Top Banner
i TUGAS III TEKNOLOGI KOSMETIK Cream Anti Aging (Materi 35) Diajukan untuk memenuhi salah satu prasyarat mengikuti UTS Oleh : Zulpakor Oktoba (06334059) Dosen Pembimbing: DR. Teti Indrawati, MS, Apt PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL JAKARTA 2009
24

Tgs III_ Tekos_Zulpakor Oktoba _Cream Anti Aging

Jun 14, 2015

Download

Documents

PRODI FMIPA ISTN JAKARTA
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Tgs III_ Tekos_Zulpakor Oktoba _Cream Anti Aging

i

TUGAS III

TEKNOLOGI KOSMETIK

Cream Anti Aging

(Materi 35)

Diajukan untuk memenuhi salah satu prasyarat mengikuti UTS

Oleh :

Zulpakor Oktoba (06334059)

Dosen Pembimbing:

DR. Teti Indrawati, MS, Apt

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2009

Page 2: Tgs III_ Tekos_Zulpakor Oktoba _Cream Anti Aging

ii

KATA PENGANTAR

Teriring rasa syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya

yang tiada batas sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas III Teknologi Kosmetik

dengan judul “Cream Anti Aging” yang membahas mengenai sediaan kosmetika cream

anti aging untuk kulit.

Dalam penyusunan hingga penyelesaian tugas ini, penulis banyak mendapat

bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis ucapkan, khususnya kepada Ibu

DR. Teti Indrawati, MSc, Apt selaku dosen untuk mata kuliah Teknologi Kosmetika dan

rekan-rekan yang telah memberi dukungan dan motivasi.

Penulis berharap tugas ini dapat memberikan manfaat besar bagi pembacanya. Dan

penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai koreksi untuk tugas

mendatang.

Jakarta, Nopember 2009

Penulis

Page 3: Tgs III_ Tekos_Zulpakor Oktoba _Cream Anti Aging

iii

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ II

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2

1.3 Tujuan .............................................................................................................. 2

1.4 Manfaat ........................................................................................................... 3

BAB II DASAR TEORI

2.1 Teori Aging (Penuaan) .................................................................................... 4

2.2 Mekanisme Terjadinya Aging (Penuaan) ........................................................ 5

2.3 Anti Aging Atau Anti Keriput/Kerut ............................................................... 6

2.4 Definisi Cream ................................................................................................ 7

2.5 Klasifikasi Cream ............................................................................................ 8

2.6 Komponen Cream Anti aging .......................................................................... 8

BAB III PRAFORMULASI

3.1 Kriteria Cream Yang Baik ............................................................................... 9

3.2 Contoh Formula Cream Anti Aging ................................................................ 9

BAB IV METODE PEMBUATAN ............................................................................... 12

BAB V EVALUASI ....................................................................................................... 14

BAB VI BROSUR & KEMASAN ................................................................................. 17

KESIMPULAN .............................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 20

Page 4: Tgs III_ Tekos_Zulpakor Oktoba _Cream Anti Aging
Page 5: Tgs III_ Tekos_Zulpakor Oktoba _Cream Anti Aging

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

“ the overall deterioration of the body that comes with growing old is not

inevitable…we now realize that some aspects of it can be prevented or reserved. “

(Daniel Rudman, MD). Menua adalah suatu proses alami yang akan dialami semua

makhluk di alam semesta ini, yang sampai saat ini belum diketahui penangkalnya.

Menua merupakan suatu proses irreversibel yang terjadi dan terus berkembang sejak

seorang mature dan akan menghasilkan sejumlah perubahan atau penyimpangan dari

kondisi yang ideal, atau penurunan kemampuan untuk kembali ke kondisi ideal atau

keduanya.

Proses menua merupakan suatu akumulasi secara progresif berbagai

perubahan patologis di dalam sel dan jaringan yang terjadi seiring dengan waktu.

Menurut constantidies (1994), menjadi tua atau aging adalah suatu proses

menghilangnya kemampuan jaringan secara perlahan–lahan untuk memperbaiki atau

mengganti diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya. Akibatnya

tubuh tidak dapat bertahan terhadap kerusakan atau memperbaiki kerusakan tersebut.

(Soepardiman, 2003; Setiati, 2003 ).

Proses penuaan adalah suatu proses alamiah yang akan dialami setiap manusia

dan dulu dianggap bahwa tidak ada yang dapat dilakukan untuk mencegah proses

tersebut. Namun dari penelitian beberapa belas tahun terakhir ternyata menunjukkan

bahwa proses penuaan dapat dicegah, diperlambat, bahkan sebagian dapat dibalikkan.

( Djuanda, 2003; Setiati, 2003 ). Menurut tinjauan pustaka oleh Schneider dan Reed,

proses menua dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Olahraga yang teratur

2. Diet mengandung anti oksidan

3. Asupan trace mineral

4. Aspirin

5. Asupan asam lemak omega 3 ( dalam penelitian )

Saat ini ilmu pengetahuan dan tekhnologi masih ditantang untuk menerangkan sebab–

sebab orang menjadi tua, bagaimana prosesnya dan cara memperlambat proses

tersebut. Banyak teori yang menjelaskan tentang menua, namun belum ada teori yang

dapat memberikan jawaban yang memuaskan.

