TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi kehamilan ektopik tergangguKehamilan ektopik terjadi
bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar
endometrium kavum uteri. Kehamilan ekstrauterin tidak sama dengan
kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars interstisialis tuba
dan kanalis serviks masih termasuk dalam uterus, tetapi jelas
bersifat ektopik.Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di
tuba. Sangat jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut,
kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter, dan
divertikel pada uterus. Berdasarkan implantasi hasil konsepsi pada
tuba, terdapat kehamilan pars interstisialis tuba, kehamilan pars
ismika tuba, kehamilan pars ampularis tuba, dan kehamilan
infundibulum tuba.1Kehamilan di luar tuba ialah kehamilan ovarial,
kehamilan intraligamenter, kehamilan servikal, dan kehamilan
adominal yang bisa primer atau sekunder.1Kehamilan intrauterine
dapat ditemukan bersamaan dengan kehamilan ekstrauterin. Dalam hal
ini dibedakan dua jenis, yaitu combined ectopic pregnancy dimana
kehamilan intaruterin terdapat pada waktu yang sama dengan
kehamilan ekstrauterin dan compound ectopic pregnancy yang
merupakan kehamilan intrauterin pada wanita dengan kehamilan
ekstrauterin lebih dahulu dengan janin sudah mati dan menjadi
litopedion.
B. Epidemiologi kehamilan ektopik tergangguTelah terjadi
peningkatan nyata jumlah absolut dan angka kematian ektopik di
Amerika Serikat selama dua dekade belakangan. Jumlah sebenarnya
telah meningkat melampaui proporsi pertumbuhan penduduk. 2Insiden
kehamilan ektopikpada wanita bukan kulit putih lebih tinggi pada
setiap kategori usia dibanding pada wanita kulit putih, dan
perbedaan ini meningkat sejalan dengan pertambahan usia. Secara
keseluruhan, pada tahun 1989 seorang wanita bukan kulit putih
memiliki peningkatan resiko kehamilan ektopik sebesar 1,4 kali
dibanding dengan seorang wanita kulit putih. Gabungan faktor ras
dan peningkatan usia sekurang-kurangnya merupakan faktor tambahan.
Sebagai contoh, wanita bukan kulit putih berusia 35 sampai 44 tahun
lima kali lebih mungkin mengalami kehamilan ektopik daripada wanita
kulit putih berusia 15 sampai 24 tahun.2Angka kehamilan ektopik per
1000 kehamilan yang dilaporkan meningkat empat kali lipat dari
tahun 1970 sampai 1992. Peningkatan ini lebih besar pada wanita
bukan kulit putih dibanding pada wanita kulit putih dan untuk
keduanya, insiden meningkat seiring dengan pertambahan usia. Dengan
kata lain, pada tahun 1992 hampir 2 persen dari seluruh kehamilan
adalah kehamilan ektopik. Yang penting, kehamilan ektopik
bertanggung jawab terhadap 10 persen dari semua kematian yang
disebabkan oleh kehamilan.2Peningkatan angka KET adalah disebabkan
oleh :1. Meningkatnya prevalensi infeksi tuba akibat penularan
seksual2. Diagnosis lebih dini dengan pemeriksaan gonadotropin
korionik yang sensitif dan ultrasonografi transvaginal pada
beberapa kasus terjadi resorpsi sebelum dilakukan diagnosis pada
masa lalu.3. Popularitas kontrasepsi yang mencegah kehamilan
intrauterine tetapi tidak untuk kehamilan ekstrauterine.4.
Sterilisasi tuba yang gagal 5. Induksi aborsi yang diikuti dengan
infeksi6. Meningkatnya penggunaan teknik reproduksi dengan
bantuan.7. Bedah tuba, termasuk riwayat salpingotomi serta
tuboplasti untuk kehamilan tuba
C. Etiologi kehamilan ektopik tergangguSebagian besar penyebab
kehamilan ektopik tidak diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan
pembuahan telur di bagian ampula tuba, dan dalam perjalanan ke
uterus telur mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di
tuba, atau nidasinya di tuba dipermudah. 1-6 Faktor faktor yang
memegang peranan dalam hal ini ialah sebagai berikut :1. Faktor
dalam lumen tuba 2-3 : endosalpingitis dapat menyebabkan
perlengketan endosalping, sehingga lumen tuba menyempit atau
membentuk kantong buntu pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan
berlekuk lekuk dan hal ini sering disertai gangguan fungsi silia
endosalping operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tak sempurna
dapat menjadi sebab lumen tuba menyempit2. Faktor pada dinding tuba
2-3 : endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang
dibuahi dalam tuba divertikel tuba kongenital atau ostium
assesorius tubae dapat menahan telur yang dibuahi di tempat itu3.
Faktor di luar dinding tuba 2-3 perlekatan peritubal dengan
distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan telur tumor
yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba4. Faktor
lain 2-3 : migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan
ke tuba kiri atau sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur
yang dibuahi ke uterus ; pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat
menyebabkan implantasi prematur Faktor hormonalPada akseptor, pil
KB yang hanya mengandung progesteron dapat mengakibatkan gerakan
tuba melambat. Apabila terjadi pembuahan dapat menyebabkan
terjadinya ektopik. pemakai IUD di mana proses peradangan yang
dapat timbul pada endometrium dan endosalping dapat menyebabkan
terjadinya kehamilan ektopik. Faktor umum penderita yang sudah
menua dan faktor perokok juga sering dihubungkan dengan terjadinya
kehamilan ektopik.
