EFEK KLINIS DARI PENGGUNAAN ALAT LEPASAN FUNGSIONAL TWIN BLOCK
DALAM PERAWATAN MALOKLUSI KELAS II / 1
ABSTRAK.
Kekurangan pertumbuhan sagital mandibula adalah penyebab paling
umum dari maloklusi skeletal kelas II. Tujuan perawatan ini adalah
untuk merangsang pertumbuhan sagittal mandibula. Penggunaan alat
fungsional Twin block memiliki keuntungan atau manfaat dalam
memperpendek waktu yang dibutuhkan untuk perawatan. Kerangka kasus:
anak laki-laki berusia 12 tahun dirujuk ke Klinik kami oleh dokter
giginya. Pasien diberikan perawatan twin-blok (TB) selama 9 bulan.
Sephalogram Lateral sebelum dan sesudah perawatan dilakukan.
Perubahan skeletal dan dental diamati setelah perawatan. Seorang
anak laki-laki Kaukasia berusia 12 tahun dinyatakan memiliki
maloklusi Kelas II / 1, overjet 10 mm. Pengobatan dimulai dengan
penggunaan alat fungsional TB. Edukasi kesehatan rongga mulut dan
penggunaan fluoride dilakukan karena perawatan ortodontik membawa
risiko karies tinggi. Kesimpulan: TB efektif dalam memperbaiki
hubungan molar dan mengurangi overjet di maloklusi Kelas II /
1.
Kata kunci: twin block, maloklusi, alat fungsional,
profilaksis
Maloklusi skeletal kelas II/1 merupakan penyimpangan orthodontis
umum (Bishara SE,). Kondisi traumatis dari gigi seri, disfungsi TMJ
dapat dicegah dengan perawatan yang berhasil dan adaptasi
psiko-sosial anak yang lebih baik selama perkembangan kepribadian
dapat dicapai (Azevedo A et al,).
Tujuan perawatan untuk maloklusi skeletal kelas II adalah untuk
merangsang pertumbuhan sagital mandibula, membangun hubungan
oklusal yang benar dan meningkatkan estetika wajah.
Beberapa peneliti menyatakan bahwa pertumbuhan kondilus
mandibula dapat dirangsang dengan perawatan menggunakan alat
lepasan fungsional, sementara yang lain menyatakan bahwa terdapat
perubahan oklusi pada proses remodeling dento-alveolar [Harvold EP
et al, Ahlgren A et al, Pancherz H, Wieslander L, Lagerstrom L,].
Studi melaporkan bahwa koreksi relasi rahang dari kelas II menjadi
kelas I dengan perawatan TB dicapai dengan 30% modifikasi skeletal
dan 70% perubahan dentoalveolar [Sidlauskas A].
Alat TB adalah suatu alat fungsional lepasan, yang terdiri dari
blok gigitan atas dan bawah yang secara efektif mengubah inklinasi
bidang oklusal. Alat ini secara aktif menginduksi tekanan oklusal
yang terarah sehingga menghasilkan perpindahan fungsional mandibula
ke depan dan terjadi perubahan dari hubungan rahang kelas II
menjadi kelas I.Dibandingkan dengan peralatan fungsional lepasan
lainnya, inklinasi bidang oklusal pada alat ini memberikan
kebebasan pergerakan anterior dan ekskursi lateral yang lebih besar
dan menyebabkan gangguan yang lebih sedikit berkaitan dengan fungsi
normal [Clark WJ].TB telah diterima secara luas sebagai korektor
kelas II yang lebih kompeten dibandingkan dengan peralatan bulky
monobloc sebelumnya. Pasien-pasien memakai TB 24 jam per hari dan
bisa makan dengan nyaman ketika alat dipasangkan pada tempatnya.
Pasien dapat belajar untuk berbicara secara normal dengan TB.
Peralatan ini nyaman untuk digunakan. Waktu yang dibutuhkan untuk
terapi adalah relatif pendek (6-9 bulan), dipakai 24 jam
sehari.Outline kasus: Seorang laki-laki Kaukasia berusia 12 tahun
dirujuk oleh dokter gigi anak ke Klinik kami. Pasien mengeluh bahwa
"gigi atas terjebak keluar". Pada awal pemeriksaan, maloklusinya
terdiagnosis sebagai kelas II/1 (Gambar 1) dengan overjet 10 mm.
