BAB IPENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANGTidak bisa dipungkiri lagi,
bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi ( TIK ) akan berperan
besar dalam meningkatkan layanan kesehatan warga dunia. Akselerasi
penggunaan TIK dalam dunia kesehatan semakin meningkat dan mudah
dengan adanya partisipasi Google Inc yang mulai menyediakan layanan
Medical Record Service. Proyek percontohan Google itu telah
melibatkan puluhan ribu pasien di rumah sakit Cleveland yang dengan
suka rela mentransfer rekam medis mereka. Rekam medis yang
terkumpul itu dipergunakan oleh Google untuk memberikan layanan
melalui aplikasi terbarunya. Perlu dicatat bahwa setiap data pasien
dalam rekam medis, seperti resep obat, jenis alergi, riwayat
kesehatan, dan sebagainya semuanya itu dilindungi dengan
mempergunakan password, seperti juga yang disyaratkan dalam layanan
Google lainnya. Layanan Google tersebut semakin membuat pengelola
rumah sakit ingin segera memakai dan mengintegrasikan sistem
informasi dan manajemenya dengan Google demi mewujudkan sistem
layanan kesehatan yang lebih efektif dan progresif.
1.2 TUJUANDalam pembuatan makalah ini bertujuan
untuk:1.Mempermudah bagi tenaga medis dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang efisien dan efektif 2.Mempermudah bagi perawat dalam
memonitor klien
1.3 MANFAATAdapun manfaat teknologi dalam bidang kesehatan,
diantaranya:Mempermudah Dokter dan Perawat dalam memonitor
kesehatan pasien monitor detak jantung pasien lewat monitor
komputer, aliran darah , memeriksa organ dalam pasien dengan sinar
X. Sebagai contoh saat perawatan Almarhum Mantan Presiden Soeharto
di Rumah Sakit Pertamina Jakarta, tahun 2008. Dengan teknologi
modern bisa memonitor, bahkan menggantikan fungsi organ dalam
seperti Jantung, Paru-paru dan Ginjal. Itu merupakan teknologi
kesehatan yang digabungkan dengan teknologi Informasi dan
Komputer.
BAB IIPEMBAHASANAPLIKASI TEKNOLOGI DALAM PELAKSANAAN PERAN
BIDAN2.1 PROMOSI KESEHATAN2.1.1 Intervensi SMS GatewayPemanfaatan
media SMS dalam aplikasi gateway dibuat untuk memberikan informasi
kesehatan berkaitan dengan kehamilan khususnya pengetahuan
komplikasi dan asupan gizi [15]. Pesan SMS dibuat secara menarik,
sistematis, unik (pantun), mudah dan inovatif sesuai dengan
keperluan ibu hamil.Keunggulan lainnya yaitu informasi disampaikan
cepat, tepat waktu, menjangkau masyarakat luas, ibu hamil dapat
membaca informasi kapan saja, dimana saja dengan syarat pesan
tersebut tersimpan dalam memori handphone ibu hamil, akan tetapi
model SMS ini masih terbatas hanya menyampaikan 120 karakter, jika
lebih menyebabkan kegagalan pesan. menarik, sederhana, mudah
diipahami serta memusatkan perhatian, dapat memberi dorongan yang
kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.Hasil penelitian Gold et
al., (2010) menyebutkan bahwa pesan SMS berkaitan dengan promosi
kesehatan mengenai penyakit infeksi menular seksual disampaikan
menarik, lucu, dalam bentuk bersajak (puisi) yang saling berkaitan
dan relevan serta mudah dipahami mampu meningkatanpengetahuan
mengenai infeksi menular seksual secara signifikan setelah
mendapatkan penerimaan pesan. dari 49 responden pesan terkirim
sebanyak 5796 SMS, dengan nilai rata-rata pesan peresponden sebesar
118.3 pesan terkirim. Adapun rata-rata gagal kirim pesan sebesar
1.75% peresponden.2.1.2 Efektivitas Promosi Kesehatan Berbasis
SMSA. Pengetahuan berkaitan dengan komplikasi sebelum dan setelah
intervensiKonsep pendidikan melalui media SMS dikembangkan untuk
mengubah perilaku pada tingkatkomunitas. Melalui komunikasi yang
baik, tepat sasaran, jelas dan mudah dimengerti akan mendukung
promosi kesehatan. Berdasarkan hasil uji paired t test Tabel 1
didapatkan nilai p-value sebesar 0,000 dimana nilai p-value lebih
kecildari nilai alpha (0,05). Hasil intervensi pre test mean SD
(59.59 14.72), setelah dilakukan intervensi naik menjadi (73.01
10.98). Kenaikan pre dan post sebesar 13.41dan nilai t hit sebesar
6.99, sehingga secara statistik bermakna signifikan, artinya
program intervensi menggunakan SMS reminder efektif dalam
meningkatkanpengetahuan ibu hamil tentang komplikasi kehamilan.Pada
penelitian ini pengukuran nilai pengetahuan responden tentang
komplikasi dilakukan sebelum (pretest) dan setelah perlakuan
(posttest). Penilaian evaluasi intervensi orientasi pada pendidikan
dilakukan pada ibu hamil melalui test sebelum dan setelah
pengiriman SMS, sedangkan berorientasi pada program yang diberikan
yaitu membandingkan hasil program sebelum dan sesudah diberi
tindakan.Hasil uji paired t- test pada pretest dan posttest
menunjukkan bahwa mengalami peningkatan secara signifikan. Hal ini
berarti bahwa metode pengiriman SMS reminder sebagai media promosi
kesehatan. Terjadinya perubahan nilai tersebut karena responden
telah memahami materi yang disampaikan.Penelitian yang dilakukan
oleh Elly Swandewi, dkk menyebutkan bahwa Penerapan model promosi
kesehatan menggunakan peereducation pada kelompok Dasawisma sebagai
upaya penemuan tersangka penderita TB Paru efektif meningkatkan
pengetahuan pre dan posttest dengan selisih peningkatan sebesar
