Top Banner
Beberapa tes digunakan untuk menilai fungsi tiroid. Biasanya digunakan multipel tes untuk menilai secara umum keadaan tiroid pada pasien. Tes tersebut harus disesuaikan dengan keadaan klinis pasien, sebagai contoh TSH dibutuhkan dan baik digunakan untuk keadaan nodul tiroid yang secara klinis eutiroid. 1. TSH, diukur menggunakan radioimunoassay dengan menggunakan antibodi terhadap TSH. Nilai normal adalah 0,5-5 μU/ml. TSH biasanya meningkat pada keadaan hipotiroid. TSH juga menggambarkan kemampuan hipofise anterior untuk mendeteksi free T4 dan fungsinya dalam mengeluarkan TSH. 2. Total T4 dan total T3, Nilai total T4 55-150 nmol/L dan T3 1,5-3,5 nmol/L. Keduanya didapat melalui radioimunoassay. Total T4 merefleksikan pengeluaran langsung dari tiroid sedangkan total T3 selain dari tiroid juga berasal dari perubahan oleh jaringan dan organ lain, sehingga nilai total T3 tidak cocok menggambarkan fungsi tiroid. Total T4 meningkat pada keadaan hipertiroid dan peningkatan tiroglobulin pada kehamilan, pengguna hormonal estrogen dan progesteron atau kongenital. Total T4 menurun pada hipotiroid, penurunan tiroglobulin akibat penggunaan steroid dan protein loss seperti pada sindrom nefrotik. Total T3 meningkat pada hipertiroid dan awal hipotiroid. 3. Free T4 dan Free T3, Nilai free T4 12-18 pmol/L dan nilai free T3 3-9 pmol/L. Tes ini dilakukan untuk menilai awal hipertiroid dimana nilai total T4 masih normal sedangkan nilai free T4 meningkat. Pada pasien dengan organ resisten T4 (Refetoff syndrome), level T4 meningkat sedangkan TSH normal. Free T3 sama dengan free T4 dapat menilai awal hipertiroid dimana total T4 dan total T3 masih normal saat dilakukan pemeriksaan. 4. TRH, Bermanfaat untuk menilai fungsi hipofise dalam mengeluarkan TSH. Disuntikan TRH 500 μg dan nilai kadar TSH 30-60 menit kemudian. TSH harus bernilai sekurangnya 6 μIU/ml setelah disuntikan. Tes ini juga digunakan untuk menilai pasien dengan curiga hipertiroid namun sensitif terhadap pemeriksaan radioimunoassay. 5. Antibodi tiroid, Anti tiroglobulin (anti-Tg), anti mikrosomal, antitiroid peroksidase (anti-TPO) dan tiroid stimulating imunoglobulin (TSI) merupakan antibodi terhadap tiroid. Anti Tg dan anti TPO tidak menilai fungsi tiroid namun bermanfaat pada penyakit autoimun seperti tiroiditis, penyakit grave, goiter multinodular dan kadang-kadang pada neoplasma tiroid. 6. Tiroglobulin serum, Normalnya tiroglobulin tidak dikeluarkan kedalam sirkulasi dalam jumlah besar namun dapat meningkat jumlahnya pada keadaan destruksi tiroid seperti cancer, setelah total tiroidektomi, ablasi iodin
28

Tes Tiroid

Jan 02, 2016

Download

Documents

anche_meys
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Tes Tiroid

Beberapa tes digunakan untuk menilai fungsi tiroid. Biasanya digunakan multipel tes untuk menilai secara umum keadaan tiroid pada pasien. Tes tersebut harus disesuaikan dengan keadaan klinis pasien, sebagai contoh TSH dibutuhkan dan baik digunakan untuk keadaan nodul tiroid yang secara klinis eutiroid.

1. TSH, diukur menggunakan radioimunoassay dengan menggunakan antibodi

terhadap TSH. Nilai normal adalah 0,5-5 µU/ml. TSH biasanya meningkat

pada keadaan hipotiroid. TSH juga menggambarkan kemampuan hipofise

anterior untuk mendeteksi free T4 dan fungsinya dalam mengeluarkan TSH.

2. Total T4 dan total T3, Nilai total T4 55-150 nmol/L dan T3 1,5-3,5 nmol/L.

Keduanya didapat melalui radioimunoassay. Total T4 merefleksikan

pengeluaran langsung dari tiroid sedangkan total T3 selain dari tiroid juga

berasal dari perubahan oleh jaringan dan organ lain, sehingga nilai total T3

tidak cocok menggambarkan fungsi tiroid. Total T4 meningkat pada keadaan

hipertiroid dan peningkatan tiroglobulin pada kehamilan, pengguna hormonal

estrogen dan progesteron atau kongenital. Total T4 menurun pada hipotiroid,

penurunan tiroglobulin akibat penggunaan steroid dan protein loss seperti

pada sindrom nefrotik. Total T3 meningkat pada hipertiroid dan awal

hipotiroid.

3. Free T4 dan Free T3, Nilai free T4 12-18 pmol/L dan nilai free T3 3-9 pmol/L.

Tes ini dilakukan untuk menilai awal hipertiroid dimana nilai total T4 masih

normal sedangkan nilai free T4 meningkat. Pada pasien dengan organ

resisten T4 (Refetoff syndrome), level T4 meningkat sedangkan TSH normal.

Free T3 sama dengan free T4 dapat menilai awal hipertiroid dimana total T4

dan total T3 masih normal saat dilakukan pemeriksaan.

4. TRH, Bermanfaat untuk menilai fungsi hipofise dalam mengeluarkan TSH.

Disuntikan TRH 500 µg dan nilai kadar TSH 30-60 menit kemudian. TSH

harus bernilai sekurangnya 6 µIU/ml setelah disuntikan. Tes ini juga

digunakan untuk menilai pasien dengan curiga hipertiroid namun sensitif

terhadap pemeriksaan radioimunoassay.

5. Antibodi tiroid, Anti tiroglobulin (anti-Tg), anti mikrosomal, antitiroid

peroksidase (anti-TPO) dan tiroid stimulating imunoglobulin (TSI) merupakan

antibodi terhadap tiroid. Anti Tg dan anti TPO tidak menilai fungsi tiroid

namun bermanfaat pada penyakit autoimun seperti tiroiditis, penyakit grave,

goiter multinodular dan kadang-kadang pada neoplasma tiroid.

6. Tiroglobulin serum, Normalnya tiroglobulin tidak dikeluarkan kedalam sirkulasi

dalam jumlah besar namun dapat meningkat jumlahnya pada keadaan

destruksi tiroid seperti cancer, setelah total tiroidektomi, ablasi iodin

Page 2: Tes Tiroid

radioaktiv, tiroiditis dan keadaan hiperaktifitas tiroid seperti grave disease dan

goiter multinodular.

Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-

health/pathology/2217649-tes-fungsi-tiroid/#ixzz2Lncvs0n6

Page 3: Tes Tiroid

KELENJAR TIROID

ANATOMI KELENJAR TIROID

Kelenjar tiroid mulai terlihat terbentuk pada janin berukuran 3,4-4 cm, yaitu pada

akhir bulan pertama kehamilan. Kelenjar tiroid berasal dari lekukan faring antara

branchial pouch pertama dan kedua. Dari bagian tersebut timbul divertikulum,

yang kemudian membesar, tumbuh ke arah bawah mengalami decencus dan

akhirnya melepaskan diri dari faring. Sebelum lepas, berbentuk sebagai duktus

tiroglosus, yang berawal dari foramen sekum di basis lidah. Pada umumnya

duktus ini akan menghilang setelah dewasa, tetapi pada beberapa keadaan masih

menetap, atau terjadi kelenjar disepanjang jalan ini, yaitu antara letak kelenjar

yang seharusnya dengan basis lidah. Dengan demikian sebagai kegagalan

desensus atau menutupnya duktus akan ada kemungkinan terbentuk kelenjar tiroid

yang abnormal , persistensi duktus tiroglosus, tiroid lingual, tiroid servikal,

sedangkan desensus yang terlalu jauh akan memberikan tiroid substernal.

Branchial pouch keempat pun ikut membentuk bagian kelenjar tiroid dan

merupakan asal sel-sel parafolikuler atau sel C yang memproduksi kalsitonin.

