TESIS KOMPRES TETRACHLORODECAOXIDE (TCDO) MEMBERIKAN EFEK PENUTUPAN LUKA LEBIH CEPAT DIBANDINGKAN KOMPRES NORMAL SALINE PADA PENGOBATAN LUKA TERBUKA DENGAN FULL THICKNESS SKIN LOSS PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS) SAGITHA INDRAYANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
107
Embed
tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TESIS
KOMPRES TETRACHLORODECAOXIDE (TCDO) MEMBERIKAN EFEK PENUTUPAN LUKA LEBIH
CEPAT DIBANDINGKAN KOMPRES NORMAL SALINE PADA PENGOBATAN LUKA TERBUKA
DENGAN FULL THICKNESS SKIN LOSS PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS)
SAGITHA INDRAYANA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2014
TESIS
KOMPRES TETRACHLORODECAOXIDE (TCDO) MEMBERIKAN EFEK PENUTUPAN LUKA LEBIH
CEPAT DIBANDINGKAN KOMPRES NORMAL SALINE PADA PENGOBATAN LUKA TERBUKA
DENGAN FULL THICKNESS SKIN LOSS PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS)
R. SAGITHA INDRAYANA NIM. 0914118103
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2014
KOMPRES TETRACHLORODECAOXIDE (TCDO) MEMBERIKAN EFEK PENUTUPAN LUKA LEBIH
CEPAT DIBANDINGKAN KOMPRES NORMAL SALINE PADA PENGOBATAN LUKA TERBUKA
DENGAN FULL THICKNESS SKIN LOSS PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS)
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik
Program Pascasarjana Universitas Udayana
R. SAGITHA INDRAYANA NIM. 0914118103
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2014
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL : 21 Maret 2014
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. Wimpie I Pangkahila, Sp.And., FAACS NIP 19461213 197107 1 001
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP 19590215 198510 2 001
Pembimbing I,
Prof. Dr. dr. I Ketut Siki kawiyana, Sp.B, Sp.OT(K). NIP: 194809091979031002
Pembimbing II
dr. K.G.Mulyadi Ridia, Sp.OT.(K) NIP: 19600201 198610 1 001
Tesis Ini Telah Diuji
Tanggal : 21 maret 2014
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Direktur Program Pascasarjana
Universitas Udayana, No. : 753/H14.4.9/DT/2014
Ketua : Prof. Dr. dr. I Ketut Siki kawiyana, Sp.B, Sp.OT(K).
Sekretaris : dr. K.G.Mulyadi Ridia, Sp.OT.(K)
Anggota :1. Prof. Dr. dr. Wimpie I Pangkahila, Sp.And., FAACS
1. Prof. dr. N. Tigeh Suryadhi, MPH,Ph.D
1. Prof. Dr. dr. N. Adiputra, M.OH
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya penelitian ini dapat selesai sesuai waktu yang telah ditentukan.
Penelitian yang berjudul ”Kompres Tetrachlorodecaoxide (TCDO) Memberikan
Efek Penutupan Luka Lebih Cepat Dibandingkan Kompres Normal Saline Pada
Pengobatan Luka Terbuka Dengan Full Thickness Skin Loss Pada Tikus Putih
(Rattus Norvegicus)” ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan masukan dari
berbagai pihak. Melalui kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD, selaku Rektor Universitas
Udayana atas ijin yang telah diberikan.
2. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan.
3. Prof. Dr. dr. I Ketut Siki Kawiyana, Sp.B, Sp.OT(K), selaku Kepala
Program Studi Orthopaedi dan Traumatologi Universitas Udayana/ RSUP
Sanglah atas kesempatan yang diberikan
4. dr. K. G. Mulyadi Ridia, Sp.OT. (K), selaku Kepala Bagian Orthopaedi dan
Traumatologi, atas ijin yang telah diberikan kepada penulis untuk
melakukan penelitian ini.
