BAG I Teori-teori Diplomasi 1. Diplomat dan Diplomasi: Tinjauan Teoritis Konsep-konsep Diplomasi yang dikenal sejak awal perkembangannya di Eropa barat, kemudian Amerika utara. Ditinjau juga konsep dari Asia, seperti India, China dan Timur Tengah. Pembahasan berbagai konsep dilakukan dengan tujuan untu mencari akar budaya dan praktik diplomasi di Indonesia, dan mengingat budaya politik Indonesia merupakan alkulturasi dari berbagai sumber/ajaran. Pertanyaannya adalah “Apakah teori–teori diplomasi di perkenalkan di Eropa daratan, Amerika Utara atau Asia dapat diterapkan untuk studi diplomasi Indonesia?” pertanyaan selanjutnya “Bagaimana diplomasi Indonesia dijelaskan denganmempergunakan konsep-konsep yang telah ada?” jawaban dapat memposisikan diplomasi Indonesia sambil melihat pengaruh budaya politik yang paling dominan dalam politik dan diplomasi Indonesia. Sir Ernest Satow (1922) mendefinisikan diplomasi sebagai aplikasi intelijen dan taktik untuk menjalankan hubungan resmi antara pemerintahan yang berdaulat yang kadang kala diperluas dengan hubungan dengan negara-negara jajahannya. Barston mendefinisikan diplomasi sebagai manajemen hubungan antar negara atau hubungan antar negara dengan aktor-aktor hubungan internasional lainnya.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAG I
Teori-teori Diplomasi
1. Diplomat dan Diplomasi: Tinjauan Teoritis
Konsep-konsep Diplomasi yang dikenal sejak awal perkembangannya di Eropa barat,
kemudian Amerika utara. Ditinjau juga konsep dari Asia, seperti India, China dan Timur Tengah.
Pembahasan berbagai konsep dilakukan dengan tujuan untu mencari akar budaya dan praktik
diplomasi di Indonesia, dan mengingat budaya politik Indonesia merupakan alkulturasi dari
berbagai sumber/ajaran.
Pertanyaannya adalah “Apakah teori–teori diplomasi di perkenalkan di Eropa daratan,
Amerika Utara atau Asia dapat diterapkan untuk studi diplomasi Indonesia?” pertanyaan
selanjutnya “Bagaimana diplomasi Indonesia dijelaskan denganmempergunakan konsep-konsep
yang telah ada?” jawaban dapat memposisikan diplomasi Indonesia sambil melihat pengaruh
budaya politik yang paling dominan dalam politik dan diplomasi Indonesia.
Sir Ernest Satow (1922) mendefinisikan diplomasi sebagai aplikasi intelijen dan taktik untuk
menjalankan hubungan resmi antara pemerintahan yang berdaulat yang kadang kala diperluas
dengan hubungan dengan negara-negara jajahannya. Barston mendefinisikan diplomasi sebagai
manajemen hubungan antar negara atau hubungan antar negara dengan aktor-aktor hubungan
internasional lainnya.
Meskipun diplomasi berhubungan dengan aktivitas-aktivitas yang damai, dapat juga terjadi
dalam kondisi perang atau konflik bersenjata, karena tugas utama diplomasi tidak hanya manajemen
konflik, tetapi juga manajemen perubahan dan pemeliharaannya dengan cara melakukan presuasi
terus menerus ditengah-tengah perubahan yang tengah berlangsung.
“Diplomasi mewakili tekanan politik, ekonomi, dan militer kepada negara-negara yang
telibat dalam aktivitas doplomasi, yang diformulasikan dalam pertukaran permintaan dan konsesi
antar para pelaku negosiasi”. Untuk mencapai kepentingan nasional, keterampilan dalam
berdiplomasi merupakan syarat utama seorang diplomat. Diplomasi dapat diselenggarakan dalam
pertemuan khusus atau konferensi umum.
Pekerjaan diplomat bukanlah menyusun kebijakan, diplomat mungkin menentang kebijakan
politik negara tempat dia bekerja dan negara yang diwakili, tetapi mereka tetap diharapkan untuk
menyampaikan kebijakan tersebut dan mendukung bahkan jika kebijakan tersebut tidak mereka
yakini secara pribadi.
