Top Banner
teori ketergantungan — sebagai antitesis teori modernisasi — menekankan pada aspek keterbelakangan sebagai produk dari pola hubungan ketergantungan. Kedua kubu tersebut mendominasi 'proyek besar' pembangunan hingga akhir tahun 1980-an, ketika studi pembangunan mencapai ‘jalan buntu’. Kedua kubu teoretis tersebut dianggap gagal. Di satu sisi, realitas yang ada di negara-negara dunia ketiga sebagai obyek pembangunan tetap ditandai oleh berbagai indikator keterbelakangan, di sisi lain muncul fenomena negara-negara industri baru sebagai kisah sukses. Kebuntuan dalam studi pembangunan ini mendorong perkembangan kritik terhadap teori-teori pembangunan yang dominan. Kritik terhadap teori-teori pembangunan ini bukan hanya menekankan pada kritik terhadap strategi-strategi pembangunanyang dominan, tetapi juga terhadap studi pembangunan dan bahkan konsep pembangunan itu sendiri. Dalam artian yang terakhir, teori pembangunan telah bergeser dari teori tentang kebijakan ke arah wacana tentang pembangunan (Apter, 1998). Teori ketergantungan. Teori ini pada mulanya adalah teori struktural yang menelaah jawaban yang diberikan oleh teori modernisasi. Teori struktural berpendapat bahwa kemiskinan yang terjadi di negara dunia ketiga yang mengkhusukan diri pada produksi pertanian adalah akibat dari struktur pertanian adalah akibat
39

teori ketergantungan

Jun 18, 2015

Download

Documents

mumukendari
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: teori ketergantungan

teori ketergantungan — sebagai antitesis teori modernisasi — menekankan pada aspek

keterbelakangan sebagai produk dari pola hubungan ketergantungan. Kedua kubu tersebut

mendominasi 'proyek besar' pembangunan hingga akhir tahun 1980-an, ketika studi

pembangunan mencapai ‘jalan buntu’. Kedua kubu teoretis tersebut dianggap gagal. Di satu sisi,

realitas yang ada di negara-negara dunia ketiga sebagai obyek pembangunan tetap ditandai oleh

berbagai indikator keterbelakangan, di sisi lain muncul fenomena negara-negara industri baru

sebagai kisah sukses.

Kebuntuan dalam studi pembangunan ini mendorong perkembangan kritik terhadap teori-teori

pembangunan yang dominan. Kritik terhadap teori-teori pembangunan ini bukan hanya

menekankan pada kritik terhadap strategi-strategi pembangunanyang dominan, tetapi juga

terhadap studi pembangunan dan bahkan konsep pembangunan itu sendiri. Dalam artian yang

terakhir, teori pembangunan telah bergeser dari teori tentang kebijakan ke arah wacana tentang

pembangunan (Apter, 1998).

Teori ketergantungan.

Teori ini pada mulanya adalah teori struktural yang menelaah jawaban yang diberikan oleh teori

modernisasi.

Teori struktural berpendapat bahwa kemiskinan yang terjadi di negara dunia ketiga yang

mengkhusukan diri pada produksi pertanian adalah akibat dari struktur pertanian adalah akibat

dari struktur perekonomian dunia yang eksploitatif dimana yang kuat mengeksploitasi yang

lemah.

Teori ini berpangkal pada filsafat materialisme yang dikembangkan Karl Marx. Salah satu

kelompok teori yang tergolong teori struktiral ini adalah teori ketergantungan yang lahir dari 2

induk, yakni seorang ahli pemikiran liberal Raul Prebiesch dan teori-teori Marx tentang

imperialisme dan kolonialisme serta seorang pemikir marxis yang merevisi pandangan marxis

tentang cara produksi Asia yaitu, Paul Baran.

1.Raul Prebisch : industri substitusi import. Menurutnya negara-negara terbelakang harus

melakukan industrialisasi yang dimulai dari industri substitusi impor.

Page 2: teori ketergantungan

2.Perdebatan tentang imperialisme dan kolonialisme. Hal ini muncul untuk menjawab pertanyaan

tentang alasan apa bangsa-bangsa Eropa melakukan ekspansi dan menguasai negara-negara lain

secara politisi dan ekonomis. Ada tiga teori:

a.Teori God:adanya misi menyebarkan agama.

b.Teori Glory:kehausan akan kekuasaan dan kebesaran.

c.Teori Gospel:motivasi demi keuntungan ekonomi.

3.Paul Baran: sentuhan yang mematikan dan kretinisme. Baginya perkembangan kapitalisme di

negara-negara pinggiran beda dengan kapitalisme di negara-negara pusat. Di negara pinggiran,

system kapitalisme seperti terkena penyakit kretinisme yang membuat orang tetap kerdil.

Ada 2 tokoh yang membahas dan menjabarkan pemikirannya sebagai kelanjutan dari tokoh-

tokoh di atas, yakni:

1.Andre Guner Frank : pembangunan keterbelakangan. Bagi Frank keterbelakangan hanya dapat

diatasi dengan revolusi, yakni revolusi yang melahirkan sistem sosialis.

2.Theotonia De Santos : Membantah Frank. Menurutnya ada 3 bentuk ketergantungan, yakni :

a.Ketergantungan Kolonial: hubungan antar penjajah dan penduduk setempat bersifat

eksploitatif.

b.Ketergantungan Finansial- Industri: pengendalian dilakukan melalui kekuasaan ekonomi dalam

bentuk kekuasaan financial-industri.

c.Ketergantungan Teknologis-Industrial: penguasaan terhadap surplus industri dilakukan melalui

monopoli teknologi industri.

Ada 6 inti pembahasan teori ketergantungan:

1.Pendekatan keseluruhan melalui pendekatan kasus.

Gejala ketergantungan dianalisis dengan pendekatan keseluruhan yang memberi tekanan pada

sisitem dunia. Ketergantungan adalah akibat proses kapitalisme global, dimana negara pinggiran

Page 3: teori ketergantungan

hanya sebagai pelengkap. Keseluruhan dinamika dan mekanisme kapitalis dunia menjadi

perhatian pendekatan ini.

2.Pakar eksternal melawan internal.

Para pengikut teori ketergantungan tidak sependapat dalam penekanan terhadap dua faktor ini,

ada yang beranggapan bahwa faktor eksternal lebih ditekankan, seperti Frank Des Santos.

Sebaliknya ada yang menekan factor internal yang mempengaruhi/ menyebabkan

ketergantungan, seperti Cordosa dan Faletto.

3.Analisis ekonomi melawan analisi sosiopolitik

Raul Plebiech memulainya dengan memakai analisis ekonomi dan penyelesaian yang

ditawarkanya juga bersifat ekonomi. AG Frank seorang ekonom, dalam analisisnya memakai

disiplin ilmu sosial lainya, terutama sosiologi dan politik. Dengan demikian teori ketergantungan

dimulai sebagai masalah ekonomi kemudian berkembang menjadi analisis sosial politik dimana

analisis ekonomi hanya merupakan bagian dan pendekatan yang multi dan interdisipliner analisis

sosiopolitik menekankan analisa kelas, kelompok sosial dan peran pemerintah di negara

pinggiran.

