Top Banner
PERAN ELE DALAM P (STUDI KA T Un Gun Progra JOH PR M UN 1 EMEN PRIBADI PADA FEN PROSES SELEKSI KARYA ASUS PERUSAHAAN MILIK TIONGHOA DI MEDAN) TESIS ntuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian na Memperoleh Gelar Magister Psikologi am Pascasarjana Di Universitas Medan Ar Oleh HN PARLYN HALOMOAN SINAGA 101804048 ROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PSIKOLOGI NIVERSITAS MEDAN AREA MEDAN 2012 NGSHUI AWAN K ETNIS rea A A
165

Tesis john parlyn halomoan sinaga

Jan 23, 2018

Download

Education

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Tesis john parlyn halomoan sinaga

1

PERAN ELEMEN PRIBADI PADA FENGSHUIDALAM PROSES SELEKSI KARYAWAN

(STUDI KASUS PERUSAHAAN MILIK ETNISTIONGHOA DI MEDAN)

TESIS

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat UjianGuna Memperoleh Gelar Magister Psikologi

Program Pascasarjana Di Universitas Medan Area

Oleh

JOHN PARLYN HALOMOAN SINAGA101804048

PROGRAM PASCASARJANAMAGISTER PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MEDAN AREAMEDAN

2012

1

PERAN ELEMEN PRIBADI PADA FENGSHUIDALAM PROSES SELEKSI KARYAWAN

(STUDI KASUS PERUSAHAAN MILIK ETNISTIONGHOA DI MEDAN)

TESIS

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat UjianGuna Memperoleh Gelar Magister Psikologi

Program Pascasarjana Di Universitas Medan Area

Oleh

JOHN PARLYN HALOMOAN SINAGA101804048

PROGRAM PASCASARJANAMAGISTER PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MEDAN AREAMEDAN

2012

1

PERAN ELEMEN PRIBADI PADA FENGSHUIDALAM PROSES SELEKSI KARYAWAN

(STUDI KASUS PERUSAHAAN MILIK ETNISTIONGHOA DI MEDAN)

TESIS

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat UjianGuna Memperoleh Gelar Magister Psikologi

Program Pascasarjana Di Universitas Medan Area

Oleh

JOHN PARLYN HALOMOAN SINAGA101804048

PROGRAM PASCASARJANAMAGISTER PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MEDAN AREAMEDAN

2012

Page 2: Tesis john parlyn halomoan sinaga

2

PERAN ELEMEN PRIBADI PADA FENGSHUIDALAM PROSES SELEKSI KARYAWAN

(STUDI KASUS PERUSAHAAN MILIK ETNISTIONGHOA DI MEDAN)

T E S I S

Oleh

JOHN PARLYN HALOMOAN SINAGA101804048

PROGRAM PASCASARJANAMAGISTER PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MEDAN AREAMEDAN

201 2

2

PERAN ELEMEN PRIBADI PADA FENGSHUIDALAM PROSES SELEKSI KARYAWAN

(STUDI KASUS PERUSAHAAN MILIK ETNISTIONGHOA DI MEDAN)

T E S I S

Oleh

JOHN PARLYN HALOMOAN SINAGA101804048

PROGRAM PASCASARJANAMAGISTER PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MEDAN AREAMEDAN

201 2

2

PERAN ELEMEN PRIBADI PADA FENGSHUIDALAM PROSES SELEKSI KARYAWAN

(STUDI KASUS PERUSAHAAN MILIK ETNISTIONGHOA DI MEDAN)

T E S I S

Oleh

JOHN PARLYN HALOMOAN SINAGA101804048

PROGRAM PASCASARJANAMAGISTER PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MEDAN AREAMEDAN

201 2

Page 3: Tesis john parlyn halomoan sinaga

3

PERAN ELEMEN PRIBADI PADA FENG SHUIDALAM PROSES SELEKSI KARYAWAN

(Studi Kasus: Perusahaan Milik Etnis Tionghoa di Medan)

John Parlyn Halomoan SinagaKaiman Turnip

Irfan Simatupang

ABSTRAK

Fengshui yang diartikan sebagai udara dan air, merupakan salah satukebudayaan etnis Tionghoa yang diturunkan dari generasi ke generasi hingga saatini (super organic). Fengshui dalam kehidupan etnis Tionghoa, pemanfaatannyatidak terbatas pada tata letak rumah, tetapi juga dimanfaatkan dalam memilih jenisusaha, mitrabisnis dan karyawan.

Motif dasar pemanfaatan Fengshui dalam kehidupan etnis Tionghoaadalah untuk menolak kegagalan agar mendapatkan kehidupan yang lebih baikmelalui keberuntungan. Keberhasilan dari pemanfaatan Fengshui ini,akhirnyamenempatkan ilmu Tiongkok tersebut menjadi suatu keyakinan diri (selfefficacy) bagi etnis Tionghoa. Keterlibatan Fengshui tanpa penalaran rasionalseperti ini dapat disebut sebagai bentuk intuisi.

Dalam hal seleksi karyawan, pemanfaatan Fengshui pada perusahaan miliketnis Tionghoa dapat dilakukan melalui kajian elemen pribadi atau yang dikenalsebagai tanda lahir (Ming Kua). Salah satu cara untuk mengetahui elemen pribadi,adalah dengan menghitung Kua berdasarkan tahun lahir. Meski hanya merupakansuatu faktor pendukung, namun kajian tersebut memiliki peran yang cukuppenting. Manfaat positip dari penerapan kajian elemen pribadi mampumeningkatkan loyalitas karyawan pada perusahaan.

Sebagai suatu budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi, Fengshuibukan suatu mistis karena dapat dikaji melalui berbagai aspek, seperti filosofis,sains dan mate-matika ditandai melalui keberadaan abaccus yang merupakankonsep dari Tao atau asal dari lahirnya Fengshui. Pemanfaatan Fengshui lewatjasa pihak lain, disarankan memperhatikan tiga hal, yaitu, profesionalisme,pemahaman terhadap mate-matika dan sejarah Fenghsui.

Kata Kunci: -Fengshui- Elemen- Seleksi

Page 4: Tesis john parlyn halomoan sinaga

4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Dalam kehidupannya, manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka

ragam, mulai dari bersifat pokok, seperti kebutuhan primer dan sekunder hingga

sesuatu yang bersifat kemewahan, atau disebut kebutuhan tersier. Agar dapat

memenuhi beragam kebutuhan tersebut, manusia dituntut bekerja, baik yang

diusahakan sendiri ataupun bekerja pada orang lain pada sebuah perusahaan, atau

akrab disebut ‘makan gaji’.

Bekerja yang diusahakan sendiri, tentu bukan sesuatu yang sulit, karena

hanya mengoptimalkan kemampuan masing-masing individu. Sebaliknya, bekerja

pada orang lain, individu dituntut memiliki berbagai pengetahuan dan

keterampilan, agar perusahaan yang mempekerjakannya merasakan manfaat atas

keberadaannya. Sebagai balas jasa yang akan diterima adalah gaji atau upah yang

dibayar dengan berbagai pola, seperti harian, bulanan atau sistem kontrak.

Secara sederhana dapat diartikan, manusia bekerja karena ada sesuatu

yang ingin didapat dan berharap dengan pendapatan itu akan membawanya dapat

memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya, atau dapat juga dikatakan, pada diri

manusia terdapat kebutuhan-kebutuhan yang pada saatnya akan membentuk

tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan dipenuhinya. Demi mencapai tujuan-tujuan

tersebut, manusia terdorong melakukan suatu aktivitas yang disebut kerja.

Page 5: Tesis john parlyn halomoan sinaga

5

Ada berbagai macam bidang pekerjaan yang dapat dipilih oleh manusia,

seperti buruh, tenaga administrasi, kolektor dan lainnya. Didalam memilih bidang

pekerjaan yang diminatinya, tiap individu manusia memiliki alasan-alasan tertentu,

seperti kepuasan kerja, upah yang tinggi dan lainnya. Namun, terkadang alasan-

alasan tersebut kurang diperhatikan, karena faktor situasi yang memaksa,

misalnya karena sukar mencari pekerjaan sehingga seseorang terpaksa menerima

pekerjaan dengan kondisi apapun.

Keberadaan manusia di dalam perusahaan sebagai pekerja, berperan besar

meraih kesuksesan. Seberapa baik sumber daya manusia dikelola akan

menentukan kesuksesan perusahaan tersebut dimasa mendatang. Sebaliknya, jika

sumber daya manusia itu tidak dikelola dengan baik maka perusahaan akan

menghadapi kebangkrutan. Namun, pengelolaan sumber daya manusia dalam

perusahaan sangat dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya, faktor lingkungan,

perubahan teknologi yang cepat, kompetisi internasional dan kondisi

perekonomian yang tidak menentu, sehingga menyebabkan perusahaan harus

selalu mencari cara-cara baru agar dapat memanfaatkan sumber daya manusia

secara lebih efektif. Artinya, pengelolaan sumber daya manusia telah menjadi

faktor sentral dalam suatu perusahaan. Guna mendapatkan sumber daya manusia

yang berkualitas pada suatu perusahaan, diperlukan seleksi yang cukup baik.

Tahapan ini ditujukan untuk memilih calon karyawan yang memenuhi spesifikasi

kebutuhan perusahaan. Tetapi, proses seleksi sangat bervariasi untuk tiap

perusahaan, tergantung tujuan atau aturan yang dibuat oleh pemilik atau pengelola

Page 6: Tesis john parlyn halomoan sinaga

6

perusahaan. Misalnya, perusahaan yang ditujukan untuk mengelola cleaning

service, tentu saja tidak membutuhkan karyawan yang berpendidikan tinggi,

seperti halnya perusahaan yang bergerak dibidang jasa keuangan, tapi dapat

dipastikan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan akan terbilang banyak.

Demikian soal aturan, seleksi karyawan pada perusahaan milik etnis

Tionghoa akan berbeda aturannya dengan milik etnis Batak atau Minangkabau.

Pada etnis Tionghoa di Medan, proses seleksi calon karyawan terkadang tidak

selalu berpedoman pada aturan-aturan baku atau yang terkandung dalam teori-

teori pengelolaan sumber daya manusia, seperti halnya kemampuan akademik,

pengalaman kerja, keahlian atau pertimbangan psikologis dengan melibatkan tim

psikologi. Ada faktor lain, yaitu Feng shui. Dalam hal ini, soal kesesuai elemen

pribadi antara calon karyawan dengan pemilik perusahaan, karena dengan elemen

yang sesuai diyakini akan membawa peruntungan. Meski jarang terungkap,

namun realitanya demikian.

Medan merupakan salah satu kota terbesar di tanah air, terdapat sejumlah

perusahaan yang mengaplikasikan kajian elemen pribadi dalam perekrutan

karyawan. Beberapa yang diketahui peneliti yaitu, PT Surya Indah Food, sebuah

perusahaan pengolahan makanan ringan yang berlokasi di kawasan Kelurahan

Kampung Baru, kemudian Lembaga Pendidikan S, di kawasan Kelurahan

Kampung Madras Medan.

Menurut Irvan Yusri dalam artikel: “Bagaimana Memilih Karyawan

Sesuai Elemen” (Majalah Hong Shui Edisi 25-Bulan Ayam Tahun Ayam 2005).

Page 7: Tesis john parlyn halomoan sinaga

7

“Untuk memilih karyawan, banyak hal yang perlu dipertimbangkan.Sejauh ini, dasar pertimbangan yang selalu dipakai perusahaan, antaralain, hanya latar belakang pendidikan, pengalaman kerja danpertimbangan psikologis, dengan melibatkan tim psikologi. Padahalsebenarnya akan lebih lengkap bila menambah satu komponen lagi, yaknielemen pribadi. Dengan mengetahui elemen dari calon karyawan, Andabisa mengetahui apakah si calon tersebut cocok dengan posisi yangtersedia, dan apakah elemen si calon karyawan bisa mengalahkan bosatau tidak... Biasanya, jika orang yang direkrut sebagai karyawanmemiliki elemen yang bertentangan, suasana di dalam kantor juga jadikurang harmonis dan kurang nyaman”

Satu-satunya cara untuk mengetahui elemen pribadi seseorang dan

kesesuaiannya dengan yang lain adalah melalui perhitungan Kua. Misalnya,

seorang pemilik perusahaan lahir pada 29 Mei 1965 dengan angka Kua 8 (Tanah

+). Tidak akan mau menerima karyawan yang memiliki angka Kua 3 (Kayu +).

Alasannya, elemen kayu mengalahkan tanah. Dalam pengetahuan Feng shui,

tanah adalah tempat berpijak kayu, sehingga dipercaya, suatu saat pemilik

perusahaan akan dikalahkan si karyawan.

Umumnya, ilmu pengetahuan yang berdasarkan teori dan budaya etnis

Tionghoa, dikaitkan dengan rumusan yang disebut dengan konsep “Lima Unsur”

atau Wu-Xing, yang terdiri elemen Logam, Air, Kayu, Api dan Tanah. Namun,

kelima elemen tersebut tidak serta merta dapat diterjemahkan dalam bentuk

fisiknya, tapi mampu mencerminkan jiwa, mewakili karakter dan dasar kehidupan

seseorang. Prinsipnya, keberadaan kelima elemen ini ada dalam bentuk jenis

substansi yang dikenal dengan sebutan Chi atau Qi (Kusrianto, 2010).

Page 8: Tesis john parlyn halomoan sinaga

8

Cara analisis Feng shui dengan memakai kelima elemen tersebut ditujukan

mencari hubungan harmonis antara Yin (energi negatif) dan Yang (energi positip),

sehingga menghasilkan kehidupan yang selaras (bernasib baik). Jika objek yang

dihitung memiliki unsur Yin yang lebih dominan dibanding Yang atau sebaliknya,

maka akan terjadi gejolak getaran yang tak selaras dan tidak harmonis (Nugraha,

2008).

Tingginya keyakinan etnis Tionghoa terhadap Feng shui, menempatkan

Feng shui sebagai suatu pedoman dalam berbagai aktivitasnya. Pedoman seperti

halnya Feng shui pada etnis Tionghoa, juga dimiliki etnis lain di tanah air.

Misalnya, etnis Batak Toba. Pedoman yang dipakai mengatur hubungan

kekerabatan antar sesama, dikenal dengan istilah Dalihan Na Tolu, berisikan

Somba Mar Hula-Hula, Manat Mar Dongan Tubu, Elek Marboru. Somba mar

hula-hula, diartikan, harus menghormati saudara laki-laki atau semarga dari istri.

Manat mar dongan tubu, diartikan, terhadap kelompok semarga harus saling

menghargai. Elek mar boru, diartikan, terhadap saudara perempuan harus

menyayanginya. Hal yang sama juga terdapat pada etnis Minang, yang dikenal

dengan istilah Ninik-Mamak-Bundo Sakanduang.

Namun pedoman pada kedua etnis tersebut, tidak akbrab terdengar

disertakan dalam proses seleksi karyawan. Berbeda pada etnis Tionghoa, Feng

shui telah ‘menempatkan dirinya’ menjadi suatu budaya yang menaungi seluruh

sendi kehidupan etnis tersebut, atau disebut sebagai “payung budaya”.

Keterlibatan budaya seperti ini dalam kehidupan manusia menurut Creswell

Page 9: Tesis john parlyn halomoan sinaga

9

(Herdiansyah, 2010) karena dinamika permasalahan manusia tidak terlepas dari

konteks sosial dan budaya yang melingkupinya. Karena itu, apa pun sikap yang

dimunculkan beserta sudut pandang seorang individu sangat dipengaruhi oleh

latar sosial, kondisi sosial, dan budayanya masing-masing. Edward B. Tylor

(Ruswanto, 2009) juga menyebutkan, budaya atau kebudayaan merupakan

keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan,

keyakinan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan

lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

Keterlibatan Feng shui dalam perusahaan atau suatu organisasi seperti ini

dapat juga disebut sebagai suatu budaya organisasi. Pemikiran ini didasari karena

Feng shui telah menjadi nilai (bagian) yang diyakini dapat membantu organisasi

mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu subyek organisasi yang

dianggap mampu meningkatkan kinerja organisasi adalah budaya yang hidup di

organisasi yang bersangkutan, atau sering disebut budaya organisasi (Bahtiar,

http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._administrasi_pendidikan/196210011991021-

yoyon_bahtiar_irianto/modul-6-budaya_org.pdf, diunduh tanggal 5 Agustus

2011).

Budaya organisasi tidak dapat dilihat sebagai sesuatu yang statis walaupun

bersifat abstrak, tetapi akan menjadi generator untuk membangun ritme sesuai

keinginan dan kebutuhan organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya sehingga

dapat dikatakan sebagai organisasi yang efektif, atau sejauhmana sebuah

organisasi mewujudkan tujuan-tujuannya.

Page 10: Tesis john parlyn halomoan sinaga

10

Berpijak pada prilaku psikologi manusia seperti disebutkan Branca

(Walgito, 2010) dan teori tentang budaya, penempatan Feng shui sebagai

pedoman atau suatu cara hidup, dapat diterima. Penempatan ini tidak terlepas dari

keyakinan diri (self efficacy) etnis Tionghoa, bahwa dengan melibatkan Feng shui

menseimbangkan Yin dan Yang dalam tiap aktivitasnya akan dapat memperoleh

keberuntungan.

Efikasi diri, merupakan satu konsep umum yang terdiri atas aspek-aspek

kognitif, sosial, emosional dan perilaku, dan individu harus mampu mengolah

aspek-aspek itu untuk mencapai tujuan tertentu (Bandura, 1997), atau secara

sederhana dapat disimpulkan bahwa efikasi diri adalah satu keyakinan yang

mendorong individu untuk melakukan dan mencapai sesuatu. Keyakinan seperti

itu terhadap Feng shui, tumbuh berdasar dari sejumlah pengalaman spritual

individu atas keadaan sekitarnya (lingkungan) yang melihat individu lain telah

mendapat peruntungan ketika mengaplikasikan Feng shui dalam kehidupannya.

Hubungan inilah yang menjadi latar belakang penulis untuk melakukan penelitian

dengan judul: ”Peran Elemen Pribadi Pada Feng shui Dalam Proses Seleksi

Karyawan” dengan Studi Kasus: Perusahaan Milik Etnis Tionghoa di Medan.

B. Fokus Penelitian.

Etnis Tionghoa dikenal cukup selektif dalam segala hal, termasuk memilih

jenis usaha atau kolega dalam berbisnis. Sikap selektif ini didasari atas keyakinan

diri etnis Tionghoa, bahwa keberuntungan kehidupan manusia dipengaruhi oleh

Page 11: Tesis john parlyn halomoan sinaga

11

tiga faktor, yaitu, Tian (keberuntungan dari langit atau takdir), Ti (keberuntungan

dari bumi) dan Ren (keberuntungan manusia itu sendiri) (Kusrianto, 2010).

Ketiga faktor tersebut dapat diartikan sebagai, Tuhan, bumi dan manusia.

Tuhan sebagai penentu takdir. Hubungan manusia dengan bumi harus harmonis

agar bumi memberi manfaat bagi manusia. Hubungan manausia dengan manusia

juga harus benar (Nugraha, 2008). Hubungan ketiga faktor keberuntungan ini

dikaji dalam ilmu Tiongkok kuno yang disebut dengan Feng shui. (Kusrianto,

2010).

Guna mengetahui seberapa besar hubungan ketiga keberuntungan tersebut,

biasanya etnis Tionghoa selalu melakukan kajian rangka elemen pribadi yang

didasari atas angka tahun kelahiran. Tujuannya, untuk mengetahui apakah rangka

elemen pribadi tersebut saling membangun atau menghancurkan. Ketika saling

mendukung, disebut membawa hokkie (Kusrianto, 2010).

Demikian dalam proses seleksi karyawan, jika elemen pribadi calon

karyawan membangun elemen pribadi pemilik perusahaan, akan diterima sebagai

karyawan. Sebaliknya, ketika elemen itu akan menghancurkan elemen yang lain,

niscaya akan diterima sebagai karyawan pada perusahaan milik etnis Tionghoa.

Itu sebabnya dalam kehidupan sehari-hari juga lazim terdengar, seorang karyawan

yang bekerja pada perusahaan milik etnis Tionghoa, meski masuk dalam kategori

tidak disiplin, tetap saja tidak dipecat, karena dianggap membawa hokkie pada

pemilik perusahaan.

Page 12: Tesis john parlyn halomoan sinaga

12

Keterlibatan kajian rangka elemen pribadi pada Feng shui dalam seleksi

karyawan, sangat jarang diketahui masyarakat luas. Alhasil, banyak calon pelamar

yang telah lolos uji adminsitrasi seperti yang diiisyaratkan perusahaan, justeru

tidak diterima sebagai karyawan. Alasan yang tersirat, elemen pribadi calon

karyawan tidak mendukung terhadap elemen pemilik perusahaan.

Dari permasalahan di atas, peneliti melihat bahwa Fengshui sebagai suatu

budaya yang diturunkan secara dari generasi ke generasi bagi etnis Tionghoa,

memiliki peran yang cukup penting, sehingga tidak dapat dilepaskan dalam

kehidupan etnis Tionghoa, termasuk dalam hal seleksi karyawan. Untuk dapat

mengungkap permasalahan tersebut, peneliti merumuskan beberapa pertanyaan-

pertanyaan, sebagai berikut:

1. Kenapa etnis Tionghoa mempercayai Feng shui?

Pertanyaan ini lahir dari pengamatan peneliti pada sejumlah etnis

Tionghoa yang selalu menyertakan Fengshui dalam tiap aktifitas

kehidupannya, seperti halnya memilih bidang usaha yang akan digeluti,

memilih karyawan atau kolega dalam berbisnis.

2. Bagaimana peran Feng shui dalam kehidupan bisnis etnis Tionghoa?

Berpijak dari penjelasan rumusan masalah pertama, peneliti

melihat, Fengshui menjadi salah satu faktor pendukung pendukung dalam

mendapatkan peruntungan pada kegiatan bisnis etnis Tionghoa.

3. Bagaimana peran elemen pribadi pada Feng shui dalam proses seleksi

karyawan pada perusahaan milik etnis Tionghoa?

Page 13: Tesis john parlyn halomoan sinaga

13

Sebagaimana disebut bahwa Fengshui telah menjadi suatu efikasi

diri bagi etnis Tionghoa untuk mendapatkan keberuntungan, maka

keterlibatannya dalam hal seleksi karyawan juga dianggap penting. Hal ini

dimaksudkan untuk menghindari terjadinya konflik (disharmonisasi) Yin

dan Yang pada masing-masing individu, yang dapat menghambat

datangnya peruntungan, karena itu sebelum menerima karyawan perlu

diketahui elemen pribadinya.

Dari pertanyaan-pertanyaan di atas, peneliti memberi asumsi

bahwa:

1). Feng shui telah menjadi suatu keyakinan diri etnis Tionghoa.

Asumsi ini didasari pemikiran peneliti, bahwa etnis Tionghoa

sangat mempercayai harmonisasi (keseimbangan Yin dan Yang) manusia,

surga dan bumi (geografi) akan mampu memberi kesejahteraan,

kemakmuran dan kebahagiaan hidup secara harmonis. Ilmu yang

mempelajari harmonisasi ketiga faktor tersebut dikenal dengan sebutan

Feng shui. Karena diyakini mampu membawa kebaikan diberbagai aspek

kehidupan, akhirnya menempatkan Feng shui sebagai suatu bentuk

keyakinan diri bagi etnis Tionghoa.

2). Feng shui sebagai intuisi bisnis.

Sebagaimana disebut bahwa dengan mengaplikasikan Feng shui

dalam tiap aktifitas akan membawa kebaikan diberbagai aspek kehidupan.

Page 14: Tesis john parlyn halomoan sinaga

14

Kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan

intelektualitas, seperti halnya Feng shui ini dapat disebut intuisi.

Penempatan ini tidak terlepas dari keyakinan diri (self efficacy) etnis

Tionghoa dari sejumlah pengalaman spritual individu atas keadaan

sekitarnya (lingkungan) yang melihat individu lain telah mendapat

peruntungan ketika mengaplikasikan Feng shui dalam kehidupannya.

3). Kesesuaian elemen pribadi, menjadi faktor pendukung dalam

penerimaan karyawan.

Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berinteraksi dengan yang

lain. Untuk menghindari terjadinya hubungan yang saling merugikan, satu

dengan lainnya, menurut keyakinan diri etnis Tionghoa, perlu dilakukan

keseimbangan Yin dan Yang masing-masing. Salah satu instrumen yang

lazim dipakai untuk menyeimbangkan Yin dan Yang adalah elemen pribadi,

yang diperoleh melalui perhitungan angka Kua, berdasarkan tahun

kelahiran.

Fungsi elemen pribadi pada Feng shui, memiliki dua hukum

transformasi, yaitu, siklus membangun dan merusak (menghancurkan).

Disebut membangun, bahwa elemen yang satu dengan elemen yang lain

saling mendukung atau menguatkan. Sedangkan disebut merusak, elemen

yang satu dengan elemen yang saling menghancurkan atau merusak.

Dalam proses seleksi karyawan, kedua hukum transformasi

tersebut harus dilihat dengan benar, sehinggga karyawan yang bekerja

Page 15: Tesis john parlyn halomoan sinaga

15

pada perusahaan etnis tersebut memperoleh harmonisasi atau memiliki

keseimbangan energi yang nantinya berujung pada keberuntungan.

C. Keunikan Penelitian

Keterlibatan Feng shui dalam kehidupan etnis Tionghoa di tanah air, telah

banyak mendapat perhatian. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan, seperti,

oleh Stephany Efflina dalam karyawanya, “Kesesuaian Feng Shui Kelenteng

Tanjung Kait dan Cileungsi dengan lingkungannya”. Dalam penelitian ini

disimpulkan bahwa pembangunan sebuah rumah peribadahan bagi etnis tersebut,

tidak dapat dilepaskan dari kajian Fengshui.

Penelitian lain soal Feng shui dilakukan oleh Hedy C Indrani, dalam

“Pertimbangan Aspek Kejiwaan Terhadap Feng shui Dalam Perancangan

Interior”. Penelitian ini mensimpulkan, bahwa bila ditinjau dari sudut pandang

psikologi tingkah laku manusia, Feng shui, dapat mempengaruhi sisi kejiwaan

manusia, sebagai akibat adanya hubungan timbal balik antara manusia dan tingkah

lakunya selaku penghuni rumah tinggal dengan kondisi lingkungannya yaitu tata

letak ruang dan perabotannya. Melalui tata letak ruang dan perabotan yang sesuai

dengan petunjuk Feng shui, akan membawa kesehatan dan keberuntungan bagi

seluruh penghuni rumah. Adanya teori harapan, teori emosi, dan teori kebutuhan

yang dikemukakan oleh para tokoh psikologi, terbukti bahwa aspek-aspek

kejiwaan seperti perasaan dan emosi memegang peranan penting untuk

tercapainya keberhasilan dalam penggunaan Feng shui, karena manusia

Page 16: Tesis john parlyn halomoan sinaga

16

berpengharapan dapat mencapai tujuan hidup yang positif dengan cara menerima

saja Feng shui untuk menata interior rumah tinggalnya dan menjadikannya bagian

dari kehidupannya.

Berangkat dari dua penelitian tersebut, peneliti menilai perlu dilakukan

penelitian tentang keterlibatan Fengs hui dalam hal seleksi karyawan pada

perusahaan milik etnis Tionghoa. Alasannya, keberadaan manusia di dalam

perusahaan sebagai pekerja, berperan besar meraih kesuksesan. Namun,

pengelolaan sumber daya manusia dalam perusahaan sangat dipengaruhi banyak

faktor, salah satunya adalah budaya, baik sebagai budaya perusahaan maupun

budaya yang melekat pada pemilik perusahaan. Keterlibatan budaya dalam

kehidupan manusia karena dinamika permasalahan manusia tidak terlepas dari

konteks sosial dan budaya yang melingkupinya. Karena itu, apa pun sikap yang

dimunculkan beserta sudut pandang seorang individu sangat dipengaruhi oleh

latar sosial, kondisi sosial, dan budayanya masing-masing.

Pada etnis Tionghoa, salah satu budaya yang melekat secara turun-

temurun adalah Fengshui, yang dapat dimanfaatkan melihat keberuntungan.

Untuk mengetahui apakah keberadaan karyawan tersebut memberi peruntungan

atau tidak bagi pemilik perusahaan, biasanya dilakukan lewat kajian elemen

pribadi yang terdapat pada Feng shui. Hubungan keunikan penelitian ini dengan

dua penelitian sebelumnya terdapat pada keterlibatan faktor budaya, yaitu

Fengshui, yang ikut mempengaruhi sisi kejiwaan manusia dalam hubungannya

dengan teori harapan yang dikemukakan para tokoh psikologi, bahwa aspek-aspek

Page 17: Tesis john parlyn halomoan sinaga

17

kejiwaan seperti perasaan dan emosi memegang peranan penting untuk

tercapainya keberhasilan guna mencapai tujuan hidup yang positif.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk:

- Mengetahui kenapa etnis Tionghoa mempercayai Fengshui

- Mengetahui bagaimana peran Fengshui dalam kegiatan bisnis etnis

Tionghoa.

- Mengetahui bagaimana peran elemen pribadi pada Feng shui dalam

proses seleksi karyawan, pada perusahaan milik etnis Tionghoa di

Medan.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis.

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

mengembangkan teori-teori dalam bidang psikologi manajemen sumber daya

manusia (MSDM) khususnya yang berhubungan dengan seleksi karyawan.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa

pihak, antara lain:

Page 18: Tesis john parlyn halomoan sinaga

18

i. Bagi Informan penelitian. Penelitian ini dapat membantu untuk lebih

memahami dirinya, serta menambah wawasan Informan tentang elemen

pribadi yang ada dalam kajian Feng shui. Informan juga diharapkan dapat

memahami bahwa ada motif-motif tertentu yang mendasarinya dalam

memutuskan memakai Feng shui ketika melakukan seleksi karyawan.

ii. Bagi peneliti. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan

dalam melakukan penelitian berikutnya. Peneliti selanjutnya diharapkan

dapat melihat aspek psikologi MSDM lain yang dipengaruhi Feng shui,

seperti: penempatan, karir karyawan di perusahaan milik etnis Tionghoa

atau budaya kerja wirausaha etnis Tionghoa.

iii. Bagi komunitas umum. Penelitian ini diharapkan dapat menjawab

pertanyaan-pertanyaan kenapa pemilik perusahaan dari etnis Tionghoa

khususnya di Medan masih mempercayai Feng shui sebagai media melihat

keberuntungan manusia, sehingga menerapkannya dalam proses seleksi

karyawan.

Page 19: Tesis john parlyn halomoan sinaga

19

BAB II

PERSPEKTIF TEORITIS

A. Kajian Teoritis Fengshui

1. Pengertian Fengshui

Berbicara mengenai Feng shui, tentu saja tidak dapat dilepaskan dari etnis

Tionghoa. Kelekatan seperti ini merupakan perwujudan dari suatu tradisi yang

kuat bagi etnis tersebut pada empat hal, yaitu, penyembahan alam dan roh-roh

nenek moyang (spiritisme, animisme, dan panteisme/ajaran yang menyamakan

Tuhan dengan kekuatan-kekuatan dan hukum-hukum alam semesta/.

penyembahan (pemujaan) kepada semua dewa dari berbagai keyakinan), Taoisme,

Konfusianisme dan Buddhisme, yang diyakini oleh etnis ini memberi peruntungan

atau yang disebut dengan hokkie (Nugraha, 2008).

Penyembahan alam dan roh-roh nenek moyang adalah keyakinan tradisi

yang tertua etnis Tionghoa, setidaknya sejak tiga ribu tahun silam kitab I Ching

sudah merumuskan keyakinan tersebut. Semua praktik tradisi tersebut ditujukan

untuk mengejar hokkie. Dalam tradisi Tionghoa, usaha-usaha mencari hokkie juga

dilakukan dengan segala cara, termasuk menyuap untuk menyenangkan para dewa.

Misalnya saat Sin Chia (tahun baru Imlek). Sebagai pusat upacara dalam tradisi

etnis Tionghoa, perayaan dimulai seminggu sebelumnya untuk mengantar Dewa

Dapur (Ciao Kun Kong) melaporkan tingkah laku pemilik rumah kepada Thian

(dewa penguasa) (Nugraha, 2008).

Page 20: Tesis john parlyn halomoan sinaga

20

Dewa tertua dan paling dihormati bagi etnis Tionghoa diangkat sebagai

Thian. Orang-orang Tionghoa lalu memasang petasan agar Thian tidak mendengar

hal-hal yang tidak baik dari Dewa Dapur. Mereka juga membakar hio yang berbau

harum, menyediakan buah-buahan manis, juga memoles mulut patung Dewa

Dapur dengan madu agar yang disampaikan hanyalah hal-hal yang baik sehingga

rumah tangga dipenuhi rezeki. Agar Dewa Dapur tidak sempat melaporkan hal-hal

tidak baik, biasanya dibuatkan makanan pelekat gigi, yaitu manisan sebesar jeruk

yang berbentuk gepeng dan kue keranjang. Jika Dewa Dapur memakannya maka

gigi-giginya saling merekat dan tidak sempat membuka mulut serta berkata-kata

membuka rahasia dapur.

