Top Banner
TUGAS KELOMPOK PRESENTASI MAHASISWA BLOK 10 SISTEM STOMATOGNASI Teori Proses Menua dan Proses Menua Pada Wajah, Rahang, dan Sendi Rahang Disusun oleh : Kelompok 2B
16

Teori Dan Proses Penuaan

Feb 15, 2015

Download

Documents

dea_swastika
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Teori Dan Proses Penuaan

TUGAS KELOMPOK

PRESENTASI MAHASISWA

BLOK 10

SISTEM STOMATOGNASI

Teori Proses Menua

dan

Proses Menua Pada Wajah, Rahang, dan Sendi Rahang

Disusun oleh :

Kelompok 2B

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

Page 2: Teori Dan Proses Penuaan

KELOMPOK 2B

1. William Wijaya (090600037)

2. Cindy Denhara Wijaya (090600038)

3. Qurrata Akyuni (090600039)

4. Ruli Ardia Alfadila (090600040)

5. Andy (090600041)

6. Juliana Pardede (090600042)

7. Calvin (090600043)

8. Melfi Augus Tandian (090600044)

9. Nabilah Khairiyyah (090600045)

10.Tarra Dipa Sonia (090600046)

11.Moh. Khairul Izwan (090600160)

12.V Kumaran (090600163)

Page 3: Teori Dan Proses Penuaan

DAFTAR ISI

BAB I...............................................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................2

BAB II..............................................................................................................................................3

2.1 Teori Proses Menua...........................................................................................................3

2.1.1 Teori Organ.....................................................................................................................3

2.1.2 Teori Fisiologis...............................................................................................................3

2.1.3 Teori Genetik..................................................................................................................4

2.2 Proses Menua pada Wajah, Rahang, dan Sendi Rahang................................................4

2.2.1 Penuaan pada Wajah.......................................................................................................4

2.2.2 Penuaan pada Rahang dan Sendi Rahang.......................................................................5

BAB III.............................................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................8

i

Page 4: Teori Dan Proses Penuaan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap individu akan mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Setelah

beberapa waktu lamanya maka proses ini akan berganti ke proses penurunan atau penuaan.

Menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki dan

mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normal. Jadi pada dasarnya pada proses

penuaan akan terjadi perubahan-perubahan anatomis pada organ-organ tubuh. Proses ini akan

berlangsung secara terus-menerus, sekalipun perkembangan teknologi menemukan obat-obatan

yang dapat mencegah proses penuaan, proses ini tetap berlanjut karena setiap sel dan jaringan

terbatas umurnya. Sejumlah penelitian membuktikan bahwa fungsi fisiologis sistem organ tubuh

berubah sesuai dengan umur sebagai hasil proses penuaan.

Mekanisme Penuaan

Teori tentang proses penuaan sudah sangat banyak dibahas, tetapi tidak banyak yang

dapat menerangkan dengan jelas berbagai manifestasi dari penuaan pada seluruh tubuh, karena

jaringan yang berbeda menua dengan cara yang berbeda. Beberapa siklus kehidupan, seperti

pertumbuhan, pubertas dan menopause ditentukan oleh genetik, demikian pula dengan proses

penuaan. Penting untuk membedakan antara kejadian yang merupakan tanda penuaan normal

dengan yang disebabkan oleh penyakit yang biasanya terjadi pada orang lanjut usia. Sebagai

contoh banyak lansia menderita penyakit gagal jantung yang diakibatkan oleh penyakit jantung

bukan merupakan penuaan normal.

Perubahan pada kulit adalah manifestasi penuaan yang paling mudah dilihat. Kerutan dan

kulit yang kendur disebabkan oleh kurangnya lemak subkutan, meningkatnya kolagen dan elastin

yang terfragmentasi dan tidak elastic. Kapiler pembuluh darah menjadi lebih rapuh menimbulkan

purpura. Rambut menjadi kelabu sebagai akibat dari berkurangnya produksi pigmen oleh folikel,

dan percepatan pertumbuhan kuku yang berkurang.

