Top Banner
Makalah Kelompok III TEORI KUANTITAS UANG Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah : Sistem Moneter dalam Islam Dosen : Enriko Tedja Sukmana, S.Th, M.SI Disusun oleh NANA TAURAN SIDIK NIM. 1202120184 AGUS SALIM NIM. 1202120199 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA JURUSAN SYARI’AH PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH KELAS A TAHUN 1435 H / 2014 M
17

Teori Kuantitas Uang

Jul 18, 2015

Download

Economy & Finance

Nanaa Afifah
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Teori Kuantitas Uang

Makalah Kelompok III

TEORI KUANTITAS UANG

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

Mata kuliah : Sistem Moneter dalam Islam

Dosen : Enriko Tedja Sukmana, S.Th, M.SI

Disusun oleh

NANA TAURAN SIDIK NIM. 1202120184

AGUS SALIM NIM. 1202120199

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA

JURUSAN SYARI’AH PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH KELAS A

TAHUN 1435 H / 2014 M

Page 2: Teori Kuantitas Uang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebuah negara akan terus mengalami fluktuasi dari segi finansial. Ini jelas akan

mempengaruhi beberapa kebijakan pemerintah terkait dengan penetapan nilai

tukar uang negara tersebut terhadap mata uang dunia. Jika berbicara tentang hal

itu, maka sejatinya kita telah berbicara mengenai sistem moneter yang berlaku di

negara itu. Daya inflasi dan deflasi jelas akan menjadi pewarna tersendiri untuk

setiap detak kebijakan moneter negara tersebut. Nah, tingkat inflasi dan deflasi

juga takkan pernah lepas dari urusan uang yang saat ini standar moneternya

menggunakan standar devisa development atau standar yang menyatakan bahwa

kekuatan nilai tukar mata uang itu tergantung pada kekuatan ekspor dan impor

negara yang bersangkutan.

Untuk menyikapi hal tersebut, kita sebelumnya harus mengenal dulu teori

mengenai kuantitas uang yang terdapat dalam teori klasik. Dalam paham teori

klasik, uang tidak mempunyai peranan terhadap sektor riil, tidak ada pengaruhnya

terhadap tingkat bunga, kesempatan kerja, atau pendapatan nasional. Uang

pengaruhnya hanya terhadap harga-harga barang. Bertambahnya uang beredar

akan mengakibatkan kenaikan harga saja. Jumlah output yang dihasilkan tidak

beruvah. Inilah yang sering disebut dengan classical dichotomy, yang merupakan

pemisahan sektor moneter dengan sektor riil. Sektor moneter tidak ada hubungan

dengan sektor riil. Uang hanya merupakan suatu tudung saja dalam

perekonomian. Teori kuantitas uang, yang pada dasarnya menjadi tulang

punggung adanya kesimpulan tersebut.1

Nah, untuk memahami teori kuantitas uang itu lebih lanjut lah yang menjadi

tujuan disusunnya makalah ini. Semua yang berkaitan dengan bagian-bagian

dalam teori kuantitas uang akan dibahas di dalam makalah ini.

1 Nopirin, Ekonomi Moneter: Buku I, Yogyakarta: Anggota IKAPI, 2000, hal. 72.

1

Page 3: Teori Kuantitas Uang

2

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Toeri Kuantitas Uang?

2. Apa saja bagian-bagian dari Teori kuantitas uang?

3. Bagaimana teori-teori tersebut menjelaskan perihal kuantitas uang?

C. Tujuan Penulisan

1. Agar mampu memahami pengertian dari Teori Kuantitas Uang.

2. Agar mampu memahami dan menyebutkan bagian-bagian dari Teori tersebut.

3. Agar mampu memahami dan menjelaskan makna dari masing-masing teori.

D. Kegunaan Penulisan

1. Kegunaan teoritis yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya tentang

Teori Kuantitas Uang.

2. Kegunaan praktis yaitu menjadi khazanah keilmuan bagi mahasiswa yang

mempelajari Sistem Moneter dalam Islam.