Praktik semacam itu juga bisa dilihat dalam upacara sembahyang di

kuburan. Hio dan buah-buahan manis disajikan dengan bentuk beraneka rupa serta

rumah-rumahan, mobil-mobilan yang terbuat dari bahan kertas, bahkan uang-

uangan yang dibakar untuk menyenangkan roh nenek moyang agar arwahnya

senang dan tidak mengganggu keberuntungan orang yang masih hidup. Praktik

lainnya adalah dengan memberikan angpao (uang yang dibungkus kertas merah)

pada waktu Sin Chia. Alasannya, agar orang yang diberi ang pao lalu bersikap

manis dan baik. Praktik pemberian sesajen yang tidak beda dengan suap-menyuap

ini dapat ditemui dalam upacara tradisi Tionghoa dan memang didasarkan pada

keyakinan keseimbangan Yin-Yang guna menghindari konflik dengan cara

mencari jalan tengah.

Page 21: Tesis john parlyn halomoan sinaga

21

Itulah sebabnya sifat kompromi yang saling menguntungkan telah

mendarah daging dalam kehidupan etnis Tionghoa. Dari tradisi itu muncul alasan

masyarakat Tionghoa untuk menghalalkan suap-menyuap dalam melancarkan

bisnis. Praktik quanxi (koneksi atau kolusi) juga menjadi kebiasaan yang

dianggap wajar. (Nugraha, 2008). Dalam ilmu Tiongkok kuno, ilmu yang

memercayai harmonisasi (keseimbangan Yin dan Yang) manusia dan surga

(astronomi) serta bumi (geografi) untuk membantu memperbaiki hidup dengan

menerima Qi (Chi) positip ini, disebut dengan Feng shui. “Feng” berarti angin,

“shui” berarti air. Menurut teori klasik, Qi itu datang dengan “menunggang” angin

dan Qi akan berhenti setelah “menemui” sebuah air. Jadilah Feng shui. Inilah

maksud dan arti kata dari Feng shui. Jika Qi-nya baik, maka disebut Sheng Qi

(energi kehidupan), jika Qi-nya buruk, maka disebut Sha Qi (energi kematian).

Fenomena Qi ini, ada yang menyebut udara, aliran energi yang tidak

terlihat, radiasi kosmos, roh atau spirit, aliran energi yang mengalir dalam tubuh,

energi kosmos yang halus, medan magnet bumi, energi kasat mata, energi

kehidupan, roh kosmos atau nafas kosmos. Menurut teori Feng shui klasik, Qi ada

diantara langit dan bumi, yang mana telah menyebabkan perubahan biologis dan

perubahan iklim yang menyebabkan perpindahan populasi fauna alam, siklus

pertumbuhan flora, serta perubahan musim. Semua makhluk hidup, termasuk

manusia memiliki respon yang berbeda terhadap Qi, oleh karena itu para ahli

Feng shui kuno mendefiniskan Qi menjadi 3 golongan (Harijanto

Page 22: Tesis john parlyn halomoan sinaga

22

http://www.klikfengshui.com/artikel/teori&praktek/9_peranan_qi.php, diunduh

tanggal 1 September 2011) yaitu :

i. Yun Qi, yaitu Qi yang berasal dari langit yang menyebabkan perubahan

siang-malam, perubahan siklus, perubahan musim, dan lainnya

dimasing-masing wilayah yang berbeda.

ii. Di Qi, yaitu Qi yang berasal dari bumi dengan melihat kondisi dan

kualitas tanah, bentuk-bentuk, gunung-gunung yang berbeda karena

perbedaan fenomena astronomik, dan perbedaan musim di masing-

masing wilayah yang berbeda.

iii. Qing Qi, yaitu Qi yang berasal dari manusia, yaitu pola perilaku dan

semangat hidupnya dalam beradaptasi di point 1 dan point 2 di atas,

yang menyebabkan masing-masing suku dan ras di dunia ini memiliki

perbedaan sikap dan tindakan, serta paradigmanya dalam melihat dunia.

Feng shui adalah seni dan pengetahuan kuno asal Tiongkok, yang

ditujukan menyingkap keseimbangan (harmonisasi Yin dan Yang) guna

mendapatkan kesehatan, kenyamanan, dan keberuntungan yang berasal dari

lingkungan sekitar. Jadi, Feng shui yang bagus berarti keberuntungan hidup,

sedangkan Feng shui buruk berarti kerja keras atau ketidakberuntungan. Dalam

praktiknya jika suatu objek dihitung memiliki unsur Yin lebih dominan dibanding

kekuatan Yang atau sebaliknya, maka akan terjadi gejolak getaran yang tak selaras

Page 23: Tesis john parlyn halomoan sinaga

23

dan tidak harmonis, dampaknya adalah ketidakberuntungan, karena itu perlu

diseimbangkan sehingga memperoleh keberuntungan.

2. Alasan Mempercayai Fengshui

Dasar berpikir orang-orang Tionghoa mempercayai keseimbangan Yin dan

Yang pada Fengshui dalam kehidupannya seperti itu dipengaruhi oleh ajaran

Konfusius dan Tao (Nugraha, 2008).

a. Konfusianisme (Kong Hu Cu)

Istilah asli untuk ajaran Konfusius disebut Konfusianisme atau

Kong Hu Cu yang dalam bahasa Tionghoa diartikan Rujiao, atau agama

orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur (Nugraha,

2008). Konfusianisme sering ditafsirkan sebagai agama Li. Istilah Li (asas

atau prinsip) sering dikaitkan dengan prinsip kebajikan manusia yang

menjunjung tinggi etika atau moral. Istilah lain yang juga digunakan

dalam kaitannya dengan berbagai aspek dan bidang kehidupan seperti,

pemerintahan, seni, kedokteran dan lainnya ialah Chi (kekuatan material,

energi), Yin-Yang (aspek lelaki dan perempuan) dan Jen (kemanusiaan,

kebaikan yang mengandung nilai kemanusiaan). Istilah Jen sering

diartikan dengan kebaikan, seperti tampak dalam penggunaan istilah Neng

Yen (kemampuan menjadi baik), Jen-Tzu (kuil kebaikan).

Istilah lain dalam pemikiran orang-orang Tionghoa ialah Chung

Yung (Golden Mean, Middle Way). Kata Chung artinya sentral, tengah,

Page 24: Tesis john parlyn halomoan sinaga

24

pusat, dan Yung artinya selaras atau harmoni. Upaya memberikan makna

terhadap gagasan Chung Yung ialah perkataan Meng Tsu: “Pergi terlalu

jauh sama dengan tidak pergi jauh”. Artinya, orang tidak boleh

melampaui batas karena tindakan melampaui batas tidak akan membawa

hasil yang diharapkan.

Sosok Kong Hu Cu bukanlah pencipta agama. Dia adalah tokoh

yang menyempurnakan keyakinan yang sudah ada jauh sebelum

kelahirannya. Dalam hal ini, dia berkata: “Aku bukanlah pencipta

melainkan aku menyukai ajaran-ajaran kuno tersebut“. Banyak orang

mengira bahwa Konfusianisme adalah suatu ajaran filsafat untuk

meningkatkan moral dan menjaga etika manusia belaka. Padahal, dalam

ajaran ini juga terdapat ritual yang harus dilakukan oleh para penganutnya.

Ajaran ini dimulai oleh Kong Hu Cu, tokoh yang dilahirkan pada tahun

551 SM. Ketika berumur 32 tahun, dia banyak menulis buku-buku moral,

sejarah, kesusasteraan dan filsafat. Kong Hu Cu meninggal dunia pada

tahun 479 SM.

Kong Hu Cu tidak mempunyai konsep mengenai “Yang Suci”,

tetapi hanya menerima keyakinan kuno mengenai langit dan lebih

menekankan pada hubungan kemanusiaan. ltulah sebabnya Konfusianisme

lebih tampak sebagai ajaran etika. Setelah Kong Hu Cu meletakkan dasar

etika, lalu Meng Tsu (371-289 SM) meletakkan dasar mistik, dan Hsun-

Tsu (298-238 SM) meletakkan dasar praktis dan ajaran tentang Li.

Page 25: Tesis john parlyn halomoan sinaga

25

Pada ajaran ini, pengikutnya harus mengikuti lima konsep yaitu

Jen (hubungan ideal), Chun-Tzu (kemanusiaan yang benar), Li (sopan), Te

(kekuasaan), dan Wen (seni perdamaian). Karena itu, Konfusianisme

mementingkan akhlak yang mulia dengan menjaga hubungan antara

manusia di langit dengan manusia di bumi secara baik. Penganutnya juga

diajari untuk tetap mengingat nenek moyang seolah-olah roh mereka hadir

di dunia. Ajaran ini merupakan susunan filsafat dan etika yang

mengajarkan tingkah laku manusia. Konfusianisme juga tidak menghalangi

pengikutnya menyembah benda keramat dan penunggu yang patut

disembah, bukan menyembah barang keramat atau penunggu yang tidak

patut disembah. Manusia dalam Konfusianisme adalah pusat dari dunia:

manusia tidak dapat hidup sendirian melainkan bersama manusia yang lain.

Adapun ajaran-ajaran Konfusianisme antara lain (Nugraha, 2008):

1. Sangat mementingkan akhlak yang mulia dengan menjaga

hubungan antara manusia di langit dan bumi secara baik.

2. Penganutnya diajarkan untuk tetap mengingat nenek

moyang seolah-olah roh mereka hadir di dunia.

3. Ajarannya merupakan susunan filsafat dan etika yang

mengajarkan cara manusia bertingkah laku.

Orang-orang Tionghoa juga menamamkan kesadaran bahwa

kedudukannya lebih tinggi dari yang lain. Karena itu, etnis Tionghoa

Page 26: Tesis john parlyn halomoan sinaga

26

selalu berusaha bekerja keras, tekun, hemat, sabar dan teliti. Nilai-nilai

Konfusianisme yang mempengaruhi kesuksesan etnis ini adalah disiplin

keluarga dan hierarki dalam masyarakat. Mereka juga memiliki solidaritas

sosial yang tinggi sehingga lebih senang membantu sesama kelompok

etnisnya daripada orang lain, sehingga menghasilkan budaya kekeluargaan

yang kuat. Bagi etnis Tionghoa, keluarga menjadi basis pelestarian tradisi

dan budaya, itu sebabnya Fengshui dapat tetap bertahan sampai saat ini.

Inti pemahaman ajaran ini adalah pengutamaan ketaatan kepada

orangtua serta penghormatan kepada orang yang lebih tua. Ajaran ini juga

menekankan pentingnya menjaga keturunan, maka orang-orang Tionghoa

disarankan memiliki anak laki-laki. Dalam sistem sosial Tionghoa, anak

laki-laki adalah pewaris keturunan karena mereka akan mewarisi harta dan

kekayaan keluarga. Oleh karena itu, anak laki-laki memiliki tanggung

jawab yang besar dan harus mampu menjaga martabat dan nama baik

keluarga.

Bagi etnis Tionghoa, salah satu bentuk penghormatan kepada

orangtua dan keluarga serta untuk menunjukkan martabat keluarga adalah

dengan menjadi kaya. Dengan kekayaan, maka orang bisa membeli apa

saja, termasuk kemewahaan. Dengan demikian, juga akan merasa mulia.

Untuk mencapai keinginan tersebut, orangtua menganjurkan anak-anaknya

sejak kecil agar menjadi kaya, dengan menanamkan minat berdagang dan

membiasakan hidup mandiri. Selain itu, hal yang mendorong orang

Page 27: Tesis john parlyn halomoan sinaga

27

Tionghoa untuk memperkuat basis ekonomi adalah etos kerja yang

menekankan keuletan dan kerajinan, yang dijelaskan sebagai berikut

(Nugraha, 2008):

(1) Dalam sistem keluarga Tionghoa, kerja dihubungkan

dengan sekumpulan nilai kompleks yang mencakup

pengorbanan diri, rasa percaya dan hemat yang dipandang

sebagai dasar terkumpulnya kekayaan.

(2) Etos kerja orang-orang Tionghoa berorientasi kelompok.

Setiap individu berpartisipasi dalam meningkatkan

kesejahteraan keluarga, kemudian untuk kesejahteraan

masyarakat.

(3) Orang-orang Tionghoa bekerja keras untuk mendapatkan

imbalan materi.

Etos kerja seperti inilah yang menjadikan etnis Tionghoa

cenderung eksklusif dalam ikatan keluarga masing-masing, sehingga

menimbulkan pandangan bahwa ”orang China tetap China” secara turun

temurun dan sukar berbaur dengan ras lain (Nugraha, 2008).

b. Taoisme (Tao)

Tokoh lain yang ikut mempengaruhi cara berfikir etnis Tiongha

adalah Lao Tzu, yang mengajarkan jalan filsafat tentang Tao. Tetapi

Page 28: Tesis john parlyn halomoan sinaga

28

kemudian para pengikutnya mencampuradukkan ajaran itu dengan mistik

dan magis sehingga memperkuat praktik tradisi lama. Taoisme merupakan

ajaran Lao Tzu yang berasaskan pada Daode Jing. Pengikut Lao Tzu yang

terkenal adalah Zhuangzi, penulis kitab Zhuangzi. Menurut kitab Shiji,

nama asli Lao Tzu adalah Lier, nama sopannya adalah Boyang dan nama

almarhum kehormatannya adalah Dan. Namun ada pula segolongan

sarjana yang mengatakan bahwa Boyang dan Dan adalah nama sopan Lao

Tzu. (Nugraha, 2008).

Lao Tzu (570-470 SM) dilahirkan di Provinsi Ku, Chuguo,

sekarang dikenal sebagai Provinsi Henan. Dia adalah ketua pustakawan

Chuguo pada masa Dinasti Zhou. Tak heran jika dia banyak mendapat

manfaat dengan membaca kitab-kitab dan catatan-catatan historis sehingga

menjadi orang yang cerdas dan bijak. Sejumlah legenda yang mengisahkan

tentang Lao Tzu, antara lain, menyebutkan bahwa:

1. Lao Tzu berada dalam perut ibunya selama 82 tahun dan

dilahirkan dalam keadaan tua sehingga diberi julukan "Lao Tzu”

(Anak Tua).

2. Lao Tzu berusia 200 tahun.

3. Kong Hu Cu pernah berjumpa dengan Lao Tzu.

Kemasyhuran Lao Tzu tersebar luas sehingga bisa berkenalan

dengan Kong Hu Cu. Menurut catatan Zhuangzi, Kong Hu Cu pernah

Page 29: Tesis john parlyn halomoan sinaga

29

berjumpa dengan Lao Tzu untuk belajar soal kesopanan. Ada lukisan-

lukisan yang menunjukkan kisah pertemuan ini. Ada pula dugaan bahwa

Kong Hu Cu adalah orang yang berusia lebih muda 20 tahun daripada Lao

Tzu. Menurut Zhuangzi, Kong Hu Cu pertama kali berjumpa dengan Lao

Tzu pada usia 17 tahun, kemudian pada usia 34 tahun, dan perjumpaan

ketiga terjadi ketika mereka berada di Xiangyi, serta semasa berusia 51

dan 66 tahun.

Runtuhnya Dinasti Zhou mendorong Lao Tzu untuk meninggalkan

negerinya. Namun, sebelum berangkat menuju Kastam Hangu, Guan Yixi

meminta Lao Tzu meninggalkan pemikiran filsafatnya dalam bentuk

tulisan. Atas permintaan itu, Lao Tzu menulis dua karya yang berjudul De

dan Dao. Kedua kitab itu digabungkan dan dikenal sebagai Daode Jing

yang terdiri dari 5.000 huruf Tiongkok dalam 81 bab.

Pada masa peperangan, Tiongkok terbagi menjadi beberapa

kerajaan yang tidak saling berhubungan. Kaisar Shi Huang Ti kemudian

menyatukan semua kerajaan itu dan membentuk Dinasti Qin. Sebelum

Dinasti Qin, Taoisme merupakan filsafat Lao Tzu dan Zhuangzi, tetapi

bukanlah agama. Taoisme mementingkan kesehatan dan “hidup abadi”

dalam konteks ajaran sehingga dijadikan dasar perkembangan untuk

menjadi dewa demi mencapai keabadian.

Dalam ajaran Dao, Lao Tzu didewakan sebagai Taishanglaojun.

Kitab-kitab Daode Jing dan Zhuangzi pun lantas menjadi kitab suci untuk

Page 30: Tesis john parlyn halomoan sinaga

30

dipelajari. Dalam ajarannya, Taoisme dianalogikan bersifat tenang, lembut

seperti air, dan abadi. Manusia akan abadi jika sudah mencapai kesadaran

Dao dan akan menjadi dewa. Taoisme juga memperkenalkan teori Yin-

Yang, dalam Daode Jing, Bab 42: “Dao melahirkan sesuatu, yang

dilahirkan itu melahirkan Yin dan Yang, Yin-Yang saling bertindak

sehingga menghasilkan tenaga atau kuasa” (Nugraha, 2008).

Dengan tenaga ini, maka lahirlah jutaan benda di dunia. Setiap

benda di alam semesta mengandung Yin-Yang yang saling bertindak untuk

mencapai keseimbangan. Yin-Yang menunjukkan bahwa dunia ini bersifat

dualistis. Segala fenomena di dunia mengandung dua hal. Misalnya, tidak

ada besar jika tidak ada kecil, tak ada kiri tanpa kanan, dan sebagainya.

Karena itulah, lambang Yin-Yang mempunyai dua bagian yang sama besar,

separuh putih, dan separuh hitam. Garis tengahnya melengkung yang

berarti bahwa semua fenomena di dunia ini senantiasa berubah-ubah.

Gambar 1: Simbol Yin - Yang

Sumber: Heri Kusrianto (2010)

Page 31: Tesis john parlyn halomoan sinaga

31

Sewaktu hitam berkembang, putih berundur dan sebaliknya.

Seseorang tidak boleh menganggap sifat alam semesta sebagai hal yang

selalu sama. Bagian putih mempunyai satu titik hitam dan bagian hitam

mempunyai satu titik putih pada bagiannya yang paling besar. Hal ini

berarti tidak ada suatu hal pun di dunia ini yang benar-benar putih dan

hitam. Misalnya, kejayaan (putih) akan menyebabkan keangkuhan (hitam)

dan mungkin ketamakan (hitam). Sebaliknya, kegagalan (hitam) akan

menyebabkan pembasmian keangkuhan (putih) dan kemunculan rendah

hati (putih). Walaupun lambang Yin-Yang sering dikaitkan dengan ajaran

Lao Tzu, namun dia tidak menggambarnya. Lambang ini diciptakan para

penganut Taoisme untuk menggambarkan konsep ajaran Lao Tzu

Konsep Yin-Yang berasal dari filsafat Tionghoa dan metafisika

kuno yang menjelaskan bahwa setiap benda di alam semesta memiliki

polaritas abadi berupa dua kekuatan utama yang selalu berlawanan tapi

selalu melengkapi. Yin bersifat pasif, sedih, gelap, feminin, responsif dan

dikaitkan dengan malam. Yang bersifat aktif, terang, maskulin, agresif dan

dikaitkan dengan siang. Yin disimbolkan dengan air, sedangkan Yang

disimbolkan dengan api. Yin dan Yang adalah dua elemen yang saling

melengkapi. Setiap kekuatan di alam semesta dianggap memiliki keadaan

Yin dan Yang.

Konsep Yin-Yang juga merupakan prinsip dasar dalam ilmu

pengobatan tradisional Tiongkok yang menetapkan setiap organ tubuh

Page 32: Tesis john parlyn halomoan sinaga

32

memiliki dua kondisi, yaitu Yin dan Yang. Bidang-bidang yang

dikembangkan dengan berdasar pada Taoisme antara lain bidang medis,

kesehatan, ilmu kimia, musik dan sebagainya. Semua itu dirangkum dalam

kitab Kesatuan Taoisme. Adapun istilah Taoisme sendiri merujuk pada tiga

perkara yang sangat berbeda (Nugraha, 2008):

1) Filsafat berdasarkan teks Daode Jing yang dianggap hasil

karya Lao Tzu dan Zhuangzi.

2) Gerakan-gerakan agama di Tiongkok seperti mazhab-

mazhab Zhengyi (Ortodoks) dan Quanzhen.

3) Agama mayoritas warga Tionghoa.

Karena ketiga penafsiran itu sangat berbeda, maka istilah Taoisme

sering menimbulkan kekeliruan. Di Malaysia, Singapura, Tiongkok dan

Taiwan, istilah itu digunakan untuk menafsirkan “agama orang

China/Tionghoa”. Namun banyak orang yang mengamalkan ajaran ini

tidak mengakui istilah Taoisme sebagai nama agama. Apalagi beberapa

bentuk ritual Taoisme sering tampak berbeda dibanding ritual para

pengikut agama dari etnis Tionghoa.

Hubungan Feng shui dan Taoisme dapat juga diartikan sebuah

bagian integral dari ajaran Taoisme di Tiongkok sejak ribuan tahun yang

lalu. Awalnya Taoisme hanyalah sebatas aliran pemikiran saja, kemudian

mulai berkembang menjadi praktek ilmu alam, seperti pengobatan, ilmu

Page 33: Tesis john parlyn halomoan sinaga

33

peramalan, ilmu Wu Shu (5 ilmu seni klasik Tiongkok - Xiang, Bu, Shan,

Ming, dan Yi). Dimasa ini, praktek-praktek Wu Shu, dilakukan oleh para

Fang Shi (seseorang yang mempelajari ilmu alam). Para Fang shi inilah

yang kelak menjadi para pelopornya berdirinya agama Taoisme.

Setelah jaman Dinasti Han, barulah Taoisme mulai terbentuk

menjadi sebuah sistematisasi dalam bentuk organisasi, yang memiliki

peraturan, pemujaan, tata-upacara, dan lain-lain yang lengkap membentuk

sebuah agama. Mulai dari sinilah Taoisme mulai berkembang biak menjadi

pecahan aliran-aliran dari zaman ke zaman. Tidak semua para guru

Taoisme mempelajari ilmu Feng shui karena Tiongkok begitu luasnya dan

masing-masing memiliki keterampilan sendiri-sendiri pada bidang apa

yang ingin mereka pelajari.

Bukti-bukti bahwa ilmu Feng shui adalah bagian dari Taoisme

yaitu:

(1) Teori "Tian Ren He Yi" (langit dan manusia menjadi kesatuan),

yang mewakili istilah Kan Yu (istilah awalnya sebelum istilah

Feng shui diperkenalkan) adalah konsep dari Taoisme.

(2) Teori-teori dasar Feng shui, seperti : Yin-Yang Wu Xing, sistem

Gan-Zhi, sistem Yi Jing, teori He-Tu Luo Shu, 28 konstelasi

langit dan lain-lain adalah hasil penemuan dari para Fang Shi -

nenek moyang para guru Taoisme.

Page 34: Tesis john parlyn halomoan sinaga

34

(3) Pada Dinasti Han akhir, sekitar abad 1 Masehi juga ditemukan

kitab manual Taoisme dalam bentuk tata upacara untuk

membersihkan energi rumah yang dikaitkan dengan praktek

Feng shui saat itu, dan kitab manual sejenis ini juga terdapat

dalam kumpulan kitab suci Taoisme (disebut dengan Dao

Zang) yang lain.

(4) Jatuh-bangunnya ilmu Feng shui dari jaman ke jaman juga

dipengaruhi dari jatuh-bangunnya agama Taoisme di Tiongkok

yang mewakili kebudayaan dan agama asli orang Tiongkok.

(5) Berdasar Song-Yuan Xue An, yaitu garis silsilah penyebaran

ilmu peramalan (termasuk ilmu Feng shui), tercatat nama-nama

seperti : Huang Shi Gong, Wei Bo Yang, Zhong Li Quan, Ma Yi,

Lu Dong Bin, Chen Xi Yi,dan lainnya, mereka adalah guru-guru

Taoisme kuno.

(6) Empat penemuan besar dari Tiongkok (kompas, bubuk mesiu,

kertas, dan mesin percetakan) disepakati oleh sejarahwan

bahwa berasal dari guru Taoisme/Fang Shi-yang mana kompas

akhirnya dipakai dalam ilmu Feng shui.

(7) Guru-guru besar Feng shui yang dikenal sekarang ini, seperti:

Huang Shi Gong, Yang Yun Song, Jiang Da Hong telah

dianggap figur dewa oleh kuil-kuil Taoisme di Tiongkok oleh

beberapa penduduk setempat di tempat kelahirannya (Harijanto

Page 35: Tesis john parlyn halomoan sinaga

35

http://www.klikfengshui.com/artikel/sejarah&tradisi/4_feng_sh

ui_&_taoisme.php, diunduh tanggal 1 September 2011)

Bicara tentang Feng shui, banyak orang menilai ilmu Tiongkok

kuno ini sesuatu yang bersifat takhyul, sehingga tidak jarang dianggap

sesuatu yang mengandung mistis. Namun, untuk mempermudah

pemahanan terhadap keseimbangan Yin dan Yang pada Feng shui, terlebih

dahulu harus mengetahui kata Zi Ran (secara alamiah), karena kata inilah

yang pertama harus dipahami ketika ingin mempelajari alam semesta.

Zi Ran, dianalogikan sebagai berikut: ketika haus maka otomatis

akan minum. Ketika berada di kantor pada waktu jam kerja maka harus

berpakaian kantor atau pakaian yang layak untuk bekerja, itu juga Zi Ran.

Ketika sakit, vitalitas tubuh akan lemah, itu juga suatu yang Zi Ran.

Matahari terbit dari Timur dan terbenam di sebelah Barat, itu masih Zi Ran

juga. Indonesia mengenal 2 musim, musim panas dan musim hujan, juga

disebut Zi Ran. Demikian dengan energi positip (Yang Qi) dan yang lain

adalah energi negatif (Yin Qi), seperti halnya teori proton dan elektron.

(Harijanto

http://www.klikfengshui.com/artikel/teori&praktek/sistim_kerja.php,

diunduh tanggal 1 September 2011).

Bagi masyarakat Tiongkok kuno, Yin Qi dan Yang Qi inilah yang

menyebabkan hidup tidak berada pada jalur yang konstan. Artinya, ada

Page 36: Tesis john parlyn halomoan sinaga

36

kalanya sehat ada kalanya sakit. Ada masa muda juga ada masa tua. Hal

ini tidak hanya berlaku bagi situasi dan kondisi yang dihadapi oleh

manusia atau makhluk organisme, akan tetapi juga alam semesta, karena

itu ada siang ada malam dan ada perubahan musim. Semua itu adalah hasil

interaksi dari energi Yin dan Yang ketika bertemu. Ketika energi Yin dan

energi Yang bertemu maka terciptalah perubahan baru, yang sering disebut

dengan Tai Ji. Dengan kata lain, Tai Ji adalah sebuah perubahan yang

memiliki titik pusat, dapat dimisalkan bumi ini yang memiliki poros pada

sumbunya akan tetapi bergerak dalam skala rotasi, yang artinya jika

sekarang di Medan menunjukkan jam 05:00 maka di Singapura

menunjukkan jam 06:00 dan adalah tidak mungkin dalam ruang yang

berbeda antara Medan dan Singapura, memiliki persamaan waktu.

Perbedaan ruang dan waktu inilah yang disebut dengan Xuan Kong.

Dalam bahasa Mandarin, Xuan Kong diterjemahkan sebagai kekosongan

yang unik, karena tidak ada satupun yang tetap di dunia ini. Para ahli Feng

shui kuno menyebut fenomena ini sebagai Yun atau secara harafiah berarti

siklus. Siklus ini terjadi secara Zi Ran (secara alamiah) dan bergerak

mengikuti Li (kodrat alam) dalam suatu Xuan Kong (Ruang dan Waktu)

yang memiliki obyek Tai Ji (titik pusat).

Karena semuanya sudah dalam siklus, maka kehidupan manusia

juga tidak mungkin lepas dari kelahiran, penuaan, sakit, dan akhirnya

meninggal seperti halnya dengan energi alam semesta Qi atau Chi yang

Page 37: Tesis john parlyn halomoan sinaga

37

memiliki siklus dimulai dari: Sheng Qi (lahir), Wang Qi (kuat), Shuai Qi

(lemah), Si Qi (mati), dan Sha Qi (pembunuh). Siklus seperti ini dalam

riset para ahli Feng shui, tidak dapat dilepaskan dari keberadaan Bintang

Kutub Utara (Bei Dou Xing). Hubungannya dengan kehidupan manusia,

kembali pada filosofi ilmu Feng shui yang berakar dari ajaran Taoisme,

yang mempercayai banyaknya dewa-dewi seperti halnya kebudayaan

Yunani.

Bei Dou Xing sejatinya adalah figur dari para dewa yang memiliki

peranan yang begitu besar dan kuat sekali dalam tata ibadat Taoist.

Menurut para ahli Feng shui, setiap bintang di alam semesta memiliki

sebuah penguasa yang mana dalam hal ini disebut sebagai dewa. Dewa-

dewi yang tergabung dalam susunan Bei Dou Xing ini memiliki pengaruh

yang luar biasa kuatnya dalam kehidupan manusia, seperti halnya dalam

ilmu peramalan Tiongkok yang disebut dengan Zi Wei Dou Shu.

Catatan dalam literatur klasik seperti Yu Han Bi Ji dan Si Ji Tian

Kuan Shu menuliskan bahwa "Posisi Bintang Kutub Utara (Bei Dou Xing)

berada di titik tengah langit yang dapat mengontrol keempat musim

(musim semi, panas, gugur, dan dingin), 5 elemen (air, api, tanah, kayu,

logam), serta mengatur sistim kalender Tiongkok yang mana pergerakan

energi Qi diantara langit dan bumi diatur oleh 9 bintang. Sembilan bintang

inilah yang disebut dengan Bintang Kutub Utara, dengan masing-masing

fungsi sebagai berikut (Harijanto

Page 38: Tesis john parlyn halomoan sinaga

38

http://www.klikfengshui.com/artikel/teori&praktek/sistim_kerja2.php,

diunduh tanggal 1 September 2011):

1. Tan Lang Xing Jun, yang dihubungkan dengan popularitas dan

prestasi seseorang, serta vitalitas manusia.

2. Ju Men Xing Jun, yang dihubungkan dengan komunikasi dan

hubungan antar manusia.

3. Lu Cun Xing Jun, yang dihubungkan dengan karir dan

keberuntungan materi seseorang.

4. Wen Qu Xing Jun, yang dihubungkan dengan studi,

penghargaan, serta promosi seseorang.

5. Lian Zhen Xing Jun, yang dihubungkan dengan hubungan

persaudaraan antar manusia dan kehidupan pribadi.

6. Wu Qu Xing Jun, yang dihubungkan dengan kekuasaan,

pengaruh dan aspek finansial seseorang.

7. Po Jun Xing Jun, yang dihubungkan dengan semangat juang

serta perubahan dalam kehidupan seseorang.

8. Zuo Fu Xing Jun, yang dihubungkan dengan loyalitas dan

kemakmuran seseorang.

9. You Bi Xing Jun, yang dihubungkan dengan kebahagiaan dan

kesuksesan seseorang.

Page 39: Tesis john parlyn halomoan sinaga

39

Kesembilan bintang ini, dikenal dengan istilah Jiu Huang Xing Jun

atau sembilan bintang penguasa. Hubungannya terhadap Feng shui, terkait

San Yuan, yang diartikan sebagai tiga 3 faktor kehidupan (Harijanto

http://www.klikfengshui.com/artikel/teori&praktek/sistim_kerja2.php,

diunduh tanggal 1 September 2011), yaitu:

1) Faktor langit, dalam hal ini merujuk pada kesembilan

bintang yang dibatasi oleh waktu.

2) Faktor bumi, dalam hal ini merujuk pada sebuah lokasi atau

ruang yang memiliki batas.

3) Faktor manusia, diri sendiri yang berada diantara kedua

faktor di atas.

Ketiga faktor tersebut sangat memerankan pengaruhnya yang

krusial dalam praktek Feng shui, karena saling memiliki hubungan satu

sama lain. Sederhananya, manusia selalu berpijak pada bumi dan berada di

bawah langit. Dengan kata lain, manusia selalu dibatasi dalam ruang

(faktor bumi) dan waktu (faktor langit). Hal ini juga menjadi alasan,

bahwa faktor langit yang diwakili oleh kesembilan bintang kutub utara

memiliki parameter waktu. Periode waktu dari kesembilan bintang

diuraikan sebagai berikut (Harijanto

http://www.klikfengshui.com/artikel/teori&praktek/sistim_kerja2.php,

diunduh tanggal 1 September 2011):

Page 40: Tesis john parlyn halomoan sinaga

40

a. Periode atas:

1. Siklus pertama (Tan Lang Xing Jun): tahun 1864 – 1884

2. Siklus kedua (Ju Men Xing Jun): tahun 1884 - 1904

3. Siklus ketiga (Lu Cun Xing Jun): tahun 1904 - 1924

b. Periode tengah:

4. Siklus keempat (Wen Qu Xing Jun): tahun 1924 - 1944

5. Siklus kelima (Lian Zhen Xing Jun): tahun 1944 - 1964

6. Siklus keenam (Wu Qu Xing Jun): tahun 1964 - 1984

c. Periode bawah:

7. Siklus ketujuh (Po Jun Xing Jun): tahun 1984 - 2004

8. Siklus kedelapan (Zuo Fu Xing Jun): tahun 2004 - 2024

9. Siklus kesembilan (You Bi Xing Jun): tahun 2024 - 2044

Periode waktu ini dikenal sebagai San Yuan Jiu Yun atau 3 periode

9 siklus. Karena itu, pepatah guru Feng shui kuno mengatakan bahwa

untuk memperoleh Feng shui yang baik, "Kita harus menghuni di waktu

yang tepat (faktor langit) di tempat yang tepat (faktor bumi) dengan sikap

yang tepat (faktor manusia)" dengan demikian Feng shui itu barulah bisa

bekerja dengan sendirinya (Zi Ran) (Harijanto,

http://www.klikfengshui.com/artikel/teori&praktek/sistim_kerja3.php,

diunduh tanggal 1 September 2011):

Page 41: Tesis john parlyn halomoan sinaga

41

3. Fungsi Elemen Pribadi.

Salah satu instrumen yang lazim dipakai untuk menyeimbangkan Yin dan

Yang pada Fengshui adalah elemen. Dalam kehidupan manusia, kata “elemen”

sering disandingkan dengan kata “pribadi” atau “individu”, yang kemudian akrab

dikenal dengan istilah elemen pribadi.

