BAB IPENDAHULUAN
Thymoma, neoplasma yang paling umum dari mesiatinum anterior,
berasal dari dalam sel epitel timus.1 Thymoma lazim digunakan untuk
menggambarkan neoplasma yang tidak menunjukkan atypia yang jelas
dari komponen epitel.2 Thymus adalah organ limfoid yang terletak di
mediastinum anterior. Pada awal kehidupan, timus bertanggung jawab
untuk pengembangan dan pematangan sel yang dimediasi fungsi
imunologi. Timus ini terdiri sebagian besar dari sel-sel epitel dan
limfosit. Prekursor sel bermigrasi ke timus dan berdiferensiasi
menjadi limfosit. Sebagian besar limfosit yang hancur, dengan sisa
sel-sel bermigrasi ke jaringan menjadi limfosit T. Kelenjar timus
terletak di belakang sternum di depan pembuluh darah besar,
mencapai berat maksimum saat pubertas dan mengalami involusi
setelahnya.1Thymoma, neoplasma yang paling umum dari mediastinum
anterior, menyumbang 0,2% dari semua keganasan 2, 20-25% dari semua
tumor mediastinum dan 50% dari massa mediastinum anterior.1 Insiden
keseluruhan thymoma adalah 0,15 kasus per 100.000, berdasarkan data
dari National Cancer Institute Surveillance, Epidemiology and End
Results (SEER) Program. Secara umum, thymoma adalah tumor dengan
kecenderungan kekambuhan lokal daripada metastasis.2 Etiologi
thymomas belum dijelaskan, namun telah dikaitkan dengan berbagai
sindrom sistemik. Sebanyak 30-40% dari pasien yang memiliki gejala
pengalaman thymoma sugestif MG. Tambahan 5% dari pasien yang
memiliki thymoma memiliki sindrom sistemik lainnya, termasuk
aplasia sel darah merah, dermatomiositis, lupus sistemik
eritematosa, sindrom Cushing, dan sindrom sekresi hormon
antidiuretik yang berlebihan.1Kebanyakan pasien dengan thymoma
berusia 40 sampai 60 tahun.2 Puncak kejadian thymoma terjadi di
dekade keempat sampai kelima kehidupan, usia rata-rata pasien
adalah 52 tahun. Tidak ada predileksi seksual. Meskipun
pengembangan thymoma pada anak jarang terjadi, anak-anak lebih
mungkin timbul gejala dibandingkan orang dewasa.1Prognosis
kehidupan 15 tahun seseorang dengan thymoma invasif adalah 12,5%,
dan 47% untuk pasien dengan thymoma noninvasif. Kematian biasanya
terjadi karena tamponade jantung atau komplikasi cardiorespiratori
lainnya.1
BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Thymus2.1.1 Anatomi ThymusThymus
adalah organ limfoid yang terletak di mediastinum anterior. Pada
awal kehidupan, timus bertanggung jawab untuk pengembangan dan
pematangan sel yang dimediasi fungsi imunologi. Timus ini terdiri
sebagian besar dari sel-sel epitel dan limfosit. Prekursor sel
bermigrasi ke timus dan berdiferensiasi menjadi limfosit. Sebagian
besar limfosit yang hancur, dengan sisa sel-sel bermigrasi ke
jaringan menjadi limfosit T. Kelenjar timus terletak di belakang
sternum di depan pembuluh darah besar, mencapai berat maksimum saat
pubertas dan mengalami involusi setelahnya.1
Kelenjar thymus terletak di belakang tulang dada di depan
pembuluh darah besar dan perikardium. Kelenjar dapat memperbesar ke
arah lateral pada saraf frenikus. Kelenjar thymus sebagian besar
diperdarahi oleh arteri torakalis interna, namun, kelenjar timus
juga diperdarahi oleh tiroid inferior dan arteri
pericardiophrenic.
2.2 Thymoma2.2.1 Epidemiologi ThymomaThymoma, neoplasma yang
paling umum dari mediastinum anterior, menyumbang 0,2% dari semua
keganasan 2, 20-25% dari semua tumor mediastinum dan 50% dari massa
mediastinum anterior.1 Insiden keseluruhan thymoma adalah 0,15
kasus per 100.000, berdasarkan data dari National Cancer Institute
Surveillance, Epidemiology and End Results (SEER) Program. Secara
umum, thymoma adalah tumor dengan kecenderungan kekambuhan lokal
daripada metastasis.Kebanyakan pasien dengan thymoma berusia 40
sampai 60 tahun.2 Puncak kejadian thymoma terjadi di dekade keempat
sampai kelima kehidupan, usia rata-rata pasien adalah 52 tahun.
Tidak ada predileksi seksual. Meskipun pengembangan thymoma pada
anak jarang terjadi, anak-anak lebih mungkin timbul gejala
dibandingkan orang dewasa.1
2.2.2 Etiologi ThymomaEtiologi thymomas belum dijelaskan, namun
telah dikaitkan dengan berbagai sindrom sistemik. Sebanyak 30-40%
dari pasien yang memiliki gejala pengalaman thymoma sugestif MG.
Tambahan 5% dari pasien yang memiliki thymoma memiliki sindrom
sistemik lainnya, termasuk aplasia sel darah merah,
dermatomiositis, lupus sistemik eritematosa, sindrom Cushing, dan
sindrom sekresi hormon antidiuretik yang berlebihan.1
2.2.3 Patologi ThymomaThymoma-terkait penyakit autoimun
melibatkan perubahan dalam sirkulasi sel T. Kelainan primer sel T
tampaknya terkait dengan akuisisi CD45RA + fenotip pada CD4 + sel T
naif selama thymopoiesis intratumorous terminal, diikuti oleh
ekspor dari CD4 + sel T yang aktif ke dalam sirkulasi. di samping
defek sel T, limfopenia sel B telah diamati pada thymoma yang
terkait immunodeficiency, dengan hypogammaglobulinemia dan infeksi
oportunistik. Pasien dengan thymoma terkait myasthenia gravis dapat
menghasilkan autoantibodi ke berbagai antigen neuromuskuler,
terutama reseptor acetylcholine dan Titin, antigen otot lurik.2.2.4
Pemeriksaan Penunjang2.2.4.1 Pemeriksaan LaboratoriumDiagnosis
thymoma biasanya secara klinis berdasarkan temuan radiologis. Studi
laboratorium umumnya tidak diindikasikan.2.2.4.2 Pemeriksaan
RadiologiPosteroanterior (PA) dan lateral radiografi dada dapat
mendeteksi sebagian besar thymomas. Pada PA, lesi biasanya muncul
sebagai massa halus di bagian atas dada, bagian atasnya lebih
unggul dari bayangan jantung dekat persimpangan jantung dan
pembuluh darah besar. Massa biasanya didominasi atau terproyeksi di
salah satu hemithoraks. Jika thymoma berada di sebelah kanan,
muncul tanda siluet dan bagian arkus aorta menghilang. Sebaliknya,
jika thymoma ada di sebelah kiri, tanda siluet dikaburkan dan
aortic knob teridentifikasi di belakang massa.Computed tomography
(CT) scan dapat menggambarkan massa lebih lanjut atau mendeteksi
tumor yang tidak tampak pada radiografi. CT scan thoraks adalah
prosedur pencitraan pilihan pada pasien dengan MG. Pembesaran
thymus harus ditentukan karena sebagian besar pembesaran kelenjar
timus pada CT scan merupakan thymoma. CT scan dengan pewarna
kontras intravena lebih disukai untuk menunjukkan hubungan antara
thymoma dan struktur pembuluh darah di sekitarnya, untuk menentukan
tingkat vaskularisasi, dan membimbing ahli bedah dalam pengangkatan
tumor besar, yang memungkinkan melibatkan struktur mediastinum
lainnya. Sebuah contoh dari CT scan ditunjukkan di bawah ini.
