Top Banner
TEORI-TEORI KOMUNIKASI 1. Teori Model Lasswell Salah satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal adalah Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang sederhana dan sering dikutif banyak orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom) dan pengaruh seperti apa (what that effect) (Littlejhon, 1996). 2. Teori Komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pribadi Teori ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk mengenai efek media massa dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan asumsi bahwa proses stimulus bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil penelitian menunjukan sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah dan asumsi stimulus respon tidak cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam penyebaran arus informasi dan menentukan pendapat umum. 3. Teori Informasi atau Matematis Salah satu teori komunikasi klasik yang sangat mempengaruhi teori-teori komunikasi selanjutnya adalah teori informasi atau teori matematis. Teori ini merupakan bentuk penjabaran dari karya Claude Shannon dan Warren Weaver (1949, Weaver. 1949 b), Mathematical Theory of Communication.
37

TEORI TEORI KOMUNIKASI

Oct 26, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: TEORI TEORI KOMUNIKASI

TEORI-TEORI KOMUNIKASI

1. Teori Model Lasswell

Salah satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal adalah Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang sederhana dan sering dikutif banyak orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), dalam saluran yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom) dan pengaruh seperti apa (what that effect) (Littlejhon, 1996).

2. Teori Komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pribadi

Teori ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk mengenai efek media massa dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan asumsi bahwa proses stimulus bekerja dalam menghasilkan efek media massa. Namun hasil penelitian menunjukan sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah dan asumsi stimulus respon tidak cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam penyebaran arus informasi dan menentukan pendapat umum.

3. Teori Informasi atau Matematis

Salah satu teori komunikasi klasik yang sangat mempengaruhi teori-teori komunikasi selanjutnya adalah teori informasi atau teori matematis. Teori ini merupakan bentuk penjabaran dari karya Claude Shannon dan Warren Weaver (1949, Weaver. 1949 b), Mathematical Theory of Communication.Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi. Ini merupakan salah satu contoh gamblang dari mazhab proses yang mana melihat kode sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan dan menerjemahkannya (encoding dan decoding). Titik perhatiannya terletak pada akurasi dan efisiensi proses. Proses yang dimaksud adalah komunikasi seorang pribadi yang bagaimana ia mempengaruhi tingkah laku atau state of mind pribadi yang lain. Jika efek yang ditimbulkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi. Ia melihat ke tahap-tahap dalam komunikasi tersebut untuk mengetahui di mana letak kegagalannya. Selain itu, mazhab proses juga cenderung mempergunakan ilmu-ilmu sosial, terutama psikologi dan sosiologi, dan cenderung memusatkan dirinya pada tindakan komunikasi.Karya Shannon dan Weaver ini kemudian banyak berkembang setelah Perang Dunia II di Bell Telephone Laboratories di Amerika Serikat mengingat Shannon sendiri adalah insiyiur di sana

Page 2: TEORI TEORI KOMUNIKASI

yang berkepentingan atas penyampaian pesan yang cermat melalui telepon. Kemudian Weaver mengembangkan konsep Shannon ini untuk diterapkan pada semua bentuk komunikasi. Titik kajian utamanya adalah bagaimana menentukan cara di mana saluran (channel) komunikasi digunakan secara sangat efisien. Menurut mereka, saluran utama dalam komunikasi yang dimaksud adalah kabel telepon dan gelombang radio.Latar belakang keahlian teknik dan matematik Shannon dan Weaver ini tampak dalam penekanan mereka. Misalnya, dalam suatu sistem telepon, faktor yang terpenting dalam keberhasilan komunikasi adalah bukan pada pesan atau makna yang disampaikan-seperti pada mazhab semiotika, tetapi lebih pada berapa jumlah sinyal yang diterima dam proses transmisi.

Penjelasan Teori Informasi Secara Epistemologi, Ontologi, dan Aksiologi

Teori informasi ini menitikberatkan titik perhatiannya pada sejumlah sinyal yang lewat melalui saluran atau media dalam proses komunikasi. Ini sangat berguna pada pengaplikasian sistem elektrik dewasa ini yang mendesain transmitter, receiver, dan code untuk memudahkan efisiensi informasi.

4. Teori Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value Theory)Phillip Palmgreen berusaha mengatasi kurangnya unsur kelekatan yang ada di dalam teori uses and gratification dengan menciptakan suatu teori yang disebutnya sebagai expectance-value theory (teori pengharapan nilai).Dalam kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang Anda cari dari media ditentukan oleh sikap Anda terhadap media --kepercayaan Anda tentang apa yang suatu medium dapat berikan kepada Anda dan evaluasi Anda tentang bahan tersebut. Sebagai contoh, jika Anda percaya bahwa situated comedy (sitcoms), seperti Bajaj Bajuri menyediakan hiburan dan Anda senang dihibur, Anda akan mencari kepuasan terhadap kebutuhan hiburan Anda dengan menyaksikan sitcoms. Jika, pada sisi lain, Anda percaya bahwa sitcoms menyediakan suatu pandangan hidup yang tak realistis dan Anda tidak menyukai hal seperti ini Anda akan menghindari untuk melihatnya.

5. Teori Ketergantungan (Dependency Theory)Teori ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin Defleur. Seperti teori uses and gratifications, pendekatan ini juga menolak asumsi kausal dari awal hipotesis penguatan. Untuk mengatasi kelemahan ini, pengarang ini mengambil suatu pendekatan sistem yang lebih jauh. Di dalam model mereka mereka mengusulkan suatu relasi yang bersifat integral antara pendengar, media. dan sistem sosial yang lebih besar.Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh teori uses and gratifications, teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media.

Page 3: TEORI TEORI KOMUNIKASI

Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model ini menunjukkan sistem media dan institusi sosial itu saling berhubungan dengan khalayak dalam menciptakan kebutuhan dan minat. Pada gilirannya hal ini akan mempengaruhi khalayak untuk memilih berbagai media, sehingga bukan sumber media massa yang menciptakan ketergantungan, melainkan kondisi sosial.Untuk mengukur efek yang ditimbulkan media massa terhadap khalayak, ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu riset eksperimen, survey dan riset etnografi.

