+ All Categories
Home > Documents > Tinpus Diare Akut

Tinpus Diare Akut

Date post: 03-Dec-2015
Category:
Author: maryko-awang-herdian
View: 250 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
Description:
ff
Embed Size (px)
of 29 /29
TINJAUAN PUSTAKA DIARE AKUT 1. Definisi Diare Diare atau penyakit diare (diarrheal disease) berasal dari kata diarroia (bahasa Yunani) yang berarti mengalir terus (to flow through), merupakan keadaan abnormal pengeluaran tinja yang terlalu sering. Hal ini disebabkan adanya perubahan-perubahan dalam transport air dan elektrolit dalam usus, terutama pada keadaan-keadaan dengan gangguan intestinal pada fungsi digesti, absorpi dan sekresi. Menurut Simadibrata dan Daldiyono (2007), diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines (2005), diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal dan berlangsung kurang dari 14 hari. Menurut Guandalini (2009), diare akut didefinisikan sebagai suatu onset dari tingginya kadar cairan yang abnormal yang terdapat dalam tinja (lebih dari kadar normal yang mencapai 10 mL/kg/hari). Keadaan ini disebabkan meningkatnya frekuensi pergerakan usus yang normalnya 4-5 kali menjadi lebih dari 20 kali per hari. Besarnya kadar air yang terdapat dalam tinja dikarenakan adanya ketidakseimbangan proses fisiologis usus halus dan usus besar dalam absorsi ion, substansi organik, dan air itu sendiri. Walaupun istilah gastroenteritis akut sering digunakan sebagai sinonim dari diare akut, sebenarnya penggunaan istilah ini tidak cocok. Istilah gastroenteritis 7
Transcript

TINJAUAN PUSTAKA

DIARE AKUT1. Definisi DiareDiare atau penyakit diare (diarrheal disease) berasal dari kata diarroia (bahasa Yunani) yang berarti mengalir terus (to flow through), merupakan keadaan abnormal pengeluaran tinja yang terlalu sering. Hal ini disebabkan adanya perubahan-perubahan dalam transport air dan elektrolit dalam usus, terutama pada keadaan-keadaan dengan gangguan intestinal pada fungsi digesti, absorpi dan sekresi. Menurut Simadibrata dan Daldiyono (2007), diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines (2005), diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal dan berlangsung kurang dari 14 hari.

Menurut Guandalini (2009), diare akut didefinisikan sebagai suatu onset dari tingginya kadar cairan yang abnormal yang terdapat dalam tinja (lebih dari kadar normal yang mencapai 10 mL/kg/hari). Keadaan ini disebabkan meningkatnya frekuensi pergerakan usus yang normalnya 4-5 kali menjadi lebih dari 20 kali per hari. Besarnya kadar air yang terdapat dalam tinja dikarenakan adanya ketidakseimbangan proses fisiologis usus halus dan usus besar dalam absorsi ion, substansi organik, dan air itu sendiri. Walaupun istilah gastroenteritis akut sering digunakan sebagai sinonim dari diare akut, sebenarnya penggunaan istilah ini tidak cocok. Istilah gastroenteritis menyatakan adanya proses inflamasi pada lambung dan usus. Oleh sebab itu, istilah diare akut lebih baik daripada gastroenteritis akut.

2. Etiologi Diare Akut Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit maupun virus. Penyebab lain yang dapat menimbulkan diare akut adalah intoksikasi makanan, alergi, dan malabsorpsi karbohidrat, lemak, protein, vitamin serta mineral. Selain itu, diare akut dapat disebabkan oleh imunodefisiensi, obat-obatan, dan lain-lain (Simadibrata dan Daldiyono, 2007).