This computed tomography (CT) scan clearly illustrates the mass
in the right anterolateral mediastinum.Sebuah laporan kasus
mengungkapkan bahwa positron emission tomography (PET) scanning
terbukti sangat bermakna dalam mengkonfirmasikan diagnosis dari
thymoma invasif yang ganas (invasive malignant thymoma). Meskipun
CT scan mengungkapkan bukti adanya massa mediastinum anterior, scan
PET menunjukkan massa hipermetabolik konsisten dengan lokasi ini,
sehingga meningkatkan kecurigaan keganasan. Reseksi selanjutnya
dari massa mengungkapkan thymoma invasif minimal karena invasi
kapsuler. PET scan harus ditambahkan ke armamentarium sebagai
modalitas diagnostik yang tersedia untuk membantu dalam pementasan
dan termasuk keterlibatan extramediastinal.
2.2.4.3 Prosedur Diagnostika. Biopsi: Jika seorang pasien dating
dengan gejala atipikal atau ditemukan memiliki tumor invasif dan
sedang dipertimbangkan untuk terapi induksi, diindikasikan untuk
biopsi preoperative. The limited anterior mediastinotomy
(Chamberlain approach) adalah pendekatan standar yang biasanya
dilakukan atas proyeksi tumor. Pendekatan thoracoscopic untuk
biopsi juga dapat digunakan.b. Fine-needle aspiration (Aspirasi
jarum halus): Kontroversi keluar atas efektivitas aspirasi jarum
halus (FNA). FNA telah dilaporkan bermanfaat dalam membuat
diagnosis thymoma. Melakukan biopsi inti dalam hubungannya dengan
FNA adalah modalitas yang dapat meningkatkan akurasi diagnosis
thymomas yang membedakan dari neoplasma lainnya, seperti limfoma
dan tumor germ cell.2.2.5 Temuan HistologiSecara tradisional,
thymoma diklasifikasikan menjadi 3 jenis berdasarkan histologis
(jenis sel dominan -limfositik, epitel, dan lymphoepithelial).
Klasifikasi oleh World Health Organization (WHO) telah
dikembangkan. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Jepang
antara tahun 1973 dan 2001 dari serangkaian 100 thymoma, kategori
prognostik dibedakan menggunakan klasifikasi WHO (Tabel 1).
2.2.6 StagingSistem staging thymoma oleh Masaoka adalah system
staging yang paling diterima dan paling banyak digunakan.
2.3 Tatalaksana Thymoma2.3.1 Terapi Medikamentosaa.
KemoterapiBeberapa laporan dalam literatur menunjukkan bahwa
thymoma adalah tumor chemosensitive (sensitive terhadap
kemoterapi). Kandidat potensial untuk kemoterapi mencakup sekitar
sepertiga dari pasien dengan thymoma invasif yang kemudian
bermetastasis dan semua pasien dengan penyakit stadium IV.
Fornasiero dan rekan melaporkan kasus yang berhasil dan pasien
dapat hidup dalam jangka panjang setelah pemberian rejimen
cisplatin / vincristine / doxorubicin / siklofosfamid untuk thymoma
invasifyang direseksi inkomplit atau kasus dengan thymoma yang
direseksi(dioperasi). Pada 32 pasien, 90 % respons baik yang secara
keseluruhan tercatat dengan waktu kelangsungan hidup rata-rata 15
bulan. Sebuah uji coba yang dilakukan oleh Organisasi Eropa untuk
Riset dan Perawatan Kanker melaporkan bahwa di antara 16 pasien
dengan thymoma berulang atau metastasis, 5 remisi lengkap dan 4
remisi parsial diamati. Waktu survival median dalam penelitian ini
adalah 4,3 tahun.b. KortikosteroidLaporan kasus telah
mendokumentasikan administrasi glukokortikoid oral yang
mengakibatkan regresi dari thymoma invasif. Dalam satu kasus,
pasien menunjukkan regresi lengkap untuk thymoma dan gejala terkait
dan tetap tanpa kekambuhan radiologi setelah 12 bulan.2.3.2 Terapi
PembedahanManajemen awal dalam sebagian besar kasus thymoma adalah
bedah. Eksisi bedah memberikan karakteristik histologis tumor dan
menyediakan informasi yang membantu dalam menentukan kebutuhan
untuk terapi adjuvan. Tindakan bedah untuk thymoma kecil dan
encapsulated adalah pemotongan pada thymoma untuk diagnosis dan
pengobatan. Di masa lalu, biopsi preoperative pada thymoma invasive
yang besar dihindari karena takut implantasi lokal sel tumor. Saat
ini, biopsi dilakukan untuk tumor atipikal, untuk menemukan
histologi tumor dan untuk menggali potensi invasif nya.Sebuah studi
retrospektif tunggal-lembaga dilakukan dari 5 pasien dengan stadium
IVA diobati dengan pleuropneumonectomy. Kelangsungan hidup
rata-rata adalah 86 bulan, dan kelangsungan hidup Kaplan-Meier
adalah 75% pada 5 tahun dan 50% pada 10 tahun. Tidak ada kematian
intra operasi dalam penelitian ini. Ia telah mengemukakan bahwa,
pada pasien tertentu, setelah reseksi komplit dan kemoterapi
neoadjuvant, kelangsungan hidup dapat dijanjikan.2.4
PrognosisPrognosis lebih buruk untuk pasien dengan gejala thymoma
karena pasien lebih mungkin untuk memiliki thymoma ganas. Faktor
yang paling penting memprediksi hasil pada pasien dengan thymoma
adalah bukti invasi. Penilaian karakteristik histologis, seperti
invasi kapsul mikroskopis. Dokter bedah harus melakukan pemeriksaan
secara umum (luas). Karakteristik seluler ngawur karena mereka
tidak berdampak pada perawatan pasien. Sebuah studi yang dilakukan
oleh Memorial Sloan Kettering Cancer Center (1995) melaporkan
tingkat ketahanan hidup 5 tahun dan 10 tahun sesuai staging
thymoma.