4. Salah satu kelompok penganut ketergantungan sangat menekankan analisis tentang hubungan

negara-negara pusat dengan pinggiran ini merupakan analisis yang memakai kontradiksi

regional. Tokohnya adalah AG Frank. Sedangkan kelompok lainya menekankan analisis klas,

seperti Cardoso.

5.Keterbelakangan melawan pembangunan. Teori ketergantungan sering disamakan dengan teori

tentang keterbelakangan dunia ketiga. Seperti dinyatakan oleh Frank. Para pemikir teori

ketergantungan yang lain seperti Dos Santos, Cardoso, Evans menyatakan bahwa ketergantungan

dan pembangunan bisa berjalan seiring. Yang perlu dijelaskan adalah sebab, sifat dan

keterbatasan dari pembangunan yang terjadi dalam konteks ketergantungan.

6.Voluntarisme melawan determinisme Penganut marxis klasik melihat perkembangan sejarah

sebagai suatu yang deterministic. Masyarakat akan berkembang sesuai tahapan dari feodalisme

Page 4: teori ketergantungan

ke kapitalisme dan akan kepada sosialisme. Penganut Neo Marxis seperti Frank kemudian

mengubahnya melalui teori ketergantungan. Menurutnya kapitalisme negara-negara pusat

berbeda dengan kapitalisme negara pinggiran. Kapitalisme negara pinggiran adalah

keterbelakangan karena itu perlu di ubah menjadi negara sosialis melalui sebuah revolusi. Dalam

hal ini Frank adalah penganut teori voluntaristik. [C 2002)

Page 5: teori ketergantungan

Teori dependensi merupakan analisis tandingan terhadap teori modernisasi. Teori ini didasari

fakta lambatnya pembangunan dan adanya ketergantungan dari negara dunia ketiga, khususnya

di Amerika Latin. Teori dependensi memiliki saran yang radikal,  karena teori ini berada dalam

paradigma neo-Marxis. Sikap radikal ini analog dengan perkiraan Marx tentang akan adanya

pemberontakan  kaum buruh terhadap kaum majikan dalam industri yang bersistem kapitalisme.

Analisis Marxis terhadap teori dependensi ini secara umum tampak hanya mengangkat

analisanya dari permasalahan tataran individual majikan-buruh ke tingkat antar negara. Sehingga

negara pusat dapat dianggap kelas majikan, dan  negara dunia ketiga sebagai buruhnya.

Sebagaimana buruh,  ia juga menyarankan,  negara pinggiran mestinya menuntut hubungan yang

seimbang dengan negara maju yang selama ini telah memperoleh surplus lebih banyak (konsep

sosialisme). Analisis Neo-Marxis yang digunakannya memiliki sudut pandang dari negara

pinggiran.

 

Marx mengungkapkan kegagalan kapitalisme dalam membawa kesejahteraan bagi masyarakat

namun sebaliknya membawa kesengsaraan. Penyebab kegagalan kapitalisme adalah penguasaan

akses terhadap sumberdaya dan faktor produksi menyebabkan eksploitas terhadap kaum buruh

yang tidak memiliki akses. Eksploitasi ini harus dihentikan melalui proses kesadaran kelas dan

perjuangan merebut akses sumberdaya dan faktor produksi untuk menuju tatanan masyarakat

tanpa kelas.

Pendekatan Historis Struktural

 

            Perspektif dependensi muncul setelah perspektif modernisasi diterapkan di banyak negara

terbelakang. Pengamatan yang dilakukan oleh ahli sejarah telah memberikan gambaran serta

dukungan bukti empirik terhadap kegagalan modernisasi. Sebagai sebuah kritik, dependensi

Page 6: teori ketergantungan

harus dapat menguraikan kelemahan-kelemahan dari modernisasi dan mengeluarkan pendapat

baru yang mampu menutup kelemahan tersebut.

 

            Penggunaan metode hidtoris struktural telah memberikan bukti empirik yang sangat

cukup untuk memberikan kritik terhadap modernisasi. Sebagai sebuah proses perubahan sosial

yang memakan waktu sangat lama, pembangunan erat kaitannya dengan sejarah perkembangan

suatu negara. Oleh karena itu tidak salah apabila Frank menyatakan bahwa perkembangan

ekonomi negara saat ini tidak lepas dari begaimana keadaan sejarah ekonomi, politik dan

sosialnya di masa lalu.

Asumsi serta Tesis dari Frank dan Santos

 

            Asumsi dasar teori ketergantungan ini menganggap ketergantungan sebagai gejala yang

sangat umum ditemui pada negara-negara dunia ketiga, disebabkan faktor eksternal, lebih

sebagai masalah ekonomi dan polarisasi regional ekonomi global (Barat dan Non Barat, atau

industri dan negara ketiga), dan kondisi ketergantungan adalah anti pembangunan atau tak akan

pernah melahirkan pembangunan. Terbelakang adalah label untuk negara dengan kondisi

teknologi dan ekonomi yang rendah diukur dari sistem kapitalis.

 

            Terdapat beberapa asumsi dasar dalam perspektif dependensi yang disampaikan oleh

beberapa ahli. Frank menyatakan bahwa pemahaman terhadap sejarah ekonomi, sosial dan

politik menjadi suatu hal yang penting dalam menentukan kebijakan pembangunan pada suatu

negara. Karakteristik suatu negara yang khas dapat dikaji dari perspektif historis. Pendekatan

pembangunan yang dilakukan oleh negara terbelakang saat ini sebenarnya merupakan hasil

pengalaman sejarah negara maju yang kapitalis seperti negara-negara Eropa dan Amerika Utara.

Terdapat perbedaan sejarah yang sangat mendasar antara negara maju dan negara bekas koloni

atau daerah jajahan sehingga menyebabkan struktur sosial masyarakatnya berbeda. Frank juga

Page 7: teori ketergantungan

menganggap adanya kegagalan penelitian sejarah dalam menganalisis hubungan ekonomi yang

terjadi antara negara penjajah dan negara jajahannya selama masa perdagangan dan

imperialisme. Pembangunan ekonomi merupakan sebuah perjalanan menuju sistem ekonomi

kapitalisme yang terdiri dari beberapa tahap. Saat ini negara terbelakang masih berada pada awal

tahapan tersebut.

 

            Frank menyajikan lima tesis tentang dependensi, yaitu :

 

1.      Terdapat kesenjangan pembangunan antara negara pusat dan satelitnya, pembangunan pada

negara satelit dibatasi oleh status negara satelit tersebut.

