MAKALAH INDIVIDU TEKNIK PENULISAN MAKALAH ILMIAH KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Bahasa Indonesia Dosen Pengampu: Siti Isnaniah, S.Pd Oleh: RIZKI KURNIASIH J 110 070 037 JURUSAN FISIOTERAPI (D4)
MAKALAH INDIVIDU
TEKNIK PENULISAN MAKALAH ILMIAH
KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir
mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Siti Isnaniah, S.Pd
Oleh:
RIZKI KURNIASIH J 110 070 037
JURUSAN FISIOTERAPI (D4)
FAKULTAS ILMU KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2008
BAB I
PENDAHULUAN
“Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Maha Pencipta”
Menciptakan manusia dari segumpal darah
Bacalah. Tuhanmulah yang paling muliah
Yang mengajar dengan kalam
Mengajar manusia apa yang tiada ia tahu” (Al Alaq, 96)
Makalah ilmiah dan non ilmiah ada bedanya. Makalah ilmiah harus
memenuhi persyaratan ilmiah. Setiap langkah dalam proses penelitiah haruslah
diungkap dengnajelas. Mulai dengan keterangan tentang apa yang telah diketahui
dan apa yang belum diketahui tentang pokok masalah yang akan diteliti. Akan
lebih lengkap lagi, kalau ditambah tujuan penelitian serta hipotesis, yaitu
keterangan atau jawaban sementara berdasarkan pemikiran yang logis dan
sistematis.
Setelah penguraian masalah, maka semua tahap metodologi penelitian
haruslah dituliskan. Mulai dari bahan atau sampel yang dipakai lengkap dengan
jumlah dan karakteristiknya. Kalau memakai kimia dan alat, maka itu pun harus
dicantumkan. Rumus-rumus perhitungan atau statistik yang dipergunakan dalam
pengolahan data perlu dituliskan. Data-data yang dikemukakan harus data yang
obyektif dan jujur.
Makalah itu ditutup dengan suatu diskusi dan kesimpulan yang diambil dari
hasil penelitian tersebut. akan tetapi lebih baik lagi kalau di samping kesimpulan
itu, diajukan pula saran untuk kelanjutan penelitian itu. Yang tidak boleh
dilupakan pula ialah daftar pustaka atau rujukan atau acuan.
Makalah non ilmiah tidak perlu memenuhi persyaratan seperti makalah
ilmiah, pernyataan dalam makalah non ilmiah tidak dituntut untuk didukung oleh
data-data ilmiah. Isi makalah non ilmiah merupakan buah pikiran si penulis yang
tentu saja diharapkan sebagai hasil pemikiran yang logis, sistematis dan kritis.
Sebagai makalah ilmiah, maka makalah ilmiah bidang kedokteran atau
kesehatan itu tetap harus memenuhi persyaratan makalah ilmiah lainnya. Apabila
dalam penelitian kedokteran atau kesehatan itu dipakai manusia (pasien dan orang
sehat sebagai kontrol), maka orang-orang itu harus dilindungi dari hal-hal yang
merugikan. Misalnya tidak boleh disebut nama-nama pasien, gambar pasien yang
dipasang perlu mendapat persetujuannya lebih dahulu dan biasanya bagian
matanya ditutup. Dalam uji coba klinis, maka percobaan baru boleh dilakukan jika
sudah mendapat “ethical clearance”, yaitu persetujuan dari suatu komisi etik
penelitian kedokteran.
Persetujuan itu perlu diberikan kalau dalam rencana penelitian sudah
dicantumkan persetujuan orang-orang yang akan menjadi subyek penelitian,
langkah-langkah pengamanan yang akan dilakukan jika manusia subyek
penelitian dan ia berhak menghentikan dan minta perlindungan. Penelitian ini
betul-betul bermanfaat untuk kepentingan umum dan tidak sekedar memuaskan
rasa ingin tahu si peneliti saja.
Hal-hal yang dikemukakan di atas tidak perlu dituntut secara mutlak bagi
penelitian yang tidak memakai manusia sebagai subyeknya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Struktur Pokok Penulisan Ilmiah
Sebagai ringkasan dari apa yang telah diutarakan di atas, dapat
dikatakan pokok-pokok penulisan makalah ilmiah, adalah sebagai berikut:
1. Pendahuluan, yang isinya mengungkapkan masalah dengan latar
belakangnya serta tujuan penelitian.
2. Metodologi penelitian, yang isinya menjelaskan bahan atau subyek
penelitian, cara atau eksperimen yang dikerjakan dengan menyebutkan alat
dan bahan kimia (kalau ada) yang dipakai. Begitu pula rumus atau statistik
yang dipergunakan dalam pengolah data.
3. Diskusi atau kesimpulan, yang membahas mengenai hasil-hasil yang
diperoleh dalam penelitian.