Bedasarkan tingkat resikonya, faktor resiko KET dapat dibagi
menjadi 2-3 : Resiko tinggi Rekonstruksi tuba Sterilisasi tuba
Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya Paparan Dietilstilbestrol
(DES) intrauterine Alat kehamilan dalam rahim (AKDR) Patologi tuba
Resiko sedang Infertil Riwayat Infeksi genital Sering berganti
pasangan Resiko ringan Riwayat operasi pelvik atau abdominal
sebelumnya Merokok Douching Koitus sebelum umur 18 tahun
D. Patofisiologi kehamilan ektopik terganggu1. Kehamilan
TubaFertilisasi dapat terjadi di bagian mana saja di tuba falopi,
sekitar 55% terjadi di ampula, 25% di ismus, 17% di fimbria.Oleh
karena lapisan submukosa di tuba falopii tipis, memungkinkan ovum
yang telah dibuahi dapat segera menembus sampai ke epitel, zigot
akan segera tertanam di lapisan muskuler. Trofoblas berproliferasi
dengan cepat dan menginvasi daerah sekitarnya. Secara bersamaan,
pembuluh darah ibu terbuka menyebabkan terjadi perdarahan di ruang
antara trofoblas, atau antara trofoblas dan jaringan di bawahnya.
Dinding tuba yang menjadi tempat implantasi zigot mempunyai
ketahanan yang rendah terhadap invasi trofoblas. Embrio atau janin
pada kehamilan ektopik seringkali tidak ditemukan atau tidak
berkembang.1-6
Pada yang pertama telur berimplantasi pada sisi atau ujung
jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh
kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini
kemudian diresorbsi. Pada nidasi secara interkolumner telur
bernidasi antara 2 jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi
tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan
jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis.
Karena pembentukan desidua di tuba tidak sempurna malahan kadang -
kadang tidak tampak, dengan mudah vili korialis menembus
endosalping dan masuk ke dalam lapisan otot otot tuba dengan
merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya
bergantung pada beberapa faktor, seperti tempat implantasi,
tebalnya dinding tuba, dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh
invasi trofoblas. 1-6Di bawah pengaruh hormon estrogen dan
progesteron dari korpus luteum graviditatis dan trofoblas, uterus
menjadi besar dan lembek ; endometrium dapat berubah pula menjadi
desidua. Dapat ditemukan pula perubahan perubahan pada endometrium
yang disebut fenomena Arias Stella. Sel epitel membesar dengan
intinya hipertrofik, hiperkromatik, lobuler dan berbentuk tak
teratur. Sitoplasma sel dapat berlubang lubang atau berbusa, dan
kadang kadang ditemukan mitosis. Perubahan tersebut hanya ditemukan
pada sebagian kehamilan ektopik. 1-62. Abortus TubaTerjadinya
abortus tuba bergantung pada lokasi implantasi. Umumnya terjadi
bila implantasi di ampulla, sebaliknya ruptur tuba terutama bila
implantasi di daerah ismus. Adanya perdarahan menyebabkan plasenta
dan membran terlepas dari dinding tuba. Jika plasenta terlepas
seluruhnya, semua produk konsepsi dapat keluar melalui fimbria ke
rongga abdomen. Saat itu perdarahan dapat berhenti dan gejala
umumnya menghilang. Perdarahan akan tetap terjadi selama produk
konsepsi tetap berada di tuba. Darah akan menetes sedikit-sedikit
melalui tuba dan berkumpul di kavum Douglasi. Jika fimbria
mengalami oklusi, darah akan terkumpul di tuba membentuk
hidrosalfing. 1-63. Ruptur TubaProduk konsepsi yang melakukan
invasi dapat menyebabkan tuba pecah pada beberapa tempat. Jika tuba
ruptur pada minggu-minggu oertama kehamilan, biasanya implantasi
terjadi di ismus, jika implantasi terjadi di pars intertitial,
ruptur terjadi agak lebih lambat. Ruptur umumnya terjadi spontan,
tetapi dapat pula disebabkan oleh trauma akibat koitus dan
pemeriksaan bimanual. 1-6Saat ruptur semua hasil konsepsi keluar
dari tuba, atau jika robekan tuba kecil, perdarahan hebat dapat
terjadi tanpa disertai keluarnya hasil konsepsi dari tuba. Jika
hasil konsepsi keluar ke rongga abdomen pada awal kehamilan,
implantasi dapat terjadi di daerah mana saja rongga abdomen, asal
terdapat sirkulasi darah yang cukup sehingga dapat bertahan dan
berkembang. Namun hal tersebut jarang terjadi. Sebagian besar hasil
konsepsi berukuran besar dapat tertahan di kavum Douglasi membentuk
massa yang berkapsul atau mengalami kalsifikasi membentuk
lithopedon. 1-6
Beberapa jenis kehamilan lain:1. Kehamilan AbdominalKehamilan
abdominal dapat terjadi akibat implantasi langsung hasil konsepsi
di dalam kavum abdomen yang disebut sebagai kehamilan abdominal
primer, atau awalnya dari kehamilan tuba yang ruptur dan hasil
konsepsi yang terlepas selanjutnya melakukan implantasi di kavum
abdomen yang disebut sebagai kehamilan abdominal sekunder. 1-6Efek
kehamilan tuba yang ruptur terhadap kelangsungan kehamilan
bervariasi, tergantung pada luasnya kerusakan plasenta. Janin akan
mati bila plasentanya rusak cukup luas. Akan tetapi, jika sebagian
besar plasenta tertahan di tempat perlekatannya rusak cukup luas.
