Top Banner

of 20

Tinjauan Ekon Keu Okt 11

Apr 05, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11

    1/20

    ISSN 2088-3153

    TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGANMENSINERGIKAN PEMBANGUNAN EKONOMI

    Volume 1 Nomor 10 - Oktober 2011 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

    SINERGI PEMBANGUNAN PERDAGANGAN

    Strategi Pengamanan ASEAN-ChinaFree Trade Area (AC-FTA)

    Peran Pasar Bebas

  • 7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11

    2/20

    TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGANKEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

    VOLUME 1 NOMOR 10 - OKTOBER 2011

    DAFTAR ISI

    Editorial 1

    Perkembangan Ekonomi Makro

    Perkembangan Ekspor Impor 2

    Perkembangan Inflasi 3

    Perkembangan Harga Komoditas Internasional 4

    Perkembangan Wisatawan Mancanegara 4

    Perkembangan Investasi PMA/PMDN Triwulan III-2011 5

    Perkembangan Ekonomi Internasional

    Peran Pasar Bebas 6

    Peningkatan Resiko Seiring Dengan Pertumbuhan yang Melambat 7

    Perkembangan APBN

    Laporan realisasi APBD Triwulan II-2011 9

    Perkembangan Kebijakan dan Regulasi

    Ekonomi

    Strategi Pengamanan ASEAN-China Free Trade Area (AC-FTA) 10 Sistem National Single Window (NSW) sebagai Reformasi Pelayanan

    Ekspor-Impor 11

    Laporan Bank Dunia: Perkembangan Perekonomian Indonesia

    Triwulan III-2011 12

    Perkembangan Sektor Keuangan M- PESA: Meningkatkan Akses Layanan Keuangan Melalui Teknologi

    Informatika dan Komunikasi 14

    Perkembangan Penyaluran KUR Perkembangan Realisasi KUR per 30 September 2011 15

    Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Penghargaan Investment Awards 2011 Bagi Pemerintah Daerah 16

    Daftar Istilah

    REDAKSI

    Pembina

    Menteri Koordinator Bidang

    Perekonomian

    Pengarah

    Sekretaris Kementerian

    Koordinator Bidang

    Perekonomian

    Deputi Ekonomi Makro dan

    Keuangan

    Koordinator

    Bobby H. Rafinus

    Kontributor Tetap

    Edi Prio Pambudi

    M. Edy Yusuf

    Mamay Sukaesih

    Tri Kurnia Ayu

    Rista Amallia Windy Pradipta

    Alexcius Winang

    Andi

    Komite Kebijakan KUR

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangandapat didownload pada websitewww.ekon.go.id

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan diterbitkan dalam rangka meningkatkan pemahaman pimpinan daerah terhadap

    perkembangan indikator ekonomi makro dan APBN, sebagai salah satu Direktif Presiden pada retreat di Bogor, Agustus 2010

  • 7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11

    3/20

    EDITORIAL

    Sektor perdagangan menunjukkan peranan yang

    meningkat sebagai sumber pertumbuhan tahunan

    terbesar Produk Domestik Bruto dalam beberapa

    triwulan terakhir. Pada triwulan II 2011, sektor ini

    (termasuk hotel dan restoran) menyumbang sebesar 1,6

    persen dari pertumbuhan 6,5%. Demikian sama halnya

    dengan sektor industri pengolahan. Peningkatan peranan

    sektor perdagangan menunjukkan siklus bisnis yang

    mengalami masa ekspansi. Perkembangan yang

    prospektif untuk tingkat pertumbuhan PDB yang lebih

    tinggi nampaknya menghadapi tantangan yang berat

    pada tahun 2012.

    Sementara ini para forecaster berpendapat bahwa

    perekonomian global tahun depan akan sama atau lebihlambat dari 2011. Kemungkinan terjadi perlambatan

    cenderung lebih besar dengan semakin banyaknya

    diterbitkan revisi proyeksi ke bawah menjelang akhir

    tahun 2011. Penurunan rating investasi di beberapa

    negara Eropa dan demonstrasi yang marak di Amerika

    Serikat merupakan sinyal kuat bahwa ketidakpastian

    masih tinggi dalam proses pemulihan ekonomi global.

    Pertumbuhan ekonomi global yang rendah diperkirakan

    akan berlangsung beberapa tahun kedepan.

    Pelemahan ekonomi global menjadi ancaman berat bagi

    kinerja ekspor Indonesia terutama pada kelompokkomoditi primer. Lebih dari 60% ekspor Indonesia

    merupakan komoditi sektor pertanian, migas serta

    mineral. Harga komoditi primer, khususnya barang

    mineral, sejak triwulan II-2011 menunjukkan

    kecenderungan menurun. Berlanjutnya penurunan harga

    dan juga volume permintaan dikhawatirkan akan terjadi

    pada tahun 2012. Sementara itu ekspor manufaktur

    diharapkan tidak terkena dampak besar karena relatif

    kecil pangsanya ke Eropa sekitar 8,6% dan ke Amerika

    Serikat sebesar 9,1%.

    Perkembangan neraca pembayaran Indonesia yang

    mencatat defisit sekitar US$ 3 milyar pada triwulan III-

    2011 memberikan sinyal bahwa krisis ekonomi global

    mulai berimbas. Transmisi krisis menjalar melalui

    kegiatan perdagangan dan rambatan ini terlihat dari

    surplus neraca perdagangan yang mulai menurun.

    Sedangkan transmisi krisis melalui sektor keuangan

    terlihat dari kenaikan defisit pada neraca modal dan

    finansial.

    Untuk menjaga tingkat pertumbuhan mencapai 6,7%

    sebagaimana dirancang dalam RAPBN 2012, maka

    gejala penurunan ekspor perlu diimbangi dengan

    kenaikan konsumsi dan investasi. Tuntutan tersebut

    semakin signifikan dengan naiknya impor. Kokohnyafundamental ekonomi Indonesia saat ini perlu dilengkapi

    dengan meningkatkan kepekaan terhadap sentimen

    investor melalui kualitas kebijakan dalam negeri yang

    efektif. Arus modal masuk dalam bentuk penanaman

    modal asing langsung dan penanaman modal dalam

    negeri yang cenderung naik perlu dipelihara dengan

    terus memperbaiki prasarana pendukungnya, seperti

    infrastruktur transportasi dan pembangkit listrik. Selain

    itu juga pendukung kelembagaan terkait, seperti

    pembebasan lahan, pembiayaan, dan perpajakan.

    Melemahnya permintaan eksternal beberapa tahunkedepan, merupakan periode yang tepat untuk

    konsolidasi pengembangan investasi bagi pemenuhan

    kebutuhan pasar dalam negeri dengan produksi sendiri.

    Banyak negara telah mengambil arah kebijakan

    tersebut menghadapi melemahnya permintaan ekspor.

    Mari kita kembangkan dan gunakan produksi nasional

    sebagai solusi untuk mencapai pertumbuhan lebih tinggi

    guna penyediaan lapangan kerja yang lebih luas bagi

    generasi muda. (BHR)

    IndikatorSept2011

    Aug2011

    IndikatorAug2011

    Juli2011

    Inflasi (% yoy) 4,61% 4,79% Utang Pemerintah* (USD milyar) 203,35 203,35

    Indeks Harga Saham Gabungan 3.549,03 3.841,73 Ekspor (USD juta) $18,81 $17.425

    Harga Minyak ICP (USD per barel) 111,00 111,67 Impor (USD juta) $15,05 $16.063

    Indeks Harga Perdagangan Besar 184,27 183,45 Wisatawan Mancanegara (ribu orang) 621,08 745,45

    Cadangan Devisa* (USD milyar) $114,50 $124,64 Suku Bunga Kredit Modal Kerja Bank (%) 12,50 12,55

    Nilai Tukar Petani 105,17 105,11 Realisasi Belanja APBN 30 Juni 2011 (Rp. Tr)* 442,3**

    Nilai Tukar (Rp/USD) 8.823 8.532 Realisasi Pendapatan APBN 30 Juni 2011 (Rp. Tr)* 497,0**

    Pertumbuhan Ekonomi Tw.II-2011 (%) 6,5 PDB Nominal Tw II-2011 (Rp. Triliun) 1.811,1Tingkat Pengangguran (Feb. 2011) (%) 6,8 Surplus NPI Tw II-2011 (USD miliar) 11,9*kumulatif, NPI : Neraca Pembayaran Indonesia,

    Indikator Ekonomi

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 1

  • 7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11

    4/20

    Perkembangan Ekonomi Makro

    PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR

    Neraca perdagangan Indonesia sampai Agustus 2011

    masih tumbuh positif di tengah kelesuan ekonomi global.

    Selama Januari-Agustus surplus perdagangan Indonesia

    mencapai US$20 miliar terdiri dari surplus migas sebesar

    US$0,7 miliar dan surplus nonmigas sebesar US$19,3

    miliar.

    Kinerja ekspor hingga Agustus 2011 terlihat terus

    menguat. Kurun waktu Januari-Agustus 2011, ekspor

    naik sebesar 36,6% (yoy), sehingga memperkuat

    optimisme tercapainya target total ekspor tahun ini yaitu

    US$200 miliar. Secara kumulatif nilai ekspor hingga

    Agustus telah mencapai US$134,8 miliar dan bila

    dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010,

    ekspor hanya mencapai sebesar US$98,7 miliar.

    Pertumbuhan tersebut didorong oleh ekspor non migassebesar 31,4% (yoy) dan ekspor migas sebesar 61,3%

    (yoy). Dibandingkan bulan lalu, kinerja ekspor di bulan

    Agustus 2011 mengalami peningkatan sebesar 8%

    (mtm) terdiri dari peningkatan ekspor migas 7,6% (mtm)

    dan ekspor nonmigas 8% (mtm).

