Top Banner
TESIS KOMPRES TETRACHLORODECAOXIDE (TCDO) MEMBERIKAN EFEK PENUTUPAN LUKA LEBIH CEPAT DIBANDINGKAN KOMPRES NORMAL SALINE PADA PENGOBATAN LUKA TERBUKA DENGAN FULL THICKNESS SKIN LOSS PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS) SAGITHA INDRAYANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
107

tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

Dec 31, 2016

Download

Documents

lytuyen
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

TESIS

KOMPRES TETRACHLORODECAOXIDE (TCDO) MEMBERIKAN EFEK PENUTUPAN LUKA LEBIH

CEPAT DIBANDINGKAN KOMPRES NORMAL SALINE PADA PENGOBATAN LUKA TERBUKA

DENGAN FULL THICKNESS SKIN LOSS PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS)

SAGITHA INDRAYANA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2014

Page 2: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

TESIS

KOMPRES TETRACHLORODECAOXIDE (TCDO) MEMBERIKAN EFEK PENUTUPAN LUKA LEBIH

CEPAT DIBANDINGKAN KOMPRES NORMAL SALINE PADA PENGOBATAN LUKA TERBUKA

DENGAN FULL THICKNESS SKIN LOSS PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS)

R. SAGITHA INDRAYANA NIM. 0914118103

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2014

Page 3: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

KOMPRES TETRACHLORODECAOXIDE (TCDO) MEMBERIKAN EFEK PENUTUPAN LUKA LEBIH

CEPAT DIBANDINGKAN KOMPRES NORMAL SALINE PADA PENGOBATAN LUKA TERBUKA

DENGAN FULL THICKNESS SKIN LOSS PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS)

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik

Program Pascasarjana Universitas Udayana

R. SAGITHA INDRAYANA NIM. 0914118103

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2014

Page 4: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL : 21 Maret 2014

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana

Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. Wimpie I Pangkahila, Sp.And., FAACS NIP 19461213 197107 1 001

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP 19590215 198510 2 001

Pembimbing I,

Prof. Dr. dr. I Ketut Siki kawiyana, Sp.B, Sp.OT(K). NIP: 194809091979031002

Pembimbing II

dr. K.G.Mulyadi Ridia, Sp.OT.(K) NIP: 19600201 198610 1 001

Page 5: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

Tesis Ini Telah Diuji

Tanggal : 21 maret 2014

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Direktur Program Pascasarjana

Universitas Udayana, No. : 753/H14.4.9/DT/2014

Ketua : Prof. Dr. dr. I Ketut Siki kawiyana, Sp.B, Sp.OT(K).

Sekretaris : dr. K.G.Mulyadi Ridia, Sp.OT.(K)

Anggota :1. Prof. Dr. dr. Wimpie I Pangkahila, Sp.And., FAACS

1. Prof. dr. N. Tigeh Suryadhi, MPH,Ph.D

1. Prof. Dr. dr. N. Adiputra, M.OH

Page 6: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat rahmat-Nya penelitian ini dapat selesai sesuai waktu yang telah ditentukan.

Penelitian yang berjudul ”Kompres Tetrachlorodecaoxide (TCDO) Memberikan

Efek Penutupan Luka Lebih Cepat Dibandingkan Kompres Normal Saline Pada

Pengobatan Luka Terbuka Dengan Full Thickness Skin Loss Pada Tikus Putih

(Rattus Norvegicus)” ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan masukan dari

berbagai pihak. Melalui kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD, selaku Rektor Universitas

Udayana atas ijin yang telah diberikan.

2. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan.

3. Prof. Dr. dr. I Ketut Siki Kawiyana, Sp.B, Sp.OT(K), selaku Kepala

Program Studi Orthopaedi dan Traumatologi Universitas Udayana/ RSUP

Sanglah atas kesempatan yang diberikan

4. dr. K. G. Mulyadi Ridia, Sp.OT. (K), selaku Kepala Bagian Orthopaedi dan

Traumatologi, atas ijin yang telah diberikan kepada penulis untuk

melakukan penelitian ini.

Page 7: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

5. Prof. Dr. dr. I Ketut Siki Kawiyana, Sp.B, Sp.OT(K), dan dr.K.G. Mulyadi

Ridia, Sp.OT.(K), selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah

banyak memberikan petunjuk, masukan serta bimbingan.

6. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K), selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Udayana.

7. Prof. Dr. dr. Wimpie I Pangkahila, Sp.And., FAACS, selaku Ketua Program

Studi Ilmu Biomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana.

8. Prof. Dr. dr. Wimpie I Pangkahila, Sp.And., FAACS, Prof. dr. . N. Tigeh

Suryadhi, MPH., Ph.D. dan Prof. Dr. dr. N. Adiputra, M.OH., selaku

Penguji 1, 2 dan 3, yang telah memberikan banyak koreksi dan perbaikan

demi kesempurnaan penelitian ini.

9. Semua dosen pengajar Combined Degree Pasca Sarjana Universitas

Udayana

10. Segenap staf pengajar di Bagian/SMF Orthopaedi dan traumatologi FK

Udayana/RSUP Sanglah

11. Rekan residen serta semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini

yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

semua saran dan kritik demi kesempurnaan tulisan ini sangat penulis harapkan.

Akhir kata, semoga penelitianyang dilaksanakan ini nantinya dapat bermanfaat

bagi kemajuan ilmu kedokteran, khususnya di bidang Orthopaedi dan

Traumatologi.

Denpasar, Januari 2014

Page 8: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

Penulis

ABSTRAK KOMPRES TETRACHLORODECAOXIDE (TCDO) MEMBERIKAN EFEK

PENUTUPAN LUKA LEBIH CEPAT DIBANDINGKAN KOMPRES NORMAL SALINE PADA PENGOBATAN LUKA TERBUKA DENGAN

FULL THICKNESS SKIN LOSS PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS)

Luka terbuka diharapkan sembuh dengan penyembuhan sekunder, melalui

proses granulasi, reepitelisasi dan kontraksi luka dan akhirnya alami penutupan luka. Suasana luka yang lembab penting untuk penyembuhan luka optimal. Bahan standar untuk pertahankan kelembaban luka adalah normal salin. Selain kompres normal saline, banyak bahan yang diajukan sebagai kompres penutup luka. Pada penelitian ini digunakan bahan Tetrachlorodecaoxide (TCDO), suatu senyawa klorit dengan efek bakterisidal, imunomudolator, mitogenik dan kemotaktik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemakaian kompres Tetrachlorodecaoxide menyebabkan penutupan luka lebih cepat dibandingkan dengan kompres normal salin pada tikus putih (Rattus norvegicus).

Pre post test control group design, menggunakan sample tikus putih (Rattus norvegicus) sebanyak 16 ekor tiap kelompok. Luka full thickness dengan punch biopsy diameter 8 mm dan dalam 3 mm. Dilakukan perawatan luka tehnik aseptik kemudian pada Kelompok Perlakuan diberi kompres TCDO sedangkan Kelompok Kontrol dengan kompres normal salin. Dilakukan penghitungan persentase penutupan luka hari ke tiga dan ke tujuh serta lamanya penutupan luka, Data dianalisis dengan SPSS for Windows versi 21.0

Persentase penutupan luka pada hari ke tiga dan hari ke tujuh lebih besar secara bermakna pada Kelompok Perlakuan dibandingkan Kelompok Kontrol (p<0,05) serta waktu penutupan luka lebih cepat secara bermakna pada Kelompok Perlakuan dibandingkan Kelompok Kontrol (p<0,05).

Kompres Tetrachlorodecaoxide memberikan efek persentase penutupan luka lebih besar serta waktu penutupan lebih cepat dibandingkan kompres normal saline pada pengobatan luka terbuka dengan full thickness skin loss pada tikus putih (Rattus norvegicus).

Kata kunci: luka terbuka, kompres TCDO, kompres normal salin, penutupan luka, tikus putih.

ABSTRACT

Page 9: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

TETRACHLORODECAOXIDE COMPRESS CAUSED WOUND HEALING FASTER THAN NORMAL SALINE ON THE TREATMENT OF FULL THICKNESS SKIN LOSS IN WHITE RATS (RATTUS NORVEGICUS)

An open wound was expected heal with secondary attention, with the formation of granulation tissue, epitelisation, wound contraction and finally wound clossure. Moist is the best conditions for open wound healing. Standard material for wound dressing is normal saline. There are numerous materials that can be use for wound dressing. This research used Tetrachlorodecaoxide(TCDO) which have bactericidal, immunomodulator, mitogenic and chemotactic effect as a wound compress, caused faster wound clossure compared with normal saline compress on white rats (Rattus norvegicus).

Pre test Post test control group design was used, with 16 white rats (Rattus norvegicus) as a subject for each group. Full thickness wounds were made using a punch biopsy diameter 8 mm and 3 mm depth. Wound treated with aseptic technique and covered with TCDO compress in the research group and normal saline compress in control group. Percentage on wound clossure measured on day 3th and 7th and the period for totally wound clossured. The results analised with SPSS for Windows version 21.0

Percentage wound clossure in day 3th and 7th in the TCDO group was bigger than normal saline group and proved statistically significant (p<0.05). Wound closure time in the TCDO group was faster than the normal saline group and also statistically significant (p<0,05).

TCDO compress caused wound healing faster than normal saline compress on the treatment of open wound with full thickness skin loss on white rats (Rattus norvegicus).

Keywords: open wound, TCDO compress, normal saline compress, wound closure, white rats.

Page 10: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ............................................................................................. .. ii

PRASYARAT GELAR ...................................................................................... . iii

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... . iv

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................................... ..v

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... . vi

ABSTRAK .......................................................................................................... viii

ABSTRACT ........................................................................................................ .ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... .xiv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ...xv

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 3

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 4

1.4.1 Manfaat bagi ilmu pengetahuan ......................................... 4

1.4.2 Manfaat klinis……………………………………. ............... 4

1.4.3 Manfaat sosial……………………………………………… 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 6 2.1 Kulit ............................................................................................. 6 2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit ............................................ 6 2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Kulit Mencit ............................... 11 2.2 Luka ..... .................................................................................... 13 2.2.1 Definisi Luka ................................................................... 13 2.2.2 Pembagian Luka .............................................................. 13 2.3 Penutupan Luka .......................................................................... 14 2.3.1 Sejarah Penutupan Luka .................................................. 14 2.3.2 Mekanisme Penutupan Luka ........................................... 16

Page 11: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

2.3.3 Faktor Faktor Mempengaruhi Penyembuhan .................. 23 2.3.4 Penatalaksanaan Luka ..................................................... 27 2.4 Bahan Penutup Luka .................................................................. 33 2.4.1 NaCl 0,9% ....................................................................... 33

2.4.2 TCDO………………………………………………… ... 34

2.5 Tikus Putih................................................................................ 36

2.6 Penyembuhan Luka pada Tikus Putih ..................................... 38

BAB III : KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS .................. 41

3.1 Kerangka Berpikir ....................................................................... 41

3.2 Konsep ........................................................................................ 43

3.3 Hipotesis ..................................................................................... 43

BAB IV : METODE PENELITIAN ................................................................... 44

4.1 Rancangan Penelitian .................................................................. 44

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 45

4.3 Populasi dan Sampel ................................................................... 45

4.3.1 Variabilitas Populasi .......................................................... 45

4.3.2 Kriteria Subjek ................................................................... 45

4.3.3 Besaran Sampel .................................................................. 46

4.3.4 Tehnik Penentuan Sampel .................................................. 47

4.4 Variabel Penelitian ...................................................................... 47

4.4.1 Klasifikasi Variabel ........................................................... 47

4.4.2Definisi operasional variabel .............................................. 47

4.5 Instrumen Penelitian ................................................................... 49

4.6 Prosedur Penelitian ..................................................................... 49

4.6.1 Persiapan sebelum penelitian ............................................. 49

4.6.2Pelaksanaan penelitian ........................................................ 50

4.7 Alur Penelitian ............................................................................ 52

4.8 Analisa data ................................................................................. 53

Page 12: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

BAB V : HASIL PENELITIAN ......................................................................... 54

5.1 Umur Tikus Pada Tiap Kelompok .............................................. 57

5.2 Berat Badan Tikus Pada Tiap Kelompok .................................... 57

5.3 Persentase Penutupan Luka Hari Ke tiga dan ke tujuh ............... 58

5.4 Waktu Penutupan Luka ............................................................... 61

BAB VI : PEMBAHASAN ................................................................................ 63

6.1 Subjek Penelitian ........................................................................ 63

6.2 Pengaruh Kompres TCDO dan Kompres Normal Salin Terhadap

Penyembuhan Luka ..................................................................... 63

BAB VII : SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 67

7.1 Simpulan ..................................................................................... 67

7.2 Saran ........................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 68

LAMPIRAN

Page 13: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Epidermis Normal ....................................................................... 7

Gambar 2.2 Dermis Normal ............................................................................ 11

Gambar 2.3 Bagan Alur Penatalaksanaan Luka ............................................. 28

Gambar 3.1 Skema Konsep ............................................................................ 43

Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian ...................................................... 44

Gambar 4.2 Skema Alur Penelitian ................................................................ 52

Gambar 5.1 Instrument Penelitian .................................................................. 55

Gambar 5.2 Luka Full Thickness Skin Loss ................................................... 55

Gambar 5.3 Perkembangan Luka hari ketiga dan Ketujuh ............................. 56

Gambar 5.4 Grafik Persentase Penutupan Luka ............................................. 59

Gambar 5.5 Grafik Waktu Penutupan Luka .................................................... 61

Page 14: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Zat-zat di Daerah Luka ............................................................... 20

Tabel 2.2 Faktor Pemilihan Metode Debridement ...................................... 31

Tabel 5.1 Rerata Umur Tikus Tiap Kelompok............................................ 57

Tabel 5.2 Rerata Berat Tikus Tiap Kelompok ............................................ 58

Tabel 5.3 Rerata Persentase Penutupan Luka Hari Ketiga ......................... 60

Tabel 5.4 Rerata Persentase Penutupan Luka Hari Ketujuh ....................... 60

Tabel 5.5 Rerata Waktu Penutupan Luka ................................................... 62

Page 15: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Analisis Deskriptif, Normalitas Dan Uji Kemaknaan Umur dan

Berat Tikus .............................................................................................. 75

Lampiran 2 Analisis Deskriptif, Normalitas Data Persentase Penutupan Luka

Hari Ketiga,Ketujuh dan Waktu Penutupan Luka .................................. 81

Lampiran 3 Transformasi data dan Analisa Deskriptif Normalitas dan Uji

Kemaknaan data waktu Penutupan Luka ................................................ 85

Lampiran 4 Analisis Uji Kemaknaan Data Persentase Penutupan Luka Hari

Ketiga dan Ketujuh ................................................................................. 89

Lampiran 5 Surat Keterangan Ethical Clearance ....................................................... 92

Page 16: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

KOMPRES TETRACHLORODECAOXIDE (TCDO) MEMBERIKAN EFEK PENUTUPAN LUKA LEBIH

CEPAT DIBANDINGKAN KOMPRES NORMAL SALINE PADA PENGOBATAN LUKA TERBUKA

DENGAN FULL THICKNESS SKIN LOSS PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS)

Tesis untuk Memperoleh Gelar Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi pada Bagian/SMF Orthopaedi dan Traumatologi

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar

R. SAGITHA INDRAYANA

NIM. 0914118103

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I BAGIAN/SMF ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNUD/RS SANGLAH DENPASAR

2014

Page 17: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

ABSTRAK KOMPRES TETRACHLORODECAOXIDE (TCDO) MEMBERIKAN EFEK

PENUTUPAN LUKA LEBIH CEPAT DIBANDINGKAN KOMPRES NORMAL SALINE PADA PENGOBATAN LUKA TERBUKA DENGAN

FULL THICKNESS SKIN LOSS PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS)

R. Sagitha Indrayana

Latar Belakang: Luka terbuka diharapkan sembuh dengan penyembuhan sekunder, melalui proses granulasi, reepitelisasi dan kontraksi luka dan akhirnya alami penutupan luka. Suasana luka yang lembab penting untuk penyembuhan luka optimal. Bahan standar untuk pertahankan kelembaban luka adalah normal salin. Selain kompres normal saline, banyak bahan yang diajukan sebagai kompres penutup luka. Pada penelitian ini digunakan bahan Tetrachlorodecaoxide (TCDO), suatu senyawa klorit dengan efek bakterisidal, imunomudolator, mitogenik dan kemotaktik., sebagai kompres luka.

