BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI 1 PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA By : Salmani, MS, MT. MEKANISME KERUNTUHAN TEBING SALURAN DAN SUNGAI PADA JEMBATAN SERTA CARA-CARA PENANGANANNYA Faktor dan Penyebab Keruntuhan Tebing Sungai 1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keruntuhan Tebing Sungai Karena proses erosi alami dan interaksi variabel dan gaya-gaya penyebab erosi bersifat komplek, maka mekanisme erosi pada tebing sungai pada dasarnya sangat sulit dipahami kecuali dilakukan melalui evualuasi detail dengan data yang cukup. Erosi tebing dapat disebabkan karena ulah manusia atau pun karena proses alam. Diperlukan suatu identifiksi dan perkiraan tentang mekanisme keruntuhan tebing yang terjadi untuk mengetahui faktor-faktor penyebab erosi tebing, sehingga dapat digunakan untuk memilih jenis perlindungan tebing yang sesuai dan proporsional. 1.1 Katagori Mekanisme Keruntuhan Mekanisme keruntuhan adalah proses fisik erosi yang dapat dipandang sebagai masalah yang dapat dilihat di lokasi. Mekasime keruntuhan dapat diakibatkan oleh pengaruh lokal (site based) dan/atau pengaruh bentangan (reach based) atau kedua-duanya. Mekanisme keruntuhan tebing yang umum dijumpai di lapangan adalah: 1. Keruntuhan akibat erosi pada ujung bawah tebing (toe erosion) 2. Penggerusan (scour) yang terdiri dari gerusan local, gerusan akibat penyempitan, terjunan dan jet. 3. Keruntuhan massa (mass failure) 4. Keruntuhan akibat erosi aliran bawah permukaan (subsurface entrainment) 5. Keruntuhan akibat potensi avulsi dan sudetan (avultion and chute-cutoff potential)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
1
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
MEKANISME KERUNTUHAN TEBING SALURAN DAN SUNGAI PADA JEMBATAN SERTA CARA-CARA PENANGANANNYA
Faktor dan Penyebab Keruntuhan Tebing Sungai
1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keruntuhan Tebing Sungai
Karena proses erosi alami dan interaksi variabel dan gaya-gaya penyebab erosi
bersifat komplek, maka mekanisme erosi pada tebing sungai pada dasarnya
sangat sulit dipahami kecuali dilakukan melalui evualuasi detail dengan data
yang cukup. Erosi tebing dapat disebabkan karena ulah manusia atau pun
karena proses alam. Diperlukan suatu identifiksi dan perkiraan tentang
mekanisme keruntuhan tebing yang terjadi untuk mengetahui faktor-faktor
penyebab erosi tebing, sehingga dapat digunakan untuk memilih jenis
perlindungan tebing yang sesuai dan proporsional.
1.1 Katagori Mekanisme Keruntuhan
Mekanisme keruntuhan adalah proses fisik erosi yang dapat dipandang sebagai
masalah yang dapat dilihat di lokasi. Mekasime keruntuhan dapat diakibatkan
oleh pengaruh lokal (site based) dan/atau pengaruh bentangan (reach based)
atau kedua-duanya.
Mekanisme keruntuhan tebing yang umum dijumpai di lapangan adalah:
1. Keruntuhan akibat erosi pada ujung bawah tebing (toe erosion)
2. Penggerusan (scour) yang terdiri dari gerusan local, gerusan akibat
penyempitan, terjunan dan jet.
3. Keruntuhan massa (mass failure)
4. Keruntuhan akibat erosi aliran bawah permukaan (subsurface
entrainment)
5. Keruntuhan akibat potensi avulsi dan sudetan (avultion and chute-cutoff
potential)
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
2
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
1.1.1 Penyebab Keruntuhan Tebing
Memperkirakan mekanisme keruntuhan tebing harus dengan observasi dan
evaluasi kondisi di tempat (site), seperti kondisi geologi dan topografi, tipe tanah,
pola aliran dan derajat gaya erosi, pertumbuhan tanaman termasuk dalamnya
akar dan kekuatannya, geomeri tebing sungai dan beban sedimen.
Mengidentifikasi penyebab pengaruh bentangan (reach based) umumnya
memerlukan beberapa kali investigasi lapangan (site invetigasi) yang lebih luas
sepanjang daerah sungai. Umumya, perlindungan tebing difokuskan pada
penyebab lokal yang menyebabkan ketidakstabilan tebing, dan mengabaikan
stabilitas bentangan sungai atau stabilitas daerah pengaliran (watershed) secara
luas.
Dengan mengabaikan penyebab bentangan, bangunan perlindung tebing yang
direncanakan dapat menimbulkan lebih banyak kerusakan daripada kebaikannya
(keuntungannya). Mereka dapat menyebabkan kegagalan tambahan seperti
chanell flanking, penggerowongan (underminning) struktur, atau pengendapan
sedimen dan tertimbunnya bangunan pelindung.
Identifikasi mekanisme keruntuhan dan penyebab-penyebabnya umumnya
dilakukan bersama-sama, baik akibat lokal maupun akibat bentangan. Perlu
dicatat, bahwa menentukan mekanisme keruntuhan di lokasi langsung (onsite)
tanpa mengidentifikasikan penyebab yang tersembunyi adalah seperti
memberikan aspirin (obat penghilang rasa sakit) tanpa mengobati kaki yang
sakit, mungkin hanya mengobati gejalanya saja, tetapi tidak memecahkan
masalahnya .
Tabel 6.1 menjelaskan katagori mekanisme keruntuhan akibat pengaruh lokal
dan pengaruh bentangan sekitar.
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
3
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
Tabel 6.1. Mekanisme keruntuhan akibat pengaruh lokal (site-based) dan
pengaruh bentangan (reach-based)
Mekanisme Keruntuhan Pengaruh local (site based) Pengaruh bentangan
(reach-based)
Erosi kaki (toe) berkurangnya tanaman pada
srutuktur tebing
sungai dihaluskan
sepanjang tikungan
migrasi meander
agradasi
degradasi
Gerusan local penghalang di alur
terbentuknya gosong
tidak ada
Gerusan akibat
penyempitan
jembatan
bentuk tebing sungai asli
sampah runtuhan kayu besar
tidak ada
Gerusan akibat terjunan/
bendung
bendung
tidak ada
Gerusan akibat aksi jet gosong lateral
sungai samping atau anak sungai
tikungan mendadak yang berfungsi
sebagai peredam energi (energy
sink))
alur-alur pada sungai berjalin.
migrasi meander
agradasi
degradasi
Keruntuhan massa tanah jenuh
pertambahan beban permukaan
(surcharge)
kurangnya struktur akar
hilangnya struktur penopang lateral
Tidak ada
Erosi oleh aliran bawah
permukaan (Subsurface
entrainment)
seepage air tanah
penurunan muka air dengan cepat
(rapid draw down)
Tidak ada
Potensi terjadinya avulsi
atau sungai sudetan
(chute-cutoff)
aktifitas di bantaran banjir
kondisi alami
agradasi
relokasi sungai
penyempitan pada
hilir
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
4
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
sungai berjalin
banjir besar
1.2 Mekanisme Keruntuhan Akibat Pengaruh Lokal (Site-Based)
1.2.1 Keruntuhan akibat erosi pada kaki tebing (toe erosion)
1.2.1.1 Mekanisme Keruntuhan.
Erosi pada kaki terjadi ketika aliran air memindahkan partikel dari tebing atau
dasar sungai sehingga terjadi penggerowong (undermines) pada bagian kaki
(toe) tebing dan kemudian massa tebing runtuh atau tergelincir (sliding).
1.2.1.2 Penyebab keruntuhan:
Erosi toe terjadi di sepanjang meander ataupun pada ruas sungai yang lurus.