4. Daftar rujukan, pustaka atau acuan
B. Sistematika dan Cara-Cara Membuat Bagian-Bagian Makalah Penelitian
(Terutama Penelitian)
Dalam melaksanakan penelitian terdapat langkah-langkah penting yang
harus dilakukan secara sistematis. Langkah pertama dan yang paling penting
adalah menemukan dan mengidentifikasi masalah. Tanpa masalah maka tidak
mungkin penelitian dilakukan, karena salah satu tujuan penelitian ialah untuk
memecahkan suatu masalah. Berdasarkan masalah tersebut kemudian
dibangun kerangka teoritis hingga sampai kepada suatu hipotesis, yaitu
jawaban sementara terhadap permasalahan itu. Jadi hipotesis, yaitu jawaban
sementara terhadap permasalahan itu. Jadi hipotesis tidak lain merupakan
suatu dugaan ilmiah yang jitu berlandasarkan teori-teori yang dihimpun dari
penelurusan kepustakaan.
Langkah berikutnya barulah merancang bagaimana penelitian hendak
dilaksanakan untuk menguji kebenaran hipotesis. Dalam merancang penelitian
perlu diperhatikan hal-hal seperti: macam variabel, alat pengamatan, sampel
yang dipergunakan, cara pengamatan, metode statistik dan lain-lain. Setelah
dirancang secara konkret maka barulah data atau informasi dikumpulkan
dengan cara-cara yang telah disusun tadi. Data yang telah dikumpulkan secara
sistematis itu kemudian diolah, yang dimulai dari: menyaring data, menyusun
data, menguji data, menarik kesimpulan. Pada saat inilah teruji kebenaran
hipotesis yang kita ajukan itu. Bila benar maka hipotesis berubah menjadi
tesis, yaitu suatu teori yang dapat menjelaskan fenomena alam, dan
memperkaya khasanah ilmu (science).
Penelitian ilmiah yang dilaksanakan itu tidak terhenti pada pembuktian
hipotesis saja, melainkan harus dilanjutkan dengan langkah-langkah terakhir,
yaitu penulisan laporan penelitian. Penulisan laporan penelitian ini diperlukan
karena sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu: untuk menemukan kebenaran
relatif, menyusun pengetahuan secara sistematis, dan menyusun serta
menggunakan teori.
C. Patokan penting dalam membuat makalah
Pada hakekatnya suatu makalah tentang penelitian ilmiah adalah suatu
dokumen tertulis yang dibuat secara jelas, tepat, obyektif dan sistematis serta
cukup detail, namun tidak bertele-tele (berkepanjangan tidak menentu).
Dengan cara demikian itu, diharapkan para pembaca dapat mengikuti uraian
kita secara baik, sistematis sehingga dapat mengerti memahami dan menilai
hasil penelitian yang kita lakukan itu. Yang dimaksud dengan sistematis
dalam penulisan, ialah sistematis dalam mengutarakan apa yang dikerjakan
dalam penelitian itu, sehingga apabila dikehendaki, para pembaca dapat
mengulang penelitian tersebut tanpa membuat keselahan. Oleh karena itu
suatu makalah ilmiah harus didahului dengan pengungkapan: masalah, latar
belakang (kerangka teoritis), hipotesis dan akhirnya hasil dan kesimpulan
penelitian tersebut.
Nilai suatu makalah ilmiah terletak pada perumusan kesimpulan dalam
bentuk dalil, generalisasi, hukum atau tesis. Kesimpulan yang diperoleh harus
didasarkan kepada pembuktian yang tidak dapat dibantah lagi kebenarannya.
Agar tujuan penulisan makalah ilmiah itu tercapai, maka kita harus
menguasai bahasa tulisan yang kita pakai. Bila kita memakai bahasa Inggris
tersebut, dan bila kita memakai bahasa Indonesia, maka segala peraturan dan
kaidah dalam bahasa Indonesia harus ditaati dan diperhatikan.
D. Kerangka Makalah Ilmiah
Setiap makalah yang merupakan hasil penelitian ilmiah mempunyai
kerangka dasar yang khas. Tanpa kerangka semacam ini, maka malaha
tersebut dapat dikategorikan sebagai makalah ilmiah, atau bahkan tidak dapat
dipahami oleh para ilmuwan lainnya.
Unsur-unsur dalam suatu kerangka makalah ilmiah yang lazim ada
dalam suatu majalah profesi, ialah sebagai berikut:
1. Judul Makalah
Judul makalah tidak lain adalah judul penelitian itu sendiri, yang
seringkali sedikit dimodifikasi untuk kepentingan gaya bahasa. Ide atau
pikiran utama dalam makalah atau penelitian yang sudah dilakukan itu,
harus tercermin di dalam judul makalah itu.
