Top Banner
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 UMUM Demand Side Management (DSM) adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan yang dilakukan oleh pengusaha untuk mempengaruhi pola konsumsi pelanggan tenaga listrik yang menangkut dan waktu penggunaanya tanpa merugikan pengusaha atau konsumen. Manajemen sisi kebutuhan adalah rangkaian kegiatan institusi yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan yang dilakukan oleh pengusaha untuk mempengaruhi pola konsumsi pelanggan tenaga listrik yang menangkut dan waktu penggunaanya tanpa merugikan pengusaha atau konsumen. Dengan manajemen sisi kebutuhan pengusaha dapat mengupaya pengurangan pertumbuhan beban puncak sistem, menciptakan iklim yang kompetitif dalam meningkatkan efisiensi pemakaian dan produktifitas, memberikan penghematan biaya konsumsi energi listrik, dan melestarikan sumber daya alam serta mengurangi dampak lingkungan. Strategi manajemen sisi kebutuhan terdiri dari peak cliping (pemangkasan beban puncak), Valley Filling, load shifting, konservasi energi, startegi load growth, dan flexible load shape. Peak Cliping adalah program untuk mengurangi beban pada saat Waktu Beban Puncak (WBP). Valley Filling adalah program untuk menambah beban pada saat luar waktu beban puncak (LWBP). Load shifting adalah penggeseran beban dari beban puncak ke beban luar beban puncak. Konservasi energi adalah program untuk menghemat pemakaian energi listrik. Load growth adalah program untuk menaikan pemakaian energi listrik. Flexible load shape adalah program untuk memperbaiki dan menjaga sistem dengan mengurangi pemadaman.
25

Tomi Yahya Jtptunimus Gdl Ketutbudim 6566 3 Babii

Jun 22, 2015

Download

Documents

Tomi Yahya
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Tomi Yahya Jtptunimus Gdl Ketutbudim 6566 3 Babii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 UMUM

Demand Side Management (DSM) adalah kegiatan perencanaan,

pelaksanaan, dan pemantauan yang dilakukan oleh pengusaha untuk

mempengaruhi pola konsumsi pelanggan tenaga listrik yang menangkut dan

waktu penggunaanya tanpa merugikan pengusaha atau konsumen.

Manajemen sisi kebutuhan adalah rangkaian kegiatan institusi yang

meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan yang dilakukan oleh

pengusaha untuk mempengaruhi pola konsumsi pelanggan tenaga listrik

yang menangkut dan waktu penggunaanya tanpa merugikan pengusaha atau

konsumen. Dengan manajemen sisi kebutuhan pengusaha dapat mengupaya

pengurangan pertumbuhan beban puncak sistem, menciptakan iklim yang

kompetitif dalam meningkatkan efisiensi pemakaian dan produktifitas,

memberikan penghematan biaya konsumsi energi listrik, dan melestarikan

sumber daya alam serta mengurangi dampak lingkungan.

Strategi manajemen sisi kebutuhan terdiri dari peak cliping

(pemangkasan beban puncak), Valley Filling, load shifting, konservasi energi,

startegi load growth, dan flexible load shape. Peak Cliping adalah program

untuk mengurangi beban pada saat Waktu Beban Puncak (WBP). Valley

Filling adalah program untuk menambah beban pada saat luar waktu beban

puncak (LWBP). Load shifting adalah penggeseran beban dari beban puncak

ke beban luar beban puncak. Konservasi energi adalah program untuk

menghemat pemakaian energi listrik. Load growth adalah program untuk

menaikan pemakaian energi listrik. Flexible load shape adalah program untuk

memperbaiki dan menjaga sistem dengan mengurangi pemadaman.

Page 2: Tomi Yahya Jtptunimus Gdl Ketutbudim 6566 3 Babii

5

Faktor yang mempengaruhi menajemen sisi kebutuhan adalah

1. Kepercayaan pelanggan

a) Kondisi dan karakteristik sektor pelanggan

b) Citra perusahaan dimata pelanggan

2. Tanggapan pelanggan

a) Pola konsumsi sistem peralatan

b) Perubahan karakteristik dan teknologi peralatan

3. Strategi pemasaran kepada pelanggan

a) Tingkat pengetahuan pelanggan

b) Hubungan langsung dengan pelanggan

c) Iklan

d) Pemberian insentif kepada pelanggan

e) Pemberian insentif melalui tarif khusus

f) Kerjasama dengan asosiasi dan produsen alat

Upaya yang harus dilakukan untuk melihat pemakaian energi dan

pemilihan sumber energy bagi beban listrik dapat dilakukan juga melalui

program audit energi. Hal ini disebabkan audit energi akan memberikan

gambaran yang jelas mengenai kondisi kelistrikan suatu konsumen energi

listrik baik dari pembangkit sendiri maupun dari PLN. Audit energi adalah

teknik untuk menghitung besarnya konsumsi energi dan mengenali cara-cara

untuk penghematanya. Proses audit energi secara bertahap adalah sebagai

berikut :

1. Audit awal

Menghitung dan menganalisis konsumsi energi listrik berdasar data dari

rekening listrik dan pengamatan visual kondisi dari data gedung beserta

peralatannya. Data yang dibutuhkan data rekening listrik, data beban dan

instalasinya, dan single diagram sistem kelistrikan. Dengan data tersebut

dapat diketahui luas bangunan, konsumsi energi listrik pertahun,

Intensitas Konsumsi Energi (IKE).

