Top Banner
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu 1 TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN TERNAK (HMT) DAN LIMBAH PERTANIAN Penanggung Jawab: Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Dr. Dedi Sugandi, MP Penulis: Harwi Kusnadi, S.Pt Wahyuni Amelia Wulandari, S.Pt, M.Si Zul Efendi, S.Pt Diterbitkan oleh: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU Jl. Irian KM 6,5 Bengkulu 38119, PO.Box.1010 BKL 38001 Telp.(0736) 23030, Fax. (0736) 345568 E-mail:[email protected] Website:http//www.bengkulu.litbang.deptan.go.id
64

TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Feb 06, 2018

Download

Documents

lamque
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

1

TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN TERNAK (HMT) DAN LIMBAH PERTANIAN Penanggung Jawab: Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Dr. Dedi Sugandi, MP Penulis: Harwi Kusnadi, S.Pt Wahyuni Amelia Wulandari, S.Pt, M.Si Zul Efendi, S.Pt

Diterbitkan oleh: BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU Jl. Irian KM 6,5 Bengkulu 38119, PO.Box.1010 BKL 38001 Telp.(0736) 23030, Fax. (0736) 345568 E-mail:[email protected] Website:http//www.bengkulu.litbang.deptan.go.id

Page 2: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

2

PENGANTAR

Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup.

Produksi Hijauan Makanan Ternak (HMT) dalam setahun sangat dipengaruhi oleh musim. Musim hujan dimana curah hujan tinggi akan menghasilkan HMT yang melimpah sebaliknya musim kemarau dengan curah hujan rendah HMT yang dihasilkan juga jauh menurun. Hal ini akan mempengaruhi peternak dalam menyediakan HMT untuk ternaknya. Limbah pertanian cukup melimpah yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Misalnya jerami padi segar yang dihasilkan dari satu hektar sawah bervariasi antara 12-15 ton/musim panen atau berkisar 4-5 ton/ha/kering.

Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak dikembangkan untuk mengatasi masalah ketersediaan sepanjang tahun antara lain silase, fermentasi, amoniasi dan hay. Teknologi ini sangat sederhana sehingga mudah dipahami dan diterapkan oleh peternak. Jika teknologi ini dapat dikembangkan di pedesaan maka peternak akan mudah dalam penyediaan HMT sepanjang tahun.

Buku ini menguraikan teknologi budidaya, cara pengawetan HMT dan limbah pertanian dengan teknologi sederhana. Semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca.

Penulis,

Page 3: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

3

DAFTAR ISI

Halaman PENGANTAR............................................................................ iii DAFTAR ISI.............................................................................. iv DAFTRA GAMBAR ................................................................ vi

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................... 1

BAB II. HIJAUAN MAKANAN TERNAK DAN LIMBAH PERTANIAN............................................................. 3

2.1. Pengertian HMT dan Limbah Pertanian .................... 3 2.2. Jenis-jenis HMT ......................................................... 4 2.3. Jenis Limbah Pertanian............................................... 5 2.4. Kebutuhan HMT Pada Ternak. ................................... 5

BAB III. TEKNOLOGI BUDIDAYA....................................... 6 3.1. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schumach)... 6 3.2. Rumput King Grass (Pennisetum sp).......................... 20 3.3. Tanaman Gamal (Gliricidia sepium) .......................... 23 3.4. Tanaman Singkong (Manihot esculenta Crantz) ........ 28 3.5. Tanaman Turi (Sesbania Glandiflora)........................ 30 3.6. Tanaman Kaliandra (Calliandra Calotrysus) ............. 31

BAB IV. TEKNOLOGI SILASE .............................................. 33 4.1. Pengertian Silase ........................................................ 33 4.2. Bahan-bahan Silase..................................................... 35 4.3. Cara Pembuatan. ......................................................... 36 4.4. Ciri-ciri Silase Yang Jadi............................................ 37 4.5. Cara Pemberian Pada Ternak ..................................... 39

BAB V. TEKNOLOGI AMONIASI ....................................... 40 5.1. Pengertian Amoniasi .................................................. 40 5.2. Bahan-bahan Amoniasi............................................... 41 5.3. Cara Pembuatan Amoniasi Jerami Padi...................... 42 5.4. Ciri-ciri Hasil Amoniasi Yang Jadi ............................ 44 5.5. Cara Pemberian Pada Ternak ..................................... 44 5.6. Amoniasi Kulit Kopi .................................................. 45

Page 4: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

4

BAB VI. TEKNOLOGI FERMENTASI ................................. 46

6.1. Pengertian Fermentasi ................................................ 46 6.2. Bahan-bahan Fermentasi............................................. 46 6.3. Cara Pembuatan. ......................................................... 48

BAB.VII. TEKNOLOGI HAY ................................................. 53 7.1. Pengertian Hay ........................................................... 53 7.2. Bahan-bahan Pembuatan Hay..................................... 55 7.3. Proses Pembuatan Hay................................................ 56 7.4. Ciri-ciri HayYang Jadi................................................ 57

DAFTAR BACAAN ................................................................ 59

Page 5: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

5

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. King Grass berumur sekitar 2 minggu setelah panen ......... 8 2. Bercak hijau muda di sekitar pangkal daun King Grass..... 10 3. Rumput Gajah King Grass berumur sekitar 8 bulan sejak

hari tanam........................................................................... 10 4. Batang berwarna kemerah merahan merupakan ciri

kultivar Taiwan (Cijayana)................................................. 11 5. Batang rumput Taiwan yang besar tapi relatif lunak

(Cijayana). .......................................................................... 12 6. Rumpun rumput gajah Africa yang sudah tua .................... 13 7. Jumlah rumpun gajah Africa yang banyak ......................... 13 8. Penanaman rumput gajah, Cijayana (2).............................. 15 9. Penanaman rumput gajah dengan pola lorong (Alley

Cropping)............................................................................ 16 10. Penanaman rumput gajah dengan pola monokultur. .......... 17 11. Pemanenan di musim hujan (usia sekitar 40 harian). ......... 18 12. Gamal, tanaman kombinasi yang baik................................ 19 13. Petani Cijayana dan King Grass ......................................... 20 14. Tanaman Gamal. ................................................................ 27 15. Pertanaman Singkong/ubi kayu.......................................... 29 16. Tanaman Turi. .................................................................... 30 17. Tanaman Kaliandra. ........................................................... 31 18. Hay yang sudah jadi. .......................................................... 58

Page 6: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

6

BAB I

PENDAHULUAN

Produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor lingkungan sampai 70% dan faktor genetik hanya sekitar 30%. Diantara faktor lingkungan tersebut, aspek pakan mempunyai pengaruh paling besar yaitu sekitar 60%. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun potensi genetik ternak tinggi, namun apabila pemberian pakan tidak memenuhi persyaratan kuantitas dan kualitas, maka produksi yang tinggi tidak akan tercapai. Di samping pengaruhnya yang besar terhadap produktivitas ternak, faktor pakan juga merupakan biaya produksi yang terbesar dalam usaha peternakan. Biaya pakan ini dapat mencapai 60-80% dari keseluruhan biaya produksi.

Pakan hijauan adalah bahan yang berfungsi sebagai sumber serat atau sekaligus sebagai sumber vitamin. Untuk memperoleh HMT pada umumnya peternak mencari di lapangan yang ketersediaannya tergantung pada musim. Di samping itu peternak juga melakukan penanaman HMT terutama yang memiliki jumlah ternak banyak sehingga tidak hanya mengandalkan pencarian di alam. HMT bisa berupa hijauan segar yang terdiri dari rumput dan daun-daunan. Limbah pertanian mempunyai potensi yang besar untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Limbah pertanian ini dapat berupa jerami padi, jerami jagung/tebon, kulit kedelai dan limbah kacang tanah.

Peternak sapi di lahan kering selalu menghadapi masalah kekurangan pakan terutama pada musim kemarau, karena mereka tidak terbiasa menanam HMT dan hanya mengandalkan pencairan di alam. Ternak umumnya hanya diberi rumput dari alam yang ketersediaannya sangat bergantung pada musim. Pencarian rumput atau limbah pertanian biasanya dilakukan perorangan atau berkelompok. Pada musim kemarau lokasi pencarian HMT juga sampai pada luar wilayah karena ketersediaan rumput sudah tidak mencukupi lagi. Hal ini membuat peternak terpaksa mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Bahkan sampai harus menjual sebagian ternaknya untuk pengadaan pakan.

Page 7: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

7

Dalam sistem usaha ternak sapi potong rakyat, suplai pakan sangat bergantung pada ketersediaan hijauan yang tumbuh di luar lahan usaha tani serta limbah tanaman pangan. Ketersediaan bahan pakan tersebut berfluktuasi, bergantung pada musim. Musim kemarau (pertengahan sampai akhir musim) merupakan periode kritis ketersediaan bahan pakan.

Untuk mengatasi masalah tersebut, peternak diharapkan dapat mengelola HMT dan limbah pertanian pada saat produksi berlebihan seperti musim panen, misalnya dengan pengawetan. Teknologi pakan ternak ruminansia meliputi kegiatan pengolahan bahan pakan yang bertujuan meningkatkan kualitas nutrisi, meningkatkan daya cerna dan memperpanjang masa simpan. Sering juga dilakukan dengan tujuan untuk mengubah limbah pertanian yang kurang berguna menjadi produk yang berdaya guna. Pengolahan bahan pakan yang dilakukan secara fisik (pemotongan rumput sebelum diberikan pada ternak) akan memberi kemudahan bagi ternak yang mengkonsumsinya. Beberapa teknologi untuk mengawetkan HMT yang sudah banyak dikembangkan dan disosialisasikan kepada peternak antara lain silase, fermentasi, amoniasi dan hay. Teknologi ini sangat sederhana karena menggunakan bahan-bahan yang mudah diperoleh dan tidak mahal sehingga tidak memberatkan peternak. Peternak juga mudah memahami dan menerapkan pada ternaknya. Dengan teknologi ini diharapkan mampu mengatasi permasalahan pengadaan bahan pakan hijauan karena tersedia sepanjang tahun dengan kualitas yang baik.

Mutu gizi limbah pertanian dapat ditingkatkan dengan beberapa cara lain dengan perlakuan secara fisik (mekanis), biologis (enzimatis, jamur maupun mikroba), kimiawi (amoniasi urea), serta kombinasi perlakuan kimiawi dan biologis. Cara tersebut dapat meningkatkan kandungan protein kasar, protein mudah larut, serta kecernaan bahan organik. Pengolahan secara kimiawi (dengan menambah beberapa bahan kimia pada bahan pakan agar dinding sel tanaman yang semula berstruktur sangat keras berubah menjadi lunak sehingga memudahkan mikroba yang hidup di dalam rumen untuk mencernanya.

Page 8: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

8

BAB II HIJAUAN MAKANAN TERNAK DAN

LIMBAH PERTANIAN

2.1 Pengertian HMT dan Limbah Pertanian

Hijauan Makanan Ternak (HMT) merupakan hijauan yang biasa diberikan pada ternak sebagai pakan setiap harinya. HMT merupakan sumber serat kasar yang utama. Di dalam sistem pemeliharaan ternak tradisional di Indonesia HMT merupakan bagian terbesar dari keseluruhan pakan yang diberikan. Pada umumnya hijauan yang diberikan terdiri dari rumput dan leguminosa yang mudah didapat di sekitar lokasi peternakan.

Rumput untuk makanan ternak umumnya berupa rumput lokal atau rumput asli yang banyak tumbuh di alam. Lokasi pencarian rumput pada umumnya di padang penggembalaan umum, pematang sawah, pinggir jalan, pinggir hutan, saluran irigasi atau perkebunan. Leguminosa juga banyak ditemukan di sela-sela pematang sawah, pinggir jalan maupun hutan. Tanaman leguminosa banyak ditanam sebagai pagar batas lahan pekarangan atau sawah. Petani biasa mencari hijauan sambil pergi ke sawah sehingga bisa dikatakan sebagai usaha sambilan. Setelah selesai mengerjakan pekerjaan di sawah pulang sambil membawa hijauan untuk pakan ternak.

Limbah pertanian merupakan hasil samping dari pengolahan hasil pertanian. Hasil samping dari pengolahan pertanian biasanya sudah tidak diperhitungkan lagi dalam sistem usaha pertanian sehingga bisa dikatakan sebagai limbah dan sebagian besar dibuang begitu saja. Limbah pertanian ini cukup melimpah dan sebenarnya merupakan potensi yang besar untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Oleh karena itu sebenarnya petani sebaiknya juga memelihara ternak untuk memanfaatkan limbah pertanian yang dihasilkan.

Page 9: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

9

2.2 Jenis-jenis HMT

Yang dimaksud dengan HMT adalah hijauan yang dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak. Beberapa jenis HMT antara lain : 1) Rumput-rumputan

Rumput-rumputan ada 2 jenis yaitu rumput lokal dan rumput unggul. Rumput lokal adalah jenis rumput yang sudah lama beradaptasi dengan kondisi tanah dan iklim di Indonesia. Biasanya rumput ini tumbuhnya menjalar atau perdu kecil, mempunyai daya hasil dan kualitas rendah. Rumput ini sering dijumpai di lahan-lahan pertanian, seperti di pinggir jalan, pinggir hutan, pinggir saluran irigasi Walaupun daya hasil dan kualitas rumput rendah tetapi biasanya disenangi ternak khususnya sapi, kerbau dan domba. Beberapa contoh dari rumput lokal yang sudah dikenal petani dan banyak dibrikan pada ternak adalah rumput kawat, rumput pahit, rumput karpet, jukut kaladi dan lain-lain. Rumput ini tidak sengaja ditanam tetapi sudah menyebar di lahan-lahan. Beberapa di antaranya bahkan sudah tergolong ke dalam gulma atau tumbuhan pengganggu.

Rumput unggul adalah jenis rumput pakan yang sengaja didatangkan dari luar negeri karena mempunyai kelebihan dibandingkan dengan rumput lokal, terutama daya hasil dan mutunya. Biasanya rumput ini secara fisik relatif besar, tumbuhnya tegak, walaupun ada juga yang menjalar sehingga disebut unggul. Beberapa contoh rumput unggul diantaranya rumput gajah, raja, benggala, meksiko yang sudah banyak dikembangkan oleh peternak.