Ada sejumlah penyebab lokal erosi toe, diantaranya:
1) Berkurangya pepohonan pada tebing. Gangguan pada pepohonan di
sepanjang tebing sungai dan pada daerah bantaran (riparian)
berpengaruh pada stabilitas tebing, terutama dalam hal daya tahannya
terhadap erosi (lihat Gambar 6.1). Akar pepohonan diatas lereng tebing
sungai mengikat tanah dan menyatu (monolit) secara vetikal dan
horizontal. Gangguan pada pepohonan merupakan penyebab umum
erosi tebing sungai dan sering dihubungkan langsung dengan
pembangunan daerah atau manajemen pertanian. Ini juga terjadi ketika
ada sungai yang terdegradasi. Sungai yang terdegradasi menurunkan
muka air tanah dibawah daerah zona perakaran (root zone) yang pada
gilirannya menurunkan daya hidup tanaman.
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
5
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
Gambar 6.1 Erosi pada kaki (Toe Erosion)
2) Sungai dihaluskan. Sungai yang dihaluskan menyebabkan hambatan
terhadap aliran berkurang. Sungai yang halus dapat terjadi karena
reruntuhan kayu telah dipindahkan, sungai telah dikeruk, atau tebing telah
diperkeras. Suatu sungai yang diperhalus akan memiliki kelebihan energi
yang kemudian didesipasikan ke tebing sungai. Sungai akan
menyesuaikan diri melalui desipasi energi dengan cara memperpanjang
sungai dan mengurangi kemiringannya atau dengan mendegradasi dasar
sungai, dan penyesuaian ini memicu erosi tebing sungai.
3) Sepanjang tikungan. Ketika aliran bergerak sepanjang tikungan, thalweg
(bagian terdalam dasar sungai) bergeser ke sudut luar sungai (lihat
Gambar 6.2) dan menimbulkan gerusan pada lokasi tikungan (lihatseperti
dijelaskan pada bagian 4……
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
6
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
Gambar 6.2 Potongan melintang pada sungai lurus dan tikungan
1.2.2 Keruntuhan Akibat Gerusan
-
- Gerusan adalah erosi pada lokasi tertentu yang tingkatnya lebih besar
dibandingkan daerah sekitarnya.
- Gerusan diakibatkan dari aksi erosif air yang mengalir, yang menggali dan
membawa material dari dasar dan tebing sungai.
- Tanah berbutir lepas dengan cepat tererosi oleh aliran air, sedangkan
tanah kohesif lebih tahan terhadap gerusan.
- Bagian tengah tebing kebawah adalah bagian yang selalu basah oleh
aliran yang akan langsung mengalami gerusan, dan jika material tebing
tidak tahan terhadap gaya gerus maka terjadi penggerowongan
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
7
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
(undermining) yang dapat mengakibatkan terbentuk katilever pada tebing
dan keruntuhan pun akan terjadi.
- Ada empat jenis gerusan, yaitu:
1. lokal
2. penyempitan (constriction)
3. terjunan/bendung
4. gerusan jet (jet scour)
1.2.2.1 Gerusan lokal
1.2.2.1.1 Mekanisme gerusan
Ketika arus di sungai terhalang oleh gangguan, contohnya pilar jembatan, arah
aliran akan berubah, bahkan bergerak kehilir menyelam didepan pilar dan
membentuk pusaran (pola aliran sekunder) yang menuju kesisi lain penghalang.
Terjadi percepatan dan vortex di sekitar dasar menghasilkan gaya erosi yang
lebih tinggi dari pada di sekitar pilar sehingga membawa lebih banyak sedimen
dasar dan terbentuklah lubang gerusan. Gerusan lokal nampak seperti terpisah
dan berlegok-legok sepanjang garis tebing atau seperti legokan pada dasar
sungai.
1.2.2.1.2 Penyebab gerusan
Penghalang dapat di buat oleh manusia atau alam. Penghalang buatan manusia
termasuk diantaranya adalah jembatan atau abutment. Gangguan alam termasuk
antaranya adalah bongkahan batu, kumpulan reruntuhan kayu atau gosong-
gosong di tengah sungai.
Lebarnya gerusan lokal tergatung pada ukuran relatif dan lokasi penghalang
yang menyebabkan gerusan. Sebagai contoh, gerusan yang terbentuk disekitar
pohon besar yang jatuh ke sungai tidak akan meleber terlalu jauh dari pohon.
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
8
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
Gerusan lokal besarnya terbatas dan umumnya tidak beresiko tinggi terhadap
stabilitas tebing.
Gambar 6.3 Gerusan lokal akibat penghalang batu
1.2.2.2 Gerusan akibat penyempitan
1.2.2.2.1 Mekanisme gerusan
Rata-rata kecepatan yang melalui penampang sungai yang menyempit
meningkat, mengakibatkan erosi sepanjang dasar sunai di dekat penyempitan.
Dasar sungai pada bagian menyempit lebih dalam dibandingkan dasar sungai di
hilir dan udik.
1.2.2.2.2 Penyebab gerusan:
- Gerusan akibat penyempitan terjadi jika bentuk tebing sepanjang sungai
lebih sempit dibandingkan bentuk normal. Bagian yang menyempit
biasanya memliliki struktur yang lebih keras dibandingkan tebing diudik
maupun di hilir dan umunya lebih tahan terhadap gaya gerus yang lebih
tinggi yang dihasilkan penyempitan itu sendiri. Bedrock yang berada pada
permukaan sering membentuk penyempitan alami.
- Selain bedrock, sampah rerutuhan pohon besar atau jembatan juga
merupakan contoh umum yang dapat menyebabkan penyempitan. Tembok
tebing yang terlalu sempit, penyempitan sungai akibat dibangunnya groin,
atau keberadaan akar pohon yang kuat pada sungai kecil dapat
menyebabkan penggerusan akibat penyempitan.
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
9
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
Gambar 6.4 Gerusan akibat penyempitan
1.2.2.3 Gerusan akibat terjunan /bendung
Gerusan akibat bangunan terjun atau dam adalah hasil dari tumpahan air dari
bagunan yang lebih tinggi (mercu) atau banguan terjun, menciptakan pola aliran
sekunder yang dikenal sebagai pusaran (roller). Pusaran menggerus dasar
dibawah terjunan (gambar 6.5). Kolam disipator energi dapat terbentuk dari
penggerusan akibat terjunan.
Gambar 6.5 Gerusan akibat Terjunan
1.2.2.4 Gerusan akibat aksi jet
1.2.2.4.1 Mekanisme gerusan
Gerusan jet terjadi ketika aliran yang masuk sungai berperilaku seperti aliran
yang menyemprot dari lubang kecil (misal slang air). Gaya tumbuk yang
dihasilkan dari aliran jet menggerus dasar dan tebing sungai.
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
10
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
1.2.2.4.2 Lokasi dan penyebab gerusan.
Gosong lateral, alur-alur pada sungai berjalin, anak-anak sungai, tikungan tajam
yang berfungsi sebagai peredam energi (energy sink), dapat menimbulkan
gerusan jet.
a. Gosong lateral adalah gosong di tengah sungai yang umumnya terjadi di
hilir tikungan sempit dan terletak secara diagonal pada sungai. Gerusan jet
terbentuk ketika aliran diarahkan oleh gosong dan difokuskan langsung
ketebing sungai didekatnya (lihat Gambar 6.6). Gosong lateral terbentuk
selama aliran penuh dan gerusan terjadi selama surut dan juga saat aliran
sedang. Gosong-gosong ini adalah hasil proses sungai alami akibat
bertambahnya suplai sedimen. Penyebab fomasi gosong lateral harus
diketahui selama kajian mengenai sebab-sebab bentangan (reach
assessment).
b. Alur-alur pada sungai berjalin adalah penyebab lain gerusan jet. Aliran air
yang melalui alur-alur ini pada saat aliran rendah sampai dengan aliran
sedang dapat mengarahkan aliran lansung ke garis tebing dan menyebabkan
gerusan jet (lihat Gambar 6.6).