 

2.      Kemampuan negara satelit dalam pembangunan ekonomi terutama pembangunan industri

kapitalis meningkat pada saat ikatan terhadap negara pusat sedang melemah. Pendapat ini

merupakan antitesis dari modernisasi yang menyatakan bahwa kemajuan negara dunia ketiga

hanya dapat dilakukan dengan hubungan dan difusi dengan negara maju. Tesis ini dapat

dijelaskan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu “isolasi temporer” yang disebabkan oleh

krisis perang atau melemahnya ekonomi dan politik negara pusat. Frank megajukan bukti

empirik untuk mendukung tesisnya ini yaitu pada saat Spanyol mengalami kemunduran ekonomi

pada abad 17, perang Napoleon, perang dunia pertama, kemunduran ekonomi pada tahun 1930

dan perang dunia kedua telah menyebabkan pembangunan industri yang pesat di Argentina,

Meksiko, Brasil dan Chili. Pengertian isolasi yang kedua adalah isolasi secara geografis dan

ekonomi yang menyebabkan ikatan antara “pusat-satelit” menjadi melemah dan kurang dapat

menyatukan diri pada sistem perdagangan dan ekonomi kapitalis.

 

3.      Negara yang terbelakang dan terlihat feodal saat ini merupakan negara yang memiliki

kedekatan ikatan dengan negara pusat pada masa lalu. Frank menjelaskan bahwa pada negara

Page 8: teori ketergantungan

satelit yang memiliki hubungan sangat erat telah menjadi “sapi perah” bagi negara pusat. Negara

satelit tersebut hanya sebatas sebagai penghasil produk primer yang sangat dibutuhkan sebagai

modal dalam sebuah industri kapitalis di negara pusat.

 

4.      Kemunculan perkebunan besar di negara satelit sebagai usaha pemenuhan kebutuhan dan

peningkatan keuntungan ekonomi negara pusat. Perkebunan yang dirintis oleh negara pusat ini

menjadi cikal bakal munculnya industri kapitalis yang sangat besar yang berdampak pada

eksploitasi lahan, sumberdaya alam dan tenaga kerja negara satelit.

 

5.      Eksploitasi yang menjadi ciri khas kapitalisme menyebabkan menurunnya kemampuan

berproduksi pertanian di negara satelit. Ciri pertanian subsisten pada negara terbelakang menjadi

hilang dan diganti menjadi pertanian yang kapitalis.

 

Pendapat yang disampaikan Frank sangat kental dengan nuansa pemikiran Marx tentang

kapitalisme dan eksploitasi. Frank memperkuat semua pendapatnya dengan menggunakan bukti-

bukti empirik dan menggunakan metode historis struktural. Bukti empirik yang dikumpulkan

Frank merupakan hasil penelitian sejarah perkembangan sosial dan ekonomi negara-negara

Amerika Latin.

 

Santos mengamsusikan bahwa bentuk dasar ekonomi dunia memiliki aturan-aturan

perkembangannya sendiri, tipe hubungan ekonomi yang dominan di negara pusat adalah

kapitalisme sehingga menyebabkan timbulnya saha melakukan ekspansi keluar dan tipe

hubungan ekonomi pada negara periferi merupakan bentuk ketergantungan yang dihasilkan oleh

ekspansi kapitalisme oleh negara pusat. Santos menjelaskan bagaimana timbulnya kapitalisme

yang dapat menguasai sistem ekonomi dunia. Keterbatasan sumber daya pada negara maju

mendorong mereka untuk melakukan ekspansi besar-besaran pada negara miskin. Pola yang

Page 9: teori ketergantungan

dilakukan memberikan dampak negatif berupa adanya ketergantungan yang dialami oleh negara

miskin. Negara miskin akan selalu menjadi negara yang terbelakang dalam pembangunan karena

tidak dapat mandiri serta selalu tergantung dengan negara maju. Negara maju identik menjadi

negara pusat, sedangkan negara miskin  menjadi satelitnya. Konsep ini lebih dikenal dengan

istilah “pusat - periferi”.

 

Tesis yang diajukan oleh santos adalah pembagian ketergantungan menjadi tiga jenis yaitu

ketergantungan kolonial, ketergantungan industri keuangan dan ketergantungan teknologi

industri. Ketergantungan kolonial merupakan bentuk ketergantungan yang dialami oleh negara

jajahan. Ketergantungan kolonial merupakan bentuk ketergantungan yang paling awal dan

hingga kini telah dihapuskan. Pada ketergantungan kolonial, negara dominan, yang bekerja sama

dengan elit negara tergantung,  memonopoli pemilikan tanah, pertambangan, tenaga kerja, serta

ekspor barang galian dan hasil bumi dari negara jajahan.

 

Sementara itu, jenis ketergantungan industri keuangan yang lahir pada akhir abad 19, maka

ekonomi negara tergantung lebih terpusat pada ekspor bahan mentah dan produk pertanian.

Ekspor bahan mentah menyebabkan terkurasnya sumber daya negara, sementara nilai tambah

yang diperoleh kecil. Sumbangan pemikiran Santos terhadap teori dependensi sebenarnya berada

pada bentuk ketergantungan teknologi industri. Dampak dari ketergantungan ini terhadap dunia

ketiga adalah ketimpangan pembangunan, ketimpangan kekayaan, eksploitasi tenaga kerja, serta

terbatasnya perkembangan pasar domestik negara dunia ketiga itu sendiri.

Sumbangan Cardoso, Galtung, Frank dan Roxbourgh

 

            Roxborough sebagai tokoh dependensi, menjelaskan bahwa pengaruh kapitalisme

terhadap perubahan struktur sosial pedesaan akan lebih baik bila menggunakan analisa kelas.

Page 10: teori ketergantungan

Eksistensi kapitalisme sangat terkait dengan peran  kelas. Penjelasan Lenin tentang dua jalur

penetrasi kapitalisme tersebut memberi hasil yang hampir sama, yaitu diferensiasi yang menjurus

ke arah polarisasi pemilikan lahan dan ekonomi.

 

            Struktur ketergantungan secara bertingkat mulai dari negara pusat  sampai periferi

disampaikan oleh Galtung. Imprealisme ditandai satu jalur kuat antara pusat di pusat dengan

pusat di periferi (CC-CP). Ditambahkan Frank, bahwa daerah desa yang terbelakang akan

menjadi penghalang untuk maju bagi negara bersangkutan. Struktur kapitalisme juga dapat

dikaitkan dengan Cardoso tentang dependensi ekonomi. Ketergantungan ekonomi terjadi melalui

perbedaan  produk dan kebijakan hutang yang menyebabkan eksploitasi finansial.

Imperialisme dan Ketergantungan

 

            Modernisasi yang disampaikan oleh negara dunia pertama tak ubahnya seperti

imperialisme yang mereka lakukan pada waktu lampau. Menurut Roxborough, teori imprealisme

memberikan perhatian utama pada ekspansi dan dominasi kekuatan imperealis. Imperealis yang

ada pada abad 20 pertama-tama melakukan ekspansi cara produksi kapitalis ke dalam cara

produksi kapitalis. Tujuan ekspansi tersebut ke negara ketiga pada mulanya hanyalah untuk

meluaskan pasar produknya yang sudah jenuh dalam negeri sendiri, serta untuk pemenuhan

bahan baku. Namun, pada pekembangan lebih jauh, ekspansi kapitalis ini adalah berupa cara-

cara produksi, sampai pada struktur ekonomi, dan bahkan idelologi.