Riset EksperimenRiset eksperimen (experimental research) merupakan pengujian terhadap efek media dibawah kondisi yang dikontrol secara hati-hati. Walaupun penelitian yang menggunakan riset eksperimen tidak mewakili angka statistik secara keseluruhan, namun setidaknya hal ini bisa diantisipasi dengan membagi obyek penelitian ke dalam dua tipe yang berada dalam kondisi yang berbeda.Riset eksperimen yang paling berpengaruh dilakukan oleh Albert Bandura dan rekan-rekannya di Stanford University pada tahun 1965. Mereka meneliti efek kekerasan yang ditimbulkan oleh tayangan sebuah film pendek terhadap anak-anak. Mereka membagi anak-anak tersebut ke dalam tiga kelompok dan menyediakan boneka Bobo Doll, sebuah boneka yang terbuat dari plastik, di setiap ruangan. Kelompok pertama melihat tayangan yang berisi adegan kekerasan berulang-ulang, kelompok kedua hanya melihat sebentar dan kelompok ketiga tidak melihat sama sekali.Ternyata setelah menonton, kelompok pertama cenderung lebih agresif dengan melakukan tindakan vandalisme terhadap boneka Bobo Doll dibandingkan dengan kelompok kedua dan ketiga. Hal ini membuktikan bahwa media massa memiliki peran membentuk karakter khalayaknya.Kelemahan metode ini adalah berkaitan dengan generalisasi dari hasil penelitian, karena sampel yang diteliti sangat sedikit, sehingga sering muncul pertanyaan mengenai tingkat kemampuannya untuk diterapkan dalam kehidupan nyata (generalizability). Kelemahan ini kemudian sering diusahan untuk diminimalisir dengan pembuatan kondisi yang dibuat serupa mungkin dengan keadaan di dunia nyata atau yang biasa dikenal sebagai ecological validity Straubhaar dan Larose, 1997 :415).

SurveyMetode survey sangat populer dewasa ini, terutama kemanfaatannya untuk dimanfaatkan sebagai metode dasar dalam polling mengenai opini publik. Metode survey lebih memiliki kemampuan dalam generalisasi terhadap hasil riset daripada riset eksperimen karena sampelnya yang lebih representatif dari populasi yang lebih besar. Selain itu, survey dapat mengungkap lebih banyak faktor daripada manipulasi eksperimen, seperti larangan untuk menonton tayangan kekerasan seksual di televisi dan faktor agama. Hal ini akan diperjelas dengan contoh berikut.

Riset Ethnografi

Page 4: TEORI TEORI KOMUNIKASI

Riset etnografi (ethnografic research) mencoba melihat efek media secara lebih alamiah dalam waktu dan tempat tertentu. Metode ini berasal dari antropologi yang melihat media massa dan khalayak secara menyeluruh (holistic), sehingga tentu saja relatif membutuhkan waktu yang lama dalam aplikasi penelitian.

6. Teori Agenda Setting

Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.

7. Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa

Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976), yang memfokuskan pada kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Teori ini berangkat dari sifat masyarakat modern, diamana media massa diangap sebagai sistem informasi yang memiliki peran penting dalam proses memelihara, perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat,kelompok, dan individu dalam aktivitas sosial. Secara ringkas kajian terhadap efek tersebut dapat dirumuskan dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Kognitif, menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, agenda-setting, perluasan sistem keyakinan masyarakat, penegasan/ penjelasan nilai-nilai.

2. Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau menurunkan dukungan moral.3. Behavioral, mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan, pembentukan isu tertentu atau penyelesaiannya, menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktivitas serta menyebabkan perilaku dermawan.

8. Teori Uses and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan)

Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenhi kebutuhannya. Artinya pengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk

Page 5: TEORI TEORI KOMUNIKASI

memuaskan kebutuhannya.

Elemen dasar yang mendasari pendekatan teori ini (Karl dalam Bungin, 2007): (1) Kebutuhan dasar tertentu, dalam interaksinya dengan (2) berbagai kombinasi antara intra dan ekstra individu, dan juga dengan (3) struktur masyarakat, termasuk struktur media, menghasilkan (4) berbagai percampuran personal individu, dan (5) persepsi mengenai solusi bagi persoalan tersebut, yang menghasilkan (6) berbagai motif untuk mencari pemenuhan atau penyelesaian persoalan, yang menghasikan (7) perbedaan pola konsumsi media dan ( perbedaan pola perilaku lainnya, yang menyebabkan (9) perbedaan pola konsumsi, yang dapat memengaruhi (10) kombinasi karakteristik intra dan ekstra individu, sekaligus akan memengaruhi pula (11) struktur media dan berbagai struktur politik, kultural, dan ekonomi dalam masyarakat.

9. Teori The Spiral of Silence

Teori the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh Elizabeth Noelle-Neuman (1976), berkaitan dengan pertanyaan bagaimana terbentuknya pendapat umum. Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya pendapat umum ditentukan oleh suatu proses saling mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi individu tentang pendapatnya dalam hubungannya dengan pendapat orang-orang lain dalam masyarakat.

10. Teori Konstruksi sosial media massa

Gagasan awal dari teori ini adalah untuk mengoreki teori konstruksi sosial atas realitas yang dibangun oleh Peter L Berrger dan Thomas Luckmann (1966, The social construction of reality. A Treatise in the sociology of knowledge. Tafsir sosial atas kenyataan: sebuah risalah tentang sosisologi pengetahuan). Mereka menulis tentang konstruksi sosial atas realitas sosial dibangun secara simultan melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses simultan ini terjadi antara individu satu dengan lainnya di dalam masyrakat. Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis atau intersubjektif.

11. Teori Difusi Inovasi

Teori difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett Rogers dan para koleganya. Rogers menyajikan deksripsi yang menarik mengenai mengenai penyebaran dengan proses perubahan sosial, di mana terdiri dari penemuan, difusi (atau komunikasi), dan konsekwensi-konsekwensi. Perubahan seperti di atas dapat terjadi secara internal dari dalam kelompok atau secara eksternal melalui kontak dengan agen-agen perubahan dari dunia luar. Kontak mungkin terjadi secara spontan atau dari ketidaksengajaan, atau hasil dari rencana bagian dari agen-agen luar dalam waktu yang bervariasi, bisa pendek, namun seringkali memakan waktu lama.

Page 6: TEORI TEORI KOMUNIKASI

Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dapat tersebar. Rogers menyatakan bahwa pada realisasinya, satu tujuan dari penelitian difusi adalah untuk menemukan sarana guna memperpendek keterlambatan ini. Setelah terselenggara, suatu inovasi akan mempunyai konsekuensi konsekuensi – mungkin mereka berfungsi atau tidak, langsung atau tidak langsung, nyata atau laten (Rogers dalam Littlejohn, 1996 : 336).

12. Teori Kultivasi

Program penelitian teoritis lain yang berhubungan dengan hasil sosiokultural komunikasi massa dilakukan George Garbner dan teman-temannya. Peneliti ini percaya bahwa karena televisi adalah pengalaman bersama dari semua orang, dan mempunyai pengaruh memberikan jalan bersama dalam memandang dunia. Televisi adalah bagian yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari kita. Dramanya, iklannya, beritanya, dan acara lain membawa dunia yang relatif koheren dari kesan umum dan mengirimkan pesan ke setiap rumah. Televisi mengolah dari awal kelahiran predisposisi yang sama dan pilihan yang biasa diperoleh dari sumber primer lainnya. Hambatan sejarah yang turun temurun yaitu melek huruf dan mobilitas teratasi dengan keberadaan televisi. Televisi telah menjadi sumber umum utama dari sosialisasi dan informasi sehari-hari (kebanyakan dalam bentuk hiburan) dari populasi heterogen yang lainnya. Pola berulang dari pesan-pesan dan kesan yang diproduksi massal dari televisi membentuk arus utama dari lingkungan simbolis umum.

