Top Banner
41 BAB III TINJAUAN LOKASI & DATA 3.1 DATA FISIK LOKASI 3.1.1 Tinjauan Kota Semarang Kota Semarang terletak di pantai utara Propinsi Jawa Tengah, tepatnya pada garis 6º, 5' - 7º, 10' Lintang Selatan dan 110º, 35' Bujur Timur. Luas wilayahnya mencapai 373,7 km². Adapun batas - batas fisik Kota Semarang adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Laut Jawa Sebelah Timur : Kabupaten Demak Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang Sebelah Barat : Kabupaten Kendal Kota Semarang sangat berperan dalam perkembangan dan pertumbuhan Propinsi Jawa Tengah, selain karena menjadi ibukota propinsi, posisi kota Semarang berada di tengah - tengah dua pusat pertumbuhan nasional yaitu Kota Jakarta dan Kota Surabaya, hal ini memungkinkan Kota Semarang menjadi titik simpul perdagangan dan jasa secara nasional. Gambar 3.1 : Peta Kota Semarang Sumber : Bappeda Kota Semarang
12

TINJAUAN KOTA SEMARANG

Dec 18, 2015

Download

Documents

EvoChristo

BAB III, SEMARANG, ASRAMA, APARTMENT, COLLAGE, UNIVERSITAS DIPONEGORO, DATA FISIK NON FISIK
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 41

    BAB III

    TINJAUAN LOKASI & DATA

    3.1 DATA FISIK LOKASI

    3.1.1 Tinjauan Kota Semarang

    Kota Semarang terletak di pantai utara Propinsi Jawa Tengah, tepatnya pada garis

    6, 5' - 7, 10' Lintang Selatan dan 110, 35' Bujur Timur. Luas wilayahnya mencapai

    373,7 km. Adapun batas - batas fisik Kota Semarang adalah sebagai berikut :

    Sebelah Utara : Laut Jawa

    Sebelah Timur : Kabupaten Demak

    Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang

    Sebelah Barat : Kabupaten Kendal

    Kota Semarang sangat berperan dalam perkembangan dan pertumbuhan Propinsi

    Jawa Tengah, selain karena menjadi ibukota propinsi, posisi kota Semarang berada di

    tengah - tengah dua pusat pertumbuhan nasional yaitu Kota Jakarta dan Kota Surabaya,

    hal ini memungkinkan Kota Semarang menjadi titik simpul perdagangan dan jasa secara

    nasional.

    Gambar 3.1 : Peta Kota Semarang Sumber : Bappeda Kota Semarang

  • 42

    3.1.2 Tinjauan Wilayah Tembalang

    Wilayah Tembalang yang terletak di Semarang Selatan merupakan kawasan

    satelit, dikarenakan wilayah ini terdapat beberapa universitas dan pemukiman padat

    penduduk. Batas-batas dari Kecamatan Tembalang yaitu :

    Sebelah Utara : Kecamatan Candi Sari

    Sebelah Barat : Kecamatan Banyumanik

    Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang

    Sebelah Timur : Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.

    Berdasarkan Kebijaksanaan Bagian Wilayah Kota yang ada dalam RTRW Kota

    Semarang, maka kedudukan BWK VI (Kecamatan Tembalang) dalam konstelasi Kota

    Semarang ialah sebagai kawasan pengembangan permukiman dan pendidikan.

    Kedudukan ini sangat strategis, setidaknya dapat dilihat dari beberapa hal:

    a. Fungsi perumahan sebagai penampung limpahan penduduk dari pusat Kota

    Semarang. Adanya fungsi ini membawa konsekuensi bahwa arus penduduk yang

    menuju ke kawasan ini akan membutuhkan sarana prasarana pendukung yang akan

    berdampak terhadap percepatan perkembangan kawasan Tembalang.

    b. Terdapat kecenderungan perkembangan Kota Semarang ke arah selatan yang

    menjangkau kawasan Tembalang dan sekitarnya. Kecenderungan tersebut

    didukung oleh faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor pendorong berasal dari

    kawasan pusat Kota Semarang yang semakin padat dan beban yang ditanggungnya

    pun semakin berat. Sedangkan faktor penarik berasal dari Kawasan Tembalang

    berupa lahan-lahan yang masih dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya tanpa

    meninggalkan aspek pelestarian lingkungan.

    c. Fenomena pemekaran kampus Undip adalah unsur penting yang akan semakin

    Gambar 3.2 : Pembagian Wilayah BWK Semarang dan RTRK Tembalang Sumber : Bappeda Kota Semarang

  • 43

    mendukung perkembangan kawasan Tembalang. Kampus Universitas Diponegoro

    adalah fasilitas pendidikan tinggi yang ada di Kecamatan Tembalang yang memiliki

    skala pendidikan regional, nasional dan internasional.

