Top Banner

of 20

TEK_1111 V4-1

Apr 06, 2018

Download

Documents

fantau
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/3/2019 TEK_1111 V4-1

    1/20

    ISSN 2088-3153

    TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

    MENSINERGIKAN PEMBANGUNAN EKONOMI

    Volume 1 Nomor 11 - Nopember 2011 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

    Inisiatif Transparansi Penerimaan Negara di

    Sektor Industri Ekstraktif

    Membangun Sinergi Menghadapi Tantangan

    Gejolak Ekonomi Global

    SINERGI PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MINERAL

    LIPUTAN:

    PT. PERTAMINA

  • 8/3/2019 TEK_1111 V4-1

    2/20

  • 8/3/2019 TEK_1111 V4-1

    3/20

    EDITORIAL

    Professor Joseph E. Stiglitz mengungkapkan bahwa ia

    tertarik pada masalah ekonomi informasi diawali oleh

    kegundahan saat mengamati perkembangan kota Gary,

    di negara bagian Indiana Amerika Serikat di awal tahun

    1960-an. Dalam pengamatannya, kota yang dibangun

    pada tahun 1906 oleh perusahaan US Steel, masih

    dihadapkan pada masalah kemiskinan, pengangguran

    berkala, dan rasilialisme yang masif di tengah kejayaan

    industri baja di Amerika Serikat pada waktu itu.

    Ketimpangan kemajuan ekonomi dengan kesejahteraan

    masyarakat juga ditemui Stiglitz di Kenya pada akhir

    tahun 1960-an. Cerita kedua pengamatan tersebut

    disampaikan pada awal makalahnya yang berjudul

    Information and the Change in the Paradigm of

    Economics (2001). Makalah ini membedah pengaruhfaktor ketidaksempurnaan informasi di antara pelaku

    ekonomi dalam ekonomi pasar (market economics) dan

    ekonomi politik (political economy).

    Mereduksi asimetri informasi semakin disadari penting

    setelah melihat dampak krisis ekonomi dan keuangan

    global yang begitu dahsyat terhadap kesejahteraan

    masyarakat dalam dekade terakhir ini. Banyak negara

    mulai memberikan perhatian khusus pada pendidikan

    keuangan dan perlindungan konsumen agar masyarakat

    semakin mengetahui produk dan layanan lembaga

    keuangan yang terbaik bagi kebutuhannya. Gerakan

    serupa juga digalakkan di sektor produksi yaitu berupa

    inisiatif membangun transparansi penerimaan di sektor

    pertambangan dan migas yang dikenal dengan Extractive

    Industries Transparency Initiative (EITI).

    Melalui inisiatif EITI ini diharapkan terbangun

    kepercayaan antara masyarakat, pemerintah, dan industri

    migas dan tambang mengenai penerimaan yang

    diperoleh dari hasil pengolahan industri tersebut.

    Langkah ini penting bagi negara yang sedang dalam

    upaya meningkatkan penerimaan negara dari sektor

    tersebut, seperti Indonesia. Dalam sepuluh tahun

    terakhir kontribusi sektor pertambangan menurun tajam

    dalam Produk Domestik Bruto dari 13,78% tahun 2000

    menjadi 11,2% tahun 2010. Iklim usaha di sektor ini,

    khususnya migas, kurang menarik akibat ketidakpastian

    peraturan yang didorong oleh ketidakpercayaan

    terhadap besaran penerimaan industri dan bagian dari

    penerimaan tersebut yang diberikan kepada

    pemerintah. Disamping itu juga menyangkut

    ketidakpuasan pemanfaatan penerimaan tersebut

    terhadap kesejahteraan masyarakat, khususnya yang

    bermukim di sekitar wilayah eksplorasi.

    Sebagai negara yang masuk dalam kategori kandidat

    EITI sejak Oktober 2010, Indonesia memiliki waktu 2,5

    tahun hingga April 2013 untuk menunjukkan

    kepatuhannya membangun transparansi pelaporan

    penerimaan oleh industri maupun pemerintah. Lembaga

    masyarakat berperan memastikan bahwa publikasi

    laporan kedua belah pihak sesuai ketentuan yang ada.

    Saat ini sudah terdaftar 62 perusahaan yang terdiri 129

    unit produksi migas dan tambang, serta 88 mitra

    perusahaan migas yang wajib mengisi template

    pelaporan untuk penerimaan tahun 2009. Sementara

    itu, instansi Pemerintah yang akan melapor, yaitu

    BPMIGAS, Ditjen Migas, Ditjen Anggaran, Ditjen

    Minerba, dan Ditjen Pajak. Penerapan EITI diyakini

    akan meningkatkan daya tarik investasi di sektor migas

    dan tambang, sebagaimana telah dialami Nigeria.

    Faktor luas wilayah dan keragaman sumber tambang

    kiranya bukan halangan untuk menerapkan EITI jika

    ada sinergi mengerjakannya. (Ayo) Indonesia bisa.

    (BHR).

    IndikatorOkt

    2011Sept2011

    IndikatorSept2011

    Aug2011

    Inflasi (% yoy) 4,42% 4,61% Utang Pemerintah* (USD milyar) 198,90 203,35

    Indeks Harga Saham Gabungan 3.569,78 3.549,03 Ekspor (USD juta) $17,82 $18,81

    Harga Minyak ICP (USD per barel) 109,25 111,00 Impor (USD juta) $15,10 $15,05

    Indeks Harga Perdagangan Besar 184,64 184,27 Wisatawan Mancanegara (ribu orang) 650,1 621,08

    Cadangan Devisa* (USD milyar) $113,96 $114,50 Suku Bunga Kredit Modal Kerja Bank (%) 12,39 12,50

    Nilai Tukar Petani 105,51 105,17 Realisasi Belanja APBN s.d 30 Sept 2011 (Rp. Tr)* 773,6

    Nilai Tukar (Rp/USD) 8835 8.823 Realisasi Pendapatan APBN s.d 30 Sept2011 (Rp. Tr)* 820,3

    Pertumbuhan Ekonomi Tw.III-2011 (%) 6,50 PDB Nominal Tw III-2011 (Rp. Triliun) 1.923,6Tingkat Pengangguran (Aug. 2011) (%) 6,56 Defisit NPI Tw III-2011 (USD miliar) 3,96

    *kumulatif, NPI : Neraca Pembayaran Indonesia,

    Indikator Ekonomi

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | November 2011 1

  • 8/3/2019 TEK_1111 V4-1

    4/20

    Menurut lapangan usaha (secara sektoral), sumber

    pertumbuhan terbesar berasal dari sektor industri

    pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran

    sebesar 1,7%. Sektor lain yang mengikuti adalah sektor

    pengangkutan dan komunikasi sebesar 0,9%. Dari ke-9

    lapangan usaha yang dihitung dalam PDB, sumber

    Perkembangan Ekonomi Makro

    PERTUMBUHAN EKONOMI

    TRIWULAN III-2011

    Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2011

    sebesar 3,5% qtq atau sebesar 6,5% yoy dengan nilai

    PDB nominal sebesar Rp 1.923,6 triliun. Pencapaian ini

    mengindikasikan bahwa dampak gejolak ekonomi global

    terhadap perekonomian domestik belum signifikan.

    Pertumbuhan ekonomi masih mengandalkan

    perekonomian domestik. Kontribusi PDB pada triwulan

    III-2011 terbesar berasal dari konsumsi rumah tangga

    sebesar 54,2%. Pertumbuhan ekonomi triwulan III-2011

    juga dipengaruhi oleh faktor musiman, seperti tahun

    ajaran baru, puasa dan lebaran.

    Ekspor dan konsumsi yang cukup tinggi mendorong

    pertumbuhan ekonomi triwulan III-2011. Net ekspor

    menjadi sumber pertumbuhan tertinggi, yakni 3,3% dandiikuti oleh konsumsi masyarakat sebesar 2,7%.

    Pertumbuhan ekspor mencapai 18,5% yoy lebih tinggi

    dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

    17,4% yoy. Kontribusi net ekspor yang tinggi ini

    dipengaruhi antara lain oleh kenaikan permintaan ekspor

    dari Cina dan pemulihan ekonomi Jepang pasca

    tsunami Maret lalu. Sedangkan konsumsi masyarakat

    tetap tinggi akibat faktor musiman (tahun ajaran baru,

    puasa dan lebaran) dan peningkatan pendapatan

    masyarakat. Hal ini tercermin dari indeks tendensi

    konsumen triwulan III-2011. Investasi PMTB juga

    menjadi sumber pertumbuhan yang cukup besar, yakni

    1,7%.

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Nopember 2011 2

    pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih banyak berasal

    dari sektor yang berbasis pasar dalam negeri (non-

    tradable goods) sebesar 4,3% dari 6,5% atau sekitar

    66% dari PDB. Secara tahunan (% yoy), pertumbuhan

    tertinggi dicapai oleh sektor perdagangan, hotel dan

    restoran sebesar 10,1% yoy lebih tinggi dibandingkan

    dengan Q3-2011. Sementara secara quartal (% qtq),

    pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pertanian,

    peternakan, kehutanan dan perikanan sebesar 5% qtq.

