PEMERIKSAAN FISIS FUNGSI NERVUS FASIALIS
I. Pendahuluan
Nervus fasialis terlibat dalam berbagai kondisi patologis yang
mempengaruhi tulang temporal, mulai dari anomali kongenital sampai
gangguan degeneratif dan dari infeksius sampai kondisi neoplastik.
Dalam setiap kasus, pemahaman yang kuat tentang anatomi dan
fisiologi yang kompleks sangat penting untuk kemampuan dokter untuk
mendiagnosa dan mengobati gangguan nervus fasialis dengan
kewaspadaan terhadap prognosis ke depannya.[1]Tujuan pemeriksaan /
fungsi saraf fasialis, disamping untuk menentukan derajat
kelumpuhan, juga dapat menentukan letak lesi saraf fasialis
2Sebelum menganalisa diagnosis dari gangguan fungsi nervus
fasialis, ada baiknya kita membahas anatomi, fisiologi, dan fungsi
dari nervus fasialis1
II. Anatomi Nervus Faialis
MakroanatomiSecara embriologi saraf fasialis berasal dari arkus
brachialis cabang kedua atau hyoid arch.Struktur persarafan berasal
dari perkembangan Reicherts cartilage. Saraf fasialis terdiri tidak
kurang dari 10.000 neuron, 7.000 mielin dan mempersarafi Otot-otot
wajah. 3.000 serat saraf berfungsi sebagai komponen motoris,
sensoris dan parasimpatis.Perjalanan saraf fasialis terbagi atas
bagian intrakranial dan ekstrakranial. Bagian intrakranial berawal
dari area motorik kortek serebri yang terletak di girus
presentralis dan post sentralis, yang berfungsi sesuai dengan
homonkulusnya sampai keluar dari foramen stilomastoid di tulang
temporal.Sinyaldari korteks dihantarkan melalui fasikulus jaras
kortikobulbar menuju kapsula interna, lalu menuju bagian atas
midbrain sampai ke batang otak bagian bawah untuk bersinaps pada
nukleus N VII di pons. N VII mempunyai 2 nukleus yaitu nukleus
superior dan inferior.1,3Serabut dari kedua inti meninggalkan
batang otak bersama-sama saraf Wrisberg atau saraf intermedius dan
saraf vestibulokokhlearis (N VIII) melewati sudut cerebelopontin
menuju tulang temporal melalui porus akustikus internus. Panjang
serabut saraf dari nukleus sampai porus kanalis akustikus internus
sekitar 15,8 mm, yang dilapisi oleh piamater dan digenangi oleh
cairan serebrospinal.Di dalam kanalis akustikus internus, saraf
fasialis dan saraf intermedius berjalan superior dari N VIII
sepanjang 8-10 mm sampai dengan fundus kanalis akustikus internus.
Selanjutnya di dalam tulang temporal, saraf fasialis berjalan dalam
saluran tulang yang disebut kanal Fallopi. Intratemporal,saraf
fasialis berjalan membentuk huruf Z sepanjang 28-30 mm, yang
terbagi atas segmen labirin, timpani dan mastoid.1,3Segmen labirin
berawal dari fundus kanalis akustikus internus sampai ganglion
genikulatum, sepanjang 3-5 mm. Terletak di bawah fossa media,
dengan koklea terletak di anterior, ampula kanalis semisirkularis
lateral dan posterior terletak di posterior dan lateralnya. Segmen
ini merupakan segmen terpendek dan tertipis. Bagian tersempit dari
kanal Fallopi adalah bagian pintu masuknya, dengan diameter 0,68
mm. Di segmen ini, saraf fasialis mengisi 83% kanal. Serabut saraf
tersusun jarang dan tidak dibungkus epineurium, denganpendarahan
yang tanpa anastomosis.Dari ganglion genikulatum, keluar cabang
pertama saraf fasialis, yaitu N. Petrosus mayor. Saraf ini membawa
serabut motorik sekretorik ke kelenjar lakrimal. Cabang kedua
adalah N. Petrosus eksternal, membawa serabut simpatis ke arteri