Page 6: Tgs III_ Tekos_Zulpakor Oktoba _Cream Anti Aging

2

Proses menua merupakan sesuatu hal yang alamiah yang dapat terjadi pada

seluruh organ tubuh termasuk kulit. Saat mulai terjadi proses tersebut tidak sama pada

setiap orang. Penipisan lapisan ozon mengakibatkan peningkatkan radiasi ultraviolet,

sehingga dapat mempercepat terjasinya photoaging, yaitu proses menua pada kulit

yang terus- menerus terpapar sinar matahari. ( Aryani, 2000 ; Djauzi, 2001 )

Umumnya dimasyarakat peremajaan kulit dilakukan untuk meningkatkan

penampilan dan bukan untuk kesehatan, sehingga kulit yang diremajakan hanyalah

kulit yang terlihat oleh orang lain (exposed skin), misalnya daerah muka, leher, dada

bagian atas, lengan atas, lengan bawah, tangan dan tungkai bawah. Orang dewasa

jarang sekali meremajakan kulit bagian dalam, kecuali memakai kosmetik perawatan.

Namun harus tetap diingat bahwa usaha meremajakan kulit bukanlah usaha untuk

memperpanjang umur, karena bagaimanapun umur manusia tetap terbatas

sebagaimana kodrat yang telah ditentukan oleh-Nya. (Wasitaatmadja, 2003).

Anti-aging creams umumnya krim pelembab berbasis cosmeceutical produk

perawatan kulit yang dipasarkan dengan janji membuat konsumen tampak terlihat

lebih muda dengan mengurangi kerutan, garis-garis ekspresi, cacat, perubahan

pigmentasi, discolourations dan lingkungan lainnya (terutama dari matahari) terkait

kondisi kulit.

Meskipun banyak permintaan, banyak produk dan pengobatan yang belum

terbukti abadi atau memberikan efek positif utama. Penurunan kedalaman kerut 10%

adalah khas. Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa beberapa bahan mempunyai

efek. Secara tradisional, krim anti-penuaan telah dipasarkan terhadap perempuan, tapi

produk yang khusus ditujukan bagi laki-laki semakin umum.

1. 2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana teori- teori tentang penuaan (aging) dan anti aging dan mekanisme

terjadinya?

2) Apa saja komponen yang termasuk dalam formula sediaan cream Anti aging ?

3) Bagaimana metode pembuatan sediaan cream anti aging yang sesuai standar

CPKB dan cara evaluasinya?

4) Bagaimana cara kerja obat Anti aging dalam menghambat proses penuaan?

5) Apa manfaat dari pemakaian obat Anti aging?

1.3 Tujuan

1) Tujuan Umum

Mendapatkan deskripsi tentang formulasi sediaan kosmetik cream Anti aging

dan teknologi yang digunakan dalam pembuatan Anti aging tersebut.

Page 7: Tgs III_ Tekos_Zulpakor Oktoba _Cream Anti Aging

3

2) Tujuan Khusus

- Menjelaskan bagaimana memformulasikan sediaan kosmetik cream Anti aging

dalam menghambat proses penuaan.

- Memberikan informasi tentang manfaat pemakaian obat Anti aging dalam

menghambat proses penuaan.

- Menjelaskan teknik metode pembuatan dan evaluasi sediaan cream anti aging

dan kemasannya.

1.4 Manfaat

1) Bagi civitas akademika Prodi Farmasi F-MIPA ISTN Jakarta;

Makalah ini bisa menjadi bahan pustaka yang berguna bagi civitas akademika

Prodi Farmasi F-MIPA ISTN Jakarta, sehingga pengetahuan tentang teknologi

sediaan kosmetika cream anti aging yang menghambat proses penuaan

menjadi lebih jelas dan detail.

2) Bagi masyarakat;

Diharapkan dari makalah ini dapat memberikan informasi tentang manfaat dan

akibat yang dapat ditimbulkan oleh pemakaian cream anti aging dalam

menghambat proses penuaan.

3) Penulis;

- Dapat menambah wawasan pengetahuan tentang memformulasikan sediaan

cream anti aging dalam menghambat proses penuaan.

- Dapat meningkatkan keterampilan dalam menulis, berpikir logis dan aplikatif

dalam memecahkan permasalahan ilmiah.

Page 8: Tgs III_ Tekos_Zulpakor Oktoba _Cream Anti Aging

4

BAB II

TEORI DASAR

2.1 Teori Aging (Penuaan)

Ada 3 teori yang mendasari terjadinya aging, yaitu:

A. Teori sel

- Teori Wear and Tear

Dr. August Weismann, tahun 1882 menyatakan teori ini berdasarkan pada

beban penggunaan (pekerjaan) sel jaringan tubuh yang berlangsung lama,

disertai pengaruh diet yang berlebihan, beban fisik dan stres. Mengakibatkan

sel jaringan rapuh (robek), dan mati.

- Adanya faktor genetik yang membatasi usia sel (Hayflick limit).