Garbner menamakan proses ini sebagai cultivation (kultivasi), karena televisi dipercaya dapat berperan sebagai agen penghomogen dalam kebudayaan. Teori kultivasi sangat menonjol dalam kajian mengenai dampak media televisi terhadap khalayak. Bagi Gerbner, dibandingkan media massa yang lain, televisi telah mendapatkan tempat yang sedemikian signifikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mendominasi “lingkungan simbolik” kita, dengan cara menggantikan pesannya tentang realitas bagi pengalaman pribadi dan sarana mengetahui dunia lainnya (McQuail, 1996 : 254)

Referensi :* Fisher, B. Aubrey, 1986, Teori-teori Komunikasi. Penyunting: Jalaluddin Rakhmat, Penerjemah: Soejono Trimo. Bandung: Remaja Rosdakarya.

* Mulyana, Dedy, 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya). Bandung: Remaja Rosdakarya.

* Buku, jurnal, dan sumber dari internet yang relevan.

MACAM – MACAM TEORI KOMUNIKASI

Page 7: TEORI TEORI KOMUNIKASI

1.   Teori Behaviorisme

Tokoh aliran ini adalah John B. Watson (1878 – 1958) yang di Amerika

dikenal sebagai bapak Behaviorisme. Teorinya memumpunkan perhatiannya

pada aspek yang dirasakan secara langsung pada perilaku berbahasa serta

hubungan antara stimulus dan respons pada dunia sekelilingnya. Menurut

teori ini, semua perilaku, termasuk tindak balas (respons) ditimbulkan oleh

adanya rangsangan (stimulus). Jika rangsangan telah diamati dan diketahui

maka gerak balas pun dapat diprediksikan. Watson juga dengan tegas

menolak pengaruh naluri (instinct) dan kesadaran terhadap perilaku. Jadi

setiap perilaku dapat dipelajari menurut hubungan stimulus - respons.

Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme dan juga

psikoanalisis. Behaviorisme ingin menganalisis hanya perilaku yang nampak

saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Belakangan, teori kaum

behavioris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena menurut mereka

seluruh perilaku manusia kecuali instink adalah hasil belajar. Belajar artinya

perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme

tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau

emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya

dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan. Dari sinilah timbul konsep

“manusia mesin” (Homo Mechanicus).

2.   Teori Humanisme

Teori ini muncul diilhami oleh perkembangan dalam psikologi yaitu

psikologi Humanisme. Sesuai pendapat yang dikemukakan oleh McNeil

(1977) “In many instances, communicative language programmes have

incorporated educational phylosophies based on humanistic psikology or

view which in the context of goals for other subject areas has been called

‘the humanistic curriculum”

Page 8: TEORI TEORI KOMUNIKASI

Teori humanisme dalam pengajaran bahasa pernah diimplementasikan

dalam sebuah kurikulum pengajaran bahasa dengan istilah Humanistic

curriculum yang diterapkan di Amerika utara di akhir tahun 1960-an dan

awal tahun 1970-an. Kurikulum ini menekankan pada pembagian

pengawasan dan tanggungjawab bersama antar seluruh siswa didik.

Humanistic curiculum menekankan pada pola pikir, perasaan dan tingkah

laku siswa dengan menghubungkan materi yang diajarkan pada kebutuhan

dasar dan kebutuhan hidup siswa. Teori ini menganggap bahwa setiap siswa

sebagai objek pembelajaran memiliki alasan yang berbeda dalam

mempelajari bahasa.

Tujuan utama dari teori ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa

agar bisa berkembang di tengah masyarakat. The deepest goal or purpose is

to develop the whole persons within a human society. (McNeil,1977)

3.   Teori Informasi atau Matematis

Salah satu teori komunikasi klasik yang sangat mempengaruhi teori-teori

komunikasi selanjutnya adalah teori informasi atau teori matematis. Teori ini

merupakan bentuk penjabaran dari karya Claude Shannon dan Warren

Weaver (1949, Weaver. 1949 ), Mathematical Theory of Communication.

Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis,

dan informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana

transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi. Ini merupakan

salah satu contoh gamblang dari mazhab proses yang mana melihat kode

sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan dan menerjemahkannya

(encoding dan decoding).

Teori informasi ini menitikberatkan titik perhatiannya pada sejumlah

sinyal yang lewat melalui saluran atau media dalam proses komunikasi. Ini

sangat berguna pada pengaplikasian sistem elektrik dewasa ini yang

mendesain transmitter, receiver, dan code untuk memudahkan efisiensi

informasi.

Page 9: TEORI TEORI KOMUNIKASI

4.   Teori Agenda Setting

Teori Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw

(1972). Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada

suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk

menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka

penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki

efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses

belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.

5.   Teori Uses and Gratifications (Kegunaan dan

Kepuasan)

Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu

Katz (1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan

peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata

lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi.

Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling baik di dalam

usaha memenhi kebutuhannya. Artinya pengguna media mempunyai pilihan

alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.

Elemen dasar yang mendasari pendekatan teori ini (Karl dalam Bungin,

2007): (1) Kebutuhan dasar tertentu, dalam interaksinya dengan (2)

berbagai kombinasi antara intra dan ekstra individu, dan juga dengan (3)

struktur masyarakat, termasuk struktur media, menghasilkan (4) berbagai

percampuran personal individu, dan (5) persepsi mengenai solusi bagi

persoalan tersebut, yang menghasilkan (6) berbagai motif untuk mencari

pemenuhan atau penyelesaian persoalan, yang menghasikan (7) perbedaan

pola konsumsi media dan ( perbedaan pola perilaku lainnya, yang

menyebabkan (9) perbedaan pola konsumsi, yang dapat memengaruhi (10)

kombinasi karakteristik intra dan ekstra individu, sekaligus akan

Page 10: TEORI TEORI KOMUNIKASI

memengaruhi pula (11) struktur media dan berbagai struktur politik, kultural,

dan ekonomi dalam masyarakat.

6.   Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa

Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L.

