ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA INTEGRATED FINANCIAL MANAGEMENT INFORMATION SYSTEM (IFMIS) DENGAN GABUNGAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL DAN INFORMATION SYSTEM SUCCESS MODEL (STUDI PADA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN) TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Magister Oleh: DEDYE PRIYO WIBOWO 156020304111016 PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI PASCASARJANA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017
141
Embed
TESIS - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/2744/1/DEDYE PRIYO WIBOWO.pdf · Mertua Ibu Yuli Indrawati, serta kakak-adikku yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA INTEGRATED FINANCIAL
MANAGEMENT INFORMATION SYSTEM (IFMIS) DENGAN
GABUNGAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL
DAN INFORMATION SYSTEM SUCCESS MODEL
(STUDI PADA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN)
TESIS
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Magister
Oleh:
DEDYE PRIYO WIBOWO
156020304111016
PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI
PASCASARJANA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
v
RIWAYAT HIDUP
Dedye Priyo Wibowo lahir di Blitar pada tanggal 10 Mei 1983, anak bungsu dari Bapak Suwasono dan Ibu Saitun. Peneliti menempuh pendidikan dasar di SDN Binangun 1, SMPN 1 Binangun, dan SMA 1 Blitar lulus tahun 2002. Studi Diploma III Anggaran di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) lulus pada tahun 2005. Studi S1 Akuntansi di Universitas Brawijaya lulus tahun 2013. Pada tahun 2015, peneliti menempuh pendidikan Magister Akuntansi melalui Program State Accountability Revitalization (STAR) yang diselenggarakan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Republik Indonesia (BPKP-RI). Saat ini peneliti adalah Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Malang, 15 Agustus 2017
Peneliti
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS selaku Rektor Universitas Brawijaya.
2. Nurcholis, SE., M.Bus. (Acc)., Ak., Phd. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Univrsitas Brawijaya.
3. Dr. Roekhudin, SE., M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi Magister
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
4. Dr. Rosidi, SE., MM., Ak selalu ketua komisi pembimbing yang telah
memberikan berbagai pencerahan kepada penulis sehingga tesis ini
dapat terselesaikan dengan baik.
5. Dr. Lilik Purwanti, SE., M.Si., Ak selaku komisi pembimbing yang telah
dengan sabar membimbing serta dan memberikan berbagai wawasan
dalam penyelesaian tesis ini.
6. Prof. Eko Ganis S, SE., M.Com(Hons), Ph.D dan Yeney Widya P, SE.,
Ak., MSA, Ph.D selaku penguji yang memberikan masukan-masukan
yang sangat berharga dalam upaya penyempurnaan tesis ini.
7. Orang tua peneliti, Ibu Saitun, Istri RAW, Anak-anak MMH dan NDA, dan
Mertua Ibu Yuli Indrawati, serta kakak-adikku yang telah banyak
memberikan dukungan kepada penulis selama menempuh studi ini.
8. Direktur Jenderal Perbendaharaan dan Sekretaris Dirjen Perbendaharaan
Kementerian Keuangan yang telah memberikan ijin tugas belajar dan
mendukung studi ini.
vii
9. Bapak Taukid selaku Kepala Kantor Wilayah DJPB Provinsi NTB dan
keluarga besar DJPB Provinsi NTB memberikan perhatian dan dukungan
kepada peneliti selama masa tugas belajar.
10. Teman-teman seperjuangan STAR-BPKP Batch 5, khususnya kelas A.
11. Semua staf pengajar dan administrasi Program Studi Magister Akuntansi
Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yang
telah memberikan berbagai perhatian dan bantuan.
12. Segenap pegawai DJPB yang telah membantu dan mendukung sehingga
proses penelitian dapat berjalan lancar.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selama ini
telah banyak memberikan dukungan kepada peneliti.
Malang, 15 Agustus 2017
DEDYE PRIYO WIBOWO
viii
ABSTRAK
Dedye Priyo Wibowo: Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Agustus 2017. Analisis Kepuasan Pengguna Integrated Financial Management Information System (IFMIS) dengan Gabungan Technology Acceptance Model dan Information System Success Model (Studi pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan). Ketua pembimbing: Rosidi, Komisi Pembimbing: Lilik Purwanti
Penelitian ini bertujuan menilai kepuasan pengguna IFMIS menggunakan model sistem informasi. Model penelitian merupakan penggabungan model Technology Acceptance Model (TAM) dan model DeLone dan McLean dengan menambahkan pengaruh sosial dan Computer Self Efficacy. Jenis penelitian ini adalah causal explenatory dengan non probability sampling sebagai teknik pengumpulan data. Penelitian dilakukan pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB), Kementerian Keuangan, sebanyak 201 responden berhasil diperoleh pada penelitian ini. Hasil analisis dengan partial least square menunjukkan bahwa seluruh hipotesis didukung yang ditunjukkan dengan hubungan positif dan signifikan antar variabel dalam model. Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam pengembangan TAM, model DeLone dan McLean serta Cognitif Social Theory. Selain hal tersebut, SPAN dan SAKTI dapat dimanfaatkan lebih optimal sebagai aplikasi dalam IFMIS. Implikasi lainnya adalah sebagai referensi pengambilan kebijakan oleh DJPB dalam pengembangan SPAN dan SAKTI.
Kata Kunci: computer self efficacy (CSE), IFMIS, kepuasan pengguna, pengaruh sosial, sitem informasi, SPAN,
ix
ABSTRACT
Dedye Priyo Wibowo: Post Graduate Program, Faculty of Economics and Business, Brawijaya University, August 2017. Analysis of User Integrated Financial Management Information System (IFMIS) Satisfaction with Unified of Technology Acceptance Model dan Information System Success Model (Study in Directorate General of Treasury). Chairman of Supervision Commission: Rosidi, Co-Supervisor: Lilik Purwanti
Objective of this study is to assess IFMIS user satisfaction using the information system model. This is combination of Technology Acceptance Model (TAM) and model of DeLone and McLean, adding with social influence and Computer Self Efficacy. This is causal explenatory research with non probability sampling as sampling technique. The research was conducted at the Directorate General of Treasury (DJPB), Ministry of Finance, 201 respondens has attained in this reseach. The result with partial least square shows that all hypotheses are supported which is indicated by positive and significant relation between variables in the model. The results of this research can be used to development of TAM, model of DeLone and McLean and Cognitive Social Theory. Furthermore, optimalization of SPAN and SAKTI can be done as an IFMIS application. Another implication is policy-making references by DJPB in the development of SPAN and SAKTI.
Keywords: computer self efficacy (CSE), IFMIS, information system, SPAN, social influence, TAM user satisfaction
x
PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyajikan tulisan tesis yang berjudul: Analisis Kepuasan Pengguna Integrated Financial Management Information System (IFMIS) dengan Gabungan Technology Acceptance Model dan Information System Success Model (Studi pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan). Tulisan ini berusaha untuk mengetahui keberhasilan program IFMIS melalui implementasi aplikasi SPAN dan SAKTI dengan mengukur kepuasan pengguna menggunakan model sistem informasi. Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki peneliti, walaupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti, tetapi masih dirasakan banyak kekurangtepatan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 17
2.1 Sistem Informasi ......................................................................... 17
2.2 Teori Kepuasan ........................................................................... 19
2.3 Theory of Reasoned Action (TRA) dan Theory of Planned Behavior (TPB) ........................................................................... 23
2.4 Model Penelitian Sistem Informasi .............................................. 24
2.4.1. Model Keberterimaan Teknologi ....................................... 24
2.4.2. Model Kepuasan Pengguna/Model Kesuksesan Teknologi ......................................................................... 25
2.5 Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Implementasi Sistem Informasi Terintegrasi ................................................................. 26
2.5.1. Kualitas Informasi ............................................................ 27
2.5.2. Kualitas Sistem ................................................................ 28
2.5.3. Persepsi Kemudahan Penggunaan ................................. 28
xii
2.5.4. Persepsi Kegunaan ......................................................... 30
2.5.5. Pengaruh Sosial .............................................................. 30
pembayaran, manajemen kas, manajemen penerimaan, buku besar dan bagan
akun standar, dan pelaporan (Reporting), serta modul Sistem Aplikasi Keuangan
Tingkat Instansi (SAKTI).
Perubahan proses bisnis menjadi tantangan utama reformasi ini. Perubahan
proses bisnis tidak hanya tekait penyusunan peraturan, standar operasional,
penggunaan teknologi baru, namun juga menyangkut perubahan pola pikir
pelaku. Tiga pilar tersebut disusun dengan harapan perubahan proses bisnis
dapat diterima dengan baik dan mendukung tercapainya tujuan pelaksanaan
reformasi dalam bidang keuangan.
37
2.7 Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI)
Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI) merupakan sebuah sistem
informasi keuangan yang digunakan oleh instansi/satuan kerja pengelola dana
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), baik
dalam lingkup kementerian maupun dinas di pemerintah daerah. Aplikasi ini
disusun untuk mendukung sistem keuangan terintegrasi di Indonesia, dimana hal
tersebut telah terlaksana dengan diimplementasikannya SPAN. Proses
bisnisnya, SPAN mengintegrasikan proses perencanaan, pelaksanaan sampai
dengan pertanggungjawaban dan pelaporan anggaran (Kementerian Keuangan,
2013).
Sebagai bentuk reformasi keuangan di Indonesia, yang dimulai sejak 2003,
maka pemisahan kewenangan pengelolaan keuangan ditentukan secara tegas.
Kementerian keuangan berperan sebagai Kuasa Bendahara Umum Negara
(Kuasa BUN) dengan Menteri Keuangan berperan sebagai Chief Financial
Officer (CFO). Di sisi lain kementerian pengguna anggaran berperan sebagai
Chief Operational Officer (COO).
Reformasi ini juga menuntut penggunaan teknologi informasi, dengan adanya
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang proses transformasi menuju e-
Goverment. Kementerian Keuangan merespons dengan menyusun GFMRAP
dengan salah satu bagiannya adalah IFMIS. Penerapan IFMIS, terkait
kewenangan Kuasa BUN dilaksanakan melalui implementasi SPAN. Idealnya
integrasi sistem informasi keuangan dan manajemen terjadi antara Kuasa BUN
dan Kuasa Pengguna Anggaran. Namun, kondisi di lapangan menjadi hambatan
pengintegrasian tersebut, dengan satuan kerja lebih dari 24 ribu dan dengan
kondisi geografis yang beragam maka dibutuhkan waktu dan infrastruktur yang
sangat besar (Kementerian Keuangan, 2016). Oleh sebab itu, diciptakan aplikasi
SAKTI sebagai pelengkap SPAN, dimana SAKTI berfungsi mengintegrasikan
38
proses pengelolaan keuangan di tingkat instansi/satker. Untuk menghubungkan
data transaksi dari dua sistem informasi ini, dilaksanakan melalui portal SPAN
dan sms gateway (Kementerian Keuangan, 2016).
39
BAB III
KERANGKA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Perkembangan teknologi yang seakan tiada henti, telah membawa pada
kemajuan penggunaan teknologi yang belum pernah ditemui sebelumnya.
Digitalisasi tidak hanya menyentuh kehidupan personal, tapi juga menyentuh
pengelolaan pemerintahan, baik secara teknis operasional, maupun pada tingkat
pengambilan keputusan. Saat ini penggunaan teknologi tidak hanya dimonopoli
sektor privat. Namun, sektor publik semakin menyadari pentingnya penggunaan
teknologi informasi dalam penyelesaian tugas, layanan maupun memenuhi
tuntutan stakeholder yang terus meningkat. Beragam keunggulan penggunaan
teknologi informasi mendorong implemntasi di sektor publik. Salah satu
implementasi digitalisasi dan pemanfaatan teknologi informasi di sektor
pengelolaan keuangan negara di Indonesia adalah penggunaan sistem informasi
terintegrasi melalui aplikasi SPAN dan SAKTI.
Investasi pengembangan sistem informasi terintegrasi tidaklah sedikit,
harapan besar diberikan untuk keberhasilan implementasi SPAN dan SAKTI.
Berbagai perbaikan terus dilakukan, tidak hanya berhenti sebatas pada awal
pengembangan. Berbagai penelitian dilakukan untuk memberikan masukan dan
perbaikan sistem. Penelitian SI bukanlah bidang baru, penelitian ini terus
berkembang seiring berkembangnya teknologi. Namun, penelitian SI yang paling
banyak dilakukan adalah mengukur keberterimaan teknologi (Davis et al., 1989)
dan keberhasilan teknologi/kepuasan pengguna (DeLone dan McLean, 1992,
40
2003). Fokus pada penggunaan dan faktor yang mempengaruhi pengguna,
merupakan inti penelitian kesuksesan SI. Keberhasilan teknologi mencoba
mengukur net benefit sebagai ukuran terakhir (DeLone dan McLean, 1992;
2003).
Model keberhasilan teknologi DeLone dan McLean (1992; 2003) didasarkan
pada teori komunikasi yang dikembangkan Shanon dan Weaver (1949). Teori ini
berfokus pada informasi. Proses bagaimana informasi dapat tersampaikan
kepada penerima menjadi landasan konsep ini. Rangkaian yang terbentuk
dimulai dari informasi sebagai hasil sistem, selanjutnya informasi akan
tersampaikan kepada penerima. Terdapat tiga kelompok dalam proses ini,
dimana sistem sebagai technical level, informasi sebagai semantic level serta
effectivness sebagai penyampaian informasi kepada penerima. Konsep ini
selanjutnya dikembangkan oleh Mason (1978) dengan mengubah efectivness
level menjadi influence, hal ini didasarkan kepada informasi yang tersampaikan
akan mempengaruhi/tidak mempengaruhi penerima melalui proses receipt,
evaluation dan application. Influence juga menjadi alat bantu pengukuran
pengaruh informasi kepada penerima.
Model DeLone dan McLean menggunakan konsep tersebut untuk mengukur
efektifitas sistem informasi, dengan technical system sebagai penghasil informasi
diwakili oleh kualitas sistem. Semantic level digambarkan dengan kualitas
informasi. Influence sebagai ukuran bagaimana informasi tersebut
mempengaruhi pengguna diwakili dengan penggunaan dan kepuasan. Hasil
yang muncul dari proses penerimaan informasi diukur menggunakan net benefit.
Konsep dan model ini berpendapat jika proses penerimaan informasi mendahului
perubahan diri (behavior) dan kinerja sistem (DeLone dan McLean, 1992). Oleh
sebab itu model ini sering disebut sebagai model kesuksesan sistem informasi,
41
dengan faktor yang mempengaruhi adalah kualitas sistem, kualitas informasi,
penggunaan, kepuasan dan net benefit. Pengukuran net benefit dipercaya
sebagai variabel yang perlu diukur untuk menentukan keberhasilan sistem
informasi. Namun, terdapat kesulitan pengukuran net benefit karena banyaknya
faktor lain diluar SI yang berpengaruh. Oleh karena itu, banyak peneliti
beranggapan kepuasan pengguna/user satisfaction lebih tepat dipakai sebagai
pengganti/surrogate dalam mengukur keberhasilan/kesuksesan SI (Seddon dan
Kiew, 1996; DeLone dan McLean, 2003), karena kemudahan dan ketepatan
dalam pengukurannya.
Technology Acceptance Model merupakan model pengujian keberhasilan
sistem informasi dari sisi pengguna. Model ini sering digunakan untuk
memprediksi tindakan (behavior) pengguna sistem informasi. Prediksi ini
didasarkan bagaimana sistem informasi memunculkan persepsi dan ekspektasi,
yang mengarahkan pada perubahan sikap dan minat. Model ini didasarkan pada
Theory of Reasoned Action , dengan landasan konsep yang digunakan adalah
seseorang akan bertindak dan tindakan tersebut mencerminkan minat orang
tersebut. Proses perubahan dalam diri disebabkan adanya reaksi atas eksternal
variabel yang memunculkan keyakinan/belief. Keyakinan akan dikonfirmasi
melalui proses evaluasi, dimana hasil yang diperoleh terwujud dalam bentuk
sikap positif/negatif. Sikap positif dapat mempengaruhi minat pengguna apabila
norma subyektif dalam diri juga mendukung. Tindakan nyata sebagai tindakan
yang muncul dalam menggambarkan minat.
TAM percaya bahwa minat sebagai hal utama yang perlu diukur untuk
menentukan tindakan nyata pengguna sistem informasi. Terdapat dua persepsi
utama dari penggunaan sistem informasi, yaitu Perceived Usefulness dan
Perceived Ease of Use. Dua persepsi utama ini yang akan membentuk sikap
42
terhadap sistem informasi dan memunculkan minat terhadap sistem informasi.
TAM memiliki fokus kepada pengguna dan oleh sebab itu juga sering disebut
model keberterimaan informasi. Masing-masing model memiliki kelebihan dan
kekurangan tersendiri. Model pendekatan keberterimaan SI dianggap lebih
mampu dalam memprediksi penggunaan dan berbagai hal yang
mempengaruhinya. Meskipun model ini dianggap bagus dalam mengetahui
penerimaan pemakai dan hal pendorong penggunaan SI, tetapi tidak
memberikan feedback nyata dalam perbaikan sebuah sistem, yang diperlukan
oleh penyusun/desainer sistem guna dilakukan perbaikan pada titik yang
dianggap masih lemah. Hal berbeda ditemui dalam model pendekatan
kesuksesan SI, dimana model ini mampu mengukur dampak dan manfaat
penggunaan SI. Model ini dianggap lebih mampu memberikan masukan bagi
pengembang sistem, dengan masukan perbaikan pada sistem maupun output
yang dinilai baik dan bermanfaat bagi pengguna
Oleh sebab itu, penggabungan kedua model dinilai dapat saling menutupi
kelemahan yang ada, sehingga dapat menggambarkan dengan lebih baik
keberhasilan implementasi SPAN dan SAKTI melalui pengukuran kepuasan.
Untuk menambah akurasi dan memperhatikan lingkungan penggunaan SPAN
dan SAKTI sebagai aplikasi bersifat mandatory serta penggunaan dalam
lingkungan kerja, maka variabel CSE dan pengaruh sosial dinilai perlu
ditambahkan. Landasan teori yang dapat digunakan adalah TRA dan SCT
sebagai dasar CSE. Bandura (1986) berpendapat bahwa orientasi tujuan
menjadi dasar dalam tindakan seseorang. Seseorang akan memiliki sistem
dalam diri yang akan mengontrol fikiran, perasaan dan tindakan. Kemampuan
pribadi dan kognisi, behavior serta lingkungn merupakan faktor yang saling
terkait dan menentukan pencapaian tujuan. CSE sebagai kemampuan
43
pengguna sistem informasi terkait erat dengan kemampuan kognitif.
Penggunaan SPAN dan SAKTI sebagai sistem informasi terintegrasi merupakan
bentuk perubahan kearah digitalisasi pengelolaan keuangan negara.
Kemampuan penggunaan komputer sebagai salah satu faktor yang mendukung
keprcayaan diri penggunaan kedua aplikasi tersebut. Faktor sosial merupakan
bentuk pengaruh lingkungan terhadap seseorang. Pengaruh sosial berperan
memperkuat stimulus dalam diri seseorang. Kedua hal tersebut erat kaitannya
dengan behavior. Lingkungan kerja, dan sifat mandatory dalam penggunaan
SPAN dan SAKTI sangat dipengaruhi bagaimana pandangan atasan, rekan kerja
maupun organisasi itu sendiri. Oleh sebab itu, kedua variabel ini dinilai tepat
ditambahkan dalam gabungan model di atas, untuk menggambarkan
keberhasilan sistem informasi melalui pengukuran kepuasan pengguna.
Oleh karena itu, kerangka konseptual akan menggunakan Komunikasi, TRA,
dan SCT sebagai konsep dasar yang digunakan dalam model DeLone dan
McLean serta TAM. Berikut gambar kerangka konseptual dalam penelitian ini:
44
Keterangan : TRA : Theory of Reasoned Action TAM : Technology Acceptance Model
D/M ISSM : DeLone dan Mc Lean Information System Success Model SCT : Social Cognitif Theory
Sikap (Si)
H1
H10
H9 H5
H8
H4 H7
H3
H2
H6 Kualitas Sistem
(KS)
Persepsi Kemudahan Penggunaan
(PKP)
Minat (Min)
Penggunaan Aktual (PAkt)
Kepuasan Pengguna
(KP)
Pengaruh Sosial (PSos)
TRA,TAM Davis et al. (1989); Agarwal dan Prasad (1999); Xu et al.(2013); Chen et al. (2012); Rahadian et al. (2015); Wu (2013); Hassn (2016).
D/M ISSM, Comparison Level Theory penelitian Chiu et al. (2007); Halawi et al. (2007); Iivari (2005); Guimares et al. (1996)
SCT, TRA
Karahanna et al. (1999); Brown et al. (2002); Venkatesh et al. (2003); Handayani (2007); Venkatesh dan Balla (2008); Wahyudi (2011)
Kualitas Informasi
(KI)
Persepsi Kegunaan
(PK)
TRA,TAM Rai et al (2002); Seddon dan Kiew (1996); Wu (2013); Hassnet al (2016); Malik et al (2016)
TRA,TAM Lederer et al(2000); McGill et al(2003); Rai et al(2002); Liao dan Cheung (2001); Cheong dan Park (2005)
TRA,TAM Davis et al., 1989; Dishaw dan Strong, 1999; Venkantesh dan Davis, 2000; Venkantesh et al., 2003; Wixom dan Todd, 2005; Koh et al., 2010; Hurst, 2010
Computer Self-Efficacy
(CSE)
SCT Venkatesh (2000); Thong et al. (2006); Dalcher dan Shine (2003); Ong dan Lai (2006); Al-Haderi (2013)
TRA,TAM Davis et al. (1989); Agarwal dan Prasad (1999); Xu et al. (2013); Chen et al. (2012); Haryani et. al., 2014; Rahadian et al. (2015); Hassn et al. (2016).