5. Prof. Dr. dr. I Ketut Siki Kawiyana, Sp.B, Sp.OT(K), dan dr.K.G. Mulyadi
Ridia, Sp.OT.(K), selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah
banyak memberikan petunjuk, masukan serta bimbingan.
6. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K), selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Udayana.
7. Prof. Dr. dr. Wimpie I Pangkahila, Sp.And., FAACS, selaku Ketua Program
Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana.
8. Prof. Dr. dr. Wimpie I Pangkahila, Sp.And., FAACS, Prof. dr. . N. Tigeh
Suryadhi, MPH., Ph.D. dan Prof. Dr. dr. N. Adiputra, M.OH., selaku
Penguji 1, 2 dan 3, yang telah memberikan banyak koreksi dan perbaikan
demi kesempurnaan penelitian ini.
9. Semua dosen pengajar Combined Degree Pasca Sarjana Universitas
Udayana
10. Segenap staf pengajar di Bagian/SMF Orthopaedi dan traumatologi FK
Udayana/RSUP Sanglah
11. Rekan residen serta semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
semua saran dan kritik demi kesempurnaan tulisan ini sangat penulis harapkan.
Akhir kata, semoga penelitianyang dilaksanakan ini nantinya dapat bermanfaat
bagi kemajuan ilmu kedokteran, khususnya di bidang Orthopaedi dan
Traumatologi.
Denpasar, Januari 2014
Penulis
ABSTRAK KOMPRES TETRACHLORODECAOXIDE (TCDO) MEMBERIKAN EFEK
PENUTUPAN LUKA LEBIH CEPAT DIBANDINGKAN KOMPRES NORMAL SALINE PADA PENGOBATAN LUKA TERBUKA DENGAN
FULL THICKNESS SKIN LOSS PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS)
Luka terbuka diharapkan sembuh dengan penyembuhan sekunder, melalui
proses granulasi, reepitelisasi dan kontraksi luka dan akhirnya alami penutupan luka. Suasana luka yang lembab penting untuk penyembuhan luka optimal. Bahan standar untuk pertahankan kelembaban luka adalah normal salin. Selain kompres normal saline, banyak bahan yang diajukan sebagai kompres penutup luka. Pada penelitian ini digunakan bahan Tetrachlorodecaoxide (TCDO), suatu senyawa klorit dengan efek bakterisidal, imunomudolator, mitogenik dan kemotaktik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemakaian kompres Tetrachlorodecaoxide menyebabkan penutupan luka lebih cepat dibandingkan dengan kompres normal salin pada tikus putih (Rattus norvegicus).
Pre post test control group design, menggunakan sample tikus putih (Rattus norvegicus) sebanyak 16 ekor tiap kelompok. Luka full thickness dengan punch biopsy diameter 8 mm dan dalam 3 mm. Dilakukan perawatan luka tehnik aseptik kemudian pada Kelompok Perlakuan diberi kompres TCDO sedangkan Kelompok Kontrol dengan kompres normal salin. Dilakukan penghitungan persentase penutupan luka hari ke tiga dan ke tujuh serta lamanya penutupan luka, Data dianalisis dengan SPSS for Windows versi 21.0
Persentase penutupan luka pada hari ke tiga dan hari ke tujuh lebih besar secara bermakna pada Kelompok Perlakuan dibandingkan Kelompok Kontrol (p<0,05) serta waktu penutupan luka lebih cepat secara bermakna pada Kelompok Perlakuan dibandingkan Kelompok Kontrol (p<0,05).
Kompres Tetrachlorodecaoxide memberikan efek persentase penutupan luka lebih besar serta waktu penutupan lebih cepat dibandingkan kompres normal saline pada pengobatan luka terbuka dengan full thickness skin loss pada tikus putih (Rattus norvegicus).
Kata kunci: luka terbuka, kompres TCDO, kompres normal salin, penutupan luka, tikus putih.