Gambar 1 : anatomi kelenjar tiroid

Kelenjar tiroid terletak di bagian bawah leher, terdiri atas dua lobus, yang

dihubungkan oleh ismus sehingga bentukya menyerupai kupu-kupu atau huruf H,

dan menutupi cincin trakea 2 dan 3. Pada usia dewasa berat kelenjar ini kira-kira

20 gram. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada fasia pretrakea

sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan gerakan terangkatnya

kelenjar kearah kranial. Sifat inilah yang digunakan di klinik untuk menentukan

apakah suatu bentukan di leher berhubungan dengan kelenjar tiroid atau tidak.

Pengaliran darah ke kelenjar berasal dari a. Tiroidea superior dan a. Tiroidea

inferior. Ternyata setiap folikel tiroid diselubungi oleh jala-jala kapiler, dan jala-

jala limfatik, sedangkan sistem venanya berasal dari pleksus perifolikular.

Pembuluh getah bening kelenjar tiroid berhubungan secara bebas dengan pleksus

trakealis. Selanjutnya dari pleksus ini kearah nodus prefaring yang tepat berada

diatas ismus serta ke kelenjar getah bening pretrakealis, sebagian lagi bermuara di

kelenjar getah bening brakiosefalikus. Hubungan getah bening ini penting untuk

menduga penyebaran keganasan yang berasal dari tiroid.

Page 4: Tes Tiroid

Gambar 2 : anatomi kelenjar tiroid

FISIOLOGIS KELENJAR TIROID

Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid, yang mengendalikan kecepatan

metabolisme tubuh. Hormon tiroid mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh

melalui 2 cara :

Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan protein.

Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel.

Jika sel-sel bekerja lebih keras, maka organ tubuh akan bekerja lebih cepat. Untuk

menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan iodium yaitu elemen

yang terdapat di dalam makanan dan air. Iodium diserap oleh usus halus bagian

atas dan lambung, dan kira-kira sepertiga hingga setengahnya ditangkap oleh

kelenjar tiroid, sedangkan sisanya dikeluarkan lewat air kemih. Hormon tiroid

dibentuk melalui penyatuan satu atau dua molekul iodium ke sebuah glikoprotein

besar yang disebut tiroglobulin yang dibuat di kelenjar tiroid dan mengandung

asam amino tirosin. Kompleks yang mengandung iodium ini disebut iodotirosin.

Dua iodotirosin kemudian menyatu untuk membentuk dua jenis hormon tiroid

dalam darah yaitu :

1 Tiroksin (T4), merupakan bentuk yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, hanya

memiliki efek yang ringan terhadap kecepatan metabolisme tubuh.

Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam bentuk aktif, yaitu

triiodotironin (T3).

T3 dan T4 berbeda dalam jumlah total molekul iodium yang terkandung (tiga untuk

T3 dan empat untuk T4 ). Sebagian besar (90%) hormon tiroid yang dilepaskan

ke dalam darah adalah T4, tetapi T3 secara fisiologis lebih bermakna. Baik T3

maupun T4 dibawa ke sel-sel sasaran mereka oleh suatu protein plasma.

Pembentukan dan Sekresi Hormon Tiroid

Page 5: Tes Tiroid

Ada 7 tahap, yaitu:

1. Trapping

Proses ini terjadi melalui aktivitas pompa iodida yang terdapat pada bagian basal sel

folikel. Dimana dalam keadaan basal, sel tetap berhubungan dengan pompa Na/K

tetapi belum dalam keadaan aktif. Pompa iodida ini bersifat energy dependent dan

membutuhkan ATP. Daya pemekatan konsentrasi iodida oleh pompa ini dapat

mencapai 20-100 kali kadar dalam serum darah. Pompa Na/K yang menjadi

perantara dalam transport aktif iodida ini dirangsang oleh

TSH.

2. Oksidasi

Sebelum iodida dapat digunakan dalam sintesis hormon, iodida tersebut harus

dioksidasi terlebih dahulu menjadi bentuk aktif oleh suatu enzim peroksidase.

Bentuk aktif ini adalah iodium. Iodium ini kemudian akan bergabung dengan

residu tirosin membentuk monoiodotirosin yang telah ada dan terikat pada

molekul tiroglobulin (proses iodinasi). Iodinasi tiroglobulin ini dipengaruhi oleh

kadar iodium dalam plasma. Sehingga makin tinggi kadar iodium intrasel maka

akan makin banyak pula iodium yang terikat sebaliknya makin sedikit iodium di

intra sel, iodium yang terikat akan berkurang sehingga pembentukan T3 akan

lebih banyak daripada T4.

3. Coupling

Dalam molekul tiroglobulin, monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT) yang

terbentuk dari proses iodinasi akan saling bergandengan (coupling) sehingga akan

membentuk triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). Komponen tiroglobulin beserta

tirosin dan iodium ini disintesis dalam koloid melalui iodinasi dan kondensasi

molekul tirosin yang terikat pada ikatan di dalam tiroglobulin. Tiroglobulin

dibentuk oleh sel-sel tiroid dan dikeluarkan ke dalam koloid melalui proses

eksositosis granula.

4. Penimbunan (storage)

Produk yang telah terbentuk melalui proses coupling tersebut kemudian akan

disimpan di dalam koloid. Tiroglobulin (dimana di dalamnya mengandung T3 dan

T4), baru akan dikeluarkan apabila ada stimulasi TSH.

5. Deiodinasi

Page 6: Tes Tiroid

Proses coupling yang terjadi juga menyisakan ikatan iodotirosin. Residu ini kemudian

akan mengalami deiodinasi menjadi tiroglobulin dan residu tirosin serta iodida.

Deiodinasi ini dimaksudkan untuk lebih menghemat pemakaian iodium.

6. Proteolisis

TSH yang diproduksi oleh hipofisis anterior akan merangsang pembentukan vesikel

yang di dalamnya mengandung tiroglobulin. Atas pengaruh TSH, lisosom akan

mendekati tetes koloid dan mengaktifkan enzim protease yang menyebabkan

pelepasan T3 dan T4 serta deiodinasi MIT dan DIT.

7. Pengeluaran hormon dari kelenjar tiroid (releasing)

Proses ini dipengaruhi TSH. Hormon tiroid ini melewati membran basal dan

kemudian ditangkap oleh protein pembawa yang telah tersedia di sirkulasi darah

yaitu Thyroid Binding Protein (TBP) dan Thyroid Binding Pre Albumin (TBPA).

Hanya 0,35% dari T4 total dan 0,25% dari T3 total yang berada dalam keadaan

bebas. Ikatan T3 dengan TBP kurang kuat daripada ikatan T4 dengan TBP. Pada

keadaan normal kadar T3 dan T4 total menggambarkan kadar hormon bebas.

Namun dalam keadaan tertentu jumlah protein pengikat bisa berubah. Pada

seorang lansia yang mendapatkan kortikosteroid untuk terapi suatu penyakit

kronik cenderung mengalami penurunan kadar T3 dan T4 bebas karena jumlah

protein pembawa yang meningkat. Sebaliknya pada seorang lansia yang

menderita pemyakit ginjal dan hati yang kronik maka kadar protein binding akan

berkurang sehingga kadar T3 dan T4 bebas akan meningkat.

Gambar 3 : fisiologi hormon tiroid

Efek Primer Hormon Tiroid

Sel-sel sasaran untuk hormon tiroid adalah hampir semua sel di dalam tubuh. Efek

primer hormon tiroid adalah:

a) Merangsang laju metabolik sel-sel sasaran dengan meningkatkan metabolisme

protein, lemak, dan karbohidrat.

b) Merangsang kecepatan pompa natrium-kalium di sel sasaran.

Kedua fungsi bertujuan untuk meningkatkan penggunaan energi oleh sel, terjadi

peningkatan laju metabolisme basal, pembakaran kalori, dan

Page 7: Tes Tiroid

peningkatan produksi panas oleh setiap sel.

c) Meningkatkan responsivitas sel-sel sasaran terhadap katekolamin sehingga

meningkatkan frekuensi jantung.

d) meningkatkan responsivitas emosi.

e) Meningkatkan kecepatan depolarisasi otot rangka, yang meningkatkan kecepatan

kontraksi otot rangka.

f) Hormon tiroid penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal semua sel

tubuh dan dibutuhkan untuk fungsi hormon pertumbuhan.

