Page 1
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ginjal (Ren)
2.1.1 Anatomi Ginjal
(Drake et al., 2014)
Gambar 2.1
Letak Anatomis Ginjal (Ren)
Ginjal memiliki bentuk seperti kacang polong yang terletak pada
retroperitoneal (antara dinding tubuh dorsal dan peritoneum parietal) di daerah
lumbal superior. Proyeksi ginjal terhadap tulang belakang setinggi T12 samapi
L3. Ginjal kanan terdesak oleh hepar dan terletak sedikit lebih rendah dari ginjal
kiri. Ginjal orang dewasa memiliki massa sekitar 150 g (2 ons) dan dimensi rata-
rata panjangnya 12 cm, lebar 6 cm, dan tebal 3 cm atau seukuran sabun besar.
Permukaan lateral berbentuk cembung. Permukaan medial berbentuk cekung dan
memiliki celah vertikal yang disebut hilus renal yang mengarah ke ruang internal
di dalam ginjal yang disebut sinus ginjal. Saluran ureter, pembuluh darah ginjal,
limfatik, dan saraf semuanya bergabung dengan masing-masing ginjal di hilum
dan menempati sinus. Di atas setiap ginjal terdapat kelenjar adrenal (atau
Page 2
6
suprarenal), merupakan kelenjar endokrin yang secara fungsional tidak terkait
dengan ginjal (Marieb & Hoehn., 2015).
Ginjal memiliki tiga lapis jaringan penyokong yang mengelilinginya:
1. Fascia renalis, merupakan lapisan terluar berupa jaringan ikat fibrosa padat
yang menyandarkan ginjal dan kelenjar adrenal ke struktur sekitarnya.
2. Perirenal fat capsule, merupakan massa lemak yang mengelilingi ginjal dan
bantalannya terhadap pukulan.
3. Fibrous capsule, merupakan kapsul transparan yang mencegah infeksi di
daerah sekitarnya menyebar ke ginjal (Marieb & Hoehn, 2015).
(Drake et al., 2014)
Gambar 2.2
Penampang Ginjal (Ren)
Ginjal memiliki korteks ginjal di bagian luar yang berwarna coklat
terang dan medula ginjal di bagian dalam yang berwarna coklat gelap. Korteks
ginjal mengandung jutaan alat penyaring disebut nefron. Setiap nefron terdiri dari
glomerulus dan tubulus. Medula ginjal terdiri dari beberapa massa-massa
Page 3
7
triangular disebut piramida ginjal dengan basis menghadap korteks dan bagian
apeks yang menonjol ke medial. Piramida ginjal berguna untuk mengumpulkan
hasil ekskresi yang kemudian disalurkan ke tubulus kolektivus menuju pelvis
ginjal (Tortora, 2011; Moore & Anne, 2012).
Nefron adalah kesatuan unit fungsional dari ginjal, tiap nefron terdiri dari
glomerulus, kapsula Bowman, tubulus contortus proksimalis, loop henle, tubulus
contortus distalis. Bagian luar ginjal disebut korteks dan bagian dalam disebut
medulla, serta bagian paling dalam disebut pelvis. Dibagian medulla ada bentukan
piramida sebagai saluran pengumpul (tubulus collectivus) yang membawa filtrat
dari nefron korteks menuju pelvis. Permukaan medial ginjal yang cekung ada
bentukan Hilus. Hilus merupakan tempat keluar-masuknya vasa renalis, dan
tempat keluarnya pelvis renalis. Ginjal Mempunyai pembungkus dari dalam ke
luar yaitu capsula renalis, perirenal fat dan paling luar adalah fascia renalis
(Maulana, 2014).
Aliran darah ginjal berasal dari arteri renalis yang merupakan cabang
langsung dari aorta abdominalis, sedangkan yang mengalirkan darah balik adalah
vena renalis yang merupakan cabang vena kava inferior (Marieb & Hoehn, 2015).
Sistem arteri ginjal adalah end arteries yaitu arteri yang tidak mempunyai
anastomosis dengan cabang–cabang dari arteri lain, sehingga apabila terdapat
kerusakan salah satu cabang arteri, berakibat timbulnya iskemia/nekrosis pada
daerah yang dilayaninya (Purnomo, 2012). Persarafan ginjal berasal dari pleksus
simpatikus renalis dan tersebar sepanjang cabang-cabang arteri vena renalis.
Serabut aferen yang berjalan melalui pleksus renalis masuk ke medulla spinalis
melalui Nervus Torakalis X, XI, dan XII (Netter, 2014).
Page 4
8
(Martini, Nath & Bartholomew, 2012)
Gambar 2.3
Struktur pada Ginjal
2.1.2 Fisiologi Ginjal
(Slomianka, 2009).
Gambar 2.4
Struktur Fisiologi Ginjal Umum
Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan
komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekresikan zat
Page 5
9
terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma
darah melalui glomerulus dengan reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan air dalam
jumlah yang sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air di
eksresikan keluar tubuh dalam urin melalui sistem pengumpulan urin (Price &
Wilson, 2012).
Menurut Sherwood (2013), ginjal memiliki fungsi yaitu:
a. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh
b. Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan dalam
peraturan jangka panjang tekanan darah arteri.
c. Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh.
d. Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh.
e. Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan.
Ginjal menjalankan banyak fungsi homeostatik penting, antara lain
ekskresi produk sisa metabolik dan bahan kimia asing, pengaturan
keseimbangan air dan elektrolit, pengaturan osmolalitas cairan tubuh dan
konsentrasi elektrolit, pengaturan tekanan arteri, pengaturan keseimbangan asam
basa, sekresi, metabolisme, dan ekskresi hormon (Guyton & Hall, 2008).
Menurut Sherwood pada tahun 2013, dalam pembentukan urin terdapat
tiga proses dasar yang terlibat yakni filtrasi glomerulus, reabsorbsi tubulus, dan
sekresi tubulus.
2.1.2.1 Filtrasi Glomerulus
Sewaktu darah mengalir melalui glomerulus, plasma bebas protein tersaring
melalui kapiler glomerulus ke dalam kapsul Bowman. Dalam keadaan normal,
20% plasma yang masuk ke glomerulus tersaring. Proses ini, dikenal sebagai
Page 6
10
filtrasi glomerulus, adalah langkah pertama dalam pembentukan urin. Secara
rerata, 125 ml filtrat glomerulus terbentuk secara kolektif dari seluruh glomerulus
setiap menit. Jumlah ini sama dengan 180 liter setiap harinya. Dengan
memepertimbangkan bahwa volume rerata plasma pada orang dewasa adalah
2,75 liter, maka hal ini berarti bahwa ginjal menyaring keseluruhan volume
plasma sekitar 65 kali sehari. Jika semua yang difiltrasi keluar sebagai urin,
semua plasma akan menjadi urin dalam waktu kurang dari setengah jam. Namu,
hal ini tidak terjadi karena tubulus ginjal dan kapiler peritubulus berhubungan
erat di seluruh panjangnya, sehigga bahan-bahan dapat diperlukan antara cairan di
dalam tubulus dan darah dalam kapiler peritubulus.
