Top Banner
TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU GLOBALISASI Oleh: Dr. Wahjudi Prakarsa 1. PERUBAHAN LINGKUNGAN USAHA 2. PERUBAHAN PRAKTIK DAN PENDIDIKAN AKUNTANSI 3. PERAN PENDIDIKAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN 4. EVOLUSI PENDIDIKAN TINGGI BISNIS DAN AKUNTANSI 5. TRANFORMASI DARI KNOWLEDGE ACQUISITION 6. KURIKULUM PROGRAM AKUNTANSI YANG UTUH ! a. Lampiran 2 ! b. Lampiran 3 PERUBAHAN LINGKUNGAN USAHA Sejak dasawarsa 1980-an, profesi dan pendidikan akuntansi menghadapi persimpangan jalan. Pada masa transisi menuju Era Revolusi Informasi di mana yang pasti adalah ketidakpastian itu sendiri dan yang tidak berubah adalah perubahan itu sendiri, dilema yang dihadapi profesi dan pendidikan akuntansi serta berbagai tuntutan perubahan yang menyertainya tampaknya merupakan konsekuensi yang wajar. Seperti yang tampak dalam Bagan I, sebagai subsistem dari sistem bisnis yang selanjutnya juga merupakan sistem dari suprasistem ipoleksos, profesi dan sistem pendidikan akuntansi tak mungkin terbebas dari pengaruh revolusi informasi dan komunikasi yang memacu globalisasi belakangan ini. Perubahan lingkungan teknologi. Berbagai perubahan dalam lingkungan ipoleksos yang selanjutnya memacu perubahan dalam lingkungan bisnis – baik visi, misis, dan strategi maupun adaptasi selanjutnya dalam struktur, kultur dan sistem, termasuk sistem akuntansi – terutama didorong oleh perubahan revolusioner yang terjadi dalam lingkungan teknologi. Dalam lingkungan ini, mesin-mesin yang “terampil” (skilled machines) dan “cekatan” (trained machines) sebagai akibat dari proliferasi energy-based technologyselama revolusi industri dewasa ini mengalami transformasi dan reformasi. Mesin-msin tersebut tidak saja menjadi semakin “terampil” dan makin “cekatan”, tetapi juga menjadi makin “cerdas” dan bahkan makin “hidup” sebagai akibat internalisasi information- bases atau knowledge-based technology ke dalamsarana produksi yang sedang berlangsung selama revolusi informasi dan komunikasi. Transformasi dari fixed automation tidak saja mengambil alih aktivitas manusia dalam lingkungan manufaktur, tetapi juga dalam lingkungan non-manufaktur (office automation), termasuk aktivitas akuntansi. Selaras dengan perubahan teknologi proses tersebut, terjadi pula perubahan dalam teknologi produk. Mass production (economies of scale) secara bertahap berevolusi menuju mass customization (kombinasi antara economies of scale, economies of scope dan economies of time), untuk memenuhikeinginan para pelanggan yang cenderung makin demanding dalam era globalisasi.
30

TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

Mar 09, 2019

Download

Documents

hahuong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU GLOBALISASI Oleh: Dr. Wahjudi Prakarsa 1. PERUBAHAN LINGKUNGAN USAHA 2. PERUBAHAN PRAKTIK DAN PENDIDIKAN AKUNTANSI 3. PERAN PENDIDIKAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN 4. EVOLUSI PENDIDIKAN TINGGI BISNIS DAN AKUNTANSI 5. TRANFORMASI DARI KNOWLEDGE ACQUISITION 6. KURIKULUM PROGRAM AKUNTANSI YANG UTUH

! a. Lampiran 2 ! b. Lampiran 3

PERUBAHAN LINGKUNGAN USAHA

Sejak dasawarsa 1980-an, profesi dan pendidikan akuntansi menghadapi persimpangan jalan. Pada masa transisi menuju Era Revolusi Informasi di mana yang pasti adalah ketidakpastian itu sendiri dan yang tidak berubah adalah perubahan itu sendiri, dilema yang dihadapi profesi dan pendidikan akuntansi serta berbagai tuntutan perubahan yang menyertainya tampaknya merupakan konsekuensi yang wajar. Seperti yang tampak dalam Bagan I, sebagai subsistem dari sistem bisnis yang selanjutnya juga merupakan sistem dari suprasistem ipoleksos, profesi dan sistem pendidikan akuntansi tak mungkin terbebas dari pengaruh revolusi informasi dan komunikasi yang memacu globalisasi belakangan ini.

Perubahan lingkungan teknologi. Berbagai perubahan dalam lingkungan ipoleksos yang selanjutnya memacu perubahan dalam lingkungan bisnis – baik visi, misis, dan strategi maupun adaptasi selanjutnya dalam struktur, kultur dan sistem, termasuk sistem akuntansi – terutama didorong oleh perubahan revolusioner yang terjadi dalam lingkungan teknologi. Dalam lingkungan ini, mesin-mesin yang “terampil” (skilled machines) dan “cekatan” (trained machines) sebagai akibat dari proliferasi energy-based technologyselama revolusi industri dewasa ini mengalami transformasi dan reformasi. Mesin-msin tersebut tidak saja menjadi semakin “terampil” dan makin “cekatan”, tetapi juga menjadi makin “cerdas” dan bahkan makin “hidup” sebagai akibat internalisasi information-bases atau knowledge-based technology ke dalamsarana produksi yang sedang berlangsung selama revolusi informasi dan komunikasi. Transformasi dari fixed automation tidak saja mengambil alih aktivitas manusia dalam lingkungan manufaktur, tetapi juga dalam lingkungan non-manufaktur (office automation), termasuk aktivitas akuntansi. Selaras dengan perubahan teknologi proses tersebut, terjadi pula perubahan dalam teknologi produk. Mass production (economies of scale) secara bertahap berevolusi menuju mass customization (kombinasi antara economies of scale, economies of scope dan economies of time), untuk memenuhikeinginan para pelanggan yang cenderung makin demanding dalam era globalisasi.

Page 2: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

Bersama dengan revolusi dalam transportation technology (darat, laut

maupun udara), miniaturization technology, material technology, biotechnology, dan aerospace technology, information dan communication technology telah menciptakan jaringan information superhighways yang makinterpadudalam jalinan yang makin kompleks, melintasi simpul-simpul penalaran manusia dan “penalaran” mesin yang cenderung makin “well-informed” dan makin “cerdas”. Proliferasi teknologi informasi dan komunikasi telah membut sistem, subsistem sampai pada mikrosistem organisasi ipoleksos yang paling elementermenjadi makin terbuka, makin terpadu, makin independen, makin “cerdas” dan bahkan menjadi makin “hidup” pula.

Perubahan lingkungan ekonomi. Revolusi dalam lingkungan teknologi informasidan komunikasi tersebut membawa yang sangat besar terhadap lingkungan ipoleksos. Ideologi komunisme hampir sirnah dari muka bumi. Transformasi dari hirarki administrasi ke mekanisme pasar sulit dibendung. Dalam lingkungan ekonomi, baik mikro maupun makro, keterbukaan, keterpaduan, dan interdependensi dalam physical systems memacu pertumbuhan, persaingan, dan pertikaian antar kelompok kepentingan yang semakin tajam dalam pasar internasional dan secara bertahapsedang mentraformasikan dan mereorientasikan struktur ekonomi negara-negara sedang berkembang, dari sektor pertanian ke sektor industri, dan di negara-negara maju, dari sektor industri ke sektor jasa. Asasresiprositas (reciprocity) yang inheren dalam AFTA, NAFTA, APEC, dan WTO akan mengakselerasikan lalu lintas perdagangan dan keuangan regional dan global, menembus ruang dan waktu dalam frekuensi yang makin cepat dan volume yang makin besar, meruntuhkan batas-batas negara dan batas-batas industri. Batas-batas korporasi juga menjadi semakin kabur ; aliansistrategis di antara perusahaan-perusahaan multinasional merangsang terjadinya simbiosis di antara berbagai industri, merintispembiakan industri baru yang tak terbayangkan pada masa yang lalu. Demikian pula dengan batas-batas unit bisnis dalam lingkungan internal korporasi serta batas-batas berbagai fungsi dan subfungsi dalam unit bisnis yang juga tak terlepas dari kekaburan ini. Akhirnya, arus informasi yang tidak lagi terikatruang dan waktu tersebut juga menembus batas-batas penalaran manusia sebagai mikrosistem sosial yang paling elementer sehingga menjadi makin well-informed, makin cerdas, dan makin demanding. Peningkatan kecerdasan umat manusia inilah yang terutama mendorong berbagai tuntutan makin eksplosif yang belakangan ini dimanifestasikan dalam bentuk gerakan demokratisasi, konsumerisme, environmentalisme dan sebagainya.

Perubahan lingkungan sosial. Dalam lingkungan sosial, terjadi pula perubahan dalam demografi, pilihan karir, sikap, sistem nilai, kultur dan tanggungjawab sosial. Kecenderungan ke arah ketidakpastian yang makin besar dan interdependensi serta persaingan yang makin tajam mendorong transformasi dan bahkan reformasi kultural secara sistemik dengan merujuk pada paradigma baru. Transformasi dan reformasi tersebut sedang berlangsung

Page 3: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

dalam hubungan industrial dan organisasional yang sebelumnya bersifat konfrontatif menuju hubungan kolaborasi dan konsistensi yang belakangan ini muncul dengan sebutan co-opetition, menyinergikan cooperation dan competition secara serentak untuk mencapai win-win solution. Konsep tersebut pada hakekatnya dimaksudkan untuk menggalang budaya kerja sama tim secara sistemik baik lintas insani, lintas fungsional, lintas bisnis, lintas korporasi, lintas industri dan bahkan lintas negara. Demi untuk mempertahankan eksistensi konfrontasi yang inhern dalam pola organisasi tradisional lambat laun akan berubah menjadi aliansi dan koeksistensi konfrontatif ke budaya partisipatif-kolaborasi-koeksistensi secara tersirat menuntut etika serta tanggungjawab sosial yang lebih besar dibandingkan masa-masa sebelumnya.

Perubahan lingkungan politik. Dalam lingkungan politik, transformasi dan reformasi makro dalam bentuk deregulasi, debirokratisasi, privatisasi, dan demokratisasi dengan governance structure yang makin cenderung ke arah mekanisme pasar akan meningkatkan interdependensi dan mempertajam interaksi sistematik. Dengan perkataan lain, corporate governance yang mencakup struktur dan proses yang menyangkut produksi, pengambilan keputusan, pengendalian dan sebagainya dalam suatu organisasi dewasa ini juga sedang mengalami transformasi baik pada organisasi makro maupun mikro. Sebagai subset dari corporate governance, accountibility – yang menyangkut pemantauan, evaluasi dan pengendalian para anggota (para agen) organisasi untuk memastikan bahwa mereka berperilaku sesuai dengan kepentingan para pemegang saham dan stakeholders yang lain – juga ikut mengalami transformasi. Berhubung kerangka dasar corporate governance yang dalam tradisi Anglo-American terlalu tergantung pada self regulation dan market-based sanction, maka masalah accountability yang inheren dalam organisasi publik dan merupakan fungsi utama akuntansi hingga dewasa ini masih terbentur pada berbagai masalah. Karena itulah maka di tengah proliferasi deregulasi dan birokratisasi yang sedang mengglobal dewasa ini, profesi akuntansi masih mengahdapi tekanan politik dari para regulator, baik dari badan pengawas pasar modal, dewan perwakilan rakyat, instansi pajak dan regulator lainnya.