Gambar 6.6. gerusan Jet akibat gosong kerikil lateral dan alur-alur pada
sungai berjalin (tampak dari atas)
c. Anak-anak sungai. Ketika energi tinggi dari sungai samping atau anak
sungai (tributary) mengalir ke dalam sungai utama, aliran dapat di fokuskan
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
11
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
pada tebing seberang pada sungai utama (Gambar 6.7) dan menghasilkan
gerusan jet.
Gambar 6.7 Gerusan jet akibat aliran anak sungai
d. Tikungan tajam yang berfungsi sebagai peredam energi (energy sink)
adalah salah satu penyebeb lain gerusan jet. Ketika aliran melewati tikungan
dengan radius tajam, kolam gerusan terbentuk (Gambar 6.8). Kolam gerusan
adalah peredam energi (energy sink) yang mendesipasikan energi aliran.
Gambar 6.8 Gerusn jet akibat peredam energi (energy sink)
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
12
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
1.2.3 Keruntuhan akibat erosi aliran bawah permukaan (subsurface
entrainment)
1.2.3.1 Mekanisme erosi dan keruntuhan.
Erosi akibat aliran bawah permukaan (sub-surface flow) atau piping terjadi ketika
aliran bawah permukaan membawa partikel hingga sungai buluh terbentuk
(Gambar 6.9). Sungai buluh ini mengurangi kohesif lapisan tanah, dengan
demikian, menyebabkan slip pada lapisan tebing dan pergeseran besar-besaran
pada tebing.
1.2.3.2 Penyebab erosi dan keruntuhan.
Seepage (perembesan) air tanah dan penurunan muka air di sungai dengan
cepat (rapid drawdown) adalah penyebab umum erosi akibat aliran bawah
permukaan (subsurface entrainment)
Gambar 6.9 Aliran bawah permukaan atau piping
1.2.4 Keruntuhan akibat berat sendiri (mass failure)
1.2.4.1 Mekanisme keruntuhan
Keruntuhan masa adalah pergerakan kebawah sejumlah besar dan utuh masa
tanah. Ini terjadi karena tegangan geser lereng (akibat berat) melebihi kuat geser
material tanah. Lima puluh persen keruntuhan masa dipicu oleh penjenuhan
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
13
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
tanah pada tebing. Ketika air menjenuhkan tanah tebing akan terjadi
penambahan berat tanah sementara kuat geser tanah berkurang.
1.2.4.2 Penyebab keruntuhan
Keruntuhan masa disebabkan oleh beberapa hal diantaranya:
Penurunan muka air disungai dengan cepat (rapid draw down)
Pengaruh pasang surut
Rembesan (seepage)
Pengaruh topografi, geologi dan tanaman
Kombinasi dengan mekanisme keruntuhan lain seperti erosi kaki atau piping
(subsuface entrainment).
1.2.4.3 Jenis keruntuhan.
Keruntuhan masa dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok utama, yaitu:
1. jatuh (fall),
2. roboh (topples),
3. tergelincir (slides) berupa rotasi atau translasi,
4. menyebar (spreads),
5. mengalir (flow),
Gelincir rotasi memiliki kelengkungan dan bidang keruntuhan cekung (Gambar
6.10) dan umumnya cukup dalam. Umumnya terjadi pada tebing dengan sudut
antara 200 sampai 400 dan pada material yang homogen. Gelincir translasi lebih
dangkal dibanding gelincir rotasi dan runtuh sepanjang tebing berbutir halus dan
hampir datar permukaannya (Gambar 6.11).
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
14
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
Gambar 6.10 Keruntuhan Rotasi
Gambar 6.11 Keruntuhan Translasi
1.2.5 Potensial Avulsion dan Chute-Cutoff (Sudetan)
1.2.5.1 Mekanisme avulsi dan chute cutoff.
Avulsi adalah perubahan yang terjadi secara signifikan dan tiba-tiba pada
alinyemen sungai yang menghasilkan sungai baru pada bantaran banjir
(floodplain) (Gambar 6.12). Avulsi disebabkan oleh kosentrasi aliran diatas
permuaan tanah, headcutting dan/atau penggerusan sungai baru melintasi
bantaran banjir (floodplain) yang akhirnya berubah menjadi sungai besar. Avulsi
berasal dari lubang gerusan, headcut dan rills/gullis yang nampak pada bantaran
banjir (floodplain). Avulsi terjadi selama badai besar dimana ada aliran
permukaan yang besar yang mengerosi dataran banjir (floodplain). Sudetan
(cutoff) mengubah alinyemen sungai pada skala lebih kecil dibandingkan dengan
avulsi (gambar 6.12). Sungai sudetan terjadi ketika radius kelengkungan
meander menjadi kecil sehingga aliran mengunakan jalan pintas memotong
gosong atau bantaran banjir (floodplain) terdekat, mengalihkan perkembangan ke
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
15
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
pola meander baru. Sungai sudetan sering terjadi pada sistem sungai
bermeander, dan menghasilkan perubahan yang kecil pada alinyemen sungai.
Jika melihat ruang dan waktu, akan terjadi perubahan menyeluruh terhadap pola
sungai.
Gambar 6.12 Avulsi dan chute cutoff (sudetan)
1.2.5.2 Penyebab avulsi dan chute cutoff.
Meskipun avulsi dan sungai sudetan merupakan proses alami, aktivitas manusia
bertanggungjawab atas peningkatan frekuensi kejadiannya. Avulsi umumnya
diakibatkan oleh aktivitas pada bentangan (reach-based) seperti:
a. Agradasi (peningkatan suplai sedimen),
b. Penyempitan hulu,
c. Kejadian banjir besar,
d. Sungai berjalin, dan/atau
e. Relokasi sungai.
f. Aktifitas dataran banjir.
g. Penghilangan tanaman diatas bantaran banjir dan/atau pada
bantaran sungai (riparian).
h. Penambangan kerikil pada bantaran banjir.
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
16
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
1.3 Mekanisme Keruntuhan Akibat Pengaruh Bentangan (reach-based)
Ada dua kategori dasar pengaruh bentangan (reach-based) yang menyebabkan
erosi:
1. sungai dalam kondisi seimbang (stabil)
2. sungai dalam kondisi tidak seimbang (tidak stabil)
1.3.1 Sungai dalam kondisi keseimbangan
Salah satu perhatian terbesar yang timbul ketika erosi terjadi dalam sungai yang
seimbang adalah jika sungai akan bermeander secara alami kedalam koridor
migrasi dimana terdapat kontruksi jalan.
1.3.1.1 Migrasi Tikungan dan meander
Pada daerah tikungan arus dipaksa membelok dengan adanya tebing sungai
dimana arus dari arah lurus menabrak langsug sisi luar tikungan dan kembali
memantul ke arah tikungan dalam dengan kecepatan yang lebih rendah. Tebing
sungai pada tikungan luar yang tertabrak langsung oleh arus akan menerima
gaya gerus yang sangat besar oleh arus spiral sehingga akan merubah garis
tebing menggeser keluar tikungan, sedangkan pada tikungan dalam arus yang
memantul dengan kecepatan rendah akan meninggalkan sedimen yang
dibawanya membentuk gosong setempat. Secara keseluruhan tikungan akan
bergeser kearah tikungan luar. Jika arus yang terjadi cukup besar dan kondisi
tanahnya mudah tererosi maka akan terjadi tikungan yang tajam dan pada
akhirnya dapat menimbulkan sudetan, dan perpindahan tikungan ini akan
membahayakan bangunan diatasnya. Gambar 4.13 Mengilustrasikan migrasi
meander yang mengancam keamanan jalan. Gambar 4.14 memperlihatkan
gerusan yang terjadi pada tikungan yang mengancam keamanan jalan beserta
pencegahannya.