2) Leguminosa Yang dimaksud leguminosa (legum) adalah semua jenis

tumbuhan yang termasuk keluarga kacang-kacangan. Di Indonesia kacang-kacangan biasa juga disebut polong-polongan. Leguninosa ini sangat baik diberikan pada ternak karena kandungan proteinnya sangat tinggi. Tumbuhan ini mampu mengikat unsur nitrogen (N2) dari udara, sehingga tidak perlu dipupuk dengan pupuk N seperti urea. Beberapa contoh leguminosa antara lain kaliandra, gamal, lamtoro, kalopo, kembang telan dan lain-lain.

Page 10: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

10

3) Daun-daunan Selain rumput-rumputan dan leguminosa ada bagian lain dari

tumbuh-tumbuhan yang biasa diberikan pada ternak, misalkan daun nangka, daun dan batang pisang, pucuk tebu dan lain-lain.

2.3. Jenis Limbah Pertanian

Yang dimaksud dengan limbah pertanian adalah hasil samping dari pengolahan hasil pertanian. Beberapa limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak diantaranay jerami dan dedak padi, jerami dan tongkol jagung, jerami kacang tanah dan lain-lain.

Limbah hasil pengolahan perkebunan juga termasuk dari limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Beberapa limbah perkebunan yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak diantaranya kulit kakao, kulit kopi, biji randu, pelepah sawit, solid dan lain-lain.

2.4. Kebutuhan HMT Pada Ternak

Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat bergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembaban nisbi udara) serta bobot badannya. Maka, setiap ekor ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda pula. Ternak ruminansia yang normal (tidak dalam keadaan sakit/sedang berproduksi), mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan kebutuhannya untuk mencukupi hidup pokok. Kemudian sejalan dengan pertumbuhan, perkembangan kondisi serta tingkat produksi yang dihasilkannya, konsumsi pakannya pun akan meningkat pula.

Hijauan yang diberikan kepada ternak tidak boleh kurang dari 10% dari berat badannya. Misalnya berat badan sapi 300 kg, maka hijauan yang diberikan setiap hari 10% dari 300 kg yaitu 30 kg.

Page 11: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

11

BAB III TEKNOLOGI BUDIDAYA

3.1. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schumach)

Nama daerah: Elephant grass, Napier grass (Inggris), Herbe d’éléphant, fausse canne à sucre (Prancis), Rumput Gajah (Indonesia, Malaysia), Buntot-pusa (Tagalog, Filipina), Handalawi (Bokil), Lagoli (Bagobo), Ya-nepia (Thailand), Co’ duôi voi (Vietnam), pasto elefante (Spanyol)

Asal-usul dan persebaran geografi: Berasal dari Afrika tropika, kemudian menyebar dan diperkenalkan ke daerah daerah tropika di dunia, dan tumbuh alami di seluruh Asia Tenggara yang bercurah hujan melebihi 1.000 mm dan tidak ada musim panas yang panjang. Rumput gajah dikembangkan terus menerus dengan berbagai silangan sehingga menghasilkan banyak kultivar, terutama di Amerika, Philippine dan India.

Rumput gajah merupakan keluarga rumput rumputan (graminae) yang telah dikenal manfaatnya sebagai pakan ternak pemamah biak (Ruminansia) yang alamiah di Asia Tenggara. Rumput ini biasanya dipanen dengan cara membabat seluruh pohonnya lalu diberikan langsung (cut and carry) sebagai pakan hijauan untuk kerbau dan sapi, atau dapat juga dijadikan persediaan pakan melalui proses pengawetan pakan hijauan dengan cara silase dan hay. Selain itu rumput gajah juga bisa dimanfaatkan sebagai mulsa tanah yang baik. Di Indonesia sendiri, rumput gajah merupakan tanaman hijauan utama pakan ternak. Penanaman dan introduksinya dianjurkan oleh banyak pihak.

Deskripsi dan Sifat Rumput Gajah

Nilai pakan rumput gajah dipengaruhi oleh perbandingan (rasio) jumlah daun terhadap batang dan umurnya. Kandungan nitrogen dari hasil panen yang diadakan secara teratur berkisar antara 2-4% Protein Kasar (CP; Crude Protein) selalu diatas 7% untuk varietas Taiwan, semakin tua CP semakin menurun). Pada daun muda nilai ketercernaan (TDN) diperkirakan mencapai 70%, tetapi angka ini menurun cukup drastis pada usia tua hingga 55%. Batang-batangnya kurang begitu

Page 12: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

12

disukai ternak (karena keras) kecuali yang masih muda dan mengandung cukup banyak air.Rumput ini secara umum merupakan tanaman tahunan yang berdiri tegak, berakar dalam, dan tinggi dengan rimpang yang pendek. Tinggi batang dapat mencapai 2-4 meter (bahkan mencapai 6-7 meter), dengan diameter batang dapat mencapai lebih dari 3 cm dan terdiri sampai 20 ruas / buku. Tumbuh berbentuk rumpun dengan lebar rumpun hingga 1 meter. Pelepah daun gundul hingga berbulu pendek; helai daun bergaris dengan dasar yang lebar, ujungnya runcing.

Rumput gajah merupakan tumbuhan yang memerlukan hari dengan waktu siang yang pendek, dengan fotoperiode kritis antara 13-12 jam. Namun kelangsungan hidup serbuk sari sangat kurang sehingga menjadi penyebab utama dari penentuan biji yang lazimnya buruk. Disamping itu, kecambahnya lemah dan lambat. Oleh karenanya rumput ini secara umum ditanam dan diperbanyak secara vegetatif. Bila ditanam pada kondisi yang baik, bibit vegetatif tumbuh dengan cepat dan dapat mencapai ketinggian sampai 2-3 meter dalam waktu 2 bulan.

Rumput gajah ditanam pada lingkungan hawa panas yang lembab, tetapi tahan terhadap musim panas yang cukup tinggi dan dapat tumbuh dalam keadaan yang tidak seberapa dingin. Rumput ini juga dapat tumbuh dan beradaptasi pada berbagai macam tanah meskipun hasilnya akan berbeda. Akan tetapi rumput ini tidak tahan hidup di daerah hujan yang terus menerus. Secara alamiah rumput ini dapat dijumpai terutama di sepanjang pinggiran hutan.

Page 13: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

13

Gambar 1. King Grass berumur sekitar 2 minggu setelah panen.

Perkembangbiakan vegetatif dilakukan baik dengan cara membagi rumpun akar dan bonggol maupun dengan stek batang (minimal 3 ruas, 2 ruas terbenam di tanah). Hal ini dapat dilakukan dengan tangan atau dengan peralatan seperti yang dilakukan pada penanaman tebu. Jarak antar barisan berkisar antara 50 – 200 cm. di daerah yang lebih kering jaraknya lebih lebar. Jarak dalam barisan bervariasi mulai dari 50 – 100 cm. penanaman yang dicampur dengan tanaman lain semisal ubi kayu dan pisang sering dilakukan di kebun rumah.

Untuk mendapatkan hasil dan ketahanan tinggi, rumput ini ditanam dengan pengairan yang teratur dan pemupukan yang cukup. Pemupukan yang banyak diterapkan biasanya bila rumput sering dipotong/dipanen. Kandungan nutrien setiap ton bahan kering adalah N:10-30 kg; P:2-3 kg; K:30-50 kg; Ca:3-6 kg; Mg dan S:2-3 kg. dengan hasil bahan kering tiap tahun 20-40 ton/Ha, karenanya banyak zat diserap dari tanah. Jika tidak dipupuk hasilnya akan segera menurun drastis dan gulma akan menyerang. Walaupun rumput gajah jarang ditanam dengan polong-polongan (legume), namun tetap dapat dikombinasikan dengan baik.

Penyakit yang biasa menyerang yaitu kutu Helminthosporium sacchari. Tindakan yang paling baik untuk mencegahnya adalah dengan

Page 14: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

14

menggunakan kultivar yang tahan penyakit tersebut. Namun demikian secara umum kami tidak menemukan serangan hama pada rumput gajah yang ditanam. Kebanyakan hanya merupakan serangan belalang dan ulat yang masih bisa di tolerir.

Rumput gajah dapat dipanen sepanjang tahun. Biasanya rumput ini diberikan dalam bentuk segar, tetapi dapat juga diawetkan sebagai silase. Hasil bahan kering setiap tahun diharapkan berkisar 2 - 10 ton/hektar untuk tanaman yang tidak dipupuk atau dengan pupuk yang sedikit, tetapi yang menggunakan banyak pupuk N dan P hasilnya berkisar antara 6 - 40 ton/hektar.

Prospek rumput gajah cukup baik bila dilakukan pemupukan yang baik pula. Dengan memanen pada pertumbuhan yang masih muda atau dengan menggunakan kultivar yang baik akan mencapai nilai pakan yang tinggi. Keuntungan dari jenis ini adalah kemampuannya berproduksi, dapat ditanam dalam jumlah besar atau kecil, dan dapat diusahakan secara mekanis atau juga untuk pertanian/peternakan skala kecil.

Jenis Kultivar di Indonesia

Ada empat kultivar yang ada di Indonesia. Rumput gajah semuanya merupakan introduksi dan bukan jenis rumput lokal. Kultivar rumput gajah tersebut adalah King Grass (P. purpureum cv. King Grass), Taiwan (P. purpureum cv. Taiwan), Hawaii (P. purpureum cv. Hawaii) dan Africa (P. purpureum cv. Africa). Namun karena memang bentuknya yang satu sama lain sangat mirip, agak sulit membedakannya (setidaknya bagi mata awam seperti kami). Namun demikian ada sedikit panduan yang diberikan oleh rekan di BIB Lembang untuk menentukan berbagai kultivar tersebut.

King: Batang dan daunnya paling raksasa (karena itulah dia disebut King Grass), daunnya berbulu kasar dan akan terasa perih bila memanen rumput ini tanpa menggunakan baju tangan panjang (percayalah, penulis sudah merasakannya). Batangnya keras. Produktivitas tinggi, menurut pengamatan kami dapat mencapai 200 - 250 ton per hektar per tahun. Pada daun muda, pangkal daunnya memiliki bercak bercak berwarna hijau muda.Pengamatan kami,

Page 15: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

15

produksi per rumpun di Cijayana bisa lebih dari 7 kilogram (basah) per panen.

Gambar 2. Bercak hijau muda di sekitar pangkal daun King Grass.

Gambar 3. Rumput Gajah /King Grass berumur sekitar 8 bulan sejak hari tanam.

Taiwan: Cukup raksasa, dapat mencapai 4 -5 meter. Batangnya lunak, daun lebar berbulu lembut, tingkat nutrisi cukup baik. Ciri ciri

Page 16: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

16

lain adalah pada batang muda pangkal batangnya bawah yang dekat ke tanah berwarna kemerah merahan. Namun beberapa rekan peternak di Lembang kurang menyukai kultivar ini karena lunaknya batang tersebut sehingga cenderung mudah roboh apabila diterpa angin kencang. Produktivitas tinggi, bisa mencapai 300 ton / hektar per tahun dengan kondisi pemupukan dan pemeliharaan optimal. Selain itu, Taiwan (juga King Grass) membutuhkan air yang cukup banyak. Pengamatan kami, produksi per rumpun bisa lebih dari 7 kilogram (basah) per panen.

Gambar 4. Batang berwarna kemerah merahan merupakan ciri kultivar Taiwan (Cijayana).

Page 17: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

17

Gambar 5. Batang rumput Taiwan yang besar tapi relatif lunak (Cijayana).

Africa: Batang kecil dan keras. Daun kecil. Tumbuh tunas tunas kecil pada ketiak batang. Sehingga apabila terbiasa melihat King Grass atau Taiwan yang sehat, melihat Africa seperti melihat rumput kerdil. Kultivar ini yang banyak ditanam di Manglayang Farm. Kenapa ? Hipotesa kami adalah kultivar ini yang pertama kali masuk dan dikembangkan di daerah Manglayang. Keunggulan dari Africa adalah kebutuhan airnya yang tidak terlalu banyak. Sehingga pada musim kering pun masih dapat tumbuh dengan cukup baik. Produktivitas tidak terlalu tinggi, kami hanya sekitar 1-2 kilogram/ rumpun (basah) per panen (sekitar 100 ton per hektar per tahun).

Page 18: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

18

Gambar 6. Rumpun rumput gajah Africa yang sudah tua.

Gambar 7. Jumlah rumpun gajah Africa yang banyak.

Hawaii: Hawaii memiliki batang dan daun yang lunak tapi tidak terlalu besar. Lebih mirip ke Taiwan hanya lebih kecil. Tidak heran, karena kultivar ini merupakan induk dari kultivar Taiwan yang

Page 19: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

19

merupakan hibrid King Grass dengan Hawaii. Sedangkan menurut literatur yang ada di internet, kultivar yang ada di dunia banyak sekali, namun kultivar kultivar yang disebutkan di atas sulit sekali dicari referensinya, kecuali King Grass dan Taiwan. Disebutkan disana King Grass merupakan hasil silangan antara P. purpureum biasa dengan Pearl Millet (Pennisetum galucum). Kultivar yang cukup menarik adalah tipe Dwarf (kerdil), yaitu Pennisetum purpureum cv. Mott. Disebutkan bahwa kultivar ini memiliki karakteristik perbandingan rasio daun yang tinggi dibandingkan batang. Berkualitas nutrisi tinggi pada berbagai tingkat usia dibandingkan jenis rumput tropis lainnya. Tahan kekeringan, dan hanya bisa di propagasi melalui metoda vegetatif.

Metoda Penanaman

Seperti telah disinggung diatas, penanaman rumput gajah dilakukan dengan metoda perbanyakan vegetatif. Cara yang umum diterapkan adalah dengan stek batang dan memecah anakan. Cara yang pertama memungkinkan perbanyakan dengan lebih cepat, namun agak sedikit lebih lambat pertumbuhannya dibandingan dengan cara anakan atau pols. Cara penanaman yang biasa kami lakukan adalah sebagai berikut:

Pengolahan Lahan Proses penanaman rumput gajah dimulai pada dengan pengolahan

lahan yaitu dengan melakukan pembersihan lahan dari tanaman gulma, memisahkan bibit yang masih dapat digunakan untuk kemudian dilakukan pembalikan tanah serta pembuatan ulang dan rekondisi galur tanam.

Pupuk Dasar dan Penanaman Setelah melakukan pengolahan lahan, dilanjutkan dengan

pemupukan dasar menggunakan pupuk kandang (manure sapi) sekira 3 ton (± 1 ton/ha) dan dilanjutkan dengan mengguludkan lahan tanam. Kemudian dilakukan penanaman dengan metoda stek batang. Untuk satu rumpun ditanam minimal 3 batang, yang masing masing batang terdiri sekurangnya dari 3 ruas.