 

 

 

 

Page 11: teori ketergantungan

eori Dependensi

1. Sejarah Perkembangan Teori Dependensi.

Pendekatan teori dependensi pertama kali muncul di Amerika Latin. Pada awal kelahirannya,

teori ini lebih merupakan jawaban atas kegagalan program yang telah dijalankan oleh Komisi

Ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Amerika Latin. (United Nation Economic

Commission for Latin Amerika)ECLA?KEPBBAL) pada masa awal tahun 1960-an. Pada tahun

1950-an banyak pemerintahan di Amerika Latin, yang dikenal cukup “populis”, mencoba untuk

menerapkan strategi pembangunan dari KEPBBAL yang menitik beratkan pada proses

industrialisasi melalui program industrialisasi subsitusi impor (ISI). Dari padanya diharapkan

akan memberikan keberhasilanyang berkelanjutan untuk pertumbuhan ekonomi sekaligus

pemerataan hasil pembangunan, peningkatan kesejahtaraan rakyat, dan pada akhirnya akan

memberikan suasana yang mendorong pembangunan politik yang lebih demokratis. Yang terjadi

adalah sebaliknya, ekspansi ekonomi amat singkat, dan segera berubah menjadi stagnasi

ekonomi.

Disamping itu, lahirnya teori dependensi ini juga dipengaruhi dan merupakan jawaban atas krisis

teori Marxis ortodoks di Amerika Latin. Menurut pandangan Marxis ortodoks, Amerika Latin

harus mempunyai tahapan revolusi industri “borjuis” sebelum melampaui revolusi sosialis

proletar. Namun demikian Revolusi Repuplik Rakyat Cina (RRC) tahun 1949 dan revolusi Kuba

pada akhir tahun 1950-an mengajarkan pada kaum cendikiawan, bahwa negara dunia ketiga tidak

harus mengikuti tahapan-tahapan perkembangan tersebut. Tertarik pada model pembanguan

RRC dan Kuba, banyak intelektual radikal di Amerika Latin berpendapat, bahwa negara-negara

Amerika Latin dapat saja langsung menuju dan berada pada tahapan revolusi sosialis.

2. Asumsi dasar teori dependensi klasik.

v Keadaan ketergantungan dilihat dari satu gejala yang sangat umum, berlaku bagi seluruh

negara dunia ketiga. Teori dependensi berusaha menggambarkan watak-watak umum

keadaan ketergantungan di Dunia Ketiga sepanjang perkembangan kapitalisme dari

Abad ke-16 sampai sekarang.

Page 12: teori ketergantungan

v Ketergantungan dilihat sebagai kondisi yang diakibatkan oleh “faktor luar”, sebab

terpenting yang menghambat pembangunan karenanya tidak terletak pada persoalan

kekurangan modal atau kekurangan tenaga dan semangat wiraswasta, melainkan terletak

pada diluar jangkauan politik ekonomi dalam negeri suatu negara. Warisan sejarah

kolonial dan pembagian kerja internasional yang timpang bertanggung jawab terhadap

kemandekan pembangunan negara Dunia Ketiga.

v Permasalahan ketergantungan lebih dilihatnya sebagai masalah ekonomi, yang terjadi

akibat mengalir surplus ekonomi dari negara Dunia Ketiga ke negara maju. Ini

diperburuk lagi kerena negara Dunia Ketiga mengalami kemerosotan nilai tukar

perdagangan relatifnya.

v Situasi ketergantungan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses polarisasi

regional ekonomi global. Disatu pihak, mengalirnya surplus ekonomi dari Dunia Ketiga

menyebabkan keterbalakangannya, satu faktor yang mendorong lajunya pembangunan

dinegara maju.

v Keadaan ketergantungan dilihatnya sebagai suatu hal yang mutlak bertolak belakang

dengan pembangunan. Bagi teori dependensi, pembangunan di negara pinggiran

mustahil terlaksana. Sekalipun sedikit perkembangan dapat saja terjadi dinegara

pinggiran ketika misalnya sedang terjadi depresi ekonomi dunia atau perang dunia. Teori

dependensi berkeyakinan bahwa pembangunan yang otonom dan berkelanjutan hampir

dapat dikatakan tidak mungkin dalam situasi yang terus menerus terjadi pemindahan

surplus ekonomi ke negara maju.

3. Warisan pemikiran

a. KEPBBAL

Proses perumusan kerangka teori dari perspektif dependensi, yang pada mulanya merupakan

paradigma pembangunan yang khas di Amerika Latin, berkaitan erat dengan KEPBBAL.

Dengan apa yang dikenal sebagai “Manifesto KEPBBAL”, Prebisch ketua KEPBBAL,

memberikan kritik tentang keusangan konsep pembagian kerja internasional (international

Page 13: teori ketergantungan

division of labour/IDL). Menurut skema IDL, Amerika Latin akan memperoleh banyak

keuntungan apabila di satu pihak, ia lebih memfokuskan pada upaya memproduksi bahan

pangan dan bahan mentah yang diperlukan oleh negara-negara industri. Dilain pihak, negara-

negara industrri tersebut menyediakan keperluan barang-barang industri yang dibutuhkan

Amerika Latin (tentu juga kebutuhan barang industri negara pinggiran yang lain). Pada garis

besarnya, Prebisch mengajukan gagasan dasar bahwa pembagian kerja internasional yang

hanya menguntungkan negara industri harus dihentikan, dan Amerika Latin harus melakukan

pembangunan industri untuk menjamin kebutuhan dalam negeri, disamping tetap

memperhatikan dan menjaga, paling tidak untuk sementara, kemampuan ekspor bahan

pangan dan bahan mentahnya.

Proses industrialisasi hendaknya dipercepat dengan cara memproduksi sendiri kebutuhan barang-

barang dalam negeri untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan sama sekali beban

penyediaan devisa negara yang selama ini diperlukan untuk membayar impor barang-barang

tersebut. Pada permulaannya, indusrei dala negeri harus dilindungi dan persaingan bebas

barang-barang luar negeri dengan penetapan tarif barang impor yang tinggi dengan cara

lainnya, tetapi jika kemampuannya bersaing telah meningkat dan dianggap sepadan, industri

dalam negeri harus mampu bersaing tanpa adanya proteksi.

Sejak awal garis kebijaksanaan KEPPBBAL ini diterima dengan tidak antusias oleh

Pemerintah Amerika Latin. Keengganan ini merupakan salah satu sebab mengapa

KEPBBAL tidak mampu merealisasikan beberapa gagasan lainnya yang lebih radikal,

diantaranya termasuk program pembagian tanah. Sayang program KEPBBAL ini tidak

berhasil. Stagnasi ekonomi dan represi politik muncul dipermukaan pada tahun 1960-an.