2. Nama Penulis (author) dan penulis penyerta (co author)
Penulis utama ialah penulis makalah ilmiah yang menjadi motor
utama dalam penulisan dan penelitian ilmiah itu, sedangkan penulis
penyerta ialah penulis makalah ilmiah yang turut membuat, bekerja dan
membantu dalam pembuatan makalah dan pelaksanaan penelitian.
3. Nama tempat penelitian atau tempat penulisan bekerja.
Nama tempat yang dicantumkan biasanya sesuai dengan nama
tempat penulis bekerja sehari-harinya. Nam atempat penulis itu bekerja
dicantumkan secara lengkap, yaitu mulai dari sub-bagian, bagian, bagian,
fakultas, dan universitas serta kota.
4. Ringkasan (summary) atau abstrak (abstract)
Ringkasan atau summary berisi singkatan tentang pokok-pokok
informasi dari suatu makalah penelitian ilmiah, dan yang terutama
ditonjolkan di dalamnya ialah penemuan yang utama serta kesimpulannya
saja. Berbeda dengan ringkasan, maka abstrak berisi hampir seluruh
informasi dari setiap unsur di dalam makalah penelitian ilmiah itu. Jadi
suatu abstrak selain harus ada: judul makalah ilmiah, nama-nama penulis,
nama tempat penulis bekerja, juga berisi semua unsur karangan secara
singkat namun yang paling penting, seperti: pendahuluan, masalah,
hipotesis, bahan dan cara, hasil, diskusi, kesimpulan, dan saran bila
diperlukan.
5. Pendahuluan (introduction). Pendahuluan di dalam makalah ilmiah dapat
dikatakan merupakan “jantung” nya, karena seluruh ide dan inti pemikiran
mengapa sampai penelitian itu dilakukan dan apa yang diharapkan dari
pekerjaan itu terdapat di dalam pendahuluan. Di dalam pendahuluan
terdapat:
a. Latar Belakang masalah yang berupa tinjauan kepustakaan.
b. Masalah penelitian
c. Tujuan penelitian, hipotesis dan hasil yang diharapkan ditulis secara
cermat.
6. Bahan (material) dan cara (methods)
Di dalam majalah ilmiah internasional bagian bahan dan cara disebut
: materials and methods. Secara garis besar isinya meliputi uraian tentang
bahan-bahan (materials) yang dipakai dalam pelaksanaan penelitian ini,
dan cara (methods) yang dipergunakan atau yang dilakukan.
7. Hasil (result)
Pada waktu bagian hasil, maka seringkalai timbul kebingungan data-
data atau informasi yang hendak disajikan dan bagaiman amenyajikannya.
Yang biasa terjadi ialah kita ingin menyajikan semua data yang kita
peroleh kepada para pembacanya. Patokan yang harus senantiasa ditaati
adalah sebagai berikut, yaitu: data yang disajikan itu hendaknya tidak
menyimpang dari judul makalah, tujuan penelitiannya dan masalah yang
sedang dihadapi, serta, kalau ada, hipotesis yang telah dibuat berdasarkan
landasan teori yang digali.
8. Pembahasan atau diskusi (discussion)
Isi bagian diskusi atau pembahasan ini ialah mendiskusikan dan
membahas hasil-hasil yang kita peroleh lebih lanjut dan membandiungkan
dengan bahan bacaan yang kita peroleh.
9. Kesimpulan (conclusion). Bila kesimpulan ditulis secara tersendiri, maka
buatlah kesimpulan dengan argumentasi yang logis dan benar, serta
hubungkanlah dengan tujuan penelitian dan hipotesis serta permasalahan
yang ingin dipecahkan. Janganlah sekali-kali menyimpulkan sesuatu dari
data yang kurang lengkap atau kurang sempurna atau tidak menyokong
sama sekali.
10. Ucapan terima kasih (acknowledgements). Bagian ini berisi pernyataan
terima kasih kepada orang atau badan yang telah membantu sehingga
penelitian ini terlaksana. Bantuan dapat berupa pemberain nasehat,
pembacaan naskah, pemberian komentar, membantu dalam bidang
keuangan, zat kimia, alat-alat, hewan percobaan dan lain-lain.
11. Daftar rujukan (reference). Daftar rujukan berisi semua sumber informasi
yang dipakai untuk menguatkan pernyataan yang ditulis. Daftar ini ditulis
dan disusun menurut peraturan yang berlaku dan dicantumkan di akhir
makalah. Sumber informasi yang dicantumkan dalam daftar rujukan
hendaknya benar-benar dibaca, diperiksa dan dipakai dalam penelitian ini.