Page 20: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

20

Gambar 8. Penanaman rumput gajah, Cijayana (2).

Pemupukan Kedua

Pemupukan kedua dilakukan 2 minggu setelah tanam dengan menggunakan pupuk NPK (16:16:16) dengan dosis 60 kg / hektar. Pemupukan kedua ini biasanya dibarengi dengan penyaueran (menimbunkan tanah dan rumput liar untuk meninggikan guludan).

Pemupukan Lanjutan Pemupukan kimia selanjutnya dilakukan pada musim hujan yang

akan datang. Untuk selanjutnya diharapkan pemupukan cukup dengan menggunakan pupuk kandang sebanyak 2 kali per tahun, 1 kali pada musim hujan dan 1 kali pada musim kemarau.

Pemeliharaan Pemeliharaan pada tahun pertama dapat di rinci sebagai kegiatan

pemupukan dan penyiangan/pembersihan gulma seperti berikut (pada lahan 3.2 hektar).

Page 21: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

21

Pola Tanam

Pola tanam menggunakan berbagai metoda. Ada yang menggunakan metoda lorong polikultur (alley cropping) dengan tanaman sela, ada juga yang menggunakan sistem monokultur / tunggal. Pada pola lorong, rumput gajah ditanam dengan tanaman sela jagung (Zea mays), Sorghum (Sorghum bicolor L. Moench) atau Kacang Tanah (Arachis hypogaea) menggunakan jarak dalam barisan ± 50 cm dan jarak antar barisan ± 250 cm (50 x 250 cm).

Gambar 9. Penanaman rumput gajah dengan pola lorong (Alley Cropping).

Diproyeksikan jumlah baris dapat mencapai sekitar 100 baris, dimana setiap baris dapat mencapai rata rata 259 rumpun, sehingga total dalam lahan tersebut mampu menampung rumpun sebanyak 25.900 rumpun. Namun kenyataan di lapangan setelah dilakukan penghitungan rumpun, efektif tertanam hanya 9.686 rumpun (37%) sehingga rata rata penyebaran rumpun per hektar nya hanya mencapai 2.866 rumpun (total 121 baris x ± 80 rumpun) dengan total luasan efektif tertanam rumput gajah hanya 8.100 m2. Kondisi ini disebabkan luasan efektif yang dapat ditanami berkurang selain akibat adanya tanaman sela, juga disebabkan berbagai kondisi lapangan yang kurang menguntungkan dan tidak dapat ditanami, seperti adanya genangan/rawa, tanah berbatu, adanya embung dan bak serta lahan yang sudah ditanami leguminosa jenis Gamal (Gliricidia sepium) dan tanaman lain.

Page 22: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

22

Sedangkan pola tanam yang dianjurkan oleh BIB Lembang dilakukan dengan menggunakan pola monokultur dan lebih rapat. Hal ini tentu berkaitan dengan treatment dan perawatan yang optimal yang perlu diberikan. Jarak tanam dalam barisan berkisar 70-100 cm dan jarak antar barisan 70-100 cm.

Gambar 10. Penanaman rumput gajah dengan pola monokultur.

Pemanenan

Pada musim penghujan secara umum rumput gajah sudah dapat dipanen pada usia 40 - 45 hari. Sedangkan pada musim kemarau berkisar 50 - 55 hari. Lebih dari waktu tersebut, kandungan nutrisi semakin turun dan batang semakin keras sehingga bahan yang terbuang (tidak dimakan oleh ternak) semakin banyak. Sedangkan mengenai panen pertama setelah tanam, menurut pengalaman kami dapat dilakukan setelah rumput berumur minimal 60 hari. Apabila terlalu awal, tunas yang tumbuh kemudian tidak sebaik yang di panen lebih dari usia 2 bulan.

Page 23: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

23

Gambar 11. Pemanenan di musim hujan (umur sekitar 40 hari).

Beberapa solusi (yang tidak semuanya dapat secara praktis dilakukan): 1. Penanaman rumput gajah harus dilakukan di areal yang dekat dan

sekitar kandang sehingga dapat dengan mudah terjangkau oleh anak kandang/peternak selain itu juga dapat dengan mudah (dan murah) dilakukan pemupukan (dari pupuk kandang).

2. Meningkatkan produksi protein bagi kebutuhan ternak per luasan areal tanam. Seperti diketahui, nutrisi terutama protein rumput gajah tidak terlalu bagus. Caranya bisa dengan mengkombinasikan rumput gajah dengan tanaman leguminosae semak berprotein tinggi seperti Lamtoro (Leucaena leucocephala), Kaliandra (Calliandra calothrysus) dan Gamal (Gliricidia sepium). Atau dengan legum merambat seperti Kacang Sentro (Centrosema pubescens), KembangTelang (Clitoria ternatea), dan Kacang Ruji (Pueraria phaseoloides). Selain sebagai sumber fiksasi nitrogen dan penyubur tanah, juga sebagai pakan tambahan yang sangat berguna bagi ternak.

Page 24: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

24

Gambar 12. Gamal, tanaman kombinasi yang baik.

3. Meningkatkan nilai ekonomi lahan dengan melakukan penanaman rumput gajah dengan metoda lorong pada tanah yang relatif datar dan metoda sengked pada tanah berkontur miring. Tanaman sela harus yang memiliki nilai ekonomis tinggi, misalnya jenis tanaman semusim seperti Jagung (Zea mays), Kacang Tanah (Arachis hypogaea), Sorghum (Sorghum bicolor, Sorghum vulgare). Dapat juga digabung dengan tanaman keras seperti Sengon (Albizzia falcata), Suren (Toona sureni) dan sebagainya yang disesuaikan dengan kapasitas dan karakter lahan.

4. Perlulah kiranya di pikirkan lebih lanjut mengenai metoda produksi rumput gajah, baik penanaman, pemeliharaan dan pemanenan yang lebih efisien dan berdaya guna.

5. Kami juga sempat mencoba menggembalakan ternak langsung di kebun rumput gajah, hipotesa awal kami, menggembalakan ternak langsung di lahan rumput gajah dapat mengurangi tenaga pemanenan. Hasilnya, kami tetap saja perlu mengeluarkan tenaga ekstra untuk melakukan pengendalian dan pengawasan ternak, untuk menjaga agar rumput gajah tidak over-graze (dimakan secara

Page 25: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

25

berlebihan) sehingga menganggu pertumbuhan. Dan terutama, rumput gajah tidak tahan injakan dan kondisi over-grazing.

Gambar 13. Petani Cijayana dan King Grass.

3.2. Rumput King Grass (Pennisetum Sp)

Pemilihan Lokasi o Sumber air. Suplai air diperlukan bagi daerah yang sering

mengalami kemarau panjang atau apabil akan digunakan sistem penyebaran pupuk secara otomatis melalui saluran pem-buangan.

o Kesuburan Tanah. Perlu diketahui keadaan tanah untuk diperhitungkan unsur-unsur hara apa dan berapa banyak yang perlu ditam-bahkan. Tanah dengan pH diatas 7 sebagai tanah alkalis (basa).

o Untuk menaikan pH tanah dapat ditam-bahkan kapur, sedangkan untuk menu-runkna pH tanah dapat digunakan pupuk yang mengandung sulfur (ZA).

o Topografi. Rumput ini mudah ditanam dan dapat tumbuh dari dataran rendah sanpai dataran tinggi. Topografi ini penting dalam perencanaan peggunaan alat mekanisasi dan sistem penanaman

Page 26: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

26

rumput. Penggunaan traktor pada kemiringan tanah sampai 18 0 sudah tidak efektif lagi. Disamping itu semakin tinggi derajat kemiringan tanah semakin rendah efisiensi penggunaan pupuk dan membu-tuhkan upaya keras untuk mempertahankan kelestarian kesuburan tanah.

Tahapan Kerja

o Pemilihan Bibit. Penggunaan bibit yang baik berarti efisiensi waktu, tenaga dan biaya serta jaminan memperoleh pertum-buhan yang baik, apabila faktor-faktor lain tidak menghambat. Stek diperoleh dari potongan batang yang cukup umur dan sehat, minimum terdiri dari 2 mata dan atau panjang 30 cm. Dapat lebih tahan lama disimpan ditempat yang sejuk.

o Waktu Pengolahan Tanah dan Penanaman. Pertumbuhan awal sangat peka terhadap pengaruh luar, terutama keadaan air dan suhu. Pada tanah tanpa irigasi pengolahan tanah dilakukan pada musim hujan. Namun jarak yang terlam-pau lama antara akhir pengolahan dan penanaman dapat menyebabkan tanah tersebut memadat kembali.

o Pengolahan Tanah dan Penanaman. Pengolahan tanah bertujuan untuk mempersiapkan media tumbuh yang opti-mum bagi suatu tanaman. Adapun urutannya sebagai berikut : Pembersihan lahan. Membersihkan lahan terhadap pohon, semak

belukar atau tanaman lainnya. Pencangkulan/pembajakan. Bertujuan me-mecah lapisan tanah

menjadi bongkahan untuk mempermudah peng-gemburan selan-jutnya. Dengan mem-balik lapisan tanah tersebut dan mem-biarkan beberapa saat, diharapkan mineralisasi bahan organik berlang-sung lebih cepat karena aktifitas micro organisme dipergiat, sehingga tanah menjadi masak. Diusahakan kedala-man pencangkulan ± 40 cm.

Penggemburan/penggaruan. Tujuan untuk menghancurkan bongkahan besar menjadi struktur yang lemah dan sekaligus membebaskan tanah dari sisa perakaran tumbuh-tumbuhan liar. Ber-samaan dengan peng-gemburan perlu dilakukan pemupukan dasar (N, P dan K) dengan kebutuhan per hektar 80 kg TSP, 60 kg KCl dan 110 kg urea. Pada tanah yang miring, peng-gemburan

Page 27: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

27

dilakukan menurut kontur (contour) tanahnya, hal ini untuk mem-perkecil kemungkinan erosi. Setelah itu dibiar-kan dahulu tanah tersebut ± 7 hari.

Penanaman. Pada daerah tanpa irigasi, penanaman dapat dilakukan setelah hujan pertama. Namun apabila masa istirahat selesai dan tanah sudah basah karena air, tanamkan bibit rumput Raja. Kalau menggunakan stek, pena-namannya dengan cara memasukkan ± ¾ bagian dari panjang stek dengan kemiringan ± 30o atau dapat juga ditanam seperti tanaman tebu, yaitu stek dimasukkan kedalam tanah secara terlentang. Sedangkan jika bibitnya memakai pols (sobekan akar), mena-namnya seperti menanam padi, dengan kebutuhan setiap lubang 2 stek. Tujuh hari setelah penanaman, alirkan air secukupnya ke lahan tanaman tersebut dan lakukan penyulaman apabila terda-pat stek atau pols yang mati.

o Kebutuhan Bibit Rumput. Dianjurkan menggu-nakan jarak tanam 60 x 100 cm, sehingga perkiraan kebutuhan bibit rum-put dalam hampar tanah seluas 1 hektar sebanyak :

10.000 --------- x 2 stek = 33,332 stek/hektar 0,60

Apabila rata-rata 1 kg bibit rumput = 15 stek, maka perkiraan kebutuhan bibit rumput untuk 1 ha = 2.222 kg.

o Perawatan Rumput Raja. Perawatan dapat dilakukan dengan pendagiran dan pemupukan ± 3 - 4 kali per tahunnya atau pendagiran dilakukan setiap kali pemang-kasan dan atau tergantung dari kondisi daerah masing-masing. Adapun penda-giran rumput ini dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu: dengan cara membersihkan tanamanan liar, baru kemudian penggem-buran tanah disekitarnya atau langsung dilaksanakan penggemburan tanah dengan cara pencangkulan disekitar rumpun rumput dengan membalikkan tanah tersebut.

o Pengairan Rumput. Pengairan dilakukan ± 7 hari setelah dilaksanakannya pemupukan. Dalam pelaksanaan ini harus diperhatikan jangan sampai kedapatan air yang menggenang sebab

Page 28: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

28

dapat menyebabkan kerusakan tanaman dan bahkan kematian tanaman.

o Pemotongan (defoliasi) Rumput. Rotasi pemangkasan rumput Raja dapat dila-kukan pada umur 45 – 55 hari, namun disarankan pada umur 55 hari.

o Peremajaan Rumput. Peremajaan rumput dapat dilakukan setelah tanaman tersebut mencapai umur 3 – 4 tahun atau setinggi-tingginya 4,5 tahun. Hal ini tergantung situasi dan konsidi daerahnya. Sedangkan pelaksanaannya dapat dilakukan secar bertahap, yaitu diantara rumpun lama ditanam stek atau pols baru, setelah tanaman tresebut mulai tumbuh dengan baik, maka rumpun lama dibongkar. Begitu seterusnya sehingga kebutuhan runput potongan tetap tersedia.

3.3. Tanaman Gamal (Gliricidia sepium)

Taksonomi Famili: Fabaceae (Papilionoideae). Sinonim: Gliricidia lambii Fernald, G. maculata var. multijuga Micheli, Lonchocarpus roseus (Miller) DC., L. sepium (Jacq.) DC., Millettia luzonensis A. Gray, Robinia rosea Miller, R. sepium Jacq., R. variegata Schltdl.

Nama lokal Gamal (Indonesia), Liriksida, Liriksidia, Wit Sepiung (Jateng), Johar Gembiro Loka (DIY). Jawa Timur: Kelorwono, Joharlimo, Johar Bogor. Sunda: Cebreng, Cepbyer (Jabar), Kalikiria (Ciamis), Angrum (Garut).

Nama Lain Mother of cocoa, Quick stick (Inggris), Filipina: Balok-balok (Tagalog), Apatot (Bikol), Kukuwatit (Pangasinan). Laos: Kh’è:nooyz, khê falangx. Thailand: Khae-farang. Vietnam: Anh dào gi’a, sát thu, hông mai. Nicaraguan cocoa shade, cacahuananche, madre de cacao (Guatemala), madriado (Honduras), madricacao, mata ratÓn, mataratÓn, madera negro.

Kerabat Dua jenis lain dari genus ini adalah G.brennigii dan G. maculata.