    Peningkatan ekspor nonmigas periode Januari-Agustus

    2011 berasal dari seluruh sektor. Barang-barang industri

    mendominasi ekspor nonmigas Indonesia (grafik 2).

    Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor industri

    sebesar 33,6% (yoy) diikuti oleh pertambangan 28,5%

    (yoy) dan pertanian 5,79% (yoy). Pada periode yangsama, hampir seluruh nilai ekspor dari 10 produk utama

    nonmigas mengalami peningkatan. Komoditas yang

    mengalami pertumbuhan nilai ekspor terbesar adalah

    berbagai produk kimia sebesar 135,4% (yoy).

    Pada sisi impor, impor bahan baku/penolong masih

    mendominasi. Selama Januari-Agustus 2011, impor

    bahan baku/penolong mencapai US$86 miliar atau naik

    34,9% (yoy). Impor barang modal juga mengalami

    peningkatan 14,9% (yoy) menjadi US$20 miliar.

    Sementara itu impor barang konsumsi selama Januari-

    Agustus 2011 mengalami peningkatan sebesar 34,8%(yoy). Namun demikian, bila dibandingkan dengan

    periode yang sama tahun 2010, kenaikan impor ketiga

    barang tersebut tahun 2011 ternyata masih lebih rendah

    (grafik 3).

    Berdasarkan transaksi perdagangan dengan negara

    mitra dagang, ekspor nonmigas Indonesia ke Cina telah

    menggeser posisi Jepang dan Amerika Serikat sebagai

    negara tujuan utama ekspor. Pangsa ekspor nonmigas

    ke Cina mencapai 11,95% dan selama Januari-Agustus

    2011 nilai ekspor ke Cina naik sebesar 56,2% atau

    mencapai US$12,8 miliar dibanding periode yang sama

    tahun 2010. Pangsa ekspor ke Jepang dan Amerika

    Serikat justru mengalami penurunan masing-masing

    menjadi 11,15% dan 9,92%.Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 2

    Selain Cina, ekspor nonmigas ke India juga mengalamipeningkatan signifikan pasca FTA. Ekspor Indonesia

    ke India meningkat sebesar 49,3% (yoy). Saat ini, India

    menduduki posisi keempat sebagai negara tujuan

    ekspor nonmigas Indonesia. Selain Cina dan India,

    negara-negara ASEAN dan Asia lainnya merupakan

    pasar utama ekspor nonmigas Indonesia. Kontribusi

    ekspor ke pasar ASEAN, Cina, India, Jepang, dan

    Korea Selatan menyumbang hampir 60% terhadap

    pertumbuhan ekspor nasional. (TKA)

    1

    Sumber: BPS

    2

    3

  • 7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11

    5/20

    Perkembangan Ekonomi Makro

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 3

    PERKEMBANGAN INFLASI

    Pada bulan September 2011, inflasi tercatat sebesar

    0,27% mtm dan 4,61% yoy. Inflasi tersebut lebih rendah

    dibandingkan ekspektasi pasar menurut survei Bloomberg

    yang memperkirakan 0,4% mtm atau 4,97% yoy. Inflasi

    terus mengalami perlambatan bila dibandingkan dengantriwulan sebelumnya. Selama Januari September, inflasi

    relatif rendah yakni 2,97%. Dengan perkembangan

    tersebut berarti tersisa 2,33% terhadap target inflasi

    APBN-P tahun 2011 sebesar 5,3%. Apabila tidak ada

    tekanan yang mendadak terhadap inflasi pada triwulan IV-

    2011, maka inflasi tahun ini diperkirakan mencapai target

    inflasi tersebut atau bahkan lebih rendah mengingat masa

    panen biasanya terjadi pada November dan Desember.

    Tekanan inflasi pada bulan September 2011 berasal dari

    inflasi inti (core inflation) yang dipengaruhi oleh gejolak

    global. Meningkatnya ketidakpastian global yangkemudian memicu terjadinya peralihan investasi oleh

    investor global dari surat-surat berharga menjadi komoditi

    emas yang relatif lebih aman. Permintaan emas terus

    meningkat menyebabkan kenaikan harga emas

    internasional yang mencatat rekor tertinggi, yakni US$

    1.800 per troy oz. Kenaikan harga emas internasional

    tersebut berpengaruh terhadap harga emas domestik dan

    menyebabkan kenaikan inflasi inti. Namun, ekspektasi

    inflasi keseluruhan justru menurun. Hasil survei

    Concensus Forecast untuk inflasi tahun 2011 turun dari

    6,2% yoy pada akhir triwulan II menjadi 5,6% yoy padatriwulan III.

    Tekanan inflasi komponen barang bergejolak (volatile

    food) mengalami deflasi pada September 2011 sebesar -

    0,20% yang didorong oleh deflasi bahan makanan (-

    0,09% mtm). Deflasi ini terkait dengan menurunnya

    permintaan pasca Hari Raya Idul Fitri. Secara tahunan,

    volatile food tercatat 5,14% menurun dibandingkan bulan

    sebelumnya. Pendorong utama inflasi komponen volatile

    food yang rendah adalah pasokan barang yang berasal

    dari panen ditambah pasokan dari impor semakin

    membaik dan terjadi penurunan harga komoditi global.Komoditi beras masih mengalami kenaikan harga pada

    September 2011 meskipun masih tetap terkendali. Musim

    panen yang akan berakhir ditengah kenaikan permintaan

    menyebabkan tekanan pada harga beras. Stok beras

    masih cukup memenuhi permintaan dan diperoleh dari

    hasil panen triwulan lalu ditambah impor, sehingga

    diharapkan mampu menahan kenaikan harga beras

    secara berlebihan. Komoditi lainnya yang mengalami

    kenaikan harga antara lain cabai merah, rokok kretek filter

    dan tarif angkutan udara. Sedangkan komoditi yang

    mengalami penurunan harga antara lain daging dan telurayam ras, ikan segar, bawang merah dan bawang putih.

    Untuk inflasi komponen yang harganya diatur pemerintah

    (administered prices) masih terjaga tercatat sebesar

    0.32% mtm atau 2.83% yoy pada September 2011.

    Tekanan inflasi administered pricesmasih rendah karena

    minimalnya kebijakan penyesuaian harga yang dilakukan

    pemerintah. Komoditi administered yang berkontribusi

    pada komponen ini adalah rokok dan uang kuliahakademi/perguruan tinggi. Kenaikan harga rokok karena

    adanya selisih harga transaksi pasar dengan harga jual

    eceran yang ditetapkan oleh Pemerintah. Sementara

    uang kuliah akademi/perguruan tinggi karena biaya

    pendidikan perguruan tinggi yang jatuh pada Agustus dan

    September.

    Menurut data per kota, inflasi tahunan hingga September

    2011 yang terjadi di kota-kota pada wilayah Indonesia

    Timur memiliki tingkat yang relatif lebih tinggi

    dibandingkan kota-kota wilayah lainnya. Peran

    kelancaran distribusi melalui angkutan laut dan

    keterhubungan antar wilayah menjadi penentu laju inflasi.

    Untuk mengatasi inflasi yang tinggi di wilayah tersebut

    berarti harus diupayakan kelancaran distribusi. Inflasi

    tahunan (%yoy) pada September 2011 tertinggi terjadi di

    kota Lhokseumawe, Pangkal Pinang dan Pematang

    Siantar. Deflasi terjadi di Sorong, yaitu sebesar -0.26%

    yoy (MS)

    4

    5

  • 7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11

    6/20

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 4

    PERKEMBANGAN HARGAKOMODITAS DUNIA

    Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) ke

    Indonesia menurun pada Agustus 2011 sebanyak 621,1

    ribu orang. Jumlah tersebut jika dibandingkan per bulanturun sebesar 16,68% (mtm) dan jika lihat per tahun

    meningkat 5,89% (yoy). Wisman terbesar berasal dari

    Singapura, Australia dan Malaysia. Selama tahun 2011,

    jumlah wisman sebanyak 4,689 juta orang atau

    meningkat 7,3% (yoy), terbesar berasal dari Singapura,

    Malaysia dan Australia. Tingkat pertumbuhan wisman

    tertinggi Agustus (yoy) menurut negara asal adalah Uni

    Emirat Arab, Saudi Arabia, dan Mesir, masing -masing

    sebesar 83,87%, 55,72% dan 49,36%. Tingkat

    pertumbuhan negara asal wisman tertinggi selama

    tahun 2011 tercatat berasal dari Australia, Philiphina,dan Saudi Arabia.

    Pintu masuk wisman terbesar terjadi di Bandara Ngurah

    Rai dan Bandara Soekarno Hatta. Wisman yang datang

    melalui Bandara Ngurah Rai pada Agustus 2011

    meningkat 3,90% yoy atau 252.698 orang tetapi turun

    9,5% mtm. Dari Bandara Soekarno Hatta, wisman pada

    Agustus 2011 mencapai 142.974 orang atau meningkat

    hanya 0,65% secara yoy tapi menurun 28,58% secara

    mtm. Wisman melalui Bandara Sultan Syarif Kasim II,

    Riau meningkat hampir 92% yoy, melalui Bandara

    Selarapang, Mataram menurun sebesar 30,63% yoy.(bersambung ke halaman 16 --- WP)

    Perkembangan Ekonomi Makro

    Menurut Bank Dunia, harga komoditas non energi

    September 2011 mengalami penurunan sebesar 2,5%

    (mtm). Kondisi ini disebabkan oleh penurunan prospek

    permintaan dan apresiasi dolar. Penurunan harga

    tertinggi terjadi pada kelompok komoditas logam dan

    mineral sebesar 4,8% (mtm) dan penurunan harga

    terendah pada komoditas pertanian sebesar 1,4%

    (mtm). Harga komoditas energi naik tipis sebesar 0,4%.