Bahan dan Cara Kerja: Pre post test control group design, menggunakan sample tikus putih (Rattus norvegicus) sebanyak 16 ekor tiap kelompok. Luka full thickness dengan punch biopsy diameter 8 mm dan dalam 3 mm. Dilakukan perawatan luka tehnik aseptik kemudian pada Kelompok Perlakuan diberi kompres TCDO sedangkan Kelompok Kontrol dengan kompres normal salin. Dilakukan penghitungan persentase penutupan luka hari ke tiga dan ke tujuh serta lamanya penutupan luka, Data dianalisis dengan SPSS for Windows versi 21.0

Hasil: Pada Kelompok Perlakuan didapatkan persentase penutupan luka hari ke tiga dan hari ke tujuh yang lebih besar secara bermakna serta waktu penutupan luka yang lebih cepat secara bermakna (p<0,05) dibandingkan Kelompok Kontrol.

Simpulan: Kompres Tetrachlorodecaoxide memberikan efek persentase penutupan luka lebih besar serta waktu penutupan lebih cepat dibandingkan kompres normal saline pada pengobatan luka terbuka dengan full thickness skin loss pada tikus putih (Rattus norvegicus).

Kata kunci: luka terbuka, kompres TCDO, kompres normal salin, penutupan luka, tikus putih.

ABSTRACT TETRACHLORODECAOXIDE COMPRESS CAUSED WOUND HEALING

FASTER THAN NORMAL SALINE ON THE TREATMENT OF FULL THICKNESS SKIN LOSS IN WHITE RATS (RATTUS NORVEGICUS)

Page 18: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

R. Sagitha Indrayana

Background: Open wound will heal with seccondary attention, with the formation of granulation tissue, epitelisation, wound contraction and finally wound clossure. Moist is the best conditions for open wound healing. Standard material for wound dressing is normal saline. There were numerous materials that can be used for wound dressing. This research used Tetrachlorodecaoxide(TCDO) which have bactericidal, immunomodulator, mitogenic and chemotactic effect as a wound compress.

Material and Methods: Pre test Post test control group design was used, with 16 white rats (Rattus norvegicus) as a subject for each group. Full thickness wounds were made using a punch biopsy diameter 8 mm and 3 mm depth. Wound treated with aseptic technique and covered with TCDO compress in the research group and normal saline compress in control group. Percentage on wound clossure measured on day 3th and 7th and the period for totally wound clossured. The results analised with SPSS for Windows version 21.0

Results: The TCDO group had bigger percentage wound clossure in day 3th and 7th and faster wound closure than the normal saline group and statistically significant (p<0,05).

Conclusions: TCDO compress caused wound healing faster than normal saline compress on the treatment of open wound with full thickness skin loss on white rats (Rattus norvegicus).

Keywords: open wound, TCDO compress, normal saline compress, wound closure, white rats.

Page 19: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam praktek sehari hari seorang dokter akan sering berhadapan

dengan luka. Luka membutuhkan perawatan yang baik untuk dapat terjadinya

penutupan luka yang optimal. Luka adalah hilangnya atau rusaknya sebagian

jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau

tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan.

Proses yang terjadi pada jaringan yang mengalami kerusakan ini adalah

proses penyembuhan kembali kepada kondisi normal. Jenis penyembuhan luka

ada dua tipe, yaitu penyembuhan primer atau sanatio per primum intentionem.

Jenis penyembuhan ini terjadi bila luka diusahakan segera bertaut, biasanya

dengan bantuan jahitan. Parut yang terjadi biasanya lebih halus dan kecil. Jenis

penyembuhan kedua adalah penyembuhan sekunder atau sanatio per secundam

intentionem (Lipincott, 2003)

Seringkali dalam praktek sehari-hari didapatkan luka yang telah terinfeksi

atau luka yang luas dengan kehilangan jaringan kulit atau bahkan kedua duanya

yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penutupan luka secara primer. Cara

terbaik penanganan luka seperti ini adalah dengan perawatan luka terbuka.

Penutupan luka seperti ini (full thickness open wound), terjadi melalui kontraksi

luka, reepitilisasi dan terbentuknya jaringan granulasi. Dalam lima sampai tujuh

hari setelah trauma, akan terbentuk jaringan granulasi yang akan menutupi luka.

Page 20: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

20

Proses epitilisasi terjadi saat sel epidermis tumbuh dari tepi luka menutupi

jaringan granulasi (Adams dkk, 2008).

Perawatan terbaik dan optimal dalam penanganan luka terbuka adalah

dengan menggunakan bahan-bahan dan metode yang dapat mempercepat

kontraksi luka, mencegah terbentuknya jaringan granulasi yang berlebihan,

mencegah pertumbuhan bakteri, mampu mempertahankan pH normal dan sebagai

pelembab yang sesuai untuk mempercepat penutupan luka (Thomas, 2005).

Perawatan luka terbuka yang dilakukan adalah dengan melakukan

debridemen, membersihkan luka dari krusta, dan menutupnya dengan kassa steril

yang dibasahi dengan cairan fisiologis (normal saline 0,9%). Kassa steril diganti

tiap hari sampai luka mengalami granulasi, epitelisasi dan akhirnya tepi tepi luka

menutup dan terjadi penutupan luka (Ayodeji dkk, 2006).

Tetrachlorodecaoxide (TCDO) adalah senyawa klorit yang bisa

dipergunakan topikal sebagai cairan steril dengan pengenceran 1:55. Karena efek

oksidasinya, TCDO dapat menghancurkan sebagian besar bakteri patogen,

walaupun TCDO bukanlah suatu antibiotika. Salah satu alasan penggunaannya

sebagai penutup luka adalah karena efek bakterisidal yang dimiliknya. Selain itu

TCDO juga bersifat sebagai imunomodulator yang bekerjanya dengan stimulasi

sistem imun dari tubuh. TCDO dikombinasi dengan bagian haem dari

hemoglobin, myoglobin dan peroksidase, akan membentuk TCDO-haemo

komplek. Kompleks ini akan mengaktivasi makrofag dan mempercepat proses

fagositosis yang akan menghancurkan sebagian besar patogen dan sel debris yang

terdapat pada permukaan luka, sehingga akan membersihkan permukaan luka, dan

Page 21: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

21

mempercepat proses regenerasi. TCDO juga bersifat mitogenik dan kemotaktik.

Sifat mitogenik akan merangsang dua faktor yaitu MDGF (Macrophage derived

growth factor) dan WAF (Wound angiogenesis faktor). MDGF akan merangsang

pembentukan fibroblast dan mensintesa serat kolagen yang akan mengisi celah

diantara luka, sedangkan WAF membantu pembentukan kapiler kapiler yang baru

sehingga akan mempercepat proses penutupan. Rangsangan kemotaktik bekerja

pada sel otot dan menyebabkan kontraksi, sehingga membuat ujung-ujung luka

menutup dan mengurangi permukaan luka. Seluruh efek ini secara simultan akan

mempercepat penutupan luka dengan jaringan parut minimal (Giese dkk, 2004).

Berdasarkan hal-hal diatas, penulis ingin mengetahui apakah perawatan

luka terbuka dengan menggunakan kompres TCDO akan memberikan efek

penutupan luka terbuka lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan kompres

normal saline.

Pada penelitian ini, penulis mengunakan hewan coba tikus putih (Rattus

norvegicus), Hewan ini relatif lebih mudah dipelihara, lebih mudah didapatkan,

memiliki struktur anatomi, fisiologis dan histologis kulit yang mirip dengan kulit

manusia, sehingga diharapkan dapat diaplikasikan dan dilanjutkan dengan

penelitian pada manusia.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini adalah

untuk mengetahui:

Page 22: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

22

Apakah kompres Tetrachlorodecaoxide (TCDO) memberikan efek

penutupan luka lebih cepat dibandingkan kompres normal saline pada pengobatan

luka terbuka dengan full thickness skin loss pada kulit tikus?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kompres Tetrachlorodecaoxide dapat menyebabkan

penutupan luka terbuka dengan full thickness skin loss yang lebih cepat

dibandingkan dengan kompres normal salin pada kulit tikus putih (Rattus

norvegicus)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan

tentang pemberian kompres Tetrachlorodecaoxide (TCDO) yang dapat

memberikan efek penutupan luka terbuka yang lebih cepat pada kulit tikus dan

selanjutnya dapat dipergunakan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut pada

manusia.

1.4.2 Manfaat klinis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi praktisi

kesehatan didalam penanganan luka terbuka dengan full thickness skin loss untuk

mendapatkan penyembuhan yang lebih cepat.

Page 23: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

23

1.4.3 Manfaat sosial

Sebagai acuan bagi masyarakat diharapkan mendapat manfaat dari kompres

Tetrachlrodecaoxide (TCDO) untuk penyembuhan luka terbuka yang lebih baik.

Page 24: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

24

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kulit

2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit Manusia

Kulit merupakan organ kompleks yang melindungi dari lingkungan, pada

saat bersamaan memungkinkan interaksi dengan lingkungannya. Kulit merupakan

perpaduan yang dinamis, kompleks, terintegrasi dari sel, jaringan, dan elemen

matriks yang memediasi berbagai fungsi, yaitu: kulit merupakan barier

permeabilitas fisik, menjaga dari agen infeksius, termoregulasi, proteksi sinar

ultraviolet, penutupan luka dan regenerasi, dan memberikan penampilan fisik luar

(Kochevar dkk, 2008).

Kulit terdiri dari tiga lapisan besar, yaitu epidermis, dermis, dan

hipodermis.

1) Epidermis

Epidermis merupakan struktur yang terus memperbaharui diri secara

kontinyu, yang memberikan tempat tumbuh bagi struktur turunan yang disebut

appendage (kelompok pilosebaseus, kuku, dan kelenjar keringat). Ketebalan

epidermis berkisar antara 0,4 sampai 1,5 mm dibandingkan dengan kedalaman

kulit 1,5 sampai 4,0 mm. Sebagian besar epidermis terdiri dari sel keratinosit yang

mengelompok menjadi empat lapisan, yang diberi nama sesuai dengan posisi atau

sel pembentuk strukturnya. Sel tersebut berdiferensiasi progresif dari sel basal

Page 25: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

25

proliveratif, melekat dengan epidermal membran basal, menuju diferensiasi akhir

stratum korneum terkeratinisasi, yang merupakan lapisan terluar dan barier kulit.

Gambar 2.1

Epidermis Normal (Melton dan Swanson, 1996)

Epidermis terdiri dari 5 lapis, yaitu stratum germinativum (SG), stratum

spinosum (SS), stratum granulosum (SGR), stratum lusidum dan stratum korneum

(SC) dimana keratinosit bermigrasi ke permukaan dan kemudian terlepas, yang

disebut dengan proses deskuamasi. (Melton dan Swanson, 1996).

Lapisan epidermis terdiri dari :

a) Lapisan basal/stratum germinativum, lapisan ini aktif bermitosis , terdiri dari

sel keratinosit berbentuk kolumnar yang melekat melalui filamen keratin

pada membran basal pada hemidesmosom, melekat pada sel sekitar lainnya

sepanjang desmosom, dan memberikan pertumbuhan bagi sel yang lebih

superfisial untuk membentuk lapisan epidermis. Analisis ultrastruktur

Page 26: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

26

menunjukkan adanya membran yang berikatan dengan vakuola yang

mengandung melanosom berpigmen yang ditransfer dari melanosit melalui

fagositosis. Pigmen sepanjang melanosom memberikan keseluruhan

pigmentasi kulit secara makroskopis. Lapisan basal merupakan lokasi primer

dari sel epidermis yang aktif membelah.

b) Lapisan spinosum, bentuk, struktur, bagian subseluler dari sel spinosus

berhubungan dengan posisinya pada pertengahan epidermis. Lapisan ini

diberi nama karena penampakannya yang menyerupai spine (duri) pada

bagian tepinya dilihat secara histologis. Sel spinosus suprabasal berbentuk

polihedral dengan inti bulat. Sel ini berdiferensiasi dan bergerak ke atas

sepanjang epidermis, dan secara progresif memipih dan berkembang menjadi

organel yang dikenal sebagai granula lamelar.

c) Lapisan granular, lapisan ini diberi nama sesuai dengan granula keratohialin

basofilik yang prominen disekitar sel. Lapisan granuler adalah tempat

pembentukan komponen struktural yang akan membentuk barier epidermal.

Granula keratohialin terbentuk utamanya dari profilagrin, filament keratin,

dan lorikrin. Profilagrin akan berubah menjadi filagrin, dimana filagrin

berperan pada hidrasi stratum korneum dan membantu filter radiasi

ultraviolet.

d) Stratum korneum, lapisan ini terbentuk dari difrensiasi komplit sel granular

yang menghasilkan tumpukan sel tak berinti dan berbentuk kerucut memipih.

Lapisan ini memberikan proteksi mekanik kulit dan barier kehilangan air dan

permeabilitas terhadap substrat yang larut dari lingkungan. Barier stratum

Page 27: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

27

korneum terbentuk dari dua sistem kompartemen dengan lemak tipis,

korneosit yang kaya protein dikelilingi oleh matriks lemak ekstraseluler.

Kedua kompartemen bekerja bersama-sama membentuk barier aktivitas

epidermis. Fungsi primer dari dari matriks lemak ekstraseluler adalah

regulasi permeabilitas, deskuamasi, aktivitas peptida antimikrobial, eksklusi

toksin, dan absorpsi kimia selektif. Korneosit berperan pada penjagaan

mekanik, hidrasi, inflamasi yang dimediasi oleh sitokin, dan proteksi dari

kerusakan akibat sinar matahari.

2) Dermal-epidermal junction

Dermal-epidermal junction adalah daerah membrane basal yang

membentuk batas antara epidermis dan dermis. Fungsi utamanya adalah

melekatkan antara epidermis dan dermis sehingga memberikan resistensi terhadap

bahaya dari luar. Ini menunjang epidermis, membedakan polaritas pertumbuhan,

organisasi sitoskleton sel basal, memberikan sinyal pertumbuhan, dan bertindak

sebagai barier semipermiabel.

3) Dermis

Dermis merupakan sistem integrasi dari fibrus, filamentus, difus, dan

elemen seluler jaringan penghubung yang mengakomodasi saraf, jaringan

pembuluh darah, appendage epidermal, dan terdiri dari berbagai tipe sel, termasuk

fibroblas, makofag, sel mast, dan sel yang berperan pada sistem imun. Dermis

merupakan komponen terbesar pembentuk kulit sehingga mempertahankan

Page 28: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

28

viabilitas, elastisitas dan kekuatan peregangan kulit. Ini melindungi tubuh dari

trauma mekanik, mengikat air, dan berperan pada termoregulasi, dan mengandung

reseptor berbagai stimulus. Dermis bekerjasama dengan epidermis dalam

mempertahankan komponen masing-masing serta berinteraksi dalam perbaikan

dan pembentukan kembali kulit setelah perlukaan. Dermis terdiri dari dua bagian,

yaitu : papiler dermis dan retikuler dermis. Kedua bagian tersebut dapat

dibedakan secara histologis, dan keduanya berbeda dalam hal organisasi jaringan

penunjang, densitas sel, bentuk saraf dan pembuluh darah. Papiler dermis

berbatasan dengan epidermis, dengan ketebalan tidak lebih dari dua kalinya.

Retikuler dermis benjolan jaringan dermal. Ini terbentuk sebagian besar dari serat

kolagen berdiameter besar, menyatu membentuk rangkaian, cabang serat elastin

mengelilingi rangkaian tersebut. Pada orang normal, serat elastin dan rangkaian

kolagen meningkat ukurannya secara progresif sampai ke hipodermis. Bagian

terbawah dari retikuler dermis dikatakan transisi dari jaringan penunjang fibrus

dengan jaringan penunjang lemak dari hipodermis.

4) Hipodermis (subkutis)

Jaringan hipodermis menyekat tubuh, sebagai bantalan dan pelindung

kulit, dan memungkinkan mobilitas kulit dari jaringan di bawahnya. Jaringan ini

juga memberikan efek kosmetik dengan memberikan bentuk tubuh.

Page 29: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

29

Gambar 2.2 Dermis Normal (Melton dan Swanson, 1996)

Lapisan retikuler dermis (RD) terdiri dari jaringan ikat yang rapat, yang

dibedakan dari lapisan papiler dermis (PD), terutamanya dibentuk dari jaringan

ikat longgar. Elastisitas dan regangan kulit terutama ditentukan oleh lapisan RD,

yang juga merupakan tempat struktur lain seperti kelenjar dan folikel rambut.