Pengaturan Faal Tiroid

Gambar 4 : pengaturan faal tiroid

Ada 3 macam kontrol terhadap faal kelenjar tiroid :

1. TRH (Thyrotrophin Releasing Hormone)

Hormon ini merupakan tripeptida, yang telah dapat disintesis, dan dibuat di

hipotalamus. TRH menstimulasi keluarnya prolaktin, kadang-kadang juga Follicle

Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH).

Page 8: Tes Tiroid

2. TSH ( Thyroid Stimulating Hormone)

TSH yang masuk dalam sirkulasi akan mengikat reseptor di permukaan sel tiroid

(TSH-Reseptor-TSH-R) dan terjadilah efek hormonal sebagai kenaikan trapping,

peningkatan iodinasi, coupling, proteolisis sehingga hasilnya adalah produksi

hormon meningkat.

3. Umpan balik sekresi hormon

Kedua hormon ini mempunyai efek umpan balik di tingkat hipofisis. T3 selain

berefek pada hipofisis juga pada tingkat hipotalamus. Sedangkan T4 akan

mengurangi kepekaan hipofisis terhadap rangsangan TRH.

Tubuh memiliki mekanisme yang rumit untuk menyesuaikan kadar hormon tiroid.

Hipotalamus menghasilkan Thyrotropin-Releasing Hormone, yang menyebabkan

kelenjar hipofisa mengeluarkan TSH. TSH merangsang kelenjar tiroid untuk

menghasilkan hormon tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu, maka kelenjar

hipofisa menghasilkan TSH dalam jumlah yang lebih sedikit, jika kadar hormon

tiroid dalam darah berkurang, maka kelenjar hipofisa mengeluarkan lebih banyak

TSH.

EVALUASI KELENJAR TIROID

Pada pasien yang mengalami pembesaran kelenjar tiroid (goiter), pemeriksaan

kelenjar sangatlah penting dan dapat ditunjang dengan memilih tes fungsi tiroid

yang optimal, seorang ahli bedah harus mengetahui metode yang sistematis untuk

melakukan pemeriksaan, yang harus diperhatikan pada pemeriksaan adalah besar,

konsistensi, penampang, perlengketan pada trakea dari kelenjar tiroid, serta

melakukan palpasi pada KGB daerah servikal.

Serum T3, T4, TSH dapat diperiksa secara akurat dengan radioimmunoassay, T4 juga

dapat diperiksa dengan metode competitive protein binding. Dengan tes sensitive

TSH dapat digunakan untuk mengetahui keadaan pasien dengan hipertiroid atau

hipotiroid, Pengukuran T3RU secara in vitro dapat secara langsung mengetahui

konsentrasi dari tiroksin binding globulin di dalam serum.

Pengukuran serum T4 dan TSH menggunakan tes sensitive tinggi TSH merupakan

cara terbaik dalam menentukan fungsi tiroid, pengukuran T3 biasanya di barengi

dengan pemeriksaan T3RU untuk mengkoreksi pertukaran ikatan protein. Sebagai

contoh pada pasien yang hamil atau sedang mengkonsumsi esterogen yang tinggi

Page 9: Tes Tiroid

terdapat peningkatan T4 tetapi T3Runya menurun, jadi nilai tiroid indexnya

normal (T4 x T3RU). Pengukuran kadar T3 dilakukan pada pasien dengan

kecurigaan hipertiroidism.

PENYAKIT KELENJAR TIROID

Di luar kelainan bawaan, kelainan kelenjar tiroid dapat digolongkan menjadi dua

kelompok besar, yaitu penyakit yang menyebabkan perubahan fungsi, seperti

hipertiroidisme dan penyakit yang menyebabkan perubahan jaringan dan bentuk

kelenjar, seperti struma noduler. Fungsi tiroid dapat

berkurang, normal atau bertambah. Pengurangan fungsi atau hipotiroidisme dapat

disebabkan oleh penyakit hipotalamus, kerusakan kelenjar hipofisis, defisiensi

yodium, obat antitiroid, dan tiroiditis. Juga terdapat keadaan yang dikenal dengan

hipotiroidisme iatrogenik, yang terjadi sesudah tiroidektomi atau setelah terapi

dengan yodium radioaktif. Hipertiroid dapat terjadi pada

struma toksik difus (penyakit Graves), struma nodosa toksik, pengobatan

berlebihan dengan tiroksin, tiroiditis, struma ovarium rang), dan metastasis luas

karsinoma tiroid terdeferensiasi. Gangguan autoimun dengan atau

tanpa reaksi radang dapat menyebabkan struma Graves yang bergejala hipertiroid

dan struma Hashimoto yang akhirnya mengakibatkan hipotiroid. Contoh kelainan

hiperplasia ialah struma koloid dan struma endemik. Keganasan terutama

disebabkan oleh adeniokarsinoma. Tumor ganas kelenjar tiroid dapat dibagi

sesuai tingkat keganasannya

Hipertiroid (Tirotoksikosis)

Diagnosa utama :

- BB menurun - kelemahan otot

- nafsu makan menurun – poliuri

Page 10: Tes Tiroid

- berkeringat – siklus menstruasi terganggu

- suhu tubuh meningkat – infertilitas

- gelisah – murmur

- gynecomastia – exophthalmus, berkunang-kunang

- iodine uptake, T3,T4, T3RU ↑ – TSH tidak ada

- T3 suppression test abnormal – goiter

Hipertiroid biasanya disebabkan oleh hipersekresi goiter (Graves disease) atau oleh

multi nodular toxic goiter (Plummer’s disease). Amat jarang hipertiroidism

disebabkan oleh akut tiroiditis, mengkonsumsi hormon tiroid, kehamilan, tumor

hipofisis, struma ovarium, dan kelainan lainnya.

Gejala hipertiroid dapat di tegakan dengan peningkatan kadar hormon tiroid dalam

darah. Manifestasi klinik dapat ditandai oleh periode eksaserbasi dan remisi. Pada

pasien dapat dijumpai keadaan hipotiroid sebagai hasil dari pengobatan

hipertiroid.

Grave’s disease adalah penyakit autoimmune, pada banyak kasus diagnosa dapat

mudah di tegakkan hanya dilihat dari gejala yang timbul. Kebanyakan pada pasien

dengan tirotoksikosis terdapat peningkatan kadar T3 danT4, dan panurunan kadar

TSH. Tirotoksikosis dapat juga dijumpai kadar T4 yang normal sedangkan kadar

T3 yang meningkat (T3 toksikosis).

Pada T4 pseudotoksikosis ditemukan kadar T4 yang tinggi sedangkan kadar T3 yang

rendah, hal ini disebabkan gangguan perubahan T4 menjadi T3. tirotoksikosis

dapat menyebabkan gangguan katabolisme yang progesif, kerusakan jantung,

sehingga dapat menyebabkan kematian karena gagal jantung.

Gejala dan tanda.

Pada penderita hipertiroidism dapat ditemukan gejala-gejala takikardia, gelisah, suhu

tubuh meningkat, BB menurun, kelelahan, pandangan berkunang-kunang, dan

muka yang memerah, kulit terasa hangat, berkeringat banyak.

Page 11: Tes Tiroid

Pada grave’s disease dapat ditemukan exophthalmus, pretibial mixedema, vitiligo.

Biasanya tanda tersebut tidak terlihat pada single atau multinodular toxic goiter.

Reflek achiles akan memanjang pada hipotiroid dan memendek pada hipertiroid.

Pada pasien dengan hipertiroid yang hebat biasanya dijumpai gejala hiperpireksia,

takikardi, gagal jantung, eksitasi neuromuscular, delirium dan ikterik.

Pemeriksaan laboratorium.

Disini dilakukan pengukuran konsentrasi T3, T4, T3RU dan TSH RIA. Sejarah

pengobatan pada pasien sangat penting untuk diketahui karena banyak obat dan

campuran bahan organic lainnya yang dapat memberikan efek pada serangkaian

tes fungsi tiroid.