    Harga minyak mentah naik 0,3% pada September 2011

    dengan rata-rata harga US$100,8 per barel. Pergerakan

    harga harian minyak mentah cenderung fluktuatif. Pada

    paruh kedua September 2011, harga minyak mentah

    sempat turun menjadi US$91 per barel lalu kembali

    naik di atas US$100 per barel. Meskipun permintaan

    minyak melemah, harga minyak cenderung naik akibatkondisi pasar yang ketat. Sedangkan harga gas alam di

    Amerika Serikat turun 3,8% karena permintaan gas

    turun di tengah produksi gas yang terus meningkat (over

    supply).

    Harga komoditas pertanian turun 1,4% pada September

    2011 terutama karena merosotnya harga produk minyak

    kelapa. Harga minyak kelapa dan kelapa sawit

    mengalami penurunan terbesar masing-masing 10%

    dan 7% akibat permintaan melemah dan persaingan

    dengan produk substitusi meningkat. Penurunan harga

    terjadi pada komoditas cokelat, kopi, teh, jagung, dankedelai karena excess supply di pasar. Sedangkan

    harga beras naik sekitar 6% karena pemerintah

    Thailand akan menaikkan harga produsen. Hal ini

    mendorong terjadinya penimbunan stok yang

    mengakibatkan pasokan di pasar berkurang.

    Setelah turun 4% bulan Agustus 2011, harga logam dan

    mineral kembali turun di bulan September 2011 sebesar

    4,8%. Penurunan ini disebabkan oleh kekhawatiran

    terhadap dampak krisis utang pada perlambatan

    pertumbuhan ekonomi global dan penurunan

    permintaan di Cina. Harga tembaga juga turun 8%karena pasokan meningkat meskipun permintaan impor

    PERKEMBANGAN WISATAWANMANCANEGARA

    dari Cina masih menguat. Harga nikel pun turun 7%

    karena permintaan menurun dan ekspektasi pasokan

    bulan mendatang meningkat. Harga timah turun

    sebesar 5% dipengaruhi oleh ekspektasi penurunan

    permintaan logam dari kegiatan industri. (TKA)

    Sumber: DECPG, The World Bank

    7

    Sumber: DECPG, The World Bank

    6

  • 7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11

    7/20

    Perkembangan Ekonomi Makro

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 5

    PERKEMBANGAN INVESTASIPMA/ PMDN TRIWULAN III-2011

    BKPM dalam Laporan Kegiatan Penanaman Modal

    (LKPM) perusahaan PMDN-PMA menyatakan bahwa

    realisasi investasi PMDN-PMA selama triwulan III-2011mencapai Rp65,4 triliun atau meningkat sebesar 15,3%

    (yoy). Baik realisasi investasi PMDN maupun PMA

    mengalami peningkatan. Realisasi investasi PMDN

    meningkat sebesar 14,5% (yoy) dari Rp 16,6 triliun

    menjadi Rp 19 triliun. Sedangkan realisasi investasi PMA

    meningkat 15,7% (yoy) dari Rp 40,1 triliun menjadi Rp

    46,4 triliun. Meskipun peran investor domestik

    mengalami peningkatan, realisasi PMA masih lebih

    besar yaitu hampir 2,5 kali realisasi investasi PMDN.

    Secara sektoral, sektor tanaman pangan dan

    perkebunan menjadi sektor yang paling diminati investordomestik dengan nilai investasi sebesar Rp 3,6 triliun.

    Sedangkan investor asing memilih sektor transportasi,

    gudang dan telekomunikasi sebagai sektor prioritas

    dengan nilai investasi US$ 1,1 miliar. Meskipun tidak

    menjadi sektor yang paling diminati, sektor listrik gas dan

    air termasuk sektor yang menarik bagi investor domestik

    dan asing dengan nilai investasi masing-masing Rp 3,3

    triliun dan US$ 0,5 miliar.

    Berdasarkan lokasi proyek, terjadi peningkatan sebaran

    dan besaran aliran investasi ke luar Pulau Jawa padatriwulan III 2011. Sebaran lokasi proyek di luar Jawa

    mencapai Rp 24,3 triliun atau 37,2% dari total investasi.

    Dibandingkan dengan triwulan III-2010, terdapat

    peningkatan sebesar 13,6% (yoy). Meskipun lokasi

    proyek di Jawa mengalami penurunan, realisasi investasi

    Tabel 1. Realisasi Investasi PMA-PMDN

    2010 2011

    Q2 Q3 Q2 %(yoy) Q3 %(yoy)

    PMDN (Triliun Rp) 15.2 16.6 18.9 24.3 19.0 14.5PMA (Triliun Rp) 35.6 40.1 43.1 21.1 46.4 15.7Total Investasi 50.8 56.7 62 22.0 65.4 15.3

    Tabel 2. Realisasi Investasi Berdasarkan Koridor Ekonomi, Januari-September 2011

    Koridor Ekonomi PMDN(Rp.Triliun)

    PMA(Rp.Triliun)

    Total(Rp.Triliun)

    %

    Sumatera 8.1 1.53 21.8 12.0

    Jawa 27.1 8.1 99.9 55.2

    Kalimantan 8.8 1.8 24.6 13.6

    Sulawesi 6.2 0.7 12.5 6.9

    Bali-Nusa Tenggara 0.3 0.9 8.6 4.7

    Papua-Maluku 1.4 1.4 13.6 7.5

    Sumber: BKPM

    di Pulau Jawa masih mendominasi. Realisasi investasi

    PMDN terbesar pada triwulan III-2011 terdapat di

    Provinsi Jawa Barat yang mencapai 22,6% dari total

    realisasi investasi PMDN atau senilai Rp 4,3 triliun.

    Diikuti dengan investasi PMDN di Jawa Timur dan DKI

    Jakarta yang masing-masing sebesar Rp 2,7 triliun dan

    Rp 2 triliun. Hal ini menandakan kalau investor asingternyata juga mempunyai preferensi lokasi investasi

    yang hampir sama. Realisasi terbesar investasi PMA

    pada triwulan III-2011 terdapat di DKI Jakarta senilai

    US$ 1,4 miliar. Diikuti investasi di Jawa Barat (US$ 1

    miliar), Banten (US$ 0,8 miliar), Papua (US$ 0,4 miliar),

    dan Bali (US$ 0,3 miliar).

    Peningkatan realisasi investasi terbukti mendorong

    penciptaan lapangan kerja. Penyerapan tenaga kerja

    dari realisasi investasi hingga September 2011

    sebanyak333.156 orang. Proyek PMDN telah menyerap100.991 orang dan proyek PMA menyerap 232.165

    orang. Secara total, penyerapan tenaga kerja dari

    investasi meningkat sebesar 35,1% (yoy) dari 246.622

    orang.

    Menurut Kepala BKPM yang saat ini telah menjadi

    Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan mengungkapkan

    kepercayaan investor untuk melakukan investasi tidak

    terlepas dari peran serta seluruh komponen masyarakat.

    Penciptaan rasa aman dan penyebarluasan informasi

    kegiatan investasi di tanah air sangat penting bagiinvestor. Dengan demikian, upaya perbaikan kebijakan

    dan iklim investasi, insentif penanaman modal dan

    perbaikan pelayanan penanaman modal dapat direspon

    baik oleh kalangan dunia usaha baik dari dalam maupun

    luar negeri. (TKA)

  • 7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11

    8/20

    Perkembangan Ekonomi Internasional

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 6

    PERAN PASAR BEBAS Pasar bebas juga diyakini seringkali menimbulkan krisisakibat tidak ada intervensi yang membatasi dominasi

    transaksi. Krisis global saat ini diawali oleh krisis Amerika

    Serikat tahun 2008 akibat cara konsumsi yang boros dan

    krisis Yunani yang terbelit utang. Utang untuk membiayai

    defisit terus meningkat karena kenaikan anggaran

    belanja yang besar untuk membantu keuangan (bail-out)lembaga keuangan yang mengalami kesulitan membayar

    hutang (insolvency) dan stimulus fiskal. Krisis yang

    muncul sebagai ekses dari pasar bebas ternyata harus

    diatasi dengan cara intervensi pemerintah melalui

    stimulus. Otomatis, krisis berdampak langsung pada

    kenaikan pengangguran dan kemiskinan.

    Akibat krisis yang mendera, lembaga pemeringkat Fitch

    memvonis CCC obligasi pemerintah Yunani pada saat

    rasio utangnya mencapai 150,9% dari PDB. Vonis

    penurunan rating juga dijatuhkan pada negara Eropa lain

    yaitu Italia dan Spanyol. Bank sentral Eropa (ECB)

    mengalami kesulitan mengharmonisasikan 17 sistem

    fiskal yang berbeda untuk mengatasi krisis kawasannya.

    Belum lagi, ECB memang tidak dilengkapi dengan sistem

    penanganan krisis karena sejak berdiri zona Eropa,

    negara-negara maju seakan lupa dengan siklus ekonomi.

    Masalah free rider di antara negara anggota Uni Eropa

    semakin membuat krisis Eropa tak kunjung selesai.

    Pasar bebas yang memicu krisis global di Amerika

    Serikat dan Eropa ini semakin meningkatkan kebutuhan

    pinjaman untuk mengatasi dampak krisis di beberapa

    negara berkembang dan miskin yang turut terimbas krisis

    global. Berdasarkan laporan Bank Dunia, tahun 2006total pinjaman yang diberikan oleh Bank Dunia sebesar

    US$23,6 miliar dan meningkat menjadi US$ 58,7 miliar di

    tahun 2010 (grafik 8). Kondisi yang sama terjadi di IMF.