Pada pembuluh darah jumlah kolagen meningkat dan kurang elastis, pembuluh arteri

menjadi kaku, tekanan darah sistolik dan denyut nadi cenderung meningkat. Sering ditemukan

arterosklerosis. Jantung mungkin mengalami hipertrofi, dan terjadi beberapa fibrosis, katup

jantung cenderung menjadi kaku.

1

Page 5: Teori Dan Proses Penuaan

Penuaan terjadi pada seluruh bagian tubuh, termasuk wajah, rahang, dan sendi rahang,

yang akan tampak dengan semakin menurunnya kemampuan system stomatognasi.

1.2 Rumusan Masalah

Ada beberapa teori yang menjelaskan proses terjadinya penuaan, yang akan dibahas pada

makalah ini. Makalah ini akan membahas penuaan yang terjadi pada sitem stomatognasi, baik itu

wajah dan otot-ototnya secara keseluruhan, rahang, dan sendi- rahang.

2

Page 6: Teori Dan Proses Penuaan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Proses Menua

2.1.1 Teori Organ

Menurut teori organ, proses penuaan berkaitan erat dengan peningkatan atau

penurunan fungsi organ seiring dengan pertambahan usia. Teori ini dipengaruhi oleh system

imun, otak, dan system neuro-endokrin.

Teori Imunologi

Menurut teori imunologi, penuaan dapat dikategorikan atas dua sebab :

Pertama, oleh karena kemunduran fungsi system imun secara kualitas dan kuantitas

seiring pertambahan usia, dengan menghilangnya kelenjar tymus yang menghasilkan limposit T.

Penurunan system imun ini akan mempermudah masuknya bakteri-virus pathogen.

Kedua, oleh karena kemunduran system imun yang normal, yang menyebabkan

penyakit autoimun. Sistem imun tubuh tidak mampu lagi membedakan pathogen dengan sel

tubuh sendiri.

Teori Sistem Neuro-endokrin

Sistem saraf dan hormon mempengaruhi seluruh jaringan tubuh. Adanya gangguan

fungsi hipotalamus akan menyebabkan kemunduran fungsi kelenjar pituitary dan akan

mempengaruhi kerja seluruh kelenjar endokrin dalam tubuh. Misalkan pada wanita yang

mengalami menopause, penurunan produksi hormon steroid akan mengakibatkan osteoporosis.

2.1.2 Teori Fisiologis

Teori Radikal Bebas

Teori radikal bebas dalam proses penuaan menyatakan bahwa organisme menua

karena penumpukan sel-sel radikal bebas yang merusak dari waktu ke waktu. Suatu atom yang

terdiri dari inti atom adan electron. Elektron ini mengelilingi inti berpasangan, namun kadang-

kadang, suatu atom akan kehilangan elektronnya, sehingga terdapat atom dengan electron yang

tidak berpasangan. Atom inilah yang disebut radikal bebas. Radikal reaktif dapat merusak sel dan

apabila terus-menerus dihasilkan dan diakumulasi akan membunuh sel yang berujung pada

penuaan jaringan.

3

Page 7: Teori Dan Proses Penuaan

Teori Cross-Linkage

Menurut teori ini, apabila dua atau lebih makromolekul terpaut (link) secara kovalen

oleh ikatan hydrogen, maka ikatan tersebut akan menjadi reversible dan terakumulasi setiap saat.

Hal inidapat menyebabkan kerusakan DNA yang berakibat pada mutasi gen ataupun kematian

sel.

2.1.3 Teori Genetik

Teori Mutasi Somatik

Menurut teori ini, faktor lingkungan menyebabkan mutasi somatic. Sebagai contoh,

radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur. Teori ini menyatakan bahwa terjadinya mutasi

yang progresif pada DNA sel somatic, akan menyebabkan penurunan kemampuan fungsi sel.

Teori Error

Teori ini menyatakan bahwa penuaan terjadi karena kegagalan replikasi DNA yang

menyebabkan pembelahan sel tidak terjadi dan berhentinya proses regenerasi sel.