Pada pemeriksaan lab penderita hipertiroid ringan terdapat kelainan yang sedikit,

karena itu dapat menyulitkan dalam mendiagnosanya, pada keadaan ini ada 2

pemeriksaan yang dapat membantu yaitu T3 suppression test dan TRH test, pada

T3 suppression test pasien dengan hipertiroid mengalami kegagalan dalam

penekanan ambilan tiroid dari radioiodin pada waktu diberikan T3 exogen. Pada

tes TRH, serum TSH tidak meningkat sebagai respon pemberian TSH pada pasien

hipertiroid.

Pada hipertiroidism ditemukan juga keadaan rendahnya colesterol serum, limfositosis,

dan biasanya hiperkalsemia, dan glukosuria.

Pemeriksaan penunjang Anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik, dan penilaian

klinik mempunyai peran yang penting dalam menentukan diagnosis penyakit

tiroid. Pemeriksaan laboratorium terdiri dari pemeriksaan biokimia untuk

menetapkan fungsi kelenjar tiroid, penginderaan visual untuk menetapkan

kelainan morfologi kelenjar tiroid, dan pemeriksaan sitologi atau histologi untuk

menetapkan perubahan patologis. Pemeriksaan biokimia secara radioimunoasay

yang dapat memberi gambaran fungsi tiroid, yaitu dengan mengukur kadar T4,

T3, TBG, dan TSH dalam plasma. Kadar T4 total di dalam serum adalah refleksi

tepat fungsi kelenjar tiroid. Kadar T3 total di dalam serum selalu tinggi pada

penderita tirotoksikosis. Penentuan kadar TBG diperlukan untuk interpretasi kadar

T4 dan sampai tingkat tertentu berlaku untuk kadar T3. Kadar TBG dapat berubah

pada kehamilan atau pengobatan dengan sediaan estrogen. Kadar TSH di dalam

serum merupakan pemeriksaan penyaring yang peka untuk hipotiroidisme, oleh

karena kadar ini meningkat sebelum ada pengurangan kadar T4. Antibodi

mikrosom dan antibodi tiroglobulin umumnya meningkat pada penderita dengan

Page 12: Tes Tiroid

tiroiditis autoimun. Imunoglobulin perangsang tiroid (thyroid stimulating

immunoglobulins, TSI) dapat ditemukan pada penderita penyakit Graves. TSI

juga berperan pada patogenesis penyakit ini. Tiroglobulin dapat dideteksi di

dalam serum orang normal, dan penetapan kadarnya dapat digunakan untuk

mengetahui kekambuhan karsinoma tiroid sesudah tireoidektomi total. Sidik

radioaktif menggunakan unsur teknetium (Tc99m) atau yodium (I 131) dapat

memperlihatkan gambaran jaringan tiroid yang berfungsi. Cara ini berguna untuk

menetapkan apakah nodul dalam kelenjar tiroid bersifat hiperfungsi, hipofungsi,

atau normal yang umumnya disebut berturut-turut nodul panas, nodul dingin, atau

nodul normal. Kemungkinan keganasan ternyata lebih besar pada nodul yang

menunjukkan hipofungsi, meskipun karsinoma tiroid dapat juga ditemukan pada

nodul yang berfungsi normal.

Pemeriksaan kelenjar tiroid

Morfologi

- Besar, bentuk, batasnya

- Konsistensi, hubungan dengan struktur sekitarnya

- USG, foto Rontgen

Fungsi

- Uji metabolisme

- Uji fungsi tiroid, kadar hormon

- Antibodi tiroid

Lokasi (dan fungsi)

- Sidik radioaktif/tes yodium radioaktif

Diagnostik patologik

- Fungsi jarum halus untuk pemeriksaan sitologi

- Biopsi insisi/eksisi untuk pemeriksaan histologi

Teknik ultrasonografi digunakan untuk menentukan apakah nodul tiroid yang teraba

pada palpasi adalah nodul tunggal atau multipel, dan berkonsistensi padat atau

kistik. Pemeriksaan ultrasonografi ini terbatas nilainya dalam menyingkirkan

Page 13: Tes Tiroid

kemungkinan keganasan dan hanya dapat mengenal kelainan di atas penampang

setengah sentimeter.

Pemeriksaan sitologi Pemeriksaan sitologi nodul tiroid diperoleh dengan aspirasi

jarum halus. Cara pemeriksaan ini berguna untuk menetapkan diagnosis

karsinoma tiroid, tiroiditis, atau limfoma. Cara ini cara baik untuk menduga

kemungkinan keganasan dalam nodul tiroid, dan mulai menggeser kegunaan

pemeriksaan radioaktif atau ultrasonografi sebagai pemeriksaan penunjang

diagnosis.

Diagnosa banding.

Ansietas neurosis, gangguan jantung, anemia, penyakit saluran pencernaan,

tuberculosis, myasthenia, kelainan muscular, sindroma menopause,

pheocromositoma, primary ophthalmophaty sangatlah sulit dibadakan dengan

penyakit hipertiroid, apalagi pada pasien dengan pembesaran kelenjar tiroid yang

minimal, pasien dapat merasakan nyeri pada saat tiroid melepaskan hormon

tiroid. Pada kondisi ini dapat sembuh dengan sendirinya atau dengan obat anti

tiroid, pengobatan dengan tindakan bedah dan radio aktif iodine tidaklah

diperlukan.

Ansietas neurosis merupakan gejala yang sulit dibedakan dengan hipertiroid. Pada

ansietas biasanya fatique tidak hilang pada istirahat, telapak tangan berkeringat,

denyut jantung pada waktu tidur normal, dan tes lab fungsi tiroid normal.

Jika pada pendeita hipertiroid fatique dapat hilang pada saat istirahat, telapak tangan

hangat dan berkeringat, takikardia pada waktu tidur, dan tes fungsi tiroid

abnormal.

Penyakit organic nontiroid juga sulit dibedakan dengan hipertiroidism, harus

dibedakan secara garis besar dari kejadian-kejadian yang spesifik pada system

organ yang terlibat, dan juga dengan tes fungsi tiroid.

Gejala-gejala seperti exophthalmus atau ophthalmoplegia harus diperiksa oleh

ophthalmologic, USG, CT scan, MRI scan, dan pemeriksaan neurologis.

HIPOTIROID

Definisi Hipotiroid

Hipertiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon

tiroid yang abnormal rendahnya. Ada banyak kekacauan-kekacauan yang

Page 14: Tes Tiroid

berakibat pada hipotiroid. Kekacauan-kekacauan ini mungkin langsung atau tidak

langsung melibatkan kelenjar tiroid. Karena hormon tiroid mempengaruhi

pertumbuhan, perkembangan, dan banyak proses-proses sel, hormon tiroid yang

tidak memadai mempunyai konsekwensi-konsekwensi yang meluas untuk tubuh.

Etiologi

Hashimoto’s thyroiditis

Lymphocytic thyroiditis (yang mungkin terjadi setelah hipertiroid)

Penghancuran tiroid (dari yodium ber-radioaktif atau operasi)

Penyakit pituitari atau hipothalamus

Obat-obatan : methimazole (Tapazole) dan propylthiouracil (PTU), lithium (Eskalith,

Lithobid), amiodarone (Cordarone), potassium iodide (SSKI, Pima), dan Lugol’s

solution

Kekurangan yodium yang berat

Gejala Hipotiroid

Gejala-gejala hipotiroid seringkali tak kentara, dan tidak spesifik (yang berarti

mereka dapat meniru gejala-gejala dari banyak kondisi-kondisi lain) dan

seringkali dihubungkan pada penuaan. Pasien-pasien dengan hipotiroid ringan

mungkin tidak mempunyai tanda atau gejala-gejala. Gejala-gejala umumnya

menjadi lebih nyata ketika kondisinya memburuk dan mayoritas dari keluhan-

keluhan ini berhubungan dengan suatu perlambatan metabolisme tubuh. Gejala-

gejala umum didaftar dibawah:

Kelelahan

Depresi

Kenaikkan berat badan yang sedang

Ketidaktoleranan dingin

Ngantuk yang berlebihan

Rambut yang kering dan kasar

Sembelit

Kulit kering

Kejang-kejang otot

Tingkat-tingkat kolesterol yang meningkat

Konsentrasi menurun

Sakit dan nyeri yang samar-samar

Udem pada kaki

Diagnosis hipotiroid yang dapat dengan mudah dilakukan dan sepenuhnya dirawat

dengan penggantian hormon tiroid. Pada sisi lain, hipotiroid yang tidak dirawat

dapat menjurus pada suatu pembesaran jantung (cardiomyopathy), gagal jantung

yang memburuk, dan suatu akumulasi cairan sekitar paru-paru (pleural effusion).