Teori-teori diplomasi yang dikenal sekarang dibentuk dengan kerangka pengalaman negara-
negara Eropa/Amerika utara. Dengan kemajuan hubungan internasionlny pada abad ke 20 dan
munculnya AS sebagai kekuatan baru, pemikiran Amerika telah mempengaruhi praktik diplomasi
secara signifikan.
Henry Kissinger mengatakan “AS memiliki sistem pemerintahan baik didunia, dan semua
umat manusia dapat mencapai perdamaian dan kemakmuran dengan cara meninggalkan diplomasi
tradisional dan mengadopsi referensi AS untuk menerapkan hukum internasional dan demokratis”.
Teori-teori Eropa dan Amerika Utara kemungkinan tidak relevan dengan negara-negara di
Asia yang memiliki konteks sosial, politik, dan kebudayaan yang sangat berbeda. Ada kesamaan
dalam sudut pandang sejarah antara kehidupan politik Indonesia dengan negara-negara Asia
lainnya, khususnya pada dekade tahun 1960-1970-an ketika kebudayaan politik menjadi paradigma
yang dominan. Disini para ahli berekasi terhadap pemikiran yang muncul terutama era tahun
1950an bahwa politik Asia secara sederhana adalah politik Eropa dan Amerika Utara yang
dimainkan di Asia.
Pemikiran Diplomasi Asia
Arthasastra karangan Kautilya, kitab dari jaman India kuno mengatakan Hubungan dengan
negara-negara luar dan negosisasi dilaksanakan melalui Duta, Duta besar atau envoy. Arthasastra
mengidentifkasikan 3 tipe Duta: Nisrstrarta, yaitu Duta Besar berkuasa penuh, Parimitarta, yang
memiliki kuasaan terbatas dalam melakukan perundingan, dan Sasanahara yang kedudukannya
lebih tinggi daripada pembawa pesan. Selain di India, Studi Diplomasi juga sudah dikenal di China
kuno, dasar ajarannya adalah penolakan untuk mempercayai bahwa perang merupakan suatu
kondisi yang alami dalam masyarakat. Dia mengajarkan bahwa merupaan suatu hal yang wajr jika
seseorang berkerjasama, untuk bekerja keras, bukan untuk saling memanfaatkan, tetapi untuk
mewujudkan kesejahteraan bersama.
China mengenai penyerehan upeti yang tujuannya untuk mengakui kekuasaan rajayang elbih
besar dari raja “yang lebih rendah” dan untuk menunjukan status dan posisi yang lebih rendah juga
menjadi salah satu warisan ajaran diplomasi dari China yang signifikan.
Globalisasi dan pengaruh budaya Barat memiliki konsekuensi langsung terhadap pemakaian
praktik diplomasi secara internasional. Ide-ide Barat menjadi lebih dominan dibandingkan dengan
ide-ide dan kebudayaan yang berasal dari timur. Demikian pula yang terjadi dalam diplomasi, yang
menggunakan standar internasional yang berasal dari budaya Barat. Berdasarkan kondisi nyata dan
globalisasi, pelaksanaan diplomasi sesuai dengan tuntutan Internasional merupakan suatu keharusan
sebagai upaya agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan global. Kegagalan dalam
mengadaptasikan dan menerapkan konsep-konsep diplomasi Barat berarti kegagalan diplomasi
sehingga merupakan kegagalan untuk menjadi masyarakat internasional yang dihormati.
Diplomasi dan Kebijakan Luar Negeri
Diplomasi memiliki kaitan yang erat dengan politik luar negeri, karena diplomasi
merupakan implementasi dari kebijakan luar negeri yang dilakukan oleh pejabat-pejabat resmi yang
terlatih. Teori sistem dapat juga dipakai untuk menjelaskan kaitan antara diplomasi dan kebijakan
luar negeri. Perubahan dalam kebijakan luar negeri akan merubah praktik diplomasinya. Kondisi ini
akan mengarah pada implikasi sistem yang berat: konsekuensi tingkah laku seringkali tidak
diharapkan atau tidak disengaja oleh para aktor diplomasi. Suatu tindakan diplomasi tidak dapat
dilaksanakan tanpa didukung oleh suatu kebijakan luar negeri.
Keberhasilan atau kegagalan diplomasi akna tergantung tidak hanya pada manajemen
hubungan internasioanl yang dilakukan oleh para diplomat yang menempatkan diri di luar negeri,
tetapi juga tergantung pada arahan dari Menlu atau Direktur Jenderal.