meningen media. Cabang ketiga adalah N. Petrosus minor, yang akan
bergabung dengan serabut pleksus timpani yang dipersarafi oleh N
IX. Pada ganglion genikulatum bagian distal, saraf fasialis akan
membelok ke belakang secara tajam membentuk sudut (genu) dan mulai
memasuki kanal Fallopi segmen timpani atau horizontal sepanjang
8-11 mm dan saraf fasialis mengisi 73% kanal. Berdasarkan
rekonstruksi 3 dimensi dengan komputer, Nakashima, Fisch dan
Yanagihara melaporkan adanya segmen tersempit kedua di kanal
Fallopi, yaitu segmen timpani bagian tengah. Bagian akhir dari
segmen timpani adalah genu eksterna, di sini saraf fasialis
membelok tajam ke arah bawah. Segmen mastoid berawal dari genu
eksterna, yang terletak posterolateral dari prosesus piramid. Saraf
fasialis berjalan vertikal ke bawah di dinding anterior prosesus
mastoid. Segmen ini merupakan segmen terpanjang saraf fasialis
intratemporal yaitu sekitar 10-14 mm dengan saraf fasialis mengisi
64% kanal Fallopi. Di segmen ini terdapat 3 cabang, yaitu:1,31.
Saraf ke m. Stapedius (n. Stapedius)2. N. Korda timpani3.
Persarafan dari cabang aurikular N. Vagus yang membawa serabut
nyeri pada liang telinga posterior.Saraf fasialis keluar dari kanal
Fallopi melalui foramen stilomastoid, kemudian berjalan di anterior
otot digastrikus posterior dan lateral dari prosesus stiloid,
arteri karotis eksterna dan vena fasialis posterior, kemudian
memasuki kelenjar parotis dan bercabang menjadi 2 cabang utama,
yaitu divisi atas dan bawah di pes anserinus. Setelah percabangan
utama tersebut, kemudian mengalami 5 percabangan, yaitu cabang
temporal (frontal), zigomatikus, bukal, mandibula dan servikal.
Saraf-saraf ini menginversi 23 pasang otot wajah dan muskulus
orbicularis oris.1,3,4Cabang N VIIOtotFungsi
Aurikuler posterior1. Aurikular posterior2.
Oksipitofrontalis
1. menarik telinga ke belakang2. menerik kulit kepala
kebelakang
Temporal 1. aurikular anterior2. aurikular superior3.
oksipitofrontalis4. korugator supersilia5. procerus1. menarik
telinga ke depan2. mangangkat pinna3. menarik kulit kepala ke
depan4. menarik alis ke medial dan bawah
Temporal & zigomatikOrbicularis okuli Menutup mata &
kontraksi kulit sekitar mata
Zigomatik & buccal Zigomatikus mayorMengangkat sudut
mulut
Buccal 1. zigomatikus mayor2. levator lebli superior3. lavator
labii sup ala nasi4. risorius 5. businator6. levator anguli oris7.
orbicularis oris8. nasalis dilator nares9. nasalis compressor
nares1. mengangkat bibir atas2. mengangkat bibir atas & lipatan
nesolabial bagian tengah3. mengangkat lipatan nasolabial bagian
medial dan ala nasi4. menarik ke lateral saat senyum5. menarik tepi
mulut ke atas dan garis tengah 6. menarik tepi mulut ke belakang
dan mngembungkan pipi7. menutup dan mengembungkan bibir8.
mngembangkan lubang hidung9. mengecilkan lubang hidung
Buccal dan mandibulaDepresor angulus orisMenarik tepi mulut ke
bawah
mandibular1. depressor labii inferior2. mentalis1. menarik bibir
bawah ke bawah2. menarik dagu ke atas
servikalplatismaMenarik tepi mulut ke bawah
III. Vaskularisasi Saraf Fasialis
Area kortek motorik wajah diperdarahi oleh Rolandic branch dari
arteri serebralis media. Di pons, saraf fasialis mendapat suplai
makanan dari Arteri Serebelaris Anterior Inferior (Anterior
Inferior Cerebelaris Artery / AICA). AICA merupakan cabang dari A.