Page 15: Tes Tiroid

Diagnosis Hipotiroid

Suatu diagnosis hipotiroid dapat dicurigai pada pasien-pasien dengan kelelahan,

tidak toleran terhadap dingin, sembelit, dan kulit yang kering dan mengeripik.

Suatu tes darah diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis.

Pemeriksaan laboratorium :

TSH

TRH : dapat membantu membedakan apakah penyakitnya disebabkan oleh suatu

kerusakkan di pituitari atau di hipothalamus. Tes ini memerlukan suntikan

hormon TRH dan dilakukan oleh seorang endocrinologist (spesialis hormon).

Thyroid scan dapat membantu mendiagnosis persoalan yang mendasari tiroid yang

lebih jelas.

Terapi Hipotiroid

Dengan pengecualian dari kondisi-kondisi tertentu, perawatan hipotiroid

memerlukan terapi seumur hidup. Sebelum synthetic levothyroxine (T4) tersedia,

tablet-tablet tiroid yang dikeringkan dipakai. Tiroid yang dikeringkan didapat dari

kelenjar tiroid hewan. Sekarang ini, suatu sintetik T4 yang murni tersedia secara

luas. Oleh karenanya, tidak ada alasan untuk menggunakan ekstrak tiroid yang

dikeringkan. Dengan ketentuan sebagai berikut :

Dosis rata-rata T4 pada orang-orang dewasa adalah kira-kira 1.6 mikrogram per

kilogram per hari. Ini kira-kira 100 sampai 150 mickograms per hari.

Anak-anak memerlukan dosis-dosis yang lebih besar.

Pd pasien yang muda dan sehat, pemakaian hormon pengganti T4 secara penuh

dimulai dari awal terapi.

Pada pasien dengan penyakit jantung yang sebelumnya, metode pengganti hormon ini

mungkin dapat memperburuk kondisi jantung

Pada pasien yang lebih tua tanpa penyakit jantung, memulai dengan dosis penuh

pengganti tiroid mungkin berakibat pada nyeri dada atau serangan jantung. Untuk

hal ini, pasien dengan sejarah penyakit jantung atau mereka yang dicurigai

beresiko tinggi, terapi hormon dimulai dengan 25 mikogram atau kurang, dengan

kenaikkan dosis yg berangsur-angsur dalam 6 minggu.

Idealnya, pengganti T4 sintetik hrs dikonsumsi pada pagi hari, 30 menit sebelum

makan. Obat-obat yang mengandung zat besi atau antasid harus dihindari, karena

dapat mengganggu penyerapan.

NODULUS DAN GOITER TIROID

Tiroid nodulus.

Page 16: Tes Tiroid

Masalah yang dihadapi jika menemui pasien dengan tiroid nodular adalah apakah lesi

tersebut simptomatik ataukah merupakan suatu tumor baik jinak ataupun ganas.

Diagnosis bandingnya adalah goiter jinak, intrathyroideal cysts, tiroiditis, atau

tumor jinak dan ganas. Umur, jenis kelamin, tempat tinggal, riwayat keluarga

pasien harus jelas, riwayat terapi radiasi daerah leher juga harus ditanyakan

karena pada bayi dan anak-anak kejadian ca tiroid insidennya tinggi yang terjadi

sebagai akibat radiasi. Tiroid nodul ini lebih menyerupai ca pada pria dari pada

wanita, dan pada usia muda dari pada usia tua.

Pemeriksaan perabaan tiroid harus dilakukan secara sistematis, untuk mengetahui

apakah terdapat soliter atau multi nodular tiroid, soliter nodul lebih cenderung

dapat menjadi keganasan dari pada multi noduler. Pada sebagian besar pasien

suatu keganasan sulit untuk ditentukan tanpa dilakukan pemeriksaan mikroskopik,

biopsy percutan yang dilakukan oleh ahli endokrin sitologi sangatlah membantu

dalam menegakan diagnosa.

False positive jarang sekali dilaporkan, tetapi pada 20% hasil biopsy yang didiagnosa

sebagai undetermined dan 5% yang terdiagnosa sebagai benigna ternyata adalah

suatu keganasan (malignant). Jika hasil diagnosanya adalah inadekuat maka

pemeriksaan harus diulang kembali. Needle biopsy tidak boleh dilakukan pada

pasien yang mempunyai riwayat terkena radiasi pada leher, karena radiasi

seringkali menimbulkan tumor yang multifokal. Jangan terlalu cepat percaya bila

hasilnya negatif, jika ahli sitologi yang berpengalaman tidak ada maka

pemeriksaan radio nuklir dan ultra sound sangatlah membantu.

Pemeriksaan radioiodin dapat digunakan untuk menentukan apakah lesinya single

atau multiple, dan apakah aktif (hot or warm) atau tidak aktif (cold). Pada hot

solitary tiroid nodul dapat menyebabkan hipertiroidsm tetapi jarang terjadi

malignant, tetapi pada cold solitary tiroid nodul 20% dari kejadian yang ada dapat

menjadi malignant dan harus diangkat.

Pada pasien bayi dan anak-anak yang menderita tiroid nodul karena terpapar radiasi

pada daerah leher 40% dapat menjadi malignant, Ca tiroid terjadi hampir 50%

pada anak yang menderita cold tiroid nodul, dan tiroidektomi di indikasikan pada

pasien ini.

Prinsip-prinsip dasar untuk dilakukan pengangkatan nodular tiroid :

- curiga keganasan

Page 17: Tes Tiroid

- gejala yang berat

- hipertiroidism

- terjadi substernal ekstensi

- alasan kosmetik

pada solitary nodul tiroid yang terdiagnosa cold pada radioiodin, solid dengan

ultrasound atau dicurigai sebagai keganasan maka biopsy sitologi tidak diperlukan

lagi. Pengobatan nonoperasi diindikasikan pada pasien dengan multinoduler goiter

dan hashimoto tiroiditis kecuali terdapat kecurigaan pada pasien yang rentan

terkena radiasi dan pada pasien yang mempunyai riwayat keluarga yang pernah

menderita medullary carcinoma.

Simple atau Nontoxic goiter.

Simple goiter dapat terjadi karena factor psikologis, dapat terjadi pada saat pubertas,

menstruasi, hamil, atau pada pasien yang tinggal pada daerah endemic (poor

iodine), pada orang-orang yang sering terekspose dengan goiter food and drug

juga dapat terjadi siple goiter. Goiter dapat terjadi karena congenital defek pada

produksi hormon tiroid.

Ada beberapa asumsi bahwa nontoxic goiter timbul akibat kompensasi dari produksi

hormon tiroid yang inadekuat, nontoxic diffuse goiter biasanya merespon

administrasi hormon tiroid, jika tidak di obati maka dapat berubah menjadi multi

nodular goiter dengan atau tidak bersifat racun (toxic) pada beberapa tahun

kemudian.

Gejala yang timbul biasanya terdapatnya massa pada leher, dsypnea, dysphagia, atau

gejala yang dapat menghalangi aliran balik vena. Pada diffuse goiter, tiroid

membesar simetris, permukaannya halus. Banyak pasien sudah menjadi

multinodular gland baru berkeinginan untuk berobat.

T4, T3, T3RU dan TSH biasanya dalam jumlah yang normal, sedangkan radioiodin

uptake meningkat, tindakan bedah di indikasikan bila terjadi tekanan yang

berlebihan pada daerah sekitar karena pembesaran tiroid, pemeriksaan biopsy

sangat dianjurkan untuk mengetahui terjadi atau tidaknya keganasan.