Akan tetapi, jika sebagian besar plasenta tertahan di tempat
perlekatanya di tuba, perkembangannya lebih lanjut bisa terjadi.
Selain itu, plasenta dapat pula terlepas dari tuba dan mengadakan
implantasi dapat struktur panggul, termasuk uterus, usus, ataupun
dinding panggul. 1-6Keluhan yang sering ditemukan adalah nyeri
abdomen, nausea, muntah, malaise, dan nyeri saat janin bergerak.
Gambaran klinik yang paling sering ditemukan adalah nyeri tekan
abdomen, presentasi janin abnormal dan lokasi serviks yang berubah.
USG merupakan metode pemeriksaan yang akurat untuk menegakkan
diagnosis, tetapi yang dapat didiagnosis sebelum terjadi perdarahan
intraabdominal kurang dari setengah kasus. Pilihan penanganan
adalah segera melakukan pembedahan, kecuali pada beberapa kasus
tertentu, seperti usia kehamilan mendekati viabel. Jika
memungkinkan jaringan plasenta sebaiknya dikeluarkan, jika tidak,
dapat dilakukan pemberian metrotreksat. 1-62. Kehamilan
OvarialGejala klinik hampir sama dengan kehamilan tuba.
Kenyatannya, kehamilan ovarial seringkali dikacaukan dengan
perdarahan korpus luteum saat pembedahan, diagnosis seringkali
dibuat setelah pemeriksaan histopatologi. Kriteria diagnosis
termasuk tuba ipsilateral utuh, jelas terpisah dari ovarium,
kantong gestasi berada di ovarium, kantong kehamilan berhubungan
dengan uterus melalui ligamentum ovarium, jaringan ovarium di
dinding kantong gestasi. 1-63. Kehamilan ServikalRiwayat dilatasi
dan kuret merupakan faktor predisposisi kehamilan serviks,
ditemukan pada lebih dari 2/3. Selain itu, tindakan In vitro
fertilization (IVF) dan riwayat seksio sesarea sebelumnya juga
meningkatkan risiko. Gejala yang umum ditemukan adalah perdarahan
pervaginam tanpa disertai nyeri. Pada umumnya serviks membesar,
hiperemis atau sianosis. Seringkali diagnosis ditegakkan hanya
secara kebetulan saat melakukan pemeriksaan USG rutin atau saat
kuret karena dugaan abortus inkomplit. Diagnosis awal ditegakkan
dengan observasi kantong kehamilan di sekitar serviks saat
melakukan pemeriksaan USG. Bila kondisi hemodinamik stabil,
penanganan koservatif untuk mempertahankan uterus merupakan
pilihan. Pemberian metroteksat dengan cara lokal dan atau sistemik
menunjukkan keberhasilan sekitar 80%. Histerektomi dianjurkan jika
kehamilan telah memasuki trimester kedua akhir ataupun ketiga.
1-6
E. Diagnosis dan gejala klinis kehamilan ektopik terganggu1.
AnamnesisAmenoreaAmenore yaitu haid terlambat mulai beberapa hari
sampai beberapa bulan atau hanya haid yang tidak teratur. Kadang
kadang dijumpai keluhan hamil muda dan gejala hamil lainnya.
Sekitar seperempat wanita tidak melaporkan amenore, mereka
menyalahkan perdarahan uterus yang sering terjadi pada kehamilan
tuba sebagai menstruasi yang sebenarnya. Ketika dukungan endokrin
untuk endometrium menurun, perdarahan biasanya sedikit, bewarna
coklat tua, dan dapat intermiten atau kontinu. Meskipun perdarahan
per vaginam yang banyak lebih sugestif untuk abortus inkomplet
daripada kehamilan ektopik, perdarahan semacam itu kadang kala
ditemukan pada kehamilan tuba. 1-6Nyeri Tekan Abdomen dan Pelvis
97%Pada abortus tuba keluhan dan gejala kemungkinan tidak begitu
berat, hanya rasa sakit di perut dan perdarahan pervaginam. Hal ini
dapat dikacaukan dengan abortus biasa. Bila tejadi ruptur tuba,
maka gejala akan lebih hebat dan dapat membahayakan jiwa si ibu.
Perasaan nyeri dan sakit yang tiba tiba di perut, seperti diiris
dengan pisau dan disertai muntah dan bisa jatuh pingsan.
1-6Perdarahan pervaginam 79%Tanda - tanda akut abdomen Nyeri tekan
yang hebat (defiance musculer), muntah, gelisah, pucat, anemis,
nadi kecil dan halus, tensi rendah atau tidak terukur (syok).
1-6Nyeri bahu Karena perangsangan subdiafragma karena adanya darah
pada cavum abdominale.1-62. Premeriksaan fisik1. Pada pemeriksaan
fisik Tekanan darah dan Denyut NadiSebelum ruptur, tanda-tanda
vital umumnya normal. Respon dini terhadap perdarahan sedang dapat
berkisar dari tanpa perubahan tanda vital hingga sedikit
peningkatan tekanan darah, atau respon vasovagal disertai
bradikardia dan hipotensi. Tekanan darah akan turun dan denyut nadi
meningkat hanya jika perdarahan berlanjut dan hipovolemianya
menjadi nyata. 1-6 SuhuSetelah perdarahan akut, suhu dapat normal
atau bahkan rendah. Suhu dapat mencapai 38oC, tetapi suhu yang
lebih tinggi jarang bila tidak ada infeksi. Demam penting untuk
membedakan kehamilan tuba yang mengalami ruptur dengan beberapa
kasus salpingitis akut. 1-6Palpasi dan Perkusi abdomenAda tanda
tanda perdarahan intra abdominal (shifting dullness). 1-62.