2.5 HEMOPTISIS Batuk darah merupakan suatu gejala atau tanda
dari suatu penyakit infeksi. Volume darah yang dibatukkan
bervariasi dan dahak bercampur darah dalam jumlah minimal hingga
masif, tergantung laju perdarahan dan lokasi perdarahan. Batuk
darah atau hemoptisis adalah ekspektorasi darah akibat perdarahan
pada saluran napas di bawah laring, atau perdarahan yang keluar
melalui salurannapas bawah laring. Batuk darah lebih sering
merupakan tanda atau gejala dari penyakit dasar sehingga etiologi
harus dicari melalui pemeriksaan yang lebih teliti. Batuk darah
masif dapat diklasifikasikan berdasarkan volume darah yang
dikeluarkan pada periode tertentu. Batuk darah masif memerlukan
penanganan segera karena dapat mengganggu pertukaran gas di paru
dan dapat mengganggun kestabilan hemodinamik penderita sehingga
bila tidak ditangani dengan baik dapat mengancam jiwa. Sumber
perdarahan hemoptisis dapat berasal dari sirkulasi pulmoner atau
sirkulasi bronkial. Hempotisis masif sumber perdarahan umumnya
berasal dari sirkulasi bronkial ( 95 % ). Sirkulasi pulmoner
memperdarahi alveol dan duktus alveol, sistem sirkulasi ini
bertekanan rendah dengan dinding pembuluh darah yang tipis.
Sirkulasi bronkial memperdarahi trakea, bronkus utama sampai
bronkiolus dan jaringan penunjang paru, esofagus, mediastinum
posterior dan vasa vasorum arteri pulmoner. Sirkulasi bronkial ini
terdiri dari arteri bronkialis dan vena bronkialis. Asal anatomis
perdarahan berbeda tiap proses patologik tertentu: (a). bronkitis
akibat pecahnya pembuluh darah superfisial di mukosa, (b) TB paru
akibat robekan atau ruptur aneurisma arteri pulmoner (dinding
kaviti aneurisma Rassmussen). atau akibat pecahnya anastomosis
bronkopulmoner atau proses erosif pada arteri bronkialis, (c)
infeksi kronik akibat inflamasi sehingga terjadi pembesaran &
proliferasi arteri bronchial misal : bronkiektasis, aspergilosis
atau fibrosis kistik,(d) kanker paru akibat pembuluh darah yg
terbentuk rapuh sehingga mudah berdarah. Penyebab batuk darah
sangat beragam antara lain :
Penelitian yang dilakukan di RS persahabatan oleh Retno dkk :
323 pasien hemoptisis di IGD RS Persahabatan didapatkan TB paru
64,43 %, bronkiektasis 16,71 % , karsinoma paru 3,4 % dan Maria :
102 pasien hemoptisis rawat inap dan IGD RS Persahabatan didapatkan
TB paru 75,6 %, bekas TB paru 16,7 %, bronkiektasis 7,8 %
Penalaksanaan hemoptisis masif memerlukan penanganan khusus agar
tidak berakibat fatal dengan angka mortaliti hemoptisis masif 75 %
disebabkan oleh asfiksia. Pasien dengan hemoptisis masif seharusnya
dirawat di unit perawatan intensif untuk memonitor status
hemodinamik dan penilaian jumlah darah yang hilang. Penatalaksanaan
dilakukan melalui tiga tahap: 1. Proteksi jalan napas dan
stabilisasi pasien 2. Lokalisasi sumber perdarahan dan penyebab
perdarahan 3. Terapi spesifik Tahap 1 adalah mempertahankan jalan
napas yang adekuat, pemberian suplementasi oksigen, koreksi
koagulopati, resusitasi cairan, dan berusah melokalisir sumber
perdarahan. Tahap 2 setelah pasien dalam keaadan stabil perlu
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut mencari sumber perdarahan dan
penyebab perdarahan. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain :
foto toraks,CT scann toraks, angiografi, bronkoskopi ( BSOL atau
bronkoskop kaku ). Tahap 3adalah menghentikan perdarahan dan
mencegah perdarahan berulang. Terapi ini dibagi 2 yaitu ( a )
dengan bronkoskop antara lain melakukan bilasan garam fisiologis ,
epinefrin , pemberian trombin fibrinogen , tamponade dengan balon.,
( b ) tanpa bronkoskop antara lain pemberian obat dan
antifibrinolitik pengobatan penyakit primernya.
BAB IIIILUSTRASI KASUS
3.1 Identitas PasienNo. RM: 01210006Nama: Ny. LMTTempat/Tanggal
lahir: Jakarta/ 17-07-1973Jenis Kelamin: PerempuanAgama:
KristenAlamat: Komp. Sukamaju Permai, Kelurahan Sukabumi, Kecamatan
Sukmajaya, Depok, Jawa Barat.Pendidikan: Tamat SLTAPekerjaan: Ibu
Rumah TanggaStatus Perkawinan: Kawin3.2 AnamnesisAnamnesis diambil
secara autoanamnesis pada tanggal 31 Maret 2013. Keluhan Utama:
Batuk darah sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang dengan keluhan batuk
darah sejak 2 hari SMRS. Batuk terus menerus selama 2 hari 100cc
dalam sehari. Batuk darah hilang timbul, lebih hebat terjadi pada
waktu subuh. Keluhan batuk darah ini disertai sesak nafas. Sesak
saat beraktivitas, sesak malam hari dan sesak berkurang jika
menggunakan bantal banyak saat tidur atau tidur setengah duduk
disangkal. Pasien juga mengeluh nyeri dada yang hilang timbul sejak
1 bulan yang lalu. Nyeri dada lebih terasa di dada sebelah kanan.
