BAB IV TEORI-TEORI TENTANG PEMILIHAN DAN PERKEMBANGAN JABATAN Dalam dunia pendidikan diakui bahwa akhir dari usaha-usaha pendidikan itu arahnya adalah membawa anak kearah dunia kerja. Karena itu merupakan suatu kenyataan (fakta) bahwa pendidikan itu seharusnya melengkapi individu persiapan-persiapan untuk memasuki pekerjaan dan membuat suatu kehidupan. Hal ini menyebabkan kedudukan bimbingan karier menjadi sangat penting dan merupakan bagian integral dari proses pendidikan, yang dapat memberikan bantuan kepada para siswa yang akan terjun ke dunia kerja. Setiap konselor untuk menghadapi hal tersebut sebaiknya mempunyai pandangan yang luas tentang dunia pekerjaan, termasuk seperangkat teori-teori tentang pemilihan jabatan, karena hal ini akan membantunya dalam mengarahkan anak didiknya. Pembicaraan berikut ini berusaha membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan teori-teori tentang pemilihan dan perkembangan jabatan. Sebelum tahun 1950 di Amerika, sedikit sekali teori-teori yang melukiskan tentang perkembangan jabatan, sehingga belum ada hasil-hasil penelitian yang dipandang sebagai model kerja dalam mengembangkan teori 1
Makalah ini menjelaskan tentang teori-teori pemilihan karir.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IV
TEORI-TEORI TENTANG PEMILIHAN
DAN PERKEMBANGAN JABATAN
Dalam dunia pendidikan diakui bahwa akhir dari usaha-usaha pendidikan
itu arahnya adalah membawa anak kearah dunia kerja. Karena itu merupakan
suatu kenyataan (fakta) bahwa pendidikan itu seharusnya melengkapi individu
persiapan-persiapan untuk memasuki pekerjaan dan membuat suatu kehidupan.
Hal ini menyebabkan kedudukan bimbingan karier menjadi sangat penting dan
merupakan bagian integral dari proses pendidikan, yang dapat memberikan
bantuan kepada para siswa yang akan terjun ke dunia kerja.
Setiap konselor untuk menghadapi hal tersebut sebaiknya mempunyai
pandangan yang luas tentang dunia pekerjaan, termasuk seperangkat teori-teori
tentang pemilihan jabatan, karena hal ini akan membantunya dalam mengarahkan
anak didiknya. Pembicaraan berikut ini berusaha membahas masalah-masalah
yang berkaitan dengan teori-teori tentang pemilihan dan perkembangan jabatan.
Sebelum tahun 1950 di Amerika, sedikit sekali teori-teori yang melukiskan
tentang perkembangan jabatan, sehingga belum ada hasil-hasil penelitian yang
dipandang sebagai model kerja dalam mengembangkan teori perkembangan
jabatan. Tetapi setelah tahun 1950, terdapat 3 macam pendekatan terhadap
perkembangan jabatan yang berdasar mulai dari spekulasi sampai pada penelitian
empiris. Ketiga macam pendekatan tersebut yaitu :
1. Pendekatan yang bersifat accident, yaitu orang memilih pekerjaan karena
secara kebetulan. Beberapa orang percaya bahwa mereka memasuki suatu
jabatan (karier) sebagai hasil dari pada beberapa kejadian yang tidak
diperkirakan (tak diharapkan) dan diluar kontrolnya. Misalnya seseorang
ketemu tanpa sengaja dengan mantan gurunya dan tiba-tiba dia berpikiran
ingin menjadi guru seperti mantan gurunya itu.
2. Pendekatan yang bersifat impulsive, yaitu orang menekankan dorongan yang
tidak disadari yang berkembang pada waktu kecil dan hal ini mempengaruhi
pola pemilihan jabatan. Pada kehidupan dewasanya kelak, jabatan tertentu
1
akan dapat memuaskan kebutuhan pribadinya. Galinshi menunjukkan bahwa
disiplin pada kehidupan awal dari seorang ahli phisika adalah kaku, kepatuhan
yang tertekan, konsisten. Sedang seorang ahli psikologi klinis, masa kecilnya
lebih bersifat flexibel, tidak dapat diramalkan, lebih tertarik pada “feelings”.
Impulsive theory memindahkan tekanannya kepada faktor-faktor internal dan
pengaruh-pengaruh pada masa awal (anak-anak).
3. Pendekatan yang bersifat talent-matching, yang mencoba menyesuaikan minat
jabatan seseorang dengan profil minat orang tertentu yang sudah berhasil
dalam pekerjaannya. Jadi disini orang-orang yang telah sukses dalam suatu
pekerjaan itu dianalisis profil minatnya, dan ini merupakan suatu standart
(kriteria) tentang minat orang-orang yang akan berhasil dalam pekerjaan yang
sejenis.
Setelah program bimbingan karier (yang dulunya lebih dikenal dengan
bimbingan jabatan) dikembangkan, baik secara teori maupun praktek, maka
beberapa teori tentang perkembangan jabatan juga dimunculkan. Beberapa teori
sangat menonjol, dan kemudian dilakukan penggolongan secara sistematik
berdasar atas persamaan atau lainnya.
Menurut Herr dan Cramer (1972) teori perkembangan jabatan
diklasifikasikan menjadi 5 kelompok, yaitu :
1. Kelompok teori trait and factor, yang menekankan pada kemampuan yang
dibawa sejak lahir dari individu, minat yang diperlukan dan hubungannya
dengan tuntutan dari dunia kerja yang berbeda-beda. Yang termasuk
kelompok ini adalah tokoh-tokoh : Parsons, Paterson, Darley, Williamson
yang mengembangkan teori trait and factor di kota Minnesota.