    Pertumbuhan sektor ini cukup tinggi karena permintaan

    komoditas terus meningkat karena pertumbuhan

    ekonomi negara-negara mitra utama seperti Cina.

    Tingkat optimisme para pelaku bisnis meningkat

    sepanjang triwulan III-2011 terlihat dari indeks tendensi

    bisnis yang naik di semua sektor. Kondisi bisnis pada

    Triwulan III-2011 meningkat karena adanya peningkatan

    pendapatan usaha, penggunaan kapasitas produksi,dan rata-rata jam kerja. Spasial pertumbuhan ekonomi

    triwulan III-2011 masih didominasi oleh Pulau Jawa

    dengan kontribusi sebesar 57,7% kemudian Pulau

    Sumatera sebesar 23,6%. (MS)

    1

    PDB Menurut Lapangan Usaha

    2

    3

    PDB Menurut Penggunaan

    Perkembangan Net Ekspor

  • 8/3/2019 TEK_1111 V4-1

    5/20

    Perkembangan Ekonomi Makro

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Nopember 2011 3

    PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR

    Meskipun kondisi global tengah dalam ketidakpastian,

    neraca perdagangan Indonesia masih tumbuh positif

    hingga September 2011. Dari Januari hingga September

    2011 perdagangan Indonesia tercatat surplus sebesar

    US$22,5 miliar disumbang oleh non-migas sebesarUS$21,1 miliar dan migas sebesar US$1,5 miliar.

    Kinerja ekspor Indonesia hingga September 2011 juga

    masih terlihat penguatan. Hal ini menguatkan optimisme

    bakal tercapai target total ekspor 2011 sebesar US$200

    miliar. Dalam kurun waktu Januari-September 2011,

    ekspor sudah mencapai US$153 miliar atau tumbuh

    37,5% (yoy) di mana ekspor non-migas tumbuh sebesar

    31,7% (yoy) dan ekspor migas tumbuh lebih besar lagi,

    yaitu 65,5% (yoy). Sayangnya, dibandingkan dengan

    bulan sebelumnya, total ekspor mengalami penurunan

    sebesar 4,5% (mtm), dari US$18,6 miliar pada Agustusmenjadi US$17,8 miliar pada September. Penurunan

    ekspor terjadi pada komoditas non-migas sebesar 6,2%

    (mtm).

    Barang-barang industri masih mendominasi ekspor non-

    migas (grafik 4). Walaupun semua sektor menyumbang

    peningkatan ekspor non-migas periode Januari-

    September 2011, pertumbuhan ekspor tertinggi terjadi di

    sektor industri sebesar 33,4% (yoy), diikuti oleh sektor

    pertambangan 30,3% (yoy) dan sektor pertanian 5,6%

    (yoy). Akan tetapi, pertumbuhan ekspor masing-masing

    sektor non-migas hingga September tahun ini ternyatamasih lebih rendah jika dibandingkan dengan

    pertumbuhan ekspor masing-masing sektor non-migas

    pada periode yang sama tahun 2010. Terutama untuk

    sektor pertanian dan pertambangan.

    Berdasarkan jenis komoditas, nilai ekspor dari 10

    komoditas utama non-migas mengalami peningkatan.

    Komoditas yang mengalami pertumbuhan nilai ekspor

    terbesar adalah berbagai produk kimia, yaitu 125,2%

    (yoy). Sementara komoditas non-migas dengan nilai

    ekspor terbesar antara lain bahan bakar mineral, lemak

    dan minyak hewan/nabati, serta karet dan barang dari

    karet.

    Pada sisi impor, bahan baku/penolong masih

    mendominasi impor (grafik 2). Selama Januari-September

    2011, impor bahan baku/penolong mencapai US$97 miliar

    atau naik 37,1% (yoy). Impor barang modal dan konsumsi

    juga mengalami peningkatan masing-masing 18,4% dan

    38,5% (yoy). Namun demikian, bila dibandingkan dengan

    periode yang sama tahun 2010, kenaikan impor ketiga

    barang tersebut di tahun 2011 ternyata lebih rendah.

    Berdasarkan transaksi perdagangan dengan negara mitradagang, pertumbuhan ekspor Indonesia ke Amerika dan

    Eropa lebih rendah bila dibandingkan dengan

    pertumbuhan ekspor ke Cina. Perlambatan perekonomian

    Amerika akibat krisis berpengaruh pada kinerja ekspor

    non-migas Indonesia ke Amerika. Hingga September

    2011, ekspor ke Amerika masih tumbuh positif 22,3%

    (yoy) atau mencapai US$11,8 miliar. Begitu pun ekspor

    ke negara zona Eropa yang juga mengalami krisis seperti

    Jerman, Perancis dan Inggris,masing-masing hanya naik

    16,9%, 17,9%, dan 1,5% (yoy). Ekspor non-migasIndonesia ke Jepang tercatat masih tumbuh positif 15,8%

    (yoy). Kenaikan signifikan terjadi pada ekspor Indonesia

    ke Cina hingga 60% (yoy) dan mencapai US$14,9 miliar.

    Dengan demikian pangsa ekspor ke Cina hingga

    September 2011 menjadi sebesar 12,3%. Lain halnya

    dengan pangsa ekspor ke Jepang dan Amerika justru

    menurun, masing-masing menjadi 11,3% dan 9,8%.

    Peningkatan ekspor ke Cina yang signifikan inidapat

    memperkecil defisit neraca perdagangan Indonesia

    dengan Cina. Jika defisit perdagangan Indonesia dengan

    Cina selama Januari-September 2010 sebesar US$ 4,9

    miliar, defisit tersebut mengecil menjadi US$ 3,7 miliar

    pada periode yang sama tahun 2011.

    Saat ini perlu tetap waspada tidak hanya pada dampak

    langsung krisis Amerika dan negara kawasan Eropa pada

    perlambatan perdagangan ekspor tetapi juga pada risiko

    dampak tidak langsung krisis terhadap kinerja ekspor.

    Cina adalah salah satu negara mitra dagang utama

    Amerika. Krisis yang terjadi di Amerika tentu akan

    mempengaruhi kegiatan perdagangan dan produksi Cina.

    Indonesia yang lebih banyak mengekspor bahan baku

    kegiatan produksi ke Cina berpotensi menghadapi risikobila ekspor Cina ke Amerika terganggu. (TKA)

    4

    5

  • 8/3/2019 TEK_1111 V4-1

    6/20

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Nopember 2011 4

    PERKEMBANGAN INFLASI

    Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan III 2011

    mengalami defisit sebesar US$ -3,96 miliar. Defisit NPI

    ini terutama disebabkan oleh defisit neraca modal dan

    finansial sebesar US$ -3,39 miliar yang bersumber dari

    defisit investasi portofolio sebesar US$ -4,7 miliar.

    Sedangkan transaksi berjalan masih surplus sebesar

    US$ 0,2 miliar. Akibatnya, cadangan devisa turun

    menjadi US$ 114,5 miliar pada akhir September 2011.

    Jumlah cadangan devisa tersebut setara dengan

    pembiayaan kebutuhan impor dan pembayaran utang

    luar negeri pemerintah selama 6,6 bulan.

    Transaksi modal dan finansial mengalami defisit akibat

    arus keluar modal sebagian investor asing dari pasar

    surat utang negara dan pasar saham domestik juga

    karena jumlah SBI milik investor asing yang jatuh tempo.

    Pembalikan arus modal asing (capital reversal)

    mencapai US$ -4,8 miliar dipicu oleh sentimen negatif

    atas kondisi zona Eropa. Yunani belum memenuhi target

    disiplin anggaran sebagaimana yang ditetapkan dalam

    kewajiban untuk mendapat dana talangan. Pada saat

    yang bersamaan, salah satu bank milik Perancis diBelgia yaitu Bank Dexia mengalami kebangkrutan dan

    harus dibail-out. Meskipun terjadi outflow secara

    Perkembangan Ekonomi Makro

    Pada Oktober 2011 mengalami deflasi sebesar -0,12%

    mtm, terutama disebabkan oleh deflasi pada komponen

    inti (core inflation) dan komponen barang bergejolak

    (volatile food). Sepanjang tahun 2011 ini telah terjadi

    deflasi dua kali, yakni Maret dan Oktober 2011. Oleh

    karena itu, secara tahunan, inflasi pada Oktober 2011sebesar 4,42% yoy, lebih rendah bila dibandingkan

    dengan bulan sebelumnya (4,61% yoy). Selama Januari

    Oktober, inflasi relatif rendah, yakni 2,85%. Dari angka

    tersebut berarti hanya tersisa 2,45% terhadap target

    inflasi APBN-P tahun 2011 sebesar 5,3%. Inflasi tahun

    2011 diperkirakan akan menuju batas bawah sasaran

    inflasi yang ditetapkan sebesar 5% 1% setelah

    mempertimbangkan berbagai resiko ke depan.