Perubahan lingkungan bisnis dan profesi akuntansi. dinamika yang berlangsung dalam suprasistem lingkungan teknologi dan ipoleksos yang berinteraksi satu sama lain dalam jalinan yang sangat kompleks tersebut sedang mentransformasikan industrial society menjadi information society atau knowledge society. Perubahan dalam suprasistem tersebut tentunya membawa dampak yang sangat besar terhadap lingkungan internal bisnis sehingga belakangan ini makin menggalakkan proses transformasi dalam organisasi dan manajemen, dari corporate governance dengan struktur “hirarkis, mekanistik, otokratik dan konfrontatif” menuju struktur “jejaring, organik, partisipatif dan koeksistensi”. Perubahan yang menyangkut visi, misi, dan startegi serta adaptasi selanjutnya dalam kultur, struktur dan sistem yang berlangsung baik dlam lingkungan organisasi mikro maupun makro membawa dampak yang sangat

Page 4: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision support functions dalam lingkungan ipoleksos.

Dalam lingkungan dimana yang tidak berubah adalah perubahan itu sendiri maka transformasi yang terjadi dalam lingkungan internal profesi akuntansi seperti perluasan standar teknis baik domestik maupun internasional, pemekaran ragam jasa ditawarkan, peningkatan persyaratan pendidikan, pengetatan pengendalian kualitas, peningkatan tanggung jawab pekerjaan, dan dukungan akademik merupakan tantangan kontemporer yang dihadapi oleh profesi akuntansi tampaknya masih akan berlanjut di masa depan.

Dalam makalahnya yang berjudul “Infoteracy”, Drucker menyatakan bahwa perusahaan pada umumnya memiliki dua sistem informasi. Sistem yang pertama diorganisasi di sekitar arus data eksternal dan sistem lainnya yang jauh lebih tua dan diorganisasi di sekitar arus data internal adalah sistem akuntansi. meskipun telah berumur 500 tahun, penampilan sistem akuntansi dewasa ini masih sangat amburadul. Perubahan dalam teknologi informasi 20 tahun yang akan datang, menurut Drucker, tidak artinya dibandingkan dengan perubahan yang akan terjadi dalam akuntansi. selanjutnya, dikemukakan pula bahwa perbaikan sedang berlangsung dalam akuntansi biaya manufaktur yang berada pada posisi status quo sejak dasawarsa 1920-an dan dewasa ini telah usang. Sedang akuntansi bisnis jasa masih menghadapi masalah yang belum terpecahkan berhubung dengan kesulitan untuk menghubungkan pengeluaran dengan hasil yang dicapai. Akhirnya, meskipun dewasa ini masih terpisah satu sama lain, sistem yang diorganisasi di sekitar data eksternal dan internal ini, menurut proyeksi Drucker, akan menyatu di masa depan sehingga manajemen puncak tidak hanya tergantung pada sistem informasi akuntansi keuangan yang selama ini mudah dimanipulasi dan hanya menjelaskan apa yang telah etrajadi – bukan apa yang akan terjadi – tetapi juga pada sistem informasi dalam pengertian yang lebih luas. PERUBAHAN PRAKTIK DAN PENDIDIKAN AKUNTANSI

Perubahan diametrikal dalam lingkungan usaha yang dijelaskan di muka menunjukkan bahwa transformasi yang terjadi dalam physical systems yang dipacu oleh perubahan lingkungan pasar membawa dampak fungsional yang sangat besar terhadap conceptual systems dan demikian pula sebaliknya. Tidak terkecuali dampaknya terhadap praktik dan sistem pendidikan akuntansi, termasuk implikasinya terhadap aktivitas Tri Dharma perguruan tinggi, sumberdaya (berwujud maupun tak berwujud) dan sistem balas jasas para pengajar seperti yang diikhtisarkan dalam Bagan 1. kalau sebagai model of the firm praktik akuntansi merupakan conceptual system yang mencoba merepresentasikan posisi, aktivitas, dan perubahan aktivitas organisasi serta atribut lain yang relevan sebagai input dalam proses pengambilan keputusan, maka sistem pendidikan akuntansi juga merupakan conceptual systems yang dimaksudkan untuk memberikan bobot keterampilan, pengetahuan dan orientasi

Page 5: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

profesional pada para peserta didik yang ingin berperan serta dalam praktik akuntansi. namun demikian, di samping hubungan fungsional, tiga subsistem ini juga mempunyai hubungan kausal satu sama lin baik langsung maupun tak langsung.

Sebagai conceptual system, baik praktik maupun pendidikan dalam keterampilan dan keahlian, pengetahuan serta orientasi profesional para akuntan juga dapat mempengaruhi physical system. Praktik akuntansi dan informasi lainnya yang berkembang dalam dunia usaha merupakan accountability dan decision support systems yang dapat mempengaruhi ekspektasi serta perilaku para stakeholders dalam proses pengambilan keputusan serta tindakan yang dimaksudkan untuk mentransformasikan physical systems agar memiliki kapabilitas yang lebih besar untuk menghadapi arena persaingan yang semakin ganas di masa depan. Selanjutnya riset di perguruan tinggi antara lain dilakukan dengan membandingkan apa yang terjadi dalam dunia nyata (physical systems) dengan model yang digunakan dalam praktik akuntansi (conceptual systems) untuk menemukan keterampilan, keahlian, pengetahuan atau orientasi profesional kontemporer yang lebih kondusif dalam proses pembentukan good governance. Temuan ini akan mempengaruhi physical systems secara tidak langsung melalui peningkatan mutu accountability dan decision support functions yang diemban para akuntan. Rekaman dari hasil riset semacam ini digambarkan dalam Bagan 2.

Seperti telah disinggung di muka, pelaporan keuangan merupakan elemen yang sangat penting dalam corporate governance. Di samping hubungan fungsional, dua conceptual systemss tersebut juga mempunyai hubungan kausal. Menurut Whittington, kegagalan dalam corporate governance mungkin disebabkan karena laporn keuangan yang tidak memadai dan sebaliknya sumber dari beberapa masalah dalam proses pelaporan (seperti auditor yang kurang independen) mungkin pula disebabkan karena kelemahan yang inheren dalam system of corporate governance. Beberapa kasus seperti creative accounting, kegagalan bisnis akibat laporan keuangan yang menyesatkan, peningkatan gaji direksi melalui window dressing yang merugikan para pemegang saham, dan orientasi perusahaan publik yang lebih menekankan laba jangka pendek daripada laba jangka panjang, menurut Whittington, merupakan masalah sintomatik yang inheren dalam corporate governance. Masalah-masalah ini timbul sebagai akibat dari beberapa masalah fundamental dalam corporate governance yang meliputi supply and demand of accounting information yang tidak sempurna serta mahalnya biaya pemantauan yang menutup peluang untuk menyajikan laporan keuangan yang lebih sempurna. Berbagai masalah ini jelas merupakan tantangan yang harus dihadapi pendidikan akuntansi pada umumnya dan riset akuntansi pda akuntansi pada khususnya karena untuk memperbaiki corporate governance para pakar akuntansi harus mencari solusi dari tiga kelompok maupun dari segi regulasi: (1) sistem pelaporan keuangan yang lebih baik; (2) peningkatan pengetahuan para pembaca agar dapat memahami laporan keuangan dengan lebih baik; dan (3)

Page 6: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

memberikan input pada para regulator agar dapat merumuskan regulasi yang dapat mengurangi distorsi pasar yang ditimbulkan oleh information asymmetry.

Berbagai kelemahan tersebut mengkonfirmasikanbahwa sistem akuntansi dalam perkembangannya kurang adatif terhadap perubahan lingkungan usaha. Harus diakui bahwa state of the art sistem akuntansi yang dikenal selama ini merupakan infrastrukturlingkunngan dunia usaha dalam era revolusiindustri yang bersifat mekanistik. Sistem tersebut tidak lagi sesuai dengan infrastruktur lingkungan dunia usaha dalam era revolusi informasi dan komunikasi yang cenderung makin organik. Dalam lingkungan kontemporer, di samping penyempurnaan pelaporan keuanngan yang inhern dalam akuntansi, integrasi antara sistem informasi internal dan eksternal yang diproyeksikan Drucker di muka tampaknya tak terhindarkan karena adanya kecenderungan untuk : (1) menyederhanakan proses atau meniadakan berbagai aktivitas yang tidak menciptakan nilai tambah ; (2)menggalang kerjasama berbagai aktivitas lintas fungsional sepanjang internal dan external value chain yang bahkan menembus batas-batas negara (co-operation) ; dan (3) menginternalisasikan teknologi informasi dan komunikasi ke dalam sistem mekanistik yang sebelumnya dilaksanakan secara manual – menuntut keseragaman dan kompatibilitas sistem informasi.

Di samping praktik akuntansi, state of art sistem pendidikan akuntansi juga tidak mampu mengejar kesenjangan antara conceptual systems dengan physical systems. Menurut laporan Bedford Committee, program pendidikan akuntansi yang berjalan selama ini kurang tanggap dalam menampung perubahan ekstensif yang terjadi dalam teknologi, nilai-nilai kemasyarakatan, dan institusi sosial, pemerintahan serta bisnis. Kurikulum dan silabus pendidikan akuntansi yang berjalan selama ini juga telah usang karena dikembangkan pada dasawarsa 1960-an. Kesimpulan tersebut juga memperkuat oleh para sekutu the Big Eight public accounting firms yang selanjutnya menspesifikasikan beberapa kapabilitas yang dipersyaratkan untuk mencapai sukses dalam profesi akuntansi publik di masa depan.

Perubahan dari supply-driven ke demand driven dalam lingkungan global menciptakan berbagai tantangan berat yang harus dihadapi oleh dunia usaha pada umumnya dan praktik serta pendidikan akuntansi pada khususnya. Tantangan inilah yang terutama mendorong profesi akuntansi, school of business dan school of accountancy, serta lembaga-lembaga penyelenggara ujian komprehensif dalam kurikulum dan silabus pendidikan akuntansi. kompleksitas yang inheren dalam lingkungan kontemporer mendorong Accounting Education Change Commission (AECC) – yang dibentuk untuk menindaklanjuti laporan Bedford Committee dan kesimpulan para sekutu the Big Eight public accounting firms tersebut diatas – untuk merekomendasikan reorientasi fokus pendidikan tinggi akuntansi dengan memberikan prioritas pada pengajaran dan pengembangan kurikulum dan mata ajaran. Untuk maksud ini AECC telah memberikan hibah sebesar $4 juta dari the Big Eight untuk

Page 7: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

membiayai implementasi proyek perbaikan dalam pendidikan akuntansi pada sepuluh universitas dan dua community college.

Berbagai perubahan ini tampaknya sudah sedemikian mendesak karena para anggota the American Institute of Certified Public Accountants (AICPAs) pada tahun 1987 telah memutuskan dengan perbandingan 82 % setuju dan 18 % tidak setuju untuk meningkatkan kualifikasi para pengikut ujian Certified Public Accountants (CPA) dari strata satu ke strata dua. Pada tahun 2000 ketentuan ini akan mengikat setiap peserta ujian CPA di semua negara bagian.

Di samping akuntansi keuangan, perkembangan pesat juga berlangsung dalam akuntansi manajemen untuk menanggapi kritik Johnson dan Kaplan bahwa praktik dan pendidikan akuntansi telah gagal untuk memenuhi permintaan dunia nyata. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut, sejumlah scool / departement of accountancy serta lembaga penyelenggara ujian profesi di negara-negara maju juga sedang melakukan perubahan dalam kurikulum dan silabus pendidikan akuntansi manajemen. The Chartered Innstitute of Management Accountants (CIMA) di Inggris telah mengubah silabus ujian profesi pada tahun 1993 dengan kerangka seperti yang diikhisarkan dalam lampiran 1, menggantikan silabus lama yang disusun pada tahun 1986. the Institute of Management Accountants (IMA) telah menggalang kerja sama dengan the Financial Executive Institute untuk melakukan penelitian dengan judul “What corporate America want in entry level accountants”. Di samping itu IMA juga mengembangkan action plan dan membentuk kerjasama dengan asosiasi akuntan yang lain untuk mendorong pengembangan kurikulum agar para peserta lebih siapuntuk terjun dalam lingkungan dunia usaha.