DeFluer (1976), yang memfokuskan pada kondisi struktural suatu

masyarakat yang mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media

massa. Teori ini berangkat dari sifat masyarakat modern, diamana media

massa diangap sebagai sistem informasi yang memiliki peran penting dalam

proses memelihara, perubahan, dan konflik pada tataran

masyarakat,kelompok, dan individu dalam aktivitas sosial. Secara ringkas

kajian terhadap efek tersebut dapat dirumuskan dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1.      Kognitif, menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap,

agenda-setting, perluasan sistem keyakinan masyarakat, penegasan/

penjelasan nilai-nilai.

2.      Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau

menurunkan dukungan moral.

3.      Behavioral, mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan,

pembentukan isu tertentu atau penyelesaiannya, menjangkau atau

menyediakan strategi untuk suatu aktivitas serta menyebabkan perilaku

dermawan.

7.   Teori Konstruktvisme

Jean Piaget dan Leu Vygotski adalah dua nama yang selalu

diasosiasikan dengan kontruktivisme. Ahli kontruktivisme menyatakan

bahwa manusia membentuk versi mereka sendiri terhadap kenyataan,

mereka menggandakan beragam cara untuk mengetahui dan

menggambarkan sesuatu untuk mempelajari pemerolehan bahasa pertama

dan kedua.

Page 11: TEORI TEORI KOMUNIKASI

Pembelajaran harus dibangun secara aktif oleh pembelajar itu sendiri dari

pada dijelaskan secara rinci oleh orang lain. Dengan demikian pengetahuan

yang diperoleh didapatkan dari pengalaman. Namun demikian, dalam

membangun pengalaman siswa harus memiliki kesempatan untuk

mengungkapkan pikirannya, menguji ide-ide tersebut melalui eksperimen

dan percakapan atau tanya jawab, serta untuk mengamati dan

membandingkan fenomena yang sedang diujikan dengan aspek lain dalam

kehidupan mereka. Selain itu juga guru memainkan peranan penting dalam

mendorong siswa untuk memperhatikan seluruh proses pembelajaran serta

menawarkan berbagai cara eksplorasi dan pendekatan.

8.   Teori Nativisme

Istilah nativisme dihasilkan dari pernyataan mendasar bahwa

pembelajaran bahasa ditentukan oleh bakat. Bahwa setiap manusia

dilahirkan sudah memiliki bakat untuk memperoleh dan belajar bahasa.

Chomsky dalam Hadley (1993: 48) yang merupakan tokoh utama

golongan ini mengatakan bahwasannya hanya manusialah satu-satunya

makhluk Tuhan yang dapat melakukan komunikasi lewat bahasa verbal.

Selain itu bahasa juga sangat kompleks oleh sebab itu tidak mungkin

manusia belajar bahasa dari makhluk Tuhan yang lain. Chomsky juga

menyatakan bahwa setiap anak yang lahir ke dunia telah memiliki bekal

dengan apa yang disebutnya “alat penguasaan bahasa” atau LAD (language

Acquisition Device). Chomsky dalam Hadley (1993:50) mengemukakan

bahwa belajar bahasa merupakan kompetensi khusus bukan sekedar subset

belajar secara umum. Cara berbahasa jauh lebih rumit dari sekedar

penetapan Stimulus- Respon. Chomsky dalam Hadley (1993: 48)

mengatakan bahwa eksistensi bakat bermanfaat untuk menjelaskan rahasia

penguasaan bahasa pertama anak dalam waktu singkat, karena adanya LAD.

Menurut golongan ini belajar bahasa pada hakikatnya hanyalah proses

Page 12: TEORI TEORI KOMUNIKASI

pengisian detil kaidah-kaidah atau struktur aturan-aturan bahasa ke dalam

LAD yang sudah tersedia secara alamiah pada manusia tersebut.

9.   Teori Kognitivisme

Menurut Piaget dalam Mansoer Pateda (1990: 67), salah seorang

tokoh golongan ini mengatakan bahwa struktur komplek dari bahasa

bukanlah sesuatu yang diberikan oleh alam dan bukan pula sesuatu yang

dipelajari lewat lingkungan. Struktur tersebut lahir dan berkembang sebagai

akibat interaksi yang terus menerus antara tingkat fungsi kognitif si anak

dan lingkungan lingualnya.Struktur tersebut telah tersedia secara alamiah.

Perubahan atau perkembangan bahasa pada anak akan bergantung pada

sejauh mana keterlibatan kognitif sang anak secara aktif dengan

lingkungannya.

Menurut aliran ini kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita

menafsirkan peristiwa atau kejadian yang terjadi di dalam lingkungan.

Proses belajar bahasa terjadi menurut pola tahapan perkembangan tertentu

sesuai umur.

Tahapan tersebut meliputi:

a. Asimilasi                  : proses penyesuaian pengetahuan baru dengan

struktur kognitif

b. Akomodasi              : proses penyesuaian struktur kognitif dengan

pengetahuan baru

c. Disquilibrasi            : proses penerimaan pengetahuan baru yang tidak

sama dengan yang telah diketahuinya.

d. Equilibrasi               : proses penyeimbang mental setelah terjadi proses

asimilasi.

10.      Teori Sibernetik

Istilah sibernetika berasal dari bahasa Yunani (Cybernetics berarti pilot).

Istilah Cybernetics yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi

Page 13: TEORI TEORI KOMUNIKASI

sibernetika, pertama kali digunakan tahun 1945 oleh Nobert Wiener

dalam bukunya yang berjudul Cybernetics.

Sibernetika adalah teori sistem pengontrol yang didasarkan pada

komunikasi (penyampaian informasi) antara sistem dan lingkungan dan

antar sistem, pengontrol (feedback) dari sistem berfungsi dengan

memperhatikan lingkungan.

Seiring perkembangan teknologi informasi yang diluncurkan oleh para

ilmuwan dari Amerika sejak tahun 1966, penggunaan komputer sebagai

media untuk menyampaikan informasi berkembang pesat. Teknologi ini juga

dimanfaatkan dunia pendidikan terutama guru untuk berkomunikasi sesama

relasi, mencari handout (buku materi ajar), menerangkan materi pelajaran

atau pelatihan, bahkan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Prinsip dasar

teori sibernetik yaitu menghargai adanya 'perbedaan', bahwa suatu hal akan

memiliki perbedaan dengan yang lainnya, atau bahwa sesuatu akan berubah

seiring perkembangan waktu. Pembelajaran digambarkan sebagai : INPUT

=> PROSES => OUTPUT.

11.       Teori Ketergantungan (Dependency Theory)

Teori ketergantungan terhadap media mula-mula diutarakan oleh Sandra

Ball-Rokeach dan Melvin Defleur. Seperti teori uses and gratifications,

pendekatan ini juga menolak asumsi kausal dari awal hipotesis penguatan.

Untuk mengatasi kelemahan ini, pengarang ini mengambil suatu pendekatan

sistem yang lebih jauh. Di dalam model mereka mereka mengusulkan suatu

relasi yang bersifat integral antara pendengar, media. dan sistem sosial yang

lebih besar.

Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh teori uses and gratifications, teori

ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang

berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak

bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media

Page 14: TEORI TEORI KOMUNIKASI

massa. Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki

ketergantungan yang sama terhadap semua media.

Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model ini

menunjukkan sistem media dan institusi sosial itu saling berhubungan

dengan khalayak dalam menciptakan kebutuhan dan minat. Pada gilirannya

hal ini akan mempengaruhi khalayak untuk memilih berbagai media,

sehingga bukan sumber media massa yang menciptakan ketergantungan,

melainkan kondisi sosial.

Untuk mengukur efek yang ditimbulkan media massa terhadap khalayak,

ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu riset eksperimen, survey

dan riset etnografi.

12.       Teori The Spiral of Silence

Teori the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh

Elizabeth Noelle-Neuman (1976), berkaitan dengan pertanyaan

bagaimana terbentuknya pendapat umum. Teori ini menjelaskan bahwa

terbentuknya pendapat umum ditentukan oleh suatu proses saling

mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan

persepsi individu tentang pendapatnya dalam hubungannya dengan

pendapat orang-orang lain dalam masyarakat.

13.       Teori Inokulasi (Innoculation Theory)

Teori inokulasi atau teori suntikan yang pada mulanya ditampilkan oleh

Mcguire ini mengambil analogi dari peristiwa medis. Orang yang terserang

penyakit cacar, polio disuntik. Diberi vaksin untuk merangsang mekanisme

daya tahan tubuhnya. Demikian pula halnya dengan orang yang tidak

memiliki informasi mengenai suatu hal atau tidak menyadari posisi

mengenai hal tersebut, maka ia akan lebih mudah untuk dipersuasi atau

Page 15: TEORI TEORI KOMUNIKASI

dibujuk. Suatu cara untuk membuatnya agar tidak mudah kena pengaruh

adalah ”menyuntiknya” dengan argumentasi balasan (counterarguments).

14.       Teori Kultivasi (Cultivation Theory)

Teori Kultivasi (Cultivation Theory) merupakan salah satu teori yang

mencoba menjelaskan keterkaitan antara media komunikasi (dalam hal ini

televisi) dengan tindak kekerasan. Teori ini  dikemukakan oleh George

Gerbner, mantan Dekan dari Fakultas (Sekolah Tinggi) Komunikasi

Annenberg Universitas Pennsylvania,yang juga pendiri Cultural Environment

Movement, berdasarkan penelitiannya terhadap perilaku penonton televisi 

yang dikaitkan dengan materi berbagai program   televisi yang ada di

Amerika Serikat.

 Teori Kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa para pecandu

(penonton berat/heavy viewers) televisi membangun keyakinan yang

berlebihan bahwa “dunia itu sangat menakutkan” . Hal tersebut disebabkan

keyakinan mereka bahwa “apa yang mereka lihat di televisi” yang

cenderung banyak menyajikan acara kekerasan adalah “apa yang mereka

yakini terjadi juga dalam  kehidupan sehari-hari”.

15.       Teori Birokrasi

Teori Birokrasi berhubungan dengan organisasi masyarakat yang disusun

secara ideal. Birokrasi dicapai melalui formalisasi aturan, struktur, dan

proses di dalam organisasi. Max Weber (1948) adalah sosok yang dikenal

sebagai bapak birokrasi. Menurut Weber, organisasi birokrasi yang ideal

menyertakan delapan karakteristik struktural.

Birokrasi menawarkan banyak kelebihan yang kuat dalam menerapkan

standar praktek organisasi, selain ia juga bisa membatasi anggota organisasi

dan individu yang bekerja di dalamnya.

Page 16: TEORI TEORI KOMUNIKASI

16.       Teori Analisis Transaksional

Teori analisis transaksional merupakan karya besar Eric Berne (1964),

yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne adalah seorang ahli

ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Teori analisis transaksional

merupakan teori terapi yang sangat populer dan digunakan dalam konsultasi

pada hampir semua bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis transaksional

telah menjadi salah satu teori komunikasi antarpribadi yang mendasar.

Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu

hubungan. Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi. Yang

dipertukarkan adalah pesan-pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis

transaksional sebenarnya bertujuan untuk mengkaji secara mendalam

proses transaksi (siapa-siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang

dipertukarkan).

Dalam diri setiap manusia, seperti dikutip Collins (1983), memiliki tiga

status ego. Sikap dasar ego yang mengacu pada sikap orangtua (Parent= P.

exteropsychic); sikap orang dewasa (Adult=A. neopsychic); dan ego anak

(Child = C, arheopsychic). Ketiga sikap tersebut dimiliki setiap orang (baik

dewasa, anak-anak, maupun orangtua).

17.      Teori Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value

Theory)

Phillip Palmgreen berusaha mengatasi kurangnya unsur kelekatan yang

ada di dalam teori uses and gratification dengan menciptakan suatu teori

yang disebutnya sebagai expectance-value theory (teori pengharapan nilai).

Dalam kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang Anda cari dari media

ditentukan oleh sikap Anda terhadap media --kepercayaan Anda tentang apa

yang suatu medium dapat berikan kepada Anda dan evaluasi Anda tentang

bahan tersebut. Sebagai contoh, jika Anda percaya bahwa situated comedy

(sitcoms), seperti Bajaj Bajuri menyediakan hiburan dan Anda senang

dihibur, Anda akan mencari kepuasan terhadap kebutuhan hiburan Anda

Page 17: TEORI TEORI KOMUNIKASI

dengan menyaksikan sitcoms. Jika, pada sisi lain, Anda percaya bahwa

sitcoms menyediakan suatu pandangan hidup yang tak realistis dan Anda

tidak menyukai hal seperti ini Anda akan menghindari untuk melihatnya.

18.       Teori Difusi Inovasi

Teori difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett Rogers

dan para koleganya. Rogers menyajikan deksripsi yang menarik mengenai

mengenai penyebaran dengan proses perubahan sosial, di mana terdiri dari

penemuan, difusi (atau komunikasi), dan konsekwensi-konsekwensi.

Perubahan seperti di atas dapat terjadi secara internal dari dalam kelompok

atau secara eksternal melalui kontak dengan agen-agen perubahan dari

dunia luar. Kontak mungkin terjadi secara spontan atau dari

ketidaksengajaan, atau hasil dari rencana bagian dari agen-agen luar dalam

waktu yang bervariasi, bisa pendek, namun seringkali memakan waktu lama.

Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu bertahun-

tahun untuk dapat tersebar. Rogers menyatakan bahwa pada realisasinya,

satu tujuan dari penelitian difusi adalah untuk menemukan sarana guna

memperpendek keterlambatan ini. Setelah terselenggara, suatu inovasi akan

mempunyai konsekuensi konsekuensi – mungkin mereka berfungsi atau

tidak, langsung atau tidak langsung, nyata atau laten (Rogers dalam

Littlejohn, 1996 : 336).