(Melton dan Swanson, 1996)

2.1.2 Anatomi Kulit Mencit

Kulit mencit dibagi menjadi epidermis, dermis dan sub kutis. Epidermis

terdiri dari epitel skuamosa bertingkat sedangkan dermis disusun oleh jaringan

ikat yang padat. Epidermis berkembang baik pada waktu lahir dan menebal dalam

4-5 hari setelah lahir, kemudian menipis seiring dengan perkembangan folikel

Page 30: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

30

rambut. Ketebalan epidermis berbeda antara daerah berambut dan tidak berambut.

Daerah tidak berambut atau relatif sedikit berambut seperti kaki, ekor, puting

susu, hidung, genital dan anal epidermisnya lebih tebal dan dapat dibedakan

stratum-stratumnya (Hoyt dkk., 2007).

Epidermis terdiri dari 3 stratum atau lebih dengan beberapa lapis sel pada

masing-masing stratum. Paling dalam adalah stratum germinativum di membrana

basalis terdiri dari sel yang tersusun vertikal dengan bentuk tidak teratur, nukleus

oval dan jernih dengan beberapa sel polihidral yang masing-masing dihubungkan

dengan tonofibril. Di sebelah luarnya adalah stratum granulosum yang terdiri dari

4-5 lapis sel yang tersusun horizontal dan mengandung granula keratohialin.

Lapisan paling luar adalah stratum korneum yang terdiri dari sel tanduk.

Epidermis pada daerah tidak berambut atau relatif sedikit berambut terdiri dari

lebih dari enam lapis sel dan stratum-stratumnya sulit dibedakan. Stratum

germinativum dan granulosum tampak sebagai sel yang tersebar berjumlah sangat

sedikit, sedangkan stratum korneum terdiri dari 1-2 lapis sel saja. Tidak terdapat

pembuluh darah dan saraf pada epidermis. Melanosit biasanya tidak terdeteksi

pada epidermis (Kusmiati dkk, 2006).

Jaringan ikat dermis mengandung kolagen, serabut elastis, pembuluh

darah, saraf, lemak dan beberapa utas otot halus yang menyisip pada serabut

dermis yang berbatasan dengan subkutan. Papila dermis pada daerah berambut

sulit dikenali karena batas antara dermis dan epidermis hampir rata (Hoyt dkk,

2007).

Page 31: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

31

2.2 Luka

2.2.1 Definisi Luka

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini

dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perbahan suhu, zat kimia,

ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).

2.2.2 Pembagian Luka

Pembagian luka secara umum diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu

luka akut dan luka kronis. Luka akut merupakan luka trauma yang segera

mendapat penanganan dan akan dapat sembuh dengan baik bila tidak terjadi

komplikasi. Kriteria luka akut adalah luka baru, mendadak, dan penutupannya

sesuai dengan waktu yang diperkirakan (Lipincott, 2003). Pada luka akut akan

alami fase-fase penutupan sistemik untuk mengembalikan integritas kulit seperti

semula. Contoh dari luka akut adalah luka bakar, luka tusuk atau sayat dan luka

luka operasi juga dikategorikan luka akut yang dibuat oleh ahli bedah seperti luka

jahit, skin graft (Fowler, 2000).

Luka kronik adalah luka yang berlangsung lama atau seringkali kambuh

dimana terjadi gangguan pada proses penutupan yang biasanya disebabkan oleh

masalah multifaktorial dari penderita. Pada luka kronik luka gagal sembuh pada

waktu yang diperkirakan, tidak berespon baik terhadap terapi dan punya tendensi

untuk timbul kembali (Lippincott, 2003). Pada luka kronis juga akan mengalami

sebagian besar fase fase penutupan seperti pada luka akut, tetapi tidak

menghasilkan pengembalian integritas kulit seperti sedia kala. Sesuai dengan rule

Page 32: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

32

of thumb, luka yang gagal untuksembuh sempurna sampai tiga bulan sudah

dikatakan sebagai luka kronis. Tetapi pembagian berdasarkan definisi ini tidak

mempertimbangkan ukuran, lokasi anatomi luka, dan dan hal hal yang merintangi

penutupan luka (Adams dkk, 2008).

2.3 PENUTUPAN LUKA

2.3.1 Sejarah Penutupan Luka

Usaha untuk penutupan luka mempunyai sejarah yang sudah sangat

panjang. Bangsa Sumerians pada tahun 2000 SM, memperkenalkan dua metode

penutupan luka. Metode pertama adalah spiritual dengan menggunakan mantera

dan jampi-jampi, sedangkan metode kedua adalah metode fisik dengan

memberikan ramuan ramuan di atas luka. Bangsa Mesir yang pertama kali

membedakan antara luka yang terinfeksi dan berpenyakit serta luka yang tidak

terinfeksi. Pada 1650 SM Edwin Smith mendeskripsikan adanya 48 jenis luka dan

pada 1550 SM Eberrs menuliskan penggunaan madu (memiliki efek antibiotik),

kain tiras (efek menyerap), dan pelumas (efek barier) untuk perawatan luka.

Dimana hal hal ini masih relevan digunakan dalam perawatan luka sampai saat ini

(Barbul, 2005).

Bangsa Yunani setelah mempelajari pengetahuan bangsa Mesir

sebelumnya, mampu mendefinisikan luka menjadi luka akut dan luka kronis.

Galen (tahun 120-201 M) seorang dokter Roma pada masa gladiator menemukan

betapa pentingnya mempertahankan kelembaban luka untuk mencapai penutupan

luka yang optimal. Penemuan-penemuan penting lainnya dalam hal perawatan

Page 33: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

33

luka adalah penemuan antiseptik dan pentingnya untuk pencegahan infeksi luka

(Ignaz Philipp Semmelweis, 1818-1865). Louis Pasteur (1822-1895) membantah

teori tentang kuman yang tumbuh spontan dari jaringan dan membuktikan bahwa

pertumbuhan kuman pada luka disebabkan karena interaksi dengan lingkungan

luar. Joseph lister mungkin merupakan orang yang paling signifikan kontribusinya

di dalam perawatan luka. Saat kunjungannya ke Kota Glasgow, Skotlandia, Dia

memperhatikan bahwa beberapa selokan di daerah tertentu airnya lebih bersih di

bandingkan daerah lainnya. Dia menemukan bahwa air dari selokan yang

mengandung asam karbol (Phenol) airnya lebih jernih dari selokan lain. Lister

kemudian mulai mencuci peralatannya dengan phenol dan menyemprotkannya

pada kamar operasi. Tindakannya ini mampu menurunkan angka mortalitas dari

50% menjadi hanya 15%. Robert Wood, setelah menghadiri kuliah dari Lister,

dia mulai melakukan penelitian selama 10 tahun dan akhirnya menemukan

pembalut antiseptik dalam bentuk kassa katun yang mengandung iodoform.

Semenjak saat itu berbagai bahan telah digunakan untuk mengisi kassa katun

untuk antiseptik (Leong dan Phillips, 2004)

Sejak tahun 1960 an dan 1970 an mulai dikembangkan penggunaan

pembalut polimer. Pembalut polimer ini dapat disesuaikan sesuai kebutuhan

seperti tingkat permeabilitas (occlusive atau semiocclusive ), berbagai tingkatan

kemampuan absorbsi, dan berbagai varian bentuk. Sejalan dengan perkembangan

jaman ketersediaan bahan bahan untuk membantu perawatan luka berkembang

dengan pesat. Belakangan ini perawatan luka mencakup manipulasi penggunaan

dari sitokine sel radang, growth factors, dan bioengineered tissue. Kombinasi

Page 34: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

34

semua modalitas ini akan memungkinkan penutupan luka secara optimal (Barbul,

2005).

2.3.2 Mekanisme Penutupan Luka

Perbaikan luka adalah usaha jaringan untuk mengembalikan struktur dan

fungsi normal setelah alami trauma, untuk mengembalikan fungsi perlindungan

terhadap kehilangan cairan, terhadap infeksi, membatasi masuknya organisme

serta benda asing, mengembalikan aliran darah dan aliran limfe kembali ke

kondisi normal dan mengembalikan integritas mekanik dari jaringan yang terluka.

Pengembalian struktur kulit yang sempurna seringkali dikorbankan demi untuk

pengembalian darurat fungsi dari kulit (Leong dan Phillips, 2004).

Regenerasi, berbeda dengan perbaikan luka, merupakan suatu pemulihan

sempurna seperti struktur jaringan semula tanpa pembentukan jaringan bekas

luka. Walaupun regenerasi merupakan hal yang paling ideal di dalam penutupan

luka, tetapi hal ini hanya ditemukan pada pertumbuhan embrio, pada organisme

yang lebih rendah seperti kepiting dan salamander, dan pada manusia hanya

ditemukan pada beberapa jaringan seperti pada tulang dan hati (Leong dan

Phillips, 2004). Hasil penutupan pada organ lain adalah jaringan fibrosis dan scar

(Lorenz dan Longaker, 2001).

Penutupan luka normal mengikuti pola pola yang dapat diperkirakan yang

dapat dibagi menjadi beberapa fase yang saling tumpang tindih dibedakan

berdasar perubahan selular dan aktivitas biokimia (Barbul, 2005). Fase fase

penutupan luka terdiri dari tiga fase yaitu fase inflamasi, fase proliferasi dan fase

Page 35: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

35

maturasi (Lorenz dan Longaker,2001; Leong dan Phillips, 2004; Barbul, 2005;

Adams dkk, 2008)

Fase inflamasi

Fase Inflamasi merupakan fase pertama dari proses penutupan luka dan

sering disebut juga fase reaktif. Tujuan utama fase ini adalah menghentikan

perdarahan, mencegah terjadinya infeksi dan menyingkirkan jaringan nekrosis,

benda asing dan bakteri yang timbul (Leong dan Phillips, 2004; Adams dkk,

2008). Ciri dari fase ini adalah terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh

darah, terjadinya migrasi dari berbagai sel ke daerah luka secara kemotaksis,

sekresi dari cytokine dan growth factors ke daerah luka, dan aktivasi dari sel sel

migrasi (Leong dan Phillips, 2004)

Pada fase inflamasi, akibat terjadinya luka maka akan terjadi kerusakan

pembuluh darah yang akan mengakibatkan terjadinya perdarahan, dari yang hanya

merembes dari pembuluh darah kapiler, sampai perdarahan hebat bila mengenai

pembuluh darah arteri atau vena yang besar. Dalam usaha menghentikan

perdarahan, proses koagulasi dari darah harus terjadi dengan pengaturan yang

sangat ketat, sehingga pembekuan darah hanya terjadi terbatas pada luka dan tidak

sampai meluas ke pembuluh darah lain. Kerusakan pembuluh darah menyebabkan

terpaparnya subendothelial, menyebabkan terikatnya zat prokoagulan dan akan

mengaktivasi platelet. Aktifnya platelet akan memicu terjadinya reaksi berantai

yang akhirnya akan menyebabkan terbentuknya sumbat platelet. Secara

bersamaan aktifnya platelet ini akan menjadi pemicu interaksi faktor-faktor

Page 36: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

36

pembekuan sehingga akan terbentuk suatu fibrin dari fibrinogen di sirkulasi. Jala

fibrin ini akan terikat secara cross-linked dan akan memerangkap eritrosit dalam

sirkulasi dan akan menambah platelet yang aktif yang akan menghasilkan suatu

sumbat hemostatik yang kuat (Santoro dan Gaudino, 2005).

Dalam hitungan menit setelah vasokontriksi sementara pembuluh darah

yang dirangsang oleh faktor platelet, selanjutnya akan terjadi dilatasi dari

pembuluh darah lokal sebagai efek dari koagulasi dan complement cascade.

Complement cascade akan menghasilkan C3a dan C5a anaphylatoxin yang secara

langsung akan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah dan akan menarik

neutrofil dan monosit ke daerah luka. Komponen komplemen ini juga merangsang

pelepasan histamin dan leukotrien C4 dan D4 dari sel mast (Santoro dan Gaudino,

2005).

Sel sel darah putih, diawali dengan neutrofil, diikuti oleh monosit dan

protein plasma masuk ke daerah luka. Neutrofil yang masuk pertama kali

membersihkan sisa sisa sel sel mati, benda asing, dan bakteri. Bagian komplemen

yang teraktifasi membantu penghancuran bakteri melalui pembentukan membran

komplek dan opsonisasi bakteri yang akan membantu proses fagositosis. (Adams

dkk, 2008). Peranan utama dari neutrophil adalah untuk mensterilkan luka. Itulah

sebabnya infiltrasi neutrophil pada awal luka akan lebih rendah pada luka operasi

yang bersih dibandingkan pada luka yang terkontaminasi atau luka yang terinfeksi

(Lorenz dan Longaker, 2001).

Pada hari kedua sampai hari ketiga, populasi sel radang berubah

didominasi oleh monosit. Sel sel monosit dalam sirkulasi ditarik dan berinfiltrasi

Page 37: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

37

ke dalam luka. Hal ini menyebabkan monosit berdiferensiasi menjadi makrofag,

dan bersama-sama dengan makrofag lokal mempercepat penutupan luka.

Makrofag tidak hanya melanjutkan fagositosis jaringan dan bakteri yang mati,

tetapi juga mensekresi berbagai growth factors. Growth factors ini mengaktivasi

dan menarik sel endotelial lokal, fibroblas dan keratinosit untuk memulai

tugasnya masing masing. Lebih dari 20 jenis sitokin dan growth factors berbeda

yang diketahui disekresi oleh makrofag (Perdanakusuma, 2002).

Kurangnya monosit dan makrofag menyebabkan perubahan drastis pada

penutupan luka dengan akibat debridement yang tidak sempurna, proliferasi

fibroblas yang terhambat, dan angiogenesis yang tidak adekuat. Makrofag adalah

satu satunya sel radang yang merupakan syarat utama untuk perbaikan luka

(Lorenz dan Longaker, 2001).

Page 38: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

38

Tabel 2.1 Berbagai Macam Zat yang Dilepaskan Pada Daerah Luka

Jenis Zat Efek Biologis

Alpha granules

Platelet-derived growth factor Matrix deposition

Transforming growth factor-β Matrix deposition

Transforming growth factor-α Epithelialization

Insulin like growth factor-BP3 Matrix deposition

Platelet factor-4 Activation of growth factors

Β-Thromboglobulin Activation of growth factors

Dense granules

Adenosine diphosphate Platelet agregation

Calcium Platelet agregation

Serotonin Vasoconstriction

Cytosol

Von Willebrand factor VIII Mediator of platelet adhesion

Fibronectin Ligand for platelet aggregation

Fibrinogen Ligand for platelet aggregation

Thrombospondin Ligand for platelet aggregation

Factor V Hemostasis

Platelet activating factor Platelet activation

Thromboxane A2 Vasokonstrictor

Page 39: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

39

Fase Proliferasi

Fase proliferasi dimulai setelah respon akut dari hemostasis dan inflamasi

mulai berhenti, ancang-ancang perbaikan luka mulai dilakukan dengan

angiogenesis, Fibroplasia dan epithelialization. Pada fase ini ditandai dengan

penyusunan jaringan granulasi yang terdiri dari anyaman kapiler, fibroblasts,

makrofag, jaringan kolagen longgar, fibronektin dan asam hyaluronat (Leong dan

Phillips, 2004). Fase ini biasanya dimulai sekitar hari ketiga yang ditandai dengan

peningkatan drastis dari koloni sel dan produksi kolagen. Produksi kolagen

sebenarnya telah dapat dideteksi mulai sepuluh jam setelah trauma, mencapai

puncaknya pada hari ketujuh, dimana luka telah terisi penuh oleh jaringan kolagen

dan produksi kolagen menurun (Lawrence dan Lowenstein, 2001).

Banyaknya jaringan granulasi pada luka tergantung dari ukuran dan dalam

dari luka, jika luka dibiarkan menyembuh secara sekunder. Luka yang besar perlu

untuk diisi dengan jaringan granulasi sehingga sel epitel dari pinggir pinggir luka

dapat bermigrasi dan membuat epitel baru pada luka. Akhirnya jaringan granulasi

yang terdiri dari ikatan fibrin-fibronectin yang merupakan pembentuk bekuan

darah bersama dengan jaringan pengganti sementara matriks luka yang terdiri dari

proteoglikan, glikosaminoglikan, dan asam hyaluronat akan digantikan oleh

kolagen, kapiler kapiler baru, berbagai sel radang dan fibroblas (Adams dkk,

2008).