    Deflasi komponen inti pada Oktober 2011 tercatat

    sebesar -0,12% mtm lebih dipengaruhi oleh penurunan

    harga emas internasional dan ekspektasi inflasi yang

    terus membaik. Deflasi komponen inti ini merupakan yang

    kedua kalinya sejak April 2009 setelah dampak lanjutan

    dari penurunan harga BBM bersubsidi. Namun, deflasi

    komponen inti cenderung bersifat temporer karena faktor

    penyebab berasal dari penurunan harga emas dan

    koreksi tarif angkutan yang masih tersisa pasca hari raya.

    Secara tahunan, core inflation pada Oktober 2011

    tercatat sebesar 4,43% yoy lebih rendah dibandingkan

    bulan sebelumnya (4,93% yoy).

    Komponen volatile foodjuga mengalami deflasi sebesar -0,37% mtm pada Oktober 2011. Koreksi harga masih

    berlanjut pada sebagian besar komoditas pangan kecuali

    beras dan cabe merah. Secara tahunan, inflasi volatile

    food tercatat sebesar 5,78% yoy. Setelah sempat

    mencapai level yang cukup tinggi pada awal tahun 2011

    yaitu 18,25% yoy, inflasi volatile food dalam 10 bulan

    terakhir terus menurun. Tingkat inflasi volatile foods yang

    rendah tersebut terjadi karena kondisi pasokan yang

    memadai (produksi bahan pangan dan impor) serta

    distribusi yang semakin lancar. Dari sisi spasial,

    koreksi tajam harga bahan makanan terutama terjadi di

    Kawasan Timur Indonesia dan DKI Jakarta menyebabkan

    deflasi volatile foodsecara nasional.

    PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN

    INDONESIA TRIWULAN III-2011

    Untuk inflasi komponen yang harganya diatur

    pemerintah (administered prices) masih cukup terjaga

    sebesar 0.16% mtm atau 2.91% yoy pada Oktober 2011.

    Kebijakan Pemerintah berupa kenaikan tarif tol hanyak

    berdampak minimal terhadap inflasi administered prices,

    yaitu kurang dari 0,01%. Sumbangan inflasi terutama

    berasal dari komoditas rokok kretek (0,03%) dan bensin

    (0,01%)

    Menurut data per kota secara bulanan (% mtm) , dari 66

    kota terjadi deflasi di 34 kota sementara 32 kota

    mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Kendari

    sebesar -2,98% sedangkan inflasi tertinggi terjadi di

    Bima sebesar 0,96% yoy. (MS)

    6

    7

    Perkembangan Inflasi

    Inflasi Menurut Komponen

  • 8/3/2019 TEK_1111 V4-1

    7/20

    Perkembangan Ekonomi Makro

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Nopember 2011 5

    kumulatif dari triwulan I sampai dengan triwulan III-2011,

    aliran modal asing netto masih positif sebesar US$ 4,39

    miliar. Investasi langsung juga mengalami surplus

    sebesar US$2,39 miliar. Minat investor asing untuk

    menanamkan modal di Indonesia masih tetap tinggi

    karena iklim investasi yang kian kondusif dan stabilitas

    perekonomian domestik terjaga baik. Aliran masuk PMAmencapai US$3,7 miliar pada triwulan III-2011.

    Namun, surplus transaksi berjalan pada triwulan III-2011

    semakin kecil menjadi US$ 0,2 miliar. Hal tersebut terjadi

    karena defisit pada neraca pendapatan sebesar US$ -

    7,59 miliar. Neraca pendapatan ini adalah keuntungan

    investasi di Indonesia. Kenaikan defisit neraca

    pendapatan bersumber dari kenaikan pembayaran

    pendapatan investasi portofolio berupa deviden dan

    bunga atas kepemilikan surat-surat berharga oleh non

    residen.Selain neraca pendapatan, juga terdapat defisit

    neraca jasa-jasa sebesar US$ -2,8 miliar.

    Selain kedua komponen tersebut, neraca transaksi

    berjalan juga dibentuk dari neraca perdagangan

    (kegiatan ekspor-impor) yang tercatat surplus sebesar

    US$ 9,56 miliar. Ekspor yang menguat terlihat dari

    kinerja ekspor non-migas dan migas triwulan III yang

    lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi triwulan

    sebelumnya. Defisit neraca perdagangan minyak

    berkurang karena kenaikan produksi minyak, sementara

    impor minyak turun sejalan dengan perkembangan harga

    minyak yang cenderung menurun. (MS)

    TINGKAT PENGANGGURAN MENURUN

    0,24% SELAMA FEBRUARI - AGUSTUS 2011

    Begitu pula dengan jumlah angkatan kerja yang menurun

    sebesar 2,03 juta orang. Penurunan angkatan kerja ini

    disebabkan oleh pekerja di sektor pertanian yang

    mempensiunkan diri akibat musim kemarau panjang

    tahun ini. Penurunan jumlah angkatan kerja telah

    menurunkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

    pada Agustus 2011 sebesar 1,62% dari Februari 2011.

    Tingkat penyerapan tenaga kerja terbesar selama

    Februari-Agustus 2011 terjadi pada sektor industri dan

    sektor konstruksi, masing-masing sebesar 840 ribu orang

    (6,13%) dan 750 ribu orang (13,42%). Sementara tingkat

    penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian turun akibat

    musim kemarau panjang. Begitu pula dengan sektor

    pergudangan (karena kuli gudang tidak bekerja saat libur

    puasa) dan sektor komunikasi (karena pensiun dini di PT

    Telkom).

    Penyerapan tenaga kerja dalam enam bulan (Februari-Agustus 2011) masih didominasi oleh pekerja yang

    berpendidikan rendah. Hal tersebut memberi indikasi

    bahwa kualitas pekerja Indonesia masih tergolong rendah.

    Hampir 50% pekerja Indonesia berpendidikan SD ke

    bawah menurut laporan Agustus 2011. Menurut kegiatan

    formal-non formal, sekitar 41,5 juta orang (37,83%)

    bekerja pada kegiatan formal dan 68,2 juta orang

    (62,17%) bekerja pada kegiatan informal pada Agustus

    2011. Adapun menurut jumlah kerja, sekitar 1,4 juta orang

    yang bekerja kurang dari 8 jam per minggu (sekitar 1,31%

    dari total penduduk yang bekerja).

    Tingkat pengangguran terbuka menurut pendidikan

    didominasi oleh lulusan SMA dan SMK, masing-masing

    sebesar 10,66% dan 10,43%. Selama Februari-Agustus

    2011 tingkat pengangguran terbuka lulusan SMA, diploma

    dan universitas mengalami penurunan, masing-masing

    sebesar 10,66%, 7,16% dan 8,02% pada Agustus 2011.

    (MS)

    Dari bulan Februari sampai Agustus 2011, tingkat

    pengangguran terbuka turun sebesar 0,24% atau

    berkurang sebanyak 420.000 orang. Pada Agustus2011, tingkat pengangguran terbuka tercatat sebesar

    6,56% lebih rendah sedikit dibandingkan kondisi Februari

    2011 sebesar 6,80%.

    Perkembangan Pengangguran

    Perkembangan Neraca Pembayaran8

    9

  • 8/3/2019 TEK_1111 V4-1

    8/20

    Perkembangan Ekonomi Internasional

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Nopember 2011 6

    LAPORAN DARI OECD SEMINAR:

    FINANCIAL EDUCATION FOR ALLaktiva dan pasiva. Ketimpangan pemahaman akan

    berbagai aspek tersebut merupakan penyebab asimetri

    informasi antara penyelenggara dana pensiun dengan

    calon nasabahnya.

    Indonesia akan memasuki periode pelaksanaan jaminan

    sosial yang universal dengan ditetapkannya UU BadanPenyelenggara Jaminan Sosial pada akhir Oktober 2011

    yang lalu. Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun akan

    diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

    Sosial II. Transformasi perusahaan yang

    menyelenggarakan jaminan tersebut, yaitu Jamsostek dan

    Taspen direncanakan berakhir 1 Januari 2014. Sedangkan

    operasionalisasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial II

    ditetapkan Juli 2015.

    Dalam UU nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

    Sosial Nasional, diwajibkan kepada pekerja dan pemberi

    kerja menjadi peserta jaminan sosial secara bertahap.

    Dengan arahan UU 40/2004 tersebut dan sudah adanya

    kejelasan jadwal operasionalisasi BPJS , maka pendidikan

    keuangan tentang dana pensiun kepada masyarakat perlu

    segera dilakukan. Pemerintah bersama penyelenggara

    dana pensiun seyogyanya mulai menyusun materi

    pendidikan keuangan untuk beberapa skema dana

    pensiun, seperti manfaat pasti (define benefit) dan

    kontribusi pasti (define contribution). (BHR)

    Krisis ekonomi 2011 saat ini memberikan pelajaran

    mengenai pentingnya perilaku masyarakat yang sedang

    bekerja untuk mulai mempersiapkan tabungan untuk hari

    tua. Jika kultur ini diabaikan maka akan ada resiko yangbesar yaitu berlebihnya ketergantungan kepada negara

    pada masa usia lanjut mereka. Ketergantungan tersebut

    mendorong berlebihnya utang pemerintah untuk

    membiayai program jaminan sosial dan selanjutnya

    kegagalan membayar kewajiban utang. Demikian butir

    akhir dari sambutan Wakil Menteri Keuangan Afrika

    Selatan pada OECD /IOPS Global Forum on Private

    Pensions di Cape Town pada tanggal 25 Oktober 2011.