3.34 sebelum perlakuan dan setelah perlakuan 1 sebesar 4.76 dan
setelah 1 bulan intervensi diukur kembali dengan nilai selisih
sebesar 1.42 bermakna secara statistik, sedangkan penggunaan model
promosi berbasis SMS pada kelompok ibu hamil menunjukkan selisih
tingkat pengetahuan sebesar 13.41 artinya secara statistik juga
bermakna dan efektif.Tabel 1. Rata-rata pengetahuan ibu mengenai
KomplikasiKeterangan * = Uji paired t TestB. Pengetahuan Berkaitan
Dengan Asupan Gizi Sebelum dan Setelah IntervensiTabel 2
menunjukkan perbedaan signifikan antara perlakuan sebelum dan
setelah intervensi menggunakan SMS reminder berkaitan dengan
pemahaman asupan gizi didapatkan nilai p-value sebesar 0,000 dimana
nilai p-value lebih kecil dari nilai alpha (0,05). Hasil intervensi
pre testmean SD (65.73 15.76), setelah dilakukan intervensi naik
menjadi (79.20 8.11). Selisih kenaikan sebesar 13.46 dengan hasil t
test 5.96, artinya program intervensi yang dilakukan efektif dalam
meningkatkan pengetahuan ibu hamil mengenai asupan gizi selama
kehamilan.Peningkatan pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting bagi terbentunya perilaku ibu. Berdasarkan hasil uji beda
selisih kenaikan hasil pretest-posttest menggunakan model promosi
berbasis SMS menunjukkan perbedaan signifikan. Peningkatan skor
rata-rata selisih tingkat pengetahuan tentang asupan gizi kenaikan
sebesar 13.46 sehingga bermakna secara statistik. Hasil pengukuran
predanposttest nilai pengetahuan responden mengalami peningkatan
secara signifikan (p dari 3 hari, tidak perlu pergi ke puskesmas
maupun rumah sakit, cukup minum obat turun panas saja.Pemahamaan
ibu terkait pertanyaan tersebut masih memanfaatkan pengetahuan
dasar hanya cukup minum obat, tanpa mengetahui resiko yang terjadi,
namun setelah dilakukan intervensi pengetahuan ibu meningkatkan
menjadi 79.59%. Menurut Soekidjo menyebutkan bahwa mencari obat
dengan cara membeli obat warung (chemist shop) dan sejenisnya
termasuk tukang jamu, yang tidak menggunakan resep sukar dikontrol.
Penggunaan obat bebas mengakibatkan masalah serius terutama pada
ibuhamil, jika penggunaannya tidak tepat berbahaya bagi janin yang
dikandung. Penggunaan jamu sebagai satu pengobatan bukan hanya
pencegahan sesaat, sebaiknya harus dicermati agar mengurangi risiko
serius terhadap kehamilan.2.1.3 Persepsi Ibu Terhadap Media Promosi
Kesehatan Berbasis Telepon SelulerPada penelitian ini kelayakan
persepsi responden berkaitan dengan efektivitas penggunaan mobile
teknologi dalam promosi kesehatan dipersepsikan mudah, menarik dan
inovatif sebesar 59% sangat setuju dan yang menjawab setuju 39%.
Media SMS terbukti bermanfaat untuk menyampaikan informasi
kesehatan 51% sangat setuju, 45% setuju dikatakan bermanfaat,
sisanya 4% yang menjawab tidak setuju. Pemanfaatan media informasi
melalui teknologi mobile seluler (mHealth) sudah diterapkan di
pedesaan India yang berfungsi dalam program kesehatan masyarakat
untuk meningkatkan komitmen petugas kesehatan untuk memonitor dan
sebagai alat surveilance penyakit serta sebagai konseling diantar
pekerja bergerak dibidang kesehatan masyarakat. Pengiriman pesan
mampu meningkatkan kualitas dan ketepatan waktu dalam kegiatan
promosi kesehatan.
2.2 PENCEGAHAN PENYAKIT2.2.1 Definisi PHCPrimary Health Care (
PHC ) adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan kepada
metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima
secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat
melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yangdapat
terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap
tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri
(self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self
determination).2.2.2 Teknologi yang digunakan dalam pelayanan PHC1.
Teknologi medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau,
layak dan diterima budaya masyarakat (misalnya penggunaan kulkas
untuk vaksin cold storage).
2. Resusitasi Pada Bayi Baru LahirPENGERTIAN
RESUSITASIResusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam
memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah
jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung
dan alat-alat vital lainnya. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, 2002).Resusitasi adalah pernafasan dengan menerapkan
masase jantung dan pernafasan buatan.(Kamus Kedokteran, Edisi
2000).Resusitasi adalah tindakan untuk menghidupkan kembali atau
memulihkan kembali kesadaran seseorang yang tampaknya mati sebagai
akibat berhentinya fungsi jantung dan paru, yang berorientasi pada
otak (Tjokronegoro, 1998).Sedangkan menurut Rilantono, dkk (1999)
resusitasi mengandung arti harfiah menghidupkan kembali, yaitu
dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu
episode henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis.
Resusitasi jantung paru terdiri atas dua komponen utama yakni:
bantuan hidup dasar (BHD) dan bantuan hidup lanjut (BHL).
Selanjutnya adalah perawatan pasca resusitasi.TUJUAN RESUSITASI1.
Memberikan ventilasi yang adekuat2. Membatasi kerusakan serebi3.
Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan
oksigen kepada otak, jantung dan alat alat vital lainnya4. Untuk
memulai atau mempertahankan kehidupan ekstra uteriTANDA TANDA
RESUSITASI PERLU DILAKUKAN1. PernafasanApabila penilaian pernafasan
menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa pernafasan tidak
adekuat. Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya
pernafasan selama 1 menit. Nafas tersengal-sengal berarti nafas
tidak efektif dan perlu tindakan, misalnya apneu. Jika pernafasan
telah efektif yaitu pada bayi normal biasanya 30 50 x/menit dan
menangis, kita melangkah ke penilaian selanjutnya.2. Denyut jantung
frekuensiApabila penilaian denyut jantung menunjukkan bahwa denyut
jantung bayi tidak teratur. Frekuensi denyut jantung harus > 100
per menit. Cara yang termudah dan cepat adalah dengan menggunakan
stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba arteria mempunyai
keuntungan karena dapat memantau frekuensi denyut jantung secara
terus menerus, dihitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10
=frekuensi denyut jantung selama 1 menit) Hasil penilaian ; Apabila
frekuensi>100x / menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan
dengan menilai warna kulit. Apabila frekuensi < 100x / menit
walaupun bayi bernafas spontan menjadi indikasi untuk dilakukan VTP
(Ventilasi Tekanan Positif)
3. Warna KulitApabila penilaian warna kulit menunjukkan bahwa
warna kulit bayi pucat atau bisa sampai sianosis. Setelah
pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi
kemerahan. Jika masih ada sianosis central, oksigen tetap
diberikan. Bila terdapat sianosis purifier, oksigen tidak perlu
diberikan, disebabkan karena peredaran darah yang masih lamban,
antara lain karena suhu ruang bersalin yang dingin.KONDISI YANG
MEMERLUKAN RESUSITASI1. Sumbatan jalan napas : akibat lendir /
darah / mekonium, atau akibat lidah yang jatuh ke posterior.2.
Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada
ibu misalnya obat anestetik, analgetik lokal, narkotik, diazepam,
magnesium sulfat, dan sebagainya3. Kerusakan neurologis.4. Kelainan
/ kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf
pusat, dan / atau kelainan-kelainan kongenital yang dapat
menyebabkan gangguan pernapasan / sirkulasi.5. Syok hipovolemik
misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahan Resusitasi
lebih penting diperlukan pada menit-menit pertama kehidupan. Jika
terlambat, bisa berpengaruh buruk bagi kualitas hidup individu
selanjutnya.
3. Alat Sterilisasi OtoklafSteralisasi adalah suatu cara untuk
membebaskan sesuatu (alat,bahan,media, dan lain-lain) dari
mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang patogen
maupun yang apatogen. Atau bisa juga dikatakan sebagai proses untuk
membebaskan suatu benda dari semua mikroorganisme, baik bentuk
vegetative maupun bentuk spora.Sterilisasi yaitu proses atau
kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk
kehidupanJenis peralatan yang dapat disterilkan : Peralatan yang
terbuat dari logam, misalnya pinset, gunting, speculum dan
lain-lain. Peralatan yang terbuat dari kaca, misalnya semprit
(spuit), tabung kimia dan lain-lain. Peralatan yang terbuat dari
karet, misalnya, kateter, sarung tangan, pipa penduga lambung,
drain dll. Peralatan yang terbuat dari ebonit, misalnya kanule
rectum, kanule trachea dan lain-lain. Peralatan yang terbuat dari
email, misalnya bengkok (nierbekken), baskom dan lain-lain.
Peralatan yang terbuat dari porselin, misalnya mangkok, cangkir,
piring dan lain-lain. Peralatan yang terbuat dari plastik, misalnya
slang infus dan lain-lain. Peralatan yang terbuat dari tenunan,
misalnya kain kasa, tampon, doek operasi, baju, sprei, sarung
bantal dan lain-lain.PENGERTIAN OTOKLAFOtoklaf adalah peralatan
sterilisasi panas basah (menggunakan uap) yang biasa digunakan
untuk sterilisasi material-material yang diperlukan dalam proses
produksi.Peralatan tersebut perlu disterilisasi agar kelak saat
kontak dengan produk tidak menyebabkan kontaminasi. Sebelum
digunakan otoklaf terlebih dahulu divalidasi untuk membuktikan
bahwa otoklaf berfungsi dengan baik dan mampu menghasilkan material
yang steril.TUJUAN STERILISASI Untuk mencegah terjadinya infeksi
kepada pasien pada saat alat digunakan Untuk mengurangi terjadinya
penyakit yang diakibatkan karena penggunaan alat yang tidak
steril
4. Alat Kontrasepsi Jenis KondomTujuan penggunaan alat
kontrasepsi Untuk mencegah atau menunda kehamilan Untuk mencegah
penyakit menular seksual Untuk mengurangi terjadinya infeksi jika
genetalia tidak bersih 5. InkubatorInkubator Bayi merupakan salah
satu alat medis yang berfungsi untuk menjaga suhu sebuah ruangan
supaya suhu tetap konstan /stabil. Pada modifikasi manual-otomatis
inkubator bayi , terdapat sebuah boks kontrol yang dibagi menjadi 2
bagian (bagian atas dan bagian bawah). Boks bagian atas digunakan
untuk meletakkan sensor , display sensor ,kontroler , rangkaian
elektronik. Sedangkan pada boks bagian bawah dibagi menjadi 3
ruangan yang dibatasi dengan sekat , yang digunakan untuk
meletakkan heater , tempat / wadah air dan kipas. Sensor yang
digunakan adalah sensor suhu (PT100) dan sensor kelembapan , dimana
sensor suhu PT100 dan sensor kelembapan diletakkan di dalam
bokstidur bayi (di luar boks kontrol). Pada sensor suhu PT100 dan
sensor kelembapan terdapatdisplay yang sekaligus sebagai driver
sensor yang digunakan untuk mengetahui sertamemberikan setting suhu
dan kelembapan dalam ruangan boks tidur bayi sesuai yang
dikehendaki.Yang menjadi actuator dari alat ini adalah heater dan
kipas. Heater berfungsi sebagai pemanas ruangan , sedangkan kipas
berfungsi untuk menyalurkan udara panas yangdipancarkan heater
menuju ruangan tempat air dan menuju boks tidur bayi melalui
selang.Sebagai kontrolernya , digunakan sebuah PIC Microchip
16F877A. Dimana PIC tersebutjuga berfungsi untuk menghubungkan boks
kontrol dengan komputer (CPU) secara serialsupaya dapat memberikan
tampilan serta dapat memberikan setting suhu sesuai denganyang
dikehendaki melalui komputer.Inkubator mrpkn salah satu (cara ke 4)
dr lima cara menghangatkan & mempertahankan suhu tubuh (kontak
skin dg skin; kangaroo mother care/KMC;pemancar panas; ruangan yg
hangat). Dimana sebelumnya & sesudahnya dilakukan monitoring
& evaluasi pengukuran suhu tubuh.Tujuan Pemberian Inkubator1.