Page 3: Tomi Yahya Jtptunimus Gdl Ketutbudim 6566 3 Babii

6

2. Audit rinci

Dari audit rinci dilakukan apabila yang IKE tidak sesuai target yang

diinginkan. Audit enrgi rinci perlu dilakukan untuk mengetahui profil

penggunaan energi pada bangunan gedung sehingga dapat diketahui

peralatan pengguna energi apa saja yang pemakaianya cukup besar.

Kegiatan yang dilakukan dengan pengukuran parameter konsumsi energi

listrik seperti arus, tegangan, daya (Watt, VA, VAR), faktor daya, dan lux.

3. Identifikasi dan analisa peluang hemat energi

Dari Hasil audit awal dan audit rinci dapat diketahui peluang peluang

penghematan energi yang dikaitan dengan biaya energi listrik.

2. 2 SISTEM TENAGA LISTRIK Sistem tenaga listrik meliputi sistem pembangkit, sistem trasmisi, dan sistem

distribusi. Pada sistem pembangkit merupakan pusat yang menghasilkan energi

listrik yang seperti : PLTA, PLTU, PLTGU, PLTG, PLTP, dan PLTD. Untuk

menyalurkan energi listrik memerlukan banyak persyaratan, terutama masalah

lokasi yang tidak selalu bisa dekat dengan pusat beban seperti kota, kawasan

industri dan lainnya.

Akibatnya tenaga listrik tersebut harus disalurkan melalui sistem transmisi

yaitu :

- Saluran Transmisi

- Gardu Induk

- Saluran Distribusi

Apabila salah satu bagian sistem transmisi mengalami gangguan maka akan

berdampak terhadap bagian transmisi yang lainnya, sehingga Saluran transmisi,

Gardu induk dan Saluran distribusi merupakan satu kesatuan yang harus dikelola

dengan baik. Apabila salah satu bagian sistem transmisi mengalami gangguan

maka akan berdampak terhadap bagian transmisi yang lainnya, sehingga Saluran

Page 4: Tomi Yahya Jtptunimus Gdl Ketutbudim 6566 3 Babii

7

transmisi, Gardu induk dan Saluran distribusi merupakan satu kesatuan yang harus

dikelola dengan baik.

Gambar 2. 1. Sistem Tenaga Listrik

Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi

(SUTETI) adalah sarana di udara untuk menyalurkan tenaga listrik berskala besar

dari Pembangkit ke pusat-pusat beban dengan menggunakan tegangan tinggi

maupun tegangan ekstra tinggi. SUTT/SUTET merupakan jenis Saluran Transmisi

Tenaga Listrik yang banyak digunakan di PLN daerah Jawa dan Bali karena

harganya yang lebih murah dibanding jenis lainnya serta pemeliharaannya mudah.

Pembangunan SUTT/SUTET sudah melalui proses rancang bangun yang aman bagi

lingkungan serta sesuai dengan standar keamanan internasional, diantaranya:

- Ketinggian kawat penghantar

- Penampang kawat penghantar

- Daya isolasi

SALURAN TRANSMISI TT GARDU INDUK

INDUSTRI BESAR

JARINGAN TEGANGAN

RENDAH 220 V

TRAFO DISTRIBUSI

JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 KV

INDUSTRI KECIL

MALL

INDUSTRI SEDANG

RUMAH TANGGA

PJU

PUSAT PEMBANGKIT

TENAGA LISTRIK

Page 5: Tomi Yahya Jtptunimus Gdl Ketutbudim 6566 3 Babii

8

- Medan listrik dan Medan magnet

- Desis corona

Macam Saluran Udara yang ada di Sistem Ketenagalistrikan PLN P3B Jawa

Bali antara lain :

a. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kV

b. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV

c. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTETI) 500 kV

Pada daerah tertentu (umumnya perkotaan) yang mempertimbangkan

masalah estetika, lingkungan yang sulit mendapatkan ruang bebas, keandalan yang

tinggi, serta jaringan antar pulau, dipasang Saluran Kabel. a. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 70 kV

b. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 150 kV

c. Saluran Kabel Laut Tegangan Tinggi (SKLTT) 150 kV

Mengingat bahwa Saluran kabel biaya pembangunannya mahal dan

pemeliharaannya sulit , maka jarang digunakan. Saluran Isolasi Gas (Gas

Insulated Line/GIL) adalah Saluran yang diisolasi dengan gas, misalnya: gas

SF6. Karena mahal dan resiko terhadap lingkungan sangat tinggi maka

saluran ini jarang digunakan.

Distribusi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari pusat-pusat GI

sampai ke konsumen. Ditinjau dari konfigurasi, jaringan distribusi dapat

dibedakan atas tiga system yaitu

1 Sistem Jaringan Radial

Struktur dengan system ini merupakan jaringan yang paling sederhana,

metode pengoperasiannya mudah, hubungan langsung dari titik

pengisian ke pemakai.