2.1.2.2 Reabsorbsi Tubulus
Sewaktu filtrat mengalir melalui tubulus, bahan-bahan yang bermanfaat
bagi tubuh dikembalikan ke plasma kapiler peritubulus. Perpindahan selektif
bahan-bahan dari bagian dalam tubulus (lumen tubulus) ke dalam darah ini
disebut reabsorbsi tubulus. Bahan-bahan yang direabsorbsi tidak keluar dari
tubuh melalui urin tetapi dibawa oleh kapiler peritubular ke sistem vena dan
kemudian ke jantung untuk diresirkulasi. Dari 180 liter plasma yang disaring per
hari, sekitar 178,5 liter direabsorbsi. Sisa 1,5 liter di tubulus mengalir ke dalam
pelvis ginjal untuk dikeluarkan sebagai urin. Secara umum, bahan-bahan yang
perlu dihemat oleh tubuh secara selektif direabsorbsi, sementara bahan – bahan
yang perlu dihemat oleh tubuh secara selektf direabsorbsi, seentara bahan –
bahan yang tidak dibutuhkan dan harus dikeluarkan tetap berada di urin.
Page 7
11
2.1.2.3 Sekresi Tubulus
Proses ginjal ketiga, sekresi tubulus, adalah pemindahan selektif bahan-
bahan dari kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus. Proses ini merupakan
rute kedua bagi masuknya bahan ke dalam tubulus ginjal dari darah sedangkan
yang pertama adalah melalui filtrasi glomerulus. Hanya sekitar 20% dari plasma
yang mengalir melalui kapiler glomerulus difiltrasi ke dalam kapsul bowman,
80% sisanya mengalir melalui arteriol eferen ke dalam kapiler peritubulus.
Sekresi tubulus merupakan mekanisme untuk mengeluarkan bahan dari plasma
secara cepat dengan mengekstraksi sejumlah tertentu bahan dari 80% plasma
yang tidak terfiltrasi di kapiler peritubulus dan memindahkannya ke bahan yang
suda ada di tubulus sebagai hasil filtrasi.
2.3.2.4 Ekskresi urin
Ekskresi urin adalah pengeluaran bahan-bahan dari tubuh ke dalam urin.
Ini bukan merupakan proses terpisah tetapi merupakan hasil dari tiga proses
pertama di atas. Semua konstituen plasma yang terfiltrasi atau disekresikan
tetapi tidak direabsorbsi akan tetap di tubulus dan mengalir ke pelvis ginjal
untuk dieksresikan sebagai urin dan dikeluarkan dari tubuh. Perhatikan bahwa
semua yang difiltrasi dan kemudian direabsorbsi, atau tidak difiltrasi sama
sekali, masuk ke darah vena dari kapiler peritubulus dan karenanya
dipertahankan di dalam tubuh dan tidak dieksresikan di urin, meskipun mengalir
melewati ginjal.
Page 8
12
(Sherwood, 2011)
Gambar 2.5
Struktur Nefron
2.2..Gagal ginjal kronik
2.2.1..Definisi
Penyakit ginjal kronik merupakan suatu proses patofisiologis dengan
etiologi beragam yang menyebabkan turunnya fungsi ginjal secara progresif dan
pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selain itu, gagal ginjal merupakan
suatu keadaan klinis dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel sebagai
salah satu tandanya, pada derajat tertentu yang memerlukan terapi pengganti
ginjal yang tetap berupa dialysis atau transplantasi ginjal.(Suwitra, 2014)...
Page 9
13
Tabel 2.1. Kriteria Penyakit Ginjal Kronik
Penanda kerusakan Ginjal (≥1 selama
>3 bulan)
Albuminuria (AER ≥ 30 mg/dl; ACR ≥
30 mg/g)
Kelainan sedimen urin
Kelainan elektrolit karena tubular
disorder
Kelainan berdasarkan pemeriksaan
histologi
Kelainan struktur berdasarkan imaging
Riwayat transplantasi ginjal
Penurunan GFR selama >3 bulan GFR <60 mL/menit per 1.73 m2
Sumber : Turner, Bauer, Abramowitz, Melamed, & Hostetter, 2012
.Menurut Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO) Penyakit
ginjal bisa menjadi akut ataupun kronik. Penyakit ginjal yang terjadi selama lebih
dari 3 bulan dikategorikan sebagai penyakit ginjal kronik. Ginjal mempunyai
banyak fungsi diantaranya, fungsi ekskretori, endokrin serta fungsi metabolisme.
Glomerular Filtration Rate (GFR) merupakan salah satu komponen dari fungsi
ekskretoris. Namun secara luas GFR diyakini sebagai indeks untuk menilai semua
fungsi ginjal. Secara umum GFR berkurang setelah struktural yang luas
mengalami kerusakan. pemeriksaan laboratorium yang dilakukan rutin dapat
mendeteksi GFR bernilai <60ml/min/1.73m2. Sedangkan pada ginjal yang rusak
dapat terjadi pada parenkim ginjal, pembuluh darah, dan sistem kolektivus ginjal.
Ginjal yang rusak lebih sering menggunakan marker (penanda) ginjal daripada
menggunakan pemeriksaan langsung jaringan ginjal untuk pemeriksaan. petunjuk
Page 10
14
pada kerusakan ginjal dapat diberikan marker pada tempat ginjal yang mengalami
kerusakan. (NKF-KDIGO, 2013)...
2.2.2..Etiologi
.Faktor utama PGK karena disebabkan oleh diabetes dan tekanan darah yang
tinggi (hipertensi). Diabetes dapat terjadi jika kadar gula darah lebih dari batas
normal yang telah ditentukan, hal tersebut juga dapat menyebabkan kerusakan
organ-organ vital tubuh seperti jantung dan ginjal, serta pembuluh darah, syaraf
dan mata. Tekanan darah yang tinggi atau hipertensi, terjadi apabila tekanan darah
pada pembuluh darah meningkat lebih dari nilai normal dan jika tidak dijaga,
hipertensi bisa menjadi penyebab serangan jantung, stroke dan gagal ginjal
kronik. Gagal ginjal kronik juga bisa menyebabkan hipertensi. (NKF-KDIGO,
2013)...
