Top Banner
Mekanisme Transaksi tenaga Listrik Transaksi pembangkitan Jasa Transmisi Transfer ke Distribusi Neraca Energi Transaksi Tenaga Listrik Bisnis kelistrikan 2013
36

Transaksi Tenaga Listrik

Oct 27, 2015

Download

Documents

priyotriatmojo
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Transaksi Tenaga Listrik

Mekanisme Transaksi tenaga Listrik

Transaksi pembangkitan

Jasa Transmisi

Transfer ke Distribusi

Neraca Energi

Transaksi Tenaga Listrik

Bisnis kelistrikan 2013

Page 2: Transaksi Tenaga Listrik

Stuktur Pasar Tenaga Listrik

secara fisik, bisnis tenaga listrik dibagi dalam 3 bagian, yaitu pembangkitan, transmisi dan distribusi.

Struktur pasar tenaga listrik dibagi menjadi 4 tingkat:

1. Monopoli

2. Single buyer

3. Wholesale

4. Retail

Mekanisme Transaksi Tenaga Listrik

Page 3: Transaksi Tenaga Listrik

Penyaluran Tenaga Listrik

Page 4: Transaksi Tenaga Listrik

Monopoli

Ciri-Ciri Struktur monopoli

Suplay dari vertical integrated utility

Penerapan kebijakan pemerintah lebih mudah

Proses perencanaan terpusat

Tidak ada kompetisi

Accountability dan cost transparency rendah

Struktur Monopoli

Page 5: Transaksi Tenaga Listrik

Single Buyer

Ciri-Ciri Struktur Single Buyer

Terdapat kompetisi

Hanya Single Buyer oleh membeli dari pembangkit

Memerlukan kontrak jangka panjang antara pembangkit dan single buyer

Resiko pasar dan resiko perkembangan teknologi diteruskan ke pelanggan

Struktur Single Buyer

Page 6: Transaksi Tenaga Listrik

Wholesale Competition

Page 7: Transaksi Tenaga Listrik

Ciri-ciri Wholesale Competition

Terdapat kompetisi di sisi pembangkitan

Perusahaan distribusi berhak membeli langsung dari pembangkit

Akses penggunaan jaringan transmisi dibuka

Memerlukan kontrak penggunaan jaringan transmisi

Wholesale Competition

Page 8: Transaksi Tenaga Listrik

Retail Competition

Page 9: Transaksi Tenaga Listrik

Ciri-ciri Retail Competition

Kompetisi di pembangkit dan retail

Konsumen ritel berhak memilih pemasok

Akses ke jaringan distribusi dibuka

Perlu kontrak penggunaan distribusi

Tidak ada perencanaan terpusat, investasi oleh pelaku pasar atas sinyyal dari pasar

Financial contracts berkembang dengan sendirinya untuk mengurangi resiko pasar

Retail Competition

Page 10: Transaksi Tenaga Listrik

Perbandingan Berbagai Struktur Pasar Listrik

*PLN Menerapkan struktur single buyer (Agen Pembelian)

Page 11: Transaksi Tenaga Listrik

Terdapat 3 pola transaksi tenaga listrik modul single buyer

a. Kesepakatan/Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik (Power Purchase Agreement, PPA) adalah kesepakatan atau perjanjian jual beli tenaga listrik antara entitas Pembangkit sebagai penjual dan entitas Single Buyer sebagai pembeli tenaga listrik.

b. Kesepakatan/Perjanjian Jasa Penggunaan dan Pelayanan Sistem Transmisi (Transmission Service Agreement, TSA) adalah kesepakatan atau perjanjian jasa penggunaaan dan pelayanan sistem transmisi tenaga listrik antara pengelola transmisi sebagai entitas penyedia jasa transmisi dan Single Buyer sebagai entitas penerima jasa transmisi.

c. Kesepakatan/Perjanjian Transfer atau Penjualan Tenaga Listrik (Power Sale Agreement, PSA) adalah kesepakatan atau perjanjian transfer atau penjualan tenaga listrik antara entitas Single Buyer sebagai penjual dan entitas Ditribusi sebagai pembeli tenaga listrik.

Pola Transaksi Tenaga Listrik

Page 12: Transaksi Tenaga Listrik

Pola Transaksi Struktur Single Buyer

Page 13: Transaksi Tenaga Listrik

Transaksi pembangkitan adalah transaksi tenaga listrik langsung dengan pembangkitan.

Transaksi ini dituangkan dalam PJBTL (Power purchase Agreement, PPA)

Dalam kaitan ini yang bertindak sebagai pembeli adalah Single Buyer.