- Teori “clock” dan “counter”:

Setiap sel diatur oleh suatu DNA yang disebut telomere (clock) yang terdapat

pada bagian akhir setiap chromosom di dalam inti sel. Sesudah terjadi

pembelahan sel, telomere akan mengecil dan memendek. Apabila telomere

terlalu pendek akan menyebabkan sel menua dan mati. Pada penelitian

diketemukan suatu enzim disebut telomerase (counter) yang dapat

memperpanjang usia telomere. Sebagian besar sel tubuh mengandung

telomerase, tetapi dalam keadaan “off” (tidak aktif) sehingga sel dapat tua

dan mati, sedangkan dalam beberapa sel tubuh lain dalam posisi “on”

misalnya hemopoietic cells asal sel darah yang tidak bisa mati (immortal).

Contoh lain sel kanker yang tidak dapat tua (mati), karena ia memproduksi

telomerase (“on”) sehingga telomere tetap aktif. Dimasa datang terapi

telomere dapat mengontrol waktu hidup setiap sel, menghambat telomerase

pada sel kanker untuk menghentikan pertumbuhannya dan memperpanjang

usia telomere pada aging sel sehingga sel tersebut menjadi remaja kembali.

- Dr. Wong’s Hypothesis

Grace Wong, Ph.D., adalah ilmuwan di departemen oncology moleculair

Genentech menyatakan aging disebabkan terjadinya degradasi protein didalam

sel akibat oksigen radikal bebas yang mengaktifasi enzim proteases

(destructive enzym), banyaknya protein yang rusak mengakibatkan aging sel

dapat mengalami apoptosis (mati). Antioxidant, seperti vitamin C dan E dapat

mengikat radikal bebas dan mencegah aktifitas proteases. Pada penelitiannya

ditemukan pula bahwa hormon pertumbuhan (HP) ternyata dapat mengaktifasi

terbentuknya protease inhibitor yang menghambat langsung kerja proteases.

Pada laboratorium percobaannya, HP mampu melindungi binatang dari efek

radikal bebas yang mematikan saat dilakukan radiasi dan hyperoxia. Ini berarti

bahwa biarpun banyak radikal bebas didalam sel akan tidak mampu

mengaktifasi proteses sehingga proses kematian sel tidak terjadi.

Pada penelitian akhir-akhir ini, menunjukan HP tidak hanya mempengaruhi sel

saja, tetapi bekerja juga pada DNA (blueprint of the cell).

Page 9: Tgs III_ Tekos_Zulpakor Oktoba _Cream Anti Aging

5

- Accumulated Glycosolation Endproduct (AGE)

Tanda lain dari aging sel adalah protein mengalami proses cross-linking

(perlekatan). Suatu bentuk yang terjadi saat molecul gula mengikat protein dan

DNA yang dikenal sebagai glycosolation yang membentuk AGE. Ini yang

menyebabkan terjadinya katarak pada mata, penyumbatan pada pembuluh

darah, hambatan filtrasi pada ginjal.

B. Teori Neuroendokrin

- Dr. Dilman’s Hypothesis

Vladimair Dilman mengatakan hypothalamic-pituitary axis dibentuk sebagai

neuroendocrine “clock” aging. Seperti telomere “clock” yang mengontrol

berapa kali suatu sel membelah diri, neuroendocrine mengatur waktu usia rata-

rata sistim organ tubuh kita. Pada saat kita muda feedback system antara

hypothalamus, pituitary gland dan kelenjar endokrin lain bekerja sangat baik

seperti thermostat ruangan. Mekanisme ini disebut homeostasis. Tetapi saat

kita tua thermostat menjadi terganggu atau rusak, sehingga mengganggu

homeostasis yang menyebabkan timbulnya proses aging pada sel dan sistim

organ tubuh kita. Dr. Dilman yakin dengan mengembalikan homeostasis

seperti pada saat kita remaja merupakan kunci untuk mengatur aging. Dialah

yang mengilhami para anti-aging physicians bahwa aging dapat diobati.

C. Teori Imunitas

Dr. Keith Kelley, peneliti imunologis University of Illinois mengatakan

“Adanya hubungan terjadinya proses penuaan dengan penyusutan kelenjar

thymus”. Kelenjar thymus adalah organ utama pertama dari sistem imunitas

yang terletak pada tulang dada atas bagian belakang, dimana berfungsi sebagai

tempat pematangan T-cell lymphocytes yang peranannya sangat penting untuk

melawan penyakit. Pada usia rata-rata 12 tahun kelenjar thymus mulai

menyusut, sampai usia 40 tahun terlihat tipis kecil dan sukar diketemukan

pada usia diatas 60 tahun. Akibatnya T-cell lymphocyte berkurang seiring kita

tua yang membuat terjadinya Auto Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

dimana disertai dengan meningkatnya penyakit-penyakit seperti kanker,

penyakit infeksi, penyakit autoimmune, dll. Pada penelitiannya dengan

memberikan suntikan GH3 sel ( sel yang dibiakan dilaboratorium yang dapat

mengeluarkan GH ) pada tikus tua dimana kelenjar tymusnya sudah menyusut.

Kelenjar tymus membesar dan tikus tua tersebut menjadi tikus muda kembali.

Ini membuktikan adanya hubungan antara penuaan dengan menyusutnya

kelenjar tymus dan menurunnya hormon pertumbuhan. Hasil penelitiannya di

publikasikan pada papernya, “GH3 Pituitary Adenoma Implants Can Reverse

Thymic Aging”.