    3.1.3. Wilayah Kec. Tembalang (BWK VI) Sebagai Pusat Kegiatan Pendidikan dan

    Pengembangan Permukiman

    Berdasarkan pembagian BWK (Bagian Wilayah Kota), Kota Semarang dibagi

    menjadi 10 BWK dengan potensi sebagai berikut :

    BWK Kecamatan Potensi

    I Semarang Tengah,

    Semarang Timur,

    Semarang Selatan

    Pusat Kota Semarang

    Konektivitas tinggi terhadap wilayah lain

    Kondisi tanah baik untuk daerah terbangun

    Sebagai pusat pelayanan kegiatan kota

    Terdapat kawasan kota lama sebagai kawasan

    konservasi

    II Gajahmungkur,

    Candisari

    Perdagangan dan jasa

    Pusat pendidikan tinggi skala regional

    Kawasan khusus militer skala regional

    Kawasan olahraga skala regional

    III Semarang Barat,

    Semarang Utara

    Pusat kegiatan trasportasi (Bandara Ahmad

    Yani, Pelabuhan Tanjung Emas, dan Stasiun

    Tawang)

    Kawasan rekreasi skala regional

    IV Genuk Lereng landai, cocok untuk permukiman

    Wilayah pengembangan industri

    Dekat pelabuhan laut

    Potensi untuk perikanan darat

    V Gayamsari, Pedurungan Lereng relatif landai, cocok untuk

    permukiman, pendidikan, sarana kesehatan,

    perdagangan dan jasa

    Aksesibilitas relatif tinggi

    VI Tembalang Pusat kegiatan pendidikan skala regional

    Pengembangan kegiatan permukiman

    Topografi berbukit, beberapa view menarik

    Dilewati jalan arteri primer dan sekunder

    VII Banyumanik Pintu gerbang Kota Semarang dari arah

    selatan

    Dilewati jalan arteri primer dan sekunder

    Dekat dengan pusat pendidikan di Kec.

    Tembalang

    Tabel 3.1 : Potensi BWK Semarang

  • 44

    Topografi berbukit, berpotensi untuk

    permukiman

    VIII Gunungpati Sebagai wilayah penyangga lingkungan

    Wilayah desa - kota dengan kegiatan utama

    pertanian dan perkebunan

    Terdapat fasilitas pendidikan skala regional

    Potensial sebagai wisata alam dan agro

    IX Mijen Sebagai wilayah tangkapan air

    Sebagai wilayah cadangan pengembangan

    Kota Semarang

    Potensi kegiatan pertanian, agrobisnis,

    agroindustri, dan agrowisata

    X Ngaliyan, Tugu Pintu gerbang Kota Semarang dari arah barat

    Potensi pengembangan kegiatan industri

    Rencana lokasi terminal induk

    3.1.4. Penggunaan Lahan di BWK VI

    Penggunaan lahan di BWK VI sudah bersifat perkotaan (urban), meskipun ada

    beberapa daerah yang penggunaan lahannya masih berupa penggunaan lahan untuk

    kegiatan pedesaan (rural). Penggunaan lahan yang bercirikan rural ini terletak di

    Kelurahan Rowosari dan sebagian Kelurahan Mangunharjo, Jangli, Meteseh dan Kramas

    yang merupakan suatu kawasan permukiman yang belum terencana. Sedangkan

    penggunaan lahan yang bercirikan perkotaan (urban) tersebar di wilayah pusat aktivitas

    dan di sepanjang jalur-jalur jalan, meliputi Kelurahan-Kelurahan Sendangmulyo,

    Kedungmundu, Sendangguwo, Tandang, Sambiroto dan Tembalang. Daerah-daerah yang

    cukup cepat perkembangan lahan terbangunnya antara lain adalah di sekitar kawasan

    pendidikan Undip Tembalang, pusat kegiatan perdagangan dan jasa di Sendangmulyo

    dan Kawasan di sepanjang jalur utama (Jl. Kedungmundu).