Page 18: Tes Tiroid

Struma Nodosa Struma nodosa atau struma adenomatosa, terutama ditemukan di

daerah pergunungan karena defisiensi yodium. Struma endemik ini dapat dicegah

dengan substitusi yodium. Di luar daerah endemik, struma nodosa karena

insufisien yodium struma nodosa ditemukan secara insidental atau pada keluarga

tertentu. Etiologinya umumnya multifaktor. Biasanya tiroid sudah mulai

membesar pada usia muda dan berkembang menjadi multinodular pada saat

dewasa.

Struma multinodosa biasanya terjadi pada wanita berusia lanjut, dan perubahan yang

terdapat pada kelenjar berupa hiperplasia sampai bentuk involusi. Kebanyakan

struma multinodosa dapat dihambat oleh tiroksin.

Gambar 6 : Struma

Biasanya penderita struma nodosa tidak mengalami keluhan karena tidak ada hipo

atau hipertiroidisme. Nodul mungkin tunggal tetapi kebanyakan berkembang

menjadi multinoduler yang tidak berfungsi. Degenerasi jaringan menyebabkan

kista atau adenoma. Karena pertumbuhannya sering berangsur-angsur, struma

dapat menjadi besar tanpa gejala kecuali benjolan di leher. Sebagian penderita

dengan struma nodosa dapat hidup dengan strumanya tanpa keluhan. Walaupun

sebagian struma nodosa tidak mengganggu pernapasan karena menonjol ke depan,

sebagian lain dapat menyebabkan penyempitan trakea jika pembesarannya

bilateral. Pendorongan bilateral demikian dapat dicitrakan dengan foto Roentgen

polos (trakea pedang). Struma nodosa unilateral dapat menyebabkan pendorongan

sampai jauh ke arah kontralateral. Pendorongan demikian mungkin tidak

mengakibatkan gangguan pernapasan. Penyempitan yang berarti menyebabkan

gangguan pernapasan sampai akhirnya terjadi dispnea dengan stridor inspiratoar.

Biasanya struma adenomatosa benigna walaupun besar tidak menyebabkan

gangguan neurologik, muskuloskeletal, vaskuler, atau menelan karena tekanan

atau dorongan. Keluhan yang ada ialah rasa berat di leher. Sewaktu menelan

trakea naik untuk menutup laring dan epiglotis sehingga tiroid terasa berat karena

terfiksasi pada trakea. Hipertiroidi jarang ditemukan pada struma adenomatosa.

Sekitar 5% dari struma nodosa mengalami keganasan. Tanda keganasan ialah

setiap perubahan bentuk, perdarahan lokal, dan tanda penyusupan di kulit,

n.rekurens, trakea, atau esofagus. Benjolan tunggal dapat berupa nodul koloid,

kista tunggal, adenoma tiroid jinak, atau karsinoma tiroid. Nodul ganas lebih

sering ditemukan pada laki muda. Struma nodosa lama

biasanya tidak dapat dipengaruhi dengan supresi hormon tiroid (TH) atau

Page 19: Tes Tiroid

pemberian hormon tiroid. Penanganan struma lama yaitu dengan tiroidektomi

subtotal. Tiroid mungkin ditemukan sampai ke mediastinum anterior terutama

pada bentuk modulus yang disebut struma retrosternum. Umumnya struma

retrosternum ini tidak turut naik pada gerakan menelan karena apertura toraks

terlalu sempit dan mungkin asimtomatik. Mungkin ditemukan gejala dan tanda

tekanan pada trakea atau esofagus. Diagnosis ditentukan dengan pemeriksaan

yodium radioaktif. Biasanya pengeluaran struma dapat dilakukan melalui bedah

leher, sehingga tidak dibutuhkan torakotomi. Jika letak di dorsal a.subklavia,

harus dilakukan pendekatan melalui torakotomi. Diagnosis banding

ialah tumor lain di mediastinum anterior seperti timoma, limfoma, tumor dermoid,

dan keganasan paru.

PENYAKIT INFLAMASI TIROID

Acute Suppurative thyroiditis. Jarang sekali terjadi, mempunyai gejala sakit leher

sebagian dengan onset yang tiba-tiba, diikuti dengan disfagia, demam, menggigil,

dan biasanya diikuti dengan ISPA yang diterapi dengan drainase, mikro

organisme yang sering ditemukan adalah streptococcus, staphylococcus,

pneumococcus, coliform.

Subacute Thyroiditis. Merupakan noninfection disorder, ditandai dengan

pembengkakan tiroid, sakit pada kepala dan dada, demam, lemas, malaise,

hilangnya BB, pada beberapa pasien tidak ada nyeri. Harus dibedakan dengan

graves disease. Pada subakut tiroiditis LED dan serum gamma globulin

meningkat. Radioiodin uptake sangat rendah dan bisa tidak ada, dengan

peningkatan kadar hormon tiroid. Nyeri biasanya hilang sendiri, aspirin dan

kortikosteroid diberikan tergantung pada keluhan.

Hashimoto’s thyroiditis. Merupakan jenis tiroiditis yang paling sering terjadi,

biasanya ditandai dengan pembesaran tiroid tidak atau dengan nyeri dan nyeri

lepas. Pada umunya lebih sering terjadi pada wanita dan terkadang menyebabkan

disfagia. Tiroiditis hashimoto dipercaya sebagai penyakit autoimun, pada

beberapa pasien sensitive terhadap jaringan tiroidnya sendiri dan antibody

antitiroidnya, titer serum antimikrosomal, antitiroglobulin antibody yang tinggi

sangat membantu dalam menentukan diagnosa. Diberikan hormon tiroid dengan

dosis yang rendah sebagai terapi, operasi diindikasikan pada keadaan dimana

terjadi penekanan organ Karena pembesaran yang terjadi, curiga malignancy, dan

untuk alasan kosmetik. Untuk pasien dengan choking symptoms pembedahan

pada ismus dapat memberikan rasa lega.

Page 20: Tes Tiroid

Jika tiroid membesar tidak simetris dan gagal untuk mengecil pada pemberian

hormon tiroid eksogen, atau mengandung nodul discrete , maka tiroidektomi

dapat di rekomendasika, needle biopsy dapat juga membantu dalam menegakan

diagnosa.

Kiedel’s thyroiditis. Kondisi yang jarang sekali terjadi, tiroid mengeras seprti kayu

dengan fibrosis, dan inflamasi yang kronik di dalam dan disekitar kelenjar. Proses

inflamasi menginfiltrasi otot dan menyebabkan gejala kompresi pada trachea,

hipotiroidism biasanya timbul dan tindakan bedah diperlukan untuk mengurangi

obstruksi pada trachea atau esophagus.

Tumor jinak tiroid. Tumor jinak tiroid adalah adenomas, involutionary nodules, cysts

atau localized tiroiditis. Hampir semua adenomas adalah type follicular.

Adenomas biasanya solitary dan encapsulated. Alasan utama dilakukannya

pengangkatan jika dicurigai malignancy, over aktifitas fungsional dari produksi

hipertiroid dan alasan kosmetik.

Tumor ganas tiroid.

Papillary adenokarsinoma.

Papillary adenokarsinoma terjadi 85% dari seluruh Ca tiroid, tumor ini timbul pada

awal masa remaja sebagai solitary nodul, kemudian menyebar melalui kelenjar

limfa dari kelenjar tiroid menuju ke subscapular dan periscapular limfonodulus,

80% anak-anak dan 20% orang dewasa didapat pembesaran limfonodulus.

Tumor dapat bermetatase secara mikroskopik ke paru dan tulang, psammoma bodies

tampak pada 60% kasus, mixed papillary-follicular atau papillary, follicular

karsinoma terkadang ditemukan. Tumor ini tumbuh karena stimulasi dari TSH.

Follicular adenokarsinoma.

Follicular adenokarsinoma terjadi 10% dari seluruh Ca tiroid, timbul lebih lebih lama

dari papillary form, pada palpasi teraba masa yang elastik, kenyal, dan lembut.

terdapat dalam bentuk encapsulated yang mengandung koloid. Secara

mikroskopik follicular karsinoma susah dibedakan dengan jaringan tiroid. Kapsul

dan vaskularisasi invasi dapat digunakan untuk membedakan follicular adenoma

dengan follicular karsinoma. Meskipun dapat menyabar melalui kelenjar limfa,

tetapi cenderung menyebar lebih hebat melalui darah dapat menyebar ke paru,

hati, dan tulang. Metastase ke tulang dapat timbul 10-20 tahun setelah lesi primer

terjadi. Tumor ini mempunyai prognosis yang buruk sama dengan papillary form.