    8

    9

    Pasar bebas atau dikenal dengan istilah leissez faire

    merupakan konsep ekonomi klasik yang telah lama

    mengundang opini pro dan kontra terkait perannya

    dalam keberlangsungan ekonomi suatu negara, regional

    ataupun global. Pendukung peran pasar bebas

    mengatakan bahwa perdagangan secara kompetitif

    bebas intervensi akan dapat meningkatkan standar

    hidup melalui keunggulan komparatif, daya saing dan

    produktivitas. Paradigma ini kemudian diadopsi oleh

    lembaga dan organisasi internasional seperti IMF, Bank

    Dunia dan WTO yang kemudian menjadi wadah

    implementasi konsep pasar bebas tersebut. Sementara

    oposisi peran pasar bebas lebih banyak menyoroti

    dampak pasar bebas yang menghasilkan dominasi

    negara maju atas kelompok berkembang. Lalu

    bagaimanakah sebenarnya peran pasar bebas hingga

    saat ini?

    Pasar bebas sudah berkembang sedemikian kuat dalam

    ekonomi global. Pembaharuan konsep ini kemudian

    dikaitkan dengan tujuan mendorong pertumbuhan dan

    mengurangi kemiskinan. Commodity market, property

    market, currency market, dan equity marketberkembang

    menjadi pasar dunia yang lebih menerapkan konsep

    pasar bebas. Faktanya, negara maju seperti Amerika

    Serikat, Jepang, Jerman, Perancis, dan Inggris

    mempunyai pengaruh lebih besar dalam setiap kebijakan

    ekonomi global. Salah satu indikasinya adalah kuota

    negara-negara maju tersebut di IMF mendominasi

    negara-negara berkembang (tabel 1). Kelompok negara

    maju menanamkan kontribusi pendanaan yang besar

    pada lembaga internasional agar dapat mengatur

    kebijakan pasar ekonomi global. Kelompok negara

    berkembang dengan porsi pendanaan yang rendah

    cenderung terikat bahkan bergantung pada kebijakan

    pasar ekonomi yang diatur melalui lembaga

    internasional. Indonesia sendiri harus mengikuti

    persyaratan yang diminta oleh IMF karena

    membutuhkan pinjaman menghadapi krisis 1998.

    3

    Sumber : Center for Global Development, Washington D

  • 7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11

    9/20

    Perkembangan Ekonomi Internasional

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 7

    Kedeputian Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan

    Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

    menyelenggarakan diskusi interaktif Economists Talk

    pada tanggal 18 Oktober 2011 dengan tema Slowing

    Growth, Rising Risk. Narasumber acara tersebut

    adalah Milan Zavadjil (Kepala Perwakilan IMF di

    Indonesia).

    Berdasarkan laporan ekonomi regional IMF,

    pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan

    mengalami penurunan hingga tahun 2012. Dari hasil

    survei terakhir (WEO September 2011), banyak pihak

    memperkirakan pertumbuhan yang lebih rendah terjadi

    di negara maju. Milan menyampaikan bahwa krisis

    PENINGKATAN RESIKO SEIRING DENGAN

    PERTUMBUHAN YANG MELAMBAT

    September 2011, Prof. Dorodjatun Kuntjoro Jakti

    menjelaskan bahwa Cina telah menjadi negara over

    supplying (food security, energy security dan resource

    security). Untuk mengamankan posisinya, Cina

    menguasai 70-80% pasar komoditas khususnya bijih besi

    di seluruh dunia.Beliau juga menjelaskan strategi Cina dalam menghadapi

    krisis global saat ini. Melihat kondisi IMF dan ECB yang

    sudah tidak memiliki dana yang cukup, Cina

    mensyaratkan beberapa hal dalam memberikan dana

    bantuan. Pertama, Cina bersedia membantu kelompok

    negara maju apabila mereka mau melakukan reformasi.

    Kedua, melalui trade concession dan dikaitkan dengan

    rencana investasi Cina di bidang infrastruktur, kimia,

    portofolio, dan bidang lainnya. Dengan demikian Cina

    akan menjadi negara sumber investasi terbesar di dunia.

    Selain itu, Cina juga tidak akan mengapresiasi Yuanuntuk mendukung ekspor dan industrialisasi.

    Pertumbuhan yang pesat juga ditunjukkan oleh negara

    BRICS lainnya. Dorodjatun juga berpendapat bahwa

    kelompok negara BRICS inilah yang akan

    menyelamatkan Doha Round mencapai pertumbuhan

    dunia dan mengurangi kemiskinan.

    Dari hasil laporan IMF, sejumlah negara berkembang

    akan menyusul perekonomian negara maju. Cina akan

    menyusul Jerman. Brazil akan menyusul Perancis dan

    Inggris. Meksiko akan menyusul Kanada. Indonesia dan

    Turki akan menyusul Australia. Kelompok negara Asiadiperkirakan akan memimpin pertumbuhan ekonomi

    dunia sebagai produsen dan eksportir komoditas utama.

    Dorodjatun berpendapat bahwa fokus pada

    perekonomian domestik dan regional akan lebih baik bagi

    pertumbuhan negara kawasan Asia. (TKA)

    Sebelum krisis keuangan 2008, IMF memberikan

    pinjaman sebesar US$ 14 miliar (nilai terendah sejak

    1975). Di tahun 2011, pinjaman IMF telah mencapai US$

    280 miliar (nilai pinjaman terbesar yang diberikan oleh

    IMF) (grafik 9).

    Krisis yang terjadi pada kelompok negara maju menjadiperhatian bagi keberlangsungan lembaga dan organisasi

    internasional yang selama ini banyak mengadopsi pasar

    bebas. Akibat krisis, pendanaan oleh Amerika Serikat,

    Jepang, Jerman, dan negara maju lainnya diperkirakan

    akanberkurang. Pada tahun 2008, pimpinan eksekutif IMF

    telah mengajukan proposal perubahan kuota. Dalam

    proposal tersebut, kuota negara maju menurun

    sedangkan kuota negara berkembang seperti Cina, India

    dan Brazil meningkat (tabel 1).

    Sama halnya di IMF, posisi negara maju pada organisasi

    internasional seperti WTO juga akan terpengaruh seiring

    berlanjutnya krisis global. WTO sebagai organisasi yang

    mengatur kebijakan perdagangan dunia memiliki tugas

    untuk membantu kelompok least-developed countries,

    mendorong pertumbuhan dunia dan mengurangi

    kemiskinan. Melalui Doha Round tahun 2001, dihasilkan

    21 program kerja untuk mencapai reformasi sistem

    perdagangan internasional. Pengurangan hambatan

    perdagangan dan perubahan sistem perdagangan

    dilakukan untuk mendukung pencapaian Doha Round

    tersebut. Namun program kerja ini tidak dapat berjalan

    sesuai yang direncanakan. Pemotongan tarif justru sulitdilakukan di sejumlah sektor (manufaktur, jasa dan

    pertanian) karena belum adanya kesepakatan diantara

    negara anggota WTO. Amerika Serikat yang diharapkan

    dapat memimpin program ini justru mengalami krisis dan

    gangguan politik.

    Kelompok emerging market economies seperti Brazil,

    Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan (BRICS) telah

    tumbuh pesat hingga saat ini. Cina yang menjadi anggota

    WTO sejak 2001 telah memiliki cadangan devisa terbesar

    menca ai US$ 3,2 triliun. Pada Forum Dia nosa Ekonomi

    Prof. Dr. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti dan Dr. Komara Djaja dalam

    Forum Diagnosa Ekonomi

  • 7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11

    10/20

    Perkembangan Ekonomi Internasional

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 8

    WEO September 2011 juga melaporkan peningkatan

    probabilitas terjadinya resesi global (pertumbuhan global

    kurang dari 2%). Hal ini didasari oleh kekhawatiran

    perluasan dampak krisis Eropa pada ekonomi Amerika

    dan dunia. Selain itu, Amerika sendiri masih menghadapi

    sejumlah masalah diantaranya pengaruh politik padarencana konsolidasi fiskal, harga properti yang terus

    turun, tingkat tabungan masyarakat yang meningkat dan

    dampak lanjutan pada sektor keuangan.

    Krisis global dapat memberikan dampak pada ekonomi

    negara Asia melalui jalur perdagangan. Terutama pada

    negara-negara yang perekonomiannya didorong oleh

    kegiatan ekspor seperti Singapura, Malaysia, Taiwan, dan

    Thailand. Krisis di negara maju diperkirakan akan

    memperlemah permintaan eksternal atas produk ekspor

    negara Asia. Dampaknya adalah investasi pada sektorperdagangan akan menalami penurunan. Padahal

    investasi sektor perdagangan memiliki porsi yang besar

    yaitu hampir 40% dari total investasi negara berkembang

    Asia. Penurunan investasi kemudian akan menekan

    permintaan domestik. Namun demikian, Milan

    berpendapat bahwa penurunan permintaan eksternal

    tersebut memberikan dampak yang lebih kecil pada

    Indonesia. Kontribusi permintaan eksternal Indonesia

    pada PDB lebih rendah dibandingkan negara

    berkembang Asia lainnya. Bahkan kontribusinya semakin

    kecil hingga tahun 2008 seperti terlihat dalam grafik

    dibawah ini. (TKA)

    11

    Eropa yang semakin berkembang menjadi faktor utama

    penurunan perkiraan tersebut. Pertumbuhan ekonomi

    Eropa yang melambat telah mempengaruhi tingkat

    kepercayaan berbagai pihak. Dana bantuan yang

    diberikan untuk mengatasi krisis memunculkan

    kekhawatiran akan kondisi perbankan khususnyapeningkatan NPL dan pembiayaan pada sektor riil.

    Tekanan pada sektor keuangan yang terjadi di Eropa saat

    ini tidak lebih baik jika dibandingkan dengan tekanan

    yang dialami Amerika pada tahun 2008 (Grafik 10).

    Persepsi risiko yang tinggi di Eropa (sovereign CDS

    spreads yang tinggi) secara implisit menunjukkan bahwa

    Eropa akan menghadapi kesulitan konsolidasi fiskal.