Berbagai perkembangan tersebut merupakan tantangan berat yang juga dihadapi oleh profesi akuntansi di Indonesia dewasa ini. Sebagai disiplin yang relatif baru, perkembangan sistem informasi akuntansi di Indonesiadewasa ini belum mencapaisuatu tahap perkembanganserta kualifikasi yang sepadan dengan tahap perkembangan ipoleksos masyarakat dan masih jauh ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara maju. Praktik serta pendidikan akuntansi belum mampu menciptakan suatu dunia usaha yang diperlengkapi dengan sistem pertanggungjawabandan sistem penunjang proses pengambilan keputusanyang kondusif terhadap efisiensi ekonomi dalam proses pembangunan nasional. Ketidakseragaman kualitas tenaga akuntan baik yang dihasilkan oleh berbagai universitas negeri maupun universitas swasta yang diwajibkan menempuh ujian negara akuntan (UNA) tampaknya telah mengundang masuknya tenaga akuntan asing dalam jumlah yang semakin besar.

Rencana departemen keuangan dan ikatan akuntan Indonesia untuk merintis ujian sertifikasi akuntan yang akan berlakku baik bagi sarjana akuntansi lulusan universitas swasta maupun negeri merupakan salah satu usaha untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut. Meskipun tujuan minimum program pendidikan akuntansi, menurut Bedford Committee, harus mampu

Page 8: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

mempersiapkan para peserta didik untuk memulai dan mengembangkan keanekaragaman karir profesional dalam bidang akuntansi dan, menurut partners dari the Big Eight public accountants firm, kelulusan dalam ujian CPA tidak seharusnya dijadikan sasaran pendidikan akuntansi, dengan adanya ujian sertifikasi ini kualitas tenaga akuntan di Indonesia setidak-tidaknya akan lebih mudah ditingkatkan melalui pengaturan tingkat kesulitan ujian, untuk mengimbangi kualifikasi tenaga akuntan asing yang makin membanjiriIndonesia dewasa ini. Ujian yang berlaku baik bagi para lulusan jurusan akuntansi perguruan tinggi swasta maupun negeri ini akan membawa dampak tidak langsung pada kurikulum dan proses belajar mengajar.

PERAN PENDIDIKAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN AKUNTANSI

Dalam era revolusi informasi, pendidikan akan memegang peranan sentral dalam prosespenciptaan nilai tambah. Menurut Elliott, kalau nilai tambah selamarevolusi pertanian dipacu oleh kerja otot manusia dan hewan yang mengonsumsi bahan bakar batubara dan minyak bumi, maka selama revolusi informasi nilai tambah akan dipacu oleh kerja otak (knowledge work) yang memerlukan bahan bakar pendidikan.

Jadi tidak berbada dengan standard oil dan mobil oil dalam era revolusi industri, lembaga pendidikan tinggi pada umumnya dan lembaga pendidikan akuntansi pada khususnya akan memegang peranan yang sangat strategis dalam era revolusi informasi. Kalau mesin yang “terampil” dan “cekatan” dalam era revolusi industri memerlukan ketrampilan, kecekatan, dan kekuatan otot para pekerja kerah biru (blu collar workers), maka mesin-mesin dan era revolusi informasi yang telah diperlengkapi dengan kecerdasan buatan (artificial intteligence) dan terkait satu sama lain dalam jaringan informasi superhighways yang sangat kompleks tidak saja memerlukan tenaga otak para pekerja berkerah putih (white collar workers) yang cerdas, tetapi juga yang “utuh” sebagai manusia. Berbeda dengan para pekerja berkerah putih selama revolusi industri yang pada umumnya masih bekerja secara mekanistik, dalam era revolusi informasi mereka dituntut untuk bekerja secara organik. Menurut Peter Drucker dalam proses pekerjaan mekanistik, para pekerja berkerah putih hanya dibekali denngan ketrampilan berfikir analitikal di mana jumlah keseluruhan sama dengan hasil penjumlahan dari bagian-bagian. Sebaliknya,dalam proses pekerjaan organik, mereka dituntut untuk bekerja secara sinergis sehingga memerlukan ketrampilan berbikir konfigurasional di mana jumlah keseluruhan lebih besar dari pada penjumlahan dari bagian-bagiannya. Dalam knowledge society, kerja mekanistik para pekerja baik yang berkerah biru maupun putih akan makin berkurang karena lambat laun akan diambil alih oleh mesin-mesin dengan kecerdasan buatan yang semakin tinggi.

Sebagai salah satu subsistem dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan akuntansi pada khususnya dan pendidikan sistem informsi pada

Page 9: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

umumnya akan makin dominan di masa depan berhubung dengan fungsinya untuk menghasilkan knowledge workers yang dapat memberikan dukungan knowledge workers yang lain dalam proses penciptaan nilai tambah. Kalau profesi akuntansi dapat memanfaatkan peluang yang terbuka lebar, menurut Elliot, tak seorangpun administrator universitas yang akan memperlakukan akuntansi sebagai disiplin dengan relevansi marginal seperti pada masa yang lalu. Peran akuntansi akan makin vital di masa depan – vital untuk memahami apa yang sedang terjadi dalam perekonomian ; vital untuk menyelaraskan konflik-konflik kepentingan di antara para stakeholders ; vital bagi keputusan produksi, konsumsi, penabungan dan investasi ; vital dalam pengelolaan baik bisnis pada umumnya dan aspek bisnis dalam organisasi nirlaba, termasuk universitas itu sendiri ; an seperti telah disinggung di muka, vital bagi good corporate governance. Vitalitas sistem informasi akuntansi tersebut tampaknya akan mubazir tanpa ditindaklanjuti dengan revitalitas sistem pendidikan akuntansi. EVOLUSI PENDIDIKAN TINGGI BISNIS DAN AKUNTANSI

Perkembangan dan kelangsungan hidup suatu badan usaha visioner, termasuk badan usaha pendidikan tinggi, ditentukan oleh kapabilitasnya dalam mengembangkan dan mengakumulasikan core competencies sebagai resource-based – baik dalam bentuk hardware, software maupun peopeware – yang kritikal bagi organisasi. Pengembangan core competencies tersebut terutama kritikal dalam era globalisasi di mana product lifecycle cenderung makin pendek, termasuk produk lembaga pendidikan yang dimanistasikan dalam bekal ketrampilan, keahlian, pengetahuan dan orientasi profesional yang diperoleh para lulusan.

Tidak berbeda dengan produk barang modal, tenaga otak para lulusan perguruan tinggi juga merupakan produk yang akan digunakan dalam proses produksi lebih lanjut. Ditinjau dari perspektif ini, konsumen lembaga pendidikan tinggi bukan para peserta didik atau orang tua mereka, tetapi badan usaha yang akan menggunakan otak mereka dalam proses produksi untuk menghasilkan produk selanjutnya. Jadi, mutu seorang lulusan tidak dapat diukur menurut persepsinya sendiri atau persepsi orang tuanya, tetapi menurut persepsi badan usaha yang akan merekrutnya setelah lulus. Namun demikian, badan usaha tersebut juga bukan merupakan konsumen akhir. Dari persepsi badan usaha yang merekrut lulusan tersebut, nilai kerja otak sangat tergantung pada kontribusinya dalam proses penciptaan nilai tambah dari produk yang akan dikonsumsi oleh konsumen selanjutnya. Dalam pengertian ini, maka permintaan terhadap jasa pendidikan pada hakekatnya merupakan permintaan turunan (derived demand) sehingga nilai tambah yang diciptakan dalam proses pendidikan sulit diukur secara kuantitatif.

Page 10: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

Pengukuran tersebut bahkan makin sulit dalam era globalisasi dimana product lifecycle menjadi makin pendek, tidak terkecuali life-cycle produk perguruan tinggi dalam bentuk kapabilitas yang tertanam dalam diri para alumni. Kalau kapabilitas tersebut tidak dimutakhirkan secara berkelanjutan, bekalyang diserap dalam proses belajar akan cepat menjadi fosil. Untuk mencegah proses fosilisasi tersebut maka dalam era globalisasi dimana sumber-sumber ketrampilan, pengetahuan dan orientasi profesional konteporer tidak lagi menjadi monopoli perguruan tinggi tetapi makin menyebar dan makin mudah diperoleh melalui multi media yang serba canggih, maka untuk meningkatkan nilai tambah kapabilitas para lulusan yang arus diprioritaskan bukan perolehan ketrampilan, keahlian, pengetahuan dan orientasi profesional, atau singkatnya knowledge acquisition yang akan segera usang, tetapi ajaran yang memungkinkan mereka untuk belajar secara berkelanjutan atau learning to learn.

Meskipun setiap lembaga pendidikan tinggi pada umumnya mengemban visi sosial maka sesuai dengan penjelasan di muka untuk mencapai visi tersebut diperlukan serangkaian misi yang pada umumnya berevolusi dalam tiga tahap. Meskipun pada tahap awal misi yang diemban pada umumnya hanya dapat diorientasikan pada pendekatan produksi (production-oriented approach) untuk kepuasan para wisudawan dan wisudawati, dalam evolusi selanjutnya misi tersebutkemudian direorientasikan pada pendekatan pemasaran (marketing / user-orientedapproach) demi kepuasan para pemakai sebelum akhirnya mencapai tahap kedewasaan dengan misi yang diorientasikan pada pendekatan kemasyarakatan (societal-orinted approach) demi kepuasan dan kebanggaanbangsa dan negara. Badan usaha yang telah mencapai kematangan ini baru berhak menyandang sebutan baru seperti misalnya Mazhab akuntansi Jakarta (Jakarta School of Accountancy).

Berbagai kritik para praktisi atau pemakai para lulusan terhadap sistem pendidikan akuntansi seperti yang telah disinggung di muka mengindikasikan bahwaditinjau dari segi kebutuhan konteporer lembaga-lembaga pendidikan akuntansiyang ada dewasa ini belu mampu melepaskan diri dari orientasi produksi. Berbagai kendala lingkungan cenderung menghambat lembaga pendidikan akuntansi untuk berevolusi dengan lebih cepat sehingga terjadi kesenjanganantara pengetahuan yang dikembangkan di “menara gading” (conceptual system) dengan yang diperlukan di dunia nyata (physical systems). Terlontar tuduhan bahwa para pakar yang selama ini bersemayam di “menara gading” telah dihinggapi wabah inertiasehingga tidak memiliki insentif untuk menanggapi perubahan lingkungan.

Ditinjau dari perspektif sejarah, gejala inertia yang menghinggapi lembaga pendidikan bisnis pada umumnya dan lembaga akuntansi pada khususnya tampaknya merupakan biaya yang harus dibayar atas usaha ambisius untuk mengejar ketertinggalan pamor relatif terhadap kemajuan yang telah dicapai oleh lembaga pendidikan disiplin lain dalam lingkungan universitas seperti

Page 11: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

kedokteran, hukum, teknik,dan sebagainya yang dipandang memiliki bobot ketrampilan, keahlian pengetahuan dan orientasi profesional yang lebih tinggi.

Menurut Choi, dalam tahap-tahap awal perkembangannya dalam lingkungan universitas, sebelum dasawarsa1960-an business schools hanya dipandang sebagai pendidikan kejuruan (vocational education) yang hampa daribobot teori dan intelektual. Untuk meningkatkan pamornya masing-masing, sejumlah business school sejak dasawarsa 1960-an mulai melakukan perubahan visi dengan sasaran terminal membentuksuatu lembaga pendidikan tonggi bisnis yang kokoh baik dalam pendidikan maupun riset untuk mencapai posisi yang sederajat dengan disiplin-disiplin ilmu yang lain.

Untuk mencapai sasaran dalam waktu yang relatif cepat, menurut Choi, lembaga-lembaga terssebut mulai merekrut tenaga pengajar yang telah terlatih dan berpengalaman dalam riset akademik yang berbobot. Kecenderunngan ini kemudian menyebar sehingga rekruitmen staf fakultas, terutama dengan gelar Ph. D., merupakan prioritas utama yang mewarnai kebijakan sebagian besar business schools di AS. Kebijakan untuk merekrut staf fakultas dengan peran ganda ini ditempuh dengan asumsi adanya korelasi yang posistif antara bobot riset dengan bobot pengajaran di dalamkelas, bahkan meskipun mereka tidak memiliki pengalaman bisnis. Dengan asumsi semacam itu, kondite kenaikan jabatan (tenure) dan akreditasi oleh the American Associationof Collegiate Schools of Business (AACSB) juga ditentukan oleh bobot riset akademik yang jauh lebih besar daripada bobot pendidikan dan pengajaran.