Tujuan Diplomasi
Diplomat melakukan diplomasi untuk mengejar kepentingan nasionalnya dengan cara saling
bertukar informasi secara terus-menerus dengan negara lain atau rakyat dari negara lain. Tujuan
persuasif antar negara adalah untukmerubah sikap dan tingakh laku lawannya.
Diplomasi dalam Praktik
Sebuah kelemahan mendasar dari semua pendekatan diplomasi dan peran diplomat adalah
mereka mengasumsikan bahwa semua negara beroperasi di dalam latar belakang politik, ekonomi,
dan budaya yang sama. Abad lalu telah ditandai dengan perubahan-perubahan yang luar biasa
dengan adanya revolusi teknologi informasi. Revolusi tersebut mengarah pada perubahan penting
dalam praktik diplomasi khususnya dalam peran diplomat dan peran Deplu. Selain itu, terdapat
peningkatan media massa, tumbuhnya aktor-aktor yang melaksanakan diplomasi jalur kedua, serta
meningkatnya peran NGOs dan INGOs.
Pengaruh Teknologi Modern dalam Diplomasi
Perubahan mendasar dunia di abad ke 21, khususnya terkait dengan teknologi informasi
telah memaksa negara-negara untuk menilai kembali pelaksanaan diplomasi. Harold Nicholson
mengatakan “Dengan perkembangan komunikasi, peran dan fungsi seorang diplomat telah se,akin
berkurang sehingga diplomat sekarang telah menurun statusya menjadi juru tulis yang bertugas
mencatat pesan-pesan telepon”.
Maka waktu tidak lagi menjadi isu yang relevan sehingga menyebabkan kegiatan diplomasi
tradisional berjuang keras untuk mempertahankan relevansinya. Perubahan-prubahan lain yang
terjadi adalah meningkatnya peran media massa, globalisasi bisnis dan keuangan, meningkatnya
partisipasi masyarakat di dalam kegiatan hubunga internasional, dan masalah-masalah kompleks
yang menghapus batasan nasional suatu negara.
Peran Media Massa dan Diplomatik Publik
Barson mengatakan bahwa opini lebih kuat daripada tentara, khususnya jika opini tersebut
dimobilisasi dalam bentuk propaganda. Teknologi penyiaran membuat sebuah kejadian memiliki
dimensi tambahan dalam bentuk tekanan masyarakat. Baik konsep dan aktivitas diplomasi, maupun
peran diplomat telah berubah bersamaan dengan perubahan teknologi komunikasi. Revolusi bidang
teknologi telah memperluas diplomasi diluar struktur Departemen Luar Negeri untuk menjawab
berbagai permasalahan masyarakat diseluruh dunia. Secara tradisional, diplomasi bersifat tertutup
dan hanya dilakukan oleh para diplomat dan wakil-wakil pemerintahan resmi. Sedangkan era
keterbukaan tidak memungkinkan manutup informasi dan mempertahankan kerahasiaan dan
pemilikan informasi secara ekslusif.
Dalam aktivitas komunikasi global, apa yang dilihat dan didengar oleh sseorang yang
mempengaruhi secara langsung tindakan pemerintah selanjutnya. Dunia yang semacam ini akan
memerlukan bersatunya masalah-masalh domestik dan internasional dan pengaruh yang
terkoordinasi bagi manajemen informasi.
Diplomasi Jalur Utama dan Kedua
Perubahan-perubahan teknologi memberi pengaruh terhadap aktivitas negosiasi diplomatik,
tindakan yang kurang independent bagi diplomat profesional dan negosiasi yang lebih langsung
antara Menteri Luar Negeri dan Kepala Negara. Upaya-upaya diplomasi melalui jalur pertama
(pemerintah kepada pemerintah) biasanya gagal menyelesaikan akar permasalahan dari sebuah
konflik. Karena kegagalan jalur pertama diplomasi, jalur kedua (atau diplomasi antar warga negara)
harus dikembangkan sebagai salah satu alternatif untuk menangani akar permasalahan dari konflik-
konflik antar negara.
