntungannya3. Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol dengan membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email4. Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah gunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.Perubahan yang cepat dalam lingkungan perawatan kesehatan, sejalan dengan kemajuan kontinue teknologi, peningkatan keparahan penyakit, tekanan-tekanan anggaran, dan perluasan pengetahuan keperawatan, telah sangat meningkatkan tanggung jawab yang harus diemban oleh perawat sekarang ini. Untuk memenuhi tanggung jawab ini, perencanaan dan pencatatan perawatan adalah penting untuk memuaskan kebutuhan pasien dan memenuhi kewajiban legal. Pencatatan dampak keperawatan pada perawatan pasien juga memberikan informasi akan kebutuhan perawatan yang berkelanjutan, hal-hal yang berkenaan dengan hukum, dan pembayaran.1.Trend Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di IndonesiaPerkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi dalam berbagai bidang yang meliputi:a)Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)Menurut Martono, telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Keuntungan dari teknologi ini yaitu mengurangi biaya kesehatan, jangkauan tanpa batas akan layanan kesehatan, mengurangi kunjungan dan masa hari rawat, meningkatkan pelayanan pasien sakit kronis, mengembangkan model pendidikan keperawatan berbasis multimedia (Britton, Keehner, Still & Walden 1999). Tetapi sistem ini justru akan mengurangi intensitas interaksi antara perawat dan klien dalam menjalin hubungan terapieutik sehingga konsep perawatan secara holistik akan sedikit tersentuh oleh ners. Sistem ini baru diterapkan dibeberapa rumah sakit di Indonesia, seperti di Rumah Sakit Internasional. Hal ini disebabkan karena kurang meratanya penguasaan teknik informasi oleh tenaga keperawatan serta sarana prasarana yang masih belum memadai.Definisi :1.Telenursing (pelayanan Asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaan tehnologi komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada klien. Yang menggunakan saluran elektromagnetik (gelombang magnetik, radio dan optik) dalam menstransmisikan signal komunikasi suara, data dan video. Atau dapat pula di definisikan sebagai komunikasi jarak jauh, menggunakan transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan atau komputer 4)2.Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Sebagai bagian dari telehealth, dan beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non-medis, seperti telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring.3.Telenursing is defined as the practice of nursing over distance using telecommunications technology (National Council of State Boards of Nursing).4.Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai peralatan video conference (bagian integral dari telemedicine atau telehealth).