19.       Teori Norma Budaya (Cultural Norms Theory)

Teori norma budaya menurut Melvin DeFleur hakikatnya adalah bahwa

media massa melalui penyajiannya yang selektif dan penekanannya pada

tema-tema tertentu, menciptakan kesan-kesan pada khalayak dimana

norma-norma budaya umum mengenai topik yang diberi bobot itu dibentuk

dengan cara-cara tertentu. Oleh karena itu perilaku individual biasanya

dipandu oleh norma-norma budaya mengenai suatu hal tertentu, amak

media komunikasi secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku.

Page 18: TEORI TEORI KOMUNIKASI

20.       Standpoint Theory

Teori ini menjelaskan bahwa pengalaman individu, pengetahuan, dan

perilaku komunikasi sebagian besar dibentuk oleh kelompok sosial dimana

mereka aktif (Wood, J. T.,1982 dalam West, R., & Turner, L. H., 2000).

Dari sinilah kita dapat menarik kerangka tentang sistematika pengaruh

kekuatan pembentuk identitas.

Secara kultural, bangsa Indonesia sebelum kemerdekaan dan masa awal

kemerdekaan adalah bangsa yang guyub. Keguyuban ini pun terbawa pada

kolektif-kolektif komunitas Islam. Kita mengenal adanya komunitas

pesantren NU, dan Muhamadiyyah pada masa sebelum kemerdekaan.

Setelah kebijakan Soeharto di era tahun 1980-an yang lebih dekat dengan

Islam, dan komunitas kolektif Islam menjadi semakin menjamur. Dan

semakin banyaknya komunitas kolektif inilah yang kemudian banyak sekali

mempengaruhi kehidupan warga Indonesia yang lain. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa pengaruh media global telah tereduksi oleh keberadaan

dan pengaruh komunitas kolektif yang memiliki high context culture.

21.      Teori Systematic Behavior (Hull)

Clark C Hull mengikuti jejak Thorndike dalam usahanya

mengembangkan teori belajar. Prinsip-prinsip yang digunakanya mirip de-

ngan apa yang dikemukakan oleh para behavioris yaitu dasar

stimulus-respon dan adanya reinforcement.

Clark C. Hull mengemukakan teorinya, yaitu bahwa suatu kebutuhan atau

“keadaan terdorong” (oleh motif, tujuan, maksud, aspirasi, ambisi) harus ada

dalam diri seseorang yang belajar, sebelum suatu respon dapat diperkuat

atas dasar pengurangan kebutuhan itu. Dalam hal ini efisiensi belajar

tergantung pada besarnya tingkat pengurangan dan kepuasan motif yang

menyebabkan timbulnya usaha belajar itu oleh respon-respon yang dibuat

individu itu. Setiap obyek, kejadian atau situasi dapat mempunyai nilai

Page 19: TEORI TEORI KOMUNIKASI

sebagai penguat apabila hal itu dihubungkan dengan penurunan terhadap

suatu keadaan deprivasi (kekurangan) pada diri individu itu; yaitu jika obyek,

kejadian atau situasi tadi dapat menjawab suatu kebutuhan pada saat

individu itu melakukan respon.

Prinsip penguat (reinforcer) menggunakan seluruh situasi yang

memotivasi, mulai dari dorongan biologis yang merupakan kebutuhan utama

seseorang sampai pada hasil-hasil yang memberikan ganjaran bagi

seseorang (misalnya: uang, perhatian, afeksi, dan aspirasi sosial tingkat

tinggi). Jadi, prinsip yang utama adalah suatu kebutuhan atau motif harus

ada pada seseorang sebelum belajar itu terjadi; dan bahwa apa yang

dipelajari itu harus diamati oleh orang yang belajar sebagai sesuatu yang

dapat mengurangi kekuatan kebutuhannya atau memuaskan kebutuhannya.

22.       Teori Conectionism (Thorndike)

Menurut teori trial and error (mencoba-coba dan gagal) ini, setiap

organisme jika dihadapkan dengan situasi baru akan melakukan

tindakan-tindakan yang sifatnya coba-coba secara membabi buta jika dalam

usaha mencoba-coba itu secara kebetulan ada perbuatan yang dianggap

memenuhi tuntutan situasi, maka perbuatan yang kebetulan cocok itu

kemudian “dipegangnya”. Karena latihan yang terus menerus maka waktu

yang dipergunakan antuk melakukan perbuatan yang cocok itu makin lama

makin efisien.

Jadi, proses belajar menurut Thorndike melalui proses:

1 ) trial and error (mencoba-coba dan mengalami kegagalan), dan

2) law of effect; Yang berarti bahwa segala tingkah laku yang

berakibatkan suatu keadaan yang memuaskan (cocok dengan tuntutan

situasi) akan diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya. Sedangkan

Page 20: TEORI TEORI KOMUNIKASI

segala tingkah laku yang berakibat tidak menyenangkan akan dihilangkan

atau dilupakannya. Tingkah laku ini terjadi secara otomatis. Otomatisme

dalam belajar itu dapat dilatih dengan syarat-syarat tertentu, pada binatang

juga pada manusia.

Thorndike melihat bahwa organisme itu (juga manusia) sebagai

mekanismus; hanya bergerak atau bertindak jika ada perangsang yang

mempengaruhi dirinya. Terjadinya otomatisme dalam belajar menurut

Thorndike disebabkan adanya law of effect itu. Dalam kehidupan sehari-hari

law of effect itu dapat terlihat dalam hal memberi penghargaan atau

ganjaran dan juga dalam hal memberi hukuman dalam pendidikan. Akan

tetapi menurut Thorndike yang lebih memegang peranan dalam pendidikan

ialah hal memberi penghargaan atau ganjaran dan itulah yang lebih

dianjurkan.

Karena adanya law of effect terjadilah hubungan (connection) atau

asosiasi antara tingkah laku reaksi yang dapat mendatangkan sesuatu

dengan hasil biaya (effect). Karena adanya koneksi antara reaksi dengan

hasilnya itu maka teori Thorndike disebut juga Connectionism.

23.       Teori administrasi

Teoritikus administrasi pertama dan paling berpengaruh adalah

industrialis berkebangsaan Perancis yaitu Henry Fayol pada tahun 1916,

Fayol mengidentifikasi beberapa prinsip manajemen. Prinsip-prinsip tersebut

telah diterapkan secara luas pada desain dan praktek organisasi dan

memberikan pengaruh kuat pada desain dan administrasi organisasi industri

modern.