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
17
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
Gambar 6.13 Migrasi meander mendekati jalan
Gambar 6.14a Gerusan pada tikungan luar Sungai di Bengkulu
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
18
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
Gambar 6.14b Gerusan pada tikungan luar Sungai di Bengkulu
Gambar 6.15 Gerusan pada tikungan luar dan pengamanan tebing dengan
bronjong
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
19
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
1.3.1.2 Sudetan meander
Sudetan meander dapat berupa sudetan sungai (chute cutoff) atau sudetan leher
(neck cutoff). Sudetan leher terjadi ketika lengan tikungan bertemu karena erosi
tebing bertahap dan tekanan meander. Sudetan sungai terjadi ketika tikungan
sungai menjadi sempit karena pengendapan sedimen dan reruntuhan yang
menimbulkan aliran backwater pada hulu tikungan. Kondisi backwater ini
meningkatkan aliran diatas tebing yang akan membentuk jalan pintas aliran
dengan menggerus tebing hingga memotongnya dan membentuk sungai baru
hingga bertemu dengan sungai hilir tikungan.
1.3.2 Sungai dalam kondisi tidak setimbang
Kecenderungan sungai menjadi tidak seimbang tergantung atas besarnya
gangguan yang disebabkan oleh manusia atau secara alami yang relatif terhadap
fleksibilitas sungai. Jika kondisi sungai berada dalam daerah (range)
keseimbangannya, maka sungai tersebut akan lebih fleksibel terhadap
perubahan, dan lebih dapat mengakomodasi perubahan tiba-tiba tanpa
mengakibatkan perubahan dramatis pada dimensi dan bentuk sungai.
1.3.2.1 Ketidaksetimbangan jangka panjang
Jika sungai mengalami perubahan dalam hirologi dan/atau sedimen yang masuk,
maka sungai akan menyesuaikan diri. Proses penyesuaian sungai terhadap
perubahan-perubahan ini berupa proses agradasi dan degradasi seperti yang
telah dijelaskan pada bagian 4.4.24.
1.3.2.2 Ketidaksetimbangan jangka pendek
Dampak jangka pendek bencana besar seperti banjir, keruntuhan massa dan
kebakaran menimbulkan perubahan sungai dengan cepat dan merupakan
komponen fundamental dinamika sungai. Sungai yang dipengaruhi oleh sejumlah
kejadian bencana akan membutuhkan periode waktu untuk pulih dan kembali ke
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
20
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
keseimbangan geomorphik. Sungai yang pulih mungkin tidak mirip dengan
sungai sebelum terkena gangguan.
1.4 Bentuk-Bentuk Penanggulangan Keruntuhan
Bermacam-macam bangunan telah dibangun untuk mengontrol aliran sungai dan
untuk menstabilkan tebing yang berpotensi menimbulkan kerusakan desain jalan.
Pemilihan bangunan yang sesuai untuk stabilitas tebing sungai dapat didasarkan
pada beberapa faktor antara lain :
1. bagaimana bangunan itu bekerja,
2. material yang digunakan,
3. ukuran dan lokasi pemasangan,
4. karakter sistem sungai dimana bangunan tersebut dipasang, dan
5. ketersediaan dana.
Berdasarkan prinsip kerjanya, bangunan untuk stabilisasi tebing sungai secara
garis besar dapat dibagi manjadi katagori besar, yaitu:
1. Cara langsung, yaitu dengan membangun struktur untuk mencegah erosi
dengan melindungi (armoring) tebing yang tererosi,
2. Cara tidak langsung meliputi :
- Struktur yang melindungi erosi dengan memantulkan/mengalihkan arus
menjauh dari tebing,
- Metode dengan mengurangi kemampuan erosi pada saluran, dan
- Metode memodifikasi saluran.
1.4.1 Cara Langsung
1.4.1.1 Teknik pelapisan dengan pelindung (Armoring)
Teknik armoring adalah meletakan penutup pelindung langsung pada daerah
yang akan dilindungi, umumya terdiri dari batu, beton atau kayu, yang melindungi
pada sebagian atau seluruh permukaan tebing dan/atau dasar sungai. Teknik
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
21
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
Armoring fungsinya untuk melindungi batas geser yang disebabkan oleh aliran air
pada tebing yang mudah tererosi.
1.4.1.1.1 Dinding pelindung (Revetment)
Beberapa tentang revetment adalah:
Revetment dapat bersifat fleksibel atau kaku dan dapat digunakan untuk
menahan semua mekanisme erosi.
Revetment dapat digunakan untuk melindungi tanggul, tebing sungai dan
dasar sungai.
Revetment tidak terlalu mempersempit saluran atau mengubah pola
bentuk aliran.
Revetment tidak begitu berhasil dalam menahan penurunan (slump) pada
tanggul dan tebing sungai yang jenuh (saturated) dan tidak begitu
berhasil dalam menstabilkan dinding dan dasar sungai pada sungai yang
mengalami penurunan dasar. Tindakan pencegahan khusus harus diteliti
dalam merencanakan revetment untuk saluran yang mengalami
penurunan dasar.
1.4.1.1.1.1 Fleksibel revetment
Yang termasuk kelompok ini diantaranya antara lain: riprap batu, beronjong
(gabion), balok beton pracetak, parit berisi batu (rock fill trenches), windrow
revetment, ban bekas dan tanaman. Riprap batu dapat mengatur distorsi dan
perpindahan lokal material di bawahnya, tanpa mengalami penurunan pada saat
pemasangan revetment. Walaupun demikian flexible rock-wire mattres dan
gabion kadangkala memperlebar displacement material dibawahnya, tetapi
umumnya juga dapat mengatur hampir semua distorsi lokal. Menggunakan
bantalan ban, balok beton pracetak umumnya lebih kaku dibandingkan dengan
riprap batu dan gabion, maka dari itu riprap batu dan gabion tidak dapat
mengatur displacement material di bawahnya dengan baik.
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
22
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
1.4.1.1.1.2 Rigid Revetments
Rigid Revetments termasuk diataranya pelapisan semen portland,
concrete filled mats, kantong berisi semen dan pasir, riprap yang di
grouthing (grouted riprap) dan campuran semen-tanah (soil-cement).
Rigid Revetments umumnya lebih licin dibandingkan dengan Flexible
Revetments sehingga meningkatkan efesiensi hidrolik dan umumnya
memiliki daya tahan tinggi terhadap erosi dan kerusakan terhadap
benturan. Mereka mudah mengalami kerusakan akibat pergerakan
pondasi penyangga akibat penurunan, pengalian (underminning), tekanan
hidrostatik, tergelincir (slides), dan erosi pada tepi. Dan umumnya mereka
merupakan jenis tindakan yang paling mahal untuk penanggulang dalam
melindungan tebing.
1.4.1.2 Tanggul Longitudinal
Tanggul longitudinal adalah bangunan lurus yang kedap (impermeable) yang
perlu dibangun secara paralel dengan tebing saluran atau sepanjang tempat
aliran yang diperlukan. Mereka melindungi tebing sungai pada tikungan dengan
memindahkan arus aliran menjauh dari tebing. Tanggul logitudinal dapat
diklasifikasikan seperti tanggul tanah atau batu, tanggul krib atau rock toe-dikes.
1.4.2 Cara Tidak Langsung
1.4.2.1 Teknik pemantulan/pengalihan aliran
Teknik pemantulan aliran berdasarkan atas prinsip pengarahan arus untuk
menjauh dari tebing, sehingga erosi dapat dikurangi atau dihilangkan di daerah
antara bangunan. Teknik ini umumnya digunakan karena biaya pembangunan
yang lebih murah dibandingkan dengan pelapisan (armoring) pada seluruh
permukaan tebing. Bangunan pemantul dibangun kurang lebih tegak lurus
dengan aliran, oleh karena itu akan mengurangi lebar efektif saluran. Kantong
gerusan (gerusan lokal) terbentuk pada ujung bangunan dan menerus ke hilir
dengan pola seperti air mata. Umumnya ada peningkatan kecepatan didekat
bangunan tersebut. Rata-rata kecepatan melintang saluran dapat bertambah,
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
23
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
berkurang atau tidak tepengaruh. Secara umum ada peningkatan kedalaman
aliran pada saluran dekat bangunan, dan hal ini umumnya terjadi jika panjang
bangunan lebih dari 1/6 lebar saluran. Tipe material, panjang, tinggi, lokasi dan
orientasi bangunan akan berpengaruh pada sudut pantulan. Bangunan ini
umumnya memberikan sedikit gangguan pada bantaran tebing (riparian)
dibandingkan dengan teknik pengendalian yang lain. Efek pada hewan liar
umumya sangat besar.