E. Metode Penulisan

Adapun metode penulisan yang penulis gunakan dalam makalah ini adalah

metode telaah kepustakaan, yang mana penulis menggunakan buku-buku dari

perpustakan sebagai bahan referensi dimana penulis mencari literatur yang sesuai

dengan materi yang di kupas dalam makalah ini dan penulis menyimpulkannya

dalam bentuk makalah.

Page 4: Teori Kuantitas Uang

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Kuantitas dan Kenetralan Uang

Model penawaran klasik, yang menggambarkan sisi permintaan dari

perekonomian, mempunyai berbagai implikasi yang sangat kuat. Karena

berdasarkan asumsi, output dipertahankan pada tingkat penggunaan tenaga kerja

penuh melalui harga dan tingkat upah yang sangat fleksibel, maka kebijakan

moneter dan fiskal tidak akan mempengaruhi output. Kebijakan fiskal hanya

mempengaruhi tingkat suku bunga maupun distribusi pengeluaran antara sektor

swasta dan sektor pemerintah serta antara konsumsi dan investasi. Kebijakan

moneter hanya akan mempengaruhi tingkat harga. Berbagai implikasi tentang

pengaruh kebijakan moneter terhadap output ini adalah konsistensi dengan teori

kuantitas uang. Teori kuantitas uang dalam bentuk yang paling tegas menyatakan

bahwa tingkat harga adalah proporsional terhadap jumlah uang yang

beredar. 2

Sebagaimana diketahui ada beberapa faktor yang mempengaruhi naik dan

turunnya nilai uang. Faktor-faktor tersebut dapat kita golongkan dalam beberapa

kategori yakni.

1. Penawaran uang atau disebut juga dengan jumlah uang.

2. Kecepatan peredaran uang atau sering dikaitkan orang dengan permintaan

terhadap uang.

3. Jumlah barang yang diperdagangkan.

Jumlah uang atau penawaran uang berkaitan dengan jumlah uang yang beredar

yaitu uang kartal dan uang giral. Kedua macam uang itu adalah uang yang

digunakan dalam kehidupan masyarakat untuk berbagai keperluan yaitu

keperluan pembayaran transaksi, jual beli yang digunakan sebagai pengukur

nilai ataupun digunakan sebagai media untuk melakukan pembayaran

berjangka. Jumlah uang yang beredar tersebut di atas bisa diciptakan oleh bank

sentral yaitu bank yang mencetak dan mengedarkan uang dan uang yang

2 Rudiger Dornbusch dan Stanley Fischr, Ekonomi Makro, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997, hal.

301.

3

Page 5: Teori Kuantitas Uang

4

diciptakan oleh bank khusus bank-bank umum atau bank komersial. Sementara

itu kecepatan peredaran peredaran uang sangat besar pengaruhnya dalam

perekonomian terutama perpindahan uang dari satu tempat ke tempat lainnya

atau yang sering dikenal dengan sebutan arus uang. Adapun perpindahan uang

yang dimaksudkan disini adalah arus uang yang terjadi dalam ruang lingkup

produsen kepada konsumen, begitu juga sebaliknya. Bahkan arus uang juga

akan terjadi antara masyarakat terhadap bank melalui kegiatan peminjaman dan

investasi tabungan. Uang tersebut kemudian dimanfaatkan untuk menjalankan

berbagai usaha yang akhirnya akan memperlancar kegiatan produsen dan

konsumen. Begitulah seterusnya perputaran uang itu. Dalam pembahasan

selanjutnya, kita akan mengupas kaitan nilai uang dengan jumlah uang yang

beredar. Untuk memahami itu, maka kita harus memahami terlebih dahulu

teori-teori yang berlaku di dalamnya.3

Kenetralan uang

Uang dikatakan bersifat netral kalau perubahan jumlah uang yang beredar

hanya menyebabkan terjadinya perubahan harga, tanpa mengubah tingkat variable

riil (output, kesempatan kerja, dan suku bunga). Dari hal tersebut kita telah

mengetahui bahwa kenetralan uang juga memiliki implikasi penting. Misalnya

kalau uang bersifat netral, akan terdapat cara yang mudah untuk mengurangi laju

inflasi, selama kita memang menghendakinya. Satu-satunya yang harus kita

perbuat adalah mengurangi laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar.4

3 Muchdarsyah Sinungan, Uang dan Bank , Jakarta: Rineka Cipta, 1991, hal. 19-20. 4 Rudiger Dornbusch dan Stanley Fischr, Ekonomi Makro…hal. 301.