Aktor-aktor diplomasi pertama, yang memiliki ciri: melakukan kegiatan berdasrkan pada
kekuasaan dan sifat kaku dalam menjalankan interaksi resmi antara wakil-wakil yang telah diberi
instruksi ileh negara yang berdaulat. Diplomasi jalur kedua diciri kan sebagai sebuah kegiatan yang
dilakukan oleh aktor-aktor bukan pemerintah, infomal, dan memiliki sifat tidak resmi dalam
menangani konflik-konflik antara kelompok masyarakat yang tujuannya menurunkan ketegangan
dengan cara meredakan kemarahan, ketakutan, dengan cara meningkatkan komunikasi dan saling
pengertian.
Peran NGOs dan INGOs
Globalisasi telah memaksa ator-aktor negara dalam sistem internasional untuk mengakui
relevansi yang semakin luas dan pengaruh semakin kuat dari aktor-aktor transnasional (misalnya
perusahaan-perusahaan multinasional, organisasi-organisasi tingkat kawasan, IGO dan NGOs)
dalam melaksanakan diplomasi Internasional.
Isu-isu yang relevan dalam diplomasi modern
Isu-isu tradisional
(perbatasan negara, keamanan, kekuasaan)
Diplomasi tradisional mengasumsikan bahwa hubungan internasional dikendalikan oleh
negara-negara berdaulat. Diplomasi tradisional memfokuskan perhatian pada pengerahan kekuatan
untuk mengadakan pendekatan, sambil mempercayai bahwa kekuasaan adalah komoditas yang
perlu diperjuangkan, sehingga semakin banyak yang dimiliki oleh satu pihak, menyebabkan
berkurangnya pemilihan pihak lain. Diplomasi semacam ini sifatnya lebih mudah dijalankan
melalui pendekatan geografi daripada dengan memakai cara lain. Wilayah telah menjadi mata uang
dalam diplomasi. Diplomasi tradisional akan semakin berkurang fungsinya ketika melihat dunia
dimana wilayah-wilayahnya tidak lagi merupakan prinsip-prinsip yang telah didefinisikan. Revolusi
dalam teknologi informasi telah merubah sifat kekuasaaan, dengan konsekwensi terhadap pengaruh
dalam sifat kedaulatan wilayah teritorial.
Isu-isu kontemporer
(hak asasi manusia, arus informasi bebas)
Masyarakat internasional tidak hanya tertarik pada masalah-masalah yang terkait dengan
poitik, keamanan, dan militer, tetapi juga meningkatkan perhatian mereka terhadap isu-isu
kemanusiaan seperti hak asasi manusia (HAM) dan arus infomasi bebas. Perhatian terhadap
masalah-masalah HAM telah meningkatkan kesadaran untuk memanfaatkan kegiatan diplomasi.
Dalam kondisi seperti ini, masyarakat internasional percaya bahwa intervensi dimungkinkan jika
tujuannya menyangkut pertimbangan kemanusiaan dan untuk membela HAM.
Diplomasi dan Isu-Isu Ekonomi
Diplomasi modern juga mengalami tantangan dalam bidang ekonomi. Didalam dunia yang
terglobalisasi dan saling tergantung, diplomasi ekonomi merupakan komponen yag dapat di ukur
dari hubungan antar negara dan menjadi lebih penting daripada sebelumnya sebagai sebuah elemen
mendasar didalam masalah internasional. Dibawah kondisi ini peran MNC dan TNCs menjadi
semakinh signifikan sebagai aktor-aktor diplomasi, selain memiliki pengaruh yang besar terhadap
produk kebijakan pemerintah. Hal ini menyebabkan masalah-masalah kesejahteraan ditangani oleh
sekelompok kecil minoritas. Ketidakmerataan ini semakin meningkatkan kemiskinan dan
menurunkan kondisi lingkungan, bahkan seringkali menyeret ke kondisi-kondisi menuju konflik
bahkan perang.
Diplomasi Indonesia
Struktur organisasi dalam Departemen Luar Negeri Republik Indonesia (Deplu RI) kurang
lebih sama antara Indonesia dengan negara lain. Sama halnya negara-negara lain, diplomat-
diplomat Indonesia berasal dari strata sosial-ekonomi menengah-atas yang berpendidikan tinggi.