Sebagai akibat dari sistem insentif semacam ini, menurut Choi, tidak dapat disangkal bahwa sejak dasawarsa 1960-an riset dalam bidang bisnis memang berkembang pesat dengan bobot intelektual yang tidak kalah dengan disiplin-disiplin ilmu lainnya. Namun demikian, tidak berbeda dengan kecenderungan yang terjadi dalam organisasi badan usaha yang lain dalam era revolusi industri, organisasi school of business juga makin terspesialisasi dan makin fragmented, terpecah-pecah menjadi functional academic departements yang masing-masing berdiri sendiri, seperti marketing, finance, production, accounting dan sebagainya. Demikian pula dengan school of accountancy yang terpecah-pecah dalam functional academic departements yang masing-masing berdiri sendiri seperti financial accounting, management accounting, taxation dan sebagainya. Dalam lingkungan semacam ini, kecenderungan ke arah corporate governance dengan struktur yang hirakis, mekanistik, otokratik dan konfrontatif tampaknya tak terhindarkan.

Jadi, tidak berbeda dengan organisasi bisnis, corporategovernance dengan struktur yang erujuk pada paradigma organisasi era revolusi industri tersebut tidak lagi cocok dengan lingkungan dunia usaha masa kini yang sedang memasuki era revolusi informasi. Struktur organisasi school of business dan school of accountancy yang fragmented hanya mampu menghasilkan tenaga spesialis yang tidak lagi cocok dengan corporate governance yang dewasa ini

Page 12: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

sedang mengalamitransformasi menuju struktur jejaring-organik-partisipatif-koeksistensi. Perubahan lingkungan organisasi yang merujuk pada paradigma baru ini menciptakan kesenjangan yang makin lebar antara riset yang dilakukan oleh para akademis spesialis dengan kebutuhan dunia nyata.

Seperti yang dikutip ole Choi dari Deutschman, Robert Kaplan menceritakan pengalamannya dalam pertemuan tahunan AACSB. Pada waktu meneliti subyek kualitas, suatu topik yang sangat relevan selama dasawarsa 1990-an, Kaplan melakukan studi literatur yang meliputi sejumlahjurnal ilmiah dalam bidang managemen operasional. Setelah memeriksa empat publikasi yang unggul dalam bidang ini, 35 penerbitan dan 278 artikel, Kaplan sangat terkejut karena tidak satupun artikel yang menampung topik tersebut. Pada waktu menghubungi beberapa guru besar yang dipandang ahli dalam msanajemen kualitas untuk menanyakan alasannya, mereka sepakat bahwa tidak ada bukti yang “kokoh” (“hard” evidence) bahwamanajemen kualitas telah diterapkan dengan berhasil. Tampaknya proses promosi dan kenaikan jabatan para staf pengajar di lembaga-lembaga pendidikan bergensi lebih cenderung untuk menghargai mereka masing-masing sebagai spesialis fungsional daripadda sebagai generalis yang tertarik dengan pengertian kualitas yang dipandang “kabur” dari segi akademik.

Kalau berbagai program pendidikan serta hasil riset yang terpecah-pecah dalam spesialisasi fungsional tersebut masih dapat dipasarkan dalam era revolusi industri dimana hukum “supply creates its own demand” masih berlaku, tidak demikian halnya dalam era revolusi informasi dimana hukum tersebut telah berubah secara diametrikal menjadi “demad creates its own supply”. State of the art pendidikan bisnis dan akuntansi yang masih diorientasikan pada hukum “supply creates its own demand” inilah yang menghambat evaluasi pendidikan bisnis dan akuntansi untuk melepaskan diri dari orientasinya pada produksi. Menurut Choi, perubahan dari supply-driven ke demand driven inilah yang terutama mendorong perubahan pendekatan dalam pendidikan bisnis dan akuntansi. jadi evolusi dari production-oriented approach ke marketing / user –oriented approach akan tergantung pada keberhasilan proses transformasi dan reformasi dalam program pendidikan bisnis dan akuntansi yang sedang berlangsung dewasa ini. TRANFORMASI DARI KNOWLEDGE ACQUISITION KE LEARNING TO LEARN

Seperti telah disinggung di muka, life-cycle pengetahuan yang cenderung menjadi makin pendek dalam era globalisasi mendorong perubahan penekanan dalam strategi proses pendidikan dan pengajaran akuntansi dari knowledge acquisition ke learning to learn. Strategi tersebut harus memiliki landasan holistik yang kokoh sebagai rujukan dalam proses belajar mengajar agar dapat mentransformasikan peserta didik menjadi lulusan yang lebih utuh sebagai

Page 13: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

manusia dan memiliki kapabilitas untuk belajar secara berkelanjutan. Strategi komprehensif yang meliputi baik pendidikan akuntan Strata Satu maupun Strata Dua dibangun dengan tiga komponen: keterampilan/keahlian, pengetahuan dan orientasi profesional seperti yang diikhtisarkan dalam Bagan 3.

Profil kapabilitas keterampilan/keahlian, pengetahuan dan orientasi profesional yang diperlukan oleh para lulusan dapat dilihat dalam Lampiran 2. Keterampilan:

Keterampilan intelektual, menurut kemampuan: (1) menyidik (inquiry), mendapatkan serta mengorganisasi informasi; (2) mengidentifikasikan serta memecahkan berbagai masalah tak terstruktur dalam setting yang tidak dikenal; dan (3) mempertimbangkan berdasarkan pemahaman terhadap sehimpunan fakta yang tidak terfokus. Keterampilan ini dapat ditingkatkan melalui pengembangan pemikiran sesat dan pemikiran naluriah. Berhubung proses belajar mengajar di masa lalu lebih ditujukan pada perolehan pengetahuan (acquisition of knowledge), maka pendidikan akuntansi sudah sejak lama lebih mengutamakan pengembangan pemikiran sensat daripada pemikiran naluriah sehingga secara alami juga lebih menarik bagi calon peserta didik dengan bakat pembawaan pemikiran sensat. Jadi masalah yang inheren dalam program pendidikan akuntansi pada hakikatnya merupakan masalah kesenjangan antara dua tipe proses pemikiran ini. Akibatnya para peserta didik dengan bakat pembawaan pemikiran sensat akan mendapat pengalaman yang berkelebihan dalam proses pemikiran tersebut sehingga cenderung menjadi “akuntan kacamata kuda”. Sebaliknya, dalam proses belajar mengajar, bakat pemikiran naluriah yang sebelumnya merupakan pembawaan peserta didik akan di offset lebih dari sebanding oleh pengalaman dalam proses pemikiran sensat sehingga medan pandangannya menjadi makin sempit karena lensa kontaknya terhalang oleh “kaca mata kuda”. Untuk mengembangkan keterampilan intelektual yang seimbang, Geary dan Rooney mengembangkan suatu kerangka dasar yang diikhtisarkan dalam Lampiran 3. profil kapabilitas keterampilan intelektual yang diperlukan para lulusan diikhtisarkan dalam Lampiran 2.

Keterampilan interpersonal meliputi kemampuan bekerja efektif dalam kelompok kerja dan memberikan leadership, kalau diperlukan. Keterampilan ini menjadi makin penting sehubungan dengan kecenderungan ke arah diversitas budaya dan co-optition dalam Era Globalisasi seperti yang telah disinggung di muka. Jelas keterampilan ini tidak terbatas pada kerja sama dengan setiap stakeholder yang peduli dengan kesinambungan badan usaha. Bagi para akuntan publik, keterampilan interpersonal menjadi makin penting karena pemberian jasa perencanaan keuangan pribadi (personal finance) menjadi makin meluas sejak dasawarsa 1980-an. Profil kapabilitas keterampilan interpersonal yang diperlukan para lulusan diikhtisarkan dalam Lampiran 2.

Keterampilan komunikasi meliputi kemampuan untuk menerima maupun mentransmisikan konsep dan informasi yang terdiri dari kemampuan membaca,

Page 14: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

mendengar, menulis dan berbicara secara efektif. Tidak berbeda dengan keterampilan interpersonal, keterampilan komunikasi akan menjadi makin penting dalam Era Globalisasi. Untuk menjadi akuntan profesional, para peserta didik harus dipersiapkan agar dapat mempresentasikan pandangan baik tertulis maupun lisan, memiliki kemampuan membaca dan mendengar secara efektif, mengkritik dan mempertimbangkan nilai serta kontribusi karya tulis, dan memahami dinamika interpersonal dan dinamika kelompok. Profil kapabilitas dalam keterampilan komunikasi yang diperlukan oleh para lulusan diikhtisarkan dalam Lampiran 2. Pengetahuan:

Pengetahuan umum diperlukan untuk membantu para profesioanl akuntansi untuk memahai interdependensi kompleks antara profesi dan masyarakat dan interaksinya dengan berbagai kelompok manusia. Pengetahuan umum tersebut harus mencakup apresiasi terhadap arus berbagai ide serta peristiwa dalam sejarah, kesadaran mengenai kultur serta kekuatan sosio-politis yang berbeda, pemahaman luas mengenai matematik, ilmu ekonomi, dan estetik. Dengan latar belakang ini para lulusan akan memahami dengan lebih baik berbagai kekuatan ipoleksos dunia yang mempengaruhi masyarakat dan profesi. Profil kapabilitas pengetahuan umum yang diperlukan para lulusan diikhtisarkan dalam Lampiran 2.

Pengetahuan bisnis dan organisasi meliputi pemahaman tentang lingkungan kerja organisasi, pekerjaan internal pokok yang berlangsung dalam organisasi, dan dengan cara bagaimana terjadi perubahan organisasi. Berhubung organisasi dipengaruhi oleh ketergantungan yang makin cepat pada teknologi, para akuntan profesional harus memahami peren teknologi informasi dalam organisasi pada masa kini dan masa depan. Profil kapabilitas pengetahuan bisnis dan organisasi yang diperlukan para lulusan diikhtisarkan dalam Lampiran 2.

Pengetahuan dan keterampilan akuntansi mencakup pemahaman fundamental yang kuat dalam akuntansi yang diperlukan demi suksesnya karir dalam profesi akuntansi. Pemahaman ini meliputi : (1) kemampuan untuk mengidentifikasikan sasaran, masalah dan peluang; (2) kemampuan mengidentifikasi, mengumpulkan, mengukur, dan mengikhtisarkan, memverifikasi, menganalisis dan menginterprestasikan data finansial dan nonfinansial yang berguba untuk menentukan sasaran, masalah dan peluang; dan (3) kemampuan untuk menggunakan data, mempertimbangkan, mengevaluasi risiko, dan memecahkan masalah dunia analitikal, dan konfigurasional bukan mengahafl standar profesional. Profil kapabilitas dan keterampilan akuntansi yang diperlukan para lulusan diikhtisarkan dalam Lampiran 2. Orientasi profesional

Page 15: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

Orientasi Profesional dimaksudkan agar para lulusan mengidentifiasikan diri dengan profesi dan memperhatikan perkembangan pengetahuan, ketarampilan dan nilai para anggota profesi. Mereka harus mengetahui dan memahami etika profesi dan dapat memberikan value-based judgements. Mereka harus siap menyoroti isu dengan penuh integritas, obyektivitas, kompetensi dan perhatian terhadap kepentingan masyarakat. Profil dari masing-masing kapabilitas profesional ini diikhtisarkan dalam Lampiran 2. Komposisi Kurikulum

Perancangan kurikulum, menurut Novin dan Tucker, merupakan tugas multidimensional yang sangat kompleks dan dipengaruhi oelh faktor-faktor yang berkaitan satu sama lain, seperti : (1) hakikat dan lingkup pendidikan yang diperlukan (pengetahuan, keterampilan dan karakteristik)untuk terjun dalam karir akuntansi.; (2) persepsi mengenai kelemahan pendidikan dalam program akuntansi yang ada; (3) metode belajar mengajar, terutama untuk menumbuhkan keterampilan yang diperlukan; (4) Struktur mata ajaran (terpisah atau terintegrasi dalam mata ajaran); (5) format program; dan (6) kendala institusional.