Dalam hal ini ditunjuk dan dijelaskan berbagai kelemahan dan kebijaksanaan industralisasi

subsitusi impor (ISI) yang dijalankan oleh Amerika Latin. Daya beli masyarakat terbatas

pada kelas sosial tertentu, pada pasar domestik ternyata tidak menunjukkan gejala ekspansi

setelah kebutuhan barang dalam negeri tersedia. Ketergantungan terhadap impor hanya

sekedar beralih dari barang-barang konsumsi ke barang-barang modal. Barang-barang ekspor

konvensional tidak terperhatikan dalam suasana hiruk pikuk industrialisasi. Akibatnya adalah

timbulnya masalah-masalah yang akut pada neraca pembayaran, yang muncul hampir

Page 14: teori ketergantungan

bersamaan waktunya, disatu negara diikuti segera oleh negar yang lain. Optimisme

pertumbuhan berganti depresi yang mendalam.

b. Neo-Marxisme

Teori dependensi juga memiliki warisan pemikiran dari neo-marxisme. Keberhasilan

Revolusi RRC dan Kuba telah membantu tersebarnya perpaduan baru pemikiran-pemikiran

Marxisme di universitas-universitas di Amerika Latin, yang kemudian menyebabkan lahirnya

generasi baru, yang dengan lantang menyebut dirinya sendi dengan “Neo-Marxists”. Menutur

Foster-Carter, neo-marxisme berbeda dengan Marxis ortodoks dalam beberapa hal sebagai

berikut:

Ø Marxis ortodoks melihat imperialisme dari sudut pandang negara-negara utama (core

countries), sebagai tahapan lebih lanjut dari perkembangan kapitalisme di Eropa Barat,

yakni kapitalisme monopolistic, neo-marxisme melihat imperialisme dari sudut pandang

negara pinggiran, dengan lebih memberikan perhatian pada akibat imperilalisme pada

negara-negar dunia ketiga.

Ø Marxis ortodoks cenderung berpendapat tentang tetap perlu berlakunya pelaksanaan dua

tahapan revolusi. Revolusi borjuis harus terjadi lebih dahulu sebelum revolusi sosialis.

Marxis ortodoks percaya bahwa borjuis progresif akan terus melaksanakan revolusi

borjuis yang tengah sedang berlangsung dinegara Dunia Ketiga dan hal ini merupakan

kondisi awal yang diperlukan untuk terciptanya revolusi sosialis dikemudian hari. Dalam

hal ini neo Marxisme percaya, bahwa negara Dunia Ketiga telah matang untuk

melakukan revolusi sosialis.

Terakhir, jika revolusi soaialis terjadi, Marxisme ortodoks lebih suka pada pilihan

percaya, bahwa revolusi itu dilakukan oleh kaum proletar industri di perkotaan. Dipihak lain,

neo-Marxisme lebih tertarik pada arah revolusi Cina dan Kuba. Ia berharap banyak pada

kekuatan revolusioner dari para petani di pedesaan dan perang gerilya tentara rakyat.

Page 15: teori ketergantungan

4. Implikasi kebijiaksanaan teori dependensi klasik

Secara filosofis, teori dependensi menghendaki untuk meninjau kembali pengertian

“pembangunan”. Pembangunan tidak harus dan tidak tepat untuk diartikan sebagai sekedar

proses industrialisasi, peningkatan keluaran (output), dan peningkatan produktivitas. Bagi

teori dependensi, pembangunan lebih tepat diartikan sebagai peningkatan standar hidup bagi

setiap penduduk dinegara Dunia Ketiga. Dengan kata lain, pembangunan tidak sekedar

pelaksanaan program yang melayani kepentingan elite dan penduduk perkotaan, tetapi lebih

merupakan program yang dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk

pedesaan, para pencari kerja, dan sebagian besar kelas sosial lain yang dalam posisi

memerlukan bantuan. Setiap program pembangunan yang hanya menguntungkan sebagian

kecil masyarakat dan membebani mayoritas masyarakat tidaklah dapat dikatakan sebagai

program pembangunan sebenarnya.

5. Perbandingan teori modernisasi dengan teori dependensi

Kedua teori ini berbeda dalam memberikan jalan keluar persoalan keterbalakangan negara

Dunia Ketiga. Teori modernisasi menganjurkan untuk lebih memperat keterkaitan negara

berkembang dengan negara maju melalui bantuan modal, peralihan teknologi, pertukaran

budaya dan lain sebagainya. Dalam hal ini, teori dependensi memberikan anjuran yang sama

sekali berbeda, yakni berupaya secara terus menerus untuk mengurangi keterkaitannya

negara pinggiran dengan negara sentral, sehingga memungkinkan tercapainya pembangunan

yang dinamis dan otonom, sekalipun proses dan pencapaian tujuan ini mungkin memerlukan

revolusi sosialis.

Elemen perbandingan Teori modernisasi klasik Teori dependensi klasik

1.Persamaan fokus

perhatian (keprihatinan).

· Pembangunan dunia

ketiga.

o Sama.

2.Metode. · Sangat abstrak.

· Perumusan model-model.

o Sama.

o Sama.

3.Dwi-kutub · Tradisional dan modern. o Sentral (metropolis).

Page 16: teori ketergantungan

struktur ekonomi.

· (maju).

o Pinggiran (satelit).

4.Perbedaan

warisan teoritis.

· Teori evolusi.

· Teori fungsionalisme.

o Program KEPBBAL.

o Marxis ortodoks.

5.Hubungan internasional. · Saling menguntungkan. o Merugikan negara dunia

ketiga.

6.Masa depan

dunia ketiga.

· Optimis. o Pesimis.

7.Kebijaksanaan

pembangunan

(pemecahan masalah).

· Lebih mendekatkan

keterkaitan negara

maju.

o Mengurangi keterkaitan

dengan negara sentral

revolusi sosialis.

6. Hasil kajian teori dependensi klasik.

a. Tenaga teori depandensi klasik

Ketergantungan dan keterbelakangan Indonesia mencerminkan kerakteristik yang khas teori

dependensi dalam usahanya menguji persoalan pembangunan Dunia Ketiga. Dari padanya

diharapkan dapat dilihat secara lebih jelas dan karena itu dapat dicari kekuatan teori

dependensi dalam mengarahkan pola pikir peneliti, para perencana kebijaksanaan, dan

pengambil keputusan untuk mengikuti tesis-tesis yang diajukan. Dalam hal ini teori

dependensi dibanding dengan dua pendekatan pokok yang lain. Namun lebih ditujukan untuk

menggali sejauh mana tenaga yang dimiliki teori dependensi dalam mempengaruhi peta

pemikiran persoalan pembangunan.

Nampaknya ketiga hasil kajian tersebut memiliki asumsi yang sama, yakni ketergantungan

pembangunan yang terjagi di negara-negara tersebut disebabkan oleh faktor luar, yang tidak

berada didalam jangkauan pengendaliannya, yang pada akhirnya posisi ketergantungan ini

akan membawa akibat jauh berupa keterbelakangan pembangunan ekonomi.

b. Ketergantungan dan faktor luar.