2. Kelompok decision theory, yang berpendapat bahwa individu-individu
memandang berbagai alternatif dan menentukan salah satu yang membuat
kepuasan. Pembuatan keputusan bertitik tolak pada kebutuhan informasi,
pengetahuan diri, dan persepsi terhadap ganjaran. Yang termasuk dalam
kelompok teori ini adalah : Gellat, Milton, Hershenson dan Roth.
3. Kelompok teori sosiologis, yang menekankan faktor-faktor sosiologis yang
mempengaruhi perkembangan individu dan pemilihan jabatan, misalnya status
2
sosial, kelompok sosial, konvensi. Seorang pemuda yang berasal dari kelas
masyarakat atas tidak akan suka memilih jabatan yang berhubungan dengan
kelas masyarakat bawah. Tokoh kelompok ini adalah Miller, From,
Hollingshead, Blan.
4. Kelompok teori psikologis, yang berpendapat bahwa pemilihan jabatan
dipengaruhi oleh struktur kepribadian, pengalaman awal, motivasi dan
kebutuhan seseorang. Yang termasuk dalam kelompok teori ini adalah : Anne
Roe, Holland, Hoppock, Bordin, Naohman dan Segal.
5. Kelompok developmental theory, yang menekankan bahwa pemilihan jabatan
bukan merupakan keputusan yang statis, tetapi merupakan proses yang
memerlukan penekanan yang terus menerus untuk mengadakan modifikasi
dan adaptasi. Teori pemilihan jabatan pada umumnya menekankan pada
faktor-faktor yang berkembang dalam pengalaman hidup seseorang. Faktor-
faktor lingkungan mempengaruhi pemuda dengan memberikan atau
meniadakan kesempatan untuk pertumbuhan mereka (pemuda) tersebut,
sehingga individu memiliki sejumlah besar dari kebebasan dalam pemilihan
jabatan. Tokoh-tokoh yang mendukung teori ini antara lain adalah Super,
Ginzberg, Tiedmen, Flanagan, Crites, Cribbons, Lohnes, Samler dan Beilin.
Ada satu pandangan (teori) yang tidak dapat dimasukkan ke dalam
kelompok teori diatas, yaitu teori yang dikemukakan oleh Simon dan Stanley,
yang menekankan faktor pemilihan jabatan pada potensi yang memenuhi dan
tanggung jawab “yang sedang mengalami” menuju “sedang menjadi”.
Semua teori tersebut pada umumnya menekankan pentingnya dukungan
lingkungan, kondisi fisik, dan struktur sosial yang berpengaruh terhadap
perkembangan kepribadian melalui pendidikan sosialisasi, hal ini dapat
mempengaruhi mobilitas sosial. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor sosial
psikologis dan sosial ekonomis. Faktor sosial psikologis menyebabkan
terbentuknya pemilihan jabatan yang berdasar pada informasi dan tuntutan dan
jabatan. Sedangkan faktor sosial ekonomi menentukan kesempatan-kesempatan
dalam dunia kerja, sedang faktor-faktor kepribadian seperti sikap, prasangka,
status, serta kualifikasi teknis dapat menentukan minat/kesenangan dalam jabatan.
3
Hubungan yang harmonis antara faktor-faktor tersebut menghasilkan pemilihan
jabatan secara tepat. Pemilihan karier didasarkan pada :
1. Faktor subyektif (nilai-nilai)
2. Faktor besar kecilnya kesempatan kerja
3. Kemungkinan diterimanya dalam pekerjaan
4. Harapan untuk mendapatkan kepuasan
Arah pilihan ini pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor keluarga
dan kebudayaan, umur, jenis kelamin, dsb.
A. TEORI GINZBERG (1951 ) TENTANG PEMILIHAN JABATAN
1. Pokok Teori
Pokok yang dijadikan dasar bagi Ginzberg dalam membangun teorinya
adalah didasari atas pendekatan psikologis atas tugas-tugas perkembangan
yang dilalui manusia.
Konsep perkembangan dan pemilihan pekerjaan atau karier oleh Ginzberg
dikelompokkan dalam tiga unsur yaitu proses (bahwa pilihan pekerjaan itu
merupakan suatu proses), irreversibilitas (bahwa pilihan pekerjaan itu
tidak bisa diubah atau dibalik), kompromi (bahwa pilihan pekerjaan itu
merupakan kompromi antara faktor-faktor yang main yaitu minat,
kemampuan, dan nilai), dan optimisasi yang merupakan penyempurnaan
teori (individu yang mencari kecocokan kerja).
Dalil 1
Bahwa pilihan pekerjaan itu merupakan suatu proses yang berkembang
diklasifikasikan dalam tiga tahapan utama yaitu :
a. Masa Fantasi
Masa ini berlangsung pada individu dengan tahap usia sampai kira-
kira 10 tahun atau 12 tahun (masa sekolah dasar). Pada masa ini,
proses pemilihan pekerjaan masih bersifat sembarangan atau asal pilih,
tanpa didasarkan pada pertimbangan yang masak (rasional dan
objektif) mengenai kenyataan yang ada. Pilihan pekerjaan pada masa
ini hanya didasari atas kesan yang dapat melahirkan kesenangan
semata, dan diperolehnya dari/mengenai orang-orang yang bekerja
4
atau lingkungan kerjanya. Menurut Ginzberg, kegiatan bermain pada
masa fantasi secara bertahap menjadi berorientasi kerja dan
merefleksikan preferensi awal untuk jenis aktifitas tertentu. Berbagai
peran okupasional tercermin dalam kegiatan bermain, yang
menghasilkan pertimbangan nilai dalam dunia kerja.
b. Masa Tentatif
Masa ini berlangsung mencakup anak usia lebih kurang 11 tahun
sampai 18 tahun atau pada masa anak bersekolah di SLTP dan SLTA.