Page 6: Teori Kuantitas Uang

5

M = k.P P = M/k atau

M = Jumlah Uang

K = Konstanta

P = Harga

B. Teori Kuantitas Pendekatan Transaksi (The Transaction Approach)5

Teori ini terdiri atas:

1. Teori Kuantitas Sederhana (Crude Quantity Theory) dari David Hume dan

Ricardo

Teori ini berpendapat bahwa nilai uang berbanding terbalik dengan

jumlahnya. Jadi apabila jumlah uang bertambah dua kali lipat banyaknya, maka

nilai uang akan turun menjadi setengahnya. Sebaliknya, apabila jumlah uang

berkurang hingga menjadi setengahnya, maka nilai uang akan naik menjadi dua

kali lipat.

Apabila nilai uang tersebut dihubungkan dengan harga barang, maka teori

crude quantity ini dapat dinyatakan sebagai berikut:

“Bila jumlah uang naik dua kali lipat maka hargapun akan naik dua kali lipat,

demikian juga sebaliknya”.

Kalau teori ini diformulasikan maka akan didapat rumus sebagai berikut:

Dimana:

Sesuai dengan namanya, maka teori ini sangat sederhana, hanya

mengungkapkan gambaran kasar, sehingga kurang mencerminkan keadaan

sebenarnya yang terjadi dalam masyarakat. Adapun kelemahan-kelemahan

teori ini antara lain tidak memperhitungkan faktor kecepatan laju edar

uang (velocity of circulation) dan jumlah keseluruhan transaksi yang

terjadi di masyarakat.

5 Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti, Pengantar Teori Moneter Serta Aplikasinya pada Sistem

Ekonomi Konvensional dan Syari’ah , Bandung: Penerbit Alfabeta, 2011, hal. 89-94.

Page 7: Teori Kuantitas Uang

6

E = M x V Persamaan satu

(1)

2. Teori Kuantitas dari Irving Fisher (Fisher Equation / persamaan / rumus

fisher)

Fisher dari Harvard University berpendapat bahwa yang menentukan nilai

uang, (dengan perkataan lain menentukan tingkat harga), terdiri dari tiga

faktor, yakni:

a. Jumlah uang (Volume of Money)

b. Kecepatan laju edar uang (Velocity of Circulation)

c. Jumlah barang yang diperdagangkan (Volume of Trade)

Untuk sampai kepada rumusnya yang biasa disebut rumus Fisher atau Fisher

Equation, perlu uraian atau analisis sebagai berikut:

Di dalam masyarakat yang perekonomiannya telah menggunakan uang

(monetized economy) baik tunai maupun kredit, selalu akan terjadi

pembayaran-pembayaran untuk transaksi-transaksi jual beli barang-barang dan

jasa-jasa yang dibutuhkan oleh segenap anggota masyarakat.

Jumlah pembayaran tersebut untuk jangka waktu tertentu, misalnya satu

tahun dapat dihitung dengan cara-cara tertentu dimana pada dasarnya jumlah

pembayaran tersebut adalah terdiri dari jumlah uang keseluruhan yang

berpindah dari tangan yang satu ke tangan yang lain.

Andaikata jumlah pembayaran tersebut sebesar E (expenditure), yaitu

jumlah seluruh pengeluaran masyarakat, sedangkan seluruh jumlah uang yang

digunakan untuk pembayaran-pembayaran tersebut adalah sebesar M (money),

dan andaikata dimisalkan bahwa dalam jangka waktu satu tahun tersebut hanya

terjadi satu kali transaksi pembayaran, maka E = M.