    Sebagai kelanjutan forum tersebut, maka pada salah satu

    acara Workshop Financial Education for ALLtanggal 26-

    27 Oktober 2011 dibahas mengenai pendidikankeuangan yang terkait dengan produk dana pensiun.

    Survey mendalam (in-depth survey) di beberapa negara

    OECD pada tahun 2004-2005 menunjukkan masyarakat

    negara maju pun masih rendah pengetahuan

    keuangannya (financial literate) khususnya terhadap

    produk dana pensiun. Hal ini antara lain tercermin dari

    rendahnya minat menabung untuk mendapatkan dana

    pensiun yang memadai. Hanya empat dari sepuluh

    pekerja di Amerika Serikat yang menyisihkan tabungan

    untuk pensiun. Sementara di Selandia Baru masih sekitar

    30% masyarakat yang tidak mau menabung untuk danapensiun dan cenderung belanja yang berlebih. Di Irlandia

    sekitar 52% pekerjanya melakukan investasi untuk

    pensiun.

    Survey juga menunjukkan diantara masyarakat yang

    sudah menabung, sebagian besar belum bijak dalam

    memilih piranti investasi untuk dana pensiun dengan

    skema kontribusi pasti (define contribution). Dalam

    skema ini dana pensiun yang akan dinikmati seseorang

    nantinya tergantung pada besaran tabungan dan hasil

    akumulasi pendapatan dari investasi portofolio

    pilihannya, seperti obligasi dan saham. Hasil survey diInggeris, Jepang, dan Australia menunjukkan masih

    banyak masyarakat yang belum mengetahui perhitungan

    dana pensiun dengan benar sehingga kurang cermat

    dalam memilih piranti investasi.

    Hasil survey tersebut menyarankan diperlukannya

    pendidikan keuangan agar dana pensiun bermanfaat

    optimal. Dana pensiun memiliki karakteristik yang

    berbeda dengan produk keuangan lain karena

    merupakan tabungan berjangka panjang dan mencakup

    masyarakat luas termasuk yang kurang berpendidikan

    dan berpendapatan rendah. Selain itu hasil produk ini

    elatif sulit dipahami karena menyangkut aspek

    perpajakan, penghasilan jangka panjang, serta valuasi

    Sambungan Halaman 7:

    Menuju APBN yang Mensejahterakan Rakyat

    Kedua, banyak pekerjaan yang dibatalkan karena waktu

    yang terlalu sempit untuk melakukan lelang. Inilah yang

    menyebabkan inefisiensi anggaran yang semestinya dapat

    disalurkan secara timely. Ketua Kaukus Ekonomi

    Konstitusi DPR RI, Arif Budimanta, sebagai pembicara

    berpendapat bahwa optimalisasi penyerapan anggaran

    perlu dilakukan sejak triwulan I. Ia pun menyoroti program

    kemiskinan yang sebaiknya dibuat lebih banyak pada

    program produktif agar rakyat miskin dapat dientaskan

    dari kemiskinan secara permanen. (TKA)

    OECD/IOPS Global Forum on Private Pensions di Cape Town

  • 8/3/2019 TEK_1111 V4-1

    9/20

    Perkembangan APBN

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Nopember 2011 7

    Pertama, struktur APBN perlu dirubah secara mendasar

    dengan mengurangi subsidi BBM pada sasaran yang

    tepat. Ia lalu menjelaskan bahwa dari hasil paparan

    Kementerian ESDM (2011), 25% kelompok rumah tangga

    (RT) dengan penghasilan per bulan tertinggi menerima

    alokasi subsidi sebesar 77%. Sementara 25% kelompok

    RT dengan penghasilan per bulan terendah hanya

    menerima subsidi sebesar 15%. Soal subsidi, Bambang

    menjelaskan bahwa porsi belanja subsidi memang masih

    cukup besar. Namun, porsi subsidi ini sudah menurun dari

    33,4% pada 2005 menjadi 21,3% pada 2012. Hal ini

    sejalan dengan upaya mengalokasikan subsidi lebih tepat

    sasaran.

    Perubahan mendasar kedua adalah pembatasan jumlah

    pegawai yang terukur dengan kinerja. Hal ini dilakukan

    karena ruang gerak fiskal masih terbatas dimana belanja

    pusat lebih banyak digunakan untuk belanja rutin,terutama belanja pegawai. Pada RAPBN 2012, alokasi

    anggaran untuk belanja pegawai memiliki porsi paling

    besar yaitu 22,6%. Untuk itu, perbaikan mekanisme

    rekruitmen pegawai dan fungsi-fungsi pelayanan

    masyarakat harus ditingkatkan.

    Peningkatan belanja modal menjadi perubahan dasar

    lainnya yang perlu diperhatikan Pemerintah. Tidak hanya

    pada daerah-daerah yang selama ini tertinggal dalam

    pembangunan infrastruktur fisik, namun juga pada sektor-

    sektor yang selama ini menjadi tumpuan masyarakat,

    khususnya sektor pertanian dan industri pengolahan.Secara khusus anggaran harus menciptakan pusat-pusat

    pertumbuhan ekonomi baru pada daerah-daerah yang

    selama ini miskin maupun tertinggal. Soal belanja modal

    ini, Bambang memberi fakta bahwa belanja modal terus

    mengalami peningkatan, misalnya 9,1% pada 2005

    menjadi 17,6% pada 2012. Peningkatan ini bukti bahwa

    pemerintah terus mendukung percepatan pembangunan

    infrastruktur.

    Persoalan lama APBN adalah penyerapan anggaran

    Kementerian/Lembaga (K/L) yang selalu menumpuk di

    akhir tahun anggaran dan menjadi penyebab laininefisiensi. Dalam enam tahun terakhir, penyerapan

    anggaran rata-rata triwulan I sebesar 11,13%, triwulan II

    sebesar 21,40%, triwulan III sebesar 24,46% dan pada

    triwulan IV sebesar 43,01%. Secara keseluruhan, rata-

    rata penyerapan belanja K/L berkisar 87,7%, indikasi

    bahwa penyerapan belum optimal. Menurut Bambang,

    penyebab utama adalah mekanisme pengadaan, masalah

    internal K/L, mekanisme revisi, dan masalah lain (iklim,

    geografis dan faktor kehati-hatian serta keterbatasan

    kapasitas pihak ketiga di daerah). Sebagai konsekuensi,

    antara lain: pertama, kualitas output tidak terjaga karenawaktu pekerjaan, khususnya proyek fisik menjadi terlalu

    singkat. (Bersambung ke halaman 6 TKA)

    APBN menjadi panduan keberlangsungan negara selama

    periode satu tahun anggaran. APBN juga menjadi

    cerminan sebesar apa tanggung jawab negaramensejahterakan rakyat. Oleh karena itu, pengelolaan

    Keuangan Negara harus dilaksanakan secara profesional,

    terbuka dan bertanggung jawab demi sebesar-besarnya

    kesejahteraan rakyat yang diwujudkan secara kuantitatif

    dalam postur APBN. Pada bulan Oktober 2011 lalu, Badan

    Kebijakan Fiskal (BKF) dalam rangka memperingati Hari

    Keuangan menggelar seminar nasional mengambil tajuk

    Menuju APBN yang Mensejahterakan Rakyat.

    Pada seminar ini, Kepala BKF, Bambang P.S.

    Brodjonegoro menjelaskan arah kebijakan fiskal dalam

    upaya menjaga kesinambungan fiskal dan mencapaisasaran pembangunan jangka pendek dan jangka panjang

    bersandar pada 4 pilar, yaitupro-growth, pro-job, pro-poor,

    pro-environment. Dalam mengendalikan kesinambungan

    fiskal, sejumlah strategi telah disiapkan oleh Pemerintah,

    antara lain: (1) optimalisasi pendapatan negara dengan

    mempertimbangkan iklim dunia usaha, (2) meningkatkan

    efisiensi dan efektifitas belanja negara melalui peningkatan

    quality spending. Dalam hal ini, peningkatan belanja

    infrastruktur harus diikuti dengan peningkatan

    pertumbuhan ekonomi, penurunan pengangguran dan

    pengentasan kemiskinan. (3) mengendalikan defisit dalambatas aman, yaitu di bawah 3%, dan (4) mengurangi utang

    secara bertahap dan mencari sumber pembiayaan yang

    rendah risiko.