Ciri-ciri system jaringan ini :

a. Bentuk sederhana, mudah pelaksanaannya, system paling

murah

b. Pengoperasian dan perawatan mudah

Page 6: Tomi Yahya Jtptunimus Gdl Ketutbudim 6566 3 Babii

9

c. Karena feeder sekunder pendek, pengaturan tegangan lebih

mudah dilakukan

d. Aliran pada jaringan berasal hannya dari satu arah sumber

pengisian

e. Bila feeder utama terganggu, feeder cabang pun terganggu,

maka keandalan rendah.

2 Sistem Gelang dan Jala

Pada system ini terdapat dua sumber dan arah pengisian yang satu

dapat sebagai cadangan, sehingga keandalan cukup tinggi, banyak

dipakai pada jaringan umum dan industri. Jika terjadi gangguan atau

pekerjaan pada salah satu jaringan, penyaluran tidak terputus karena

mempergunakan sumber pengisian cadangan atau arah yang lain.

3 Sistem Jaringan Spindel

Pada dasarnya struktur spindle merupakan struktur radial dimana

spindle adalah kelompok kumparan yang pola jaringannya ditandai

dengan ciri adanya sejumlah kabel yang keluar dari gardu induk

(feeder), kearah suatu titik temu yang disebut gardu hubung. Kumpulan

kabel dalam satu spindle dimaksudkan untuk menyalurkan energi ke

suatu daerah konsumen, yang terdiri dari maksimum enam buah kabel

kerja. Di sepanjang kabel inilah gardu distribusi ditempatkan dengan

satu buah kabel cadangan.

Pada sistem distribusi kita mengenal standart konstruksi jaringan

tegangan menengah dan jaringan tegangan rendah, meliputi :

1. Standar Konstruksi JTM 1 Phase

a. A1 = Tarikan lurus 0 0 -5 0

b. A2 = Sudut belokan 5 0 -30 0

c. A3 = Sudut belokan 30 0 -60 0

Page 7: Tomi Yahya Jtptunimus Gdl Ketutbudim 6566 3 Babii

10

d. A4 = Sudut belokan 60 0 -90 0

e. A5 = Konstruksi akhir (dead end)

3. Standar Konstruksi JTM 1 Phase – 3 Phase

a. B1 = Sudut belokan 0 0 -5 0

b. B2 = Sudut belokan 5 0 -30 0

c. B3 = Sudut belokan 30 0 -60 0

d. B4 = Sudut belokan 60 0 -90 0

e. B5 = Konstruksi akhir (dead end)

4. Standar Konstruksi JTM 3 Phase

a. C1 = Sudut belokan 0 0 -5 0 Side Bracket

b. C1-A= Sudut belokan 0 0 -5 0 Cross Arm

c. C2 = Sudut belokan 5 0 -10 0 Side Bracket

d. C2-A= Sudut belokan 5 0 -10 0 Cross Arm

e. C3 = Sudut belokan 10 0 -60 0

f. C8-A= Sudut belokan 10 0 -90 0 Cross Arm

g. C7-A = Konstruksi Akhir (dead end)

h. C8 = Konstruksi Akhir (dead end) double

5. Perlengkapan Konstruksi

a. E1-1 = Konstruksi kawat tarik ( Down Guy)

b. E2-1 = Konstruksi kawat tarik ( Over Head Guy)

c. F1-2 = Anchor Assembilies

d. M2-11= Pentanahan (ground Rod Type)

e. CG 313= Dudukan Trafo 3 Phase

2. 3 BEBAN DISTRIBUSI Beban listrik pada prinsipnya berupa penerangan dan tenaga. Beban

penerangan yaitu lampu-lampu penerangan dan beban tenaga adalah semua

Page 8: Tomi Yahya Jtptunimus Gdl Ketutbudim 6566 3 Babii

11

beban listrik yang tidak termasuk beban penerangan yaitu peralatan yang

menggunakan daya listrik.

2.3 1 Faktor daya beban Beban listrik secara garis beban terdapat beban resistif mempunyai

faktor daya 1, beban induktif mempunyai faktor daya lagging dan beban

kapasitif mempunyai faktor daya leading.

a. Faktor Daya satu Faktor daya satu tercapai jika beban merupakan beban tahanan murni.

I∠0o

V∠0o

Gambar 2.2 Phasor arus dan tegangan faktor daya satu

S = P

Gambar 2. 3 Segitiga daya faktor daya sama satu

a. Faktor daya lagging

Page 9: Tomi Yahya Jtptunimus Gdl Ketutbudim 6566 3 Babii

12

Beban dengan faktor daya lagging berarti beban termasuk beban induktif.