Dalam satu kali serangan 3-5 menit. Nyeri timbul tiba-tiba, tidak
dipengaruhi aktivitas, dan tidak berkurang jika pasien istirahat.
Nyeri tidak mengalami penjalaran. Pasien belum pernah mengkonsumsi
obat untuk menghilangkan nyeri dada dan batuk darahnya. Pasien juga
mengeluh batuk berdahak yang hilang timbul sejak 2 bulan yang lalu,
batuk jarang terjadi hanya beberapa kali saja timbul.Os mengalami
penurunan nafsu makan selama 2 bulan ini, dan BB juga menurun 10 kg
dari 60 kg menjadi 50 kg, pasien juga mengeluh lemas.
Bengkak-bengkak di anggota tubuh, mual, muntah, demam, menggigil,
keringat malam hari, nyeri kepala, nyeri otot, lesi di kulit,
pembengkakan wajah, kepala terasa penuh, pembengkakan lengan,
disfagia, gangguan penglihatan, suara serak, stridor, sakit kepala,
hidung tersumbat, mual, dan pusing disangkal. BAB dan BAK dalam
batas normal. Awal Bulan Oktober 2012 lalu, pasien berobat ke
dokter dengan keluhan batuk berdahak 1 bulan sebelumnya (Bulan
September 2012), disertai dengan keringat malam, sesak nafas saat
batuk (sesak tidak disertai bunyi ngik-ngik), lemas, BB menurun 3
kg dalam sebulan, dan didiagnosis TBC paru, pasien berobat 4 macam
obat (pasien lupa nama obatnya, akan tetapi akibat minum obat itu,
air seni pasien berwarna merah) hanya selama 2 bulan (Desember
2012) karena menurut penjelasan dokter, penyakit pasien adalah
tumor paru. Pasien direncanakan operasi, akan tetapi tidak jadi
dikarenakan keterbatasan biaya.
Riwayat Penyakit Dahulu:Pasien belum pernah mengalami keluhan
serupa. Riwayat asma, alergi, diabetes mellitus, hipertensi, sakit
jantung, riwayat sakit liver, riwayat sakit ginjal, riwayat trauma,
riwayat operasi sebelumnya, riwayat konsumsi obat dalam jangka
waktu lama atau dalam waktu dekat ini disangkal. Riwayat benjolan
di leher, bawah dagu, sekitar telinga, sekitar bahu dan ketiak
disangkal.Riwayat sakit paru + Riwayat Penyakit Keluarga: Keluarga
pasien belum pernah mengalami keluhan serupa. Riwayat asma, alergi,
diabetes mellitus, hipertensi, riwayat sakit paru, sakit jantung,
riwayat sakit liver, riwayat sakit ginjal,riwayat tumor atau
keganasan di keluarga disangkal.
Riwayat Sosial dan kebiasaan: Konsumsi rokok, alcohol, IVDU, dan
promiskuitas disangkal. Riwayat konsumsi junk food, makanan
berlemak disangkal. Pasien mengaku tidak nafsu makan semenjak
sakit, makan sehari hanya 1-2 kali dan hanya habis setengah porsi
saja.
3.3 Pemeriksaan FisikTanda VitalTD : 100/60 mmHgFN : 98
x/menitFP : 26 x/menitS : 36,5
1.Keadaan UmumTampak sakit sedang
2.KesadaranComposmentis
3.KepalaNormocephale, rambut tidak mudah dicabut
4.MataKonjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
5.HidungPernafasan cuping hidung (-), deviasi septum (-), secret
(-)
6.Gigi dan mulutOral Hygiene cukup, karies gigi minimal
7.TenggorokanTonsil T1/T1 tenang, faring tidak hiperemis
8.TelingaNormotia, Nyeri tekan tragus (-), serumen minimal
9.LeherJVP 5-2 cm H2O, tidak ada pembesaran KGB
10.ParuInspeksi : pergerakan dada simetris saat statis dan
dinamis
Palpasi : vocal fremitus kanan melemah
Perkusi : kanan redup di apex, basal sonor. Kiri sonor
Auskultasi : vesikuler paru kanan melemah, ronkhi +/+. Wheezing
-/-
11.JantungBJ I/II regular murmur (-) gallop (-)
12.AbdomenDatar, supel, Nyeri tekan epigastrium (-), hepar limpa
tidak teraba membesar, Shifting Dullness (-), Bising usus +
normal
13.EkstremitasEdema (-), akral hangat, clubbing finger (-)
14.Kelainan kulitPtekie, Oslers node, lesi Janeway
3.4 Pemeriksaan Penunjang3.4.1 3.4.2 3.4.3 3.4.4 3.4.5 3.4.6
3.4.7 3.4.8 3.4.9 3.4.10 3.4.11 3.4.12 3.4.13 Pemeriksaan
LaboratoriumNo.PemeriksaanHasil
6/3/137/3/137/3/138/3/1313/3/1319/3/1328/3/13
12.3712.38
Hematologi
Hemoglobin12.212.7
Hematokrit3738
Leukosit6.53.9
Trombosit404244
Eritrosit4.454.64
LED104
VER83.181.9
HER27.527.3
KHER33.133.4
RDW12.816.1
Hitung Jenis
Basofil0
Eosinofil6
Netrofil53
Limfosit31
Monosit7
Luc2
Hemostasis
APTT30.1
Kontrol APTT34.2
PT13.1
Kontrol PT13.7
INR0.94
Fungsi Hati
SGOT291394519
SGPT311415118
Protein total7.1
albumin4.3
globulin2.8
Bil total0.5
Bil direk0.2
Bil indirek0.3
Alkali fosfatase46
Fungsi Ginjal
Ureum darah3613
Kreatinin darah0.60.5
GDS86
LDH330
Analisa Gas Darah
pH7.489
pCO228
pO296.7
BP754
HCO320.8
O2 sat97.9
BE-1.1
Total CO221.7
Elektrolit darah
Natrium138143
Kalium 4.093.48
Kalsium99105
BTA sputumnegatifnegatifnegatif
SERO imunologi petanda tumor
CEA1.6
AFP4.6
Ca 12531.9
Golongan DarahO (+)
3.4.14 Rontgen Thorax
3.4.15 Pemeriksaan SitopatologiMakroskopik : Diterima 12 slide
apusanMikroskopik : Sediaan sitology TTB mediastinum terdiri atas
sebaran sel sel limfoid di sekitar kelompok sel epithelial dengan
sitoplasma banyak pucat anak inti kecil.Kesan : Thymoma3.4.16
Radiologi Bone X-RayKesan :1. tak tampak metastase pada tulang
pipih dan tulang pendek.2. Cranium, cervical, thoracolumbosacral,
costae, pelvis, manus, dan pedis bilateral intak.3.4.17 USG
Abdomen
Kesan :1. Efusi Pleura dextra2. Hepar, Lien, KE, pancreas, kedua
ginjal, KK, uterus, aorta abdominalis & peritoneum
normosonografik/normosonoanatomik3. Tak tampak : SOL/metastase pada
organ intraabdominal, KGB pada aorta dan peritoneum3.4.18 CT scan
kepalaKesan : 1. CT scan kepala tanpa atau denga kontras tidak
menunjukkan kelainan2. Tak tampak gambaran metastase pada cerebrum,
cerebelli, batang otak dan tulang tulang kepala.