Di dalam kenyataan tidak mungkin jumlah transaksi dalam satu tahun hanya

akan terjadi satu kali, melainkan berkali-kali bahkan mungkin terjadi sering

kali tergantung dari kecepatan laju edar uang (cepat atau lambatnya uang

berpindah tangan). Selanjutnya Fisher memberikan simbol atas kecepatan laju

edar uang tersebut dengan huruf V (velocity). Dengan demikian didapatlah

jumlah pembayaran dalam satu tahun yakni:

Page 8: Teori Kuantitas Uang

7

M x V = P x

T

Dari segi jumlah pembayaran dalam kurun waktu satu tahun yaitu E harus

setara dan harus sama dengan nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dibayar.

Kalau jumlah barang-barang dan jasa-jasa yang dibayar sebanyak T (volume

trade) maka nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dibeli dikalikan dengan

harganya (P) atau T x P, maka didapatkan persamaan:

Maka apabila persamaan satu (1) disubstitusikan dengan persamaan dua (2)

maka akan didapat rumus Fisher:

Dengan rumus demikian maka dapat dengan mudah diadakan analisis

tentang pengaruh terhadap tingkat harga (dan nilai uang), apabila salah satu

faktor mengalami perubahan, yaitu sebagai berikut:

a. Jika M naik, sedangkan faktor-faktor V dan T tetap, akibatnya P akan naik.

Sebaliknya jika M turun sedangkan kedua faktor lainnya yaitu V dan T

tetap, maka akan mengakibatkan harga (P) turun. Dengan perkataan lain jika

M naik sedangkan sedangkan V dan T tetap, akan mengakibatkan nilai uang

turun, sedangkan apabila M turun, sedangkan V dan T tetap akan

mengakibatkan nilai uang naik.

b. Jika V naik, sedangkan kedua faktor lainnya yaitu M dan T tetap, akan

mengakibatkan P naik, sebaliknya apabila V turun, sedangkan M dan T

tetap, akibatnya P akan turun. Dengan perkataan lain apabila V naik,

sedangkan M dan T tetap, akan mengakibatkan nilai uang turun. Sebaliknya

apabila V turun sedangkan M dan T tetap akan mengakibatkan nilai uang

naik.

c. Apabila T naik sedangkan kedua faktor lainnya (M dan V) tetap, akibatnya

P akan turun. Sedangkan apabila T turun sedangkan M dan V tetap akan

mengakibatkan nilai uang turun.

E = T x P Persamaan Dua (2)

Page 9: Teori Kuantitas Uang

8

M.V + M1.V1 = P.T

Selanjutnya Fisher melanjutkan perumusannya dengan membagi volume uang

yang beredar, menjadi dua bagian yaitu:

- Uang kartal M

- Uang Giral M1

Demikian pula dengan kecepatan laju edar uang, dibagi menjadi:

- Uang kartal V

- Uang Giral V1

Sehingga rumusnya menjadi:

Faktor-faktor yang mempengaruhi besaran-besaran rumus Fisher:

1) Faktor-faktor yang mempengaruhi M adalah:

- Monetary basis (Standar moneter)

Standar moneter yang dianut akan turut menentukan jumlah uang yang

beredar.

- Perbandingan antara uang kartal dan uang giral.

Apabila jumlah uang giral lebih banyak, maka lebih banyak

kemungkinan bank untuk memberikan kredit sehingga dimungkinkan

uang yang beredar di masyarakat lebih banyak.

- Persentase likuiditas atau reserve requirement atau legal reserve ratio

pada bank-bank.

Lebih kecil persentase untuk melipatgandakan uang dalam arti lebih

besar kemampuannya untuk memberikan kreditnya sehingga jumlah

uang yang beredar akan lebih besar.