Analisis ekstraoral mengungkapkan adanya kecembungan, bibir atas
yang esktrusi, sebuah sulkus mentolabial, dan bibir yang berpotensi
kompeten. Sebuah analisis sefalometri lateral (Gambar 3) menegaskan
hubungan skeletal sagital Kelas II antara rahang atas dan bawah
sebagai hasil dari retrognasi mandibula. Protrusi dari gigi atas
diidentifikasi (Gambar 4).
Gambar 1. Garis Hitam- sebelum perawatan, Garis Merah- setelah
perawatan dengan superimposisi Twin block pada garis SN.
Pada pemeriksaan, pasien menunjukkan hubungan insisal kelas II/1
dengan hubungan skeletal kelas II.
Pemeriksaan Intraoral
Pasien berada pada periode gigi permanen. Pemeriksaan
menunjukkan adanya overjet 10 mm dan peningkatan overbite, hubungan
molar pertama pada sisi sebelah kanan menunjukkan hubungan kelas II
dan pada sisi sebelah kiri menunjukkan hubungan kelas I, pergeseran
mandibula, deviasi lateral ke sebelah kanan pada saat penutupan
dengan posisi lingual dan rotasi mesio-lingual dari premolar
pertama mandibula kiri dan hubungan yang lingual secara total
ketika kontak dengan gigi premolar antagonisnya, hubungan kaninus
kelas II.
Pemeriksaan gigi menunjukkan pertumbuhan gigi permanen yang
direstorasi tanpa lesi karies aktif tetapi dengan kesehatan mulut
yang buruk dan gingivitis. Kunjungan ulang regular bertujuan untuk
memotivasi pasien dalam praktek kebersihan mulutnya.
Gambar 4. Sebelum Perawatan
Gambar 5. Sebelum PerawatanRadiograf
Ortopantomograf menunjukkan adanya molar tiga tidak erupsi.
Radiograf sephalometri lateral dan analisisnya menunjukkan pola
skeletal kelas 2 ( ANB = 8.50 ). Insisivus maksila proklinasi pada
150.50, dan insisivus bawah pada 980.
Daftar masalah:
1. Pola skeletal kelas II
2. Overjet tinggi
3. Overbite tinggi
4. Scissors bite gigi premolar pertama kiri atas
5. Deviasi lateral mandibula
6. Kebiasaan mulut -menghisap ibu jari sepanjang malam -
kebiasaan ini berlanjut bahkan pada usianya sekarang.
Rencana perawatan:
1. TB tetap untuk mengkoreksi diskrepansi sagital dan relasi
molar kelas I serta mengurangi overjet.
2. Alat pre-ajusted edgewise untuk kesejajaran rahang,
memperbaiki segmen oklusi bukal.
Fase pertama perawatan melibatkan TB untuk mencoba beberapa
modifikasi pertumbuhan. TB yang digunakan merupakan desain standar.
Pasien sangat kooperatif dan overjet banyak berkurang selama 6
bulan (gambar 6).
Gambar 6. TB pada tempatnya
Bentuk gigitan kerja dari hasil koreksi relasi molar kelas
I.
Pada tahap akhir perawatan, sefalogram lateral mengindikasikan
koreksi posisi mandibula (gambar 1 & 3). Molar dan insisivus,
dan relasi skeletal antar rahang dikoreksi dan menunjukkan
superimposse (gambar 1,2,3) dan analisis sefalogram lateral sebelum
dan setelah terapi twin block (tabel 1). Perbaikan estetik
diobservasi dengan koreksi profil cembung, retrusi bibir atas dan
pengurangan sulkus mentolabial (gambar 1,3). Bibir menjadi
kompeten.