Fungsi elemen pribadi ini dikaitkan dengan rumusan yang disebut Lima

Unsur atau Wu-Xing (Logam, Air, Kayu, Api dan Tanah), bahwa setiap benda di

alam, mempunyai komposisi elemennya sendiri. Dalam pengetahuan Feng shui,

kelima elemen tersebut merupakan lambang dari konsep alam. Kelima elemen

tersebut memiliki 2 (dua ) hukum transformasi yang baku dan menjadi kunci bagi

alur perhitungan matematis logisnya, yaitu, siklus transformasi yang bersifat

membangun dan merusak (Tan,

http://www.wikimu.com/news/displaynews.aspx?id=12887, diunduh tanggal 6

September 2011).

Gambar 2. Siklus Membangun

Sumber: Heri Kusrianto (2010)

Api

TanahKayu

LogamAir

Page 42: Tesis john parlyn halomoan sinaga

42

Gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut, dengan adanya tumbuh-

tumbuhan (Kayu) berarti memunculkan peluang untuk terjadinya pembakaran

(Api). Ini dijabarkan sebagai Kayu menghidupi Api. Lahar gunung berapi yang

mengering/memadat (Api) pasti akan membuat lahan pertanian (Tanah) nya

menjadi subur. Ini berarti Api berperan menyuburkan/menghidupkan Tanah. Dari

Tanah diperoleh berbagai mineral, batu-batuan/permata (Logam). Ini diartikan

sebagai Tanah menghasilkan/menghidupkan Logam. Logam dalam wujud

fisiknya bisa diolah menjadi panci, wajan, dandang, dan lain-lain yang akan

berfungsi menjadi benda untuk menampung air. Logam dapat juga diartikan

sebagai lapisan sedimen batu-batuan alam yang dapat

membentuk/menjaga/mengalirkan aliran air tanah. Berarti Logam berperan

menghasilkan/menghidupkan Air. Air adalah zat yang dapat menumbuhkan

tumbuh-tumbuhan (Kayu). Jadi artinya Air menghidupkan Kayu (Tan,

http://www.wikimu.com/news/displaynews.aspx?id=12887, diunduh tanggal 6

September 2011).

Selain siklus membangun, juga dikenal dengan siklus merusak atau

membunuh. Dijelaskan sebagai berikut, akar pepohonan (Kayu) yang besar

menembus kuat ke dalam bumi (Tanah), berarti Kayu merusak Tanah. Tanah yang

kering menyerap air hujan atau dapat juga berperan untuk untuk membendung

aliran sungai (Air). Berarti Tanah memiliki kekuatan untuk

mengendalikan/menekan/membunuh Air. Air dapat memadamkan kebakaran. Jadi

sifat Air merusak/membunuh Api. Api mampu melebur segala jenis perhiasan dari

Page 43: Tesis john parlyn halomoan sinaga

43

emas atau perak (Logam), maka disebutlah Api merusak Logam. Logam yang bisa

diwujudkan sebagai kapak, golok, pisau ataupun pedang adalah senjata yang

dipakai untuk menebang/memangkas pohon (Kayu), dicerminkan sebagai Logam

merusak Kayu.

Gambar 3. Siklus Merusak

Sumber: Heri Kusrianto (2010)

Masing-masing elemen tersebut memiliki sifat yang berbeda satu dengan

lainnya, sehingga dengan mengetahui sifat masing-masing elemen, akan dengan

mudah memanfaatkannya sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan. Inilah

alasan mendasar, pentingnya mengetahui elemen yang ada pada Feng shui, karena

manusia sebagai makhluk sosial juga memerlukan kesesuaian elemen satu dengan

lainnya agar tercipta keseimbangan Yin dan Yang guna menghasilkan Chi yang

baik (Nugraha, 2008).

Api

Kayu Tanah

Air Logam

Page 44: Tesis john parlyn halomoan sinaga

44

4. Menentukan Elemen Pribadi

Untuk dapat menentukan elemen pribadi, dilakukan dengan menghitung

angka Kua. Angka ini diperoleh berdasarkan tahun kelahiran. Ada banyak cara

untuk dapat mengetahuinya, namun hanya beberapa yang popular karena cukup

mudah dipergunakan. Sejumlah metoda untuk mendapatkan angka Kua,

(Harijanto, http://www.klikfengshui.com/artikel/teori&praktek/12_ming_kua.php,

diunduh 1 September 2011), antara lain:

a) Metode 1

- Untuk pria tambahkan 4 digit (angka) tahun kelahiran (tahun

xxxx) dan jika dari hasil penjumlahan tersebut masih tersisa 2 digit

(angka) jumlahkan kedua angka tersebut sampai hanya terdapat 1 digit

(angka). Lalu kurangilah angka 11 dengan 1 angka (digit) yang telah

diperoleh.

Contoh: Tahun kelahiran : 1968, maka: 1 + 9 + 6 + 8 = 24.

Jumlahkan lagi, karena masih tersisa 2 angka, jadi: 2 + 4 = 6. Kurangilah

angka 11 dengan angka yang diperoleh (harus 1 digit), jadi: 11 - 6 = 5.

Karena pria, maka Ming Kuanya adalah 2.

- Untuk wanita tambahkan 4 digit (angka) tahun kelahiran (tahun

xxxx) dan jika dari hasil penjumlahan tersebut masih tersisa 2 digit

(angka) jumlahkan kedua angka tersebut sampai hanya terdapat 1 digit

(angka). Lalu tambahkanlah angka 4 dengan 1 angka (digit) yang telah

diperoleh.

Page 45: Tesis john parlyn halomoan sinaga

45

Contoh : Tahun kelahiran : 1968, maka: 1 + 9 + 6 + 8 = 24.

Jumlahkan lagi, karena masih tersisa 2 angka, jadi: 2 + 4 = 6.

Tambahkanlah angka 4 dengan angka yang diperoleh (harus 1 digit), jadi:

4 + 6 = 10. Karena masih tersisa 2 angka (digit), tambahkanlah lagi: 1 + 0

= 1. Jadi Ming Kuanya 1.

b) Metode 2

- Untuk pria, jika lahir pada tahun 19xx maka hilangkan angka 19

di depan kemudian jumlahkan 2 digit (angka) terakhir sampai hanya

tersisa 1 digit (angka) lalu kurangilah angka 10 dengan 1 digit (angka)

yang telah Anda peroleh.

Contoh: Tahun kelahiran: 1968 (hilangkan angka 19 di depan), jadi

tinggal 68 = 6 + 8 = 14. Jumlahkan lagi, karena masih tersisa 2 angka,

jadi : 1 + 4 = 5. Kurangilah angka 10 dengan angka yang telah Anda

peroleh (harus 1 digit), jadi: 10 - 5 = 5. Karena Anda pria, maka Ming

Kuanya 2.

- Untuk wanita, jika lahir pada tahun 19xx maka hilangkan angka

19 di depan kemudian jumlahkan 2 digit (angka) terakhir sampai hanya

tersisa 1 digit (angka) lalu tambahkan angka 5 dengan 1 digit (angka) yang

telah Anda peroleh.

Page 46: Tesis john parlyn halomoan sinaga

46

Contoh: Tahun kelahiran: 1968 (hilangkan angka 19 di depan), jadi

tinggal 68 = 6 + 8 = 14. Jumlahkan lagi, karena masih tersisa 2 angka, jadi:

1 + 4 = 5. Jumlahkan angka 5 dengan angka yang telah Anda peroleh

(harus 1 digit), jadi: 5 + 5 = 10. Karena masih tersisa 2 angka (digit)

tambahkanlah lagi: 1 + 0 = 1. Jadi Ming Kuanya adalah 1.

- Jika lahir pada tahun 2xxx (tahun 2000 ke atas). Jika pria, 2

angka paling terakhir dikurangi dengan angka 9 dan jika wanita 2 angka

paling terakhir tambahkanlah dengan angka 6 (hanya ada 1 digit yang

harus tersisa).

Contoh: Pria lahir tahun 2007 : 0 + 7 = 7. Kurangi dengan angka 9

= 9 - 7 = 2. Kemudian, untuk wanita yang lahir tahun 2007: 0 + 7 = 7.

Tambahkan dengan angka 6 = 7 + 6 = 13. Masih ada 2 angka (digit),

tambahkanlah lagi 1 + 3 = 4. Jika hasil dari penghitungan adalah angka 0,

maka angka tersebut sama dengan angka 9.

c) Metode 3 :

Untuk pria, tambahkan 4 digit (angka) tahun kelahiran Anda (tahun

xxxx) dan jika dari hasil penjumlahan bagilah dengan angka 9. Kemudian

ambillah 1 angka di belakang koma kurangilah dengan angka 11.

Contoh : Pria lahir tahun 1982 : 1 + 9 + 8 + 2 = 20. Bagilah angka

yang sudah didapatkan dengan angka 9 : 20 / 9 = 2.2. Ambil 1 angka di

Page 47: Tesis john parlyn halomoan sinaga

47

belakang koma (yaitu angka 2) kurangilah dengan angka 11, jadi : 11 - 2 =

9. Ming Kuanya adalah 9.

Untuk wanita, tambahkan 4 digit (angka) tahun kelahiran (tahun

xxxx) dan jika dari hasil penjumlahan bagi dengan angka 9. Kemudian

ambil 1 angka di belakang koma tambahkanlah dengan angka 4.

Contoh: Wanita lahir tahun 1982: 1 + 9 + 8 + 2 = 20. Bagi angka

yang sudah Anda dapatkan dengan angka 9 : 20 / 9 = 2.2. Ambil 1 angka

di belakang koma (yaitu angka 2), tambahkanlah dengan angka 4, jadi: 4 +

2 = 6. Ming Kuanya adalah 6.

d) Metode 4 :

Metode pengurutan berdasarkan tahun siklus (angka-angka):

Pria / Wanita / Tahun Kelahiran

4 / 2 / tahun 1951/1960/1969/1978/1987/1996/2005

3 / 3 / tahun 1952/1961/1970/1979/1988/1997/2006

2 / 4 / tahun 1953/1962/1971/1980/1989/1998/2007

1 / 8 / tahun 1954/1963/1972/1981/1990/1999/2008

9 / 6 / tahun 1955/1964/1973/1982/1991/2000/2009

8 / 7 / tahun 1956/1965/1974/1983/1992/2001/2010

7 / 8 / tahun 1957/1966/1975/1984/1993/2002/2011

6 / 9 / tahun 1958/1967/1976/1985/1994/2003/2012

2 / 1 / tahun 1959/1968/1977/1986/1995/2004/2013

Page 48: Tesis john parlyn halomoan sinaga

48

Siklus di atas selalu berulang setiap 9 tahun sekali, tetapi Ming Kua

pria dan wanita setiap tahunnya tidak sama (kecuali sekali dalam 9 tahun,

yaitu Ming Kua 3) jadi urutan pria selalu 4 - 3 - 2 - 1 - 9 - 8 - 7 - 6 - 2 dan

wanita selalu 2 - 3 - 4 - 8 - 6 - 7 - 8 - 9 - 1.

Perhitungan Ming Kua menggunakan kalendar Xia, tanggal

kelahiran dihitung setelah pergantian penanggalan Matahari, yaitu pada

tanggal 4 Februari kecuali untuk beberapa tahun tertentu di mulai pada

tanggal 5 Februari (seperti : tahun 1952, 1956, 1960, 1964, 1968, 1972,

1976, 1980). Jika tanggal kelahiran jatuh pada tanggal sebelum 4-5

Februari maka ikut tahun sebelumnya.

Contoh:

- Si A (Pria) lahir pada tanggal 3 Februari 1973, karena pada tahun

tersebut penanggalan Xia di mulai pada 4 Februari maka metode

penghitungan Ming Kua-nya ikut tahun sebelumnya yaitu 1972, misalnya

metode 1 : 1 + 9 + 7 + 2 = 19, kemudian 1 + 9 = 10, lalu 1 + 0 = 1, kurangi

dengan 11 : 11 - 1 = 10, Ming Kua-nya 1 + 0 = 1

- Si B (Pria) lahir pada tanggal 5 Februari 1973, karena pada tahun

tersebut penanggalan Xia di mulai pada 4 Februari maka metode

penghitungan Ming Kua-nya sudah ikut tahun berjalan yaitu 1973,

misalnya metode 1 : 1 + 9 + 7 + 3 = 20, kemudian 2 + 0 = 2,

kurangi dengan 11 : 11 - 2 = 9, Ming Kua-nya = 9.

Hal yang sama juga berlaku dalam menghitung Ming Kua Wanita.

Page 49: Tesis john parlyn halomoan sinaga

49

Dengan mengetahui angka Kua, dengan mudah dapat ditentukan elemen

pribadi seseorang. Semua hasil penambahan harus dibagi 9, karena Losu ada 9.

Berikut dijabarkan elemen pribadi seseorang, terkait lima unsur dalam Feng shui:

Tabel 1. Elemen Angka Kua

Angka Kua Elemen

1 Air (+)

2 Tanah (-)

3 Kayu (+)

4 Kayu (-)

5

Tanah (berubah menjadi angka2 untuk laki-laki dan angka 8

untuk perempuan)

6 Logam (+)

7 Logam (-)

8 Tanah (+)

9 Api (-)

Sumber: Majalah Hong Shui Edisi 24-Bulan Ayam Tahun Ayam-2005

Tabel 2. Hubungan Antar Elemen

Sumber: Majalah Hong Shui Edisi 24-Bulan Ayam Tahun Ayam-2005

Angka Kua Mendukung Melemahkan1 6,7 2,5,82 6,8,1 3,43 9,4,1 6,74 1,3,2 9,7,66 7,1,2,8 9,1,47 8,2,5 9,1,48 2,1,9 3,6,79 3,4,6,7 1,2,8

Page 50: Tesis john parlyn halomoan sinaga

50

B. Kajian Teoritis Psikologi

1. Feng shui Dalam Tinjauan Psikologi

Seperti telah dipaparkan, Feng shui, ilmu Tiongkok kuno, ditujukan untuk

menjaga keseimbangan Yin dan Yang, sehingga individu yang

mengaplikasikannya mendapatkan peruntungan. Pandangan etnis Tionghoa yang

telanjur mempercayai Feng shui sebagai salah satu jalan menuju keberuntungan,

bisa dijelaskan secara logis jika ditinjau dari sudut pandang psikologi.

Psikologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku, dengan

pengertian bahwa perilaku atau aktivitas-aktivitas itu merupakan manifestasi

psikis (Walgito, 2010). Perilaku atau aktivitas yang ada pada individu atau

organisme itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi akibat dari adanya stimulus

atau rangsang yang mengenai individu atau organisme itu. Perilaku, bergantung

atau fungsi dari lingkungan interaksi organisme. Pemahaman terhadap interaksi di

sini, saling berhubungan antara lingkungan dan organisme. Uraian di atas

menunjukkan bahwa perilaku organisme tidak dapat lepas dari pengaruh

lingkungan dan organisme itu sendiri, yang dijelaskan melalui bagan berikut:

Gambar 4. Fungsi Aktivitas Manusia

Perilaku

Lingkungan Person (Organisme)

Sumber: Bimo Walgito (2010)

Page 51: Tesis john parlyn halomoan sinaga

51

Perilaku pada manusia dapat dibedakan atas dua, yaitu perilaku refleksif

dan perilaku non refleksif. Perilaku refleksif merupkan perilaku yang terjadi atas

reaksi spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme tersebut, atau secara

sederhana disebut perilaku yang terjadi sendirinya secara otomatis. Stimulus yang

diterima oleh organisme atau individu tidak sampai ke pusat syaraf atau otak.

Berbeda dengan perilaku non refleksif, yaitu perilaku yang dikendalikan atau

diatur pusat kesadaran atau otak. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat

kesadaran ini yang disebut proses psikologis (Walgito, 2010).

Branca (Walgito, 2010) mengatakan, perilaku atau aktivitas atas dasar

psikologis seperti ini disebut aktivitas psikologis atau perilaku psikologi. Pada

manusia, perilaku psikologis inilah yang dominan, disamping adanya perilaku

yang refleksif. Perilaku non refleksif merupakan perilaku yang dibentuk, dapat

dikendalikan, karena itu dapat berubah dari waktu ke waktu sebagai hasil proses

belajar. Berkaitan dengan pembentukan perilaku agar sesuai dengan yang

diharapkan, dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu, kondisioning atau kebiasaan,

dengan pengertian (insight) atau dengan menggunakan model.

Sebagaimana disebut bahwa perilaku manusia tidak dapat lepas dari

keadaan individu itu sendiri dan lingkungan di mana individu itu berada, maka

perilaku manusia itu didorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu

berperilaku. Motif adalah dorongan yang datang dari dalam individu organisme

untuk berbuat sesuatu. Karena itu, motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat

dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat atau merupakan driving

Page 52: Tesis john parlyn halomoan sinaga

52

force. Motif sebagai pendorong pada umumnya tidak berdiri sendiri, tetapi saling

kait mengait dengan faktor-faktor lain. Hal-hal yang dapat mempengaruhi motif

disebut motivasi, atau merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme

yang mendorong perilaku ke arah tujuan.

Dari paparan tersebut dapat diartikan, bahwa keyakinan etnis Tionghoa

terhadap Feng shui merupakan salah satu motif dari individu atau organisme

untuk mencapai tujuan, yaitu keberuntungan dengan menolak kegagalan.

Penolakan kegagalan seperti ini dijelaskan teori kebutuhan yang dikemukakan

oleh Murray (Walgito, 2010). Dikatakan bahwa terdapat kebutuhan manusia untuk

menolak kerusakan, yaitu motif yang berusaha menolak hal–hal yang merugikan

dalam kejasmanian, menghindari hal-hal yang membahayakan (harmavoidance),

serta kebutuhan manusia untuk menghindari hal-hal yang memalukan, dan hal-hal

yang membawa kegagalan (infavoidance).

Dengan kata lain, individu atau organisme dalam hal ini etnis Tionghoa,

sebenarnya berupaya menghindari berbagai kerugian, kegagalan dan hal-hal

negatif lainnya, dengan cara menerima ajaran Feng shui. Dengan demikian,

manusia dapat berpengharapan untuk mencapai tujuan yang positif di masa depan.

Harapan yang lahir dari keyakinan seperti ini telah menempatkan Feng shui

sebagai suatu budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi bagi sejumlah

etnis Tionghoa. Akibatnya, Feng shui banyak diaplikasikan secara turun-temurun

oleh etnis ini dalam kehidupannya sehari-hari, seperti dalam hal tata letak rumah,

relasi bisnis dan termasuk dalam soal tenaga kerja yang dipekerjakan dalam suatu

Page 53: Tesis john parlyn halomoan sinaga

53

perusahaan. Pewarisan budaya secara turun-temurun seperti ini menurut Melville

J. Herskovits disebut dengan super organic (Koenjaraningrat, 2002)

Budaya atau kebudayaan berasal dari kata Sanskerta buddhayah yang

merupakan bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal. Jadi,

kebudayaan bisa diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal.

Budaya dalam pengertian yang luas adalah pancaran daripada budi dan daya.

Seluruh apa yang difikir, dirasa dan direnung diamalkan dalam bentuk daya

menghasilkan kehidupan. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan

masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan

bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh

kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat ini

adalah Cultural-Determinism (Koenjaraningrat, 2002).

Berbicara budaya berarti berbicara pada ranah sosial dan sekaligus ranah

individual (Nurdiniamalia,

http://nurdiniamalia.files.wordpress.com/2009/05/kajian-psikologi-lintas-

budaya.doc, diunduh pada tanggal 5 September 2011). Pada ranah sosial, budaya

lahir ketika manusia bertemu dengan manusia lainnya dan membangun kehidupan

bersama yang lebih dari sekedar pertemuan-pertemuan insidental. Dari kehidupan

bersama tersebut diadakanlah aturan-aturan, nilai-nilai kebiasaan-kebiasaan

hingga kadang sampai pada keyakinan-keyakinan transedental yang semuanya

berpengaruh sekaligus menjadi kerangka perilaku dari individu-individu yang

Page 54: Tesis john parlyn halomoan sinaga

54

masuk dalam kehidupan bersama. Semua tata nilai, perilaku, dan keyakinan yang

dimiliki sekelompok individu itulah yang disebut budaya.

Pada ranah individual, budaya diawali ketika individu-individu bertemu

untuk membangun kehidupan bersama dimana individu-individu tersebut

memiliki keunikan masing-masing dan saling memberi pengaruh. Ketika budaya

sudah terbentuk, setiap individu merupakan agen-agen budaya yang memberi

keunikan, membawa perubahan, sekaligus penyebar. Individu-individu membawa

budayanya pada setiap tempat dan situasi kehidupannya sekaligus mengamati dan

belajar budaya lain dari individu-individu lain yang berinteraksi dengannya. Dari

sini terlihat bahwa budaya sangat mempengaruhi perilaku individu.

Budaya juga telah menjadi perluasan topik ilmu psikologi dimana

mekanisme berpikir dan bertindak pada suatu masyarakat kemudian dipelajari dan

diperbandingkan terhadap masyarakat lainnya. Psikologi budaya mencoba

mempelajari bagaimana faktor budaya dan etnis mempengaruhi perilaku manusia.

Di dalam kajiannya, terdapat pula paparan mengenai kepribadian individu yang

dipandang sebagai hasil bentukan sistem sosial yang di dalamnya tercakup budaya.

Kebudayaan dibagi ke dalam tiga wujud (Koentjoroningrat, 2002), yaitu:

a). Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan,

nilai-nilai, norma-norma dan peraturan.

b). Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari

manusia dalam masyarakat.

c). Wujud kebudayaan sebagai benda-benda dari hasil karya manusia

Page 55: Tesis john parlyn halomoan sinaga

55

Berangkat dari wujud kebudayaan di atas, manusia (individu) dalam satu

organisasi merupakan perwujudan dari kebudayaan yang kedua. Atas dasar itu

melahirkan asumsi bahwa:

(a) Manusia membutuhkan organisasi dan organisasi membutuhkan manusia

(b) Manusia adalah penggerak organisasi, sehingga berarti juga organisasi

tidak akan berfungsi tanpa manusia

(c) Organisasi merupakan wadah untuk memenuhi kebutuhan manusia,

sebaliknya kebutuhan manusia merupakan obyek kegiatan organisasi.

(Bahtiar,

http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._administrasi_pendidikan/19621001199

1021-yoyon_bahtiar_irianto/modul-6-budaya_org.pdf, diunduh 5 Agustus

2011).

Hal paling menarik dari hubungan individu dengan budaya atau

kebudayaan dalam konteks lintas budaya adalah masalah Locus of Control.

Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali dikemukakan oleh

Rotter, seorang ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control merupakan salah

satu variabel kepribadian (personility), yang didefinisikan sebagai keyakinan

individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny) sendiri. Individu

yang memiliki keyakinan bahwa nasib atau peristiwa dalam kehidupannya berada

di bawah kontrol dirinya, dikatakan individu tersebut memiliki internal locus of

control. Sementara individu yang memiliki keyakinan bahwa lingkunganlah yang

Page 56: Tesis john parlyn halomoan sinaga

56

mempunyai kontrol terhadap nasib atau peristiwa yang terjadi dalam

kehidupannya dikatakan individu tersebut memiliki external locus of control

(Nurdiniamalia, http://nurdiniamalia.files.wordpress.com/2009/05/kajian-

psikologi-lintas-budaya.doc, diunduh 5 September 2011).

Perbedaan karateristik antara internal locus of control dengan external

locus of control (Crider, 1983) sebagai berikut :

1. Internal locus of control

a. Suka bekerja keras.

b. Memiliki inisiatif yang tinggi.

c. Selalu berusaha untuk menemukan pemecahan masalah.

d. Selalu mencoba untuk berpikir seefektif mungkin.

e. Selalu mempunyai persepsi bahwa usaha harus dilakukan jika

ingin berhasil.

2. External locus of control

a. Kurang memiliki inisiatif.

b. Mempunyai harapan bahwa ada sedikit korelasi antara usaha dan

kesuksesan.

c. Kurang suka berusaha, karena percaya bahwa faktor luarlah yang

mengontrol.

d. Kurang mencari informasi untuk memecahkan masalah.

Pada orang-orang yang memiliki internal locus of control faktor

kemampuan dan usaha terlihat dominan, oleh karena itu apabila individu

Page 57: Tesis john parlyn halomoan sinaga

57

mengalami kagagalan akan menyalahkan dirinya sendiri karena kurangnya usaha

yang dilakukan. Begitu pula dengan keberhasilan, mereka akan merasa bangga

atas hasil usahanya. Hal ini akan membawa pengaruh untuk tindakan selanjutnya

dimasa akan datang bahwa mereka akan mencapai keberhasilan apabila berusaha

keras dengan segala kemampuannya. Sebaliknya pada orang yang memiliki

external locus of control melihat keberhasilan dan kegagalan dari faktor

kesukaran dan nasib, oleh karena itu apabila mengalami kegagalan mereka

cenderung menyalahkan lingkungan sekitar yang menjadi penyebabnya. Hal itu

tentunya berpengaruh terhadap tindakan dimasa datang, karena merasa tidak

mampu dan kurang usahanya maka mereka tidak mempunyai harapan untuk

memperbaiki kegagalan tersebut.

Locus of control merupakan dimensi kepribadian yang berupa kontiniu

dari internal menuju eksternal, oleh karenanya tidak satupun individu yang benar-

benar internal atau yang benar-benar eksternal. Kedua tipe locus of control

terdapat pada setiap individu, hanya saja ada kecenderungan untuk lebih memiliki

salah satu tipe locus of control tertentu. Disamping itu locus of control tidak

bersifat stastis tapi juga dapat berubah. Individu yang berorientasi internal locus

of control dapat berubah menjadi individu yang berorientasi external locus of

control dan begitu sebaliknya, hal tersebut disebabkan karena situasi dan kondisi

yang menyertainya, yaitu dimana ia tinggal dan sering melakukan aktifitasnya.

Page 58: Tesis john parlyn halomoan sinaga

58

2. Fengshui Sebagai Keyakinan Diri

Cara analisis Feng shui sebenarnya bertujuan untuk mencari hubungan

harmonisasi antara Yin dan Yang, yang bisa memengaruhi kehidupan seseorang,

termasuk dalam soal bisnis. Karena diyakini mampu membawa kebaikan di

berbagai aspek kehidupan, ajaran ini masih terus hidup, dan menjadi acuan

banyak orang, khususnya etnis bagi Tionghoa hingga saat ini (Nugraha, 2008).

Keyakinan yang melekat seperti ini pada tiap individu dapat diartikan

sebagai suatu keyakinan diri (self efficacy). Secara etimologi Self Efficacy terdiri

dari dua kata yaitu self yang diakui sebagai struktur kepribadian, dan Efficacy

artinya penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk,

tepat atau salah, bias atau tidak bisa mengerjakan sesuatu sesuai dengan yang

dipersyaratkan. Istilah Self efficacy dalam konteks ilmiah pertama kali

diperkenalkan oleh Bandura. Self efficacy merupakan salah satu elemen penting

dalam teori kognitif (berdasar kepada pengetahuan faktual yang empiris) sosial

atau sering disebut dengan teori belajar sosial. Beberapa tokoh memberi definisi

Self efficacy secara terminologi (Alwisol, 2006), antara lain:

a. Bandura- Self efficacy is “People judgments of their capabilities

toorganize and execute courses of action required to attain

designatedtypes of performances”. Self efficacy. Adalah pertimbangan

seseorang terhadap kemampuannya mengorganisasikan dan

melaksanakan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai

performansi tertentu.

Page 59: Tesis john parlyn halomoan sinaga

59

b. Miscal-Self efficacy adalah keyakinan individu bahwa dia dapat

melakukan tindakan yang dikehendaki oleh situasi tertentu dengan

berhasil

c. Felts-Self efficacy adalah keyakinan yang ada pada diri seseorang

untuk melakukan suatu tindakan tertentu secara tuntas dan berhasil

memperoleh hasil seperti yang diharapkan.

Sumber-sumber efikasi diri (Bandura, 1997), antara lain:

a) Pengalaman performansi, muncul ketika individu pernah mencapai

prestasi di masa lalu

b) Pengalaman vikarius, diperoleh melalui model sosial dengan

mengamati keberhasilan orang lain

c) Persuasi sosial, pada kondisi yang tepat persuasi dari orang lain

dapat mempengaruhi efikasi diri

d) Keadaan emosi, keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan

akan mempengaruhi efikasi dibidang kegiatan itu .

Aspek-aspek efikasi diri (Bandura, 1997), meliputi:

(a) Level yaitu individu akan mencoba tingkah laku yang dirasa

mampu dilakukannya dan akan menghindari tingkah laku

yang dirasa di luar batas kemampuannya.

Page 60: Tesis john parlyn halomoan sinaga

60

(b) Generality yaitu individu mampu menilai keyakinan dirinya

dalam mengerjakan banyak kegiatan atau hanya kegiatan

tertentu saja.

(c) Strength yaitu berkaitan dengan tingkat kekuatan atau

kemantapan individu terhadap keyakinannya..

Seperti apa self efficacy menjadi suatu motivasi menuju keberhasilan

ataupun kegagalan digambarkan sebagai berikut:

Gambar 5. Self-Efficacy, Menuju Keberhasilan Ataupun Kegagalan

Sumber: Bandura dan Wood, dalam Social Cognetive Theory of OrganizationnalManagemen, Journal Academiy of Managemen Review, 1989.

Halaman 361—384

Page 61: Tesis john parlyn halomoan sinaga

61

Model di atas memberikan arahan pada kepribadian dan perilaku individu

dan dampaknya baik keberhasilan maupun kegagalan, atau diartikan Self efficacy

yang tinggi akan mencapai keberhasilan, sebaliknya self efficacy yang rendah

akan mengalami kegagalan. Orang yang selalu aktif, menolak situasi, menetapkan

tujuan, mau berusaha keras, kreatif, selalu belajar dari kegagalan, dan sering

memperlihatkan kebersamaan mampu membatasi stres, akan berhasil. Sebaliknya

orang yang pasif, selalu menghindari tugas sulit, aspirasi dan komitmen rendah,

akan fokus menjadi pribadi yang tidak efisien, menyalahkan kegagalan,

khawatir/stress, selalu berpikir dan membuat alasan atas kegagalan, dan akhirnya

akan gagal. Dengan demikian semakin tinggi self efficacy pada seseorang akan

semakin mau menerima perubahan. Efikasi diri tidak hanya berkaitan dengan

kemampuan, namun juga mampu menumbuhkan keyakinan bahwa individu dapat

melakukan berbagai hal dalam berbagai kondisi. Keyakinan diri seperti ini

merupakan salah satu faktor dari kepribadian dan berpengaruh secara signifikan

terhadap motivasi dan kinerja. (Bandura,1997).

Kepribadian merupakan konsep dasar psikologi yang menjelaskan

keunikan manusia, dan sebagai makhluk sosial hampir semua kegiatannya

dilakukan bersama dengan manusia lainnya. Hal-hal yang diserap dalam kegiatan

bersama tersebut meliputi sikap dan nilai, rasa suka dan tidak suka, rasa senang

dan sedih, keinginan dan tujuan hidup, cara bereaksi terhadap lingkungan, dan

pemahaman mengenai segala sesuatu. Semua itu diperolehnya melalui proses

yang disebut sosialisasi. Di dalam proses sosialisasi, seseorang juga mengalami

Page 62: Tesis john parlyn halomoan sinaga

62

Kepribadian

Biologis

Psikologis

Sosiologis

internalisasi (mendarah-dagingkan) nilai dan norma sosial tempat dia hidup.

Proses sosialisasi juga mengadopsi berbagai hal dari orang lain. Hal-hal yang

diperoleh dari orang lain meliputi kebiasaan, sikap, dan ide-ide. Selanjutnya,

ketiga hal tersebut disusun kembali menjadi sistem yang mengatur tingkahnya

sendiri atau yang dapat disebut sebagai suatu kepribadian (Suhardi, 2009).

Ada tiga faktor mempengaruhi pembentukan kepribadian seorang individu

(Roucek dan Warren, 1984), yaitu:

1. Faktor biologis/fisik adalah suatu faktor yang timbul secara lahiriah di

dalam diri seorang individu.

2. Faktor psikologi/kejiwaan adalah suatu faktor yang membentuk suatu

kepribadian yang ditunjang dari berbagai watak, seperti, pemarah,

pemalu, agresif, dan lain-lain.

3. Faktor sosiologi/lingkungan adalah suatu faktor yang membentuk

kepribadian seorang individu sesuai dengan kenyataan yang nampak

pada kehidupan kelompok atau lingkungan masyarakat sekitarnya

tempat ia berpijak.

Secara sederhana, hubungan ketiga faktor tersebut dapat digambarkan

melalui bagan berikut:

Page 63: Tesis john parlyn halomoan sinaga

63

Dari bagan di atas terlihat kepribadian tak lepas dari konstruk sosial.