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi laju edar uang (V) adalah:

- Frekuensi pembayaran, misalnya pembayaran upah per minggu akan

menyebabkan V lebih tinggi dibandingkan pembayaran gaji yang

dilakukan setiap bulan.

Page 10: Teori Kuantitas Uang

9

- Kebiasaan berbelanja (spending habit), semakin hemat kebiasaan

masyarakat, maka V semakin rendah, sebaliknya semakin boros

kebiasaan masyarakat semakin tinggi kecepatan laju edar uang.

- Kebiasaan untuk menanam modal (Investment habit).

Semakin tinggi minat untuk berinvestasi, maka laju edar uang semakin

rendah, sebaliknya semakin rendah minat untuk berinvestasi, semakin

cepat laju edar uang.

3) Faktor-faktor yang mempengaruhi T adalah:

- Kuantitas dan kualitas faktor-faktor produksi. Semakin bagus kualitas

dan semakin banyak faktor-faktor produksi yang tersedia, maka

semakin banyak T yakni barang-barang yang diperdagangkan.

- Tingkat lapangan kerja (employment), semakin banyak lapangan kerja

yang tersedia semakin banyak barang-barang yang diproduksi artinya T

semakin tinggi. Sebaliknya semakin sedikit lapangan kerja yang

tersedia, maka semakin kecil jumlah barang diproduksi sehingga T

rendah.

- Kemampuan masyarakat untuk berorganisasi dan spesialisasi. Semakin

banyak organisasi dan spesialisasi usaha yang bergerak dalam produksi

barang-barang maka akan semakin banyak tersedia T, semakin rendah

kemampuan organisasi dan spesialisasi akan semakin kecil jumlah T.

Adapun asumsi-asumsi yang mendasari Teori Fisher ini adalah:

1) Tingkat harga (P) adalah faktor yang pasif di dalam persamaan tersebut. P

hanya bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor lain tetapi tidak bisa

mempengaruhi faktor-faktor lainnya.

2) Fisher menganggap bahwa semua sumber-sumber ekonomi telah full

employment.

3) Di antara faktor yang mempengaruhi V dan V1 ialah kebiasaan pembayaran

dari masyarakat (spending habit) dianggap cukup stabil (tetap).

4) Perbandingan antara jumlah M (uang kartal) dengan M1 (uang giral)

dianggap stabil (tetap).

Page 11: Teori Kuantitas Uang

10

M = K T P

M = PT / V atau MV =

PT

C. Teori Kuantitas Keseimbangan Tunai (Cash Balance Approach) 6

Teori kuantitas keseimbangan tunai dipelopori oleh D.H. Robertson yang pada

dasarnya merupakan perbaikan dari Fisher Equation. Teori ini dapat

diformulasikan dalam rumus seperti berikut.

Pada dasarnya antara teori Robertson dan Fisher tidak terdapat banyak

perbedaan. Mereka mempunyai kesimpulan-kesimpulan yang sama. Perbedaannya

terletak pada cara pendekatan yang dilakukan. V dalam transaction velocity

opproach oleh Robertson diubah menjadi K dalam teorinya yang diberi nama cash

balance equation. K pada dasarnya adalah sama dengan kebalikan dari V (K =

1/V) yaitu bila V menunjukkan berapa kali tiap-tiap rupiah berpindah dari tangan

satu ke tangan lainnya dalam jangka waktu tertentu. Maka K dalam teori

Robertson akan menunjukkan berapa lama rata-rata tiap-tiap rupiah itu

mengendap dalam kas selama suatu jangka waktu tertentu atau K = 1/V. Dari

ketentuan yang terakhir ini K = 1/V, maka secara ilmu hitung jelas bahwa kedua

rumus tersebut bisa dipersamakan. Bilamana terhadap rumus M = K T P kita

hubungkan dengan rumus sebagai berikut:

Bila dalam rumus Fisher P = MV / T, maka dalam rumus Robertson P adalah

M/TK, yang berarti bahwa kedua rumus tersebut menghasilkan hal yang sama

yaitu MV = PT.