Basilaris, memasuki kanalis akustikus internus bersama dengan saraf
fasialis. Saraf fasialis segmen intrapetrosal (ekstramedularis)
mendapat suplai darah dari cabang petrosal superfisialis dari a.
Meningeal media. Sedangkan bagian distal sampai foramen
stylomastoid mendapat pendarahan dari a. Aurikularis posterior3
MikroanatomiUnit anatomi dari neuron saraf fasialis terdiri dari
badan sel, akson dan selubung saraf.Badan sel terletak di nukleus
saraf fasialis di batang otak. Dari badan sel keluar tonjolan
membentuk akson yang berjalan melewati sudut sereblopontin, tulang
temporal, kelenjar parotis sampai mencapai otot-otot muka yang
dipersarafinya.Akson dikelilingi oleh selubung mielin, yang
dibentuk oleh sel Schwan. Sel ini tersusun sambung menyambung dan
pada daerah sambungannya disebut sebagai Nodus Renvier. Di dalam
akson terdapat neurofilamen dan mikrotubulus yang berfungsi dalam
mekanisme transport akson. Sehubungan dengan fungsinya, beberapa
hal yang penting mengenai serabut saraf adalah:3,41. Diameter ujung
akhir akson2. Ketebalan akson3. Panjang selubung mielin (jarak
antara nodus Renvier)
Diameter akson saraf fasialis berkisar 3-20 m dan jarak antara
nodul Renvier 0,1-1,8 mm. Impuls akan dihantarkan dari badan sel
melalui serangkaian depolarisasi sampai mencapai otot dengan
gerakan melompat dari satu nodul ke nodul lainnya (saltatory
conduction). Kecepatan hantar saraf fasialis adalah 70-110 m/detik.
Bila terjadi trauma pada neuron yang menyebabkan hilangnya selubung
mielin dan gagal terjadi mielinisasi, maka mielin menjadi tipis dan
jarak antar nodus akan berubah sehingga terjadi penurunan kecepatan
hantaran impuls dan peningkatan ambang depolarisasi.Selubung saraf
terdiri dari 3 lapisan, yaitu epineurium, perineurium dan
endoneurium. Lapisan epineurium tersusun oleh jaringan ikat longgar
yang memisahkan fasikulus dan sekaligus membungkusnya. Di sini
terdapat anastomosis arteriol dan venula serta saluran
limfa3Perineurium merupakan pembungkus fasikulus dibentuk oleh
sel-sel poligonal pipih, yang berfungsi sebagai pertahanan serabut
saraf terhadap penyebaran infeksi. Fungsi terpenting perineurium
adalah menjaga tekanan intrafasikulus. Bila lapisan ini terbuka,
maka herniasi sel serabut saraf dapat terjadi. Endoneurium
merupakan lapisan yang membungkus dan memisahkan setiap akson. Bila
akson dan serabut mielin mengalami degenerasi, endoneurium akan
mengerut di sekitar sel Schwan yang masih hidup untuk menutup
tabung endoneurium maksimal 3 bulan setelah degenerasi saraf,
ketika ukuran saraf tinggal seperdelapan dari ukuran
normalnya.3,6
IV. Pemeriksaan Fisis Nervus Fasialis
Pemeriksaan nervus fasialis sangat penting, hal ini dikarenakan
ganggun n.fasialis merupakan gangguan pada fungsi otot-otot wajah.