E. Cara-Cara Penyajian Hasil Secara Sistematika dan Tepat
Pada salah satu definisi statistik disebutkan bahwa yang dimaksud
dengan statistik ialah suatu pengetahuan pembantu yang meliputi
pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data dari suatu penelitian
kelompok, sehingga jelaslah sifat-sifat salah satu segi kehidupan. Jelaslah
bahwa data yang telah dikumpulkan baik dari sampel maupun populasi, perlu
disajikan.
Yang dimaksud dengan data ialah hasil pengamatan yang obyektif yang
dinyatakan dalam bentuk-bentuk angka-angka, keterangan-keterangan atau
informasi.
1. Cara-cara penyajian data
Adapun cara-cara penyajian data bergantung pada tujuan dan
kepentingan yang dimaksud. Secara garis besar, cara penyajian data
digolongkan dengan 3 cara ialah:
a) Tekstular, dengan menggunakan teks atau naskah.
Tekstular adalah bentuk penyajian data yang menggunakan
kalimat-kalimat pendek, lengkap. Di dalamnya harus mengandung
unsur-unsur apa, dimana, kapan, dan oleh siapa penelitian itu
dilakukan. Cara ini biasanya diletakkan pada bab kesimpulan suatu
tulisan penelitian.
b) Tabular, dengan menggunakan tabel atau daftar
Tabular ialah bentuk penyajian data yang menggunakan tabel
atau daftar yang sistematik. “the statistical table is a systematic
arrangement of numerical data presented in column and rows for
purpose of comparison”. Menurut kegunaannya, tabel dapat dibagi
menjadi 2 kelompok:
1) Tabel induk (master tabel, general tabel, reference tabel)
- Berisi seluruh data suatu penelitian
- Berisi data penelitian
- Data masih dalam keadaan asli (original, row data)
- Dari tabel induk tidak dapat diambil suatu kesimpulan
- Dari tabel induk diturunkan tabel anak menurut keperluan
2) Tabel anak (text tabel, derived tabel)
- Bagian tabel induk untuk menjelaskan suatu masalah
- Dari tabel anak dapat ditarik suatu kesimpulan
- Merupakan tabel yang dapat untuk perhitungan selanjutnya
c) Grafikal, dengan menggunakan grafik atau rajah
Grafikal ialah penyajian data yang merupakan gambar-gambar
yang dapat menerangkan dirinya sendiri (self explanatory). Semua
angka-angka sudah diubah bentuknya menjadi gambar-gambar.
Dikenal sebagai bentuk grafik yang bergantung pada:
1) Jenis data
2) Tujuan (guna grafik tadi disajikan)
Adapun bentuk-bentuk grafik ialah sebagai berikut:
1) Area diagram yang terdiri atas
- Histogram
- Frekuensi poligon
- Bar diagram
- Pie diagram
2) Pictogram
3) Map diagram
4) Line diagram
F. Berbagai Cara Penulisan Daftar Rujukan dan Penunjukkannya Di
Dalam Makalah Ilmiah
Penulisan makalah ilmiah merupakan suatu tugas yang seyogyanya
dikerjakan oleh seorang cendekiawan yang telah melakukan suatu penelitian.
Di dalam makalah ilmiah maka ke lima unsur itu dituangkan di dalam bagian-
bagian yang sesuai, yakni identifikasi masalah dan perumusan hipotesis di
dalam pendahuluan, perencanaan dan pelaksanaan penelitian di dalam bahan
dan cara, penilaian hasil di dalam hasil dan rangkuman seluruh proses atau
penilaian maknanya di dalam diskusi.
Sumber informasi atau rujukan dapat berupa suatu buku seluruhnya, bab
atau bagian suatu buku, monografi, makalah di dalam majalah, laporan atau
naskah penerbitan badan atau lembaga resmi.
Suatu rujukan yang lengkap mengandung tiga unsur utama: penulis,
judul dan fakta-fakta penerbitan. Penulis mencakup penulis pendamping (co
author), editor atau badan lembaga resmi. Judul mencakup: judul, sub judul
makalah di dalam majalah, bab atau bagian buku dan judul, sub judul majalah,
buku atau monografi. Fakta-fakta penerbitan mencakup tempat (kota),
penerbit, datum, dan jika perlu volum dan edisi (selain yang pertama).
Penyusunan dan cara penulisan daftar rujukan bergantung kepada car
apenunukkannya di dalam naskah. Dikenal tiga macam cara atau sistem
penulisan rujukan:
1) Cara (sistem) nomor
Tiap rujukan diberi nomor sesuai dengan urutan penunjukannya
pertama kali di dalam naskah. Penunjukkannya di dalam naskah dengan
mencantumkan nomor rujukan di antara tanda kurung mengikuti nama
penulis atau akhir pernyataan atau kalimat.