Hanya G. sepium yang tumbuh di luar sebaran alaminya di Amerika tropika. G. sepium dibedakan dengan dua jenis lainnya dari susunan

Page 29: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

29

bunga yang tegak, bunga merah muda, dan ujung helai daun meruncing. Sedangkan G. maculata bunganya berwarna putih dengan polong dan biji yang sedikit lebih kecil dari G. sepium. Hibrid buatan G. maculata dan G. sepium telah dilakukan, tetapi belum dipastikan hibridisasi terjadi secara alam. Hibridanya tidak potensial untuk penanaman.

Gamal memang merupakan salah satu tanaman yang multi guna. Khusus sebagai pakan ternak hewan ruminansia terutama sapi, Gamal adalah kombinasi dan partner yang baik bagi rumput gajah (Pennisetum purpureum). Penanaman dapat dilakukan secara berselang seling baris dengan rumput Gajah dengan metoda alley cropping atau ditanam memanjang sebagai pagar hidup. Dengan cara ini manfaat yang diperoleh dapat berlipat ganda. Selain pupuk hijau, penahan angin juga sebagai bank protein bagi ternak ruminansia. Keunggulan lain dari gamal adalah kemampuan adaptasi yang sangat luas terhadap berbagai kondisi tanah dan klimat, mudah ditanam, dan mampu memproduksi biomasa yang cukup besar, selaras dengan kandungan nutrisi dan protein yang sangat tinggi.

Sedangkan kandungan racun dan zat anti nutrisi terutama bagi ternak monogastrik, walaupun perlu diwaspadai, merupakan kendala kecil bagi pemanfaatan gamal dibandingkan dengan manfaat yang bisa diperoleh. Apalagi dengan penanganan yang tepat (pelayuan/wilting) dan manajemen pakan yang baik, masalah ini dapat di minimalisir. Pun demikian kami tidak menyarankan untuk memberikan gamal pada ternak selain ruminansia. Gamal juga merupakan tanaman yang tidak rewel dan relatif aman dari serangan hama. Ada literatur yang menyebutkan OPT berupa kutu kecil, aphid dan beberapa jenis serangga namun kerusakan yang ditimbulkannya tidak signifikan dan secara umum dapat diabaikan.

Pemanfaatan

Pemberian daun gamal (gliricidia) segar pada ternak ruminansia. dapat meningkatkan pertambahan bobot badan, penampilan, reproduksi dan produksi. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman leguminosa pohon tropis yang multi fungsi baik sebagai kayu bakar, tanaman pagar, pakan ternak dan pencegah erosi. Sebagai pakan ternak ruminansia hijauan, gamal memiliki nilai gizi yang cukup baik yaitu 22,1% bahan kering, 23,5% protein dan 4200 Kcal/kg energi. Untuk mengurangi

Page 30: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

30

kadar kumarin yang menyebabkan aroma daun gamal tidak sedap, kadar kumarinnya bisa diturunkan melalui perlakuan pengeringan dengan sinar matahari antara 30-90 menit. Semakin lama waktu penjemuran, semakin banyak kumarin yang hilang. Proses pelayuan pada suhu kamar selama 24 jam dapat menghilangkan kadar kumarin sampai 77%.

Pemberian ransum daun gamal secara kontinyu hingga 100% dan 100-200 g/ekor/hari konsentrat berpengaruh positif pada domba ekor gemuk yang ditunjukkan dengan meningkatnya bobot badan, kinerja reproduksi dan produksi pada perkawinan kedua.

Racun dan Zat Anti Nutrisi

Walaupun sangat bermanfaat bagi ternak, tingkat racun dalam Gamal juga sudah dikenal sejak lama. Di Amerika Tengah, daun dan kulit kayu yang ditumbuk dicampur dengan rebusan biji jagung digunakan sebagai racun tikus dan racun binatang pengerat (rodenticidal). Di beberapa daerah pesisir Jawa Barat juga ditemukan penggunaan kulit batang dan biji Gamal sebagai campuran bahan pembuat racun ikan.

Sekurangnya ada beberapa jenis komponen racun dalam Gamal. Zat racun yang pertama adalah dicoumerol, suatu senyawa yang mengikat vitamin K dan dapat mengganggu serta menggumpalkan darah. Dicoumerol diperkirakan merupakan hasil konversi dari coumarin yang disebabkan oleh bakteri ketika terjadi fermentasi. Meskipun coumarin tidak beracun, ketika berubah menjadi senyawa dicoumerol dapat berbahaya bagi pengonsumsinya, terutama pada ternak monogastrik seperti kelinci dan unggas. Fakta lapangan menunjukkan tidak banyak ternak ruminansia yang keracunan dicoumerol yang disebabkan oleh daun Gamal. Senyawa racun yang kedua adalah HCN (Hydro Cyanic Acid), sering disebut juga Prussic Acid, Asam Prusik atau Asam Sianida. Meskipun kandungan HCN dalam Gamal tergolong rendah, 4mg/kg, dibanding umbi singkong/ketela pohon yang dapat mencapai 50-100mg/kg namun hal ini perlu juga diwaspadai. Zat lain yang perlu diperhatikan adalah Nitrat (NO3). Sebetulnya nitrat itu sendiri tidak beracun terhadap ternak, tapi pada jumlah yang banyak dapat menyebabkan penyakit yang disebut keracunan nitrat (nitrate poisoning). Nitrate yang secara alamiah terdapat pada tanaman di rubah menjadi nitrit oleh proses

Page 31: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

31

pencernaan, pada gilirannya nitrit dikonversi menjadi amonia. Amonia kemudian di konversi lagi menjadi protein oleh bakteri dalam rumen. Apabila ternak sapi mengkonsumsi banyak hijauan yang mengandung nitrat dalam jumlah besar, nitrit akan terakumulasi di dalam rumen. Nitrit sekurangnya 10 kali lebih beracun terhadap ternak sapi dibandingkan nitrat. Nitrit diserap kedalam sel darah merah dan bersaru dengan molekul pengangkut oksigen, hemoglobin sehingga membentuk methemoglobin.

Sayangnya, methemoglobin tidak dapat membawa oksigen dengan efisien seperti hemoglobin, akibatnya detak jantung dan pernafasan ternak meningkat, darah dan lapisan kulit berubah warna menjadi biru kecoklat coklatan, otot gemetar, sempoyongan dan bila tidak segera ditangani dapat mati lemas. Selain itu, dalam Gamal juga terdapat molekul alkaloid yang belum dapat diidentifikasi dan senyawa pengikat protein yang juga tergolong zat anti nutrisi, tannin walaupun dalam konsentrasi yang cukup rendah dibandingkan Kaliandra (Calliandra calothrysus).

Pun demikian, kasus kasus keracunan pada pemakanan yang teratur sangat terbatas. Bukti bukti diatas memang menunjukkan bahwa Gliricidia dapat menyebabkan keracunan pada ternak non-ruminansia, tapi fakta lapangan yang mendukung hal tersebut sangat sedikit. Masalah utama dari Gliricidia bukan pada tingkat racunnya, tetapi pada tingkat kesukaan (palatability). Seperti telah dikemukakan diatas, ternak cenderung menolak daun Gamal baru dengan mengendusnya saja, belum dicicipi. Hal ini setidaknya menunjukkan bahwa masalahnya berasal dari suatu senyawa yang menghasilkan aroma yang menguap dan keluar dari permukaan daun dan tidak disukai ternak.

Perkembangbiakan dan penanaman

Meskipun Gamal dapat diperbanyak dengan biji, tapi kami lebih sering menggunakan setek batang dalam usaha mengembangbiakan Gamal. Alasan pertama adalah, sulitnya mencari dan mengumpulkan biji Gamal. Di berbagai tempat yang kami temui, jarang pohon Gamal yang dapat tumbuh sampai besar, berbunga dan berbiji. Hal ini disebabkan Gamal sudah secara berkala di panen daun dan batangnya, jarang yang dapat tumbuh sampai berbunga dan berpolong. Alasan lain, perbanyakan dengan setek batang lebih mudah dan lebih cepat daripada

Page 32: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

32

melalui biji. Tanaman yang diperbanyak dengan setek sudah dapat dipanen perdana pada usia di bawah 1 tahun. Biasanya 8-10 bulan. Sedangkan pada tanaman biji, hasil biomasa baru dapat diperoleh pada usia sekira 2 tahun.

Penanaman setek lebih baik berasal dari batang bawah tanaman yang cukup usia (diatas 2 tahun), diameter batang cukup besar (diatas 4cm) dengan panjang setek bervariasi mulai dari 40cm sampai 1.5m. Jarak tanam juga bervariasi, antara 40 -50cm sampai dengan 1.5 – 5m tergantung kebutuhan Meskipun kadang-kadang menggugurkan daunnya pada musim kering dan kondisi udara dingin, Gamal dapat dikategorikan sebagai pohon yang selalu hijau (evergreen). Dapat dipanen setiap 3 – 4 bulan sekali, dengan hasil antara 1 – 2 kg hijauan basah per tanaman. Beberapa literatur menyebutkan waktu penanaman dilakukan pada awal musim hujan. Namun kami mendapatkan sedikit masalah ketika curah hujan terlalu tinggi. Banyak setek tanaman menjadi busuk akibat curah hujan yang tinggi. Kami biasanya menanam pada tengah atau bahkan akhir musim hujan atau membuat guludan (raised bed) di sekitar lokasi penanaman apabila diperkirakan curah hujan tinggi.

Gambar 14. Tanaman Gamal.

Page 33: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

33

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan stek batang atau biji, (biji disarankan untukperakaran yang dalam). Stek batang yang baik berasal dari batang bawah,dan tengah yang telah berumur lebih dari 12 bulan. Diameter stek 3-5 cmdan panjang stek 50 cm. Stek terlebih dahulu disemaikan dalam kantongplastik. Setelah bertunas 15-20 cm tingginya (berumur 2-3 bulan) dapatditanam langsung di lapangan. Jarak tanam dengan jarak antara barisan 1-2m. Waktu tanam dianjurkan pada awal musim hujan.

Panen

Pemotongan pertama pohon gamal dianjurkan setelah tanaman berumur 1 tahun. Selang waktu atau interval pemotongan selanjutnya setiap 3 bulan sekali. Rata-rata produksi hijauan segar berkisar 2-5 kg per potong per pohon.

Pemupukan

Pemberian pupuk kandang atau pupuk buatan seperti pupuk P sebanyak 35- 40 kg per hektar per tahun.

Pemberian pada ternak

Untuk pertama kali, ternak umumnya menolak akan tetapi setelah dibiasakan (dengan cara pemberian bertahap) maka berikan gamal dalam bentuk layu. Banyaknya pemberian daun gamal untuk pakan • Pemberian daun gamal secara bebas sebagai tambahan pakan dasar

rumput. • Pemberian gamal baik bagi pertumbuhan ternak ruminansia.

3.4. Tanaman Singkong (Manihot esculenta Crantz)

Daun singkong yang dimanfaatkan bisa berasal dari berbagai varietas singkong budidaya ataupun dari singkong karet, keduanya sangat mudah untuk dibudidayakan, hanya dengan menanam batangnya saja pada saat musim hujan mayoritas dapat tumbuh dengan baik.

Page 34: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

34

Daun singkong mempunyai kandungan protein yang tinggi yaitu berkisar antara 16.7−39.9% bahan kering dan hampir 85% dari fraksi protein kasar merupakan protein murni, sedangkan bagian kulit dan onggok memiliki kandungan pati yang cukup tinggi, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber energi. Dari 2.5−3 ton/ha hasil samping tanaman singkong dapat menghasilkan tepung daun singkong sebanyak 600−800 kg/ha. Lebih lanjut dijelaskan pemakaian tepung daun singkong dalam formulasi ransum dapat dijadikan sebagai sumber protein dan konsentrat pada kambing dan sapi perah.

Gambar 15. Pertanaman Singkong/ubi kayu.

Daun singkong dapat menggantikan pemakaian bungkil kedelai pada sapi perah di daerah tropik. Selain berfungsi sebagai sumber protein, daun singkong juga berperan sebagai anti cacing (anthelmintic) dan kandungan taninnya berpotensi meningkatkan daya tahan saluran pencernaan ternak terhadap mikroorganisme parasit. Ensilase merupakan salah satu cara pengawetan daun singkong sebagai pakan ternak dan efektif menurunkan kandungan sianida (HCN) pada ubi kayu setelah 3 bulan ensilase yaitu dari 289 mg/kg menjadi 20.1 mg/kg.

Banyak peternak yang ragu dalam menggunakan daun singkong sebagai pakan kambing mengingat adanya kandungan sianida yang identik dengan racun. Selama ini tidak pernah ada kasus kerancunan di kandang EFI, caranya simple daun singkong sebelum diberikan terlebih

Page 35: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

35

dahulu dijemur/dilayukan atau didiamkan satu malam kemudian keesokan harinya diberikan.

3.5. Tanaman Turi (Sesbania grandiflora)

Daun turi merupakan hijauan makanan ternak yang kaya akan kandungan protein kasar. Komposisi zat gizi daun turi terdiri atas; protein kasar 27,3%, energi kasar 4.825 kkal/kg, SDN 24,4%, lignin 2,7%, abu 7,5%, Ca 1,5% dan P 0,4%.

Salah satu kendala penggunaan daun turi sebagai pakan ternak adalah rendahnya produksi biomass dan tidak tahan terhadap pemangkasan. produksi daun turi pada musim kemarau (1,7 kg/pohon/3-4 bulan) dan musim hujan (4,1 kg/pohon/2-3 bulan). Akan tetapi, turi relatif tahan terhadap kekeringan sehingga sangat bermanfaat sebagai sumber pakan kambing pada musim kemarau. Pada musim kemarau, dimana rumput sangat sulit didapatkan, turi masih tumbuh subur dan berproduksi dengan baik. Pemetikan daun turi tidak dilakukan secara total, namun dipetik sebagian besar daunnya dan menyisakan daun pada pucuknya agar pohon turi tidak mati.

Gambar 16. Tanaman Turi.

Turi seperti halnya gliricidia dapat dibudidayakan melalui biji dan ada juga jenis turi yang dapat dibudidayakan dari stek batangnya. Untuk meningkatkan efisiensi penggunaannya, daun turi sebaiknya diberikan pada saat kebutuhan zat-zat makanan meningkat secara

Page 36: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

36

drastis, terutama pada akhir kebuntingan, awal laktasi dan cempe pada mas pertumbuhan. Hal ini dimaksudkan agar angka kematian anak dapat dicegah dan pertumbuhan anak lebih cepat.