Pada masa ini, pilihan pekerjaan mengalami perkembangan. Masa ini
oleh Ginzberg diklasifikasikan manjadi empat tahap, dimulai dari (1)
tahap minat (11-12 tahun) yakni masa dimana individu cenderung
melakukan pekerjaan/kegiatan hanya yang sesuai minat dan kesukaan
mereka saja. Pertimbangan karierpun juga didasari atas kesenangan,
ketertarikan atau minat individu terhadap objek karier, dengan tanpa
mempertimbangkan banyak faktor. Akan tetapi, setelah menyadari
bahwa minatnya berubah-ubah (sebagai reaksi perkembangan dan
interaksi lingkungannya), maka individu akan menanyakan kepada
dirinya tentang kemampuan yang dimilikinya untuk melakukan suatu
pekerjaan. Keadaan ini disebut sebagai 2) tahap kapasitas (13-14
tahun), yakni masa dimana individu mulai melakukan
pekerjaan/kegiatan didasarkan pada kemampuannya masing-masing.
Orientasi pilihan pekerjaan juga pada masa ini berbentuk upaya
mencocokkan kemampuan yang dimiliki dengan minat dan
kesukaannya. Tahap berikutnya (3) tahap nilai (15-16 tahun), yaitu
tahap dimana minat dan kapasitas itu akan diinterpretasikan secara
sederhana oleh individu yang mulai menyadari bahwa terdapat suatu
kandungan nilai-nilai tertentu dari suatu jenis pekerjaan, baik
kandungan nilai yang bersifat pribadi maupun serangkaian nilai yang
bersifat kamasyarakatan. Kesadaran akan serangkaian kandungan nilai
ini pula yang membuat individu dapat mendiferensiasikan nilai suatu
pekerjaan dengan pekerjaan lainnya. Adapun tahap terakhir dari masa
5
tentatif ini adalah (4) tahap transisi (17-18 tahun), yakni keadaan
dimana individu akan memadukan orientasi-orientasi pilihan yang
dimiliki sebelumnya (minat, kapasitas, dan nilai) untuk dapat
direalisasikan dalam kehidupannya. Tahap ini dikenal juga dengan
tahap pengenalan secara gradual terhadap persyaratan kerja,
pengenalan minat, kemampuan, imbalan kerja, nilai, dan perspektif
waktu. Keputusan yang menjadi pilihan itu sudah merupakan bentuk
tanggung jawab dan konsekuensi pola karier yang dipilih.
c. Masa Realistik
Masa ini mencakup anak usia 18-24 tahun atau pada masa perkuliahan
atau mulai bekerja. Pada masa ini, okupasi terhadap pekerjaan telah
mengalami perkembangan yang lebih realistis. Orientasi minat,
kapasitas, dan nilai yang dimiliki individu terhadap pekerjaan akan
direfleksikan dan diintegrasikan secara runtut dan terstruktur dalam
frame vokasional (kristalisasi pola-pola okupasi) untuk memilih jenis
pekerjaan dan atau memilih perguruan tinggi yang sesuai dengan arah
tentatif mereka (spesifikasi). Masa ini pun dibedakan menjadi tiga
tahap yaitu :
1) Tahap eksplorasi, yakni tahap dimana individu akan melakukan
eksplorasi (menerapkan pilihan-pilihan yang dipikirkan pada masa
tentatif akhir dan belum berani mengambil keputusan) dengan
memberikan penilaian atas pengalaman atau kegiatan yang
berhubungan dengan pekerjaan dalam keterkaitannya terhadap
tuntutan kerja yang sebenarnya. Penilaian ini pada hakikatnya
berfungsi sebagai acuan dan atau syarat untuk bisa memasuki
lapangan pekerjaan atau untuk melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi.
2) Tahap kristalisasi, yakni tahap dimana penilaian yang dilakukan
individu terhadap pengalaman atau kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan pekerjaan baik yang berhasil ataupun yang
gagal akan mengental dalam bentuk pola-pola vokasional yang
6
jelas. Pada tahap ini, individu akan mengambil keputusan pokok
dengan mengawinkan faktor-faktor internal dan eksternal dirinya
untuk sampai pada spesifikasi pekerjaan tertentu, termasuk tekanan
keadaan yang ikut memaksa pengambilan keputusan itu.
3) Tahap spesifikasi, yaitu tahap pilihan pekerjaan yang spesifik atau
khusus. Pada tahap ini, semua segmen dalam orientasi karier yang
dimulai dari orientasi minat, kapasitas, dan nilai, sampai tahap
eksplorasi dan kristalisasi telah dijadikan pertimbangan
(kompromi) yang matang (determinasi tugas-tugas perkembangan
yang optimal) dalam memilih arah dan tujuan karier dimasa yang
akan datang.
Dalil ke 2 : ketetapan (irreversibility) dalam pemilihan jabatan.
Individu memilih suatu jabatan tertentu tidak melalui cara kebetulan tetapi
melalui cara mengembangkan pola – pola aktivitas yang pada umumnya tidak
dapat diubah. Hal ini disebabkan karena tiap keputusan yang diambil oleh
anak (remaja) melalui hubungan dengan pengalaman seseorang pada masa itu.
Hal ini akan mempengaruhi terhadap masa yang akan datang.
Bila seseorang telah memasuki sesuatu pendidikan yang akan
mendidiknya kearah pekerjaan tertentu, akan terjadi dilema pada individu itu
bila dipertengahan jalan dia merasa tidak cocok terhadap apa yang dipelajari
dalam pendidikan tersebut. Apakah ia harus meninggalkan pendidikan itu
dengan akibat perasaan gagal dan menurunkan harga diri dan rasa amanya
ataukah meneruskan terhadap pekerjaan yang masa depan ia merasa tidak
cocok ? ginzberg akhirnya mengubah teori (dallil) irreversibility dengan
menurunkan tingkatnya tidak sebagai faktor yang penting. Hal ini disebabkan
pemilihan pekerjaan merupakan proses yang panjang jadi ada kemungkinan
berubah.