2) Cara (sistem) nama dan tahun (Harvard)
Daftar rujukan disusun secara alfabetik berdasarkan nama penulis
(nama keluarga atau nama pengganti nama keluarga yang ditaruh di
depan). Penunjukkanya di dalam naskah dengan mencantumkan tahun
penerbitan di antara tanda kurung mengikuti nama penulis, atau dengan
mencantumkan nama penulis dan tahun penerbitan di antara tanda kurung
pada akhir kalimat.
3) Cara (sistem) kombinasi alfabet dan nomor (H & N)
Rujukan disusun secara alfabetik berdasarkan nama penulis dan
diberi nomor berurutan. Penunjukannya di dalam naskah dengan
mencantumkan nomor atau penulis, atau ke duanya (diantara tanda
kurung).
4) Cara (sistem) Vancouver
Sistem ini diajurkan sebagai cara penulisan rujukan yang
diseragamkan untuk majalah biomedik, yang disahkan oleh international
steering committee of medical journal editors di Vancouver, British
Columbia, pada 1978 sebagai “gaya Vancouver” dan akhir-akhir ini telah
dianut oleh lebih dari 130 majalah buku.
Sistem ini menggunakan sistem nomor disertai penyeragaman cara
penulisannya, dengan cara penunjukan di dalam naskah dan pemberian
urutan nomor sesuai dengan pemunculannya yang pertama kali di dalam
naskah. Nama semua penulis ditulis untuk jumlah penulis sampai dengan
anam: bila jumlahnya lebih dari enam maka hanya tiga penulis yang
pertama disebutkan dan diikuti dengan et al.
Sumber informasi tertulis yang tidak dapat dimasukkan ke dalam
daftar rujukan, seperti data yang tidak dipublikasikan, komunikasi pribadi,
majalah berkala (non ilmiah), surat kabar dituliskan sebagai catatan
bawah.
Didalam penulisan ilmiah catatan bawah digunakan;
1) Menyebutkan sumber informasi bagi pernyataan di dalam naskah yang
berupa kutipan, fakta atau gagasan.
2) Membuat ulasan tambahan untuk menegaskan atau memperjelas
pembicaraan tanpa mengganggu jalan pikiran di dalam naskah.
3) Menyebutkan rujukan silang (cross reference), yakni menunjukkan
informasi yang terdapat di bagian lain naskah.
4) Memberi penghargaan yang sepatutnya.
G. Seluk Beluk Etika Penulisan Makalah Ilmiah
Adalah menjadi tanggung jawab oenulis mendapatkan ijin dengan biaya
sendiri untuk memperbanyak ciptaan (tulisan, tabel, gambar) yang telah
diumumkan sebelumnya. Adalah juga menjadi tanggung jawab penulis untuk
memberikan penghargaan (pengakuan) terhadap semua ciptaan yang
dikutipnya, dan untuk memperoleh ijin tertulis, baik dari penulis maupun dari
penerbit ciptaan itu.
1. Penulis
Penulis adalah pencipta. Pencipta adalah seseorang atau beberapa
yang secara bersama-sama atas inspirasinya menghasilkan suatu ciptaan.
Yang dianggap sebagai penulis (pencipta) suatu makalah, buku, atau
ceramah, itu namanya terdaftar sebagai pencipta di departemen
kehamkiman.
2. Ciptaan
Ciptaan yang dilindungi Undang-Undang Hak Cipta (1982) antara
lain adalah:
a. Semua hasil karya tulis.
b. Ceramah, kuliah, pidato
c. Fotografi, gambar, pamflet, buku
d. Terjemahan, saduran, penyusunan bunga rampai
Hal-hal yang tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta:
a. Kalau sumbernya disebut secara lengkap
b. Menerjemahkan langsung dari bahasa asing ke bahasa Indonesia untuk
kepentingan nasional.
c. Memperbenyak segala sesuatu yang diumumkan oleh pemerintah atau
atas nama pemerintah, kecuali apabila hak cipta itu dinyatakan
dilindungi, baik dengan peraturan perundang-undangan maupun
dengan pernyataan dari ciptaan itu sendiri atau ketika ciptaan itu
diumumkan.
3. Potret
Potret adalah gambar yang dibut dengan cara atau alat apapun dari
wajah orang, yang digambar baik dengan anggota tubuh lainnya maupun
tidak. Hak cipta atas ciptaan karya fotografi atau sinematografis berlaku
selama 15 tahun, sejak tanggal ciptaan itu diumumkan untuk pertama
kalinya.
H. Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Ilmu Kedokteran
Bahasa digunakan dalam tiga bidang, yaitu: 1) percakapan sehari-hari,
2) bidang sastra, dan 3) bidang keilmuan. Bahasa ilmu memerlukan lebih
banyak istilah yang menyangkut bidang ilmu masing-masing. Istilah sayang
sama dapat mempunyai makna berlainan di bidang ilmu yang berbeda. Jadi
tiap bidang ilmu mempunyai bahasanya sendiri. Seorang ilmuwan harus
menguasai bahasa ilmu yang digelutinya. Selain menguasai istilah-istilah, ia
pun harus menguasai tata bahasa yang digunakan dengan baik, bila ia hendak
mengutarakan pikirannya dengan baik pula.
1. Bahasa kedokteran
Bahasa Indonesia dengan kosa kata yang berasal dari bahasa melayu
dan istilah-istilah dari bahasa lain yang sudah dimelayukan jelas tidak
memadai untuk digunakan di bidang keilmuan termasuk ilmu kedokteran.
Bahasa ilmu “murni” terlalu miskin untuk digunakan di bidang ilmu. Di
bidang ilmu kedokteran saja bahasa Indonesia sudah kekurangan beribu-
ribu istilah. Ingat saja misalnya istilah-istilah anatomi.
Jadi bila bahasa Indonesia hendak digunakan dalam bidang
keilmuan, jumlah istilahnya harus ditambahkan. Untuk keperluan ini pusat
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia departemen pendidikan
dan kebudayaan telah menyusun sebuah buku pedoman bagaimana
membuat, meneyrap dan mengeja istilah-istilah yang berasal dari bahasa
lain.
2. Bahasa asing yang digunakan sebagai pedoman
Pedoman umum pembentukan istilah mengajurkan untuk sedapat-
dapatnya berpedoman pada bahasa Inggris yang bila tidak mungkin baru
digunakan bahasa lainnya. Di Indonesia, di bidang kedokteran kita lebih
terpengaruh bahasa latin, Yunani dan Belanda, sehingga anjuran ini tidak
selalu dapat dilaksanakan.
3. Masalah-masalah lain dalam pembentukan istilah
Pedoman pembentukan istilah memang berisi banyak petunjuk
bagaimana menyerap istilah asing, tetapi masih ada persoalan-persoalan
yang belum disinggung, antara lain:
1) Pembentukan kata sifat dari kata benda
a. Bahasa Indonesia mengenal pembentukan kata sifat dari kata
benda:
Manusia → manusiawi
Kimia→ kimiawi (atau kemikal)
Ilmu → ilmiah
b. Yang berasal dari bahasa asing
Fungsi → fungsional
Neuron → neural
Selebrum → serebri, serebrial
Antagonis → antagonistic
Biologi → biologis
c. Perubahan bentuk ini dalam beberapa hal memang tidak perlu,
tetapi dalam hal-hal lain dapat menimbulkan pengertian yang
berbeda;
Antagonis → lawan, otot yang fungsinya berlawanan
Fungsi antagonis → fungsi otot tersebut di atas ini
Fungsi antagonistic → fungsi yang saling berlawanan
Status epileptic → keadaan kejang-kejang yang timbul
dalam serangan serangan terus menerus
Status epilepsy → dapat berarti catatan mengenai penderita
epilepsi
d. Berkaitan dengan persoalan kata sifat ini timbul masalah
bagaimana mengindonesiakan istilah:
Coma hepaticum (latin), hepatic coma (Inggris)
e. Beberapa kemungkinan ialah:
Koma hepatikum → koma hepar
Koma hepatic → koma hati
Supaya lengkap ditambah satu lagi: koma hatiwi
f. Demikian pula timbul persoalan
Meningitis tuberkulosa atau Maningistis tuberkulosis
Tensilitis difterika atau Tonsillitis difteri
2) Adverbia
Bagaimana meng-Indonesiakan adverbial
Function functional functionally
Fungsi fungsional secara fungsional?
Secara fungsi?
3) Persoalan tunggal-jamak
a. Bahasa Indonesia mengenal pembentukan kata-kata yang
menunjukkan banyak, yaitu dengan mengulang istilah
tunggalnya atau dengan sedikit mengubahnya, atau dengan
menambahkan awalan para:
Tamu-tamu tetamu
Gigi-gigi gigi geligi
Jari-jari jejari
b. Bagaimana dengan penjamakan istilah-istilah yang berasal dari
bahasa asing.
Lateral ventricles ventrikel-ventrikel lateral
Interneuron’s antar neureon-antar neuron
Corpora quandigemina korpus-korpus kuadrigeminum
Korpus kuadrigeminum korpus
kuadrageminum
c. Kesulitan yang akan timbul ialah dalam terjemahan kalimat
dalam bahasa asing yang kata-kata bendanya jamak. Kalimat
terjemahannya akan mengandung banyak istilah yang berulang-
ulang, sehingga bila tidak mengubah makna, istilah yang jamak
dijadikan tunggal.
d. Persoalan-persoalan lain antaranya persoalan istilah “to be”
yang dalam bahasa Indonesia sering tidak diterjemahkan,
kadang-kadang harus diterjemahkan dengan ada, adalah,
merupakan. (bagaimana menerjemahkan to be dan not to be.
e. Istilah “it, they” untuk benda, persoalan macam-macam “tense”
dalam makalah kedokteran memang tidak merupakan masalah
penting.