ABSTRACT
TETRACHLORODECAOXIDE COMPRESS CAUSED WOUND HEALING FASTER THAN NORMAL SALINE ON THE TREATMENT OF FULL THICKNESS SKIN LOSS IN WHITE RATS (RATTUS NORVEGICUS)
An open wound was expected heal with secondary attention, with the formation of granulation tissue, epitelisation, wound contraction and finally wound clossure. Moist is the best conditions for open wound healing. Standard material for wound dressing is normal saline. There are numerous materials that can be use for wound dressing. This research used Tetrachlorodecaoxide(TCDO) which have bactericidal, immunomodulator, mitogenic and chemotactic effect as a wound compress, caused faster wound clossure compared with normal saline compress on white rats (Rattus norvegicus).
Pre test Post test control group design was used, with 16 white rats (Rattus norvegicus) as a subject for each group. Full thickness wounds were made using a punch biopsy diameter 8 mm and 3 mm depth. Wound treated with aseptic technique and covered with TCDO compress in the research group and normal saline compress in control group. Percentage on wound clossure measured on day 3th and 7th and the period for totally wound clossured. The results analised with SPSS for Windows version 21.0
Percentage wound clossure in day 3th and 7th in the TCDO group was bigger than normal saline group and proved statistically significant (p<0.05). Wound closure time in the TCDO group was faster than the normal saline group and also statistically significant (p<0,05).
TCDO compress caused wound healing faster than normal saline compress on the treatment of open wound with full thickness skin loss on white rats (Rattus norvegicus).
Keywords: open wound, TCDO compress, normal saline compress, wound closure, white rats.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ............................................................................................. .. ii
PRASYARAT GELAR ...................................................................................... . iii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... . iv
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 6 2.1 Kulit ............................................................................................. 6 2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ............................................ 6 2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Kulit Mencit ............................... 11 2.2 Luka ..... .................................................................................... 13 2.2.1 Definisi Luka ................................................................... 13 2.2.2 Pembagian Luka .............................................................. 13 2.3 Penutupan Luka .......................................................................... 14 2.3.1 Sejarah Penutupan Luka .................................................. 14 2.3.2 Mekanisme Penutupan Luka ........................................... 16
2.3.3 Faktor Faktor Mempengaruhi Penyembuhan .................. 23 2.3.4 Penatalaksanaan Luka ..................................................... 27 2.4 Bahan Penutup Luka .................................................................. 33 2.4.1 NaCl 0,9% ....................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 68
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Epidermis Normal ....................................................................... 7
Gambar 2.2 Dermis Normal ............................................................................ 11
Gambar 2.3 Bagan Alur Penatalaksanaan Luka ............................................. 28
Gambar 3.1 Skema Konsep ............................................................................ 43
Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian ...................................................... 44
Gambar 4.2 Skema Alur Penelitian ................................................................ 52
Gambar 5.1 Instrument Penelitian .................................................................. 55
Gambar 5.2 Luka Full Thickness Skin Loss ................................................... 55
Gambar 5.3 Perkembangan Luka hari ketiga dan Ketujuh ............................. 56