Persyaratan lainnya adalah kemapuan bahasa, khususnya inggris dan bahasa-bahasa resmi PBB
lainnya. Deplu RI telah memainkan peran yang besar dalam mengkomunikasikan kebijakan luar
negeri Indonesia kepada masyarakat Internasional, selain menyebarkan perubahan-perubahan dan
hubungan internasional kepada masyarakat domestik. Akan tetapi, upaya-upaya tersebut didukung
oleh budaya politik, dan proses pengambilan keputusan di dalam pemerintahan Indonesia.
Kesimpulan
Aktivitas dan pelaksanaan diplomasi telah berkembang secara signifikan sejak isu ini
pertamakali diperkenalkan di Eropa Barat. Diplomasi modern juga ditandai dengan perubahan-
perubahan dalam aktor-aktornya: dari aktor-aktornya tradisional yang terdiri atas perwakilan-
perwakilan pemerintah sampai keterlibatan yang lebih besar dari media massa, NGO dan
perorangan. Lebih penting lagi, teknologi informasi telah merubah peran dan dungsi diplomat,
kegiatan-kegiatannya serta meningkatkannya peran masyarakat awam melalui aktivitas diplomasi
publik. Keterbukaan yang lebih besar serta keterlibatan masyarakat luas menjadi ciri diplomasi
kontemporer.
Perubahan-perubahan tersebut bersamaan dengan kondisi politik domestik serta interaksi
antar aktor-aktor politik diplomasi Indonesia. Di luar munculnya aktor-aktor diplomatik didalam
jaringan politik dan diplomasi di Indonesia. Deplu tetap merupakan lembaga yang paling
bertanggungjawab terhadap pelaksanaan diplomasi Indonesia. Struktur organisasi deplu yang
terbentuk menjadi keunikan diplomasi Indonesia selama masa Orde baru. Berdasarkan kondisi
diatas, tidak ada teori diplomasi, yang dapat menyediakan arahan bagi studi diplomasi di Indonesia
atau membantu menjelaskan kompleksitas diplomasi Indonesia. Maka dari itu, terdapat jurang
didalam literatur mengenai diplomasi, dan sehingga informasi ini dpat membantu menjelaskan sifat
dplomasi Indonesia.
Indonesia selama Orde Baru menjadi salah satu kasus unik dalam diplomasi, karena kondisi
terjadi didakam kondisi Indonesia yang secara resmi merupakan negara demokrasi. Sehingga
seharusnya terdapat pembagian yang jelas antara fungsi eksekutif, legislatif dan yudikatif di dalam
pemerintahan. Pada kenyataannya, sifat pemerintahan Indonesia era Orde Baru adalah otoritarian
dengan dukungan dan peran kuar militer. Maka dari itu, diplomasi Indonesia harus dijelaskan oleh
konsep khsusus yang secaraa tegas dapat menunjukan posisi indonesia didalam diplomasi Barat dan
Asia.
2. Negosiasi dan Pemungutan suara (voting)
Negosisai merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan diplomasi.
Kesepakatan bilateral maupun multilateral yag telah berhasil dicapai, baik berupa traktat,
kerjasama, aliansi, pemberian bantuan, perang maupun damai tidak terlepas, selain merupakan
produk negosiasi.
Abbe Duguet (dalam buku Nation and Men) memberikan batasan sebagai berikut:
“negosiasi adalah kontak dan komunikasi antara pembuatan kebijakan dengan tujuan untuk
mencapai kesepakatan. Yang ingin dicapai adalah harmoni dan saling pengertian, bukan semata-
mata kemenangan”.
Sedangkan tujuan negosiasi adalah:
1. Menyelesaikan konflik kepentingan secara damai
2. Menghindarkan bahaya langsung dari cara-cara pemecahan engan kekerasan, atau munculnya
tekanan lawan.
3. Mewujudkan perdamaian setelah terjadinya konflik kepentingan yang mengarah pada kekerasan.
4. Mewujudkan suasana yang baik melalui pembentukan suatu sistem atau organisasi permanen
sebagai wadah memecahkan masalah-masalah secara damai, selain sebagai upaya
menghindarkan konflik potensial dimasa mendatang.
Tujuan dasar dari negosiasi adalah perdamaian dan mencapai kesepakatan yang dapat
menguntungkan kedua belah pihak. Tantangan dariaktivitas negosisasi adalah mencari jalan tengah
yang saling menguntungkn kedua belah pihak, tanpa masing-masing pihak merasa dirugikan.
Dengan kata lain, negosiasi menuntut hasil akhir yang sifatnya “win-win solution”.