Penghangatan berkelanjutan bayi 2. Dengan berat badan < 1500 gr
yang tidak dapat dilakukan kangaroo mothercare/KMC Untuk bayi sakit
berat : sepsis, gangguan nafas berat
2.3 KEGAWATDARURATAN2.3.1 Telemedicine dan Telepresenceuntuk
membantu dalam penanganan masalah trauma dan
kegawatdaruratan.Trauma merupakan masalah yang mungkin dapat
dialami oleh siapapun. Prevalensi cedera saat ini cukup besar dan
sebagian besar penyembuhannya tidak sempurna, sehingga ada
kecenderungan untuk mengalami cedera ulangan/ kambuhan. Pada
beberapa kasus, cedera membuat seorang terpaksa harus pensiun dini
atau mengalami kecacatan. Maka dari itu perlu diterapkan sebuah
program yang dapat membantu tenaga medis baik perawat ataupun
dokter dan masyarakat dalam menangani masalah trauma yang terjadi.
Dalam sebuah literatur ada sebuah program yang mungkin dapat
membantu dalam penanganan masalah trauma dan kegawatdaruratan yaitu
telemedicine dantelepresenceuntuk trauma.Telemedicine dapat
didefinisikan sebagai penggunaan telekomunikasidan teknologi
informasi untuk mendukungpemberian perawatan kesehatan jarak jauh.
Sedangkan disisi lain Telepresence,hadir dan berevolusi sebagai
bagian penting dari telemedicine,namun secara teknik kurang
dimanfaatkan ketika semuanyadianggap berpotensi.Seperti diterapkan
pada kasus traumatelepresence memungkinkan pengalaman seorang
spesialis trauma atau bedah untuk membantu mengarahkan dokter lain
yang kurang berpengalaman atau ahli bedah dalam penanganan pasien
trauma di pedesaan. Agar telepresence benar dirasakanoleh semua
bagian, seseorang harusmemiliki teknologi yang
menciptakanlingkungan melalui gerak audio,flawlessdan transmisi
video, karena penatalaksanaan pasien traumamembutuhkan tindakan
yang tepat, definitifdan tepat perawatan secara berkesinambungan.
Seharusnya sebuah pusat Traumaditunjukkan untuk mengurangi angka
kematiandan morbiditas, Namun, spesialis trauma yang di seluruh
dunia terkonsentrasidi daerah perkotaan sehingga jika terjadi
sebuah insiden yang menyebabkan trauma di luar perkotaan banyak
mengalami keterlambatan penanganan yang menyebabkan morbiditas
maupun mortalitas pada seseorang yang mengalami trauma.Telepresence
program dikembangkan untuk penanganan khusus trauma dan perawatan
kegawatdaruratanpada pasien di daerah terpencil dan di settingan
pra Rumah Sakit. Program tersebut paling banyak digunakan dalam
perawatan pasien dengan trauma, dengan aplikasi remote konsultasi
perawatan kritis (Sakles, JC, et al, 2010). Telepresence
mengambilKeuntungan dari sistem telemedicine untuk memungkinkan
penyedia layanan untukhadirdari jarak jauh dan secara nyata, selama
menangani pasien dengan menggunakan komputer portabel kecil,
kecepatan tinggidan jaringan mobile,serta tanpa ada gangguan
transmisi video dan audiomelalui jaringan nirkabel, telepresence
memiliki potensi tak terbatas dalamkasus kegawatdaruratan, trauma,
dan pasien yang memerlukan perawatan.A. Current Telemedicine and
Telepresence ProgramsTeknologi canggih seperti komputer, pencitraan
diagnostik, robotika, dan remote kontrol telah mengubah ruang
operasi di Rumah Sakit di seluruh dunia Barat. Namun ada program
yang layak dan berkelanjutan seperti telemedicine untuk trauma,
perawatan kritis dan manajemen kegawatdaruratan. Pada Program
telemedicine Arizona, mengadopsi tiga sistem yang berbeda untuk
memberikan telemedicine pada trauma dan kedaruratan yang menentukan
bagaimana seseorang memutuskan untuk menggunakan sistem yang
didasarkan pada lingkungan dan situasi daerah.1.Inter-Hospital
Telemedicine: The Southern Arizona Teletrauma and Telepresence
ProgramSeperti telah dijelaskan diatas, program ini khusus
menggunakan broadband. Program Telemedicine Arizona yang
memungkinkan ahli bedah trauma dapat melihat kondisi pasien melalui
video, audio mengenai tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut
nadi, suhu dan saturasi oksigen) yang dapat mengakses keadaan di
ruang trauma dan dapat membantu membimbing dokter atau perawat
dalam merawat pasien di lokasi terpencil. Dokter bedah dari jarak
jauh akan membantu selama tindakan survey primer dan sekunder dan
langsung mengambil bagian dalam keputusan mengenai kebutuhan
spesifik, prosedur, pemeriksaan diagnostik lanjut dan / atau
transfer ke trauma center. Semua ini dilakukan melalui manajemen
trauma sesuai protokol khusus yang dirancang menggunakan prinsip
ATLS.2.Digital Ambulances and Monitored Patient Transport: Tucson
er-link ProjectPusat trauma di Kota Tucson, Arizona, Universitas
Medical Center, bekerja sama dengan Tucson Pemadam Kebakaran dan
Tucson Departemen Transportasi meluncurkan Wireless Mobile
TelemedicineTelepresence dalam pengaturan pra Rumah Sakit dengan
menggunakan video, audio dan data akses dari ambulans dan Pemadam
Kebakaran, sehingga memungkinkan dokter untuk hadir di tempat
kejadian dan / atau dalam ambulans, sementara pasien diangkut ke
pusat trauma. Selain itu, program ini menyediakan dispatcher
darurat dalam rangka mengoptimalkan penanganan kedaruratan awal.