Page 10: Tgs III_ Tekos_Zulpakor Oktoba _Cream Anti Aging

6

2.2 Mekanisme terjadinya Aging atau Penuaan

Gejala Penuaan

Kerut/keriput merupakan gejala utama penuaan pada kulit. Namun umur bukanlah

penyebab utama. Hanya garis tawa (laugh lines) yang merupakan dampak alami dari

penuaan. Garis-garis di sekitar sudut mata seperti juga kerut antara hidung dan bibir

bagian atas disebabkan serat elastis dalam kulit berkurang sehingga menyebabkan

kulit mengendur dan melipat menjadi kerut/keriput. Sebagian besar garis-garis wajah

dan kerut/keriput disebabkan oleh pemaparan berlebihan terhadap sinar UV, baik

UVA yang bertanggung jawab atas noda gelap, kerut/keriput, dan melanoma maupun

UVB yang bertanggung jawab atas kulit terbakar dan karsinoma.

Terjadinya Kerut/Keriput

Berkurangnya ketebalan dermis sebanyak 20%

pada orang tua berkaitan dengan hilangnya serat elastin

dan kolagen. Kolagen dan elastin adalah komponen

utama lapisan dermis. Hilangnya serat-serat ini

berdampak buruk terhadap kelembaban dan ketegangan

kulit sehingga menimbulkan kerut/keriput.

Kolagen merupakan komponen utama di epidermis,

dengan 75% berat kering dan 18-30% volume lapisan

epidermis. Kolagen kaya akan asam amino

hidroksiprolin, hidroksilisin, dan glisin.

Fibroblast dermis memproduksi prekursor yang dikenal sebagai pro kolagen.

Pro kolagen ini mengandung terdiri dari 300-400 asam amino tambahan pada setiap

cabangnya, tambahan ini dipindahkan setelah sekresi menghasilkan molekul kolagen.

2.3 Anti Aging atau Anti Kerut/Anti Keriput

Efek Penuaan

Anda tidak bisa membalikan waktu dan menjadi muda. Bagaimanapun,

dengan kemajuan teknologi pengobatan kulit sekarang, anda dapat menghilangkan

efek dari penuaan dan photoaging (penuaan yang disebabkan oleh sinar matahari).

Anda tidak dapat menjadi muda tapi anda dapat terlihat muda dan lebih menarik

dengan perawatan anti penuaan atau lebih dikenal dengan anti aging.

Anti aging atau anti penuaan adalah sediaan untuk mencegah proses

degeneratif. Dalam hal ini, proses penuaan yang gejalanya terlihat jelas pada kulit

seperti keriput, kulit kasar, noda-noda gelap. Kerutan ataupun keriput dapat diartikan

secara sederhana sebagai penyebab menurunnya jumlah kolagen dermis.

Gambar 1.

Kulit Kekurangan Kolagen

Page 11: Tgs III_ Tekos_Zulpakor Oktoba _Cream Anti Aging

7

Gambar 2. Perbedaan Penampang kulit

Indonesia mempunyai iklim tropis dengan sinar matahari melimpah yang dapat

menyebabkan resiko tinggi terhadap kerusakan kulit atau penuaan dini (premature

aging). Masalah yang timbul pada kulit akibat sinar matahari dapat diatasi dengan

pengobatan dermatologis. Pengobatan yang diaplikasikan langsung ke kulit biasanya

lebih efektif. Kosmetika anti kerut/anti keriput sangat digemari oleh para wanita saat

ini. Memang kerut/keriput identik dengan usia yang sudah lanjut. Namun,

kerut/keriput dapat muncul pada wanita muda yang lebih dikenal dengan sebutan

penuaan dini (premature aging). Sinar UV dianggap sebagai penyebab utama

terjadinya penuaan dini. Oleh sebab itu, kosmetika dan perawatan tubuh yang

berfungsi sebagai anti kerut/anti keriput banyak digunakan untuk mencegah dan

menghilangkan dampak penuaan dini.

Untuk menghilangkan dampak dari sinar UV dan sebagai anti kerut/anti

keriput, telah tersedia banyak kosmetika yang mengandung antioksidan. Antioksidan

berfungsi menangkap radikal bebas dalam kulit akibat sinar UV dan polusi. Molekul

antioksidan berfungsi sebagai sumber hidrogen labil yang akan berikatan dengan

radikal bebas. Dalam proses tersebut, antioksidan mengikat energi yang akan

digunakan untuk pembentukan radikal bebas baru sehingga reaksi oksidasi berhenti.

Antioksidan “mengorbankan dirinya” untuk teroksidasi oleh radikal bebas sehingga

melindungi protein atau asam amino penyusun kolagen dan elastin. Diantara

antioksidan yang paling sering digunakan adalah vitamin C yang telah terbukti secara

ilmiah. Vitamin C terbukti menekan proses pigmentasi kulit sehingga banyak juga

digunakan sebagai bahan pemutih kulit wajah (whitening). Disamping juga mencegah

proses pembentukan bintik kecil kulit (freckle), bintik coklat kulit (brownspots) serta

memulihkan efek kantong mata (eye-sack). Proses pencerahan kulit dengan vitamin C

dianggap lebih aman dibanding bahan lain, seperti hidroquinone sehingga cocok bagi

kulit wanita di Asia.