    Terkait peningkatan dan perluasan program pro rakyat,

    Pemerintah telah mengalokasikan sejumlah anggaran

    program yang termasuk dalam klaster Master Plan

    Ekonomi di antaranya untuk program Jamkesmas, PKH,

    BOS, Raskin, BLT, PNPM, dan KUR. Bambang juga

    menjelaskan adanya dukungan penguatan program pro

    rakyat (klaster 4) dalam kebijakan belanja pemerintah

    pusat tahun 2012. Sejumlah program yang termasukdalam klaster 4 ini, antara lain: program rumah sangat

    murah, kendaraan angkutan umum murah, air bersih untuk

    rakyat, listrik murah dan hemat, peningkatan taraf hidup

    nelayan, dan peningkatan kehidupan masyarakat pinggir.

    Sejumlah pembicara yang hadir dalam seminar ini

    memandang penting bagi Pemerintah untuk melakukan

    pengelolaan APBN secara lebih efisien dan efektif dengan

    mempertimbangkan berbagai persoalan pengelolaan yang

    terjadi selama ini. Menurut Ketua Badan Anggaran DPR

    RI, Melchias Markus Mekeng, dibutuhkan beberapa

    perubahan mendasar pada APBN untuk mencapai tujuan

    kesejahteraan rakyat.

    MENUJU APBN

    YANG MENSEJAHTERAKAN RAKYAT

  • 8/3/2019 TEK_1111 V4-1

    10/20

    Perkembangan Kebijakan dan Regulasi Ekonomi

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Nopember 2011 8

    tidak sebanding dengan 30% ekspor timah atau dengan

    30% - 40% ekspor batubara ke pasar dunia. Kondisi ini

    mengundang pertanyaan seberapa cukup memadai

    penerimaan negara dari sektor industri ekstraktif.

    Permasalahan di Industri Ekstraktif

    Rantai permasalahan pada industri ekstraktif bermulasejak disepakatinya kontrak eksplorasi, eksploitasi,

    produksi, hingga penerimaan negara. Penerimaan

    negara adalah kontribusi yang diberikan dari perusahaan

    migas dan tambang kepada pemerintah. Secara ideal

    berdasarkan pada pasal 33 UUD 1945, penerimaan

    negara dari perusahaan migas dan tambang digunakan

    sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, termasuk

    di dalamnya adalah mengatasi kerusakan lingkungan

    untuk pembangunan berkelanjutan bagi bangsa

    Indonesia.

    Di Indonesia, terdapat lebih dari 6000 ijin eksploitasi

    tambang mineral dan batubara. Bukan rahasia,

    pengelolaan tambang di Indonesia rentan diikuti

    kerusakan lingkungan. Jumlah ijin yang sangat besar

    mendorong kerusakan lingkungan yang semakin massif.

    Hal ini kontras dengan tingkat penerimaan negara yang

    tidak memadai seperti dijelaskan di atas. Di sisi lain,

    tingkat kemiskinan di daerah penghasil tambang masih

    cukup kentara. Menyebut contoh, di Kutai Kartanegara,

    kabupaten penghasil migas dan batubara yang cukup

    besar, masih terdapat lebih dari 10% penduduk miskin.

    Demikian pula misalnya di Bangka yang memiliki lebihdari 250 Ijin Usaha Pertambangan timah, masih tercatat

    tak kurang dari 10% penduduk di bawah garis

    kemiskinan.

    Nilai kapitalisasi industri batubara yang sangat besar,

    kontras dengan kondisi kemiskinan yang dialami

    masyarakat sekitar tambang, serta kondisi kemiskinan

    yang masih disandang Indonesia. Tak pelak kondisi ini

    mendorong munculnya kebutuhan akan transparansi

    tentang seberapa besar penerimaan negara yang

    seharusnya dapat diperoleh dari sektor industri

    ekstraktif. Upaya ini kemudian disuarakan dengan cukup

    lantang oleh kelompok masyarakat sipil yang dimotori

    oleh koalisi PWYP (Publish What You Pay) Indonesia.

    Gelombang Kebutuhan Transparansi Sektor Industri

    Ekstraktif

    Di dunia internasional, gelombang untuk menuntut

    transparansi di sektor industri ekstraktif dimulai pada

    Desember 1999. Saat itu Global Witness mempublikasi

    laporan berjudulA Crude Awakening, yang mengangkat

    tentang konflik yang terjadi di Angola dalam masa 40

    tahun perang sipil. Laporan itu menjelaskan bagaimanaperusahaan minyak dan bank multinasional menolak

    memberikan informasi keuangan terkait pendapatan

    minyak dari negara tersebut. Di sisi lain, mis-manajemen

    Penerimaan negara dari sektor industri ekstraktif migas

    dan tambang berfluktuasi pada persentase 21%-30%

    sejak tahun 2008 dan cenderung menurun. Item

    penerimaan industri ekstraktif yang dimaksud ini meliputipajak penghasilan migas dan penerimaan negara bukan

    pajak (PNBP) dari migas dan tambang (lihat tabel 1).

    Kontribusi industri tambang pada PNBP sendiri hanya

    berkisar pada 1%-1,3%.

    Pada tabel yang sama, pajak penerimaan non-migas

    berkontribusi antara 25%-31,6%, di mana di dalamnya

    termasuk pajak dari industri tambang mineral dan

    batubara. Item pajak penghasilan tambang ini tergabung

    dalam pajak penerimaan non-migas, sehingga

    kontribusinya terhadap penerimaan negara kurang dapat

    tergambar dengan jelas.

    INISIATIF TRANSPARANSI PENERIMAAN

    NEGARA DI SEKTOR INDUSTRI EKSTRAKTIF

    Tabel 1. Penerimaan Negara dari Industri Ekstraktif

    Sumber: dimodifikasi dan diolah dari Budget Statistics 2006-2012, Ministry ofFinance.

    Potensi industri ekstraktif di Indonesia tersebar dalam

    komoditas yang sangat bervariasi, mulai dari minyak, gas,

    batubara, dan mineral seperti timah, nikel, emas, tembaga,

    perak, pasir besi, mangan, dll. Sebagai contoh, untuk

    mineral timah Indonesia adalah produsen terbesar di

    dunia, setelah Cina, menyumbang sekitar 30% - 40% dari

    produksi dunia. Tahun 2010, Indonesia memproduksi

    92.500 ton timah, dengan angka ekspor dari Provinsi

    Bangka Belitung mencapai 27% dari suplai dunia.

    Untuk batubara, Indonesia adalah eksportir batubara

    termal terbesar di dunia, mengekspor 50% lebih dari

    Australia dan dua kali lipat Rusia, eksportir batubara

    termal kedua dan ketiga terbesar di dunia, secara

    berurutan. Tiga puluh persen dari 40 orang pria dan wanita

    terkaya di Indonesia telah menghasilkan sebagian besar

    uang mereka dari sektor batubara. Delapan belas persen

    dari kapitalisasi pasar saham nasional adalah berasal dari

    perusahaan batubara.

    Membandingkan kontribusi ekspor mineral dan batubara

    Indonesia di pasar dunia dengan penerimaan dari sektortambang, agaknya angka ini tidak cukup memadai. Satu

    hingga 1,3 persen kontribusi PNBP sektor pertambangan

  • 8/3/2019 TEK_1111 V4-1

    11/20

    Perkembangan Kebijakan dan Regulasi Ekonomi

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Nopember 2011 9

    menjalani proses validasi. Lolos validasi, negara tersebut

    berubah status menjadi negara patuh (compliant).

    Dengan berlanjutnya program EITI, validasi dilakukan

    setiap dua tahun.

    Negara-negara pendukung EITI

    Hingga saat ini terdapat 35 negara yang telah tergabungdalam EITI, 23 berstatus negara kandidat dan 12 negara

    telah berstatus negara patuh (compliant) di antaranya

    Norwegia.

    Di negara maju Amerika Serikat, Presiden Barack

    Obama sendiri telah menyatakan dukungannya untuk

    EITI. Pada Juli 2010 di Amerika Serikat telah disahkan

    undang-undang baru mengenai ini, yaitu Security

    Exchange Commission and Consumer Protection Act

    atau dikenalsebagai legislasi Dodd-Frank. Ketentuan ini

    mengatur bahwa perusahaan industri ekstraktif yang

    berada di bawah yurisdiksi SEC untuk mengungkapkansemua pembayaran yang mereka buat di setiap negara

    dari operasi mereka.

    Baru-baru ini (Oktober 2011) Komisi Eropa, Australia,

    dan pemimpin negara-negara persemakmuran telah

    menyatakan keinginannya untuk memperkuat dan

    mendorong EITI. Bahkan Australia akan segera memulai

    untuk mengimplementasi EITI.

    Dalam deklarasi G20 Summit di Cannes, Prancis yang

    baru saja berlangsung menyatakan dukungan kuat untuk

    penerapan EITI. Pemimpin G20 menyatakan bahwakorupsi adalah rintangan utama dari pertumbuhan

    ekonomi dan pembangunan, dan bahwa dengan

    membuka informasi pembayaran dan penerimaan

    tersebut adalah salah satu cara untuk memberdayakan

    masyarakat dan akan memberikan kontribusi pada

    mengurangi kemiskinan.