Teori Genetic Clock

Teori ini menyatakan bahwa menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-

spesies tertentu. Tiap spesies, di dalam inti selnya terdapat suatu jam genetik yang telah diputar

menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan akan menghentikan

replikasi sel bila tidak diputar. Jadi menurut teori ini, sel akan mati secara terprogram.

2.2 Proses Menua pada Wajah, Rahang, dan Sendi Rahang

2.2.1 Penuaan pada Wajah

Otot-otot wajah berpartisipasi dalam fungsi penelanan, pengunyahan, dan bicara. Pada

masa penuaan, otot-otot wajah mengalami atropi, menurunnya tonus otot dan kadang-kadang

dijumpai fibrosis otot yang mengakibatkan fungsi pengunyahan dan penelanan berkurang.

Hilangnya serabut otot untuk pergerakan mandibula berkaitan dengan semakin

bertambahnya usia. Reduksi lebih lanjut pada ketebalan otot rahang juga terjadi, tetapi lebih

sering pada orang yang tak bergigi. Koordinasi dan kekuatan otot menurun sehingga terjadi

pergerakan yang tidak terkontrol dari bibir, lidah, dan rahang.

Umumnya gerakan mandibula tidak terganggu dan sendi rahang tetap berfungsi

dengan baik. Namun, apabila terjadi gangguan sendi rahang (dislokasi sendi/ sub-luksasi,

4

Page 8: Teori Dan Proses Penuaan

osteosthrosis dan clicking), kemungkinan karena tekanan yang melampaui batas, sehingga sendi

rahang tidak mampu untuk menahan tekanan yang ada dan keadaan ini diperhebat karena proses

degenerasi sendi.

2.2.2 Penuaan pada Rahang dan Sendi Rahang

Akibat penuaan pada pasien usia lanjut dapat meliputi : (1) perubahan tulang rahang dan

tulang alveolar, (2) Perubahan sendi temporomandibula, (3) perubahan aliran saliva, (4) Perubahan

gigi-geligi, (5) perubahan jaringan periodontal, (6) perubahan pada lidah dan pengecapan.

Perubahan tulang rahang dan tulang alveolar

Pada pertumbuhan tulang terdapat suatu periode konsolidasi selama 15 tahun saat terjadi

pengendapan kalsium yang lebih banyak, mengurangi porositas kortikal, dan bertambahnya

penebalan kortikal. Massa tulang dewasa mencapai puncaknya sekitar 35 tahun. Kemudian massa

tulang menurun sejalan dengan usia, dengan hilangnya tulang kortikal maupun tulang trabekular.

Pada lanjut usia terutama wanita makin banyak proporsi tulang kortikal yang dipenuhi oleh

pusat-pusat resorpsi, terutama dekat permukaan endosteum. Faktor tambahan pada kerusakan tulang

karena usia adalah ketidakseimbangan antara resorpsi dan penggantian tulang pada sistem Haversian.

Penuaan juga mempengaruhi struktur internal tulang yaitu terjadi penurunan ketebalan kortikal yang

lebih besar pada wanita daripada pria. Selain itu tulang biasanya labih rapuh dengan meningkatnya

jumlah fraktur mikro dari trabekula yang tipis yang sembuh dengan lambat karena remodeling yang

melemah. Juga ada peningkatan porositas tulang yang terutama diakibatkan oleh meningkatnya

ruangan vaskular.

Tulang alveolar juga mengaami perubahan berupa hilangnya mineral tulang secara umum

oleh karena usia melalui resorpsi matriks tulang. Proses ini dapat dipercepat oleh tanggalnya gigi,

penyakit periodontal, protesa yang tidak adekuat, dan karena menderita penyakit sistemik. Penurunan

yang hebat dari tinggi alveolar seringkali merupakan akibat pemakaian gigi tiruan lengkap dalam

jangka waktu yang panjang. Di duga bahwa resorpsi alveolar merupakan akibat yang tidak bisa

dihindari dari pemakaian gigi tiruan. Pemakaian gigi tiruan mempunyai potensi untuk membebani

dan merusak tulang alveolar di bawahnya.