    Sumber: WEO September 2011, IMF

    Melihat perkembangan kondisi global tersebut, IMF telah

    melakukan revisi pertumbuhan ekonomi global hingga

    2012 seperti yang terlihat dalam tabel. Perekonomian

    global tahun 2011 diperkirakan hanya tumbuh sebesar

    4% (yoy). Dan Jepang diperkirakan mengalami

    pertumbuhan negatif sebagai dampak bencana tsunami.

    Namun demikian, perekonomian global masih didorong

    oleh pertumbuhan yang pesat di negara berkembang

    terutama Cina dan India.

    Tabel 4. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global

    2010 2011* 2012*

    World 5.1 4.0 4.0

    Advanced Economies 3.1 1.6 1.9USA 3.0 1.5 1.8Euro Area 1.8 1.6 1.1

    United Kingdom 1.4 1.1 1.6Japan 4.0 -0.5 2.3

    Emerging Asia 9.5 7.9 7.7

    China 10.3 9.5 9.0

    India 10.1 7.8 7.5Indonesia 6.1 6.4 6.3

    Sumber: WEO September 2011, IMF

    10

    Sumber: WEO September 2011, IMF

  • 7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11

    11/20

    Perkembangan APBN

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 9

    Sementara itu, provinsi yang berhasil merealisasikan

    belanja daerahnya paling tinggi adalah adalah provinsi

    Gorontalo sebesar 45,33% dan paling rendah adalah

    provinsi NAD sebesar 16,10%.

    Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi

    Triwulan II-2010 dan Triwulan II-2011 (%)

    Sumber: DJPK, Kemenkeu

    Sebagaimana provinsi, realisasi pendapatan daerahkabupaten/kota (50,69%) juga lebih besar dibandingkan

    realisasi belanja daerah (30,60%). Meskipun sama

    dengan provinsi, namun besaran persentase antara

    pendapatan dan belanja daerah Kabupaten/Kota lebih

    baik dibandingkan provinsi. Berbeda dengan realisasi

    pendapatan secara nasional maupun provinsi, komponen

    realisasi pendapatan daerah Kabupaten/Kota adalah

    dana perimbangan (53,93%) diikuti oleh PAD (51,31%).

    Kabupaten Bengkalis merupakan kabupaten yang paling

    besar merealisasikan pendapatan daerahnya yaitu

    sebesar 77,8% sedangkan yang paling rendah adalah

    Kabupaten Nias Utara yaitu sebesar 8,98%. Sedangkan

    kabupaten/kota yang dapat merealisasikan belanja

    daerahnya paling tinggi adalah Kota Bitung sebesar

    45,12% sedangkan yang paling rendah adalah

    Kabupaten Supiori sebesar 10,2%. Bila dibandingkan

    dengan triwulan II-2010, realisasi pendapatan dan

    belanja daerah Kabupaten/Kota triwulan II-2011 lebih

    rendah.

    Secara nasional, realisasi pendapatan dari triwulan I ke

    triwulan II-2011 mengikuti pola yang wajar dari 25%

    menjadi 50%. PAD dan Dana Perimbangan mempunyaipola penyerapan yang lebih baik yang relatif lebih baik

    dari 25% pada triwulan I-2011 menjadi 50% pada

    triwulan II-2011. (bersambung ke halaman 14 MS)

    14

    15

    Pada triwulan II-2011 persentase realisasi pendapatan

    daerah (50,57%) lebih besar hampir dua kali lipat

    dibandingkan dengan persentase realisasi belanja daerah

    (29,98%) secara nasional (agregat provinsi, kabupatendan kota). Realisasi pendapatan dan belanja daerah pada

    triwulan II-2011 lebih rendah dibandingkan dengan

    triwulan II-2010. Realisasi pendapatan daerah yang

    tertinggi berasal dari PAD diikuti oleh dana perimbangan

    dan lain-lain pendapatan yang sah. Untuk realisasi belanja

    daerah yang terbesar adalah belanja pegawai (39,97%)

    sementara realisasi belanja modal hanya mencapai

    9,99%.

    Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Secara Nasional

    Triwulan II-2010 dan Triwulan II-2011 (%)

    Sumber: DJPK, Kemenkeu

    Untuk provinsi, realisasi pendapatan daerah (50,76%)

    sampai dengan triwulan II-2011 lebih besar hampir duakali lipat dibandingkan dengan realisasi belanja daerahnya

    (28,08%). Bila dibandingkan dengan triwulan II-2010,

    realisasi pendapatan provinsi triwulan II-2011 lebih rendah

    sementara realisasi belanja provinsi meningkat. Sama

    dengan agregat nasional, komponen realisasi pendapatan

    daerah provinsi paling tinggi adalah PAD kemudian dana

    perimbangan. Sementara realisasi belanja daerah yang

    tertinggi adalah belanja pegawai dan yang terkecil adalah

    belanja modal.

    Sampai dengan triwulan II-2011, provinsi yangmerealisasikan pendapatan daerah paling tinggi adalah

    provinsi Jambi sebesar 69,18% sedangkan yang paling

    rendah adalah provinsi NAD sebesar 36,56%. Sementara

    LAPORAN REALISASI APBDTRIWULAN II-2011

    12

    13

  • 7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11

    12/20

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 10

    Perkembangan Kebijakan dan Regulasi Ekonomi

    kualitas barang impor dari RRT yang murah dan

    berstandar rendah, yaitu produk furniture, elektronika,

    logam, mainan anak, permesinan, serta tekstil dan

    produk tekstil (TPT).

    Untuk mendapatkan manfaat dari implementasi ACFTA,Pemerintah mendorong peningkatan daya saing dan

    daya industri nasional. Menurut Menteri Koordinator

    Perekonomian, Hatta Rajasa, menyatakan ada tiga

    prinsip untuk menyikapi perdagangan bebas ACFTA.

    Prinsip pertama adalah perdagangan bebas antara Cina

    dan ASEAN harus seimbang. Prinsip kedua adalah tidak

    boleh ada industri Indonesia yang terkena akibat dari

    diberlakukannya free trade agreement tersebut.

    Selanjutnya prinsip ketiga adalah, pada sisi Indonesia,

    harus ada upaya untuk meningkatkan capacity building

    yaitu meningkatkan daya saing misalnya terkaitinfrastruktur.

    Beberapa langkah telah dilakukan dalam rangka

    pengamanan ACFTA antara lain (1) Usulan Renegosiasi

    ACFTA untuk 228 komoditas industri yang mengalami

    pelemahan daya saing, (2) Pembentukan Tim Koordinasi

    Penanggulangan Hambatan Industri dan Perdagangan,

    (3) Peningkatan kerjasama bilateral untuk meningkatkan

    volume perdagangan secara seimbang dan

    berkelanjutan.

    Tim Koordinasi Penanggulangan Hambatan Industri danPerdagangan saat ini sedang melaksanakan strategi

    pengamanan ACFTA dengan fokus pada tiga hal yaitu (i)

    penyelesaian isu domestik dalam rangka peningkatan

    daya saing, (2) pengamanan pasar lokal dan (3)

    penguatan ekspor.

    Neraca Perdagangan Indonesia China (Miliar US$)

    Sumber: Kemendag

    5

    STRATEGI PENGAMANAN ASEAN-CHINA

    FREE TRADE AREA (ACFTA)

    China merupakan salah satu negara mitra dagang utama

    Indonesia. Selama tahun 2011 (Januari Agustus),

    China merupakan negara tujuan ekspor non migasterbesar yaitu tercatat sebesar US$ 12,8 miliar. Begitu

    pula dengan impor, China merupakan negara asal impor

    non migas terbesar selama tahun 2011 tercatat sebesar

    US$ 16,3 miliar. Sehingga neraca perdagangan non

    migas Indonesia dengan China selama Januari-Agustus

    2011 tercatat defisit sebesar US$ -3,5 miliar.

    Impor dari China mengalami kenaikan yang cukup pesat

    setiap tahun dari US$ 1,003 juta pada tahun 2009,

    menjadi US$ 1,531 juta USD pada triwulan I-2011.

    Komposisi impor dari Cina terbesar adalah bahan baku

    sekitar 52%, barang modal sekitar 36% dan barangkonsumsi sekitar 12%. Meskipun porsinya masih terkecil,

    impor barang konsumsi setiap tahun naik. Impor barang

    konsumsi melonjak antara bulan Juli-Agustus (menjelang

    Hari Raya Idul Fitri) dan Desember-Januari (Natal-Tahun

    Baru). Barang yang paling banyak diimpor dari China

    adalah telepon seluler dan laptop.

    Ketidakseimbangan neraca perdagangan Indonesia-

    China tersebut menjadi salah satu fokus perhatian dalam

    pelaksanaan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA).

    ACFTA bertujuan untuk meningkatkan kerjasamaekonomi khususnya perdagangan dan investasi antara

    negara anggota ASEAN dan China. Berdasarkan hasil

    kajian yang dilakukan oleh Tim Koordinasi

    Penganggulangan Hambatan Industri dan Perdagangan

    terdapat 6 cabang industri yang mengalami gangguan

    melimpahnya barang impor karena penurunan tarif atau

    16

  • 7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11

    13/20

    Perkembangan Kebijakan dan Regulasi Ekonomi

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 11

    Sistem National Single Window (NSW) yang dirintis

    sejak 19 Desember 2007 merupakan upaya terobosandalam penyediaan fasilitas layanan publik yang terkait

    dengan ekspor-impor dan lalulintas barang antar

    negara. Pembangunan sistem NSW merupakan

    pelaksanaan amanat kesepakatan regional di tingkat

    ASEAN yaitu Declaration on the ASEAN Economic

    Community (AEC) Blueprint, 20 November 2007 yang

    memuat komitmen ASEAN untuk membangun dan

    menerapkan sistem NSW di masing-masing negara

    dan mengintegrasikannya ke dalam ASW (ASEAN

    Single Window). Untuk itu telah dan sedang

    dilaksanakan strategi penerapan yang bertahapmengingat besarnya cakupan sistem yang akan

    dibangun, kompleksitas permasalahan yang dihadapi,

    banyaknya instansi yang dilibatkan serta jumlah

    pengguna yang sangat besar.