3.6. Tanaman Kaliandra (Calliandra calothrysus)

Kaliandra digunakan secara luas untuk pakan ternak karena : daun, bunga, tangkai mempunyai kandungan protein cukup tinggi 20-25%, serta cepat tumbuh dan kemampuan bertunas tinggi setelah pemangkasan. Kaliandra dapat dibudidayakan melalui biji atau mengambil anakannya yang sudah berkar dari alam bebas kemudian ditanam di lahan yang sudah disediakan.

Pemanfaatan kaliandra sebagai hijauan pakan ruminansia telah memperlihatkan pengaruh yang menguntungkan tidak hanya performans produksi tetapi performans reproduksi ternak juga meningkat. Baik ternak ruminansia kecil maupun yang besar tidak memperlihatkan suatu masalah bila disuplementasi dengan kaliandra segar atau dalam bentuk silase tetapi tidak boleh dalam bentuk kering. Kaliandra dapat diberikan sendiri atau dalam campuran dengan legum lain yang tidak mengandung tanin untuk mensuplementasi ternak yang diberi rumput. Tambahan sumber energi sangat bermanfaat untuk meningkatkan performans produksi ternak.

Gambar 17. Tanaman Kaliandra.

Page 37: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

37

Permasalahan kaliandra sebagai pakan ternak adalah kadar tannin yang tinggi sehingga mempunyai tingkat kecernaan yang rendah (30-60%). Sistim “cofeeding” adalah cara pemberian pakan campuran antara legum yang mengandung kadar tannin tinggi seperti kaliandra dengan legum yang tidak mengandung tanin seperti gamal (gliricidia sepium) atau turi (sesbania grandifora). Tujuannya untuk mencegah sebagian dari protein terlarut dalam gamal agar tidak dipecah di dalam rumen yaitu dengan mengikatkannya pada tanin kaliandra. Kemudian diharapkan ikatan tanin-protein dapat pecah dalam pH abomasum yang rendah sehingga protein daun dapat langsung dimanfaatkan oleh ternak itu sendiri.

Namun demikian tidak perlu dikhawatirkan mengingat Kambing dilaporkan mempunyai kemampuan mencerna tannin karena memiliki enzim tannase pada mukosa ruminal.

Page 38: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

38

BAB IV TEKNOLOGI SILASE

4.1. Pengertian Silase

Silase adalah hijauan makanan ternak (HMT) yang diawetkan dengan teknologi fermentasi. Tujuan utama pembuatan silase adalah untuk mengawetkan dan mempertahankan zat makanan dari hijauan untuk disimpan dan dimanfaatkan dalam jangka waktu lama. Dengan teknologi silase kesulitan peternak untuk memenuhi kebutuhan hijauan makanan ternak dapat teratasi terutama pada musim kemarau.

Teknologi silase diketemukan secara tidak tidak sengaja. Pada jaman dahulu kala di daratan Eropa ada seorang penggembala sapi, yang selalu dengan rajin dan penuh perhatian pada ternak yang di gembalanya. Dia sangat memperhatikan keberadaan beberapa anak sapi gembalaannya yang sering tidak kebagian hijauan saat merumput. Kemudian dia menyabit rumput, yang kemudian dia tempatkan pada kantung kain tebal yang selalu dia bawa sebagai tempat menyimpan bekal makannya. Rumput yang di bawanya kemudian dengan penuh rasa kasih sayang di berikan pada anak-anak sapi setibanya di kandang. Pada suatu ketika , setelah menyabit dan menempatkan rumput di dalam kantung tebalnya, anak–anak sapi tersebut selalu mendekatinya dan berusaha memakan rumput yang berada dalam kantung tersebut. Penggembala itu merasa kesal, menghardik agar anak sapi tersebut belajar merumput, kemudian dia mengubur kantung plastiknya di dalam tanah, agar anak sapi tersebut tidak manja dan mau berusaha lebih keras dalam merumput. Sebagai manusia biasa si penggembala tidak bisa menemukan kembali kuburan kantung plastiknya, saat mereka pulang ke kandang. Beberapa minggu kemudian saat menggembala pada tempat yang sama dimana dia mengubur kantung plastiknya, secara kebetulan dia menemukan kembali kuburan tersebut. Setelah di gali ulang, di buka dan dilihat isinya, ternyata rumput tersebut masih ada serta beraroma wangi dan berasa kemanisan. Dia coba berikan pada anak-anak sapi, ternyata mereka sangat menyukainya, demikian juga saat di berikan pada sapi dewasa lainnya.

Prinsip dasar pembuatan silase memacu terjadinya kondisi anaerob dan asam dalam waktu singkat. Ada 3 hal paling penting agar

Page 39: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

39

diperoleh kondisi tersebut yaitu menghilangkan udara dengan cepat, menghasilkan asam laktat yang membantu menurunkan pH, mencegah masuknya oksigen kedalam silo dan menghambat pertumbuhan jamur selama penyimpanan. Fermentasi silase dimulai saat oksigen telah habis digunakan oleh sel tanaman. Bakteri menggunakan karbohidrat mudah larut untuk menghasilkan asam laktat dalam menurunkan pH silase. Tanaman di lapangan mempunyai pH yang bervariasi antara 5 dan 6, setelah difermenatsi turun menjadi 3.6- 4.5. Penurunan pH yang cepat membatasi pemecahan protein dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme anaerob merugikan seperti enterobacteria dan clostridia. Produksi asam laktat yang berlanjut akan menurunkan pH yang dapat menghambat pertumbuhan semua bakteri.

Pembuatan silase dilakukan pada saat produksi hijauan berlimpah dan sebaiknya di saat fase pertumbuhan hijauan dengan kandungan zat makanan optimum. Silase dibuat dengan menggunakan tempat yang rapat dan kedap udara yang biasa disebut silo. Bentuk silo berupa bangunan berbentuk silinder atau bunker yang dapat ditutup rapat. Cara lain pembuatan silase yaitu dengan membuat lubang seperti sumur yang diberi alas plastik. Selain itu dapat juga digunakan drum yang terbuat dari plastik. Apabila silase yang dibuat dalam jumlah banyak, maka silo dapat dibuat dengan menggali lubang sesuai dengan volume bahan silase sehingga biaya yang dikeluarkan tidak memberatkan peternak. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan silase antara lain alat pencacah hijauan, plastik atau bahan lain yang kedap udara.

Pengolahan bahan pakan secara fisik, seperti halnya pada perlakuan pencacahan-pemotongan hijauan sebelum diberikan pada ternak akan membantu memudahkan ternak untuk mengkonsumsi dan mencerna. Sedangkan perlakuan kimiawi, umumnya ditujukan terbatas pada upaya penambahan aditif atau vitamin atau upaya lain seperti pemecahan dinding sel hijauan yang umunya mengandung khitin, selulosa dan hemiselulosa sehingga hijauan sulit dicerna.

Hijauan yang diawetkan dengan cara dibuat silaseini dalam kondisi kadar air yang tinggi (40-80 persen). Keunggulan pakan yang dibuat silase adalah pakan awet (tahan lama), tidak memerlukan proses pengeringan, meminimalkan kerusakan zat makanan/gizi akibat pemanasan serta mengandung asam-asam organik yang berfungsi menjaga keseimbangan populasi mikroorganisme pada rumen (perut)

Page 40: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

40

sapi. Konsep teknologi silase yang dikembangkan selama ini masih bersifat silase tunggal (single silage) dan proses pembuatannya dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen). Dalam praktek di lapangan, konsep silase ini cukup terkendala karena meminta tempat simpan (pemeraman) yang cukup vakum.

4.2. Bahan-bahan Silase

Bahan utama pembuatan silase adalah segala macam hijauan baik dari rumput-rumputan maupun dari tumbuhan lainnya yang di sukai ternak ruminansia, seperti daun dan batang yang berasal dari tanaman jagung, tebu, kacang-kacangan, gandum, nanas, padi, dll. Syarat hijauan yang baik adalah jenis tumbuhan atau hijauan serta bijian yang di sukai oleh ternak, terutama yang mengandung banyak karbohidratnya disamping itu dalam kondisi masih segar atau langsung setelah disabit dari lahan, jangan yang sudah disimpan lama. Silase merupakan hijauan segar yang diawetkan dan tidak kehilangan nutrisinya.

Jerami jagung merupakan hasil ikutan bertanam jagung dengan tingkat produksi mencapai 4-5 ton/ha. Kandungan nutrisi jerami jagung diantaranya protein 5,56%, serat kasar 33,58%, lemak kasar 1,25, abu 7,28 dan BETN 52,32%. Dengan demikian, karakterisitik jerami jagung sebagai pakan ternak tergolong hijauan bermutu rendah dan penggunaannya dalam bentuk segar tidak menguntungkan secara ekonomis. Selain itu, jerami jagung memiliki kandungan serat kasar tinggi sehingga daya cernanya rendah. Kualitas jerami jagung sebagai pakan ternak dapat ditingkatkan dengan teknologi silase yaitu proses fermentasi yang dibantu jasad renik dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen). Teknologi silase dapat mengubah jerami jagung dari sumber pakan berkualitas rendah menjadi pakan berkualitas tinggi serta sumber energi bagi ternak.

Bahan tambahan diperlukan dalam pebuatan silase. Bahan tambahan diperlukan untuk mempercepat proses atau untuk meningkatkan dan mempertahankan kadar nutrisi yang terkandung pada bahan baku silase. Penambahan bahan additive ini bisa dilakukan secara langsung dengan memberikan tambahan bahan-bahan yang mengandung karbohidrat yang siap diabsorpsi oleh mikroba.

Page 41: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

41

Bahan tambahan yang diperlukan dalam pembuatan silase antara lain : - Molase : 2,5 kg/100 kg hijauan - Onggok (tepung) : 2,5 kg/100 kg hijauan - Tepung jagung : 3,25 kg/100 kg hijauan - Dedak halus : 5,0 kg/100 kg hijauan - Ampas sagu : 7,0 kg/100 kg hijauan

Bahan tambahan ini bisa dipilih salah satu sesuai dengan ketersediaannya di lokasi dan ditambah urea 1-3% sebagai bahan aditif.

4.3 Cara Pembuatan Pembuatan silase dimulai dengan mempersiapan bahan utama

silase, persiapan bahan-bahan tambahan dan tempat pembuatan silase (silo).

Proses pembuatan silase hijau antara lain : 1. Hijauan makanan ternak dipotong-potong kurang lebih 5 cm.

Pemotongan dan pencacahan perlu di lakukan agar mudah di masukan dalam silo dan mengurangi terperangkapnya ruang udara di dalam silo serta memudahkan pemadatan.

2. Bahan tambahan dan urea dicampurkan kemudian diaduk secara merata.

3. Campuran bahan baku dimasukkan kedalam silo sedikit-sedikit dan dipadatkan. Saat memasukan bahan baku kedalam silo lakukan penekanan atau pengepresan untuk setiap lapisan agar padat. Hal ini dilakukan agar oksigen sebanyak mungkin di kurangi atau di hilangkan sama sekali dari ruang silo.

4. Silo ditutup rapat sehingga udara luar tidak masuk ke dalam (anaerob). Setelah selesai dilakukan pengisian kedalam silo, kemudian segera ditutup rapat-rapat, sehingga udara dan air tak dapat masuk kedalam silo. Supaya penutupan itu bisa rapat betul, maka usahakanlah agar tutup pertama diberikan lembaran plastik, kemudian ditutup dengan tanah secukupnya, misalnya setebal 50 cm, setelah tutup pertama dengan lembaran plastik dan tanah itu selesai, kemudian diatasnya diberikan beban pemberat, seperti batu atau kantong-kantong plastik yang diisi tanah agar keadaan silo benar-benar rapat.

Page 42: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

42

5. Simpan di tempat yang aman dan hindarkan silo dari hujan dan sinar matahari langsung.

6. Diperam atau diinkubasi selama 3 minggu, setelah itu baru dapat disimpan atau diberikan pada ternak.

Pembuatan silase dengan bahan baku utama jerami jagung yang perlu dipersiapkan yaitu 1 ton jerami jagung (kadar air 60-70%) sedangkan bahan pencampur terdiri dari urea 2,5 kg, gula saka/molases 4 kg dan dedak halus 5 kg.

Proses pembuatan silase jagung antara lain : 1. Jerami jagung yang telah dilayukan kadar air 60-70% dipotong-

potong 3-5 cm. 2. Gula tebu dilarutkan dengan 12 liter air dengan cara diaduk atau

direbus. 3. Jerami jagung yang telah dipotong dimasukkan kedalam tempat

pembuatan dengan cara ditumpuk dan dipadatkan. 4. Pemberian urea, dedak halus dan larutan gula tebu dilakukan secara

bertahap dan berlapis. 5. Setiap ketebalan tumpukan berkisar 20 cm urea, dedak dan larutan

gula tebu ditaburkan dan disiram secara merata. Demikian seterusnya sampai proses penumpukan selesai.

6. Tumpukan kemudian ditutup rapat dengan menggunakan plastik atau bahan kedap udara dan tidak rembes air lalu diberikan beban diatasnya dengan menggunakan ban bekas atau karung berisi pasir.

7. Selama proses fermentasi tumpukan tidak perlu dibalik dan lindungi dari hujan dan sinar matahari langsung.

8. Proses pembuatan silase akan selesai 21 hari setelah proses penutupan.

9. Tumpukan silase yang telah mengalami proses fermentasi, dikeringkan disinar matahari dan diangin-anginkan sehingga cukup kering sebelum disimpan pada gudang penyimpanan.

4.4 Ciri-ciri Silase Yang Jadi

Proses pembuatan silase berlangsung selama 21 hari. Setelah pembuatan silase sebaiknya dilihat untuk mengetahui kualitas silase yang dihasilkan. Apaila proses pembuatan silase sesuai dengan cara-cara yang tepat, maka hasilnya akan baik.

Page 43: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

43

Silase dengan kualitas yang baik akan menampilkan ciri-ciri khasnya yaitu : 1. Silase yang baik adalah baunya agak wangi. 2. Rasanya manis dan sedikit asam. 3. Warnanya hijau kekuning-kuningan. 4. Tidak berjamur. 5. Waktu dibuka suhu tidak panas (kurang 30o). 6. Apabila dipegang kering dan teksturnya lembut. 7. Tidak menggumpal. 8. PH berkisar antara 4 – 4,5. 9. Kandungan gizi tidak berkurang bahkan bertambah.