TRA,TAM Davis et al. (1989); Taylor dan Todd (1995); Venkatesh dan Davis (2000)
TRA,TAM Davis et al. (1989); Ajzen (1991); Brown et al. (2002); Wixom dan Todd (2005); Wahyudi (2011); Chen et al. (2012); Xu et al. (2013); Hassn et al. (2016)
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
45
Sikap (Si)
H1
H10
H9 H5
H8
H4
H7
H3
H2
H6 Kualitas Sistem (KS)
Persepsi Kemudahan Penggunaan
(PKP)
Minat (Min)
Penggunaan
Aktual
Kepuasan Pengguna
(KP)
Pengaruh Sosial (PSos)
Kualitas Informasi
(KI)
Persepsi Kegunaan
(PK)
Computer Self-Efficacy
(CSE)
Gambar 2.2. Model Penelitian
46
3.2 Pengembangan Hipotesis
3.2.1. Pengaruh Positif Kualitas Informasi terhadap Persepsi Kegunaan
Kepuasan merupakan salah satu tipe emosi, dapat berupa kebahagiaan,
kesenangan dan kenikmatan yang akan menimbulkan dua bentuk yaitu
kepuasan dan ketidakpuasan terhadap suatu hal (Oliver dan DeSarbo, 1988).
Comparison Level Theory menyatakan bahwa munculnya kepuasan didasarkan
pada penilaian perbandingan antara outcome yang diperoleh dengan standard
level yang dimiliki. LeTour dan Peat (1979) menyatakan terdapat tiga hal yang
dijadikan standar penilaian terhadap suatu produk/obyek yaitu: (1) pengalaman
atas produk/obyek sejenis; (2) ekspektasi situsional produk/obyek (seperti hasil
iklan, promosi); (3) pengalaman konsumen lain atas produk/obyek tersebut yang
dijadikan referensi. Kepuasan akan diperoleh apabila outcome yang didapat
melebihi standar komparasi yang ditetapkan.
Kepuasan seseorang terhadap sebuah obyek didasarkan hasil evaluasi
pengguna atas obyek tersebut. Obyek sebagai variabel eksternal dapat
mempengaruhi kepercayaan seseorang dalam bentuk belief/keyakinan atas
obyek tersebut (Ajzen, 1991). Selanjutnya, eksternal variabel dapat
mempengaruhi kepuasan terhadap obyek trsebut. Tingkat kepuasan terhadap
obyek akan mempengaruhi kepercayaan/belief tentang konsekuensi penggunaan
obyek tersebut. Dalam penelitian sistem informasi obyek eksternal yang sering
digunakan adalah kualitas sistem, kualitas informasi, dan kualitas layanan.
Kualitas informasi diartikan sebagai ukuran-ukuran dari keluaran sistem itu
sendiri (DeLone dan McLean 1992; 2003), persepsi pengguna terhadap kualitas
informasi di dalam sebuah SI (Wixom dan Todd, 2005). Informasi merupakan
sebuah obyek sebagai hasil keluaran/output SI. Informasi yang berkualitas harus
47
memiliki karakteristik dimensi completeness, accuracy, format, dan currency
yang menentukan persepsi kualitas informasi (DeLone dan McLean, 1992).
Kualitas informasi akan mempengaruhi kepercayaan diri dalam menggunakan
sebuah informasi. Seseorang akan merasa lebih puas ketika mereka
mendapatkan informasi yang berkualitas (Wixom dan Todd, 2005; Koh et al.,
2010; Xu et al., 2013). Pemahaman pengguna terhadap kualitas informasi yang
dipakainya akan meningkatkan persepsi kegunaan (Seddon dan Kiew, 1996;
Seddon, 1997). Kualitas informasi mempunyai pengaruh signifikan dan positif
terhadap persepsi kegunaan (Rai et al., 2002). Dengan semakin
tingginya/meningkatnya kualitas informasi, akan mengarahkan pada peningkatan
kegunaan (Seddon dan Kiew, 1996). Penelitian lain yang menunjukkan
hubungan signifikan antara kualitas informasi dan persepsi kegunaan dilakukan
oleh Wu (2013); Hassn et al. (2016); Malik et al. (2016).
IFMIS merupakan sitem informasi yang mengintegrasikan tidak hanya proses
kerja dalam sebuah sistem informasi itu sendiri, juga rangkaian prosedur dan
tahapan pekerjaan yang menjadi tugas pengguna dalam satu sistem informasi.
IFMIS yang terwujud dalam aplikasi SPAN dan SAKTI, memiliki keunggulan baik
dalam segi teknologi yang digunakan juga dari segi bagaimana keterkaitan antar
tugas yang diolah dalam sistem informasi. Pengguna aplikasi SPAN atau SAKTI
membutuhkan informasi yang dihasilkan aplikasi tersebut haruslah memenuhi
kriteria:
1. akurasi/tepat, data yang dihasilkan menunjukkan keadaan yang
sebenarnya dan dapat dengan tepat digunakan menyelesaikan tugas
selanjutnya.
48
2. memiliki format yang mudah dipahami dan lengkap, sehingga pengguna
dengan mudah memahami data yang dihasilkan dan tidak menimbulkan
salah penafsiran atas data tersebut.
3. dapat tersedia ketika dibutuhkan, hal ini sangat membantu dalam
penyelesaian tugas pengguna, terutama dapat meningkatkan efisiensi
penyelesaian pekerjaan, yang pada gilirannya akan meningkatkan kinerja
pengguna tersebut.
Keluaran dari SPAN atau SAKTI dapat berupa data laporan, data untuk diolah
menjadi transaksi selanjutnya, bukti pengesahan transaksi dan beragam jenis
keluaran lainnya. Beragam data tersebut mengandung informasi yang berguna
untuk menunjang tugas pengguna. Hasil keluaran SPAN dan SAKTI haruslah
memenuhi kriteria tersebut di atas, sehingga integrasi antar tugas pengguna
dapat berjalan dengan baik dan proses transaksi sampai pelaporan dapat
dijalankan dengan sempurna. Penggunaan SPAN dan SAKTI yang bersifat
terintegrasi ditujukan membantu kelancaran pekerjaan, penyederhanaan proses
transaksi, membantu mengurangi kesalahan, serta menjamin seluruh prosedur
telah dilalui. Pengguna aplikasi SPAN atau SAKTI akan merasa aplikasi tersebut
berguna apabila aplikasi tersebut dapat memenuhi hal di atas. Atas dasar
tersebut dan dengan memperhatikan bahwa aplikasi SPAN dan SAKTI disusun
dengan sistem yang lebih canggih dari aplikasi-aplikasi sebelumnya, maka dapat
disusun hipotesis:
H1 : Kualitas informasi berpengaruh positif terhadap persepsi
kegunaan.
3.2.2. Pengaruh Kualitas Sistem terhadap Persepsi Kemudahan Penggunaan
Kepuasan merupakan salah satu tipe emosi, dapat berupa kebahagiaan,
kesenangan dan kenikmatan yang akan menimbulkan dua bentuk yaitu
49
kepuasan dan ketidakpuasan terhadap suatu hal (Oliver dan DeSarbo, 1988).
Dalam Contrast Theory (Cardozo, 1965 dalam Vaezy, 2013), kepuasan muncul
sebagai akibat interaksi dengan produk/obyek, yang akan memunculkan
diskonfirmasi positif atas obyek tersebut. Diskonfirmasi positif muncul apabila
kinerja nyata obyek tersebut melebihi kinerja yang diekspektasikan sebelumnya.
Menurut Ajzen dan Fishbein (1980) dalam Wixom dan Todd (2005), Object
based merupakan eksternal variabel yang dapat mempengaruhi kepercayaan
yang diyakini/belief. Eksternal variabel dapat mempengaruhi kepuasan terhadap
obyek. Tingkat kepuasan terhadap obyek akan mempengaruhi
kepercayaan/belief tentang konsekuensi penggunaan obyek tersebut.
Salah satu jenis object based yang merupakan eksternal variabel dalam
penelitian sistem informasi adalah kualitas sistem. Sistem informasi merupakan
rangkaian proses teknis untuk merubah input menjadi output. SI erat kaitannya
dengan teknologi, yang merupakan alat/tools dalam membantu penyelesaian
pekerjaan (Goodhue dan Thompson, 1995). Kualitas sistem merupakan ukuran
terhadap sistem itu sendiri, dan merupakan aspek yang diharapkan dari sistem
(DeLone dan McLean, 1992). Kualitas sistem adalah akses yang terjadi melalui
interaksi dengan sistem, ketika pengguna menyelesaikan pekerjaannya (Maes
dan Poels, 2007). Kepercayaan/belief penggunaa SI dalam menyelesaikan
pekerjaan akan meningkatkan attitude terhadap sistem itu sendiri (Wixom dan
Todd, 2005). Kemampuan sistem dalam mendukung penyelesaian pekerjaan
akan meningkatkan kepercayaan pengguna terhadap SI tersebut.
Kepercayaan terhadap sistem pada akhirnya akan mempengaruhi persepsi
pengguna terhadap kemudahan dalam menggunakan sistem tersebut.
Penggunaan sistem ditujukan untuk peningkatan job performance, ketika
kesesuaian antara tugas dan teknologi yang dipakai tinggi, maka pengguna akan
50
merasa mudah dalam menggunakan sebuah sistem (Goodhue dan Thompson,
1995; Dishaw dan Strong, 1999). Hal ini akan mendorong ekspektasi pada
penggunaan sistem tersebut.
Pengguna akan berharap sebuah sistem mudah untuk digunakan, sehingga
dapat membantu penyelesaian tugas serta menghemat waktu penyelesaian
tugas. Davis (1989) mendefinisikan persepsi ini sebagai tingkat dimana
seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tidak memerlukan usaha yang
besar. Persepsi kemudahan penggunaan erat kaitannya dengan bagaimana
pengguna mengoperasikan sistem.
Kualitas sistem didasarkan kepada kebutuhan pengguna, selama proses
evaluasi dan pengembangan. Pengembangan sistem erat kaitannya dengan
membantu pengguna menyelesaikan tugas, serta kesulitan dan hambatan yang
akan dihadapi pengguna dalam menggunakan sistem dan akan mempengaruhi
penerimaan sistem oleh pengguna. Kualitas sistem yang tinggi akan mampu
melayani pengguna, akan lebih dipilih, lebih aman serta lebih cepat dalam
menyelesaikan suatu tugas. Kualitas sistem yang baik tersebut berpengaruh
positif terhadap persepsi kemudahan penggunaan (Lederer et al., 2000; Liao dan
Cheung, 2001; Rai et al., 2002; McGill et al., 2003; Livari, 2005; Wu, 2013;
Cheong dan Park, 2005; Malik et al., 2016).
SPAN dan SAKTI sebagai sebuah sistem informasi wajib, dituntut memiliki
kualitas yang tinggi serta memiliki kesesuaian dengan kebutuhan penyelesaian
pekerjaan penggunanya, dan mendorong intensitas penggunaan. Intensitas
penggunaan meningkatkan pengalaman dalam menggunakan sebuah sistem
(Dishaw dan Strong, 1999) dan dapat meningkatkan persepsi kemudahan
penggunaan sistem tersebut. Sebagai aplikasi wajib dan menjadi satu-satunya
aplikasi yang digunakan dalam penyelesaian pekerjaan, pengembang aplikasi
51
telah berupaya dengan maksimal menyusun aplikasi yang mampu digunakan
dalam berbagai tingkatan pekerjaan, tingkat intensitas yang berbeda-beda serta
kondisi lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi kinerja aplikasi tersebut.
Beragamnya pengguna aplikasi SPAN atau SAKTI, mendorong pengembang
menyediakan aplikasi yang dapat diterima dan digunakan semua orang tanpa
perlu usaha keras mempelajarinya. Pengguna akan mengharapkan aplikasi
yang digunakan mampu membantu dalam menyelesaikan tugas. Dalam
lingkungan wajib, penggunaan aplikasi membantunya mempercepat
penyelesaian pekerjaan. Aplikasi dengan kriteria tersebut merupakan aplikasi
yang memiliki kualitas yang baik. Untuk memenuhi kriteria tersebut aplikasi
haruslah memiliki karakteristik:
1. Reliable. Aplikasi yang digunakan haruslah memiliki reliabilitas yang baik,
sehingga tidak mudah rusak baik dari sisi hardware dan software. Berbagai
ancaman terhadap software, intensitas penggunaan, kompleksitas pekerjaan
yang diolah merupakan ancaman terhadap reliabilitas sistem informasi.
Pengguna akan merasa sistem tersebut berkualitas apabila dalam berbagai
kondisi tersebut sistem tetap mampu menunjang pekerjaan pengguna.
2. Mudah diakses. Pengguna akan merasakan sebuah sistem berkualitas,
ketika sistem tersebut mudah diakses oleh pengguna dan ketika
membutuhkan data yang tersimpan di dalam aplikasi, akan mudah diperoleh.
Kemudahan akses juga meningkatkan interaksi penggunaan aplikasi/sistem
informasi.
3. Fleksibel. Aplikasi yang berkualitas juga harus mampu memenuhi
kebutuhan pengguna yang beragam serta dapat disesuaikan dengan kondisi
yang baru atau berubah. Fleksibilitas sistem informasi akan mendorong
intensitas penggunaan sistem informasi.
52
4. Terintegrasi. Tingkat dan jenis pekerjaan yang beragam dan saling
terhubung pada DJPB, mendorong kebutuhan penggunaan sebuah aplikasi
yang mampu mengintegrasikan keseluruhan pekerjaan. Sistem akan dinilai
berkualitas apabila kebutuhan pengolahan data dari beragam bagian
berbeda dapat dilakukan dan selanjutnya mampu menyediakan data sebagai
input bagian lainnya.
Berbagai karakteristik di atas, selain menunjukkan bahwa sistem informasi
berkualitas juga akan meningkatkan intensitas penggunaan. Demikian pula pada
aplikasi SPAN dan SAKTI, yang disusun dengan tingkat keamanan yang lebih
tinggi serta ditujukan untuk berbagai latar belakang pengguna, persepsi
kemudahan penggunaan akan muncul ketika pengguna percaya pada kualitas
sistem tersebut baik dan tidak muncul kesulitan dalam menggunakan aplikasi
dalam memenuhi kebutuhan penyelesaian pekerjaan. Berdasarkan hal tersebut
hipotesis yang diajukan adalah:
H2 : Kualitas sistem berpengaruh positif terhadap persepsi kemudahan
penggunaan.
3.2.3. Pengaruh Computer Self Efficacy terhadap Persepsi Kemudahan Penggunaan
Konsep teori self efficacy berasal dari Social Cognitif Theory yang
dikembangkan oleh Alberta Bandura, dinyatakan bahwa dengan adanya orientasi
kepada tujuan, seseorang akan membuat rencana untuk mencapai tujuan
tersebut dan akan membangun kemampuan/keberhasilan diri (self efficacy).
Definisi self efficacy adalah kepercayaan pada kemampuan diri untuk
menyelesaikan suatu kegiatan atau aktivitas berhubungan dengan
kompetensinya (Bandura dan Cervone, 1983). Terdapat tiga faktor yang
mempengaruhi self efficacy yaitu behavior, environment, dan personal cognitive
factors.
53
Hal penting dari self efficacy adalah seseorang yang merasa mampu
menjalankan suatu tugas, maka akan cenderung terlibat aktif dalam tugas
tersebut. Namun, seseorang yang merasa memiliki self efficacy rendah akan
menolak untuk melakukan sesuatu atau cenderung menghindarinya termasuk
dalam hal kemampuan menggunakan komputer. Untuk meraih self efficacy,
seseorang akan mengevaluasi diri dari pengalaman masa lalu dan capaian yang
diraihnya sekarang, prestasi orang lain, dan emosi mereka. Implikasi self
efficacy sangat jelas terhadap motivasi dan kinerja tugas. Seseorang dengan
self efficacy tinggi akan berusaha untuk berhasil dan memperoleh tujuan mereka.
(Gibson, et.al., 2009: 113). Keberhasilan diri mempunyai tiga dimensi yaitu
besarnya (magnitude ), kekuatan (strength) dan generalisasi. Besarnya
keberhasilan diri berkaitan dengan keyakinan seseorang atas seberapa sulit
tugas mampu diselesaikan.
Computer Self Efficacy, merupakan konsep kemampuan individu terkait
pengoperasian komputer terkait penyelesaian pekerjaan. Konsep CSE dalam SI,
banyak didasarkan pada penelitian Compeau dan Higgins (1995). Konsep CSE
sendiri dapat dikategorikan menjadi tiga: (1) Terkait dengan domain khusus
potensi, kepercayaan atau kemampuan seseorang dalam menjalankan komputer
terkait tugas; (2). Internet Self efficacy, terkait kemampuan pengguna untuk
menjalankan, mengoperasikan aplikasi internet. (3). Web Based Profesional
Selaf Efficacy, terkait kemampuan menggunakan web based untuk
pengembangan kemampuan profesional (Kao et al., 2014). Banyak peneliti
menghubungkan antara CSE dengan kemudahan penggunaan SI. Penelitian
Venkatesh (2000); Thong et al. (2006); Dalcher dan Shine (2003); Ong dan Lai
(2006); Al-Haderi (2013) menunjukkan hubungan yang signifikan dan antara CSE
dan persepsi kemudahan penggunaan.
54
Kemampuan dan pemahaman individu yang baik terkait komputer, baik
software dan hardware, sangat membantu seseorang dalam memahami aplikasi
yang dia gunakan. Pemahaman ini memungkinkan seseorang menjalankan SI
lebih baik, dan akan meningkatkan kepercayaan diri terhadap penggunaan SI.
Dengan pemahaman yang lebih baik, pengguna akan merasa lebih mudah
dalam menggunakan SI. Aplikasi SPAN dan SAKTI merupakan langkah
modernisasi proses kerja pada DJPB, dimana mayoritas transaksi saat ini
dilakukan menggunakan kedua aplikasi tersebut. Aplikasi SPAN dan SAKTI juga
menunjukkan langkah perubahan dari orientasi manual ke arah orientasi digital.
Kemampuan CSE pengguna terkait pemahaman dan penggunaan komputer
dalam penyelesaian pekerjaan akan sangat membantu dalam penggunaan
aplikasi SPAN dan SAKTI. Kemampuan CSE yang tinggi akan memunculkan
persepsi bahwa kedua aplikasi tersebut mudah dioperasikan dan menimbulkan
kepercayaan diri untuk menggunakannya lebih jauh, sehingga hipotesis yang
diajukan adalah:
H3 : CSE berpengaruh positif terhadap persepsi kemudahan
penggunaan.
3.2.4. Pengaruh Persepsi Kemudahan Penggunaan terhadap Persepsi Kegunaan
Theory of Reasoned Action (TRA), merupakan teori tindakan yang beralasan
yang dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975) dengan satu premis bahwa
reaksi dan persepsi seseorang terhadap suatu hal akan menentukan sikap dan
perilaku orang tersebut. Teori ini membuat model perilaku seorang sebagai
suatu fungsi dari tujuan perilaku. Teori ini dapat digunakan dalam memprediksi
tindakan nyata seseorang/behavior melalui persepsi, sikap dan minat yang
mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan.
55
TRA menyatakan adanya salient belief akan menghasilkan reaksi, yang akan
mendorong pengguna melakukan evaluasi atas belief tersebut. Secara
matematis, jumlah perkalian evaluasi-evaluasi atas berbagai belief tersebut,
memunculkan sikap ke arah tindakan. Sikap ketika digabungkan dengan norma
subyektif yang dimiliki seseorang dapat menghasilkan minat baik positif ataupun
negatif. Ajzen dan Fishbein menyatakan adanya hubungan antar belief dari
suatu obyek. Selanjutnya, mereka membedakan belief menjadi dua: (1).
Descriptive belief, tersusun berdasarkan obyek atau kejadian yang dapat diamati;
(2). Inferential belief, berdasarkan atas hal yang tidak teramati (Davis 1985).
Davis (1985), percaya bahwa perlu melakukan pengelompokan belief, atas
pengaruh yang ditimbulkannya. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa antar
belief memiliki hubungan yang saling mempengaruhi. Selain itu, pengelompokan
dapat digunakan untuk mengetahui dan menginterpretasikan salient belief yang
paling berpengaruh dalam pengukuran. Dalam sistem informasi terdapat dua
kelompok salient belief, yaitu perceived usefulness dan perceived ease of use
(Davis, 1985; Davis et al., 1989). Perceived ease of use dapat dilihat lebih
sebagai descriptive belief dalam konteks keberterimaan pengguna.
Berdasarkan pengalaman langsung pengguna terhadap sistem yang digunakan,
sedangkan beberapa inferential belief dapat berpengaruh pada perceived ease
of use ketika proses penguasaan sistem tersebut. Namun, perceived usefulness
secara sifatnya dikategorikan sebagai inferential belief, disebabkan penilaian
estimasi pengaruh sistem terhadap kinerja pengguna.
Hubungan antar belief, dapat menunjukkan bahwa terdapat beberapa belief
yang mempengaruhi belief lainnya. Perceived ease of use berpengaruh
terhadap perceived usefulness (Davis, 1985; Davis et al., 1989). Sebuah sistem
yang mudah digunakan akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja
56
pengguna. Berdasarkan hal tersebut, bagian/fraksi dari kinerja pengguna
ditentukan atas penggunaan secara fisik sistem informasi. Semakin produktif
pengguna pada bagian/fraksi tersebut melalui perceived ease of use, maka
secara keseluruhan dia semakin produktif. Oleh sebab itu, karakteristik sistem
dapat mempengaruhi usefulness secara tidak langsung, dengan mempengaruhi
ease of use.
Persepsi kemudahan penggunaan merupakan determinan langsung dari
persepsi kegunaan (Daviset al., 1989). Berbagai penelitian menunjukkan
hubungan yang kuat antara persepsi kemudahan penggunaan dengan persepsi
kegunaan (Davis et al., 1989; Taylor dan Todd, 1995; Chau, 1996; Igbaria et al.,
1997; Dishaw dan Strong, 1999; Venkantesh dan Davis, 2000; Venkantesh et al.,
2003; Wixom dan Todd, 2005; Koh et al., 2010; Hurst, 2010). Namun, beberapa
penelitian menunjukkan bahwa persepsi kemudahan penggunaan tidak signifikan
terhadap ekspektasi kegunaan (Jackson et al., 1997; Bajaj dan Nidumolu, 1998;
Hu et al., 1999; Chau dan Hu, 2002; Wu, 2013; Hassn et al. 2016; Malik et al.,
2016).