1.4.2.2 Metode penurunan energi erosi
Metode penurunan energi berfungsi untuk mengurangi kemampuan sungai untuk
mengerosi material tebing dan dasar saluran. Baling-baling dan revetment
berbentuk pagar, bekerja dengan mengurangi batas geser dan arus sekunder
yang berputar. Baling-baling dan pagar memiliki pengaruh yang kecil pada
morfologi sungai. Transportasi berkurang drastis secara tiba-tiba disekitar
bangunan. Bangunan tersebut cenderung mempunyai pengaruh yang kecil pada
geomertri saluran.
1.4.2.3 Bangunan pelambat arus (Retardance Structures)
Banguanan pelambat adalah bangunan lurus yang permeabel atau impermeabel
pada saluran, dipasang paralel dan umunya terletak pada bagian ujung bawah
(toe) tebing. Tujuan bangunan pelambat adalah untuk mengurangi kecepatan
aliran, menyebabkan pengendapan, atau mempertahankan alinyemen aliran asli.
Mereka dapat dibangun dari tanah, batu, tiang kayu, Sheet pile atau tiang baja.
Jack atau tetrahedron dari baja jusa sering digunakan.
Hampir semua bangunan pelambat bersifat permeable dengan kemapuan kerja
(performance) yang baik. Mereka telah terbukti berguna dalam beberapa situasi
berikut:
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
24
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
untuk masalah alinyemen yang terlalu dekat dengan embankment jembatan
atau jalan, umumnya pada tikungan yang lebih tajam dan aliran yang dapat
merusak langsung tebing.
untuk tipe erosi tebing lain yang terjadi terlalu dekat dengan jembatan.yang
memiliki thalweg atau tebing yang sangat tidak stabil
1.4.2.4 Metode memodifikasi saluran
Digunakan untuk mengubah geometri dan/atau bentuk datar saluran dengan
tujuan untuk membentuk kondisi saluran yang lebih alami dan stabil. Modifikasi
saluran dapat direncanakan dengan menghitung perubahan kondisi daerah
pengaliran, seperti sedimen dan aliran. Modifikasi saluran memerlukan
pemahaman tentang kondisi lokasi dan kondisi jangkauan sekitar dan
pendekatan desain yang seksama.
Pembentukan kemiringan (grading). Solusi struktural terbaik untuk hampir
semua kegagalan geoteknik adalah memiringkan tebing dengan sudut yang lebih
rendah dan melindungi ujung bawah tebing dari erosi lebih lanjut yang dapat
mempercuram tebing.
Jika kegagalan utama karena faktor geoteknik seperti penurunan
(drawdown), perlindungan untuk mencegah erosi merupakan solusi yang
kurang tepat, dilain pihak kegagalan geoteknik dapat menerus jika terjadi
penggerusan yang menerus pada toe tebing. Jika hanya masalah
geoteknik yang menjadi penyebab keruntuhan, umumnya akan
menghasilkan keruntuhan masa pada material tebing.
Beberapa tipe keruntuhan geotenik yang sering terjadi diantaranya:
slip/sliding sepanjang permukaan runtuh dalam (deep failure surface), slip
dangkal (shallow slip) dan lock slip. Faktor-faktor yang mengakibatkan
keruntuhan masa antara lain tipe tanah, geometri kemiringan tebing,
rezim aliran tahan dan aliran permukaan, infiltrasi, besar pembebanan,
tegangan retak, dan vegetasi. Setiap faktor yang berperan pada
keruntuhan tebing harus diperhatikan terlebih dahulu sebelum
menentukan solusi yang tepat. Teknik penstabilan kemiringan biasanya
berhubungan dengan memodifikasi tebing dalam skala besar. Hal ini
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
25
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
dapat merusak sistem lingkungan tebing dan dapat berpengaruh pada
estetika dan suasana rekreasi.
Tabel 6.2 Betuk-bentuk bangunan pelindung
Secara langsung
Secara tidak langsung Bio-enginering
Armoring Mengalihkan aliran
Menurunkan kemampuan erosi
Modifikasi saluran
Revetment : Fleksibel revetment:
- Riprap - Gabion - Ban bekas
Rigid revetment:
- Campuan semen-tanah
- Kantong - Dinding penahan beton
- Dinding penahan kayu.
- Buklhead (turap)
Tanggul longitudinal
- Kaki dari riprap.
- A-jack
- Spurs dan groin
- Tebing pengarah
- Spurs - Jack dan Tetrahedron
- Ceck Dam
- Pembentukan tebing
- Batu dasar - Pasak tepi - Gulungan ranting
- Pagar tanaman
- Tembok krib
- Bantalan semak
- Stek batang
- Lapisan semak
- Groin dan tanaman
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
26
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
1.5 BANGUNAN PELINDUNG
1.5.1 RIPRAP BATU
Gambar 6.16 Riprap sebagi Revetment
Tipe :
- Cara langsung, fleksibel revetment
Gambaran umum
- Melindungi bagian tebing dengan lapisan batu dengan membentuk
kemiringan alami tebing
Tujuan:
- Melindungi tebing sungai dari gaya erosi air
Penggunaan
- Pada sungai kecil hingga sedang dan pada semua tipe karakter sungai
- Umumnya digunakan pada sungai dengan kecepatan alir melebihi 2 m/s
atau pada tebing dimana perlindungan dengan tanaman saja tidak cukup.
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
27
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
- Pada sungai dengan muka air yang berfluktuasi.
- Pada sungai yang tererosi secara aktif, umumnya pada sungai yang tidak
lurus atau pada tempat yang diperlukan penurunan energi air.
Keuntungan
- Relatif murah, khususnya dikombinasikan dengan struktur perlindungan
yang lain seperti dinding turap.
- Bersifat Fleksibel dan tahan terhadap erosi.
- Mengijinkan terjadinya perkolasi.
Kekurangan :
- Batu yang digunakan harus tahan terhadap gaya erosi air yang tinggi.
- Tidak disarankan pada sungai dengan kemiringan lebih dari 2V:1H.
- Memerlukan pekerjaan tukang yang intensif dalam pemasangan batu.
- Banjir dapat dengan mudah menghanyutkan batu riprap.
Material :
- Batu dengan sifat keras, kaku dan tahan terhadap cuaca serta memiliki
berat jenis minimal 2,5.
- Jika ada gunakan batu-batu lokal. Batu lokal umumnya dapat di peroleh
dengan harga yang lebih murah dan dapat tercampur baik dengan
lingkungan tebing.
- Bentuk batu harus bersudut (angle slope).
- 50% batu (terhadap berat) harus lebih besar dari D50 yang disyaratkan dan
batu dengan ukuran kurang dari 7,5 cm tidak boleh melebihi 15%.
- Geotextile atau lapisan pasir/kerikil harus digunakan untuk menstabilkan
riprap terutama pada pemasangan yang besifat permanen.
Pemasangan
- Pindahkan semak-belukar, pohon, ongkol tanaman, sampah dan
reruntuhan lain.
- Gali tebing secukupnya utuk penempatan geotextile dan batu riprap.
- Padatkan tebing.
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
28
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
- Potong pada lereng bawah untuk memperkuat toe; dengan ketebalan
minimal 1,5 kali ketebalan riprap rencana dan diperpanjang satu kali tebal
rencana riprap.