C.TRENDKEPERAWATAN MANDIRI MASA KINIPerawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat, keluarga, kelompok maupun individu. Hal ini menyebabkan perawat selalu menjadi pusat perhatian dari masyarakat maupun pasien yang dirawatnya. Mengikuti perkembangan perawatan dunia, para perawat menginginkan perubahan yang mendasar dalam kegiatan profesinya. Kalau tadinya hanya membantu tugas pelaksanaan tugas dokter, yang menjadi bagian dari upaya pencapaian tujuan asuhan medis, kini mereka, menginginkan pelayanan keperawatan mandiri sebagai upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan. Tuntutan tanggungjawab dan tugaspun mulai bergeser yang dulu perawat hanya sebagai perpanjangan dari dokter untuk merawat pasien selama 24 jam, kini tuntutan itu sudah menjadi tanggungjawab profesi perawatan secara mandiri yang tentunya mempunyai konsekuensi terhadap perawat tentang tanggungjawab dan tanggung gugat, baik dari pasien, dokter, maupun profesi kesehatan lainya, dan bahkan kadang harus mempertanggungjawabkan dirinya baik secara perdata maupun pidana di pengadilan akibat kesalahan tindakan terhadap pasien maupun malpraktik yang terjadi atas diri perawat itu, maupun bersama-sama dengan profesi kesehatan lainya, seperti dokter, X-ray technician, Laboratorium TechnicianWalaupun Perawat mempunyai Induk organisasi Keperawatan PPNI, namun jika terjadi kasus-kasus yang berhubungan dengan perawat ternyata masih belum mampu membantu banyak penyelesaian yang dihadapi perawat, hal ini memyebabkan perlindungan terhadap perawat masih sangat rendah, dikarenakan masih belum adanya Undang-undang yang mengatur perlindungan terhadap perawat. Ternyata resiko-resiko yang dihadapi oleh perawat tidak hanya berhenti sampai disitu saja tentunya karena perawat sebagai tenaga pelayanan keperawatan yang berada 24 jam disamping pasien juga menghadapi berbagai resiko kesehatan akan terjadinya infeksi silang berbagai macam penyakit dari pasien maupun kejadian kecelakaan kerja akibat pekerjaanya seperti tertusuk jarum, nyeri pungung sehubungan dengan pekerjaan mengangkat dan memindahkan pasien, bed making dan bahkan sampai HNP (Hernia Nucleons Pulposus) yang berakibat kelumpuhan.Ternyata tanggungjawab dan resiko yang diemban perawat masih belum sebanding dengan upah yang mereka terima rata-rata berkisar antara 400 rb l jt rupiah, yang mana masih jauh dibawah UMP (Upah Minimum Propinsi). Ketidak cukupan upah inilah yang walaupun bukan faktor utama, akhirnya para perawat tedebak dalam kegiatan "klinical practice", yang ilegal, yang mau tidak mau mereka, harus melakukannya karena tuntutan ekonomi dan kebutuhan sehari-hari yang memang harus dipenuhi yang tidak dapat dicukupi dari upah yang diterimanya.Saat ini masih terjadi persepsi yang keliru di masyarakat tentang profesi keperawatan di Indonesia. Persepsi keliru itu terjadi karena kesalahan informasi yang mereka terima dan kenyataan di lapangan. Kondisi ini didukung pula dengan kebudayaan dan kebiasaan-kebiasaan perawat seperti mengambilkan stetoskop, tissue untuk para dokter. Masih banyak para perawat. yang tidak percaya diri ketika berjalan dan berhadapan dengan dokter. Paradigma ini harus dirubah, mengikuti perkembangan keperawatan dunia. Para perawat menginginkan perubahan mendasar dalam kegiatan profesinya. Kalau tadinya hanya, membantu pelaksanaan tugas dokter, menjadi bagian dari upaya mencapai tujuan asuhan medis, kini mereka menginginkan pelayanan keperawatan mandiri sebagai upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan.Institusi pendidikan keperawatan sangat bertanggungjawab dan berperan penting dalam rangka, melahirkan generasi perawat yang berkualitas dan berdedikasi. Pemilik dan pengelola insititusi pendidikan keperawatan yang sama sekali tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang keperawatan baik secara disiplin ilmu atau profesi dapat menjadi penyebab rendahnya mute lulusan dari pendidikan keperawatan yang ada. Hal ini dapat di ukur dengan kalah bersaingan para Perawat Indonesia bila di bandingkan dengan negara-negara lain seperti Philipina dan India. Pemicu yang paling nyata adalah karena, dalam system pendidikan keperawatan. kita masih menggunakan "Bahasa Indonesia" sebagai pengantar dalam proses pendidikan. Hal tersebut yang membuat Perawat kita kalah bersaing di tingkat global. Disisi lain dengan berkembangnya pola pelayanan kesehatan di Indonesia memberikan kesempatan pada perawat untuk memperluas peran dan fungsinya, sehingga perlu ditunjang dengan latar belakang jenjang pendidikan tinggi dalam bidang keperawatan termasuk pendidikan spesialistik, sehingga mampu bekerja pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan.Isu hangat di berbagai pertemuan keperawatan baik regional maupun nasional adalah isu tentang jasa keperawatan. Hal ini merupakan kebutuhan mendesak, karena dapat menimbulkan dampak series, seperti penurunan mute pelayanan, meningkatnya keluhan konsumen, ungkapan ketidakpuasan perawat lewat unjuk rasa dan sebagainya. Isu ini jika tidak ditanggapi dengan benar dan proporsional dikhawatirkan dapat menghambat upaya melindungi kepentingan pasien dan masyarakat yang membutuhkan jasa pelayanan kesehatan, menghambat perkembangan rumah sakit serta menghambat upaya pengembangan dari keperawatan sebagai profesi. Pada akhirnva keperawatan yang bermutu adalah suatu bentuk pelayanan yang mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan pasien sebagai pelanggan. Untuk mencapainya Perawat dapat memulai dari dirinya sendiri. Perawat harus bekerja sesuai standar praktek pelayanan keperawatan sesuai wewenang dan tangung jawabnya, selalu berupaya mengembangkan diri melalui pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan serta sistem jenjang karir.Selain memiliki kemampuan intelektual, interpersonal dan teknikal, perawat di Indonesia juga harus mempunyai otonomi yang berarti mandiri dan bersedia menanggung resiko, bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukannya, termasuk dalam melakukan dan mengatur dirinya sendiri. Tetapi yang terjadi di lapangan sangat memilukan, banyak sekali rekan-rekan Perawat yang melakukan "Praktek Pelayanan Kedokteran dan Pengobatan" yang sangat tidak relevan dengan ilmu keperawatan itu sendiri.

BAB IIIPENUTUPA.KESIMPULAN1. Trend Keperawatan Medikal Bedal Bedah dan Dampaknya di Indonesia.Beberapa trend yang terjadi dalam Keperawatan Medikal Bedah di Indonesia, diantaranya adalah: telenursing, Prinsip Moisture Balance dalam Perawatan Luka, Pencegahan HIV-AIDS pada Remaja dengan Peer Group, Program vsertifikasi perawat keahlian khusus, Hospice Home Care, One Day Care, Klinik HIV, Klinik Rawat Luka, Berdirinya organisasi profesi keperawatan kekhususan, Pengembangan Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah Sakit dalam Lingkup Keperawatan Medikal Bedah. Disadari bahwa semua trend tersebut belum seutuhnya diterapkan dalam pelayanan keperawatan di seluruh Indonesia.2. Isu dalam Keperawatan Medikal Bedah dan Dampaknya di IndonesiaBeberapa isue yang berkembang dalam Keperawatan Medikal Bedah di Indonesia, antara lain: Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan pada luka, Belum ada dokumentasi keperawatan yang baku sehingga setiap institusi rumah sakit mengunakan versi atau modelnya sendiri-sendiri, Prosedur rawat luka adalah kewenangan dokter, Euthanasia: suatu issue kontemporer dalam keperawatan, Pengaturan sistem tenaga kesehatan, Lulusan D3 Keperawatan lebih banyak terserap di Rumah sakit pemerintah dibandingkan S1, dan Peran dan tanggung jawab yang belum ditetapkan sesuai dengan jenjang pendidikan sehingga implikasi di rs antara DIII, S1 dan Spesialis belum jelas terlihat.B.SARANSeluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai trend dan isu keperawatan medikal bedah di Indonesia sehingga dapat dikembeangkan dalam tatanan layanan keperawatan.Diharapkan agar perawat bisa menindaklanjuti trend dan isu tersebut melalui kegiatan riset sebagai dasar untuk pengembangan Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah Sakit dalam Lingkup Keperawatan Medikal Bedah

DAFTAR PUSTAKADitjen PPM dan PPL Depkes RI (2008). Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia .http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.pdf, diakses Selasa, 23 september 2008, pukul 11.00 WIB