Pasien tidak dapat atau kurang dapat menggerakkan otot wajah,
sehingga tampak wajah pasien tidak simetris. Dalam menggerakkan
otot ketka menggembungkan pipi dan mengerutkan dahi tampak sekali
wajah pasien tidak simetris. Kelumpuhan n.fasialis merupakan
gejala, sehingga harus dicari penyebab dan ditentukan derajat
kelumpuhannya dengan pemeriksaan tertentu guna menentukan terapi
dan prognosisnya.1,2Tujuan pemeriksaan / fungsi saraf fasialis,
disamping untuk menentukan derajat kelumpuhan, juga dapat
menentukan letak lesi saraf fasialis.2 Pemeriksaan Motoris.Dengan
menggunakan Gradasi Freys fungsi motorik, tonus, sinkinesis dan
hemispasme. Terdapat 10 otot-otot utama wajah yang bertanggung
jawab untuk terciptanya mimik dan ekspresi wajah seseorang. Adapun
urutan 10 otot wajah tersebut dari sisi superior adalah sebagai
berikut : 21. M. Frontalis, diperiksa dengan cara mengangkat alis
ke atas.2. M. Sourcilier, diperiksa dengan cara mengerutkan alis.3.
M. Piramidalis, diperika dengan cara mengangkat dan mengerutkan
hidung ke atas.4. M. Orbicularis oculi, diperiksa dengan cara
memejamkan kedua mata kuat-kuat.5. M. Zigomaticus, diperiksa dengan
cara tertawa lebar sambil memperlihatkan gigi6. M. Relever komunis,
diperiksa dengan cara memoncongkan mulut ke depan sambil
memperlihakan gigi7. M. Businator, diperiksa dengan cara
menggembungkan kedua pipi.8. M. Orbicularis oris, diperiksa dengan
menyuruh penderita bersiul.9. M. Triangularis, diperiksa dengan
cara menarik kedua sudut bibir ke bawah.10. M. Mentalis, diperiksa
dengan cara memoncokngkan mulut yang tertutup rapat kedepan.
Pada tiap gerakan dari ke sepuluh otot tersebut, kita bandingkan
antara kanan dan kiri:a. Untuk gerakan yang normal dan simetris
dinilai dengan angka (3)b. Sedikit ada gerakan dinilai dengan angka
(1)c. Diantaranya dinilai dengan angka (2)d. Tidak ada gerakan sama
sekali dinilai dengan angka (0)Seluruh otot ekspresi tiap sisi muka
dalam keadaan normal akan mempunyai nilai 30.Dalam menilai fungsi
motorik, dinilai juga tonus dari otot-otot yang dipersarafi nervi
fasialis. Pada keadaan istirahat tanpa kontraksi maka tonus otot
menentukan terhadap kesempurnaan mimik/ekspresi muka. Penilaian
tonus keseluruhan berjumlah 15 yaitu seluruhnya terdapat lima
tingkatan dikalikan tiga untuk setiap tingkatan. Apabila terdapat
hipotonus maka nilai tersebut dikuangi satu (-1) sampai minus dua
(-2) pada setiap tingkatan tergantung dari gradasinya.4
AreaHIPOTONUSHIPERTONUS
Wajah diam 1 2 3 4 5 Kerutan di dahi hilang Alis mata jatuh
Fisurapalpebra melebar Lipatan nasolabial mendatar/hilang Hidung
deviasi ke arah sisi sehat Nasal ala mendatar Pipi jatuh Sudut
mulut jatuh Bibir jatuh Kerutan di dahi meningkat Alis mata naik
Fisura palpebra menyempit Lipatan nasolabial makin dalam Pipi
menonjol/tertarik ke dalam Bibir terangkat dan/tertarik ke
lateral
Dalam menilai fungsi motorik, dinilai juga sinkinesis otot.