Pada luka yang dibiarkan menyembuh secara sekunder dan pada sebagian

kecil luka yang menyembuh secara primer, akan mengalami fenomena yang

disebut kontraksi luka. Kontraksi luka merupakan suatu proses dimana pinggir

Page 40: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

40

pinggir luka dan kulit sekitarnya ditarik menuju ke pusat luka. Proses kontraksi

luka ini biasanya terjadi sekitar minggu pertama setelah terjadinya luka, dan

mencapai puncaknya pada hari ke sepuluh, dengan kecepatan sekitar 0,75 mm per

hari. Proses ini merupakan cara yang paling efisien untuk mengurangi luas

permukaan luka sehingga menurunkan kebutuhan pembentukan epitel untuk

menutup luka (Lazarus dkk, 2004).

Fase Remodeling

Walaupun terlihat bertolak belakang, ternyata degradasi kolagen terjadi

bersamaan dengan pembentukannya supaya tercapai penutupan luka normal. Saat

sintesis kolagen seimbang dan sebanding dengan derajat degradasi kolagen, saat

ini lah dikatakan bahwa luka mengalami fase remodeling atau maturasi. Fase ini

terjadi sampai beberapa bulan bahkan ada yang sampai tahunan terutama pada

luka-luka yang besar dan dibiarkan menyembuh secara sekunder (Adams dkk,

2008).

Kekuatan dari luka perlahan meningkat dengan didegradasinya kolagen

tipe III yang terbentuk pada fase-fase awal, oleh MMPs dan secara perlahan

digantikan dengan kolagen tipe I. Aktivitas dari MMPs sendiri diatur oleh

TIMMPs (Tissue Inhibitors of matrix Metalloproteinase) sehingga keseimbangan

dari sintesis, deposisi dan degradasi dari matriks ekstraselular dapat dipertahankan

(Barbul, 2005).

Setelah kolagen tipe I mulai terdapat pada luka dengan posisi sejajar

dengan garis tekanan, maka kekuatan dari luka meningkat. Peningkatan kekuatan

Page 41: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

41

ini paling cepat pada awal minggu ke enam, dan kemudian akan melambat tetapi

akan tetap meningkat bahkan sampai tahunan. Kekuatan regangan dari luka

mencapai 50% seperti kulit normal dalam waktu tiga bulan, dan akhirnya secara

perlahan mencapai 80% pada akhir fase remodeling walaupun proses ini berjalan

sangat lambat dan menghabiskan waktu sampai beberapa tahun. Jaringan parut

yang awalnya berwarna kemerahan atau keunguan, akibat dari begitu banyaknya

jumlah kapiler yang dikandungnya, secara perlahan berubah warna menjadi putih

karena telah diserap kembali dan digantikan oleh kolagen tipe I. Hasil akhir dari

fase penutupan luka ini adalah suatu jaringan parut yang kurang elastis, avascular

dan rapuh yang sama sekali tidak terdapat jaringan kulit tambahan seperti folikel

rambut dan kelenjar keringat serta tidak akan kembali melebihi 80% dari kekuatan

regangan kulit normal yang tidak pernah terluka (Adams dkk, 2008).

2.3.3 Faktor Faktor Mempengaruhi Penutupan Luka

Usia

Faktor penuaan akan menyebabkan perubahan fisiologis yang

mengakibatkan terhambatnya atau terganggunya penutupan luka. Seiring

peningkatan usia maka kolagen akan mengalami perubahan baik secara kualitatif

maupun kuantitatif. Kandungan kolagen di dermis menurun dan alami perubahan

bentuk dan susunannya (Barbul, 2005).

Penelitian pada hewan menunjukkan terjadinya penurunan re-epitelisasi,

penurunan sintesa kolagen, terganggunya proses angiogenesis dengan penurunan

jumlah berbagai growth factors. Selain itu seiring dengan usia didapatkan juga

Page 42: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

42

reaksi inflamasi yang terganggu, terganggunya aktifitas makrofag sehingga

menurunkan fagositosis serta terjadi hambatan infiltrasi dari makrofag dan β

limfosit ke daerah luka (Leong dan Phillips, 2004).

Nutrisi

Pentingnya peranan nutrisi dalam hal penutupan setelah suatu trauma telah

diketahui sejak jaman Hippocrates. Penutupan luka merupakan suatu peristiwa

anabolik yang menbutuhkan tambahan asupan nutrisi ekstra.

Selain nutrisi seimbang, zat zat yang dibutuhkan untuk penutupan luka

optimal diantaranya adalah protein yang berfungsi dalam hal sintesis kolagen.

Berbagi vitamin dan trace mineral juga dibutuhkan untuk penutupan luka yang

optimal, terutama adalah vitamin C, vitamin A, vitamin B6, zinc dan copper

(Lorenz dan Longaker, 2001).

Hipoksia

Tekanan oksigen yang rendah akan sangat mengganggu berbagai proses

pada penutupan luka. Proses fibroplasia walaupun pada fase awal di stimulasi oleh

kondisi lingkungan luka yang hipoksia, namun pada fase berikutnya akan

terganggu jika kondisi luka tetap hipoksia. Pembentukan kolagen yang optimal

juga membutuhkan oksigen yang memadai sebagai kofaktor, terutama pada fase

hidroksilasi (Barbul, 2005).

Pada kondisi hipoksia, energi yang berasal dari proses glikolisis mungkin

memadai untuk memulai sintesis kolagen, tetapi oksigen sangat dibutuhkan pada

Page 43: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

43

proses hidroksilasi prolin dan lysin untuk pembentukan formasi triple-helix dan

cross-linked dari serat kolagen. Meskipun hipoksia akan merangsang suatu

angiogenesis, tetapi proses penting pertautan serat kolagen akan sangat terhambat

bila tekanan oksigen dibawah 40 mmHg. Tekanan oksigen optimal untuk sintesis

kolagen diperlukan pada pinggir luka sementara bagian tengah luka tetap berada

dalam kondisi hipoksia (Leong dan Phillips, 2004).

Steroid dan obat kemoterapi

Penggunaan steroid baik topikal maupun sistemik akan mengganggu

proses penutupan luka terutama jika diberikan pada 3 hari pertama setelah

terjadinya luka (Lorenz dan Longaker, 2001). Pengaruh utama dari steroid adalah

menghambat fase inflamasi dari penutupan luka (proses angiogenesis, migrasi dari

neutrofil dan makrofag, dan proliferasi dari makrofag), serta menghambat

pelepasan enzym lisosomal. Karena steroid menurunkan reaksi inflamasi, maka

steroid bisa menurunkan daya tangkis terhadap bakteri dan meningkatkan resiko

infeksi pada luka. Penggunaan steroid setelah 3 – 4 hari post trauma tidak akan

mempengaruhi penutupan luka separah jika langsung diberikan post operatif

(Barbul, 2005).

Penyakit metabolik

Penyakit metabolik yang paling mempengaruhi peningkatan resiko infeksi

dan kegagalan penutupan luka adalah diabetes mellitus. Diabetes yang tidak

terkontrol akan menyebabkan kemunduran reaksi inflamasi, angiogenesis dan

Page 44: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

44

sintesa kolagen.Selain itu gangguan pada pembuluh darah baik yang besar

maupun perifer yang merupakan tanda dari diabetes fase lanjut, akan

menyebabkan terjadinya lokal hipoksemia. Selain itu pada penderita diabetes

terjadi juga gangguan fungsi dari granulosit, gangguan perkembangan kapiler, dan

gangguan proliferasi dari fibroblast. Kegemukan, resistensi terhadap insulin,

hiperglikemia, diabetic renal failure, semua memneri pengaruhnya masing masing

terhadap kegagalan penutupan luka. Koreksi terhadap kadar gula darah sebelum

dilakukan operasi pada penderita diabetes akan meningkatkan penutupan luka

secara significan (Barbul, 2005).

Infeksi

Infeksi pada luka terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara daya

tahan tubuh dan pertumbuhan bakteri (Lorenz dan Longaker, 2001). Infeksi akan

memperpanjang fase inflamasi, mengganggu epitelisasi, kontraksi dan deposisi

kolagen. Endotoksin yang dihasilkan akan merangsang fagositosis dan akan

melepaskan kolagenase yang akan menyebabkan degradasi kolagen dan kerusakan

pada jaringan normal sekitarnya (Lazarus dkk, 2004)

Jika koloni bakteri pada luka melebihi 105 organisme per gram jaringan

atau terdapat suatu infeksi dari streptokokus β hemolitikus maka luka tidak akan

dapat menyembuh, hal ini berlaku juga pada penutupan luka dengan flap,

penggunaan skin graft, atau pada luka yang dijahit primer (Leong dan Phillips,

2004).

Page 45: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

45

2.3.4. Penatalaksanaan Luka

Pernyataan dari Paracelcus (1433-1541), bahwa “Wounds and injuries

heal according to certain laws, nature does not follow tou, you must follow

nature”, masih sangat relevan sampai saat sekarang. Metode perawatan luka telah

berkembang selama beberapa abad, terutama dari pengalaman empiris. Prinsip

utama perawatan luka telah dikemukakan di Mesir sejak 1900 SM. Dan masih

digunakan sampai saat ini yaitu : (Lippincolt, 2003)

1. Pembersihan luka (wound cleansing)

2. Penutupan luka (wound closure)

3. Perlindungan luka (coverage)

Hal yang membedakan tekhnik perawatan luka yang lama dengan yang

baru adalah pada material perawatan luka yang tersedia dan digunakan untuk

mengupayakan kondisi ideal untuk proses penutupan luka (Myers, 2004).

Penatalaksanaan luka secara umum adalah: (Wiseman dkk, 2002)

1. Penilaian luka

2. Preparasi luka

3. Penutupan luka

4. Dressing luka

Page 46: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

46

Penilaian Pasien

Diagnosis Luka

Preparasi Dasar Luka

Kontrol Bakteri

Pengelolaan jar. Non Vital

Kontrol Eksudat

Antibiotika

Debridement

Absortif

Luka Telah Tereparasi

Penutupan Luka

Primer Sekunder Graft Flap

Luka Sembuh

Gambar 2.3 Bagan Alur Penatalaksanaan Luka

Page 47: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

47

Preparasi dasar luka

Merupakan suatu proses pembuangan barrier untuk menyiapkan

penutupan luka yang dapat dilakukan dengan cara melakukan debridement,

bacterial balance dan exudat management (Falanga, 2001).

Debridement

Debridement merupakan suatu usaha menghilangkan jaringan mati dan

jaringan yang sangat terkontaminasi dari bed luka dengan mempertahankan secara

maksimal struktur anatomi yang penting. Debridemen ini harus dilakukan baik

pada luka akut maupun kronis. Tanpa debridement, proses penutupan luka tidak

dapat dimulai. Terdapat empat tehnik debridement yaitu surgical, mechanical,

autolytic, enzymatic dan biological debridement. (Baharestani, 2009).

Surgical debridement atau disebut juga sharp debridement menggunakan

peralatan seperti gunting, skalpel, kuret atau instrumen lain, disertai irigasi untuk

membuang jaringan mati dari luka. Cara ini merupakan cara paling cepat dan

efisien. Membuang jaringan non vital merupakan syarat mutlak yang harus

dipenuhi untuk kesuksesan pengelolaan luka. Pada luka akut sebelum membuang

jaringan non vital perlu dilakukan penilaian tes vitalitas jaringan, dilakukan suatu

split thickness skin excision (STSE) yang berfungsi baik diagnostik maupun terapi

(Zip dkk, 2003).

Mechanical debridement atau disebut juga gauze debridement, prinsip

kerjanya adalah wet to drydressing. Luka ditutup dengan kassa yang telah

dibasahi normal saline, setelah kering kassa akan melekat dengan jaringan yang

Page 48: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

48

mati. Saat penggantian balutan maka jaringan mati akan ikut terangkat. Tindakan

ini biasanya sebagai pelengkap surgical debridement.

Autolytic debridement (invivo enzymes self digest devitalized tissue)

merupakan suatu proses usaha tubuh untuk melakukan pembuangan jaringan mati.

Pada luka akan muncul enzim yang berefek mencairkan jaringan non vital.

Keadaan ini perlu dibantu dengan mempertahankan suasana luka supaya tetap

lembab menggunakan penutup luka yang dapat mempertahankan kelembaban

luka. Pada suasana lembab tubuh mampu membersihkan jaringan non vital.

Produk produk yang dapat mempertahankan suasana lembab serta menjadikan

autolytic debridement berhasil adalah hydrocolloid, transparant film, dan

hydrogels. Bahan-bahan ini akan mengoptimalkan suasana untuk debridement

oleh sel fagosit dan membuat suasana yang mampu melisiskan jaringan serta

timbulnya jaringan granulasi (Kennedy dan Trich, 2001).

Enzymatic debridement adalah suatu tehnik debridement menggunakan

topical oinment. Topical oinment yang populer saat ini adalah kolagenase (santyl)

yang telah digunakan secara luas. Enzym kolagenase adalah hasil fermentasi dari

Clostridium histolyticum yang mempunyai kemampuan untuk mencerna kolagen

dalam jaringan nekrotik. Kolagenase dapat membersihkan luka dari jaringan mati

dan menjadikan bed luka siap untuk penutupan. Kolagenase terutama efektif

untuk luka ulkus kronis seperti pressure ulcers, arterial ulcers, venous ulcers,

diabetes ulcers dan juga luka bakar (Perdanakusuma, 2002).

Biological debridement merupakan upaya debridement secara biological

menggunakan larva sebagai Maggot Debridement Therapy(MDT). Larva yang

Page 49: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

49

digunakan adalah Phaenicea sericata (green blow fly) yang mulai sering

digunakan sejak perang dunia II. Prosedur ini dapat membersihkan jaringan

nekrotik, membunuh bakteri dan stimulasi penutupan luka (Thomas, 2005).

Faktor faktor yang penting sebagai pertimbangan dalam pemilihan metode

debridement untuk pengelolaan luka adalah faktor kecepatan, kemampuan seleksi

jaringan, nyeri luka, eksudat, infeksi dan biaya (Thomas, 2005).

Tabel 2.2 Faktor Faktor dalam Pemilihan Metode Debridement

Faktor Surgical Enzymatic Autolytic Mechanical

Kecepatan 1 2 4 3

Selektivitas 2 1 3 4

Nyeri 4 2 1 3

Eksudat 1 4 3 2

Infeksi 1 3 4 2

Biaya 4 2 1 3

Catatan: 1 (Pilihan utama), 4(Kurang dipilih) (Falanga, 2008)

Infeksi bakteri

Infeksi pada luka ditentukan oleh keseimbangan daya tahan tubuh pada

luka dengan jumlah mikroorganisme. Bila jumlah mikroorganisme < 104/gram

jaringan maka kemungkinan terjadi infeksi adalah 6%, bila >104/gram jaringan

kemungkinan infeksi 89% sedangkan bila >105/gram jaringan hampir dapat

dipastikan terjadi infeksi dan penutupan luka akan gagal, sehingga dalam hal ini

Page 50: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

50

mungkin diperlukan pemberian antibiotika selain tindakan debridement

(Perdanakusuma, 2002).

Pada penelitian eksperimental menunjukan jumlah antara 105-106

organisme/gram di bed luka akan mengganggu penutupan luka. Ada pula

beberapa kuman yang tidak tergantung jumlahnya dalam bed luka seperti

streptococcus bisa menimbulkan masalah walaupun terdapat dalam jumlah

sedikit (Dow dkk, 2001).

Exudate management

Pengelolaan eksudat sangat penting dalam pengelolaan luka. Cara terbaik

untuk melihat bed luka yang tidak sembuh pada luka kronik adalah dengan

menilai jumlah eksudat. Pengelolaan eksudat dapat dilakukan secara direct dan

indirect.

Cara direct dilakukan dengan cara balut tekan disertai dengan highly

absorbent dressing atau dengan sistem vacum mechanical. Bisa juga dengan

pencucian dan irigasi dengan normal saline. Tindakan ini tidak hanya membuang

eksudat dan sel debris, tetapi juga dapat menurunkan jumlah bakteri yang sering

menyebabkan timbulnya eksudat berlebihan. Sedangkan cara indirect merupakan

suatu prosedur yang ditujukan untuk mengurangi penyebab yang mendasari

koloni bakteri yang ekstrim (Falanga, 2005).