Gambar 6.17 Pemasangan Riprap
- Letakan geotextile. Jika menggunakan pasir atau kerikil, agregat dengan
gradasi butiran yang baik dan sebarkan dengan ketebalan merata minimal
15 cm; jika diperlukan lebih dari satu lapisan, maka letakan lapisan dengan
butiran kecil terlebih dahulu dan hindarkan pencampuran antara lapisan.
- Bentuk permukaan riprap agar rata dengan permukaan sekitar untuk
menghindari tonjolan yang dapat meruntuhkan batu.
- Riprap dapat ditata dengan tangan atau di tumpahkan dengan truk.
Pertimbangan khusus
- Gunakan periode debit banjir periode 10 tahunan untuk menentukan
kecepatan minimun rencana.
- Pondasi harus cukup kuat untuk mencegah pengerowongan.
- Kemiringan lebih dari 2V:1H harus di perlandai sehingga material batu
tidak akan berpindah.
- Riprap harus bergradasi cukup untuk mencegah pergerakan batu dan erosi
pada pondasi.
- Padatkan lereng sebelum meletakkan batu, untuk mengurangi settlement
yang dapat menyebabkan terjadinya pergerakan (displacement).
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
29
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
- Riprap yang digunakan harus cukup besar dan diperpanjang 30 cm di
bawah permukaan air normal untuk memberikan ruang kosong bagi
habitat.
- A-jack dapat digunakan sebagai perlindungan toe.
Pemeliharaan :
- Inspeksi secara berkala terhadap perpindahan (displacement) material
batu, penurunan dan erosi pada tepi (khususnya pada tepi bawah tebing).
Umumnya jika riprap di rencanakan dengan baik akan memerlukan
perawatan yang sangat sedikit.
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
30
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
1.5.2 Beronjong atau Gabion
Gambar 6.18a. Bronjong sebagai pelindung tebing sungai
Gambar 6.18b. Bronjong rusak akibat gerusan sungai
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
31
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
Gambar 6.18c. Gabion jenis bantalan digunakan sebagai revetment
Tipe :
- Cara langsung, Armoring fleksibel revetment
Gambaran umum
- Keranjang kawat atau plastik yang diisi dengan batu. Keranjang diikatkan
bersama untuk membentuk dinding atau bantalan untuk mengontrol erosi
sepanjang tebing sungai.
Tujuan:
- Melindungi lereng tebing sungai dimana terdapat permasalahan
penggerusan dan penggerowongan.
Penggunaan :
- Melapisi dinding tebing sungai.
- Pada sungai dari ukuran sedang hingga besar dan pada semua jenis
karakter sungai.
Keuntungan :
- Relatif murah jika batu pengisi tersedia.
- Bersifat fleksibel, khususnya ketika dikombinasikan dengan tanaman
hidup.
- Sangat efektif untuk melindungi tebing yang tidak stabil dengan segera.
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
32
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
Kekurangan :
- Memerlukan pekerjaan tukang yang intensif.
- Diperlukan keahlian untuk pemasangan yang tepat.
- Diperlukan biaya yang mahal untuk membetulkannya jika pemasangannya
tidak tepat.
- Tidak baik bagi ekologi sungai dan keindahan.
- Dapat memperburuk erosi pada hilir jika pemasanganya tidak tepat.
- Membutuhkan ruang yang lebih lebar dibanding dinding penahan (retaining
wall)
Material:
- Keranjang gabion.
- 10-20 cm diameter batu pengisi keranjang gabion, dan 6,5-10 cm untuk
mengisi bantalan gabion.
- Filter pada daerah yang mudah tererosi.
Pemasangan
- Gabion dan bantalan gabion harus diikatkan ke dalam dasar sungai untuk
mencegah penggerowongan dan penurunan.
- Untuk memperkuat daya dukung tanah maka dasar (terutama pada kaki)
keranjan dipasang cerucuk tiang pancang dengan ukuran diameter 15 cm
dan panjang 4 m.
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
33
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
Gambar 6.19 Pemasangan bantalan gabion dan keranjang gabion
- Keranjang kosong diikatkan satu sama lain dan dikaitkan ke dasar sungai.
- Menyatukan gabion dengan mengikat bagian tepi keranjang vertikal gabion
kosong, dipasang diatas gabion yang terisi, diikatkan ke gabion yang berisi
pada bagian depan dan belakangnya.
- Keranjang diletakan secara berhimpitan sehingga terkekang ketika terisi.
- Gabion dapat dibangun dengan bagian bawah lebar dan bagian atas
sempit.
- Pada lapisan bawah keranjang diperpanjang/diperlebar sebesar 2 kali
kedalaman gerusan (lihat gambar 6.19)
Pertimbangan khusus:
- Pemancangan dari tanaman hidup dapat di letakan diantara keranjang dan
di tanam kedalam tanah ketika digunakan pada lereng.
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
34
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
1.5.3 BAN BEKAS
Tipe :
- Armoring, fleksibel revetment
Gambaran umum :
- Melindungi bagian tebing dengan lapisan ban bekas dengan membentuk
kemiringan alami tebing.
Tujuan :
- Melindungi tebing sungai dari gaya erosi air
Penggunaan
- Pada sungai kecil hingga sedang dan pada semua tipe karakter sungai.
- Umumnya digunakan pada sungai dengan kecepatan aliran melebihi 2
m/det atau pada tebing dimana perlindungan dengan tanaman saja tidak
cukup.
- Pada sungai dengan muka air yang berfluktuasi.
- Pada sungai yang tererosi secara aktif, umumnya pada sungai yang tidak
lurus atau pada tempat yang diperlukan penurunan energi aliran.
Keuntungan
- Relatif murah
- Bersifat fleksibel dan tahan terhadap erosi.
- Mengijinkan terjadinya perkolasi.
Kekurangan :
- Tidak cukup baik digunakan untuk mencegah penggerusan yang akan
mengali pada ujung bawah tebing (toe).
- Tidak enak dilihat (pemandangan yang tidak baik) dan mengakibatkan
permasalahan yang lebih banyak dibandingkan dengan jenis revetment
lain dalam melindungi tebing.
- Pembangunan yang intensif akan memerlukan biaya yang lebih mahal.
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
35
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
- Memerlukan pekerjaan tukang yang intensif dalam pemasangan ban bekas
- Banjir dapat dengan mudah menghanyutkan ban.
Material
- Ban bekas : Pilih ukuran ban berdasarkan besarnya untuk mempermudah
dalam pengikatan menjadi satu.
- Kawat pengikat.
- Pasak.
Pemasangan
- Potong, lubangi atau dibakar untuk membuat lubang ban pada sisi yang
menghadap dinding untuk mencegah ban mengapung.
- Ban-ban tersebut harus terikat manjadi satu; alternatifnya, kawat dapat di
anyamkan ke ban-ban hingga membentuk mattres (bantalan)
Gambar 6.20 Pemasangan ban bekas sebagi Revetment
- Kencangkan bantalan ban pada tebing pada jarak tertentu dengan
menggunakan kait (anchor)
- Isi ban dengan batu atau pemberat lain
- Tanami jenis tanaman, terutama tanaman cepat tumbuh, masukan semak-
semak kedalam ban. Ketika sudah tumbuh sistem perakaran akan
memperkuat tebing dan tanaman akan menutupi pemandangan tidak
sedap dari ban.
Pertimbangan khusus
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
36
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
- Pada puncak, unjung bawah dan ujung akhir mulai hulu hingga hilir mattres
harus diikatkan pada tebing (gambar 6.19).
- Riprap atau A-jack harus dipasang pada unjung bawah tebing untuk
mencegah penggerusan.
Pemeliharaan :
- Inspeksi secara berkala terhadap kerusakan yang terjadi.