    Penerapan sistem NSW di Indonesia dimulai dengan

    Sistem NSW Impor pada akhir Januari 2010,

    Sistem NSW Ekspor pada akhir Oktober 2010

    kemudian Persiapan Joint to ASW melalui ujicoba

    teknis dengan beberapa ASEAN Member States

    lainnya dengan target bergabung ke portal ASW pada

    akhir tahun 2012

    Saat ini sistem NSW di Indonesia telah dioperasikan

    melalui portal INSW yang diakses melalui jaringan

    internet di URL http://www.insw.go.id. Pelayanan

    ekspor dan impor sepanjang minggu (7x24 jam) telah

    wajib (mandatory) dilakukan melalui Portal INSW.

    Operasionalisasinya dimulai sejak November 2007

    secara bertahap di 5 pelabuhan utama (Tanjung Priok,

    Tanjung Perak, Tanjung Emas, Belawan dan Bandara

    SH). Portal INSW ini mengintegrasikan informasi antar

    Sistem Pelayanan Perizinan Ekspor-Impor pada 18

    entitas yang ada di 15 Kementerian/Lembaga.

    SISTEM NATIONAL SINGLE WINDOW

    (NSW) SEBAGAI REFORMASI

    PELAYANAN EKSPOR IMPOR

    Beberapa kegiatan yang sedang dilakukan dalam

    rangka mendorong peningkatan daya saing, antara lain

    mendorong keterlibatan swasta dalam pembangunan

    infrastruktur. Salah satunya dengan diterbitkannya

    Peraturan Presiden No. 13 Tahun 2010 Tentang

    Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalampenyediaan infrastruktur. Tim Koordinasi

    Penanggulangan Hambatan Industri dan Perdagangan

    juga mengupayakan terjaminnya ketersediaan pasokan

    energi bagi industri melalui penyusunan rencana

    pasokan gas bumi untuk keperluan domestik,

    penyiapan Rencana Induk Jaringan Transmisi dan

    Distribusi Gas Bumi Nasional 2010-2025, penetapan

    Alokasi dan Pemanfaatan Gas Bumi untuk Pemenuhan

    Kebutuhan Dalam Negeri dan percepatan

    pembangunan pembangkit tenaga listrik 10.000 MW

    Tahap II. Selain itu juga dilakukan revisi PP No. 1

    Tahun 2007 menjadi PP No. 62 Tahun 2008 dalam

    rangka pemberian insentif PPh untuk penanaman

    modal pada bidang usaha tertentu dan atau daerah-

    daerah tertentu. PP tersebut bertujuan untuk

    mendorong perluasan investasi.

    Sementara itu dalam rangka pengamanan pasar lokal

    telah dilakukan peningkatan pengawasan di wilayah

    perbatasan (border). Selain itu juga sedang

    dilaksanakan pengetatan pengawasan penggunaan

    Surat Keterangan Asal (SKA) untuk meningkatkan

    penanggulangan penyelundupan, peningkatanpenerapan manajemen resiko terhadap importir, dan

    peningkatan pengawasan terhadap kepatuhan

    penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI).

    Penerapan ketentuan pencantuman label, kandungan

    bahan, waktu kadaluarsa, dan hak cipta juga semakin

    ditegakkan untuk memberikan perlindungan terhadap

    gangguan impor barang murah dan berkualitas rendah.

    Dalam rangka penguatan ekspor dilakukan perluasan

    pasar melalui trading house untuk meningkatkan

    kemitraan dengan UKM dan melaksanakan Misi

    Dagang untuk meningkatkan nilai tambah ekspor danpengembangan investasi. Selain itu juga didorong

    diversifikasi komoditi ekspor, seperti produk inovatif,

    produk religi, produk ramah lingkungan. Peningkatan

    pembiayaan ekspor antara lain dengan meningkatkan

    peran Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)

    dan optimalisasi trade financing, serta penyelesaian

    kasus ekspor juga terus diupayakan. (MS)

  • 7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11

    14/20

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 12

    Perkembangan Kebijakan dan Regulasi Ekonomi

    Forum Diagnosa Ekonomi (FDE) Oktober 2011

    membahas laporan Bank Dunia mengenaiPerkembangan Perekonomian Indonesia Triwulan III-

    2011. Pada kesempatan kali ini, Enrique Blanco Armas

    (Ekonom Senior Bank Dunia) selaku pembicara dan

    Budi Hikmat ( Direktur Investasi dan Investor Relations,

    Bahana TCW Investment Management) sebagai

    pembahas.

    Perkembangan perekonomian global tercermin dari

    penurunan outlook pertumbuhan negara-negara maju

    khususnya Amerika dan Uni Eropa. Dinamika politik

    mempengaruhi pemulihan ekonomi di Amerika dan

    penyelesaian krisis utang Eropa. Proses yang

    berkepanjangan menimbulkan sentimen negatif bagi

    perekonomian. Lembaga pemeringkat menurunkan

    peringkat beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat.

    Puncaknya, indeks saham global menurun tajam pada

    September 2011.

    Proyeksi Pertumbuhan PDB Negara MitraDagang Utama

    Sumber: IMF World Economic Outlook (dari Indonesia EconomicQuarterly: Turbulent Time)

    Berdasarkan pengalaman pada krisis global 2008,

    fundamental perekonomian Indonesia mampu bertahan

    dari goncangan eksternal. Kekuatan perekonomian

    nasional diantaranya dipengaruhi oleh kuatnya posisi

    fiskal. Pengelolaan fiskal yang baik tercermin dari: porsi

    hutang terhadap PDB yang terus menurun secara

    signifikan selama satu dekade terakhir dan defisit APBN

    yang relatif rendah. Selain itu, pertumbuhan ekonomi

    Indonesia lebih didorong oleh faktor domestik. Hal ini

    tercermin dari rendahnya ekspor terhadap PDB

    sebaliknya konsumsi terhadap PDB tinggi.

    LAPORAN BANK DUNIA:

    PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN

    INDONESIA TRIWULAN III-2011

    Saat ini portal INSW melayani User sebanyak +/-

    15.200 perusahaan yang terdiri dari importer, eksportir,

    serta PPJK (Pengusaha Pengurusan Jasa

    Kepabeanan) melalui jaringan internet. Transaksi

    dokumen impor (PIB) dan ekspor (PEB) yang dilayani

    telah mencapai rata-rata per tahun sebanyak 600.000

    dokumen impor dan 1.200.000 dokumen ekspor.

    Implementasi portal INSW secara penuh di 5 pelabuhan

    utama diresmikan oleh Presiden RI pada Januari 2011.

    Peresmian tersebut menandai juga tercatatnya portal ini

    dalam AEC-Scorecard (Asean Economic Community

    Scorecard). Portal INSW harus tetap berjalan dan tidak

    boleh terganggu (tidak boleh berhenti sedikitpun)

    karena dapat berdampak besar pada perekonomian

    nasional. Saat ini sistem tersebut sudah melayani 90%

    transaksi ekspor-impor nasional. Gangguan pada portalINSW akan mempengaruhi kinerja inhouse-system di

    masing-masing K/L dan juga sistem ASW (Asean

    Single Window). Dengan tercatatnya layanan INSW

    pada scorecard AEC maka layanan INSW sudah

    terhubung ke sistem ASW (Asean Single Window) dan

    mengalirkan informasi data/informasi untuk uji coba

    pertukaran data dengan negara ASEAN lainnya.

    Dalam tahun 2011 sedang dilakukan beberapa upaya

    pengembangan Sistem NSW antara lain (1) perluasan

    cakupan penerapan sistem NSW melalui penguatan

    sistem aplikasi, penguatan infrastruktur danpengembangan cargo release system melalui integrasi

    dengan TPS online ke portal INSW, (2) perumusan

    konsep kelembagaan pengelolaan INSW, penyelesaian

    revisi Perpres 10/2008, penyelesaian revisi SK Tim

    Persiapan NSW.

    Untuk mengembangkan sistem NSW diperlukan

    peningkatan dukungan Kementerian/ Lembaga, seperti

    penerapan konsep risk management, peningkatan arus

    barang (cargo release), penurunan ... (dwelling time),

    serta pengawasan tingkat pelayanan (service levelarrangement).Selain itu harmonisasi dan otomatisasi

    proses bisnis di Kementerian/Lembaga juga perlu

    dilakukan.(MS)

    17

  • 7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11

    15/20

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 13

    Perkembangan Kebijakan dan Regulasi Ekonomi

    Faktor lain yang mencerminkan kuatnya fundamentalperekonomian Indonesia diantaranya: cadangan devisa

    yang memadai; besarnya populasi generasi muda; dan

    kuatnya sektor perbankan. Selain itu, tingkat inflasi dan

    tingkat kemiskinan tercatat menurun sejak Maret 2011.

    Sedangkan, ekspansi pembangunan infrastruktur

    diyakini mampu menggerakan roda perekonomian.

    Meskipun demikian, risiko dampak turbulensi

    perekonomian global masih menghadang perekonomian

    nasional. Risiko tersebut diantaranya seiring dengan

    meningkatnya cadangan devisa, potensi aliran keluar

    dana asing di Indonesia kian meningkat.

    Menurunnya kinerja perekonomian Amerika Serikat dan

    Uni Eropa memiliki potensi dampak yang cukup

    signifikan pada kinerja sektor manufaktur Indonesia. Hal

    ini dikarenakan kedua kawasan tersebut merupakan

    pasar utama ekspor pakaian, tekstil, alas kaki dan

    peralatan transportasi Indonesia. Selain itu, tren

    menurunnya harga komoditas pertanian dan tambang di

    pasar internasional merupakan salah satu risiko

    goncangan global bagi perekonomian Indonesia.