Arus tertinggal terhadap tegangan , dengan diagram :

V∠0o

I ∠- θo

Gambar 2. 4 Phasor arus dan tegangan faktor daya lagging

S Q

θ

P

Gambar 2. 5 Segi tiga daya faktor daya lagging

b. Faktor daya leading Beban dengan faktor daya leading berarti beban termasuk beban kapasitif, berarti arus mendahului tegangan , dengan diagram :

I ∠θo

V∠0o

Gambar 2. 6 Phasor arus dan tegangan faktor daya leading

Page 10: Tomi Yahya Jtptunimus Gdl Ketutbudim 6566 3 Babii

13

θ P

S

Q

Gambar 2. 8 Segi tiga daya faktor daya leading

Daya listrik dalam bentuk kompleks dapat dinyatakan oleh persamaan

S = P ± jQ ……………………………………………………………… (2.1)

dengan :

S : daya kompleks (VA)

P : daya aktif/nyata (Watt)

Q : daya reaktif (VAR)

Besar kecilnya daya reaktif yang diserap oleh beban mengakibatkan

faktor daya sistem berbeda. Faktor daya minimal yang harus dipenuhi oleh

beban yang tersambung ke jaringan PLN di Indonesia adalah minimal 0.85

lagging. Bagi beban memiliki fakor daya kurang dari 0.85 lagging akan

dikenakan denda pinalti. Oleh karena itu denda pinalti dapat

diturunkan/dihilangkan perlu dipasang kompensasi daya reakif di sisi beban.

Keuntungan lain dari pemasangan kompensasi daya reaktif adalah

Page 11: Tomi Yahya Jtptunimus Gdl Ketutbudim 6566 3 Babii

14

menurunkan jatuh tegangan (menaikkan tegangan), mengurangi rugi-rugi

saluran, manambah penyediaan kapasitas daya (VA). Kapasitor dapat

dipasang diterminal beban dan dipusat pengendalian beban.

Faktor daya dapat didefinisikan sebagai perbandingan daya yang

menghasilkan kerja (active power) dalam satuan watts atau kilowatts (kW)

dengan daya nyata (apparent power) dalam satuan volt-ampere atau kilovolt

ampere (kVA).

QP

PSPpf

+== ……………………………………..(2.2)

VIPpf = ………………………………………………… (2.3)

P adalah daya riil atau daya aktif dalam satuan watt (W) atau kilo-watt (kW),

sedangkan Q adalah daya reaktif dalam satuan VAR atau kVAR. Bila

pengukuran daya dilakukan dalam periode waktu (jam) maka akan

didapatkan nilai Wh atau kWh untuk pengukuran daya aktif dan didapatkan

nilai VARh atau kVARh untuk pengukuran daya reaktif. Dari sini dapat

dihitung faktor daya rata – rata dalam kurun waktu tersebut dengan

persamaan

…………………………….. (2.4)

2. 3. 2 Beban Penerangan Dalam perencanaan penerangan bangunan gedung, badan

internasional telah merekomendasi tingkat kuat penerangan (Recommended

Illumination) yang berpedoman pada “Guide on Interior Lighiting” of the

international Commission on Illumination (Publication No. 29/2) seperti pada

tabel 2.1.

Page 12: Tomi Yahya Jtptunimus Gdl Ketutbudim 6566 3 Babii

15

Tabel 2.1 Rekomendasi tingkat kuat penerangan secara horisontal (horizontal

illuminance recommendation) berdasarkan CIE.

Jenis Sistem Penerangan

Level Iluminasi (lux) Tempat atau Jenis Kegiatan

General Lighting untuk ruangan

atau area dengan aktifitas visual

sederhana

20 Minimum area bebas 30 Gudang/toko di luar bangunan

50 Jalan setapak luar bangunan, area parkir mobil

75 Dok, dermaga

100 Ruang Teater, aula/hall, tempat tidur hotel, kamar mandi

150 Ruang stok barang, toko, area bebas indoor indistri

General Lighting untuk ruang kerja dalam ruangan

200 Minimum pada benda kerja

300 Ruang kerja kasar, Ruang mesin, industri makanan, General proses pada industri kimia,

500 Ruang kerja medium, kantor perakitan kendaraan bermotor, Ruang mesin cetak, ruang kantor umum, toko.

750 Ruang gambar, Laboratorium, Ruang kantor dengan mesin khusus.

1000 atau

lebih tinggi

Ruang kerja halus, Ruang pemeriksaan gambar, membedakan warna, ruang instrument perakitan, ruang kerja presisi lainnya.

Penerangan tambahan untuk jenis penerangan

terlokalisir

2000 atau

lebih tinggi

Ruang kerja yang membutuhkan presisi tinggi, Ruang operasi.

Sedangkan di Indonesia, standarisasi tata pencahayaan berpedoman

pada Badan Standar Nasional (BSN). Adapun rekomendasi untuk tingkat

kuat penerangan dapat dilihat pada tabel 2.2 dan Kebutuhan daya setiap

jenis ruang dalam Watt/m2 ditunjukkan tabel 2.3.