3.5 Tatalaksana3.5.1 Tatalaksana Gawat Darurat Pasang IV line
Cek laboratorium lengkap + AGD Rontgen Thorax IVFD NaCL 0,9%/12 jam
O2 2L/menit Tramadol drip3.5.2 Tatalaksana Maintenance O2 3L/menit
IVFD RL/12 jam Vit K 3x1 amp Vit C 3x1 amp Transamin 3x500mg
Cefotaxim 2x1 gram Rifampisin 1x450 mg INH 1x300 mg Pyrazinamide
1x1000mg Ethambuthol 1x750 mg Curcuma 2x1 Metronidazole 3x500 mg Hp
Pro 3x1 Ondancentron 3x4mg DMP 3x1Follow up 7/3/2013SSesak (+),
batuk darah berupa bercak bercak (+)
OTSS.CM.TD 110/70mmHg, FN:76x/mnt, FP:26x/mnt S:afebrisMata :
Konjungtiva anemis +/+, Sklera ikterik -/-Leher : pembesaran KGB
(-)Paru : Inspeksi : pergerakan dada simetris saat statis dan
dinamis Palpasi : vocal fremitus kanan tidak sama dengan kiri
Perkusi : paru kanan redup, paru kiri sonor Auskultasi : vesikuler
paru kanan melemah, ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung : BJ I/II
regular, murmur (-), gallop(-)
ASusp.Tumor paru dextra dengan hemoptoe
P CT scan kontras, TTB, cek sputum BTA 3x O2 3L/mnt, RL/12 jam,
Vit.K 3x1 amp, Vit.C 3x1amp, Transamin 3x500mg, cefotaxim 2x1gram,
R/H/Z/E 450/300/1000/750, curcuma 2x1
Follow up 8/3/2013SSesak (+), batuk darah berupa bercak bercak
(+)
OTSS.CM.TD 90/60 mmHg, FN:82x/mnt, FP:24x/mnt S:afebrisMata :
Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-Leher : JVP 5+0 cmH2O,
pembesaran KGB (-)Paru : Inspeksi : pergerakan dada simetris saat
statis dan dinamis Palpasi : vocal fremitus kanan tidak sama dengan
kiri Perkusi : paru kanan redup, paru kiri sonor Auskultasi :
vesikuler paru kanan melemah, ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung : BJ
I/II regular, murmur (-), gallop(-)Hasil CT scan kepala, tulang dan
abdomen dalam batas normal
ASusp.Tumor paru dextra dengan hemoptoe
P O2 3L/mnt, RL/12 jam, Vit.K 3x1 amp, Vit.C 3x1amp, Transamin
3x500mg, cefotaxim 2x1gram, R/H/Z/E 450/300/1000/750, curcuma 2x1,
metronidazole 3x500mg
Follow up 9/3/2013SSesak (-), batuk darah berupa bercak bercak
sudah mulai berkurang
OTSS.CM.TD 110/90 mmHg, FN:86x/mnt, FP:18x/mnt S:afebrisMata :
Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-Leher : JVP 5+0 cmH2O,
pembesaran KGB (-)Paru : Inspeksi : pergerakan dada simetris saat
statis dan dinamis Palpasi : vocal fremitus kanan tidak sama dengan
kiri Perkusi : paru kanan redup, paru kiri sonor Auskultasi :
vesikuler paru kanan melemah, ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung : BJ
I/II regular, murmur (-), gallop(-)
ASusp.Tumor paru dextra dengan hemoptoe
PO2 3L/mnt, RL/12 jam, Vit.K 3x1 amp, Vit.C 3x1amp, Transamin
3x500mg, cefotaxim 2x1gram, R/H/Z/E 450/300/1000/750, curcuma 2x1,
metronidazole 3x500mg
Follow up 10/3/2013SSesak (-), batuk darah berupa bercak bercak
(-) , batuk berdahak (+) dahak berwarna kuning.