Pendidikan yang diperlukan. Seperti telah disinggung di muka belakangan ini terjadi pergeseran dalam orintasi pendidikan knowledge acquisition ke learning to learn. Untuk menciptakan tenaga akuntan profesional yang utuh, yang diperlukan tidak terbatas pada pengetahuan semata-mata, tetapi juga keterampilan dan karakteristik yang diperlukan agar peserta didik dapat menimplementasikan pengetahuan tersebut dalam dunia nyata. Novin dan Tucker mengumpulkan kualifikasi yang diperlukan bagi para akuntan yang ingin memasuki profesi akuntan di menurut beberapa hasil studi dan mengikhtisarkan tiga komponen tersebut dalam Bagan 4.

Survai yang dilakukan oleh novin dan Tucker untuk menyerap pandangan para akuntan publik mengenai komposisi program akuntansi 150-jam tersebut bahkan memberikan peringkat yang lebih tinggi pada sejumlah mata ajaran non teknikal atau non akuntansi seperti komunikasi tertulis dan lisan, komunikasi bisnis, etika, logika, electronic spreadsheet, lingkungan hukum, perangkat keras dan lunak komputer, perencanaan keuangan, aljabar, dan investasi. Ini menunjukkan kecenderungan ke arah perspektif pendidikan yang jauh lebih luas daripada masa sebelumnya. Perluasan perspektif pendidikan ini tampaknya sulit dilakukan di Indonesia karena pendidikan akuntansi tidak berlangsung di fakultas akuntansi atau fakultas manajemen tetapi di fakultas ekonomi.

Survei tersebut juga menentukan komposisi serta peringkat mata ajaran program akuntansi 150-jam menurut pandangan para akuntan publik. Dengan menggunakan model kurikulum menurut American Institute of Public Accountants (AICPAs), peringkat susunan mata ajaran dapat dilihat dalam Lampiran 4. komposisi kurikulum menurut AICPAs meliputi : (1) Pendidikan Umum (General Education), 60 – 80 jam; (2) Pendidikan Akuntansi (Accounting

Page 16: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

Education) 25-40 jam; (3) Pendidikan dalam Administrasi Bisnis (Education in Business Adnistration), 35-50 jam. Tujuan serta materi yang dicakup dalam masing-masing komponen dirumuskan oleh AECC sebagai berikut:

1. Pendidikan Umum. Kurikulum pendidikan umumdimaksudkan untuk mengembangkan kapasitas intelektual, komunikasi dan dan interpersonal para peserta didik dapat melakukan penyidikan, pemikiran bernalar secara abstrak, serta analisis kritikal dan melatih mereka agar dapat memahami dan menggunakan data kuantitatif. Kurikulum tersebut harus dapat: (1) memperbaiki keterampilan para peserta didik dalam penulisan laporan yang memmadai sebagai akuntan profesional dan menanamkan kesadaran mengenai ramuan riset yang baik; (2) mengembangkan keterampilan mendengar dan berbicara, kesadaran historis, wawasan internasional dan multikultural, apresiasi ilmu, dan studi terhadap nilai serta peranannya dalam proses pengambilan keputusan; dan (3) menampung pengalaman estetika.

2. Pendidikan Akuntansi. Pendidikan akuntansi, meliputi pendidikan akuntansi umum dan pendidikan akuntansi khusus. Mata ajaran akuntansi umum memperkenalkan akuntansi sebagai proses pengembangan dan komunikasi informasi. Tema sentral harus difokuskan pada bagaimana mengidentifikasikan, mengukur, mengkomunikasikan, dan menggunakan informasi dengan komponen-komponen esensial sebagai berikut: (1) pengambilan keputusan dan organisasi informasi; (2) perancangan dan penggunaan sistem informasi; (3) informasi finansial dan pelaporan publik, tyermasuk atestasi; dan (4) pengetahuan mengenai profesi akuntansi. berbagai mata ajaran tersebut harus diorientasikan baik pada konsep dalam dunia nyata, termasuk isu-isu internasional dan etikal. Selanjutnya, pendidikan akuntansi khusus merupakan pendidikan lanjutan yang ditawarkan pada peserta didik yang telah mendapat tiga latar belakang pendidikan tersebut di atas, baik melalui pendidikan pascasarjana atau pendidikan berkelanjutan. Program pendidikan akuntansi khusus ini meliputi studi tingkat lanjutan dalam: (1) akuntansi keuangan; (2) akuntansi manajemen; (3) perpajakan; (4) sistem informasi; (5) auditing; (6) akuntansi pemerintahan atau nirlaba; dan (7) akuntansi internasional. Mata ajaran mana yang perlu dilakukan melalui pendidikan tinggi atau melalui pendidikan berkelanjutan didasarkan pada keunggulan komparatif dari dua media pendidikan tersebut.

3. Pendidikan dalam Administrasi Bisnis. Kurikulum ini dimaksudkan untuk memberikan latar belakang pengetahuan pada para akuntan profesional mengenai lingkungan kerja. Kurikulum mencakup pengetahuan mengenai aktivitas fungsional bisnis, pemerintah, dan organisasi nirlaba sehingga meliputi keuangan, pemasaran, operasi atau produksi, perilaku organisasi, dan bagaimana manajer mengintegrasikan semua fungsi ini dalam perencanaan dan pengendalian operasional, manajerial dan strategik. Perhatian terutama harus ditujukan pada mata ajaran

Page 17: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

pengantar akuntansi yang berlaku untuk semua jurusan. Di samping pengajaran, proses belajar mengajar dalam setiap mata ajaran juga dimaksudkan untuk memperkuat dan memberikan bobot keterampilan, kemampuan, dan sikap yang diperlukan untuk mencapai sukses dalam profesi akuntansi. di samping itu juga harus dapat memberikan gambaran yang akurat agar peserta didik dapat melakukan pilihan yang well-informed kalau ingin terjen dalam karir akuntansi.

Untuk mengevaluasi bobot pendidikan yang diperlukan Lampiran 5

mencoba membandingkan kurikulum tersebut dengan kurikulum yang berlaku di Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia (FEUI). Seperti dapat dilihat dalam Lampiran 5-1, kurikulum pendidikan umum di FEUI tidak proporsional karena memberi bobot yang terlalu berlebihan pada pengetahuan ekonomi relatif terhadap pengetahuan sosial serta humaniora dan keterampilan intelektual, komunikasi serta interpersonal. Terlalu banyak waktu yang digunakan untuk sejumlah mata ajaran dalam pengetahuan ekonomi yang cenderung ke sektor makro (15 SKS), meliputi Pengantar Ekonomi Makro, Ekonomi Koperasi, Teori Ekonomi Makro, Ekonomi Pembangunan dan Perekonomian Indonesia. Jumlah SKS tersebut bahkan lebih banyak daripada waktu yang digunakan untuk mata ajaran ekonomi yang cenderung ke sektor mikro (9 SKS), meliputi Pengantar Ekonomi Mikro, Teori Ekonomi Mikro, dan Pengantar Ekonomi Perusahaan. Dari semua mata ajaran tersebut hanya yang terakhir merupakan mata ajaran Jurusan Manajemen. Dengan sedemikian banyaknya mata ajaran ekonomi, tidak cukup waktu yang tersedia bagi peserta didik untuk memperoleh keterampilan intelektual, komunikasi dan interpersonal serta pengetahuan umum lainnya yang diperlukan untuk menerapkan pengetahuan bisnis dan akuntansi dalam dunai nyata. Bagi seseorang akuntan profesional, yang diperlukan bukan teoriekonomi makro yang mendalam, tetapi bagaimana menggunakan teori ekonomi makro yang relevan dengan bisnis. Untuk maksud ini, kalau prosesbjar-mengajar dlakukan sebgaimana mestinya dua mata ajaran (6 SKS) tampaknya sudah cukup memadai yaitu pengantar ekonomi makro dan ekonomi makro untuk manajer. Meskipun ata ajaran ekonomi mikro tidak berlebihan, dua mata ajaran (6 SKS) sudah cukup memadai bagi akuntan profesional, yaitu pengantar ekonomi mikro dan ekonomi manajerial.

Di samping bobot mata ajaran ekonomi yang terlalu berat juga mengorbankan mata ajaran dalam pengetahuan bisnis dan organisasi yang lebih relevan dengan akuntansi. sebagai akibat dari sejumlah mata ajaran “titipan” yang noncontrollable tersebut, beban para peserta didik jurusan akuntansi FEUI amat berat karena harus mengambil 163 SKS atau 20 SKS per semester, melebihi jumlah kredit yang diwajibkan bagi graduate program di Amerika Serikat, yaitu tidak lebih dari 150 SKS. Namun demikian, perlu dicatat bahwa kurikulum yang amat berat bagi para peserta didik jurusan akuntansi FEUI bukan di sengaja. Di samping kendala institusional yang disinggung di muka, kurikulum yang berlebihan tersebut merupakan konsekuensi wajar dari warisan yang sulit dihindarkan.

Page 18: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

Pertama, berhubung para lulusan berhak menyandang gelar “akuntan”

sesuai dengan undang-undang no. 34 tahun 1954, maka diperlukan bobot pengetahuan organisasi dan bisnis serta pengetahuan akuntansi yang memadai. Pada waktu undang-undang tersebut disusun, satu-satunya fakultas ekonomi yang memiliki jurusan akuntansi adalah FEUI. Pada tahun 1954, jurusan tersebut hanya terbuka bagi mereka yang telah lulus dari jurusan ekonomi perusahaan sehingga dengan tambahan dua tahun, diperlukan waktu tujuh tahun untuk mendapat gelar “akuntan”. Pada tahun 1958, persyaratan tersebut ditiadakan sehingga para paserta didik dapat memilih masuk ke jurusan akuntansi pada tingkat sarjana muda 1, sehingga masa studi dipersingkat menjadi lima tahun seperti jurusan yang lain (jurusan ekonomi umum dan ekonomi perusahaan). Perubahan waktu dari tujuh tahun menjadi lima tahun ini tentunya mengurangi jumlah mata ajaranyang harus diambil. Perubahan yang lebih drastik terjadi pada waktu FEUI beralih ke sistem satuan kredit semester (SKS) pada awal dasawarsa 1980-an di mana untuk mendapatkan gelar “sarjana” hanya diperlukan waktu empat tahun. Berhubung undang-undang no. 34 tahun 1954 hanya berlaku bagi sarjana akuntansi lulusan universitas negeri, maka sebagai akibat dari perubahan masa studi untuk mendapat gelar sarjana akuntansi, tenggang waktu yang diperlukan untuk mendapat gelar “akuntan” juga menjadi makin singkat dari tujuh tahun menjadi lima tahun akhirnya empat tahun.

Selanjutnya, berhubung hingga dewasa ini program studi akuntansi program pascasarjana yang dimaksudkan untuk mendidik tenaga profesional yang siap kerja ada maka – untuk memenuhi persyaratan untuk mendapat gelar “akuntan” menurut undang-undang no. 34 tahun 1945 tersebut – bobot mata ajaran pengetahuan akuntansi serta pengetahuan bisnis yang lebih erat hubungannya dengan pengetahuan akuntansi terpaksa ditambah. Mata ajaran yang seharusnya diberikan pada program pasca sarjana, terpaksa diberikan pada program sarjana. Seperti dapat dilihat dalam lampiran 5-3, mata ajaran keuangan lebih diprioritaskan relatif terhadap mata ajaran pengetahuan bisnis yang lain. Demikian pula dengan mata ajaran pengetahuan akuntasi dalam lampiran 5-2 yang jelas terlalu berat bagi peserta program strata satu.