Dalam proses sosial (sosialisasi), semua yang dipelajari dalam kehidupan sosial

dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya merupakan kebudayaan.

Artinya, kebudayaan tidak bisa lepas dari kepribadian individu melalui suatu

proses belajar yang panjang.

3. Fengshui Intuisi Bisnis

Feng shui tentu saja bukan merupakan fenomena mukjizat yang dapat

mengubah keberuntungan dalam waktu sekejap. Feng shui hanyalah sebuah ilmu

yang bertujuan menyelaraskan kehidupan, agar bernasib lebih baik, karena itu

Fengshui sering dilibatkan dalam kegiatan bisnis bagi etnis Tionghoa.

Salah satu perwujudan cara analisis Feng shui yang sering diaplikasi

dalam kegiatan bisnis adalah memilih jenis usaha. Cara yang lazim dipakai

mengkaji rangka elemen bisnis yang akan digeluti. Dengan menjaga

keselarasaan/harmonisasi Yin dan Yang, pada kedua elemen (pribadi dan bisnis)

tersebut dipercaya akan membawa peruntungan.

Kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan

intelektualitas dalam memilih jenis usaha dengan memakai konsep elemen pribadi

dan bisnis seperti ini dapat disebut sebagai suatu bentuk intuisi. Intuisi sering

disebut sebagai gut/natural feeling, firasat, inner voice atau suara hati. Klein

menyebut bahwa intuisi adalah proses kognitif yang terjadi secara instan (Kurnia,

http://www.ppm-

Page 64: Tesis john parlyn halomoan sinaga

64

manajemen.ac.id/index.php?id=8&mib=ppm_coloums.detail&wb=09, diunduh

12 Agustus 2011).

Gambaran akan intuisi seperti ini dapat juga diilusterasikan seperti saat

memilih pasangan seumur hidup, memilih jurusan kuliah atau bidang pekerjaan,

menentukan partner bisnis, memutuskan sebuah kebijakan atau sikap politik,

bahkan ketika memasang taruhan dalam sebuah permainan, seseorang dihadapkan

pada dua pilihan ‘maju’ atau ‘mundur’ dalam waktu yang singkat untuk

melakukan analisis, sebab permainan harus dilanjutkan. Pada waktu yang relatif

terbatas itu, satu keputusan harus segera tentukan. Tiba-tiba, seseorang merasa

memperoleh “bisikan”. Kemudian, dengan begitu yakin dan penuh percaya diri,

segera menentukan satu pilihan. Dan, berhasil menjadi pemenang (Sahrodi

http://www.scribd.com/doc/2539738/intuisi, diunduh 17 Agustus 2011)

Secara umum, persoalan yang dihadapi manusia sangat kompleks. Tidak

semua persoalan dapat diukur dengan penilaian secara matematik, dengan

hitungan angka-angka atau parametrik. Mengutip kalimat Albert Einstein: “Tidak

semua hal yang bisa dihitung berjumlah, dan tidak semua hal berjumlah bisa

dihitung” memberi arti bahwa ada hal lain yang tidak dapat diprediksikan secara

matematis atau hitungan secara pasti. Karena itu, manusia harus mampu

mengoptimalkan kekuatan potensial menjadi kekuatan aktual. Kekuatan aktual itu

adalah intuisi (Sahrodi, http://www.scribd.com/doc/2539738/intuisi, diunduh 17

Agustus 2011).

Page 65: Tesis john parlyn halomoan sinaga

65

Intuisi, menurut David Myers, memiliki kekuatan positif dan negatif.

Kekuatan positif bisa membantu seseorang mengatasi masalah. Sebaliknya

kekuatan negatifnya bisa menjerumuskan seseorang ke dalam masalah. (Sembel,

http://www.scribd.com/doc/55547971/intuisi, diunduh 2 September 2011). Sama

halnya dengan Yin dan Yang, yang bersifat dualistis dan harus diseimbangkan agar

kehidupan bernasib lebih baik. Keseimbangan Yin dan Yang dalam Feng shui,

yang dijadikan etnis Tionghoa sebagai payung budaya dalam sendi-sendi

kehidupannya, juga merupakan suatu bentuk dalam mempertahankan ‘kearifan

tradisional’. Pelepasan diri dari keterikatan berbagai bentuk agama yang ada,

dengan kembali pada kearifan tradisional seperti yang diajarkan Konfusianisme

dan Taoisme tentang Yin dan Yang, merupakan suatu perwujudan dari pemahaman

Psikologi Transpersonal.

Daniel (Prabowo, http://www.scribd.com/doc/55006161/1-pengantar-

psikologi-transpersonal, diunduh 12 Agutus 2011) menyatakan Psikologi

Transpersonal merupakan suatu cabang psikologi yang memberi perhatian pada

studi terhadap keadaan dan proses pengalaman manusia yang lebih dalam dan luas,

atau suatu sensasi yang lebih besar dari koneksitas terhadap orang lain dan alam

semesta, atau merupakan dimensi spiritual. Davis (Fakhrurrozi,

http://www.hearthuman.com/?p=276, diunduh 2 Agustus 2011) menempatkan

posisi Psikologi Transpersonal di antara psikologi dan pengalaman spiritual.

Guralnik (Fakhrurrozi http://www.hearthuman.com/?p=276, diunduh 2 Agustus

2011) menyebutkan kata “trans” dalam bahasa Latin berarti “di sisi lain” seperti

Page 66: Tesis john parlyn halomoan sinaga

66

terwujud dalam kata transatlantic atau “di atas dan melewati” seperti pada kata

transendensi. Sedangkan “persona” dalam bahasa Latin berarti “topeng”. Kata

personality diturunkan dari terminologi topeng tersebut dan mengacu pada suatu

kualitas perilaku yang diekspresikan melalui aktivitas fisik dan mental serta sikap.

Psikologi Transpersonal menurut Brown (Fakhrurrozi,

http://www.hearthuman.com/?p=276, diunduh 2 Agustus 2011), berusaha

membantu seseorang untuk mengeksplorasi tingkat energi dan melewati

kesadaran (awareness) atau sisi lain dari topeng dan pola-pola kepribadian.

Psikologi Transpersonal bersifat longgar dan menerima masukan tentang

permasalahan spiritual, baik dari tradisi kebijaksanaan dunia spiritual maupun

psikologi modern. Tradisi dunia spiritual meliputi Hinduisme, Budhisme dan

Taoisme maupun dari agama Yahudi, Kristen dan Islam. Psikologi Transpersonal

ingin menciptakan sintesis dari kedua jawaban di atas.

Dari paparan tersebut dapat dijelaskan, keseimbangan Yin dan Yang

melalui kesesuaian elemen pribadi dalam kajian Fengshui telah menjadi suatu

kekuatan aktual dan memiliki nilai positip, dalam memilih jenis usaha. Dengan

kata lain, mengaplikasi Feng shui dalam memilih jenis usaha, berarti telah

menempatkannya ilmu Tiongkok kuno ini sebagai suatu intuisi bisnis.

4. Fungsi Elemen Pribadi Dalam Seleksi Karyawan

Instuisi bisnis seperti yang dipaparkan diatas, tentu bukan hanya terbatas

pada pemilihan jenis usaha bagi etnis Tionghoa, tetapi juga terkadang

Page 67: Tesis john parlyn halomoan sinaga

67

diaplikasikan dalam menentukan karyawan yang akan dipekerjakan pada suatu

organisasi atau perusahaan miliknya. Hal ini ditujukan untuk menjaga harmonisasi

Yin dan Yang, sehingga membawa peruntungan.

Keberadaan karyawan merupakan satu hal yang sangat penting ketika

berbicara tentang pengelolaan sumber daya manusia pada suatu

organisasi/perusahaan. Andrew Foulkes (Kusdyah, 2008) memprediksi bahwa

peran sumber daya manusia dari waktu ke waktu akan semakin strategis. Berikut

kutipannya:

“For many years it has been said that capital is the bottleneck fora developing industry. I don't think this any longer holds true. I think it’sthe work force and the company ‘s inability to recruit and maintain a goodworkforce that does constitute”. (Bertahun-tahun berkembang pendapatbahwa modal merupakan hambatan dalam industri yang sedangberkembang. Menurut saya hal ini tidak lagi sepenuhnya benar. Menurutsaya, angkatan kerja dan ketidakmampuan perusahaan merekrut danmempertahankan angkatan kerja yang baik merupakan penyebab hambatandalam produksi saya kira hal ini masih akan bertahan, bahkan di masayang akan datang).

Karena itu, sumber daya manusia merupakan salah satu unsur yang paling

vital bagi organisasi. Terdapat dua alasan dalam hal ini. Pertama, sumber daya

manusia memengaruhi efisiensi dan efektifitas organisasi, sumber daya manusia

merancang dan memproduksi barang dan jasa, mengawasi kualitas, memasarkan

produk, mengalokasikan sumber daya finansial serta menentukan seluruh tujuan

dan strategi organisasi. Kedua, sumber daya manusia merupakan pengeluaran

utama organisasi dalam menjalankan bisnis (Kusdyah, 2008).

Page 68: Tesis john parlyn halomoan sinaga

68

Berpijak dari dua alasan tersebut, itu sebabnya sejumlah pemilik

perusahaan, cukup selektif dalam memilih karyawan karena terkait efisiensi,

efektifitas dan cost yang akan dikeluarkan dalam mendukung kemajuan

perusahaan. Salah satu langkah untuk dapat memenuhi keinginan tersebut adalah

melalui pola seleksi yang tepat. Proses seleksi adalah memilih orang-orang yang

memenuhi spesifikasi kebutuhan organisasi (Kusdyah, 2008).

Bagi etnis Tionghoa, salah satu cara seleksi yang lazim dipakai untuk

mendapatkan karyawan yang sesuai dengan yang dibutuhkan pemilik perusahaan

adalah dengan melibatkan elemen pribadi pada Feng shui. Pemilik perusahaan

tidak akan berkenan mempekerjakan seseorang bila elemen yang dimilikinya tidak

membangun elemen si pemilik, karena dipercaya tidak akan memberi peruntungan

atau hokkie. Sebaliknya, karyawan yang memiliki elemen yang saling mendukung

dengan si pemilik, akan tetap “dipelihara” karena dipercaya membawa hokkie.

Bahkan, terkadang seseorang yang bekerja pada etnis Tionghoa meski tidak

disiplin dalam hal kewajibannya sebagai pekerja, tetapi justeru tidak mendapatkan

sanksi. Ini tidak terlepas dari keyakinan etnis tersebut, bahwa si pekerja membawa

hokkie, sehingga bila dipecat, itu artinya membuang hokkie.

C. Kajian Teoritis Sumber Daya Manusia

Keberadaan sumber daya manusia atau karyawan dalam suatu

organisasi/perusahaan, kini mengalami perubahan besar dalam pemanfaatannya.

Diawal-awal masa-masa industrialisasi, sumber daya manusia selalu

Page 69: Tesis john parlyn halomoan sinaga

69

dikelompokkan sebagai salah satu faktor produksi. Namun, seiring pesatnya

pertumbuhan dan perkembangan teknologi-informasi yang masuk kedalam

organisasi/perusahaan, keberadaannya berubah menjadi bagian dari aset

perusahaan.

Perubahan tersebut, menjadikan pengelolaan sumber daya manusia cukup

pelik, sehingga dibutuhkan pengelolaan khusus, atau lazim disebut dengan

pemakaian istilah manajemen, agar pengeloaannya dapat memberikan keunggulan

bersaing, sehingga mampu membuat sasaran, strategi, inovasi, dan mencapai

tujuan organisasi. Ada dua alasan penting, yang menyebabkan keberadaan sumber

daya manusia menjadi sangat vital pada perusahaan. Pertama, sumber daya

manusia memengaruhi efisiensi dan efektifitas organisasi, sumber daya manusia

merancang dan memproduksi barang dan jasa, mengawasi kualitas, memasarkan

produk, mengalokasikan sumber daya finansial serta menentukan seluruh tujuan

dan strategi organisasi. Kedua, sumber daya manusia merupakan pengeluaran

utama organisasi dalam menjalankan bisnis, (Kusdyah, 2008).

Foulkes (Kusdyah, 2008) memprediksi bahwa peran sumber daya manusia

dari waktu ke waktu akan semakin strategis. Berikut kutipannya:

“For many years it has been said that capital is the bottleneck for adeveloping industry. I don't think this any longer holds true. I think it’s the workforce and the company ‘s inability to recruit and maintain a good workforce thatdoes constitute”. (Bertahun-tahun berkembang pendapat bahwa modal merupakanhambatan dalam industri yang sedang berkembang. Menurut saya hal ini tidak lagisepenuhnya benar. Menurut saya, angkatan kerja dan ketidakmampuanperusahaan merekrut dan mempertahankan angkatan kerja yang baik merupakanpenyebab hambatan dalam produksi saya kira hal ini masih akan bertahan, bahkandi masa yang akan datang)

Page 70: Tesis john parlyn halomoan sinaga

70

Peran strategis sumber daya manusia ini menekankan bahwa orang-orang

dalam organisasi merupakan sumber daya yang penting dan investasi organisasi

yang besar, sehingga agar dapat berperan strategis maka harus fokus pada

masalah-masalah dan implikasi sumber daya manusia jangka panjang, karena

seberapa baik sumber daya manusia dikelola akan menentukan kesuksesan

organisasi di masa mendatang. Sebaliknya, jika sumber daya manusia tidak

dikelola dengan baik maka efektivitas tidak akan tercapai.

Kompleksitas pengelolaan sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh

banyak faktor. Hal ini sesuai dengan perkembangan dan kemajuan yang

berlangsung saat ini. Faktor lingkungan, perubahan teknologi yang cepat,

kompetisi internasional dan kondisi perekonomian yang tidak menentu hanyalah

beberapa faktor eksternal yang menyebabkan organisasi harus selalu mencari

cara-cara baru agar dapat memanfaatkan sumber daya manusia secara lebih efektif.

Faktor internal, seperti tuntutan memperoleh karyawan yang terlatih, biaya

kompensasi, konflik antara serikat pekerja-manajemen, aspek hukum, dan aspek

sosial budaya internal merupakan faktor yang membuat manajemen sumber daya

manusia menjadi semakin penting dan kompleks.

Untuk dapat memenuhi harapan tersebut, salah satu tugas penting pihak

yang ditugasi mengelola sumber daya manusia pada perusahaan adalah seleksi

karyawan, tugas lain berupa, persiapan dan penarikan, pengembangan,

pemeliharaan dan penggunaan. Seleksi merupakan suatu proses kegiatan

penarikan untuk memperoleh para pelamar pekerjaan yang berkualitas. Proses ini

Page 71: Tesis john parlyn halomoan sinaga

71

memilih orang-orang yang memenuhi spesifikasi kebutuhan organisasi. Proses

seleksi sangat bervariasi untuk tiap organisasi. Masing-masing menerapkan

kebutuhan yang berbeda dalam perlakuan seleksi. Berbeda pada organisasi satu

dengan organisasi lain dan pekerjaan satu dengan pekerjaan lain. Proses ini

dilakukan setelah pelamar yang memenuhi syarat terkumpul. Seleksi merupakan

serangkaian kegiatan yang digunakan untuk memutuskan apakah pelamar diterima

atau ditolak. Biasanya proses standar meliputi tes seleksi, wawancara, referensi

dan evaluasi kesehatan (Kusdyah, 2008).

Gambar 6. Bagan Proses Seleksi.

Sumber: Kusdyah (2008)

Tes

Wawancara Awal

Evaluasi Latar Belakang dan Refrensi

Wawancara Mendalam

Tes Kesehatan/Fisik

Pengambilan Keputusan Manajemen

Page 72: Tesis john parlyn halomoan sinaga

72

BAB III

METODE PENELITIAN

Berbicara mengenai metodologi dalam penelitian, berarti berbicara tentang

aturan, hukum dan tata cara dalam melaksanakan penelitian tersebut. Karena itu,

didalamnya harus terkandung hal-hal yang diatur secara sistematis, hal-hal yang

diwajibkan, dianjurkan atau dilarang. Tujuannya, menuntun dan mempermudah

individu dalam melaksanakan penelitian yang diinginkan. Dari uraian tersebut,

dapat disimpulkan bahwa metodologi penelitian adalah serangkaian hukum,

aturan, dan tata cara tertentu yang diatur dan ditentukan berdasarkan kaidah

ilmiah dalam menyelenggarakan suatu penelitian dalam koridor keilmuan tertentu

yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Herdiansyah, 2010).

Secara umum, pelaksanaan penelitian dikelompokan dalam dua paradigma,

yaitu: Pertama, Paradigma Kuantitatif. Ditujukan untuk memahami permasalahan

manusia berdasarkan teori, meneliti variabel tertentu, pengukuran dan analisis

statistika. Kedua, Paradigma Kualitatif. Ditujukan memahami permasalahan

manusia dari seluruh aspek dengan kompleksitasnya, memperhatikan dan

melaporkan hasilnya secara menyeluruh. Pada penelitian Kualitatif, terdapat

sejumlah model yang dipergunakan. Walau terdapat perbedaan, tetapi esensinya

tetap sama, yaitu, untuk memahami permasalahan manusia dari seluruh aspek

dengan kompleksitasnya. Dalam penelitian ini, paradigma yang dipakai adalah

paradigma Penelitian Kualitatif.

Page 73: Tesis john parlyn halomoan sinaga

73

Dalam penelitian Kualitatif, wacana yang berkembang adalah bagaimana

sesungguhnya kedudukan teori. Sebagaimana stereotip teoritis dalam penelitian

Kuantitatif, terkadang suatu masalah dalam penelitian Kualitatif juga harus

dipecahkan dengan menggunakan teori. Teorisasi dalam penelitian Kualitatif

menggunakan dua model, yaitu, deduksi dan induksi (Bungin, 2010). Dalam

model induksi, teori dinilai tidak begitu penting. Peneliti tidak perlu tahu tentang

sesuatu teori, akan tetapi langsung ke lapangan karena datalah yang paling penting.

Sementara model deduksi, teori masih menjadi alat penelitian sejak memilih dan

menemukan masalah, membangun hipotesis, maupun melaksanakan pengamatan

di lapangan sampai dengan menguji data. Hal inilah yang menjadi alasan peneliti

dalam memilih model deduksi, karena teori masih menjadi sebuah alat sejak

memilih dan menemukan masalah serta membangun hipotesis untuk mengetahui

peran elemen pribadi pada Feng shui dalam proses seleksi karyawan.

Beberapa model penelitian menurut Creswell (Herdiansyah, 2010), antara

lain: Phenomenology (fenomenalogi), suatu studi yang memfokuskan kepada

pengalaman yang dialami oleh individu, bagaimana individu memaknai

pengalamannya tersebut berkaitan dengan fenomena tertentu yang sangat

berpengaruh dan sangat berarti bagi individu yang bersangkutan. Biography,

merupakan studi terhadap seseorang atau individu yang dituliskan oleh peneliti

atas permintaan individu tersebut atau atas keinginan peeneliti yang bersangkutan.

Grounded theory, merupakan studi yang dikhususkan untuk menemukan atau

menghasilkan teori dari suatu fenomena (central phenomenon) yang berkaitan

Page 74: Tesis john parlyn halomoan sinaga

74

dengan situasi tertentu. Situasi yang dimaksud adalah suatu keadaan ketika

individu (Informan penelitian) berinteraksi langsung, mengambil bagian, dan

melebur berproses menjadi satu terhadap suatu fenomena. Ethnography

merupakan suatu studi yang biasanya berisikan/menceritakan mengenai

kebudayaan tentang suku bangsa atau suatu masyarakat tertentu (Marzali, 2005),

Dan Case study (studi kasus), yaitu, suatu studi yang diarahkan sebagai upaya

untuk menelaah masalah-masalah atau fenomena yang bersifat kontemporer

(berbatas waktu).

Model yang dipilih dalam penelitian ini adalah studi kasus. Model ini

memfokuskan pada kasus tertentu dan bersifat komprehensif, intens, terperinci

dan mendalam. Ciri lain dari studi kasus adalah keunikan dari kasus yang diangkat.

Dalam studi kasus, kasus yang diangkat biasanya kasus-kasus yang memiliki

keunikan, kekhasan tersendiri. Dalam model studi kasus, Stake (Herdiansyah,

2010) mengemukakan ada tiga bentuk studi kasus yang disesuaikan dengan tujuan

penelitian, yaitu: Pertama, Studi Kasus Instrumental (instrumental case study),

yaitu suatu studi atas kasus untuk alasan eksternal, bukan karena ingin mengetahui

hakikat kasus tersebut. Kasus hanya dijadikan sebagai sarana untuk memahami

hal lain di luar kasus seperti untuk membuktikan suatu teori yang sebelumnya

sudah ada. Kedua, Studi Kasus Kolektif (collective case study), yaitu, suatu studi

kasus yang dilakukan untuk menarik kesimpulan atau generalisasi atas fenomena

atau populasi dari kasus-kasus tersebut. Studi kasus kolektif ingin membentuk

suatu teori atas dasar persamaan dan keteraturan yang diperoleh dari setiap kasus

Page 75: Tesis john parlyn halomoan sinaga

75

yang diselidiki. Ketiga, Studi Kasus Intrinsik (intrinsic case study), yaitu, studi

kasus yang ditujukan memahami secara lebih baik dan mendalam tentang suatu

kasus tertentu. Studi atas kasus dilakukan karena alasan peneliti ingin mengetahui

secara intrinsik suatu fenomena, keteraturan, dan kekhususan kasus. Bukan untuk

alasan eksternal lainnya (Hardiansyah, 2010). Dalam penelitian ini, model studi

kasus yang dipilih adalah Studi Kasus Instristik, karena peneliti ingin memahami

dan mendalami alasan etnis Tionghoa memasukkan faktor elemen pribadi pada

Fengshui dalam seleksi karyawan.

Dalam melaksanakan penelitian dengan paradigma Kualitatif, dikenal tiga

format disain yaitu (Bungin, 2010): Pertama, format deskriptif, bertujuan

menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai

fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian,

dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat,

model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu.

Kedua, format verifikatif, bersifat induktif dan berparadigma fenomenologis

namun perlakuannya terhadap teori masih semi-terbuka pada awal penelitian.

Ketiga, format grounded research. bersifat induktif dan berparadigma

fenomenologis dan tertutup terhadap teori pada awal penelitian. Dalam penelitian

ini, format yang dipilih adalah format deskriptif, karena tujuannya untuk

menggambarkan berbagai situasi atau fenomena realitas sosial yang ada

dimasyarakat yang menjadi objek penelitian, serta latar belakang masalah yang

masih memiliki landasan teori tentang peran elemen pribadi pada Feng shui, yang

Page 76: Tesis john parlyn halomoan sinaga

76

diaplikasikan dalam proses seleksi karyawan pada perusahaan milik etnis

Tionghoa.

A. Paradigma Kualitatif.

Esensi dari penelitian Kualitatif adalah untuk memahami. Memahami di

sini adalah benar-benar memahami dari sudut pandang informan atau sekelompok

informan dan fungsi peneliti hanya sebagai orang yang "mengemas" apa yang

dilihat oleh informan atau sekelompok informan. Berbeda dengan penelitian

Kuantitatif yang esensinya adalah ‘membuktikan’ (Herdiansyah, 2010)

Memahami dalam melaksanakan penelitian Kualitatif, membutuhkan

syarat-syarat khusus sebagi pendukung, antara lain: Pertama, peneliti harus

mampu melebur menjadi satu dengan informan atau kelompok informan yang

diteliti dan memerlukan suatu keterampilan tertentu, seperti keterampilan

bersosialisasi, keterampilan berkomumikasi, keterampilan membangun relasi dan

masih banyak lagi keterampilan yang berkaitan dengan berhubungan dan

membina hubungan dengan orang lain. Kedua, peneliti harus mampu berpijak di

dua tempat, yaitu kapan berfungsi sebagai peneliti dan kapan harus berfungsi

sebagai bagian dari Informan dan lingkungan alaminya. Ketiga, kekuatan dari

penelitian Kualitatif terletak pada pemaparan yang sempurna dan menarik

pembaca untuk seakan-akan turut serta dalam “cerita” yang ditulis. Karena itu,

peneliti Kualitatif harus mampu memberikan “roh” dalam tulisannya, sehingga

tulisan tersebut seakan hidup dipikiran pembacanya.

Page 77: Tesis john parlyn halomoan sinaga

77

Metode penelitian Kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan

untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci dan hasil penelitian

Kualitatif lebih menekankan ‘makna’ dari pada ‘generalisasi’. Pada penelitian

Kuantitatif biasanya lebih menekankan kepada cara pikir yang lebih positivitis

yang bertitik tolak dari fakta sosial yang ditarik dari realitas objektif, disamping

asumsi teoritis lainnya, sedangkan penelitian Kualitatif bertitik tolak dari

paradigma fenomenologis yang objektivitasnya dibangun atas rumusan tentang

situasi tertentu sebagaimana yang dihayati oleh individu atau kelompok sosial

tertentu dan relevan dengan tujuan dari penelitian (Sugiyono, 2009).

Beberapa ahli mencoba memberi batasan definisi mengenai penelitian

Kualitatif. Walaupun secara bahasa, definisi tersebut sangat beragam, tetapi secara

esensi, lebih hampir sama. Denzin dan Lincoln (Hardiansyah, 2010) menyatakan:

“Qualitative research is multimethod in focus, involving aninterpretive naturalistic approach to its subject matter. This means thatqualitative researchers study things in their natural settings, attempting tomake sense of or interpret phenomena in terms of the meanings peoplebring to them. Qualitative research involves the studied use and collectionof a variety of empirical materials—case study, personal experienceintrospective, life story, interview, observational, historical, interactional,and visual texts—that describe routine and problematic moments andmeaning in individual lives”.

Secara sederhana diartikan, penelitian Kualitatif lebih ditujukan untuk

mencapai pemahaman mendalam mengenai perusahaan atau peristiwa khusus

daripada mendeskripsikan bagian permukaan dari sampel besar dari sebuah

Page 78: Tesis john parlyn halomoan sinaga

78

populasi. Penelitian ini juga bertujuan untuk menyediakan penjelasan tersirat

mengenai struktur, tatanan dan pola yang luas yang terdapat dalam suatu

kelompok partisipan. Penelitian Kualitatif juga disebut etno-metodologi atau

penelitian lapangan. Penelitian ini juga menghasilkan data mengenai kelompok

manusia dalam latar atau latar sosial.

Denzin dan Lincoln (Hardiansyah, 2010) juga menegaskan bahwa

penelitian Kualitatif ditujukan untuk mendapatkan pemahaman yang mendasar

melalui pengalaman first-hand dari peneliti yang langsung berproses dan melebur

menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan dengan Informan dan latar yang akan

diteliti berupa laporan yang sebenar-benarnya, apa adanya dan catatan-catatan

lapangan yang aktual. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk memahami

bagaimana para informan penelitian mengambil makna dari lingkungan sekitar

dan bagaimana makna-makna tersebut memengaruhi perilaku Informan sendiri.

Karena merupakan first-hand, maka dalam penelitian Kualitatif harus

terjun langsung dan harus mengenal informan penelitian yang bersangkutan secara

personal dan tanpa perantara. Semaksimal mungkin pemisah (gap) antara peneliti

dengan informan yang diteliti harus dihilangkan atau diminimalisasi agar peneliti

dapat benar-benar memahami sudut pandang dan perasaan informan penelitian

dengan optimal. Ini pula yang menjadi ciri khas dari penelitian Kualitatif yang

membedakan dengan penelitian Kuantitatif atau penelitian eksperimen.

Creswell (Hardiansyah, 2010) juga mengungkapan:

“Qualitative research is an inquiry process of understanding basedon distinctmethodological traditions of inquiry that explore a social or

Page 79: Tesis john parlyn halomoan sinaga

79

human problem. The researcher builds a complex, holistic picture,analizes words, report detailed views of informants, and conducts thestudy in a natural setting”, atau diartikan bahwa penelitian Kualitatifadalah suatu proses penelitian ilmiah yang lebih dimaksudkan untukmemahami masalah-masalah manusia dalam konteks sosial denganmenciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang disajikan,melaporkan pandangan terperinci dari para sumber informasi, sertadilakukan dalam setting yang alamiah tanpa adanya intervensi apa pun daripeneliti.

Dipilihnya paradigma Kualitatif dalam penelitian ini, didasari atas

keinginan peneliti untuk memahami alasan-alasan informan penelitian, yaitu etnis

Tionghoa dalam mempercayai peran elemen pribadi pada Feng shui sehingga

mengaplikasikannya dalam proses seleksi karyawan.

B. Model Deduksi

Dalam penelitian Kualitatif, wacana yang berkembang adalah bagaimana

sesungguhnya kedudukan teori. Sebagaimana stereotip teoritis dalam penelitian

Kuantitatif, terkadang suatu masalah dalam penelitian Kualitatif juga harus

dipecahkan dengan menggunakan teori. Beberapa para ahli sepakat teorisasi

dalam penelitian Kualitatif menggunakan dua model, yaitu, deduksi dan induksi

(Bunguin (2010).

Model deduksi, dimana teori masih menjadi alat penelitian sejak memilih

dan menemukan masalah, membangun hipotesis, maupun melaksanakan

pengamatan di lapangan sampai dengan menguji data. Model penggunaan teori ini

biasa dilakukan dalam penelitian deskriptif Kualitatif. Hal inilah yang menjadi

Page 80: Tesis john parlyn halomoan sinaga

80

alasan peneliti dalam memilih model deduksi, karena teori masih menjadi sebuah

alat sejak memilih dan menemukan masalah serta membangun hipotesis untuk

mengetahui peran elemen pribadi pada Feng shui dalam proses seleksi karyawan.

Gambar 7. Model Penggunaan Teori Penelitian Deskriptif Kualitatif

Sumber: Burhan Bungin (2010).

Berbeda dengan model induksi, peneliti tidak perlu tahu tentang sesuatu

teori, akan tetapi langsung ke lapangan. Teori tidak penting, namun datalah yang

penting. Ada dua pendapat yang berbeda dengan model ini. Pertama, mengatakan

bahwa peneliti harus menfokus perhatiannya pada data di lapangan sehingga

segala sesuatu tentang teori yang berhubungan dengan penelitian menjadi tidak

penting. Peneliti dalam hal ini “buta” dalam hal teori dan tidak perlu membawa-

bawa teori ke lapangan, teori akan dibangun berdasarkan temuan data di lapangan.

Kedua, para ahli mengatakan, teori bukan sesuatu yang haram, namun data tetap

menjadi fokus peneliti di lapangan. Teori menjadi tidak penting, namun

pemahaman objek penelitian secara teoritis juga membantu peneliti di lapangan

saat mengumpulkan data.

TeoriTriangulasi

Pengamatan

Page 81: Tesis john parlyn halomoan sinaga

81

C. Pendekatan Studi Kasus

Studi kasus adalah suatu pendekatan penelitian Kualitatif yang terperinci

tentang individu atau suatu unit sosial tertentu selama kurun waktu tertentu.

Secara lebih dalam, studi kasus merupakan suatu pendekatan yang bersifat

komprehensif, intens, terperinci dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai

upaya untuk menelaah masalah-masalah atau fenomena yang bersifat kontemporer

(berbatas waktu) (Herdiansyah, 2010),

Yin (Bungin, 2010) juga menyatakan bahwa studi kasus adalah suatu

inquiry empiris yang mendalami fenomena dalam konteks kehidupan nyata, ketika

batas antara fenomena dan konteks tidak tampak dengan tegas. Salah satu ciri

khas dari studi kasus adalah adanya ‘sistem yang berbatas’ (bounded system). Hal

yang dimaksud dengan sistem yang berbatas adalah adanya batasan dalam hal

waktu dan tempat serta batasan dalam hal kasus yang diangkat (dapat berupa

program, kejadian, aktivitas, atau Informan penelitian).

Ciri lainnya dari pendekatan studi kasus adalah unik dan menarik. Unik

dan menarik adalah ikon dari studi kasus. Unik saja, tetapi tidak menarik, belum

mampu menggugah pembaca untuk larut dalam tulisan. Begitu pula jika hanya

menarik, tetapi tidak unik, tidak ubahnya dengan novel atau majalah populer.

Unik dan menarik merupakan kekuatan dari studi kasus. Unik berarti memiliki ciri

khas tersendiri yang berbeda dari yang lain, sedangkan menarik berarti memiliki

kemampuan menstimulasi orang lain untuk ikut larut sepenuhnya tanpa paksaan

dan disertai dengan emosi positif.

Page 82: Tesis john parlyn halomoan sinaga

82

Secara umum, studi kasus memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan

model lainnya. Kelebihan studi kasus tersebut, sebagai berikut (Bungin, 2010):

a. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan

antar variabel serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan

pemahaman yang lebih luas.

b. Studi kasus memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan

mengenai konsep-konsep dasar perilaku manusia. Melalui

penyelidikan intensif, peneliti dapat menemukan karekteristik dan

hubungan-hubungan yang mungkin tidak diduga sebelumnya

c. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan yang

sangat berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan

bagi perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam dalam

rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial.