Page 17: teori ketergantungan

Tenaga inti yang dimiliki oleh teori dependensi klasik dapat diketahui dari kemampuannya

untuk mengarahkan peneliti dan pengambil keputusan untuk menguji sejauh mana dominasi

asing telah secara signifikan mempengaruhi roda pembangunan nasional.

c. Ketergantungan ekonomi.

Dengan merumuskan ketergantungan sebagai akibat dari adanya ketimpangan nilai tukar

barang dalam transaksi ekonomi, teori dependensi telah mampu mengarahkan para

pengikutnya untuk lebih memperhatikan dimensi ekonomi dari situasi ketergantungan.

Dalam hal ini, sekalipun teori dependensi sama sekali tidak mengesampingkan dimensi

politik dan budaya, persoalan ini hanya dilihat sebagai akibat lanjutan dari dimensi ekonomi.

d. Ketergantungan dan pembangunan.

Teori dependensi klasik hampir secara ”sempurna” menguraikan akibat negatif yang harus

dialami negara Dunia Ketiga sebagai akibat situasi ketergantungannya. Bahkan terkadang

tarasa agak berlebihan, ketika teori dependensi menyebutkan bahwa hanya dengan

menghilangkan sama sekali situasi ketergantungan, negara Dunia Ketiga baru akan mampu

mencapai pembangunan ekonomi.

e. Kritik terhadap teori dependensi.

Sejak tahun 1970-an, teori dependensi klasik telah demikian banyak menerima kritik. Pada

dasarnya kritik yang mereka ajukan mendasarkan diri pada ketidakpuasan mereka terhadap

metode kajian, konsep, dan sekaligus implikasi kebijaksanaan yang selama ini dimiliki oleh

teori dependensi klasik.

f. Metode pengkajian.

Teori dependensi menuduh ajaran teori modernisasi tidak hanya sekedar pola pikir yang

memberikan pembenaran ilmiah dari ideologi negara-negara barat untuk mengeksploitasi

negara dunia ketiga. Dalam menanggapai kritik ini, teori modernisasi membalas dengan tidak

kalah garangnya, dengan menunjuk bahwa teori dependensi hanya merupakan alat

Page 18: teori ketergantungan

propaganda politik dari ideologi revolusioner Marxisme. Baginya, teori dependensi bukan

merupakan karya ilmiah, melainkan lebih merupakan pamflet politik

g. Kategori teoritis.

Teori dependensi menyatakan, bahwa situasi ketergantungan yang terjadi di Dunia Ketiga

lahir sebagai akibat desakan faktor eksternal. Disinilah para penganut pola pikir neo-

Marxisme mengarahkan kritiknya. Mereka menuduh, bahwa teori dependensi secara

berlebihan menekankan pentingnya pengaruh faktor eksternal, dengan hampir melupakan

sama sekali dinamika internal, seperti misalnya peranan kelas sosial dan negara.

h. Implikasi kebijaksanaan.

Sejak dari awal penjelasannya, teori dependensi telah secara tegas dan detail menguraikan

akibat buruk dari kolonialisme dan pembagian kerja internasional. Teori ini berpendapat,

selama hubungan pertukaran yang tidak berimbang ini tetap bertahan sebagai landasan

hubungan internasional, maka ketergantungan negara dunia ketiga tetap tak terselesaikan.

Oleh karena itu, teori dependensi mengajukan usulan yang radikal untuk mengubah situasi

ketimpangan ini, yakni dengan revolusi sosialis.

Teori dependensi baru

a. Fase ketergantungan dinamis.

Pada masa krisis moneter dan krisis kepercayaan melanda bumi Indonesia tercinta

banyak sekali permasalahan yang timbul akibat dari hal ini. Dampaknya dalam kehidupan

sehari-hari masyarakat adalah makin meningkatnya jumlah angka kemiskinan yang

seharusnya turun dengan adanya priogram-program yang dilaksanakan pemerintah bukan

menjadi semakin terpuruk.

Hal itupun dirasakan oleh pemerintah Indonesia sebagai masalah baru yang harus

diselesaikan secepatnya. Jika tidak kondisi atau keadaan akan semakin terpuruk dan akan

menimbulkan kekacauan, konflik, tIndak kriminal, dan lain sebagainya.

Page 19: teori ketergantungan

Pada awal-awal terjadinya krisis moneter pemerintah Indonesia sangat bergantung

sekali dengan pihak luar. Karena pemerintah harus membangun negara ini dari tahap yang

terkecil hingga tahap yang terbesar. Kebijakan pemerintah pada saat itu adaLah dengan

menerima bantuan dana dari IMF (International Monetary Foundation) berupa bantuan

pinjaman dana yang harus dikembalikan pada waktu yang telah ditentukan sesuai dengan

kesepakatan yang telah dibuat.

Setelah krisis moneter telah berlalu yang ditandai dengan membaiknya kondisi

ekonomi dan segala aspek kegiatan di segala bidang serta hutang bantuan dana yang telah

dilunasi, negara ini tetap masih mengantungkan perputaran roda pemerintahan ini kepada

negara-negara luar. Hal ini dapat dilihat dengan masih banyaknya investor asing yang

menduduki peringkat atas dalam pemegang kekuasaan di industri-industri. Saham-saham

yang dimiliki indonesia pun ada sebagian dijual kepiha asing misalnya, Indosat, HM

Sampoerna, dan lain-lainnya. Hal ini, dapat membuktikan bahwa perekonomian negara ini

masih bergantung dengan negara-negara asing, dalam ini mengenai penanaman dana investor

untuk industri-industri di Indonesia, yang berakibat pemerintah Indonesia sangat sulit lepas

dari ketergantungan.

b. Kekuatan teori dependensi baru

Teori dependensi baru telah mengubah berbagai asumsi dasar yang dimilki oleh teori

dependensi klasik. Teori ini tidak lagi menganggap situasi ketergantungan sebagai suatu

keadaan yang berlaku umum dan memilki karakteristik yang serupa tanpa mengenal batas

ruang dan waktu. Situasi ketergantungan juga tidak lagi semata disebabkan oleh faktor

eksternal, lebih dari itu, teori dependensi baru ini tidak memberlakukan lagi situasi

ketergantungan sebagai persoalan ekonomi yang akan mengakibatkan adanya polarisasi

regional dan keterbelakangan, ketergantungan, menurut teori yang telah diperbaharui ini,

lebih dikonsepkan sebagai sesuatu yang memiliki batas ruang dan waktu yang karenanya

selalu memiliki ciri yang unik. Dengan kata lain, situasi ketergantungan merupakan situasi

yang memiliki kesejarahan yang spesifik. Lebih dari itu, faktor internal memilki andil

lahirnya suasana ketergantungan, dan karenanya ketergantungan juga merupakan persoalan

politik sosial.