Gambar 5.4 Grafik Persentase Penutupan Luka ............................................. 59
Gambar 5.5 Grafik Waktu Penutupan Luka .................................................... 61
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Zat-zat di Daerah Luka ............................................................... 20
Tabel 2.2 Faktor Pemilihan Metode Debridement ...................................... 31
Tabel 5.1 Rerata Umur Tikus Tiap Kelompok............................................ 57
Tabel 5.2 Rerata Berat Tikus Tiap Kelompok ............................................ 58
Tabel 5.3 Rerata Persentase Penutupan Luka Hari Ketiga ......................... 60
Tabel 5.4 Rerata Persentase Penutupan Luka Hari Ketujuh ....................... 60
Tabel 5.5 Rerata Waktu Penutupan Luka ................................................... 62
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Analisis Deskriptif, Normalitas Dan Uji Kemaknaan Umur dan
Berat Tikus .............................................................................................. 75
Lampiran 2 Analisis Deskriptif, Normalitas Data Persentase Penutupan Luka
Hari Ketiga,Ketujuh dan Waktu Penutupan Luka .................................. 81
Lampiran 3 Transformasi data dan Analisa Deskriptif Normalitas dan Uji
Kemaknaan data waktu Penutupan Luka ................................................ 85
Lampiran 4 Analisis Uji Kemaknaan Data Persentase Penutupan Luka Hari
Ketiga dan Ketujuh ................................................................................. 89
Lampiran 5 Surat Keterangan Ethical Clearance ....................................................... 92
KOMPRES TETRACHLORODECAOXIDE (TCDO) MEMBERIKAN EFEK PENUTUPAN LUKA LEBIH
CEPAT DIBANDINGKAN KOMPRES NORMAL SALINE PADA PENGOBATAN LUKA TERBUKA
DENGAN FULL THICKNESS SKIN LOSS PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS)
Tesis untuk Memperoleh Gelar Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi pada Bagian/SMF Orthopaedi dan Traumatologi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar
R. SAGITHA INDRAYANA
NIM. 0914118103
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I BAGIAN/SMF ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNUD/RS SANGLAH DENPASAR
2014
ABSTRAK KOMPRES TETRACHLORODECAOXIDE (TCDO) MEMBERIKAN EFEK
PENUTUPAN LUKA LEBIH CEPAT DIBANDINGKAN KOMPRES NORMAL SALINE PADA PENGOBATAN LUKA TERBUKA DENGAN
FULL THICKNESS SKIN LOSS PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS)
R. Sagitha Indrayana
Latar Belakang: Luka terbuka diharapkan sembuh dengan penyembuhan sekunder, melalui proses granulasi, reepitelisasi dan kontraksi luka dan akhirnya alami penutupan luka. Suasana luka yang lembab penting untuk penyembuhan luka optimal. Bahan standar untuk pertahankan kelembaban luka adalah normal salin. Selain kompres normal saline, banyak bahan yang diajukan sebagai kompres penutup luka. Pada penelitian ini digunakan bahan Tetrachlorodecaoxide (TCDO), suatu senyawa klorit dengan efek bakterisidal, imunomudolator, mitogenik dan kemotaktik., sebagai kompres luka.
Bahan dan Cara Kerja: Pre post test control group design, menggunakan sample tikus putih (Rattus norvegicus) sebanyak 16 ekor tiap kelompok. Luka full thickness dengan punch biopsy diameter 8 mm dan dalam 3 mm. Dilakukan perawatan luka tehnik aseptik kemudian pada Kelompok Perlakuan diberi kompres TCDO sedangkan Kelompok Kontrol dengan kompres normal salin. Dilakukan penghitungan persentase penutupan luka hari ke tiga dan ke tujuh serta lamanya penutupan luka, Data dianalisis dengan SPSS for Windows versi 21.0
Hasil: Pada Kelompok Perlakuan didapatkan persentase penutupan luka hari ke tiga dan hari ke tujuh yang lebih besar secara bermakna serta waktu penutupan luka yang lebih cepat secara bermakna (p<0,05) dibandingkan Kelompok Kontrol.
Simpulan: Kompres Tetrachlorodecaoxide memberikan efek persentase penutupan luka lebih besar serta waktu penutupan lebih cepat dibandingkan kompres normal saline pada pengobatan luka terbuka dengan full thickness skin loss pada tikus putih (Rattus norvegicus).
Kata kunci: luka terbuka, kompres TCDO, kompres normal salin, penutupan luka, tikus putih.