Maka negosiasi merupakan proses yang berkesinambungan, jika suasana sudah mengarah
pada kekerasan dan peperangan. Seperti yang dikatakan oleh Clausewitz, perang adalah bentuk lain
dari diplomasi, yang seringkali tidak terhindarkan dalam hubungan internasional. Negosiasi masa
pernag anatra lain diperlukan agar masalah tidak menyebar, tidak lebih banyak pihak terlibat,
sehingga menyebabkan permasalahan menjadi kompleks.
Dapat disimpulkan bahwa tujuan politik negosiasi adalah
1. Pengamanan kebebasan politik dan integrasi sosial.
2. Meningkatkan hubungan dengan negara sahabat.
3. Memelihara perdamaian/hubungan baik.
4. Menetralisir suasana.
Seni Bernegosiasi
Peran diplomat dan pengertian diplomasi menurut Sir Henry Wotton menggambarkan
pemahaman diplomasi lama ketika masyarakat umum tidak memiliki akses yang cukup untuk
mengetahui masalah-masalah kenegaraan. Doplomasi semata-mata merupakan aktivitas formal
yang dilakukan oleh aktor-aktor resmi yang mewakili negara-negara yang erdeka dan berdaulat.
Banyak maslah kenegaraan muncul dalam lingkup yang lebih kompleks, yang telah dikembangkan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat internasional masa kini.
Agen diplomatik yang diterima secara resmi pada suatu negara berhak untuk mendapatkan
hak kekebalan (imunitas) selama menjalankan tugasnya. Diplomat mempunyai kedudukan yang
sama, dan tidak lebih dihormati bila berhadapan dengan diplomat lain yang mempunyai pangkat
yang sama. Pada jamuan kenegaraan, tuan rumah duduk pada kepala meja, dan yang duduk tepat
sebelah kanannya adalh yang bertugas paling lama, diikuti dengan nomor dua lamanua, ketiga, dan
seterusnya. Diplomat pada tingkatan pertama berhak mendapatkan sebutan “Your Excellence”.
Hak-hak istimewa diplomatik juga berlaku bagi staf kedutaan, keluarga, tempat menginap
dan tempat tinggalnya. Mereka juga kebal hukum (extrateritorial) baik hukum pidana maupun
perdata, bebas membayar pajak, dan bebas untuk menjalankan ibadah mereka.
Lingkup kerja diplomat
Dalam melakukan komunikasi dan perundingan-perundingan, seorang diplomat juga harus
menyadari bahwa negara yang saat ini menjadi kawan (allies) harus dianggap bahwa suatu saat
nanti akan menjadi musuh (enemy), dan lawan juga suatu saat nanti akan menjadi kawan.
Pengangkatan diplomat atau Duta besar dilakukan berdasarkan 3 cara: karir, pengangkatan dan
penghormatan.
Manajemen Departemen Luar Negeri
Jika pekerjaan seorang diplomat menjadi berkurang pengaruhnya dan kurang glamor,
sebaliknya pekerjaan-pekerjaan seorang konsul menjadi semakin penting. Negara-negara biasanya
saling mempertukarkan konsul sebelum membuka hubungan diplomatik. Khususnya untuk
membantu keperluan para pedagang agar memiliki hubungan satu dnegan yang lainnya yang
melewati perbatasan negara, sebelum pemerintah melakukan kontak dalam negosiasi.
Tugas-tugas seorang konsul dipengaruhi oleh tata cara, ketetapan-ketetapan traktat, dan
perolehan exequaturs, atau surat kepercayaan konsuler. Seorang petugas konsuler tidak bertindak
sebgai juru bicara dari pemerintahannya, meskipun kadang-kadang dapat bertindak seperti itu dalam
fungsi-fungsi diplomatik. Seorang konsuler juga memiliki hak kekebalan diplomatik, meskipun tak
seluas seorang pejabat diplomatik. Kekebalan yang dimilikinya meliputi kekbalan hukum atas diri
dan benda-benda miliknya, bebas dari penangkapan/penggeledahan, bebas dari tuduhan kriminal,
bebas dari tugas menjadi saksi di pengadilan, bebas dari membayar pajak, dan sebagainya.
Aspek-aspek pemungutan suara (voting)
Pada setiap konperensi di mana dilakukan pemungutan suara (voting), para delegasi perlu