    Dampak goncangan perekonomian global diantaranyatelah tampak pada pasar finansial Indonesia. Tren

    menurun telah tampak pada indeks saham domestik

    sejak Juni 2011. Puncaknya pada tanggal 22 September

    2011, indeks harga saham turun sebesar 8,9%. Dampakpada pasar finansial juga tampak pada meningkatnya

    yield beberapa obligasi dan melemahnya kurs rupiah.

    Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (%)

    2011 2012

    Skenario 1.

    Goncangan keuangan internasionalyan terus berlanjut 6,4 6,3

    Skenario 2.

    Krisis keuangan internasional besar 6,3 5,5

    Skenario 3.

    Perlambatan global yang parah 6,3 4,1

    Sumber: Indonesia Economic Quarterly: Turbulent Time

    Meskipun demikian, perkembangan perekonomian

    belum menunjukkan tanda yang mengkhawatirkan.

    Kebijakan-kebijakan yang dapat menimbulkan sentimen

    negatif pasar perlu dihindari. Dalam menghadapi risiko

    goncangan eksternal perlu dipersiapkan berbagai

    alternatif kebijakan: seperti protokol manajemen krisis

    khususnya bagi sektor finansial; pembiayaan belanja

    APBN; dan fiskal stimulus. Sedangkan reformasi

    birokrasi dibutuhkan untuk perbaikan jangka panjang.

    (RA)

    Tiga Skenario Dampak Perekonomian Global Terhadap Perekonomian Indonesia

    Sumber: Starf World Bank (dari Indonesia Economic Quarterly: Turbulent Time)

    6

    7

  • 7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11

    16/20

    Perkembangan Sektor Keuangan

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 14

    Sambungan halaman 8 : Realisasi APBD Triwulan

    II-2011

    Sedangkan untuk realisasi belanja masih jauh

    dibawahnya yaitu dari 11% menjadi 30%. Realisasi

    belanja pegawai dan belanja barang dan jasa

    mengikuti pola yang relatif lebih baik. Namun, untuk

    belanja modal perkembangannya cenderung lambat.

    Beberapa hal yang sangat mungkin menjadi

    penyebabnya antara lain keterlambatan penetapan

    APBD, proses lelang yang belum selesai atau

    permasalahan teknis lain yang mengakibatkan belanja

    daerah baru dapat direalisasikan setelah adanya

    APBD-Perubahan yang rata-rata dilakukan pada bulan

    Agustus-September.

    (MS disarikan dari laporan realisasi APBD Triwulan II-2011,

    DJPK Kemenkeu)

    Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah

    Kabupaten/Kota Triwulan II-2010 dan Triwulan II-2011 (%)

    dapat memonitor dan menjangkau transaksi yang

    berlangsung secara informal.

    Menurut Michael Joseph, Indonesia memerlukan sistem

    mobile-money untuk mendukung program berskala

    besar seperti PNPM. Penggunaan mobile-money akan

    membuat program tersebut lebih efektif karenamemungkinkan masyarakat desa mengakses keuangan

    meski kondisi geografis Indonesia terdiri dari banyak

    gunung dan pulau. Selain itu Indonesia memiliki

    populasi pengguna ponsel sangat besar tetapi masih

    terbatas yang menggunakannya untuk transaksi

    keuangan. Menimbang potensi tersebut M-Pesa

    bekerjasama dengan Bank Dunia saat ini sedang

    mempelajari penerapannya di Indonesia. (WP)

    Masyarakat miskin pada umumnya mengalami kesulitan

    menjangkau layanan keuangan. Penyebabnya antara

    lain karena faktor pendapatan dan faktor geografis.

    Untuk meningkatkan keterjangkauannya maka perlu

    dikembangkan produk pelayanan bank yang murah

    dengan jangkauan geografis yang luas. Dalam rangka

    implementasi kebijakan financial inclusion tersebut, Tim

    Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

    (TNP2K) telah menghadirkan Michael Joseph, Mantan

    CEO Safaricom, Kenya, untuk menceritakan kembali

    upayanya membangun M-Pesa di Kenya di tahun 2007.

    M-Pesa merupakan layanan transfer uang berbasis

    teknologi mobile, perusahaan operator teknologi mobile(non-bank). Pengaplikasian M-Pesa menjadikan

    handphone sebagai media bagi penduduk Kenya untuk

    membawa uang. M-Pesa adalah teknologi mobile-

    money(semacam layanan kartu debit di telphone seluler

    berbasis SMS). Untuk beroperasinya sistem ini, menurut

    Michael Joseph diperlukan ketersediaan banyak outlet,

    yaitu tempat orang dapat mengirim & mengkonversi yang

    elektronik menjadi uang riil/ mengambil uang tunai.

    Outletyang dimaksud berupa warung / toko kecil untuk

    menjadi agen kami. Selanjutnya adalah persetujuan

    regulator.

    Sebelum adanya M-Pesa, masyarakat Kenya harus

    berjalan jauh untuk mendapatkan akses bank. Inovasi

    yang diberikan adalah menciptakan peluang layanan

    yang memudahkan penduduk Kenya melakukan

    transaksi perbankan tanpa menggunakan media bank.

    Untuk melakukan layanan M-Pesa, penduduk Kenya

    melakukan pendaftaran (tanpa biaya) di outlet M-Pesa.

    Mereka dapat menyetorkan uang tunai sebagai deposit.

    Dengan memiliki deposit, mereka dapat melakukan

    transaksi dengan pihak lain melalui pengiriman pesan

    singkat (SMS) di handphone. Penerima menunjukkanSMS tersebut di outlet terdekat & menukarkannya

    dengan uang tunai. Selain itu M-Pesa juga dapat

    digunakan untuk pengiriman uang, peminjaman uang,

    serta pembayaran gaji (bagi usaha kecil & menengah di

    Kenya).

    Sampai saat ini ada sektiar 15 juta pelanggan M-Pesa

    dan 18 juta pengguna seluler, artinya 80% sudah

    menggunakan M-Pesa. Transaksi yang tercatat perhari

    mencapai 2-4 juta per hari. Transaksi akan meningkat

    disaat Natal dan sebelum musim sekolah tiba. Jumlah

    transaksi M-PESA dapat mencapai US$ 1 milliar perbulan mencakup deposit, pengiriman uang, penarikan

    uang, serta pembayaran barang dan jasa, serta

    pembelian pulsa. Melalui mobile-money Bank Sentral

    M-PESA: MENINGKATKAN AKSES LAYANAN

    KEUANGAN MELALUI TEKNOLOGI

    INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI

    18

    19

  • 7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11

    17/20

    Perkembangan Penyaluran KUR

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 15

    REALISASI PENYALURAN KUR PER 30

    SEPTEMBER 2011

    Sejak diluncurkan pertama kali pada tahun 2007,

    realisasi plafon KUR pada 31 September 2011 tercatat

    sekitar Rp 57 triliun. Khusus selama tahun 2011,penyaluran plafon KUR telah mencapai Rp 22,2 triliun.

    Hal ini menunjukkan plafon KUR sejak Januari hingga

    September 2011 telah meningkat sebesar 64,6% dari

    plafon KUR Desember 2010. Realisasi tersebut

    menunjukkan pencapaian 111,1% dari target tahun

    2011 Rp 20 triliun.

    Enam bank pelaksana telah menyalurkan KUR sebesar

    Rp 51,6 triliun atau setara 91% plafon KUR sejak tahun

    2007. Sedangkan 9% plafon KUR yaitu Rp 5 triliun

    disalurkan oleh 13 BPD. Dari plafon tersebut, total dana

    outstanding tercatat Rp 28,4 triliun yang terdiri atas Rp24,4 triiun dana outstanding KUR enam bank pelaksana

    dan Rp 4 triliun dana outstanding KUR 13 BPD. Hingga

    saat ini tercatat sebanyak 5.299.594 rakyat Indonesia

    telah menjadi nasabah KUR. Nasabah enam bank

    pelaksana sebanyak 5.235.506 dan 13 BPD sebanyak

    64.088. Sehingga rata-rata KUR Rp 10,7 juta/debitur

    dengan NPL 2,45%. Rata-rata KUR Rp 9,8 juta/debitur

    dengan NPL 2,43%. Sedangkan rata-rata KUR Rp 79,5

    juta dengan NPL 2,59%.

    Sumber: Komite Kebijakan KUR

    Dari enam bank pelaksana, Bank BRI merupakan Bank

    penyalur KUR terbesar. KUR Ritel BRI tercatat Rp 8,8

    triliun yang disalurkan kepada 60.565 debitur. Rata-rata

    KUR Ritel tersebut Rp 144,7 juta/debitur dengan NPL

    4,1%. Sedangkan rata-rata KUR Mikro tercatat Rp 26,6

    triliun setara 47% dari total plafon KUR. Dana tersebut

    disalurkan kepada 4.930.363 debitur yaitu 93% dari

    total debitur. Rata-rata KUR Mikro BRI Rp 5,4 juta

    dengan NPL 2,22%. Hal ini menunjukkan risiko yang

    tercermin dari NPL KUR Ritel BRI lebih tinggi dari KUR

    Ritel Mikro BRI.