Pemeriksaan ginekologik (periksa dalam) terdapat : Adanya nyeri
goyang porsio : dengan menggerakkan porsio dan serviks ibu akan
merasa sakit yang sangat.1-6 Douglas crise : rasa nyeri hebat pada
penekanan cavum douglasi.1-6 Kavum Douglasi teraba menonjol karena
terkumpulnya darah, begitu pula teraba masa retrouterin (masa
pevis).1-6 Massa PelvisMassa pelvis dapat diraba pada sekitar 20%
wanita. Ukuranya berkisar antara 5 sampai 15 cm, dan massa seperti
ini sering kali lunak dan elastis. Bila infiltrasi darah ke dalam
dinding tuba luas, massanya mungkin keras. Massa ini hampir selalu
terletak di posterior atau lateral dari uterus. Nyeri dan nyeri
tekan sering menghalangi identifikasi massa tersebut melalui
palpasi. 1-6 Pervaginam keluar desidual cast Kuldosentesis (Douglas
pungsi) Untuk mengetahui adakah darah dalam kavum Douglasi Bila
keluar darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku
atau hanya berupa bekuan bekuan kecil di atas kain kasa maka hal
ini dikatakan positif (fibrinasi) dan menunjukkan adanya hematoma
retrouterina Bila darah segar berwarna merah dan dalam beberapa
menit membeku ; hasil negatif karena darah ini berasal dari arteri
atau vena yang kena tusuk3. Pemeriksaan penunjang1. Pemeriksaan lab
i. Hemoglobin, Hematokrit dan Hitung LeukositSetelah terjadi
perdarahan, volume darah yang berkurang dipulihkan menjadi normal
dengan hemodilusi dalam waktu satu hari atau lebih. Oleh karena
itu, setelah perdarahan banyak sekalipun, pembacaan nilai
hemoglobin atau hemotokrit pada awalnya mungkin hanya menunjukkan
sedikit penurunan.Untuk beberapa jam pertama setelah perdarahan
akut, penurunan kadar hemoglobin atau hematokrit saat wanita
tersebut sedang diobservasi merupakan petunjuk kekurangan darah
observasi merupakan petunjuk kekurangan darah yang lebih bermanfaat
daripada pembacaan awal. 1-6Derajat leukositosis sangat bervariasi
pada kehamilan ektopik yang mengalami ruptur. Pada sekitar setengah
dari para wanita ini, leukosit normal, tetapi sisanya dapat
ditemukan leukosit dengan berbagai derajat sampai 30.000/l. 1-6 ii.
Pemeriksaan Gonadotropin korionikKehamilan ektopik tidak dapat
didiagnosis hanya dengan uji kehamilan positif saja. Namun, masalah
kuncinya adalah apakah wanita tersebut hamil atau tidak. Hampir
pada semua kasus kehamilan ektopik, gonadotropin korionik manusia
(hCG) dapat terdeteksi di dalam serum, tetapi biasanya
konsentrasinya jauh lebih kecil dibandingkan dengan kehamilan
normal. 1-6iii. Tes Urin untuk kehamilanTes urin paling sering
menggunakan tes slide inhibisi aglutinasi dengan sensitivitas untuk
gonadotropin korionik dalam kisaran 500 sampai 800 mlU/ml.
Kesederhanaan tes ini diimbangi oleh kemungkinan untuk positif pada
kehamilan ektopik hanya 50 sampai 60 persen. Kalaupun digunakan tes
jenis tabung, deteksi gonadotropin korionik berkisar antara 150
sampai 250 mlU/ml, dan tes ini hanya positif pada 80 sampai 85
persen kehamilan ektopik. Tes yang menggunakan ELISA (Enzyme-linked
immunosorbent assays) sensitif untuk kadar 10 sampai 50 mIU/ml, dan
positif pada 95 % kehamilan ektopik. 1-6iv. Pemeriksaan -hCG
serumRadioimmunoassay adalah metode yang paling tepat, dan hampir
semua kehamilan dapat terdeteksi. Bahkan, karena sensitivitas
pemeriksaan ini, suatu kehamilan dapat dipastikan sebelum terjadi
perubahan yang dapat terlihat pada tuba Fallopii. Tidak adanya
kehamilan dapat ditegakkan hanya jika terdapat hasil negatif pada
pemeriksaan gonadotropin serum yang mempunyai sensitivitas 5 sampai
10 mIU/ml.1-6 Karena pemeriksaan serum tunggal yang positif tidak
menyingkirkan kehamilan ektopik, beberapa metode yang berbeda telah
dirancang untuk menggunakan nilai serum kuantitatif serial dalam
menegakkan diagosis. Metode ini dapat digunakan tersendiri, tetapi
lebih sering digunakan bersamaan dengan sonografi. 1-6v.
Progesteron SerumPengukuran progesteron tunggal sering dapat
digunakan untuk memastikan bahwa terdapat kehamilan yang berkembang
normal. Nilai di atas 25ng/ml menyingkirkan kehamilan ektopik
dengan sensitivitas 97,5%. Nilai kurang dari 5ng/ml menunjukkan
bahwa janin-embrio sudah mati, tetapi tidak menunjukkan lokasinya.