Kelebihan lainnya menurut Black & Champion (Bungin, 2010) adalah:

i. Bersifat luwes dalam hal metode pengumpulan data yang

digunakan. Metode pengumpulan data yang dapat digunakan

dalam studi kasus, antara lain wawancara, observasi, materi

audiovisual, focus group discussion, dan dokumentasi.

ii. Dapat lebih menjangkau dimensi yang lebih spesifik dari topik

yang diselidiki dan mampu mengungkap hal yang spesifik serta

unik dari bounded system yang diteliti karena hal spesifik

Page 83: Tesis john parlyn halomoan sinaga

83

tersebut bersifat unik dan khas. Jenis studi kasus yang mampu

menjangkau dimensi yang spesifik adalah intrinsik studi kasus.

iii. Dapat dilakukan secara lebih praktis pada banyak lingkungan

sosial. Berbagai lingkungan sosial beserta faktor budaya dan

konstruk nilai yang mendasari lingkungan sosial tersebut

merupakan serangkaian aspek yang juga ikut memengaruhi

topik yang diteliti. Dengan menggunakan studi kasus, faktor

lingkungan sosial apa pun tidak menjadi halangan dan

hambatan bagi peneliti.

iv. Studi kasus dapat digunakan sebagai penguji suatu teori. Bukan

hanya model grounded theory yang dapat berfungsi sebagai

penguji suatu teori, dalam beberapa kasus, studi kasus pun

dapat difungsikan sebagai penguji teori, jenis studi kasus yang

dapat digunakan untuk menguji suatu teori adalah instrumental

studi kasus.

v. Dapat dilakukan dengan dana yang minim jika dilakukan

dengan metode pengumpulan data yang sederhana.

D. Studi Kasus Intrinsik (Intrinsic Case Study)

Studi kasus dengan bentuk intrinsik (intrinsic case study) dilakukan untuk

memahami secara lebih baik dan mendalam tentang suatu kasus tertentu. Studi

atas kasus dilakukan karena alasan peneliti ingin mengetahui secara intrinsik suatu

Page 84: Tesis john parlyn halomoan sinaga

84

fenomena, keteraturan, dan kekhususan kasus. Bukan untuk alasan eksternal

lainnya.

Berangkat dari keunikan yang dipaparkan pada pengertian studi kasus di

atas, peneliti menilai keterlibatan elemen pribadi pada Feng shui dalam proses

seleksi karyawan adalah sesuatu yang unik dan jarang diketahui masyarakat,

sebagaimana dipaparkan dalam permasalahan penelitian pada Bab I. Karena itu,

untuk dapat memahami secara lebih baik dan mendalam tentang kasus tersebut,

penelitian ini didisain mempergunakan pendekatan studi kasus intrinsik.

E. Format Deskriptif

Secara umum, format desain deskriptif Kualitatif banyak memiliki

kesamaan dengan desain deskriptif Kuantitatif, karena itu desain deskriptif

Kualitatif bisa disebut pula dengan quasi Kualitatif atau desain Kualitatif semu.

Artinya, desain ini belum benar-benar Kualitatif karena bentuknya masih

dipengaruhi oleh tradisi Kuantitatif, terutama dalam menempatkan teori pada data

yang diperolehnya.

Format deskriptif Kualitatif pada umumnya dilakukan pada penelitian

dalam bentuk studi kasus (Bungin, 2010). Format deskriptif Kualitatif studi kasus

tidak memiliki ciri seperti air (menyebar di permukaan), tetapi memusatkan diri

pada suatu unit tertentu dari berbagai fenomena. Pada cirinya yang lain, deskriptif

Kualitatif studi kasus merupakan penelitian eksplorasi dan memainkan peranan

yang amat penting dalam menciptakan hipotesis atau pemahaman orang tentang

Page 85: Tesis john parlyn halomoan sinaga

85

berbagai variabel sosial. Dalam penelitian ini variabel yang dipilih adalah elemen

pribadi pada Fengshui.

F. Penggalian Data

Dalam penelitian Kualitatif, ketersediaan data adalah hal yang mutlak,

karena sesuai esensinya penelitian Kualititatif ditujukan untuk memahami

informan yang akan diteliti. Pada penelitian Kualitatif, bentuk data berupa kalimat

atau narasi yang diperoleh dari informan melalui suatu teknik pengumpulan data

yang kemudian dianalisis dan diolah dengan menggunakan teknik analisis data

Kualitatif. Dalam penelitian ini beberapa metode pengumpulan data yang akan

dilakukan, antara lain, wawancara, observasi, studi dokumentasi, bahan visual dan

penelusuran data online.

1. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan informan (informan) atau

orang yang diwawancarai, dengan menggunakan pedoman (guide)

wawancara.

2. Wawancara Bertahap

Wawancara yang dilaksanakan secara bebas dan mendalam

(indepth), tetapi tetap tidak terlepas dari pokok permasalahan yang akan

ditanyakan kepada informan.

Page 86: Tesis john parlyn halomoan sinaga

86

3. Pengamatan.

Bentuk pengamatan atau observasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pengamatan tidak berstruktur. Pengamatan tidak

berstruktur dimaksud, dilakukan tanpa menggunakan guide observasi

(Bungin, 2010).

4. Metode Dokumenter/Pustaka

Metode dokumenter atau pustaka (literatur) adalah metode yang

digunakan untuk menelusuri data historis. Walau metode ini terbanyak

digunakan pada penelitian ilmu sejarah, namun kemudian ilmu-ilmu sosial

lain secara serius menggunakan metode dokumenter sebagai metode

pengumpul data. Sifat utama dari data ini tak terbatas pada ruang dan

waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-

hal yang pemah terjadi di waktu silam.

Bahan dokumen secara eksplisit berbeda dengan pustaka, tetapi

kemudian perbedaan antara keduanya hanya dapat dibedakan secara

gradual. Pustaka atau literatur adalah bahan-bahan yang diterbitkan, baik

secara rutin maupun berkala. Sedangkan dokumenter adalah informasi

yang disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan dokumenter. Secara

detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam yaitu: otobiografi, surat-

surat pribadi, buku-buku atau catatan harian, memorial, kliping, dokumen

pemerintah maupun swasta, cerita roman dan cerita rakyat, data di server

Page 87: Tesis john parlyn halomoan sinaga

87

dan flashdisk, data tersimpan di web site, dan lain-lain. Selain macam-

macam bahan dokumenter di atas, dokumenter dibagi menjadi dua, yaitu

dokumen pribadi dan dokumen resmi.

Dokumen Pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara

tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan keyakinannya. Dokumen

pribadi dapat berupa buku harian, surat pribadi, dan otobiografi. Dokumen

resmi terbagi atas dokumen interen dan eksteren. Dokumen interen dapat

berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan lembaga untuk lapangan

sendiri seperti risalah atau laporan rapat, keputusan pemimpin kantor,

konvensi yaitu kebiasaan-kebiasaan yang berlangsung di suatu lembaga

dan sebagainya. Dokumen eksteren berupa bahan-bahan informasi yang

dikeluarkan suatu lembaga, seperti majalah, buletin, berita-berita yang

disiarkan ke media massa, pengumuman, atau pemberitahuan.

5. Metode Bahan Visual

Roland Barthes (Bungin, 2010) mengatakan fotografi sebagai

pesan yang tak berkode. Fotografi mengungkapkan semua komponen

dunia yang dapat diidentifikasi, namun untuk dapat interpretasi haruslah

memiliki pengetahuan yang cukup. Bahan fotografi saat ini jenisnya

bermacam-macam seperti foto, grafis, film, video, kartun, mikrofilm, slide,

dan sebagainya sehingga disebut semuanya sebagai bahan visual.

Page 88: Tesis john parlyn halomoan sinaga

88

6. Metode Penelusuran Data “Online”

Dalam penelitian ini, peneliti menyertakan penelusuran data online

dalam hal pengumpulan data. Pertimbangan mendasar adalah disebabkan

keterbatasan akan literatur soal etnis Tionghoa di tanah air dan kajian-

kajian akan Feng shui yang ada. Dalam hal penulisan sumber data online,

dilakukan secara rinci, berupa penyebutan sumber data dan waktu

pengunduhan. Untuk menghindari terjadinya kehilangan data dari server,

maka bahan telusur tersebut disimpan dalam bentuk cetak.

Page 89: Tesis john parlyn halomoan sinaga

89

BAB IV

OBSERVASI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Observasi

1. Informan Penelitian

Salah satu ciri penelitian yang sempurna adalah didukung oleh data yang

baik, optimal dan relevan. Untuk mendapatkan keinginan seperti itu, pemilihan

informan sebagai individu yang akan diteliti sangatlah penting. Penelitian

Kualitatif memiliki pedoman tersendiri dalam hal memilih informan atau sasaran

yang tepat sesuai masalah penelitian dan karena fokusnya ada pada kedalaman

dan proses sehingga cenderung dilakukan dengan jumlah kasus sedikit

(Poerwandari, 2007).

Pada penelitian Kualitatif, tidak digunakan istilah sampel, melainkan

istilah subjek/reponden/partisipan/informan. Pemilihannya secara umum terkesan

kurang berstruktur dan tidak sistematis jika dibandingkan dengan penelitian

Kuantitatif. Hal ini dikarenakan penelitian Kualitatif berusaha untuk terus mencari

unit-unit dan data-data baru yang relevan dengan topik penelitian. Pemilihan

informan ini nantinya akan mengarahkan peneliti pada data yang semakin spesifik

dalam menjawab masalah penelitian. Sebelum sebuah penelitian dimulai, maka

sudah harus dimiliki pedoman yang akan dilibatkan dalam topik, orang yang akan

diwawancarai, baik informan maupun narasumber dan juga karakteristik informan.

Page 90: Tesis john parlyn halomoan sinaga

90

Pada penelitian ini, peneliti memakai istilah informan (atau orang yang

memberikan informasi) atas orang yang diteliti. Dalam pemilihan informan,

peneliti menetapkan kriteria, sebagai pengguna langsung (end user) elemen

pribadi pada Fengshui dalam seleksi karyawan. Informan yang telah menyatakan

kesediaannya pada penelitian ini adalah J, pemilik Lembaga Pendidikan ”S” yang

memiliki tiga kantor cabang, yakni di Jalan Kediri, Jalan Gatot Subroto dan

Komplek Perumahan Taman Setia Budi Indah Medan.

Informan J, merupakan warga Tionghoa kelahiran Medan, 18 April 1960,

beralamat di Jalan Sei Kapuas Medan. Komplek Perumahan Gajah Mada CII.

Informan merupakan individu yang mengerti/memahami Fengshui, sekaligus

sebagai pengguna langsung (end user) yang mengaplikasikan Fengshui dalam

proses seleksi karyawan di lembaga pendidikan miliknya. Di lembaga tersebut,

terdapat 15 orang tenaga pengelola termasuk J. Dalam proses seleksi karyawan, J

selalu mempertimbangkan aspek elemen pribadinya terhadap karyawan yang akan

dipekerjakan, maupun terhadap keterlibatan anggota keluarganya F (istri) dan K

(anak) dalam mengelola lembaga tersebut. Dari perhitungan angka Kua, J

memiliki elemen pribadi Air +.

Penetapan J sebagai informan berawal dari diskusi dengan J di Republik

Kopi Jalan Setia Budi Medan, pada pertengahan September 2011, tentang

tudingan mistis pada Fengshui. J merupakan teman satu kelas peneliti di Program

Pasca Sarjana Magister Psikologi Industri dan Organisasi, Universitas Medan

Page 91: Tesis john parlyn halomoan sinaga

91

Area, Medan, angkatan 2010-2011. J cukup dikenal di lingkungan kampus,

sebagai orang yang memahami Fengshui.

Pada pertemuan itu, J menyatakan bantahannya atas tudingan mistis pada

Fensghui. Menurutnya, Fengshui yang selama ini dikenal masyarakat hanya

terbatas pada tata letak (rumah/bangunan). Padahal, lebih jauh lagi, Fengshui

dapat dipergunakan dalam hal seleksi karyawan. Keterlibatan Fengshui dalam

seleksi karyawan menurut J, ditinjau dari sisi kesesuaian elemen (unsur) pribadi.

Hubungan elemen ini dikaitkan pada hukum transformasi Fengshui (mendukung-

merusak). Menurut J, keterlibatan elemen pribadi dalam penerimaan karyawan

merupakan hal yang umum pada sejumlah perusahaaan yang dikelola etnis

Tionghoa.

Pemaparan yang disampaikan J, soal keterlibatan elemen pribadi dalam

proses seleksi karyawan, beberapa waktu kemudian dikonfirmasi peneliti pada

Anton dari etnis Tionghoa, yang merupakan rekan peneliti ketika bekerja di

Harian Medan Bisnis, pada tahun 2006-2006 dan hingga saat ini Anton juga

masih bekerja di perusahaan media tersebut. Anton membenarkan pemaparan J

tentang keterlibatan Fengshui dalam hal penerimaan karyawan pada perusahaan

milik etnis Tionghoa.

Berangkat dari kebenaran informasi tersebut, pada Sabtu (8 Oktober 2011),

sekitar pukul 14.00 WIB, peneliti langsung menghubungi J, meminta

kesediaannya sebagai Informan penelitian, tentang keterlibatan elemen pribadi

Page 92: Tesis john parlyn halomoan sinaga

92

pada proses seleksi karyawan. J langsung menyatakan kesediaannya dan

menjadwalkan pelaksanaan wawancara dimulai pada Senin (10 Oktober 2011).

Tabel 3. Identitas Diri Informan

No Uraian Informan1 Nama J2 Tempat Tanggal Lahir Medan 18 April 19603 Alamat Rumah Jalan Sei Kapuas Komp Gajah Mada CII Medan4 Status Pernikahan Menikah5 Jumlah Anak Dua6 Bidang Usaha Wirausaha/Pendidikan7 Nama Usaha Lembaga Pendidikan "S"8 Tempat Alamat Usaha - Jalan Kediri No. 1 Medan

- Jalan Gatot Subroto No. 6B Medan- Komp. Taman Setia Budi Indah Blok AA 9 Medan

9 Usia Usaha 14 Tahun10 Jumlah Pekerja 15 Orang

2. Wawancara

Pelaksanaan wawancara mendalam dengan informan pada penelitian ini

dilakukan sebanyak tiga kali, yakni pada Senin (10 Oktober 2011), Rabu (12

Oktober 2011) dan Selasa (18 Oktober 2011). Sebelum wawancara dilakukan

dengan informan, peneliti mempersiapkan pedoman wawancara yang selanjutnya

menjadi panduan peneliti menggali informasi dari J. Pedoman wawancara yang

dipersiapkan, terbagi atas empat topik utama, yaitu, tentang persepsi informan

terhadap etnis Tionghoa, latar belakang pemahaman informan terhadap Fengshui,

Page 93: Tesis john parlyn halomoan sinaga

93

keterlibatan Fengshui dalam bisnis bagi etnis Tionghoa dan peran elemen pribadi

dalam seleksi karyawan. Hasil wawancara dari ketiga pertemuan tersebut terekam

dengan baik oleh peneliti, yang selanjutnya diolah dalam bentuk scrip (tulisan).

Sedangkan pelaksaanaan wawancara bertahap dilakukan sebanyak dua kali.

Pertama, pada Rabu (15 Februari 2012), bersamaan dengan pelaksanaan observasi.

Pada pertemuan ini, wawancara dengan informan terkait seputar peran elemen

pribadi dalam seleksi karyawan, yang dikaitkan pada hukum transformasi

Fengshui (mendukung atau melemahkan). Wawancara kedua, dilakukan pada

Rabu (22 Februari 2012) bersamaan ketika peneliti melakukan member cek atas

hasil penelitian awal. Dalam wawancara ini, peneliti menggali konstruksi teoritis

elemen pribadi sebagai dasar menerapkannya pada seleksi karyawan.

Ketertarikan melaksanakan penelitian tentang peran elemen pribadi pada

fengshui dalam proses seleksi karyawan, yang menjadi bahasan dalam karya

ilmiah ini bermula dari diskusi dengan informan (J) di Republik Kopi Jalan Setia

Budi Medan, pada pertengahan September 2011, tentang Fengshui.

J merupakan teman satu kelas peneliti di Program Pasca Sarjana Magister

Psikologi Industri dan Organisasi, Universitas Medan Area, Medan yang berlokasi

di Kampus II Jalan Setia Budi Medan. J cukup dikenal di lingkungan kampus,

sebagai orang yang memahami Fengshui. Pada pertemuan itu, peneliti

mendiskusikan soal tudingan mistis terhadap Fengshui pada J.

Informan langsung membantah tudingan tersebut, dengan menyatakan hal

tersebut tidak benar. Berlatar belakang bantahan tersebut, akhirnya terjadi diskusi

Page 94: Tesis john parlyn halomoan sinaga

94

dengan J, tentang sejumlah kajian Fengshui dalam kehidupan manusia. Informan

menyatakan, Fengshui yang selama ini dikenal masyarakat hanya terbatas pada

tata letak (rumah/bangunan), merupakan sebagian kecil dari kemampuan Fengshui

dalam melihat keberuntungan (hoki). Lebih jauh lagi, kata J, Fengshui dapat

dipergunakan dalam hal seleksi karyawan.

Keterlibatan Fengshui dalam seleksi karyawan menurut J, ditinjau dari sisi

kesesuaian elemen (unsur) seseorang. Hubungan elemen ini dikaitkan pada hukum

transformasi Fengshui (mendukung-merusak). Misalnya, dari perhitungan Kua

seseorang pimpinan perusahaan didapat memiliki elemen Kayu. Dari sisi hukum

transformasi Fengshui, elemen Kayu sangat tidak sesuai (harmonis) dengan

elemen Api dan Logam. Alasannya, Api akan merusak (membakar) Kayu.

Demikian dengan elemen Logam yang dapat diartikan sebagai gergaji, kapak,

pisau atau benda tajam lainnya. Dalam kehidupan sehari, semua benda tajam

tersebut dapat merusak Kayu.

Namun, kata J, ketidaksesuaian elemen ini, bukan berarti langsung

melakukan penolakan pada calon karyawan. Pertimbangan lain dapat dilakukan

melalui pembentukan formasi penghancuran. Artinya, dalam struktur organisasi

perusahaan, pemilik elemen (Logam dan Api) tidak boleh berhubungan langsung

dengan pimpinan perusahaan tersebut, tetapi diberi batas dengan elemen lain yang

mampu meredam pertentangan tersebut. Dalam kajian Fengshui, elemen yang

mampu meredam Api dan Logam adalah elemen Air. Alasannya, Api akan padam

kalau disiram Air. Demikian dengan Logam, akan berkarat ketika terkena Air.

Page 95: Tesis john parlyn halomoan sinaga

95

Menurut J, keterlibatan elemen pribadi dalam penerimaan karyawan

merupakan hal yang umum pada sejumlah perusahaaan yang dikelola etnis

Tionghoa. Itu sebabnya, kata J, beberapa karyawan pada perusahaan etnis

Tionghoa, meski tidak disiplin dalam hal kerja, tetapi tidak dipecat. Alasannya,

pemecatan dapat diartikan membuang hoki (peruntungan). Dari pada membuang

peruntungan lebih bagus dipertahankan.

Pemaparan yang disampaikan J, soal keterlibatan elemen pribadi dalam

seleksi karyawan tersebut, kemudian di uji (konfirmasi) pada Anton beretnis

Tionghoa, yang merupakan rekan peneliti ketika bekerja Harian Medan Bisnis,

dan hingga saat ini Anton juga masih bekerja di perusahaan media tersebut, serta

aktif melakukan kajaian-kajian Fengshui dalam lingkup perusahaan rekan-

rekannya. Anton membenarkan pemaparan J tentang keterlibatan Fengshui dalam

hal penerimaan karyawan pada perusahaan etnis Tionghoa.

Berangkat dari kebenaran informasi tersebut, pada Sabtu (8 Oktober 2011),

sekitar pukul 14.00 WIB, peneliti menghubungi J, meminta kesediaannya sebagai

informan penelitian, tentang keterlibatan elemen pribadi pada proses seleksi

karyawan. J langsung menyatakan kesediaannya dan menjadwalkan pelaksanaan

wawancara pada Senin (10 Oktober 2011), usai perkuliahan.

Senin, 10 Oktober 2011

Pada Senin 10 Oktober 2011, peneliti dan J selesai kuliah pertama

(Psikologi Komunikasi) sekitar pukul 18.00 WIB. Kemudian dilanjutkan

Page 96: Tesis john parlyn halomoan sinaga

96

pada pukul 19.00 WIB, mata kuliah Psikologi Kepemimpinan. Namun

selama rehat, peneliti dan J beranjak bersama-sama menuju Kantin 3M

yang berada di seputaran Kampus UMA II. Usai memesan makanan dan

minuman, J langsung membuka pembicaraan tentang Fengshui.

Saat itu J memakai baju warna coklat muda, dipadu dengan celana

warna coklat tua dan sepatu warna coklat tua, sembari menyandang tas

kecil berwarna coklat tua. Tampilan wajah yang terlihat pada J

menggambarkan kelelahan. Ciri fisik J, memiliki tinggi badan sekitar 160

Cm, berperawakan gemuk, berkulit putih, berkacamata, mata tidak terlalu

cipit seperti yang umum pada etnis Tionghoa, potongan rambut pendek-

lurus. Momen pembuka ini, peneliti manfaatkan untuk mengambil tape

recorder. Namun sebelum memulai merekam, peneliti terlebih dahulu

minta izin agar diperkenankan merekam seluruh pembicaraan, J langsung

mempersilahkan. Pada wawancara pertama ini, J sering mengancungkan

jempol, sebagai tanda pernyataan bahwa ilmu Tiongkok kuno tersebut

sangat bagus diterapkan dalam kehidupan seseorang.

Seyogianya, wawancara pertama ini diharapkan hanya berlangsung

ketika rehat, atau sekitar 1 jam lamanya, karena sekitar pukul 19.00 WIB

akan masuk kuliah Psikologi Kepemimpinan. Namun karena dosen mata

kuliah tersebut belum masuk, wawancara terus dilanjutkan. Baru pada

pukul 19.30 WIB, wawancara berakhir, seiring akan dimulainya

perkuliahan Psikologi Kepemimpinan.

Page 97: Tesis john parlyn halomoan sinaga

97

Sebelum beranjak dari lokasi wawancara, peneliti menyerahkan

lembar informed concern kepada J untuk diisi atas kesediannya sebagai

informan penelitian. Usai menyerahkan lembar persetujuan tersebut,

peneliti kemudian mengingatkan J, agar keesokan harinya (Selasa, 11

Oktober 2011) wawancara kedua dilanjutkan. J menerima tawaran tersebut.

Akhir dari pertemuan ini, peneliti menyalami informan dan mengucapkan

terimakasih atas kesediaan wawancaranya.

Selasa, 11 Oktober 2011

Pada tanggal ini, sekira pukul 09.00 WIB, peneliti menghubungi

Anton lewat hand phone untuk bertemu guna membicarakan tentang

verifikasi data hasil riset yang dilakukan peneliti. Anton menyanggupi

permintaan tersebut, dan sepakat bertemu di kawasan Asia Mega Mas

Medan, satu jam kemudian.

Setelah menjelaskan sedikit tentang pengertian verifikasi pada

Anton, Anton langsung menghubungi salah seorang rekannya dengan

bahasa Hokkien. Usai melakukan komunikasi, Anton menyatakan, salah

seorang temannya bernama Rudy Rahman, bersedia untuk diwawancarai,

dan diminta untuk datang sekitar pukul 11.00 WIB ke Hotel Ville Medan..

Informasi awal yang diterima peneliti tentang Rudy Rahman,

merupakan alumni salah satu universitas dari Australia. Rudy Rahman,

bekerja sebagai seorang tenaga konsultan manajemen. Dalam

Page 98: Tesis john parlyn halomoan sinaga

98

pekerjaannya, Rudy Rahman menggabungkan kajian-kajian Fengshui

dalam menyelesaikan permasalahan manajemen klien-nya.

Pertemuan peneliti dengan Rudy Rahman berlangsung di lobi Hotel

Ville Medan. Rudy Rahman berperawakan gemuk, dengan tinggi badan

sekitar 155 Cm. Kepala agak botak, dengan rambut agak ikal. Diawal

pertemuan, peneliti memperkenalkan diri, disambut dengan anggukan dari

Rudy Rahman.

Rudy Rahman kemudian memperkenalkan diri, sembari mengajak

peneliti untuk duduk. Beberapa saat kemudian, Rudy Rahman

menawarkan minum kepada peneliti seiring dengan kehadiran recepsionis

pihak hotel. Usai menjawab tawaran minum tersebut, peneliti membuka

komunikasi dengan rencana verifikasi data (triangulasi) tersebut, sambil

membuka alat perekam. Rudy Rahman langsung memahaminya, dan mulai

serius membicarakan soal Fengshui dengan peneliti.

Wawancara ini berlangsung sekitar 2 jam. Seluruh pembicaraan

dengan Rudy Rahman terekam baik oleh peneliti. Sekitar pukul 13.10 WIB,

telepon Rudy Rahman berdering, salah seorang rekannya mengajak makan

siang di suatu tempat. Rudy memberikan tawaran kepada peneliti untuk

ikut makan siang bersama rekannya, tapi peneliti menolak dengan alasan

masih harus mempersiapkan kuliah untuk sore harinya. Diakhir

pembicaraan, Rudy Rahman mengingatkan peneliti untuk datang keesokan

Page 99: Tesis john parlyn halomoan sinaga

99

harinya, guna melanjutkan pembicaraan. Peneliti menyanggupinya sambil

menyalami Rudy menyampaikan terimakasih.

Pada hari ini juga, peneliti dengan informan J sepakat

melaksanakan wawancara. Namun, hingga waktu yang ditentukan,

informan berhalangan datang. Konfirmasi lewat telepon yang dilakukan

peneliti, J menyatakan ada permasalahan internal perusahaan yang harus

diselesaikan. Menerima jawaban tersebut, peneliti mengakhiri telepon dan

mengucapkan terimakasih.

Rabu, 12 Oktober 2011.

Pada Rabu 12 Oktober 2011 ini, sekitar pukul 10.00 WIB, peneliti

memenuhi janji terhadap Rudy Rahman untuk melakukan wawancara

kedua, terkait verifikasi data di Hotel Ville Medan. Namun, Rudy Rahman

tidak berada ditempat. Informasi yang diperoleh peneliti dari rekan

kerjanya, Rudy Rahman sedang berada di luar kota.

Pada sore harinya, pelaksanaan wawancara kedua dengan J

kembali dilaksanakan. Pelaksanaan wawancara ini sebenarnya tidak

terjadwal dengan baik, karena peneliti khawatir, J masih berhalangan

kuliah karena alasan internal perusahaan seperti sebelumnya. Namun,

sekitar pukul 16.50 WIB, J terlihat berjalan dari area parkir Kampus II

menuju gedung utama perkuliahan. Saat itu J berpakaian warna biru

bercorak kotak-kotak, dipadu celana jeans warna biru tua, dengan sepatu

Page 100: Tesis john parlyn halomoan sinaga

100

berwana putih, sembari menjinjing tas kecil warna coklat, seperti pada

pertemuan pertama (Senin, 10 Oktober 2011).

Peneliti langsung menghampiri J di teras gedung utama kampus.

Saat bersalaman, J mempertanyakan perkuliahan kemarin dan menyatakan

maaf atas ketidakhadirannya kemarin. Peneliti tidak terlalu merespon

kedua pernyataan tersebut, karena perkuliahan Psikologi Konsumen Lanjut

akan dimulai. Perkuliahan ini berakhir hingga pukul 18.30 WIB.

Usai perkuliahan, peneliti langsung menghampiri J, dan

menyatakan kesediaannya melakukan wawancara kedua pada saat itu.

Peneliti menerima tawaran tersebut, sambil menunjukkan beberapa buku

tentang Fengshi pada peneliti.

Wawancara kedua ini mengambil tempat di ruang perkuliahan

Psikologi Konsumen Lanjut. Wawancara berlangsung hingga pukul 21.20

WIB. Wawancara ini sengaja peneliti akhiri, karena pihak keamanan

kampus sudah memberi aba-aba untuk segera menutup gerbang utama

kampus.

Diakhir pertemuan, peneliti kembali mengingatkan J, agar pada

Senin (17 Oktober 2011) dilakukan wawancara ketiga, dengan topik soal

keterlibatan elemen pribadi pada seleksi karyawan dan pembentukan

formasi penghancuran.

Page 101: Tesis john parlyn halomoan sinaga

101

Sebelum beranjak pulang, J menyerahkan dua buku buku kepada

peneliti, tentang sejumlah kajian-kajian Fengshui. J mengingatkan peneliti,

agar membaca buku tersebut, sebelum melanjutkan wawancara berikutnya.

Senin, 17 Oktober 2011

Pada hari Senin, 17 Oktober 2011 ini, sekitar pukul 10.00 WIB,

peneliti berkunjung ke Hotel Ville Medan, dengan harapan dapat bertemu

dengan Rudy Rahman, karena pada rencana pertemuan kedua yang

dijadwalkan pada Rabu (12 Oktober 2011) gagal dilaksanakan, karena

Rudy Rahman berada di luar kota. Hotel ini menjadi base camp Rudy

Rahman dalam menjalankan aktivitasnya.

Saat duduk di lobi hotel, sekitar pukul 10.30 WIB, Rudy Rahman

ke luar dari salah satu ruangan hotel. Peneliti langsung menghampiri dan

menyatakan kesediannya untuk melanjutkan pembicaraan yang

sebelumnya terputus.

Rudy Rahman menyatakan kesediannya, dan memilih tempat di

food court hotel. Wawancara sengaja peneliti akhiri sekitar 15.10 WIB,

karena seluruh diharapkan peneliti tentang verifikasi data (triangulasi)

telah terpenuhi. Diakhir pertemuan, peneliti mengucapkan terimakasih

kepada Rudy Rahman, dan menyatakan bahwa seluruh yang diharapkan

tentang triangulasi pada penelitian ini sudah terpenuhi dengan baik. Rudy

Page 102: Tesis john parlyn halomoan sinaga

102

Rahman hanya menjawab dengan senyum, sembari mempersilahkan

peneliti datang kapan saja kalau ingin membicarakan Fengshui.

Pada sore harinya, pelaksanaan wawancara ketiga dengan J, batal

dilaksanakan, karena J berhalangan kuliah. Namun, peneliti tidak

melakukan konfirmasi kepada J atas ketidakhadirannya.

Selasa, 18 Oktober 2011

Pelaksanaan wawancara ketiga dengan J, juga tidak terjadwal

dengan baik. Peneliti, mengambil inisiatif untuk mengajak J melakukan

kelanjutan wawancara. J awalnya menunjukkan sikap ragu, dengan alasan

kelelahan mengurusi perusahaan miliknya sepekan terakhir. Namun,

peneliti meyakinkan J, pelaksanaan wawancara ketiga ini tidak akan

berlangsung lama, cukup satu jam. Akhirnya menerima tawaran tersebut.

Wawancara dimulai pukul 20.30 WIB usai perkuliahan Carrier dan

Assesment. Selama wawancara dilaksanakan, J menunjukkan sikap gelisah,

dan sesekali menerima telepon, yang menurut J dari istrinya, terkait

permasalahan internal perusahaan miliknya. Namun J tidak merinci

permasalahan yang dimaksud. Pada pertemuan ini, J memakai baju warna

biru dengan corak vertikal, dipadu celana jeans biru dengan sepatu warna

coklat muda. Pada pertemuan ini, J tidak menyandang tas, seperti dua

pertemuan sebelumnya.

Page 103: Tesis john parlyn halomoan sinaga

103

Wawancara ketiga ini berakhir pukul 22.00 WIB, atau lebih satu

jam dari yang dijanjikan peneliti. Pengunduran tenggang waktu ini didasari

keinginan peneliti untuk menuntaskan seluruh proses penggalian data

kepada J, sehingga peneliti dapat melangkah pada tahapan selanjutnya.

31 Oktober 2011

Informan J, menyerahkan struktur organisasi lembaga pendidikan

yang dipimpinnya kepada peneliti. Dalam data tersebut, J menuliskan

dengan lengkap seluruh data kelahiran tenaga pengajar.

Gambar 8. Struktur Organisasi Lembaga Pendidikan S, 31 Oktober 2011

Sumber: Lembaga Pendidikan S

Page 104: Tesis john parlyn halomoan sinaga

104

3. Pengamatan.

Pelaksanaan pengamatan atau observasi pada penelitian dilakukan pada

Rabu (15 Februari 2012) di Cabang Kediri. Pemilihan lokasi observasi ini,

didasari bahwa cabang tersebut sekaligus sebagai lokasi Kantor Pusat Lembaga

Pendidikan S. Dalam melaksanakan observasi, peneliti menetapkan dua objek

observasi, yaitu, lingkungan kerja informan, dan perilaku informan.

Observasi lingkungan kerja informan yang diamati peneliti, memberi

gambaran tentang keterlibatan Fengshui dalam pengaturan tata letak properti,

seperti meja, kursi dan posisi duduk karyawan. Keterlibatan Fengshui dalam

pengaturan tata letak tersebut, ditujukan untuk mendapatkan chi positip bagi

karyawan dan anak didik.

Observasi terhadap perilaku informan yang dilakukan peneliti, memberi

gambaran, bahwa informan selalu menerapkan kajian-kajian kajian Fengshui

dalam kehidupannya, seperti pemilihan warna baju, warna celana dan aksesoris

pendukung, seperti cincin dan kalung batu giok, yang diyakini sebagai penyejuk

diri bagi informan. Keterlibatan Fengshui dalam kehidupan informan seperti ini,

diakui, karena tidak memiliki efek negatif apabila diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

Pada pelaksanaan observasi, hal yang menjadi bahan observasi adalah

lingkungan kerja dan perilaku informan, yang selanjutnya dituangkan dalam

bentuk tulisan.

Page 105: Tesis john parlyn halomoan sinaga

105

Tabel 4. Tabel Observasi.