Tabel Etiologi diare akut

Kebanyakan diare karena infeksi terjadi oleh transmisi fekal-oral melalui kontak personal langsung atau lebih sering melalui makanan atau air yang terkontaminasi dengan patogen dari feses manusia atau hewan. Kebanyakan watery diarrhea terjadi karena hipersekresi usus halus yang disebabkan oleh toksin bakteri, enterotoxin-producing bacteria, dan enteroadherent pathogens. Sitotoksin yang dihasilkan dan mikroorganisme yang invasif menyebabkan terjadinya demam tinggi dan nyeri abdomen. Bakteri invasif dan Entamoeba histolytica sering menyebabkan terjadinya diare yang disertai darah atau yang dikenal dengan disentri. Yersinia menginvasi ileum terminal dan mukosa kolon proksimal menyebabkan nyeri abdominal berat dengan gambaran seperti apendisitis akut. Diare infeksi dapat berhubungan dengan manifestasi sistemik. Sindroma Reiter (arthritis, uretritis dan konjungtivitis) dapat disertai dengan infeksi Salmonella, Campylobacter, Shigella, dan Yersinia. Yersiniosis dapat menyebabkan tiroiditis autoimun, perikarditis, dan glomerulonefritis. Enterohemorrhagic seperti E.coli dan Shigella dapat menyebabkan hemolyticuremic syndrome dengan angka kematian yang tinggi. Diare akut dapat menjadi gejala utama dari beberapa penyakit infeksi sistemik seperti viral hepatitis, listeriosis, legionellosis, dan toxic shock syndrome (Ahlquist dan Camilleri, 2005).

Efek samping obat merupakan penyebab terbanyak diare akut yang noninfeksius. Walaupun banyak sekali obat-obatan yang dapat menyebabkan diare, ada beberapa obat yang sering menyebabkan diare seperti antibiotik, antidisritmia jantung, antihipertensi, NSAIDs, antidepresan, obat kemoterapi, bronkodilator, antasida, dan laksatif. Iskemia kolitis baik oklusif maupun non-oklusif yang terjadi pada dewasa di atas 50 tahun sering menderita nyeri abdomen bawah akut yang didahului watery diarrhea kemudian diare yang disertai darah dan merupakan akibat inflamasi akut pada sigmoid atau kolon sebelah kiri. Diare akut dapat disertai colonic diverticulitis dan graft-versus-host disease. Diare akut juga sering berhubungan dengan systemic compromise yang dapat diikuti dengan tertelannya toksin insektisida organofosfat, amanita dan jamur-jamur lainnya, arsenik serta toksin-toksin yang terdapat dalam seafood seperti ciguatera dan scomboid (Ahlquist dan Camilleri, 2005).

Diare akut dapat disebabkan oleh banyak hal. Diare akut yang terjadi dapat ringan ataupun berat. Defisiensi vitamin (seperti niasin, asam folat) dan intoksikasi vitamin (seperti vitamin C, niasin, vitamin B3) dapat menyebabkan diare akut. Pada anak-anak, diare akut biasanya disebabkan oleh adanya infeksi. Selain itu, diare akut yang terjadi pada anak dapat disebabkan beberapa keadaan, seperti sindroma malabsorpsi dan bermacam enteropati. Diare akut biasanya bersifat self-limited. Komplikasi utama yang terjadi yang disebabkan oleh diare akut adalah dehidrasi (Guandalini, 2009).

3. Klasifikasi diarePengelompokan diare dapat berdasarkan banyak hal. Secara klinis, dapat dibedakan menjadi dua kelompok sindroma diare, yaitu diare cair dan disentri atau diare berdarah, masing-masing menggambarkan patogenesis yang berbeda. Klasifikasi diare lain berdasarkan adanya invasi barier usus oleh mikroorganisme tersering penyebab diare (virus, bakteri maupun protozoa), dapat dikelompokkan sebagai diare infeksi atau non infeksi. Berdasarkan patomekanisme terjadinya diare, dapat dibedakan menjadi diare sekretorik atau diare osmotik. Menurut gastro-hepatologi IDAI, 2009 berdasarkan derajat dehidrasi yang terjadi, diare terbagi menjadi dehidrasi berat, dehidrasi tak berat dan tanpa dehidrasi. Pengelompokan berdasarkan waktu terjadinya diare, meliputi : diare akut, diare kronik dan diare persisten.