Kadar progesteron antara 5 sampai 25 ng/ml, sayangnya sering tidak
konklusif. 1-6 Menurut DeCherney, 10 persen wanita yang mengalami
kehamilan normal mempunyai nilai progesteron serum kurang dari 25
ng/ml. Hahlin melaporkan bahwa bahwa tidak ada wanita dengan
kehamilan intrauterine yang mempunyai kadar progesteron di bawah 10
ng/ml, sedangkan 88 persen diantara mereka yang hemil ektopik dan
83 persen yang mengalami abortus spontan mempunyai nilai yang lebih
rendah. 1-6 vi. Pencitraan Ultrasonografi Sonografi
abdomenIdentifikasi produk kehamilan tuba falopii sulit dilakukan
dengan menggunakan sonografi abdomen. Jika kantong gestasi
teridentifikasi dengan jelas di dalam rongga uterus, kecil
kemungkinan adanya kehamilan ektopik yang terjadi bersamaan. Lebih
lanjut, bila tidak ditemukan kehamilan uterus dengan sonografi,
hasil tes kehamilan yang positif, adanya kehamilan ektopik hampir
dapat dipastikan. Sayangnya, temuan-temuan ultrasonografi yang
sugestif untuk kehamilan uteri dini dapat tampak pada beberapa
kasus kehamilan ektopik. 2-7
Gambaran ultrasonografi sebuah kantong kecil atau kantong yang
kolaps sebenarnya mungkin adalah bekuan darah atau massa desidua.
Kehamilan uterus biasanya belum terlihat dengan menggunakan
ultrasonografi abdomen sampai 5 sampai 6 minggu setelah haid
berakhir atau 28 hari setelah saat ovulasi. Sebaliknya, terlihatnya
massa di adnexa atau cul-de-sac dengan sonografi tidak begitu
membantu. Kista korpus luteum dan usus yang kusut kadangkala
terlihat seperti kehamilan tuba secara sonografi yang jelas-jelas
berada di luar uterus adalah bukti yang kuat akan adanya kehamilan
ektopik. 2-7 Sonografi vaginaSonografi dengan transduser di vagina
dapat digunakan untuk mendeteksi kehamilan uteri sejak 1 minggu
setelah terlambat menstruasi bila -hCG serum lebih dari 1500mIU/ml.
Dalam penelitian oleh Banhard, uterus yang kosong dengan
konsentrasi -hCG serum 1500mIU/ml atau lebih, 100 persen akurat
untuk mengidentifikasi kehamilan ektopik. 2-7Sonografi vagina juga
digunakan untuk mendeteksi massa adnexa. Namun, cara ini dapat
menyesatkan dan kehamilan ektopik dapat terlewatkan kalau massa
tubanya kecil atau tertutup oleh usus. /sensitivitas dan
spesifisitas ultrasonografi vagina untuk kehamilan
ektopikmasing-masing adalah 96 dan 99 persen, jika teridentifikasi
cairan bebas di peritoneum. Dengan terlihatnya massa tuba,
sensitivitasnya 81 persen dan spesifisitasnya 99 persen. 2-7
Sonografi vagina menghasilkan diagnosis kehamilan uterus yang
lebih dini dan lebih spesifik. Bila kadar -hCG serum 1000 mIU/ml,
50 persen kantong gestasi dapat ditemukan. Kriterianya antara lain
adalah identifikasi kantong gestasi berukuran 1 sampai 3 mm
ataulebih besar, terletak eksentrik di uterus dan dikelilingi oleh
reaksi desidua-korion. Kutub janin di dalam kantong bersifat
diagnostik, terutama bila disertai dengan kerja jantung janin.
2-7Sonografi vagina, dapat digunakan secara tersendiri untuk
mendiagnosis kehamilan ektopik pada lebih dari 90 persen kasus.
Diagnosis klinis yang akurat didasarkan pada dua kemungkinan :
Diagnosis klinis yang akurat didasarkan pada dua kemungkinan :
Kehamilan uteri teridentifikasi seperti yang telah diuraikan Uterus
kosong dan kehamilan ektopik terlihat bedasarkan dari dua ovarium
yang teridentifikasi secara jelasMassa tersebut harus kompleks atau
mengandung cincin adnexa yang menyerupai kantong gestasi dengan
atau tanpa kutub janin (bayangan janian atau yolk sac). 2-7Tanpa
kriteria tersebut, pemeriksaan tersebut mungkin tidak bersifat
diagnostik. Kehamilan heterotipik merupakan pengecualian. Bila
pemeriksaan tidak bersifat diagnostik, sebagian besar klinisi lebih
menyukai sonografi serial bersama dengan pengukuran -hCG serial
karena perubahan konsentrasi penting artinya. 2-7 Ultrasonografi
Doopler bewarna dan berdenyut pada vaginaTeknik ini terdiri dari
identifikasi lokasi warna vaskular di uterus atau ekstrauterus
dengan bentuk plasenta yang khas, yang disebut pola cincin-api, dan
pola aliran impedansi rendah berkecepatan tinggi yang menggambarkan
perfusi plasenta. Bila pola ini ditemukan di luar rongga uterus,
yang juga dianggap dingin dalam hal aliran darahnya, diagnosis
kehamilan sudah jelas. 2-7Teknik ini secara signifikan memperbaiki
diagnosis kehamilan uteri hidup serta kehamilan ektopik atau
abortus inkompletus yang benar. Teknik ini telah berhasil digunakan
untuk mendiagnosis kehamilan serviks untuk memonitor regresinya
setelah pemberian terapi metrotreksat. 2-7
F. Diagnosis banding kehamilan ektopik terganggu Infeksi pelvik.
Abortus iminens atau insipiens Ruptur korpus luteum Apendisitis
akut Salpingitis akut
G. Penatalaksanaan kehamilan ektopik tergangguPenatalaksanaan
kehamilan ektopik tergantung pada beberapa hal, antara lain lokasi
kehamilan dan tampilan klinis. Sebagai contoh, penatalaksanaan
kehamilan tuba berbeda dari penatalaksanaan kehamilan abdominal.
