BAB I PENDAHULUAN Trauma maksilofasial terjadi sekitar 6% dari seluruh trauma. Penyebab trauma maksilofasial bervariasi, seperti kecelakaan lalu lintas, kekerasan fisik, terjatuh, olah raga dan trauma akibat senjata api. Kecelakaan lalu lintas adalah penyebab utama trauma maksilofasial yang dapat membawa kematian dan kecacatan pada orang dewasa secara umum dibawah usia 50 tahun dan angka terbesar biasanya terjadi pada pria dengan batas usia 21-30 tahun. Bagi pasien dengan kecelakaan lalu lintas yang fatal menjadi masalah karena harus dirawat di rumah sakit dengan cacat permanen yang dapat mengenai ribuan orang per tahunnya. Berdasarkan studi yang dilakukan, 72% kematian oleh trauma maksilofasial paling banyak disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Penyebab yang 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Trauma maksilofasial terjadi sekitar 6% dari seluruh trauma. Penyebab trauma
maksilofasial bervariasi, seperti kecelakaan lalu lintas, kekerasan fisik, terjatuh, olah
raga dan trauma akibat senjata api. Kecelakaan lalu lintas adalah penyebab utama
trauma maksilofasial yang dapat membawa kematian dan kecacatan pada orang
dewasa secara umum dibawah usia 50 tahun dan angka terbesar biasanya terjadi pada
pria dengan batas usia 21-30 tahun. Bagi pasien dengan kecelakaan lalu lintas yang
fatal menjadi masalah karena harus dirawat di rumah sakit dengan cacat permanen
yang dapat mengenai ribuan orang per tahunnya. Berdasarkan studi yang dilakukan,
72% kematian oleh trauma maksilofasial paling banyak disebabkan oleh kecelakaan
lalu lintas. Penyebab yang paling sering pada orang dewasa adalah kecelakaan lalu
lintas (40-45%), sedang yang lainnya adalah penganiayaan atau berkelahi (10-15%),
olahraga (5-10%), jatuh (5%) dan lain-lain (5-10%). Pada anak-anak penyebab paling
sering adalah olahraga seperti naik sepeda (50-65%), sedang yang lainnya adalah
kecelakaan lalu lintas (10-15%), penganiayaan atau berkelahi (5-10%) dan jatuh ( 5-
10 %).
Fraktur muka dibagi menjadi beberapa, yaitu fraktur tulang hidung, fraktur
tulang zigoma dan arkus zigoma, fraktur tulang maksila, fraktur tulang orbita dan
1
fraktur tulang mandibula. Kejadian fraktur mandibula dan maksila terbanyak
ketimbang tulang lainnya, yaitu masing-masing sebesar 29,85%, disusul fraktur
zigoma 27,64% dan fraktur nasal 12,66%. Trauma muka dapat menyebabkan
beberapa komplikasi, antaranya adalah obstruksi saluran napas, perdarahan,
gangguan pada vertebra servikalis atau terdapatnya gangguan fungsi saraf otak.
Penanganan khusus pada trauma muka, harus dilakukan segera (immediate) atau pada
waktu berikutnya (delayed). Penanggulangan ini tergantung kepada kondisi jaringan
yang terkena trauma. Pada periode akut setelah terjadi kecelakaan, tidak ada tindakan
khusus untuk fraktur muka kecuali mempertahankan jalan napas, mengatasi
perdarahan dan memperbaiki sirkulasi darah serta cairan tubuh. Tindakan reposisi
dan fiksasi definitif bukan tindakan life-saving.
2
BAB II
ANATOMI WAJAH
Kerangka wajah berfungsi untuk melindungi otak, melindungi organ
penghidu, penglihatan, dan rasa, dan menyediakan kerangka di mana jaringan lunak
wajah dapat bertindak untuk memfasilitasi makan, ekspresi wajah, bernapas, dan
berbicara. Tulang-tulang wajah utama adalah rahang, rahang bawah, tulang frontal,
tulang hidung, dan zigoma.