Page 13: Tomi Yahya Jtptunimus Gdl Ketutbudim 6566 3 Babii

16

Tabel 2.2. Rekomendasi tingkat penerangan ruang dalam bangunan menurut BSN

Jenis Bangunan Fungsi Ruangan Level Iluminasi/lux

Rumah tinggal

Teras, garasi 60

Ruang tamu 120 – 150

Ruang makan 120 – 250

Ruang kerja 120 – 250

Kamar tidur 120 – 250

Kamar mandi 250

Dapur 250

Garasi 60

Jenis Bangunan Fungsi Ruangan Level Iluminasi/lux

Perkantoran

Ruang Direktur 350

Ruang kerja 350

Ruang computer 350

Ruang rapat 300

Ruang gambar 750

Gudang arsip 150

Ruang arsip aktif 300

Lembaga

Pendidikan

Ruang kelas 250

Perpustakaan 300

Laboratorium 500

Ruang gambar 750

Kantin 200

Rumah

ibadah

Masjid 200

Gereja 200

Vihara 200

Page 14: Tomi Yahya Jtptunimus Gdl Ketutbudim 6566 3 Babii

17

Tabel 2. 3 Rekomendasi Kebutuhan daya setiap jenis ruang

Lokasi

Daya

Pencahayaan

maksimum

(Watt/m2)

Lokasi

Daya

Pencahayaan

maksimum

(Watt/m2)

Ruang Kantor 15 Tangga 10

Auditorium 25 Ruang Parkir 5

Pasar swalayan 20 Ruang perkumpulan 20

Hotel Industri 20

Kamar tamu 17 Pintu masuk dengan kanopi

Daerah umum 20 Lalulintas sibuk (hotel,

bandara, teater)

30

Rumah sakit Lalulintas sedang (kantor,

sekolah)

15

Ruang Pasien 15 Jalan da Lapangan

Gudang 5 Tempat Penimbunan /tempat

kerja

2

Kafetaria 10 Tempat untuk santai (taman

rekereasi)

1

Garasi 2 Jalan kendaraan dan pejalan

kaki

1,5

Restauran 25 Tempat parkir 2

Lobi 10

2.3. 3 Beban Air Conditioner Peralatan tata udara ini direkomendasikan untuk memenuhi effisiensi

minimum dan kriteria seperti ditunjuk pada tabel 4. Effisiensi ini harus diuji

Page 15: Tomi Yahya Jtptunimus Gdl Ketutbudim 6566 3 Babii

18

kebenarannya melalui data yang diberikan oleh pabrik pembuat dengan

sertifikasi melalui cara pengetesan dan pengujian yang telah diakui.

Tabel 2. 4 Efisiensi minimum dari peralatan tata udara

Jenis Peralatan Kapasitas unit

(Btu/jam) Sub Katagori

Effisiensi minimum

( COP)

Pendinginan

udara '

< 65.000

Sistem split 2,6 Sistem paket 2,5

65.000 s/d 135.000

Sistem split dan paket tunggal

2,5

135.000 s/d 240.000 Sistem split dan paket 2,5 240.000 s/d 760.000 Sistem split dan paket 2,5

>. 760.000 Sistem split dan paket 2,4

Pendinginan air

< 65.000 2,73 65.000 s/d 135.000 3.08

2135.000 s/d 240.000 2,81 < 240.000 2,81

Catatan :

1 TR = 12.000 Btu/jam= 3517,2 W.

COP = Coefficient of Performance

EER = Energy Efficient Ratio

ARI = AirConditioning and Refrigeration lnstitute.

Menurut Ashare 55-1981 daerah pengkondisian udara ada 4 yaitu :

1. Daerah merah, dengan kelembaban relatif (RH) lebih dari 75 % .

Daerah ini virus, bakteri, dan jamur akan meningkat polulasinya.

2. Daerah kuning , dengan kelembaban relatif ( 70% s/d 75 %).

Daerah ini terjadi static electricity terutama daerah yang lantainya

menggunakan karpet

3. Daerah Biru dengan kelembaban relatif (50% s/d 70 %). Daerah ini

mempunyai tingkat kenyamanan yang bagud dan cocok untuk

perkantoran.

Page 16: Tomi Yahya Jtptunimus Gdl Ketutbudim 6566 3 Babii

19

4. Daerah coklat dengan kelembaban relatif kurang dari 50 %.

Daerah ini terlalu kering yang menyebabkan kita mudah terkena

infeksi saluran pernapasan.

2.3. 4 Beban Kipas angin/Fan Rancangan sistem fan harus memenuhi ketentuan :

a) Untuk sistem fan dengan volume tetap, daya yang dibutuhkan

motor pada sistem fan gabungan tidak melebihi 1,36 W/(m 3

/jam)

b) Untuk sistem fan dengan volume aliran berubah, daya yang

dibutuhkan motor untuk sistem fan gabungan tidak melebihi

2,12 W/(m 3 /jam)

c) Setiap fan pada sistem volume aliran berubah atau VAV

(Variable Air Volume) dengan motor 60 kW atau lebih, harus

memiliki kontrol dan peralatan yang diperlukan agar fan tidak

membutuhkan daya lebih dari 50% daya rancangan pada 50%

volume rancangan berdasarkan data uji;