Gigi-gigi atas biasanya melebar ke bawah dan keluar, sehingga resorpsi tulangnya terjadi ke

arah atas dan ke dalam. Karena lapisan kortikal yang sebelah luar lebih tipis daripada yang sebelah

dalam, resorpsi lapisan kotikal luar cenderung lebih besar dan cepat. Karena alveolar rahang atas

mengalami resopsi, maksila menjadi lebih kecil dalam segala arah dan menjadi lebih sempit.

Gigi-gigi anterior bawah cenderung miring ke atas dan ke depan terhadap bidang oklusal,

sedang gigi posteriornya sedikit miring ke lingual. Korteks sebelah luar biasanya lebih tebal daripada

korteks lingual. Tulang alveolar rahang bawah tampak seolah-olah bergeser kearah lingual dan ke

5

Page 9: Teori Dan Proses Penuaan

bawah di daerah anterior, dan di daerah posterior bergeser ke bukal. Akibatnya lengkung mandibula

tampak menjadi lebih lebar.

Perubahan Sendi Temporomandibula

Penelitian tentang otot-otot penutupan mulut menunjukkan perpanjangan fase kontraksi

sejalan dengan usia, yang menunjukkan perubahan umum dari otot atau hilangnya serabut otot untuk

gerakan mandibula berkaitan dengan pertambahan usia. Reduksi lebih lanjut pada ketebalan otot

rahang ditemukan pada orang tidak bergigi dibanding yang masih bergigi. Ini membuktikan bahwa

tingkat tekanan pengunyahan dan efisiensi pengunyahan berkurang banyak pada pasien yang gigi-

geligi aslinya sudah diganti gigi tiruan. Meskipun demikian, pemakai gigi tiruan lengkap sering

menganggap fungsi pengunyahannya cukup memuaskan.

Kerusakan pada sistem neuromuskular selama proses penuaan diperkirakan merupakan

disfungsi neuron motoris yang progresif, yang termanifestasi pertama kali berupa meningkatnya

ketidakmampuan neuron motoris untuk mempertahankan serabut-serabut otot dalam kondisi yang

baik. Setelah neuron motoris mengalami degenerasi, neuron bersebelahan mulai tumbuh dan

mengambil ailh pasokan pada beberapa serabut otot.

Perubahan Aliran Saliva

Telah diketahui bahwa fungsi kelenjar saliva yang mengalami penurunan merupakan suatu

keadaaan normal pada proses penuaan manusia. Lansia mengeluarkan jumlah saliva yang lebih

sedikit pada keadaan istirahat, saat berbicara, maupun saat makan. Keluhan berupa xerostomia atau

mulut kering sering ditemukan pada orang tua daripada orang muda yang disebabkan oleh perubahan

karena usia pada kelenjar itu sendiri.

Fungsi utama dari saliva adalah pelumasan, buffer, dan perlindungan untuk jaringan lunak

dan keras pada rongga mulut. Jadi, penurunan aliran saliva akan mempersulit fungsi bicara dan

penelanan, serta menaikkan jumlah karies gigi, dan meningkatkan kerentanan mukosa terhadap

trauma mekanis dan infeksi microbial.

Berdasarkan penelitian terjadinya degenerasi epitel saliva, atrofi, hilangnya asini dan fibrosis

terjadi dengan frekuensi dan keparahan yang meningkat dengan meningkatnya usia. Secara umum

dapat dikatakan bahwa saliva nonstimulasi (istirahat) secara keseluruhan berkurang volumenya pada

usia tua. Xerostomia juga dapat disebabkan oleh pemakaian obat-obatan oleh pasien, biasanya untuk

mengatasi keluhan pencernaan, depresi, atau insomnia.

Perubahan Gigi-Geligi

Gigi-gigi biasanya menunjukkan tanda-tanda perubahan dengan bertambahnya usia

perubahan ini bukanlah sebagai akibat dari usia tetapi disebabkan oleh refleks, keausan, penyakit,

6

Page 10: Teori Dan Proses Penuaan

kebersihan mulut, dan kebiasaan. Email mengalami perubahan pada yang nyata karena pertanbahan

usia, termasuk kenaikan konsetrasi nitrogen dan fluoride sejalan usia. Pembentukan dentin yang

berlanjut sejalan dengan usia menyebabkan reduksi secara bertahap pada ukuran kamar pulpa.