Berdasarkan pada laporan tahunan ke empat IRR oleh PERNEFRI tahun
2011, melaporkan bahwa urutan etiologi PGK dari nilai yang paling tinggi ialah
penyakit ginjal hipertensi 34%, nefropati diabetika 27%, glomerulonefropati
primer 14%, nefropati obstruksi 8%, pielonefritis kronik 6%, sistemik lupus
eritromatosus 1%, ginjal polikistik 1%, gout 2%, lain-lain 6%, dan tidak diketahui
1%...
2.2.3..Patofisiologi
Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit
yang mendasarinya..Pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi
struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa sebagai upaya kompensasi.
Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan
tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus..Proses kompensasi ini kemudian
Page 11
15
diikuti oleh proses maladaptasi yaitu sklerosis nefron..Adanya aktivitas yang
meningkatkan aksis renin-angiotensin-aldosteron, ikut memberikan peran
terhadap terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis, dan progresifitas tersebut..(Suwitra,
2014)...
Pada stadium dini penyakit ginjal kronik, kehilangan daya cadang ginjal
dapat terjadi. Kemudian terjadi penurunan fungsi nefron yang ditandai dengan
peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Pada keadaan LFG sebesar 60%
pasien masih asimtomatik. Selanjutnya pada LFG sebesar 30% mulai muncul
keluhan pada pasien seperti, nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan berkurang
dan berat badan turun. Setelah kadar LFG dibawah 30% pasien muncul gejala dan
tanda uremia yang nyata seperti anemia, tekanan darah yang meningkat,
metabolisme fosfor dan kalsium terganggu, keseimbangan elektrolit terganggu.
Pada saat LFG di bawah 15% muncul gejala dan komplikasi yang serius, pada
tahap ini pasien sudah harus melakukan terapi pengganti ginjal (Renal
Replacement Therapy) antara lain, hemodialisis, peritoneal dialisis, atau
transplantasi ginjal (Suwitra, 2014)...
2.2.4..Klasifikasi
.Kriteria penyakit ginjal kronik menurut Suwitra (2014):..
1..Kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan
structural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus
(LFG), dengan manifestasi : ..
-.Kelainan Patologis..
-.Terdapat tanda kelainan ginjal termasuk kelainan dalam komposisi darah
atau urin, atau kelainan dalam tes pencitraan (imaging tests) ..
Page 12
16
2..Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) kurang dari 60 ml/menit/1,73m2 selama
3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal. ..
.Pada keadaan tidak terdapat kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan, dan LFG
sama atau tidak lebih dari 60 ml/menit/1,73m2, tidak termasuk kriteria penyakit
ginjal kronik...
.Klasifikasi atas dasar (stage) penyakit,.dibuat berdasarkan LFG yang
dihitung dengan menggunakan rumus Kockkroft-Gaults sebagai berikut:..
.*) pada perempuan dikalikan 0,85..
.Klasifikasi PGK dibagi atas 5 tingkatan derajat yang didasarkan pada LFG
dengan ada atau tidaknya kerusakan ginjal. Pada derajat 1-3 biasanya belum
terdapat gejala apapun (asimptomatik). Manifestasi klinis muncul pada fungsi
ginjal yang rendah yaitu terlihat pada derajat 4 dan 5...
Page 13
17
Tabel 2.2. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas dasar derajat penyakit..
Derajat Penjelasan LFG
(ml/mn/1.73m2)
1 kerusakan ginjal dengan LFG
normal atau ↑..
≥ 90
2 kerusakan ginjal dengan LFG ringan
atau ↓..
60-89
3 kerusakan ginjal dengan LFG
sedang atau ↓....koj
30-59
4 kerusakan ginjal dengan LFG berat
atau ↓...
15-29
5 gagal ginjal.. < 15 atau dialysis
Sumber : Buku ajar IPD jilid II edisi V, 2010..
3. ekskresi albumin abnormal
Kadar serum albumin rendah merupakan prediktor penting dari mordibitas
dan mortalitas karena rendahnya serum albumin pada pasien gagal ginjal
menggambarkan rendahnya ketahanan dan daya hidup pasien gagal ginjal
terminal. Hal ini disebabkan adanya peningkatan inflamasi dan kekurangan
asupan protein pada penderita. Rendahnya serum albumin juga salah satu penanda
penting yang dapat digunakan untuk menunjukan fungsi ginjal dari seseorang.
Page 14
18
Tabel 2.3. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas dasar kadar albumin..
Kategori AER (mg/24
jam)
ACR (approximate
equivalent)
Keterangan
Mg/mmol Mg/g
A1 <30 <3 <30 Normal –
peningkatan
ringan
A2 30-300 30-300 30-300
Peningkatan
sedang
A3 >300 >30 >300
Peningkatan
Berat
Sumber: NKF- KDIGO, 2013
2.2.5..Manifestasi Klinis
Pada umumnya pada pasien PGK stadium satu sampai tiga tanda dan gejala
awal tidak dialami atau gangguan keseimbangan cairan tidak dialami, elektrolit,
endokrin dan metabolik. Sedangkan pasien PGK stadium empat dan lima
menunjukkan beberapa gejala klinis.
Terdapat beberapa tanda dan gejala PGK yaitu:..
Page 15
19
Tabel 2.4..Manifestasi PGK Berdasarkan Derajat..
Derajat PGK.. Manifestasi Klinis..
Derajat I.. Tekanan darah pasien normal, tidak terdapat tanda-tanda
abnormalitas hasil tes laboratorium dan manifestasi klinis.
Derajat II.... Tanpa manifestasi klinis, terdapat hipertensi, mulai muncul
hasil tes laboratorium abnormal. ..
Derajat III.. Tanpa gejala, hasil tes laboratorium abnormal pada beberapa
sistem organ, terdapat hipertensi...
Derajat IV Terdapat manifestasi klinis berupa kelelahan dan penurunan
rangsangan...
Derajat V.. BUN meningkat, anemia, hipokalsemia, hiponatremia, asam urat
meningkat, proteinurea, pruritus, edema, hipertensi, kreatinin
meningkat, penurunan rangsangan, asidosis metabolik, mudah
mengalami perdarahan, hiperkalemia...
.Penderita gagal ginjal kronik akan menunjukkan beberapa tanda dan gejala
sesuai dengan tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari dan usia
penderita. Gangguan akan ditimbulkan penyakit ini pada berbagai organ tubuh. ..
Page 16
20
Tabel 2.5. Manifestasi PGK menurut penyakit..
.Penyebab.. .Tanda dan gejala....
.Sistem hematopoeitik..
.Anemia akibat dari penurunan produksi eritropoetin
sehingga terjadinya penurunan rangsangan eritropoetis
pada sumsum tulang, cepat lelah, perdarahan akibat
terjadinya trombositopenia, ekimosis...
.Sistem
kardiovaskuler...