FASTER THAN NORMAL SALINE ON THE TREATMENT OF FULL THICKNESS SKIN LOSS IN WHITE RATS (RATTUS NORVEGICUS)
R. Sagitha Indrayana
Background: Open wound will heal with seccondary attention, with the formation of granulation tissue, epitelisation, wound contraction and finally wound clossure. Moist is the best conditions for open wound healing. Standard material for wound dressing is normal saline. There were numerous materials that can be used for wound dressing. This research used Tetrachlorodecaoxide(TCDO) which have bactericidal, immunomodulator, mitogenic and chemotactic effect as a wound compress.
Material and Methods: Pre test Post test control group design was used, with 16 white rats (Rattus norvegicus) as a subject for each group. Full thickness wounds were made using a punch biopsy diameter 8 mm and 3 mm depth. Wound treated with aseptic technique and covered with TCDO compress in the research group and normal saline compress in control group. Percentage on wound clossure measured on day 3th and 7th and the period for totally wound clossured. The results analised with SPSS for Windows version 21.0
Results: The TCDO group had bigger percentage wound clossure in day 3th and 7th and faster wound closure than the normal saline group and statistically significant (p<0,05).
Conclusions: TCDO compress caused wound healing faster than normal saline compress on the treatment of open wound with full thickness skin loss on white rats (Rattus norvegicus).
Keywords: open wound, TCDO compress, normal saline compress, wound closure, white rats.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam praktek sehari hari seorang dokter akan sering berhadapan
dengan luka. Luka membutuhkan perawatan yang baik untuk dapat terjadinya
penutupan luka yang optimal. Luka adalah hilangnya atau rusaknya sebagian
jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau
tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan.
Proses yang terjadi pada jaringan yang mengalami kerusakan ini adalah
proses penyembuhan kembali kepada kondisi normal. Jenis penyembuhan luka
ada dua tipe, yaitu penyembuhan primer atau sanatio per primum intentionem.
Jenis penyembuhan ini terjadi bila luka diusahakan segera bertaut, biasanya
dengan bantuan jahitan. Parut yang terjadi biasanya lebih halus dan kecil. Jenis
penyembuhan kedua adalah penyembuhan sekunder atau sanatio per secundam
intentionem (Lipincott, 2003)
Seringkali dalam praktek sehari-hari didapatkan luka yang telah terinfeksi
atau luka yang luas dengan kehilangan jaringan kulit atau bahkan kedua duanya
yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penutupan luka secara primer. Cara
terbaik penanganan luka seperti ini adalah dengan perawatan luka terbuka.
Penutupan luka seperti ini (full thickness open wound), terjadi melalui kontraksi
luka, reepitilisasi dan terbentuknya jaringan granulasi. Dalam lima sampai tujuh
hari setelah trauma, akan terbentuk jaringan granulasi yang akan menutupi luka.
20
Proses epitilisasi terjadi saat sel epidermis tumbuh dari tepi luka menutupi
jaringan granulasi (Adams dkk, 2008).
Perawatan terbaik dan optimal dalam penanganan luka terbuka adalah
dengan menggunakan bahan-bahan dan metode yang dapat mempercepat
kontraksi luka, mencegah terbentuknya jaringan granulasi yang berlebihan,
mencegah pertumbuhan bakteri, mampu mempertahankan pH normal dan sebagai
pelembab yang sesuai untuk mempercepat penutupan luka (Thomas, 2005).
Perawatan luka terbuka yang dilakukan adalah dengan melakukan
debridemen, membersihkan luka dari krusta, dan menutupnya dengan kassa steril
yang dibasahi dengan cairan fisiologis (normal saline 0,9%). Kassa steril diganti
tiap hari sampai luka mengalami granulasi, epitelisasi dan akhirnya tepi tepi luka
menutup dan terjadi penutupan luka (Ayodeji dkk, 2006).