Page 12: Tgs III_ Tekos_Zulpakor Oktoba _Cream Anti Aging

8

2.4 Definisi cream

Cream merupakan sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air

tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (FI III). Menurut

Moh. Anief, cream adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental

mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe

cream ada 2, yaitu tipe air minyak (w/o) dan tipe minyak air (o/w). Sedangkan

menurut Farmakope Indonesia Edisi IV cream adalah sediaan semi solid yang

mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan

dasar yang sesuai. Ukuran partikel emulsi sekitar >1000 nm.

Cream merupakan bentuk kosmetik perawatan klasik karena range

stabilitasnya yang lebar. Bentuk ini diformulasikan dengan minyak, humectan, air,

dan komponen lainnya.

2.5 Klasifikasi cream

1. Tipe O/W

Pada cream tipe O/W fase minyak dan fase air disiapkan secara terpisah

kemudian dicampur. Cream O/W (moisturizing cream) yang digunakan akan

hilang tanpa bekas. Pembuatan cream O/W sering menggunakan zat

pengemulsi campuran dari surfaktan (non ionik) yang umumnya merupakan

rantai panjang alcohol walaupun untuk beberapa kosmetik pemakaian asam

lemak lebih popular. Cream ini menggunakan surfaktan non inonik (setil

alcohol) dan surfaktan ampifilik (stearil alcohol) agar menjadikan cream lebih

stabil.

2. Tipe W/O

Berbeda dengan tipe W/O, cream jenis ini membutuhkan pengemulsi dengan

HLB (Hydrophile/Lipophile Balance) sekitar 5-7. Prinsip cream ini sama

dengan tipe O/W, kecuali fase air ditambahkan ke dalam fase minyak.

Cream berminyak mengandung zat pengemulsi W/O yang spesifik seperti

adeps lanae, wool alcohol atau ester asam lemak dengan atau garam dari asam

lemak dengan logam bervalensi 2, misal Ca. Cream W/O dan O/W

membutuhkan emulgator yang berbeda. Jika emulgator tidak tepat, dapat

terjadi pembalikan fase.

2.7 Komponen cream anti aging

Komponen sediaan cream anti aging terdiri atas :

1. Fase minyak (hidrokarbon, lilin, asam lemak dll);

2. Fase air (humektan, alkohol, pengental dan air murni);

3. Surfaktan/emulgator

- nonionic : gliserin stearat, PEG sorbitan sabun asam lemak, dll;

- anionic : sabun asam lemak, sodium alkil sulfat, dll.

Page 13: Tgs III_ Tekos_Zulpakor Oktoba _Cream Anti Aging

9

4. Tambahan

- antioksidan (BHT, BHA, Vitamin C, Vitamin E, Hormon pertumbuhan

(growth hormone), dll.

- pengawet (asam sorbat, golongan paraben, dll)

- antikelat (EDTA)

- anti mikroba

- parfum, pewarna dan lain-lain.

Page 14: Tgs III_ Tekos_Zulpakor Oktoba _Cream Anti Aging

10

BAB III

PRAFORMULASI

3.1 Kriteria sediaan cream yang baik

Cream yang baik, harus memiliki kriteria :

1. Mudah dioleskan merata pada kulit.

2. Mudah dicuci besih dari daerah lekatan.

3. Tidak berbau tengik.

4. Bebas partikulat keras dan tajam.

5. Tidak mengiritasi kulit.

6. Dalam penyimpanan, harus memiliki sifat sebagai berikut :

Harus tetap homogen dan stabil.

Tidak berbau tengik.

Bebas partikulat keras dan tajam.

Tidak mengiritasi kulit.

(Formularium Kosmetik Indonesia Hal 33)

3.2 Formula Cream anti aging

Sediaan cream anti aging dimaksudkan untuk mengembalikan penampilan

yang kencang dan muda pada kulit wanita berusia diatas 40 tahun. Bahan aktif yang

terpenting adalah hormon-hormon folikel dan bahan yang erat hubungannya dengan

itu, seperti estrogen concenterate/sintesis dan bahan-bahan kompleks, seperti ekstrak

plasenta. Sedangkan bahan aktif yang lain tergolong sebagai anti oksidan seperti ; α-

tokoferol (Vitamin E), As. askorbat (Vitamin C) dan mungkin juga terdapat royal

jelly, hidrolisat protein, dan enzim-enzim.

Contoh formulasi 2 formula yang berbeda

I II

Paraffin wax ………………………….. - 7,0

Petrolatum ………………………….. - 42,5

Almond oil ………………………….. 2,5 -

Isopropyl myristate ………………………….. - 4,0

Cethyl alcohol ………………………….. 0,8 2,0

Anhydrous lanolin ………………………….. - 4,0

Stearic acid ………………………….. 20,0 -

Pregnenolone ………………………….. 0,5 -

Estrogen concenterate ………………………….. - 0,5

Triethanolamine ………………………….. 1,8 -

Page 15: Tgs III_ Tekos_Zulpakor Oktoba _Cream Anti Aging

11

Sorbitan mono-oleate ………………………….. - 4,0

Magnesium sulfate ………………………….. - 0,2

Glycerol ………………………….. 5,0 -

Sorbitol liquid ………………………….. - 2,0

Preservative ………………………….. 0,2 0,2

Perfume ………………………….. 0,2 0,2

Air ………………………….. 69,2 33,4

Page 16: Tgs III_ Tekos_Zulpakor Oktoba _Cream Anti Aging

12

BAB IV

CARA PEMBUATAN

Metode pembuatan

Umumnya, tanpa memperhatikan tipe emulsi w/o atau o/w, campur zat pengemulsi

yang larut dalam minyak ke dalam fase minyak, jika perlu pemanasan, dan zat emulsi

yang larut dalam air ke fase air. Tambahkan fase air ke dalam fase minyak, dengan

hati-hati, suhu kedua fase diatur lebih kurang sama.