Persepsi kemudahan penggunaan terkait dengan kemudahan dalam
penggunaan sebuah sistem, dimana dengan semakin mudahnya penggunaan
maka pengguna menjadi lebih yakin dalam menggunakan SI. Hubungan antara
persepsi kemudahan penggunaan dengan persepsi kegunaan terlihat dari
peningkatan kinerja, dalam hal semakin sedikit usaha yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan pekerjaan yang sama (Davis et al., 1989).
Penerapan IFMIS merupakan upaya peningkatan kualitas pngelolaan
keuangan negara. Aplikasi yang digunakan di satu sisi harus mampu
mendukung proses pengelolaan keuangan yang lebih baik, di sisi lain juga harus
mampu mendukung peningkatan kualitas kerja pengguna. Aplikasi SPAN dan
57
SAKTI memerlukan waktu pengembangan yang lama dengan teknologi yang
lebih baik dari aplikasi-aplikasi sebelumnya. Proses pengembangan,
pengenalan dan penerapan dilakukan secara bertahap, salah satu tujuannya
adalah agar aplikasi tersebut benar-benar mampu diimplementasikan dengan
baik oleh pengguna. Lingkungan mandatory mengharuskan pegawai
menggunakan aplikasi tersebut. Persepsi kemudahan penggunaan mendorong
kepercayaan diri pengguna dan meningkatkan intensitas penggunaan serta
utilisasi aplikasi tersebut. Pemahaman yang lebih baik terhadap aplikasi SPAN
dan SAKTI mendorong persepsi pengguna bahwa aplikasi tersebut berguna baik
dalam menyelesaikan tugas rutin maupun memenuhi keperluan tugas insidental.
Hal ini juga sesuai dengan action identification theory Venkatesh dan Balla
(2008), dimana dengan meningkatnya pengalaman penggunaan sistem,
pengguna akan memiliki informasi lebih tentang kemudahan dan kesulitan
penggunaan sistem. Dengan meningkatnya pengalaman akan meningkatkan
pengaruh terhadap persepsi kegunaan. Berdasar hal tersebut hipotesis yang
diajukan adalah:
H4 : Persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh positif terhadap
persepsi kegunaan
3.2.5. Pengaruh Persepsi Kegunaan dan Persepsi Kemudahan Penggunaan terhadap Sikap Pengguna
Theory of Reasoned Action menyatakan bahwa pemanfaatan sistem/usage
merupakan sebuah behavior dimana untuk mewujudkan dalam bentuk tindakan
terlebih dahulu terdapat intention untuk melakukannya. Ketika mewujudkan
sebuah tindakan nyata, seseorang akan mengalami perasaan negatif/positif,
sebagai pengaruh evaluasi dalam melaksanakan tindakan tersebut. Perasaan
tersebut disebut sebagai sikap/attitude, dan berfungsi sebagai mediasi persepsi
kemudahan penggunaan terhadap intention. Ajzen dan Fishbein menyatakan
58
terdapat 9 belief yang dapat berpengaruh kepada tindakan seseorang (Davis,
1985). Namun, Davis percaya bahwa terdapat dua salient belief yang dengan
tepat digunakan dalam menggambarkan penggunaan sistem informasi oleh
seseorang, yaitu perceived usefulness dan perceived ease of use.
Ajzen dan Fishbein (1975) dalam Davis (1985) menyatakan bahwa adanya
hubungan yang sangat erat antara belief dan attitude, dimana ketika seseorang
membentuk keyakinan/belief terhadap suatu obyek, seseorang secara otomatis
dan simultan akan memperoleh attitude terhadap obyek tersebut. Persepsi
kemudahan penggunaan dapat mengarahkan seseorang untuk menggunakan
atau tidak menggunakan sebuah SI. Hal ini bergantung kepada probabilitas
subyektif yang dirasakannya (belief), bahwa dalam melakukan tindakan nyata
tersebut akan memberikan konsekuensi. Evaluasi atas probabilitas subyektif
(menggunakan atau tidak) ini mengarahkan pada attitude toward behavior (Davis
et al., 1989), sehingga ketika persepsi kemudahan penggunaan SI besar, maka
akan memunculkan perasaan positif untuk menggunakannya (attitude).
Persepsi kemudahan penggunaan merupakan tingkat kemudahan terkait
penggunaan sistem (Venkantesh et al., 2003). Persepsi kemudahan erat
kaitannya dengan kemudahan penggunaan sistem dalam menyelesaikan suatu
tugas. Persepsi kemudahan penggunaan merupakan persepsi atas sistem itu
sendiri dan salah satu yang membentuk konstruk ini adalah kompleksitas sistem.
Kompleksitas adalah tingkat dimana inovasi dipersepsikan sebagai sesuatu yang
relatif sulit untuk diartikan dan digunakan oleh individu (Rogers dan Shoemaker,
1971 dalam Venkatesh et al., 2003). Hubungan antara kompleksitas dan
pemanfaatan SI bersifat negatif, dimana semakin tinggi kompleksitas sebuah
sistem, maka pemanfaatan SI menjadi semakin rendah (Thompson et al., 1991).
59
TAM menyatakan persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan penggunaan
SI sebagai belief yang paling menonjol yang mendorong penggunaan SI (Davis
et al., 1989). Baik persepsi kegunaan maupun persepsi kemudahan
penggunaan merupakan hasil penilaian konsekuensi penggunaan sebuah sistem
dalam menyelesaikan pekerjaan (Wixom dan Todd, 2005), dan mengarahkan
pada perasaan positif atau negatif atas penggunaan SI, yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada intention/keinginan untuk menggunakan/tidak sebuah SI.
Persepsi kegunaan terbukti berpengaruh signifikan terhadap sikap pengguna
sebagaimana hasil penelitian Davis et al. (1989); Agarwal dan Prasad (1999); Xu
et al.(2013); Chen et al. (2012); Rahadian et al. (2015); Wu (2013); Hassn
(2016). Persepsi kemudahan penggunaan sebagai salah satu beleif penentu
penggunaan aktual, memilki hubungan yang signifikan terhadap sikap
sebagaimana hasil penelitian Davis et al. (1989); Agarwal dan Prasad (1999); Xu
et al. (2013); Chen et al. (2012); Haryani et. al., 2014; Rahadian et al. (2015);
Hassn et al. (2016).
Penggunaan aplikasi SAKTI dan SPAN sebagai aplikasi wajib, digunakan
dalam membantu menyelesaikan pekerjaan. Penggunaan TI sebagai alat bantu,
tidak terlepas dari harapan/ekspektasi bahwa alat tersebut dapat meningkatkan
kinerja. Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki, dorongan penggunaan,
memunculkan kepercayaan pengguna bahwa aplikasi tersebut memberikan
manfaat ketika digunakan, sebagai bentuk persepsi kegunaan dari aplikasi SPAN
dan SAKTI. Selain keyakinan akan kegunaan, aplikasi SPAN dan SAKTI
memunculkan persepsi kemudahan penggunaan dengan dorongan penggunaan
dan interaksi terus menerus yang memunculkan persepsi kemudahan
penggunaan pada diri pengguna. Persepsi yang muncul tersebut akan
mendorong munculnya sikap positif pengguna terhadap aplikasi SPAN dan
60
SAKTI. P enggunaan yang bersifat wajib juga mendorong pengguna untuk
bersikap positif dan memunculkan minat dalam menggunakan aplikasi tersebut.
Tingkat utilisasi aplikasi SPAN dan SAKTI sebagai kondisi voluntary,
memungkinkan pengguna memunculkan sikap negatif atau positif dalam
penggunaan. Namun, kepercayaan bahwa aplikasi SPAN dan SAKTI berguna
dan mudah digunakan membantu memunculkan sikap positif pengguna. Oleh
sebab itu hipotesis yang disusun adalah:
H5 : Persepsi kegunaan berpengaruh positif terhadap sikap/attitude
pengguna
H6 : Persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh positif terhadap
sikap/attitude pengguna
3.2.6. Pengaruh Sikap/Attitude Pengguna dan Pengaruh Sosial terhadap Minat/Intention to use Pengguna
Minat didefinisikan sebagai probabilitas subyektif individu dimana seseorang
akan melakukan sebuah tindakan tertentu (Davis et al., 1989). Minat dalam
melakukan tindakan merupakan determinan kausal yang ditampilkannya dengan
jelas atas tindakan tersebut. Minat melakukan sebuah tindakan ditentukan oleh
hasil penjumlahan sikap dan norma subyektif. Sikap merujuk pada tingkatan
individual terhadap evaluative affect atas target tindakan sebagai belief yang
muncul dalam diri individu. Sikap dapat bernilai positif maupun negatif (Davis et
al., 1989). Norma subyektif merujuk pada persepsi bahwa orang-orang yang
sangat penting baginya berpikir/menilai bahwa dia harus atau tidak harus
melakukan tindakan tersebut (Ajzen dan Fishbein, 1975 dalam Davis, 1985).
Sikap sangat erat kaitannya dalam menentukan tindakan yang akan diambil
seseorang, terkait dengan afektif, yaitu hasil evaluasi belief/keyakinan yang
dialami individu tersebut. TAM menyebutkan terdapat terdapat dua
keyakinan/belief paling menonjol dalam menentukan tindakan penggunaan SI
61
yaitu persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan penggunaan (Davis et al.
1989). Sikap terhadap suatu hal dapat positif maupun negatif, tergantung proses
evaluasi atas belief tersebut. Sikap positif terhadap SI akan mengarahkan pada
minat positif pada SI tersebut, dan dapat terwujud dalam bentuk minat untuk
menggunakan. Sementara sikap negatif atas SI dapat mendorong seseorang
memunculkan minat terhadap SI, dalam bentuk tidak adanya minat untuk
menggunakan SI. Jadi sikap merupakan salah satu penentu tingkat kekuatan
minat/magnitude terhadap target behavior. Beberapa penelitian menunjukkan
hubungan yang signifikan antara sikap dan minat diantaranya adalah Davis et al.
(1989); Ajzen (1991); Brown et al. (2002); Wixom dan Todd (2005); Wahyudi
(2011); Chen et al. (2012); Xu et al. (2013); Hassn et al. (2016).
Selain ditentukan oleh sikap, minat terhadap target behavior juga dipengaruhi
oleh norma subyektif (Ajzen dan Fishbein, 1975 dalam Davis, 1985).
Berdasarkan teori ekspektasi, hasil yang diharapkan oleh pegawai, tidaklah
hanya dalam bentuk materi, tetapi dapat berupa penerimaan ataupun penolakan
kelompok atas hasil pada tingkat pertama (Gibson et al., 2009:136). Pengaruh
atasan dan rekan kerja dalam lingkungan kerja dengan penggunaan sistem
bersifat wajib, lebih terasa dan lebih besar jika dibandingkan dengan
penggunaan sistem informasi bersifat sukarela. Dorongan kelompok untuk
menggunakan aplikasi dapat berupa perintah atasan, maupun tindakan
mayoritas kelompok untuk menggunakan sistem informasi. Ketika kelompok
menggunakan sistem informasi secara aktif, seseorang akan berusaha
melakukan hal yang sama, sehingga dapat diterima dalam kelompok tersebut.
Dorongan dari kelompok ini akan meningkatkan minat penggunaan sistem
informasi.
62
Terdapat beberapa istilah terkait pengaruh orang yang penting bagi individu
dalam mempengaruhinya melakukan sebuah tindakan. Salah satu yang sering
digunakan dalam penelitian SI adalah istilah Pengaruh Sosial, yang digunakan
Venkatesh et al. (2003) dalam model UTAUT. Koh et al. (2010) berpendapat
lingkungan sosial tidak dapat dilepaskan dari penggunaan aplikasi bersifat wajib,
dimana pandangan rekan, atasan maupun kelompok sangat berpengaruh pada
penggunaan dan hasil penggunaan SI.
Venkantesh et al. (2003) berpendapat bahwa faktor sosial sebagai determinan
langsung dari minat pemanfaatan SI adalah direpresentasikan oleh konstruk-
konstruk yang terkait yaitu norma subyektif, faktor sosial dan image. Penelitian
Karahanna et al. (1999); Brown et al. (2002); Venkatesh et al. (2003); Handayani
(2007); Venkatesh dan Balla (2008); Wahyudi (2011) menunjukkan hubungan
yang signifikan antara pengaruh sosial dengan minat penggunaan sistem
informasi.
Dalam lingkungan mandatory, selain pengaruh dari dalam diri, minat dalam
melakukan sebuah tindakan nyata sangat kuat dipengaruhi pihak luar/lingkungan
dimana pengguna berada. Pengaruh lingkungan ini, pengaruh sosial, lebih kuat
jika dibandingkan dengan lingkungan bersifat sukarela. Demikian pula dalam
implementasi SPAN dan SAKTI. Pengaruh sosial dapat berupa rekan kerja,
atasan, maupun orang-orang dekat pengguna aplikasi.
Pengaruh rekan kerja pada pengguna dapat dilihat dari bagaimana
pandangan, harapan maupun ekspektasi mempengaruhi bagaimana minat
menggunakan muncul pada diri pengguna aplikasi SPAN dan SAKTI. Individu
dalam sebuah organisasi memiliki keterkaitan pekerjaan antara satu individu
dengan individu lain, bagian dan bagian lain. Hal ini meningkatkan pengaruh
rekan kerja dan atasan terhadap diri pengguna aplikasi SPAN atau SAKTI.
63
Atasan seringkali memiliki kewenangan mendorong bawahan menggunakan
aplikasi SPAN atau SAKTI, terutama untuk penyelesaian pekerjaan. Atasan juga
memiliki kewenangan sebagai penilai kinerja bawahan, dan peran ini menuntut
pegawai bekerja sebaik mungkin untuk mendapatkan penilain baik dari atasan.
Ketika mayoritas pekerjaan diselesaikan menggunakan aplikasi SPAN atau
SAKTI, pencapaian target kinerja didasarkan pada pemanfaatan kedua aplikasi
tersebut. Kemampuan penggunaan aplikasi SPAN atau SAKTI yang diikuti
peningkatan kinerja merupakan salah satu dasar atasan menilai bawahannya.
Oleh sebab itu, pandangan atasan dapat mempengaruhi minat penggunaan
aplikasi SPAN atau SAKTI. Berdasarkan hal tersebut hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut:
H7 : Sikap/attitude pengguna berpengaruh positif terhadap
minat/intention to use pengguna
H8 : Pengaruh sosial berpengaruh positif terhadap minat/intention to
use pengguna
3.2.7. Pengaruh Minat/Intention to use terhadap Penggunaan Aktual
Tindakan aktual dalam penggunaan sistem informasi merupakan reaksi atas
minat menggunakan sistem informasi tersebut. Berdasarkan TRA tindakan nyata
(actual behavior) didasarkan rangkaian proses dalam diri seseorang yang
bekerja secara simultan. Berbagai afeksi, sebagai object based, akan
memunculkan keyakinan/belief dalam diri seseorang akan obyek tersebut.
Seorang akan melakukan evaluasi atas obyek tersebut, dimana hal ini akan
menghasilkan sikap, baik positif atau negatif. Selanjutnya, sikap bersama-sama
dengan norma subyektif akan memunculkan minat atas obyek tersebut.
Munculnya minat dapat bersifat negatif, apabila hasil akumulasi sikap dan norma
subyektif bernilai negatif, demikian sebaliknya. Penggunaan aktual sebagai
behavior, didasarkan atas munculnya minat tersebut (positif atau negatif).
64
Lean et al. (2009) menyatakan bahwa minat sebagai sejenis prediksi
sendiri/self prediction atau ekspektasi tindakan/behavior expectation, yang
mengindikasikan sebagai salah satu prediktor paling akurat yang tersedia untuk
memprediksi tindakan individu di masa datang. Berdasarkan teori yang diajukan
Ajzen dan Fishbein, minat merupakan probabilitas subyektif bahwa seseorang
akan melakukan tindakan khusus. Minat merupakan hasil dari akumulasi sikap
dan subjective norm yang mempengaruhinya (Davis, 1985).
Penggunaan aktual merupakan tindakan nyata dari minat yang muncul dalam
diri seseorang. Penggunaan merujuk pada penggunaan aktual langsung oleh
individu atas sistem yang diberikan dalam konteks pekerjaan yang dilakukan.
Pengguna dibutuhkan untuk menggunakan teknologi atau sistem khusus dengan
tujuan menjaga atau melaksanakan tugas (Brown et al.,2002). Penggunaan
merujuk pada tingkat atau kebiasaan staf atau pelanggan dalam menggunakan
kemampuan sistem informasi (Petter et al., 2008). Jones dan Straub (2006)
mengelompokkan penggunaan dapat berupa penggunaan terhadap informasi
sebagai output sistem dan penggunaan sistem itu sendiri. Minat merupakan
penentu dalam melakukan penggunaan terhadap SI sebagaimana hasil
penelitian Davis et al. (1989); Taylor dan Todd (1995); Venkatesh dan Davis
(2000).
Minat menggunakan aplikasi SPAN dan SAKTI merupakan dorongan dalam
diri pegawai/pengguna, bahwa penggunaan aplikasi tersebut akan membawa
manfaat bagi dirinya, terutama dalam menyelesaikan pekerjaan. Lingkup
pekerjaan yang luas, beragam stakeholder yang terkait, mendorong semakin
beragam tugas, data, laporan dan permintaan dari berbagai pihak kepada DJPB.
Hal tersebut mendorong pegawai DJPB harus mampu memenuhi permintaan
berbagai pihak tersebut. Aplikasi SPAN dan SAKTI sebagai aplikasi terintegrasi
65
telah dirancang dan disusun dengan memperhatikan berbagai perkembangan
tersebut. Berbagai fitur telah disediakan dalam aplikasi SPAN dan SAKTI
melebihi kebutuhan pokok dalam menyelesaikan pekerjaan pengguna. Minat
memanfaatkan aplikasi lebih jauh, akan mendorong intensitas interaksi
pengguna dengan aplikasi, dan meningkatkan utilisasi aplikasi tersebut.
Berdasarkan hal tersebut hipotesis yang diajukan adalah:
H9 : Minat/intention to use berpengaruh positif terhadap penggunaan
aktual
3.2.8. Pengaruh Penggunaan Aktual terhadap Kepuasan Pengguna
Oliver dan DeSarbo (1988), menyatakan bahwa kepuasan merupakan salah
satu tipe emosi, dapat berupa kebahagiaan, kesenangan dan kenikmatan yang
akan menimbulkan dua bentuk yaitu kepuasan dan ketidakpuasan terhadap
suatu hal. Kepuasan dapat berupa agregat feeling terhadap sebuah aspek
terpenting dari sebuah pengalaman (Westbrook et al., 1978). Meskipun
kepuasan merupakan sebuah perasaan, tetapi dalam penelitian, kepuasan
umumnya diukur berdasarkan proses kognitif atau menggunakan kombinasi
antesenden antara afektif dan kognitif (Yi, 1989). Contrast theory menyatakan
bahwa kepuasan terhadap suatu hal muncul dari hasil evaluasi, yaitu apabila
kinerja aktual lebih baik dari ekspektasi yang diharapkan (Cardozo, 1965 dalam
Vaezy, 2013). Comparison Level Theory mendasarkan kepuasan pada penilaian
perbandingan antara outcome yang diperoleh dengan standard level yang dimiliki
(LeTour dan Peat, 1979).
Apabila merujuk kepada dua teori kepuasan di atas, kepuasan dapat
ditentukan berdasarkan ekspektasi yang diharapkan atas obyek tersebut
dibandingkan dengan kinerja nyata yang dirasakan pengguna atas produk
tersebut. Selain itu, kepuasan dapat juga dipengaruhi atas ekspektasi pengguna
66
atas sebuah obyek, yang diperoleh baik dari pengalaman menggunakan produk
sejenis, ekspektasi yang muncul disebabkan situasional produk, maupun
informasi dari pengalaman pengguna lainnya atas obyek dimaksud. Terjadinya
ketidaksesuaian antara ekspektasi dan realitas yang diperoleh memunculkan
kepuasan maupun ketidakpuasan.
Dalam penelitian bidang SI, banyak peneliti menilai kesuksesan SI dapat
diukur melalui tingkat kepuasan pengguna. Kepuasan adalah tingkat kesenangan
yang muncul ketika berinteraksi dengan aplikasi (Seddon dan Kiew, 1996).
Kepuasan pengguna merupakan hal paling umum dalam mengukur persepsi
individu terhadap sistem informasi (Seddon, 1997). DeLone dan McLean (2003)
menganggap kepuasan pengguna termasuk salah satu ukuran terpenting dalam
kesuksesan SI. Kepuasan pengguna merupakan attitude yang memperkuat
pengguna setelah berinteraksi dengan SI (Wixon dan Todd, 2005).
Kesuksesan penerapan SI dapat diasosiasikan dengan kepuasan pengguna
(DeLone dan McLean, 2003). Perasaan pengguna akan menentukan apa yang
menjadi pilihan seseorang. Perasaan positif mengarahkan pada pencapaian
kepuasan, begitu pula dalam persepsi dan penggunaan SI (Koh et al., 2010).
Kepuasan pengguna juga dikaitkan dengan bagaimana sistem informasi tersebut
dinilai berdasarkan ekspektasi yang diberikan (Ives et al.,1982). Penggunaan SI
merupakan proses interaksi pengguna dengan SI tersebut. Interaksi ini akan
memunculkan pengalaman pengguna terhadap SI. Venkatesh et al. (2003)
menyebutkan pengalaman terhadap SI akan memberikan pengaruh lebih besar,
sehingga periode implementasi pada tahap post adopsi akan lebih baik daripada
awal adopsi. Pengalaman menggunakan akan membantu pengguna dalam
melakukan evaluasi terhadap SI tersebut. Apabila pengguna menilai SI
memberikan manfaat lebih dari ekspektasi pengguna, kepuasan terhadap SI
67
akan muncul. Beberapa penelitian menunjukkan hubungan yang berpengaruh
signifikan antara penggunaan dan kepuasan diantaranya penelitian Chiu et al.
(2007); Halawi et al. (2007); Iivari (2005); Guimares et al. (1996).