7
Dalil ke 3
Pemilihan jabatan merupakan hasil dari kompromi. Masalah pokok disini
adalah seberapa jauh individu berani mengambil keputusan dan mengambil resiko
sebagai hasil daripada pengumpulan informasi yang dia peroleh. Tiap langkah
biasanya membutuhkan kompromi antara 2 atau lebih kemungkinan –
kemungkinan dengan bakatnya. Kemasakan jabatan seorang individu, dalam hal
ini informasi yang dia perlukan untuk memilih pekerjaan, akan lebih banyak
menunjukkan pengambilan keputusan yang lebih bersifat kompromi dari beberapa
kemungkinan. Ginzberg akhirnya mengganti dalil kompromis ini dengan :
optimisasi sebagai strategi dalam pemilihan jabatan. Ia kemudian menekankan
dalam teori pemilihan jabatan tentang kesempatan yang ada, struktur jabatan dan
nilai – nilainya.
B. TEORI SUPER : DEVELOPMENT THEORIES : (1953)
Teori super telah digabungkan dengan teori yang dikemukakan oleh ginzberg,
meskipun dia memberikan beberapa kritik terhadap teori ginzberg. Dia merasa
teori gizberg kurang memperhatihkan riset yang relevan yang telah dilakukan
lebih dahulu, terutama dalam pemakaian inventris minat jabatan. Padahal istilah
“choice” mengandung arti yang lebih cenderung kearah “apa yang diinginkan”.
Kelemahan lain dari pada teori Ginzberg adalah tidak adanya analisis yang
mendetail terhadap proses kompromisnya. Super juga mengusulkan model
perkembangan jabatan yang berdasarkan pada tingkatan (tahapan) kehidupan. Dia
menganggap seluruh hidup manusia ada 5 tahap pokok : perkembangan (growth) ,
eksplorasi , pembentukan, pemeliharaan dan penurunan. Lebih lanjut dia
mengemukakan adanya 10 dalil yang penting dalam teori perkembangan jabatan:
1. Manusia itu berbeda – beda dalam hal kemampuan, minat dan kepribadian.
2. Karena itu, mereka mampu dalam hal untuk banyak pekerjaan.
3. Tiap – tiap jabatan menghendaki pola – pola tertentu dengan toleransi
yang cukup luas untuk memberikan beberapa macam sifat individu dalam
tiap – tiap jabatan.
8
4. Pemilihan jabatan beruah karena waktu dan pengalaman, meskipun konsep
akhir sampai masuk maturis akhir.
5. Proses perkembangan melewati 5 tahapan seperti diutarakan dimuka.
6. Pola karir pada umumnya ditentukan oleh tingkat sosial ekonomi keluarga,
kemampuan mental, kepribadian dan kesempatan (faktor internal dan
eksternal)
7. Perkembangan dalam life stage dapat dibimbing oleh kecakapan, minat,
hasil tes dan minat diri.
8. Proses perkembangan jabatan penting dalam mengembangkan dan
melaksanakan suatu konsep diri. Yaitu suatu proses kompromi dimana ya
self konsep merupakan produk dari interaksi daripada bakat yang
diturunkan, faktor neural dan endokimon serta kesempatan untuk
memainkan peranan yang berbeda – beda dan evaluasi terhadap hasil
daripada peranan terhadap atasannya maupun kawannya.
9. Proses kompromi antara individual dan sosial diatas (antara self concept
dan realita) merupakan salah satu pemegang perantara apakah hal itu
hanya merupakan pantasi ataupun dalam kehidupan kita.
10. Kepuasan kerja dan hidup tergantung luasnya individu mendapatkan
saluran keluar yang tepat bagi aktivitasnya: minat, kepribadian dan nilai –
nilainya.
Pendekatan Super ini sering disebut pendekatan multi – dimensi, yang
merupakan kombinasi dari differensial – developmental – social dan
phenomenological psychology. Dia menekankan pada 4 macam aspek yaitu :
1. Tahap kehidupan jabatan (vocational life stage)
2. Kemasakan jabatan (vocational maturity)
3. Pemindahan konsep diri kedalam konsep diri tentang jabatan
(vocational self consept)
4. Pemindahan konsep diri kedalam pola karir (career pattern)
9
Perkembangan jabatan merupakan salah satu aspek dari perkembangan
individu secara keseluruhan yang dipengaruhi oleh keadaan psikologis dan
fisiologis serta keadaan lingkungan.
C. TEORI PEMILIHAN JABATAN DARI ANNE ROE
Teori Anne Roe tentang perkembangan karir berhubungan sangat dekat
dengan teori kepribadian dari maslow. Teori Roe menyatakan adanya 3 dalil
yang berhubungan dengan pemilihan jabatan, yaitu :
1. Warisan genetik merupakan hal yang penting, karena hal ini merupakan
batas kemungkinan perkembangan potensi (kemampuan).
2. Perkembangan sifat – sifat yang diwariskan dipengaruhi oleh pengalaman
yang unik, latar belakang kebudayaan dan faktor sosial ekonomi.
3. Pola perkembangan minat, sikap dan kepribadian ditentukan oleh
pengalaman individu, arah perkembangan ditentukan oleh kepuasan dan
kegagalan sebelumnya.
Tingkat kepuasan dari kebutuhan – kebutuhan individu menentukan
kebutuhan mana yang menjadi faktor pendorong yang terkuat dan mana yang
kurang kuat. Sedang pola energi psikis merupakan penentu yang utama dari
minat seseorang.
Intensitas kebutuhan dan tingklat kepuasan akan menentukan tingkat
motivasi dalam diri seseorang. Teori Anne Roe ini disebut : childhood
determinats. Ia mengembangkan suatu teori yang berintikan 2 unsur pokok
yaitu :
1. Skema untuk mengklarifikasi jabatan.
2. Penjelasan tentang penentuan jabatan
POKOK-POKOK PIKIRAN TEORI KARIR ANNE ROE
1. Teori Anne Roe didasarkan pada suatu usaha untuk menunjukkan suatu
hubungan antara pilihan karir dengan perbedaan individu seperti perbedaan
10
latar belakang, perbedaan phisik, perbedaan psikologis dan perbedaan
pengalaman.