Observee : JLokasi : LP Surya Kantor Pusat Jalan Kediri MedanTanggal : 15 Februari 2012.Jam : 11.20-16.00 WIB.

Uraian Observasi

Sabtu, 22 Oktober 2011

Pada Sabtu, 22 Oktober 2011, sekitar pukul 13.00 WIB, peneliti

mengunjungi salah satu cabang Lembaga Pendidikan S di kawasan

perumahan Taman Setia Budi Indah, Blok AA 9, untuk melaksanakan

observasi terkait hasil wawancara yang dilakukan dengan J.

Namun, observasi gagal dilaksanakan karena tidak satu pun

orang yang terlihat di lokasi lembaga pendidikan tersebut. Informasi

yang diperoleh peneliti dari warga sekitar, menyatakan, bahwa pada hari

Sabtu, biasanya tempat kursus tersebut, buka hanya setengah hari, atau

hanya sampai sekitar pukul 12.00 WIB.

Rabu, 15 Februari 2011

Pada Rabu, 15 Februari 2012, sekitar pukul 11.20 WIB, peneliti

berkunjung ke Cabang Kediri (cabang ini sekaligus menjadi Kantor

Pusat Lembaga Pendidikan S) untuk melakukan observasi. Di lokasi ini,

peneliti membagi hasil objek observasi atas dua bagian, yaitu,

lingkungan kerja informan dan perilaku nforman.

Page 106: Tesis john parlyn halomoan sinaga

106

Lingkungan Kerja Informan:

Kedatangan peneliti di tempat tersebut disambut F (istri J), J

sendiri saat kedatangan peneliti tidak berada di tempat. Kehadiran

peneliti sempat mengagetkan F, karena tidak menyangka akan

berkunjung ke tempat tersebut. Setelah mempersilahkan peneliti duduk,

F langsung menghubungi J, menyampaikan kehadiran peneliti. J

memberikan pesan kepada F, meminta peneliti menunggu beberapa

waktu karena akan langsung datang. Saat bertemu dengan peneliti, F

memakai baju terusan warna putih, dipadu dengan sepatu coklat muda.

Ciri fisik, J bertubuh gemuk dengan tinggi sekitar 155 Cm, rambut

bergelombang.

Sembari menunggu kehadiran J, peneliti juga mencoba

mengamati lingkungan dan suasana kantor lembaga pendidikan tersebut.

Kantor Pusat Lembaga Pendidikan S menempati gedung rumah toko

(Ruko) berlantai empat. Saat berada di dalam gedung, lantai satu,

peneliti mendengar suasana riuh, dikarenakan dua anak terlihat

menangis akibat dimarahi staf pengajar, karena mendapatkan nilai jelek

saat ujian disekolah.

Suasana tersebut tampaknya sudah terbiasa bagi siswa yang lain,

ditandai tidak adanya reaksi yang diberikan siswa yang lain, terhadap

anak didik yang sedang menangis. Jumlah anak didik yang belajar saat

itu ada di lantai satu sekitar 15 orang. Di tengah tangis kedua anak

Page 107: Tesis john parlyn halomoan sinaga

107

tersebut, F menimpali, bahwa kedua anak itu penderita autis, sehingga

harus diberikan terapi seperti menakut-nakuti agar pikiran si anak tidak

menerawang, tetapi terkonsentrasi pada mata pelajaran yang diajarkan.

Lingkungan kantor juga terlihat tidak terlalu rapi, beberapa

lembaran kertas tak terpakai serta tas sekolah anak didik terlihat

berserakan di lantai keramik berukuran 40 x40 Cm. Di lantai utama

gedung itu, terdapat lima buah meja. Empat diantaranya, merupakan

meja kerja yang diperuntukkan bagi F, J, R dan satu meja cadangan,

sedangkan satu meja lagi merupakan meja panjang untuk kegiatan

belajar anak didik. Ketiga meja kerja (F, J dan R) berada disebelah kiri

ruangan, membentuk formasi sejajar menghadap dinding bagian kanan

gedung, sementara meja cadangan menghadap arah pintu, seperti

gambar berikut:

Gambar 9. Denah Lt 1 LP Surya Cabang Kediri

Page 108: Tesis john parlyn halomoan sinaga

108

Gambar 10. Denah Lt 2, 3, 4 LP Surya Cabang Kediri

Sekitar 20 menit di lantai utama, peneliti melanjutkan

peninjauan ke lantai 2, 3 dan 4 gedung tersebut. Pada tiap lantai,

terdapat satu meja panjang untuk belajar, tiga kursi yang diletakkan

pada masing-masing sisi meja serta satu buah papan tulis white board.

Sekitar 30 menit menelusiri ketiga lantai berikutnya (lantai 2, 3

dan 4), peneliti turun ke lantai utama. Setiba dilantai uatama, peneliti

kembali menemui F mempertanyakan proses seleksi karyawan di

lembaga pendidikan tersebut. Jawaban F, menyatakan, seluruh

karyawan yang bekerja pada lembaga pendidikan diakui diseleksi

berdasarkan kajian Fengshui oleh J. F hanya bertugas melakukan

rekrutmen dan menseleksi persyaratan dokumen. Namun F mengatakan,

keterlibatan Fengshui hanya sebagai faktor pendukung. Faktor utama

tetap mengacu pada jenjang pendidikan (kualitas) setara strata satu (S1)

Page 109: Tesis john parlyn halomoan sinaga

109

dan kepribadian. Hal ini berkaitan dengan bisnis yang dijalankan

perusahaan, sebagai lembaga pendidikan (kursus) bagi usia anak

sekolah. Dalam hal penerimaan tenaga pengajar baru, F menyatakan

tidak ada waktu khusus melakukan perekrutan. Sifatnya hanya sesuai

kebutuhan, bila ada karyawan yang mengundurkan diri.

Bicara tentang lama kerja karyawan diperusahaan tersebut, F

menjelaskan dua koordinator cabang, yaitu Tasbih S dan Kediri D,

sudah bekerja di atas lima tahun, sementara untuk tingkat supervisor, F

tidak dapat mengingatnya lagi. Tetapi tiba-tiba F menyela mengatakan,

kira-kira di atas tiga tahun, sama dengan Asisten Wakil Pimpinan

Perusahaan R. Namun kata F, Koordinator Cabang Gatot Subroto, T

telah mengundurkan diri sejak akhir tahun 2011 lalu. Kini jabatan

tersebut mengalami kekosongan.

Perilaku Informan:

Sekira 10 menit berbicara dengan F, informan tiba di lembaga

pendidikan miliknya. Informan tiba dengan baju berwarna biru dengan

motif kotak-kotak dipadu dengan celana berwarna biru tua, serta sepatu

berwana hitam. Setelah saling bertegur sapa, informan mengambil

posisi duduk di kursi meja F, dan mempersilahkan peneliti duduk

dihadapnnya

Informan langsung mengatakan, bahwa penataan properti

Page 110: Tesis john parlyn halomoan sinaga

110

ruangan dan posisi duduk karyawan, ditetapkan berdasarkan kajian

Fengshui. Salah satu misalnya, penentuan duduk Asisten Wakil

Pimpinan Perusahaan, R, disisi kiri pimpinan perusahaan (J/informan).

Demikian dengan posisi duduk F yang berada disisi kanan informan,

serta penempatan meja cadangan di sudut kiri bangunan menghadap ke

arah pintu.

Menurut kajian Fengshui, posisi R yang berada disisi kiri

informan, merupakan posisi Naga, sedangkan posisi duduk F yang

berada disisi kanan informan, merupakan posisi Harimau. Formasi ini

disebut Naga menjaga Harimau, atau diartikan, ketika Harimau terusik

oleh sesuatu hal, Naga akan segera bertindak. Dan untuk keberadaan

sosok cadangan, dimaksudkan ketika informan, R dan F berhalangan

hadir, maka akan diisi oleh cadangan. Sosok cadangan yang ditetapkan

informan pada formasi ini adalah K, anak pertama informan, yang kini

menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Islam

Sumatera Utara.

Selesai menjelaskan posisi duduk karyawan pada lembaga

tersebut, informan kemudian memperlihatkan sebuah buku tentang

Fengshui, lalu membolak-balik buku tersebut dihadapan peneliti, seakan

menunjukkan sesuatu. Namun sebelum menemukan yang dicari

informan, peneliti mempertanyakan alasan Koordinator Cabang Gatot

Subroto, T, mengundurkan diri dari jabatannya.

Page 111: Tesis john parlyn halomoan sinaga

111

Mendengar pertanyaan tersebut, informan tersenyum, sembari

menunjukkan copy struktur organisasi perusahaan yang pernah

diberikan pada peneliti. Informan meminta peneliti melihat secara

seksama, apa yang terjadi pada struktur organisasi tersebut. Namun,

peneliti tidak mengerti apa yang dimaksud informan. Melihat peneliti

kebingungan, informan langsung menimpali, menyebut posisi T

berelemen Kayu -, dibawahnya terdapat Supervisor Cabang Gatsu A

berelemen Logam -. Artinya, A menjadi orang yang menyusahkan bagi

T, sehingga membuat T tidak dapat berkreasi (berkembang) di

lingkungan kerjanya. Tidak tahan dengan kondisi tersebut, akhirnya T

mengundurkan diri, padahal telah bekerja selama dua tahun di Cabang

Gatot Subroto.

Usai menjelaskan hubungan elemen dengan pengunduran diri T,

informan melanjutkan pembicaraan tentang istilah tahun Naga Air yang

jatuh pada tahun 2012 ini. Informan mengatakan, Naga dalam kajian

Fengshui, dikenal memiliki semburan Api, sehingga ditahun ini

dikatakan akan banyak peristiwa kebakaran. Informan

mencontohkannya, beberapa kejadian kebakaran yang terjadi di Medan

dalam sebulan terakhir, seperti dikawasan pemukiman Sukaramai,

kawasan Jalan Setia Budi dan terakhir di Jalan Brigjen Katamso,

Medan.

Observasi yang sekaligus sebagai bagian dari wawancara

Page 112: Tesis john parlyn halomoan sinaga

112

bertahap ini, berlangsung hingga pukul 16.00 WIB. Peneliti terpaksa

mengakhiri diskusi tersebut, karena harus bertemu dengan rekan pada

pukul 17.00 WIB. Diakhir pembicaraan, peneliti menyampaikan

terimakasih.

Gambar 11: Struktur Organisasi LP Surya, 15 Februari 2012

Dari pengamatan yang dilakukan pada saat observasi, informan

memperlihatkan perilaku, sebagai berikut:

Indikator Perilaku Yang Tampak

Ciri fisik * Informan memakai warna pakaian(kemeja dan celana) warna biru yangdiidentikkan dengan warna air.

* Memakai sepatu warna putih, yangdiartikan suatu wujud kebersihan

Page 113: Tesis john parlyn halomoan sinaga

113

* Informan memakai cincin batu giokberbentuk horizontal sepanjang 2 Cm,yang dianalogikan sebagai warnatumbuhan (hijau)

* Informan memakai jam warna coklatyang dianalogikan sebagai warna kayu(coklat) dan kalung giok (hijau)berlambang ayam, yang merupakan shiodari informan

* Memiliki tinggi badan sekitar 160 Cm,dengan bentuk fisik obesitas

* Rambut pendek dan lurus, disisir kesebelah kanan

* Informan berkacamata

Pembicaraanterhadap Fengshui

* Informan terlihat antusias dan selaluserius.

* Informan selalu memberi contoh atasdirinya.

* Informan selalu menyertakan teoripendukung

PemanfaatanFengshui padaperusahaan

* Informan memperlihatkan sikap serius

* Informan menunjukkan ekspresi banggaatas kesesuaian elemen yangditerapkannya

* Selalu memuji karyawan

Kecemasan terhadappertentangan elemen

* Informan memperlihatkan ekspresi wajahyang berbeda dan kehati-hatian.

4. Verifikasi Data

Verifikasi data tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan atau

mengoptimalkan rigor penelitian (Hardiansyah, 2010). Rigor adalah tingkat atau

derajat dimana hasil temuan dalam penelitian Kualitatif bersifat autentik dan

Page 114: Tesis john parlyn halomoan sinaga

114

memiliki interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Rigor juga dapat

dipahami sebagai derajat sejauh mana data-data yang diperoleh benar-benar

mewakili atau menggambarkan maksud dan sudut pandang yang sebenarnya dari

Informan penelitian terhadap fenomena tertentu dan bukan merupakan keinginan

atau sudut pandang si peneliti.

Dalam penelitian Kualitatif, sering kali ditemukan beberapa situasi dan

kondisi yang dapat mengancam atau menurunkan rigor. Bahkan, dapat dikatakan

bahwa situasi dan kondisi ini menjadi salah satu “pelanggan tetap” yang muncul

dan mengancam penelitian yang sedang dilakukan, baik disadari maupun tidak

oleh peneliti yang bersangkutan yang berefek pada terganggunya rigor penelitian.

Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dan dikendalikan terkait dengan

Rigor penelitian, yaitu: Pertama, kereaktifan (reactivity). Kedua, bias-bias yang

bersumber dari peneliti (researcher biases). Ketiga, bias-bias yang bersumber dari

responden/Informan penelitian (respondent biases). Optimalnya rigor penelitian

bukan perkara mudah dan sederhana, sehingga diperlukan beberapa strategi untuk

meningkatkan rigor agar hasil penelitian Kualitatif yang dilakukan dapat

dipertanggungjawabkan keautentikannya secara ilmiah.

Lincoln dan Guba (Moleong, 2002) mengemukakan empat macam standar

verifikasi, yaitu: kredibilitas, transferabilitas, dependebilitas, dan konfirmabilitas.

Dalam tiap standar itu, ada beberapa teknik yang digunakan untuk menunjangnya.

Berikut adalah teknik yang akan digunakan peneliti dalam verifikasi data untuk

mencapai tujuan penelitian.

Page 115: Tesis john parlyn halomoan sinaga

115

a. Kredibilitas

Kredibilitas atau disebut sebagai taraf keyakinan. Kredibilitas

digunakan untuk melihat apakah penelitian yang dilakukan sudah berjalan

dengan benar atau belum. Untuk menunjang kredibilitas pada penelitian

ini, peneliti melakukan tindakan berupa:

i. Keterlibatan dan pengalaman berkesinambungan dengan

informan, melalui survei dan terlibat langsung dengan informan

untuk membangun rapport (hubungan), mempelajari lingkungan

sosial dan budaya informan serta menumbuhkan keyakinan diri

bagi peneliti, bahwa penelitian yang akan dilakukan benar-benar

bisa dijalankan.

ii. Triangulasi, atau secara definisi disebut penggunaan dua atau

lebih sumber untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh

tentang suatu fenomena yang akan diteliti (Hardiansyah, 2010).

Artinya, peneliti berusaha mencari sumber dari berbagai sudut

pandang. Hal ini diperlukan untuk melakukan pengecekan

mengenai kebenaran penelitian yang dilakukan. Berbagai

macam sudut pandang ini akan diperoleh dari: buku-buku, para

tokoh/pakar yang berkompeten, peneliti-peneliti lain, dan

keluarga Informan.

Dalam penelitian ini, sumber lain yang diambil peneliti

dalam melaksanakan triangulasi adalah Rudy Rahman,

Page 116: Tesis john parlyn halomoan sinaga

116

Konsultan Manajemen PT Cipta Wahana Mandiri Counsulting.

Rudy Rahman dinilai layak menjadi informan triangulasi, atas

pertimbangan, merupakan orang yang aktif dalam menulis

kajian-kajian Fengshui di media massa lokal, memberikan jasa

konsultasi manajemen dengan menerapkan kajian-kajian

Fengshui bagi kliennya.

iii. Peer debriefing atau peer review, atau yang diartikan sebagai

teman sejawat atau teman sebaya, maka peer debriefing atau

peer review dapat diartikan sebagai pengecekan hasil penelitian

oleh teman sebaya. Teman sebaya yang diharapkan adalah

teman yang bisa memeriksa persepsi, insight dan analisis yang

dibuat oleh peneliti. Oleh karena itu, akan dibutuhkan teman

yang mempunyai pandangan atau pemahaman umum akan

penelitian ini.

Dalam penelitian ini, Informan peer review yang dijadikan

peneliti adalah Anton, yang sebelumnya telah disebutkan

merupakan teman peneliti ketika bekerja di Harian Medan

Bisnis. Pemilihan Anton sebagai peer review dalam penelitian

ini adalah atas keterlibatannya pada sejumlah kajian-kajian

Fengshui dalam kehidupan etnis Tionghoa.

iv. Cek anggota (member check), atau diartikan datang kembali

menemui informan penelitian untuk memeriksa kebenaran data

Page 117: Tesis john parlyn halomoan sinaga

117

dan interpretasi yang dilakukan oleh peneliti. Cara ini ditujukan

agar tidak terjadi kekeliruan peneliti dalam mengartikan dunia

pengalaman informan. Kekeliruan penafsiran ini terjadi karena

ketidaksesuaian peneliti dalam mengartikan dunia pengalaman

informan dengan kejadian atau apa yang benar-benar dialami

oleh informan.

Cek member yang dilakukan peneliti, langsung menemui

informan pada Sabtu (18 Februari 2012) di Cabang Kediri, yang

sekaligus merupakan kantor pusat lembaga pendidikan tersebut.

b. Transferabilitas

Transferabilitas disebut juga daya transfer atau kemampuan hasil

penelitian untuk ditransfer pada situasi lain. Manfaat dari transferabilitas

ini adalah dapat membantu pembaca untuk melihat kemungkinannya

menerapkannya dalam situasi lain yang mirip. Tranferabilitas sering

disebut generalisabilitas, yaitu kemampuan hasil penelitian untuk

digeneralisasikan pada informan lain yang mirip. Beberapa cara yang akan

dilakukan peneliti untuk menunjang transferabilitas, yaitu:

i. Membuat deskripsi yang mendetail, sehingga memberi lebih

banyak kesempatan pada hasil penelitian untuk ditransfer pada

situasi lain yang mirip.

Page 118: Tesis john parlyn halomoan sinaga

118

ii. Membuat karakteristik informan yang jelas, sehingga hasil

penelitian akan semakin mungkin ditransfer atau

digeneralisasikan pada informan lain yang mempunyai

karakteristik yang hampir sama.

c. Dependabilitas

Dependabilitas adalah daya konsistensi dari hasil penelitian, atau

dapat diartikan bahwa penelitian bisa diulang pada informan yang

sama/mirip dalam konteks yang sama/mirip dan dengan hasil yang

sama/mirip pula. Hal yang penting untuk menunjang dependabilitas, yaitu

audit eksternal. Audit eksternal dilakukan dengan cara menemui konsultan

atau auditor, yang memahami metode penelitian Kualitatif, untuk

memeriksa proses dan hasil penelitian agar penelitian ini dianggap sesuai.

Dalam penelitian ini, audit eksternal yang dipilih peneliti adalah

Drs Irfan Simatupang, Msi. Pemilihan Drs Irfan Simatupang Msi sebagai

pelaksana audit eksternal dalam penelitian ini atas pertimbangan

merupakan sosok yang dikenal memahami pelaksanaan penelitian

kualitatif di lingkungan akademisi di Sumatera Utara. Atas dasar hal

tersebut juga, menjadi alasan peneliti memilih Drs Irfan Simatupang

sebagai pembimbing dua dalam penulisan karya ilmiah ini.

d. Konfirmabilitas

Page 119: Tesis john parlyn halomoan sinaga

119

Konfirmabilitas disebut juga daya kenetralan. Konsep

konfirmabilitas diusulkan untuk mengganti konsep tradisional tentang

objektivitas (Poerwandari, 2007). Konfirmabilitas dapat diartikan sebagai

kemampuan hasil penelitian untuk disetujui atau dinyatakan tidak bias.

Beberapa penunjang konfirmabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah, data mentah hasil wawancara yang meliputi hasil rekaman dan

catatan-catatan di lapangan digunakan sebagai bukti pendukung yang akan

ditunjukkan pada pembimbing, serta pemeriksaan materi audiovisual yang

berkaitan dengan proses wawancara dan observasi.

B. Analisis Hasil Penelitian.

Pada suatu penelitian, pelaksanaan analisis data ditujukan untuk mencapai

dua hal, yaitu: (1) menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan

memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut untuk

mengungkapkan semua proses etik yang ada dalam suatu fenomena sosial dan

mendeskripsikan kejadian proses sosial itu apa adanya sehingga tersusun suatu

pengetahuan yang sistematis tentang proses-proses sosial, realitas sosial, dan

semua atribut dari fenomena sosial itu, dan (2) menganalisis makna yang ada

dibalik informasi, data, dan proses suatu fenomena sosial itu,guna mengungkap

peristiwa emik dan kebermaknaan fenomena sosial itu dalam pandangan objek-

subjek sosial yang diteliti, sehingga terungkap suatu gambaran emik terhadap

Page 120: Tesis john parlyn halomoan sinaga

120

suatu peristiwa sosial yang sebenarnya dari fenomena sosial yang tampak (Bungin,

2010).

Studi kasus adalah salah satu strategi dan metode analisis data kualitatif

yang menekankan pada kasus-kasus khusus yang terjadi pada objek analisis.

Dalam analisis studi kasus, peneliti diberi kebebasan membangun struktur tulisan

berdasarkan domain yang dikaji serta keinginan-keinginan peneliti tentang

domain mana yang dikembangkan (Bungin, 2010). Tesch (Herdiansyah, 2010)

juga menambahkan bahwa proses analisis data kualitatif bersifat eklektik yang

berarti tidak ada cara yang baku dalam melakukan proses analisis data kualitatif.

Semuanya bergantung pada situasi dan kondisi serta temuan di lapangan yang

menuntut kreativitas dari peneliti untuk melakukan reduksi dan analisis yang

berarti yang sesuai dengan temuannya tersebut.

1. Reduksi Data

Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman

segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan

dianalisis. Hasil dari wawancara, hasil observasi, hasil studi dokumentasi diubah

menjadi bentuk tulisan sesuai dengan formatnya masing masing. Hasil dari

rekaman wawancara akan diformat menjadi bentuk verbatim wawancara. Hasil

observasi dan temuan lapangan diformat menjadi tabel hasil observasi disesuaikan

dengan metode observasi yang digunakan, hasil studi dokumentasi diformat

menjadi skrip analisis dokumen.

Page 121: Tesis john parlyn halomoan sinaga

121

Setelah menyalin seluruh hasil wawancara yang dilakukan ke dalam

bentuk verbatim dan telah diberi tema yang sesuai, seluruh tema yang terdapat

pada verbatim wawancara tersebut, dikelompokkan dan disusun alurnya menjadi

suatu alur bahasan yang beraturan dan mengalir dalam suatu tabel akumulasi tema

beserta frekuensinya (berapa kali tema yang sama muncul).

Tabel 5. Akumulasi Tema

Nama Informan : JJumlah Akumulasi Tema : 185Jumlah Wawancara Dilakukan : 3

Nomor Tema Yang MunculFrekuensi

W1 W2 W31 Latar belakang etnis Tionghoa 8 - -2 Ciri khas Tionghoa 8 - 13 Latar belakang bisnis 3 - -4 Latar belakang budaya 1 - -5 Latar belakang Fengshui 3 4 -6 Pemahaman Fengshui - - 27 Latar belakang pemahaman pada Fengshui - 2 28 Nilai-nilai utama Informan pada Fengshui - 2 -9 Latar belakang keyakinan pada Fengshui - 2 -10 Masa lalu Informan - 5 111 Latar belakang wirausahawan - 2 -12 Kesesuaian elemen 4 513 Pertentangan elemen 3 1 714 Pemanfaatan Fengshui 4 48 3915 Analisis Fengshui - - 2316 Membantah tudingan - 2 -17 Pemakaian jasa pihak kedua 1 - 2

Jumlah 31 72 82

Page 122: Tesis john parlyn halomoan sinaga

122

2. Display Data

Setelah semua data telah diformat berdasarkan instrumen pengumpulan

data dan telah berbentuk tulisan (scrip), kemudian dilakukan display data, atau

menampilkan pengolahan data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk

tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas ke dalam suatu matriks

kategorisasi sesuai tema-tema yang sudah dikelompokkan dan dikategorikan.

Secara urutan akan terdapat tiga tahapan dalam display data, yaitu kategori tema,

subkategori tema, dan proses pengodean. Ketiga tahapan tersebut disajikan

sebagai berikut:

Tabel 6. Tabel Kategorisasi dan Pengodean Tema Wawancara Informan J

KategoriTema

SubkategoriTema Informan Informan

LatarbelakangetnisTionghoa

Perbedaankata

* Informan mengatakan,sebutan Tionghoa berasaldari kata Chung hoa, yangartinya penduduknya,sedangkan Tiongkok atauyang disebut China berasaldari kata Chung kwok, atausebutan negaranya. Informanmenginginkan panggilanTionghoa. (J, W1, 10-10-2011, 6-7, 9-10).

Panggilan * Informan menyebut,panggilan Cina padaseseorang karenakekurangpahaman. (J, W1,10-10-2011, 440-442, 444-448).

Page 123: Tesis john parlyn halomoan sinaga

123

Ciri khasetnisTionghoa

Yangmenonjol

* Yang menonjol pada etnisTionghoa adalah agama dankebudayaan.(J, W1, 10-10-2011, 23-27).

* Sebelum resesi tahun 1998,masih mayoritas etnisTionghoa mengedepankankebudayaan, setelah lewatmasa itu mengedepankankeagamaan. (J, W1, 10-10-2011, 144-149).

* Mayoritas etnis Tionghoayang memiliki gedung besardan sering diluar negeriumumnya menerapkan FengShui, kalau dia beragamaBudha. (J, W1, 10-10-2011,264-267).

* Informan menyebut, etnisTionghoa yang sudah senior(tua) dan mengerti, tidakpernah lepas dari Fengshui.(J, W3, 18-10-2011, 183-185).

Pengelompokan * Etnis Tionghoa terbagi atasdua kelompok. Kelompokbiru pro Taiwan, kelompokmerah pro daratan cina. (J,W1, 10-10-2011, 288-290).

Jalan hidup * Karena keterbatasankesempatan, etnis Tionghoalebih memilih berbisnissebagai jalan hidup danmenjadi salah satu ciri khas.(J, W1, 10-10-2011,475-479,495- 502).

Latarbelakang

Pola bisnis * Kemajuan etnis Tionghoa,ada yang berkembang dengan

Page 124: Tesis john parlyn halomoan sinaga

124

bisnis membangun sendiri dan adayang berkembang melaluiwarisan. (J, W1, 10-10-2011,321-325).

Latarbelakangbudaya

Budayayangmelekat

* Budaya yang hingga kinimelekat bagi etnis Tionghoa,chap goh mei dan makanbacang. (J, W1, 10-10-2011,328-332).

LatarbelakangFengshui

SejarahFengshui

* Ajaran Tao yangdikembangkan menjadi siasatperang tiga negara menjadicikal bakal lahirnya Fengshui.(J, W1, 10-10-2011, 75-75,81-84)

PemahamanFengshui

AwalpengetahuanpadaFengshui

* Informan awalnya tidakpercaya pada Fengshui. Tapisetelah mendapatkan teoridari orang yang jauh lebihtua, baru meyakininya (J,W3, 18-10-2011, 675-679).

LatarbelakangpemahamanpadaFengshui

BelajarFengshui

* Teori tentang Fengshuiyang dipelajari Informanberawal dari buku milikorang tuanya yang dibawaketika migrasi ke Indonesiadari Daratan China (J, W2,12-10-2011, 92-105).

* Informan tidak pernahbelajar Fengshui dari oranglain, tetapi mempelajarinyasecara otodidak dari buku-buku kemudianmenerapkannya ke kekonsumen. (J, W2, 12-10-2011,490-502).

* Pemahaman Informanterhadap elemen pribadi

Page 125: Tesis john parlyn halomoan sinaga

125

diperoleh dari temannya.(J,W3, 18-10-2011,36-40).

Kua * Elemen pribadi didapatkandari dari tahun kelahiran. (J,W2, 12-10-2011,573).

Nilai-nilaiutamaInformanpadaFengshui

ManfaatFengshui

* Feng Shui ditujukan untukmenyatukan antara langit,manusia dan bumi. Penyatuanini akan membawa sukses.(J,W1, 10-10-2011, 251-255)

* Proses penyatuan tersebut,dapat dilakukan denganberbagai cara, seperti mainbola, cahaya atau tanaman.Keberadaan lampu di GedungCapital Building Medan yangmenyorot langit, bagian daripenyatuan lewat cahaya. (J,W1, 10-10-2011, 256-261).

* Bicara Feng Shui tidakterlepas dari hoki dankesehatan. (J, W2, 12-10-2011,999-1002).

* Informan menyatakan tidakada resiko bila meyakiniFengshui dan baikdimanfaatkan untukkebaikan. Suatu kerugian bilatidak memanfaatkannya. (J,W2, 12-10-2011, 202-205).

LatarbelakangkeyakinanpadaFengshui

Dasarkeyakinan

* Keyakinan Informan padaFengshui belajar dari sejarahleluhur bangsa Tiongkok. (J,W2, 12-10-2011, 53-65)

* Keyakinan Informan juga

Page 126: Tesis john parlyn halomoan sinaga

126

dipengaruhi oleh rekan danorang tua, yang menyatakanFengshui bukanlah agama,tetapi perpaduan Yin danYang, manusia, bumi danlangit, yang kalau disatukanmembuat kehidupan lebihsenang. (J, W2, 12-10-2011,169-175).

Masa laluInforman

Riwayatbisnis

* Informan ketika tinggal diJalan Imam Bonjol Dalam112 F, mengalamikehancuran bisnis, karenaalasan rumah tersebutmemiliki pintu belakang. (J,W3, 18-10-2011, 800-806)

* Nilai kerugian mencapairatusan juta, termasukdidalamnya kerugian dalamjoin bisnis pengangkutan. (J,W2, 12-10-2011, 114-120)

RiwayatInforman

* Informan sangat sukadengan pengajaran. Makasetamat SMA langsungmengajar. Kemudian setamatkuliah bekerja diperbankan.(J, W2, 12-10-2011, 232-237).

* Dua tahun bekerja,Informan dipromosikan jadipimpinan cabang. Karenaketidakcocokan dengan wakilpimpinan dipindah ke kantorsetingkat wilayah. Beberapasaat ditempat tersebut,perusahaan tempat Informandi likuidasi. Informankembali bekerja diperusahaan asing, setengahtahun ditempat tersebut

Page 127: Tesis john parlyn halomoan sinaga

127

mengundurkan diri danmembuka usaha sendiri. (J,W2, 12-10-2011, 240-256).

Latarbelakangwirausahawan

Karirbisnis

* Sebagai wirausahawan,informan memulainya darideveloper, tapi karena kondisiperekonomian tidak baik,Informan meninggalkannya.Kemudian pindah ke bisnispengangkutan, karena alasankesibukan dan arah mataangin tidak baik,meninggalkannya. Informanke dunia pendidikan karenaalasan kesesuaian elemenpribadi dengan bisnispendidikan. (J, W2, 12-10-2011, 277-286).

Kesesuaianelemen

Intuisibisnis

* Bidang pendidikanmerupakan perpaduan kertasdan air. Pena adalah elemenAir dan kertas adalah elemenKayu. (J, W2, 12-10-2011,287-296)

* Pada bisnis lembagapendidikan yang dikelolaInforman, kesesuaian elemenjuga diterapkan dalammerekrut karyawan. Kalausesuai baru diterima,bertentangan akan ditolak. (J,W2, 12-10-2011, 43-51).

Pertentanganelemen

Pertentanganelemen akansalingmenghancurkan

* Elemen Kayu tidak cocokdengan elemen Api danelemen Logam, yangdianalogikan Api akanmembakar kayu dan logamakan menghancurkan kayu.(J, W3, 18-10-2011, 380-385)

Page 128: Tesis john parlyn halomoan sinaga

128

* Menurut Informan, darilima unsur, ada dua yang baikdan dua yang tidak baik atauyang dikenal dengankeseimbangan Ying danYang. (J, W1, 10-10-2011,212-220).

PemanfaatanFengshui

Prosesrekrutmen/seleksi

* Informan menyatakan,dengan menerapkan Fengshuipada proses rekrutmenkaryawan, menjadikankaryawan betah untukbekerja. Hal ini dibuktikan,koordinator yang diangkatInforman, dapat bertahanhingga lima tahun. (J, W2,12-10-2011, 139-143).

* Kemudian, tiga orangtangan kanan istri Informan,bertahan di atas lima tahun.(J, W3, 18-10-2011, 2409-2411). Dibajak orangpun,tidak mau pergi (J, W3, 18-10-2011, 697-700).

Posisi duduk karyawan jugadiatur sesuai kajian Fengshui.(J, W3, 18-10-2011, 916-919).

* Nilai plus yang didapat daripenerapan Fengshui padaproses perekrutan, membawarezeki pada perusahaan danpencapaian cita-citaInforman. (J, W3, 18-10-2011, 127-132).

* Fengshui hanya merupakanfaktor pendukung namunmemiliki posisi yang kuat.

Page 129: Tesis john parlyn halomoan sinaga

129

karena itu tidak dapatdilepaskan dari faktor utama.(J, W3, 18-10-2011,81, 83-88).

* Faktor utama adalah latarbelakang dan kepribadiannya.(J, W3, 18-10-2011, 95-96).

* Hasil dari penerapanFengshui bagi karyawan barudapat dirasakan informansetelah setahun kemudian. (J,W3, 18-10-2011,106-109).

* Pemanfaatan Fengshui padaInforman belum memberikandampak negatif. (J, W2, 12-10-2011, 880-881).