.Hipervolemia, hipertensi akibat penimbunan cairan dan
garam atau aktivitas renin-angiostensin dan aldosteron
meningkat, takikardia, disritmia, gagal jantung
kongestif akibat kelebihan cairan. ..
.Sistem pernapasan.. Takipnea, pernapasan kussmaul, sputum yang lengket,
batuk disertai nyeri, suhu tubuh meningkat, edema paru.
..
.Sistem
gastrointestinal..
Anoreksia, nausea, vomitus, perdarahan
gastrointestinal, distensi abdomen, diare dan
konstipasi...
.Sistem neurologi.. .Perubahan tingkat kesadaran, letargi, bingung, tupor,
koma, kejang, tidur terganggu, asiteriksis...
.Sistem skeletal.. .Osteodistrofi ginjal dan nyeri sendi. ..
.Sistem integumen.. .Tampak pucat akibat anemia, berwarna kekuningan
akibat penimbunan urokrom, pigmentasi, pruritus akibat
toksin dan endapan kalsium di pori-pori, lecet akibat
adanya bekas-bekas garukan karena rasa gatal...
.Sistem perkemihan.. .Haluaran urin berkurang, berat jenis urin menurun,
Page 17
21
proteinuria, fragmen dan sel dalam urin, natrium dalam
urin berkurang. ..
.Sistem reproduksi.. .Infertilitas, libido menurun, disfungsi ereksi akibat
penurunan produksi testosteron dan spermatogenesis,
Pubertas lambat...
2.2.6..Tindakan....
Tatalaksana penyakit ginjal kronik antara lain, terapi spesifik terhadap
penyakit yang mendasarinya, pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid,
pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskuar, pencegahan dan terapi
terhadap komplikasi, terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi
ginjal. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya diberikan ketika sebelum terjadi
penurunan LFG, sehingga tidak terjadi ginjal yang semakin memburuk...
Penanganan PGK secara konservatif terdiri atas tindakan untuk
menghambat gagal ginjal yang semakin berkembang, keadaan pasien yang lebih
stabil, dan mengobati setiap faktor yang reversible. Pada saat tindakan konservatif
tidak lagi efektif dalam mempertahankan kehidupan pasien pada hal ini terjadi
penyakit ginjal stadium akhir satu-satunya pengobatan yang efektif adalah dialisis
intermiten atau transplantasi ginjal (Price and Wilson, 2012)...
Tujuan terapi konservatif yaitu mencegah faal ginjal yang semakin
memburuk secara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi
toksin azotemia, memperbaiki metabolisme secara optimal dan memelihara
keseimbangan cairan dan elektrolit (Sukandar, 2016)...
Page 18
22
.Beberapa tindakan konservatif yang dapat dilakukan sebagai berikut:..
1..Diet protein..
Pada pasien PGK harus melakukan pembatasan asupan protein. Pembatasan
asupan protein telah terbukti dapat menormalkan kembali dan memperlambat
terjadinya gagal ginjal. Asupan rendah protein dapat membuat beban ekskresi
semakin berkurang sehingga menurunkan hiperfiltrasi glomerulus, tekanan
intraglomerulus dan cidera sekunder pada nefron intak. Asupan protein yang
berlebihan dapat berakibat hemodinamik ginjal berupa peningkatan aliran darah
dan tekanan intraglomerulus berubah yang justru meningkatkan progresifitas
ginjal semakin memburuk. (Suwitra, 2014)...
2..Diet Kalium..
Pembatasan kalium juga harus dilakukan pada pasien PGK dengan cara diet
rendah kalium dan tidak mengkonsumsi obat-obatan yang mengandung kalium
tinggi. Pemberian kalium yang berlebihan akan menyebabkan hiperkalemia yang
berbahaya bagi tubuh. Jumlah yang diperbolehkan dalam diet adalah 40 hingga 80
mEq/hari. Makanan yang mengandung kalium seperti sup, pisang, dan jus buah
murni harus dihindari.
3..Diet kalori..
Kebutuhan kalori untuk pasien PGK harus adekuat yang bertujuan untuk
mempertahankan keseimbangan positif nitrogen, memelihara status nutrisi dan
memelihara status gizi (Sukandar, 2016)...
4..Kebutuhan cairan..
Asupan cairan membutuhkan regulasi yang perlu diperhatikan pada pasien
PGK. Asupan yang terlalu bebas dapat menyebabkan kelebihan beban sirkulasi,
Page 19
23
oedem dan intoksikasi cairan. Asupan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi,
hipotensi, dan pemburukan fungsi ginjal.
Pengobatan pada Penyakit ginjal kronik bertujuan untuk memperlambat
perkembangan penyakit menjadi End-Stage Renal Disease (ESRD). kontrol
tekanan darah menggunakan Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitors
atau Angiotensin II Receptor Blockers (ARBs) secara efektif dapat membantu
memperlambat perkembangan dari PGK. Selain itu control glikemik pada pasien
dengan diabetes dapat menghambat perkembangan dari PGK (Turner et al., 2012).
Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik meliputi, terapi spesifik terhadap
penyakit yang mendasarinya, penecegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid,
pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskuar, pencegahan dan terapi
terhadap komplikasi, terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi
ginjal. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya diberikan ketika sebelum terjadi
penurunan LFG, sehingga tidak terjadi perburukan ginjal. Jika sudah terjadi
penurunan LFG maka terapi terhadap penyakit dasarnya ini sudah tidak banyak
bermanfaat.
.Pasien yang membutuhkan obat-obatan harus diperhatikan secara ketat
untuk memastikan kadar obat-obatan yang sedang dikonsumsi tersebut dapat
dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi toksik dalam darah dan jaringan
yang membuat efek toksik pada pasien PGK. ..
.Apabila sudah terjadi penurunan LFG maka terapi pada penyakit dasarnya
ini sudah tidak banyak manfaatnya. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi
komorbid juga penting. Sedangkan untuk terapi pengganti ginjal dilakukan pada
Page 20
24
penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada LFG kurang dari 15ml/menit.
(Suwitra, 2014)...
2.3..Hemodialisis..
.Terdapat 3 jenis terapi pengganti ginjal untuk pasien dengan End-Stage
Renal Disease yaitu, Hemodialisis (HD), peritoneal dialisis, dan transplantasi
ginjal. Lamanya pasien menjalani terapi hemodialisis dapat mempengaruhi
keberhasilan terapi. (Wein AJ, 2012)...
2.3.1..Definisi.
Hemodialisis dapat diartikan sebagai suatu proses komposisi yang berubah
yaitu solute darah oleh larutan lain (cairan dialisat) melalui membran semi
permeabel (membran dialisis). Pada prinsipnya, hemodialisis merupakan suatu
proses pemisahan atau penyaringan atau pembersihan darah melalui suatu
membran semipermeabel yang dilakukan pada pasien dengan gangguan fungsi
ginjal yang akut maupun kronik. (Suhardjono, 2014)...