D. Teori Kuantitas Pendekatan Pendapatan (Income Velocity Approach)7

Teori ini dipelopori oleh Marshall dari Cambridge University sehingga sering

disebut dengan Marshall Equation. Banyak pandangan dari Marshall yang

dipergunakan dalam teori moneter dimana Marshall menitik beratkan perhatian

pada hubungan antara jumlah uang dengan harga dan dikaitkan dengan

6 Muchdarsyah Sinungan, Uang dan Bank…hal. 25-26. 7 Ibid., hal. 26-27.

Page 12: Teori Kuantitas Uang

11

MV = PO

MV = PO

M = K.Y

M = K.Y

K = 1/V

MV = PO

M = k.Y

pendapatan nasional. Oleh karena pendapatan nasional diperoleh dari hasil 0

atau output yang merupakan hasil dari keseluruhan produksi yang bila dikalikan

dengan nilai uangnya adalah sama dengan E atau pendapatan nasional. Rumusnya

adalah sebagai berikut.

Dimana M adalah Money, Y adalah income secara nasional atau pendapatan

nasional, sedangkan K adalah koefisien yang mengatur keseimbangan antara

kedua sisi persamaan tersebut. Bisa juga kita katakana bahwa K adalah bagian

dari pendapatan nyata masyarakat yang ingin dikuasai dalam bentuk uang.

Bila rumus Marshall dan Fisher kita gandengkan akan diperoleh rumus sebagai

berikut.

Dimana O adalah output atau hasil produksi secara nasional. PO pada rumus

Marshall adalah sama dengan Y. jadi PO adalah jumlah hasil produksi atau bila

dikalikan dengan nilai hasil produksi itu akan diperoleh jumlah pendapatan

sehingga lebih tepat jika dikatakan bahwa PO yang merupakan jumlah produksi

dikalikan dengan harga adalah sama dengan jumlah barang yang diperdagangkan,

kemudian dikalikan dengan harga atau T x P sehingga k dalam rumus Marshall

adalah 1/V dalam rumus Fisher, sehingga rumusnya menjadi k = 1/V, bila

didistribusikan kembali akan diperoleh perhitungan sebagai berikut.

Jika k = 1/V seperti uraian di atas akan diperoleh perhitungan dengan rumus

sebagai berikut.

Page 13: Teori Kuantitas Uang

12

M2 = Kartal + DD dan

TD

M = k.Y = 1/V

Jadi dengan menguraikan ketiga rumus kuantitas uang yang dikemukakan oleh

ketiga sarjana tersebut yaitu Fisher, Robertson, dan Marshall, pada dasarnya

menghasilkan kesimpulan yang sama. Fisher menekankan pada kecepatan

peredaran uang, Robertson menekankan pada pengendapan uang, sedangkan

Marshall dalam kaitannya dengan pendapatan nasional melalui hasil output.

Beberapa teori kuantitas lainnya

Salah satu teori kuantitas modern yang perlu diketengahkan adalah teori

Miltonn Friedman yang berpangkal tolak pada teori tentang permintaan uang

sejalan dengan permintaan barang tahan lama. Definisi uang dalam analisa

Friedman adalah sebagai berikut.

Dimana DD adalah giro (demand deposit) dan TD adalah Deposito (time

deposit). Friedman mengemukakan bahwa TD mempunyai kaitan erat dengan

uang. Beberapa persamaan Friedman dengan teori kuantitas uang klasik, kita

uraikan sebagai berikut.

Y atau Y = 1/V. M= V.M. perbedaan antara mereka ada tiga macam. Pertama,

pada Y dimana dalam Friedman Y adalah permanent income (pendapatan tetap)

sedangkan dalam aliran klasik Y adalah Current income (pendapatan yang

diterima sekarang). Kedua, pada jumlah uang, dimana M2 = M1 + TD. Pada aliran

klasik, uang beredar hanya pada M1 saja yaitu M dan DD. Ketiga, terletak pada V

yang dalam klasik dianggap tetap dan bila berubah karena perubahan institusi

(kelembagaan). Menurut Friedman, V dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni

tingkat harga umum, penghasilan dari obligasi dan saham, inflasi dan variabel lain

seperti pajak, selera, transportasi dan teknologi serta perbandingan antara

kesejahteraan manusia dan yang bukan.

