TL and MAL

Permasalahan Unresolved segments

Permasalahan Unresolved segmentsSaat ini masih terdapat 3 unresolved segments yaitu segmen-segmen: Noel Besi di Kab. Kupang (perbedaan interpretasi tim teknis Indonesia dan TL atas traktat 1904), Manusasi di kab. TTU (tentang masalah tanah adat),Memo di Kab. Belu (tentang pulau di tengah sungai).

TSC BDR 15, 2004RI-RDTL

NOEL BESIPosisi RI: Noel Besi yang ada di lapangan sekarang adalah sungai besar di sebelah timur delta. Penempatan nama geografis Noel Besi pada aliran yang kecil yang dikenal sebagai Sakotuinan adalah kesalahan toponimy. Nama Noel Besi jelas mengacu pada sungai besar bukan yang kecil yang kadang-kadang kering. Azimut diukur dari tempat yang salah. Ada kemungkinan bahwa peta yang ada diturunkan dari sumber yang tidak bisa dipercaya.RI PositionThe existing Noel Besi is the large river east of the delta. The placing of the geographic name Noel Besi attached to a small stream known as Sakotuinan is a toponomy blunder . The name Noel Besi definitely refers to a large streaming river and not a small, sometimes dried-out stream. The azimuth was measured from the wrong place. There is a possibility that the existing map is derived from unreliable sources. TL PositionThe position in the Treaty map is clear and refers to the west channel;The azimuth used in the Treaty text to define the position of the river mouth is clear and refers to the west channel;The name Noel Besi is assigned to the west channel in the Treaty map;Oil Poli document is specific on that the border follows Nono-Tu-I-Nan (present name for the west channel); All other maps show the border as the line proposed by TL and not a single map was found with a different line.The line on the Nono-Tu-I-Nan was accepted as border line between the Portuguese Timor and Indonesia and between Portuguese Timor and The Netherlands (the RI provincial border between NTT and TimTim also follows TL line).TSC BDR 15, 2004RI PositionIndonesia deems it necessary and compulsory to take full respect to the communal rights (hak ulayat) and the customary law (hukum adat) of the people in the vicinity of the border area, in solving border delineation problems.Indonesia also urges that both sides agree that local peoples meet and discuss between themselves. TL PositionTimor-Leste proposal follows the description of the Treaty, which is clear.The difference between both proposals is based on the fact that the RI proposal is not following the 1904 Treaty, but a land claim of different origin.

MANUSASITSC BDR 15, 2004RI PositionLocal information indicates that the island is cultivated by both sides.Different interpretation of river bank.Median line is used to determine the borderline at the Malibaca riverbed, disregarding of any river island thereof (see Joint Technical Specifications presented at 1st JBC meeting).TL PositionThe island was cultivated by TL people for many years. Situations where the riverbed is used by local populations should be considered separately of the situations where the land is not used (see Joint Technical Specifications presented at 1st JBC meeting).The 1/50000 portuguese map shows the island as belonging to Portugal. The water course is now affected by an irrigation channel in the west side.No other evidence is known of the island to be divided or administrated by The Netherlands or by Indonesia.

DILUMIL/MEMOPermasalahan: Perbedaan interpretasi tepi sungai, sepanjang 2,2 km dengan luas 41,9 ha. Indonesia mempertahankan batas pada median sungai Mota Malibaka.Posisi RI: Tetap pada proposal garis median sebagai solusi yang equitable dan hasil yang logis.TSC BDR 15, 2004Unsurveyed SegmentUnsurveyed Segment di Subina-Oben belum dapat di survey karena adanya penolakan dari masyarakat setempat. Kasus-kasus segment tersebut, selain terkait dengan masalah teknis juga yang krusial adalah klaim adat masyarakat terhadap tanah yang digarap secara turun-temurun dan diindikasikan akan masuk ke wilayah Timor Leste berdasarkan Traktat yang ada.

27 Oktober s/d 6 Nopember 2008 telah dilaksanakan survey di 6 desa /Tubu, Nitulat, Haumeniana, Sunkaen, Nainaban dan Inbate.dengan 4 lokasi yang dipermasalahkan oleh masyarakat adalah : Tubu-Nitulat, Haumeniana-Nifonunpo, Pistana, dan Subina.Dari hasil pembahasan, dapat dicatat bahwa :Asal warga tetap bisa menggarap maka tidak menjadi masalah, sehingga garis batas jangan menjadi penghalang;TSC BDR 15, 2004Lokasi Unsurveyed segment

TSC BDR 15, 2004

SARAWAKSABAHKALTIMKALBARD. 400Batu AumTg. DatuG. RayaS. BuanC500 C600B2700 B3100S. SemantipalS. SinapadP. Sebatik 10 PERMASALAHAN PERBATASAN RI - MALAYSIATANJUNG DATU : Hasil pengukuran bersama tdk sesuai, perlu pengukuran ulang.GUNUNG RAYA. : Grs batas G. Raya I & II, hasil joint survei tdk dapat disepakati oleh kedua pihak.G.JAGOI/S. BUAN : Kenyataan dilapangan tidak sesuai dengan konvensi 1928.BATU AUM : Penerapan arah & jarak tidak diterima kedua belah pihak. TITIK D 400 : Hasil survei RI-MAL th 1987/1988 tidak menemukan watershed.P. SEBATIK : kedua tim survei menemukan tugu di sebelah barat P. Sebatik berada pd bag. selatan posisi yang seharusnya (410 LU), RI dirugikan.S.SINAPAD : Muara S. Sinapad brd di sebelah utara dr. lintang 4 20 LU, tdk sesuai dengan konvensi 1891 dan 1915.S. SEMANTIPAL,: Pihak Malaysia komplain letak muara S. Simantipal (minta Pengukuran ulang).TITIK C 500 C 600, : Pihak Malaysia komplain watershed dipotong sungai. B 2700 B 3100, : Hasil ukuran bersama menunjukan penyimpangan, Malaysia dirugikan. Penegasan Batas telah dilaksanakan sejak 1975 sd 2004 dihasilkan :Panjang garis batas : + 2004 KmTugu Batas Type A,B,C,D = 19.328 buah lengkap dgn koordinatField Plan , Traverse H-Plan (skala 1 : 5.000 dan 1 : 2.500) masing-masing = 1.318 MLPPERMASALAHAN TEKNIS RI MALAYSIADitwilhan, 20027SABAHP.SebatikC.500-C.600Tg. DatuG. RayaS. BuanSARAWAKBatu AumD. 400KALBARS. SimantipalS. SinapadKALTIMTITIK - TITIK PERMASALAHANDALAM SURVEI DAN PENEGASAN PERBATASANINDONESIA ( KALBAR & KALTIM )danMALAYSIA ( SARAWAK & SABAH )B.2700-B.3100Ditwilhan, 2002

Ditwilhan, 2002

Ditwilhan, 2002

Ditwilhan, 2002

Ditwilhan, 2002

Ditwilhan, 2002

Ditwilhan, 2002

Ditwilhan, 2002