Sistem ini memungkinkan tampilan dua arah audio-video dan transmisi
data medis antara personel ambulans dan petugas di unit gawat
darurat. Komunikasi disediakan melalui kontrol lalu lintas regional
dan infrastruktur kota seperti teknologi jaringan komunikasi dan
nirkabel.3.Technology of er link.Sistem ini menyediakan video dua
arah dan komunikasi suara antara ambulans dan ruang gawat darurat,
memungkinkan kolaborasi awal antara perawat dan dokter gawat
darurat untuk memberikan perawatan terbaik bagi pasien trauma.
Sistem Ini mentransmisikan data medis penting dan video pasien ke
ruang gawat darurat, membantu Rumah Sakit untuk mempersiapkan
kedatangan pasien. Hal ini juga ER-Link membantu untuk membangun
video dan komunikasi suara antara ambulans dan ruang gawat
darurat.Hal seperti tersebut diatas belum ada sepenuhnya terjadi di
Indonesiadisebabkan untuk aplikasi telemedicine di Indonesia
sendiri masih menemui hambatan mengingat besarnya biaya yang perlu
dikeluarkan untuk mendukung pengadaan sarana dan prasarana praktek
telemedicine meliputi satelit yang dapat menjangkau seluruh pelosok
di Indonesia, ketersedian komputer, Video, serta sarana teknologi
informasi yang memadai. perlu dipikirkan pula kesiapan pihak
pemerintah dan daerah sebagai penyedia fasilitas dan juga sumber
daya manusia sebagai pelaksana teknis program telemedicine
ini.Namun demikian aplikasi telemedicine dantelepresenceuntuk
penanganan traumadanpengelolaan perawatan gawat darurat dalam
keperawatan, harus dikembangkan di Indonesia.Peluang untuk
pengembangan sistem informasi, termasuk juga aplikasi telemedicine
dantelepresenceuntuk traumadanpengelolaan perawatan gawat darurat
bisa kita lihat dari pengalaman beberapa negara yang sudah
mengembangkan, ternyatadidapatkan banyak keuntungan dan manfaat
yang bisa diperoleh.Penggunaan telemedicine dantelepresenceuntuk
pasien traumadanpengelolaan perawatan gawat darurat berkaitanjuga
dengan aspek etik dan legal.Sementara ini di Indonesia regulasi
terkait dengan aspek etik dan legal dalam telemedicine
dantelepresenceuntuk traumadanpengelolaan perawatan gawat darurat
belum ada. Belum adanya regulasi ini mau tidak mau akan menghambat
perkembangan program ini. Telemedicine dantelepresenceuntuk
traumadanpengelolaan perawatan gawat darurat akan berkaitan dengan
isu aspek legal, peraturan, etik secara keseluruhan.Ada beberapa
isu yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan telehealth
termasuk juga telemedicine dantelepresenceuntuk
traumadanpengelolaan perawatan gawat daruratyaitu : Pembiayaan,
aspek legal, Standar keamanan. Berkaitan dengan hal tersebut diatas
perlu juga diperhatikan tentang Keamanan data dan Infrastruktur
komunikasi.B. Kesimpulan dan RekomendasiPemanfaatan tekhnologi
telemedicine dantelepresenceuntuk pasien traumadanpengelolaan
perawatan gawat daruratmempunyai banyak manfaat dan keuntungan bagi
berbagai pihak diantaranya pasien, petugas kesehatan (perawat dan
dokter) dan pemerintah. Aspek kemudahan dan peningkatan jangkauan
serta pengurangan biaya menjadi keuntungan yang bisa terlihat
secara langsung. Dengan adanya kontribusi tekhnologi telemedicine
dantelepresenceuntuk pasien traumadanpengelolaan perawatan gawat
darurat dalam pelayanan keperawatan antar Rumah Sakit di perkotaan
dan daerah, akan banyak sekali manfaat yang dapat dirasakan oleh
pasien dan keluarga, perawat, instansi pelayanan kesehatan dan
termasuk juga pemerintah.Namun demikian untuk bisa mengaplikasikan
telemedicine dantelepresence untuk pasien trauma dan pengelolaan
perawatan gawat daruratdalam bidang keperawatan banyak sakali
tantangan danhambatannya misalnya: faktor biaya, sumberdaya
manusia, kebijakan danperilaku. Dimasa mendatang program ini akan
menjadi alat utama dalamperawatan pasien trauma dan pendidikan
kegawatdaruratan akibat trauma.Penanganan trauma dapat dilakukan
dengan aman menggunakan prinsiptelemedicine ketika dipandu dan
diawasi langsung oleh seorang ahli.2.3.2 Peranan POCT Dalam
Kegawatdaruratan Emergency Departements (ED) atau disebut juga
Instalasi Gawat Darurat (IGD) memiliki arus pasien yang tinggi
dengan berbagai macam kondisi dan mengharuskan pelayanan cepat
untuk pindah ruangan, yang sangat penting untuk mencegah penumpukan
pasien. Untuk mengurangi waktu tinggal, di setiap langkah dari saat