Tetrachlorodecaoxide (TCDO) adalah senyawa klorit yang bisa
dipergunakan topikal sebagai cairan steril dengan pengenceran 1:55. Karena efek
oksidasinya, TCDO dapat menghancurkan sebagian besar bakteri patogen,
walaupun TCDO bukanlah suatu antibiotika. Salah satu alasan penggunaannya
sebagai penutup luka adalah karena efek bakterisidal yang dimiliknya. Selain itu
TCDO juga bersifat sebagai imunomodulator yang bekerjanya dengan stimulasi
sistem imun dari tubuh. TCDO dikombinasi dengan bagian haem dari
hemoglobin, myoglobin dan peroksidase, akan membentuk TCDO-haemo
komplek. Kompleks ini akan mengaktivasi makrofag dan mempercepat proses
fagositosis yang akan menghancurkan sebagian besar patogen dan sel debris yang
terdapat pada permukaan luka, sehingga akan membersihkan permukaan luka, dan
21
mempercepat proses regenerasi. TCDO juga bersifat mitogenik dan kemotaktik.
Sifat mitogenik akan merangsang dua faktor yaitu MDGF (Macrophage derived
growth factor) dan WAF (Wound angiogenesis faktor). MDGF akan merangsang
pembentukan fibroblast dan mensintesa serat kolagen yang akan mengisi celah
diantara luka, sedangkan WAF membantu pembentukan kapiler kapiler yang baru
sehingga akan mempercepat proses penutupan. Rangsangan kemotaktik bekerja
pada sel otot dan menyebabkan kontraksi, sehingga membuat ujung-ujung luka
menutup dan mengurangi permukaan luka. Seluruh efek ini secara simultan akan
mempercepat penutupan luka dengan jaringan parut minimal (Giese dkk, 2004).
Berdasarkan hal-hal diatas, penulis ingin mengetahui apakah perawatan
luka terbuka dengan menggunakan kompres TCDO akan memberikan efek
penutupan luka terbuka lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan kompres
normal saline.
Pada penelitian ini, penulis mengunakan hewan coba tikus putih (Rattus
norvegicus), Hewan ini relatif lebih mudah dipelihara, lebih mudah didapatkan,
memiliki struktur anatomi, fisiologis dan histologis kulit yang mirip dengan kulit
manusia, sehingga diharapkan dapat diaplikasikan dan dilanjutkan dengan
penelitian pada manusia.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini adalah
untuk mengetahui:
22
Apakah kompres Tetrachlorodecaoxide (TCDO) memberikan efek
penutupan luka lebih cepat dibandingkan kompres normal saline pada pengobatan
luka terbuka dengan full thickness skin loss pada kulit tikus?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kompres Tetrachlorodecaoxide dapat menyebabkan
penutupan luka terbuka dengan full thickness skin loss yang lebih cepat
dibandingkan dengan kompres normal salin pada kulit tikus putih (Rattus
norvegicus)
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan
tentang pemberian kompres Tetrachlorodecaoxide (TCDO) yang dapat
memberikan efek penutupan luka terbuka yang lebih cepat pada kulit tikus dan
selanjutnya dapat dipergunakan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut pada
manusia.
1.4.2 Manfaat klinis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi praktisi
kesehatan didalam penanganan luka terbuka dengan full thickness skin loss untuk
mendapatkan penyembuhan yang lebih cepat.
23
1.4.3 Manfaat sosial
Sebagai acuan bagi masyarakat diharapkan mendapat manfaat dari kompres
Tetrachlrodecaoxide (TCDO) untuk penyembuhan luka terbuka yang lebih baik.
24
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kulit
2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit Manusia
Kulit merupakan organ kompleks yang melindungi dari lingkungan, pada
saat bersamaan memungkinkan interaksi dengan lingkungannya. Kulit merupakan
perpaduan yang dinamis, kompleks, terintegrasi dari sel, jaringan, dan elemen
matriks yang memediasi berbagai fungsi, yaitu: kulit merupakan barier
permeabilitas fisik, menjaga dari agen infeksius, termoregulasi, proteksi sinar
ultraviolet, penutupan luka dan regenerasi, dan memberikan penampilan fisik luar
(Kochevar dkk, 2008).