Sinkinesis menentukan suatu komplikasi dari parese fasialis yang
sering kita jumpai. Cara mengetahui ada tidaknya sinkinesis
adalah:2a. Penderita diminta untuk memejamkan mata kuat-kuat
kemudian kita melihat pergerakan otot-otot pada daerah sudut bibir
atas. Kalau pergerakan normal pada kedua sisi dinilai dengan angka
dua (2). Kalau pergerakan pada sisi paresis lebih (hiper)
dibandingkan dengan sisi normal nilainya dikurangi satu (-1) atau
dua (-2), tergantung dari gradasinya.b. Penderita diminta untuk
tertaw lbar sambil memperlihatkan gigi, kemudian kita melihat
pergerakan otot-otot pada sudut mata bawah. Penilaian seperti pada
(a).c. Sinkinesis juga dapat dilihat pada waktu penderita berbicara
(gerakan emosi) dengan memperhatikan pergerakan otot-otot di
sekitar mulut. Nilai satu (1) kalau pergerakan normal. Nilai nol
(0) kalau pergerakan tidak simetris.Dilakukan juga penilaian
hemispasme merupakan suatu komplikasi yang sering dijumpai pada
penyembuhan paresis fasialis yang berat. Diperiksa dengan cara
penderita diminta untuk melakukan gerakan-gerakan bersahaya seperti
mengedipkan mata berulang-ulang maka akan tampak jelas gerakan
otot-otot pada sudut bibir bawah atau sudut mata bawah. Untuk
setiap gerakan hemispasme dinilai dengan angka minus satu (-1).
2Fungsi motorik otot-otot tiap sisi wajah orang normal seluruhnya
berjumlah lima puluh (50) atau 100%. Gradasi paresis fasialis
dibandingkan dengan nilai tersebut, dikalikan dua untuk
presentasenya.2,4
Pada pemeriksaan fungsi motorik otot-otot wajah, dapat digunakan
gradasi fungsi saraf fasialis menurut House-Brackmann dan Freys
:
Grade Karakteristik
I. Normal Fungsi otot wajah normal pada semua area
II. Disfungsi RinganTerlihat kelemahan otot yang ringan pada
saat menutup mataSinkinesis ringan pada saat istirahat wajah
terlihat simetrisGerakan : Dahi fungsi ringan sampai baik Mata :
menutup komplit dengan usaha minimal Mulut : asimetris ringan
III. Disfungsi sedang UmumTerlihat sinkinesis, kontraktur atau
spasme hemifasial tapi tidak berat.Saat istirahat, wajah terlihat
simetris.
Gerakan : Dahi: pergerakan tertinggal ringan sampai sedang.
Mata: menutup sempurna dengan usaha maksimal. Mulut: kelemahan
ringan sampai sedang, simetris dengan usaha maksimal
IV. Disfungsi Sedang Berat UmumKelemahan otot wajah yang nyata.
Saat istirahat terlihat asimetris ringanGerakan :- Dahi: tidak ada
gerakan- Mata: tidak menutup sempurna- Mulut: asimetris walau
dengan usaha maksimal
V. Disfungsi Berat UmumSaat istirahat, sudah terlihat
asimetris.Gerakan- Dahi: tidak ada gerakan- Mata: tidak bisa
menutup- Mulut: hanya sedikit gerakan
VI. Total ParalisisTidak ada gerakan
Gambar House-Brackmann :Derajat I
Derajat II
Derajat III
Derajat VI
Derajat V
Sinkinesis dan Hemispasme1. SinkinesisKontraksi otot wajah yg
tidak disadari, terjadi bersamaan dengan gerak otot wajah lain yang
sengaja dilakukan 2. HemispasmeKontraksi otot tidak disadari,
spasmeintermiten ringan berat, terjadi pada 1 sisi wajah.4
Gustometri
1. Tes pengecapanSuatu indikator dalam deteksi gangguan fungsi
saraf korda timpani. Hilangnya pengecapan akibat cedera saraf korda
timpani, terbatas pada duapertiga anterior lidah dan berakhir pada
garis tengah.Caranya dengan menyuruh penderita menjulurkan lidah,
kemudian meletakkan pada lidah penderita bubuk gula, kina, sitrat
atau garam begiliran dan diselingi istirahat. Lalu penderita
disuruh menyatakan pengecapan yang dirasakan dengan isyarat.,
misalnya 1. untuk rasa manis; 2. untuk rasa pahit; 3. untuk rasa
asin; 4. untuk rasa asam2,42. ElektrogustometriLidah dirangsang
secara elektrik untuk memproduksi rasa metalik dan kedua sisi lidah
dibandingkan
Tes Schirmer
Dianggap sebagai pemeriksaan terbaik untuk mengetahui fungsi
otonom dari serabut saraf nervus fasalis yang disalurkan melalui
nervus petrosus superfisialis mayor setinggi ganglion genikulatum.