Page 20: teori ketergantungan

Dengan perubahan pendekatan seperti yang telah diuraikan, tidak heran jika teori

dependensi baru ini telah melahirkan berbagai ketegori ilmiah baru yang sebelumnya tidak

dimiliki oleh teori dependensi klasik seperti misalnya adalah ”pembangunan yang

bergantung”, ”negara birokratik otoriter”, ”aliansi tiga kelompok” dan ”pembangunan yang

dinamis”. Sebagai akibatnya, pengartian-pengartian baru ini telah mampu membantu

membuka jendela untuk melihat persoalan baru, atau paling tidak dengan pisau analisa baru,

yang pada gilirannya telah menghasilkan tidak sedikitnya karya penelitian baru yang menguji

secra lebih teliti persoalan pembangunan dan ketergantungan di negara dunia ketiga.

Teori dependensi klasik Teori dependensi baru

1.Persamaan

pokok perhatian

· Negara dunia ketiga o Sama

2.Level analisa · Nasional o Sama

3.Konsep pokok implikasi · Sentral-pinggiran

· Ketergantungan

o Sama

4.Kebijaksanaan · Ketergantungan bertolak-

belakang dengan

pembangunan

o Sama

5.Perbedaan

metode

· Abstrak pola umum

· ketergantungan

o Historis-struktural

situasi konkrit

ketergantungan

6.Faktor pokok · Eksternal kolonialisme

dan

ketidakseimbangan

nilai tukar

o Internal negara dan

konflik kelas

7.Ciri-ciri politik

ketergantungan

· Fenomena ekonomis o Fenomena sosial

8.Pembangunan dan

ketergantungan

· Bertolak-belakang

· Hanya menuju pada

o Koeksistensi:

o Pembangunan yang

Page 21: teori ketergantungan

keterbelakangan bergantung

Oktober 8, 2008 - Ditulis oleh prari007luck | Uncategorized | asumsi dasar, ECLA, KEPBBAL,

ketergantungan, Neo-Marxisme, prayit, sejarah perkembangan, teori depedensi, teori dependensi

bar

 

PERSPEKTIF DEPENDENSI

Bab IV

Teori Dependensi Klasik

Sejarah Lahirnya

Pendekatan dependensi pertama kali muncul di amerika latin. Pada awal kelahirannya, teori ini

lebih merupakan jawaban atas kegagalan program yang di jalankan oleh komisi ekonomi

perserikatan Bangsa-bangasa untuk amerika latin (KEPBBAL). Teori ini lebih menitikberatkan

pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan negara dunia ketiga. Dalam hal ini, dapat

dikatakan teori dependensi mewakili “suara negara-negara pinggiran” untuk menantang

hegemoni ekonomi, politik, budaya dan intelektual dari negara maju.

Secara ringkas , teori ini lahir sebagai paradigma baru ntuk memberikan jawaban atas kegagalan

program KEPBBAL, krisis teori marxis ortodoks, dan menurunnya kepercayaan terhadap teori

modernisasi di Amerika serikat.

Asumsi Dasar Teori Dependensi Klasik

Mirip dengan teori modernisasi, teori dependensi juga sangat bervariasi . para pendukung nya

berasal dari berbagai disiplin ilmu sosial, mereka mempelajari berbagai negara di ameika latin

maupun negara di belahan benua yang lain.para penganutaliran dependensi cenderung memiliki

asumsi dasar sebagai berikut:

1. keadaan ketegantungan dilihat sebagai suatu gejala yang sangat umum, berlaku bagi seluruh

negara Dunia ketiga.

2. Ketergantungan dilihat sebagai kondisi yang di akibatkan oleh faktor “luar”

Page 22: teori ketergantungan

3. permasalahan ketergantungan lebih dilihatnya sebagai masalah ekonomi, yang terjadi akibat

mengalirnya surplus ekonomi dari negara dunia ketiga ke negara maju

4. situasi ketergantungan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses polarisasi regional

ekonomi global

5. keadan ketergantungan dilihatnya sebagai suatu hal yang mutlak bertolak belakang dengan

pembangunan.

Implikasi kebijaksanaan Teori Dependensi Klasik Secra filosofis, teori dependensi

mengkehendaki untuk meninjau kembali pengertian “pembangunan”. Teori dependensi

menyadari sepenuhnya , bahwa para penguasa yang telah mapan, pemilik modal besar, petyani

kaya dan tuan rumah, para pemimpin organisasi keagamaan, pemimpin informal msayarakat,

serta para elit yang lain kemungkinan besar tidak akan menyetujui kebijaksanaan pembangunan

yang mencoba untuk memutuskan hubungan dengan negara majuyang selama ini telah terbina

dengan baik, sebagai akibat dari telah demikian erat keterkaitan kepentingan politik-ekonomi

mereka dengan kepentingan negara maju.

Perbandingan Teori Dependensi dan Teori Modernisasi

Pada bagian akhir bab ini akan dibahas kemungkinan persamaan dan perbedaan antara teori

dependensi klasik dengan teori modernisasi klasik. Dua teori ini juga sama-sama memiliki

perhatian yang sama yakni memempelajari persoalan-persoalan pembangunan dunia ketiga.

Disiamping kemiripanya, kedua teori ini juga memiliki perbedaan-yang bertolak belakang.

Teori modernisasi klasik sangat dipengaruhi oleh perkembangan teori evolusi eropa dan teori

struktural-fungsionalisme di amerika, sedangkan teori dependensi lebih dipengaruhi oleh

program liberal dan moderat dari KEPBBAL dan teori neo-marxis radikal.

Kedua teori ini juga berbeda dalam hal menjelaskan sebab keterbelakangan negara dunia ketiga.

Teori modernisasi lebih menekankan pada penjelasan “faktor dalam”, sedangkan teori

dependensi lebih menyebut kan “faktor luar”.

Bab V

Hasil Kajian Teori dependensi Klasik

Dalam bab ini akan disajikan tiga hasil kajian teori dependensi klasik, yaiu: hasil penelitian

Baran tentang kolonialisme di india, hasil penelitian Landsbergtentang munculnya imperialisme

Page 23: teori ketergantungan

baru di Asia timur, dan hasil kajian dari Sritua arief dan Adi sasono.Ketiga nya dianggap cukup

mewakili pemikiran-pemikiran teori dependensi klasik.

Baran: Kolonialisme di india

Menurutnya, india merupakan salah satu negara maju didunia pada abad ke-18.itu di karenakan

kondisi ekonomi india secara relatif sudah maju, dan usaha perdagangan, industri dan cara

berproduksinya tidak berbeda dengan yang ada di negara lain yang sudah maju.

Secara ringkas, Baran berpendaoat bahwa pemindahan surplus ekonomi dari india ke inggris,

kebijaksanaan deindustrialisasi india, dan pembanjiran barang produksi inggris ke india, serta

pemiskinan massal pedesaan india telah menjadi sebab dan sepenuhnya bertanggung jawab

terhadap keterbelakangan india.