pasien masuk sampai ke luar IGD harus benar-benar optimal, termasuk
mengurangi waktu tunggu hasil laboratorium.Definisi POCT adalah
pemeriksaan laboratorium yang dilakukan di dekat pasien di luar
laboratorium sentral, baik pasien rawat jalan maupun pasien rawat
inap. Menurut kriteria dari CLIA (Clinical Laboratory Improvement
Amendement), POCT pada umumnya dibagi menjadi 2 kategori
berdasarkan kompleksitasnya yaitu waive dan non-waive. Yang
dimaksud dengan waive test adalah pemeriksaan non kritis yang
disetujui oleh FDA untuk penggunaan di rumah, menggunakan metode
yang sederhana dan cukup akurat serta tidak beresiko untuk
membahayakan pasien bila hasil pemeriksaan tidak tepat. Sedangkan
non-waive test adalah pemeriksaan yang cukup kompleks di mana
pemeriksaan yang dilakukan membutuhkan pengetahuan minimal
teknologi dan pelatihan untuk menghasilkan pemeriksaan yang akurat,
langkah-langkah pengoperasian secara otomatis dapat dengan mudah
dikontrol dan membutuhkan interpretasi minimal. Nama lain POCT
adalah near patient testing, patient self testing, rapid testing,
atau bedsite testing.Pemeriksaan yang seringkali menggunakan metode
POCT adalah pemeriksaan kadar gula darah, HbA1c, gas darah, kadar
elektrolit, marker jantung, marker sepsis, urine dipstik, koagulasi
(PT / INR), Hemoglobin darah, tes kehamilan dan ovulasi. Keuntungan
penggunaan POCT yang utama adalah kecepatan. Meskipun POCT di rumah
sudah banyak digunakan, 70 % POCT terletak di rumah sakit, ruang
praktek dokter, dan lokasi lain-lain, dan segmen ini diperkirakan
akan bertumbuh sekitar 15,5 % per tahun, terutama untuk penggunaan
di rumah.Klinisi dari IGD seringkali menghendaki efisiensi dalam
menghadapi kebutuhan perkembangan pelayanan kesehatan
kegawatdaruratan. Rencana pemberian terapi seringkali tergantung
pada hasil laboratorium. POCT dianggap sebagai teknologi yang dapat
melayani kebutuhan tersebut dengan akurat dan penurunan TAT (turn
arround time) sebesar 50 %. Modernising Pathology Services
merupakan istilah di mana pihak laboratorium menerima POCT untuk
pelayanan kesehatan yang lebih baik. Dengan layanan jaringan yang
baik, di mana POCT dapat terhubung dengan Instalasi Laboratorium
Sentral, serta pengawasan kontrol dan kalibrasi yang baik, maka
POCT mendapat peranan dalam pasar teknologi diagnostik, bahkan
dapat digunakan oleh pasien di rumah maupun komunitas di luar
laboratorium.Korban bencana berisiko untuk mengalami acute
myocardial infarctions (AMI), acute kidney injury (AKI), dan
sepsis. Pemeriksaan biomarker jantung, fungsi ginjal, dan deteksi
bakteri patogen secara cepat seringkali tidak didapatkan selama
penanganan bencana. Reagen biomarker jantung membutuhkan
penyimpanan dalam suhu lemari es; pemeriksaan fungsi ginjal
tradisional (kreatinin) memiliki sensitifitas yang buruk untuk
prediksi AKI pada pasien-pasien kritis, dan deteksi bakteri patogen
dengan kultur terlalu lambat untuk menolong pemberian terapi
antimikroba secara dini. Tiga kondisi tersebut memerlukan
pemeriksaan POCT interkoneksi antara IGD, penanganan bencana, dan
UPI.POCT di rumah sakit memiliki beberapa keuntungan,antara lain
hasil yang diperoleh lebih cepat, sehingga mempercepat perawatan
dan meningkatkan kepuasan pasien, lebih murah, kepuasan dokter
sering lebih tinggi karena tidak harus menunggu hasil pemeriksaan
laboratorium. Tetapi karena POCT kurang presisi daripada
pemeriksaan yang dilakukan menggunakan alat standar di
laboratorium, hasilnya kadang-kadang harus tetap diverifikasi,
sehingga menambah biaya.POCT yang digunakan harus memenuhi TQA
(Total Quality Assurance). Dokter Patologi Klinik harus supervisi
terhadap semua alat POCT yang ada di lingkungan rumah sakit
tempatnya bekerja. Adanya komite POCT di rumah sakit sangat penting
untuk mengelola POCT di rumah sakit. Komite ini hendaknya
berkompetensi di bidang laboratorium, selalu berkoordinasi dengan
laboratorium sentral, serta dipimpin oleh dokter spesialis patologi
klinik.Pemeriksaan di laboratorium Merupakan standar baku emas dan
lebih akurat. Diawasi penuh oleh penanggung jawab laboratorium
(dokter patologi klinik). Dikerjakan oleh analis. Menggunakan alat
yang mahal dan canggih. Fokus pada akurasi, mutu, dan waktu
hasil.Point-of-care tests (POCT) Kurang akurat. Diawasi oleh dokter
di ruangan / klinik. Pada umumnya dikerjakan oleh perawat.