4) Kalimat-kalimat rancu
Kerancuan dalam kalimat dapat timbul karena bermacam-
macam hal, yaitu:
a. Salah pengertian istilah
b. Kekurangan penggunaan istilah
c. Kelebihan penggunaan istilah
d. Tidak mengenal istilah yang tepat
e. Tak baiknya penguasaan tata bahasa
f. Tidak logis
g. Gaya bahasa yang tidak lazim
h. Lain-lain
I. Cara-Cara mengevaluasi makalah ilmiah
Memang banyak tulisan ilmiah yang tidak memenuhi syarat, karena
disebabkan beberapa hal, seperti penulis kurang menguasai cara-cara
penulisan ilmiah, penulisan dibuat untuk mendapatkan kum, yaitu syarat
kenaikan pangkat, majalah ilmiah dan jurnal yang memuat tulisan itu tidak
ketat dalam menseleksi tulisan yang diterbitkan.
Dalam makalah ini dicoba uraikan bagaimana cara-cara mengevaluasi
dan menilai suatu tulisan ilmiah secara kritis. Tujuannya agar dapat
mengembangkan critical dan logical sense pada peneliti pada waktu membaca
tulisan ilmiah, sehingga pada waktu membaca kita tidak mudah menerima
begitu saja apa yang disajikan orang lain.
1. Mengapa perlu mengevaluasi makalah
Kita perlu mengevaluasi suatu makalah karena dengan menganalisis
makalah tersebut secara kritis, kita akan mendapatkan suatu pengertian
yang mendalam mengenai apa yang disampaikan oleh si peneliti atau
penulis, apa sebetulnya yang dipermasalahkan dan bagaimana masalah
tersebut akan dipecahkan.
2. Syarat-syarat mengevaluasi makalah ilmiah
Agar seseorang dapat mengevaluasi sesuatu, tentu ia sendiri harus
mengethaui benar obyek yang dinilai, sehingga ia dapat melihat secara
kritis apakah terdapat kejanggalan-kejanggalan tentang obyek yang
dievaluasinya itu. Begitu juga dalam menilai suatu makalah ilmiah, paling
sedikit kita harus mengetahui bagaimana bentuk rancangan makalah
ilmiah, sistematikanya, langkah-langkah yang harus diambil dalam
penulisan itu, komponen-komponen yang terdapat dalam suatu makalah,
serta hubungan antara komponen itu sama lain, sehingga dengan demikian
seseorang dapat melihat suatu makalah secara keseluruhan yang utuh.
3. Pokok-pokok pembahasan dalam mengevaluasi makalah ilmiah
Kita telah mengetahui, pertanyaan-pertanyaan yang harus ditanyakan
dalam membaca dan mengevaluasi suatu makalah ilmiah. Di bawah ini
diuraikan secara singkat pokok-pokok tersebut.
a. Judul
Pertama sekali kita melihat pada judul, karena judul sangat penting.
Judul harus jelas dan padat, logis serta inovatif. Kalau kita membaca
judul, kita lihat apakah judul telah memuat variabel yang akan diteliti,
dari sini kita akan tahu tipe penelitian, materi yang diteliti dan metode
yang digunakan.
b. Masalah
Pertama kita lihat apakah permasalahan dalam penelitian itu telah
dinyatakan dengan jelas. Perumusan masalah dapat berbentuk
pertanyaan ataupun pernyataan, tapi lebih sering dalam bentuk
pertanyaan, karena masalah adalah sesuatu yang ingin kita cari
jawabannya.
Kriteria masalah dan perumusan masalah yang baik adalah:
4. Masalah harus mengemukakan hubungan antara dua atau lebih
variabel
5. Masalah harus dinyatakan dengan jelas dan tidak membingungkan
6. Pernyataan masalah harus menunjukkan kemungkinan untuk dapat
diuji secara empiris
c. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan hubungan antara dua atau lebih variabel.