Transaksi Pembangkitan

Page 14: Transaksi Tenaga Listrik

a. Kesiapan Kesiapan di dalam terminologi pembangkit adalah Equivalent Availability Factor (EAF). Satuan EAF dinyatakan dalam persen. Rumus kesiapan adalah :

EAF = (PH – Outage – Equivalent Derating) / PH x 100 %, dimana : - PH = Period Hours (8.760 jam) - Outage = waktu keluar jaring-jaring - Equiv. Derat. = equivalen waktu derating

b. Efisiensi Efisiensi dinyatakan dalam persen. Rumus efisiensi adalah :

Eff = 860/Net Plant Heat Rate x 100 % c. Outage

Outage dinyatakan dalam persen. Outage = Jumlah jam tidak siap dan tidak terhubung jaringan / PH x 100 %

d. Ramping Rate Ramping rate dinyatakan dalam MW/menit

Pengukuran Kinerja di Pembangkitan

Page 15: Transaksi Tenaga Listrik

Biaya pembangkitan dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Biaya tetap, terdiri dari :

i. Biaya Investasi :

Terdiri dari biaya pokok pinjaman, bunga pinjaman, pajak, dan laba.

ii. Biaya Operasi dan Pemeliharaan

Terdiri dari biaya pemeliharaan, pegawai, administrasi dan asuransi.

Biaya Pembangkitan

Page 16: Transaksi Tenaga Listrik

Komponen Biaya tetap terdiri atas: 1. Komponen A adalah Biaya Kapital atau Capital Cost Recovery(CCR):

• CCR = f (Investment Cost, Interest Rate, Payback Periods, Rate of Return)

• Investment Cost = f (plant type) 2. Komponen B adalah Biaya Operasi dan PemeliharaanTetap:

Pemeliharaan Pembangkit yang merupakan f (Operating hours, Loading mode, Plant availability)

Biaya Pegawai, Administrasi dan Asuransi b. Biaya Variable, terdiri dari :

i. Biaya Energi Terdiri dari biaya bahan bakar baik air, gas, batu bara, minyak, panas bumi

ii. Biaya Operasi Pemeliharaan Terdiri dari biaya pelumas, kimia dan pemeliharaan.

Page 17: Transaksi Tenaga Listrik

Struktur Biaya Pembangkitan

Page 18: Transaksi Tenaga Listrik

Pada sistem pembangkitan umumnya terdapat dua metode transaksi yang sering diterapkan, yaitu:

1. Transaksi berbasis kapasitas dan energi (Capacity & Energy Based)

2. Transaksi berbasis energi (Energy Based)

Metode Transaksi Pembangkitan

Page 19: Transaksi Tenaga Listrik

Terdapat beberapa jenis PPA, yaitu :

a. PPA dengan pembayaran terhadap kapasitas dan energi

b. Kontrak dengan pembayaran terhadap kapasitas saja

c. PPA dengan pembayaran energi saja

PPA (Power Purchase Agreement )

Page 20: Transaksi Tenaga Listrik

PPA terdiri dari 2 (dua) bagian utama, yaitu :

1. Main Body

2. Appendix

Struktur dalam PPA

Struktur PPA

Page 21: Transaksi Tenaga Listrik

Jasa transmisi adalah biaya jasa penggunaan dan pelayanan sistem transmisi.

Harga jasa transmisi dituangkan dalam Kesepakatan Penggunaan dan Pelayanan Sistem Transmisi antara pengelola transmisi dengan Single Buyer. Kesepakatan ini dikenal dengan Transmission Service Agreement (TSA). Dalam kaitan ini yang bertindak sebagai pengelola transmisi adalah PLN P3B.

Jasa Transmisi

Page 22: Transaksi Tenaga Listrik

Mekanisme jasa transmisi yang umum diterapkan PLN adalah berdasarkan Metode Perangko (Postage Stamp) yang berdasarkan kebutuhan pendapatan (revenue requirement) yang diterima PLN P3B untuk menutupi biaya:

a. Operasi Sistem Tenaga Listrik (System Operation) Yaitu jasa untuk mengatur sistem tenaga listrik danmenjaga kestabilan tegangan & frekuensi

b. Penyediaan Jasa Transmisi (Transmission ServiceProvider) Yaitu jasa untuk penggunaan jaringan bagi penyaluran tenaga listrik

c. Pengelolaan Jual Beli Tenaga Listrik (market Operation) Yaitu jasa untuk mengoperasikan sistem metering dan mengelola proses setelmen jual beli TL.