Page 51: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

51

Dressing luka

Dressing luka bertujuan melindungi luka dari trauma dan infeksi Dalam

kondisi yang lembab maka penutupan luka akan lebih cepat 35% dibandingkan

pada suasana kering. Perawatan luka dalam suasana lembab akan membantu

penutupan luka dengan memberikan suasana yang dibutuhkan untuk pertahanan

lokal oleh makrofag, mempercepat angiogenesis dan mempercepat proses

penutupan luka. Suasana yang lembab membuat suasana yang optimal untuk

mempercepat penutupan dan memacu pertumbuhan jaringan. Perawatan luka

tertutup akan didapatkan peningkatan migrasi dini epitel pada proses penutupan

dibandingkan perawatan terbuka (Adams dkk, 2008).

Penutupan luka

Penutupan luka dapat dilakukan bila keadaan luka sudah bersih dan tidak

terinfeksi. Luka dapat menutup tanpa prosedur pembedahan (persecundum)

dimana terjadi proses epitelialisasi. Selain itu dapat juga dilakukan penjahitan

primer, atau dilakukan skin graft dan flap. Semua itu tergantung lokasi, besar

defek dan tehnik yang dikuasai oleh ahli bedah (Preuss dkk, 2000).

2.4. Bahan Penutup Luka

2.4.1 NaCl 0,9%

Penutupan luka yang baik merupakan proses yang sangat penting didalam

proses penyembuhan luka. Bahan penutup luka hendaknya bersifat inert,

fisiologis terhadap tubuh dan murah (Bohdan dkk, 2009). Bahan penutup luka

Page 52: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

52

juga harus mampu membuat suasana luka tetap lembab, karena pada suasana

lembab secara fisiologis akan merangsang migrasi sel dan dan pembentukan

bahan pembentuk jaringan yang akan mempercepat penyembuhan luka. Sampai

saat ini pencarian bahan penutup luka yang efektif, murah dan mudah didapatkan

masih terus dalam pencarian (Myers, 2004).

Suasana luka dengan osmolaritas yang tinggi juga dipertimbangkan

sebagai salah satu faktor yang mempercepat penyembuhan luka dan menurunkan

jumlah pathogen. Normal saline sebagai bahan penutup luka merupakan salah satu

bahan yang bersifat osmolaritas tinggi (Ayodeji dkk, 2006). Pemberian normal

saline dalam kassa steril sebagai pembalut luka bersifat sangat ekonomis, mudah

didapat dan tidak memiliki sifat sitotoksik. Selain itu penggunaan penutup luka

lembab menggunakan normal saline juga memiliki keefektifan yang hampir sama

dalam hal autolyttic debridement dibanding penutup luka lembab lainnya tetapi

dengan keunggulan dalam hal kemudahan penggunaan, biaya dan kemudahan

dalam perawatan luka. Penutupan luka dengan normal saline dalam kassa steril

akan menjadi hiperosmolar saat mulai terjadinya evaporasi dari air pada kassa.

Normal saline akan memiliki sifat anti inflamasi dan meningkatkan aliran darah

lokal dengan mengurangi edema dengan cara menyerap cairan luka keluar dan

mencegah luka menjadi basah yang akan mempercepat proses granulasi dan

epitelisasi (Lim dkk, 2000).

2.4.2 TCDO

Penelitian yang dilakukan oleh Dimethaid Research Inc pada 2002

menemukan suatu zat yang disebut Tetrachlorodecaoxide (TCDO). TCDO adalah

Page 53: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

53

suatu senyawa yang mengandung chlorite dengan rumus kimia H2Cl4O11-4 ,dengan

berat molekul 319,82g/mol dan dengan rumus bangun:

. Cara kerja dari zat ini berkaitan dengan adanya komponen chlorooxygen,

hydrogen peroxide dan pemecahan molekul pada kehadiran dari suatu chelated

iron (Fenton system) yang merupakan suatu oksidan pada proses biologi.

Hemoglobin dari sel darah merah memiliki senyawa iron yang akan mengaktivasi

TCDO. Karena kemampuannya mengoksidasi, TCDO dapat menghancurkan

sebagian besar patogen walaupun sebenarnya bukanlah sejenis antibiotika. Zat ini

ditujukan sebagai suatu imunomodulator yang bekerja dengan merangsang sistem

kekebalan tubuh alami. Saat dikombinasikan dengan haem yang merupakan

bagian dari haemoglobin, myoglobin dan peroksidase, akan membentuk suatu

TCDO-haemo complex. Complex ini akan mempengaruhi aktivitas dari makrofag

dan akan mempercepat proses fagositosis yang akan memakan sebagian besar

pathogen dan sel debris yang muncul di permukaan luka. Hal ini akan

membersihkan permukaan luka dan membantu mempercepat proses regenerasi

(Giese dkk, 2004).

TCDO juga bersifat mitogenic dan chemotactic. Rangsangan mitogenic

akan meningkatkan 2 faktor, yaitu MDGF (Macrophage Derived Growth factor)

dan WAF (Wound Angiogenesis Factor). MDGF akan menyebabkan terjadinya

deposit dari fibroblast dan sintesis dari serat kolagen yang akan mengisi celah dari

luka. WAF akan membantu pembentukan kapiler yang baru yang akan

mempercepat proses penutupan. Rangsangan chemotactic akan bekerja pada

Page 54: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

54

myocite (sel otot) dan akan menyebabkan kontraksi sehingga akan mendekatkan

pinggiran luka dan memperkecil permukaan luka. Semua ini secara simultan akan

mempercepat penutupan luka dengan pembentukan jaringan parut minimal

(Santoro dan Gaudino, 2005).

Produk prototipe dari TCDO yang diberi nama WF10 merupakan suatu

dilusi 1:10 dari TCDO diformulasikan sebagai injeksi intravena. WF10 telah

menunjukan penggunaan yang aman dan menjanjikan sebagai tambahan dalam

terapi sistemik melawan suatu infeksi kronik pada pasien pasien dengan

immunocompromised dan untuk menekan reaksi penolakan jaringan pada

transplantasi. Pada penelitian ini kami ingin mendapatkan manfaat lebih dari

TCDO pada perawatan lokal luka terbuka dengan full thickness skin loss. (Kemp

dkk, 2002)

2.5 Tikus putih (Rattus norvegicus)

Tikus putih (Rattus norvegicus) merupakan salah satu hewan percobaan

yang paling sering digunakan dalam penelitian penelitian oleh karena memiliki

strukturanatomi, fisiologi dan histologi organ yang secara sistematis hampir sama

dengan organ manusia. Selain itu, tikus putih lebih mudah didapatkan, lebih

mudah dipelihara, lebih cepat berkembang menjadi dewasa, tidak memperlihatkan

perkawinan musiman dan umumnya lebih mudah berkembang biak.Tikus

termasuk hewan mamalia, oleh sebab itu dampaknya terhadap suatu perlakuan

mungkin tidak jauh berbeda dibanding dengan mamalia lainnya (Gunter dan

Dhand, 2002).

Page 55: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

55

Klasifikasi tikus putih adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Genus : Rattus

Spesies : Rattus norvegicus

Tikus dan manusia mempunyai jumlah gen pengkode protein yang sama,

yaitu sekitar 30.000, dengan tingkat kemiripan sebesar 99%. Dalam sebuah

penelitian oleh Dermitzakis yang langsung membandingkan urutan kromosom 21

pada manusia dengan kromosom pada tikus, didapatkan bahwa bahkan daerah

kromosom yang miskin gen menunjukkan kesamaan yang luas antara dua

organisme ini (Gunter dan Dhand, 2002).

Umumnya berat tikus laboratorium lebih ringan dibandingkan berat

tikus liar. Biasanya pada umur empat minggu beratnya 35-40 gram, dan berat

dewasa pada umur lima sampai enam bulan rata-rata adalah 200-250 gram.

Tikus jantan tua dapat mencapai 500 gram tetapi tikus betina jarang lebih dari

350 gram. Dalam penelitian ini digunakan galur Wistar yaitu turunan galur albino

dengan ciri-ciri berwarna putih, berkepala lebar, telinga panjang dan ekornya

lebih pendek daripada badannya. (Gunter dan Dhand, 2002).

Page 56: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

56

2.6 Penyembuhan luka pada tikus putih

Tikus putih dan manusia mempunyai tingkat homologi yang tinggi.

Sehingga dalam proses perbaikan luka,tikus putih memiliki fase-fase perbaikan

luka yang sama dengan manusia, dengan aktivitas mediator yang juga sama

(Sheid dkk, 2000).

Fase pertama yaitu fase inflamasi, dimana terjadi reaksi vaskuler dan

seluler akibat luka yang terjadi pada jaringan lunak. Pada fase ini terjadi

penghentian perdarahan serta pembersihan daerah luka dari benda asing, sel-sel

mati serta bakteri sebagai persiapan mulainya penyembuhan luka. Pada awal fase,

kerusakan pembuluh darah menyebabkan keluarnya platelet yang berfungsi

sebagai hemostasis. Platelet akan membentuk clot yang akan menutupi pembuluh

darah yang rusak selain itu juga dilepaskan zat vasokonstriktor yang akan

akibatkan vasokonstriksi pembuluh darah kapiler, dan akan terjadi penempelan

endotel pada pembuluh darah (Hoyt dkk, 2007).

Fase ini tidak berlangsung lama, setelah itu akan terjadi vasodilatasi kapiler

serta pelepasan vasodilator seperti histamin, serotonin dan sitokin. Histamin akan

menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas vena, sehingga cairan

plasma darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke daerah luka. Terjadi

edema jaringan dan keadaan lokal lingkungan luka menjadi asidosis. Eksudasi ini

juga mengakibatkan migrasi sel lekosit (terutama netrofil) ke ekstra vaskuler.

Fungsi netrofil adalah fagositosis benda asing dan bakteri di daerah luka selama

dua sampai tiga hari dan kemudian akan digantikan oleh sel makrofag yang

Page 57: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

57

berperan lebih besar jika dibanding dengan netrofil pada proses penyembuhan

luka. Fase inflamasi dapat berlangsung sampai hari ketiga (Hoyt dkk, 2007).

Fase berikutnya yaitu fase proliferasi. Peran fibroblas sangat besar pada

fase ini, yaitu bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur

protein yang akan digunakan selama proses rekonstruksi jaringan. Pada jaringan

lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblas sangat jarang dan

biasanya bersembunyi di matriks jaringan ikat. Sesudah terjadi luka, fibroblas

akan aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian

akan berproliferasi serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin,

hyaluronic acid, fibronectin dan profeoglycans) yang berperan dalam membangun

jaringan baru. Akan terbentuk jaringan granulasi berupa sel-sel dan pembuluh

darah baru yang tertanam di dalam jaringan. Selain itu juga akan terjadi

angiogenesis atau proses pembentukan pembuluh kapiler baru di dalam luka

(Falanga dan Iwamoto, 2008).

Setelah itu akan dimulai proses selanjutnya yaitu epitelisasi. Keratinisasi

akan dimulai dari pinggir luka dan akhirnya membentuk barier yang menutupi

permukaan luka. Dengan sintesis kolagen oleh fibroblas, pembentukan lapisan

dermis ini akan disempurnakan kualitasnya dengan mengatur keseimbangan

jaringan granulasi dan dermis. Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis

dan lapisan kolagen telah terbentuk (Hoyt dkk, 2007).

Pada suatu penelitian menggunakan tikus putih, dilaporkan bahwa tiga hari

setelah perlukaan, luka pada tikus putih sudah mulai mengalami pembentukan

jaringan granulasi yang diikuti dengan reepitelisasi sehingga membuktikan fase

Page 58: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

58

perbaikan luka terjadi secara tumpang tindih. Fibroplasia pada luka juga

meningkat pada hari ke lima sampai ke tujuh (Kusmiati dkk, 2006).

Fase selanjutnya yaitu Fase remodelling yang dimulai sekitar minggu kedua

setelah perlukaan dan berakhir kurang lebih 12 bulan. Fibroblas sudah mulai

meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringan mulai berkurang

karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak

untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai

puncaknya pada minggu ke sepuluh setelah perlukaan. Sintesis kolagen yang telah

dimulai sejak fase proliferasi akan dilanjutkan pada fase maturasi. Kolagen muda

(gelatinous collagen) yang terbentuk pada fase proliferasi akan berubah menjadi

kolagen yang lebih matang, yaitu lebih kuat dan struktur yang lebih baik (Sheid

dkk, 2000).

Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan

jaringan kulit mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktivitas yang

normal. Meskipun proses penyembuhan luka sama, namun outcome atau hasil

yang dicapai ternyata tidak sama dengan manusia, bahkan tidak sama untuk

masing-masing individu tikus putih. Hal ini sangat tergantung dari kondisi

biologik masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka (Hoyt dkk, 2007).

Page 59: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

59

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Luka pada kulit memerlukan perhatian cukup serius dalam

penanganannya, apalagi luka yang terjadi adalah luka terbuka (full thickness skin

loss). Karena pada luka terbuka efek proteksi kulit terhadap masuknya kuman

menjadi hilang sehingga sangat rentan terjadi infeksi, apalagi bila disertai

perawatan luka yang tidak maksimal. Ada banyak faktor yang menpengaruhi

penutupan luka terbuka yang dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan

faktor eksternal. Beberapa faktor internal adalah umur, daya tahan tubuh,

hormonal, jenis kelamin dan gen. Faktor eksternal yang utama berperanan adalah

kontaminasi lingkungan, nutrisi, gaya hidup dan perawatan luka.

Kerangka konsep penelitian ini didasarkan pada teori dan hasil penelitian

bahwa luka terbuka (full thickness skin loss) memerlukan perhatian serius dalam

perawatannya, karena memiliki resiko infeksi yang sangat tinggi akibat hilangnya

efek proteksi dari kulit. Luka terbuka harus selalu berada dalam kondisi paling

optimal untuk dapat terjadinya penutupan luka. Standar perawatan luka terbuka

yang dilakukan adalah dengan membalut luka terbuka dengan mempergunakan

kassa steril yang dibasahi dengan cairan fisiologis (saline 0,9%), dimana kassa

diganti setiap hari dengan selalu membersihkan krusta krusta yang muncul.

Standar perawatan luka full thickness adalah dengan menggunakan kompres

kasa steril yang dibasahi dengan cairan fisiologis (NaCl 0,9%). Perawatan ini

Page 60: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

60

bertujuan untuk menciptakan suasana lembab pada luka dengan kondisi

sefisiologis mungkin untuk meningkatkan epitelisasi pada luka. Akan tetapi,

sebagai bahan kompres luka larutan normal salin juga memiliki beberapa

kelemahan, seperti relatif kurang praktis karena untuk mendapatkan hasil yang

optimal larutan normal salin harus dihangatkan terlebih dahulu hingga mencapai

suhu 37-42oC, tidak mempunyai efek antimikroba, kecepatan perbaikan luka lebih

lambat dibandingkan bahan yang lain, tidak dapat digunakan terlalu lama sebagai

kompres tertutup karena dapat menyebabkan difusi pasif yang berlebih dari cairan

eksudat sehingga justru dapat menghambat pembentukan jaringan granulasi dan

menyebabkan nyeri pada saat penggantian perban.

Tetrachlorodecaoxide (TCDO) memiliki efek bakterisida terhadap kuman

patogen melalui efek oksidasinya. Selain itu alasan penggunaannnya dalam

penutupan luka adalah karena memiliki efek imunomodulasi yang bekerja dengan

merangsang sistem kekebalan tubuh.

Tingkat kesembuhan dari luka terbuka dapat dilihat dari terbentuknya

jaringan granulasi, epitelisasi luka dan mulai menutupnya luka dari tepi luka.

Page 61: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

61

3.2 Konsep

Berdasarkan perumusan masalah dan kajian pustaka maka disusun

kerangka konsep sebagai berikut:

Keterangan: Variabel kendali; Variabel bebas; Variabel tergantung

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep

3.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir dan konsep, maka hipotesis yang dapat

diajukan adalah :

Kompres Tetrachlorodecaoxide (TCDO) memberikan efek penutupan

luka lebih cepat dibandingkan kompres normal saline pada pengobatan luka

terbuka dengan full thickness skin loss pada kulit tikus.

Luka Terbuka Pada Kulit Tikus

Tetrachlorodecaoxide (TCDO) Normal Saline

FAKTOR INTERNAL Spesies

Umur

Jenis kelamin

Berat badan

FAKTOR EKSTERNAL Lingkungan

Nutrisi

Gaya hidup

Perawatan luka

Penutupan Luka Terbuka

-Persentase Penutupan Luka Hari III & VII -Waktu Penutupan Luka

Page 62: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

62

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan

rancangan pre post-test control group design dengan subyek tikus putih.