Berbagai fitur yang lebih lengkap, beragam data yang tersedia dan dihasilkan,
penggunaan single database dan kemudahan akses, tingkat keamanan yang
tinggi, sistem yang terintegrasi yang meminimalkan kesalahan dan
menyederhanakan prosedur, merupakan berbagai keuntungan penggunaan
SPAN dan SAKTI. Berbagai keuntungan tersebut dan sifat mandatory
mendorong penggunaan aplikasi SPAN dan SAKTI. Selain sifat mandatory
dalam menyelesaikan pekerjaan rutin, sifat voluntary dapat muncul dalam hal
utilisasi aplikasi SPAN dan SAKTI. Kepuasan pengguna aplikasi SPAN atau
SAKTI muncul sebagai hasil dari penggunaan.
Penggunaan akan mengarahkan pengguna aplikasi dalam mengevaluasi atas
manfaat aktual yang diperoleh dibandingkan dengan ekspektasi aplikasi SPAN
dan SAKTI, yaitu kemampuan aplikasi membantu menyelesaikan pekerjaan.
Semakin tinggi persepsi pengguna bahwa aplikasi SPAN atau SAKTI membantu
menyelesaikan pekerjaannya dengan lebih baik, maka akan meningkatkan
kepuasan terhadap aplikasi tersebut. Kepuasan pengguna juga dapat dilihat dari
seberapa jauh pengguna aplikasi SPAN atau SAKTI memanfaatkan fitur yang
tersedia diluar penyelesaian pekerjaan rutin. Pemanfaatan fitur aplikasi seperti
ini menunjukkan penggunaan dan interaksi yang tinggi pengguna dengan
aplikasi dan menunjukkan kepuasan pengguna terhadap aplikasi SPAN atau
SAKTI. Berdasarkan hal tersebut dan penelitian terdahulu, hipotesis yang
diajukan adalah:
H10 : Penggunaan aktual berpengaruh positif terhadap kepuasan
pengguna
68
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini digolongkan dalam penelitian causal explanatory karena
penelitian ini menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian
hipotesis dan secara umum data yang disajikan dalam bentuk angka-angka yang
dihitung melalui uji statistik. Penelitian causal explanatory, menurut Cooper dan
Schindler (2011:86) adalah penelitian yang menjelaskan bagaimana satu
variabel mempengaruhi perubahan variabel lain dan mencoba menjelaskan
hubungan antara variable-variabel melalui pengujian hipotesis.
4.2 Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilakukan dilingkup DJPB baik pada tingkat pusat, kantor wilayah
maupun KPPN di seluruh Indonesia. Pada tingkat pusat, penelitian dilakukan
pada Sekretariat Jenderal Perbendaharaan, Direktorat Pelaksanaan Anggaran
dan Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan. Pada tingkat wilayah
dilakukan pada 33 Kantor Wilayah DJPB seluruh Indonesia. Penelitian di tingkat
KPPN dilakukan di KPPN diseluruh Indonesia.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai pengguna aplikasi
SAKTI atau SPAN di Kantor Pusat DJPB, Kantor Wilayah DJPB, dan KPPN di
seluruh Indonesia. Pengguna SPAN dan SAKTI berdasarkan kewenangan terdiri
dari kewenangan operator dan kewenagan otorisasi. Pengguna SAKTI adalah
pengelola keuangan instansi, yaitu: Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Pembuat Surat Perintah Membayar
(PPSPM), Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran, Pengelola Barang
69
Milik Negara (BMN), serta bagian akuntansi dan pelaporan. Pengguna SPAN
adalah pelaksana pada front office dan middle office, kepala seksi serta kepala
kantor di KPPN. Pada tingkat wilayah adalah para pelaksana, kepala seksi,
kepala bidang teknis serta kepala kantor. Pengguna SPAN pada tingkat pusat
adalah pelaksana serta kepala seksi di Direktorat Pelaksana Anggaran,
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.
Secara umum terdapat dua fungsi umum pengguna SAKTI dan SPAN pada
tingkat pengguna yaitu fungsi pengoperasian dan pengolahan data serta fungsi
pengesahan dan supervisi. Fungsi pengolahan dilakukan oleh pengguna SPAN
dan SAKTI yang memiliki level kewenangan operator, dengan berbagai fitur yang
tersedia berdasarkan kewenangan tersebut dan umumnya dijalankan pengguna
pada tingkat pelaksana. Pada level ini pengguna melaksanakan kegiatan
transaksi menggunakan SPAN atau SAKTI dalam bentuk rekam, ubah, hapus
data, monitoring, rekonsiliasi maupun penyusunan. Kewenangan otorisasi dan
supervisi memiliki kewenangan pengesahan atas hasil pada level operator dan
dijalankan oleh pengguna SPAN pada level kepala seksi, kepala kantor atau
kepala bidang. Jumlah populasi dalam penelitian ini sulit ditentukan dengan
pasti, disebabkan oleh adanya perbedaan besaran tugas dan fungsi kantor
pengguna aplikasi SPAN atau SAKTI, ukuran dan tipe kantor, jabatan yang dapat
dirangkap, serta pola mutasi pegawai. Selain itu, data pegawai yang masuk
dalam kategori populasi juga tidak tersedia.
Sampel pada penelitian ini adalah pelaksana dan kepala seksi pengguna
SPAN dan SAKTI pada lokasi penelitian. Pelaksana digunakan untuk mewakili
kewenangan level operator dan kepala seksi digunakan mewakili kewenangan
level supervisi dan pengesahan. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan
penelitian survei. Menggunakan non probability sampling, sampel diambil
70
menggunakan purposive sampling. Pemilihan purposive sampling sebagai teknik
pengumpulan data dipilih dengan pertimbangan data dari level operator dan
supervisi akan lebih tepat menggambarkan kepuasan pengguna SPAN dan
SAKTI dengan lebih baik. Selain hal tersebut, pemilihan sampel penelitian dapat
dilaksanakan melalui penugasan sehingga dapat langsung dipilih sampel yang
diinginkan yaitu operator dan pengguna setingkat kepala seksi. Pengumpulan
sampel dilakukan mulai tanggal 9 Mei 2017 ampai dengan 31 Mei 2017.
4.3 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer. Data diperoleh melalui penyebaran
kuesioner dalam bentuk pernyataan-pernyataan secara terstruktur yang setiap
responden dibatasi dalam memberikan jawaban pada alternatif jawaban tertentu
saja. Metode ini dilakukan dengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada
para pegawai DJPB pengguna aplikasi SPAN atau SAKTI dengan maksud agar
pihak tersebut dapat memberikan respon terkait dengan permasalahan yang
diangkat oleh peneliti.
Penyebaran kuesioner dalam penelitian ini dilakukan dengan mengisi form
kuesioner melalui tautan di internet. Penggunaan internet sebagai media
pengisian kuesioner disebabkan lokasi responden yang sulit dijangkau secara
langsung oleh peneliti dan tersebar diseluruh Indonesia. Prosedur yang
digunakan untuk penyebaran kuesioner tersebut yaitu melalui surat dari
Sekretaris Direktorat Jenderal Perbendaharaan, c.q. Bagian Sumber Daya
Manusia yang akan dikirimkan ke seluruh jajaran DJPB baik yang berada di
Kantor Pusat, Kantor Wilayah, maupun KPPN. Surat permohonan pengisian
kuesioner penelitian tersebut menyertakan tautan form yang harus diisi
responden. Responden dapat mengisi kuesioner dengan tautan tersebut melalui
smartphone maupun komputer.
71
Sebelum digunakan dalam penelitian, pertanyaan-pertanyaan pada kuisioner
terlebih dahulu diuji coba untuk mengetahui keterbacaan/keterpahaman
instrumen dan validitas/realibilitas instrumen melalui pretest. Jumlah responden
minimal untuk dapat menguji keterpahaman dan validitas instrumen penelitian
adalah sebanyak 25 responden (Cooper dan Schindler, 2011: 187).
4.4 Definisi Operasional Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan
menjadi:
1. Variabel eksogen, atau variabel independen, merupakan variabel yang
mempengaruhi atau menjadi penyebab perubahan variabel lain (variabel
dependen) dalam model. Variabel eksogen dalam penelitian ini adalah
Kualitas Informasi (KI), Kualitas Sistem (KS), Computer Self Efficacy (CSE),
Pengaruh Sosial (PSOS).
2. Variabel endogen, atau variabel dependen, merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas dalam
suatu model. Variabel endogen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Persepsi Kegunaan (PK), Persepsi Kemudahan Penggunaan (PKP), Sikap
(Si), Minat (Min), Penggunaan Aktual (PAkt), Kepuasan Pengguna (PP).
Definisi operasional variabel yang digunakan dalam pembuktian hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
4.4.1. Kualitas Informasi
Kualitas informasi didefinisikan sebagai tingkat output yang diharapkan
pengguna dari aplikasi SPAN atau SAKTI. Output yang dihasilkan dapat berupa
data transaksi (seperti Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran, Surat Perintah
Membayar, Surat Perintah Pencairan Dana, dokumen kontrak dan lain-lain data
yang sejenis), data validasi (seperti surat setoran pajak, surat setoran bukan
72
pajak, surat setoran pengembalian belanja, dan data sejenis lainnya), informasi
laporan (seperti laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, laporan
perubahan ekuitas, laporan mutasi barang, dan laporan sejenis lainnya).
Informasi yang dihasilkan aplikasi SPAN atau SAKTI dapat berupa data akhir
maupun data yang digunakan sebagai masukan pihak lainnya untuk diolah lebih
lanjut.
Variabel kualitas informasi menunjukkan persepsi pengguna terhadap output
yang dihasilkan aplikasi SPAN atau SAKTI, baik dalam berbagai format
informasi. Variabel ini akan diukur dengan menggunakan instrumen yang
digunakan oleh Wixom dan Todd (2005), yang terdiri dari 5 item, dengan
pengukuran menggunakan skala likert 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 7
(sangat setuju). Instrumen untuk mengukur variabel kualitas informasi yang
digunakan mengandung karakteristik lengkap/completenes, akurat/accuracy dan
terbaru/currency
4.4.2. Kualitas Sistem
Kualitas sistem adalah akses yang terjadi melalui interaksi dengan sistem,
ketika pengguna menyelesaikan pekerjaannya (Maes dan Poels, 2007). Kualitas
sistem didefinisikan sebagai karakteristik yang diinginkan pengguna dari aplikasi
SAKTI atau SPAN. Kualitas sistem merujuk pada bagaimana kualitas software
aplikasi SPAN atau SAKTI, kualitas tersebut terkait kemampuan sistem baik
dalam hal daya tahan terhadap kerusakan, kemampuan menyediakan data,
tingkat kemudahan akses sampai bagaimana aplikasi tersebut mampu
memenuhi kebutuhan integrasi antar bagian/seksi dalam lingkup DJPB. Variabel
ini diukur melalui tanggapan pengguna, baik dari berbagai tingkat kantor yang
berbeda maupun tingkat kewenangan dan tugas yang berbeda-beda, terhadap
kemampuan teknis aplikasi SPAN dan SAKTI dalam membantu menyelesaikan
73
tugas. Karaktetiristik ini diukur dengan instrumen yang diadopsi dari Wixom dan
Todd (2005). Variabel kualitas sistem terdiri dari 5 item, yang diukur
menggunakan skala likert 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 7 (sangat
setuju). Item pertanyaan yang digunakan mengandung karakteritik
handal/reliable, kemudahan akses/accesibility, integrasi/integration, dan tepat
waktu/timeliness.
4.4.3. Pengaruh Sosial
Pengaruh sosial didefinisikan sebagai tingkat keyakinan pegawai bahwa rekan
kerja dan atasan mendorong dirinya untuk menggunakan aplikasi SPAN atau
SAKTI dalam menyelesaikan pekerjaannya. Pengaruh rekan kerja dapat berupa
dorongan untuk menggunakan dalam sebuah kelompok tugas, bantuan dalam
menggunakan aplikasi SPAN dan SAKTI, atau dorongan menggunakan aplikasi
untuk menyelesaikan tugas yang saling terkait/terintegrasi. Pengaruh atasan
dapat berupa perintah dan dorongan untuk menggunakan aplikasi SPAN atau
SAKTI, serta penilaian pekerjaan pegawai yang menggunakan aplikasi SPAN
atau SAKTI.
Variabel pengaruh sosial diukur menggunakan instrumen penelitian yang
digunakan Venkantesh et al. (2003) yang dikembangkan dari Ajzen (1991), Davis
et al. (1989), Fishbein dan Ajzen (1975), Mathieson (1991), Taylor dan Todd
(1995) sebanyak 4 item. Pengukuran dilakukan menggunakan skala likert 1
(sangat tidak setuju) sampai dengan 7 (sangat setuju). Item pertanyaan yang
digunakan menunjukkan pandangan pihak luar dalam bentuk pendapat, penilaian
serta dukungan.
4.4.4. Computer Self Efficacy
Computer Self Efficacy didefinisikan sebagai kemampuan dan pemahaman
pegawai pengguna aplikasi SPAN dan SAKTI dalam mengoperasikan komputer.
74
Kemampuan pengoperasian komputer dalam penelitian ini dikaitkan dengan
kemampuan dan pemahaman pegawai dalam mengoperasikan aplikasi SPAN
atau SAKTI tanpa ada bantuan pihak/faktor luar.
Pengukuran variabel CSE didasarkan pada instrumen penelitian Compeau
dan Higgins (1995), yang terdiri dari 3 item pertanyaan. Pengukuran item
menggunakan skala Likert 1 (sangat tidak yakin) samapai 7 (sangat yakin).
Berikut item pertanyaan yang digunakan :
“Saya dapat menyelesaikan pekerjaan menggunakan aplikasi SPAN atau
SAKTI”:
1. Tanpa ada bantuan orang lain yang membantu saya memulainya.
2. Walaupun tidak terdapat orang lain yang menunjukkan terlebih dahulu cara
menggunakannya.
3. Tanpa melihat buku petunjuk manual.
4. Karena saya pernah menggunakan aplikasi yang mirip sebelumnya.
4.4.5. Persepsi Kegunaan
Persepsi kegunaan didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan pegawai
pengguna SAKTI atau SPAN, bahwa dengan menggunakan aplikasi maka
pekerjaanya dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan dengan hasil yang lebih
baik. Hal lainnya adalah kepercayaan bahwa menggunakan aplikasi SPAN atau
SAKTI pegawai pengguna aplikasi SPAN atau SAKTI akan menghasilkan output
pekerjaan lebih banyak jika dibandingkan dengan tanpa aplikasi.
Variabel ini diukur dengan menggunakan 3 instrumen penelitian dari
Venkantesh (2003). Pengukuran masing-masing item menggunakan skala likert
dari 1 (sangat tidak setuju) sampai 7 (sangat setuju). Item pertanyaan yang
digunakan mengandung karakteristik antara lain mendukung pekerjaan,
75
mempercepat penyelesaian pekerjaan dan membantu meningkatkan
produktivitas.
4.4.6. Persepsi Kemudahan Penggunaan
Persepsi kemudahan penggunaan dioperasionalkan sebagai penilaian
pegawai, bahwa aplikasi SPAN dan SAKTI mudah dipelajari, digunakan dan
dipahami. Secara teknis, kemudahan penggunaan dapat dinilai dari fitur-fitur
yang tersedia dalam aplikasi SPAN atau SAKTI mudah ditemukan dan
digunakan, alur kerja sistem dapat dipahami, sistem yang mudah dipahami dan
digunakan untuk proses penyelesaian pekerjaan, bahkan tanpa adanya bantuan
pihak lain, serta mudah menjadi terlatih apabila digunakan terus menerus.
Pengukuran persepsi kemudahan penggunaan didasarkan pada 3 instrumen
penelitian Venkatesh et al. (2003). Pengukuran item menggunakan skala likert 1
(sangat tidak setuju) sampai 7 (sangat setuju). Item pertanyaan tersebut
mengandung karakteristik antara lain mudah digunakan, mudah dipelajari, dan
mudah untuk menjadi terlatih.
4.4.7. Sikap
Sikap merupakan salah satu bentuk perasaan dalam diri seseorang atas
suatu hal. Sikap dioperasionalkan sebagai bagaimana pegawai pengguna
aplikasi SPAN atau SAKTI menyimpulkan bahwa berinteraksi menggunakan
aplikasi SPAN atau SAKTI menimbulkan perasaan dalam dirinya. Perasaan
yang muncul dalam menyelesaikan pekerjaan menggunakan aplikasi SPAN atau
SAKTI tersebut bisa dalam bentuk perasaan menyenangkan, perasaan
menikmati, perasaan bahagia, maupun perasaan bosan, tidak menikmati,
tertekan.
Variabel sikap diukur menggunakan instrumen yang digunakan Wixom dan
Todd (2005) sebanyak 2 item dan Venkatesh et al. (2003) sebanyak 1 item.
76
Pengukuran instrumen ini menggunakan skala likert dalam rentang 1 (sangat
tidak setuju) sampai 7 (sangat setuju). Item pertanyaan yang digunakan adalah:
1. Menurut saya, menyenangkan ketika menggunakan aplikasi SPAN atau
SAKTI.
2. Secara keseluruhan, saya merasakan pengalaman yang menyenangkan
ketika menggunakan aplikasi SPAN atau SAKTI.
3. Saya sangat menyukai bekerja menggunakan aplikasi SPAN atau SAKTI.
4.4.8. Minat
Minat dioperasionalkan sebagai keinginan pegawai untuk menggunakan atau
tidak menggunakan aplikasi SPAN atau SAKTI. Dorongan dalam diri pengguna
ini terkait keinginan yang muncul dalam menggunakan aplikasi SPAN atau
SAKTI untuk menyelesaikan pekerjaan baik yang bersifat rutin maupun insidental
serta keinginan pengguna memahami aplikasi SPAN atau SAKTI lebih jauh.
Variabel Minat diukur menggunakan instrumen penelitian Venkatesh dan Balla
(2008), yang juga digunakan dalam penelitian Xu et al. (2013), sebanyak 3 item
pertanyaan. Variabel minat diukur menggunakan skala Likert 1 (sangat tidak
setuju) sampai 7 (sangat setuju). Kategori item pertanyaan yang digunakan
tersebut terkait kontinyuitas dan penggunaan aktif.
4.4.9. Penggunaan Aktual
Penggunaan Aktual didefinisikan sebagai interaksi pegawai dengan aplikasi
SPAN atau SAKTI untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Interaksi yang terjadi
berupa aktifitas fisik pegawai dengan hardware dan software SPAN atau SAKTI.
Aktifitas ini dapat berupa proses input data, analisis, proses pencarian, proses
cetak output hasil aplikasi SPAN atau SAKTI maupun penggunaan fitur-fitur yang
ada dalam aplikasi.
77
Penggunaan aktual diukur berdasarkan persepsi pengguna atas penggunaan
aplikasi SPAN dan SAKTI. Pengukuran penggunaan aktual didasarkan proses
kognitif pegawai selama menggunakan aplikasi SPAN atau SAKTI. Proses
kognitif ini dapat dalam bentuk tingkat konsentrasi pegawai terhadap
penggunaan aplikasi SPAN atau SAKTI. Variabel penggunaan ini diukur dengan
menggunakan instrumen penelitian Agarwal dan Karahana (1999) sebanyak 2
item dan instrumen penelitian yang dikembangkan Burton-Jones dan Straub
(2006) sebanyak 1 item pertanyaan yang mengandung karakteristik kognitif.
4.4.10. Kepuasan Pengguna
Variabel kepuasan pengguna dioperasionalkan sebagai penilaian pegawai
terhadap kinerja keseluruhan aplikasi SPAN atau SAKTI. Kinerja yang dinilai baik
dalam hal sistem secara fisik maupun non fisik. Kinerja fisik dinilai dari hardware
dimana aplikasi SPAN atau SAKTI terinstal maupun output yang dihasilkan
aplikasi SPAN atau SAKTI, sedangkan kinerja non fisik dinilai dari kinerja aplikasi
SPAN atau SAKTI dalam memproses suatu perintah/aktifitas, kelengkapan fitur,
kemudahan dalam penggunaan, daya tahan aplikasi ketika digunakan dalam
waktu lama maupun kelengkapan aplikasi dalam menyediakan data yang
dibutuhkan.
Variabel ini diukur menggunakan intrumen penelitian Seddon dan Kiew
(1996) yang terdiri dari 4 item yang diukur menggunakan skala Likert dari 1
sampai 7. Item pertanyaan yang digunakan tersebut memiliki karakteristik
memenuhi kebutuhan, efisien dan efektif.
4.5 Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial Least
Square (PLS) dengan bantuan program Smart PLS versi 3.0. PLS merupakan
analisis multivariate dengan variabel dependen berganda dan variabel
78
independen berganda. PLS adalah analisis persamaan struktural (SEM)
berbasis varian yang secara simultan dapat melakukan pengujian model
pengukuran sekaligus pengujian model struktural (Abdillah dan Jogiyanto, 2015 :
164). Keunggulan PLS adalah tidak mendasarkan pada berbagai asumsi, dapat
digunakan untuk memprediksi model dengan landasan teori yang lemah, dapat
digunakan pada data yang tidak memenuhi asumsi klasik (seperti data yang tidak
berdistribusi normal, mengalami masalah multikolinearitas dan masalah
autokorelasi), dapat digunakan untuk sampel kecil dan dapat digunakan untuk
konstruk formatif dan reflektif.
Dalam PLS, peneliti harus melakukan pengembangan dan pengukuran
konstruk (Ghozali dan Latan, 2015: 48). Pemodelan dalam PLS terdiri atas
model inner model dan outer model. Outer model (model pengukuran)
digunakan untuk menilai validitas dan reabilitas model. Inner model (model
struktural) memprediksi hubungan kausalitas antar variabel laten (Abdillah dan
Jogiyanto, 2015: 193).
Variabel laten memiliki indikator yang dapat berbentuk reflektif maupun
formatif. Model indikator reflektif merupakan manifestasi dari konstruk latennya.