Ketentuan diatas tidak berlaku untuk fan dengan daya lebih kecil dari 7,5 kW

2.3. 5 Sistem Pompa/Motor Sistem pompa dan pemipaan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a) Sistem pemipaan harus dirancang agar laju kehilangan tekanan

akibat gesekan tidak melebihi dari 4 meter air per 100 meter

panjang ekuivalen pipa;

b) Sistem pompa yang melayani katup kontrol yang dirancang

untuk membuka dan menutup kontinu atau berlangkah harus

dirancang untuk memompakan aliran fluida yang variabel;

Page 17: Tomi Yahya Jtptunimus Gdl Ketutbudim 6566 3 Babii

20

c) Aliran fluida harus dapat diubah dengan penggerak pompa

berkecepatan variabel, pompa ganda bertahap (multi stage),

atau pompa yang bekerja pada kurva performasi karakteristik;

d) Ketentuan di atas tidak harus dipenuhi, jika sistem pompa

hanya melayani satu katup kontrol, dan atau jika aliran minimum

yang diperlukan lebih dari 50% aliran rancangan;

2. 4 PEMILIHAN DAYA LANGGANAN PLN Langganan PLN dapat langganan tegangan tinggi, tenggangan

menengah dan tegangan rendah. Untuk langganan tegangan tinggi bisanya

untuk beban industri, sehingga pada lokasi industri tersebut didirikan Gardu

Induk. Langganan tegangan menengah biasayanya untuk industri, bisnis, dan

Sosial. Pelanggan Tegangan menengah membutuhkan sebuah transfomator

distribusi. Transformator tersebut dapat sewa dengan PLN atau dari

transformator milik pelanggan. Langganan tegangan rendah untuk rumah

tangga, bisnis, sosial, dan publik. Transformatornya menggunakan milik PLN.

Macam jenis penyambungan pelanggan dengan transformator bernacam –

macam Ditilik dari siapa yang menyediakan transformator, serta pada sisi

mana pengukuran dan pembatasan dilakukan (apakah pada sisi tegangan

menengah atau tegangan rendah), maka ada 3 (tiga) jenis sambungan untuk

daya di atas 200 kVA ini. Yaitu: (1) Sambungan TM/TM/TM, (2) Sambungan

TM/TM/TR, (3) Sambungan TM/TR/TR

1. Sambungan TM/TM/TM

Inilah sambungan, di mana pelanggan sendiri yang menyediakan

transformator. Sedangkan pengukuran dan pembatasan dilakukan pada sisi

tegangan menengah (TM). Pada sambungan jenis ini, pembatas dan kWh

Page 18: Tomi Yahya Jtptunimus Gdl Ketutbudim 6566 3 Babii

21

Meter ditempatkan di gardu PT. PLN (PERSERO), yang tanahnya disediakan

oleh calon pelanggan.

Sambungan jenis ini sering juga disebut sambungan Tegangan

Menengah (TM) Murni. Murni, karena pelanggan adalah pelanggan tegangan

menengah (daya di atas 200 kVA), dengan pengukuran dan pembatasan

juga dilakukan pada sisi tegangan menengah, serta tegangan listrik yang

diberikan kepada pelanggan adalah juga tegangan menengah. Karena itu,

sambungan jenis ini diberi simbol: Sambungan TM / TM / TM

2. Sambungan TM/TM/TR

Pada sambungan ini, pengukuran dan pembatasan dilakukan pada sisi

tegangan menengah (TM). Tapi transformator disediakan oleh PT. PLN

(PERSERO), ini berarti PT. PLN (PERSERO) yang menurunkan tegangan

dari tegangan menengah (TM) menjadi tegangan rendah (TR). Ringkasnya,

tegangan listrik yang diberikan kepada pelanggan adalah tegangan rendah

(TR) yang bisa langsung dimanfaatkan. Untuk itu kepada pelanggan

dikenakan sewa transformator yang besarnya dihitung berdasarkan daya

kontraknya.

Jadi, pelanggan adalah pelanggan tegangan menengah (daya di atas

200 kVA), pengukuran dan pembatasan dilakukan pada sisi tegangan

menengah, tapi tegangan listrik yang diberikan kepada pelanggan adalah

tegangan rendah. Karena itu, sambungan jenis ini diberi simbol TM/TM/ TR.

Seperti pada jenis Sambungan TM/TM/TM, pada sambungan TM/TM/TR ini

pelanggan juga harus menyediakan lokasi tanah untuk gardu PT. PLN

(PERSERO). Sementara pembatas daya dan kWh Meter ditempatkan di

gardu PT. PLN (PERSERO).

Page 19: Tomi Yahya Jtptunimus Gdl Ketutbudim 6566 3 Babii

22

3. Sambungan TM/TR/TR Inilah jenis sambungan di mana pelanggan adalah pelanggan

tegangan menengah (TM), tapi pembatasan dan pengukuran dilakukan di sisi

tegangan rendah (TR), serta mendapat pelayanan tegangan rendah (TR).

Jadi transformator disediakan oleh PT. PLN (PERSERO). Karena itu,

pelanggan dikenakan biaya sewa transformator.