Teori administrasi dikembangkan sebagai panduan preskriptif bagi

manajemen organisasi industri sesuai penggunaan kaidah dan otoritas

secara langsung. Di sini diperlihatkan kekuatan dan kelemahan dari teori

administrasi. Prinsip dasar preskriptif dari teori administrasi membuat teori

Page 21: TEORI TEORI KOMUNIKASI

tersebut sangat pragmatis dan dapat diaplikasikan pada organisasi bisnis.

Sebelumnya, karena tidak ada prinsip manajemen universal yang dapat

diaplikasikan secara merata pada semua situasi organisasi, prinsip teori

administrasi dapat disalahartikan, bertentangan dan tidak sesuai dalam

penggunaannya ketika berhubungan dengan masalah-masalah organisasi

yang berbeda. Di samping itu, seperti yang akan kita bahas secara

mendalam pada bagian akhir bab ini, prinsip teori administrasi, seperti

prinsip birokrasi, sering dihubungkan sebagai bentuk yang kaku dan tidak

peka terhadap kebutuhan anggota organisasi.

24.       Teori Fungsional

Dengan munculnya kontruktivisme dalam dunia psikologi, dalam tahun-

tahun terakhir ini menjadi lebih jelas bahwa belajar bahasa berkembang

dengan baik di bawah gagasan kognitif dan struktur ingatan.

Para peneliti bahasa mulai melihat bahwa bahasa merupakan manifestasi

kemampuan kognitif dan efektif untuk menjelajah dunia, untuk berhubungan

dengan orang lain dan juga keperluan terhadap diri sendirisebagai manusia.

Lebih lagi kaedah generatif yang diusulkan di bawah naungan nativisme itu

bersifat abstrak, formal, eksplisit dan logis, meskipun kaidah itu lebih

mengutamakan pada bentuk bahasa dan tidak pada tataran fungsional yang

lebih dari makna yang dibentuk dari makna yang dibentuk dari interaksi

sosial.

a.       Kognisi dan perkembangan bahasa

Piaget menggambarkan penelitian itu sebagai interaksi anak dengan

lingkungannya dengan interaksi komplementer antara perkembangan

kapasitas kognitif perseptual dengan pengalaman bahasa mereka. Penelitian

itu berkaitan dengan hubungan antara perkembangan kognitif dengan

pemerolehan bahasa pertama. Slobin menyatakan bahwa dalam semua

bahasa, belajar makna bergantung pada perkembangan kognitif dan urutan

Page 22: TEORI TEORI KOMUNIKASI

perkembangannya lebih ditentukan oleh kompleksitas makna itu dari pada

kompleksitas bentuknya. Menurut dia ada dua hal yang menentukan model:

1) Pada asas fungsional, perkembangan diikuti oleh perkembangan kapasitas

komunikatif dan konseptual yang beroperasi dalam konjungsi dengan skema

batin konjungsi.

2) Pada asas formal, perkembangan diikuti oleh kapasitas perseptual dan

pemerosesan informasi yang bekerja dalam konjungsi dan skema batin tata

bahasa.

b.      Interaksi Sosial dan Perkembangan Bahasa

Akhir-akhir ini semakin jelas bahwa fungsi bahasa berkembang dengan baik

di luar pikiran kognitif dan struktur memori. Di sini tampak bahwa

kontruktivis sosial menekankan prespektif fungsional. Bahasa pada

hakikatnya digunakan untuk komunikasi interaktif. Oleh sebab itu kajian

yang cocok untuk itu adalah kajian tentang fungsi komunikatif bahasa,

fungsi pragmatik dan komunikatif dikaji dengan segala variabilitasnya.

25. Teori Belajar Sosial (Bandura) 

Teori belajar Bandura (Albert Bandura:1925) adalah teori belajar

social atau kognitif social serta efikasi diri yang menunjukkan pentingnya

proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan emosi orang lain. Teori

Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku

timbale balik yang berkesinambungan antara kognitine perilaku dan

pengaruh lingkungan. Factor-faktor yang berproses dalam observasi adalah

perhatian, mengingat, produksi motorik, motivasi.

Ternyata tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman.

Bandura menambahkan konsep belajar sosial (social learning). Ia

mempermasalahkan peranan ganjaran dan hukuman dalam proses belajar.

Kaum behaviorisme tradisional menjelaskan bahwa kata-kata yang semula

tidak ada maknanya, dipasangkan dengan lambak atau obyek yang punya

makna (pelaziman klasik).

Page 23: TEORI TEORI KOMUNIKASI

26.      Teori Operant Conditioning (Skinner)

Skinner (1904-1990),  menganggap reward dan rierforcement

merupakan factor penting dalan belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan

psikologi adalah meramal mengontrol tingkah laku. Pda teori ini guru

memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih

rajin. Teori ini juga disebut dengan operant conditioning. . Operans

conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operans yang dapat

mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang

sesuai keinginan.

Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli.Bila tidak

menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk

mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan

mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang

diinginkan.

Prinsip belajar Skinners adalah :

- Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan

jika benar diberi penguat.

- Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran

digunakan sebagai sistem modul.

- Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak

digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari

hukuman.

- Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah

diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer.

- Dalam pembelajaran digunakan shapping.

Page 24: TEORI TEORI KOMUNIKASI

27.       Teori Classical Conditioning (Pavlov dan

Watson)

Menurut teori conditioning (Ivan Petrovich Pavlo:1849-1936), belajar

adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat

(conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response). Untuk

menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat

tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah

adanya latihan-latihan yang kontinu. Yang diutamakan dalam teori ini ialah

hal belajar yang terjadi secara otomatis.

Penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia. juga

tidak lain adalah hasil daripada conditioning. Yakni hasil daripada

latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap

syarat-syarat/perangsang-perangsang tertentu yang dialaminya di dalam

kehidupannya.

Kelemahan dari teori conditioning ini ialah, teori ini menganggap

bahwa belajar itu hanyalah terjadi secara otomatis; keaktifan dan penentuan

pribadi dalam tidak dihiraukannya. Peranan latihan/kebiasaan terlalu

ditonjolkan. Sedangkan kita tahu bahwa dalam bertindak dan berbuat

sesuatu, manusia tidak semata-mata tergantung kepada pengaruh dari luar.

Aku atau pribadinya sendiri memegang peranan dalam memilih dan

menentukan perbuatan dan reaksi apa yang akan dilakukannya. Teori

conditioning ini memang tepat kalau kita hubungkan dengan kehidupan

binatang. Pada manusia teori ini hanya dapat kita terima dalam hal-hal

belajar tertentu saja; umpamanya dalam belajar yang mengenai skills

(kecakapan-kecakapan) tertentu dan mengenai pembiasaan pada anak-anak

kecil.