Arah kausalitas dari konstruk ke indikator. Model indikator formatif
mengasumsikan bahwa pengukuran saling terikat mempengaruhi variabel
latennya. Arah kausalitas dari indikator ke konstruk (Abdillah dan Jogiyanto,
2015: 20). Dalam penelitian ini indikator reflektif digunakan dalam semua
variabel laten. Selanjutnya menggambarkan diagram jalur seperti pada Gambar.
4.1. Langkah terakhir adalah melakukan evaluasi model dan pengujian hipotesis
dengan persamaan untuk model penelitian ini adalah:
1. Persamaan model pengukuran (outer model)
a. Untuk variabel laten KI
79
KI.1 = λ1KI+ δ1
KI.2 = λ2KI+ δ2
KI.3 = λ3KI+ δ3
KI.4 = λ4KI+ δ4
KI.5 = λ5KI+ δ5
b. Untuk variabel laten KS
KS.1 = λ6 KS+ δ6
KS.2 = λ7KS+ δ7
KS.3 = λ8 KS+ δ8
KS.4 = λ9 KS+ δ9
KS.5 = λ10 KS+ δ10
c. Untuk variabel laten CSE
CSE.1 = λ11 CSE + δ11
CSE.2 = λ12 CSE + δ12
CSE.3 = λ13 CSE + δ13
CSE.4 = λ14 CSE + δ14
d. Untuk variabel laten PSos
PSos.1 = λ15 PSos+ δ15
PSos.2 = λ16 PSos+ δ16
PSos.3 = λ17 PSos+ δ17
PSos.4 = λ18 PSos+ δ18
e. Untuk variabel laten PK
PK.1 = λ19 PK + δ19
PK.2 = λ20 PK + δ20
80
PK.3 = λ21 PK + δ21
f. Untuk variabel laten PKP
PKP.1 = λ22 PKP + δ23
PKP.2 = λ23 PKP + δ24
PKP.3 = λ24 PKP + δ25
g. Untuk variabel laten Si
Si.1 = λ25 Si + δ25
Si.2 = λ26 Si + δ26
Si.3 = λ27 Si + δ27
h. Untuk variabel laten Min
Min.1 = λ28 Min + δ28
Min.2 = λ29 Min + δ29
Min.3 = λ30 Min + δ30
i. Untuk variabel laten PAkt
PAkt.1 = λ31 PAkt + δ31
PAkt.2 = λ32 PAkt + δ32
PAkt.3 = λ33 PAkt + δ33
j. Untuk variabel laten PP
KP.1 = λ34 KP + δ34
KP.2 = λ35 KP + δ35
KP.3 = λ36 KP + δ36
KP.4 = λ37 KP + δ37
81
2. Persamaan model struktural (inner model)
PK = γ1KI+ ζ1
PKP= γ2KS + γ3CSE+ ζ2
Si = β1PK+ β2PKP+ ζ3
Min = β3Si + γ4Psos+ ζ4
PAkt = β4Min + ζ5
KP = β5PAkt + ζ6
Keterangan:
KI = kualitas informasi
KS = kualitas sistem
PSos = pengaruh sosial
CSE = Computer Self Efficacy
PK = persepsi kegunaan
PKP = persepsi kemudahan penggunaan
Si = sikap
Min = minat
PAkt = penggunaan aktual
KP = Kepuasan pengguna
γ (Gama) = koefisien pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen
β (Beta) = koefisien pengaruh variabel endogen terhadap variabel endogen
ζ (Zeta) = galat model struktural
λ (Lambda) = koefisien model pengukuran (loading weight);
δ (Delta) = galat model pengukuran
82
Gambar 4.1. Model Struktural dan Pengukuran dengan PLS
4.6 Evaluasi Model
Evaluasi model dalam PLS dibagi dalam evaluasi outer model dan inner
model. Evaluasi outer model dilakukan dengan pengukuran nilai dari uji validitas
convergent dan diskriminan serta uji reliabilitas. Uji validitas menunjukkan
seberapa jauh pengujian terhadap konstruk dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur. Uji reliabilitas menjelaskan bahwa konstruk yang dibentuk
telah akurat dan konsisten dalam pengukuran. Evaluasi inner model dilakukan
dengan melihat nilai koefisien determinan.
Uji validitas convergent indikator reflektif dapat dilihat dari nilai loading factor
dan nilai average variance extracted (AVE). Untuk mencapai validitas, nilai
loading factor > 0,7 atau nilai AVE harus > 0,5 (Chin, 1998 dalam Ghozali dan
Latan, 2015: 76). Uji validitas diskriminan dilakukan dengan melihat nilai cross
loading yang harus > 0,70 dalam satu variabel (Ghozali dan Latan, 2015: 77).
Uji realibilitas dilakukan dengan melihat nilai cronbach’s alpha dan Composite
83
Reliability. Data yang reliabel memiliki cronbach’s alpha dan Composite
Reliability> 0.7 (Ghozali dan Latan, 2015: 77).
Evaluasi inner model dilakukan dengan melihat nilai R-Square dan nilai Q-
Square. Nilai R-square digunakan untuk mengukur tingkat variasi perubahan
variabel independen terhadap variabel dependen. Semakin tinggi nilai R-square
berarti semakin baik model prediksi dari model penelitian yang diajukan (Abdillah
dan Jogiyanto, 2015: 197). Nilai R-square sebesar 0,75; 0,50; dan 0,25
mengindikasikan bahwa model kuat, moderat, dan lemah (Ghozali dan Latan,
2015: 78).
4.7 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis untuk inner model merupakan uji satu arah di mana
tingkat signifikansi yang dipakai 5% (α = 0,5). Untuk menentukan apakah
hipotesis didukung atau ditolak, dilihat dari nilai p-value dari T statistics output
program SmartPLS. Pengambilan kesimpulan berdasarkan perbandingan antara
p-value dengan α jika p-value < α (α = 0,5), hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini didukung. Sebaliknya jika p-value > α (α = 0,5), hipotesis yang
diajukan ditolak.
4.8 Hasil Pilot Test
Instrumen penelitian yang digunakan harus memiliki validitas dan realibilitas
yang mencukupi, sehingga instrumen pertanyaan tersebut dapat digunakan
dengan tepat dalam penelitian. Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen
dalam penelitian ini terlebih dahulu dilakukan pilot test. Tujuan pilot test lainnya
adalah untuk meningkatkan keyakinan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang
digunakan dapat dipahami responden. Jumlah responden yang digunakan
dalam pilot test penelitian ini adalah sebanyak 35 orang. Instrumen pertanyaan
dalam pilot test ini disebarkan kepada mahasiswa program kerjasama instansi
84
dengan Universitas Brawijaya pada Jurusan Magister Akuntansi Universitas
Brawijaya yang juga merupakan para pegawai yang pernah menggunakan
aplikasi SPAN dan SAKTI atau aplikasi keuangan sejenis lainnya.
4.8.1. Hasil Uji Validitas Pilot Test
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana instrumen penelitian
mengukur apa yang seharusnya diukur dari suatu konsep. Dalam uji validitas,
terdapat dua pengujian yang dilakukan yaitu uji validitas konvergen dan uji
validitas diskriminan. Uji validitas konvergen dapat dilihat dari nilai loading faktor
(outer loading) memiliki nilai lebih besar dari 0,7 dan AVE lebih besar dari 0,5.
Hasil uji validitas konvergen pilot test dapat dilihat pada Tabel 4.1. Dari Tabel
4.1, terlihat bahwa seluruh instrumen pertanyaan telah memenuhi kriteria
validitas konvergen yang ditentukan berdasarkan nilai loading faktor tiap
instrumen pertanyaan melebihi 0,7. Hal lainnya yang menunjukkan terpenuhinya
nilai validitas konvergen ditunjukkan dengan nilai AVE tiap konstruk melebihi 0,5.
Selain melakukan uji validitas konvergen, pengujian outer model juga
dilakukan dengan melakukan uji validitas diskriminan dengan melihat nilai cross
loading. Nilai cross loading indikator dalam konstruk memiliki nilai lebih besar
dari nilai cross loading indikator ke konstruk lainnya. Hasil uji cross loading factor
dapat dilihat pada Tabel 4.2
85
Tabel 4.1. Nilai Loading Faktor dan AVE
Konstruk Indikator Loading Faktor AVE
Kualitas Informasi
KI1 0,858
0,724
KI2 0,900
KI3 0,789
KI4 0,877
KI5 0,827
Kualitas Sistem
KS1 0,801
0,685
KS2 0,850
KS3 0,837
KS4 0,871
KS5 0,865
Computer Self Efficacy
CSE1 0,878
0,681
CSE2 0,944
CSE3 0,724
CSE4 0,733
Persepsi Kegunaan PK1 0,936
0,987 PK2 0,972
PK3 0,933
Persepsi Kemudahan
Penggunaan
PKP1 0,830
0,723 PKP2 0,814
PKP3 0,905
Sikap Si1 0,849
0,792 Si2 0,930
Si3 0,888
Pengaruh Sosial
Psos1 0,842
0,665
Psos2 0,895
Psos3 0,730
Psos4 0,781
Minat Mi1 0,890
0,847 Mi2 0,941
Mi3 0,925
Penggunaan Aktual PAkt1 0,731
0,687 PAkt2 0,866
PAkt3 0,880
Kepuasan Pengguna
KP1 0,884
0,851
KP2 0,938
KP3 0,950
KP4 0,917
86
Tabel 4.2. Nilai Cross loading Factor
4.8.2. Pengujian Realibilitas
Pengujian relibilitas bertujuan untuk mengetahui konsistensi internal alat ukur.
Realibilitas terpenuhi apabila nilai Cronhbach’s Alpha atau Composite Realibility
melebihi 0,7 untuk semua konstruk. Hasil pilot test menunjukkan bahwa nilai
seluruh instrumen dan konstruk yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi
nilai realibilitas, yang ditunjukkan pada Tabel 4.3.
87
Tabel 4.3. Hasil Uji Relibilitas
Konstruk Cronbach’s
Alpha
Composite Realibility
Kualitas Informasi 0,905 0,929
Kualitas Sistem 0,887 0,916
Computer Self Efficacy 0,840 0,894
Persepsi Kegunaan 0,943 0,963
Persepsi Kemudahan Penggunaan 0,809 0,887
Sikap 0,868 0,919
Pengaruh Sosial 0,830 0,888
Minat 0,911 0,943
Penggunaan Aktual 0,780 0,867
Kepuasan Pengguna 0,941 0,958
88
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian menjabarkan deskripsi responden, dan tanggapan responden
atas variabel yang diteliti, serta analisis data.
5.1.1. Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner
Penelitian ini dilakukan dengan cara survei, dengan menyebarkan kuesioner
ke pegawai DJPB pengguna SPAN atau SAKTI. Disebabkan lokasi penelitian
yang luas, mencakup seluruh kantor pengguna SPAN atau SAKTI dalam lingkup
DJPB di seluruh Indonesia, maka untuk penyebaran kuesioner digunakan jenis
kuesioner online melalui tautan yang telah disusun sebelumnya.
Prosedur penyebaran kuesioner kepada seluruh kantor yang dituju dilakukan
melalui pengajuan surat permohonan bantuan penelitian kepada Bagian Sumber
Daya Manusia, Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Selanjutnya Bagian
Sumber Daya Manusia akan menyampaikan permohonan kepada kantor yang
dimaksud untuk menunjuk pegawai pengguna aplikasi SPAN dan SAKTI untuk
mengisi kuesioner online tersebut. Setiap kantor menugaskan 2 pegawai
pengguna aplikasi SPAN dan 2 pegawai pengguna aplikasi SAKTI, khusus untuk
kantor pusat ditugaskan 4 pengguna aplikasi SAKTI pada Sekretariat DJPB,
serta masing-masing 2 pengguna aplikasi SPAN pada Direktorat Pelaksanaan
Anggaran dan Direktorat Akuntansi dan Pelaporan.
89
Periode penelitian dimulai pada tanggal 9 Mei 2017 sampai dengan 31 Mei
2017. Sebanyak 201 responden mengisi kuesioner dan seluruh kuesioner
tersebut layak digunakan. Sekaran dan Bougie (2010: 296-297) berpendapat
bahwa untuk mendapatkan kekuatan observasi statistik sebesar 80% dengan
kesalahan 5%, jumlah sampel yang dibutuhkan setidaknya 10 kali variabel dalam
model yang digunakan. Jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 10 variabel, maka dibutuhkan sedikitnya 100 sampel penelitian. Sampel
penelitian yang berhasil dikumpulkan sebanyak 201 responden, sehingga lebih
besar dari jumlah minimal yang dibutuhkan.
5.1.2. Deskripsi Responden
Dari 201 responden, sebanyak 151 responden berasal dari KPPN (75,1
persen), kantor wilayah sebanyak 43 orang (21,4 persen) dan 7 orang responden
dari kantor pusat (3,5 persen). Berdasarkan jenis kelamin, terdapat 164 orang
(81,6 persen) adalah pria dan sebanyak 37 (18,4 persen) adalah perempuan.
Usia responden beragam, 48 orang responden berusia di bawah 31 tahun (24
persen). Menurut wilayah, 54 orang dari Jawa (27 persen), 28 dari Sumatera (14
persen), 14 orang dari Kalimantan (7 persen), 22 orang dari Sulawesi (11 persen)
67 orang dari Bali-Nusa Tenggara (33 persen), Maluku 16 orang (8 persen).
Berdasarkan pengguna aplikasi, sebanyak 125 orang pengguna SPAN (62,2
persen) dan 76 orang pengguna SAKTI (37,8 persen), dengan kewenangan
sebagai operator 151 orang (75 persen), kepala seksi dan yang setingkat 50
orang (25 persen). Responden yang menggunakan lebih dari 4 jam sebanyak 75
orang, setiap hari namun hanya 0-4 jam sebanyak 42 orang, dan tidak setiap hari
60 orang. Statistik responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 5.1.
90
Tabel 5.1. Statistik Responden
Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Pria 81,6% 164 orang
Wanita 18,4% 37 orang
Jumlah Responden Berdasarkan Umur
< 30 Tahun 23,9% 48 orang
30-40 Tahun 43,3% 87 orang
> 40 Tahun 32,8% 66 orang
Jumlah Responden Berdasarkan Unit Kerja
KPPN 75,1% 151 orang
Kantor Wilayah 21,4% 43 orang
Pusat 3,5% 7 orang
Jumlah Responden Berdasarkan Wilayah Kerja
Jawa 26,9% 54 orang
Sumatera 13,9% 28 orang
Kalimantan 7% 14 orang
Sulawesi 10,9% 22 orang
Bali Nusa Tenggara 33,3% 67 orang
Maluku Papua 8% 16 orang
Jumlah Responden Berdasarkan Aplikasi yang Digunakan
SPAN 62,2% 125 orang
SAKTI 37,8% 76 orang
Jumlah Responden Berdasarkan Kewenangan Penggunaan Aplikasi
Pelaksana/Operator 75,1% 151 orang
Kepala Seksi 17,9% 36 orang
Lainnya 7% 14 orang
Jumlah Responden Berdasarkan Lama Penggunaan Aplikasi
Tidak Setiap Hari 29,9% 60 orang
< 30 menit 2,5% 5 orang
30-60 menit 9,5% 19 orang
1-2 jam 6,5% 13 orang
2-3 jam 7% 14 orang
3-4 jam 7,5% 15 orang
> 4jam 37,3% 75 orang
Sumber: Lampiran 2
91
5.1.3. Deskripsi Tanggapan Responden
Analisis deskriptif tanggapan responden atas kuesioner dalam penelitian ini
menjelaskan hasil dari pernyataan yang digunakan. Variabel yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain kualitas informasi, kualitas sistem, Computer Self
Efficacy, persepsi kegunaan, persepsi kepuasan pengguna, sikap, pengaruh
sosial, minat, penggunaan aktual dan kepuasan pengguna. Pernyataan yang
digunakan untuk menerjemahkan variabel-variabel tersebut dalam bentuk
kuesioner berjumlah 37 pernyataan, dengan nilai 1 (sangat tidak setuju) sampai
dengan 7 (sangat setuju). Sebanyak 201 tanggapan responden berhasil
dikumpulkan dan digunakan dalam penelitian ini.
Berdasarkan pernyataan yang diajukan, secara umum responden
memberikan tanggapan setuju dengan pernyataan yang diajukan. Kesimpulan
tersebut ditunjukkan dengan nilai rata-rata tanggapan atas pernyataan dari
variabel yang digunakan. Tanggapan responden terhadap 5 (lima) pernyataan
pada variabel kualitas informasi yang diajukan menunjukkan nilai rata-rata
tanggapan sebesar 6,14 (setuju). Sementara itu nilai rata-rata tanggapan untuk 5
(lima) pernyataan pada variabel kualitas sistem menunjukkan nilai 5,94. Hal ini
menunjukkan responden setuju dengan pernyataan yang diajukan. Hal berbeda
ditemui dari nilai rata-rata tanggapan responden terhadap pernyataan pada
variabel CSE yang menunjukkan nilai rata-rata 4,53. Nilai ini dapat
menggambarkan responden cenderung berpandangan netral terhadap
kemampuan komputer terkait pengaruhnya dalam kemudahan menggunakan
SPAN dan SAKTI.
Tanggapan responden atas persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan
penggunaan menunjukkan nilai 6,09 dan 5,71 yang menunjukkan bahwa secara
umum ressponden setuju bahwa SPAN dan SAKTI berguna dalam menunjang
92
pekerjaan dan mudah dalam pengoperasiannya. Pernyataan yang mewakili
variabel sikap ditanggapi dengan nilai rata-rata 5,80 dari 201 responden yang
menunjukkan secara umum bahwa responden setuju dengan pernyataan-
pernyataan tersebut. Nilai rata-rata terkait pengaruh sosial yang terkait dengan
responden berhasil menunjukkan bahwa responden setuju dengan pernyataan-
pernyataan yang diajukan dengan nilai sebesar 6,35. Minat untuk menggunakan
aplikasi SPAN dan SAKTI responden adalah tinggi, hal ini sesuai dengan hasil
pernyataan yang menunjukkan nilai rata-rata 6,00 atau setuju. Secara umum
responden setuju bahwa menggunakan aplikasi dapat membantu menyelesaikan
pekerjaan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata tanggapan ressponden
sebesar 5,96. Secara keseluruhan responden menyetujui bahwa mereka puas
dengan aplikasi SPAN dan SAKTI, yang ditujukkan dengan nilai rata-rata
tanggapan pernyataan sebesar 6,09.
Nilai tanggapan responden atas pernyataan-pernyataan yang diajukan
bervariasi, mulai dari 1 (sangat tidak setuju) samapai dengan 7 (sangat setuju).
Tanggapan sangat tidak setuju terutama terkait pernyataan pada variabel
kualitas sistem, CSE, kemudahan penggunaan dan sikap. Sedangkan
perbedaan antar tanggapan yang diberikan ditunjukkan dengan nilai standar
deviasi. Nilai tertinggi ditunjukkan pada pernyataan-pernyataan pada variabel
CSE. Lebih lanjut atas tnggapan responden disajikan pada lampiran 2.
5.1.4. Analisis Data
Analisis data meliputi evaluasi model dan pengujian hipotesis dengan
analisis partial least square.
5.1.4.1. Evaluasi Model
Analisis outer model dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas masing-
masing variabel. Uji validitas terdiri atas validitas konvergen dan validitas
93
diskriminan. Item dalam instrumen memenuhi validitas konvergen jika nilai
loading lebih dari 0,70 dan nilai Average Variances Extracted (AVE) lebih dari
0,5. Uji reliabilitas dilihat dari nilai Cronbach’s Alfa dan Composite Reliability,
masing-masing melebihi 0,7. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat dari
Tabel 5.13. Untuk memenuhi validitas diskriminan, nilai loading tertinggi ada
pada konstruk yang ditetapkan. Matriks cross loading disajikan lebih lengkap
pada Lampiran 3.
Tabel 5.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Cronbach's
Alpha
Composite
Reliability
Average Variance
Extracted (AVE) Keterangan
KI 0,898 0,925 0,712 Valid dan Reliabel
KS 0,894 0,922 0,705 Valid dan Reliabel
PSos 0,892 0,925 0,755 Valid dan Reliabel
CSE 0,822 0,880 0,648 Valid dan Reliabel
PK 0,934 0,958 0,884 Valid dan Reliabel
PKP 0,938 0,961 0,890 Valid dan Reliabel
Si 0,966 0,978 0,937 Valid dan Reliabel
Min 0,885 0,929 0,814 Valid dan Reliabel
Pakt 0,880 0,926 0,807 Valid dan Reliabel
KP 0,937 0,955 0,843 Valid dan Reliabel
Sumber: Lampiran 3
Berdasarkan Tabel 5.2 terlihat bahwa seluruh variabel penelitian telah
memenuhi kriteria validitas konvergen, dimana nilai Average Variances Extracted
(AVE) lebih dari 0,5. Nilai validitas tertinggi diperoleh variabel sikap dengan nilai
AVE 0,937. Nilai terendah muncul pada variabel CSE dengan nilai AVE sebesar
0,648. Untuk uji reliabilitas, terlihat bahwa keseluruhan variabel memiliki nilai
yang melebihi kriteria yang ditetapkan, dari nilai Cronbach’s Alfa dan Composite
94
Reliability, terlihat keseluruhan variabel memiliki nilai di atas 0,7. Berdasarkan
hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel yang digunakan seluruhnya telah
valid dan reliabel untuk pengujian model lebih lanjut.
Selain melakukan pengujian validitas dan realibilitas dalam melakukan
evaluasi model juga dilakukan evaluasi inner model dengan melihat nilai R-
square (Tabel 5.3) dari variabel dependen dan nilai Q-square model penelitian.
Nilai R-square untuk Persepsi Kegunaan sebesar 0,697 artinya sebesar 69,7
persen variasi persepsi kegunaan dapat dijelaskan oleh karakteristik kualitas
informasi dan persepsi kemudahan penggunaan, sisanya sebesar 30,3 persen
dijelaskan oleh variabel lain di luar model. R-square untuk persepsi kemudahan
penggunaan bernilai 0,513 artinya 51,3 persen variasi persepsi kemudahan
penggunaan dijelaskan oleh kualitas informasi dan CSE, sisanya sebesar 48,7
persen dipengaruhi oleh variabel lain di luar model. Pengaruh persepsi
kegunaan dan persepsi kemudahan penggunaan cukup tinggi dalam
menentukan sikap pengguna aplikasi SPAN atau SAKTI. Hal ini terlihat dari nilai
R-square yang bernilai 0,792 atau sebesar 79,2 persen.