Akhirnya, perlu pula dicatat bahwa para perancang kurikulum SKS dan para tenaga pengajar program strata satu yang pada umumnya tidak pernah mengikuti undergraduate program di AS tampaknya tidak menyadari bahwa perubahan waktu belajar dari lima tahun ke empat tahun dalam sistem SKS tidak seharusnya dilakukan dengan memadatkan semua mata ajaran yang sebelunya diberikan dalam 10 semester menjadi 8 semester. Di samping itu, materi ajaran program sarjana jelas lebih ringan dari pada program pasca sarjana sehingga apa yang diperoleh selama mengikuti graduate program di AS tidak begitu saja dapat dialihkan pada para peserta didik program sarjana di Indonesia.

Berbagai kerancuan tersebut bersama dengan rendahnya tingkat efektivitas dan efisien dalam proses belajar mengajar memaksa jurusan

Page 19: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

akuntansi FEUI untuk menawarkan 183 SKS yang meliputi mata ajaran wajib dan mata ajaran pilihan (lihat lampiran 5-1, 5-2 dan 5-3). Dari jumlah tersebut, setiap peserta didik diwajibkan mengambil 163 SKS, jauh melampaui SKS yang diperlukan untuk mengikuti program master di AS dengan jumlah SKS di sekitar 150-jam. Dapat dibayangkan betapa beratnya beban peserta didik program sarjana karena diwajibkan untuk mengambil lebih dari 20 SKS per semester (163 / 8 semester). Di AS, beban seberat ini hanya berlaku untuk honor students. Kalau jumlah SKS yang dipersyaratkan untuk program pascasarjana ikut diperhitungkan, maka program 150-jam tersebut ekuvalen dengan totol SKS untuk program strata satu dan strata dua selama lebih dari 200 jam.

Persepsi mengenai kelemahan pendidikan. Seperti telah disinggung di muka, pendidikan akuntansi di masa lalu lebih menekankan knowledge acquisitiondaripada learning to learn. Para lulusan kurang memiliki ketrampilan dan orientasi profesional yang diperlukan untuk mengimplementasikan pengetahuan yanng diserap dalam dunia nyata. Dalam sistem pendidikan akuntansi di Indonesia, kelemahan tersebut lebih parah karena para peserta didik kurang mendapat pendidikan yang memadai dalam arts and sciences dan ketrampilan intelektual, komunikasi serta interpersonal yang telah dijelaskan di muka. Pendidikan tinggi hanya “menyuapi” para peserta didik dengan pengetahuan hapalan sehingga sehingga tidak mampu membentuk lulusan yang “utuh” sebagai tenaga profesional. Sebagai akibat dari berbagai kerancuan yang telah dijelaskan di muka, perluasan pendidikan dalam arts and sciences serta ketrampilan dan pengetahuan umum yang diperlukan untuk membentuk akuntan profesional dengan ketrampilan dan kepribadian yang “utuh” sebagai insan profesional tampaknya sulit dilakukan tanpa perombakan total terhadap kurikulum yang berlaku. Pada lampiran 5-1dapat dilihat bahwa mata ajaran arts and sciences dan humaniora sangat kurang. Mata ajaran ketrampilan komunikasi hanya terbatas pada bahasa Inggris dan bahasa Indonesia meskipun belakangan ini jurusan akuntansi FEUI menambah satu mata ajaran baru, penulisan laporan (report writing). Kurikulumpengetahuan umum sarat dengan mata ajaran ekonomi sehingga menutup peluang untuk menambah mata ajaran lain yang relevan untuk membentuk tanaga akuntan yang utuh sebagai insan profesional.

Metode belajar mengajar. Merujuk Sundem et al, Novin dan Tucker menyatakan bahwa dalam learning to learn, proses belajar mengajar harus dilakukan sedemikian rupa untuk membekali para didik dengan konsep dasar serta prinsip dan kemampuan untuk menerapkan dalam berbagai keadaan. Untuk meralisasi yang terakhir ini, para peserta didik harus mendapat latihan secukupnya agar mereka memiliki ketrampilan untuk : (1) mengidentifikasikan masalah dan peluang ; (2) mengasimilasikan, menganalisis, dan menafsirkan informasi dalam lingkungan yang tak terstruktur ; dan (3) menggunakan pemikiran dan perimbangan kritikal untuk mencapai konklusi yang bernalar. Akhirnya para pendidik harus mampu memberikan rangsangan agar para peserta didik memiliki skap yang terbuka untuk senantiasa melakukan adaptasi

Page 20: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

dan perbaikan diri secara berkesinambungan. Bersama rasa keingintahuan intelektual (intellectual curiusity) yang besar, berbagai bekal yanng diperoleh dalam proses learning to learn tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk senatiasa memutakhirkan pengetahuan dengan life-cycle yang cenderung makin pendek di masa depan.

Dalam hubungan ini, pendekatan yang digunakan dalam proses belajar mengajar sangat kritikal untuk mengembangkan pendidikan akuntan profesional. Ini dapat dilakukan dengan menawarkan sejumlah mata ajaran yang masing-masing berdiri sendiri (discrete courses) atau mengintegrasikan berbagai ketrampilanmelintasi kurikulummelalui metode-metode seperti : (1) penugasan komputer ; (2) karya tulis untuk memperkuatkomunikasi informasi akuntansi secara efektif ; (3) analisis kasus ; (4) proyek yanng dikerjakan bersama ; (5) presentasi dalam kelas ; (6) membaca artikel ; (7) pemecahan masalah tak terstruktur dengan instruksi minimal ; (8) partisipasi kelas ; dan (9) proyek riset kepustakaan bersama dengan pelayanan tutorial yang tersedia bagi peserta didik dalam tugas komputer dan penulisan. Selanjutnya untuk mengembangkan ketrampilan interpersonal dan kepemimpinan serta meningkatkan kepekaan terhadap isu-isu akuntansi kontemporer, para paserta didik juga perlu diberi kesempatan untuk bertemu dengan para profesional. Input dan partisipasi peserta didik sangat kondusif untuk mengembangkan ketrampilan kritikal seperti ketrampilan berfikir, pemecahan masalah dan komunikasi tertulis maupun lisan. Dalam lingkungan pendidikan tinggi di Indonesia, denngan hardware, software, dan peopleware serta anggaran pendidikan yang serba terbatas, masalah metode belajar mengjar yang efektif dan efisien tampaknya sulit diperbaiki dalam jangka pendek tanpa transformasi total baik dalam sektor makro maupun mikro, khususnya masalah ekonomi yang dihadapi tenaga pengajar pada setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Struktur mata ajaran. Struktur himpunan mata ajaran dalam kurikulum idealnya harus serba cukup, meliputi baik ajaran sendiri maupun mata ajaran multidipliner. Berhubung jumlah mata ajaran yang diperlukan dalam praktik makin banyak sesuai dengan kecenderungan ke arah multispesiallis dan generalis dalam era globalisasi dan untuk mencegah ketimpangtindihan yanng memboroskan banyak waktu dan tenaga, maka perancangan mata ajaran multidisipliner menjadi makin mendesak. Di samping itu mata ajaran multidisipliner juga dapat memperluas wawasan serta kemampuan peserta didik untuk mengintegrasikan berbagai elemen pengajaran yang tersebar dalam berbagai mata ajaran untuk memecahkan masalah tak terstruktur. Usaha untuk menciptakan mata ajaran multidisipliner yang lebih sesuai dengan paradigma organisasi dalam era revolusi informasi dan komunikasi, dewasa ini masih dalam taraf eksperimentasi di sejumlah universitas di AS. Semua impian ini tampaknya sulit dilaksanakan di Indonesia tanpa disertai dengan peningkatan wawasan tenaga pengajar.

Page 21: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

Farmat program. Perluasan pendidikan akuntansi yang sederajad dengan tingkat pascasarjana (150- jam) di AS dapat dilaksanakan dalam beberapa format alternatif : (1)program 2-3 (program akuntansi profesional lima tahun, namun paserta baru diterima setelah mengikuti program prabisnis selama dua tahun) ; (2) program 3-2 (program akuntansi profesional lima tahun, namun peserta baru diterima setelah mengikuti proggram liberal arts dan general business) ; (3) program 4-1 (graduate program pascasarjana selama satu tahun baik MBA, Master in Accounting atau Master in Taxation) setelah peserta menyelesaikan undergraduate program (sarjana) selama empat tahun.

Dengan adanya undang-undang perguruan tinggi yang terlalu mengikat, satu-satunya alternatif yang feasibel bagi pendidikan akuntansi di Indonesia tampaknya adalah alternatif (3) dengan mengikuti program studi strata dua magister manajemen dengan konsentrasi akuntansi atau membentuk program studi magister akuntansi yang madiri. Kalau program magister manajemen lebih menekankan bobot pelajaran manajemen dari pada akuntansi, sebaliknya program magister akuntansi lebih menekankan bobot pelajaran akuntansi dari pada manajemen. Dalam program magister akuntansi, dapat ditawarkan beberapa bidang kekhususanatau konsentrasi seperti akuntansi keuangan, akuntansi manajemen, perpajakan, sistem informasi, dan konsultasi. Ahkirnya, alternatif (2) tampaknya baru feasible untuk diterapkan di Indonesia kalau dibentuk program akuntansi khusus selama dua tahunmenempuh para lulusan program diploma-3. Namun demikian, program khusus semacam ini tidak ditampung dalam undang-undang pendidikan tinggi.

Kendala institusional. Ahkirnya, Novin dan Tucker merujuk Rhine dan Simmons, yang menyatakan bahwa komposisi program akuntansi 150-jam juga dipengaruhi oleh kendala institusional berikut ini (1) orientasi dasar universitas ; (2) standar untuk memasuki program ; (3) mata ajaran yang ditawarkan ;(4) permintaan terhadap sumber daya universitas (fakultas, besarnya kelas dsb.); (5) permintaan pasar ; (6) ada tidaknya program pascasarjana yang telah berjalan ; dan (7) lokasi program (kota besar atau kota kecil). Kendala kritikal dalam pendidikan akuntansi di Indonesia tampaknya tidak terbatas pada orientasi universitas, tetapi juga orientasi BP-7, orientasi konsorsium ilmu ekonomi, dan orientasi fakultas, seperti misalnya orientasi pada “pendidikan sarjana generalis dengan spesialisasi terbatas” yang berlaku di FEUI. Strategi dasar universitas Indonesia yang akan diorientasikan pada reserch university tampaknya masih mennghadapi kendala hardware, software, dan peopleware serta kendala lain yang telah di singgung di muka. Orientasi FEUI pada pendidikan sarjana generalis dengan spesialisasi terbatas memberi bobot terlalu berat pada pengetahuan ekonomi. Bagi jurusan akuntansi, pengertian generalis seharusnya lebih diorientasikan pada pengtahuan bisnis, bukan pengetahuan ekonomi. Rancangan program akuntansi

Page 22: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

Seperti yang dapat dilihat dalam lampiran 4, komposisi kurikulum menurut AICPAs meliputi (1) pendidikan umum (general education), 60-80 jam ; (2) pendidikan akuntansi (accounting education), 25-40 jam ; (3) pendidikan dalam administrasi bisnis (education in business administration), 35-50 jam.

Komposisi kurikulum dalam lampiran 4 disusun dalam format kertas kerja.kolom dua dan tiga menunjukkan peringkat pentingnya mata ajaran dan kolom empat lima, peringkat tambahan pendidikan yang diperlukan. Dalam kolom 6, dapat dicantumkan jumlah jam yang berlaku dalam program sekarang dan kolom 7, penyesuaian (plus atau minus) yang diperlukan setelah mempertimbangkan perbedaan antara kolom 6 dengan kolom-kolom sebelumnya serta kendala-kendala untuk membatasi untuk menentukan jam final dan kolom terakhir. Sebagai alternatif, dapat dicantumkan jam yang tidak dapat “diganggu gugat” menurut ketentuan yang berlaku dalam kolom terakhir dan penyesuaian yang sama terhadap mata ajaran lainnya, untuk mendapatkan jumlah 150-jam.