Cara pemeriksaan dengan meletakkan kertas hisap atau lakmus lebar
0.5cm, panjang 5-10cm pada dasar konjungtiva. Freyss menyatakan
bahwa jika ada perbedaan antara kanan dan kiri atau sama dengan 50%
dianggap patologis.2,7Tes Schirmer adalah tes yang digunakan untuk
memeriksa apakah mata dapat memproduksi air mata yang cukup untuk
tetap cukup membasahinya. Tes ini digunakan bila seorang pasien
mengalami kekeringan mata atau produksi air mata yang berlebihan.
Tes ini tidak bersifat invasif atau merusak jaringan tubuh. Hasil
normal tes ini adalah negatif dengan hasil lebih dari 10 mm dari
kertas saring yang basah selama 5 menit. Kedua mata seharusnya
memproduksi air mata yang sama jumlahnya 2,7Tes Schirmer
menggunakan lembaran strip kertas saring yang biasanya diselipkan
pada kelopak mata selama beberapa menit. Kedua mata diuji dalam
waktu yang bersamaan. Mata ditutup selama 5 menit dan kemudian
kertas diperiksa hasilnya. Kertas nantinya akan basah dan diukur
panjang kertas yang basah tersebut. Terkadang diperlukan anastetik
lokal pada mata sebelum menyelipkan kertas untuk mencegah iritasi.
Anestetik lokal digunakan hanya untuk pengukuran sekresi air mata
basal.7Biasanya pda dewasa muda, hasilnya sekitar 15 mm pda setiap
lembar kertas. Oleh karena adanya pengurangan produksi air mata
(hipolakrimasi) pada proses penuaan , pada orang tua hasilnya hanya
akan berkisar 10 mm selama 5 menit. Pasien dengan sidrom sjogren
mendapati hasil kurang dari 5 mm selama 5 menit7
Refleks stapedius1. Refleks kontraksi otot stapedius terjadi
ketika telinga kontralateral dirangsang dengan bunyi yang keras
akibatnya akan mengubah compliance telinga tengah. 2. Diukur
melalui audiometri impedans. 3. Jika lesi melibatkan cabang saraf
proksimal yang mengarah ke otot stapedius, otot tersebut tidak akan
berkontraksi dan tidak ada perubahan impedans.4
Refleksstapedius1. Aferen: N.VIII2. Jalur batang otak yang
kompleks dimulai dari nucleus koklea di sisi yang dirangsang ke
daerah nucleus motorik N.VII(fasialis) pada kedua sisi3. Eferen:
N.VII yang meinervasi otot stapedius. 4
DAFTAR PUSTAKA
1. Charles, richard, dkk.Surgical Atlas of Pediatric
Otolaryngology. Canada : BC Decker Inc.2009. Hal 137-1442. Efianty
Arsyad, dkk. .Buku ajar ilmu kesehatan hidung tenggorok kepala
& leher edisi ke:6. Jakarta : FKUI.2007. Hal 144-146.3.
http://repository.unand.ac.id/17668/1/Case%201%20-%20Fraktur%20Tulang%20Temporal.pdf)4.
4cardio.files.wordpress.com/.../pp-kelumpuhan-nervus-fasialis-perifer-2.
Diakses pada tanggal 18 desember 20135.
eprints.unsri.ac.id/861/1/Parese_saraf_fasial_OMSK_.pdf. Diakses
pada tanggal 18 desember 20136.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1961/1/bedah-iskandar%20japardi62.pdf.
Diakses pada tanggal 18 desember 2013.7.
http://id.wikipedia.org/wiki/Tes_Schirmer. Diakses pada tanggal 18
desember 2013
1