Page 23: Transaksi Tenaga Listrik

Pada TSA didalamnya memuat kriteria tentang :

a. Kualitas Penggunaan & Pelayanan Sistem Transmisi

Tingkat Keandalan sistem transmisi (jumlah kali padam, lama padam pada setiap titik transaksi

Tingkat mutu jasa operasi Sistem Tenaga Listrik yang dijamin (rentang frekuensi, rentang tegangan)

Tingkat efisiensi Sistem Transmisi (susut jaringan/losses, pemakaian sendiri)

Penyediaan jasa pengelolaan bidding energi, sistemmetering dan transaksi

Page 24: Transaksi Tenaga Listrik

b. Perhitungan Pembebanan Biaya Penggunaan & Pelayanan Sistem Transmisi

Struktur pembebanan biaya

Harga Transmission Services Agreement (TSA)

Rumus Pembebanan Biaya

Nilai Parameter yang disepakati

c. Pengukuran

Titik pengukuran, cara pengukuran besaran-besaran disepakati

d. Prosedur Pengoperasian

Page 25: Transaksi Tenaga Listrik

Parameter Jasa Penggunaan dan Pelayanan Sistem Penyaluran/Transmisi dinyatakan oleh indikator Tingkat Ketersediaan (Availability) Kapasitas penyaluran/Transmisiyang diukur/direpresentasikan dengan Tingkat Ketersediaan (kesiapan) Kapasitas Trafo Distribusidi gardu induk pengelola transmisi dalam melayani konsumen distribusi

Page 26: Transaksi Tenaga Listrik

Parameter Kesiapan Transmisi

Page 27: Transaksi Tenaga Listrik

Terdapat empat katagori generik metode penentuan tarif jasa transmisi, yaitu:

a. Metode Perangko (Postage Stamp)

Merupakan metode ROR (Rate of Return) Regulation yang didefinisikan sebagai pendapatan yang diperoleh harus bisa menutupi biaya penyediaan layanan dan pengembalian yang wajar pada rate based

Secara umum besar kebutuhan pendapatan dapat dinyatakan dengan formula sebagai berikut:

R = E + (V-d+w)r

dimana:

R = kebutuhan pendapatan d = akumulasi depresiasi/penyusutan

E = biaya operasi dan pemeliharaan w = cadangan modal kerja

V = nilai asset produktif r = rate of return

Metode Penentuan Tarif Jasa Transmisi

Page 28: Transaksi Tenaga Listrik

b. Metode Aliran Daya dan Jarak (MW-km) Digunakan untuk menetapkan tarif jasa transmisi berdasarkan basis aliran daya yang melalui transmisi dan jarak transmisi. Model aliran daya digunakan untuk mengestimasi MW-km penggunaan oleh pembangkit dan beban untuk menciptakan tarif transmisi.

Secara umum besar pendapatan jasa transamisi berdasarkan Metode Aliran Daya dan Jarak (MW-km) dapat dinyatakan dengan formula sebagai berikut:

TLC = P * L * C dimana : TLC = Biaya Jasa Transmisi (Transmisión Line Charge) (Rp) P = Aliran daya pada transmisi menggunakan model aliran daya (MW) L = Panjang transmisi (km) C = Biaya rata-rata transmisi (Rp/MW-km per bulan)

Page 29: Transaksi Tenaga Listrik

c. Metode Biaya Marginal Jangka Pendek (Short Run Marginal Cost; SRMC) Menggunakan prinsip perhitungan marginal price energi listrik tiap node pada jaringan tenaga listrik menggunakan model power flow optimization. Besarnya jasa transmisi (transmission charge) dihitung berdasarkan selisih antara biaya yang dibayar pembeli dengan pendapatan yang diterima pembangkit pada setiap node. Secara umum besar pendapatan jasa transmisi berdasarkan Metode SRMC dapat dinyatakan dengan formula sebagai berikut:

TR = ΣDi * NPi - ΣGj * NPj dimana : TR = Total pendapatan jasa transmisi pada jaringan transmisi Di = Daya beban (demand) pada node ke i Npi = Harga daya/energi yang dibayar beban pada node ke i Gj = Daya pembangkitan pada node ke j NPj = Harga daya/energi yang diterima pembangkit pada node ke j

Page 30: Transaksi Tenaga Listrik

d. Metode Biaya Marginal Jangka Panjang (Long Run Marginal Cost. LRMC)

Pasa prinsipnya perhitungan jasa transmisi berdasarkan metode LRMC berdasarkan tahapan sebagai berikut :

Pengembangan Model Transportasi digunakan untuk membuat jaringan teoritis

Pendekatan LRMC digunakan untuk menghitung unit biaya LRMC (Rp/kW- km) dari jaringan teoritis.