4. Patomekanisme diareDiare terjadi karena adanya gangguan proses absorpsi dan sekresi cairan serta elektrolit di dalam saluran cerna. Pada keadaan normal, usus halus akan mengabsorbsi Na+, Cl-, HCO3-. Timbulnya penurunan dalam absorpsi dan peningkatan sekresi mengakibatkan cairan berlebihan melebihi kapasitas kolon dalam mengabsorpsi. Mekanisme ini sangat dipengaruhi oleh faktor mukosa maupun faktor intraluminal saluran cerna. Faktor mukosa dapat berupa perubahan dinamik mukosa yaitu adanya peningkatan cell turnover dan fungsi usus yang belum matang dapat menimbulkan gangguan absorpsi-sekresi dalam saluran cerna. Penurunan area permukaan mukosa karena atrofi vilus, jejas pada brush border serta pemotongan usus dapat menurunkan absorpsi. Selain itu, gangguan pada sistem pencernaan (enzim spesifik) atau transport berupa defisiensi enzim disakaridase dan enterokinase serta kerusakan pada ion transport (Na+/H+, Cl-/HCO3-) juga menimbulkan gangguan absorpsi. Faktor-faktor dalam intraluminal sendiri juga ikut berpengaruh, seperti peningkatan osmolaritas akibat malabsorpsi (defisiensi disakaridase) dan bacterial overgrowth. Insufisiensi pankreatik eksokrin, defisiensi garam empedu dan parasit adalah faktor intra luminal lain penyebab penurunan absorbsi. Sedangkan peningkatan sekresi disebabkan oleh toksin bakteri ( toxin cholera, E. coli), mediator inflamasi ( eicosanoids, produk sel mast lain), asam empedu dihidroksi, asam lemak hidroksi dan obat-obatan.

4.1 Diare OsmotikPada diare osmotik didapatkan substansi intraluminal yang tidak dapat diabsorpsi dan menginduksi sekresi cairan. Biasanya keadaan ini berhubungan dengan terjadinya kerusakan dari mukosa saluran cerna. Akumulasi dari zat yang tidak dapat diserap, misalnya magnesium (laksan, antasid), karbohidrat atau asam amino lumen usus di dalam lumen usus menyebabkan peningkatan tekanan osmotik intraluminal, sehingga terjadi pergeseran cairan plasma ke intestinal.

Akumulasi karbohidrat merupakan salah satu contoh dari tipe diare ini dan paling sering terjadi. Karbohidrat seperti laktosa, sukrosa, glukosa dan galaktosa dalam jumlah cukup besar di intestinal dapat disebabkan oleh gangguan transportasi baik kongenital maupun dapatan. Misalnya pada laktosa intoleransi, terjadi penurunan fungsi enzim laktase dari brush border usus halus. Laktosa tidak dapat dipecah sehingga tidak dapat diabsorpsi. Laktosa yang tidak tercerna menarik air ke dalam lumen sehingga terjadilah diare. Defisiensi enzim laktase dapat terjadi primer maupun sekunder. Berkurangnya atau tidak adanya enzim pankreatik dan gangguan asam empedu dapat menjadi salah satu penyebab diare osmotik. Pada penyakit ini, ileum terminal tidak dapat mengabsorpsi asam empedu dengan baik, sehingga mengakibatkan berkurangnya cadangan asam empedu dan mengganggu penyerapan lemak. Timbunan lemak yang tidak terabsorpsi akan meningkatkan tekanan osmotik intraluminal dan akhirnya menimbulkan diare.

Pada penyakit celiac, terjadi penumpulan vili-vili sepanjang usus halus sebagai akibat respon imun terhadap antigen. Penumpulan vili ini mengakibatkan gangguan penyerapan dan menimbulkan terjadinya diare. Atrofi mikrovilli kongenital, terjadi penurunan fungsi absorpsi karena adanya gangguan perkembangan brush border secara genetik. Gangguan motilitas (waktu transit di intestinal terlalu cepat) menyebabkan penyerapan tidak adekuat dan menimbulkan zat tak terserap di dalam usus. Contohnya pada irritable bowel syndrome, hyperthyroidism, dan pseudoobstruction. Karakteristik dari diare osmotik adalah diare akan membaik bila penderita dipuasakan atau membatasi asupan.