2.3.2..Prinsip.. ..
Terdapat 3 komponen utama yang terlibat dalam proses hemodialisis yaitu,
alat dialiser, cairan dialisat dan sistem penghantaran darah. Dialiser adalah alat
dalam proses dialisis yang mampu mengalirkan darah dan dialisat dalam
kompartemen-kompartemen di dalamnya, dengan dibatasi membran semi
permeabel (Depner, 2013).
Hemodialisis merupakan gabungan dari proses difusi dan ultrafiltrasi. Difusi
adalah perpindahan zat terlarut melalui membran semipermeabel. Laju difusi
terbesar terjadi pada perbedaan konsentrasi molekul terbesar. Ini adalah
mekanisme utama untuk mengeluarkan molekul kecil seperti urea, kreatinin,
Page 21
25
elektrolit, dan untuk menambahkan serum bikarbonat. Zat terlarut yang terikat
dengan protein tidak dapat dibuang melalui difusi karena protein yang terikat
ridak dapat menembus membran. (Suhardjono, 2014).
Sedangkan ultrafiltrasi adalah aliran konveksi (air dan zat terlarut) yang
terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik maupun tekanan osmotik.
Ultrafiltrasi terjadi karena perbedaan positif pada kompartemen darah dengan
tekanan negatif yang terbentuk pada kompartemen dialisat yang dihasilkan oleh
pompa dialisat (Transmembran Pressure). Pada proses hemodialisis, proses difusi
dan filtrasi berjalan secara bersamaan serta dapat diprogram sesuai dengan
keadaan klinis pasien. Dalam proses hemodialisis, cairan dialisat mengalir
berlawanan arah dengan darah, sehingga tetap mempertahankan kecepatan difusi
yang optimal (Suhardjono, 2014).
2.3.3..Indikasi dan kontraindikasi..
Pada pasien dengan Penyakit Ginjal Kronik tahap 5, inisiasi hemodialisis
dimulai dengan indikasi sebagai berikut :..
1..Kelebihan (Overload) cairan ekstraseluler yang sulit dikendalikan dan/
hipertensi...
2..Hiperkalemia yang refrakter terhadap restriksi diit dan terapi
farmakologis...
3..Asidosis metabolik yang refrakter terhadap pemberian terapi bikarbonat...
4..Hiperfosfatemia yang refrakter terhadap restriksi diet dan terapi pengikat
fosfat...
5..Anemia yang refrakter terhadap pemberian eritropoetin dan besi...
Page 22
26
6..Adanya penurunan kapasitas fungsional atau kualitas hidup tanpa sebab
yang jelas...
7..Penurunan berat badan atau malnutrisi, terutama apabila disertai gejala
mual, muntah, atau adanya bukti lain gastroduodenitis...
8..Adanya gangguan neurologis (neuropati ensefalopati, gangguan psikiatri),
pleuritis atau perikarditis yang tidak disebabkan oleh penyebab lain, serta
diatesis hemoragik dengan pemanjangan waktu perdarahan...
.Kontraindikasi dilakukannya hemodialisis dibedakan menjadi 2 yaitu,
kontraindikasi absolut dan kontraindikasi relatif. Kontraindikasi absolut apabila
akses vascular tidak didapatkan. Sedangkan untuk kontraindikasi relatif apabila
akses vaskular kesulitan untuk ditemukan, fobia terhadap jarum, gagal jantung,
dan koagulopati. (Suhardjono, 2014)...
2.3.4..Dosis dan Adekuasi..
.Kecukupan dialisis ditentukan berdasarkan kriteria klinis dan atas dasar
formula K x t/V, seperti yang direkomendasikan oleh KDOQI. K adalah klirens
urea dari dialiser, t adalah lama dialisis, dan V adalah volume distribusi urea
(Rocco et al., 2015)...
.Dosis hemodialisis merupakan jumlah bersihan fraksi urea dalam satu sesi
dialisis yang dipengaruhi oleh ukuran tubuh pasien, fungsi ginjal sisa, asupan
protein dalam makanan, derajat anabolisme atau katabolisme, dan adanya
komorbid. Kecukupan (adequacy) dialisis menjadi target dosis dialisis Saat ini
dipakai juga URR (% Urea Reduction Rate) atau besarnya penurunan ureum
dalam persen. URR = 100% x (1-(ureum sebelum/ureum sesudah dialisis)). Pada
Page 23
27
hemodialisis yang dilakukan 3 kali seminggu dianjurkan target URR setiap kali
hemodialisis adalah diatas 65%. (Suhardjono, 2014)...
Hemodialisis merupakan tindakan untuk menggantikan sebagian dari fungsi
ginjal. Pada penderita penyakit ginjal kronik (PGK) stadium V atau gagal ginjal
kronik (PGK) rutin melakukan tindakan ini. Meskipun tindakan hemodialisis
masa ini berkembang cukup pesat, akan tetapi masih banyak pasien PGK yang
mengalami masalah medis saat menjalani hemodialisis. Komplikasi yang sering
sekali terjadi pada penderita yang menjalani hemodialisis adalah gangguan
hemodinamik. Menurunnya tekanan darah dengan dilakukannya UF (ultrafiltrasi)
atau penarikan cairan saat hemodialisis. Hipotensi intradialitik terjadi pada 5-40%
penderita yang menjalani hemodialisis reguler. Namun sekitar 5-15% dari pasien
hemodialisis tekanan darahnya justru meningkat. Kondisi ini disebut hipertensi
intradialitik atau HID (intradialytic hypertension). (Agarwal dan Light, 2010)...
2.3.5..Komplikasi..
.Komplikasi akut yang sering paling terjadi adalah hipotensi terutama pada
pasien diabetes. Hipotensi pada hemodialisis dapat dicegah dengan dilakukannya
evaluasi berat badan dan modifikasi dari ultrafiltrasi, dengan harapan jumlah
cairan yang dikeluarkan lebih banyak pada awal dibandingkan di akhir dialisis.
Kram otot juga sering terjadi selama proses hemodialisis. Beberapa faktor
pencetus yang ada hubungannya dengan kejadian kram otot ini adalah adanya
gangguan perfusi otot karena pengambilan cairan yang agresif dan pemakaian
dialisat rendah sodium. Reaksi anafilaktoid juga merupakan salah satu komplikasi
dari hemodialisis. Reaksi anafilaktoid terhadap dialiser sering dijumpai pada
pemakaian pertama. (Suhardjono, 2014)...
Page 24
28
.Komplikasi kronik pasien hemodialisis dapat dibagi menjadi dua kategori
yaitu :..