2. 5. Penentuan Kapasitas Trafo Yang dibutuhkan pelanggan Beban listrik pada prinsipnya berupa penerangan dan tenaga. Beban

penerangan yaitu lampu-lampu penerangan dan beban tenaga adalah semua

beban listrik yang tidak termasuk beban penerangan yaitu peralatan yang

menggunakan daya listrik, seperti contoh : motor listrik, Air Condition,

komputer, kipas angin, dan lain-lain. Adanya kenyataan bahwa semua beban

yang terpasang (baik penerangan maupun tenaga) tidak mungkin seluruhnya

bekerja bersamaan (simultan) maka daya maksimumnya lebih kecil daripada

seluruh beban yang terpasang. Pada siang hari hanya sebagian kecil lampu

dinyalakan, sedangkan mesin atau peralatan-peralatan yang bekerja terdapat

pula yang harus berurutan dan dalam waktu yang berbeda. Untuk

menentukan kebutuhan kapasitas daya listrik yang maksimum yang

diperlukan dapat dilakukan dengan cara perhitungan atau pengukuran

(Sulasno, 2001)

Untuk menentukan besarnya kapasitas transformator yang dipilih

hendaknya mengetahui kebutuhan daya maksimum. Besarnya daya

maksimum dipengaruhi oleh faktor kebutuhan. Faktor kebutuhan (Fdm)

didefinisikan sebagai perbandingan antara kebutuhan maksimum dalam

sebuah sistem dengan total beban yang terpasang atau terhubung pada

sistem tersebut.

Page 20: Tomi Yahya Jtptunimus Gdl Ketutbudim 6566 3 Babii

23

terpasangdayaTotalmaksimumdayakebutuhanFdm = ............................... (2. 10)

Tabel 2 .5 Faktor kebutuhan berdasar jenis bangunan ( Mashar.A , 2003)

No Jenis Bangunan Faktor kebutuhan

1 Rumah Tinggal 0,4

2 Komplek Flat

Kenutuhan umum (tidak termasuk pemanas listrik) 0,6

Pemanas listrik atau pengkondisian uadra 0,8 – 1,0

3 Bangunan umum

Hotel dll 0,6 – 0,8

Kantor kecil 0,5 – 0,7

Kantor besar (bank, asuransi, administrasi umum) 0,7 – 0,8

Toko 0,5 – 0,7

Departeman store 0,7 – 0,9

Sekolah dll 0,6 – 0,7

Rumah sakit 0,5 – 0,75

Stadion restauran, teater 0,6 – 0,8

4 Industri

Pekerjaan logam 0,25

Industri logam 0,25

Industri pulp dan kertas 0,5 – 0,7

Industri spining 0,75

Industri karet 0,6 – 0,7

Industri kimia & perminyakan 0,5 – 0,7

Industri semen 0,8 – 0,9

Industri makanan 0,7 – 0,9

5 Pertambangan

Pekerjaan bawah tanah 1,00

Pemrosesan 0,8 – 1,00

Crane 0,7

Lift 0,5

Page 21: Tomi Yahya Jtptunimus Gdl Ketutbudim 6566 3 Babii

24

Langganan PLN sangat tergantung pada besarnya daya yang akan

dipasang. Untuk menentukan biaya pasang baru dapat dihitung dengan

perhitungan sebagai berikut

Biaya Penyambungan = ⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ xDayaVABp ..................( 2. 11)

Bp adalah Biaya penyambungan, sedangkan Daya adalah Daya semu

yang akan dipasang dalam satuan VA. Bp tergantung dari golongan tarif dan

besar Daya yang akan dipasang. Golongan Tarif Dasar Listrik dikelompokan

menjadi beberapa kelompok seperti tabel 2.6

Tabel 2.6 Golongan Tarif Dasar Listrik

No Golongan Tarif Batas Daya Keterangan 1 B-1/TR 250 VA s/d 2200 VA Golongan Tarif Untuk Keperluan

Bisnis Kecil 2 B-2/TR Diatas 2200 VA s/d 200

kVA Golongan Tarif Untuk Keperluan Bisnis Menengah

3 B-3/TM Diatas 200 kVA Golongan Tarif Untuk Keperluan Bisnis Besar

4 I-1/TR 450 VA s/d 14 kVA Golongan Tarif Untuk Keperluan Industri kecil/ Rumah Tangga

5 I-2/TR Diatas 14 kVA s/d 200 kVA

Golongan Tarif Untuk Keperluan Industri Sedang

6 I-3/TM Diatas 200kVA Golongan Tarif Untuk Keperluan Industri Menengah

7 I-4/TT Diatas 30000 kVA Golongan Tarif Untuk Keperluan Industri Beasr

8 P-1/TR 250 VA s/d 200 kVA Golongan Tarif Untuk Keperluan Kantor Pemerintah Kecil dan Sedang

9 P-2/TM Diatas 200 kVA Golongan Tarif Untuk Keperluan Kantor Pemerintah Besar

10 P-3/TR Golongan Tarif Untuk Keperluan Penerangan Jalan

• TR = Tegangan Rendah • TM = Tegangan Menengah • TT = Tegangan Tinggi

Page 22: Tomi Yahya Jtptunimus Gdl Ketutbudim 6566 3 Babii

25

2. 6. Mengubah sistem langganan PLN Sistem langganan listrik PLN di Indonesia terbagi atas beberapa

golongan tarif seperti Sosial (S), Rumah Tangga (R), Bisnis (B), Industri (I) ,

Publik (P) , Curah (C) dan Transportasi (T).