    Inisiatif Transparansi Industri Ekstraktif di Indonesia

    Inisiatif transparansi penerimaan dari industri ekstraktif di

    Indonesia telah dimulai sejak tahun 2007. Pada saat itu,

    Menteri Keuangan Sri Mulyani telah menyampaikan

    dukungan untuk melaksanaan inisiatif ini kepada

    perwakilan dari Transparency International Indonesia,

    Todung Mulya Lubis. Di tahun berikutnya Rapat

    Koordinasi pertama kali membahas inisiatif ini, dipimpin

    oleh Menko Bidang Perekonomian Boediono. Rakor

    menghasilkan kesepakatan akan dibentuk Tim Pengarah

    atas persetujuan Presiden. Hingga awal tahun 2010

    proses konsultasi antar-departemen dilakukan dengan

    sangat intensif, di mana Tim Koordinasi melakukan revisi

    dan perbaikan Rancangan Peraturan Presiden. Pada

    akhirnya, pada bulan April 2010, Presiden Republik

    Indonesia menandatangani Peraturan Presiden No 26Tahun 2010 tentang Transparansi Pendapatan Negara

    dan Pendapatan Daerah yang diperoleh dari Industri

    Ekstraktif.

    dan penggelapan penerimaan dari minyak dilakukan oleh

    elit di negara tersebut. Human Right Watch juga

    mempublikasikan laporan mengenai CSR dan

    pelanggaran HAM di Nigeria berjudul The Price of Oil.

    Kemudian, atas tekanan dari masyarakat sipil dunia,

    Presiden Bank Dunia Wolfensohn menyetujui untuk

    meninjau kembali praktek-praktek Bank Dunia terhadapindustri ekstraktif.

    Tak adanya transparansi sektor industri ekstraktif terutama

    yang menimpa negara miskin pemilik sumber daya alam,

    mendorong beberapa lembaga internasional pada bulan

    Juni 2002 membentuk kampanye bersama yang

    dinamakan Publish What You Pay(PWYP). Kampanye ini

    mengajak semua perusahaan di industri ekstraktif untuk

    membuka pembayaran mereka kepada pemerintah di

    mana mereka beroperasi.

    Desakan ini pada akhirnya mendorong Perdana Menteri

    Inggris Tony Blair mengumumkan dibentuknya prakarsa

    transparansi sektor industri ekstraktif (Extractive Industry

    Transparency Initiative - EITI) pada September 2002 pada

    World Summit for Sustainable Development di

    Johannesburg. Berurutan dari itu, pada bulan Juni 2003,

    G-8 menerbitkan Fighting Corruption and Improving

    Transparency, suatu deklarasi yang memprioritaskan

    transparansi pada industri ekstraktif.

    EITI Standar Global Inisiatif Transparansi Industri

    Ekstraktif

    EITI, Extractive Industry Transparency Initiative atauInisiatif Transparansi Industri Ekstraktif adalah sebuah

    standar global bagi transparansi di sektor ekstraktif.

    Standar ini berpusat pada rekonsiliasi antara pembayaran

    yang dilakukan oleh perusahaan industri ekstraktif dengan

    pendapatan yang diterima oleh Pemerintah. Pelaksanaan

    EITI dilakukan oleh kelompok multi-pihak (Multi

    Stakeholder Group - MSG). Proses rekonsiliasidilakukan

    oleh rekonsiliator independen dan diawasi oleh MSG.

    Hasil rekonsiliasi ini kemudian menjadi laporan yang wajib

    untuk dipublikasi.

    EITI bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan

    kesenjangan antara pembayaran dan penerimaan di

    sektor ekstraktif. Laporan EITI dapat digunakan untuk

    menginvestigasi dan mengatasi masalah pada aliran

    penerimaan negara. Mekanisme pelaksanaan EITI diatur

    dalam Aturan EITI (terbaru ditetapkan pada April 2011).

    Setiap program EITI harus mengikuti Prinsip-Prinsip dan

    Kriteria EITI, dan harus memenuhi 21 langkah

    persyaratan. Namun demikian, penerapan EITI ini bersifat

    fleksibel di setiap negara.

    Dalam kesertaan EITI, untuk menjadi negara kandidat

    (candidate country), pertama kali Pemerintah harus

    memberikan komitmen dan memenuhi empat langkah

    awal. Begitu sebuah negara menjadi kandidat dan

    menerapkan EITI secara penuh, negara kandidat akan

  • 8/3/2019 TEK_1111 V4-1

    12/20

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Nopember 2011 10

    Perkembangan Kebijakan dan Regulasi Ekonomi

    Secara ringkas, untuk dapat mencapai standar EITI

    dilalui dengan mekanisme seperti pada gambar berikut,

    yakni: 1) perusahaan melaporkan pembayaran yang

    telah dibayarkan ke pemerintah; 2) pemerintah

    mempersiapkan laporan penerimaan negara dari bagi

    hasil pajak perusahaan ekstraktif; 3) kedua laporan

    tersebut direkonsiliasi oleh rekonsiliator independen, dan

    proses pelaporan dan rekonsiliasi diawasi oleh

    pemerintah, industri dan masyarakat sipil.

    Dengan mekanisme yang transparan tersebut

    diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan antara

    pemerintah pusat, pemerintah daerah, industri, dan

    masyarakat serta memperbaiki tata kelola pemerintahan

    khususnya di bidang industri ekstraktif. Hal ini

    didasarkan pada temuan dari 2 studi, yakni: 1) Studi

    tahunan PWC ditemukan bahwa iklim peraturan di

    Indonesia merupakan satu dari lima besar kritikperusahaan migas yang terus berulang yang

    menyebabkan swasta tidak memahami sistem

    pendapatan minyak dan gas. 2) Studi Prof. Emil Salim

    ditemukan fenomena dimana negara-negara yang kaya

    akan sumber daya alam pada umumnya lebih lemah

    dalam hal akuntabilitas, tata kelola pemerintahan, dan

    dalam hal peraturan. Pengelolaan pemerintah untuk

    bidang industri ekstraktif yang lebih baik dapat menjadi

    stimulan bagi investor untuk meningkatkan investasi di

    sektor migas dan pertambangan. Seiring dengan

    bertambah besarnya investasi di industri ekstraktif

    diharapkan dapat meningkatkan eksplorasi dan produksi

    nasional, yang pada akhirnya akan menambah

    pendapatan pemerintah.

    Namun demikian, masih banyak hal yang menjadi

    tantangan dan pekerjaan rumah bagi tim transparansi

    EITI. Hal ini terungkap pada sesi tanya jawab, antara

    lain: 1) bagaimana selanjutnya mengembangkan sektor

    lain (non-SDA) setelah transparansi sudah tercapai; 2)

    bagaimana mendapatkan nama/pemilik perusahaan

    ekstraktif yang illegal, karena cukup besar potensi

    (terutama perusahaan batubara) yang belum diketahuipemiliknya;

    EITI Indonesia: Tantangan dan Manfaat

    Penerapannya Bagi Keuangan Negara

    Rabu 16 November 2011, bertempat di Ruang Serayu

    Gedung A.A Maramis, berlangsung acara Economist Talk

    dengan topik pembahasan tentang Tantangan dan

    Manfaat Penerapan EITI Bagi Keuangan Negara.

    Chandra Kirana dari Revenue Watch Institute yang

    sekaligus merupakan anggota tim formatur EITI

    Indonesia, hadir sebagai narasumber dalam acara ini.EITI (Extractive Industries Transparency Initiative)

    merupakan standar yang dikembangkan secara global

    untuk mendorong upaya transparansi pendapatan negara

    dari minyak, gas, dan pertambangan. Indonesia menjadi

    negara kandidat EITI sejak Oktober 2010. Agar menjadi

    negara pelaksana EITI, Indonesia harus menjalankan 21

    langkah penyusunan laporan pendapatan minyak, gas,

    dan tambang oleh pemerintah dan perusahaan di sektor

    tersebut. Untuk itu Indonesia diberi waktu 2,5 tahun

    hingga April 2013. Berhubung penyusunan laporan

    tersebut menyangkut berbagai pihak maka diterbitkanPeraturan Presiden No.26/2010 tentang Transparansi

    Pendapatan Negara dan Pendapatan Daerah dari Industri

    Ekstraktif.

    Amanat Perpes No 26 Tahun 2010, menyebutkan bahwa

    Tim Transparansi Indonesia tersusun atas Tim Pengarah

    dan Tim Pelaksana. Tim Pengarah diketuai oleh Menko

    Bidang Perekonomian dengan anggota terdiri dari

    Menteri ESDM, Menteri Keuangan, Menteri Dalam

    Negeri, Kepala BPKP, dan Prof. Dr. Emil Salim sebagai

    wakil masyarakat sipil. Tim Pengarah berkewajiban

    menyampaikan laporan kepada Presiden minimal satu

    kali dalam satu tahun.

    Untuk memenuhi persyaratan 21 langkah EITI, maka

    selanjutnya pelaksanaan EITI Indonesia berfokus pada

    proses mempersiapkan pelaporan pertama, Hingga Juli

    2011 telah dilakukan kegiatan-kegiatan untuk menyusun

    ruang lingkup dan template (format) pelaporan pertama

    EITI Indonesia.Terdapat 62 perusahaan yang terdiri 103

    unit produksi migas dan tambang, serta 81 mitra

    perusahaan migas yang wajib mengisi templatepelaporan.