Page 14: Teori Kuantitas Uang

13

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari serangkaian penjelasan tentang teori kuantitas uang, maka kita dapat

menarik beberapa kesimpulan, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Teori kuantitas uang adalah teori yang menjelaskan tentang tingkat harga yang

dikatakan proporsional terhadap jumlah uang yang beredar.

2. Teori kuantitas uang terbagi atas:

a. Teori kuantitas pendekatan transaksi, yang terbagi lagi atas: pertama, teori

kuantitas sederhana yang dikemukakan oleh David Hume dan Ricardo.

Teori ini menjelaskan bahwa nilai uang berbanding terbalik dengan

jumlahnya. Kedua, teori kuantitas dari Irving Fisher, yang menjelaskan

bahwa nilai uang dipengaruhi tiga faktor yakni jumlah uang, kecepatan laju

edar uang, dan jumlah barang yang diperdagangkan.

b. Teori kuantitas keseimbangan tunai yang dikemukakan oleh D.H.

Robertson. Teori ini hampir serupa dengan teori Fisher, hanya saja dalam

teori ini akan ditunjukkan berapa lama rata-rata rupiah itu mengendap dalam

kas selama satu jangka waktu tertentu.

c. Teori kuantitas pendekatan pendapatan yang dikemukakan oleh Marshall.

Teori ini menitik beratkan pada hubungan antara jumlah uang dengan harga

dan dikaitkan dengan pendapatan nasional.

3. Selain itu, ada pula teori kuantitas lainnya yang dikemukakan oleh Miltonn

Friedman, berpangkal tolak pada teori permintaan uang sejalan dengan

permintaan barang tahan lama.

B. Saran

Cukup sekian apa yang dapat kami sajikan kiranya ada kekurangan mohon

kritik dan sarannya dalam bentuk diskusi yang kemudian dapat kami jadikan

sebagai rujukan pelengkap dalam makalah revisi yang akan dibuat kemudian jika

diperlukan.

13

Page 15: Teori Kuantitas Uang

14

DAFTAR PUSTAKA

Telaah Kepustakaan

Dornbusch, Rudiger dan Stanley Fischr, Ekonomi Makro, Jakarta: PT Rineka

Cipta, 1997.

Firdaus, Rachmat dan Maya Ariyanti, Pengantar Teori Moneter Serta Aplikasinya

pada Sistem Ekonomi Konvensional dan Syari’ah, Bandung: Penerbit Alfabeta, 2011.

Nopirin, Ekonomi Moneter: Buku I, Yogyakarta: Anggota IKAPI, 2000.

Sinungan, Muchdarsyah, Uang dan Bank, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.

Page 16: Teori Kuantitas Uang

15

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya lah sehingga makalah dengan judul “Teori Kuantitas Uang” ini

dapat di selesaikan tepat pada waktunya, sebagai pemenuhan tugas Sistem

Moneter dalam Islam.

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat

kekurangan baik dari segi penulisan, susunan kata, maupun isi materi. Dengan ini

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan makalah ini, serta sebagai jembatan ilmu yang berujung pada

intelektualitas. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Palangka Raya, September 2014

Tim Penulis

i

Page 17: Teori Kuantitas Uang

16

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................................. 2

C. Tujuan Penulisan............................................................................... 2

D. Kegunaan Penulisan .......................................................................... 2

E. Metode Penulisan .............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Teori Kuantitas Uang dan Kenetralan Uang ................................... 3

B. Teori Kuantitas Pendekatan Transaksi ............................................. 5

C. Teori Kuantitas Keseimbangan Tunai ............................................ 10

D. Teori Kuantitas Pendekatan Pendapatan ........................................ 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 13

B. Kritik dan Saran ............................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

ii