Selain itu, perlu dibedakan pula penatalaksanaan kehamilan ektopik
yang belum terganggu dari kehamilan ektopik terganggu. Tentunya
penatalaksanaan pasien dengan kehamilan ektopik yang belum
terganggu berbeda dengan penatalaksanaan pasien dengan kehamilan
ektopik terganggu yang menyebabkan syok. Pasien yang mengalami
kehamilan ektopik, bisanya :1. Penderita yang disangka KET harus
dirawat inap di rumah sakit untuk penanggulangannya2. Bila ibu
dalam keadaan syok, perbaiki keadaan umumnya dengan pemberian
cairan secukupnya dan tranfusi darah3. Setelah diagnosa jelas atau
sangat disangka KET, dan keadaan umum baik atau lumayan, segera
lakukan laparotomi untuk menghilangkan sumber perdarahan : dicari,
diklem, dan dieksisi sebersih mungkin (salpingektomi), kemudian
diikat sebaik baiknya4. Sisa sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan
sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat5. Berikan
antibiotika yang cukup dan obat anti inflamasiSeorang pasien yang
terdiagnosis dengan kehamilan tuba dan masih dalam kondisi baik dan
tenang, memiliki 3 pilihan, yaitu penatalaksanaan ekspektasi
(expectant management), penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan
bedah.4PembedahanPenatalaksanaan bedah dapat dikerjakan pada
pasien-pasien dengan kehamilan tuba yang belum terganggu maupun
yang sudah terganggu. Tentu saja pada kehamilan ektopik terganggu,
pembedahan harus dilakukan secepat mungkin. Pada dasarnya ada 2
macam pembedahan untuk menterminasi kehamilan tuba, yaitu
pembedahan konservatif, di mana integritas tuba dipertahankan, dan
pembedahan radikal, di mana salpingektomi dilakukan. Pembedahan
konservatif mencakup 2 teknik yang kita kenal sebagai salpingostomi
dan salpingotomi. Selain itu, macam-macam pembedahan tersebut di
atas dapat dilakukan melalui laparotomi maupun laparoskopi. Namun
bila pasien jatuh ke dalam syok atau tidak stabil, maka tidak ada
tempat bagi pembedahan per laparoskopi.8-10
SalpingostomiSalpingostomi adalah suatu prosedur untuk
mengangkat hasil konsepsi yang berdiameter kurang dari 2 cm dan
berlokasi di sepertiga distal tuba fallopii. Pada prosedur ini
dibuat insisi linear sepanjang 10-15 mm pada tuba tepat di atas
hasil konsepsi, di perbatasan antimesenterik. Setelah insisi hasil
konsepsi segera terekspos dan kemudian dikeluarkan dengan
hati-hati. Perdarahan yang terjadi umumnya sedikit dan dapat
dikendalikan dengan elektrokauter. Insisi kemudian dibiarkan
terbuka (tidak dijahit kembali) untuk sembuh per sekundam. Prosedur
ini dapat dilakukan dengan laparotomi maupun laparoskopi. Metode
per laparoskopi saat ini menjadi gold standard untuk kehamilan tuba
yang belum terganggu. Sebuah penelitian di Israel membandingkan
salpingostomi per laparoskopi dengan injeksi methotrexate per
laparoskopi. Durasi pembedahan pada grup salpingostomi lebih lama
daripada durasi pembedahan pada grup methotrexate, namun grup
salpingostomi menjalani masa rawat inap yang lebih singkat dan
insidens aktivitas trofoblastik persisten pada grup ini lebih
rendah. Meskipun demikian angka keberhasilan terminasi kehamilan
tuba dan angka kehamilan intrauterine setelah kehamilan tuba pada
kedua grup tidak berbeda secara bermakna. 8-10
SalpingotomiPada dasarnya prosedur ini sama dengan
salpingostomi, kecuali bahwa pada salpingotomi insisi dijahit
kembali. Beberapa literatur menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan
bermakna dalam hal prognosis, patensi dan perlekatan tuba
pascaoperatif antara salpingostomi dan salpingotomi.Jika hasil
konsepsi masih berada di tuba, masih memungkinkan untuk
mempertahankan tuba dengan mengeluarkan produk konsepsi dan
melakukan rekonstruksi tuba. Hal ini terutama dilakukan bila tuba
kontralateral rusak atau tidak ada. Sekitar 6% kasus membutuhkan
pembedahan ulang atau pengobatan bila jaringan trofoblas masih
tertinggal. 1-7Kesempatan hamil intrauterine untuk kedua tindakan
tersebut menunjukkan angka yang sama, walaupun risiko kehamilan
ektopik berulang lebih besar pada tindakan salpingotomi.
Salpingotomi merupakan pilihan terutama bila tuba ruptur,
mengurangi perdarahan dan operasi lebih singkat. Kedua tindakan
tersebut dapat dilakukan dengan laparotomi ataupun laparoskopi.