    Secara sektoral, penyaluran KUR masih terkonsentrasi

    pada sektor perdagangan besar dan eceran. Plafon

    pada sektor tersebut Rp 34,5 triliun setara 61% dari

    total plafon KUR. Dana tersebut disalurkan kepada

    3.924.980 debitur yaitu 74%. Sedangkan plafon

    terbesar selanjutnya disalurkan pada sektor pertanian,

    perburuan dan kehutanan. Plafon KUR pada sektor

    tersebur Rp 9,5 triliun setara 17% plafon KUR. Plafon

    KUR tersebut disalurkan kepada 698.970 debitur yaitu

    13% dari total debitur. Sedangkan sebagai negara

    maritim, plafon KUR pada sektor perikanan masih

    sangat minim. Plafon KUR sektor perikanan tercatat

    Rp 71, 6 miliar yang disalurkan kepada 1.226 debitur.

    Sumber: Komite Kebijakan KUR

    Penyaluran dana KUR belum merata di seluruh

    Indonesia. Sebagian besar, 52% dana KUR disalurkan

    di pulau Jawa sebesar Rp 29 triliun. Dana tersebut

    disalurkan kepada 3.233.576 debitur yaitu 61% total

    debitur. Provinsi dengan penyaluran KUR terbesar

    yaitu Jawa Timur dengan plafon Rp 8,8 triliun kepada

    921.960 debitur. Sedangkan jumlah debitur terbesar

    pada provinsi Jawa Tengah 1.212.903 debitur dengan

    total plafon Rp 8,3 triliun.

    Secara nominal jumlah penyaluran KUR telahmenunjukkan pencapaian target yang sangat baik.

    Namun, optimalisasi penyaluran KUR pada sektor-

    sektor kantong kemiskinan seperti pertanian,

    perburuan dan kehutanan serta sektor perikanan

    masih belum optimal. Dari sisi geografis, penyaluran

    KUR pada provinsi di luar pulau Jawa masih perlu

    ditingkatkan. Peran BPD diharapkan dapat membantu

    jangkauan penyaluran KUR. Sosialisasi mengenai

    KUR juga perlu terus dilakukan untuk meningkatkan

    pemahaman masyarakat. Penyaluran KUR yang

    optimal diharapkan dapat membantu pelaku usahakecil di Indonesia sehingga pada akhirnya para pelaku

    usaha kecil dapat bersaing semakin di pasar

    internasional. (RA)

    21

    20

  • 7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11

    18/20

    Perkembangan Ekonomi & Keuangan Daerah

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Oktober 2011 16

    Pada tanggal 12 Oktober 2011, Badan Koordinasi

    Penanaman Modal (BKPM) menyelenggarakan

    penghargaan Investment Award. Untuk tingkat provinsi,penghargaan diberikan kepada provinsi terbaik

    penanaman modal (Regional Champions) sementara

    untuk tingkat Kabupaten/Kota diberikan kepada

    kabupaten/kota terbaik penyelenggara Pelayanan

    Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Bidang Penanaman Modal

    Investment Award bertujuan untuk memberikan apresiasi

    atas kebijakan dan komitmen daerah dalam meningkatkan

    pelayanan perizinan dan non-perizinan yang terkait

    dengan penanaman modal yang diselenggarakan oleh

    Pemerintah Provinsi, Kabupaten, Kota. Penghargaan

    Investment Award ini dilakukan setiap tahun dengan temayang berbeda sebagai bagian dari pembinaan Pemerintah

    kepada perangkat daerah di bidang penanaman modal

    daerah melalui berbagai program fasilitasi seperti

    pelatihan bagi peningkatan kompetensi aparatur

    pelayanan di daerah, dan dukungan sarana/prasarana

    agar seluruh daerah berupaya lebih meningkatkan

    penanaman modal di daerahnya. Penilaian Invesment

    Award berdasarkan berdasarkan indikator-indikator

    kesiapan suatu daerah, seperti: indikator ekonomi, proyek-

    proyek investasi yang ditawarkan, iklim investasi,

    ketersediaan sumber daya manusia dan sumber dayaalam, serta dukungan infrastruktur.

    Sedangkan aspek penilaian untuk penghargaan

    Investment Award kepada Penyelenggara Pelayanan

    Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Bidang Penanaman Modal

    antara lain kelembagaan dan pelimpahan kewenangan,

    sumber daya manusia yang profesional dan memenuhi

    kompetensi yang handal, sarana dan prasarana kerja,

    media informasi dan mekanisme kerja, ketersediaan

    layanan pengaduan (help desk), dan interkoneksi Sistem

    Pelayanan Informasi dan Pelayanan Investasi Secara

    Elektronik (SPIPISE). Penilaian dikumpulkan denganpengecekan data dan informasi di lapangan.

    Adapun tujuh provinsi yang memperoleh penghargaan

    penanaman modal terbaik (regional champions) tahun

    2011 yaitu Provinsi Aceh, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi

    Kalimantan Barat, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi

    Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Utara, dan Provinsi

    Sumatera Barat. Sementara untuk tingkat Kabupaten,

    penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di

    bidang penanaman modal terbaik antara lain Badan

    Pelayanan Terpadu Perizinan dan Penanaman Modal,

    Kabupaten Rokan Hulu, Riau, Badan Penanaman Modal

    Daerah dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten

    Indragiri Hulu, Riau, Badan Perizinan dan Penanaman

    PENGHARGAAN INVESTMENTAWARDS 2011 BAGI PEMERINTAHDAERAH

    Modal Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera

    Selatan. Untuk tingkat Kota, penyelenggara Pelayanan

    Terpadu Satu Pintu (PTSP) di bidang penanaman modal

    terbaik antara lain Kantor Pelayanan Perizinan Kota

    Pare-Pare, Sulawesi Selatan, Kantor Pelayanan Terpadu

    Kota Dumai, Riau, serta Kantor Pelayanan Perizinan

    Terpadu, Kota Surakarta, Jawa Tengah.

    Investasi merupakan faktor yang sangat penting untuk

    menjadi motor peningkatan perekonomian di daerah dan

    lokomotif perekonomian nasonal. Untuk jangka

    menengah dan jangka panjang seluruh daerah harus

    aktif untuk mempromosikan potensi investasi daerahnya

    secara lebih fokus dan memberikan pelayanan terbaik.

    (MS)

    Sambungan halaman 4: Perkembangan Wisatawan

    Mancanegara

    Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di 20

    provinsi pada Agustus 2011 menurun secara rata-rata

    46,05%. Penurunan tersebut kerena bulan Ramadhan

    yang jatuh di bulan Agustus. Tingkat penghunian kamar

    tertinggi terjadi di Provinsi Bali dan di Kalimantan Timur.

    Menurut klasifikasi hotel, tingkat penghunian kamar

    tertinggi tetap terjadi pada hotel-hotel berbintang 5. (WP)

    Perkembangan Jumlah Wisman BerdasarkanNegara Asal (Januari - Agustus 2011)

    JumlahWisman

    Pertumbuhan(%yoy)

    %TerhadapTotal

    Singapura 796.391 10,39 16,98

    Malaysia 659.415 -7,1 14,06

    Jepang 270.679 0,19 5,77

    Korea Selatan 201.899 4,48 4,31

    Taiwan 138.941 0,48 2,96

    China 336.452 14,16 7,18

    India 109.143 15,15 2,33

    Filiphina 83.732 21,61 1,79

    Hongkong 46.582 15,44 0,99

    Thailand 52.103 13,63 1,11Australia 565.260 23 12,05

    Amerika Serikat 125.894 9,2 2,68

    Inggris 128.120 1,78 2,73

    Belanda 105.584 1,48 2,25

    Jerman 91.267 0,49 1,95

    Perancis 118.544 7,7 2,53

    Rusia 56.951 15,07 1,21

    Arab Saudi 54.322 21,4 1,16

    Mesir 2.169 -1,99 0,05

    Uni Arab Emirates 3.378 -2,6 0,07

    Bahrain 486 -15,77 0,01

    Lainnya 741.768 8,04 15,82

    TOTAL 4.689.080 7,3 100

    Sumber : BPSdan Kemenbudpar

    8

  • 7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11

    19/20

    DAFTAR ISTILAH

    Barang Modaladalah barang yang digunakan untuk modal usaha seperti mesin, suku cadang,

    komputer, pesawat terbang, dan alat-alat berat

    Devisa adalah merupakan masuknya uang asing ke negara kita dapat digunakan untuk

    membayaran pembelian atas impor dan jasa luar negeri

    Ekspor adalah kegiatan menjual barang dan jasa ke luar negeri

    Impor adalah kegiatan membeli barang dan jasa dari luar negeri

    Pasar adalah tempat bertemunya antara penjual dan pembeli di suatu tempat tertentu

    Neraca Pembayaran adalah catatan dari semua transaksi ekonomi internasional yang meliputi

    perdagangan, keuangan dan moneter antara penduduk dalam negeri dengan penduduk luar

    negeri selama periode waktu tertentu, biasanya satu tahun atau dikatakan sebagai laporan arus

    pembayaran (keluar dan masuk) untuk suatu negara

    Neraca perdagangan adalah Neraca pembayaran dapat dipecah ke dalam beberapa kategori

    yaitu; transaksi berjalan (current account), neraca modal (capital account), dan cadangan devisa

    negara (officialreserves account)

    Neraca Modal merupakan bagian dari neraca pembayaran yang mencerminkan perubahan-

    perubahan dalam kepemilikan aset jangka pendek dan jangka panjang (seperti saham, obligasi

    dan realestate) suatu negara, Yang meliputi : a. Arus modal masuk tercatat sebagai kredit karena

    suatu Negara menjual aset berharga kepada pihak asing untuk memperoleh uang tunai.

  • 7/31/2019 Tinjauan Ekon Keu Okt 11

    20/20

    Untuk Informasi Lebih Lanjut Hubungi :

    Redaksi Tinjauan Ekonomi dan Keuangan

    Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

    Gedung Sjafruddin Prawiranegara (d.h. Gd. PAIK II) Lantai 4

    Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta, 10710

    Telepon. 021-3521843, Fax. 021-3521836

    Email : [email protected]

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan dapat didownload pada website www.ekon.go.id

    ISSN 2088-3153