4.2. Diare SekretorikDiare sekretorik mempunyai karakteristik adanya peningkatan kehilangan banyak air dan elektrolit dari saluran pencernaan. Diare sekretorik terjadi karena adanya hambatan absorpsi Na oleh vilus entrosit serta peningkatan sekresi Cl oleh kripte. Na+ masuk ke dalam sel saluran cerna dengan 2 mekanisme pompa Na+, yang memungkinkan terjadi pertukaran Na+-glukosa, Na+-asam amino, Na+-H+ dan proses elektrogenik melalui Na channel. Cl- masuk ke dalam ileum melalui pertukaran Cl-/HCO3-. Peningkatan sekresi intestinal diperantarai oleh hormon (Vasoactive intestinal polypeptide VIP), toksin dari bakteri (E. coli, Cholera) dan obat-obatan yang dapat mengaktivasi adenil siklase melalui rangsangan pada protein G enterosit. Akan terjadi peningkatan cyclic AMP intraseluler pada mukosa intestinal akan mengaktifasi protein signalling tertentu, akan membuka channel chloride. Stimulasi sekresi khlorida merupakan respon pada toksin kholera atau cholera-like toxin yang diperantarai oleh peningkatan konsentrasi cAMP. Enterotoksin lain akan meningkatkan sekresi intestinal dengan meningkatkan cGMP atau konsentrasi kalsium intraseluler. Nitric-oxide diduga berperanan dalam pengendalian sekresi Cl. Peningkatan sekresi pada sel kripte dengan hasil akhir berupa peningkatan sekresi cairan yang melebihi kemampuan absorpsi maksimum dari kolon dan berakibat adanya diare. Pada diare sekretorik biasanya pengeluaran tinja dalam jumlah besar, menetap meskipun dipuasakan dan memiliki komposisi elektrolit yang isotonik. Osmolalitas tinja isotonik dengan plasma. Tipe diare ini banyak terjadi pada diare yang disebabkan oleh infeksi, misalnya akibat enterotoksin Kolera, E. coli, dll.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi berulangnya diare

a. UsiaEpisode diare banyak terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden tertinggi pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa diberikan makanan pendamping. Terdapat beberapa perbedaan pada saluran pencernaan bayi dan dewasa. Sistem pertahanan saluran cerna pada bayi masih belum matang. Sekresi asam lambung belum sempurna saat lahir dan membutuhkan waktu hingga beberapa bulan untuk dapat mencapai kadar bakteriosidal dimana pH < 4. Begitu pula dengan barier mukosa berkembang sesuai dengan bertambahnya usia. Ada perbedaan ikatan mikrovilus terhadap bakteri atau toksinnya serta komposisi mukus intestinal pada bayi dan dewasa. Perbedaan jumlah flora normal terjadi karena saluran pencernaan pada awalnya steril dan flora normal saluran cerna berkembang beberapa bulan awal kehidupan. Pada neonatus, produksi beberapa enzim pencernaan belum berkembang sempurna, misalnya produksi lipase oleh pankreas.

b. Status GiziDiare anak dengan malnutrisi cenderung lebih berat, lebih lama dan angka kematiannya lebih tinggi dibandingkan dengan diare pada anak dengan gizi baik. Malnutrisi terjadi melalui beberapa mekanisme, meliputi penekanan faktor imunitas, perubahan struktur mukosa usus serta defisiensi mikronutrien seng dan vitamin A. Seng berperanan dalam imunitas tubuh melalui peranannya dalam proses limphoproliferatif maupun efek antioksidan. Serta berperan pula dalam pertumbuhan sel, terutama dalam pembelahan sel, berkaitan dengan perbaikan jaringan rusak maupun penyembuhan luka. Adanya defisiensi seng memperpanjang mekanisme penyembuhan luka pada saluran cerna menyebabkan abnormalitas morfologi mukosa, sehingga fungsi absorpsi nutrisi dalam lumen usus terganggu dan meningkatkan permeabilitas usus terhadap makanan atau antigen mikroba. Defisiensi vitamin A pada malnutrisi akan mengganggu respon imun terhadap infeksi saluran cerna. Hal ini dikarenakan terganggunya respon antibodi dan cell-mediated. Di sisi lain, keadaan malnutrisi menyebabkan perubahan struktur mukosa berupa atrofi villi, aktivitas enzim disakaridase terganggu, gangguan absorpsi monosakarida, motilitas usus abnormal dan perubahan flora usus.

c. ASIBayi yang diberi ASI lebih terlindungi terhadap penyakit infeksi terutama diare. Hal ini dikarenakan adanya faktor peningkatan pertumbuhan sel usus (intestinal cell growth promoting factor) sehingga vilus dinding usus cepat mengalami penyembuhan setelah rusak karena diare. ASI mengandung antibodi, terutama imunoglobin yang dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus dalam saluran pencernaan. ASI, terutama kolustrum sangat kaya akan secrete imunoglobulin A (SIgA). ASI mengandung laktooksidase dan asam neuraminik yang mempunyai sifat antibakterial terhadap E.coli dan Staphylococcus. ASI juga mengandung laktoferin dan lyzosim, yaitu suatu protein dan enzim yang merupakan komponen zat kekebalan dalam saluran pencernaan. Terkandung juga faktor bifidus, untuk pertumbuhan bakteri Lactobacillus bifidus yang dapat menjaga keasaman flora usus dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan. ASI biasanya dapat diserap dan dicerna pada saat diare. Anak-anak yang tetap diberi ASI selama diare pengeluaran tinja berkurang dan diare lebih pendek daripada anak yang tidak diberi ASI. Pemberian ASI secara ekslusif dapat mencegah terjadinya diare, dikarenakan akan mengurangi kontaminasi dari makanan pendamping ASI sebagai sumber utama patogen usus.