- Usahakan tanaman dapat hidup dengan baik dan segera. Jika bantalan
ban dapat efektif dan tetap utuh dengan mengontrol erosi tebing sungai
maka sedimen akan mengendap dan menutupi revetment secara perlahan-
lahan. Jika tanaman tidak ditanam, tanaman lain yang tersangkut mungkin
akan tumbuh pada ban.
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
37
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
1.5.4 Campurna Semen Tanah.
Gambar 6.21 Campuran semen-tanah sebagai revetment
Tipe :
- Armoring, rigid revetment
Gambaran umum :
- Melindungi bagian tebing dengan lapisan campuran antara semen dan
tahah asli tebing.
Tujuan :
- Melindungi tebing sungai secara permanen dari gaya erosi air
Penggunaan :
- Pada daerah yang jarang terdapat bahan riprap, menggunakan tanah
dilokasi yang dicampur dengan semen dapat menjadi alternatif yang
praktis
- Pada daerah dengan material tanah mudah dihaluskan dengan komposisi
lanau (silt) dan lempung (clay) (material dengan kelulusan saringan
no.200) tidak kurang dari15%, tetapi tidak lebih dari 35%. Tanah dengan
tekstur lebih baik umumnya lebih sukar untuk dihaluskan dan memerlukan
lebih banyak semen seperti pada 100% butiran tanah yang tidak lolos pada
saringan no.200.
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
38
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
Keuntungan :
- Relatif murah
- Menggunakan material tanah asli.
Kekurangan:
- Tidak permeable
- Kekuatan rendah.
- Rentan terhadap perubahan suhu.
- Jika tebing sebelah selimut menjadi lembab dan tidak dapat dikeringkan,
keruntuhan dapat terjadi
- Karena selimut tanah-semen relatif kaku, akibat pengaruh lalulintas
kendaraan kecil, pejalan kaki atau lalulintas barang, selimut tanah-semen
tidak dapat bertahan tanpa mengalami keretakan.
Material :
- Semen.
- Tanah asli.
- Selimut semen-tanah dengan campuaran 8 sampai 15 persen semen
adalah metode perlindungan tebing yang ekonomis dan efektif untuk
daerah dimana tanaman sulit tumbuh dengan baik dan material tebing
sebagian besar berupa pasir
Pemasangan :
- Pencampuran tanah pasir dengan semen dapat dilakukan dengan tangan
atau secara mekanik
- Membentuk susunan tangga-berundak dari lapisan semen-tanah.
- Meletakan sejumlah campuran semen-tanah dengan ketebalan 100mm-
150 mm, dan dipertebal secara bertahap dengan cepat keatas. Perhatikan
agar susunan antara lapisan tetap menerus.
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
39
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
Gambar 6. 22 Pemasangan Campuran semen-tanah
- Padatkan tiap lapisan dengan A Sheepfoot roller (mesin pemadat kaki
kambing) untuk menghasilkan ikatan (interlocking) antara lapisan.
Pertimbangan khusus :
- Lapisan tanah-semen harus dilindungi selama 7 hari periode hidrasi untuk
pengeringan.
- Tanah-semen dapat diletakkan pada daerah dengan kemiringan curam
seperti 1 vetikal banding 2 horisontal, idealnya 1V:3H atau lebih landai.
Namun demikian pada daerah gersang dapat menggunakan kemiringan
1H:1V untuk semen-tanah dengan sistim tangga berundak.
- Jika kecepatan melebihi 1,8 m/det sampai 2,4 m/det dan aliran membawa
material kasar (bed load), agregat harus berisi minimal 30 % partikel kerikil
yang tertahan pada saringan no.4 (4,75 mm)
- Penanggulangan pada ujung bawah tebing dapat dilakukan dengan
memperpanjang pemasangan di bawah perkiraan kedalaman gerusan,
dengan riprap launching apron atau dengan sheet pile beton yang
diperpanjang sampai ke lapiasan keras (bedrock) atau sampai cukup
kebawah untuk mengantisipasi penggerusan lapisan.
- Untuk situasi tertentu diperlukan lubang cucuran (drainse) untuk
meringankan tekanan hidrostatik.
Perawatan :
- Tidak ada
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
40
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
1.5.5 KANTONG
Gambar 6.23 Kantong diisi semen-pasir digunakan sebagai revetment
Tipe :
- Armoring, rigid revetment
Gambaran umum:
- Kantong (goni, kertas, plastik dll) dapat digunakan untuk melindungi
daerah tebing sungai bila ukuran dan kualitas batuan untuk riprap susah
didapat serta karena alasan biaya.
Tujuan :
- Membangun pelindungan sementara atau permanen untuk mencegah
erosi dan penggerusan.
Penggunaan :
- Pekerjaan darurat sepanjang tanggul dan tebing sungai selama banjir.
- Pada sungai dari ukuran sedang hingga besar dan pada semua jenis
karakter sungai.
Keuntungan :
- Mudah dikerjakan
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
41
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
- Kantong berisi campuran semen-pasir dapat memberikan perlindungan
dalam jangka waktu yang lama jika campuran telah diatur dengan baik,
meskipun semua jenis kantong mudah rusak dan akhirnya memburuk.
Kekurangan :
- Tidak baik bagi ekologi sungai
Material :
- Kantong dapat terbuat dari goni, kertas, plastik atau kontong khusus
buatan pabrik.
- Bahan pengisi dapat berupa tanah, pasir atau campuran semen-pasir.
Pemasangan :
- Jika revetment permanen harus dibangun, maka kantong harus diisi
dengan 15% (minimum) campuran semen dan 85% pasir kering (% berat)
Gambar 6.24 Pemasangan Kantong sebagai revetment
- Kantong yang terisi harus diletakan dalam bentuk barisan horizontal seperti
umumnya pemasangan batu bata rumah, dimulai dari elevasi bawah pada
ujung bawah tebing yang tergerus (alternatif lain, riprap dapat diletakan
pada ujung bawah tebing untuk mencegah penggerusan (underminning)
tebing. Baris berikutnya harus ditumpuk kebelakang secara berundak
kurang lebih sekitar setengah lebar kantong pada tebing diatasnya hingga
sampai tebing dimana perlindung tidak diperlukan lagi
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
42
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
- Kemiringn akhir dari revetment tidak lebih curam dari 1:1. Setelah kantong
diletakan pada tebing
- Setelah kantong diletakan pada tebing, mereka dapat dibasahi kebawah
atau campuran semen-pasir dibiarkan secara alami dibawah kucuran
hujan, seepage atau dengan kondensasi. Jika semen luntur (hanyut)
melalui material kantong ikatan akan terbentuk antara kantong dan
mencegah drainase secara bebas.
Pertimbangan khusus
- Diperlukan lubang cucuran. Pemasangan lubang cucuran akan
mengakibatkan drainase air tanah dari belakang revetment sehingga
membantu mencegah terjadinya tekanan yang dapat menyebabkan
keruntuhan.
- Diperlukan perlindungan pada ujung bawah tebing (toe) untuk mencegah
penggerowongan.
Pemeliharaan :
- Tidak ada
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
43
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
1.5.6 DINDING PENAHAN KAYU
Tipe :
- Armoring, rigid revetment
Gambaran umum
- Dinding kayu permanen untuk menahan tebing.
Tujuan :
- Membangun dinding permanen yang menahan tanah, umumnya sepanjang
tebing sungai dengan erosi tinggi dan curam.
Penggunaan :
- Pada semua ukuran dan tipe sungai.
- Pada sungai dengan tinggi muka air yang berfluktuatif dengan kecepatan
alir yang tinggi.
- Tinggi dinding lebih dari 1,5 m.
Keuntungan
- Dapat diadaptasikan untuk menyusun konfigurasi tebing sungai.
- Membutuhkan perawatan yang sedikit.
- Mencegah erosi dan penggerusan.
Kekurangan:
- Mahal
- Area terbatas untuk pemasangan.
- Dapat juga mengakibatkan masalah erosi pada hilir jika dipasang dengan
tidak tepat.