Menggunakan alat sederhana dan lebih murah. Fokus pada alur kerja,
pengurangan kesalahan dan kecepatan hasil.Penyebab ketidakakuratan
hasil pemeriksaan menggunakan alat POCT antara lain operator yang
tidak kompeten dan berpengalaman, petugas tidak mematuhi prosedur
penggunaan alat, menggunakan reagen yang tidak mempunyai bahan
kontrol, kurangnya supervisi, tidak melakukan pemantapan mutu.Untuk
menjamin mutu hasil pemeriksaan POCT maka harus dibentuk Komite
POCT rumah sakit yang memiliki tugas melakukan koordinasi pelatihan
personil baru, memilih metode pemeriksaan, memonitor kontrol mutu
dan program profisiensi, serta menentukan tempat meletakkan alat
POCT tersebut. Kepala perawat dalam hal ini memiliki tugas mengatur
jadwal petugas baru untuk mendapatkan pelatihan dan sertifikasi
personil, serta mengatur jadwal evaluasi rutin kompetensi petugas
POCT. Bagian pendidikan dan pelatihan rumah sakit memiliki tugas
memberikan pelatihan petugas baru dan memberikan sertifikasi
personil. Sedangkan staf laboratorium memiliki tugas memberikan
pelatihan kepada petugas baru, menilai data kontrol mutu, dan
mem-verifikasi fungsi peralatan dan perawatan alat tersebut.Jaminan
mutu meliputi pra analitik yaitu mulai identifikasi pasien dengan
benar, persiapan pasien dan alat, analitik, sampai paska analitik
yaitu keluarnya hasil pemeriksaan. Dalam jaminan mutu didapatkan 2
komponen, yaitu kontrol mutu internal dan penilaian mutu eksternal.
Kontrol mutu internal adalah menganalisis bahan kontrol oleh
pengguna alat POCT sebelum melakukan pemeriksaan pada pasien untuk
menjamin bahwa alat tersebut dapat menghasilkan hasil pemeriksaan
yang akurat. Sedangkan penilaian mutu eksternal adalah analisa
sampel yang tidak diketahui nilainya dan berasal dari sumber
eksternal. Sampel penilaian mutu eksternal didistribusikan oleh
Departemen Patologi Klinik kepada semua alat POCT.2.4 MACAM-MACAM
TEKNOLOGI YANG DAPAT DILAKUKAN BIDANa)Fetal DopplerAdalah merupakan
alat yang digunakan untuk mendeteksi denyut jantung bayi, yang
menggunakan prinsip pantulan gelombang elektromagnetik, alat ini
adalah sangat berguna untuk mengetahui kondisi kesehatan janin,
sangat disarankan untuk dimiliki dirumah sebagai deteksi harian,
selain aman juga mudah dalam penggunaannya serta harga yang sangat
terjangakau untuk dimiliki
b)Fetal doppler SunrayAdalah salah satu jenis dan merk doppler
yang digunakan untuk mengetahui denyut jantung janin dalam
kandungan, fetal doppler ini sangat praktis digunakan baik secara
pribadi atau digunakan oleh kalangan paramedic
c)StaturmeterAdalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi
badan, alat ini adalah sangat sederhana pada disainnya karena hanya
ditempelkan pada tembok bagian atas dan ketika akan digunakan hanya
perlu untuk menariknya sampai ke bagian kepala teratas, sehingga
dapat diketahui tinggi badan orang tersebut.
d)Eye Protector Photo TherapyAdalah alat bantu yang digunakan
untuk melindungi bagian mata bayi pada saat dilakukan pemeriksaan
dengan menggunakan sinar X-ray atau jenis pemeriksaan lain yang
menggunakan media sinar agar tidak menggangu pengelihatan bayi yang
akan diperiksa. e)Alat Pengukur Panjang BayiAdalah merupakan
peralatan sederhana yang biasa digunakan oleh bidan dan petugas
posyandu, untuk mengetahui perkembangan tinggi bayi dari waktu ke
waktu, terbuat dari kayu dengan mistar yang mudah dibaca. f)Breast
PumpBiasa digunakan oleh para ibu yang berkarier diluar rumah, agar
ASI tidak terbuang dengan percuma, sehingga bayi tetap bisa
mendapatkan ASI dari bundanya. g)Lingkar Lengan Ibu HamilAdalah
tanda yang digunakan untuk mempermudah menidentifikasi bayi dan
bundanya, pada umumnya dipakaikkan pada bayi dan bundanya di rumah
sakit bersalin.
h)Pengukur Panjang bayi (Calipher)Adalah alat yang digunakan
untuk mengukur panjang bayi dengan ketepatan pengukuran yang
tinggi, karena skala yang digunakan pada alat ini lebih detail,
sehingga setiap inchi pertumbuhan bayi dapat diketahui.i)Reflek
Hammer / Reflek PatelaSejenis hammer yang dilapisi dengan karet
yang digunakan untuk mengetahui respon syaraf dari anggota tubuh
biasanya kaki.
j)Umbilical Cord Clem NylonAdalah merupakan alat yang digunakan
untuk menjepit tali pusar bayi sesaat setelah bayi dilahirkan.
k)TourniquetAdalah alat bantu yang digunakan untuk sarana
pendukung pada pengambilan darah, pada umumnya dilingkarkan pada
lengan tangan saat akan dilakukan pengambilan darah, agar darah
bisa lebih mudah untuk di ambil.
2.5 PERBEDAAN PERAN BIDAN DAN DOKTER DALAM APLIKASI
TEKNOLOGI2.5.1 Perbedaan Dalam Pemeriksaan KehamilanPeran Bidan:1.
Keterbatasan alat yang dimiliki bidan memang memberikan informasi
yang tidak maksimal karena hanya mengandalkan rabaan tangan,
pendeteksi detak jantung (fetal doppler) dan pengalaman.2. Bidan
tidak memiliki wewenang dalam penggunaan USG dan NST dalam
pemeriksaan kehamilan.Peran Dokter:1. Dokter memiliki alat yang
sangat lengkap dan canggih, termasuk penggunaan alat USG
(ultrasonography) untuk mendeteksi kondisi janin dengan lebih
akurat.2. Dokter memiliki alat NST untuk periksa kehamilan.Cara
pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi, pada umur
kehamilan 32 minggu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud
melihat hubungan perubahan denyut jantung dengan gerakan
janin.2.5.2 Perbedaan Dalam PersalinanPeran Bidan:1. Bidan
cenderung memiliki filosofi, lebih holistik dan memandang bahwa
persalinan adalah proses yang alami. Sedangkan dokter kandungan
lebih cenderung memiliki perspektif medis dan melihat kelahiran
sebagai sebuah peristiwa yang risiko.Bidan hanya memiliki wewenang
menolong persalinan normal ,tidak boleh melakukan operasi lainnya
seperti SC.2. Bidan berwenang memperkenalkan dan memberikan
tindakan kontrasepsi kepada pasien seperti kondom, IUD, Implant.