Lsandberg: Tumbuhnya Imperialisasi Di Asia Timur

Dalam mengmati pelaksanaan dan hasil kebijaksanaan indusrialisasi dengan orintasi ekspor

(IOE) di korea, taiwan, singapura, dan hongkong, landsberg mengajukan pertanyaan tunggal

yakni apakah negara-negara ini akan atau harus dijadikan model pembangunan negara dunia

ketiga. Secara ringkas, Landsberg menyimpulkan bahwa sekalipun IOE “membantu tumbuhnya

undustri dan tersedianya lapangan kerja di dunia ketiga, strategi IOE tidak akan mampu

menumbuhkan tejadinya akumulasi modal dan pembangunan ekonomi yang mandiri dan

tangguh. Sritua Arief dan Adi Sasono: Ketergantungan dan Keterbelakangan Indonesia

Secara ringkas, setelah memperhatikan tolak ukur yang digunakan, Arief dan sasono

menyimpukan bahwa situasi ketergantungan dan keterbeakangan sebagian besar telah telah

terbukti dapat menerangkan dan menganalisis proses ekonomi indonesia, sebagai negara bekas

jajahan, dan sebagai suatu negara yang mengandung banyak unsur yang tidak Egalitarian

Page 24: teori ketergantungan

Teori Depedensia

Teori ini muncul di Amerika latin, yang menjadi kekuatan reaktif dari suatu kegagalan teori

moderenisasi dalam pembangunan yang sedang dijalankan, dalam konsp berfikir teori

ketergantungan, pembagian kerja secara internasional adalah yang menyebabkan

keteberlakangan negara-nagera pertanian.

Kemudian muncul pertanyaan mengapa pembagiana kerja internasional bila tiap-tiap negara

mempunyai sepesialisasi produksi sesuai keuntungan komparatif yang dimilikinya, ternyata tidak

menguntungkan semua negara ?

Teori moderenisasi menjawab masalah tersebut dengan kesalahan terletak pada negara-negara

tersebut yang melakukan moderenisasi dirinya, disini teori depedensi yang berlandaskan

sterukturalisme berpandapat bahwa kemiskinan yang terdapat dinegara dunia ketiga yang

mengkhususkan pada produksi pertanian adalah akibat setruktur perekonomian dunia yang

bersifat ekploitatif, dimana yang kuat melakukan ekploitasi terhadap yang lemah. Maka surplus

dari negara-negara dunia ketiga berpindah ke negara-negara maju.

Yang cukup menarik adalah dalam perkembangannya, teori ketergantungan ini justru menolak

teori maxsis klasik yang memuat asusmsi:

1. Nagara Dunia ketiga adalah negara yang tidak dinamis, yang memakai cara berproduksi orang

asia yang sangat berbeda dengan orang eropa yang mengahasikan modal kapitalisme.

2. Negara-negara duinia ketiga ini setelah berhubungan dengan sitem kapitalisme akan mengikuti

jejak negara-negara kapitalis yang telah maju. Di kalangan pemikir teori ketergantungan yang

berkembang lebih lanjut, mereka membantah kedua tesis diatas dan mengembangkan inti

pemikiran yang lebih maju yaitu:

1. Negara-Negara pinggiran (Dunia ke III) yang pra kapitalis sebenarnay memiliki dinamikanya

sendiri apabila tidak berhubungan dengan sistem kapitalisme akan berkembang dengan

sendirinya

2. Justru karena penagruh sistem kapitalisme negara maju, parkembangan negara pinggiran jadi

terhambat.

Page 25: teori ketergantungan

Hal tersebut adalah beberapa contoh ditinggakatan makro analisis teori depedensi sedangakan di

tingkatan mikro dapat kita lihat bagaimana hal tersebut dapat dibuktikan oleh terori depedensi

dimana beberapa fenomena hubungan yang bersifat ekploitatif

1. Bagaimana Kerdit yang diberikan kepada rakyat kecil terbentuk (Pedagang kecil dan petani)

denga terkesan memberikan kebebasan kepeda mereka untuk berusaha secara alamiah di pasar

bebas?. Bagaimana pula campur tangan pihak birokrasi pemerintah dan pihak perbank-kan

memberi pengaruh yang tidak kecil ketika mengucurkan kredit kepada petani. Bagaimana

bantuan mereka selalu melalui lingkaran aparat birokrasi pemerintahan sehingga terkesan sangat

tidak sehat, karena aparat birokrasi ikut mengerogoti besar bantuan tadi dalam bentuk pembinaan

yang tidak Fungsional.

2. Bagaimana aparat birokrasi pemerintah menciptakan ketergantungan pelayanan kepada

pengusaha atau pemodal besar sehingga sehingga memberikan fasilatas kepada mereka dalam

kerangka pengembangan usaha mereka di pasar bebas

3. Bagaimana Multy National Corporation (MNC) mengembangkan usaha di negara

berkembang, dengan menciptakan ketergantunagan pelayanan pada pusat-pusat distribusi yang

mereka ciptakan (misal dalam layanan purna jual dll)

Saatnya negara-negara berkembang berani mengatakan tidak kepada negara maju dengan

sejumlah paket kerja ekonomi yang timpang, di indonesia sendiri kita bisa lihat banyak

perusahaan Trans Nasional yang mengalai kekayaan alam di Indonesia tapi tidak ada dampak

positif untuk masyarakat, yang paling mencolok adalah PT Freeport yang mengambil gunung

emas, dengan meninggalkan lubang dalam sisa penggalian, tetapi masyarakat sekitar hanya bisa

mengigit jari ketika gunung emasnya dibawa pergi, Negara Dunia Ketiga harus menentukan

nasibnya sendiri untuk emngembalikan kejayaanya.

Diposkan oleh Adhitya Johan Rahmadan, Special Region Yogyakarta di 03:54

GAMBARAN TEORI DEPENDENSI

Page 26: teori ketergantungan

 

Teori Dependensi lebih menitik beratkan pada persoalan keterbelakangan dan

pembangunan negara Dunia Ketiga.  Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa teori dependensi

mewakili “suara negara-negara pinggiran” untuk menantang hegemoni ekonomi, politik, budaya

dan intelektual dari negara maju.  Munculnya teori dependensi lebih merupakan kritik terhadap

arus pemikiran utama persoalan pembangunan yang didominasi oleh teori modernisasi.  Teori ini

mencermati hubungan dan keterkaitan negara Dunia Ketiga dengan negara sentral di Barat

sebagai hubungan yang tak berimbang dan karenanya hanya menghasilkan akibat yang akan

merugikan Dunia Ketiga. Negara sentral di Barat selalu dan akan menindas negara Dunia Ketiga

dengan selalu berusaha menjaga aliran surplus ekonomi dari negara pinggiran ke negara sentral.

Bila teori Dependensi Klasik melihat situasi ketergantungan sebagai suatu fenomena

global dan memiliki karakteristik serupa tanpa megenal batas ruang dan waktu.  Teori

Dependensi Baru melihat melihat situasi ketergantungan tidak lagi semata disebabkan faktor

eksternal, atau sebagai persoalan ekonomi yang akan mengakibatkan adanya polarisasi regional

dan keterbelakangan. Ketergantungan merupakan situasi yang memiliki kesejarahan spesifik dan

juga merupakan persoalan sosial politik.