Dalam sistem pendidikan akuntansi di Indonesia tampaknya masih perlu ditentukan revisi kurikulum program strata satu dan bobot jam yang edial masing-masing untuk program sarjana dan program pasca sarjana. Tidak berbeda dengan situasi yang dihadapi dalam masa peralihan. Berhubung perbaikan bersifat integral, maka AS masalah tersebut tidak dapat diselesaikan dalam jangka pendek, menunggu pengalaman beberapa umniversitas menerima dana dari AECC.

Dengan lulusan program strata satu (undergraduate programs) yang

selama masa studi sudah terbiasa dengan orientasi knowledge acquisition, kesulitan terutama dihadapi oleh program strata dua (graduate programs). Dalam masa peralihan, program tersebut tidak dapat begitu saja menerapkan kurikulum ideal yang disarankan untulk program akuntansi tingkat lanjutan, karena masalah yang dihadapi tidak terbatas pada pengetahuan akuntansi yang cenderung makin kompleks mengikuti globalisasi, tetapi juga menambah berbagai ketrampilan yang diperlukan untuk menerapkan pengetahuan terssebut dalam dunia nyata. Jadi bagi para peserta didik yang di AS pada umumnya telah mengumpulkan 129-jam, tambahan yang diperlukan mungkin melibihi 30-jam.

Untuk mengejar perkembangan tersebut, kesulitan besar terutama akan dihadapi oleh sistem pendidikan akkuntansi di Indonesia. Berbagai kendala institusional dan kelemahan baik dalam hardware, software maupun peopleware yang inhern dalam sistem pendidikan akuntansi tampaknya sulit ditanggulangi dalam jangka pendek. Dalam masa peralihan, kesullitan terutama akan dihadapi oleh program studi magister akuntansi karena di samping dimaksudkan untuk menambah wawasan serta pengetahuan akuntansi mutakhir yang berkembang mengikutiglobalisasi, diperlukan pula tambahan pengetahuan, ketrampilan dan orientasi profesional untuk menutup kekurangan inhern dalam sistem pendidikan di program strata satu. Meskipun, latar belakang pendidikan yang diperoleh para peserta didik tergantung pada mutu ekonomi atau sekolah tinggi ekonomi

Page 23: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

program strata satu, tambahan jumlah SKS yang diperlukan tampaknya harus lebih banyak daripada persyaratan minimal yang berlaku untuk program strata dua. KURIKULUM PROGRAM AKUNTANSI YANG UTUH

Seperti telah disinggung di muka, kurikulum jurusan akuntansi FEUI yang berlaku dewasa ini terlalu berat karena harus : (1) menampung sejumlah mata ajaran titipan baik yang dipaksakan oleh fakultas maupun oleh instansi yang lebih tinggi ; dan (2) memenuhi kualifikasi lulusan yang secara formal diatur dalam undang-undang no. 34 tahun 1954 tentang gelar akuntan. Berhubung dengan adanya kendala-kendala institusional semacam ini, penentuan kurikulum jurusan akuntansi yang ideal sangat tergantung pada kesepakatan bersama untuk meniadakan berbagai kerancuan yang selama ini menghambat optimalisasi program pendidikan akuntansi. belakangan ini rektor Universitas Indonesia telah memutuskan bahwa jumlah SKS untuk program strata satu di lingkungan Universitas Indonesia melebihi 150 SKS, sedikit di bawah titik tengah kurikulum minimal sebanyak 144-160 SKS yang diatur dalam undang-undang pendidikan tinggi.

Belakangan ini sedang didiskusikan kemungkinan untuk menyelenggarakan ujian sertifikasi akuntan publik (USAP). Dalam diskusi pendahuluan, untuk menempuh ujian tersebut, para peserta diwajibkan mengikuti pendidikan profesional lanjutan dengan bobot 20-40 SKS. Dalam diskusi yang terakhir telah ada kesepakatan bahwa register gelar “akuntan” di departemen keuangan akan dikaitkan dengan pendidikan lanjutan ini. Di samping itu, bagi akuntan yang akan berkarir dalam profesi akuntan publik akan diberi kesempatan untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntan publik (USAP) yang akan diselenggarakan oleh ikatan akuntan Indonesia. Tidak tertutup peluang bahwa IAI juga akan menyelenggarakan ujian sertifikasi yang lain seperti ujian sertifikasi akuntan manajemen (USAM), ujian sertifikasi pajak (USAK), ujian sertifikasi akuntan organisasi nirlaba (USAN), ujian sertifikasi auditor internal (USAI) dan sebagainya. Dari semua ujian ini, yang terkait dengan undang-undang no. 34 tahun 1954 hanya USAP sehingga pendidikan lanjutan dalam berbagai bidang akuntansi yang lainbaik pendidikan profesional maupun pascasarjana terbuka untuk para lulusan program strata satu yang lain, tidak terbatas pada jurusan akuntansi fakultas ekonomi.

Meskipun mungkin bertentangan dengan penafsiran Undang-undang No 34 tahun 1954, pendidikan profesional lanjutan tersebut tampaknya tak terhindarkan. Pertama, seperti telah disinggung di muka, rujukan Undang-Undang tersebut adalah masa belajar tujuh tahun yang dilaksanakan di Jurusan Akuntansi FEUI sebelum tahun 1958. Kedua, pengurangan SKS Program Strata Satu mengurangi bobot yang diperlukan untuk menghasilkan kualifikasi akuntan yang tersirat dalam Undang-Undang No 34 thun 1954. Akhirnya, globalisasi yang

Page 24: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

membuat lifecycle pengetahuan akuntansi menjadi makin pendek tidak hanya memerlukan pendidikan lanjutan, tetapi juga pendidikan berkelanjutan.

Sesuai dengan perkembangan mutahir di AS, program pendidikan akuntansi harus dirancang secara utuh. Dalam Perspective on Education, partners dari the Big Eight public accounting firms dengan tegas menyatakan bahwa kelulusan dalam ujian CPA tidak seharusnya dijadikan sasaran pendidikan akuntansi. seperti telah disinggung di muka, untuk menghasilkan tenaga akuntan yang utuh, yang diperlukan tidak terbatas pada pendidikan dalam pengetahuan akuntansi, tetapi juga pengetahuan lain serta keterampilan dan keahlian yang relevan dengan profesi akuntansi. Berdasarkan alasan ini maka program pendidikan akuntansi di Indonesia tidak seharusnya dirancang secr “tambal sulam”. Program akuntansi yang utuh memerlukan reformasi kurikulum secara komprehensif meliputi Program Pendidikan Diploma dan Spesialis, Program Pendidikan Sarjana dan Pascasarjana, Program Pendidikan Profesional dan Program Pendidikan Berkelanjutan. Kurikulum Program Strata Satu

Program Strata Satu Akuntansi yang selama ini diselenggarakan oleh jurusan akuntansi fakultas ekonomi harus ditransformasikan dari fokus yang sebelumnya diarahkan pada knowledge acquisition ke learning to learn. Program ini dimaksudkan untuk membantu mempersiapkan para peserta didik agar dapat mengembangkan penghayatan atau pemahaman mendalam mengenai berbagai konsep dan kebijakan, di samping pengembangan keterampilan serta sikap yang diperlukan untuk mencapai sukses dalam karir akuntansi. Tabel 6 membandingkan kurikulum typical undergraduate program di AS dengan usulan rancangan kurikulun Jurusan Akuntansi FEUI, dengan batas maksimum 150 SKS, kurikulum Jurusan Akuntansi FEUI dapat dilihat dalam Lampiran 6. Program ini dirancang dengan dua alternatif. Pada alternatif pertama tanpa konsentrasi, sedang pada alternatif kedua dirancang dengan dua alternatif: Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen. Kalau 150 SKS merupakan batas maksimal, maka 3 mata ajaran efektif dapat ditiadakan sehingga jumlah SKS cukup 141. Kurikulum Program Strata Dua

Sehubungan dengan rencana untuk menyelenggarakan Program Pendidikan Profesional yang akan dimulai dengan Program Pendidikan Profesional Akuntan Publik – dan masih terbuka peluang untuk menyelenggarakan program-program yang serupa dalam bidang akuntansi yang lain, seperti akuntansi manajemen, akuntansi perpajakan, sistem informasi dan sebagainya – maka demi efisiensi kurikulum Program Magister Akuntansi akan diselaraskan dengan paket kurikulum yang dipersyaratkan untuk mengikuti berbagai ujian profesional baik di dalam maupun di luar negeri. Namun demikian seperti yang telah disinggung di muka, sesuai dengan saran partners dari the Big Eight Accounting Firms bahwa kelulusan dalam ujian sertifikasi tidak seharusnya

Page 25: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

dijadikan sasaran pendidikan akuntansi, maka kurikulum Program Studi Akuntansi dan Sistem Informasi, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia (Program MAKSI-FPUI), harus melebihi apa yang dipersyaratkan dalam paket tersebut. Dengan demikian, di samping mendapat gelar Magister, para peserta Program Studi MAKSI-FPUI juga akan memenuhi kualifikasi yang diperlukan untuk dapat mengikuti ujian sertifikasi yang diselenggarakan oleh asosiasi profesi dalam berbagai bidang akuntansi baik domestik maupun internasional.

Tabel 7 merupakan rancangan kurikulum Program Studi MAKSI-FPUI. Program ini membuka tiga konsentrasi: (1) Auditing dan Pelaporan Keuangan; (2) Akuntansi Manajemen dan Pengendalian; (3) Akuntansi Perpajakan; dan (4) Sistem Informasi. Program ini terbuka untuk semua lulusan S-1 dengan jumlah SKS 63 SKC atau ekivalen dengan 42 SKS. Peserta didik yang lulus semua dengan mata ajaran dalam waiver exams, hanya akan mengambil 39 SKC (ekivalen dengan 26 SKS) untuk satu konsentrasi atau 48 SKC (ekivalen dengan 32 SKS) untuk dua konsentrasi.

Kurikulum untuk beberapa konsentrasi disesuaikan dengan kurikulum ujian sertifikasi yang diselenggarakan baik di luar negeri maupun di dalam negeri yang menurut rencana akan diselenggarakan di masa depan. Namun demikian, bagi peserta didik yang ingin menempuh karir akuntan publik, gelar a”Akuntan” terikat dengan Undang-undang No 34 tahun 1954 sehingga hanya terbuka bagi lulusan S-1, jurusan Akuntansi, fakultas ekonomi. Menurut rencana, pemerintah akan menyelenggarakan Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) yang terbuka bagi lulusan S-1 jurusan akuntansi fakultas ekonomi yang telah mengikuti Pendidikan Profesi Lanjutan (20-40 SKS) yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat. Konsentrasi (1) Auditing dan Pelaporan Keuangan dalam kurikulum Program Studi MAKSI-PPUI telah mencakup semua ajaran yang dipersyaratkan dalam ujian ini yang meliputi : (1) Teori dan Praktek Akuntansi; (2) Teori dan Praktek Auditing; (3) Sistem Informasi dan Pengendalian; (4) Akuntansi Manajemen dan Manajemen Keuangan; dan (5) Hukum Komersial dan Perpajakan. Mengikuti saran para sekutu the Big Eight public accounting firms yang menyatakan kelulusan dalam ujian CPA tidak seharusnya dijadikan sasaran pendidikan akuntansi, maka kurikulum Program MAKSI-PPUI sengaja dirancang melebihi persyaratan ini.

Selanjutnya konsentrasi (2), akuntansi manajemen dan pengendalian, juga menampung kurikulum yanng dipersyaratkan dalam ujian certifiedmanagement accounting (CMA), mungkin dengan tambahan mata ajaran topik-topik auditing, yang merupakan mata ajaran wajib pada konsentrasi (1), auditing dan pelaporan keuangan. Para lulusan juga dipersiapkan untuk mengikuti ujian serifikasi akuntan manajemen (USAM) yang menurut rencana akan diselenggarakan di masa depan.