d. Faktor sosial, ekonomi, budaya dan higiene-sanitasi lingkungan serta diri sendiriHigiene-sanitasi buruk dapat berakibat masuknya bakteri secara berlebihan ke dalam usus, sehingga dapat mengalahkan pertahanan tubuh normal dan akan mengakibatkan tumbuhnya bakteri. Adanya keterbatasan dalam sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap kepadatan lingkungan tempat tinggal, penyediaan sumber air bersih, keadaan higiene sanitasi lingkungan yang berhubungan dengan proses transmisi infeksi enterik, khususnya pada negara berkembang. Tingkat pendidikan orang tua berpengaruh terhadap perilaku dan pola hidup, dalam hal ini pendidikan ibu lebih berperanan. Sosial-budaya mempengaruhi perilaku hidup sehat dan kebersihan diri dan kemudian berperan dalam mengurangi masuknya patogen usus.

e. Keadaan mukosa ususPatogenesis diare yang berulang adalah diare karena patogen sama yang menetap, adanya reinfeksi oleh patogen lain atau timbulnya sensitisasi antigen makanan yang menyebabkan kerusakan mukosa usus menetap. Kelainan mukosa usus ini selain disebabkan oleh invasi dan kerusakan oleh bakteri secara langsung, tetapi mungkin karena efek toksin bakteri pada permukaan epitel. Pada infeksi yang disebabkan oleh rotavirus, kesembuhan rata-rata terjadi dalam 2-4 minggu sesudah infeksi, namun dapat pula berlanjut hingga 4-8 minggu pada bayi di bawah usia 6 bulan. Pada beberapa anak, diare akan menetap disebabkan penyembuhan villi tidak sempurna. Epitel bayi mengalami pemulihan seluler yang lambat.

6. Tanda dan GejalaTanda dan gejala diare dapat kita nilai dari riwayat anamnesa, pemeriksaan fisik, dan laboratorium, kemudian dapat disimpulkan derajat diare dari pemeriksaan tersebut (Subagyo B & Nurtjahjo BS, 2010).

a. AnamnesisPada anamnesis perlu ditanyakan hal hal sebagai berikut : Lama diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila disertai muntah: volume dan frekuensinya. Kencing: biasanya, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6 8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti : batuk, pilek, otitis media, campak.

b. Pemeriksaan fisikPenilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: obyektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare. Subyektif dengan menggunakan kriteria WHO. Didalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat beberapa pemeriksaan utama yang sangat penting dilakukan, pemeriksaan awal yaitu menilai keadaan umum pasien terlebih dahulu, jika pasien dalam keadaan dehidrasi berat biasanya pasien berada dalam kondisi tidak sadar, segera lakukan pemberian cairan secara intravena, akan tetapi jika pasien dalam kondisi sadar segera lakukan pemeriksaan fisik sesuai penatalaksanaan derajat dehidrasi menurut tabel WHO, didalam tabel ini dapat dilakukan penilaian pemeriksaan fisik berdasarkan derajatnya dan juga dapat disimpulkan untuk melakukan penatalaksanaan selanjutnya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel dibawah ini.Tabel Penentuan Derajat Dehidrasi Menurut WHO

Hasil yang didapat pada penderita diberi angka 0, 1 atau 2 sesuai dengan tabel, kemudian dijumlahkan. Nilai : 0 2 = Ringan 3 6 = Sedang 7 12 = Berat

c. Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan laboratorium yang kadang kadang diperlukan pada diare akut (IDAI, 2010).1) Darah: Darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.2) Urine : Urine lengkap3) Tinja :a) Pemeriksaan MakroskopikPemeriksaan makroskopik tinja tidak perlu dilakukan pada semua penderita dengan diare meskipun pemeriksaan laboratorium telah dilakukan. Pada pemeriksaan makroskopik biasanya akan dilihat dari konsistensi tinja, warna, dan biasanya jika disebabkan oleh cacing akan terlihat.

b) Pemeriksaan mikroskopikPemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya leukosit dapat memberikan informasi tentang penyebab diare, letak anatomis serta adanya proses peradangan mukosa. Lekosit dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang menyerang mukosa kolon. Leukosit yang positif pada pemeriksaan tinja menunjukan adanya kuman invasif atau kuman yang memproduksi sitotoksin.