Informan menyebut, sebelumpemakaian Fengshui padaproses seleksi karyawan,beberapa karyawanmengundurkan diri. Hal initerjadi, karena prosesperekrutan dilakukan F, istriJ, yang tidak mengertiFengshui. (J, W3, 18-10-2011, 690-692).

* Informan juga mengujipembalikan Fengshui padaproses perekrutan. Hasilnya,beberapa karyawan Informansetelah seminggu bekerjamengundurkan diri. (J, W3,18-10-2011,114-120).

* Bisnis pendidikan diakuiInforman cukup ribet danmemiliki sejumlah problem,karena pemanfaatan Fengshui

Page 130: Tesis john parlyn halomoan sinaga

130

bukan tetap tetapi memilikisirkulasi tahunan, sesuaiperubahan mata angin. (J,W2, 12-10-2011, 472-480).

* Feng Shui diakui Informan,dapat membantunyamelepaskan ganjalan-ganjalan dalam pengelolaanbisnisya. (J, W2, 12-10-2011,905-906).

* Fengshui dapat dipakaidalam memilih join bisnis. (J,W3, 18-10-2011, 247-249)

Joinbisnis

* Melakukan join bisnis,jarang dilakukan 3 orang,karena diibaratkan manusialumpuh. (J, W3, 18-10-2011,266-268, ).

Tataletak

* Fengshui juga dipakaidalam hal tata letak rumah.Rumah posisi T dan tusuksate, tidak bagus. (J, W2, 12-10-2011, 1072-1073).

* Pusat perbelanjaan SunPlaza, Medan ikutmenerapkan Fengshui.Ditandai dengan pemasangankaca dan air terjun dibagiandepan. Disebut, kalau tidakmemakai, Sun Plaza tidaklaku. (J, W3, 18-10-2011,187-191).

* Alasan pemakaian tersebut,karena rumah manusia tidakmampu melawan rumahTuhan atau rumah hantu,seperti berhadapan dengankuburan. Dampaknya tidak

Page 131: Tesis john parlyn halomoan sinaga

131

akan bisa "naik daun". (J,W3, 18-10-2011, 203-210)

AnalisisFengshui.

Formasiketidaksesuaianelemen

* Kesesuaian elemen, haruspada pemilik perusahaan(Owner). Namun, elemenyang bertentangan tetapimemberi manfaat masihdapat diberi formasi untukmensikapinya. (J, W3, 18-10-2011, 850-859).

* Ketidaksesuaian elementidak boleh dipaksa.Sebaiknya, dilihat hubunganmanusia, langit dan bumi.Kalau ketiganya bertentangandengan Informan dan tidakada yang bisa memendam,Informan tidak maumenerimanya. (J, W3, 18-10-2011, 427-432).

Membantahtudingan

* Informan menyatakan,Fengshui bukan mistik, dantudingan mistis padaFengshui, merupakan asalbunyi. (J, W2, 12-10-2011,748, 750, 774).

Pemakaianjasa pihakkedua

Biaya tinggi * Penggunaan Fengshuimembutuhkan biaya tinggi,sehingga orang yangmemahaminyamenjadikannya tempat carimakan. (J, W1, 11-10-2011,222-229).

Bagi orang mampumembayar, mendatangkanahli Fengshui dari HongKong, Singapura danMalaysia. (J, W1, 10-10-

Page 132: Tesis john parlyn halomoan sinaga

132

2011, 231-234)

* Namun ungkap Informan,penyedia Fengshui banyaktidak profesional, kurangmemahami mate-matika danbelum tentu memahamisejarahnya. (J, W3, 18-10-2011, 889-895)

3. Hasil Penelitian

Hasil penelitian merupakan tahap terakhir dalam rangkaian analisis data

Kualitatif, yang menjurus kepada jawaban dari pertanyaan penelitian yang

diajukan sebelumnya dan mengungkap “what” dan “how" dari temuan penelitian.

Namun sebelum lebih jauh, peneliti akan terlebih dahulu memaparkan emik yang

didapat tentang artian kata Tionghoa dan Tiongkok, guna memudahkan

memahami perbedaanya serta keberadaan asal kata tersebut.

Dalam kehidupan sehari-hari, etnis China lebih menyukai panggilan

Tionghoa terhadap person dibanding panggilan kata Cina. Hal ini sesuai dengan

asal kata dari Tionghoa, yaitu, Chong Hua, dan untuk sebutan negeri leluhurnya

disebut Choang Kwok atau Tiongkok.

“Chunghoa itu adalah ini penduduknya, sedangkannya china orang,bacaannya china bahasa inggris china, china itu adalah chung kwok ininegaranya” (J, W1, 10 Oktober 2011, 7-10).

Penamaan Tiongkok (Chunghoa) untuk sebutan negara asal etnis

tersebut ini, menurut Sugiri (http://web.budaya-tionghoa.net/home/625-istilah-

Page 133: Tesis john parlyn halomoan sinaga

133

tiongkok-tionghoa-china-chinese-dan-cina?format=pdf, diunduh 15 Maret 2012),

populer untuk Hindia Belanda, setelah dr. Sun Yat Sen tahun 1911

memplokamirkan berdirinya republik setelah menumbangkan kekaisaran Manchu

(Ching) Da Qing Di Guo, yang diberi nama sebagai Chung Hwa Ming Guo, yang

arti harafiahnya ‘negara rakyat Chunghwa’, atau Republik Chunghwa (sesuai

istilah tata negara). Penyebutan singkatnya menjadi Chung Guo dalam dialek

Hokkian dibaca Tiongkok. Untuk masyarakatnya disebut Chunghwa atau dalam

dialek Hokkian dilafalkan sebagai Tionghoa.

Sebutan Chungguo dan Chunghwa menjadi populer sebab revolusi

perubahan dari kekaisaran menjadi negara demokratis, memberikan harapan baru

perbaikan pada masyarakat umum. Sedangkan kata Cina (Dahana,

http://www.ceritanet.com/15cina.htm, diunduh 15 Maret 2012), berasal dari nama

Ahala Qin (baca Ch'in), dinasti pertama yang mempersatukan seluruh daratan

Tiongkok di bawah sebuah pemerintahan pusat yang sangat kuat. Walaupun masa

pemerintahan dinasti itu tidak lama (sekitar 225 s.M sampai 210 s.M), di bawah

pemerintahan kaisarnya Qin Shihuang, dinasti itu meninggalkan bekas yang

sampai kini asal-usulnya masih dapat ditelusuri. Qin Shihuang memerintahkan

menghubung-hubungkan Tembok Besar (Chang Cheng) yang telah dibangun oleh

negera-negara kota sebelum Qin berkuasa.

Kekuasaan Kaisar Qin dan kerajaannya tidak berlangsung lama akibat

dari kelalimannya sehingga ia sangat dibenci rakyat. Kekaisarannya runtuh begitu

Qin Shihuang meninggal dalam suatu perjalanan peninjauan ke seluruh negeri.

Page 134: Tesis john parlyn halomoan sinaga

134

Namun, suka atau tidak sukanya orang Tionghoa akan istilah Cina dan dinasti

Qin, kata itu telah memunculkan istilah-istilah yang berasal dari nama dinasti itu.

Orang Rusia memakai istilah Kitai sedangkan orang Arab mengatakan Shin.

Orang Inggris menggunakan istilah Chinayang kemudian menjadi umum di

seluruh dunia Melayu dengan kata Cina, yang menurut hasil riset Leo

Suryadinata, telah digunakan sejak awal abad-17. Teks-teks semi klasik di Cina

sendiri sempat menggunakan istilah Zhina. (Dahana,

http://www.ceritanet.com/15cina.htm, diunduh 15 Maret 2012).

a. Etnis Tionghoa dan Kepercayaan Terhadap Feng shui.

Bagi etnis Tionghoa, ada dua hal yang tidak dapat dilepaskan dari

kehidupan etnis tersebut, yaitu, agama dan kebudayaan.

“Kalau yang menonjol kita sebut disini ini gak, ada dua, satu kita sebutdari keagamaan, satu kebudayaan, jadi yang nonjol sekarang ini orang ambil diapunya kebudayaan bukan keagamaannya, termasuk salah satu kebudayaantionghoa itu, mereka itu sering ee.. padukan antara kebudayaan dengan agamasemuanya itu gak bener. contohnya orang sembahyang, sembahyangnya itu pakekapa? Pakek ini la, pakek itu la kayak ayam, ikan segala macam itu sebenarnyakebudayaan dalam segi agama itu tak ada itu agama itu tak ada, kebudayaan itudibawa sampai sekarang jadi dari segi kebudayaan itu jadi orang beranggapanagama dengan kebudayaan itu gak jelas jadinya dicampur baurkan, itu lahsusahnya. (J, W1, 10 Oktober 2011, 23-40).

Karena kedekatannya, keduanya sering dicampurbaurkan, yang

seyogianya harus berdiri sendiri-sendiri. Salah satu wujud dari pencampurbauran

tersebut, terlihat ketika melakukan ibadah sembahyang. Etnis Tionghoa masih

sering menyajikan sejumlah sesajen, seperti ikan dan ayam, yang merupakan

Page 135: Tesis john parlyn halomoan sinaga

135

bagian dari kebudayaan. Padahal hal tersebut tidak diperbolehkan dalam agama.

Akibatnya, pemisahan agama dan kebudayaan menjadi sangat sulit.

“Aa.. jadi yang kita lihat yang nonjol diagama kebudayaan ini makinhari kan berat em.. berkurang jadi berkurang itu dari agama itu merakamasukkan lah kedalam kebudayaan kenapa agama itu kan terbatas sempitkebudayaan kan luas, agama kan sempit jadi mereka itu sekarang menarikkebudayaan masuk keagama sebenarnya terbalik seharusnya agama itu membaurdengan kebudayaan terbalik mereka yang sengaja memasukkan kedalam semua,jadi akhirnya gak jelas mana yang agama mana yang kebudayan jadi simpangsiur semua.” (J, W1, 10 Oktober 2011, 40-53).

Akibat keterbatas cakupan yang dimiliki agama, etnis Tionghoa menarik

unsur-unsur yang terkandung dalam kebudayaan masuk ke dalam agama. Hal

inilah menjadi sejarah lahirnya keyakinan Tao atau Taoisme, yang hingga kini

masih dianut sejumlah etnis Tionghoa. Tao sendiri lebih lebih mengedepankan

nilai-nilai kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun. Berbeda dengan

Budhis, yang murni merupakan suatu bentuk agama.

“Aa.. jadi akhirnya timbul jua 1 agama budhis (budha) 1 agama Taosebenarnya ini tidak terpisahkan jadi mereka yang pisah-pisahkan Tao ini lebihmenonjol kekebudayaan kalau ini ee… budhis yang sekarang ini budhis satwalebih menonjol keagamaan, naa.. jadi tao itu baru dianggap ee.. kebudayaan ituhampir jadi sejarah yang dulu-dulu, sejarah dulu itu dari sistem kerajaan mulai,haa.. kalau agama itu tidak, agama mengambil individu, contohnya dewi kwan imdari mana, budhis satwa dari mana, individu seseorang, kalau tao ini ngakdiambil dari kebudayaannya pada zaman peran.”. “Ini di tao, jadi feng shui itutidak terlepas dari pada yang tao pakai sekarang, feng sui itu bukan agama,bukan, apa.. itu kebudayaan,” (J, W1, 10 Oktober 2011, 59-73, 101-104).

Meski sejumlah etnis Tionghoa telah memiliki agama, namun etnis ini

tidak pernah melupakan warisan budaya leluhurnya, seperti Chap Goh Mei,

makan Bacang dan yang terakhir adalah Fengshui. Budaya makan bacang yang

hingga kini tetap dipertahankan etnis Tionghoa, memiliki sejarah tersendiri.

Kisahnya diawali dari kehidupan seorang anak kecil yang ingin memberontak

Page 136: Tesis john parlyn halomoan sinaga

136

dalam satu propinsi, namun tidak berhasil karena ada penghianat. Anak tersebut

dikejar, terakhir bunuh diri lompat ke laut, tenggelam mati. Untuk mengingat jasa

pahlawan kecil ini dan memberi dia makan di laut, dibuatlah kue bacang yang

dibungkus lalu dilempar ke laut. Fengshui sendiri merupakan pewarisan budaya

yang memiliki sejarah yang panjang, karena masih diterima sejumlah etnis

Tionghoa sampai saat ini. Diawali dari masa dinasti-dinasti Tiongkok kuno,

sebagai bagian dari siasat perang. Tujuannya untuk mengetahui kondisi alam atau

menentukan waktu yang tepat melakukan penyerangan.

Sejarah kehidupan etnis Tionghoa di Indonesia, mengalami fase perubahan

di tahun 1998. Sebelum krisis ekonomi yang terjadi di tahun itu, etnis Tionghoa

lebih mengedepankan nilai-nilai kebudayaan. Kondisi ini kemudian berubah

setelah krisis, etnis Tionghoa mulai masuk keranah agama. Pengalihan tersebut,

dilakukan untuk mengurangi masalah-masalah, seperti ekonomi, sehingga

sembahyang dengan menyertakan sejumlah sesajen seperti sebelumnya, tidak

dilakukan lagi, karena resesi yang terjadi juga dipercaya karena menyalahgunakan

keyakinan.

Pasca krisis atau yang dikenal masa reformasi, juga membawa masuknya

aliran-aliran baru dari negara lain, seperti, Fuchi dari Taiwan. Penganut aliran ini

adalah mereka yang memilih jalur politik. Kelompok ini tidak mengakui Fengshui.

Alasannya, kajian-kajian Feng Shui mampu melihat potensi seseorang, termasuk

masa depan seseorang berdasarkan tanggal lahir dan tahun kelahiran. Ketakutan

Page 137: Tesis john parlyn halomoan sinaga

137

akan pengungkapan kemampuan atau potensi diri tersebut, kelompok ini, akhirnya

tidak mau tahu dengan Fengshui.

“Mereka menyalahgunakan kepercayaan ini ok, yang sisi lain kebanyakanyang dilihat kalau di kota medan, orang itu memasukkan dari aliran agama dariluar, kayak Taiwan, Fuchi namanya mereka semuanya itu adalah bermaindipolitik gak murni lagi agama. Kalau main dipolotik itu mereka takut denganFeng Shui mereka gak mau mengakui Feng shui ini kalau Feng Shui inidimainkan Fuchi itu yang gak jalan, agama gak jalan, kenapa? Dari segi FengShui itu bisa melihat orang itu sejauh mana perkembangan dia punya ke depan,massa depannya gimana, Nampak semua, satu, coba kita lihat, dari segi tanggallahir, segi tanggal lahir sampek dia punya tahun semua, sudah bisa menentukanorangnya ini bobotnya apa, bobot, jadi karena orang takut dengan ketauan diadipunya bobot, lemah, takut dia punya masalah, bagusnya dia gak mau tau, makadia lari ke ini, tapi kalau orang yang memang yang dia berani menghadapi, diaharus tau baru dia cari men..cari jalannya gimana supaya bisa dia memperbaikiposisinya,” (J, W1, 10 Oktober 2011, 154-181).

b. Peran Feng shui dalam kehidupan bisnis etnis Tionghoa.

Dalam kehidupan sehari-hari, etnis Tionghoa sangat dikenal ahli dalam

berbisnis. Hal tersebut terkait masa lalu atau sejarah perjalanan yang dialami etnis

tersebut di tanah air. Etnis Tionghoa diletakkan sebagai warga keturunan bukan

Warga Negara Indonesia. Perlakuan diskriminatif tersebut, menyebabkan

sejumlah hak-hak etnis Tionghoa dipasung oleh negara. Akibatnya, etnis ini

memanfaatkan tiap peluang dan mempertajam naluri bisnisnya untuk dapat

mempertahankan hidup.

Keberadaan etnis Tionghoa di Kota Medan memiliki sejarah yang cukup

panjang. Dimulai pada abad ke- 15, ketika armada perdagangan Tiongkok datang

mengunjungi pelabuhan Sumatera Timur dan melakukan hubungan dagang

dengan sistem barter. Menurut catatan Nascher, seorang warga Belanda, ketika

Page 138: Tesis john parlyn halomoan sinaga

138

berkunjung ke Deli pada 1862 (Kota Medan saat ini), hanya menemui 20 orang

Tionghoa yang terdiri dari pengusaha toko dan sebagian lagi adalah tukang besi

(Rajab, 1995). Jumlah tersebut terlihat terus mengalami pertumbuhan dari tahun

ke tahun, seperti dipaparkan pada tabel berikut:

Tabel 7. Jumlah Penduduk Kota Medan Tahun 2001-2010

Tahun Penduduk2001 1.926.0522002 1.963.0862003 1.993.0602004 2.006.0142005 2.036.0182007 2.083.1562008 2.102.1052009 2.121.0532010 2.109.339

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan#Demografi,diunduh tanggal 7 Agustus 2011.

Tabel 8. Perbandingan etnis di Kota Medan Tahun 1930, 1980, dan 2000

EtnisTahun1930

Tahun1980

Tahun2000

Jawa 24,89% 29,41% 33,03%Batak 2,93% 14,11% 20,93%Tionghoa 35,63% 12,8% 10,65%Mandailing 6,12% 11,91% 9,36%Minangkabau 7,29% 10,93% 8,6%Melayu 7,06% 8,57% 6,59%Karo 0,19% 3,99% 4,10%Aceh -- 2,19% 2,78%Sunda 1,58% 1,90% --Lain-lain 14,31% 4,13% 3,95%

Tahun: 1930 dan 1980: Usman Pelly, 1983; 2000: BPS Sumut.Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan#Demografi,

diunduh tanggal 7 Agustus 2011.

Page 139: Tesis john parlyn halomoan sinaga

139

Tingginya angka pertumbuhan etnis Tionghoa di Kota Medan, disebut

karena etnis tersebut tidak pernah tersentuh program keluarga berencana

(Ilhamsyah,

http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=212804:

dprd-medan-etnis-tionghoa-tak-tersentuh-kb&catid=14:medan&Itemid=27,

diunduh 4 April 2012).

Walau menempati urutan ketiga dari soal jumlah, namun berbagai kegiatan

ekonomi didominasi etnis Tionghoa, seperti, pusat perbelanjaan, pendidikan,

perdagangan, distributor, pusat hiburan, hotel dan berbagai kegiatan bisinis

lainnya. Dominasi etnis Tionghoa dalam bidang ekonomi saat ini sudah menjadi

rahasia umum. Banyak persepsi yang lahir dari kisah sukses yang diraih etnis

tersebut. Persepsi yang paling umum adalah mewarisi bakat dagang dari

leluhurnya. Tapi hal ini tidak selamanya dapat dibenarkan. Untuk menjadi

pedagang sukses, seseorang harus punya wawasan dan visi yang jauh kedepan.

Selain itu, juga mesti memiliki komitmen, disiplin, kesabaran, kekuatan dan

pengorbanan (Nugraha, 2008).

Sebagai pebisnis, keberadaan etnis Tionghoa di Kota Medan cukup kuat,

ditandai dengan keberadaan etnis tersebut pada sejumlah pusat perekonomian atau

bisnis di kota ini. Keberadaan etnis Tionghoa di Kota Medan terbagi atas dua

kelompok besar, yaitu kelompok biru pro Taiwan dan Merah pro daratan China,

serta beberapa kelompok kecil lainnya berdasarkan mitra bisnis.

“Kalau asal usul yang masuknya itu, itu.. tidak ada yang jelas. Cuma yangkita tahu pada dulu, itu namanya, orang kenal pada toko-toko yang mereka kenal

Page 140: Tesis john parlyn halomoan sinaga

140

orang, satu jang kung seng, ada lagi ee.. yang punya ee.. cong api, itu.. duluanchong afi itu zaman belanda itu, terakhir itu masuknya itu generasi dari bapaknyasupandi kusuma, satu lagi itu namanya adi tenik yang dijalan gandi, itu.. itu..bapaknya itulah yang satu grup, jadi grup itu ada belah dua, ada yang biru adayang merah, biru itu pro e.. Taiwan, merah itu pro daratan cina. A.. jadi terakhirmereka gontok-gontokan, pada semuanya itu adalah grup satu, terakhir barupecah, waktu pecah itu, ada yang masih di Indonesia, ada yang sudah di luar,singapur, perpecahan. Na jadi generasi mereka itulah, itu mereka punyaperpecahan, jadi diluar grup itu ada juga grup yang lain, grup yang lain ituseperti grup setelah mereka itu dibawahnya lagi, kayak aming wijaya nah itukandibawah lagi, oke.. jadi aming wijaya itu, satu letingnya itu, itu.. grup generasiyang baru, yang baru.. ee.. yang baru ada. tapi, waktu grup seperti koping wat ituya.. itu keanaknya itu, memang mereka dah kian, kalau satu lagi anwar karif..Zaman anwar karif itu adalah Anwar Karif sendiri yang membangun kerejaannya,bapaknya tidak ada tinggal apa-apa, dia sendiri membangun dengan tidabersaudara, ia bangun sendiri, itu tahun.. waktu terjadi masalah di aceh, orangetnis diusir dari aceh keluar, situ ia masukan aa… apa namanya ee.. barang-barang mm.. kayak korek api, segala macam kebutuhan, dia masuk kesanana didamping aparat dari kodam maka dia jadi. Itu awalnya dia jadi awal membangundari itu mulai,” (J, W1, 10 Oktober 2011, 278-318).

Namun Rudy Rahman, Konsultan Manajemen dari PT Cipta Wahana

Mandiri Counsulting, yang memanfaatkan jasa Fensghui dalam memberikan

solusi terhadap manajemen perusahaan, yang menjadi triangulasi dalam penelitian

ini justeru menolak mengatakan bahwa berdagang merupakan salah satu ciri khas

etnis Tionghoa. Tetapi terjadi karena adaptasi iklim politik.

“Buktinya di Singapore, banyak yang mahir dibidang olah raga, dibidangseni, dimulti, multi spectrum dia, a.. tapi kalau kalau di Indonesia, mau nggakmau mereka terfokus didagang, mau buat apa lagi?” (RR, W1, 11 Oktober 2011,108-114).

Menurut Rudy, sebagai etnis yang hidup diperantauan, kehidupan dagang

yang dilakukan etnis Tionghoa merupakan suatu pendekatan untuk dapat bertahan

hidup.

“Untuk bertahan hidup kita nggak mungkin menjadi e.. seseorang yangbergantung pada pihak lain, kita harus mandiri. Nah kalau mandiri kita harus

Page 141: Tesis john parlyn halomoan sinaga

141

mencari gagasan untuk diterima oleh suatu masyarakat, kita harus punya nilaitambah, kan begitu. Nah jadi e.. For make people setting us you must teaching thehard and giving the value, ya kira-kira seperti itu kita berada didalam satumasyarakat orang bertanya, apa kontribusi anda pada masyarakat? Ya, kitaharus menonjolkan satu bakat dan bakat itu bisa harus dinikmati oleh orangbanyak. A.. saya pikir itu sesuai dengan nilai-nilai diwariskan oleh masyarakatTionghoa, sejak dari keluarga udah ditempah untuk hidup mandiri, menjadi iconsukses disatu bidang dan member benefit pada masyarakat. A.. ini sekarangmenjadi kok heran dengan yang mereka praktekkan dilapangan sebagai seorangpebisnis. A.. tentang strategi dibedakan lagi, kadang-kadang idealnya seorangpengusaha mungkin dia mau lurus-lurus aja, tetapi ada satu pribahsa yangmengatakan, untuk sampai ketujuan kan kita kadang belok kiri, belok kanan, a..saya tidak menerjemahkan itu dengan cara istilahnya bisnis tu cara yang tidakbenar, tapi saya mengatakan kita harus ada tip gitu, kalau misalnya krisis yajangan bertahan diharga demikian, kita mencari cara supaya mereka itu lebihramah pasar sama masyarakat tapi tetap kita berdagang. A.. saya kira demikian.”(RR, W1, 11 Oktober 2011, 230-264).

Sebagai suatu warisan budaya yang hingga saat ini tetap bertahan dalam

kehidupan etnis Tionghoa, keberadaan Fengshui ditujukan untuk menciptakan

kehidupan yang lebih baik dan lebih sehat. Hal ini dikaitkan arti kata Fengshui,

yaitu, Feng diartikan udara, angin atau sumber pernafasan dan Shui diartikan air,

yang dalam bentuk tubuh manusia diartikan darah. Pemahaman ini dipertegas oleh

Rudy Rahman.

“Fung itu angin, Shui itu air. Jadi kalau angin dan air selaras, makakehidupan ini akan tumbuh dengan luar biasa, jadi ada hukum keseimbangan.Feng Shui adalah ilmu kesimbangan, nah jadi bagi setiap siapapun masyarakatTionghoa dia tau, Feng Shuinya harus bagus artinya kehidupan ini harusseimbang” (RR, W1, 11 Oktober 2011, 803-812)

Rudy juga menyatakan, bahwa Feng Shui sangat logis karena

membicarakan keselarasan.

“Kalau kita mau hidup sehat, harus ada makanan yang bergizi, harusberolah raga kan begitu, nah kalau rumah yang sehat tu bagaimana, harus cukupcahaya, cukup udara, ada air, air bersih, simple kan? Nah kalau misalnya kitadirikan bangunan, jangan melawan a.. angin, nampak loo bangunannya runtuh,

Page 142: Tesis john parlyn halomoan sinaga

142

jangan terlalu dibawah bukit, nanti longsor, kejepit, nah kan itu Feng Shui ituilmu keseimbangan gitu, a.. cuman itu harus dibedakan dengan beberapakelompok yang tahayul gitu, nah kalau bangun rumah, nanti kasi ini kasi itumisalnya dikasi kode sekian bisa bagus itukan terserah, dia bersifat nilai-nilaidari keyakinan, nah tapi nggak papa, keyakinan itu kalau dia anggapmempengaruhi sub konsusnya yaitu dia merasa nyaman, dia lebih pede, yasilahkan, itu hak perseorangan, tapi kalau secara sains dia nggak bisa dijelaskanya pelan-pelan ditinggalkan,” (RR, W1, 11 Oktober 2011, 944-966).

Dari penjelasan tersebut disimpulkan, Fengshui sebagai suatu budaya yang

diturunkan dari generasi ke generasi telah menjadi bagian dari kehidupan etnis

Tionghoa dalam menciptakan kehidupan yang lebih baik. Hubungan individu

dengan budaya seperti ini dalam kajian lintas budaya disebut sebagai Locus of

Control, yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya

mengontrol nasib (destiny) sendiri.

Bicara Feng Shui, tidak terlepas dari dua hal utama yaitu hokkie atau

peruntungan dan kesehatan. Peruntungan menurut kajian Fengshui, tidak dapat

dilepaskan dari kesesuaian elemen, sedangkan kesehatan dikaitkan pada tata letak

rumah atau bangunan. Keyakinan etnis Tionghoa terhadap Fengshui, tidak dapat

dilepaskan dari pandangan dan pengalaman yang terjadi disekitarnya. Dalam

kehidupan J, informan dalam penelitian ini menyatakan, kedua hal tersebut

(pandangan dan pengalaman) diperolehnya dari rekan dan orang tuanya, yang

menyebut bahwa Fengshui bukanlah agama, tetapi perpaduan Yin dan Yang dalam

menjaga keharmonisan hubungan langit (Tuhan), manusia dan bumi, yang bila

disatukan akan membuat kehidupan lebih senang. Menurut keyakinan etnis

Tionghoa, ketiga variabel tersebut mempengaruhi kehidupan manusia. (Nugraha,

2008).

Page 143: Tesis john parlyn halomoan sinaga

143

“Keyakinan utama saya adalah pada saat dulu saya itu adalah agamaKristen, ya agama. Jadi saya belajar Kristen itu banyak, itu nggak ada kenalistilah Fengshui. Terakhir saya itu di kenal sama kawan, ada satu orang, orangyang boleh dikatakan, dibilang pintar sih nggak, nggak pintar ngerti, a… mulaidia itu memberikan satu pandangan sama saya bahwa itu bukanlah agama, ituadalah e… perpaduan antara Yin dan Yang, manusia tanah, e… manusia bumidan langit. Itu kalau bisa menyatu kehidupannya itu lebih senang, situlah mulaidia tu memberikan pandangan kepada saya. Kedua orang tua juga memberipandangan. Disitulah aku mulai mendapatkan titik terang dari awal, saya mulaibelajar dan di awal itu, saya melihat orang lain, saya melihat sejarah-sejarah,tokoh-tokoh yang ada di Gramedia ya misalnya ngetop, siapa presidennya,kenapa dia bisa jadi presiden, saya lihat dia punya tanggal lahir, Soeharto siapa,Soekarno siapa, kenapa dia gagal, ini semua orang-orang kaya orang-orangkonglongmerat, saya baca semua, ternyata bisa saya simak, bahwa itu memangbenar. Jadi keberhasilan seseorang itu, dia fatalnya kenapa? Emang semuanya digariskan, memang Nampak semua, nampak, nampak,” (J, W2, 12 Oktober 2011,165-195).

Meski awalnya J tidak begitu yakin, tetapi sejumlah pengalaman sukses

yang dilihat J pada sebagian orang berkat bantuan Fengshui, mendorong J untuk

mencoba mempelajari Fengshui. Hasil dari pembelajaran tersebut kemudian

diterapkan J pada sejumlah rekannya. Penerapan ini membuahkan hasil ditandai

dengan peningkatan kualitas hidup rekannya dalam tiga tahun, dari seorang

penyewa menjadi pemilik. Keberhasilan ini kemudian memperkuat keyakinan J

pada Fengshui, bahwa dengan harmonisasi Yin dan Yang dapat memberi

peruntungan.

“Yang saya lihat, ada beberapa yang saya bantu dengan sistem Fengshui,dalam tiga tahun bisa tercipta, udah bisa nampak mereka itu sekarang udah jadi.Awalnya dengan nyewa rumah, setelah diperbaiki, dia punya tata ruang, samadia punya SDM nya, pola hidupnya, sekarang dia udah menjadi boleh dikatakanya, dari nyewa rumah, bisa memiliki dua rumah yang berdampingan tiga tingkatdan pabriknya dua,” (J, W2, 12 Oktober 2011, 75-85).

Page 144: Tesis john parlyn halomoan sinaga

144

Keterlibatan Fengshui tersebut menurut J, tidak terlepas dari kelebihan dan

kekurangan yang dimiliki manusia. J yang menyadari kelemahan yang dimilikinya,

kemudian memadukannya dengan pengetahuan Fengshui yang dimilikinya.

Pemaduan tersebut ditujukan untuk melakukan keseimbangan. Hal ini sesuai

dengan kaidah-kaidah yang dimiliki Fengshui, yaitu, meseimbangkan Yin dan

Yang.

“Karena saya melihat, banyak orang kaya itu ya, dia itu manfaatkanFengshui untuk membantu dia punya e… basic. Setiap manusia punya kelebihan,punya kekurangan, jadi kekurangan itu, kekurangan dimana, jadi kekurangan itusemuanyakan dari pribadi kita sendiri. Jadi saya padukanlah kekurangan ituditambah dengan Fengshui yang baik terciptalah saya punya kelemahan itumenjadi seimbang kembali, maka lancarlah saya kembali, usaha lancar kembali.(J, W2, 12 Oktober 2011, 264-275).

“Kalau kita makan gaji, itu ibaratnya kita nggak bisa e… hidup melebihiapa yang kita inginkan. Kalau kita wirausahawan kami bisa memprediksikanbahwa kedepan saya mau jadi apa, kembali kepada saya sendiri, apa yang harussaya lakukan, kalau memang saya rajin dan semua unsurnya berjalan dengan pas,saya berkembang. Kalau makan gaji apapun bekerja dengan yang terbaik, yangkaya bukan saya, bos saya yang kaya, yang saya lihat sekarang terbukti. (J, W2,12 Oktober 2011, 443-454).

Motif dasar dari perilaku tersebut adalah suatu kesuksesan. Keinginan

sukses yang menjadi motif bagi J dalam menerapkan Fengshui, merupakan suatu

bentuk penolakan terhadap kegagalan yang pernah dialaminya karena tidak

menyertakan Fengshui dalam kehidupannya. Penolakan kegagalan inilah yang

menjadi alasan J menerapkan Fengshui dalam proses seleksi karyawan di

perusahaan yang dikelolanya.

Perilaku psikologis J mengadopsi Fengshui dalam kehidupannya, tidak

dapat dilepaskan dari keadaan lingkungan yang memberikan stimulus bagi J,

Page 145: Tesis john parlyn halomoan sinaga

145

bahwa Fengshui dapat menjadikan seseorang sukses. Pengalaman ini juga yang

memotivasi J menjadi seorang wirausahawan karena terobesesi atas kekayaan

orang lain yang dilihatnya. Pengalaman berdasarkan pengamatan lingkungan

terhadap keberhasilan orang lain seperti ini merupakan salah satu sumber efikasi

diri bagi J, atau yang disebut sebagai pengalaman vikarius (Bandura, 1997).

Menurut Bandura (Siagian, 2004), keyakinan diri merupakan suatu bentuk

kepercayaan yang dimiliki seseorang terhadap kapabilitas masing-masing untuk

meningkatkan prestasi kehidupannya. Keyakinan diri dapat berupa bagaimana

perasaan seseorang, cara berpikir, motivasi diri, dan keinginan memiliki terhadap

sesuatu. Keberadaan keyakinan diri pada diri seseorang akan berdampak pada

empat proses, yaitu:

i. Proses kognitif.