Jika dalam formula terdapat parfum atau minyak atsiri, ditambahkan ke dalam

campuran setelah suhu mencapai suhu 45-500 C.

Cream tipe O/W ini dibuat dengan mencampurkan fase minyak yang terdiri

atas fase minyak, surfaktan, anti oksidan yang telah dibuat sebelumnya dan

dipanaskan pada suhu 70-800C dan ditambahkan parfum kemudian dilakukan proses

stirring pada suhu 700C. Fase minyak ini kemudian ditambahkan kedalam fase air

(purified water) yang telah dicampur dengan humektan pada suhu 700C kemudian

didinginkan. Fase minyak ditambahkan kedalam fase air untuk dilakukan pre

eliminary emulsification suhu 700C. Dan dilakukan proses emulsifikasi suhu 70

0C

dengan alat Homomixer untuk membuat partikel seragam. Setelah itu dilakukan

proses filtering dan proses pendinginan menggunakan Heat Exchanger untuk

membuat krim dalam kualitas stabil.

Saat proses ini harus diperhatikan setting putaran kecepatan silinder dan

temperatur final sehingga diperoleh krim yang stabil. Kemudian dimasukkan kedalam

tangki penyimpanan untuk selanjutnya diisikan kedalam wadah-wadah (proses

filling).

Page 17: Tgs III_ Tekos_Zulpakor Oktoba _Cream Anti Aging

13

dikembangkan dengan air campur dan homogenkan

Larutkan dalam air panas/air suhu normal v campur dan homogenkan

Gambar 3. Skema Pembuatan cream Anti aging

Fase Minyak isopropil miristat

setil alkohol

BHT

Propil paraben

Metil paraben dilarutkan dalam

propilen glikol

Fase Air steareth-21 steareth-2

campurkan

dipanaskan di cawan porselen di penangas air

pada suhu 700C

Basis cream

campur Homogenkan

Xanthan gum

Sediaan cream anti aging

Zat Aktif

Page 18: Tgs III_ Tekos_Zulpakor Oktoba _Cream Anti Aging

14

BAB V

EVALUASI

Evaluasi yang dilakukan pada sediaan cream Anti aging, yaitu:

A. Uji Mikrobiologi terdiri dari :

1) Angka Lempeng Total

Menurut persyaratan yang ditetapkan oleh Badan POM tidak boleh lebih dari

5x102 koloni/ ml.

2) Mikroba Patogen

3) Menurut persyaratan yang ditetapkan oleh Badan POM mikroba patogen

(Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Candida albicans) harus

negatif.

B. Uji Stabilitas Krim:

1) Organoleptis atau penampilan fisik

Uji organoleptis dilakukan secara visual dengan menggunakan panca indera,

yang meliputi warna, bau dan bentuk sediaan.

2) Homogenitas

Pada pemeriksaan ini secara makroskopik dilihat apakah kadar atau ukuran

partikel zat aktif sama di seluruh bagian krim. Untuk zat aktif yang larut dalam

fase internalnya dilihat apakah ukuran partikel minyak sama di seluruh bagian

krim. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan alat metalograf.

Adapun caranya adalah sebagai berikut :

- Sejumlah krim yang akan diamati dioleskan pada kaca objek yang bersih

dan kering sehingga membentuk suatu lapisan yang tipis, kemuian ditutup

dengan kaca preparat (cover glass).

- Preparat krim diletakkan pada tempat yang tersedia pada metalograf.

Pengamatan dilakukan dengan pembesaran 400 kali. Krim dinyatakan

homogen apabila krim mempunyai fase dalam yang tampak rata dan tidak

menggumpal.

3) Uji Viskositas (sifat Aliran)

Secara umum kenaikan viskositas akan meningkatkan stabilitas sediaan.

Walaupun viskositas merupakan kriteria penampilan pokok, penggunaannya

untuk pengkajian shelf-life tidak berkenaan dengan harga viskositas absolut,

tetapi engan perubahan dalam viskositas selama penyimpanan. Pada saat

menguji viskositas dapat diketahui kecenderungan atau kemajuan terjadinya

creaming dan breaking. Menggunakan viskometer ostwald.

4) Uji pH

Krim sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5 karena

jika krim memiliki pH yang terlalu basa dapat menyebabkan kulit bersisik,

sedangkan pH yang terlalu asam dapat menyebabkan iritasi kulit.

Untuk membantu kulit mempertahankan pH, beberapa sediaan topikal

disesuaikan dengan pH kulit. pH krim dapat dengan mudah diketahui dengan

Page 19: Tgs III_ Tekos_Zulpakor Oktoba _Cream Anti Aging

15

menggunakan pH meter (dengan metode standar) atau dengan ”test Paper”

(kertas indikator).