Akhirnya kurikulum konsentrasi lainnya juga akan disesuaikan dengan ujian-ujian sertifikasi bidang-bidang lainnya yang mungkin juga akan diselenggarakan di masa depan.

Page 26: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

Lampiran 2 Profil ketrampilan, pengetahuan dan orientasi profesional Ketrampilan. Untuk menjadi profesional yang sukses, para lulusan harus memikili profil ketrampilan sebagai berikut : 1. profil ketrampilan intelektual:

! Kapasitas untuk melakukan penyelidikan (inquiry), pemikiran bernalar secara abstrak, memberikan argumentasi secara induktif dan deduktif, dan analisis kritikal.

! Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan memecahkan masalah tak terstruktur dalam setting yang tidak dikenaldan menggunakan ketrampilan pemecahan masalah dalam proses konsultatif.

! Kemampuan untuk mengidentifikasikan isu-isu etikal dan menggunakan sistem value-based reasoning untuk menjawabpertanyaan etikal.

! Kemampuan untuk memahami kekuatan-kekuatan yang menentukan dalam situasi tertentu dan meramalkan dampak-dampaknya.

! Kemampuan untuk mengelola sumber-sumber ketegangan (stress) denngan memilih dan membagi prioritas dengan sumber daya langka yang tersedia dan mengorganisasi pekerjaan untuk memenuhi deadlines.

2. Profil ketrampilan interpersonal :

! Kemampuan bekerja bersama dengan orang lain, terutama dalam kelompok-kelompok, untuk memengaruhi, memimpin, mengorganisasi

Page 27: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

dan mendelegasikan tugas-tugas, memotivasi dan mengembangkan SDM, dan menahan serta menyelesaikan konflik.

! Kemampuan untuk berinteraksi dengan beraneka ragam manusia dengan intelektualitas dan kultur yang berbeda.

3. Profil ketrampilan komunikasi :

! Kemampuan untuk memberikan, mendiskusikan, dan mempertahankan pandangan secara efektif melalui bahasa lisan dan secara formal maupun informal.

! Kemampuan untuk mendengar secara efektif. ! Kemampuan mencari, menemukan, mengorganisasi, melaporkan, dan

menggunakan informasi dari orang serta sumber-sumber lain baik yang tercetak maupun elektronik.

Pengetahuan. Profil kabilitas dalam pengetahuan yang perlu dimiliki oleh para lulusan adalah sebagai berikut ;

1. Profil kapabilitas dalam pengetahuan umum : ! Pemahaman arus berbagai ide serta peristiwa dalam sejarah dan

kultur yang berbeda dalam dunia dewasa ini. ! Pengetahuan dasar psikologi, ekonomi, matematika sampai dengan

kalkulus, dan stastik. ! Pengertian mengenai keluasan ide, isu, dan perbedaan kekuatan

poleksos dunia. ! Kesadaran mengenai nilai-nilai pribadi dan sosial dan proses

penyidikan dan pertimbangan. ! Apresiasi seni, literatur, dan ilmu pengetahuan.

2. Profil kapabilitas dalam pengetahuan bisnis.

! Pengetahuan tentang aktivitas organisasi bisnis, pemerintah, serta organisasi nirlaba, dan lingkungan di mana masing-masing beroperasi, termasuk kekkuatan ekonomi, hukum, politik, sosial dan budaya serta pengaruhnya masing-masing.

! Pengetahuan dasar keuangan, termasuk analisis laporan keuangan, instrumen keuangan, dan pasar modal, baik domestik maupun internasional.

! Pemahaman dinamika kelompok dan interpersonal dalam bisnis. ! Pemahaman metode-metode untuk menciptakan serta mengelola

perubahan dalam organisasi. ! Pemahaman pekerjaan internal pokok dalam organisasi dan aplikasi

pengetahuan ini dalam contoh-contoh spesifik.

Page 28: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

2. Profil kapabilitas dalam pengetahuan dalam ketrampilan akuntansi. :

! Sejarah profesi dan pemikiran akuntansi. ! Materi, konsep, struktur, dan arti pelaporan untuk operasi

organisasi, baik untuk kebutuhan internal maupun eksternal, termasuk kebutuhan informasi para pengambil keputusan keuangan dan peranan informasi akuntansi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

! Isyu politis, faktor lingkungan dan regulasi akuntansi. ! Tanggungjawab etis dan profesional seorang akuntan. ! Proses identifikasi, pengumpulan, pengukuran, pengikhtisaran, dan

analisis keuangan dalam organisasi bisnis termasuk : - Peran sistem informasi. - Konsep dan prinsip perancangan serta penggunaan sistem

informasi. - Metode dan proses perancangan dan penggunaan sistem

informasi. - Peran teknologi informasi berbasis komputer masa kini dan

masa depan. ! Konsep, metode, dan proses pengendalian untuk meningkatkan

kecermatan dan integritas data keuangan dan mengamankan aset bisnis.

! Hakekat jasa atestasi dan basis konseptual serta proseduran dalam pelaksanaanya.

! Perpajakan serta dampaknya terhadap keputusan financial dan manajerial.

! Pengetahuan dalam satu atau lebih bidang-bidang khusus, seperti akuntansi keuangan, akuntansi manajemen, perpajakan, sistem informasi, auditing, akuntansi nirlaba, akuntansi pemerintah dan akuntansi internasional.

! Kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan akuntansi untuk memecahkan berbagai masalah dunia nyata.

Orintasi profesional. Profil kapabilitas kapasitas dan sikap pribadi yang

diperlukan oleh para lulusan adalah sebagai berikut :

! Pemikiran kreatif. ! Integritas ! Energi ! Motivasi ! Persistensi ! Empati ! Kepemimpinan ! Sensifitas terhadap tanggungjawab sosial ! Komitmen untuk belajar sepanjang hidup.

Page 29: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

Lampiran 3

Kerangka dasar pengembangan intelektual yang seimbang dalam pendidikan akuntansi

Menurut AECC, ketrampilan intelektual meliputi kemampuan untuk : (1) menyidik, mengabstrksikan pemikiran bernalar, memberikan argumentasi induktif dan deduktif, dan melakukan analisis kritikal ; (2)menoidentifikasi serta memecahkan berbagai masalah tak terstruktur dalam settings yang tidak dikenal dan menerapkan ketrampilan pemecahan masalah tersebut dalam proses konsultatif ; dan (3) memahami kekuatan-kekuatan yang menentukan dalam situasi tertentu dan memprediksi dampak-dampaknya. 1

Berhubung pendidikan akuntansi kekurangan bahan-bajhan pengajaran efektif yang dikembangkan dengan baik, 2 dan pengembangan dan penjabaran ketrampilan intelektual merupakan tugas yang kabur karena tidak terkait dengan pedagogi yang telah dikenal dan didefinisikan dengan baik, maka Geary dan Rooney mencoba untuk mengembangkan model teoretikal sebagai kerangka dasar pengembangan ketrampilan intelektual yang seimbang dalam proses belajar mengajar. 3

Kerangka dasar tersebut didasarkan pada the teory of phychological types karya Carl Jung4 yang menjadi terkenal setelah riset Briggs dan Myers mengembangkan tipologiyang kemudian disebut “Myers-Briggs Type Indicator” (MBTI1.5 MBTI mengakses empat dimensi bi-polar berikut ini : (1) Extraversion-introversion (orientasi keluar dan ke dalam ; (2) sensing-intuition (cara-cara mananggapi); (3) thinking-feeling (cara melakukan pilihan) ; dan (4) judging-perceiving (cara-cara memberikan responsi ke luar).

Menurut Geary dan Rooney, aspek-aspek tipologi yang paling relevan dengan sasaran pengembangan intelektual dalam pendidikan akuntansi adalah dimensi ke (2), sensing-intuition, dan polar pertama dari dimensi ke (3), thinking.

Sensing (Penginderaan) dan Intuition (Naluri) adalah dua istilah yang merepresentasikan cara-cara yang bertolak belakang dalam mempersepsikan (menanggapi) informasi. Seseorang penanggap sensat (sensate perceiver) menangkap Informasi melalui indera. Seseorang penanggap yang lebih menyukai penginderaan tersebut cenderung memusatkan perhatian pada apa yang segara dialami dan seringkali mengembangkan karakteristik – seperti kegembiraan, realisme, kekuatan observasi yang teliti – yang terkait dengan kesadaran ini. Sebaliknya, seseorang penanggap naluriah memahami realitas melalui abstraksi, pengilhaman sarat khayalan (imaginative brvinstorming), perumusan kompleks, dan visi mengenai kemungkinan masa depan. Menurut McCauley, dimensi Sensing Intuition dalam tipologi Carl Jung paling relevan bagi para profesional karena “tipe penginderaan dan intuitif menyoroti masalah dari

Page 30: TRANSFORMASI PENDIDIKAN AKUNTANSI MENUJU …blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/...AKUNTANSI-MENUJU-GLOBALISASI.pdf · besar terhadap akuntansi yang mengemban accountability dan decision

dua arah: tipe penginderaan bergerak dari spesifik ke umum, sedang tipe intuitif bergerak dari rancangan hebat ke detil.”

Dua metode persepsi tersebut oleh Geary dan Rooney selanjutnya dikombinasikan dengan polar pemikiran (thinking) dalam dimensi Thinking-Feeling dalam melakukan pilihan. Keputusan atas dasar pemikiran ini dilakukan melalui kriteria obyektif dengan tekanan pada analisis sebab akibat secara impersonal. Gaya kognitif yang mengkarakterisasikan perbedaan antara dua kombinasi tersebut, yaitu pemikiran sensat ( sensate thinking) dan pemikiran naluriah (intuitive thinking) yang dikembangkan oleh Friesbie diikhtisarkan dalam Tabel 1.

Berhubung lebih cenderung pada acquisition of knowledge, maka metode belajar mengajar dalam program pendidikan akuntansi tradisional lebih cenderung pada pemikiran sensat daripada pemikiran naluriah. Ketidakseimbangan dalam pedagogi akuntansi ini mengurangi kemampuan para pemikir sensat untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah secara naluriah. Dengan metode belajar mengajar tradisional tersebut, maka program akuntansi tidak akan cocok bagi para peserta didik yang berbakat pemikiran naluriah. Model proses pendidikan tradisional yang memberi tekanan pada penginderaan digambarkan dalam Bagan 1. dalam model tradisional ini, input erdiri dari populasi mahasiswa dengan memperkuat preferensi sensat melalui metode belajar mengajar, tugas pemecahan soal, dan prosedur ujian yang konvensional. Outputnya adalah lulusan dengan kemampuan sensat sangat tinggi yang sangat teliti mengikuti peraturan dan prosedur, cermat, mempedulikan detil sehingga sangat mirip practial Stabilizer yang digambarkan dalam tabel 1. <<<<<<<<<<<<<<<>>>>>>>>>>>>>><<<<<<<<<<<<<<<<>>>>>>>>>>>>>>>.

Untuk menanggulangi masalah tersebut perlu dirancang proses belajar mengajar yang seimbang secara intelektual melalui pedagogi pendidikan yang diorientasikan pada metode penanggapan (perceiving) baik melalui penginderaan maupun secara intuitif. Model alternatifyang digambarkan dalam bagan 2 akan menghasilkan output lulusan yang mendapat pengalaman dengan gaya persepsi baik sensat maupun intuitif. Peserta didik dengan preferemsi alami pada sensat yang sangat terobsesi dengan fakta, aturan dan detil akan mendapat tantangan untuk mengembangkan kemampuan untuk menjajaki kemungkinan baru dan mendekati pemikiran serta pemecahan dalam konteks yang lebih tak terstruktur. Sedang mahasiswa dengan preferensi alami intuitif yang terobsesi dengan pemahaman dalam arti dan kemungkinan baru serta rancangan hebat akan mendapat tantangan untuk menguasai aturan dan prosedur dan memperhatikan fakta dan hal-hal detil. <<<<<<<<<<<<<<<<<<>>>>>>>>>>>>>>>><<<<<<<<<<<<<<<<<<>>>>>>>>>