Kerusakan hijauan di dalam penyimpanan kemungkinan bisa terjadi. Hal-hal yang perlu diantisipasi agar tidak menimbulkan terjadinya kerusakan antara lain ialah : 1) Pemadatan hijauan didalam silo yang kurang sempurna sehingga

menimbulkan terjadinya kantong-kantong udara didalam penyimpanan.

2) Penutupan silo yang tak sempurna, sehingga udara atau air bisa masuk kedalamnya, sehingga keadaan menjadi terbuka dan aerob yang memungkinkan bakteri pembusuk dan jamur tumbuh subur dan merugikan proses ensilage, mengarah terjadinya pembusukan ensilage serta penurunan nilai gizi.

Keuntungan yang diperoleh peternak apabila membuat silase antara lain: 1. Dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Silase disimpan

dalam silo yang terlindung dari sinar matahari dan hujan. Silase tetap dalam kondisi anaerob. Dengan penyimpanan yang baik, maka silase dapat bertahan selama lebih dari setahun.

2. Menghemat waktu penyediaan hijauan makanan ternak. Peternak dapat menyimpan HMT dalam jumlah yang banyak sesuai dengan kebutuhan sehingga tidak tergantung pada musim lagi.

3. Mengurangi limbah peternakan. Pakan dalam bentuk silase akan memudahkan ternak dalam mengkonsumsi sehingga yang terbuang kurang dari 5%.

Page 44: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

44

4. Disukai ternak. Silase mempunyai aroma yang khas dan palatabilitas yang baik sehingga ternak lebih menyukai kalau sudah terbiasa.

4.6. Cara Pemberian Pada Ternak

Pemberian silase pada ternak harus dilakukan dengan memperhatikan respon ternak. Silase mempunyai aroma dan rasa yang khas, maka tidak semua ternak langsung mempunyai respon yang baik. 1. Pengambilan silase harus dilakukan secara hati-hati, silo harus cepat-

cepat ditutup agar udara tidak masuk. Silase paling baik disimpan dalam silo yang berukuran sesuai dengan kebutuhan, sekali ambil isi silo habis. Misalnya setiap hari dibutuhkan 100 kg silase, maka kapasitas silo juga 100 kg.

2. Sebelum diberikan pada ternak silase diangin-anginkan terlebiih dahulu, jangan diberikan langsung pada ternak.

3. Untuk ternak yang belum terbiasa makan silase, pemberian dilakukan sedikit-sedikit dicampur dengan hijauan segar yang dikurangi secara bertahap. Jika sudah terbiasa silase dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan ternak setiap hari.

Page 45: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

45

BAB V TEKNOLOGI AMONIASI

5.1 Pengertian Amoniasi

Amoniasi adalah suatu proses perombakan dari struktur keras menjadi struktur lunak (hanya struktur fisiknya) dan penambahan unsur N saja. Pengolahan amoniasi meruipakan suatu proses pememotongan ikatan rantai tadi dan membebaskan sellulosa dan hemisellulosa agar dapat dimanfaatkan oleh tubuh ternak. Amoniak (NH3) yang berasal dari urea akan bereaksi dengan jerami padi, sehingga ikatan tadi bisa terlepas dan berganti ikatan dengan NH3, dan saat yang sama sellulosa serta hemisellulosa akan terlepas dari ikatan. Dengan demikian maka sifat kecernaan jerami akan meningkat, juga kadar proteinnya juga meningkat karena NH3 yang terikat akan berubah menjadi senyawa sumber protein.

Dalam setiap hijauan termasuk di dalamnya adalah jerami padi, terdapat Sellulosa dan hemisellulosa yang merupakan bagian dari serat kasar hijauan. Keduanya secara kimia merupakan rantai yang panjang dari glukosa. Ikatan rantai ini cukup kuat. Disamping itu mereka juga berikatan dengan lignin, ikatan inipun lebih kuat dari ikatan diantara sellulosa tadi. Semua jalinan ikatan tersebut secara keseluruhan sangat tahan tahan terhadap “serangan” enzim yang dikeluarkan oleh mikroba rumen (pencernaan). Sehingga kandungan sellulosa dan hemisellulosa, tidak dapat di cerna dan di manfaatkan tubuh ternak sebagai energi.

Amoniasi tujuannya adalah untuk memecah kaca pelindung tersebut di atas, serta mengurai ikatan serat yang sangat kuat pada dinding jerami tersebut, agar sellulosa dan hemisellulosa, yang mempunyai nilai energi sangat tinggi bisa di cerna dan diserap oleh pencernaan ternak ruminansia Terdapat beberapa bahan kimia yang dapat dimanfaatkan seperti kaustik soda (NaOH), Urea dan bahan kimia lainnya, namun disamping kurang aman bagi lingkungan, harga dan cara penanganannya sangat banyak membutuhkan biaya. Bahan kimia yang paling murah dan mudah di dapat serta mudah penanganannya adalah dengan menggunakan Urea Urea merupakan salah satu sumber amoniak (NH3) berbentuk padat. Urea yang banyak beredar untuk

Page 46: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

46

pupuk tanaman pangan kadar nitrogen yang terkandung didalamnya adalah 46 persen.

Dosis amoniak yang biasa digunakan secara optimal adalah 4 - 6 NH3 dari berat kering jerami. Kurang dari 3 % tidak ada pengaruhnya terhadap daya cerna maupun peningkatan kandungan protein kasar, tetapi amoniak ini hanya berfungsi sebagai pengawet saja. Bila lebih dari 6 % amoniak akan terbuang karena tidak sanggup lagi diserap oleh jerami dan akan lepas ke udara bebas, kerugiannya hanya pemborosan amoniak yang berarti kerugian ekonomis saja. Untuk mengolah jerami padi dengan amoniak ada tiga sumber yang dapat dipergunakan yaitu : 1. NH3 dalam bentuk gas cair. 2. NH4OH dalam bentuk larutan. 3. Urea dalam bentuk padat.

5.2 Bahan-bahan Amoniasi

Syarat bahan pakan yang diproses dengan teknologi amoniasi adalah tumbuhan yang berdinding keras, seperti batang padi, atau jerami yang berkualitas baik, artinya tidak busuk ataupun basah karena terendam air sawah maupun hujan.

Jerami padi ini mempunyai kandungan protein 4,5 - 5,5%, lemak 1,4 - 1,7 %, serat kasar 31,5 - 46,5%, abu 19,9 - 22,9%, kalsium 0,19%, fosfor 0,1% dan BETN 27,8 - 39,9%. Dengan demikian karakteristik jerami padi sebagai pakan ternak tergolong hijauan bermutu rendah. Selain kandungan nutrisinya yang rendah, jerami padi juga termasuk pakan hijauan yang sulit dicerna karena kandungan serat kasarnya tinggi sekali. Daya cerna yang rendah itu terutama disebabkan oleh struktur jaringan jerami yang sudah tua. Jaringan-jaringan pada jerami telah mengalami proses lignifikasi (pengerasan) sehingga terbentuk ligriselulosa dan lignohemiselulosa. Selain oleh adanya proses lignifikasi, rendahnya daya cerna ternak terhadap jerami disebabkan juga oleh tingginya kandungan silikat. Lignifikasi dan silifikasi tersebut secara bersamaan akan semakin meurunkan dayaa cerna jerami padi. Rendahnya kandungan nutrisi jerami padi dan sulitnya daya cerna jerami, menyebabkan jerami menjadi pakan ternak ruminansia sangat rendah manfaatnya Tujuan pembuatan Amonisasi adalah meningkatkan kualitas jerami yang rendah kandungan nutrisinya, menjadi jerami yang

Page 47: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

47

kandungan nutrisinya memadai, serta makin tingi daya kecernaannya. Kandungan amonia juga akan digunakan oleh mikroba rumen dalam aktivitas sintesis protein, sehingga bisa membuat jerami padi menjadi lebih baik untuk dikonsumsi dan daya cernanya yang tinggi.

Urea yang merupakan sumber NH3 yang mudah untuk mendapatkannya karena tersedia sampai ke pelosok desa. Dosis urea yang ditaburkan ke dalam jerami jumlahnya sekira 4%-6% dari berat jerami. Dengan kata lain, setiap 100 kg jerami padi yang akan diamoniasi membutuhkan urea sebanyak 4-6 kg. Jika dosis urea yang ditaburkan ke dalam jerami terlalu banyak, maka urea tersebut tidak akan memberikan pengaruh signifikan terhadap nilai nutrisi pada jerami.

Air yang digunakan sebanyak 40 liter untuk setiap 100 kg bahan baku. Air berfungsi untuk melarutkan urea sehingga bisa tercampur merata dan untuk membasahi bahan campuran.

5.3 Cara Pembuatan Amoniasi Jerami Padi

Sebelum dilakukan pembuatan amoniasi perlu dipersiapkan tempatnya. Tempat yang murah dan mempunyai kapasitas besar adalah membuat silo dengan menggali lubang di tanah. Setiap 1 meter kubik silo dapat menampung 400-500 kg jerami padi. Silo atau lubang dalam tanah dibuat dengan memperhatikan syarat-syarat sebagi berikut : 1. Silo dibuat di tempat yang agak tinggi agar tidak tergenang air di

musim hujan 2. Jarak dengan kandang tidak terlalu jauh agar memudahkan

pengangkutan.

Sebagai contoh sebuah silo paling kecil untuk keperluan 1 ekor sapi dewasa selama musim kemarau 100 hari (± 3 bulan) dibuat dengan menggali lubang sebesar 2 m2. Silo ini dapat diperbesar sesuai dengan kebutuhan. a. Bahan-bahan :

1. 1000 kg jerami padi kering udara 2. 60 kg urea 3. 400 liter air

Page 48: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

48

b. Peralatan : 1. Silo tanah ukuran 1 x 2 x 1 meter (lebar 1 meter, panjang 2 meter,

dalam 1 meter). 2. Dua buah drum bekas yang terbuka atasnya, kapasitas 200 liter. 3. 25 meter lembaran plastik lebar 2 meter (1/2 rol) (1 rol

panjangnya 50 liter). 4. Dua buah ember. 5. Dua buah alat pengaduk.

c. Cara pengerjaanya : 1. Pada dasar silo di hamparkan plastik. Bila plastik cukup banyak

juga pada bagian sisi-sisinya tapi yang penting adalah dasar dari silo tersebut agar cairan urea tidak langsung meresap ke dalam tanah. Ujung-ujung plastik dibiarkan berada diatas tanah dan diganjal dengan batu, pada dasar dan di sudut-sudutnya juga harus ditindih dengan batu atau bata agar plastik tidak bergerak ditiup angin sebelum jerami di masukkan ke dalam silo.

2. Jerami dimasukkan ke dalam lubang diatas plastik sedikit demi sedikit dan disusun sedimikian rupa arahnya. Bila melinyang maka semua jerami disusun melintang dengan maksud agar mudah pada saat dipadatkan. Untuk memadatkan jerami tersebut dapat diinjakinjak. Untuk satu ton jerami padi kering karena kelenturannya maka jerami akan muncul kepermukaan.

3. Siapkan larutan urea dalam kedua drum air yang berisi air tersebut. Agar tidak lumer airnya maka masing-masing drum dikurangi airnya sebanyak 30 liter langsung disiramkan kedalam silo secara merta untuk membasahi jerami. Setelah itu masing-masing drum diisi dengan 30 kg urea lalu diaduk dengan alat pengaduk sampai seluruh urea tersebut larut. Dengan menggunakan ember seluruh isi kedua drum tersebut disiramkan keatas jerami secara merata. Biasanya permukaan jerami yang muncul dipermukaan tersebut akan mulai turun karena memadat sendiri karena basah. 4. Setelah selesai penyiraman dengan larutan urea, bagian plastik yang berada diluar silo dilipat hingga menutupi seluruh permukaan jerami. Selesai penutupan permukaan lalu langsung ditimbun dengan tanah diatasnya setebal kurang lebih 30 cm. Lebih tinggi lebih baik agar air tidak

Page 49: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

49

mengenang diatas tumpukan jerami tersebut, sebaiknyatimbunan ini dibuat seperti punggung kura-kura (gunungan).

5. Silo kemudian dibiarkan untuk proses amoniasi, kira-kira satu bulan.

6. Setelah satu bulan silo sudah bisa dibongkar dan jerami disimpan dibawah atap tempat penyimpanan. Seperti halnya dengan teknik lainnya, jerami harus diangin-anginkan paling sedikit 2 hari sebelum diberikan pada ternak. Setelah silo ini dibongkar dapat dipakai lagi dan langsung diisi lagi dengan cara yang sama.

5.4 Ciri-ciri Amoniasi Yang Jadi

Proses pembuatan amoniasi berlangsung selama 30 hari. Setelah pembuatan amoniasi sebaiknya dilihat untuk mengetahui kualitas amoniasi yang dihasilkan. Apaila proses pembuatan amoniasi sesuai dengan cara-cara yang tepat, maka hasilnya akan baik.

Amoniasi dengan kualitas yang baik akan menampilkan ciri-ciri khasnya yaitu : 1. Warnanya kecoklat-coklatan . 2. Kering. 3. Lembut jika dibandingkan dengan asalnya.

Jerami hasil amoniasi atau jerami amoniasi, jika di keluarkan dari pembungkusnya harus diletakkan pada tempat atau rang yang terbuka tapi terlindung dari air hujan dan sengatan matahari. Air akan menyebabkan terjadinya pembusukan secara cepat pada jerami amoniasi. Semakin lama di simpan maka bau amonia nya akan makin hilang, dan semakin baik pula di berikan sebagai pakan ternak.

5.5. Cara Pemberian Pada Ternak

Setelah proses amoniasi selama 30 hari, maka jerami sudah matang dan dapat diberikan pada ternak. Sebelum diberikan pada ternak jerami amoniasi diangin-anginkan terlebih dahulu selama 2 hari.

Jerami amoniasi dapat diberikan pada ternak dalam bentuk utuh, atau dicampur dengan makanan tambahan atau penguat lainnya untuk meningkatkan palatabilitas dan mengimbangi kandungan kandungan nitrogen non-protein pada urea. Pemberian jerami amoniasi sebagai

Page 50: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

50

makanan pokok membutuhkan air minum sebagai faktor yang sangat perlu diperhatikan ketersediaannya.

5.6. Amoniasi Kulit Kopi

Bahan yang digunakan dalam pembuatan amoniasi kulit kopi adalah 20 kg kulit kopi kering udara, 1 kg urea, dan 14 liter air. Adapun peranti yang dibutuhkan meliputi timbangan, gelas ukur, terpal plastik, kantong plastik (disesuaikan dengan jumlah bahan), ember, dan pengaduk.