7. Penatalaksanaan Dari penilaian pemeriksaan fisik diare dengan tabel WHO akan didapatkan nilai skor untuk dapat dilakukan penatalaksanaan sesuai derajatnya, rencana terapi yang dilakukan yaitu

Rencana Terapi A : Terapi di rumah untuk mencegah dehidrasi dan malnutrisi Anak-anak tanpa tanda-tanda dehidrasi memerlukan tambahan cairan dan garam untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare. Jika ini tidak diberikan, tanda-tanda dehidrasi dapat terjadi.

Rencana Terapi B: Terapi rehidrasi oral untuk anak-anak dengan dehidrasi ringan-sedang Jika berat badan anak diketahui maka hal ini harus digunakan untuk menentukan jumlah larutan yang tepat. Jumlah larutan ditentukan dari berat badan (Kg) dikalikan 75 ml. Jika berat badan anak tidak diketahui maka penentuan jumlah cairan ditentukan berdasarkan usia anak.

Rencana Terapi C : untuk Pasien dengan Dehidrasi BeratPengobatan bagi anak-anak dengan dehidrasi berat adalah rehidrasi intravena cepat, mengikuti Rencana Terapi C. Jika mungkin, anak harus dirawat di rumah sakit.

Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit (IDAI, 2010 )a. Rehidrasi dengan menggunakan oralit barub. Zinc diberikan selama 10 hari berturut turutc. ASI dan makanan tetap diteruskand. Antibiotik selektife. Nasihat kepada orang tua

Rehidrasi dengan oralit baru, dapat mengurangi rasa mual dan muntah.Berikan segera bila anak diare, untuk mengatasi dehidrasi. Karena itu, para ahli diare mengembangkan formula baru oralit dengan tingkat osmolaritas yang lebih rendah. Osmolaritas larutan baru lebih mendekati asmolaritas plasma, sehingga kurang menyebabkan risiko terjadinya hipernatremia. Keamanan oralit ini sama dengan oralit yang selama ini digunakan, namun efektifitasnya lebih baik dari pada oralit formula lama. Oralit baru mampu menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu mengurangi pengeluaran tinja hingga 20 % serta mengurangi kejadian muntah hingga 30 %. Selain itu, oralit baru ini juga telah direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF untuk diare akut non kolera pada anak.Tabel Komposisi Oralit Baru

Ketentuan pemberian oralit formula baru :a. Beri ibu - ibu bungkus oralit formula barub. Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk persediaan 24 jam.c. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketentuan sebagai berikut: Untuk anak berumur < 2 tahun : berikan 50 100 ml tiap kali BAB Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100 200 ml tiap BABd. Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan harus dibuang.

ZincZinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan anak. Beberapa penelitian telah membuktikannya. Pemberian zinc yang dilakukan di awal masa diare selama 10 hari ke depan secara signifikan menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien. Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan absorpsi air dan elektrolit oleh usus halus, meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, menigkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan patogen dari usus. Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.

Dosis zinc untuk anak:Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg ( tablet ) per hariAnak di atas umur 6 bulan : 20 mg ( 1 tablet ) per hariZinc diberikan selama 10 14 hari berturut turut meskipun anak telah sembuh dari diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau Oralit. Untuk anak anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.

ASI dan makananTetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi yang hilang.

AntibiotikJangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare berdarah atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya diare karena akan mengganggu keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang tumbuh akan menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik, serta menambah biaya pengobatan yang tidak perlu. Resistensi terhadap antibiotik terjadi melalui mekanisme antara lain, inaktivasi obat melalui degradasi enzimatik oleh bakteri, perubahan struktur bakteri yang menjadi target antibiotik dan perubahan permeabilitas membran terhadap antibiotik.