Pada kelompok subyek penelitian dilakukan pengambilan sampel yang

memenuhi persyaratan inklusi penelitian secara acak dan diberikan perlakuan

pengobatan luka terbuka dan dilakukan pembalutan luka dengan kasa steril yang

telah diberi kompres TCDO. Sedangkan pada kelompok kontrol perawatan luka

dilakukan dengan kompres normal salin.

Penyembuhan pada luka dengan full thickness skin loss dinilai dari

terbentuknya jaringan granulasi yang diikuti epitelisasi dan kontraksi pada luka

sehingga terjadi penutupan luka mulai dari tepi luka.

Rancangan penelitian dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut :

O1 Kontrol (NS) O3

P S R

O2 TCDO O4

Gambar 4.1

Skema Rancangan Penelitian

Page 63: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

63

Keterangan:

P : populasi.

S : Sampel.

R : Random.

O1: Kondisi awal luka kelompok kontrol

O2: Kondisi awal luka kelompok perlakuan

O3: Kondisi luka kelompok kontrol yaitu persentase penutupan luka hari ke

tiga, ke tujuh dan lamanya waktu penutupan luka (hari).

O4: Kondisi luka kelompok perlakuan yaitu persentase penutupan luka hari

ke tiga, ke tujuh dan lamanya waktu penutupan luka (hari).

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana, Denpasar, Bali.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Variabilitas populasi

Populasi pada penelitian adalah tikus putih yang sesuai dengan sampel

yang telah ditentukan dalam penelitian

4.3.2 Kriteria subyek

Sampel dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus)

dewasa, yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sebagai berikut:

Page 64: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

64

Kriteria Inklusi:

a) Tikus putih (Rattus norvegicus) jantan dan sehat.

b) Umur 6 bulan karena umur mencit 6 bulan memiliki persamaan dengan

manusia usia dewasa muda dan belum mengalami proses penuaan intrinsik.

c) Berat 200-250 gram (Sheid, 2000).

Kriteria Eklusi : Tikus putih tidak mau makan.

Kriteria Drop Out: Tikus putih mati pada saat penelitian.

4.3.3 Besaran Sampel

Besar sampel dihitung berdasarkan rumus Pocock (2008) yaitu:

Keterangan :

n = besar sampel tiap kelompok

p1 = proporsi penutupan luka pada kelompok subjek yang mendapat kompres NaCl

p2 = perkiraan proporsi penutupan luka pada kelompok subjek yang mendapat

kompres TCDO

Dari hasil perhitungan di atas, didapatkan besar sampel sebesar 14 ekor,

ditambahkan sebesar 10%, jadi sampel yang digunakan sebesar 16 sampel dalam

satu kelompok.

p1 x (100-p1) + p2 x (100-p2) n = x f (α,β) (p1 – p2)2

35 x (100-35) + 78 x (100-75) n = x 6,2 (35 - 75)2 n = 13,85 ~ 14

Page 65: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

65

4.3.4 Teknik penentuan sampel

Teknik penentuan sampel penelitian dilakukan dengan cara berikut :

a) Dari populasi tikus putih (Rattus norvegicus) diadakan pemilihan sampel

berdasarkan kriteria inklusi.

b) Dari sampel yang telah memenuhi syarat diambil secara random untuk

mendapatkan jumlah sampel.

c) Dari sampel yang telah dipilih kemudian dibagi menjadi dua kelompok

secara random yaitu kelompok kontrol (normal saline) dan kelompok

Tetrachlorodecaoxide (TCDO).

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Klasifikasi variabel

a) Variabel bebas: Kompres Tetrachlorodecaoxide (TCDO) dan kompres normal

saline (NaCl 0,9%)

b) Variabel tergantung: Persentase penutupan luka dan waktu penutupan luka,

yang dihitung berdasar hari.

c) Variabel kendali: spesies, jenis kelamin, umur, berat badan, lingkungan,

nutrisi, gaya hidup dan tehnik perawatan luka pada tikus putih

4.4.2 Definisi Operasional Variabel

1. Luka terbuka adalah luka buatan dengan full thicknes pada bagian punggung

dengan mengambil epidermis, dermis dan subkutis menggunakan punch

biopsy dengan diameter 8 mm dan kedalaman 3mm

Page 66: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

66

2. Perawatan luka adalah tindakan penanganan luka dengan pembersihan

eksudat, pembersihan luka, evaluasi luka, pengompresan luka serta

penutupan luka yang semuanya dilakukan dengan tehnik aseptik dan

dilakukan setiap hari pukul 14.00-16.00 WITA.

3. Kompres TCDO adalah kompres dengan menggunakan larutan

tetrachlorodecaoxide dengan kandungan 0,002% dalam kassa steril yang

digunakan untuk menutup luka setelah luka dibersihkan dengan normal

saline.

4. Kompres normal saline adalah kompres luka dengan cairan fisiologis (normal

saline 0,9%) dalam kassa steril yang digunakan untuk menutup luka setelah

luka dibersihkan dengan normal saline.

5. Evaluasi luka adalah pengukuran luka yang dilakukan secara digital, dimana

luka difoto dengan menggunakan kamera digital setting makro pada jarak 20

cm tegak lurus dari luka. Dan dilakukan penghitungan lebar luka dengan

menggunakan program Scion Image Release Beta 4.0.2, dengan

menggunakan komputer.

6. Persentase penutupan luka adalah ukuran luka pada hari tertentu (x)

dibandingkan pada hari ke 0, yang dihitung dengan rumus :

Ukuran luka pd hari tertentu (mm2)

Ukuran luka awal (mm2)

Penghitungan persentase penutupan luka dihitung pada hari ke tiga dan ke

tujuh.

x 100 %.

Page 67: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

67

7. Waktu penutupan luka adalah waktu yang dibutuhkan luka untuk alami

epitelisasi dan kontraksi luka sehingga sehingga terjadi penutupan luka total

dari seluruh permukaan luka. Waktu dihitung dalam satuan hari.

4.5 Instrumen Penelitian

1. Timbangan digital (Merk: Camry)

2. Kandang tikus individual

3. Silet kuris untuk mencukur bulu tikus putih di daerah coba

4. Kasa steril dan larutan desinfektan

5. Punch out biopsy

6. Plester

7. Ketamin sebagai anestesi

8. Larutan normal salin 0,9 %

9. Larutan TCDO

10. Spuit

11. Kamera digital (merk Samsung GT, setting makro)

12. Buku dan alat tulis untuk pencatat data

13. Komputer untuk interpretasi dan pengolahan data

4.6 Prosedur Penelitian

4.6.1 Persiapan sebelum penelitian

1. Menghubungi laboratorium yang terkait dan pihak yang membantu

menyiapkan binatang percobaan.

Page 68: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

68

2. Pemilihan sampel binatang percobaan sesuai kriteria inklusi yang telah

ditetapkan.

3. Penyediaan kandang dan makanan untuk binatang coba.

4. Persiapan kelengkapan instrumen penelitian.

4.6.2 Pelaksanaan penelitian

1. Penelitian ini menggunakan tikus putih (Rattus norvegicus) jenis kelamin

jantan, umur lima sampai enam bulan dan rentang berat badan 225 sampai 255

gram, berjumlah 32 ekor.

2. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana dan dibagi menjadi dua

kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, berjumlah 16

ekor untuk tiap kelompok.

3. Tikus diadaptasi selama satu minggu dan dievaluasi jika ada tikus yang sakit

atau mati.

4. Membuat luka buatan dengan full thickness skin loss berukuran 8 mm dan

kedalaman 3 mm, pada setiap sampel. Dengan sebelumnya melakukan

anestesi umum menggunakan ketamin dengan dosis 20 mg/kg berat badan

secara intramuskular. Di daerah punggung dilakukan pencukuran bulu dan

dilakukan pembuatan luka buatan full thickness skin loss dengan teknik

aseptik dengan menggunakan alat punch biopsy.

5. Perawatan luka dilakukan setiap hari dengan teknik aseptik berupa

debridement luka, dilakukan pengamatan dan dokumentasi luka dan setelah itu

Page 69: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

69

dilakukan pengompresan luka dengan menggunakan larutan TCDO untuk

Kelompok Perlakuan dan larutan normal salin untuk Kelompok Kontrol, dan

dilakukan penutupan luka dengan menggunakan plester.

6. Pengamatan luka dilakukan dengan mengambil foto menggunakan kamera

digital setting makro pada jarak 20 cm tegak lurus dari luka.

7. Dilakukan penghitungan terhadap persentasi penutupan luka pada hari ke tiga

dan ke tujuh serta lamanya waktu yang dibutuhkan luka untuk mengalami

penutupan luka total baik pada Kelompok Perlakuan maupun Kelompok

Kontrol.

8. Penghitungan persentasi penutupan luka dilakukan dengan komputer dengan

menggunakan program Scion Image Release Beta 4.0.2

9. Hasil dibandingkan dan dianalisis dengan menggunakan program SPSS for

Windows versi 21.

10. Setelah penelitian selesai tikus akan dipelihara, tidak dibunuh.

Page 70: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

70

4.7 Alur Penelitian

Gambar 4.2 Skema Alur Penelitian

Prosedur steril

Kontrol (NS) TCDO

(post-test) Persentase penutupan luka

Hari ke tiga Hari ke tujuh

Waktu dibutuhkan untuk penutupan luka total

Tikus putih

Luka terbuka Ø 8 mm (pre-test)

Full thickness skin loss

Page 71: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

71

4.8 Analisis Data

Data yang didapatkan pada penelitian dianalisis sebagai berikut :

1. Analisis Deskriptif

2. Analisis Normalitas:

Uji Normalitas data dengan Saphiro wilk Test untuk mengetahui rerata

data sampel berdistribusi normal.

3. Analisis Inferensial :

A. Dari penelitian didapatkan data persentase penutupan luka hari ke tiga dan

ke tujuh terdistribusi normal dan dilakukan uji compare means dengan

Independent-Samples t Test.

B. Sedangkan pada waktu penutupan luka didapatkan data yang tidak

terdistribusi normal, dan dilakukan uji Non Parametrik dengan Mann-

Whitney Test

Page 72: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

72

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan subjek penelitian tikus putih (Rattus norvegicus),

berjumlah 32 ekor dengan jenis kelamin jantan dengan umur lima sampai enam bulan

dan berat 242 sampai 255 gram. Subjek penelitian yang telah memenuhi syarat

diambil secara acak sederhana untuk dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok

Pertama adalah Kelompok Perlakuan setelah mendapat perawatan dan evaluasi luka

dilakukan kompres luka dengan cairan TCDO. Kelompok ke dua adalah Kelompok

Kontrol, di mana setelah mendapat perawatan dan evaluasi luka dilakukan kompres

luka hanya dengan normal saline. Jumlah untuk tiap kelompok masing masing 16

ekor tikus putih.

Setelah dilakukan adaptasi terhadap tikus putih selama satu minggu dan

dilakukan pengamatan jika ada tikus yang sakit. Pada penelitian ini tidak didapatkan

adanya tikus yang sakit dan semua subjek penelitian bisa melanjutkan ke tahap

penelitian berikutnya.

Dilakukan penyiapan instrument penelitian (Gambar 5.1) dan pembuatan luka

buatan dengan full thickness skin loss dengan teknik aseptik menggunakan punch

biopsy untuk tiap subjek penelitian dengan diameter delapan milimeter dan kedalaman

tiga milimeter (Gambar 5.2). Perawatan luka dilakukan setiap hari dengan teknik

aseptik, dan dilakukan pengamatan perkembangan luka pada hari ke tiga dan ke tujuh

(Gambar 5.3) dan penghitungan persentase penutupan luka dengan menggunakan

program Scion Image- Release Beta 4.0.2. Pada hari ke delapan sudah didapatkan

Page 73: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

73

penutupan luka total pada subjek Kelompok Perlakuan dan dilanjutkan dengan

pengamatan lamanya waktu yang dibutuhkan seluruh luka untuk menutup total.

Waktu dihitung dalam satuan hari. Data yang didapatkan kemudian dibandingkan

antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan dan dianalisa dengan

menggunakan program SPSS for Windows versi 21.

Gambar 5.1.

Instrument Penelitian

Gambar 5.2.

Luka full thickness dibuat di daerah punggung menggunakan punch biopsy ukuran diameter 0,8 cm dan kedalaman 0,3 cm

Page 74: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

74

Gambar 5.3.

Perkembangan luka pada hari ketiga dan ketujuh pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

No Subyek

Hari ke-3 Hari ke-7 Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

Page 75: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

75

Selanjutnya akan diuraikan mengenai analisis deskriptif, uji normalitas data

dan uji efek perlakuan.

5.1 Umur Tikus Pada Tiap Kelompok

Data rerata umur tikus putih pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok

Kontrol, disajikan pada Tabel 5.1. Dilakukan uji normalitas data dengan uji shapiro-

Wilk, diperoleh nilai p=0,255 pada Kelompok Perlakuan dan p=0,213 pada

Kelompok Kontrol. Hal ini berarti data berdistribusi normal (p>0,05). Data yang

berdistribusi normal, dilanjutkan uji komparasi antara kedua kelompok dengan uji

independent t test dan didapatkan nilai p=0,878, Hal ini berarti umur tikus pada ke dua

kelompok tidak berbeda secara bermakna (p>0,05).

Tabel 5.1 Rerata Umur Tikus Pada Tiap Kelompok dan Uji Normalitas Data (Shapiro-Wilk)

Kelompok n Mean

(bulan)

Median Std.

Deviasi

p Distribusi

Perlakuan 16 5,54 5,5 0,28 0,255 Normal

Kontrol 16 5,56 5,5 0,29 0,213 Normal

Keterangan: p= normalitas (Normal jika p>0,05)

5.2 Berat Badan Tikus Pada Tiap Kelompok

Data rerata berat badan tikus putih pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok

Kontrol, disajikan pada Tabel 5.2. Dilakukan uji normalitas data dengan uji shapiro-

Wilk, diperoleh nilai p=0,311 pada Kelompok Perlakuan dan p=0,070 pada

Page 76: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

76

Kelompok Kontrol. Hal ini berarti data berdistribusi normal (p>0,05). Data yang

berdistribusi normal, dilanjutkan uji komparasi antara kedua kelompok dengan uji

independent t test dan didapatkan nilai p=0,928, Hal ini berarti berat badan tikus pada

ke dua kelompok tidak berbeda secara bermakna (p>0,05).

Tabel 5.2 Rerata Berat Badan Tikus PadaTiap Kelompok

dan Uji Normalitas Data (Shapiro-Wilk) Kelompok n Mean

(gram)

Median Std.

Deviasi

p Distribusi

Perlakuan 16 249,19 249,5 4,10 0,311 Normal

Kontrol 16 251,28 250,0 3,70 0,070 Normal

Keterangan: p= normalitas (Normal jika p>0,05)

5.3 Persentase Penutupan Luka hari ke tiga dan hari ke tujuh pada tiap

kelompok.

Pada Kelompok Perlakuan didapatkan rerata persentase penutupan luka pada

hari ke tiga sebesar 22,13% dan pada hari ke tujuh sebesar 94,85%. Sedangkan pada

Kelompok Kontrol didapatkan penutupan luka pada hari ke tiga sebesar 14,85% dan

pada hari ke tujuh sebesar 82,30%. Data disajikan pada Gambar 5.4.

Page 77: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

77

22.13

94.85

14.85

82.3

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Hari ketiga hari ketujuh

Perlakuan

Kontrol

Gambar 5.4 Persentase Penutupan Luka hari Ketiga dan Hari Ketujuh

Data persentase penutupan luka hari ke tiga, sebelum dilakukan analisis

inferensial, dilakukan uji normalitas data dengan uji Saphiro-wilk didapatkan p=0,620

pada Kelompok Kontrol dan p=0,183 pada Kelompok Kontrol. Hal ini berarti data

berdistribusi normal (p>0,05). Uji inferensial dengan uji Independent T test

didapatkan nilai p=0,000. Ini berarti terdapat perbedaan bermakna persentase

penutupan luka pada kedua kelompok (p<0,05). Data persentase penutupan luka pada

hari ke tiga dan uji normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk disajikan pada Tabel 5.3

Per

sent

ase

Page 78: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

78

Tabel 5.3

Rerata Persentase Penutupan Luka Pada Hari Ketiga PadaTiap Kelompok dan Uji Normalitas Data (Shapiro-Wilk)

Kelompok n Mean

(%)

Median

(%)

Std.

deviasi

P Distribusi

Perlakuan 16 22,13 22,05 0,03 0,620 Normal

Kontrol 16 14,85 14,6 0,04 0,183 Normal

Keterangan: p= normalitas (Normal jika p>0,05)

Persentase penutupan luka hari ke tiga, dilakukan uji normalitas data dengan uji

Saphiro-wilk didapatkan p=0,192 pada Kelompok Kontrol dan p=0,700 pada

Kelompok Kontrol. Hal ini berarti data berdistribusi normal (p>0,05). Uji Independent

t test didapatkan nilai p=0,000. Ini berarti terdapat perbedaan bermakna diantara kedua

kelompok (p<0,05). Data disajikan pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Rerata Persentase Penutupan Luka Pada Hari Ketujuh PadaTiap Kelompok

dan Uji Normalitas Data (Shapiro-Wilk) Kelompok n Mean

(%)

Median

(%)

Std.