Cara pembuatannya, kulit kopi dihamparkan pada terpal / lembaran plastik berukuran 180 x 200 cm2. Masukkan 14 liter air ke dalam ember, dan masukkan pula 1 kg urea ke dalamnya. Aduk terus sampai semua urea terlarut. Siramkan larutan urea ke kulit kopi secara merata, kemudian dibolak-balik sampai seluruh bagian kulit basah oleh larutan tersebut. Masukkan kulit kopi ke dalam plastik kantong (90 x 100 cm) secara rangkap, kemudian dipadatkan, dan diikat erat-erat. Pastikan tak ada kebocoran pada kantong plastik. Setelah empat minggu, amoniasi kulit kopi sudah dapat dibuka.

Amoniasi diangin-anginkan selama 1-2 hari, sampai bau menyengat amoniak hilang. Sekarang, hasil amoniasi bisa digunakan sebagai pakan sapi atau domba. Kulit kopi yang telah diamoniasi mempunyai kandungan protein 17,88 %, kecernaan 50 % (semula 40 %), VFA 143 mM (semula 102 mM) dan NH3 12,04 mM (semula 4,8 mM).

Page 51: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

51

BAB VI TEKNOLOGI FERMENTASI

6.1 Pengertian Fermentasi

Fermentasi merupakan proses perombakan dari struktur keras secara fisik, kimia dan biologi sehingga bahan dari struktur yang komplek menjadi sederhana, sehingga daya cerna ternak menjadi lebih efisien. Proses fermentasi berbeda dengan amoniasi yang merupakan proses perombakan dari struktur keras menjadi struktur yang lebih lunak. Dengan demikian yang berubah dalam proses amoniasi hanyalah struktur fisiknya saja dan penambahan unsur N. Sedangkan fermentasi merupakan proses perombakan struktur keras secara fisik, kimia dan biologi, sehingga bahan dengan struktur yang kompleks akan berubah menjadi lebih sederhana, dan hal tersebut menyebabkan daya cerna ternak menjadi lebih efisien.

6.2 Bahan-bahan fermentasi

Bahan pakan yang sering diproses dengan teknologi fermentasi adalah jearami padi. Jerami padi adalah tanaman padi yang telah diambil buahnya (gabahnya), sehingga tinggal batang dan daunnya yang merupakan limbah pertanian terbesar serta belum sepenuhnya dimanfaatkan karena adanya faktor teknis dan ekonomis. Jerami (padi) selama ini hanya dikenal sebagai hasil ikutan dalam proses produksi padi di sawah. Pada sebagian petani, jerami sering digunakan sebagai mulsa pada saat menanam palawija. Hanya sebagian kecil petani menggunakan jerami sebagai pakan ternak alternatif di kala musim kering karena sulitnya mendapatkan hijauan. Di lain pihak jerami sebagai limbah pertanian, sering menjadi permasalahan bagi petani, sehingga sering di bakar untuk mengatasi masalah tersebut .

Sebagai bahan pakan, jerami padi mempunyai beberapa kriteria yang tidak diinginkan yaitu mempunyai kandungan protein kasar, kalsium dan fosfor yang rendah masing-masing adalah 3-5 %, 0,15% dan 0,10%; serta kandungan serat kasar yang tinggi (31,5-46,5%); akibatnya menimbulkan kecernaan yang rendah yaitu 35-40%. Konsekuensi dari karakteristik tersebut menyebabkan jerami padi hanya dapat dikonsumsi maksimal sebesar 2% berat badan, sehingga apabila

Page 52: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

52

diberikan secara tunggal menyebabkan penurunan berat badan. Optimalisasi pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak salah satunya adalah dengan suplementasi atau pemberian pakan tambahan yang bertujuan selain dapat meningkatkan daya cerna jerami padi juga dapat meningkatkan suplai zat nutrisi bagi induk semang. Bahan suplemen untuk jerami padi harus mengandung protein (N), energi dan mineral yang cukup.

Produksi jerami padi dapat mencapai 12 - 15 ton per hektar per panen, bervariasi tergantung pada lokasi dan jenis varietas tanaman padi yang digunakan. Jerami padi yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pakan sapi dewasa sebanyak 2 - 3 ekor sepanjang tahun dan pada lokasi yang mampu panen 2 kali setahun akan dapat menunjang kebutuhan pakan berserat untuk 4 - 6 ekor.

Salah satu limbah tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak adalah batang, daun, dan janggel jagung. Batang dan daun jagung sudah biasa dimanfaatkan untuk pakan sapi, namun janggel atau tongkol jagung belum biasa dimanfaatkan untuk pakan sapi. Janggel hanya dibakar karena merupakan limbah dan mengganggu lingkungan. Permasalahan utama penggunaan janggel jagung sebagai pakan sapi adalah tingginya kandungan serat kasar yang berupa selulosa, hemiselulosa, lignin, dan silika. Kadar lignin dan silika yang tinggi mengakibatkan kecernaan janggel jagung menjadi rendah dan konsumsinya oleh ternak terbatas. Dengan rendahnya konsumsi dan kecernaan tersebut maka absorpsi energi menjadi faktor pembatas utama bagi ternak. Untuk meningkatkan pemanfaatan janggel jagung sebagai pakan ternak, janggel dapat diberi perlakuan fermentasi dengan menggunakan mikroba Trichoderma viridae. Mikroba T. viridae antara lain dapat diperoleh di Balai Penelitian Ternak (Balitnak) di Ciawi, Bogor.

Ampas tebu merupakan limbah pabrik gula yang cukup banyak dan sangat mengganggu apabila tidak dimanfaatkan. Saat ini belum banyak peternak menggunakan ampas tebu tersebut untuk bahan pakan ternak, hal ini mungkin karena ampas tebu mentiliki serat kasar dengan kandungan lignin sangat tinggi (19.7%) dengan kadar protein kasar rendah (28%). namun limbah ini sangat potensi scbagai bahan pakan ternak. Melalui fermentasi menggunakan probiotik, kualitas dan tingkat kecernaan ampas tebu akan diperbaiki sehingga dapat digunakan

Page 53: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

53

sebagai bahan pakan. Tahapan fermentasi ampas tebu sama dengan fermentasi jerami. namun perlu ditambahkan beberapa bahan unutuk melengkapi kebutuhan mineral yang diperlukan dalam bahan pakan tersebut.

Bahan lain yang dapat difermentasi dan digunakan sebagai pakan ternak, adalah alang-alang, pucuk tebu, kulit kakao dan lainnya. Tanaman Alang-alang yang difermentasi harus dilayukan terlebih dahulu dan dipotong-potong dengan panjang anatara 5-10 cm.

Bahan lainnya yaitu, starter mikrobia (starbio) dan urea. Starter mikrobia misalnya starbio merupakan hasil teknologi tinggi yang berisi koloni mikroba rumen sapi yang diisolasi dari alam untuk membantu penguraian struktur jaringan pakan yang sulit terurai. Adapun kolonikoloni mikroba tersebut terdiri dari mikroba yang bersifat proteolitik, lignolitik, selulolitik, lipolitik dan yang bersifat fiksasi nitrogen non simbiotik (Lembah Hijau Multifarm, 1999). Untuk meningkatkan kualitas limbah pertanian, starbio mampu meningkatkan derajat fermentasi bahan organic terutama komponen serat sehingga serat sehingga menyediakan sumber energi yang lebih baik (Suharto et al. 1983). Urea merupakan sumber NPN (Nitrogen bukan protein) mudah didapat dan relatif murah harganya, namun demikian pemberiannya tidak terlalu banyak karena dapat menimbulkan keracunan. Jadi dalam pemberiannya kurang lebih 4 %. Urea dalam proses fermentasi bermanfaat untuk mensuplai NH3 (amoniak), yang akan digunakan sebagai sumber energi bagi mikroba dalam proses fermentasi, sehingga urea dapat dinyatakan hanya sebagai katalisator, bukan sebagai penambah nutrisi pakan. Disamping itu urea merupakan senyawa nitrogen yang sangat sederhana dan dapat diubah oleh mikro organisme rumen, sebagian atau seluruhnya menjadi protein. Dan dapat meningkatkan intake pakan.

6.3 Cara Pembuatan

a. Fermentasi jerami padi (1) bahan-bahan yang digunakan :

• Jerami padi (misal 1 ton jerami kering panen) • Starbio 0,6% (6 kg) • Urea 0,6% (6 kg)

Page 54: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

54

• Air secukupnya (kelembaban 60%)

(2) Cara Membuatnya : • Jerami ditumpuk 30 cm, kalau perlu diinjak-injak, lalu

ditaburi urea, starbio dan kemudian disirami air secukupnya mencapai kelembaban 60%, dengan tanda-tanda jerami kita remas, apabila air tidak menetes tetapi tangan kita basah berarti kadar air mendekati 60%.

• Tahapan pertama kita ulang sampai ketinggian tertentu (minimal 1,5 meter)

• Tumpukan jerami dibiarkan selama 21 hari (tidak perlu dibolak-balik)

• Setelah 21 hari tumpukan jerami dibongkar lalu diangin-anginkan atau

• dikeringkan • Jerami siap diberikan pada ternak atau kita stok dengan

digulung, dibok dan • disimpan dalam gudang.

(3) Ciri-ciri hasil fermentasi jerami padi yang baik yaitu : • Warna kuning agak kecoklatan (warna dasar jerami masih

terlihat) • Teksturnya lemas (tidak kaku) • Tidak busuk • Tidak berjamur • Baunya agak harum

(4) Cara Pemberian Pada Ternak Setelah 3 - 4 minggu jerami padi siap diberikan kepada

ternak, namun sebelumnya dikeringkan dan diangin-angainkan terlebih dahulu. Jika ternak tidak langsung mau makan, maka perlu penyesuaian sedikit demi sedikit. Untuk penyimpanan dengan waktu yang lama harus dikeringkan betul di bawah terik matahari. Jerami fermentasi kering bisa disimpan sampai 6 bulan.

Catatan : Proses fermentasi jerami ini harus dilakukan di tempat teduh atau tempat yang terhidar dari panas matahari dan air hujan. Namun tidak perlu ditutup, cukup diberikan penahan baik dari

Page 55: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

55

samping maupun bagian atas agar tidak dirusak oleh ternak seperti ayam. Apabila membuat fermentasi jerami dalam jumlah sedikit tumpukan jerami bisa ditutup dengan seresah atau karung goni.

b. Fermentasi tongkol jagung

Sebelum difermentasi, janggel jagung dihaluskan atau digiling dengan alat penghancur sampai sebesar butiran jagung pipilan. Janggel yang telah hancur kemudian dicampur dengan cairan starter yang mengandung T. viridae lalu dimasukkan ke dalam tempat bertutup dan dibiarkan selama 4 - 7 hari. Janggel jagung fermentasi dapat diberikan kepada sapi dengan komposisi 3 bagian janggel dan 1 bagian dedak dan hijauan. Hijauan yang diberikan pada ternak dapat disubstitusi dengan janggel jagung fermentasi sehingga hijauan cukup diberikan sekitar 75% dari kebutuhan atau 7,5% dari bobot badan ternak.

c. Fermentasi ampas tebu

(1) bahan-bahan yang digunakan : • Ampas tebu (misal 10 ton) • 10 kg probiotik starbio • Urea 10 kg • Pupuk TSP/SP36 2 kg • Pupuk ZA 2 kg • Air secukupnya (kelembaban 60%)

(2) Cara Membuatnya : • Ampas tebu ditumpuk 30 cm, kalau perlu diinjak-injak, lalu

ditaburi urea, starbio dan kemudian disirami air secukupnya mencapai kelembaban 60%, dengan tanda-tanda ampas tebu kita remas, apabila air tidak menetes tetapi tangan kita basah berarti kadar air mendekati 60%.

• Tahapan pertama kita ulang sampai ketinggian tertentu (minimal 1,5 meter).

• Tumpukan ampas tebu dibiarkan selama 21 hari (tidak perlu dibolak-balik).

• Setelah 21 hari tumpukan ampas tebu dibongkar lalu diangin-anginkan atau dikeringkan.

Page 56: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

56

• Ampas tebu siap diberikan pada ternak atau kita stok dengan digulung, dibok dan disimpan dalam gudang.

Seperti halnya pada jerami padi. Urea diperlukan untuk meningkatkan katkan kadar protein ampas tebu Starbio dengan kandungan mikrobanya diperlukan untuk mengurai lignin dan selulosa serat kasar schingga memiliki kecernaan yang memenuhi syarat untuk ternak. Pupuk TSP atau SP36 sebagai sumber phosphor. Pupuk ZA sebagai sumber Sulfur. Nitrogen diperlukan untuk menstimulir mikroba pengurai pada starbio sehingga menjadi lebih aktif.

d. Fermentasi kulit kakao

Kulit kakao dikumpulkan pada suatu tempat. Setelah terkumpul kulit kakao tersebut sebaiknya dicacah agar volumenya menjadi kecil, sebab dapat mempengaruhi kecepatan fermentasi bahan. Proses pencacahan dapat dilakukan secara manual dan mekanik. Secara manual dengan menggunakan pisau atau parang namun akan membutuhkan waktu yang lama. Sedangkan dicacah dengan menggunakan mesin pencacah proses penangananyan akan lebih cepat.

Mikroba yang digunakan adalah mikroba dari jenis aspergillus dan dapat juga menggunakan mikroba yang banyak beredar dipasaran dengan merek starbio, EM4 dan tricoderma dan lain sebainya. Namun sebainya menggunakan aspergillus karena dari beberapa pengujian aspergillus menunjukan hasil yang bagus. • Sebelum fermentasi dilakukan, sebaiknya starter yang digunakan

diaktifkan terlebih dahulu sekaligus dilakukan pembiakan. Berikut adalah tahapan aktifasi :

• Sediakan air dingin yang bebas dari kaporit sebaiknya digunakan air sumur dalam wadah.

• Larutkan gula pasir sebanyak 1%, urea 0,5% dan NPK 0,5% kedalam air. Misalnya air yang disediakan jumlahnya 10 kg maka kebutuhan gula 50 gram, Urea 50 gram dan NPK 50 gram.

• Masukkan bibit starter kedalam larutan air, gula, urea dan NPK sebanyak 5 gram/10 Kg air. Jika menggunakan starter cair maka volume starter adalah 5 ml/10 liter air.