5) Uji Pemisahan fase

Becher menyatakan bahwa sentrifugasi pada 3750 rpm dalam suatu radius

sentrifugasi 10 cm untuk waktu 5 jam setar dengan efek gravitasi untuk kira-

kira satu tahun, sedangkan hukum stokes menunjukkan bahwa pembentukkan

krim merupakan suatu fungsi gravitasi dan karenanya kenaikan dalam

garvitasi mempercepat pemisahan.

Dilakukan dengan menggunakan alat sentrifugator, yaitu dengan cara

sebagai berikut :

a. Sejumlah krim dimasukkan kedalam tabung sentifus berukuran 10 cm

dan ukur tingi krim tersebut sebelum disentrifuse.

b. Tabung sentrifuse yang berisi krim dimasukkan kedalam sentrifusgator

5.500 rpm selama 15 menit.

c. Setelah 15 menit, tinggi diukur kembali setelah disentrifuse.

Tinggi krim awal dengan krim akhir dibandingkan.

6) Uji Penentuan Tipe Emulsi

Untuk penentuan tipe emulsi terdapat sejumlah cara, yaitu dengan metode

warna, metode pengenceran, metode pencucian, percobaan cincin dan

pengukuran daya hantar.

Penentuan tipe emulsi dilakukan terhadap setiap formula selama 6 minggu,

dengan pengamatan sebanyak 7 kali (selang waktu 1 minggu). Pengujian

dilakukan dengan cara mencampur krim dengan beberapa tetes larutan bahan

pewarna larut air (Metilen biru) dan bahan pewarna larut lemak (Sudan III) di

atas kaca objek. Amati dengan mikroskop.

Hasilnya :

a. Emulsi minyak dalam air

Pada penambahan Metilen biru, tetesan cairan (fase dalam) tidak

berwarna, sedangkan dasar emulsi (fase luar) berwarna biru. Atau

pada penambahan Sudan III, tetesan cairan (Fase dalam) berwarna

merah, sedangkan fase luarnya tidak berwarna.

b. Emulsi air dalam minyak

Pada penambahan Metilen biru, tetesan cairan (ase dalam) berwarna

biru, sedangkan dasar emulsi (fase luar) tidak berwarna. Atau paa

penambahan Sudan III, tetesan cairan (fase dalam) tidak berwarna,

sedangkan fase luarnya berwarna merah.

Cream dikatakan stabil jika :

- Tidak ada perubahan yang berarti dalam ukuran partikel atau distribusi

partikel dari globul fasa dalam selama life time produk.

- Distribusi globul yang teremulsi adalah homogen.

- Memiliki aliran tiksotropik (mudah mengalir atau tersebar tetapi

memiliki viskositas yang tinggi untuk meningkatkan stabilitas

fisiknya).

- Tidak terjadi koalesen fasa internal, creaming dan perubahan

penampilan, bau, warna, serta sifat fisik yang lain.

Page 20: Tgs III_ Tekos_Zulpakor Oktoba _Cream Anti Aging

16

7) Uji Stabilitas Dipercepat :

Analisis frekuensi ukuran dari emulsi dari waktu kewaktu dengan makin

lamanya produk etrsebut. Untuk emulsi yang pecah dengan cepat,

penyelidikan mikroskopik dari fase dalam yang terpisah sudah cukup.

C. Uji Isi Minimum ( FI Edisi IV )

- Pengujian krim yang dikemas dalam wadah dengan etiket yang

mencantumkan bobot bersih tidak lebih dari 10 g.

- Ambil 10 contoh, isi wadah dikeluarkan, bersihkan dan keringkan,

timbang wadah.

- Timbang lagi masing-masing wadah yang kering dan bersih beserta

bagian-bagiannya.

- Perbedaan antara kedua penimbangan adalah bobot bersih isi wadah.

- Bobot bersih + isi dan wadah tidak kurang dari bobot yang tertera pada

etiket dan tidak satu pun wadah yang bobot bersih isinya kurang dari 90%

dan bobot yang tertera pada etiket untuk bobot ≤ 60 g dan tidak kurang

dari 95% dari bobot yang tertera pada etiket. Untuk bobot lebih besar dari

60 g dan lebih dari 150 g. Jika persyaratan ini tidak terpenuhi, tetapkan

bobot minimum.

Page 21: Tgs III_ Tekos_Zulpakor Oktoba _Cream Anti Aging

17

Netto : 10 gram

CREAM ANTI AGING®

Komposisi :

Mengandung Estrogen concenterate(Growth Hormone)

Indikasi : Anti keriput pada kelopak mata dan mencegah penuaan dini

No. POM CD 1005600327

Kategori: Sediaan Perawatan Kulit Sub Kategori: Anti aging & anti wrinkle

Dibuat oleh :

Pharmacetical Laboratorics-ISTN

Jakarta-Indonesia

BAB VI

BROSUR & KEMASAN

Gambar 4. Desain dus cream anti aging

Netto: 10 g

Mengandung Estrogen Concenterate (Growth Hormone)

Indikasi, Pemakaian, Penyimpanan Lihat brosur.

Dibuat oleh : Pharmacetical Laboratorium-ISTN

Jakarta-Indonesia

Simpan pada suhu kamar dan terlindung

dari cahaya matahari.