Tabel 5.3. Nilai R Square dan R Square Adjusted
R Square R Square Adjusted
PK 0,700 0,697
PKP 0,518 0,513
Si 0,795 0,793
Min 0,734 0,731
PAkt 0,648 0,646
KP 0,718 0,717
Sumber: Lampiran 3
Hal lain diluar kedua variabel tersebut berpengaruh sebesar 26,9 persen
dalam menjelaskan sikap pengguna aplikasi SPAN atau SAKTI. Tingginya nilai
R-square menunjukkan sikap pengguna aplikasi akan muncul dari persepsi yang
95
dirasakan pengguna terhadap aplikasi SPAN atau SAKTI, baik dari segi
kegunaan maupun kemudahan dalam penggunaan.
Minat menggunakan aplikasi SPAN atau SAKTI pengguna mampu dijelaskan
oleh sikap dan pengaruh sosial pengguna sebesar 73,1 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa minat yang muncul untuk menggunakan aplikasi SPAN atau
SAKTI akan sejalan dengan dengan sikap pengguna dan pengaruh sosial yang
mempengaruhi. Sikap pengguna baik positif maupun negatif serta bagaimana
atasan, rekan kerja dapat berpengaruh cukup besar dalam menentukan minat
untuk menggunakan aplikasi SPAN atau SAKTI.
Penggunaan aktual dapat dipengaruhi oleh minat dalam menggunakan
aplikasi SPAN atau SAKTI sebesar 64,6 persen, sedangkan pengaruh sebesar
33,4 persen muncul dari hal lain di luar model penelitian. Hal ini menunjukkan
bahwa pengaruh minat dalam menggunakan aplikasi cukup besar dalam
mendorong pengguna melakukan sebuah tindakan nyata yaitu penggunaan
aplikasi SPAN atau SAKTI. Model juga mampu menunjukkan bahwa pengguna
merasa puas terhadap aplikasi SPAN atau SAKTI setelah menggunakan aplikasi
tersebut, dimana hal ini ditunjukkan dengan nilai R-square sebesar 0,717 atau
sebesar 71,7 persen kepuasan pengguna mampu dijelaskan dengan
penggunaan aktual aplikasi SPAN atau SAKTI. Sebesar 28,3 persen faktor lain
merupakan penentu kepuasan pengguna atas aplikasi SPAN atau SAKTI yang
merupakan faktor di luar model penelitian ini.
Pengujian inner model juga dilakukan dengan melakukan uji Q-square
predictive relevance. Uji ini dilakukan untuk menentukan seberapa baik nilai
obeservasi dapat dihasilkan dari model dan berapa besar nilai estimasinya. Nilai
Q-square diukur dalam rentang nilai 0 sampai dengan 1, dimana semakin tinggi
nilai yang dihasilkan menunjukkan semakin baik kemampuan model untuk
96
digunakan dalam mengobservasi suatu obyek penelitian. Nilai Q-square pada
model ini adalah sebesar 0,99921. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Q-square
model penelitian ini lebih besar dari 0 dan mendekati angka 1. Hal tersebut
menunjukkan bahwa model penelitian ini termasuk dalam kategori kuat/baik.
Tabel 5.4 menunjukkan nilai Q-square predictive relevance
Tabel 5.4. Nilai Q Square Predictive Relevance
Nilai R2 1-R
2
Total ((1-R1
2)(1-R2)...(1-RP
2))
Q Square
R2PK 0,718 0,282
R2PKP 0,734 0,266
R2Si 0,700 0,300
R2Mi 0,518 0,482
R2PAkt 0,648 0,352
R2KP 0,795 0,205
Total Nilai 0,0007845 0,999218
Sumber : Lampiran 3 (diolah)
5.1.4.2. Pengujian Hipotesis
Hasil pengujian yang dilakukan secara ringkas dapat dilihat dari gambar 5.5
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan nilai p-value dan koefisien
dari masing-masing jalur. Tingkat kesalahan yang digunakan 5 persen (α= 0,05)
sehingga jalur (hipotesis) dikatakan didukung jika nilai p-value ≤ 0,05.
Keterangan: p < 0,05
Gambar 5.1. Model Struktural Hasil Penelitian
CSE 0,217
KS PKP KP
0,632 0,323
0,520
0,543
KI PK PAkSi
PSoss
Mi
0,60 0,451 0,389
0,8050,847
97
Tabel 5.5. Koefisien Jalur, Rata-rata, Standar Deviasi,
T statistik, serta P Values Hasil Penelitian
Original
Sample (O) Sample
Mean (M)
Standard Deviation (STDEV)
T Statistics (|O/STDEV|)
P Values Hasil Uji
Hipotesis
KI -> PK 0,602 0,605 0,062 9,673 0,000 didukung
KS -> PKP 0,632 0,631 0,060 10,460 0,000 didukung
CSE -> PKP 0,217 0,226 0,043 5,076 0,000 didukung
PKP -> PK 0,323 0,321 0,068 4,781 0,000 didukung
PK -> Si 0,451 0,451 0,059 7,641 0,000 didukung
PKP -> Si 0,520 0,519 0,060 8,707 0,000 didukung
Si -> Mi 0,543 0,546 0,065 8,335 0,000 didukung
PSos -> Min 0,389 0,385 0,061 6,344 0,000 didukung
Min -> PAkt 0,805 0,803 0,039 20,794 0,000 didukung
Hipotesis 1 (H1) yang menyatakan bahwa kualitas informasi berpengaruh
positif terhadap persepsi kegunaan oleh pengguna dapat didukung. Hal ini
disimpulkan dari nilai p-value 0,000 < 0,05 (signifikan) serta nilai koefisien KI ->
PK positif sebesar 0,796. Semakin tinggi kualitas informasi maka akan semakin
tinggi pula persepsi kegunaan dari pengguna SPAN atau SAKTI.
Hipotesis 2 (H2) yang menyatakan bahwa kualitas sistem berpengaruh positif
terhadap persepsi kemudahan penggunaan dapat didukung. Hal ini disimpulkan
dari nilai p-value 0,000 < 0,05 (signifikan) serta nilai koefisien KS -> PKP positif
sebesar 0,632. Semakin tinggi kualitas sistem maka akan semakin tinggi pula
persepsi kemudahan penggunaan dari pengguna SPAN atau SAKTI.
Hipotesis 3 (H3) yang menyatakan bahwa CSE pengguna berpengaruh positif
terhadap persepsi kemudahan penggunaan didukung. Hal ini disimpulkan dari
nilai p-value 0,000 < 0,05 (signifikan) serta nilai koefisien CSE -> PKP positif
sebesar 0,218. Semakin tinggi CSE maka akan semakin tinggi pula persepsi
kemudahan penggunaan dari pengguna SPAN atau SAKTI
98
Hipotesis 4 (H4) yang menyatakan bahwa persepsi kemudahan penggunaan
berpengaruh positif terhadap persepsi kegunaan didukung. Hal ini disimpulkan
dari nilai p-value 0,000 < 0,05 (signifikan) serta nilai koefisien PKP -> PK positif
sebesar 0,323. Semakin tinggi persepsi kemudahan penggunaan maka akan
semakin tinggi pula persepsi kegunaan pengguna aplikasi SPAN atau SAKTI.
Hipotesis 5 (H5) yang menyatakan bahwa persepsi kegunaan berpengaruh
positif terhadap sikap/attitude pengguna SI didukung. Hal ini disimpulkan dari
nilai p-value 0,000 < 0,05 (signifikan) serta nilai koefisien PK -> Si positif sebesar
0,451. Semakin tinggi persepsi kegunaan maka akan semakin tinggi pula sikap
pengguna aplikasi SPAN atau SAKTI.
Hipotesis 6 (H6) yang menyatakan bahwa persepsi kemudahan penggunaan
berpengaruh positif terhadap sikap/attitude pengguna SI didukung. Hal ini
disimpulkan dari nilai p-value 0,000 > 0,05 (signifikan) serta nilai koefisien PKP ->
Si positif sebesar 0,520. S emakin tinggi persepsi kemudahan penggunaan maka
akan semakin tinggi pula sikap pengguna aplikasi SPAN atau SAKTI.
Hipotesis 7 (H7) yang menyatakan bahwa sikap/attitude pengguna
berpengaruh positif terhadap minat/intention to use penggunaan SI didukung.
Hal ini disimpulkan dari nilai p-value 0,000<0,05 (signifikan) serta nilai koefisien
Si -> Min positif sebesar 0,543. Semakin tinggi sikap pengguna maka akan
semakin tinggi pula minat menggunakan aplikasi SPAN atau SAKTI.
Hipotesis 8 (H8) yang menyatakan bahwa pengaruh sosial berpengaruh positif
terhadap minat/intention to use penggunaan SI didukung. Hal ini disimpulkan
dari nilai p-value 0,000<0,05 (signifikan) serta nilai koefisien PSos -> Min positif
sebesar 0,389. Semakin tinggi pengaruh sosial pengguna maka akan semakin
tinggi pula minat menggunakan aplikasi SPAN atau SAKTI.
99
Hipotesis 9 (H9) yang menyatakan bahwa minat/intention to use penggunaan
SI berpengaruh positif terhadap penggunaan aktual didukung. Hal ini
disimpulkan dari nilai p-value 0,000 < 0,05 (signifikan) serta nilai koefisien Min ->
PAkt positif sebesar 0,805. Semakin tinggi minat untuk menggunakan maka
akan semakin tinggi pula penggunaan aktual aplikasi SPAN atau SAKTI.
Hipotesis 10 (H10) yang menyatakan bahwa penggunaan aktual berpengaruh
positif terhadap kepuasan pengguna didukung. Hal ini disimpulkan dari nilai p-
value 0,000 < 0,05 (signifikan) serta nilai koefisien PAkt -> KP positif sebesar
0,847. Semakin tinggi penggunaan aktual maka akan semakin tinggi pula
kepuasan pengguna terhadap apikasi SPAN atau SAKTI.
5.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Bagian ini adalah penjelasan uji hipotesis atas hasil penelitian. Variabel
independen dalam penelitian ini yaitu kualitas informasi, kualitas sistem,
pengaruh sosial dan Computer Self Efficacy diuji terhadap variabel independen,
yaitu persepsi kemudahan, persepsi kemudahan penggunaan, sikap pengguna,
minat menggunakan SI, penggunaan aktual dan kepuasan pengguna. Penelitian
ini menguji hubungan pengaruh antara kualitas informasi dan persepsi
kemudahan penggunaan terhadap persepsi kemudahan, pengaruh kualitas
sistem dan CSE terhadap kemudahan penggunaan, pengaruh persepsi
kemudahan penggunaan dan persepsi kegunaan terhadap sikap, pengaruh sikap
dan pengaruh sosial terhadap minat, pengaruh minat terhadap penggunaan
aktual dan pengaruh penggunaan aktual terhadap kepuasan pengguna.
Berdasarkan pengujian hipotesis diperoleh hasil seluruh hipotesis yang diajukan
didukung dengan arah hubungan yang positif.
100
5.2.1. Kualitas Informasi Berpengaruh Positif terhadap Persepsi Kegunaan
Hipotesis pertama (H1) menyatakan bahwa kualitas informasi berpengaruh
positif terhadap persepsi kegunaan oleh pengguna. Berdasarkan hasil
pengujian, hipotesis ini didukung. Hal ini berarti semakin tinggi kualitas informasi
yang dihasilkan SPAN atau SAKTI, semakin tinggi pula persepsi kegunaan oleh
pengguna.
Informasi merupakan obyek yang dapat dinilai kemanfaatannya oleh
pengguna informasi tersebut. Salah satu penilaian kemanfaatan atau kegunaan
suatu obyek dapat ditentukan melalui bagaimana obyek tersebut dapat
memenuhi harapan/ekspektasi penggunanya, dalam konteks penelitian ini
adalah untuk penyelesaian pekerjaan. Dari analisis yang dilakukan, bahwa
responden merasa informasi yang dihasilkan SPAN memenuhi kriteria lengkap,
akurat, format yang tepat, up to date atau berguna ketika dibutuhkan. Hal ini pula
yang menjelaskan pengguna merasa puas atas kualitas informasi yang
dihasilkan, sebagaimana comparison level theory menyatakan bahwa salah satu
pendorong munculnya kepuasan adalah ekspektasi situasional terhadap suatu
hal terpenuhi atau bahkan melebihi.
Kepuasan yang tinggi inilah yang mendorong kepercayaan pengguna SPAN
atau SAKTI terhadap informasi yang dihasilkan. Kepercayaan dalam diri
pengguna merupakan sebuah belief atas variabel eksternal seseorang
sebagaimana diungkapkan dalam TRA. Responden menganggap bahwa
persepsi kegunaan dapat dijelaskan dari pernyataan mengenai kualitas informasi
yang diajukan. Kepercayaan yang kuat bahwa kualitas informasi yang dihasilkan
SPAN atau SAKTI mampu membantunya menyelesaikan pekerjaan menjelaskan
optimalisasi penggunaan aplikasi tersebut serta apresiasi pengguna terhadap
SPAN dan SAKTI yang baik. Terdukungnya hipotesis ini berarti responden
101
merasakan kesesuaian pekerjaan dengan informasi yang tersedia dalam aplikasi
SPAN atau SAKTI.
Dengan kualitas informasi sebagai prediktor yang baik untuk persepsi
kegunaan, pengembang SPAN atau SAKTI dapat mempertimbangkan untuk
memperhatikan kualitas informassi dalam pengembangan aplikasi tersebut,
sehingga keberterimaan dan keberhasilan implementasi kedua aplikasi tersebut
dapat tercapai. Hasil uji ini mendukung penelitian yang sudah ada sebelumnya,
diantaranya penelitian Rai et al. (2002) yang dilakukan pada sistem informasi
mahasiswa terintegrasi di Amerika, yang menemukan bukti bahwa kualitas
informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi kemudahan
penggunaan, penelitian ini merupakan usaha menyempurnakan penelitian
Seddon dan Kiew (1996).
Hubungan positif dan signifikan ditemukan pula dari hasil penelitian Lin et al.
(2010) yang melakukan penelitian pada penggunan mobile banking di China.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas informasi yang dihasilkan aplikasi
tersebut mempengaruhi persepsi kegunaan pengguna. Kualitas informasi terbukti
sebagai variabel yang paling berpengaruh diantara kualitas sistem dan kualitas
layanan. Penelitian Hassn et al. (2016) kepada sopir pengguna Intelegent
Transport System di Kuala Lumpur, Malaysia menemukan bukti bahwa kualitas
informasi sebagai faktor yang paling berpengaruh dan membuktikan hubungan
positif dan signifikan terhadap persepsi kegunaan. Demikian pula penelitian
Malik et al. (2016) menemukan bukti pengaruh positif dan signifikan kualitas
informasi terhadap persepsi kegunaan. Penelitian lain yang memperoleh hasil
serupa adalah penelitian Saha (2008) dan Lin et al. (2013).
102
5.2.2. Kualitas Sistem Berpengaruh Positif terhadap Persepsi Kemudahan Penggunaan
Hipotesis kedua (H2) menyatakan bahwa kualitas sistem berpengaruh positif
terhadap persepsi kemudahan penggunaan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa hipotesis ini didukung. Hal ini berarti semakin tinggi kualitas sistem maka
semakin tinggi pula persepsi kemudahan penggunaan. Kualitas sistem
menggambarkan karakteristik teknologi SPAN dan SAKTI itu sendiri. Dari
analisis yang dilakukan, responden menganggap bahwa kualitas sistem dalam
SPAN dan SAKTI dapat terjelaskan dari pernyataan yang diajukan. Pengguna
SPAN atau SAKTI beranggapan aplikasi tersebut memiliki karakteristik reliable,
mudah untuk diakses, fleksibel serta terintegrasi. Menurut responden,
karakteristik SPAN dan SAKTI tersebut sudah baik dan memberikan
kepercayaan akan kehandalan dan kemampuan aplikasi dalam mendukung
penyelesaian tugas pengguna.
Variabel eksternal yang memberikan tingkat kepuasan yang tinggi dapat
mendorong meningkatnya kepercayaan pengguna. Dalam TRA belief
merupakan penentu munculnya minat untuk melakukan suatu tindakan.
Tanggapan responden menunjukkan kualitas sistem SPAN dan SAKTI baik dan
memberikan keyakinan pengguna untuk diggunakan dalam penyelesaian
pekerjaan. Keyakinan normatif berupa penilaian yang baik atas penggunaan
SPAN merupakan salah satu yang mempengaruhi perilaku menggunakan SPAN,
sesuai dengan Theory of Planned Behavior (TPB). Pengembangan aplikasi oleh
kantor pusat DJPB yang terus dilakukan merupakan salah satu upaya
meningkatkan kualitas sistem dan kepercayaan pengguna terhadap aplikasi
SPAN dan SAKTI. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Saha (2008) yang melakukan penelitian terkait penggunaan e-tax
103
di negara Swedia. Penelitian ini menggunakan berbagai komponen dalam model
sistem informasi, e-commerce dan teori pemasaran untuk menggambarkan
layanan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat. Kualitas sistem
merupakan variabel yang mempengaruhi secara positif terhadap persepsi
kemudahan penggunaan e-tax di Swedia. Hasil serupa yang menunjukkan
pengaruh positif dan signifikan antara kualitas sistem dan persepsi kemudahan
penggunaan ditemukan pada penelitian Wu (2013); Malik et al. (2016) dan Lin et
al. (2013) yang berhasil membuktikan kualitas sistem berpengaruh positif dan
signifikan terhadap persepsi kemudahan penggunaan.
5.2.3. Computer Self Efficacy Berpengaruh Positif terhadap Persepsi Kemudahan Penggunaan
Hipotesis ketiga (H3) adalah CSE pengguna berpengaruh positif terhadap
persepsi kemudahan penggunaan. Berdasarkan hasil pengujian, hipotesis ini
didukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi kemampuan CSE
maka akan semakin tinggi persepsi kemudahan pengunaan. DJPB telah
menginvestasikan sumber daya dalam mengembangkan SPAN dan SAKTI, dan
menyediakan berbagai sarana yang diperlukan baik software, hardware maupun
sarana lainnya. Meskipun demikian keputusan penggunaan terhadap kedua
aplikasi tersebut dapat saja rendah disebabkan pengaruh dari kemampuan
pengguna. Hasil penelitian menunjukkan jika rata-rata pengguna memberikan
respon ragu-ragu atas kemampuan mereka. Meskipun berpengaruh signifikan
namun nilai koefisien jalur yang terbentuk merupakan yang terkecil dalam model
ini. Dengan kata lain, pengguna SPAN atau SAKTI merasa tidak yakin terhadap
kemampuan teknis teknologi yang mereka miliki, terdapat kelompok yang merasa
kemampuan individu tidak lagi menjadi penghalang, namun masih terdapat
104
kelompok pengguna aplikasi ini yang beranggapan kemampuan teknisnya
sebagai penghalang.
Sesuai dengan teori Self-Efficacy, pengalaman merupakan penentu dalam
melakukan kegiatan. Karena penggunaan SPAN atau SAKTI bersifat mandatory
dan berulang, responden paham dan mahir dalam menggunakan SPAN atau
SAKTI. Dalam TPB, harapan orang lain (keyakinan normatif) akan CSE yang
baik, sebagai salah satu yang mempengaruhi penggunaan SPAN atau SAKTI
yang telah disesuaikan dengan tugas masing-masing karyawan. Namun bagi
kelompok yang menilai kemampuan teknis masih menjadi masalah dalam
penggunaan SPAN dan SAKTI maka pelatihan yang lebih intensif perlu dilakukan
untuk meningkatkan CSE dalam menyelesaikan pekerjaan.
Keterkaitan CSE sebagai faktor yang meningkatkan persepsi kemudahan
penggunaan didasarkan pada meningkatnya belief pengguna terhadap
penggunaan sistem tersebut. Hasil yang menunjukkan pengaruh positif
hubungan CSE terhadap persepsi kemudahan penggunaan dalam penelitian ini,
sejalan dengan penelitian Al Haderi (2013), yang melakukan penelitian terhadap
357 pengguna aplikasi di 53 instansi publik di Yaman, dan menemukan tingkat
pemahaman pengguna meningkatkan kepercayaan diri baik operator maupun
manajer untuk dapat menggunakan sistem informasi pada berbagai tingkatan.
Hal serupa ditemukan dalam penelitian Venkatesh dan Davis (2000) yang
menemukan CSE sebagai salah satu faktor penentu minat melalui persepsi
kemudahan penggunaan. Hasil penelitian tersebut menemukan bukti bahwa
CSE sebagai salah satu faktor terkuat penentu persepsi kemudahan
penggunaan. Penelitian lain yang didukung adalah Thong et al. (2006); Dalcher
dan Shine (2003); dan Ong dan Lai (2006). Hasil penelitian ini dapat
menunjukkan bahwa kemampuan responden dalam penggunaan komputer
105
(SPAN dan SAKTI) tinggi berhubungan linier dengan kemudahan
penggunaannya. Kemampuan penggunaan SPAN atau SAKTI mempengaruhi
proses input data dan menghasilkan data yang sesuai dengan harapan
responden.
5.2.4. Persepsi Kemudahan Penggunaan Berpengaruh Positif terhadap Persepsi Kegunaan
Hipotesis keempat (H4) adalah persepsi kemudahan penggunaan
berpengaruh positif terhadap persepsi kegunaan, hipotesis ini didukung.
Semakin besar persepsi kemudahan penggunaan oleh pengguna maka semakin
besar persepsi kegunaan SPAN san SAKTI. Harapan yang tinggi terhadap
SPAN atau SAKTI memunculkan kepercayaan bahwa aplikasi ini mampu
memberikan manfaat bagi pengguna. Sebagai aplikasi terintegrasi, keterkaitan
antar bagian sangat diperlukan dalam mendukung penyelesaian pekerjaan.