2. Roe adalah pengikut aliran Humanistik, walau memiliki perbedaan-perbedaan
dengan aliran Humanistik. Aliran Humanistik menyatakan bahwa ada 8
kebutuhan yaitu:
a. Kebutuhan fisiologis
b. Kebutuhan rasa aman
c. Kebutuhan untuk memiliki dan mencintai
d. Kebutuhan untuk dianggap penting, respek, harga diri dan indipenden
e. Kebutuhan akan informasi
f. Kebutuhan untuk bisa memahami dan dipahami
g. Kebutunan untuk keindahan
h. Kebutuhan untuk aktualisasi diri.
Dalam teorinya, Roe lebih mementingkan adanya kebutuhan untuk
bisa dianggap penting, respek, harga diri dan indipenden bagi seseorang
untuk dapat mengaktualisasikan diri.
3. Roe mengelompokkan 8 jenis pekerjaan sebagai berikut:
a. Services: Jenis pekerjaan ini mengutamakan layanan kepada orang lain.
Pelayanan yang dimaksud adalah perhatian terhadap kebutuhan dan
kesejahteraan orang lain. Pekerjaan ini antara lain adalah pekerja sosial,
konselor, layanan-layanan konsultasi dan lain sebagainya
b. Bussiness Contact: Jenis pekerjaan ini berhubungan dengan kegiatan tatap
muka antara dua orang atau lebih yang membicarakan keuntungan,
investasi, real estate. Hubungan antara dua orang sangat dibutuhkan, tetapi
sebatas kegiatan persuasif dari pada pemberian bantuan
c. Organization: Jenis pekerjaan ini berbubungan erat dengan kegiatan
manajerial baik di sebuah perusahaan atau lembaga-lembaga baik
pemerintahan atau swasta. Jenis pekerjaan ini menutamakan efisiensi dan
produktivitas sebuah lembaga, sehingga di dalamnya terdapat hubungan
interpersonal yang sangat formal.
11
d. Technology: Jenis pekerjaan ini berkaitan erat dengan produksi barang,
perawatan dan transportasi untuk mendukung layanan jasa. Hubungan
interpersonal sangat kurang, karena mereka cenderung berhubungan
dengan alat-alat.
e. Outdoor: Jenis pekerjaan ini berhubungan dengan kegiatan-kegiatan
seperti penyemaian dan penanaman tanaman-tanama hutan, usaha-usaha
pengeboran bahan mineral dan gas bumi, usaha-usaha pengumpulan hasil
hutan, kegiatan yang berkaitan dengan kelautan, usaha penangkaran
binatan liar dan lain sebagainya. Jenis pekerjaan ini menunjukkan adanya
hubungan antar manusia yang minim.
f. Sience: Jenis pekerjaan ini berhubungan dengan pengembangan sebuah
teori ilmu pengetahuan dan bagaimana mengaplikasikan teori ilmu
pengetahuan. Hubungan antar manusia dilihat dari jenis ilmu pengetahuan
apa yang sedang dikembangkan. Jika berhubungan dengan ilmu alam,
maka relasi antar manusia semakin sedikit, tetapi jika berhubungan dengan
ilmu sosial, maka relasi antar manusia dapat menjadi besar.
g. General Culture: Jenis pekerjaan ini lebih mengutamakan kegiatan
melestarikan dan mentransmisikan budaya. Jenis pekerjaan ini memiliki
perhatian terhadap aktivitas manusia sebagai suatu kelompok daripada
individu. Pekerjaan ini antara lain di bidang pendidikan, jurnalistik dan
bidang bahasa. Seringkali kelompok guru dikelompokkan dalam jenis
pekerjaan ini.
h. Arts and Entertainment: Jenis pekerjaan ini membutuhkan orang-orang
yang memiliki keterampilan dalam bidang seni dan hiburan.
4. Untuk tiap jenis kelompok pekerjaan tersebut di atas, terdiri dari 6 level atau
tingkatan:
a. Proffesional and managerial 1: Kelompok ini memiliki ciri
Independen dan tanggungjawab. Hal ini menunjukkan bahwa mereka
adalah inovator, kreator dan berposisi sebagai pimpinan dalam hal
manajerial dan administratif yang memiliki tanggungjawab terhadap
bidang-bidang yang digelutinya. Kriteria mereka adalah: (1) memiliki
12
independensi yang kuat dalam berbagai bidang, (2) memiliki
kemampuan untuk membuat kebijakan, (3) memiliki pendidikan yang
memadai (S1 atau yang sederajat).
b. Proffesional and managerial 2: Kelompok kedua ini memiliki
perbedaan yang signifikan dengan kelompok pertama di atas.
Perbedaan yang mecolok adalah: (1) mereka memiliki kemampuan
untuk menginterpretasi kebijakan, (2) memiliki kemampuan untuk
melaksanakan kebijakan dan (3) memiliki pendidikan setingkat
diploma.
c. Semiprofessional and smal business: Kelompok ini memiliki kriteria
sebagai berikut; (1) memiliki tanggungjawab yang rendah terhadap
orang lain, (2) mampu melaksanakan kebijakan untuk dirinya sendiri
dan (3) memiliki pendidikan setingkat sekolah menengah.
d. Skilled: Kelompok ini memerlukan magang atau pelatihan untuk
dapat mengerjakan suatu kegiatan tertentu.
e. Semiskilled: Kelompok ini merupakan kelompok manusia yang
melaksanakan pekerjaan dengan tidak memiliki otonomi sendiri, serta
ijin untuk melaksanakan tindakan didasarkan pada perintah.
f. Unskilled: Kelompok ini melaksanakan tugas dengan tidak didasarkan
pada keterampilan tertentu. Kelompok ini tidak membutuhkan
keterampilan atau pendidikan tertentu dalam melaksanakan tugasnya.