Deviasi

p Distribusi

Perlakuan 16 94,85 95,25 0,30 0,192 Normal

Kontrol 16 82,39 83,4 0,65 0,700 Normal

Keterangan: p= normalitas (Normal jika p>0,05)

Page 79: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

79

5.4 Waktu Penutupan Luka pada tiap kelompok.

Rerata waktu penutupan luka pada Kelompok Perlakuan adalah 8,81 hari

sedangkan pada Kelompok Kontrol sebesar 10,44 hari. Data disajikan pada Gambar

5.5.

8.81

10.44

7.5

8

8.5

9

9.5

10

10.5

11

Perlakuan

Kontrol

Gambar 5.5 Grafik Lamanya Waktu Penutupan Luka

Data lamanya waktu penutupan luka pada kedua kelompok dilakukan uji

normalitas data dengan uji Saphiro-wilk, didapatkan pada Kelompok Perlakuan

p=0,004 dan Kelompok Kontrol p=0,049, Dimana data tidak berdistribusi normal

(Normal jika p>0,05). Karena data tidak berdistribusi normal maka dilakukan

transformasi data dan dilanjutkan dengan tes normalitas kembali dengan uji Saphiro-

Wak

tu

Page 80: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

80

Wilk. Didapatkan pada Kelompok Perlakuan p=0,004 dan pada Kelompok Kontrol

p=0,053, berarti data data tetap tidak berdistribusi normal. Data disajikan Tabel 5.5

Tabel 5.5

Waktu Penutupan Luka PadaTiap Kelompok

dan Uji Normalitas Data (Shapiro-Wilk)

Kelompok n Mean

(Hari)

Median Std.

Deviasi

p p

Trans

Keterangan

Perlakuan 16 8,81 9,00 0,75 0,004 0,004 Tidak normal

Kontrol 16 10,44 10,00 1,03 0,049 0,053 Tidak normal

Keterangan: p= normalitas (Normal jika p>0,05)

Karena data berdistribusi tidak normal, maka dilakukan analisis inferensial data

dengan uji Mann-Whitney Test, didapatkan nilai p=0,000. Berarti terdapat perbedaan

bermakna antara waktu penutupan luka antara Kelompok Perlakuan dan Kelompok

Kontrol (p < 0,05).

Page 81: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

81

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Subjek Penelitian

Pada penelitian ini, digunakan subjek penelitian tikus putih dari spesies Rattus

norvegicus. Tikus putih ini dipilih karena memiliki banyak keunggulan dibandingkan

mamalia lain. Pertama, banyak gen tikus relatif mirip dengan gen manusia dengan

tingkat kemiripan hampir mencapai 99%, sehingga memiliki struktur anatomi,

fisiologis dan histologis sistem organ yang mirip dengan manusia. Kedua, diantara

mamalia, kemampuan berkembangbiak yang sangat tinggi, sehingga lebih mudah

didapatkan, lebih mudah dipelihara dan lebih murah. Ketiga, tikus berumur pendek (2-

3 tahun), sehingga pada umur lima sampai enam bulan telah mencapai tingkat dewasa

muda dan belum mengalami penuaan intrinsik, sehingga selain cepat untuk

mendapatkan subjek dewasa yang siap untuk menjadi subjek penelitian, juga akan

didapatkan efek terhadap perlakuan yang lebih cepat juga. Hal-hal inilah yang

menyebabkan tikus putih sangat populer didunia penelitian dan juga digunakan pada

penelitian ini.

6.2. Pengaruh Kompres TCDO dan Kompres Normal Salin Terhadap

Penyembuhan Luka

Banyak faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka, baik faktor intrinsik

seperti usia, genetik, hormonal, penyakit metabolik, maupun faktor eksternal

seperti, luasnya luka, adanya infeksi serta penatalaksanaan luka.

Page 82: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

82

Pada penelitian ini dilakukan kendali atas faktor internal yaitu spesies,

umur, jenis kelamin dan berat badan, serta terhadap faktor eksternal yaitu

lingkungan, nutrisi, gaya hidup serta teknik perawatan luka. Sehingga dari

tahapan perawatan luka yang diteliti disini adalah bahan penutupan luka.

Masih banyak kontroversi dan penelitian yang terus berjalan untuk

mendapatkan bahan penutupan luka yang terbaik. Satu hal yang telah disepakati

oleh para peneliti adalah pentingnya memelihara suasana lembab pada luka. Hal

ini karena suasana lembab dibutuhkan oleh makrofag sebagai pertahanan lokal

untuk mempercepat proses autolytic debridement, angiogenesis dan menstimulasi

terbentuknya jaringan granulasi lebih dini sehingga terjadi epitelisasi yang lebih

cepat. Suasana luka yang lembab merupakan suasana yang optimal untuk

mempercepat penutupan luka serta memacu pertumbuhan jaringan. Pada

perawatan luka tertutup dengan suasana steril yang lembab akan didapatkan

peningkatan migrasi dini epitel pada proses penyembuhan luka dibandingkan

dengan perawatan terbuka (Santoro dan Gaudino, 2005).

Bahan standar yang umum digunakan saat ini adalah kompres NaCl, yang

telah terbukti mampu mempertahankan kelembaban luka dan meningkatkan

penyembuhan luka sebesar 35% dibandingkan suasana kering (Falanga dan

Iwamoto, 2008).

Madu juga telah luas diteliti sebagai bahan penutup luka dan memiliki efek

antibiotika, efek menyerap eksudat serta efek pelumas untuk pertahankan

kelembaban luka (Barbul 2005). Tetapi penggunaannya kurang populer

dikalangan medis modern oleh karena tidak adanya madu yang terstandar

Page 83: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

83

internasional untuk bisa digunakan sebagai standar medis penutupan luka

(Wiseman dkk, 2002).

Penggunaan antibiotika topikal juga telah diteliti dan memberi hasil yang

tidak berbeda bermakna dengan pemakaian kompres NaCl, dan terdapat

kelemahan antibiotika topikal untuk mempertahankan kelembaban topikal dan

kemungkinan terjadi reaksi alergi dan resistensi kuman dalam pemakaian jangka

panjang. Hal semakin membatasi penggunaan antibiotika topikal didalam

pengobatan luka terbuka (Bohdan dkk, 2009).

Senyawa Chlorhexidine juga telah diteliti sebagai senyawa yang baik untuk

kompres luka, karena efek antiseptik yang dimiliki. Tetapi dari penelitian

didapatkan hasil yang sama dibandingkan bila dikompres NaCl, dan memiliki

kekurangan berupa iritasi jaringan serta kemungkina alergi (Ayodeji dkk, 2006).

Senyawa Tetrachlorodecaoxide (TCDO)pertama kali diperkenalkan pada

tahun 2002 dan mulai diperkenalkan sebagai injeksi intravena dan terbukti aman

digunakan sebagai terapi sistemik pada kondisi pasien dengan kanker serviks

(Veerasarn dkk, 2004), immunocompromised (Raffanti dkk, 2003) dan untuk

menekan reaksi penolakan jaringan pada transplantasi (Kemp dkk, 2002).

Senyawa TCDO ini sebenarnya memiliki empat efek utama yaitu efek

oksidasi sehingga mampu menghancurkan sebagian besar patogen, Efek

imunomodulator yang merangsang aktivitas makrofag dalam proses fagositosis,

Efek mitogenic yang akan merangsang pembentukan kolagen, fibroblast serta

pembentukan kapiler-kapiler baru, serta efek chemotactic yang akan

meningkatkan kontraksi dan penutupan luka (Kemp dkk, 2002).

Page 84: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

84

Penelitian ini membuktikan TCDO mampu untuk memberikan penutupan

luka terbuka yang lebih besar dan lebih cepat dibandingkan kompres NaCl.

Sehingga sangat menjanjikan untuk bisa digunakan sebagai alternatif kompres

luka dengan keuntungan berupa, kemampuan penutupan luka terbuka yang lebih

besar, waktu penutupan yang lebih cepat, resiko infeksi yang lebih kecil, secara

sosial ekonomi hal ini akan menguntungkan karena akan mempercepat pasien

untuk bisa kembali ke aktifitas normal dengan menurunkan angka long of stay di

rumah sakit.

Page 85: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

85

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemakaian

kompres TCDO untuk perawatan luka terbuka dengan full thickness skin loss pada

kulit tikus putih (Rattus norvegicus) didapatkan persentase penutupan luka yang

lebih besar pada hari ketiga dan hari ketujuh, serta waktu penutupan luka yang

lebih cepat dibandingkan dengan kompres normal salin pada tikus putih.

7.2 Saran

Beberapa saran yang perlu dipertimbangkan berdasarkan hasil penelitian ini

adalah:

1. Perlu ada penelitian lanjutan dengan subjek manusia yang mengalami luka

full thicknes skin loss untuk lebih mengetahui efektivitas dari kompres

TCDO terhadap penyembuhan luka.

2. Kompres TCDO dapat dipertimbangkan sebagai alternatif didalam

perawatan luka terbuka terbuka dengan full thickness skin loss untuk

pasien sehari-hari.

Page 86: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

86

DAFTAR PUSTAKA Adams, C.A., Biffl, W.L., Cioffi, W.G. 2008. Wounds, Bites, and Stings. In:

feliciano, D.V., Mattox K.L., Moore E.E., editors. Trauma. 7th. Ed. New York: McGraw-Hill. p. 1029-1048.

Ayodeji, A.S., Innocent, O.I., Olatunde, O.O. 2006, A comparison of the effect of

chlorhexidine, tap water and normal saline on wound healing, Int J Morphol;24.p.673-676.

Baharestani, M. 2009. The clinical relevance of debridement. In: Bahrestani,M.,

Goltrup,F.,Holstein,P.,Vansceidt,W. Editors. The Clinical Relevance of Debridement. Berlin: Springer-Verlag .p.97-99

Barbul, A. 2005. Wound Healing. In: Brunicardi,F.C., Anderson,D.K., Billir,T.R.,

Dunn,D.L., Hunter,J.G., Pollock,R.E., editors. Schwartz’s Principles of Surgery. 8th. Ed. New York: McGraw-Hill. p.223-246.

Bohdan,P., Tobias, H. Elof,E., 2009. Wound Management in:Bahman,G., Elof,e.,

John,AP. Editors. Plastic Surgery. 1st ed. Philadelphia: Saunders Elseivier.p.31-32

Dow, G., Browne, A., Sibbald, R.G. 2001. Infection in chronic wounds:

Controversies in diagnosis and treatment. Wound Management, 45: 23-40

Falanga, V.2001. Introducing the concept of wound bed preparation. Int Forum

Wound Care;16(Suppl.1):1- 4 Falanga, V., Iwamoto, S. 2008. Wound Repair: Mechanism and Practical

consideration. In: Wolff, K., Goldsmith, L.A., Katz, S.I., editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th Ed. New York: McGraw-Hill. p. 2342-2349.

Falanga,V. 2005. Wound Bed Preparation, Juli. Available from:

URL:http://www.by.edu/woundbiotech/index.html

Page 87: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

87

Fowler, E. 2000. Chronic Wounds: an Overview. In: Krasner D, editor. Chronic Wound Care: A Clinical Sourcebook for Healthcare Professional Pennsylvania: Health Management Publications Inc.

Giese,T., McGrath,M.S., Stumm,S., Schempp,H., Elstner,E. 2004.Differential

effects on innate versus adaptive immune responses by WF10. Cell Immunol; 229(Suppl.2): 149-158

Gunter, C., Dhand, R. 2002. The Mouse Genome. Nature 420;

doi:10.1038/420509a. Hoyt, R.F., Hawkins, J.V, St. Claire, M.B., Kennett, M.B. Mouse Physiology.

2007. In: Fox, J.G., Barthold, S.W., Davisson, M.T., Newcomer, C.E., Quimby, F.W., Smith, A.L. The Mouse in Biomedical Research. 2nd Ed. California: Elsevier. p. 23-91.

.Kemp,K., Dieperink,H., Hansen,A., Horn,T., Johansen,A. 2002.

Immunosuppression in xenotransplantation with Wf10. Pharmacol Toxicol; 90(Suppl.6): 346-348.

Kennedy,K.L., Trich,D.L. 2001. Debridement, in:Krasner,D., Kane,D., editors.

Chronic Wound Case: a Clinical Source Book for Healthcare Professionals. 2nd ed.Pennyslavania: Health Management Publications Inc.p.227-235

Kochevar, I.E., Taylor, C.R., Krutmann,. 2008. Disorder Due To Ultraviolet

Radiation. In: Wolff, K., Goldsmith, L.A., Katz, S.I., Gilchrest B.A., Paller, A.S., Jeffell, D.J., editors. Fitzpatrick’sDermatology in General Medicine. 7th edition volume 1. Amerika Serikat : Mc-Graw-Hill, Inc. p. 59-63, 383-384, 797-799.

Kusmiati, Rachmawati, F., Siregar, S., Nuswantara, S., Malik, A. 2006. Produksi

Beta-1,3 Glukan Dari Agrobacterium Dan Aktivitas Penyembuhan Luka Terbuka Pada Tikus Putih. Makara, Sains, April; 10 (1): 24-29.

Lawrence, W.T., Lowenstein,A. 2001. Wounds: Biology, Pathology, and

management. In: Norton,J.A., Bollinger,R.R., Chang,A.E., Lowry,S.F., Mulvihill,S.J., Pass,H.I., Thompson,R.W., editors. Surgery:Basic Science and Clinical Evidence. 2th. Ed. New York: Springer-Verlag. P.221-236.

Lazarus, G.S., Cooper D.M., Knighton D.R. 2004. Definition and guidelines for

assesment of Wounds and Evaluation of Healing. Arch Dermatol, 130(4): 489-93.

Page 88: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

88

Leong M., Phillips L.G., 2004. Wound Healing. In: Beauchamp, R.D., Evers, B.M., Mattox,K.L., editors. Sabiston Textbook of Surgery. 17th. Ed. Philadelphia: Elsevier.p.182-204.

Lim, J.K., saliba,L.,Smith,M.J., 2000, Normal saline wound dressing-Is it really

normal? BrJ Plast Surg;53.p.42-45 Lippincolt,W. 2003. Wound Care Made Incredible easy. Philadelphia: Lippincolt

Williams, wilkin.p. 71-126. Lorenz,H.P., Longaker,M.T. 2001. Wounds: Biology, Pathology, and

management. In: Norton,J.A., Bollinger,R.R., Chang,A.E., Lowry,S.F., Mulvihill,S.J., Pass,H.I., Thompson,R.W., editors. Surgery: Basic Science and Clinical Evidence. 2th. Ed. New York: Springer-Verlag. P.221-236.

Melton, J. L., Swanson, J.R.1996. Anatomy and Histology of Normal Skin.

[cited2009August.3].Availablefrom:http://www.meddean.luc.edu/lumen/MedEd

Myers,B.A., 2004, Wound management principles and practice, new Jersey (NJ),

Pearson education inc, p. 80-81 Perdanakusuma,D.S., 2002. Enzymatic debridement. Jurnal bedah plastik

Indonesia; 1(Suppl.1): 1-2 Pocock, S. J. (2008). Clinical trials: a practical approach. Chichester: Wiley. Preuss, S., Breuing,K.H., Eriksson,E. 2000. Plastic surgery techniques .

In:Achauer,B.M., Erickson,E., Guyuron,B., Coleman,J.J., Russell,R.C., Vanderkolk,C.A., editors. Plastic Surgery Indications, Operations, and Outcomes. St.Louis: Mosby A Harcourt Health Sciences Company.p.147-161

Raffanti, S.P., Schaffner,W., Federspiel,C.F., Blackwell,R.B., Ching,O.A. 2003.