OTSS.CM.TD 110/90 mmHg, FN:86x/mnt, FP:20x/mnt S:afebrisMata :
Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-Leher : JVP 5+0 cmH2O,
pembesaran KGB (-)Paru : Inspeksi : pergerakan dada simetris saat
statis dan dinamis Palpasi : vocal fremitus kanan tidak sama dengan
kiri Perkusi : paru kanan redup, paru kiri sonor Auskultasi :
vesikuler paru kanan melemah, ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung : BJ
I/II regular, murmur (-), gallop(-)Hasil CT scan kepala, tulang dan
abdomen dalam batas normal
ASusp.Tumor paru dextra bebas hemoptoe 1 hari
PO2 3L/mnt, RL/12 jam, Vit.K 3x1 amp, Vit.C 3x1amp, Transamin
3x500mg, cefotaxim 2x1gram, R/H/Z/E 450/300/1000/750, curcuma 2x1,
metronidazole 3x500mg
Follow up 11/3/2013SSesak (-), batuk darah berupa bercak bercak
(-) batuk berdahak (+) dahak kuning
OTSS.CM.TD 120/80 mmHg, FN:90x/mnt, FP:19x/mnt S:afebrisMata :
Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-Leher : JVP 5+0 cmH2O,
pembesaran KGB (-)Paru : Inspeksi : pergerakan dada simetris saat
statis dan dinamis Palpasi : vocal fremitus kanan tidak sama dengan
kiri Perkusi : paru kanan redup, paru kiri sonor Auskultasi :
vesikuler paru kanan melemah, ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung : BJ
I/II regular, murmur (-), gallop(-)Hasil CT scan kepala, tulang dan
abdomen dalam batas normal
ASusp.Tumor paru dextra bebas hemoptoe 2 hari
PO2 3L/mnt, RL/12 jam, Vit.K 3x1 amp, Vit.C 3x1amp, Transamin
3x500mg, cefotaxim 2x1gram, R/H/Z/E 450/300/1000/750, curcuma 2x1,
metronidazole 3x500mg
Follow up 12/3/2013SSesak (-), batuk darah berupa bercak bercak
(-) batuk berdahak (+) dahak kuning
OTSS.CM.TD 110/70 mmHg, FN:82x/mnt, FP:22x/mnt S:afebrisMata :
Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-Leher : JVP 5+0 cmH2O,
pembesaran KGB (-)Paru : Inspeksi : pergerakan dada simetris saat
statis dan dinamis Palpasi : vocal fremitus kanan tidak sama dengan
kiri Perkusi : paru kanan redup, paru kiri sonor Auskultasi :
vesikuler paru kanan melemah, ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung : BJ
I/II regular, murmur (-), gallop(-)Hasil CT scan kepala, tulang dan
abdomen dalam batas normal
ASusp.Tumor paru dextra bebas hemoptoe 3 hari
PO2 3L/mnt, RL/12 jam, Vit.K 3x1 amp, Vit.C 3x1amp, Transamin
3x500mg, cefotaxim 2x1gram, R/H/Z/E 450/300/1000/750, curcuma 2x1,
metronidazole 3x500mg
Follow up 13/3/2013SSesak (-), batuk darah berupa bercak bercak
(-) batuk berdahak (+) dahak kuning, mual(+)
OTSS.CM.TD 100/60 mmHg, FN:76x/mnt, FP:18x/mnt S:afebrisMata :
Konjungtiva anemis +/+, Sklera ikterik -/-Leher : JVP 5+0 cmH2O,
pembesaran KGB (-)Paru : Inspeksi : pergerakan dada simetris saat
statis dan dinamis Palpasi : vocal fremitus kanan tidak sama dengan
kiri Perkusi : paru kanan redup, paru kiri sonor Auskultasi :
vesikuler paru kanan melemah, ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung : BJ
I/II regular, murmur (-), gallop(-)Abdomen : Nyeri tekan
epigastrium (+)Hasil CT scan kepala, tulang dan abdomen dalam batas
normal
ASusp.Tumor paru dextra bebas hemoptoe 4 hari
PO2 3L/mnt, RL/12 jam, Vit.K 3x1 amp (stop), Vit.C 3x1amp(stop),
Transamin 3x500mg(stop), cefotaxim 2x1gram, R/H/Z/E
450/300/1000/1000, curcuma 2x1, metronidazole 3x500mg (stop),
ondancentron 3x4mg, cek SGOT/SGPT.
13/3/2013 Lapor hasil SGOT/SGPT : 139/141. Instruksi : stop OAT,
diberikan Hp Pro 3x1Follow up 14/3/2013SSesak (-), batuk darah
berupa bercak bercak (-) batuk berdahak (+) dahak kuning,
mual(+)
OTSS.CM.TD 100/60 mmHg, FN:82x/mnt, FP:20x/mnt S:afebrisMata :
Konjungtiva anemis +/+, Sklera ikterik -/-Leher : JVP 5+0 cmH2O,
pembesaran KGB (-)Paru : Inspeksi : pergerakan dada simetris saat
statis dan dinamis Palpasi : vocal fremitus kanan tidak sama dengan
kiri Perkusi : paru kanan redup, paru kiri sonor Auskultasi :
vesikuler paru kanan melemah, ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung : BJ
I/II regular, murmur (-), gallop(-)
ASusp.Tumor paru dextra bebas hemoptoe 5 hari
PRL/12 jam, cefotaxime 2x1gr, curcuma 2x1, Hp pro 3x1
Follow up 15/3/2013SSesak (-), batuk darah berupa bercak bercak
(-) batuk berdahak (+) dahak kuning, mual(-)
OTSS.CM.TD 100/65 mmHg, FN:82x/mnt, FP:18x/mnt S:afebrisMata :
Konjungtiva anemis +/+, Sklera ikterik -/-Leher : JVP 5+0 cmH2O,
pembesaran KGB (-)Paru : Inspeksi : pergerakan dada simetris saat
statis dan dinamis Palpasi : vocal fremitus kanan tidak sama dengan
kiri Perkusi : paru kanan redup, paru kiri sonor Auskultasi :
vesikuler paru kanan melemah, ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung : BJ
I/II regular, murmur (-), gallop(-)
ASusp. Tumor paru dextra bebas hemoptoe 6 hari
PRL/12 jam, cefotaxime 2x1gr, curcuma 2x1, Hp pro 3x1
Follow up 16/3/2013SSesak (-), batuk darah berupa bercak bercak
(-) batuk berdahak (+) dahak kuning, mual(-)
OTSS.CM.TD 100/65 mmHg, FN:82x/mnt, FP:18x/mnt S:afebrisMata :
Konjungtiva anemis +/+, Sklera ikterik -/-Leher : JVP 5+0 cmH2O,
pembesaran KGB (-)Paru : Inspeksi : pergerakan dada simetris saat
statis dan dinamis Palpasi : vocal fremitus kanan tidak sama dengan
kiri Perkusi : paru kanan redup, paru kiri sonor Auskultasi :
vesikuler paru kanan melemah, ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung : BJ
I/II regular, murmur (-), gallop(-)
ASusp. Tumor paru dextra bebas hemoptoe 7 hari
PRL/12 jam, cefotaxime 2x1gr, curcuma 2x1, DMP 3x1
Follow up 17/3/2013SSesak (-), batuk darah berupa bercak bercak
(-) batuk berdahak (+) dahak kuning, mual(-)
OTSS.CM.TD 100/60 mmHg, FN:78x/mnt, FP:16x/mnt S:afebrisMata :