Page 25: TEORI TEORI KOMUNIKASI

Penjelasan 6 Teori Komunikasi

Agenda Setting Theory

Teori ini menetapkan titik temu antara asumsi media tentang kebutuhan publik akan

informasi dan harapan publik terhadap informasi yang disajikan oleh media. Tetapi ini tidak

selalu berhasil, dan yang kerap teradi adalah media mensetting pikiran khalayak. Jadi apa yang

dianggap penting oleh media, maka akan dianggap penting pula oleh masyarakat.

Uses and Gratifications Theory

Teori kegunaan dan kepuasan memandang pengguna media mempunyai kesempatan

untuk menentukan pilihan-pilihan media sumber beritanya. Dalam hal ini, pengguna media

berperan aktif dalam kegiatan komunikasi untuk memenuhi kepuasannya.

Teori ini mempertimbangkan apa yang dilakukan orang pada media, yaitu menggunakan

media untuk pemuas kebutuhannya. Penganut teori ini meyakini bahwa individu sebagai

mahluk supra-rasional dan sangat selektif. Menurut para pendirinya, Elihu Katz;Jay G. Blumler;

dan Michael Gurevitch (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1984), uses and gratifications meneliti asal

mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media

massa atau sumber-sumber lain , yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan

(atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-

akibat lain.

Perkembangan teori Uses and Gratification Media dibedakan dalam tiga fase (dalam

Rosengren dkk., 1974), yaitu:

Page 26: TEORI TEORI KOMUNIKASI

1. Fase pertama ditandai oleh Elihu Katz dan Blumler (1974) memberikan deskripsi tentang orientasi subgroup audiens untuk memilih dari ragam isi media. Dalam fase ini masih terdapat kelemahan metodologis dan konseptual dalam meneliti orientasi audiens.

2. Fase kedua, Elihu Katz dan Blumler menawarkan operasionalisasi variabel-variabel sosial dan psikologis yang diperkirakan memberi pengaruh terhadap perbedaan pola–pola konsumsi media. Fase ini juga menandai dimulainya perhatian pada tipologi penelitian gratifikasi media.

3. Fase ketiga, ditandai adanya usaha menggunakan data gratifikasi untuk menjelaskan cara lain dalam proses komunikasi, dimana harapan dan motif audiens mungkin berhubungan.

Kristalisasi dari gagasan, anggapan, temuan penelitian tentang Uses and Gratification

Media mengatakan, bahwa kebutuhan social dan psikologis menggerakkan harapan

pada media massa atau sumber lain yang membimbing pada perbedaan pola-pola

terpaan media dalam menghasilkan pemuasan kebutuhan dan konsekuensi lain yang

sebagian besar mungkin tidak sengaja.

Elihu Katz;Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch (dalam Baran dan Davis, 2000)

menguraikan lima elemen atau asumsi-asumsi dasar dari Uses and Gratification Media sebagai

berikut:

1. Audiens adalah aktif, dan penggunaan media berorientasi pada tujuan.

2. Inisiative yang menghubungkan antara kebutuhan kepuasan dan pilihan media

spesifik terletak di tangan audiens

3. Media bersaing dengan sumber-sumber lain dalam upaya memuaskan kebutuhan

audiens

4. Orang-orang mempunyai kesadaran-diri yang memadai berkenaan penggunaan

media, kepentingan dan motivasinya yang menjadi bukti bagi peneliti tentang

gambaran keakuratan penggunaan itu.

5. Nilai pertimbangan seputar keperluan audiens tentang media spesifik atau isi harus

dibentuk.

Teori Hypodermic Needle Theory

Page 27: TEORI TEORI KOMUNIKASI

Audiens (Receiver/R) dalam teori ini dipandang bersikap pasif dan segala informasi

yang diterima, dengan sendirinya juga audiens terpengaruhi sikapnya. Makanya teori ini disebut

teori jaum hipodermik, karena daya serap audiens yang efektif seperti sedang menerima

suntikan. Pada dasarnya, model ini berpendapat bahwa pesan langsung diterima dan

seluruhnya diterima oleh penerima.

Teori perbedaan individu

Setiap orang memiliki daya selektifitas yang tinngi dalam menerima terpaan media

massa sehingga antara satu individu dengan individu lainnya berbeda dalam menerima

informasi dari media tersebut. Bukan menonton demo buruh, tergantung kelompok).

Teori kategori sosial

Kumpulan, kelompok, atau kategori-kategori sosial yang ada di masyarakat akan

memberikan tanggapan yang seragam terhadap terpaan media.

Spiral of Silence Theory

Teori memandang adanya kecenderungan minoritas mengambil sikap diam di tengah

situasi yang didominasi mayoritas. Diam dapat berarti, menyesuaikan pendapat dengan

mayoritas atau menyembunyikan pendapat agar tidak terisolasi dalam kepungan mayoritas.

Teori Spiral Keheningan ini dapat diuraikan sebagai berikut: individu memiliki

opini tentang berbagai isu. Akan tetapi, ketakutan akan terisolasi menentukan apakah

individu itu akan mengekspresikan opini-opininya secara umum. Untuk meminimalkan

kemungkinan terisolasi, individu-individu itu mencari dukungan bagi opini mereka dari

lingkungannya, terutama dari media massa.

Page 28: TEORI TEORI KOMUNIKASI

Media massa – dengan bias kekiri-kirian mereka – memberikan interpretasi yang

salah pada individu-individu itu tentang perbedaan yang sebenarnya dalam opini publik

pada berbagai isu. Media mendukung opini-opini kelompok kiri dan biasanya

menggambarkan kelompok tersebut dalam posisi yang dominan.

Sebagai akibatnya, individu-individu itu mungkin mengira apa yang

sesungguhnya posisi mayoritas sebagai opini suatu kelompok minoritas. Dengan

berlalunya waktu, maka lebih banyak orang akan percaya pada opini yang tidak

didukung oleh media massa itu, dan mereka tidak lagi mengekspresikan pandangan

mereka secara umum karena takut akan terisolasi. Selama waktu tersebut, karena

‘mayoritas yang bisu’ tetap diam, ide minoritas mendominasi diskusi. Yang terjadi

kemudian, apa yang pada mulanya menjadi opini minoritas, di kemudian hari dapat

menjadi dominan.

Diffusion of Innovation Theory

Teori ini menempatkan orang yang memiliki informasi atau penemuan sebagai orang

yang memiliki potensi mempengaruhi secara massal. Pada pilihan yang inovatif: Sebuah

Analisis Ekonomi dari Dinamika Teknologi, Mario Amendola dan Jean-Luc Gafford bandingkan

proses inovasi dengan difusi dari inovasi sebagai “sejauh dan kecepatan yang akan digunakan

untuk melanjutkan ekonomi yang unggul untuk mengadopsi teknik. Difusi atau penyesuaian ini

dapat seketika atau bertahap.