Gambar 2. Superimposisi ada maksila-garis hitam-sebelum
perawatan, garis merah-setelah perawatan
Gambar 3. Superimposisi ada maksila-garis hitam-sebelum
perawatan, garis merah-setelah
perawatan dengan twin blok
Efek bentuk perawatan yang singkat dari aplikasi TB menilai
perubahan dentoalveolar dan sepalometri skeletal, hasilnya
diindikasikan bahwa insisivus mandibula tipping kearah labial dan
insisivus maksila retroclined [OBrien K et al , T oth LR, McNamara
JA , Clark WJ , Lund and Sandler , OBrien K et al , OBrien K et al
]. Pasien berhenti melakukan kebiasaan buruknya yakni menghisap ibu
jari.Hasil dan diskusi
Panjang basis mandibula bertambah 3 mm diukur dengan Ar-Pog, SNA
sama sebelum dan sesudah perawatan, SNB meningkat 1.50, ANB menurun
1.50, ada penurunan overjet, overbote, inklinasi incisor yang
signifikan saat sebelum dan setelah perawatan . AFH dan PFH
meningkat pasien diinstruksikan untuk mengaktifkan screw ekspansi
maksila dan mandibula satu kali seminggu. Lamanya perawatan
berlangsung 6 bulan ditambah 3 bulan retensi. Radiografi lateral
cephalometric sebelum dan sesudah perawatan diperoleh dalam oklusi
sentris dibawah kondisi standar dan dijiplak secara manual pada
kertas matte asetat menggunakan pensil 0.5 mm. Sudut yang diukur
adalah adalah SNA, SNB, ANB, insisivus atan ke palatal plane dan
insisivus bawah ke mandibula plane. Garis yang diukur meliputi
panjang mandibula, panjang muka anterior dan panjang muka
posterior, overjite, overbite.
Hubungan molar class 1 sebagian dicapai karena perkembangan
mandibula, sebagian karena perpindahan molar pertama ke mesial dan
sedikit perpindahan molar rahang ataas. Hubungan antero-posterior
dari maksila dan mandibula bertambah baik, seperti sudut ANB
menurun dari 8.50 ke 7.0. pergerakan maksila kedepan ditahan dan
dasar mandibula bergerak kedepan dalam hubungan dengan dasar
cranial, yang mana membuktikan bahwa TB memilii efek head gear
seperti semua alat fungsional lain, tetapi efek pengendalian
maksila sedikit lebih luas. Efek pengendalian yang sama telah
dilaporkan oleh tulloch et al,
Gambar 7. Setelah Perawatan dengan Twin Block
Gambar 8. Setelah Perawatan dengan Twin Block
Dapat disimpulkan bahwa terapi alat TB efektif dalam perawatan
gigi dan penyimpangan skeletal kelas II/1 setelah periode perawatan
jangka pendek.
Kasus ini dibuatkan dengan hubungan kelas II/1 gigi seri pada
kelas II skeletal base. Penggunaan TB efisien mengurangi overjet
dan mengubah hubungan bukal kelas II pada kelas I. Pengurangan
Overbite dan overjet secara signifikan, dan meningkatkan
interdigitasi di segmen bukal. Superimposisi sefalometri
mengungkapkan bahwa koreksi sagital dicapai dengan peningkatan
sudut SNB.
Pasien tidak memiliki disfungsi TMJ sebelum dan sesudah
perawatan.
Kesimpulan
Alat TB digunakan karena adanya kemampuan menerima, kemampuan
beradaptasi, fleksibilitas, efisiensi, dan kemudahan pada kemajuan
mandibula tanpa mengubah alat menjadi salah satu alat fungsional
yang paling banyak digunakan dalam koreksi pada maloklusi kelas
II.
Kelebihan prinsip pada alat fungsional terapi Kelas II yaitu
tidak hanya dapat mengkoreksi maloklusi, tetapi juga efektif dalam
memperbaiki profil jaringan lunak dan hubungan intermaksilaris.
Perawatan dini dapat mengeliminasi faktor etiologi seperti
kebiasaan menghisap jari, mengembalikan pertumbuhan normal, dan
mengurangi tingkat keparahan pada abnormalitas skeletal. Setelah
periode pertumbuhan telah berakhir, pilihan perawatan menjadi lebih
terbatas. Terapi Mixed-dentition bisa. Oleh karena itu, membantu
menciptakan oklusi lebih stabil dan estetika daripada jika
pengobatan tertunda sampai gigi permanen.Pretreatment dan
Posttreatment sefalometri