1. Komplikasi yang terjadi dikarenakan terapi hemodialisis seperti,
hipotensi; anemia; endocarditis, dll...
2. Komplikasi yang terjadi dikarenakan penyakit ginjal primer seperti
nefropati, kronik gromeluropati, glomerulonefritis, dll. (Checheita et al., 2010)...
2.3.6..Lama Terapi Hemodialisis..
Rekomendasi KDOQI bahwa pasien dengan residual kidney function rendah
(kurang dari 2 ml/menit) menjalani hemodialisis tiga kali seminggu dengan durasi
3 jam setiap kali hemodialisis...
Pranoto (2010) membagi lama terapi hemodialisis menjadi 3 yaitu, kurang
dari 12 bulan, 12-24 bulan, dan lebih dari 24 bulan.
.Pasien yang menjalani hemodialisis selama lebih dari 10 tahun kemudian
melakukan transplantasi ginjal memiliki outcome yang lebih buruk dibandingkan
dengan pasien yang melakukan transplantasi ginjal yang sebelumnya melakukan
terapi hemodialisis dalam waktu yang lebih singkat (Wein AJ, 2012)...
2.4..Kualitas Hidup ..
2.4.1..Definisi..
Kualitas hidup merupakan suatu bentuk multidimensional, terdapat tiga
konsep kualitas hidup yaitu menunjukan suatu konsep multidimensional, yang
berarti bahwa informasi yang dibutuhkan mempunyai rentang area kehidupan dari
penderita itu, seperti kesejahteraan fisik, kemampuan fungsional, dan
kesejahteraan emosi atau sosial, menilai celah antara keinginan atau harapan
dengan sesuai kemampuan untuk melakukan perubahan dalam diri.
Page 25
29
.Kualitas hidup meliputi bagaimana individu mendapatkan presepsi
kebaikan dari beberapa aspek kehidupan mereka. Kualitas hidup dalam
mempertahankan individu yang lebih luas merupakan faktor yang penting dalam
memastikan bahwa orang tersebut bisa hidup dengan baik dengan perawatan dan
dukungan hingga datangnya kematian...
.Persepsi individu terkait dampak dan kepuasan tentang derajat kesehatan
dan keterbatasannya menjadi penting sebagai evaluasi akhir terhadap pengobatan.
(Reis, 2013)...
.Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang definisi kualitas hidup,
mengacu pada teori dari WHOQOL bahwa kualitas hidup merupakan persepsi
individu terhadap kondisi di dalam hidupnya yang sesuai dengan budaya ataupun
norma-norma yang dianut di lingkungan tempat tinggalnya terkait kebaikan di
dalam kehidupannya.
Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup antara lain faktor sosial
demografi seperti jenis kelamin, usia, pendidikan, status pernikahan dan
pendidikan serta faktor lain seperti depresi, stage penyakit, lama hemodialisis,
adekuasi hemodialisis, dll. (Maliani, 2014).
2.4.2..Kualitas Hidup Terkait Kesehatan..
Konsep Health Related Quality Of Life (HRQOL) merupakan suatu konsep
yang mencakup aspek-aspek kualitas hidup yang bisa mempengaruhi kesehatan
fisik maupun mental. Pada tingkat individu, HRQOL mencakup faktor resiko
kesehatan, status fungsional, dan status sosial ekonomi. Sedangkan pada tingkat
komunitas, HRQOL meliputi sumber daya, kebijakan-kebijakan yang dapat
mempengaruhi kesehatan suatu populasi dan status fungsional. Kualitas hidup
Page 26
30
merupakan sebuah persepsi individu terhadap posisi mereka dalam kehidupan
konteks budaya dan nilai di tempat mereka tinggal serta berkaitan dengan tujuan
mereka, harapan, standar dan kekhawatiran. (Anees et al., 2011)...
Berawal dari pemikiran mengenai aspek kualitas hidup yang dapat berbeda
antara individu satu dengan individu lainnya, berbagai studi kualitas
hidupmeneliti aspek-aspek kehidupan yang penting bagi individu dalam
hubungannyadengan kualitas hidup.Ada banyak aspek kualitas hidup menurut
para ahli,diantaranya dapat dilihat pada tabel 2.6
Tabel2.6 Aspek-Aspek Kualitas Hidup Menurut Para Ahli
Felce (1996) Schalock
(2000)
WHO-
QOLdefinition
(1993)
Hagerty et
al(2001)
Cummins(199
7)
Cacat/Psikolo
gi
Cacat /
Psikologi
IndikatorKese
hatanSosial
Penelitian Cacat
6kemungkina
ndomain:
8 domain inti: 6 domain: 7 domain inti: 7 domain inti:
Kesejahteraan
fisik
Kesejahteraan
fisik
Fisik Kesehatan Kesehatan
Kesejahteraan
material
Kesejahteraan
material
Lingkungan Kesejahteraan
material
Kesejahteraan
material
Kesejahteraan
sosial
Keterlibatans
osial
Hubungansosi
al
Merasa
satubagian
darimasyaraka
Kesejahteraan
masyarakat.
Page 27
31
tsetempat.
Kesejahteraan
produktif
- - Pekerjaan
&aktivitas
Pekerjaan/akti
vitas
produktif.
Kesejahteraan
emosional
Kesejahteraan
emosional
Psikologis Kesejahteraan
emosional
Kesejahteraan
emosional
Hak
ataukesejatera
anwarga
negara
Hak - - -
- Hubungan
antarpribadi
- Hubunganden
gankeluarga
danteman-
teman.
Hubungansosi
al/keluarga
- Pengembanga
npribadi
- - -
- Penentuan
nasibsendiri
Tingkatkeman
dirian
- -
- - Spiritual - -
- - - Keselamatanpr
ibadi
Rasa aman
Berdasarkan perbandingan aspek-aspek kualitas hidup oleh beberapa
ahli,maka aspek kualitas hidupyang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada
Page 28
32
aspek-aspek kualitas hidup yang terdapat padaWorld Heath Organization Quality
of Life Bref version (WHOQoL-BREF) karena sudah mencakup keseluruhan
kualitas hidup. Menurut WHOQOL Group (Power dalam Lopers dan
Snyder,2004), kualitas hidup memiliki enam aspek yaitu kesehatan fisik,
kesejahteraanpsikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial, hubungan dengan
lingkungan,dan keadaan spiritual. WHOQoL ini kemudian dibuat lagi menjadi
insturment WHOQoL–BREF dimana enam aspek tersebut dipersempit menjadi
empat aspek yaitu kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan sosialdan
hubungan dengan lingkungan.