Gambar 2.1 tulang wajah
3
Tulang Mandibula
Mandibula adalah tulang berbentuk U. Ini adalah satu-satunya tulang yang
mobile dan dikarenakan tempat gigi bawah, gerakannya sangat penting untuk
pengunyahan. Hal ini dibentuk oleh osifikasi intramembranous. Di permukaan lateral,
daerah garis tengah anterior inferior dari tubuh hemimandibula adalah segitiga
penebalan tulang disebut protuberansia mental. Tepi inferior menebal dari tonjolan
mental memanjang lateral dari garis tengah dan bentuk 2 tonjolan bulat disebut
tuberkel mental. Terletak lateral garis tengah pada permukaan eksternal foramina
mental yang mengirimkan mental dan pembuluh saraf. Mereka biasanya terletak di
bawah puncak gigi seri kedua 6-10 mm dan variasi dalam dimensi anteroposterior.
Tepi tulang lateral posterior meluas tuberkulum mental dan naik miring sebagai garis
miring untuk bergabung dengan tepi anterior dari proses koronoideus. Tepi inferior
tubuh posterior dan lateral di mana melekat otot masseter.
Gambar 2. 2 tulang mandibula
4
Tulang maksila
Rahang atas memiliki beberapa peran. Tulang ini tempat gigi atas,
membentuk atap rongga mulut, membentuk lantai dan memberikan kontribusi ke
dinding lateral dan atap rongga hidung, membentuk sinus maksilaris, dan
memberikan kontribusi ke dinding inferior dan dasar dari orbital. Dua tulang
maksilaris yang bergabung di garis tengah membentuk sepertiga tengah wajah.
Gambar 2.3 tulang maksila
Tulang Zigoma
Tulang zigoma dibentuk oleh bagian-bagian yang berasal dari tulang
temporal, tulang frontal, tulang sphenoid dan tulang maksila. Bagian-bagian tulang
yang membentuk zigoma ini membentuk tonjolan pada pipi di bawah mata sedikit ke
5
arah lateral. Tulang zigoma membentuk bagian lateral dinding inferior orbital, serta
dinding lateral orbital.
Gambar 2.4 tulang zigoma (dari anterior)
Gambar 2.5 tulang zigoma (dari lateral)
Tulang Frontal
Tulang frontal membentuk bagian anterior tempurung kepala, membentuk
sinus frontal, dan membentuk atap sinus etmoid, hidung, dan orbital. Selain itu, ia
juga membentuk lengkungan zigomatic anterior, dimana otot masseter dipegang.
6
Otot masseter bertindak untuk menutup rahang bawah untuk pengunyahan dan
berbicara. Di permukaan lateral, tulang zigomatic memiliki 3 prosesus. Di bagian
inferior kearah medial untuk berartikulasi dengan prosesus zygomatic maksila,
membentuk bagian lateral tepi infraorbital. Bagian ini mencekung kearah superior
untuk membentuk prosesus frontalis yang berartikulasi dengan tulang frontal. Di
bagian posterior, prosesus temporalis berartikulasi dengan prosesus zigoma tulang
temporal untuk membentuk arkus zigomatik. Pada permukaan medial zigoma adalah
plat orbital halus yang membentuk dinding lateral orbit.
Gambar 2.6 tulang frontal dari bagian posterior
7
Sinus Frontal
Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan keempat
fetus. Sesudah lahir sinus frontal mulai berkembang pada usia 8-10 tahun dan akan
mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20 tahun. Ukuran sinus frontal adalah 2,8
cm tingginya, lebarnya 2,4 cm dan dalamnya 2 cm. Sinus frontal biasanya dibagi
secara sagital oleh septum eksentrik.
Tulang Hidung
Tulang-tulang hidung yang berpasangan membentuk tulang atap
anterosuperior dari rongga hidung. Tulang ini berartikulasi dengan prosesus nasal
superior tulang frontal, prosesus depan tulang maksilaris lateral, dan dengan satu
sama lain di bagian medial. Permukaan eksternal cembung kecuali bagian paling
superior, di mana bentuk cekung berubah untuk berartikulasi dengan tulang frontal.
Pada permukaan internal merupakan alur vertikal untuk arteri nasal eksterna.
8
BAB III
TRAUMA MUKA
3.1 Definisi
Trauma maksilofasial adalah suatu ruda paksa yang mengenai wajah dan
jaringan sekitarnya. Trauma pada jaringan maksilofasial dapat mengenai jaringan
lunak dan jaringan keras. Yang dimaksud dengan jaringan lunak wajah adalah
jaringan lunak yang menutupi jaringan keras wajah. Sedangkan yang dimaksud
dengan jaringan keras wajah adalah tulang wajah yang terdiri dari tulang hidung,