Namun bidan tidak berwenang memberikan tindakan kontrasepsi steril
seperti vasektomi dan tubektomi.3. Bidan boleh menggunakan bantuan
forcep jika terjadi kegawatdaruratan pada saat menolong
persalinan.4. Bidan cenderung menghabiskan lebih banyak waktu
dengan pasien selama proses persalinan dan dalam kunjungan
prenatal.Peran Dokter:1. Dokter kandungan lebih cenderung untuk
menggunakan intervensi medis seperti induksi, episiotomies serta
merekomendasikan seksio caesaea,CTG (Carditocography),Forcep,dan
Vakum ekstraksi.2. Dokter kandungan berwenang memberikan alat
kontrasepsi steril seperti vasektomi dan tubektomi karena alat
kontrasepsi tersebut membutuhkan tindakan operasi.
4.5.3 Bidan dan Dokter Berwewenang Untuk Memperkenalkan Beberapa
Gedget yang Berkaitan dengan Aplikasi Teknologi pada Masa Kehamilan
seperti :1. KickTrack.. Pola pergerakan termasuk tendangan janin
perlu diketahui dengan detil untuk menghindari kasus stillborn atau
bayi meninggal dalam kandungan. Dengan alat ini ibu biasa
mengetahui pergerakan aktif pada bayi. 2. Digital Prenatal
Listening System. Intip kehidupan janin dalam kandungan dengan alat
ini, tanpa menunggu waktu kunjungan ke dokter kandungan. Teknologi
sound indicator lights memudahkan ibu mengetahui posisi janin. Alat
ini juga bisa merekam suara detak jantung janin. 3. BabyPlus
Prenatal Education System. Janin bisa 'sekolah' juga. Alat ini
menyimpan 16 kurikulum dalam format audio, yang hanya dapat
dimengerti oleh janin. Alat ini diciptakan untuk menstimulasi otak
janin, agar nantinya anak memahami hal baru lebih cepat. 4. Belly
Armor Belly Blanket. Sesuai dengan namanya, selimut ini berfungsi
sebagai pelindung yang mampu menangkal efek radiasi hingga 99%.
Teknologi Radiashield Fabric, yaitu serat kain berbahan dasar logam
membuat selimut ini melindungi serupa perisai aluminium setebal 0,6
cm. 5. Athena Pelvic Muscle Trainer. Latih kekuatan otot vagina
sebagai bekal persalinan dengan alat latihan senam kegel ini.
Dengan teknologi wireless, ibu dapat berlatih tanpa terihat orang
lain. Tidak lepas meski anda tertawa, berjalan, melompat dan
bersin. Pemasangan alat ini dapat diatur berdasarkan kelenturan
otot. Konsultasikan ke dokter kandungan sebelum memakainya. 6. Kick
To Pick . Janin kini bisa memilih namanya sendiri! Begitu jenis
kelamin diketahui, tempelkan iPhone di perut ibu tunggu sampai
janin menendang. Begitu tendangan termonitor, secara acak aplikasi
akan emnampilkan nama-nama bayi. Saat tendangan berhenti, generator
juga berhenti, memunculkan nama bayi.
BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanTeknologi dalam kesehatan mempunyai
peran yang sangat penting,terutama dalam memberikan kualitas atau
mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Seiring dengan
perkembangan teknologi dan informasi seakan telah membuat standar
baru yang harus di penuhi. Hal tersebut membuat keperawatan di
Indonesia menjadi tertantang untuk terus mengembangkan kualitas
pelayanan keperawatan yang berbasis teknologi informasi. Namun
demikian, tidak dipungkiri bahwa masih banyak kendala dalam
penerapan teknologi informasi untuk manajemen kesehatan di rumah
sakit. Jika masih dalam taraf pengembangan sistem informasi
transaksi (misalnya data administratif, keuangan dan demografis)
problem sosiokltural tidak terlalu kentara. Namun demikian, jika
sudah sampai aspek klinis, tantangan akan semakin besar.Di sisi
lain, persoalan kesiapan SDM seringkali menjadi pengganjal.
Pemahaman tenaga kesehatan di rumah sakit terhadap potensi TI
kadang menjadi lemah karena pemahaman yang keliru. Oleh karena itu
penguatan pada aspek pengetahuan dan ketrampilan merupakan salah
satu kuncinya. Disamping itu, tentu saja adalah masalah finansial.
Tanpa disertai dengan bantuan tenaga ahli yang baik, terkadang
investasi TI hanya akan memberikan pemborosan tanpa ada nilai
lebihnya. Yang terakhir adalah kecurigaan terhadap lemahnya aspek
security, konfidensialitas dan privacy data medis.Dalam penggunaan
TI terutama computer dapat berpengaru negative jga bagi kesehatan
pnggunanya apabila dalam penggunaannya tidak baik. Yaitu dari
Posisi duduk, jarak pandang monitor dengan mata, intensitas cahaya
monitor, sirkulasi udara ruangan, keamanan kabel jaringan, dan cara
menggunakan computer. Apabila hal ini tidak diperhatikan dapat
mngakibatkan gangguan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKAWikipedia, Peran Teknologi Dalam Bidang
KesehatanChoirun Nisa, Yunita Peran Teknologi Dalam Bidang
Kesehatanhttp://ebintara.blogspot.com/2012/06/makalah-peran-teknologi-dalambidang.htmlhttp://fajargnwn17.blogspot.com/2014/03/makalah-peran-teknologi-dalam-bidang.html
29 | Aplikasi Teknologi dalam Praktik Kebidanan