Keuntungan laparoskopi adalah penyembuhan lebih cepat, perlengketan
yang terbentuk lebih minimal, dam merupakan pilihan bila kondisi
pasien masih baik. 1-7SalpingektomiSalphingektomi dilakukan jika
tuba mengalami kerusakan hebat atau tuba kontralateral baik. Jika
implantasi terjadi di pars intertitial, mungkin dapat dilakukan
reseksi kornu uterus. 1-7Reseksi tuba dapat dikerjakan baik pada
kehamilan tuba yang belum maupun yang sudah terganggu, dan dapat
dilakukan melalui laparotomi maupun laparoskopi. Salpingektomi
diindikasikan pada keadaan-keadaan berikut ini: 1) kehamilan
ektopik mengalami ruptur (terganggu), 2) tuba kontralateral baik3)
pasien tidak menginginkan fertilitas pascaoperatif, 4) terjadi
kegagalan sterilisasi, 5) telah dilakukan rekonstruksi atau
manipulasi tuba sebelumnya, 6) pasien meminta dilakukan
sterilisasi, 7) perdarahan berlanjut pascasalpingotomi, 8)
kehamilan tuba berulang, 9) massa gestasi berdiameter lebih dari 5
cm. Reseksi massa hasil konsepsi dan anastomosis tuba kadang-kadang
dilakukan pada kehamilan pars ismika yang belum terganggu. Metode
ini lebih dipilih daripada salpingostomi, sebab salpingostomi dapat
menyebabkan jaringan parut dan penyempitan lumen pars ismika yang
sebenarnya sudah sempit. Pada kehamilan pars interstitialis, sering
kali dilakukan pula histerektomi untuk menghentikan perdarahan
masif yang terjadi. Pada salpingektomi, bagian tuba antara uterus
dan massa hasil konsepsi diklem, digunting, dan kemudian sisanya
(stump) diikat dengan jahitan ligasi. Arteria tuboovarika diligasi,
sedangkan arteria uteroovarika dipertahankan. Tuba yang direseksi
dipisahkan dari mesosalping.
Evakuasi fimbrae dan fimbraektomiBila terjadi kehamilan di
fimbrae, massa hasil konsepsi dapat dievakuasi dari fimbrae tanpa
melakukan fimbraektomi. Dengan menyemburkan cairan di bawah tekanan
dengan alat aquadisektor atau spuit, massa hasil konsepsi dapat
terdorong dan lepas dari implantasinya. Fimbraektomi dikerjakan
bila massa hasil konsepsi berdiameter cukup besar sehingga tidak
dapat diekspulsi dengan cairan bertekanan. 8-10
MedikamentosaTerapi medikamentosa untuk kehamilan ektopik dengan
pemberian metrotreksat, baik secara sistemik maupun dengan injeksi
ke kehamilan ektopik melalui laparoskopi atau dengan bantuan USG.
1-7Pada penatalaksanaan medis digunakan zat-zat yang dapat merusak
integritas jaringan dan sel hasil konsepsi. Kandidat-kandidat
penerima tatalaksana medis harus memiliki syarat-syarat berikut
ini: keadaan hemodinamik yang stabil, bebas nyeri perut bawah,
tidak ada aktivitas jantung janin, tidak ada cairan bebas dalam
rongga abdomen dan kavum Douglas, harus teratur menjalani terapi,
harus menggunakan kontrasepsi yang efektif selama 3-4 bulan
pascaterapi, tidak memiliki penyakit-penyakit penyerta, sedang
tidak menyusui, tidak ada kehamilan intrauterin yang koeksis,
memiliki fungsi ginjal, hepar dan profil darah yang normal, serta
tidak memiliki kontraindikasi terhadap pemberian methotrexate.
Berikut ini akan dibahas beberapa metode terminasi kehamilan
ektopik secara medis. 1-7
1. MethotrexateMethotrexate adalah obat sitotoksik yang sering
digunakan untuk terapi keganasan, termasuk penyakit trofoblastik
ganas. Pada penyakit trofoblastik, methotrexate akan merusak
sel-sel trofoblas, dan bila diberikan pada pasien dengan kehamilan
ektopik, methotrexate diharapkan dapat merusak sel-sel trofoblas
sehingga menyebabkan terminasi kehamilan tersebut. Seperti halnya
dengan penatalaksanaan medis untuk kehamilan ektopik pada umumnya,
kandidat-kandidat untuk terapi methotrexate harus stabil secara
hemodinamis dengan fungsi ginjal, hepar dan profil darah yang
normal. Harus diketahui pula bahwa terapi methotrexate maupun medis
secara umum mempunyai angka kegagalan sebesar 5-10%, dan angka
kegagalan meningkat pada usia gestasi di atas 6 minggu atau bila
massa hasil konsepsi berdiameter lebih dari 4 cm. Pasien harus
diinformasikan bahwa bila terjadi kegagalan terapi medis,
pengulangan terapi diperlukan, dan pasien harus dipersiapkan untuk
kemungkinan menjalani pembedahan. Selain itu, tanda-tanda kehamilan
ektopik terganggu harus selalu diwaspadai. Bila hal tersebut
terjadi, pasien harus sesegera mungkin menjalani pembedahan.