    Berdasarkan intensitas pemanfaatan lahan, kawasan-kawasan di BWK VI dapat

    dikelompokkan menjadi:

    Kawasan yang berkepadatan Tinggi

    Kawasan ini terdapat di Kelurahan Sendangmulyo, Sendangguwo, Tandang,

    Jangli dan Sambiroto, di sekitar kawasan Undip dan sepanjang Jalan Kedungmundu

    yang berkembang menjadi kawasan campuran (permukiman, perdagangan dan

    jasa).

    Kawasan berkepadatan sedang

    Kawasan ini terdapat di Kelurahan Kedungmundu, Meteseh, Mangunharjo,

    Tembalang dan Bulusan. Kegiatan dominan pada kawasan yang berkepadatan

    sedang utamanya untuk kegiatan perumahan/ permukiman.

    Kawasan yang berkepadatan rendah

    Sumber : bappeda kota Semarang

  • 45

    Terdapat di kawasan Kramas dan Rowosari. Kegiatan dominan kawasan yang

    berkepadatan rendah utamanya untuk kegiatan non urban (pertanian dan tegalan atau

    wilayah yang tidak dibudidayakan.

    Perkembangan kegiatan perkotaan di BWK VI terjadi cukup pesat, hal ini

    tercermin dari tingginya tingkat perubahan penggunaan lahan yang ada di BWK VI dari

    tidak terbangun menjadi terbangun. Faktor-faktor yang mendukung perkembangan

    kegiatan perkotaan di BWK VI adalah:

    Wilayah BWK VI termasuk kawasan pengembangan permukiman perkotaan bagi

    Kota Semarang.

    Adanya arahan lokasi pengembangan pendidikan di BWK VI dan kampus Undip

    Tembalang yang tidak hanya mempunyai skala pelayanan lokal saja tetapi juga

    skala pelayanan nasional, sehingga menjadi daya tarik tersendiri.

    3.1.5. Potensi (BWK VI) Terhadap Perancangan Asrama Mahasiswa di Semarang

    Tata guna lahan pada kawasan ini adalah sebagai Kawasan Pendidikan, dan

    pengembangan permukiman

    Tingkat aksesibilitas lokasi sangat mudah dicapai karena didukung dengan jaringan

    jalan arteri primer dan sekunder yang memadai, dan dapat dilalui oleh alat

    transportasi pribadi maupun umum.

    Kawasan ini dekat dengan sarana umum seperti pasar banyumanik, swalayan ADA,

    sekolah dan kampus, rumah sakit banyumanik, bank, dll.

    Tersedianya jaringan utilitas kota yang dapat memadai dan menunjang segala

    kegiatan di kawasan tembalang, mulai dari jaringan listrik, telpon, dan air bersih.

    Topografi yang berbukit, cocok untuk kawasan hunian dan dengan view yang

    menarik dan udara yang masih sejuk.

    3.2. DATA NON FISIK

    Gambar 3.3 : Grafik Peningkatan Jumlah Mahasiswa Terdaftar Universitas Diponegoro Sumber : Biro Administrasi Akademik Universitas Diponegoro

  • 46

    Secara umum, terus terjadi peningkatan pada penerimaan mahasiswa

    universitas diponegoro. Ini membuat daerah tembalang menjadi penyumbang kaum

    pendatang terbanyak di Semarang. Data berikut merupakan beberapa data yang

    kemungkinan akan dipergunakan dalam perhitungan pendekatan jumlah unit hunian

    asrama mahasiswa yang akan direncanakan, diantaranya :

    No. Strata 2008/2009 2009/2010 2010/2011

    1. Program Sarjana (S1) 5.696 7.937 7.135

    2. Prog. Diploma (DIII) 1.599 1.261 1.739

    Total 7.295 8.658 8.874

    Rata-rata per tahun 8.455 orang

    No. Nama Kampus Rata-Rata Mahasiswa Pertahun (2002-2005)

    1. Universitas Indonesia, Depok 8.242 (40%)

    2. Universitas Gunadarma, Depok 6.759 (32,8%)

    3. Universitas Pancasila, Jaksel 3.400 (16,5%)

    4. Politeknik Negri Jakarta, Kampus UI-Depok 2.200 (10,7%)

    Jumlah 20.601 orang (100%)

    No. Nama kost Spesifikasi Unit Gambar

    1. Green Casa

    Studio 19 unit

    Sumber : Biro Administrasi Akademik Universitas Diponegoro

    Sumber : Depok Dalam Angka

    Tabel 3.2 : Data Jumlah Mahasiswa Baru Universitas Diponegoro 2008-2011 (Mendekati Periode Saat ini)