Untuk Golongan Sosial (S) menurut surat edaran Direksi PLN No.

081.E/012/DIR/2003 dan keputusan presiden no. 89 tahun 1992 tentang

penetapan Harga TDL (Tarif Dasar Listrik) yang diberlakukan sejak tahun

2003 dan yang masih berlaku hingga tahun 2005. Setiap pelanggan

dilengkapi dengan APP dan pembatas arus.

Penentuan besarnya langganan tergantung pada kebutuhan masing-

masing konsumen yang berupa kapasitas daya maksimum dengan

memperhitungkan cadangan. Berawal dari perhitungan jumlah daya beban

yang dibutuhkan oleh gedung atau bangunan. Penentuan faktor kebutuhan

yang disesuaikan dengan jenis beban. Kebutuhan daya maksimum adalah

faktor kebutuhan dikalikan dengan jumlah daya beban terpasang. Cadangan

dapat ditentukan dengan metoda kemungkinan sama dengan 15 – 25 % dari

peramalan beban puncak ( Warsito A, 1985 dan Avi Itzhak. J V B, 1980).

Dalam kenyataanya yang terjadi dalam perencanaan tidak sama

dengan kenyataan yang ada akibat faktor ekonomis dan aspek

pengembangan masa datang. Dengan demikian penentuan kebutuhan daya

dapat ditentukan dengan pemeriksaan kurva beban harian, mingguan ,

bulanan atau tahunan dengan interval 15 menit, 30 menit atau satu jam. Dari

kurva beban dapat diperoleh bebutuhan daya pada waktu beban puncak

sebagai kebutuhan beban maksimal aktual. Dengan menambahkn cadangan

akan menjadi kapasitas kebutuhan daya.

Page 23: Tomi Yahya Jtptunimus Gdl Ketutbudim 6566 3 Babii

26

Jika faktor kebutuhan rendah berarti kapasitas beban terpasang bisa

diturunkan dan tetapi bila faktor kebutuhan tinggi maka kapasitas beban

terpasang tidak bisa diturunkan.

Dengan demikian peninjauan kembali sistem langganan listrik PLN

dapat dilakukan mengevaluasi kembalai kepasitas daya terpasang. Apabila

kapasitas daya terpasang jauh lebih kecil dari langganan daya, maka dapat

menjadi peluang penghematan energi dan biaya listrik dengan perubahan

sistem langganan PLN ( Penurunan daya), sebaliknya jika kapasitas daya

terpasang jauh lebih besar dengan sistem langganan perlu adanya

perubahan sistem langgan (menaikan langganan).

Dalam perhitungan daya terpasang dan kurva beban harian dapat

digunakan utntuk mengevaluasi jenis langganan listrik PLN. Pengubahan

daya langganan dapat menaikkan dan menurunkan daya langganan.

Perubahan daya langganan yang memberikan peluang penghematan biaya

listrik adalah penurunan daya langganan. Penurunan daya langganan ini

dilakukan konsumen mempunyai langganan telalu besar dan penggunaan

lebih kecil dari daya langganan. Dengan menurunkan daya langganan dan

ganti tarif dapat menghemat biaya listrik dalan setiap bulan.

Page 24: Tomi Yahya Jtptunimus Gdl Ketutbudim 6566 3 Babii

27

Tabel 2. 7 Pembatas daya langganan

No Golongan Batas Daya (VA) Pembatas

(A) 1 S1/TR 220 1 x 1

2 S2/TR 450 1 x 2

S2/TR 900 1 x 4 S2/TR 1300 1 x 6

3 S2/TR >2200 - 200.000 S2/TR 2200 1 x 10 S2/TR 3500 1 x 16 S2/TR 4400 1 x 20 S2/TR 5500 1 x 25 S2/TR 7700 1 x 35 S2/TR 11000 1 x 50 S2/TR 13500 1 x 63 S2/TR 17600 1 x 80 S2/TR 22000 1 x 100 S2/TR 3900 3 x 6 S2/TR 6600 3 x 10 S2/TR 10600 3 x 15 S2/TR 13200 3 x 20 S2/TR 16500 3 x 25 S2/TR 23000 3 x 35 S2/TR 33000 3 x 50 S2/TR 41500 3 x 63 S2/TR 53000 3 x 80 S2/TR 66000 3 x 100 S2/TR 82500 3 x 125 S2/TR 105000 3 x 150

Page 25: Tomi Yahya Jtptunimus Gdl Ketutbudim 6566 3 Babii

28

S2/TR 131000 3 x 200 S2/TR 147000 3 x 225 S2/TR 164000 3 x 250 S2/TR 197000 3 x 300

3 S3/TM >200.000 233000 PMT dengan Trafo 279000 arus dan rele thermis 329000 Overload 414000 526000 630000