5. Roe memberikan jenis-jenis pola asuh orang tua sebagai berikut: (a)
konsentrasi emosi berpusat pada anak yang ditunjukkan dengan perilaku
overprotective atau overdemanding, (b) penolakan terhadap anak dengan
perilaku emotional rejection dan neglect,dan (c) penerimaan terhadap anak
dengan perilaku mencintai dan menerima anak apa adanya.
6. Beberapa penelitian Roe menunjukkan adanya relasi antara pola asuh orang
tua dengan orientasi pilihan karir siswa.
7. Diagram Hipotesis yang menunjukkan relasi antara pilihan pekerjaan dan
hubungan (pola asuh) orang tua.
13
D. TEORI PILIHAN JABATAN MENURUT JOHN L HOLLAND
1. Pengembangan Teori
Pada teori yang dikembangkan oleh John L. Holland menjelaskan
bahwa suatu pemilihan pekerjaan atau jabatan merupakan hasil dari interaksi
antara factor hereditas (keturunan) dengan segala pengaruh budaya, teman
bergaul, orang tua, orang dewasa yang dianggap memiliki peranan yang
penting. Selain itu John L. Holland juga merumuskan tipe-tipe (golongan)
kepribadian dalam pemilihan pekerjaan berdasarkan atas inventori
kepribadian yang disusun atas dasar minat.
Kemudian, setiap tipe-tipe kepribadian itu dijabarkan ke dalam suatu
model teori yang disebut model orientasi (the model orientation). Model
orientasi ini merupakan suatu rumpun perilaku perilaku penyesuaian yang
khas. Setiap orang memiliki urutan orientasi yang berbeda-beda, dan hal
inilah yang menyebabkan mengapa setiap orang itu mempunyai corak hidup
yang berbeda-beda.
Urutan orientasi yang pertama terhadap suasana lingkungan pekerjaan
tertentu merupakan corak hidup yang utama dan pertama, urutan model
orientasi kedua terhadap lingkungan kerja yang lainnya dan merupakan corak
hidup yang kedua bagi seseorang untuk selanjutnya. Penempatan urutan corak
hidup itu sangat bergantung dari tingkat kecerdasan serta penilainnya
terhadap diri sendiri. Makin jelas penempatan urutan corak hidupnya maka
akan semakin menghasilkan pola pilihan yang tepat bagi seseorang. Namun
perlu digarisbawahi, jika model orientasi John L. Holland ini mengajukan
model orientasi berdasarkan budaya Amerika.
Adapun model orientasi yang dijabarkan oleh John L. Holland adalah
sebagai berikut:
a. Realistis
Tipe model ini memiliki kecenderungan untuk memilih lapangan kerja
yang berorientasi kepada penerapan. Ciri-cirinya yaitu; mengutamakan
14
kejantanan, kekuatan otot, ketrampilan fisik, mempunyai kecakapan, dan
koordinasi motorik yang kuat, kurang memiliki kecakapan verbal, konkrit,
bekerja praktis, kurang memiliki ketrampilan social, serta kurang peka
dalam hubungan dengan orang lain.
Orang model orientasi realistis dalam lingkungan nyatanya selalu
ditandai dengan tugas-tugas yang konkrit, fisik, eksplisit yang memberikan
tantangan bagi penghuni lingkungan ini. Untuk dapat memecahkan
masalah yang lebih efektif seringkali memerlukan bentuk-bentuk
kecakapan, gerakan, dan ketahanan tertentu. Diantaranya kecakapan
mekanik, ketahanan dan gerakan fisikuntuk berpindah-pindah dan
seringkali berada diluar gedung.Sifat-sifat yang nampak dengan jelas dari
tuntutan-tuntutan lingkungan menciptakan kegagalan dan keberhasilan.
Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah, operator
mesin/radio, sopir truk, petani, penerbang, pengawas bangunan, ahli listrik,
dan pekerjaan lain yang sejenis.
b. Intelektual
Tipe model ini memiliki kecenderungan untuk memilih pekerjaan yang
bersifat akademik. Ciri-cirinya adalah memiliki kecenderungan untuk
merenungkan daripada mengatasinya dalam memecahkan suatu masalah,
berorientasi pada tugas, tidak sosial. Membutuhkan pemahaman,
menyenangi tugas-tugas yang bersifat kabur, memiliki nilai-nilai dan sikap
yang tidak konvensional dan kegiatan-kegiatanya bersifat intraseptif.
Orang model orientasi intelektual dalam lingkungan nyatanya selalu
ditandai dengan tugas yang memerlukan berbagai kemampuan abstark, dan
kreatif. Bukan tergantung kepada pengamatan pribadinya. Untuk dapat
memecahkan masalah yang efektif dan efisien diperlukan intelejensi,
imajinasi, serta kepekaan terhadap berbagai masalah yang bersifat
intelektual dan fisik. Kriteria keberhasilan dalam melaksanakan tugas
bersifat objektif dan bisa diukur, tetapi memerlukan waktu yang cukup
lama dan secara bertahap. Bahan dan alat serta perlengkapan memerlukan
15
kecakapan intelektual daripada kecakapan manual. Kecakapan menulis
mutlak dipelihara dalam oreientasi ini.
Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah, ahli fiika,
ahli biologi, kimia, antropologi, matematika, pekerjaan penelitian, dan
pekerjaan lain yang sejenis.
c. Sosial
Tipe model ini memiliki kecenderungan untuk memilih lapangan
pekerjaan yang bersifat membantu orang lain. Ciri-ciri dari tipe model ini
adalah pandai bergaul dan berbicara, bersifat responsive, bertanggung
jawab, kemanusiaan, bersifat religiusm membutuhkan perhatian, memiliki
kecakapan verbal, hubungan antarpribadi, kegiatan-kegiatan rapid an
teratur, menjauhkan bentuk pemecahan masalah secara intelektual, lebih
berorientasi pada perasaan.