Konjungtiva anemis +/+, Sklera ikterik -/-Leher : JVP 5+0 cmH2O,
pembesaran KGB (-)Paru : Inspeksi : pergerakan dada simetris saat
statis dan dinamis Palpasi : vocal fremitus kanan tidak sama dengan
kiri Perkusi : paru kanan redup, paru kiri sonor Auskultasi :
vesikuler paru kanan melemah, ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung : BJ
I/II regular, murmur (-), gallop(-)
ASusp. Tumor paru dextra bebas hemoptoe 8 hari
PRL/12 jam, cefotaxime 2x1gr, curcuma 2x1, DMP 3x1
Follow up 18/3/2013SSesak (-), batuk darah berupa bercak bercak
(-) batuk berdahak berkurang (+) dahak kuning, mual(-)
OTSS.CM.TD 130/80 mmHg, FN:82x/mnt, FP:18x/mnt S:afebrisMata :
Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-Leher : JVP 5+0 cmH2O,
pembesaran KGB (-)Paru : Inspeksi : pergerakan dada simetris saat
statis dan dinamis Palpasi : vocal fremitus kanan tidak sama dengan
kiri Perkusi : paru kanan redup, paru kiri sonor Auskultasi :
vesikuler paru kanan melemah, ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung : BJ
I/II regular, murmur (-), gallop(-)
ASusp. Tumor paru dextra bebas hemoptoe 9 hari
PRL/12 jam, cefotaxime 2x1gr, curcuma 2x1, DMP 3x1
Follow up 19/3/2013SSesak (-), batuk darah berupa bercak bercak
(-) batuk berdahak (-) mual(-)
OTSS.CM.TD 100/70 mmHg, FN:80/mnt, FP:18x/mnt S:afebrisMata :
Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-Leher : JVP 5+0 cmH2O,
pembesaran KGB (-)Paru : Inspeksi : pergerakan dada simetris saat
statis dan dinamis Palpasi : vocal fremitus kanan tidak sama dengan
kiri Perkusi : paru kanan redup, paru kiri sonor Auskultasi :
vesikuler paru kanan melemah, ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung : BJ
I/II regular, murmur (-), gallop(-)
ASusp. Tumor paru dextra bebas hemoptoe 10 hari
PRL/12 jam, cefotaxime 2x1gr, curcuma 2x1, DMP 3x1, cek ulang
SGOT/SGPT
Follow up 20/3/2013SSesak (-), batuk darah berupa bercak bercak
(-) batuk berdahak (-) mual(-)
OTSS.CM.TD 100/70 mmHg, FN:88/mnt, FP:20x/mnt S:afebrisMata :
Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-Leher : JVP 5+0 cmH2O,
pembesaran KGB (-)Paru : Inspeksi : pergerakan dada simetris saat
statis dan dinamis Palpasi : vocal fremitus kanan tidak sama dengan
kiri Perkusi : paru kanan redup, paru kiri sonor Auskultasi :
vesikuler paru kanan melemah, ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung : BJ
I/II regular, murmur (-), gallop(-)
ASusp. Tumor paru dextra bebas hemoptoe 11 hari
PRL/12 jam, curcuma 2x1, DMP 3x1
Follow up 21/3/2013SSesak (-), batuk darah berupa bercak bercak
(-) batuk berdahak (-) mual(-)
OTSS.CM.TD 100/70 mmHg, FN:88/mnt, FP:20x/mnt S:afebrisMata :
Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-Leher : JVP 5+0 cmH2O,
pembesaran KGB (-)Paru : Inspeksi : pergerakan dada simetris saat
statis dan dinamis Palpasi : vocal fremitus kanan tidak sama dengan
kiri Perkusi : paru kanan redup, paru kiri sonor Auskultasi :
vesikuler paru kanan melemah, ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung : BJ
I/II regular, murmur (-), gallop(-)
ASusp. Tumor paru dextra bebas hemoptoe 12 hari
PRL/12 jam, curcuma 2x1, DMP 3x1
Follow up 22/3/2013SSesak (-), batuk darah berupa bercak bercak
(-) batuk berdahak (-) mual(-) lemas (+)
OTSS.CM.TD 100/60 mmHg, FN:78/mnt, FP:17x/mnt S:afebrisMata :
Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-Leher : JVP 5+0 cmH2O,
pembesaran KGB (-)Paru : Inspeksi : pergerakan dada simetris saat
statis dan dinamis Palpasi : vocal fremitus kanan tidak sama dengan
kiri Perkusi : paru kanan redup, paru kiri sonor Auskultasi :
vesikuler paru kanan melemah, ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung : BJ
I/II regular, murmur (-), gallop(-)
ASusp. Tumor paru dextra bebas hemoptoe 13 hari
PRL/12 jam, curcuma 2x1, DMP 3x1
Follow up 23/3/2013SSesak (-), batuk darah berupa bercak bercak
(-) batuk berdahak (-) mual(-) lemas (+)
OTSS.CM.TD 100/70 mmHg, FN:90/mnt, FP:20x/mnt S:afebrisMata :
Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-Leher : JVP 5+0 cmH2O,
pembesaran KGB (-)Paru : Inspeksi : pergerakan dada simetris saat
statis dan dinamis Palpasi : vocal fremitus kanan tidak sama dengan
kiri Perkusi : paru kanan redup, paru kiri sonor Auskultasi :
vesikuler paru kanan melemah, ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung : BJ
I/II regular, murmur (-), gallop(-)
ASusp. Tumor paru dextra bebas hemoptoe 14 hari
PRL/12 jam, curcuma 2x1, DMP 3x1
Follow up 24/3/2013SSesak (-), batuk darah berupa bercak bercak
(-) batuk berdahak (-) mual(-) lemas (+)
OTSS.CM.TD 100/70 mmHg, FN:84/mnt, FP:20x/mnt S:afebrisMata :
Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-Leher : JVP 5+0 cmH2O,
pembesaran KGB (-)Paru : Inspeksi : pergerakan dada simetris saat
statis dan dinamis Palpasi : vocal fremitus kanan tidak sama dengan
kiri Perkusi : paru kanan redup, paru kiri sonor Auskultasi :
vesikuler paru kanan melemah, ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung : BJ
I/II regular, murmur (-), gallop(-)
ASusp. Tumor paru dextra bebas hemoptoe 15 hari
PRL/12 jam, curcuma 2x1, DMP 3x1
Follow up 25/3/2013SSesak (-), batuk darah berupa bercak bercak
(-) batuk berdahak (+) mual(-) lemas (+)
OTSS.CM.TD 100/80 mmHg, FN:80/mnt, FP:20x/mnt S:afebrisMata :
Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-Leher : JVP 5+0 cmH2O,
pembesaran KGB (-)Paru : Inspeksi : pergerakan dada simetris saat
statis dan dinamis Palpasi : vocal fremitus kanan tidak sama dengan