    Terdapat 62 perusahaan yang terdiri 103 unit produksi

    migas dan tambang, serta 81 mitra perusahaan migas

    yang wajib mengisi template pelaporan. Instansi

    Pemerintah yang akan melapor, yaitu BPMIGAS, Ditjen

    Migas, Ditjen Anggaran, Ditjen Minerba, dan Ditjen

    Pajak. Pelaksanaan kegiatan EITI Indonesia saat ini

    dikoordinasikan di bawah kantor Deputi ESDM dan

    Kehutanan, Kementerian Koordinator Perekonomian.

    (ADC)

  • 8/3/2019 TEK_1111 V4-1

    13/20

    Perkembangan Kebijakan dan Regulasi Ekonomi

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Nopember 2011 11

    EITI telah menjadi komitmen nasional Pemerintah

    Indonesia berdasarkan Perpres No. 26 Tahun 2010. Dan

    sejak dinyatakan sebagai negara kandidat, Indonesia

    berusaha untuk mencapai status compliantdengan target

    April 2013. Untuk itu Indonesia harus memenuhi 21

    langkah persyaratan. Menurut Husen, bukanlah hal yang

    mudah untuk memenuhi keseluruhan persyaratan hingga

    target waktu yang ditetapkan. Hingga saat ini Indonesia

    telah melalui 10 langkah pertama. Menurutnya Indonesia

    memiliki kesulitan yang berbeda jika dibandingkan

    dengan Norwegia yang telah menjadi negara compliant

    EITI. Perusahaan tambang di Indonesia yang banyak

    dan tersebar membuat pelaksanaan EITI ini menjadi

    lebih kompleks.

    Bagi PT. Pertamina, tantangan yang saat ini dihadapi

    terkait pelaksanaan EITI adalah sosialisasi dan

    komunikasi internal tentang EITI kepada unit-unit

    perusahaan PT. Pertamina yang tersebar di seluruh

    Indonesia. Namun demikian, Husen menyatakan bahwa

    PT. Pertamina telah berkomitmen dalam mendukung

    pelaksanaan EITI. Transparansi akan dibentuk melalui

    sejumlah mekanisme yang disinergikan dengan

    mekanisme yang telah ditetapkan oleh Sekretariat EITI,

    yaitu melalui BP MIGAS. Mekanisme internal yang

    dilakukan adalah dengan meminta dan melakukan

    endorsement pada anak perusahaan untuk mendukung

    kegiatan transparansi ini, dengan mengisi template

    pelaporan yang dibagikan oleh Sekretariat EITI melalui

    BP MIGAS. Selanjutnya template pelaporan tersebut

    dikembalikan ke Sekretariat EITI untuk dicocokkan

    dengan laporan dari Kementerian Keuangan. Komitmen

    dan peran PT. Pertamina sebagai perusahaan leader

    dalam mendukung pelaksanaan EITI di Indonesia akan

    memberikan dampak signifikan pada perusahaan-

    perusahaan migas dan perusahaan industri ekstraktif

    lainnya.

    Terkait kemungkinan terjadi perbedaan laporan yang

    signifikan antara Perusahaan dan Pemerintah, Husen

    menjelaskan PT. Pertamina tidak akan melakukan

    perubahan atau perbaikan atas data yang telah

    dikirimkan. Esensi dari transparansi ini adalah apa yang

    dilaporkan adalah angka pendapatan yang diserahkan

    pada Pemerintah. Tugas PT. Pertamina hanya

    melaporkan angka-angka yang dimintakan dalam

    template pelaporan. Dan merupakan tugas rekonsiliator

    untuk mencari tahu sebab perbedaan tersebut.

    Rekonsiliator akan memeriksa dan menelusuri kembali

    dari data Perusahaan dan juga data yang dilaporkan

    Pemerintah.

    Keberhasilan tujuan EITI ini dapat terwujud karenamekanisme yang dibentuk dalam pelaksanaannya

    melibatkan beberapa pemangku kepentingan (multi-

    Pada tanggal 22 Oktober 2010, Menteri Koordinator

    Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa mengumumkan

    bahwa Indonesia telah diterima secara resmi sebagai

    kandidat Extractive Industries Transparency Initiative

    (EITI). EITI adalah standar transparansi global tentang

    pendapatan negara dari sektor minyak, gas danpertambangan.

    Dengan pernyataan tersebut, maka pemerintah harus

    mempublikasikan penerimaan dari perusahaan-

    perusahaan terbesar di sektor minyak, gas dan

    pertambangan. Sebaliknya, perusahaan-perusahaan

    tersebut melaporkan jumlah pendapatan negara dari

    pajak dan bukan pajak yang disampaikan kepada

    Pemerintah. Termasuk PT. Pertamina yang merupakan

    perusahaan nasional yang bergerak di sektor minyak, gas

    dan pertambangan.

    Dari hasil wawancara dengan Direktur Operasional PT.

    Pertamina, Muhamad Husen, inisiatif EITI ini akan

    membentuk transparansi yang menumbuhkan

    kepercayaan publik terhadap satu perusahaan. Ia

    mencontohkan salah satu perusahaan besar dan go

    public bernama Enron yang ternyata runtuh setelah

    diketahui ada ketidaktransparanan pada laporan

    keuangan. Yang terjadi selanjutnya adalah seluruh

    stakeholder menarik investasi hingga mengakibatkan

    kepailitan. Dengan demikian, transparansi menjadi salah

    satu komponen penting dalam mengurangi risiko

    investasi. Ia juga menyatakan bahwa transparansi ini

    penting untuk meningkatkan peringkat perusahaan,

    termasuk PT. Pertamina yang sedang menuju go public.

    LIPUTAN WAWANCARA: KOMITMEN

    PT. PERTAMINA DALAM MENDUKUNG EITI

    3) bagaimana menjembatani pemerintah agar bersedia

    memberikan laporan penerimaan pendapatan bukan

    pajak sektor SDA dengan persetujuan dari pembayar

    pajak; 4) bentuk insentif apa yang disediakan EITI untuk

    karyawan perusahaan di industri ekstraktif bila kemudian

    ada opini bahwa EITI dapat menurunkan profit

    perusahaan sehingga dapat menurunkan penghasilan

    karyawan.

    Perkembangan EITI hingga triwulan kedua tahun 2011

    ini, Tim Formatur Kesekretariatan (TFK) EITI yang

    diketuai Erry Riyana Hardjapamekas telah menyelesaikan

    pembahasan template pelaporan dan mengadakan

    workshop pengisian template pelaporan. Selanjutnya

    laporan pertama EITI akan mencakup perusahaan-

    perusahaan migas yang menyetor bagian migas

    pemerintah lebih dari USD 10 juta dan perusahaan

    perusahaan mineral yang menyetor royalti lebih dari USD

    1 juta di tahun 2009. (APN)

  • 8/3/2019 TEK_1111 V4-1

    14/20

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Nopember 2011 12

    Perkembangan Kebijakan dan Regulasi Ekonomi

    Terdapat 5 hal pokok yang menjadi kekhawatiran global,

    yaitu: i) potensi menjalarnya krisis Eropa dan AS; ii)

    proses penanganan krisis yang menimbulkan sentimen-

    sentimen negatif seperti pergerakan arus modal; iii)

    permasalahan bencana dan cuaca yang mempengaruhi

    jumlah pasokan komoditas dunia; iv) tingginya potensikrisis akibat gejolak politik di Timur Tengah; dan v)

    peningkatan harga komoditas meskipun perekonomian

    dunia melambat.

    Saat ini ekonomi Indonesia belum merasakan dampak

    yang signifikan dari krisis, sebaliknya justru menunjukkan

    performa yang lebih baik dari perkiraan. Nilai tukar

    Rupiah melemah akibat capital outflow, tetapi masih ada

    gap positif antara ekspor dan impor akibat peningkatan

    harga komoditas dunia. Neraca pembayaran Indonesia

    masih aman meskipun terjadi penurunan cadangan

    devisa USD 10 miliar.

    Dari sisi penanaman modal, belum terlihat dampak krisis.

    Dominasi asing di pasar modal mulai berkurang tampak

    dari nilai PMA yang turun. Sebaliknya investor domestik

    semakin percaya diri yang tampak dari nilai PMDN yang

    meningkat tinggi. Dari sektor riil, kinerja industri

    menunjukkan adanya indikasi bahwa industri telah

    menemukan momentum pertumbuhannya. Pertumbuhan

    industri non migas lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi

    nasional.

    Di sektor pertanian, mengacu pada data tahun 2011,harga beras dan kebutuhan pangan lain cenderung stabil.

    Namun yang perlu diperhatikan adalah margin antara

    harga produsen dan konsumen yang cukup tinggi. Di

    sektor perdagangan sejauh ini masih menunjukkan

    kinerja positif, walaupun masih terkendala perbedaan

    kebijakan tarif. Negara-negara berkembang secara

    berangsur telah menghapuskan tariff, sebaliknya negara-

    negara maju seperti AS dan Eropa justru menciptakan

    hambatan bagi negara-negara berkembang.