Hipotesis juga merupakan kesimpulan atau perkiraan yang tajam dan
cermat yang dirumuskan dan untuk sementara diterima untuk
menjelaskan kenyataan-kenyataan, peristiwa-peristiwa, atau kondisi-
kondisi yang diperhatikan dalam suatu penelitian. Hipotesis berfungsi
sebagai yang menjelaskan, yang menerangsang penelitian, sebagai
sumber metodologi, sebagai kriteria menilai teknik eksperimen dna
untuk mengorganisasi prinsip-prinsip.
d. Tipe penelitian
Pada penelitian ilmu kedokteran dikenal 3 bentuk dasar atau tipe, yang
diklasifikasikan atau Riegelmam, yaitu:
1) Retrospective
Tanda yang unik penelitian retropektif adalah bahwa dia mulai
setelah individu-individu mengembangkan atau menderita suatu
penyakit yang hendak diteliti. Penelitian ini kembali ke saat untuk
menentukan karakteristik individu-individu sebelum penyakit
timbul.
2) Prospective study atau cohort study
Tanda yang unik penelitian ini adalah bahwa dia mulai sebelum
individu menderita penyakit yang diteliti dan mengikutinya sampai
saat individu-individu itu kemudian menderita penyakit itu.
3) Experimental study atau clinical trial
Penelitian eksperimental ini juga disebut sebagai clinical trial.
Secara prospektif, individu-individu diikuti terus sampai
menunjukkan apakah dia mengembangkan suatu penyakit tertentu
atau suatu kondisi tertentu yang sedang diteliti.
Riegelman mengemukakan 5 komponen dalam kerangka penelitian
(frame works) yang dapat diterapkan ke dalam 3 tipe di atas.
1) Assignment, yaitu pemilihan individu yang akan dijadikan
kelompok studi dan kelompok pembanding.
2) Assessment, yaitu perbandingan hasil penelitian dari kelompok
yang diteliti dan kelompok kontrol
3) Analysis, yaitu perbandingan hasil dari kelompok studi dengan
kelompok pembanding atau kelompok kontrol
4) Interpretation, yaitu penarikan kesimpulan mengenai hasil setiap
perbedaan yang didapat antara kelompok studi dan kelompok kontrol.
5) Extrapolation, yaitu penarikan kesimpulan mengenai arti penelitian
bagi individu yang tidak termasuk dalam penelitian
Dalam pengevaluasian makalah maka semua komponen di atas harus
diperhatikan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setiap penemuan baru walaupun kecil akan merupakan sumbangan
kepada khasanah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu perlu diketahui oleh
orang lain, khususnya masyarakat ilmiah. Singkatnya dapat dikatakan bahwa
seorang ilmuwan harus menulis hasil penelitiannya dan menyampaikannya
kepada masyarakat ilmiah demi pengembangan ilmu dan mutunya.
Penulisan makalah kedokteran dan kesehatan harus berdasarkan pada
kaidah-kaidah yang telah ditetapkan. Dengan mengikuti kaidah tersebut,
dalam penulisan makalah diharapkan dapat dipahami oleh para pembaca
dengan baik dan benar.
B. Saran
Bagi para peneliti kedokteran dan kesehatan diharapkan untuk
memperhatikan struktur dan teknik penulisannya. Penulisan tersebut
berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar serta menurut
kaidah ilmu kedokteran dan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo Tjokronegoro dan Faisal Baraas. 1986. Teknik Penulisan Makalah Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Asri Rasad. 1986. Dasar Falsafah, Tujuan dan Cara Penulisan Makalah Ilmiah. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Budi Raharjo. 2007. “Panduan Menulis Karya Ilmiah: Thesis, Skripsi, dan Makalah”. http://loomme.wordpress.com/2007/05/04/panduan-menulis-karya-ilmiah-thesis-skripsi-dan-makalah/ (Diakses pada tanggal 7 Desember 2007)
Kharisma. 2001. ”Tips Menulis Ilmiah Populer”. http://kharisma.de/files/education/tips%20menulis%ilmiah%20populer.pdf (Diakses pada tanggal 7 Desember 2007)
Revolta, Yon’s. 2006. “Karya Ilmiah Populer”. http://penamuda.multiply.com/journal/item/31/tips-menulis-karya-ilmiah-populer (diakses pada tanggal 7 Desember 2007)
Riegelman, R.K. 1981. Studying a Study and Testing a Test, How to Read the Medical Literature. Boston: Litle, Brown and Company.
Slamet Soeseno. 1984. Teknik Penulisan Karya Ilmiah Populer. Jakarta: PT Gramedia.
Soemarmo Markam. 1994. Penggunaan bahasa Indonesia dalam Ilmu Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sudraji Sumapraja. 1994. Seluk Beluk Etika Penulisan Makalah Ilmiah. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sugianto. 2005. “Tips Menulis karya Ilmiah Populer”. http://www.vaval.com/blog/indez.php?/archives/7-tips-menulis-karya-ilmiah-populer.html (Diakses pada tanggal 7 Desember 2007)
Teguh Budiharso. 2007. Panduan Lengkap Penulisan karya Ilmiah. Yogyakarta: Gala Ilmu.
Tieneke. 1994. Cara-Cara Mengevaluasi Makalah. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.