• Lakukan aerasi dengan menggunakan aerator selama 36 jam.

Page 57: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

57

• Kulit kakao yang sudah dicacah ditempatkan pada ruangan yang tidak terkena air hujan dan panas matahari langsung dan beralaskan bambu. Hal ini dilakukan untuk menjaga kelembaban.

• Lakukan penyiraman diatas tumpukan bahan secara merata. Tebal tumbukan sebainya 10 cm, jika masih ada bahan maka buat tumpukan lag diatas tumpukan yang pertama dengan ketebalan yang sama, setelah itu lakukan penyiraman dengan menggunakan biakan starter. Begitu seteruanya sampai bahan telah habis.

• Tutup tumpukan dengan menggunakan terpal untuk mengurangi masuknya mikroba pengganngu/pencemar dari udara.

• Fermentasi dilakukan selama 6 hari.

Hasil fermentasi kulit kakao dapat diberikan langsung kepada ternak setelah fermentasi. Namun jika akan dilakukan penyimpanan sebaiknya hasil fermentasi dilakukan pengeringan. Pengeringan dengan menggunakan sinar matahari langsung dapat dilakukan selama 2 – 3 hari. Setelah pengeringan dilakukan penggilingan dengan menggunakan mesin penepung atau dismill.

Page 58: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

58

BAB VII TEKNOLOGI HAY

7.1. Pengertian Hay

Hay adalah tanaman hijauan pakan ternak, berupa rumput-rumputan/leguminosa yang dipotong-potong dan dikeringkan agar bisa diberikan kepada ternak. Dalam penyimpanan dalam bentuk kering berkadar air 15-20%. Pengeringan dilakukan agar tidak tumbuh jamur. Jamur dapat merusak kualitas hijauan yang disimpan. Pengeringan dapat dilakukan dengan matahari atau dengan mesin. Tujuan khusus pembuatan Hay adalah agar tanaman hijauan (pada waktu panen yang berlebihan) dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarau.

Prinsip pembuatan hay adalah menurunkan kadar air hijauan secara bertahap tetapi berlangsung secara cepat. Tujuan menurunkan kadar air adalah agar sel-sel hijauan tersebut cepat mati dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Dengan demikian tidak terjadi proses kimia baik berupa respirasi maupun fermentasi yang dapat menghasilkan panas. Pada hijauan, keadaan ini akan dicapai pada bahan kering 80 - 85%. Panas yang dipakai dapat berasal dari sinar matahari atau buatan, dengan demikian proses pengeringan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca.

Pengawetan dengan cara ini jarang di lakukan oleh peternak di Indonesia, mungkin karena jumlah hijauan yang tersedia relatif tak terbatas. Lain halnya dengan di negara empat musim, dimana hijauan yang tersedia pertahun sangat amat terbatas. Tak dapat di pungkiri bahwa ketersediaan hijauan yang tak terbatas di Indonesia, justru lebih menyusahkan peternak di saat musim panas, walaupun sebetulnya hijauan relatif masih tersedia. Sebaliknya di negara empat musim dimana selama hampir delapan bulan hijauan tidak tersedia, namun mereka tidak pernah merasa kesulitan apalagi mengalami kerugian. Penyebabnya adalah mereka lebih berpengalaman menghadapi masa paceklik hijauan, yang mereka atasi dengan berbagai cara melakukan penimbunan hijauan yang telah di awetkan,sebelum musim paceklik tiba. Pembuatan hay adalah metoda yang sudah sangat lama / tua

Page 59: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

59

mereka lakukan. Metoda ini dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan yang sederhana, dan biaya yang paling rendah. Metoda ini dilakukan peternak di seluruh dunia, pelaksanaannya berbeda-beda namun semua mengikuti prinsip dasar yang sama, yaitu mengurangi kadar air yang terkandung dengan mempertahankan kandungan nutrisi sebanyak mungkin.

Tujuan pembuatan hay adalah : 1) Penyediaan makanan ternak pada saat-saat tertentu, misalnya di

masa-masa paceklik, dan bagi ternak selama dalam perjalanan. 2) Memanfaatkan hijauan pada saat pertumbuhan terbaik tetapi saat itu

ternak telah tercukupi kebutuhannya sehingga belum dimanfaatkan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengawetan.

3) Untuk menyeragamkan waktu panen agar tidak mengganggu pertumbuhan pada periode berikutnya, sebab tanaman yang seragam dan dipanen pada waktu yang tepat (tidak terlalu muda atau tua) akan memilik daya cerna yang lebih tinggi disamping nutrisi yang baik.

Pada tahap penumpukan hijauan akan terjadi proses-proses sebagai berikut : 1.) Proses respirasi. Hijauan yang segar masih mampu mengadakan

respirasi. Respirasi ini akan mengambil oksigen dari luar dan akan menghasilkan air serta panas. Kerusakan gizi pada tahap ini bisa mencapai 10%.

2.) Proses fermentasi. Bakteri yang berpengaruh dalam proses fermentasi adalah dari jenis bakteri thermofilik, yang akan menghasilkan panas. Apabila tumpukan hijauan tidak sempurna, kerusakan yang disebabkan oleh bakteri dan enzim tersebut bisa mencapai 5 - 10%.

3.) Reaksi kimiawi. Dalam proses pembuatan hay mungkin akan terjadi suatu reaksi kimiawi, akibat dari reaksi ini akan timbul panas yang tinggi, sehingga hasil dari hay akan berwarna coklat kehitaman.

Page 60: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

60

7.2. Bahan-bahan Pembuatan Hay

Pada dasarnya bahan untuk pembuatan hay adalah segala macam hijauan yang di sukai oleh ternak ruminansia. Cara memanen dan penanganan paska panen sangat mempengaruhi kualitas hay. Cara memanen yang kurang baik akan mengakibatkan banyaknya hijauan yang akan tercecer dan terbuang. Hijauan yang dipanen diletakkan di tempat yang teduh dan memadai, agar tidak terkena hujan. Kualitas hijauan akan menurun kalau terkena hujan. Syarat hijauan (tanaman) yang dibuat Hay : - Bertekstur halus atau yang berbatang halus agar mudah kering - Dipanen pada awal musim berbunga. - Hijauan (tanaman) yang akan dibuat hay dipanen dari area yang

subur. - Hijauan yang akan diolah harus dipanen saat menjelang berbunga

(berkadar protein tinggi, serat kasar dan kandungan air optimal), sehingga hay yang diperoleh tidak berjamur (tidak berwarna “gosong”) yang akan menyebabkan turunnya palatabilitas dan kualitas.

Hay dapat disimpan dalam jangka waktu lama, untuk itu biasanya diberi pengawet. Adapun macam-macam pengawet yang dapat dipakai antara lain : 1. Garam dapur (NaCl)

Dengan dosis sebanyak1-2% akan dapat mencegah timbulnya panas karena kandungan uap air, juga dapat mengontrol aktivitas mikroba, serta dapat menekan pertumbuhan jamur.

2. Asam propionik Asam propionik berfungsi sebagai fungicidal dan fungistalic yaitu mencegah dan memberantas jamur yang tumbuh serta tidak menambah jumlah jamur yang tumbuh. Adapun pemberian untuk hay yang diikat (dipak) sebanyak 1% dari berat hijauan.

3. Amonia cair. Amonia cair berfungsi sebagai fungicidal dan pengawet, mencegah timbulnya panas, meningkatkan kecernaan hijauan tersebut dan memberikan tambahan N yang bukan berasal dari protein (NPN).

Page 61: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

61

7.3. Proses Pembuatan Hay

Sebaiknya pembuatan HAY dilakukan diakhir musim hujan, dengan harapan pada saat itu cuaca cukup tinggi dan masih terdapat hujan sehingga rumput setelah dipotong masih memungkinkan tumbuh dengan baik karena masih tersedia cukup air. Rumput yang baik adalah rumput yang menjelang masa berbunga.

Beberapa cara proses pembuatan hay antara lain dengan pengeringan di lapangan, pengeringan dengan menggunakan para-para, pengeringan dengan panas buatan, pengeringan dengan membiarkan hijauan menua/standing hay.

1. ) Pengeringan di lapangan Rumput yang dipotong rata-rata berkadar air 80%, harus

dikeringkan sampai kadar air antara 16-24%. Pengeringan ini sangat tergantung pada sinar matahari, angin, hujan, temperatur, dan kelembaban udara. Prinsip pengeringan di lapangan adalah hijauan yang baru dipotong, segera ditebarkan di atas tanah yang datar, setipis mungkin. Setiap 1-2 jam dibolak-balik dan diaduk. Apabila cuacanya buruk/hujan, sebaiknya hay dikumpulkan jadi satu, ditumpuk dan ditutup dengan plastik bila perlu, baru setelah cuacanya baik, hay ditebarkan kembali. Pengeringan dihentikan bila BK hay sudah mencapai 80-85%. Menurut hasil penelitian Ristianto, pengeringan dapat dpercepat apabila pada waktu siang hari ditebarkan, sedangkan pada malam harinya digulung, untuk menghindari penyerapan air pada waktu malam hari.

Di daerah panas, daun bisa hancur dalam waktu 2-3 hari, terutama untuk golongan legume. Di samping warna yang berubah, protein, vitamin A dan E juga mengalami penurunan, dengan demikian kualitas hay yang dihasilkan menjadi rendah. Untuk mengatasi hal tersebut di atas, telah dibuat beberapa model alat pengeringan yang sederhana, mengingat bahwa pengeringan di lapangan/di atas tanah terbukti sulit untuk mempertahankan kualitas

2.) Pengeringan dengan menggunakan para-para Bila cuaca buruk, pengeringan dengan menggunakan para-

para dapat menbantu mempertahankan kualitas hay. Hijauan dibiarkan terurai di lapangan selama 1-2 hari (tergantung cuaca)

Page 62: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

62

dengan tujuan mengurangi kandungan airnya/melayukan. Pengeringan selanjutnya dilakukan dengan meletakkannya di atas para-para sampai BK-nya mencapai 80-85%. Pengeringan ini biasanya berlangsung 3 sampai 6 minggu tergantung cuacanya., walaupun demikian nilai gizinya lebih tinggi dibandingkan dengan bila dikeringkan dengan cara ditebar di lapangan.

4.) Pengeringan dengan panas buatan Pengeringan dengan panas buatan dimaksudkan agar proses

pengeringan lebih cepat dan kemunduran gizi yang disebabkan oleh cuaca bisa dihindari, di samping itu juga dapat dipakai di segala waktu/musim, tetapi memerlukan biaya yang sangat mahal. Prinsip pengeringan dengan panas buatan adalah hijauan segar dikeringkan pada tempat khusus dengan temperatur 100°C - 250°C. Pengeringan dihentikan apabila kadar BK sudah mencapai 80-85%. Kekurangan cara ini adalah memerlukan biaya yang cukup besar untuk pengadaan mesin panas buatan.

5.) Pengeringan dengan membiarkan hijauan menua/standing hay Untuk mengatasi kekurangan hijaun makanan ternak dapat

juga dibuat standing hay, yaitu mengusahakan sebagian lahan atau kebun rumput dan membiarkan rumput tersebut berbunga, menua, dan akhirnya menjadi kering dengan sendirinya. Kualitas hay yang dihasilkan jelas jauh lebih rendah dibandingkan dengan cara pengeringan yang lain

7.4. Ciri-ciri Hay yang Jadi

Setelah proses pembuatan hay, maka akan dihasilkan hijauan pakan yang baik dengan ciri-ciri : 1. Warna hijau kekuningan. 2. Berbau harum agak manis dan wangi rumput. 3. Tidak banyak daun yang rusak, bentuk daun masih utuh atau jelas

dan tidak kotor. 4. Tidak berjamur dan tidak bercampur dengan bahan yang lain. 5. Kering tetapi tidak mudah patah.

Hay dapat disimpan di tempat yang kering, tidak lembab dan terhindar dari hujan. Sebaiknya peternak mempunyai gudang pakan

Page 63: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

63

untuk menyimpan pakan yang sudah diawetkan untuk persediaan ternak. Tempat penyimpanan hay diusahakan tidak terkena air hujan dan memiliki ventilasi yang cukup baik. Selain itu sebaiknya hay disusun secara rapi dengan memberikan jarak antara tumpukan yang satu dengan tumpukan yang lain. Hal ini dilakukan untuk memperlacar aliran udara dalam tempat penyimpanan serta memudahkan pengontrolan terhadap hama lain seperti tikus dan memudahkan dalam pengambilan saat pemberian kepada ternak

Cara pemberian hay pada ternak sapi dapat dilakukan secara langsung tanpa pemberian apa-apa. Bisa juga dengan cara mencampur hijauan pakan segar jika ternak belum terbiasa. Perbandingan antara rumput segar dengan hay hádala 1 : 7 artinya 1 kg hay setara dengan 7 kg rumput segar.

Gambar 18. Hay yang sudah jadi.

Page 64: TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN MAKANAN …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/SDMC/isi-hmt.pdf · Teknologi pengawetan HMT dan limbah pertanian sudah banyak ... Bahan-bahan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

64

DAFTAR BACAAN

Asmak, 1992. Hasil Pengkajian BPTP Sumbar.

Departemen Pertanian RI. manglayang.blogsome.com/2006/03/hijauan- pakan-ternak-gamal-gliricidia-sepium/

Nista.D, Natalia.H, Taufik.A. 2007. Teknologi Pengolahan Pakan Sapi. Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Dwiguna dan Ayam Sembawa, Sumatra Selatan.

Maryono, 2009.Memenfaatkan Hasil Hutan Ikutan Tananaman Pangan dan Perkebunan Untuk Pakan Ternak, Warta Penelitian dan Pengembangan Pertania Vol 31 no 4.

Mustang. 2010. (http://www.mustang89.com /artikel-peternakan/146 amoniasi meningkatkan kualitas-pakan-ternak diakses 10 Januari 2010.

Planta, 2011.(http://anekaplanta.wordpress.com/2008/01/08/fermentasi-ampas-tebu-untuk-pakan-ternak/ diakses 10 nov 2011.

Prawirodiputra, BR dkk, 2006. Hujauan Pakan Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Prihatman, K.2000. Pakan Ternak. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas.

Subhan, A. 2006. Janggel Jagung Fermentasi, Pakan Alternatif Musim Kemarau. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 28 No 4.

Toni, 2011. (http://tonysapi.multiply.com/journal/item/19. Amoniasi diakses pada tanggal 9 November 2011).