Orang model orientasi sosial memiliki ciri-ciri kebutuhan akan
kemampuan untuk menginterpretasi dan mengubah perilaku manusia, serta
minat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Secara umum orientasi
kerja dapat menimbulkan rasa harga diri dan status.
Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah, guru,
pekerja sosial, konselor, misionari, psikolog klinik, terapis, dan pekerjaan
lain yang sejenis.
d. Konvensional
Tipe model ini pada umumnya memiliki kecenderungan untuk terhadap
kegiatan verbal, ia menyenangi bahasa yang tersusun baik, numerical
(angka) yang teratur, menghindari situasi yang kabur, senang mengabdi,
mengidentifikasikan diri dengan kekuasaaan, memberi nilai yang tinggi
terhadap status dan kenyataan materi, mencapai tujuan dengan
mengadaptasikan dirinya ketergantungan pada atasan.
Orang model orientasi konvensional pada lingkungan nyatanya
ditandai dengan berbagai macam tugas dan pemecahan masalah
memerlukan suatu proses informasi verbal dan dan matematis secara
kontinu, rutin, konkrit, dan sistematis. Berhasilnya dalam pemecahan
16
masalah akan nampak dengan jelas dan memerlukan waktu yang relative
singkat.
Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah, kasir,
statistika, pemegang buku, pegawai arsip, pegawai bank, dan pekerjaan
lain yang sejenis.
e. Usaha
Tipe model ini memiliki cirri khas diantaranya menggunakan
ketrampilan-ketrampilan berbcara dalam situasi dimana ada kesempatan
untuk menguasai orang lain atau mempengaruhi orang lain, menganggap
dirinya paling kuat, jantan, mudah untuk mengadakan adaptasi dengan
orang lain, menyenangi tugas-tugas sosial yang kabur, perhatian yang
besar pada kekuasaan, status dan kepemimpinan, agresif dalam kegiatan
lisan.
Orang model orientasi usaha ditandai dengan berbagai macam tugas
yang menitikberatkan kepada kemampuan verbal yang digunakan untuk
mengarahkan dan mempengaruhi orang lain.
Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah, pedagang,
politikus, manajer pimpinan eksekutif perusahaan, perwakilan dagang, dan
pekerjaan lain yang sejenis.
f. Artistik
Tipe model orientasi ini memiliki kecenderungan berhubungan dengan
orang lain secara tidak langsung, bersifat sosial dan sukar menyesuaikan
diri.
Orang model orientasi artistic ini ditandai dengan berbagai macam
tugas dan masalah yang memerlukan interpretasi atau kreasi bentuk-bentuk
artistic melalui cita rasa, perasaan dan imajinai.Dengan kata lain, orientasi
artistic lebih menitikberatkan menghadapi keadaan sekitar dilakukan
dengan melalui ekspresi diri dan menghindari keadaan yang bersifat
intrapersonal, keteraturan, atau keadaan yang menuntut ketrampilan fisik.
17
Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah, ahli musik,
ahli kartum ahli drama, pencipta lagu, penyair, dan pekerjaan lain yang
sejenis.
2. Tingkat Hierarkis dan Hierarkis Perkembangan
Seperti yang dijelaskan diatas, dijelaskan bahwa setiap orang memiliki
urutan corak hidup sendiri-sendiri, hal ini menjelaskan bahwa dalam diri
seseorang memiliki tingkat hierarkis dalam memilih pekerjaan. Menurut
Holland bahwa seseorang dalam memilih pekerjaan atau jabatan, itu
tergantung pada tingkat intelenjensi dan penilaian terhadap dirinya sendiri
(self evaluation), yaitu variabel-variabel yang dapat diukur dengan tes
intelenjensi dan dengan skala status diri.
Faktor-faktor penilaian diri dan intelenjensi diasumsikan sebagai
penyebab dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pemilihan
pekerjaan. Tingkat pengaruh dari faktor-faktor ini tidak begitu jelas,
walaupun diasumsikan bahwa teori ini memiliki manfaat yang sama.
Berdasarkan rumusannya menjelaskan bahwa penyebab hubungan itu
memiliki kecenderungan lebih signifikan dalam tingkat pemilihan pekerjaan.
Tingkatan pekerjaan disamakan dengan intelenjensi ditambah dengan
penilaian diri, dimana penilaian diri adalah merupakah suatu fungsi dari status
ekonomi, kebutuhan akan status pendidikan, dan konsep diri.
Tingkatan faktor-faktor penilaian diri dan intelejensi ini akan
membentuk tingkatan sedemikian rupa, sehingga orang memiliki urutan
kecenderungan terhadap enam lingkungan pekerjaan (enam model orientasi
John L. Holland). Pengukuran penilaian diri dan intelejensi ini ditujukan
untuk mengetahui jabatan/pekerjaan seseorang dengan nantinya akan
diklasifikasikan dalam enam glongan orientasi tersebut. Dengan dilakukannya
pengukuran ini ada beberapa kemungkinan hasil yang berbeda-beda:
a. Suatu hirarki yang jelas, menghasilkan pilihan langsung tanpa ada konflik
atau keragu-raguan.
18
b. Suatu hirarki yang kabur menyebabkan adanya kebimbingan atau
keraguan dalam pilihan.
c. Adanya faktor-faktor yang memblokir atau menghalangi terbentuknya
hirarki pilihan oleh faktor ekonomi, penilaian oleh majikan (rejection),
atau karena faktor-faktor lain, didalam suatu hirarki tertentu yang jelas
akan menghasilkan adanya seleksi terhadap pola perkembangan yang
kedua mendominir pola yang ketiga. Jika pola yang kedua dan pola ketiga
sama kuatnya maka akan terjadilah kebimbingan pilihan.