Kulit terdiri dari tiga lapisan besar, yaitu epidermis, dermis, dan
hipodermis.
1) Epidermis
Epidermis merupakan struktur yang terus memperbaharui diri secara
kontinyu, yang memberikan tempat tumbuh bagi struktur turunan yang disebut
appendage (kelompok pilosebaseus, kuku, dan kelenjar keringat). Ketebalan
epidermis berkisar antara 0,4 sampai 1,5 mm dibandingkan dengan kedalaman
kulit 1,5 sampai 4,0 mm. Sebagian besar epidermis terdiri dari sel keratinosit yang
mengelompok menjadi empat lapisan, yang diberi nama sesuai dengan posisi atau
sel pembentuk strukturnya. Sel tersebut berdiferensiasi progresif dari sel basal
25
proliveratif, melekat dengan epidermal membran basal, menuju diferensiasi akhir
stratum korneum terkeratinisasi, yang merupakan lapisan terluar dan barier kulit.
Gambar 2.1
Epidermis Normal (Melton dan Swanson, 1996)
Epidermis terdiri dari 5 lapis, yaitu stratum germinativum (SG), stratum
spinosum (SS), stratum granulosum (SGR), stratum lusidum dan stratum korneum
(SC) dimana keratinosit bermigrasi ke permukaan dan kemudian terlepas, yang
disebut dengan proses deskuamasi. (Melton dan Swanson, 1996).
Lapisan epidermis terdiri dari :
a) Lapisan basal/stratum germinativum, lapisan ini aktif bermitosis , terdiri dari
sel keratinosit berbentuk kolumnar yang melekat melalui filamen keratin
pada membran basal pada hemidesmosom, melekat pada sel sekitar lainnya
sepanjang desmosom, dan memberikan pertumbuhan bagi sel yang lebih
superfisial untuk membentuk lapisan epidermis. Analisis ultrastruktur
26
menunjukkan adanya membran yang berikatan dengan vakuola yang
mengandung melanosom berpigmen yang ditransfer dari melanosit melalui
fagositosis. Pigmen sepanjang melanosom memberikan keseluruhan
pigmentasi kulit secara makroskopis. Lapisan basal merupakan lokasi primer
dari sel epidermis yang aktif membelah.
b) Lapisan spinosum, bentuk, struktur, bagian subseluler dari sel spinosus
berhubungan dengan posisinya pada pertengahan epidermis. Lapisan ini
diberi nama karena penampakannya yang menyerupai spine (duri) pada
bagian tepinya dilihat secara histologis. Sel spinosus suprabasal berbentuk
polihedral dengan inti bulat. Sel ini berdiferensiasi dan bergerak ke atas
sepanjang epidermis, dan secara progresif memipih dan berkembang menjadi
organel yang dikenal sebagai granula lamelar.
c) Lapisan granular, lapisan ini diberi nama sesuai dengan granula keratohialin
basofilik yang prominen disekitar sel. Lapisan granuler adalah tempat
pembentukan komponen struktural yang akan membentuk barier epidermal.
Granula keratohialin terbentuk utamanya dari profilagrin, filament keratin,
dan lorikrin. Profilagrin akan berubah menjadi filagrin, dimana filagrin
berperan pada hidrasi stratum korneum dan membantu filter radiasi
ultraviolet.
d) Stratum korneum, lapisan ini terbentuk dari difrensiasi komplit sel granular
yang menghasilkan tumpukan sel tak berinti dan berbentuk kerucut memipih.
Lapisan ini memberikan proteksi mekanik kulit dan barier kehilangan air dan
permeabilitas terhadap substrat yang larut dari lingkungan. Barier stratum
27
korneum terbentuk dari dua sistem kompartemen dengan lemak tipis,
korneosit yang kaya protein dikelilingi oleh matriks lemak ekstraseluler.