.Menurut The World Health Organization Quality of Life (WHOQoL)
kualitas hidup terdiri dari 4 bidang. Keempat bidang dari WHOQoL BREF
meliputi :..
a. Kesehatan fisik berhubungan dengan kesakitan dan kegelisahan,
ketergantungan pada perawatan medis, energi dan kelelahan, mobilitas, tidur
dan istirahat, aktifitas kehidupan sehari-hari, dan kapasitas kerja.
b. Kesehatan psikologis berhubungan dengan pengaruh positif dan negatif
spiritual, pemikiran pembelajaran, daya ingat dan konsentrasi, gambaran
tubuh dan penampilan, serta penghargaan terhadap diri sendiri.
c. Hubungan sosial terdiri dari hubungan personal, aktivitas seksual dan
hubungan sosial.
d. Dimensi lingkungan terdiri dari keamanan dan kenyamanan fisik,
lingkungan fisik, sumber penghasilan, kesempatan memperoleh informasi,
partisipasi dan kesempatan untuk rekreasi, atau aktifitas pada waktu luang.
Page 29
33
Kualitas hidup secara langsung dipengaruhi oleh pengalaman positif
pengasuhan, pengalaman pengasuhan negatif, dan stres kronis. Sumber
dayaekonomi dan sumber daya sosial memiliki dampak langsung pada
kualitas hidup. Empat domain yang sangat penting untuk kualitas hidup
yaitu kesehatan dan fungsi, sosial ekonomi, psikologis,spiritual, dan
keluarga. Domain kesehatan dan fungsi meliputi aspek-aspek seperti
kegunaan kepada orang lain dan kemandirian fisik. Domain sosial
ekonomiberkaitan dengan standar hidup, kondisi lingkungan, teman-teman,
dan sebagainya. Domain psikologis/spiritual meliputi kebahagiaan,
ketenangan pikiran, kendali atas kehidupan, dan faktor lainnya. Domain
keluarga meliputi kebahagiaan keluarga, anak-anak, pasangan, dan
kesehatan keluarga. Meskipun sulit untuk membuang semua elemen
kehidupan, keempat domain mencakup sebagian besar elemen dianggap
penting untuk kualitas hidup. (WHOQOL, 1998).
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup adalah sebagai berikut:
a. Jenis kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam peran serta akses dan
kendali terhadap berbagai sumber sehingga kebutuhan atau hal-hal yang penting
bagi laki-laki dan perempuan juga akan berbeda. Hal ini mengindikasikan adanya
perbedaan aspek-aspek kehidupan dalam hubungannya dengan kualitas hidup
pada laki-laki dan perempuan. Secara umum, kesejahteraan laki-laki dan
perempuan tidak jauh berbeda, namun perempuan lebih banyak terkait dengan
Page 30
34
aspek hubungan yang bersifat positif sedangkan kesejahteraan tinggi pada pria
lebih terkait dengan aspek pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik.
b. Usia
Terdapat perbedaan yang terkait dengan usia dalam aspek-aspek
kehidupan yang penting bagi individu. Individu dewasa mengekspresikan
kesejahteraan yang lebih tinggi pada usia dewasa madya.
c. Pendidikan
Pendidikan juga merupakan faktor kualitas hidup, kualitas hidup akan
meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat pendidikan yang didapatkan
oleh individu. Tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas hidup, hasil penelitian menunjukkan bahwa tingginya
signifikansi perbandingan dari pasien yang berpendidikan tinggi meningkat dalam
keterbatasan fungsional yang berkaitan dengan masalah emosional dari waktu ke
waktu dibandingkan dengan pasien yangberpendidikan rendah serta menemukan
kualitas hidup yang lebih baik bagipasien berpendidikan tinggi dalam domain
fisik dan fungsional, khususnya dalam fungsi fisik, energi/kelelahan, social
fungsi, dan keterbatasan dalam peran berfungsi terkait dengan masalah emosional.
d. Pekerjaan
Kualitas hidup diperoleh hasil penelitian yang tidak jauh berbeda dimana
individu yang bekerja memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan
individu yang tidak bekerja.
2.6 Dampak hemodialisis terhadap kualitas hidup
Dampak hemodialisis akan berakibat terhadap respon pasien. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya karakteristik individu, pengalaman
Page 31
35
sebelumnya dan mekanisme koping. Masing– masing dimensi mempunyai
pengaruh tersendiri terhadap kualitas hidup.
1.Dimensi fisik
Dimensi fisik mempunyai beberapa dampak terhadap kualitas hidup
penderita gagal ginjal kronik. Dimensi fisik merujuk pada gejala – gejala yang
terkait penyakit dan pengobatan yang dijalani. Pada penderita gagal ginjal kronik
akan mengalami perubahan fisik. Kelemahan merupakan hal utama yang
dirasakan oleh pasien gagal ginjal kronik. Kelemahan berhubungan dengan
gangguan pada kondisi fisik, termasuk malnutrisi, anemia uremia. Kelemahan
fisik dapat menurunkan motivasi. Kelemahan secara signifikan berhubungan
dengan timbulnya gejala gangguan masalah tidur, status kesehatan fisik yang
menurun dapat mempengaruhi kualitas hidupnya. (Farida 2010).
2.Dimensi psikologi
Respon psikologis pada pasien gagal ginjal kronik dapat bervariasi dan
sering berhubungan dengan kerugian, baik aktual maupun potensial, dan telah
disamakan dengan proses kesedihan. Depresi merupakan respon psikologis yang
paling umum dan telah dilaporkan berhubungan dengan kualitas hidup yang
rendah yang berhubungan dengan kesehatan. Kemarahan dan penolakan yang
sering dilakukan oleh pasien untuk melindungi diri dan emosi tak terkendali, ini
dapat memiliki efek negatif yang dapat menyebabkan penurunan kepatuhan pasien
terhadap rejimen pengobatan dan mengurangi komunikasi yang efektif antara
pasien dan tim kesehatan. Penderita gagal ginjal kronik akan mengalami
perubahan dalam hal spiritual. Pasien lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
dibandingkan sebelum terkena gagal ginjal dan melakukan hemodialisis.
Page 32
36
Mendekatkan diri kepada Tuhan dilakukan dengan menjalankan aturan agama dan
tidak berbuat hal yang dilarang agama. Lebih memikirkan kehidupan untuk bekal
diakherat. Kualitas hidup secara spiritual dirasakan lebih meningkat dengan cara
mendekatkan diri kepada Tuhan dan berbuat baik. (Farida 2010).
3.Dimensi hubungan sosial
Sebagian besar dari interaksi orang, melibatkan makan dan minum
sehingga tidak jarang untuk pasien dengan ESRF untuk mengurangi keterlibatan
sosial mereka karena pembatasan makanan dan minuman yang ketat. Masalah
sosial lainnya dapat dipengaruhi oleh penyakit kronik dan termasuk status kerja
pasien, hubungan antara keluarga dan teman-teman, dan bahkan keinginan untuk
melakukan kegiatan rekreasi.