No. POM CD 1005600327 Sub Kategori: Anti aging & anti wrinkle

Netto : 10 g

Netto : 10 g

Komposisi :

Mengandung :

Estrogen concenterate (Growth Hormone)

Indikasi :

Antioksidan Menyamarkan kerutan dan keriput

Membatasi pembentukan garis – garis halus wajah

Mencegah penuaan dini

Pemakaian :

Oleskan tipis pada kelopak mata dan wajah

Penyimpanan :

Simpan pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya matahari

Kemasan :

Dus, tube 10 g

No. POM CD 1005600327 Kategori: Sediaan Perawatan Kulit Sub Kategori: Anti aging & anti wrinkle

Dibuat oleh :

Pharmacetical Laboratorics-ISTN

Jakarta-Indonesia

CREAM

ANTI ANTIAGING®

Page 22: Tgs III_ Tekos_Zulpakor Oktoba _Cream Anti Aging

18

Contoh kemasan/wadah

Page 23: Tgs III_ Tekos_Zulpakor Oktoba _Cream Anti Aging

19

KESIMPULAN

Berdasarkan teori diatas dapat kita simpulkan bahwa aging bukanlah proses

alami atau takdir atau God’s will, tetapi adalah sama dengan proses terjadinya suatu

penyakit. Situasi ini sama dengan kita menghadapi proses aging atau penuaan, yang

ternyata diakibatkan antara lain menurunnya sekresi Hormon pertumbuhan, sistem

imunitas menurun dan adanya radikal bebas akibat oksidasi oxigen. Berarti aging atau

proses penuaan dapat kita cegah maupun kita terapi.

Cream anti aging adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental

mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar untuk

digunakan mencegah proses degeneratif. Tipe cream ada 2, yaitu tipe air minyak

(w/o) dan tipe minyak air (o/w). Cream anti aging memiliki kriteria: mudah dioleskan

merata, mudah dicuci bersih dari daerah lekatan, tidak berbau tengik, bebas partikulat

keras dan tajam, tidak mengiritasi kulit dan stabil dalam penyimpanan. Tanpa

memperhatikan tipe emulsi w/o atau o/w, pembuatan cream anti aging sama.

Komponen cream anti aging adalah: fase minyak (hidrokarbon, lilin, asam lemak dll),

fase air (humektan, alkohol, pengental dan air murni), surfaktan/emulgator dan bahan

tambahan antioksidan (-tokoferol, as. Askorbat/Vitamin C), pengawet, antikelat,

antimikroba, farfum, dll. Evaluasi yang dilakukan pada sediaan cream anti aging,

yaitu uji mikrobiologi, uji stabilitas (organoleptis, homogenitas, viskositas, pH,

pemisahan fase, penentuan tipe)

Anti-aging creams umumnya krim pelembab berbasis cosmeceutical produk

perawatan kulit yang dipasarkan dengan janji membuat konsumen tampak terlihat

lebih muda dengan mengurangi kerutan, garis-garis ekspresi, cacat, perubahan

pigmentasi, discolourations dan lingkungan lainnya (terutama dari matahari) terkait

kondisi kulit.

Page 24: Tgs III_ Tekos_Zulpakor Oktoba _Cream Anti Aging

20

DAFTAR PUSTAKA

H.D Goulden, Emil G Harmann Donald, H. Power edward sagarin.1957.Cosmetics

science and technology. Interscience Publishers Inc: New york

Harry’s Cosmetology eigth edition, edited by Matin M. Rieger, Ph.d, Chemical

Publishing Co, Inc New York 2000

New cosmetic science, edited takeo mitsui, Ph.d Former Senior Executive Director

And Director Research And Development Division Shiseido Co. Ltd 1997.

Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, Dr. Retno Iswari Tranggono, Sp.KK, &

Dra. Fatma Latifah, Apt

Wasiaatmadja, Syarif. M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik.UI-Press: Jakarta

Ainnley Wada And Paul J. Weller, Handbook Of Pharmaceutical Exipients.

Cyril A Keele, M.D and Eric Neil, M.D. “Samson Wright’s Applied Physiology”.

Oxford University Press, Twelfth Edition, 1971. § 57 (494-500)

International Hormone Society, “A Practical Application of Treating Adult Hormone

Deficiencies”, First Practical Symposium, Las Vegas November 30th

December 1th

2004.

Robert Berkow, M.D., Editor. The Merck Manual of Diagnosis and Therapy.

Thirteenth edition 1977. Chapter 12, 1244 – 1265.

Ronald Klatz, M.D . “Ten Weeks To A Younger You” . Copyright 1999: 17 – 26

Wintrobe, Thorn, Adams, Braunwald, Isselbacher. Petersdorf. Harrison’s “Prinsiples

of Internal Medicine” Copyright 1974 by McGraw-Hill, Inc. Section 3

Hormonal disorders. 444,447,465.

Cosmeology-Theory and Practice, Karlheinz and Andreas Domsch, volume III, 2005

Rieyer M. R., 2000, Harry’s Cosmetiology, Eighth Edition, Chemical Publishig Co.,

Inc., New York.

Immanuel, Suzanna. Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine. Artikel

dari Cermin Dunia Kedokteran vol. 35 no. 2/161 (Apr. 2008), halaman 82

Mykytyn, Courtney Everts. Anti Aging Medicine : A Patient / Practitioner Movement

to Redefine Aging: Artikel dari Social Science & Medicine

(www.elsevier.com/locate/sosscimed) vol.62 no.3 (Feb.2006), halaman 643-653