Medullary karsinoma.

Page 21: Tes Tiroid

Medullary karsinoma mempunyai angka kejadian 2-5% dari Ca tiroid. Mengandung

amiloid, solid, dan keras. Dapat mensekresi kalsitonin. riwayat medullary

karsinoma pada keluarga dengan pheochromocytoma bilateral dan hiperparatiroid

dikenal dengan Sipple sindrom atau type II multiple endokrin adenomatosus. Pada

sipple sindrom, hiperplasi parafollicular cell dan medullary cancer yang kecil

daqpat di diagnosa dengan menemukan serum kalsitonin setelah distimulasi

dengan pentagastrin dan kalsium.

Undifferentiated Karsinoma.

Tumor yang dapat cepat tumbuh ini sering terjadi pada wanita dengan usia muda dan

angka kejadiannya 3% dari semua Ca tiroid. Lesi ini terjadi dari papillary atau

follicular neoplasm. Mempunyai sifat solid, sepat membesar, keras, masa yang

difus irregular melibatkan kelenjar dan menginfasi trachea, otot, dan

neurovaskular. dapat menyebabkan laringeal atau esophageal obstruksi.

Pada pemeriksaan mikroskopik terdapat 3 jenis sel yang khas yaitu; giant cell, spindle

cell, dan small cell. Mitosis sering terjadi pada metastase di paru-paru dan

cervical lymphadenopathy, dapat timbul kembali pasca operasi. Terapi eksternal

radiasi dan kemoterapi bisa dijadikan terapi palliatif pada beberapa pasien,

radioiodin tidak effektif untuk dijadikan terapi, prognosisnya buruk.

PENATALAKSANAAN GANGGUAN KELENJAR TIROID

Pada hipertiroid dapat diterapi secara aktif dengan obat anti tiroid, radioaktif iodine,

dan tiroidektomi. Terapi tergantung dari umur, keadaan umum, besarnya kelenjar,

beratnya keadaan patologis, dan kemampuan pasien dalam melakukan perawatan

yang optimal.

A. Obat anti tiroid.

- Propylthiouracil (PTU) 300 – 1000mg/hari peroral

- Methimazol 30 – 100mg/hari peroral

Obat ini menginterfensi ikatan iodine dan mencegah penggabungannya dengan

iodotirosin di dalam kelenjar tiroid. Salah satu keuntungan dari terapi ini dari pada

dengan terapi radio iodine dan tiroidektomi adalah dapat mengobati tanpa harus

merusak jaringan, dan jarang terjadi keadaan hipotiroidism setelah terapi.

Page 22: Tes Tiroid

Obat anti tiroid juga dapat digunakan sebagai terapi definitive atau sebagai terapi

persiapan menuju operasi atau terapi radio aktif iodine. Hasil akhir yang

diharapkan adalah membuat penderita sampai pada keadaan eutiroid state dan

hilangnya gejala remisi. Pasien dengan kelenjar tiroid yang kecil mempunyai

prognosis yang baik, gejala remisi yang memanjang sampai 18 bulan dari

pengobatan dapat sembuh pada 30% dari pasien yang ada. Beberapa pasien dapat

terjadi hipotiroidism karena terapi ini. Efek samping yang dapat terjadi adalah

rashes, demam dan agranulositosis. Pengobatan harus dihentikan jika terjadi sakit

tenggorokan dan demam.

B. Radiologi Iodin (I131).

Dapat digunakan secara aman pada pasien yang sudah diterapi sebelumnya dengan

obat anti tiroid dan sudah pada keadaan eutiroid. Indikasi terapi ini adalah untuk

orang-orang yang sudah berusia 40 tahun keatas yang mempunyai resiko

pembedahan, dan pada pasien dengan recurrent hipertiroidism. Terapi ini lebih

murah dibandingkan dengan terapi dengan pembedahan. Terapi ini tidak boleh

dilakukan pada pasien dengan leukemia, kanker tiroid, kelainan congenital, tetapi

dapat disarankan untuk terapi tumor jinak tiroid.

Pada pasien yang masih muda bahaya radiasi harus diperhatikan dan dapat menjadi

keadaan hipotiroid. Anak-anak dan wanita hamil tidak boleh diterapi dengan radio

iodine.

C. Pembedahan Tiroid

Jenis:

- Biopsi insisi, contoh indikasi: struma difus pradiagnosis

- Biopsi eksisi, contoh indikasi: tumor (nodul) terbatas pradiagnosis

- Tiroidektomi subtotal, contoh indikasi: hipertiroidi (Graves), struma nodosa

benigna

- Hemitiroidektomi (istmolobektomi), contoh indikasi: kelainan unilteral

(adenoma)

- Tiroidektomi total, contoh indikasi: keganasan terbatas tanpa kelainan kelenjar

limfe

Page 23: Tes Tiroid

Tiroidektomi radikal, contoh indikasi: keganasan tiroid dengan kemungkinan

metastasis ke kelenjar limfe regional

Subtotal tiroidektomi

Keuntungan dilakukan tiroidektomi adalah dapat menghilangkan keluhan, dan

menurunkan insiden terjadinya hipotiroidism yang bisa didapat oleh terapi radio

iodine. Dilakukan tindakan subtotal tiroidektomi apa bila :

- pada kelenjar tiroid yang sudah membesar.

- Keganasan.

- Terapi untuk anak dan wanita hamil.

- Untuk pasien yang tidak dapat melakukan terapi jangka panjang.

Kelenjar tiroid yang diangkat 3-8 g tanpa mengangkat kelenjar paratiroid dan N.

laryngeal. Angka kematian dari prosedur ini amatlah rendah, kurang dari 0,1%.

Subtotal tiroidektomi adalah cara teraman dan tercepat dalam mengkoreksi

keadaan tirotoksikosis, frekuensi timbulnya kembali hipertiroidism dan

hipotiroidism tergantung dari jumlah tiroid yang diambil. Pada pembedahan yang

berhasil dan persiapan preoperasi yang baik, cidera pada nervus laryngeal dan kel

paratiroid didapatkan kurang dari 2% kasus

Persiapan operasi

Resiko dari tindakan tiroidektomi untuk toxic goiter menjadi tidak berarti,sejak

ditemukan kombinasi praoperasi menggunakan kombinasi dari iodides dan obat

anti tiroid. PTU atau obat anti tiroid lainnya dapat digunakan untuk menekan

kadar hormon sehingga dalam keadaan eutiroid keadaan ini dipertahankan sampai

dilakukannya operasi. 2-5 potassium iodide atau lugol’s iodine dapat diberikan

10-15 hari sebelum pembedahan yang di gabungkan dengan PTU untuk

menurunkan vaskularisasi dari kelenjar tiroid. Thyroid Storm atau krisis

hipertiroid memerlukan penanganan yang segera pada kasus trauma dan tindakan

bedah. Maka jika terjadi keadaan ini adalah ; mencegah keluarnya hormon tiroid

dengan memberikan lugol iodine, atau ipodate sodium. Berikan juga obat

penghambat β adrenergik (propanolol) untuk melawan keadaan yang diakibatkan

Page 24: Tes Tiroid

oleh tirotoksikosis, atau menurunkan produksi hormon tiroid dan perubahan

extratiroid T3 dan T4 dengan memberikan PTU. Hal lain yang perlu diperhatikan

adalah mengkoreksi tanda-tanda vital, dengan pemberian oksigen, sedatif, cairan

IV, kortikosteroid, dan penghilang panas, tergantung dari gejala yang timbul.

Reserpin dapat diberikan pada pasien yang mengalami kegelisahan yang hebat.

Pembedahan pada struma Pembedahan struma dapat dibagi menjadi bedah diagnostik

dan terapeutik.