4.Dimensi lingkungan
Mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi kemampuan dalam
melakukan koping pada pasien yang menjalani hemodialisis. Hasil penelitian
mengatakan penyebab stres utama adalah yang berhubungan dengan masalah
ekonomi dan ketidakmampuan untuk mendapatkan uang. (Farida 2010).
2.7..Pengaruh lamanya menjalani hemodialisis dengan kualitas hidup pasien PGK
yang menjalani hemodialisis
Lamanya hemodialisis diartikan sebagai seberapa lama individu telah
menjalani hemodialisis. Tujuan terapi hemodialisis bukan untuk menyembuhkan
pasien dari penyakit ginjal kronik, karena seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, penyakit ini bersifat irreversible. Tujuan utamanya sebagai pengganti
fungsi ginjal untuk mempertahankan homeostasis tubuh manusia. semakin lama
seorang pasien menjalani terapi hemodialisis berbanding terbalik dengan kualitas
Page 33
37
hidup pasien penyakit ginjal terminal. Hal ini diikarenakan tingkat kekhawatiran
serta stress pasien yang semakin meningkat karena berpikir seharusnya
hemodialisis dapat menyembuhkan pasiennya. (Anees et al., 2011).
.Pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis mengalami
fisik, psiologis, dan sosial yang banyak berubah terkait dengan proses penyakit
dan kemampuan pasien untuk beradaptasi dengan perubahan. Penyakit ginjal
kronik dengan hemodialisis berhubungan dengan gejala fisik dan komplikasi.
Misalnya penyakit jantung, anemia, gangguan tidur yang dapat disebabkan oleh
uremia, durasi terapi dialisis, dan sakit kronik. Selain itu, hal tersebut
menyebabkan gangguan neurologis dan gangguan gastrointestinal yang
memberikan dampak bagi kualitas hidup penderita. Masing-masing perubahan
fisik memiliki potensial untuk menurunkan kualitas hidup. (Utami, 2014).
Terapi hemodialisis juga akan mempengaruhi keadaan psikologis pasien.
Pasien akan mengalami gangguan proses berpikir dan konsentrasi serta gangguan
dalam berhubungan sosial. Semua kondisi tersebut akan menyebabkan
menurunnya kualitas hidup pasien PGK yang menjalani terapi hemodialisis.
.Waktu yang dibutuhkan terapi hemodialisis yang lama, mahalnya biaya,
dan membutuhkan kepatuhan pasien terkait restriksi cairan dan diet. Pasien akan
kehilangan kebebasan karena banyaknya aturan, pasien sangat bergantung pada
pemberi layanan kesehatan. Pendapatan akan semakin berkurang atau bahkan
hilang, akibat pasien tidak bisa produktif. Didukung dengan beberapa aspek lain
seperti aspek fisik, psikologis, sosioekonomi dan lingkungan, maka hal tersebut
dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien gagal ginjal.
Page 34
38
.Namun terdapat beberapa penelitian yang menyatakan tidak terdapat
hubungan antara lama menjalani hemodialisis dengan kualitas hidup pasien.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahman pada tahun 2016 di RSUP. Prof. DR. R.
D. Kondou Manado menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara lama
menjalani hemodialisis dengan kualitas hidup pasien. Peneliti menyebutkan, hal
ini terjadi dikarenakan waktu penelitian yang singkat dan jumlah sampel yang
sedikit serta beberapa pasien dalam kondisi yang tidak baik. (Rahman et al.,
2016).
2.8. Instrumen Untuk Pengukuran Kualitas Hidup
Penilaian atau pengukuran kualitas hidup terkait kesehatan dapat
menggunakan kuesioner. Menurut (Harmaini, 2006), terdapat 3 macam alat ukur
kualitas hidup, yaitu:
1..Alat ukur generik
.Alat ukur generik merupakan alat ukur yang dapat digunakan untuk
berbagai macam penyakit maupun usia. Kelebihan dari alat ukur ini adalah
penggunaannya dapat lebih luas, namun kekurangan dari alat ukur ini adalah tidak
mencakup hal-hal khusus pada penyakit tertentu. Contohnya adalah Short Form-
36 (SF-36).
2..Alat ukur spesifik
.Alat ukur spesifik merupakan alat pengukur kualitas hidup yang spesifik
untuk penyakit tertentu. Alat ukur ini berisikan pertanyaan-pertanyaan khusus
yang sering terjadi pada penyakit yang dimaksud. Kelebihan dari alat ukur ini
adalah dapat mendeteksi lebih tepat keluhan atau hal khusus yang berperan pada
penyakit tertentu. Kekurangan dari alat ukur ini adalah pada penyakit lain alat ini
Page 35
39
tidak dapat digunakan dan biasanya pertanyaannya lebih sulit dimengerti. Contoh
dari alat ukur ini adalah Kidney Disease Quality of Life –Short Form (KDQOL-
SF).
3..Alat ukur utility
Alat ukur utility merupakan dari suatu alat ukur yang berkembang, biasanya
dari alat ukur generic. Pengembangannya dari penilaian kualitas hidup menjadi
parameter lainnya, sehingga mempunyai manfaat yang berbeda. Contohnya adalah
European Quality of life – 5 Dimensions (EQ-5) yang dikonversi menjadi Time
Trade-Off (TTO) yang berguna untuk bidang ekonomi, yaitu dapat digunakan
untuk menganalisis biaya kesehatan dan perencanaan keuangan kesehatan negara.
Kuesioner KDQOL SF merupakan kuesioner spesifik yang digunakan pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal. KDQOL SF versi 1.3 mencakup 19 domain
kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis, 19
domain tersebut adalah:
1..Gejala/masalah yang menyertai
2..Efek penyakit ginjal
3..Beban akibatpenyakit ginjal
4..Status pekerjaan
5..Fungsi kognitif
6..Kualitas interaksi sosial
7..Fungsi seksual
8..Tidur
9..Dukungan yang diperoleh
10..Dorongan dari staf dialisis
Page 36
40
11..Kepuasan pasien
12..Fungsi fisik
13..Keterbatasan akibat masalah fisik
14..Rasa nyeri yang dirasakan
15..Persepsi kondisi kesehatan secara umum
16..Kesejahteraan emosional
17..Keterbatasan akibat masalah emosional
18..Fungsi sosial
19..Energi/kelelahan (Hays et al., 1997).
.Kuesioner ini mempunyai rentang nilai per-item 0-100. Dimana semakin
tinggi nilai berhubungan dengan kualitas hidup yang lebih baik (Fructuoso et al.,
2011).