Nasihat pada ibu atau pengasuhKembali segera jika demam, tinja berdarah berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering atau belum membaik selama 3 hari.

a. Pengobatan diare tanpa dehidrasiTerapi Rehidrasi Oral (TRO)Penderita diare tanpa dehidrasi harus segera diberi cairan rumah tangga untuk mencegah dehidrasi, seperti air tajin, larutan gula garam, kuah sayur sayuran dan sebagainya. Pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh keluarga penderita. Jumlah cairan yang diberikan adalah 10ml/kgBB atau untuk anak usia < 1 tahun adalah 50 100 ml, 1 - 5 tahun adalah 100 - 200 ml, 5 - 12 tahun adalah 200 - 300 ml dan dewasa adalah 300 400 ml setiap BAB.

b. Pengobatan diare dehidrasi ringan sedangTRO ( Terapi Rehidrasi Oral )Penderita diare dengan dehidrasi ringan-sedang harus dirawat di sarana kesehatan dan segera diberikan terapi rehidrasi oral dengan oralit. Jumlah oralit yang diberikan 3 jam pertama 75cc/kgBB. Bila berat badannya tidak diketahui, meskipun cara ini kurang tepat, perkiraan kekurangan cairan dapat ditentukan dengan menggunakan umur penderita, yaitu untuk umur < 1 tahun adalah 300 ml, 1 5 tahun adalah 600 ml, > 5 tahun adalah 1200 ml, dan dewasa adalah 2400 ml, rentang nilai volume cairan ini adalah perkiraan, volume yang sesungguhnya diberikan ditentukan dengan menilai rasa haus penderita dan memantau tandatanda dehidrasi.

c. Pengobatan diare dengan dehidrasi beratTRP ( Terapi Rehidrasi Parenteral ) Penderita diare dehidrasi berat harus dirawat di puskesmas atau rumah sakit. Pengobatan yang terbaik adalah dengan terapi rehidrasi perenteral. Pasien yang dapat minum meskipun hanya sedikit harus diberi oralit sampai cairan infuse terpasang. Disamping itu, semua anak harus diberi oralit selama pemberian cairan intra vena ( 5 ml/kg/BB/jam), apabila dapat minum dengan baik, biasanya dalam 3 4 jam (untuk bayi) atau 1-2 jam (untuk anak yang lebih besar). Pemberian tersebut dilakukan untuk memberi tambahan basa dan kalium yang mungkin tidak dapat disuplai dengan cukup dengan pemberian cairan intravena. Untuk rehidrasi parenteral digunakan cairan ringer laktat dengan dosis 100 ml/kgBB. Cara pemberiannya untuk < 1 tahun 1 jam pertama 30cc/kgBB, dilanjutkan 5 jam berikutnya 70cc/kgBB. Diatas 1 tahun jam pertama 30cc/kgBB dilanjutkan 2 jam berikutnya 70cc/kgBB. Lakukan evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik, tetesan intravena dapat dipercepat. Setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar, lakukan evaluasi kemudian pilih pengobatan selanjutnya yang sesuai yaitu pengobatan diare dengan dehidrasi ringan - sedang atau pengobatan diare tanpa dehidrasi.

Terapi medikamentosa Berbagai macam obat telah digunakan untuk pengobatan diare, dan tidak direkomendasikan untuk anak usia kurang dari 2 3 tahun, karena beberapa obat memiliki efek toksik sistemik, jadi pada pengobatan diare akut tidak diperlukan obat - obatan seperti :

a. AntibiotikAntibiotik pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut karena sebagian besar diare disebabkan oleh rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat dibunuh dengan antibiotik. Antibiotik biasanya diperlukan untuk penyakit disentri atau diare yang berhubungan dengan infeksi bakteri.

Tabel Antibiotik pada Diare

b. Obat anti diareObat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan praktis dan tidak diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada anak. ( Subagyo B & Santoso NB, 2010)

c. AdsorbenObat seperti kaolin, atapulgite, smectite, activatedcharcoal, cholestyramin. Digunakan untuk pengobatan diare atas dasar kemampuannya untuk mengikat dan menginaktifasi toksin bakteri atau bahan lain yang menyebabkan diare serta dikatakan mempunyai kemampuan untuk melindungi mukosa usus, walaupun demikian tidak ada bukti keuntungan praktis dari penggunaan obat ini untuk pengobatan diare akut pada anak.

d. Bismuth subsalicylateBila diberikan setiap 4 jam, dilaporkan dapat mengurangi pengeluaran tinja pada anak dengan diare akut sebanyak 30 %, akan tetapi cara ini jarang digunakan

8. KomplikasiBeberapa masalah mungkin terjadi selama pengobatan rehidrasi. Beberapa diantaranya membutuhkan pengobatan khusus ( IDAI, 2010)

a. Gangguan Elektrolit1) HipernatremiaPenderita diare dengan natrium plasma > 150 mmol/L memerlukan pemantauan berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar natrium secara perlahan lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat akan sangat berbahaya karena dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau nasogastrik menggunakan oralit adalah cara terbaik dan paling aman.