3. Pengaruh-pengaruh dalam pemilihan jabatan
Di awal tulisan ini telah dijelaskan bahwa suatu pemilihan pekerjaan
atau jabatan merupakan hasil dari interaksi antara faktor hereditas (keturunan)
dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua, orang dewasa
yang dianggap memiliki peranan yang penting. Kemudian, dari tulisan
tersebut dijabarkan lebih lanjut mengenai tingkatan hierarki dan hierarki
perkembangan yang kemudian dapat dikategorikan bahwa ada dua hal yang
mempengaruhi arah pilih jabatan, pertama, pengetahuan diri. Kedua, dari luar
atau lingkungan.
a. Pengaruh pengetahuan diri
Pengaruh pengetahuan diri ini lebih ditujukan pada pengetahuan
individu tentang dirinya dari orang lain. Pengetahuan diri sendiri
mempunyai peranan untuk meningkatkan (increase) atau mengurangi
(decrease) ketepatan pilihan seseorang. Pengetahuan diri ini diartikan
sebagai kemampuan seseorang untuk membedakan berbagai kemungkinan
lingkungan dipandang dari sudut kemampuan-kemampuannya sendiri,
namun ada perbedaan mendasar antara penilaian diri dan pengetahuan diri,
penilaian diri menitikberatkan pada penghargaan terhadap dirinya
sedangkan pengetahuan diri berisikan sejumlah informasi yang dimiliki
seseorang tentang dirinya. Tinggi rendahnya pengetahuan diri seseorang
akan terlihat dari tepat atau tidaknya beberapa pilihan atau keputusan yang
diambil.
19
b. Pengaruh Luar atau lingkungan
Pengaruh ini memiliki faktor yang sangat luas, dijelaskan bahwa dalam
memilih jabatan atau pekerjaan individu dapat dipengaruhi dengan tekanan
sosial seperti, tuntutan orang tua, pengaruh dari masa kecil, lingkungan
pergaulan, dsbg. Hal tersebut sangat mempengaruhi individu dalam hasil
pengukuran pada tingkat hirarkis dan hirarkis perkembangan.
E. PILIHAN JABATAN MENURUT HOPPOCK
10 Butir Pemikiran Menurut Hoppock, yaitu :
1. Pekerjaan yang dipilih sesuai dengan kebutuhan atau untuk memenuhi
kebutuhan.
2. Pekerjaan, jabatan atau karier yang dipilih adalah jabatan yang diyakini
bahwa jabatan itu paling baik untuk memenuhi kebutuhannya.
3. Pekerjaan, jabatan atau karier tertentu dipilih seseorang apabila untuk
pertama kali dia mengetahui bahwa jabatan itu dapat membantunya
dalam memenuhi kebutuhannya.
4. Kebutuhan yang timbul, mungkin bisa diterima secara intelektual, yang
diarahkan untuk tujuan tertentu.
5. Pemilihan pekerjaan, jabatan atau karier akan menjadi lebih baik
apabila seseorang lebih mampu memperkirakan bagaimana sebaiknya
jabatan yang akan datang itu akan memenuhi kebutuhannya.
6. Informasi mengenai diri sendiri mempengaruhi pilihan pekerjaan,
jabatan atau karier, karena dengan demikian seseorang mengetahui apa
yang ia inginkan dan ia mengetahui pekerjaan yang tepat bagi potensi dirinya.
7. Informasi mengenai pekerjaan, jabatan atau karier akan membantu
pemilihan jabatan karena informasi tersebut membantunya didalam
menemukan apakah pekerjaan itu dapat memenuhi kebutuhannya dan
membantunya untuk mengantisipasi seberapa jauh kepuasaan yang
dapat diharapkan dalam suatu pekerjaan bila dibandingkan dengan
pekerjaan lain.
20
8. Kepuasan dalam pekerjaan tergantung pada tercapai atau tidaknya
pemenuhan kebutuhan seseorang, jadi tingkat kepuasan ditentukan oleh
perbandingan antara apa yang diperoleh dan apa yang diinginkan.
9. Kepuasan pekerjaan dapat diperoleh dari suatu pekerjaan yang
memenuhi kebutuhan sekarang atau dari suatu pekerjaan yang
menjanjikan terpenuhinya kebutuhan di masa mendatang.
10. Pilihan pekerjaan selalu dapat berubah apabila seseorang yakin bahwa
perubahan tersebut lebih baik untuk pemenuhan kebutuhannya.
F. TEORI TIEDEMAN DAN O’HARA
Teori tentang perkembangan jabatan dari kedua orang ini menunjukan
bahwa proses pembentukan identitas jabatan dilakukan melalui differensiasi dan
integrasi. Prosesnya melalui 4 langkah :
1. Fase antisipasi : mengenal tujuan, menggunakan pengalaman lampau dan
kemampuan diri.
2. Fase kristalisasi : berkenaan dengan nilai – nilai
3. Fase penentuan pilihan sesudah kristalisasi
4. Fase klasifikasi : menyimpulkan perbedaan – perbedaan fase dan
pengambilan keputusan
Setelah melewati tahapan pengidentifikasian jabatan seperti diatas,
kemudian individu memasuki tahapan implementasi dan penyesuaian. Disini
individu mempertimbangkan segala rencana pemilihan jabatan dengan
memperhitungkan segala akibat – akibatnya. Dalam proses yang kedua
(implementasi dan penyesuaian) ini terdapat 3 langkah :
1. Langkah induksi, yaitu memasuki dalam suatu jabatan
2. Langkah reformasi, yaitu penyusunan kembali sebagai hasil pengalaman
individu terhadap situasi yang telah dia masuki tersebut.
3. Langkah integrasi, yang merupakan keseimbangan antara kebutuhan individu
dengan tuntutan keadaan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Hidajat,Tulus,dkk.1987.Bimbingan Karier di Sekolah.Surakarta: UNS PRESS