Senggama dan konsumsi asam folat juga dilarang.7Tentunya
methotrexate menyebabkan beberapa efek samping yang harus
diantisipasi, antara lain gangguan fungsi hepar, stomatitis,
gastroenteritis dan depresi sumsum tulang. Beberapa prediktor
keberhasilan terapi dengan methotrexate yang disebutkan dalam
literatur antara lain kadar -hCG, progesterone, aktivitas jantung
janin, ukuran massa hasil konsepsi dan ada/tidaknya cairan bebas
dalam rongga peritoneum. Namun disebutkan dalam sumber lain bahwa
hanya kadar -hCG-lah yang bermakna secara statistik. Untuk memantau
keberhasilan terapi, pemeriksaan -hCG serial dibutuhkan. Pada
hari-hari pertama setelah dimulainya pemberian methotrexate, 65-75%
pasien akan mengalami nyeri abdomen yang diakibatkan pemisahan
hasil konsepsi dari tempat implantasinya (separation pain), dan
hematoma yang meregangkan dinding tuba. Nyeri ini dapat diatasi
dengan analgetik nonsteroidal. -hCG umumnya tidak terdeteksi
lagidalam 14-21 hari setelah pemberian methotrexate. Pada hari-hari
pertama pula massa hasil konsepsi akan tampak membesar pada
pencitraan ultrasonografi akibat edema dan hematoma, sehingga
jangan dianggap sebagai kegagalan terapi. Setelah terapi berhasil,
kadar -hCG masih perlu diawasi setiap minggunya hingga kadarnya di
bawah 5 mIU/mL.7Methotrexate dapat diberikan dalam dosis tunggal
maupun dosis multipel. Dosis tunggal yang diberikan adalah 50 mg/m2
(intramuskular), sedangkan dosis multipel yang diberikan adalah
sebesar 1 mg/kg (intramuskular) pada hari pertama, ke-3, 5, dan
hari ke-7. Pada terapi dengan dosis multipel leukovorin ditambahkan
ke dalam regimen pengobatan dengan dosis 0.1 mg/kg (intramuskular),
dan diberikan pada hari ke-2, 4, 6 dan 8. Terapi methotrexate dosis
multipel tampaknya memberikan efek negatif pada patensi tuba
dibandingkan dengan terapi methotrexate dosis tunggal 9.
Methotrexate dapat pula diberikan melalui injeksi per laparoskopi
tepat ke dalam massa hasil konsepsi. Terapi methotrexate dosis
tunggal adalah modalitas terapeutik paling ekonomis untuk kehamilan
ektopik yang belum terganggu. 7
2. ActinomycinNeary dan Rose melaporkan bahwa pemberian
actinomycin intravena selama 5 hari berhasil menterminasi kehamilan
ektopik pada pasien-pasien dengan kegagalan terapi methotrexate
sebelumnya. 7
3. Larutan glukosa hiperosmolarInjeksi larutan glukosa
hiperosmolar per laparoskopi juga merupakan alternatif terapi medis
kehamilan tuba yang belum terganggu. Yeko dan kawan-kawan
melaporkan keberhasilan injeksi larutan glukosa hiperosmolar dalam
menterminasi kehamilan tuba. Namun pada umumnya injeksi
methotrexate tetap lebih unggul. Selain itu, angka kegagalan dengan
terapi injeksi larutan glukosa tersebut cukup tinggi, sehingga
alternatif ini jarang digunakan. 7,10
H. Komplikasi kehamilan ektopik terganggu1. Pada pengobatan
konservatif, yaitu bila ruptur tuba telah lama berlangsung (4 6
minggu), terjadi perdarahan ulang (reccurent bleeding). Ini
merupakan indikasi operasi2. Infeksi3. Pecahnya tuba falopi4.
Sterilitas
I. Prognosis kehamilan ektopik tergangguKematian karena KET
cenderung turun dengan diagnosis dini dan fasilitas yang cukup.
Daftar Pustaka
1. Sastrawinata S. Obstetri Patologi. Bagian obstetri dan
ginekologi fakultas kedokteran Universitas Padjadjaran. Bandung:
Eleman. 1983. 2. Wiknosastro H. Kehamilan ektopik. Editor
Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachmihadhi T, dalam Ilmu Kebidanan
edisi kedua, cetakan keempat, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.2005.h.323-83. Epidemiologi dan
Patofisiologi KET. Diunduh dari www.unsri.ac.id. 23 Januari 2014.
4. Hauth. C. John, dkk: Kehamilan ektopik, Obstetri Williams, Ed
21, vol 2, 982 1013, 20065. Mochtar. R, Lutan. D. Kelainan letak
kehamilan (kehamilan ektopik) : Sinopsis Obstetri. Edisi kedua.
1998. Halaman 226 237.6. Manuaba I.B.G, Manuaba I.B. Chandranita.
Kehamilan ektopik : Pengantar Kuliah Obstetri. 2007. Halaman
106-120.7. Hauth. C. John, dkk. Kehamilan ektopik - Obstetri
Williams. Edisi 21. vol 2. 2006.h.982 1013.8. Sepllan VP. Ectopic
Pregnancy. Edisi 2012. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/2041923-overview, 23 Januari
2014.9. Dept. Of Health and Human Sevices office on Womens health.
Ectopic pregnancy. Edisi 2012. Diunduh dari
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ectopicpregnancy.html, 23
Januari 2014.10. Murray H, Bakdah H, Bardell T, Tullandi T.
Diagnosis & Treatment of Ectopic pregnancy. Edisi 2011. Diunduh
dari http://www.canadianmedicaljournal.ca/content/173/8/905.full,
23 Januari 2014.