Gigi-geligi pada pasien usia lanjut

Perubahan Jaringan Periodontal

Jaringan periodontal pasien lansia yang masih bergigi mempunyai kapasitas untuk bertahan,

mengatasi, dan memperbaiki kerusakan akibat penyakit periodontal, tetapi perubahan akibat proses

penuaan menunjukkan adanya peningkatan keretanan. Penelitian menunjukkan bahwa prevalensi dan

keparahan dari penyakit periodontal meningkat sejalan dengan usia.

Jaringan periodontal yang meliputi gingiva, ligament periodontal, tulang alveolar dan

sementum secara keseluruhan dipengaruhi oleh perubahan usia. Epitel mulut bertambah tipis sejalan

dengan usia, keratin berkurang, dan terdapat peningkatan kepadatan sel. Komponen selular dari

jaringan ikat juga berkurang dengan bertambahnya usia. Pada ligamen periodontal komponen serabut

dan selnya menurun sementara struktur ligamen menjadi lebih tidak teratur. Semakin sedikit gigi

yang masih ada akan semakin besar proporsi beban oklusalnya, hal ini mengakibatkan melebarnya

ligament periodontal dan meningkatnya mobilitas gigi.

Perubahan pada Lidah dan Pengecapan

Lidah mungkin menjadi halus dan mengkilat atau merah dan meradang. Bermacam-macam

gejala dapat terjadai pada mukosa lidah, dengan keluhan-keluhan nyeri, panas, atau sensari rasa yang

berkurang. Sensasi ini biasanya pada orang uisa lanjut dan pada wanita pasca menopause.

Permukaan lidah ditutupi oleh banyak papilla pengeecap, terdapat empat tipe papilla yaitu

papilla filiformis, fungiformis, sirkumvalata, dan foliate. Sebagian papilla pengecap terletak di lidah

dan beberapa ditemukan pada palatum, epiglottis, laring dan faring. Pada manuasia terdapat sekitar

10.000 putik kecap, dengan bertambahnya umur jumlahnya dapat berkurang secara drastis.7

Page 11: Teori Dan Proses Penuaan

BAB III

PENUTUP

Penuaan adalah suatu proses proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk

memperbaiki dan mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normal. Terdapat

beberapa teori yang menjelaskan proses penuaan, antara lain : Teori Organ (Teori Imunologi dan

Teori Sistem Neuro-endokrin), Teori Fisiologis (Teori Radikal Bebas dan Teori Cross Linkage),

Teori Genetik (Teori Mutasi Somatik, Teori Error, dan Teori Genetic Clock).

Proses penuaan juga terjadi pada wajah, rahang, dan sendi rahang. Pada wajah, otot-otot

wajah akan mengalami atropi, menurunnya tonus otot dan kadang-kadang dijumpai fibrosis otot

yang mengakibatkan fungsi pengunyahan dan penelanan berkurang.

Pada rahang dan sendi rahang akan terjadi (1) perubahan tulang rahang dan tulang alveolar,

(2) Perubahan sendi temporomandibula, (3) perubahan aliran saliva, (4) perubahan gigi-geligi, (5)

perubahan jaringan periodontal, (6) perubahan pada lidah dan pengecapan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Lavelle, Christopher L.B. Applied oral physiology. Ed 2. Toronto : Butterworths & Co

Ltd , 1988 : 114-9.

2. Yoland. Bahan kuliah – proses penuaan jaringan rongga mulut. 10 Agustus 2010.

<www.angelonfiveishere.blogspot.com/2010 >. 01 September 2010.

3. Damayanti L. Respon jaringan terhadap gigi tiruan lengkap pada pasien usia lanjut. <

www.pdfbar.com/free-pdf-download/pr >. 01 September 2010.

4. Purba T. Radiografi orofasial pada lansia. <repository.usu.ac.id/…/ >. 01 September

2010.

8