Kedua kompartemen bekerja bersama-sama membentuk barier aktivitas
epidermis. Fungsi primer dari dari matriks lemak ekstraseluler adalah
Dow, G., Browne, A., Sibbald, R.G. 2001. Infection in chronic wounds:
Controversies in diagnosis and treatment. Wound Management, 45: 23-40
Falanga, V.2001. Introducing the concept of wound bed preparation. Int Forum
Wound Care;16(Suppl.1):1- 4 Falanga, V., Iwamoto, S. 2008. Wound Repair: Mechanism and Practical
consideration. In: Wolff, K., Goldsmith, L.A., Katz, S.I., editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th Ed. New York: McGraw-Hill. p. 2342-2349.
Falanga,V. 2005. Wound Bed Preparation, Juli. Available from:
URL:http://www.by.edu/woundbiotech/index.html
87
Fowler, E. 2000. Chronic Wounds: an Overview. In: Krasner D, editor. Chronic Wound Care: A Clinical Sourcebook for Healthcare Professional Pennsylvania: Health Management Publications Inc.
Chronic Wound Case: a Clinical Source Book for Healthcare Professionals. 2nd ed.Pennyslavania: Health Management Publications Inc.p.227-235
Kochevar, I.E., Taylor, C.R., Krutmann,. 2008. Disorder Due To Ultraviolet
Radiation. In: Wolff, K., Goldsmith, L.A., Katz, S.I., Gilchrest B.A., Paller, A.S., Jeffell, D.J., editors. Fitzpatrick’sDermatology in General Medicine. 7th edition volume 1. Amerika Serikat : Mc-Graw-Hill, Inc. p. 59-63, 383-384, 797-799.
Kusmiati, Rachmawati, F., Siregar, S., Nuswantara, S., Malik, A. 2006. Produksi
Beta-1,3 Glukan Dari Agrobacterium Dan Aktivitas Penyembuhan Luka Terbuka Pada Tikus Putih. Makara, Sains, April; 10 (1): 24-29.
Lawrence, W.T., Lowenstein,A. 2001. Wounds: Biology, Pathology, and
Indonesia; 1(Suppl.1): 1-2 Pocock, S. J. (2008). Clinical trials: a practical approach. Chichester: Wiley. Preuss, S., Breuing,K.H., Eriksson,E. 2000. Plastic surgery techniques .
In:Achauer,B.M., Erickson,E., Guyuron,B., Coleman,J.J., Russell,R.C., Vanderkolk,C.A., editors. Plastic Surgery Indications, Operations, and Outcomes. St.Louis: Mosby A Harcourt Health Sciences Company.p.147-161
Reduced recurrence of late hemorrhagic radiation cystitis by WF10 therapy in cervical cancer patients. a multicenter, randomized, two-arm, open-label trial. Radiother Oncol ;73(Suppl.2): 179-185.
Zip, I., Zeligowski, A., Mosheiff, R. 2003. Split thickness skin excision in severe
open fractures. K Bone Joint Surg , 70B: 23-26
90
Lampiran 1 Analisa Deskriptif Normalitas dan Uji kemaknaan Data Umur dan Berat badan Tikus EXAMINE VARIABLES=Umur BB BY TCDO /PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT /COMPARE GROUPS /STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95 /MISSING LISTWISE /NOTOTAL.
Equal variances not assumed .928 -.125 1.381 -2.947
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the
Difference
Upper
Umur Equal variances assumed .22259
Equal variances not assumed .22260
BB Equal variances assumed 2.696
Equal variances not assumed 2.697
96
Lampiran 2 Analisa Deskriptif Normalitas Data Persentase Penutupan Luka Hari ketiga, ketujuh dan Waktu Penutupan Luka EXAMINE VARIABLES=Hari3 Hari7 Waktu_Penutupan BY TCDO /PLOT BOXPLOT NPPLOT /COMPARE GROUPS /STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95 /MISSING LISTWISE /NOTOTAL.