Kepercayaan pengguna dan persepsi yang muncul bahwa aplikasi SPAN dan
SAKTI telah memiliki kualitas yang baik (sistem dan output) meningkatkan
penggunaan terhadap aplikasi SPAN atau SAKTI. Persepsi pengguna yang
diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa SPAN atau SAKTI mudah
untuk digunakan adalah cukup tinggi.
Hubungan antar belief, dapat menunjukkan bahwa terdapat beberapa belief
yang mempengaruhi belief lainnya. Perceived ease of use berpengaruh dan
merupakan determinan langsung terhadap perceived usefulness (Davis, 1985;
Davis et al., 1989). Sebuah sistem yang mudah digunakan akan berpengaruh
terhadap peningkatan kinerja pengguna. SPAN dan SAKTI telah disesuaikan
dengan karakteristik tugas pemakainya. Disamping itu dengan beragam latar
belakang pengguna yang beragam, kemudahan penggunaan dan sifat user
friendly berhasil dihadirkan oleh aplikasi ini. Hal tersebut menjadikan pengguna
106
percaya bahwa aplikasi ini akan sangat membantu dalam penyelesaian
pekerjaan dan peningkatan kinerja. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan Putra (2016). Dalam penelitiannya kepada
210 pegawai DJPB pengguna SPAN ditemukan bahwa persepsi kemudahan
penggunaan berpengaruh positif dan signikan terhadap persepsi kegunaan.
Xu et al. (2013) yang melakukan penelitian bagaimana konsumen mengadopsi
dan memanfaatkan website juga menemukan hasil serupa. Penelitian ini
berusaha menyempurnakan penelitian Wixom dan Todd (2005) dengan
penambahan kualitas layanan sebagai variabel indpenden. Penelitian dilakukan
kepada pelanggan pengguna website. Hasil yang ditemukan menujukkan
kualitas sistem yang baik berpengaruh terhadap persepsi bagaimana website
tersebut mudah diadopsi dan digunakan. Pada tahun 2016 Seo dan Bernsen
juga berhasil membuktikan hubungan positif dan signifikan antara persepsi
kemudahan penggunaan dan persepsi kegunaan. Penelitian yang dilakukan
pada pengguna dan non pengguna layanan e-goverment di dua wilayah berbeda
yaitu daerah perkotaan dan pinggiran di Belanda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap persepsi kegunaan baik pada pengguna dan non pengguna e-
goverment pada lokasi perkotaan maupun di pinggiran. Penelitian lain yang
memperoleh hasil serupa ditemui pada penelitian Lin et al. (2010); Lin et al.
(2013); Osman (2013); Miyamoto et al. (2012) dan Ilyas et al. (2014).
5.2.5. Persepsi Kegunaan Berpengaruh Positif terhadap Sikap/attitude Pengguna SI
Hipotesis kelima (H5) adalah persepsi kegunaan berpengaruh positif terhadap
sikap/attitude pengguna SI. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ini didukung.
Hal ini berarti semakin besar persepsi kegunaan, maka semakin tinggi pula sikap
107
pengguna. Dari analisis yang dilakukan, responden menganggap SPAN dan
SAKTI mampu memberikan harapan penyelesaian pekerjaan dengan baik.
Penggunaan SPAN dan SAKTI secara terus menerus dan simultan,
memunculkan evaluasi atas persepsi pengguna bahwa aplikasi SPAN dan SAKTI
berguna. Ajzen (1991) menyatakan bahwa adanya hubungan yang sangat erat
antara belief dan attitude, dimana ketika seseorang membentuk keyakinan/belief
terhadap suatu obyek, seseorang secara otomatis dan simultan akan
memperoleh attitude terhadap obyek tersebut. Keyakinan atas manfaat, dan
harapan dari penggunaan SPAN atau SAKTI akan menghadirkan sikap positif,
kemudian mendorong minat untuk menggunakan dan pada akhirnya
memunculkan tindakan nyata yaitu utilisasi. Meskipun bersifat mandatory, SPAN
dan SAKTI sebagai sebuah sistem informasi dapat diterima dengan baik oleh
pengguna, ditunjukkan dengan persepsi kegunaan yang berpengaruh positif
terhadap sikap. Pengaruh positif dan signifikan, menunjukkan persepsi
kegunaan sebagai prediktor yang baik terhadap sikap pemanfaatan SI.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan Agarwal
dan Prasad (1999) pada 230 pengguna sistem informasi yang digunakan pada
100 perusahaan global yang masuk dalam Fortune 100 di Timur Tengah.
Agarwal dan Prasad menyusun model penelitian berdasarkan TAM dengan
mengajukan 7 hipotesis, dengan sikap sebagai faktor penentu minat penggunaan
serta menguji persepsi kegunaan secara langsung maupun melalui sikap
terhadap minat menggunakan. Penelitian tersebut berhasil menunjukkan bahwa
persepsi kegunaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap.
Penelitian Bisma dan Susanto (2014) terhadap pemanfaatan layanan e-
goverment oleh masyarakat umum di Indonesia. Hasil penelitian terhadap 268
responden menunjukkan persepsi kegunaan berpengaruh positif dan signifikan
108
terhadap minat pemanfaatan dan penggunaan layanan e-goverment. Penelitian
lain yang mendapatkan hasil serupa antara lain penelitian Velasques et al.
(2008); Ilyas et al (2014); Xu et al. (2013); Wu (2013) dan Hassn (2016); Namun
hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Haryani et. al. (2014).
5.2.6. Persepsi Kemudahan Penggunaan Berpengaruh Positif terhadap Sikap/attitude Pengguna
Hipotesis keenam (H6) adalah persepsi kemudahan penggunaan
berpengaruh positif terhadap sikap/attitude pengguna SI. Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis ini didukung. Semakin besar persepsi kemudahan maka
semakin besar sikap pengguna terhadap SPAN atau SAKTI. Persepsi
kemudahan penggunaan menunjukkan nilai pengaruh yang cukup tinggi
terhadap sikap pengguna SPAN atau SAKTI. Kepercayaan bahwa mereka
mampu menggunakan aplikasi tersebut, memunculkan hasil penilaian berupa
sikap untuk menggunakan aplikasi tersebut.
Sikap pengguna sebagai hasil evaluasi atas persepsi yang muncul terhadap
suatu obyek digambarkan sebagai salah satu pendorong penggunaan melalui
minat untuk menggunakan. SPAN dan SAKTI yang disusun dengan karakteristik
teknis yang lebih canggih namun memiliki kemudahan dalam pengoperasian
mampu memberikan kepercayaan bagi pengguna. Hasil analisis menunjukkan
sikap dapat digambarkan dengan tepat melalui pernyataan dalam persepsi
kemudahan penggunaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian-penelitian
sebelumnya yang menemukan pengaruh positif dan signifikan persepsi
kemudahan penggunaan terhadap sikap pengguna. Penelitian Velazques et al.
(2008) terhadap 125 administrator sistem yang dikirimkan melalui web based
survey, berhasil mendapatkan bukti bahwa persepsi kemudahan penggunaan
berpengaruh signifikan terhadap sikap. Penelitian ini menunjukkan bahwa
109
persepsi kemudahan penggunaan mempengaruhi sikap pada tingkat pengguna,
namun juga bisa digunakan untuk pengukuran pada tingkat administrator sistem.
Hasil serupa ditemukan pada penelitian Xu et al. (2013); Chen et al. (2012); Lin
et al. (2013); Bisma dan Susanto (2014); Haryani et. al. (2014); Rahadian et al.
(2015); Hassn et al. (2016).
5.2.7. Sikap/attitude Pengguna Berpengaruh Positif terhadap Minat/intention to use Pengguna
Hipotesis 7 (H7) adalah sikap/attitude pengguna berpengaruh positif terhadap
minat/intention to use penggunaan SI. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ini
didukung. Semakin besar sikap pengguna maka semakin besar minat
menggunakan SI. Hal ini dimungkinkan karena tingginya sikap pengguna akan
membentuk motivasi dalam diri penggguna. Motivasi merupakan minat yang
mendorong penggunaan aktual. Minat berhasil dijelaskan dengan baik oleh
pernyataan dalam sikap pengguna, dimana perasaan menyenangkan dan
menyukai menggunakan aplikasi SPAN dan SAKTI mendorong keinginan
penggunaan aplikasi tersebut.
Sikap merupakan salah satu penentu tingkat kekuatan/magnitude minat
terhadap target behavior, sebagaimana disebutkan dalam TRA, hal ini dapat
menjelaskan pengaruh yang cukup tinggi antara sikap dan minat. Dengan kata
lain keinginan dalam menggunakan SPAN atau SAKTI dipengaruhi kekuatan
sikap pengguna terhadap aplikasi tersebut. Keberterimaan pengguna terhadap
SPAN dan SAKTI dapat dikatakan tinggi, dengan melihat pengaruh minat yang
muncul dalam diri pengguna. Penelitian ini mendukung penelitian Lin et al.
(2013) yang melakukan penelitian pada 289 pengguna Advance Traveller
Information System (ATIS) di Taiwan. Hasil penelitian menggunakan model TAM
110
dengan hasil menunjukkan bahwa sikap berpengaruh positif dan signifikan
terhadap minat dalam pemanfaatan ATIS oleh pengguna.
Penelitian lain yang mendapatkan hasil serupa dengan penelitian ini adalah
penelitian Wixom dan Todd (2005), terhadap 465 pengguna data warehouse,
yang berhasil membuktikan pengaruh positif sikap terhadap minat, meskipun
pengaruhnya moderat. Penelitian lain yang sejalan dengan hasil penelitian ini
adalah Wahyudi (2011); Chen et al. (2012); Xu et al. (2013); Bisma dan Susanto
(2014); Ilyas et al. (2014) serta Hassn et al. (2016).
5.2.8. Pengaruh Sosial Berpengaruh Positif terhadap Minat/Intention to Use Pengguna
Hipotesis 8 (H8) adalah pengaruh sosial berpengaruh positif terhadap
minat/intention to use penggunaan SI. Berdasarkan hasil pengujian, hipotesis ini
didukung. Semakin besar pengaruh sosial maka semakin besar minat
menggunakan SI. Pengaruh sosial memegang peranan dalam pelaksanaan
tugas seseorang. Peran kerjasama tim dan keterkaitan antar pekerjaan semakin
meningkatkan pengaruh sosial dalam lingkungan kerja. Sistem terintegrasi
dalam SPAN dan SAKTI memunculkan hubungan yang saling terkait antar
pekerjaan.
Pengaruh sosial sebagai salah satu faktor eksternal pengguna,
mempengaruhi bagaimana minat penggunaan SI. Hasil analisis menunjukkan
adanya hubungan yang cukup kuat antara pengaruh sosial dengan minat
menggunakan TI, meskipun tidak sebesar pengaruh sikap pengguna. Pengguna
SPAN atau SAKTI merasa bahwa dorongan atasan berpengaruh terutama dalam
hal pencapaian target kinerja yang dibebankan kepadanya. Pengaruh lainnya
adalah pengguna lain baik di dalam kelompoknya maupun di luar kelompok. Hal
ini sesuai dengan teori ekspektasi dimana pengguna merasa perlu menggunakan
111
aplikasi tersebut untuk memperoleh hasil, baik pada level pertama yang berguna
untuk penyelesaian pekerjaan maupun level kedua sebagai hasil dari level
pertama, bisa berupa penghargaan materi maupun non materi. Kelompok juga
berpengaruh terhadap bagaimana pemilihan sikap, penerimaan kelompok
terhadap anggota yang dinilai sama mendorong pengguna untuk bertindak sama
dalam menggunakan aplikasi tersebut. DJPB sebagai organisasi juga terus
berusaha mendorong optimalisasi SPAN dan SAKTI dengan penyusunan SOP,
penyedian prasarana pendukung maupun melaksanakan pelatihan yang
merupakan bentuk dorongan organisasi terhadap penggunaan aplikasi tersebut.
Hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh positif pengaruh sosial
terhadap sikap pengguna diperoleh dalam penelitian Karahanna et al. (1999);
Brown et al. (2002); Venkatesh et al. (2003); Venkatesh dan Balla (2008);
Wahyudi (2011). Hasil ini juga mendukung penelitian Handayani (2007) pada 60
responden di perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di BEI yang
menemukan bahwa pengaruh sosial positif dan signifikan terhadap minat
menggunakan SI. Penelitian Alrayat et al. (2013) terhadap 191 pegawai pada 4
Universitas di Jordania berhasil menunjukkan bahwa pengaruh sosial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat pemanfaatan layanan e-
goverment di Jordania. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini.
Pengujian pengaruh sosial terhadap minat pemanfaatan teknologi juga dilakukan
oleh Harsono dan Suryana (2014) yang melakukan pengujian pemanfaatan dan
penggunaan aplikasi Line oleh pelajar dan mahasiswa pada usia 19-24 tahun.
Penelitian ini berhasil memperoleh data sebanya 419 responden. Penelitian ini
menggunakan model UTAUT dengan hasil menunjukkan bahwa pengaruh sosial
terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan Line.
112
5.2.9. Minat/intention to Use Pengguna Berpengaruh Positif terhadap Penggunaan Aktual
Hipotesis 9 (H9) adalah minat/intention to use SI berpengaruh positif terhadap
penggunaan aktual. Berdasarkan hasil pengujian, hipotesis ini didukung.
Semakin besar minat menggunakan SI maka semakin besar penggunaan aktual
SI. Tindakan aktual dalam penggunaan sistem informasi merupakan reaksi atas
minat menggunakan sistem informasi tersebut. Hasil analisis menunjukkan
bahwa penggunaan aktual dapat dijelaskan oleh pernyataan dalam sikap
pengguna. Sikap memiliki pengaruh yang tinggi terhadap berubahnya besar
penggunaan aplikasi tersebut. Sifat mandatory merupakan salah satu sebab
keinginan penggunaan aplikasi tersebut dalam jangka waktu lebih lama.
Penggunaan merupakan proksi yang tepat dalam menggambarkan persepsi
kegunaan, persepsi kemudahan pengguna, sikap yang terwujud dalam minat
menggunakan SPAN atau SAKTI.
Kualitas teknis, kualitas output yang sesuai dengan tugas yang diemban
ditambah lagi sifat wajib yang melekat meningkatkan intensifitas penggunaan
SPAN dan SAKTI. Lean et al. (2009) menyatakan bahwa minat sebagai sejenis
prediksi sendiri/self prediction atau ekspektasi tindakan/behavior expectation,
sebagai salah satu prediktor paling akurat yang tersedia untuk memprediksi
tindakan individu dimasa datang, hasil penelitian ini menunjukkan hal tersebut.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Osman et al. (2013) yang
dilakukan terhadap 103 pengguna Mobil- based Civil Registry System. Penelitian
menggunakan pengembangan model TAM menunjukkan bahwa minat berhasil
dibuktikan sebagai variabel yang berpengaruh signifikan terhadap penggunaan.
Penelitian yang memperoleh hasil serupa antara lain Venkatesh dan Davis
113
(2000). Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Handayani (2005),
dimana intention to use tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pilihan
untuk menggunakan sistem informasi.
5.2.10. Penggunaan Aktual Berpengaruh Positif terhadap Kepuasan Pengguna
Hipotesis 10 (H10) adalah penggunaan aktual berpengaruh positif terhadap
kepuasan pengguna. Berdasarkan hasil pengujian, hipotesis ini didukung.
Semakin tinggi penggunaan aktual maka semakin besar kepuasan pengguna.
Kepuasan merupakan salah satu tipe emosi, dapat berupa kebahagiaan,
kesenangan dan kenikmatan yang akan menimbulkan dua bentuk yaitu
kepuasan dan ketidakpuasan terhadap suatu hal (Oliver dan DeSarbo, 1988).
Penelitian ini menunjukkan pengguna SPAN dan SAKTI merasa puas terhadap
aplikasi tersebut, baik secara teknis maupun output yang dihasilkan. SPAN dan
SAKTI sebagai aplikasi pengelolaan keuangan negara mampu memberikan hasil
yang sama dan bahkan melebihi ekspektasi sebagian besar pengguna.
Penggunaan SPAN dan SAKTI sebagai tindakan aktual dari rangkaian proses
dalam diri pengguna mampu menjelaskan tingkat kepuasan pengguna terhadap
aplikasi tersebut. Ekspektasi kinerja yang dinilai dari unsur efektifitas, efisiensi
dan kemampuan pemenuhan penyelesaian tugas mampu dipenuhi oleh aplikasi
tersebut. Meskipun digunakan secara mandatory kepuasan pengguna atas
aplikasi tersebut dapat dicapai. Kemampuan aplikasi mendukung pekerjaan dan
kesesuaiannya dengan kebutuhan pengguna menjadikan aplikasi SPAN dan
SAKTI menjadi faktor utama tercapainya kepuasan pengguna. Hasil penelitian
ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chiu et al. (2007); Halawi
et al. (2007); Guimaraes et al. (1996).
114
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh kualitas informasi dan
persepsi kemudahan penggunaan terhadap persepsi kegunaan, pengaruh
kualitas sistem dan Computer Self-Efficacy terhadap persepsi kemudahan
penggunaan, pengaruh persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan
penggunaan terhadap sikap, pengaruh sikap dan pengaruh sosial terhadap
minat, pengaruh minat terhadap penggunaan aktual serta pengaruh penggunaan
aktual terhadap kepuasan pengguna atas implementasi Integrated Financial
Management Information System di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan
seluruh hubungan pengaruh di atas didukung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengguna aplikasi SPAN atau SAKTI
merasa bahwa kedua aplikasi tersebut mampu menghasilkan output sesuai
dengan yang mereka butuhkan dan mampu meningkatkan kepercayaan diri
pengguna dalam memanfaatkan output tersebut untuk penyelesaian pekerjaan.
Penelitian ini juga berhasil membuktikan kemudahan dalam penggunaan SPAN
dan SAKTI, meskipun sebagai aplikasi terintegrasi pertama dalam pengelolaan
keuangan dan dengan teknologi yang lebih maju. Pengguna SPAN dan SAKTI
merasa mampu menggunakan dan memanfaatkan kedua aplikasi tersebut
dengan baik.
Hasil lainnya yang ditemukan dalam penelitian ini adalah SPAN dan SAKTI
dinilai memiliki keunggulan dari sisi teknis dibandingkan aplikasi-aplikasi
115
sebelumnya. Penggunaan kedua aplikasi tersebut dalam lingkup mandatory dan
pemakaian yang intensif meningkatkan kepercayaan diri dan persepsi
kemudahan penggunaannya. Penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan
individu berperan dalam membentuk persepsi kemudahan pengguna aplikasi
SPAN dan SAKTI. Dengan rata-rata tingkat pendidikan pegawai adalah S1 serta
pengalaman dalam menggunakan aplikasi yang hampir sama sebelumnya,
memberikan pengaruh kemampuan CSE terhadap persepsi kemudahan
penggunaan.
Sebagai aplikasi yang digunakan dalam penyelesaian pekerjaan, kedua
aplikasi tersebut dinilai mampu memenuhi harapan pengguna dan menimbulkan
persepsi bahwa kedua aplikasi tersebut sangat berguna. Hal serupa juga
terbukti pada pengaruh persepsi kemudahan terhadap sikap pengguna. Selain
bersifat wajib, dorongan untuk bekerja lebih cepat dan efisien menimbulkan
keinginan pengguna untuk terus menggunakan aplikasi SPAN atau SAKTI.
Keinginan menggunakan SPAN atau SAKTI juga semakin tinggi dengan adanya
dukungan dari atasan, rekan, serta perbaikan terus menerus atas aplikasi
tersebut.
SPAN dan SAKTI merupakan pendukung dan alat bantu penyelesaian
pekerjaan pengguna, selain itu pemanfaatan lebih jauh fitur yang tersedia
membantu penyelesaian tugas yang tidak bersifat rutin. Penelitian ini berhasil
membuktikan bahwa penggunaan aktual berpengaruh terhadap kepuasan
pengguna. Pengguna merasakan aplikasi SPAN dan SAKTI mampu memenuhi
harapan pengguna terhadap aplikasi yang mampu membantunya menyelesaikan
pekerjaan secara lebih efektif, efisien, dan berkualitas baik.
116
6.2 Implikasi Penelitian
Secara teoritis penelitian ini berhasil mendukung teori yang digunakan dalam
Technology Acceptance Model dan Model Keberhasilan Sistem Informasi
DeLone dan McLean. Penelitian ini juga berhasil mengembangkan konsep
keberterimaan teknologi informasi dari sisi pengguna dan bagaimana sistem
informasi dapat berhasil melalui penggabungan kedua model tersebut.
Penelitian ini juga mendukung Theory of Reasoned Action dan Social Cognitif
Theory sebagai landasan Computer Self Efficacy dengan menunjukkan adanya
pengaruh CSE dan pengaruh sosial terhadap dorongan melakukan tindakan oleh
seseorang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa CSE dan pengaruh sosial
juga berpengaruh dalam menentukan kepuasan pengguna terhadap sistem
informasi.
Implikasi praktis penelitian ini adalah pengembangan aplikasi SPAN dan
SAKTI terutama terkait kualitas teknis dan kualitas informasi. Hal ini perlu untuk
terus dilakukan mengingat semakin berkembangnya tuntutan pekerjaan dan
harapan yang semakin tinggi dari pengguna. Diharapkan penguna aplikasi dapat
terus meningkatkan kemampuan teknis untuk meningkatkan kepercayaan diri
dalam menggunakan aplikasi SPAN atau SAKTI dan dapat mengoptimalkan
berbagai fitur/menu yang telah disediakan. Berbagai pelatihan dapat di lakukan
untuk mencapai hal tersebut.
Implikasi kebijakan penelitian ini adalah hasil yang diperoleh dapat digunakan
sebagai referensi untuk pengambilan keputusan oleh DJPB terkait penerapan
SPAN dan SAKTI, terutama untuk mendukung penyelesaian tugas, peningkatan
kinerja pegawai serta peningkatan kinerja DJPB secara keseluruhan. Utilisasi,
optimalisasi dan keberhasilan implementasi SPAN dan SAKTI akan mampu
memberikan manfaat berupa efektivitas dan efisiensi di lingkungan DJPB.