Bedah diagnostik berupa :

– Biopsi insisi

– Biopsi eksisi

Bedah terapeutik bersifat ablatif berupa :

– Lobektomi

– Istmolobektomi

– Tiroidektomi subtotal atau total.

Tindak bedah total dilakukan dengan atau tanpa diseksi leher radikal. Untuk struma

nontoksik dan nonmaligna digunakan enukleasi nodulus yaitu eksisi lokal, (istmo-

)lobektomi, atau tiroidektomi subtotal. Pembedahan total dilakukan untuk

karsinoma terbatas, dan pembedahan radikal dilakukan bila ada kemungkinan

penyebaran ke kelenjar limfe regional. Hemitiroidektomi atau (istmo-)lobektomi

dapat dilakukan pada kelainan unilateral.

Indikasi tindak bedah struma nontoksik

- Kosmetik (tiroidektomi subtotal)

- Eksisi nodulus tunggal (yang mungkin ganas)

- Struma multinoduler yang berat

- Struma yang menyebabkan kompresi laringatau struktur leher lain

- Struma retrosternal yang menyebabkan kompresi trakea atau struktur lain

Pembedahan pada tumor tiroid

Page 25: Tes Tiroid

Terapi pada ca differentiated tiroid adalah pengangkatan melalui tindakan operasi,

untuk papillary ca total lobektomy, atau total lobektomi dengan isthmectomy, dan

total tiroidektomi dapat dilakukan. Subtotal tiroidektomi dijadikan kontraindikasi

karena dapat rekurent sedangkan angka kehidupan menurun. Total tiroidektomi

disarankan pada papillary form (≥ 1,5cm), follicular dan medullary ca.

Pada tumor yang sudah bermetastase dapat diterapi dengan iodine 131 setelah

dilakukan tiroidektomi atau trioid ablasi dengan radioaktif, untuk follow up dapat

dilakukan pemeriksaan kadar tiroglobulin. Untuk mencegah terjadinya residu

tumor maka total tiroidektomi pada undifferentiated ca, malignant lhympoma,

atau sarcoma tumor harus di eksisi komplit dan diberikan terapi tambahan dengan

radioterapi dan kemoterapi.

Doxorubin (adriamicin), vincristin, cloramburasil merupakan obat yang efektiv, ca

ginjal, payudara, paru, biasanya dapat bermetastase ke tiroid, tetapi jarang terjadi

bentuk solitary nodule.

Penanganan Kanker Tiroid :

Operasi. Pada Kanker Tiroid yang masih berdeferensiasi baik, tindakan tiroidektomi

(operasi pengambilan tiroid) total merupakan pilihan untuk mengangkat

sebasnyak mungkin jaringan tumor. Pertimbangan dari tindakan ini antara lain 60-

85% pasien dengan kanker jenis papilare ditemukan di kedua lobus. 5-10%

kekambuhan terjadi pada lobus kontralateral, sesudah operasi unilateral. Terapi

ablasi iodium radioaktif menjadi lebih efektif.

Terapi Ablasi Iodium Radioaktif. Radiasi internal yang disebut sebagai

radioiodablatio menggunakan I131 yang diberikan peroral. Isotop ini diserap oleh

usus halus dan masuk ke sirkulasi darah, kemudian sebagian isotop akan terikat

pada folikel tiroid dan sisanya akan keluar bersama urin. Didalam folikel, isotop

tersebut akan memancarkan radiasi beta yang akan merusak kelenjar tiroid.

Radiasi eksternal diberikan pada karsinoma tiroid dengan residu besar dan tidak

mungkin dilakukan operasi lagi. Radiasi eksternal ini menggunakan Cobalt-60

sebagai terapi paliatif khususnya pada metatasis tulang.

Terapi ini diberikan pada pasien yang sudah menjalani tiroidektomi total dengan

maksud mematikan sisa sel kanker post operasi dan meningkatkan spesifisitas

sidik tiroid untuk deteksi kekambuhan atau penyebaran kanker. Terapi ablasi tidak

dianjurkan pada pasien dengan tumor soliter berdiameter kurang 1mm, kecuali

ditemukan adanya penyebaran.

Page 26: Tes Tiroid

Terapi Supresi L-Tiroksin. Supresi terhadap TSH pada kanker tiroid pascaoperasi

dipertimbangkan. Karena adanya reseptor TSH di sel kanker tiroid bila tidak

ditekan akan merangsang pertumbuhan sel-sel ganas yang tertinggal. Harus juga

dipertimbangkan segi untung ruginya dengan terapi ini. Karena pada jangka

panjang (7-15 tahun) bisa menyebabkan gangguan metabolisme tulang dan bisa

meningkatkan risiko patah tulang.

Evaluasi. Keberhasilan terapi yang dilakukan memerlukan evaluasi secara berkala,

agar dapat segera diketahui adanya kekambuhan atau penyebaran. Monitor

standar untuk hal ini adalah sintigrafi seluruh tubuh dan pemeriksaan tiroglobulin

serum. Pemeriksaan USG dan pencitraan lain seperti CT scan, rontgen dada dan

MRI tidak secara rutin diindikasikan. Sintigrafi

seluruh tubuh dilakukan 6-12 bulan setelah terapi ablasi pertama. Bila tidak

ditemukan abnormalitas, angka bebas kekambuhan dalam 10 tahun sebesar 90%.

Sensitifitas pemeriksaan tiroglobulin untuk mendeteksi kekambuhan atau

penyebaran sebesar 85-95%.

Penyulit pembedahan pada tiroid

Tiroid merupakan alat kaya darah yang didarahi oleh empat arteri dan berhubungan

anatomi erat dengan alat dan struktur penting di leher. Penyulit bedah di antaranya

perdarahan, cedera pada n.laringeus rekurens uni atau bilateral, pada trakea, atau

pada esofagus. Struma besar dapat mengakibatkan malakia trakea yaitu hilangnya

cincin rawan trakea akibat tekanan terlalu lama sehingga terjadi kolaps trakea

setelah strumektomi. Penyulit yang berbahaya dapat terjadi terutama bila ada

hematom di lapangan bedah. Penyulit pascabedah

adalah hematom di leher, udem laring, atau krisis tiroitoksik. Krisis tirotoksikosis

adalah hipertiroidi hebat yang berkembang sewaktu atau segera setelah

pembedahan pada penderita hiperliroidi. Krisis tiroid ditandai dengan takikardia

dan gejala serta tanda hipertiroidi lain yang akut dan sangat gawat karena

penderita terancam dekompensasi jantung fatal

Penyulit bedah tiroid :

Page 27: Tes Tiroid

Saat kejadian Penyulit

Langsung sewaktu pembedahan Perdarahan

Cedera n.rekurens uni atau bilateral

Cedera pada trakea, esofagus, atau saraf di leher

Kolaps trakea karena malakia trakea

Terangkatnya seluruh kelenjar paratiroid

Terpotongnya duktus torasikus di leher

kanan

Segera pascabedah Perdarahan di leher

Perdarahan di mediastinum

Udem laring

Kolaps trakea

Krisis tirotoksik

Beberapa jam sampai Hematom

Beberapa hari pascabedah Infeksi luka

Udem laring

Paralisis n.rekurens

Cedera n.laringeus superior

Hipokalsemia

Lama sekali pascabedah Hipotiroidi

Hipoparatiroidi / hipokalsemia

Paralisis n.rekurens

Cedera n.laringeus superior

Page 28: Tes Tiroid

Nekrosis kulit

Kebocoran duktus torasikus

Krisis tirotoksikosis disebabkan pendarahan berlebihan hormon tiroid ke dalam darah

karena pembedahan dan manipulasi kelenjar tiroid pada penderita bedah yang

tidak diduga hipertiroidi. Karena itu setiap penderita struma harus menjalani

pemeriksaan yang seksama prabedah untuk menentukan terdapat hipertiroidi yang

tidak nyata secara klinik. Sebaiknya pembedahan baru dilakukan setelah

hipertiroid diobati sehingga penderita sewaktu pembedahan berada dalam keadaan

eutiroidi.

Penyulit hipoparatiroidi terjadi karena kelenjar paratiroid turut terangkat pada

strumektomi . Cedera n.laringeus superior dan atau n.laringeus inferior juga dapat

terjadi.