Randomized, double-blind, placebo-controlled trial of the immune modulator WF10 in patients with advanced AIDS. Infection ;26(Suppl.4): 202-207

Santoro, M.M., Gaudino,G. 2005. Cellular and Molecular facets of Keratinocytes

Reepithelization during Wound Healing. Experimental Cell Research 304 : 274.

Sheid, A., Meuli, M., Gassmann, M., Wenger, R.H. 2000. Genetically Modified

Mouse Models In Studies On Cutaneous Wound Healing. Experimental Physiology, 85; 687-704.

Page 89: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

89

Sjamsuhidayat, R. Jong, W.D. 2005. Luka. In Sjamsuhidayat, R. Jong, W.D

Karnadiharja, W. Prasetyono, T . editors. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 3. Jakarta: EGC. P. 314-17

Thomas,S. 2005. Introduction to Maggot Therapy, Jan’ Available from:

URL:http://www.larve.com.maggot_manual. Veerasarn, V., Khorprasert,C., Lorvidhaya,V., Sangruchi,S., Tantivatana,T. 2004.

Reduced recurrence of late hemorrhagic radiation cystitis by WF10 therapy in cervical cancer patients. a multicenter, randomized, two-arm, open-label trial. Radiother Oncol ;73(Suppl.2): 179-185.

Wiseman, D.M., Rovee, D.T., Alvare, O.M. 2002. Wound Dressings: design and

use. In:Cohen, I.K., Diegelman, R.F., Linbald, W.J. editors. Wound Healing Biochemical and Clonical aspect. Philadelphia: WB saunders Company.p.562-580

Zip, I., Zeligowski, A., Mosheiff, R. 2003. Split thickness skin excision in severe

open fractures. K Bone Joint Surg , 70B: 23-26

Page 90: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

90

Lampiran 1 Analisa Deskriptif Normalitas dan Uji kemaknaan Data Umur dan Berat badan Tikus EXAMINE VARIABLES=Umur BB BY TCDO /PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT /COMPARE GROUPS /STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95 /MISSING LISTWISE /NOTOTAL.

Explore

Notes

Output Created 25-JAN-2014 09:32:15

Comments

Input

Data C:\Users\Orthopaedi Bali\Desktop\Data

Sagitha.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data

File

32

Missing Value Handling

Definition of Missing

User-defined missing values for

dependent variables are treated as

missing.

Cases Used

Statistics are based on cases with no

missing values for any dependent

variable or factor used.

Syntax

EXAMINE VARIABLES=Umur BB BY

TCDO

/PLOT BOXPLOT STEMLEAF

NPPLOT

/COMPARE GROUPS

/STATISTICS DESCRIPTIVES

/CINTERVAL 95

/MISSING LISTWISE

/NOTOTAL.

Resources Processor Time 00:00:01.56

Elapsed Time 00:00:01.55

Page 91: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

91

[DataSet1] C:\Users\Orthopaedi Bali\Desktop\Data Sagitha.sav

TCDO

Case Processing Summary

TCDO Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Umur Tidak 16 100.0% 0 0.0% 16 100.0%

Ya 16 100.0% 0 0.0% 16 100.0%

BB Tidak 16 100.0% 0 0.0% 16 100.0%

Ya 16 100.0% 0 0.0% 16 100.0%

Descriptives

TCDO Statistic Std. Error

Umur

Tidak

Mean 5.5469 .07295

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 5.3914

Upper Bound 5.7024

5% Trimmed Mean 5.5521

Median 5.5000

Variance .085

Std. Deviation .29182

Minimum 5.00

Maximum 6.00

Range 1.00

Interquartile Range .50

Skewness -.125 .564

Kurtosis -.777 1.091

Ya

Mean 5.5625 .07034

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 5.4126

Upper Bound 5.7124

5% Trimmed Mean 5.5694

Median 5.5000

Page 92: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

92

Variance .079

Std. Deviation .28137

Minimum 5.00

Maximum 6.00

Range 1.00

Interquartile Range .44

Skewness -.241 .564

Kurtosis -.398 1.091

BB

Tidak

Mean 249.31 .925

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 247.34

Upper Bound 251.28

5% Trimmed Mean 249.40

Median 250.00

Variance 13.696

Std. Deviation 3.701

Minimum 243

Maximum 254

Range 11

Interquartile Range 8

Skewness -.490 .564

Kurtosis -1.158 1.091

Ya

Mean 249.19 1.026

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 247.00

Upper Bound 251.37

5% Trimmed Mean 249.26

Median 249.50

Variance 16.829

Std. Deviation 4.102

Minimum 242

Maximum 255

Range 13

Interquartile Range 7

Skewness -.445 .564

Kurtosis -.873 1.091

Page 93: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

93

Tests of Normality

TCDO Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Umur Tidak .194 16 .108 .926 16 .213

Ya .185 16 .146 .931 16 .255

BB Tidak .176 16 .200

* .896 16 .070

Ya .136 16 .200* .937 16 .311

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

T-TEST GROUPS=TCDO(1 0) /MISSING=ANALYSIS /VARIABLES=Umur BB /CRITERIA=CI(.95).

T-Test

Notes

Output Created 25-JAN-2014 09:35:52

Comments

Input

Data C:\Users\Orthopaedi Bali\Desktop\Data

Sagitha.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data

File

32

Missing Value Handling Definition of Missing User defined missing values are treated

as missing.

Page 94: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

94

Cases Used

Statistics for each analysis are based

on the cases with no missing or out-of-

range data for any variable in the

analysis.

Syntax

T-TEST GROUPS=TCDO(1 0)

/MISSING=ANALYSIS

/VARIABLES=Umur BB

/CRITERIA=CI(.95).

Resources Processor Time 00:00:00.00

Elapsed Time 00:00:00.00

[DataSet1] C:\Users\Orthopaedi Bali\Desktop\Data Sagitha.sav

Group Statistics

TCDO N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Umur Ya 16 5.5625 .28137 .07034

Tidak 16 5.5469 .29182 .07295

BB Ya 16 249.19 4.102 1.026

Tidak 16 249.31 3.701 .925

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of

Means

F Sig. t df

Umur

Equal variances assumed .062 .805 .154 30

Equal variances not

assumed

.154 29.960

BB

Equal variances assumed .113 .739 -.090 30

Equal variances not

assumed

-.090 29.687

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

Page 95: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

95

Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower

Umur Equal variances assumed .878 .01563 .10134 -.19134

Equal variances not assumed .879 .01563 .10134 -.19135

BB Equal variances assumed .928 -.125 1.381 -2.946

Equal variances not assumed .928 -.125 1.381 -2.947

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

Upper

Umur Equal variances assumed .22259

Equal variances not assumed .22260

BB Equal variances assumed 2.696

Equal variances not assumed 2.697

Page 96: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

96

Lampiran 2 Analisa Deskriptif Normalitas Data Persentase Penutupan Luka Hari ketiga, ketujuh dan Waktu Penutupan Luka EXAMINE VARIABLES=Hari3 Hari7 Waktu_Penutupan BY TCDO /PLOT BOXPLOT NPPLOT /COMPARE GROUPS /STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95 /MISSING LISTWISE /NOTOTAL.

Explore

Notes

Output Created 25-JAN-2014 09:45:51

Comments

Input

Data C:\Users\Orthopaedi Bali\Desktop\Data

Sagitha.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data

File

32

Missing Value Handling

Definition of Missing

User-defined missing values for

dependent variables are treated as

missing.

Cases Used

Statistics are based on cases with no

missing values for any dependent

variable or factor used.

Syntax

EXAMINE VARIABLES=Hari3 Hari7

Waktu_Penutupan BY TCDO

/PLOT BOXPLOT NPPLOT

/COMPARE GROUPS

/STATISTICS DESCRIPTIVES

/CINTERVAL 95

/MISSING LISTWISE

/NOTOTAL.

Resources Processor Time 00:00:02.23

Elapsed Time 00:00:02.20

Page 97: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

97

[DataSet1] C:\Users\Orthopaedi Bali\Desktop\Data Sagitha.sav

TCDO

Case Processing Summary

TCDO Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Hari3 Tidak 16 100.0% 0 0.0% 16 100.0%

Ya 16 100.0% 0 0.0% 16 100.0%

Hari7 Tidak 16 100.0% 0 0.0% 16 100.0%

Ya 16 100.0% 0 0.0% 16 100.0%

Waktu_Penutupan Tidak 16 100.0% 0 0.0% 16 100.0%

Ya 16 100.0% 0 0.0% 16 100.0%

Descriptives

TCDO Statistic Std. Error

Hari3

Tidak

Mean .14856 .009785

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound .12771

Upper Bound .16942

5% Trimmed Mean .14779

Median .14600

Variance .002

Std. Deviation .039141

Minimum .098

Maximum .213

Range .115

Interquartile Range .075

Skewness .248 .564

Kurtosis -1.308 1.091

Ya

Mean .22138 .007665

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound .20504

Upper Bound .23771

5% Trimmed Mean .22019

Median .22050

Variance .001

Page 98: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

98

Std. Deviation .030661

Minimum .177

Maximum .287

Range .110

Interquartile Range .051

Skewness .375 .564

Kurtosis -.390 1.091

Hari7

Tidak

Mean .82394 .016357

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound .78907

Upper Bound .85880

5% Trimmed Mean .82660

Median .83400

Variance .004

Std. Deviation .065426

Minimum .704

Maximum .896

Range .192

Interquartile Range .120

Skewness -.497 .564

Kurtosis -1.174 1.091

Ya

Mean .94856 .007683

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound .93219

Upper Bound .96494

5% Trimmed Mean .94918

Median .95250

Variance .001

Std. Deviation .030731

Minimum .898

Maximum .988

Range .090

Interquartile Range .051

Skewness -.196 .564

Kurtosis -1.390 1.091

Waktu_Penutupan Tidak

Mean 10.44 .258

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 9.89

Upper Bound 10.99

5% Trimmed Mean 10.43

Median 10.00

Page 99: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

99

Variance 1.063

Std. Deviation 1.031

Minimum 9

Maximum 12

Range 3

Interquartile Range 1

Skewness .191 .564

Kurtosis -.945 1.091

Ya

Mean 8.81 .188

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 8.41

Upper Bound 9.21

5% Trimmed Mean 8.79

Median 9.00

Variance .563

Std. Deviation .750

Minimum 8

Maximum 10

Range 2

Interquartile Range 1

Skewness .334 .564

Kurtosis -1.004 1.091

Tests of Normality

TCDO Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Hari3 Tidak .141 16 .200

* .922 16 .183

Ya .121 16 .200* .958 16 .620

Hari7 Tidak .171 16 .200

* .896 16 .070

Ya .141 16 .200* .924 16 .192

Waktu_Penutupan Tidak .227 16 .027 .886 16 .049

Ya .236 16 .018 .809 16 .004

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Page 100: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

100

Lampiran 3 Transformasi Data dan analisa Deskriptif Normalitas dan Uji kemaknaan Data waktu Penutupan Luka

EXAMINE VARIABLES=trans_waktu BY TCDO /PLOT BOXPLOT NPPLOT /COMPARE GROUPS /STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95 /MISSING LISTWISE /NOTOTAL.

Explore

Notes

Output Created 25-JAN-2014 10:50:20

Comments

Input

Data C:\Users\Orthopaedi Bali\Desktop\Data

Sagitha.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data

File

32

Missing Value Handling

Definition of Missing

User-defined missing values for

dependent variables are treated as

missing.

Cases Used

Statistics are based on cases with no

missing values for any dependent

variable or factor used.

Syntax

EXAMINE VARIABLES=trans_waktu

BY TCDO

/PLOT BOXPLOT NPPLOT

/COMPARE GROUPS

/STATISTICS DESCRIPTIVES

/CINTERVAL 95

/MISSING LISTWISE

/NOTOTAL.

Resources Processor Time 00:00:00.73

Page 101: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

101

Elapsed Time 00:00:00.73

[DataSet1] C:\Users\Orthopaedi Bali\Desktop\Data Sagitha.sav

TCDO

Case Processing Summary

TCDO Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

trans_waktu Tidak 16 100.0% 0 0.0% 16 100.0%

Ya 16 100.0% 0 0.0% 16 100.0%

Descriptives

TCDO Statistic Std. Error

trans_waktu

Tidak

Mean 1.0166 .01071

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound .9938

Upper Bound 1.0394

5% Trimmed Mean 1.0166

Median 1.0000

Variance .002

Std. Deviation .04284

Minimum .95

Maximum 1.08

Range .12

Interquartile Range .04

Skewness .039 .564

Kurtosis -.947 1.091

Ya

Mean .9436 .00917

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound .9241

Upper Bound .9632

5% Trimmed Mean .9428

Median .9542

Variance .001

Std. Deviation .03668

Page 102: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

102

Minimum .90

Maximum 1.00

Range .10

Interquartile Range .05

Skewness .224 .564

Kurtosis -1.145 1.091

Tests of Normality

TCDO Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

trans_waktu Tidak .213 16 .050 .889 16 .053

Ya .241 16 .014 .809 16 .004

a. Lilliefors Significance Correction

NPAR TESTS /M-W= Waktu_Penutupan BY TCDO(1 0) /MISSING ANALYSIS.

NPar Tests

Notes

Output Created 25-JAN-2014 10:50:51

Comments

Input

Data C:\Users\Orthopaedi Bali\Desktop\Data

Sagitha.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data

File

32

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated

as missing.

Page 103: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

103

Cases Used

Statistics for each test are based on all

cases with valid data for the variable(s)

used in that test.

Syntax

NPAR TESTS

/M-W= Waktu_Penutupan BY TCDO(1

0)

/MISSING ANALYSIS.

Resources

Processor Time 00:00:00.02

Elapsed Time 00:00:00.01

Number of Cases Alloweda 112347

a. Based on availability of workspace memory.

[DataSet1] C:\Users\Orthopaedi Bali\Desktop\Data Sagitha.sav

Mann-Whitney Test

Ranks

TCDO N Mean Rank Sum of Ranks

Waktu_Penutupan

Tidak 16 22.72 363.50

Ya 16 10.28 164.50

Total 32

Test Statisticsa

Waktu_Penutup

an

Mann-Whitney U 28.500

Wilcoxon W 164.500

Z -3.870

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000b

a. Grouping Variable: TCDO

Page 104: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

104

b. Not corrected for ties.

0Lampiran 4 analisa Uji kemaknaan Data Persentase Penutupan Luka Hari Ketiga dan Ketujuh

T-TEST GROUPS=TCDO(1 0) /MISSING=ANALYSIS /VARIABLES=Hari3 Hari7 /CRITERIA=CI(.95).

T-Test

Notes

Output Created 25-JAN-2014 11:40:39

Comments

Input

Data C:\Users\Orthopaedi Bali\Desktop\Data

Sagitha.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data

File

32

Missing Value Handling

Definition of Missing User defined missing values are treated

as missing.

Cases Used

Statistics for each analysis are based

on the cases with no missing or out-of-

range data for any variable in the

analysis.

Syntax

T-TEST GROUPS=TCDO(1 0)

/MISSING=ANALYSIS

/VARIABLES=Hari3 Hari7

/CRITERIA=CI(.95).

Resources Processor Time 00:00:00.00

Elapsed Time 00:00:00.00

Page 105: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

105

[DataSet1] C:\Users\Orthopaedi Bali\Desktop\Data Sagitha.sav

Group Statistics

TCDO N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Hari3 Ya 16 .22138 .030661 .007665

Tidak 16 .14856 .039141 .009785

Hari7 Ya 16 .94856 .030731 .007683

Tidak 16 .82394 .065426 .016357

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of

Means

F Sig. t df

Hari3

Equal variances assumed 1.209 .280 5.858 30

Equal variances not

assumed

5.858 28.374

Hari7

Equal variances assumed 11.613 .002 6.896 30

Equal variances not

assumed

6.896 21.311

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower

Hari3

Equal variances assumed .000 .072813 .012430 .047427

Equal variances not

assumed

.000 .072813 .012430 .047366

Hari7 Equal variances assumed .000 .124625 .018071 .087719

Page 106: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

106

Equal variances not

assumed

.000 .124625 .018071 .087078

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

Upper

Hari3 Equal variances assumed .098198

Equal variances not assumed .098259

Hari7 Equal variances assumed .161531

Equal variances not assumed .162172

Page 107: tetrachlorodecaoxide compress caused wound healing faster than ...

107