kiri Perkusi : paru kanan redup, paru kiri sonor Auskultasi :
vesikuler paru kanan melemah, ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung : BJ
I/II regular, murmur (-), gallop(-)
ASusp. Tumor paru dextra bebas hemoptoe 16 hari
PRL/12 jam, curcuma 2x1, DMP 3x1
Follow up 26/3/2013SSesak (-), batuk darah berupa bercak bercak
(-) batuk berdahak (+) mual(-) lemas (+)
OTSS.CM.TD 100/80 mmHg, FN:80/mnt, FP:20x/mnt S:afebrisMata :
Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-Leher : JVP 5+0 cmH2O,
pembesaran KGB (-)Paru : Inspeksi : pergerakan dada simetris saat
statis dan dinamis Palpasi : vocal fremitus kanan tidak sama dengan
kiri Perkusi : paru kanan redup, paru kiri sonor Auskultasi :
vesikuler paru kanan melemah, ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung : BJ
I/II regular, murmur (-), gallop(-)Hasil TTB kesan : thymoma
AThymoma
PRL/12 jam, curcuma 2x1, DMP 3x1, konsul bedah thoraks
Follow up 27/3/2013SSesak (+), batuk darah berupa bercak bercak
(-) batuk berdahak (+) mual(-) lemas (+)
OTSS.CM.TD 110/80 mmHg, FN:80/mnt, FP:20x/mnt S:afebrisMata :
Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-Leher : JVP 5+0 cmH2O,
pembesaran KGB (-)Paru : Inspeksi : pergerakan dada simetris saat
statis dan dinamis Palpasi : vocal fremitus kanan tidak sama dengan
kiri Perkusi : paru kanan redup, paru kiri sonor Auskultasi :
vesikuler paru kanan melemah, ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung : BJ
I/II regular, murmur (-), gallop(-)
AThymoma
PRL/12 jam, curcuma 2x1, DMP 3x1, rencana alih rawat bedah
thoraks
Follow up 28/3/2013SSesak (-), batuk darah berupa bercak bercak
(-) batuk berdahak (+) mual(-) lemas (+)
OTSS.CM.TD 110/80 mmHg, FN:82/mnt, FP:20x/mnt S:afebrisMata :
Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-Leher : JVP 5+0 cmH2O,
pembesaran KGB (-)Paru : Inspeksi : pergerakan dada simetris saat
statis dan dinamis Palpasi : vocal fremitus kanan tidak sama dengan
kiri Perkusi : paru kanan redup, paru kiri sonor Auskultasi :
vesikuler paru kanan melemah, ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung : BJ
I/II regular, murmur (-), gallop(-)
AThymoma
PRL/12 jam, curcuma 2x1, DMP 3x1
BAB IVPEMBAHASAN KASUSPasien ini datang dengan keluhan batuk
darah sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Batuk darah
(hemoptysis) adalah pengeluaran darah dari mulut, dapat berupa
hanya bercak darah pada dahak ataupun sampai pengeluaran darah yang
banyak sekali (massif). Pada pasien ini terjadi pengeluaran darah
yang massif selama 2 hari SMRS (100-200cc). Hemoptysis yang massif
inilah yang dapat mengancam nyawa. Etiologi yang mungkin dari batuk
darah (hemoptysis) adalah : infeksi, neoplasma, trauma atau benda
asing, kelainan kardiovaskular, kelainan vascular paru, perdarahan
alveolus, dll.
Kelainan pada jantung dapat disingkirkan karena dari anamnesis
tidak didapatkan keluhan yang berhubungan dengan aktivitas fisik,
DOE (-), PND (-), ortopneu (-). Pada pemeriksaan fisik juga tidak
didapatkan tanda tanda kelainan di jantung seperti pasien tidak
takikardia, BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-), splenomegaly
(-), edema (-), clubbing finger (-), kelainan kulit yang khas pada
endocarditis seperti petekie (-), oslers node(-), lesi janeway(-),
dan splinter (-). Walaupun pada pasien ini tidak dilakukan
pemeriksaan penunjang untuk jantung seperti EKG dan
echocardiografi.Kelainan hematologi dapat disingkirkan karena dari
anamnesis tidak terdapat riwayat gangguan koagulasi (pembekuan
darah), pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan petekie petekie
atau penampakan pada gangguan hematologi, pada pemeriksaan
laboratorium juga didapatkan normal. Penyakit vascular dan sistemik
juga dapat disingkirkan karena baik pada anamnesis maupun
pemeriksaan fisik tidak terdapat tanda-tanda kearah itu. Batuk
darah yang disebabkan karena obat obatan juga dapat disingkirkan,
karena sebelumnya pasien tidak mengkonsumsi obat-obataan apapun
baik dalam jangka waktu lama maupun dalam waktu dekat ini. Etiologi
trauma juga dapat disingkirkan karena pasien sebelumnya tidak ada
riwayat trauma.Untuk kelainan dari paru, dapat disebabkan oleh
infeksi seperti TBC, abses paru, pneumonia, infeksi jamur; atau
dari neoplasma baik yang berasal dari paru atau metastasis dari
organ lain; ataupun kelainan paru lain seperti bronkiektasis. 1.
TBC paru Anamnesis : Gejala respiratorik (batuk 2 minggu, batuk
darah, sesak nafas, nyeri dada), gejala sistemik (demam, malaise,
keringat malam, penurunan BB) Pemeriksaan Fisik : dapat normal atau
ditemukan kelainan apabila terdapat pneumonia, atelectasis dan
efusi pleura. Bunyi nafas tambahan amforik atau suction splash
dapat dijumpai walaupun jarang. Pemeriksaan penunjang : ro thoraks
dapat berupa bercak infiltrate, cavitas, fibrotic, kalsifikasi; BTA
sputum.2. Abses paru Anamnesis : Gejala prodromal (demam, sesak,
malaise, anoreksia, penurunan BB, batuk disertai produksi sputum
kental berbau busuk, nyeri dada. Pemeriksaan Fisik : dapat normal
atau ditemukan kelainan apabila terdapat pneumonia, atelectasis dan
efusi pleura. Bunyi nafas tambahan amforik atau suction splash
dapat dijumpai walaupun jarang. Pemeriksaan penunjang : leukosit
dan LED meningkat, radiologi air fluid level, sediaan apus sputum
pulasan gram +.3. Pneumonia Anamnesis : batuk disertai perubahan
sputum, suhu tubuh >38/ riwayat demam. Pemeriksaan Fisik :
tanda-tanda konsolidasi, suara nafas bronkial dan ronkhi.
Pemeriksaan penunjang : leukosit 10.000 atau