PENDAHULUAN Beton ringan memiliki prospek yang cerah sebagai bahan struktur di masa depan mengingat kualitasnya yang bisa mencapai kualitas beton normal dengan berat jenis yang ringan (Owens, 1999). Beton ringan memiliki kemampuan struktural bila memiliki kuat tekan minimal 17 MPa dan berat isi kurang dari 1840 kg/m 3 (Nevile and brooks, 1993), biasanya diperoleh bila menggunakan agregat kasar yang berasal dari material dengan berat yang ringan. Usaha-usaha telah banyak dilakukan untuk menciptakan beton ringan sebagai bahan konstruksi antara lain dengan memodifikasi bahan asal sedemikian rupa guna mempertahankan berat jenis yang ringan namun dengan ketahanan dan kekuatan yang dapat dipertahankan dan bahkan ditingkatkan (Rossignolo dan Agnesini, 2004; Campione dkk., 2004 dan Haque dkk., 2004) Batu apung adalah salah satu material ringan yang memiliki berat isi antara 500 sampai 900 kg/m 3 dan bergradasi relative besar. Oleh karena itu material ini sering dijadikan agregat kasar dalam suatu komposisi campuran beton ringan. Namun demikian, mengingat batu apung yang memiliki kelemahan mudah rapuh/hancur akibat tekanan maka dalam suatu rancangan campuran diharapkan kelemahan yang dimiliki batu apung ini ikut dipertimbangkan dalam membuat rancangan campuran beton ringan sehingga menghasilkan komposisi campuran yang efektif dan efisien. Beton dapat diidealisasikan sebagai bahan komposit yang terdiri dari pasta dan agregat kasar. Untuk beton normal, dapat dikatakan sebagai komposit antara pasta dan kerikil, bila ditekan (uji silinder) pada suatu kondisi beban tertentu kecendrungannya adalah beton tersebut akan hancur yang ditandai dengan runtuhnya pasta. Sebaliknya pada beton ringan, akan runtuh akibat tekanan yang didahului
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENDAHULUAN
Beton ringan memiliki prospek yang cerah sebagai bahan struktur di masa
depan mengingat kualitasnya yang bisa mencapai kualitas beton normal dengan
berat jenis yang ringan (Owens, 1999). Beton ringan memiliki kemampuan struktural
bila memiliki kuat tekan minimal 17 MPa dan berat isi kurang dari 1840 kg/m3 (Nevile
and brooks, 1993), biasanya diperoleh bila menggunakan agregat kasar yang
berasal dari material dengan berat yang ringan. Usaha-usaha telah banyak
dilakukan untuk menciptakan beton ringan sebagai bahan konstruksi antara lain
dengan memodifikasi bahan asal sedemikian rupa guna mempertahankan berat
jenis yang ringan namun dengan ketahanan dan kekuatan yang dapat dipertahankan
dan bahkan ditingkatkan (Rossignolo dan Agnesini, 2004; Campione dkk., 2004 dan
Haque dkk., 2004)
Batu apung adalah salah satu material ringan yang memiliki berat isi antara
500 sampai 900 kg/m3 dan bergradasi relative besar. Oleh karena itu material ini
sering dijadikan agregat kasar dalam suatu komposisi campuran beton ringan.
Namun demikian, mengingat batu apung yang memiliki kelemahan mudah
rapuh/hancur akibat tekanan maka dalam suatu rancangan campuran diharapkan
kelemahan yang dimiliki batu apung ini ikut dipertimbangkan dalam membuat
rancangan campuran beton ringan sehingga menghasilkan komposisi campuran
yang efektif dan efisien.
Beton dapat diidealisasikan sebagai bahan komposit yang terdiri dari pasta
dan agregat kasar. Untuk beton normal, dapat dikatakan sebagai komposit antara
pasta dan kerikil, bila ditekan (uji silinder) pada suatu kondisi beban tertentu
kecendrungannya adalah beton tersebut akan hancur yang ditandai dengan
runtuhnya pasta. Sebaliknya pada beton ringan, akan runtuh akibat tekanan yang
didahului oleh hancurnya agregat. Berangkat dari philosofi ini maka pemisahan atau
pembagian tegangan (dalam hal ini kuat tekan) dilakukan. Idealnya adalah kuat
tekan pasta (mortar) dan kuat tekan kerikil. Namun karena kesulitan dalam
menentukan kuat tekan kerikil secara individu maka sebagai pengganti ditentukan
kuat tekan beton (dalam kondisi komposit). Dengan demikian untuk memperoleh
gambaran kekuatan agregat dalam kondisi tekan dapat diperoleh melalui korelasi
antara kuat tekan beton dan kuat tekan pastanya. Weigler dan Karl (1972) dalam
Chen, dkk (1999) menggunakan konsep diatas untuk agregat ringan buatan sebagai
bahan campuran beton ringan. Dari plotting hasil diperoleh suatu perubahan arah
kurve yang signifikan yang seolah-olah kurve berubah menjadi dua bagian dengan
satu titik potong. Titik potong yang terjadi pada kurve tersebut disebut sebagai nilai
“Dividing Strength” dari beton ringan. Nilai Dividing Strength sangat bergantung pada
ukuran butiran agregat ringan sehingga menentukan kekuatan bahan/material baru
yang dibentuk.
Oleh karena konsep tersebut belum diaplikasikan untuk beton ringan dengan
agregat batu apung lokal maka konsep tersebut diadopsi untuk mengoptimasi
rancangan campuran beton ringan dengan agregat kasar batu apung agar dapat
diperoleh kuat tekan optimum dengan harga efisien. Kuat tekan merupakan sifat
mekanik utama dari beton sehingga sifat mekanik lainnya seringkali di hitung
sebagai faktor pengali dari nilai kuat tekan. Sifat-sifat mekanik beton ringan yang
dikaji dalam makalah ini antara lain kuat tekan, kuat tarik baik dengan uji belah
maupun uji lentur dan modulus elastisitas.
BAHAN DAN METODE
Bahan-bahan yang dipergunakan dalam studi ini adalah: (1) Semen Portland
tipe I merk Tiga Roda; (2) Agregat kasar limbah batu apung dengan ukuran butir < 5
mm, 5 – 10 mm dan 10 – 20 mm berasal dari desa Ijo Balit, kecamatan Selong,
Lombok Timur; (3) Agregat halus, yaitu pasir yang lolos ayakan no 4 (dengan ukuran
butir maksimum 5 mm), berasal dari sungai Gebong Narmada, Lombok Barat dan
(6) Air bersih dari jaringan air Laboratorium Struktur Fakultas Teknik Universitas
Mataram.
Tahap awal studi dilakukan pengujian terhadap sifat fisik bahan-bahan
tersebut diatas antara lain meliputi pemeriksaan berat satuan, berat jenis baik pasir
maupun batu apung, pemeriksaan gradasi agregat kasar (batu apung) dan
pemeriksaan kandungan lumpur dalam pasir. Selanjutnya dilakukan
pembuatan rancangan campuran beton dari tiga variasi ukuran butir
tersebut dengan memvariasi faktor air semen (fas) yaitu 0.4, 0.45, 0.5, ...,
0.75. Adapun hasil rancangan adukan per 1 m3 beton ringan disajikan pada Tabel