117
6.3 Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan
yang ditemui selama proses penelitian. Keterbatasan tersebut terkait lingkup
lokasi penelitian yang luas dengan responden yang tidak dapat dijangkau secara
langsung. Hal ini mengakibatkan kontrol terhadap responden yang rendah,
sehingga memungkinkan responden yang tidak termasuk dalam kategori sampel
penelitian turut serta dalam pengisian kuesioner.
Keterbatasan lainnya yang dihadapi peneliti adalah masih ditemui responden
yang tidak setiap hari menggunakan aplikasi tersebut, sehingga tanggapan
terhadap pernyataan yang diberikan tidak memberikan gambaran nyata yang
terjadi. Penelitian ini akan lebih tepat apabila menggunakan responden
pengguna aktif aplikasi SPAN atau SAKTI. Pengguna aktif dapat dikategorikan
dengan rata-rata penggunaan, yaitu setiap hari dan lebih dari 4 jam per harinya.
Pengguna aktif dapat dengan tepat memberikan penilaian terhadap kinerja
kedua aplikasi tersebut.
6.4 Saran Penelitian Selanjutnya
Perbaikan perlu dilakukan terkait teknik pengumpulan data. Penggunaan
kuesioner online dalam memperoleh tanggapan responden memberikan
response rate yang rendah dan kontrol terhadap penyebaran kuesioner yang
lemah. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode lain yang dinilai
dapat meningkatkan response rate dan bisa memberikan gambaran yang lebih
akurat terhadap tanggapan responden. Apabila menggunakan tautan internet
dapat melakukan pengiriman langsung kepada responden yang dituju. Pilihan
lainnya adalah memperkecil wilayah penelitian namun tetap memperhatikan
aspek generalisasi.
xvii
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, W., dan Jogiyanto, H. M. (2015). Partial Least Square (PLS): Alternatif Structural Equation Modeling (SEM) dalam Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Andi.
Agarwal, R. dan Prasad, J. (1999). Are Individual Differences Germane to the Acceptance of New Information Technologies? Decision Sciences, 30(2), 361-391.
Ajzen, I. (1991). The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human Decision Processes, 50(2), 179-211.
Ajzen, I. (2002). Perceived Behavior Control, Self-Efficacy, Locus of Control, and the Theory of Planned Behavior. Journal of Applied Social Psychology Vol. 32 (4) , 665-683.
Al-Haderi, S. M. (2013). The Effect of Self-Efficacy in the Acceptance of Information Technology in the Public Sector. International Journal of Business and Social Science, 4(9), 188-198.
Al-Khatib, H. (2013). E-Government Systems Success and User acceptance in Developing Countries: The Role of Perceived Support Quality. Disertasi. Belanda: Brunel University Brunel Business School.
Alryalat, M., Dwivedi, Y. K., dan Williams, M. D. . (2013). An Analysis of Electronic Government Research from The Perspective of Developing Countries . International Journal of Indian Culture and Business Management, 7(4), 461-527.
Bajaj, A., dan Nidumolu, S. R. (1998). A Feedback Model to Understand Information System Usage. Information and Management, 33, 213-224.
Bandura, A. (1986). The Explanatory and Predictive Scope of Self-Efficacy Theory. Journal of social and clinical psychology, 4(3), 359-373.
Bandura, A., dan Cervone, D. (1983). Self Evaluative and Self-Efficacy Mechanism Governing the Motivation Effect of Goal Systems. Journal of Personality and Social Psicology, 45(5), 1017-1028.
Bhattacherjee, A. (2001). Understanding Information Systems Continuance: An Expectation-Confirmation Model. MIS Quarterly, Vol. 25, (3), pp. 351-370.
Bisma, R., dan Susanto, T.D. (2014). Faktor Adops Layanan E-Govermen Jenis Layanan Komunikasi. Jurnal Sistem Informasi, Vol. 5 (2), 102-112.
Bodnar, G., dan Hopwood, W. (2000). Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat .
Brown, S. A., Massey, A. P., Montoya-Weiss, M. M., dan Burkman, J. R. (2002). Do I Really Have to? User Acceptance of Mandated Technology. European Journal of Information Systems, 11, 283-295.
Burton-Jones, A. dan Straub, D. W. (2006). Reconceptualizing System Usage: An Approach and Empirical Test. Information Systems Research, 17(3), 228-248.
Chau, P. (1996). An Empirical Investigation on Factors Affecting the Acceptance of CASE by Systems Developers . Information and Management, 30, 269-280.
xviii
Chau, P. Y. K., dan Hu, P. J. (2002). Examining a Model of Information Technology Acceptance by Individual Professionals: An Exploratory Study. Journal of Management Information Systems, 18(4), 191-230.
Chen, M. Y., Chang, F. M. T., Chen, C. C., Huang, M. J., dan Chen, J. W. (2012). Why do Individuals Use e-Portfolios. Educational Technology & Society, 15 (4), 114-125.
Cheong, J. H., dan Park, M. C. (2005). Mobile Internet Acceptance in Korea. Internet Research, 15 (2), 125-140.
Chiu, C. M., Chiu, C. S., dan Chang, H. C. (2007). Examining the Integrated Influence of Fairness and Quality on Learners’ Satisfaction and Webbased Learning Continuance Intention. Information Systems Journal, 17(3), 271-287.
Compeau, D. R., dan Higgins, C. A. (1995). Computer Self-Efficacy: Development of a Measure and Initial Test. MIS Quarterly, 19(2), 189-211.
Cooper, D. R., dan Schindler, P. S. (2011). Business Research Methods. Eleventh Edition. New York: Mc Graw Hill Companies Inc.
Dalcher, I., dan Shine, J. (2003). Extending the New Technology Acceptance Model to Measure the End User Information Systems Satisfaction in a Mandatory Environment: A Bank's Treasury. Technology Analysis & Strategic Management, 15(4), 441-455.
Davis, F. D. (1985). A Technology Acceptance Model for Emperical Testing End-User Information Systems: Theory and Result. Doctoral Thesis. Amerika Serikat: Massachusetts Institute of Technology.
Davis, F. D. (1989). Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information Technologies. MIS Quarterly, 13 (3), 319-340.
Davis, F. D., Bagozzi, R., dan Warshaw, P. R. (1989). User Acceptance of Computer Technology: A Comparison of Two Theoretical Models. Management Science, 35 (8), 982-1003.
Deloitte Research. (2000). At the dawn of e-Government : the citizen as customer. New York: Deloitte Consulting.
DeLone, W. H., dan McLean, E. R. (1992). Information Systems Success: The Quest for the Dependent Variable. Information Systems Research, 3(1), 60-95.
DeLone, W. H., dan McLean, E. R. (2003). The DeLone and McLean Model of Information Systems Success: A Ten-Year Update. Journal of Management Information Systems,19(4), 9-30.
Diamond, J., dan Khemani, P. (2005). IMF Working Papper: Introduction Financial Management Information System in Developing Countries. International Monetary Fund.
Dishaw, M. T., dan Strong, D. M. (1999). Extending the Technology Acceptance Model with Task-Technology Fit Constructs. Information and Management, 36, 9-21.
Eggers, W. D., dan Bellan, J. (2015). The Journey to Government’s Digital Transformation. Deloitte University Press.
xix
Elie-Dit-Cosaque, C. (2009). Studies on Adaptation to Information Systems: Multiple Roles and Coping Strategies. Disertasi. Georgia, Amerika Serikat: Georgia State University.
Fazizah, A., Sukoharsono, E. G dan Kertahadi. 2016. Analisisi Penggunaan Sistem Informasi Logistik (SIL) untuk Perencanaan, Pelaporan dan Pengendalian Berbasis Web dan Pengaruhnya terhadap Kinerja dan Kepuasan Pengguna (Studi pada : Pengguna SIL Perum BULOG divisi Regional Jawa Timur). ejournalfia.ub, 10(2),11-20
Firmawan, F., dan Marsono, M. (2009). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesuksesan Penggunaan Sistem Informasi (System Usage) (Study Empiris pada Nasabah Bank Mandiri). Journal of Auditing, 5(2), 164-180.
Fishbein, M., dan Ajzen, I. (1975). Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An Introduction to Theory and Research. MA: Addison-Wesley Reading.
Gefen, D., dan Keil, M. (1998). The Impact of Developer Responsiveness on Perceptions of Usefulness and Ease of Use: An Extension of the Technology of the Technology Acceptance Model. The DATA BASE for Advances in Information Systems, 29(2), 35-49.
Ghozali, I., dan Latan, H. (2015). Partial Least Square- Konsep, Teknik, dan Aplikasi SmartPLS 3.0. Edisi 2. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., Donnelly Jr, J. H., dan Konopaske, R. (2009). Organization Behavior Structure Processes. Fourteenth Edition. New York: McGraw-Hill.
Goodhue, D. L., dan Thompson, R. L. (1995). Task-Technology Fit and Individual Performance. MIS Quarterly, 19(2), 213-236.
Guimaraes, T., Yoon, Y., dan Clevenson, A. (1996). Factors Important to Expert System Success: A Field Test. Information and Management, 30(3), 119-130.
Haag, S dan Keen, P. (1996). Information Technology: Tomorrow’s Advantage Today. Hommond: Mcgraw-Hill College.
Halawi, L. A., McCarthy, R. V., dan Aronson, J. E. (2007). An Empirical Investigation of Knowledge-Management Systems Success. The Journal of Computer Information Systems, 48(2), 121-135.
Handayani, R. (2005). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem Informasi dan Penggunaan Sistem Informasi. Tesis. Semarang, Indonesia: Universitas Diponegoro.
Handayani, T., dan Sudiana. (2015). Analisis Penerapan Model UTAUT Terhadap Perilaku Pengguna Sistem Informasi (Studi Kasus: Sistem Informasi Akademik pada STTNAS Yogyakarta). Jurnal Angkasa, Volume VII (2), 165-180.
Harsono, L. D., dan Suryana, L.A. (2014). Factors Affecting the Use Behavior of Social Media Using UTAUT 2 Model. Proceedings of the First Asia-Pacific Conference on Global Business, Economics, Finance and Social Sciences (hal. 1-14). Singapore: www.globalbizresearch.org .
xx
Hartwick, J., dan Barki, H. (1994 ). Explaining the Role of User Participation in Information System Use. Management Science, 40(4), 440-465.
Haryani, Liza., Nugroho, E and Hidayah, I. (2014). Analisis Tingkat Penerimaan Sistem Informasi Kerugian Negara/Daerah (SIKAD) di BPK RI. Haryani, Liza., Nugroho, E and Hidayah, I. (2014). Analisis Tingkat Penerimaan Sistem Informasi Kerugian Negara/Daerah (SIKAD) di BPK RI. Seminar Nasional Teknologi Informasi and Komunikasi 2014 (SENTIKA 2014), (hal. 293-303).
Hassn, A. H., Ismail, A., Borhan, M. N., dan Syamsunur, D. (2016). The Impact of Intelligent Transport System Quality: Driver Acceptance Perspective. International Journal of Technology, 4, 553-561.
Heinze, N., dan Hu, Q. (2005). E-Government Research: A Review Via the Lens of Structuration Theory. The Ninth Pacific Asia Conference on Information Systems (PACS2005), (hal. 891-904).
Hu, P. J., Chau, P. Y. K., Sheng, O. R. L., dan Tam, K. Y. (1999). Examining the Technology Acceptance Model Using Physician Acceptance of Telemedicine Technology. Journal of Management Information Systems, 16(2), 91-112.
Hurst, K. R. (2010). Technology Acceptance in a Mandatory Technology-Based Learning Environment. Disertasi. Florida, Amerika Serikat: The University of West Florida.
Husein, M. F., dan Wibowo, A. (2000). Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Igbaria, M., Zinatelli, N., Cragg, P., dan Cavaye, A. L. M. (1997). Personal Computing Acceptance Factors in Small Firms: A Structural Equation Model. MIS Quarterly 21(3), 279-305.
Ilias, A., Razak, M. Z. A., dan Razak, S. F. A. (2014). The Intention to Re-use the Internet Financial Reporting in Malaysia. Review of Integrative Business and Economics ResearchVol. 3(1), 337-370.
Indrajit, R. E. (2000). Pengantar Konsep Dasar Manajemen Sistem Informasi dan Teknologi Informasi. Jakarta : Elex Media Komputindo.
Isac, F. L., dan Rusu, Sergiu. (2014 (2)). Theories of Consummer's Satisfaction and The Operationalization of The Expectation Disconfirmation Paradigm. Annals of the 'Constantin Brâncuşi” University of Târgu Jiu, Economy Series, 82-88.
Ives, B., Olson, M. H., dan Baroudi, J. J. (1983). The Measurement of User Information Satisfaction. Communications of the ACM, 26(10), 785-793.
Jackson, C. M., Chow, S., dan Leitch, R. A. (1997). Toward an Understanding of the Behavioral Intention to Use an Snformation System. Decision Sciences 28(2), 357-389.
Karahanna, E., Straub, D. W., dan Chervany, N. L. (1999). Information Technology Adoption Across Time: A Cross-Sectional Comparison of Pre-Adoption and Post-Adoption Beliefs. MIS Quarterly, 23(2), 183-213.
Kementerian Keuangan . (2013). Modul SPAN. Jakarta, Indonesia: Kementerian Keuangan.
xxi
Kementerian Keuangan. (2016). Modul SAKTI. Jakarta, Indonesia: Kementerian Keuangan.
Koh, C. E., Prybutok, V. R., Ryan, S. D., dan Wu, Y. (2010). A Modelfor Mandatory Use of Sofware Technologies : An Integrative Approach by Applying Multiple Levels of Abstraction of Information Science. Informing Science: the International Journal of an Emerging Transdiscipline, 13.
LaTour, S. A., dan Peat, N. C. (1979). Conceptual Methodological Issues in Consumer Satisfaction Research. Advance in Consumer Research, 431-437.
Lean, O. K., Zailani, S., Ramayah, T., & Fernando, Y. (2009). Factors influencing intention to use e-government services among citizens in Malaysia. International Journal of Information Management, 29(6), 458-475.
Lederer, L., Maupin, D., Sena, M., dan Zhuang, Y. (2000). The Technology Acceptance Model and the World Wide Web. Decission Support Systems, 29, 269-282.
Liao, Z., dan Cheung, M. (2001). Internet-Based E-Shopping and Consumer Attitudes: An Empirical Study. Information & Management, 38, 299-306.
Lin, J., Xiao, S., dan Cao, Y. (2010). Predicting and Explaining the Adoption of Mobile Banking. Proceedings of Annual Conference of China Institute of Communications, 421-424.
Lin, T.W., Lin, C.Y., dan Hsu, W.H. (2014). Effect of System Characteristics on Adopting Web-Based Advance Treveller Information System: Evidence from Taiwan. Promet–Traffic&Transportation, Vol. 26 (1), 53-63.
Livari, J. (2005). An Empirical Test of the DeLone -McLean Model of Information System Success. Database for Advances in Information Systems, 36(2), 8-27.
Maes, A., dan Poels, G. (2007). Evaluating Quality of Conceptual Modeling Scripts Based on User Perceptions. Data & Knowledge Engineering, 63(3), 701-724.
Maier, R. (2007). Knowledge Management Systems Information and Communication Technologies for Knowledge Management. Third Edition . Heidelberg : Springer.
Malik, B. H., Suqin, C., Qamar, S., dan Mattiullah, B. (2016). Examining Success of Land Record Information Systems (LRMIS) in Pakistan: Validating an Incorporated IS Success Model. European Scientific Journal,12(2), 258-289.
Marble, R. P. (2003). A System Implementation Study: Management Commitment to Project Management. Information and Management, 41(1), 111-123.
Mathieson, K. (1991). Predicting User Intentions: Comparing the Technology Acceptance Model with the Theory of Planned Behavior. Information Systems Research, 2(3), 173-191.
McGill, T., Hobbs, V., dan Klobas, J. (2003). User-Developed Applications and Information Systems Success: A Test of DeLone and McLean’s Model . Information Resources Management Journal, 16(1), 24-45.
xxii
Miyamoto, M., Kudo, S., dan Iizuka, K. (2012). Measuring ERP Success: Integrated Model of User Satisfaction and Technology Acceptance; An Empirical Study in Japan. International Proceedings of Economics Development and Research, 57, 86-91.
Ndou, V. (2004). E-government for Developing Countries: Opportunities and Challenges. The Electronic Journal on Information Systems in Developing Countries, 18(1), 1-24.
Oliver, R. L., dan DeSarbo, W. S. (1988). Response Determinants in Satisfaction Judgments. Journal of Consumer Research,14(4), 495-507.
Ong, C. S., dan Lai, J. Y. (2006). Gender Differences in Perceptions and Relationships Among Dominants of E-Learning Acceptance. Computers in Human Behavior, 22(5), 816-829.
Osman, N. (2013). Extending the Technology Acceptance Model for Mobile Government Systems. The International Arab Conference on Information Technology, 5, 16.
Petter, S., DeLone, W., dan McLean, E. (2008). Measuring Information Systems Success: Models, Dimensions, Measures, and Interrelationships. European Journal of Information Systems, 17, 236-263.
Putra, D. M. (2016). The Influence On Factors In Attitudes Toward Acceptance Of The Information System Using Technology Acceptance Model (TAM) Case Study SPAN System In Indonesia. International Journal of Scientific & Technology Research, 5(4), 231-236.
Rahadian, F., Djunaedi, A., dan Suwastono, A. (2015). Analisis Penerimaan dan Kepuasan Pengguna Terhadap Aplikasi E-Purchasing dengan Model Integrasi. Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia, 13-18.
Rai, A., Lang, S. S., dan Welker, R. B. (2002). Assessing the Validity of IS Success Models: An Empirical Test and Theoretical Analysis. Information Systems Research, 13(1), 5–69.
Riduwan dan Akdon. (2010). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta.
Saha, P. (2008). Government e-Service Delivery: Identification of Success Factors from Citizens’ Perspective. Doctoral Thesis. Luleå University of Technology.
Seddon, P. B. (1997). A Respecification and Extension of the DeLone and McLean Model of IS Success. Information Systems Research, 8(3), 240-253.
Seddon, P. B., dan Kiew, M. (1996). A Partial Test and Development of DeLone and McLean’s Model of Is Success. Australian Journal of Information system, 4(2), 90-109.
Sekaran, Uma dan Bougie, Roger. (2013). Research Methods for Busines. United Kingdom: Jhon Wiley & Sons Ltd.
Seo, D., dan Bernsen, M. (2016). Comparing Attitudes Toward e-Government of Non-Users Versus Users in a Rural and Urban Municipality. Government Information Quarterly, 33(2), 270-282.
xxiii
Taylor, S., dan Todd, P. (1995). Understanding Information Technology Usage: A Test of Competing Models. Information Systems Research, 6(2), 144-176.
Thompson, R. L., Higgins, C. A., dan Howell, J. M. (1991). Personal Computing: Toward a Conceptual Model of Utilization. MIS Quarterly, 15(1), 124-143.
Thong, J. Y. L., Hong, S. J. dan Tam, K. Y. (2006). The Effects of Post-Adoption Beliefs on the Expectation-Confirmation Model for Information Technology Continuance. International Journal of Human Computer Studies, 64(9), 799-810.
Vaezy, R. (2013). User Satisfaction with Information System: A Comphrehensive Model of Attribut Satisfaction. Disertasi. Houston, Amerika Serikat: University of Houston.
Velasquez, N.F., Weisban, S., dan Durchikova, A. (2008). Designing Tools for System Administrators: An Empirical Test of the Integrated User Satisfaction Model. LISA, (hal. 1-8).
Venkatesh, V., dan Bala, H. (2008). Technology Acceptance Model 3 and a Research Agenda on Interventions. Decision Sciences, 39(2), 273-315.
Venkatesh, V., dan Davis, F. D. (2000). A Theoretical Extension of the Technology Acceptance Model: Four Longitudinal Field Studies. Management Science, 46(2), 186-204.
Venkatesh, V., Morris, M. G., Davis, G. B., dan Davis, F. D. (2003). User Acceptance of Information Technology: Toward a Unified View. MIS Quarterly, 27, 425-478.
Verdegem, P., dan Verleye, G. (2009). User-Centered E-Government in Practice: A Comprehensive Model for Measuring User Satisfaction. Government Information Quarterly, 26(3), 487-497.
Wahyudi, H. D. (2011). Analisis Sikap dan Niat Menggunakan Mini Laptop: Studi Pengembangan Model Penerimaan Teknologi. Jurnal Ekonomi Bisnis, 16(1), 44-52.
Westbrook, R. A., Newman, J. W., dan Taylor, J. R. (1978). Satisfaction/Dissatisfaction in the Purchase Decision Process. Journal of Marketing, 42(4), 54-60.
Wixom, B. H., dan Todd, P. A. (2005). A theoretical integration of user satisfaction and technology acceptance. Information Systems Research, 16(1), 85-102.
World Economic Forum. (2016). The Global Information Technology Report 2016: Innovating in the Digital Economy. Insight Report. World Economic Forum.
World Bank. (2015, May 19). www.worldbank.org. Dipetik April 12, 2017, dari http://www.worldbank.org/en/topic/ict/brief/e-government
Wu, J. H., dan Wang, Y. M. (2006). Measuring KMS Success: A Respecification of the DeLone and McLean Model. Information & Management, 43(6), 728-739.
Wu, M. C. (2013). A Study on University Students’ Intention to Use the Digital Museum of Sports Literature. The Journal of International Management Studies, 8(2), 7-30.
xxiv
Xu, J. D., Benbasat, I., dan Cenfetelli, R. T. (2013). Integrating Service Quality with System and Iinformation Quality: An Empirical Test in the E-Service Context. Mis Quarterly, 37(3), 777-794.
Yi, Y. (1989). Working Papper Series. A Critical Review of Consumer Satisfaction. Ross School of Business.
Yoon, Y., dan Guimaraes, T. (1995). Assessing Expert Systems Impact on Users’ Jobs. Journal of Management Information Systems, 12(1), 225-249.
Yusof, M. M., Kuljis, J., Papazafeiropoulou, A., dan Stergioulas, L. K. (2008). An Evaluation Framework for Health Information Systems: Human, Organization and Technology-Fit Factors (HOT-fit). International Journal of Medical Informatics, 77(6), 386-398.