Pengaruh keyakinan diri pada proses kognitif dapat timbul dalam

berbagai format. Banyak perilaku manusia, dengan menggunakan

menggunakan tujuan, diatur dengan pemikiran sebelumnya dalam

mewujudkan tujuan. Pengaturan tujuan individu dipengaruhi oleh

penaksiran individu terhadap kapabilitas yang dimilikinya.

ii. Proses motivasi.

Kepercayaan diri terhadap keyakinan memainkan kunci dalam

pengaturan diri terhadap motivasi. Motivasi individu banyak

ditimbulkan melalui proses kognitif. Orang-orang memotivasi dirinya

sendiri dan mengarahkan tindakannya dengan melalui berbagai latihan.

Page 146: Tesis john parlyn halomoan sinaga

146

Mereka percaya terhadap apa yang mereka lakukan dan selalu

mengantisipasi adanya hasil tindakan yang prospektif. Mereka akan

mengatur tujuan yang dimilikinya dan merencanakan latihan-latihan

sebelum melakukan tindakan dengan mendesainnya sesuai nilai-nilai

masa depan.

iii. Proses afektif.

Orang-orang percaya terhadap pengaruh kapabilitasnya dalam

mengatasi stress dan depresi dalam menghadapi ancaman atau situasi

yang sulit, seperti terhadap motivasi dalam dirinya. Dengan adanya

keyakinan diri, seseorang akan lebih mampu mengatasi segala

persoalan yang mengancam keberadaannya.

iv. Proses seleksi.

Melalui kepercayaan diri terhadap kapabilitas yang dimilikinya, maka

seseorang cenderung bertindak selektif atau melakukan pemilihan

terhadap pencapaian tujuan hidupnya. Manusia akan memilih

pemecahan masalah dan pencapaian tujuan sesuai kapabilitas yang

dimilikinya. Seseorang yang meragukan kapabilitas yang dimilikinya

akan cenderung mempunyai perasaan malu untuk mengatasi kesulitan-

kesulitan yang dimiliki, termasuk dalam mengatasi ancaman yang

datang padanya. Mereka mempunyai tingkat aspirasi yang rendah dan

komitmen yang dimilikinya terhadap suatu hal lemah. Dalam

Page 147: Tesis john parlyn halomoan sinaga

147

menghadapi segala permasalahan, mereka cenderung untuk selalu

menghindar. Mereka akan lebih mudah mengalami stres dan depresi.

J yang menjadi informan dalam penelitian, dari analisis Kua, memiliki

elemen Air +, memilih mengelola bisnis pendidikan, karena diyakini, bidang

pendidikan merupakan perpaduan antara kertas sebagai elemen Kayu dan tinta

sebagai elemen Air. Kesesuaian elemen ini diyakini J telah membawa

keberhasilan bagi kehidupannya, ditandai dari perkembangan bisnis yang

dikelolanya dari sebelumnya hanya memiliki satu cabang di Jalan Kediri Medan,

kini menjadi tiga cabang, yanitu di Jalan Gatot Subroto dan Komplek Perumahan

Taman Setia Budi Indah.

“Kalo dunia pendidikan ini kalau kita lihat memang itu adalah dua unsuremenjadi satu, satu antara kayu, karna kertas itu terbuat dari kayu. Dia tidakterlepas dari tinta, tinta terbuat dari air. Jadi, kayu dengan air itu menyatu. Jadikalau dua orang makin tinggi pendidikannya, berarti kayu dengan air udahmenyatu sama dia,” (J, W2, 12 Oktober 2011, 324-331).

Keterlibatan Fengshui dalam memilih jenis usaha atau mitra bisnis tanpa

melalui penalaran rasional dan intelektualitas seperti halnya kesesuaian elemen

pribadi yang dilakukan J, dapat disebut sebagai intuisi, atau sering disebut sebagai

gut/natural feeling, firasat, inner voice atau suara hati. Klein menyebut intuisi

adalah proses kognitif yang terjadi secara instan (Kurnia, http://www.ppm-

manajemen.ac.id/index.php?id=8&mib=ppm_coloums.detail&wb=09, diunduh

12 Agustus 2011).

Page 148: Tesis john parlyn halomoan sinaga

148

Intuisi dapat dijadikan sebagai sumber salah satu kebenaran yang sifatnya

emergence. Hal ini karena intuisi dapat muncul di saat manusia dalam kondisi

terpepet karena waktu sementara itu harus memutuskan sesuatu yang sedang

dipikirkan. Namun, kebenaran intuisi adalah kebenaran yang bersifat tentatif dan

relatif, bukan sebagai kebenaran absolute seperti wahyu yang diyakini oleh orang

yang beragama. Dalam realitasnya, intuisi memiliki kekuatan sekaligus

kelemahan yang secara praktis dapat dilihat dan diamati dalam kehidupan empiris.

(Sahrodi, http://www.scribd.com/pascasarjana/d/2539738-INTUISI, diunduh 17

Agustus 2011)

Sebagai suatu intuisi dalam kehidupan etnis Tionghoa, Fengshui memiliki

peran besar, bukan saja dalam soal tata letak, pemilihan mitra bisnis, kesehatan

atau melihat peruntungan, tetapi juga dipakai dalam memilih jenis usaha.

Kesesuaian elemen pribadi dengan elemen bisnis bagi etnis Tionghoa mendapat

perhatian yang cukup serius, karena menurut kajian Fengshui, setiap bisnis

digolongkan dalam bentuk karakter dan memiliki hubungan antara usaha yang

digeluti dengan elemen pribadi seseorang. Apabila karakter seseorang tidak

cocok dengan karakter elemen bisnisnya, maka yang terjadi adalah

ketidakcocokan, terjadinya penipuan, usaha tidak laku, karyawan yang tidak loyal

serta ditinggalkan pelanggan adalah hal-hal yang sering terjadi bila karakter

seseorang tidak cocok dengan karakter bisnis atau usaha yang dijalankan

(Nugraha, 2008)

Page 149: Tesis john parlyn halomoan sinaga

149

Keterlibatan Fengshui dalam diri maupun dalam kegiatan bisnis yang

dilakukan etnis Tionghoa, termasuk J, bukanlah menjadi faktor utama, tetapi

merupakan faktor pendukung, namun memiliki peran penting. Bagi J, faktor

utama tetap mengedepankan kualitas (bobot) dan kepribadian (jiwa) seseorang

calon karyawannya.

“Kalau itu sebagai faktor pendukung”. (J, W3, 18 Oktober 2011, 81)

“Ya, faktor utama kita lihat dari orangnya diluan, personnya itu ya, nggakada ikatan. Faktor ini ya pendukung, pendukung ini faktor boleh dikatakanpendukung yang kuat juga, nggak bisa terlepas dari faktor utama.” (J, W3, 18Oktober 2011, 82-88).

“Kualitas e.. latar belakangan sama jiwanya gimana? (J, W3, 18 Oktober2011, 95-96).

Alasan penetapan Fengshui sebagai faktor pendukung, kata Rudy, karena

masyarakat Tionghoa sudah sangat ramah dengan Feng Shui, dengan begitu akan

dengan mudah mendekati seseorang dari sudut tersebut dan merupakan bagian

dari cara berfikir positip.

“Nah, itu salah satu metode berfikir positif, hahaha.. kita harus selaluberfikir positif, setiap orang itu punya nilai dimata Tuhan, dilahirkan semua hoki,a.. jadi amati ya, masyarakat Tionghoa ni suka ngomong, o.. wah.. untung akusudah berhasil selamat ditabrak, kalimatnya untung”. (RR, W1, 11 Oktober 2011,1361-1367)

Untuk dapat mengetahui elemen pribadi seseorang, dapat dilakukan

melalui perhitungan Kua. Dalam pemahaman Fengshui, masing-masing elemen

tersebut memiliki sifat yang berbeda satu dengan lainnya, sehingga dengan

mengetahui sifat masing-masing elemen, akan dengan mudah memanfaatkannya

sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan. (Nugraha, 2008).

Page 150: Tesis john parlyn halomoan sinaga

150

Menurut Rudy, “Elemen dapat diartikan sebagai denah yang melengkapiseseorang, atau juga dapat diibaratkan sebagai bentuk golongan darah. (RR, W2,17 Oktober 2011, 3003-3007).

c. Peran elemen pribadi pada Feng shui dalam proses seleksi karyawan pada

perusahaan milik etnis Tionghoa.

Pada Fengshui, hubungan antar elemen memiliki hubungan saling

mendukung atau merusak. Elemen Air + milik J, sangat harmonis dengan elemen

Logam. Hubungan kedua elemen ini diartikan, Logam akan berkarat terkena Air,

atau diartikan lain, Logam dapat menjadi wadah dalam menampung Air. Itu

sebabnya dalam struktur organisasi perusahaan yang dikelola J, menempatkan F

(istri J) berelemen Logam + sebagai wakil pimpinan perusahaan. Disisi lain

elemen Logam + milik F didukung oleh elemen Tanah + milik Asisten Wakil

Pimpinan Perusahaan R. Hubungan elemen ini diartikan, Tanah

menghasilkan/menghidupkan Logam. (Tan,

http://www.wikimu.com/news/displaynews.aspx?id=12887, diunduh tanggal 6

September 2011).

Page 151: Tesis john parlyn halomoan sinaga

151

Tabel 9. Formasi Saling Mendukung Elemen Karyawan LP S

No ID JK Lahir Kua Elemen Mendukung

1 J Laki 1963 1 Air + Logam (+) Logam (-)

2 F Pr 1973 6 Logam + Logam (-) Air (+) Tanah (-) Tanah (+)

3 R Pr 1984 8 Tanah + Tanah (-) Air (+) Api (-)

4 S Pr 1978 2 Tanah - Logam (+) Tanah (+) Air (+)

5 An Pr 1982 8 Tanah + Tanah (-) Air (+) Api (-)

6 Sg Laki 1988 4 Kayu - Air (+) Kayu (+) Tanah (-)

7 O Laki 1984 7 Logam - Tanah (+) Tanah (-)Tanah (berubah jadi

angka 2 untuk Lk danangka 8 untuk Pr)

8 D Pr 1984 8 Tanah + Tanah (-) Air (+) Api (-)

9 L Pr 1979 3 Kayu + Api (-) Kayu (-) Air (+)

10 Jl Pr 1985 9 Api - Kayu (+) Kayu (-)Logam

(+)Logam (-)

11 V Laki 1987 4 Kayu - Air (+) Kayu (+) Tanah (-)

12 K Laki 1990 1 Air + Logam (+) Logam (-)

13 T Pr 1980 4 Kayu - Air (+) Kayu (+) Tanah (-)

14 A Pr 1983 7 Logam - Tanah (+) Tanah (-)Tanah (berubah jadi

angka 2 untuk Lk danangka 8 untuk Pr)

15 Sd Pr 1987 2 Tanah - Logam (+) Tanah (+) Air (+)

Sumber: Diolah Dari Struktur Organisasi LP S

Page 152: Tesis john parlyn halomoan sinaga

152

Tabel 10. Formasi Saling Menyusahkan Elemen Karyawan LP S

No ID JK Lahir Kua Elemen Menyusahkan

1 J Lk 1963 1 Air + Tanah (-)Tanah (berubah jadi

angka 2 untuk Lk danangka 8 untuk Pr)

Tanah (+)

2 F Pr 1973 6 Logam + Api (-) Air (+) Kayu (-)

3 R Pr 1984 8 Tanah + Kayu (+) Logam (+) Logam (-)

4 S Pr 1978 2 Tanah - Kayu (+) Kayu (-)

5 An Pr 1982 8 Tanah + Kayu (+) Logam (+) Logam (-)

6 Sg Lk 1988 4 Kayu - Api (-) Logam (-) Logam (+)

7 O Lk 1984 7 Logam - Api (-) Air (+) Kayu (-)

8 D Pr 1984 8 Tanah + Kayu (+) Logam (+) Logam (-)

9 L Pr 1979 3 Kayu +Logam

(+)Logam (-)

10 Jl Pr 1985 9 Api - Air (+) Tanah (-) Tanah (+)

11 V Lk 1987 4 Kayu - Api (-) Logam (-) Logam (+)

12 K Lk 1990 1 Air + Tanah (-)Tanah (berubah jadi

angka 2 untuk Lk danangka 8 untuk Pr)

Tanah (+)

13 T Pr 1980 4 Kayu - Api (-) Logam (-) Logam (+)

14 A Pr 1983 7 Logam - Api (-) Air (+) Kayu (-)

15 Sd Pr 1987 2 Tanah - Kayu (+) Kayu (-)

Sumber: Diolah Dari Struktur Organisasi LP S

Dari hasil pengolahan data di atas terlihat, bahwa struktur organisasi

perusahaan yang dibangun J, murni menerapkan kajian elemen pribadi, yang bila

disederhanakan, R mendukung F dan F mendukung J. Penerapan Fengshui dalam

lembaga pendidikan tersebut juga berlanjut hingga tingkat Koordinator Cabang.

Hal ini terlihat pada elemen kedua koordinator cabang yang diangkat. Di Cabang

Page 153: Tesis john parlyn halomoan sinaga

153

Taman Setia Budi Indah, koordinator dipegang oleh S dengan elemen Tanah -,

dan di Cabang Kediri dipegang oleh D berelemen Tanah +. Kedua elemen

koordinator ini, terlihat sangat mendukung elemen Tanah + milik R, sebagai

Wakil Asisten Pimpinan Perusahaan, yang ditugasi mengelola ketiga cabang milik

lembaga pendidikan tersebut.

Ditingkatan supervisor, harmonisasi elemen juga terlihat. Di Cabang

Taman Setia Budi Indah, supervisor dipegang oleh An dengan elemen Tanah +.

Artinya, elemen An sangat mendukung elemen S (Tanah -) yang menjadi

atasannya. Namun, elemen Tanah + milik An, tidak cocok dengan elemen stafnya

Sg (Kayu –), yang dapat diartikan, kayu akan menghancurkan tanah atau tanah

akan menjadi tempat tumbuhnya kayu. Agar dapat mensikapi efek negatif dari

elemen Kayu – milik Sg, J menempatkan Ok berelemen Logam – sebagai

penyeimbang, yang diartikan, logam akan menghancurkan kayu, sehingga kayu

tidak dapat tumbuh (berkembang) dengan baik.

Harmonisasi elemen ditingkatan supervisor juga terlihat di Cabang Kediri.

Supervisor cabang ini dipegang oleh L berelemen Kayu +. Dari hukum

transformasi Fengshui, elemen ini akan menghancurkan elemen Tanah + milik D.

Untuk menghempang efek negatif L terhadap D, sebagai atasan L, pimpinan

perusahaan menempatkan Jl berelemen Api – sebagai salah seorang staf di cabang

ini. Keberadaan elemen Api – milik Jl dimasudkan untuk menghancurkan elemen

Kayu + milik L, yang diartikan, api akan membakar kayu, sehingga elemen Kayu

+ milik L tidak merusak elemen Tanah + milik D. Untuk mendukung Jl dalam

Page 154: Tesis john parlyn halomoan sinaga

154

melakukan pengrusakan terhadap L, pimpinan perusahaan menempatkan V

berelemen Kayu -, sebagai bawahan Jl. Hal ini diartikan, bahwa Kayu akan

menjadi sumber energi bagi Api untuk membakar Kayu sehingga tidak merusak

Tanah, atau secara sederhana diatikan V akan menjadi sosok pemberi dukungan

bagi J melawan L, apabila L melawan D, dan untuk memperkuat tumbuhnya kayu,

pimpinan perusahaan menempatkan K berelemen Air + bawahan V, yang

diartikan air akan menyurburkan kayu, atau K akan mendukung V.

Di Cabang Gatot Subroto, keluarnya T dari Lembaga Pendidikan S,

menyebabkan cabang tersebut kini hanya memiliki setingkat supervisor, yaitu A

berelemen Logam -. Dalam menjalankan cabang, A dibantu staf Sd dengan

elemen Tanah -. Dalam hukum transformasi Fengshui, Tanah merupakan sumber

mineral Logam, atau diartikan elemen Sd mendukung elemen A.

Dalam hal penerimaan karyawan, J tidak menerapkan seluruh rangkaian

proses seleksi sebagaimana dalam pengelolaan sumber daya manusia, J justeru

melakukan adaptasi sesuai kebutuhan perusahaan. Pada Lembaga Pendidikan S,

hanya ada pelaksanaan tes yang ditujukan untuk mengetahui sejauh mana

kemampuan calon karyawan dalam menyampaikan materi, kemudian pelaksanaan

wawancara ditujukan untuk mengetahui kepribadian calon karyawan. selanjutnya,

pelaksanaan evaluasi latar belakang dan refrensi, ditujukan untuk melihat

pengalaman mengajar calon karyawan. Tahapan wawancara mendalam dan tes

kesehatan fisik diabaikan, dan langsung ke proses pengambilan keputusan.

Page 155: Tesis john parlyn halomoan sinaga

155

Pada proses pengambilan keputusan ini, hasil tes merupakan faktor utama

kemudian dikombinasi dengan kajian elemen pribadi. Bila mendukung, akan

langsung diterima. Namun, apabila kajian elemen pribadi yang dilakukan

memberi hasil tidak saling mendukung, J tidak langsung melakukan penolakan,

tetapi mencoba membangun formasi penghancuran.

Manfaat positip dari penerapan kajian elemen pribadi dalam seleksi

karyawan, diakui J, tidak dapat dilihat dalam waktu yang relatif singkat. Tetapi

butuh waktu hingga setahun lamanya. Namun beberapa karyawan yang saat ini

bekerja di lembaga pendidikan tersebut sudah memiliki masa kerja di atas lima

tahun. Bahkan meski diiming-imingi pihak lain dengan fasilitas lebih dari yang

diberikan J, untuk keluar mereka tetap menolak. Ini membuktikan bahwa tercipta

loyalitas pada karyawan terhadap perusahaan. Sebaliknya, karyawan yang tidak

melalui kajian elemen pribadi hanya bertahan sesaat, kemudian langsung

mengundurkan diri. Ini dibuktikan J ketika membalikkan kajian Fengshui pada

sejumlah pelamar, hanya bertahan selama seminggu, kemudian mengundurkan

diri.

“Karna ini masih apa namanya e.. dalam masa training masih berjalan,semua itu saya pantau terus, nanti kalau uda setahun dia baru bisa timbul senengatau gimana, bilamana saya berhasil, orang yang saya lihat itu bisa jalan sepertiapa yang saya bayangkan, yang saya tetapkan dengan menerapan Feng Shui inie.. saya lanjut terus. Tapi dengan yang saya cobakkan ada beberapa personnyayang saya sengaja membalikkan dengan Feng Shui nyatanya gagal, terbuktidalam minggu ini ada dua guru yaa dari Nommensen, saya sengaja membalikkanbaru dua mi.. baru seminggu dia kerja, uda membelok dia,” (J, W3, 18 Oktober2011, 106-120).

Page 156: Tesis john parlyn halomoan sinaga

156

Keterlibatan Feng shui dalam perusahaan atau suatu organisasi seperti ini

dapat juga disebut sebagai suatu budaya organisasi. Pemikiran ini didasari karena

Feng shui telah menjadi nilai (bagian) yang diyakini dapat membantu organisasi

mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu subyek organisasi yang

dianggap mampu meningkatkan kinerja organisasi adalah budaya yang hidup di

organisasi yang bersangkutan, atau sering disebut budaya organisasi (Bahtiar,

http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._administrasi_pendidikan/196210011991021-

yoyon_bahtiar_irianto/modul-6-budaya_org.pdf, diunduh tanggal 5 Agustus

2011). Budaya organisasi tidak dapat dilihat sebagai sesuatu yang statis walaupun

bersifat abstrak, tetapi akan menjadi generator untuk membangun ritme sesuai

keinginan dan kebutuhan organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya sehingga

dapat dikatakan sebagai organisasi yang efektif, atau sejauhmana sebuah

organisasi mewujudkan tujuan-tujuannya.

Menurut J, penerapan kajian Fengshui dalam tiap bisnis yang dikelola,

tergantung kepada pemilik (owner) perusahaan, percaya atau tidak.

“Owner, jadi dia harus sesuai dengan saya. Udah, saya misalnya, sayapunya pusat di Kediri, cabang yang di Tasbih, Tasbih inikan anggota saya yangmengkoordinir, unsur dia belum tentu sama saya punya unsur sama, mungkin diapunya bermanfaat bagi saya, saya akan mencari orang yang bermanfaat untukcabang ini, harus sesuai dengan dia, bukan saya lagi, tarik. Kepala kantor itulagi kita bisa cari. (J, W3, 18 Oktober 2011, 850-859).

Namun J menyebut, kelompok etnis Tionghoa, yang sudah senior (tua)

yang mengerti Fengshui tidak pernah melepaskannya. Bahkan beberapa gedung-

gedung mewah, seperti Sun Plaza dan Capital Building, diyakini memanfaatkan

Fengshui dalam aktivitasnya. Sun Plaza ditandai dengan keberadaan lempengan

Page 157: Tesis john parlyn halomoan sinaga

157

kaca yang disirami dengan air pada bagian depan, dan Capital Building, ditandai

dengan keberadaan lampu sorot yang mengarah ke langit. Hal ini merupakan salah

wujud formasi dalam menerapkan Fengshui, sesuai paham Konfusianisme, yang

mengajarkan pentingnya menjaga hubungan manusia di langit dengan manusia di

bumi. (Nugraha, 2008).

“Jelas lah selalu, contohnya Sun Plaza, kenapa didepan Sun Plaza itu diamemakai, satu, kaca dia pasang, air terjun, a.. itu Feng Shui, kalau nggak pakaiitu, Sun Plaza nggak laku. (J, W3, 18 Oktober 2011, 187-191).

“Feng Shui umumnya semua orang, jangan di Indonesia aja, diluarsemuanya paham, adanya Feng Shui, Cuma sejauh mana Feng Shui itu merekaitu mau mengkaji lebih mendalam itu butuh waktu yang lama, contohnya yangada di Medan yang menonjol, itu Capital, kenapa di depan gedung itu akan diabuatkan lampu yang berputar? Menyorot kelangsung kelangit, (J, W1, 10 Oktober2011, 238-246).

Menurut J, Fengshui bukanlah mistis yang dapat merubah peruntungan

seseorang dalam sekejap, namun lebih kepada ketidakpahaman.

Rudy menyatakan: “Fengshui begitu universal, karena dapat dilihat dariberbagai aspek, seperti filosofis, sains dan mate-matika. Buktinya, abaccusmerupakan konsep dari Tao. (RR, W1, 11 Oktober 2011, 973-976)

Dalam hal mengaplikasikan Fengshui lewat pihak lain, J menyarankan

agar memperhatikan tiga hal, yaitu, profesional, betul-betul memahami mate-

matika dan memahami sejarah Fenghsui. Keterlibatan mate-matikan, kata J,

terkait pada rumusan-rumusan yang ada pada Fengshui untuk menseimbangkan

Yin dan Yang melalui perhitungan Kua.

Dari hasil penelitian yang didapat, akan menjawab asumsi-asumsi yang

dibangun sebelumnya, yaitu:

Page 158: Tesis john parlyn halomoan sinaga

158

1). Feng shui telah menjadi suatu keyakinan diri etnis Tionghoa.

Asumsi ini dapat diterima, dengan alasan bahwa penerapan kajian

Fengshui dalam kehidupan etnis Tionghoa, ditujukan untuk menolak kegagalan

dengan cara menjaga harmonisasi Yin dan Yang. Sumber yang menjadi alasan

penempatan Fengshui sebagai suatu keyakinan diri (self efficacy) bagi etnis

Tionghoa adalah pengalaman spiritual yang terjadi disekitarnya atau disebut

pengalaman vikarius atau pengalaman yang diperoleh seseorang melalui model

sosial dengan mengamati keberhasilan orang lain.

2). Feng shui sebagai intuisi bisnis.

Asumsi ini dapat diterima, karena, etnis Tionghoa meyakini, terdapat

hubungan positip antara elemen pribadi dengan elemen bisnis yang dijalankan.

Harmonisasi elemen tersebut, dipercaya akan membawa peruntungan. Sebaliknya

ketidaksesuaian elemen, dipercaya akan membawa kepada hal-hal yang bersifat

negatif (kerugian). Keyakinan diri seperti ini dalam kehidupan bisnis, dengan

menjadikan hubungan antar elemen sebagai alasan untuk memilih bisnis yang

dijalankan tanpa melalui penalaran rasional dapat disebut sebagai intuisi bisnis.

3). Kesesuaian elemen pribadi, menjadi faktor pendukung dalam

penerimaan karyawan.

Asumsi ini dapat diterima, dengan alasan, bahwa bagi etnis Tionghoa,

faktor utama dalam menerima karyawan adalah kualitas (bobot) atau kepribadian

Page 159: Tesis john parlyn halomoan sinaga

159

(jiwa) seseorang. Kesesuaian elemen pribadi pada Fengshui, dalam proses

penerimaan karyawan hanya sebagai faktor pendukung, namun memiliki peran

yang sangat penting. Pentingnya peran Fengshui tersebut, karena didasari atas

keyakinan pada kelebihan dan kekurangan yang dimiliki setiap manusia, sehingga

melalui kajian elemen pribadi atau yang disebut Ming Kua (tanda lahir) akan lebih

memudahkan melakukan pendekatan terhadap seseorang.

Page 160: Tesis john parlyn halomoan sinaga

160

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didapat kesimpulan bahwa peran

elemen pribadi pada Fengshui bagi etnis Tionghoa dalam seksi karyawan,

merupakan faktor pendukung. Alasan keterlibatan kajian elemen pribadi dalam

seleksi karyawan tersebut, ditujukan untuk menolak kegagalan.

Salah satu cara menolak kegagalan yang dilakukan etnis Tionghoa adalah

dengan menjaga kesesuaian elemen pribadi. Hal ini sesuai makna yang dikandung

oleh elemen pribadi sebagai suatu tanda lahir (Ming Kua), sehingga dengan

menjaga kesesuaian atau harmonisasi Yin dan Yang pada elemen pribadi akan

membawa peruntungan. Sumber keyakinan diri etnis Tionghoa menerapkan kajian

elemen pribadi dalam hal seleksi karyawan maupun dalam hal memilih jenis

usaha berasal dari pengalaman spiritual yang terjadi disekitarnya atau disebut

pengalaman vikarius.

Kajian elemen pribadi yang tumbuh dalam kehidupan organisasi/perusahaan

etnis Tionghoa seperti ini, dapat disebut juga sebagai suatu budaya organisasi.

Pemikiran ini didasari, karena Feng shui telah menjadi nilai (bagian) yang

diyakini dapat membantu organisasi mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan

melalui seleksi karyawan yang tepat.

Page 161: Tesis john parlyn halomoan sinaga

161

B. Saran

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan,

karenanya, bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini, hendaknya melihat

dampak keterlibatan fengshui dalam proses seleksi karyawan, sekaligus

memadukannya dengan peran shio. Kesesuaian shio karyawan menurut

kepercayaan diri etnis Tionghoa, ikut mendukung kemajuan perusahaan.

Page 162: Tesis john parlyn halomoan sinaga

162

DAFTAR PUSTAKA

Adi Nugraha. 2008. Membaca Kepribadian Orang-Orang China. Garasi.Jogjakarta

Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian.UMM Press. Malang

Bandura, A. 1997. Self-Efficacy: The Exercise Of Control. New York: W.H.Freeman

Bandura, A. dan Wood, R. 1989. “Social Cognitive Theory of OrganizationalManagement,”. Journal Academiy of Managemen Review.

Bimo Walgito. 2010. Pengantar Psikologi Umum. CV Andi Offset. Yogyakarta

Burhan Bungin. 2010. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi. KebijakanPublik dan Ilmu Sosial Lainnya. Edisi 1. Cetakan 4. Kencana PrenadaMedia Group. Jakarta

Crider, A.B, Goesthals, G.R., Kavanough, R.D dan Solomon, P.R.1983.Psychology. Illinois: Sott, Foresman & Company

Dahana, Tionghoa Atau Cina, Di Era Reformasi,http://www.ceritanet.com/15cina.htm, diunduh 15 Maret 2012

Haris Herdiansyah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-ilmuSosial. Salemba Humanika, Jakarta.

Hendro Prabowo. Desember 2008. “Seri Latihan Kesadaran 1 PengantarPsikologi Transpersonal”.http://www.scribd.com/doc/55006161/1-Pengantar-Psikologi-Transpersonal, diunduh 12 Agutus 2011.

Hedy C. Indrani, Pertimbangan Aspek Kejiwaan Terhadap Feng Shui DalamPerancangan Interior, Staf Pengajar Fakultas Seni dan Desain, JurusanDesain Interior, Universitas Kristen Petra Surabaya, Dimensi Interior, Vol.1, No. 1, Juni 2003: 74 - 84

Heri Kusrianto. 2010. Peluang Kaya Dari Tanggal Lahir. PT Lex MediaKomputindo Kompas

Ike Kusdyah. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Andi Offset. Yogyakarta

Page 163: Tesis john parlyn halomoan sinaga

163

Ilhamsyah, “DPRD Medan Etnis Tionghoa Tak-Tersentuh”

http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2

12804:dprd-medan-etnis-tionghoa-tak-tersentuh-

kb&catid=14:medan&Itemid=27, diunduh 4 April 2012

Irvan Yusri. “Bagaimana Memilih Karyawan Sesuai Elemen” di Majalah HongShui Edisi 25-Bulan Ayam Tahun Ayam 2005

Jamali Sahrodi. “Mempertimbangkan Intuisi Sebagai Sumber Kebenaran”.http://www.scribd.com/doc/2539738/INTUISI, diunduh 17 Agustus 2011.

Koentjaraningrat 1990. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jambatan. Jakarta

------------------- 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta

Matthew B. Miles & A. Michael Huberman. 1992. Analisa Data Kualitatif.Penerjemah Tjetjep Rohendi Rohidi. Cetakan 1. Universitas IndonesiaPress. Jakarta.

Marzali, Amri.2005. Antropologi dan Pembangunan Indonesia, Kencana, Jakarta

Moleong, L.J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif (Cetakan ke 6). RemajaRosdakarya. Bandung

Muhammad Fakhrurrozi. 30 Juli. “Berkenalan dengan Psikologi Transpersonal”.http://www.hearthuman.com/?p=276, diunduh 2 Agustus 2011.

Master Aries Harijanto. Indonesia Feng shui Online Center.---------------------------“Bagaimana sistim kerja Feng shui?”.

http://www.klikFengshui.com/artikel/teori&praktek/sistim_kerja.php, diunduh 1 September 2011.

--------------------------“Cara menghitung Ming Kua dalam Ba Zhai”http://www.klikfengshui.com/artikel/teori&praktek/12_ming_kua.php, diunduh 1 September 2011.

--------------------------“Feng shui dan Taoisme”.http://www.klikFengshui.com/artikel/sejarah&tradisi/4_feng_shui_&_taoisme.php, diunduh 1 September 2011),

--------------------------“Peranan Yin - Yang Wu Xing dalam Feng shui”.http://www.klikFengshui.com/artikel/teori&praktek/10_yin_yang.php. Diunduh 1 September 2011

--------------------------“Peranan 'Qi' dalam Feng shui”.

Page 164: Tesis john parlyn halomoan sinaga

164

http://www.klikFengshui.com/artikel/teori&praktek/9_peranan_qi.php, diunduh 1 September 2011.

--------------------------“Sejarah Singkat Ilmu Feng shui”.http://www.klikFengshui.com/artikel/sejarah&tradisi/2_sejarah_singkat.php, diunduh 1 September 2011

Nurdiniamalia. Kajian Psikologi Lintas Budaya Dalam Lingkup Self/Kepribadian.http://nurdiniamalia.files.wordpress.com/2009/05/kajian-psikologi-lintas-budaya.doc, diunduh 5 September 2011.

Pepey Riawati Kurnia. “Peran Intuisi Dalam Bisnis Bakery.http://www.ppmmanajemen.ac.id/index.php?id=8&mib=ppm_coloums.detail&wb=09, diunduh 12 Agustus 2011

Poerwandari, K. 2007. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia.Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan PsikologiFakultas Psikologi Univeritas Indonesia

Rajab Lubis. 1995. Pribumi Dimata Orang Cina. Cetakan 1. Pustaka PTWidyasarana. Medan.

Roucek, S.J dan Warren, L.R. 1984. Pengantar Sosiologi. Bina Aksara. Jakarta.

Roy Sembel. “Mengelola Intuisi” di http://www.scribd.com/doc/55547971/Intuisi,diunduh 2 September 2011.

Sondang Siagian. 2004. Teori Motivasi Dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta

Stephany Efflina, “Kesesuaian Feng Shui Kelenteng Tanjung Kait dan Cileungsidengan lingkungannya”. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, ProgramStudi Arkeologi, Universitas Indonesia, (Skripsi), 2009.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif. Kualitatif dan R&D. CV Alfabeta.Bandung.

Suhu Tan, Jumat. 30-01-2009 10:06:12. ”Interaksi Elemen dalam Kehidupan”.http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=12887, diunduh 6September 2011)

Yoyon Bahtiar Irianto. “Modul 6 Budaya Organisasi”. Kepemimpinan &Kewirausahaan, Ditjen Pendais, Depag. 2008.http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/196210011991021-YOYON_BAHTIAR_IRIANTO/Modul-6-Budaya_Org.pdf,diunduh 5 Agustus 2011.

Page 165: Tesis john parlyn halomoan sinaga

165

http://web.budaya-tionghoa.net/home/625-istilah-tiongkok-tionghoa-china-chinese-dan-cina?format=pdf, diunduh 15 Maret 2012

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan#Demografi. diiunduh 7 Agustus 2011.