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
44
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
- Harus diikat pada ketinggian diatas 1 m sehingga perlu dilakukan
penggalian.
- Kurang permanen dibandingkan dinding batu atau dinding beton.
Material:
- Kayu yang telah diawetkan.
- Pasak baja
- Pengisi tebing dengan butiran yang bergradasi.
Pemasangan.
- Pondasi dasar setebal 15 cm dari kerikil.
- Letakkan rangkaian kayu secara berurut dengan ujung yang tegak lurus.
- Setiap 4 rangkaian, belokan kayu tegak lurus dengan panjang setinggi
tembok dan ditanam kedalam tanah dibelakang tembok dan dipasak
dengan pasak baja.
- Isi bagian belakang tembok dengan agregat yang dikeringkan (open
graded agregat) dan padatkan setiap rangkaian horizontal.
Pertimbangan khusus
- Ruangan dibelakang tebing harus memiliki drainase yang bebas sehingga
perbedaan tekanan air akibat fluktuasi air sungai dapat diminimalkan.
- Dinding dengan tinggi melebihi 1 m harus ditinjau oleh ahli struktur
sebelum dilakukan pemasangan.
Pemeliharaan
- Periksa jika terjadi pelapukan dan ganti secukupnya.
- Settlement dinding dapat membahayakan seluruh kesatuan dinding.
Potensi settlement dapat dikurangi dengan mambangun melebihi perkiraan
settlement yang akan terjadi.
- Perhatikan erosi pada dasar tembok yang dapat menggerowong dinding
yang dapat mengakibatkan keruntuhan.
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
45
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
1.5.7 DIDING PENAHAN BETON
Tipe :
- Armoring, rigid revetment
Gambaran umum :
- Dinding beton permanen yang menahan dinding sungai.
Tujuan :
- Membangun dinding permanen untuk menahan tanah, umumnya
sepanjang saluran dengan tingkat erosi tinggi dan curam.
Penerapan :
- Semua jenis dan ukuran sungai.
- Sungai dengan fluktuasi muka air tinggi, dan dengan kecepatan alir tinggi.
Keuntungan :
- Perawatan yang rendah
- Memberikan stabilitas permanen.
- Mencegah erosi dan penggerusan dengan segera.
Kekurangan:
- Mahal dibandingkan tipe dinding lain.
- Memerlukan peralatan berat.
- Tidak baik bagi ekologi sungai.
- Dapat mengakibatkan masalah erosi pada hilir jika dipasang dengan tidak
tepat.
- Area terbatas untuk pemasangan.
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
46
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
- Harus direncanakan oleh ahlinya agar sesuai dengan kondisi yang ada.
Material:
- Beton
- Struktur pendukung.
- Baja mutu tinggi (pada beberapa tipe)
- Bekesting.
Pemasangan :
- Pemasangan dilakukan dengan memperhitungkan analisis struktur
bangunan. Untuk itu diperlukan perhitungan oleh ahli struktur dan juga
geoteknik.
Pertimbangan khusus
- Ada 5 tipe dinding penahan beton:
1. Dinding gravitasi: tidak ada tegangan tarik. Bangunan berat memberikan
kekuatan yang besar, tetapi tidak ekonomis untuk dinding yang tinggi.
Gambar 6.25 Dinding penahan beton tipe gravitasi
2. Dinding semi-gravitasi : Baja mutu tinggi diperlukan untuk mengurangi
berat beton.
Gambar 6.26 Dinding penahan beton tipe semi-garavitasi
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
47
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
3. Diding kantilever : Dasar berbentuk T terbalik dan bekerja seperti
kantilever. Umumnya dibuat dari beton bermutu tinggi, atau blok beton.
Gambar 6.27 Dinding penahan beton tipe kantilever
4. Dinding counterfort : Seperti dinding kantilever tetapi dengan siku-siku
vertikal yang disebut counterfort pada sisi tebing dinding.
Gambar 6.28 Dinding penahan beton tipe countervort
5. Dinding buttress : Seperti diding counterfort tetapi siku-siku pada sisi
sungai dinding.
Gambar 6.29 Dinding penahan beton tipe buttress
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
48
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
Perawatan :
- Rendah
- Settlement dinding dapat membahayakan seluruh kesatuan dinding.
Potensial settlement dapat dikurangi dengan membangun melebihi
perkiraan settlement yang akan terjadi.
1.5.8 Turap atau Bulkhead
Tipe :
- Armoring, rigid revetment
Gambaran umum :
- Turap dari baja, beton, kayu atau plastik yang terkunci satu sama lain
dengan bentuk yang menerus membentuk dinding sepanjang sungai.
Umumnya didukung dengan akur yang tertanam dalam tanah.
Gambar 6.30a. Turap beton sebagai pelindung tebing
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
49
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
Gambar 6.30b. Turap batu kali sebagai pelindung tebing sungai Ogan
Gambar 6.30c. Turap batu kali sebagai pelindung tebing sungai di NTT
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
50
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
Gambar 6.30d. Turap batu beton dengan lapisan riprap sebagai pelindung
tebing sungai Komering
Tujuan :
- Membangun dinding sementara atau permanen untuk menahan tanah,
umumnya sepanjang saluran dengan tingkat erosi tinggi dan curam.
Penerapan :
- Semua jenis dan ukuran sungai.
- Sungai dengan fluktuasi muka air tinggi, dan dengan kecepatan alir tinggi.
- Pada sungai dengan halangan yang permanen seperti pada abutment
jembatan yang dapat menyebabkan erosi tinggi.
- Pada daerah dengan tebing sungai yang tidak dimungkinkan memiliki
kemiringan atau tidak dimungkinkan untuk digunakanya tipe armor jenis
lain.
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
51
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
Keuntungan :
- Perawatan yang rendah.
- Memberikan stabilitas permanen jika diperlukan.
- Mencegah erosi dan penggerusan dengan segera.
- Dapat digunakan pada sungai dengan area pemasangan yang sempit atau
jika digunakan struktur lain akan memakan tempat yang lebih luas.
Kekurangan:
- Mahal.
- Memerlukan peralatan berat.
- Sebaiknya tidak digunakan pada sungai pada area dimana bongkahan
batu akan menyulitkan pemancangan turap mencapai kedalaman yang
dibutuhkan.
- Sebaiknya jangan digunakan jika strukturnya terlalu tinggi sehingga dapat
menyebabkan kelengkungan yang membahayakan.
- Dapat mengakibatkan masalah erosi pada hilir jika dipasang dengan tidak
tepat.
- Harus ditinjau stabilitasnya oleh ahli struktur.
- Dapat mentransfer erosi ke hilir jika tidak ditrasiskan dengan baik.
- Kurang baik dari segi lingkungan dan keindahan.
Material:
- Gulungan baja, tiang beton pracetak, tiang kayu atau tiang plastik.
- Baja : Mengunci satu sama lain, turap gulungan baja dengan beragam
berat dipancang ke tanah, Baja merupakan yang paling umum digunakan
sebagai material turap.
- Kayu : independent atau batang kayu yang diikat dengan papan dipancang
dari pinggi ke pinggir. Dapat bersifat permanen jika terendam secara
pemanen, dapat digunakan sebagai struktur sementara dengan ketinggian
rendah hingga menengah.
BAHAN AJAR : TEKNOLOGI PENGAMANAN SUNGAI
52
PROGRAM DIPLOMA 4 TEKNIK BANGUNAN DI ATAS RAWA
By : Salmani, MS, MT.
- Beton : Pracetak, tiang beton dipancang dari pinggir ke pinggir kedalam
tanah. Berumur panjang tetapi mahal biaya pembangunannya. Tiang beton
lebih sukar dikerjakan dan dipancang dibandingkan dengan tiang baja.
Dapat sangat berguna pada sungai dengan abrasi tinggi, dan pada daerah
dimana dinding harus memikul beban aksial. Dapat menyebabkan