Model transportasi digunakan untuk mengestimasi dampak (dalam km) dari pembangkit atau beban.

Tarif transmisi ditentukan dengan cara mengalikan unit LMRC dengan dampak km.

Page 31: Transaksi Tenaga Listrik

Biaya produksi listrik di sisi pembangkitan ditambah biaya penyaluran di sisi transmisi akan diteruskan (pass through) sepenuhnya ke sisi distribusi.

Harga jual tenaga listrik ke sisi distribusi dibuat sedemikian rupa sehingga diprediksi pendapatan yang akan diperoleh dapat menutupi biaya pembelian di sisi pembangkitan ditambah biaya jasa transmisi.

Harga jual tenaga listrik dituangkan dalam suatu kesepakatan antara pihak pembeli dengan Single Buyer. Kesepakatan ini lebih dikenal dengan nama Power Sales Agreement (PSA). Dalam kaitan ini yang bertindak sebagai pembeli adalah PLN Distribusi.

Transfer ke Distribusi

Page 32: Transaksi Tenaga Listrik

Pedoman Penyusunan Neraca Energi Secara umum, neraca energi sistem tenaga listrik dapat digambarkan seperti bagan alir energi berikut alokasi energinya

Neraca Energi

Bagan Alir Energi

Page 33: Transaksi Tenaga Listrik

Pemetaan Susut

Terdiri atas Susut Transmisi (yaitu susut yang terjadi pada jaringan transmisi TT) dan Susut Distribusi (susut yang terjadi pada jaringan TM dan TR)

Tiap titik transaksi antar unit harus dipasang satu meter transaksi milik penjual yang sudah ditera. Pembeli dapat memasang meter pembanding pada titik transaksi yang sama bila diperlukan.

Page 34: Transaksi Tenaga Listrik

Perhitungan Susut Energi

1. Susut energi dinyatakan dalam kWh dan prosentase(%).

2. Rumus Susut jaringan :

a. Susut Transmisi (%) :

Loko Transmisi Netto – PSGI – Siap Salur Transmisi

------------------------------------------------------------------------- X 100%

Loko Transmisi Netto

b. Susut Distribusi (%) :

Siap Salur Distribusi – PSSD – Dibuat Rekening

-------------------------------------------------------------------- x 100%

Siap Salur Distribusi

c. Susut Jaringan (%):

Prod. Total Netto - PSGI - kWh kirim ke Unit lain -PSSD - Dibuat Rekening

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- x 100%

Produksi Total Netto

Page 35: Transaksi Tenaga Listrik

Penjelasan Rumus

Loko Transmisi Netto adalah penjumlahan dari kWh Produksi Sendiri Netto, kWh dari sewa pembangkit, kWh pembelian serta kWh yang diterima dari unit lain pada jaringan transmisi.

Siap Salur Transmisi adalah kWh pada sistem transmisi yang siap dikirim ke Sistem Distribusi maupun ke Unit lain.

Siap Salur Distribusi adalah energi yang diterima dari sistem pembangkitan, sistem transmisi maupun diterima dari unit lain dalam berbagai segmen tegangan dan siap didistribusikan.

Produksi Total Netto adalah penjumlahan dari kWh Produksi Sendiri, kWh dari sewa pembangkit, kWh pembelian serta kWh yang diterima dari unit lain pada jaringan transmisi dan distribusi

Pemakaian Sendiri Gardu Induk (PSGI) adalah jumlahkWh yang dipakai untuk berbagai peralatan pendukung dan peralatan tertentu yang tetap mengkonsumsi kWh pada saat menyalurkan maupun tidak saat menyalurkan energi pada sistem transmisi antara lain, peralatan switchyard, peralatan control,lampu sebagai rambu peringatan pada tower transmisi, penerangan dan pendingin ruangan.

Pemakaian Sendiri Sistem Distribusi (PSSD) adalah jumlah kWh yang dipakai untuk berbagai keperluan peralatan pendukung dan peralatan tertentu yang tetap mengkonsumsi kWh pada saat menyalurkan maupun tidaksaat menyalurkan energi pada sistem distribusi antara lain, peralatan sel 20 kV di gardu induk, peralatan control, penerangan dan pendingin di gardu distribusi dan pemanas cubicle (heater).

Page 36: Transaksi Tenaga Listrik

Bagan Alir Neraca Energi