    Tabel 3.3 : Data rata-rata jumlah mahasiswa universitas lain (berdasarkan target pasar apartemen mahasiswa di Depok) Periode berdirinya bangunan studi banding

    Tabel 3.4 : Data beberapa hunian mahasiswa di Tembalang dan sekitarnya yang terbangun mulai

    pada periode 2010-2014 (periode awal dipindahnya kampus UNDIP ke daerah

    Tembalang) dengan Harga Rp. 1.000.000/ bulan ( Setara asrama mahasiswa kelas

    menengah keatas )

  • 47

    2. Graha Vena

    Cava 2 60 Unit

    3. Graha Yustisia 21 Unit

    4. Adenium 44 Unit

    5. DParagon 1 30 unit

  • 48

    6. DParagon 2 40 unit

    7. Wisma Avita 22 Unit

    8. Griya Magani 24 unit

    9. De Faya 21 Unit

  • 49

    10. D Blossom 31 Unit

    11. Nirmala Kost 40 unit

    12. Gladys 15 Unit

    13. Sipodang

    White House 25 Unit

  • 50

    14. Kost Putri Bukit Raya

    20 Unit

    15. Kos

    Tembalang Selatan

    20 unit

    16. Kost

    tembalang Selatan VI

    25 unit

    17. Wisma

    Garuda di Dadaku

    15 Unit

  • 51

    18. Roemah Dede

    Bulusan 15 Unit

    19. U-House 60 Unit

    20. Ning House 97 Unit

    21. D-House 70 Unit

    22. Wisma Lucky 19 Unit

    Total 733 Unit

    (periode 2010-2014)

    Keterangan hasil survey :

    >80% dari total unit telah terisi penuh, dan

  • 52

    3.2.1 Perkembangan Bangunan Sejenis di Semarang dan Tembalang

    Perkembangan mengenai asrama sekelas apartemen yang khusus mengakomodasi pasar

    mahasiswa memang belum banyak direncanakan di kota ini. Ini dikarenakan penerapan proyek

    apartemen khusus mahasiswa baru belakangan ini saja mulai dilirik oleh para perusahaan

    pengembang, selain itu umumnya memang dimulai dari kota-kota wilayah jabodetabek sebagai

    percobaan terlebih dahulu. Setelah terbukti mendatangkan profit yang sangat besar, kota-kota

    besar lain seperti Surabaya dan Yogyakarta juga saat ini telah mulai menerapkan hunian vertikal

    mahasiswa di daerah Perguruan Tinggi Negeri kota tersebut. Kampus UNDIP sendiri yang baru-baru

    ini saja dipindah ke kawasan Tembalang dari sisi pembangunan huniannya memang bisa dikatakan

    baru saja berkembang. Beberapa apartemen yang baru direncanakan mengakomodasi pasar

    mahasiswa disemarang yakni sebagai berikut :

    Sunway Resort berlokasi di samping

    kampus UNIKA, rencana 5 lt (lt atas penthouse

    + 1 semi basement ) diatas tanah 4800 m2,

    diperuntukkan sebagian besar bagi mahasiswa.

    Dan Low Rise Apartement seperti Apartemen

    Parama Graha di Jl. Sisingamangaraja No.31. Di

    daerah Tembalang sendiri, pembangunan

    apartemen sudah mulai berkembang seperti

    Paltrow City di kawasan Tirto Agung yang saat

    ini masih dalam tahap pembangunan.

    Berdasarkan hasil survey yang dilakukan dan

    interview dengan pihak pengelola, apartemen ini memiliki 255 unit yang terdiri dari 200 unit tipe

    studio (78,5%) dan 55 sisanya (21,5%) tipe double bedroom. Hunian ini setinggi delapan lantai, dan

    jika dilihat dari pembagian tipe dan lokasi huniannya, apartemen ini jelas mengincar pasar

    mahasiswa. Tentu saja penentuan jumlah unit ini sudah direncanakan matang-matang oleh pihak

    pengembang, dan jumlah ini dapat dijadikan sebagai dasar perbandingan pendekatan jumlah unit

    asrama mahasiswa yang akan direncanakan.

    Gambar 3.4 : (a) Sunway Resort, (b) Parama Graha dan (c) Paltrow City Sumber : (a) Brosur, (b) www.paramagraha.com , (c) Dokumentasi Pribadi

    a b

    c