2) HiponatremiaAnak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi ( Na 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium glukonas 10 % 0,5 1 ml/kgBB secara intravena dalam 5 10 menit dengan monitor detak jantung.

4) HipokalemiDikatakan hipokalemi bila K < 3,5 mEq/L, Hipokalemi dapat menyebabkan kelemahan otot, paralitik ileus, gangguan fungsi ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemi dapat dicegah dan kekurangan kalium dapat dikoreksi dengan menggunakan oralit dan memberikan makanan kaya kalium selama diare dan sesudah diare berhenti.

b. Kegagalan Upaya Rehidrasi OralKegagalan upaya rehidrasi oral dapat terjadi pada keadaan tertentu misalnya pengeluaran tinja cair yang sering dengan volume yang banyak, muntah yang menetap, tidak dapat minum, kembung dan ileus paralitik, serta malabsorbsi glukosa. Pada keadaan keadaan tersebut mungkin penderita harus diberikan cairan intravena.

c. KejangPada anak yang mengalami dehidrasi, walupun tidak selalu dapat terjadi kejang sebelum atau selama pengobatan rehidrasi. Kejang tersebut dapat disebabkan oleh kerena hipoglikemi, kebanyakan terjadi pada bayi atau anak yang gizinya buruk, hiperpireksia, kejang terjadi bila panas tinggi, misalnya meleihi 40C, hipernatremi atau hiponatremi.

9. PencegahanUpaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara ( Subagyo B & Santoso NB, 2010)

a. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare. Kuman kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara berikut ini.

Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:1) Pemberian ASI yang benar.2) Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI.3) Penggunaan air bersih yang cukup.4) Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar dan sebelum makan.5) Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga.6) Membuang tinja bayi yang benar.

b. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu ( host )Cara cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat mengurangi risiko diare antara lain (Subagyo B & Santoso NB, 2010)1) Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun.2) Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberikan makan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak.3) Imunisasi campak. Akhir-akhir ini banyak diteliti tentang peranan probiotik, prebiotik dan seng dalam pencegahan diare ( Subagyo B & Santoso NB, 2010)

c. Probiotik Probiotik diberi batas sebagai mikroorganisme hidup dalam makanan yang difermentasikan untuk menunjang kesehatan melalui terciptanya keseimbangan mikroflora intestinal yang lebih baik. Pencegahan diare dapat dilakukan dengan pemberian probiotik dalam waktu yang panjang terutama untuk bayi yang tidak minum ASI. Kemungkinan mekanisme efek probiotik dalam pencegahan diare melalui: perubahan lingkungan mikro lumen usus (pH, oksigen), produksi bahan antimikroba terhadap beberapa patogen usus, kompetisi nutrient, mencegah adhesi kuman patogen pada enterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin efek trofik terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrient dan imunomodulasi.

d. PrebiotikPrebiotik bukan merupakan mikroorganisme akan tetapi bahan makanan. Umumnya kompleks karbohidrat yang bila dikonsumsi dapat merangsang pertumbuhan flora intestinal yang menguntungkan kesehatan. Oligosacharida yang ada didalam ASI dianggap sebagai prototype prebiotik oleh karena dapat merangsang pertumbuhan lactobacilli dan Bifidobacteria didalam kolon bayi yang minum ASI. Data menunjukan angka kejadian diare akut lebih rendah pada bayi yang minum ASI.

DAFTAR PUSTAKAAhlquist DA, Camilleri M. 2005. Diarrhea and Constipation. In : Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS, Hauser SL (eds) Harrisons Principles of Internal Medicine. 16th ed. Mc Graw-Hill : New YorkK Larry, Pickering dan John D. Snyder. 2000. Gastroenteritis dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta : EGCLauralee Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke Sistem. Jakarta: EGCMarcellus Simadibrata K, Daldiyono. 2007. Diare Akut dalam Buku Ajar Ilmu PenyakitDalam Edisi Keempat Jilid I. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas IndonesiaSubagyo B, Nurtjahjo BS. 2010. Diare Akut dalam Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi jilid I. Jakarta : UKK Gastroenterologi-Hepatologi IDAI

25


Recommended