    Pada sektor migas, target lifting minyak tahun ini

    menghadapi kendala karena produktivitas sumur tua

    yang rendah tetapi mengeluarkan biaya yang mahal.

    Cara yang digunakan untuk meningkatkan liftingminyak

    adalah intensifikasi dan ekstensifikasi. Untuk

    pendistribusian energi, dibangun FSRU (terminal gas)

    untuk menyalurkan gas ke daerah-daerah pengguna gas.

    Untuk tahun 2012, pertumbuhan ekonomi dalam asumsi

    makro APBN 2012 sebesar 6,7%. Sedangkan Bank

    Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun

    2012 antara 6,3-6,7%. Pendapatan dan defisit negara

    pada APBN tahun 2012 dianggarkan masing-masing Rp1,300 triliun dan Rp 124 triliun (1,53% PDB). Selain

    proyeksi dari pihak pemerintah, optimisme atas

    perekonomian Indonesia datang dari pelaku ekonomi

    MEMBANGUN SINERGI MENGHADAPI

    TANTANGAN GEJOLAK EKONOMI GLOBAL

    Gejolak perekonomian global yang intensitasnya

    meningkat akhir-akhir ini perlu diantisipasi dengan

    memperkuat koordinasi dan sinergi pembangunan

    nasional. Atas pertimbangan tersebut pada tanggal 17

    November 2011, Kementerian Koordinator Bidang

    Perekonomian bekerjasama dengan Bank Indonesia

    menyelenggarakan Indonesia Economic Observation

    2011-2012. Para pejabat yang bertugas dalam bidang

    analisa kebijakan dari Kementerian Keuangan,

    Bappenas, Kementerian Pertanian, Kementerian

    Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian

    ESDM berpartisipasi dalam acara tersebut sebagai

    pembicara. Sedangkan pembahas merupakan kalangan

    profesional seperti Dr. Lana Soelistianingsih, Dr. Iman

    Sugema dan Dr. Ninasapti Triaswati. Selain pemaparan

    mengenai proyeksi perekonomian global dan nasional,

    juga disampaikan strategi pembangunan sektor masing-

    masing untuk tahun 2012.

    Krisis di Eropa dan AS berdampak pada perlambatanekonomi global. Berbagai negara termasuk negara

    tetangga seperti Filipina dan Malaysia merevisi tingkat

    pertumbuhan ekonomi menjadi lebih rendah.

    17

    stakeholder) yang memiliki kesetaraan dalam

    wewenang, diantaranya Pemerintah, Perusahaan

    industri ekstraktif dan Lembaga Swadaya Masyarakat

    (LSM). LSM sebagai pihak netral akan mengawasi

    proses pelaporan Perusahaan dan Pemerintah. Dalam

    mekanisme multi-stakeholder ini, Pemerintah Daerah

    dan sejumlah instansi lain turut dilibatkan. Saat ini

    perwakilan dari Pemerintah Daerah yang telah

    tergabung bersama tim pelaksana diantaranya Sekda

    Jawa Timur, Sekda Kalimantan Timur dan Sekda Riau.

    Sedangkan instansi terkait lainnya diwakili oleh Direktur

    Jenderal ESDM dan Indonesia Petroleum Association

    (IPA) dari sisi industri. Dan sebagai perusahaan

    nasional, PT. Pertamina mengambil peran penting dalam

    proses pelaksanaan transparansi bersama multi-

    stakeholder lainnya, berkoordinasi dan saling

    mendukung kelancaran pelaksanaan inisiatif ini. Selainitu, diperlukan komitmen berkelanjutan dari Pemerintah

    dalam hal ini Kementerian Koordinator Bidang

    Perekonomian sebagai pemegang mandat Perpres No.

    26 Tahun 2010 tentang pelaksanaan kegiatan

    transparansi pendapatan yang diperoleh dari industri

    ekstraktif dan tentunya juga komitmen politis Pemerintah

    Pusat untuk terus mendukung pelaksanaan EITI. (TKA)

  • 8/3/2019 TEK_1111 V4-1

    15/20

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Nopember 2011 13

    Perkembangan Kebijakan dan Regulasi Ekonomi

    dalam dan luar negeri. Berikut proyeksi pertumbuhan

    ekonomi Indonesia tahun 2012 dari berbagai sumber.

    Tabel 2. Perkiraan Perekonomian Indonesia 2012

    Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi 2012

    Asumsi Makro APBN 6.7

    RPJM 2010-2014 6.4 - 6.9

    Bank Indonesia 6.3 - 6.7

    Oxford Economic Forecast 6.4

    BPS 6.7

    Sebagai upaya mengantisipasi menjalarnya dampak

    krisis global, pemerintah telah mempersiapkan strategi

    yang relevan. Bappenas menekankan perlunya

    meningkatkan ekspor, menjaga daya beli masyarakat

    melalui subsidi, serta memaksimalkan belanja fiskal.Kemenkeu menambahkan, strategi dalam menghadapi

    krisis dengan meningkatkan belanja modal dan belanja

    sosial (subsidi) untuk menjaga daya beli karena ekonomi

    ditopang oleh konsumsi. Sementara itu, Pemerintah

    sudah mempersiapkan cadangan fiskal di dalam APBN

    untuk antisipasi jika kondisi Eropa semakin memburuk.

    Dari sisi moneter, BI akan memperkuat Protokol

    Manajemen Krisis.

    Kementerian Perdagangan mencanangkan 4 pilar arah

    kebijakan perdagangan, yakni: i) penguatan pasar dalam

    negeri dengan menjadikan pasar domestik sebagaiguaranteed marketbagi produk dalam negeri; ii) menjaga

    pertumbuhan ekspor melalui strategi diversifikasi pasar

    eskpor, optimalisasi peran perwakilan perdagangan di

    luar dan kemampuan komunikasi aparat; iii) stabilisasi

    pasokan dan harga barang pokok; dan iv) penguatan

    organisasi. Kebijakan tersebut sebagai tindak lanjuti tren

    ekspor yang terjadi. Saat ini, ekspor ke negara emerging

    markets dan 10 negara di luar C5 tumbuh lebih cepat

    dibandingkan ekspor ke negara C5 (China, AS, Jepang,

    Singapura, dan Malaysia).

    Kementerian ESDM mentargetkan adanya penurunan

    beban subsidi BBM di tahun 2012. Subsidi BBM masih

    didominasi oleh pengguna kendaraan pribadi di pulau

    Jawa dan Bali. Subsidi BBM akan dikurangi melalui

    program pembatasan volume BBM. Selain itu kenaikan

    TDL yang direncanakan per 1 April 2012 juga akan

    mengurangi beban subsidi energi.

    Kementerian Perindustrian merencanakan mendorong

    penyebaran industri ke daerah melalui pemberian insentif.

    Hal ini dikarenakan saat ini PMA didominasi oleh industri

    mineral dan non logam, sedangkan PMDN didominasioleh industri makanan. Pertumbuhan impor bahan baku

    dan barang modal tinggi dan ini berkorelasi positif dengan

    pertumbuhan ekonomi.

    Sedangkan Kemenakertrans mencanangkan berbagai

    program untuk mendukung kesiapan tenaga kerja

    menghadapi tantangan gejolak perekonomian. Strategi

    sektor tenaga kerja tahun 2012 mencakup program

    peningkatan kompetensi dan produktivitas tenaga kerja;

    program penempatan dan perluasan kesempatan kerja;dan program pengembangan hubungan industrial dan

    peningkatan jaminan sosial tenaga kerja.

    Ekonom dari Universitas Indonesia, Dr. Ninasapti

    Triaswati menambahkan Indonesia dapat mengadopsi

    sistem insentif di Inggris yang dikenal sebagai

    unemployment benefit untuk memperbaiki database

    pengangguran. Hal ini menurutnya karena gejolak

    ekonomi global saat ini sebenarnya sangat berdampak

    besar bagi tenaga kerja yang bekerja di sektor hilir.

    Namun demikian dampak ini tidak terlihat jelas akibat

    adanya kendala dalam ketersediaan data penganggurandi Indonesia.

    Permasalahan lain dalam sektor ketenagakerjaan yang

    memerlukan tindak lanjut antara lain angka

    pengangguran yang persisten baik secara absolut

    maupun relatif, permasalahan underemploymentdimana

    sekitar 15% pekerja di Indonesia tidak mendapat upah

    dan tingginya pengangguran di rentang usia muda.

    Selain itu, Indonesia dapat mencontoh implementasi

    labor market flexibility (outsourcing) di Eropa, tenaga

    kerja memperoleh transfer ilmu dan pengetahuan dari

    perusahaan untuk membangun usaha.

    Gejolak ekonomi global merupakan tantangan atas

    kekuatan perekonomian nasional. Melalui sinergi dengan

    berbagai pihak, pemerintah Indonesia berharap dapat

    menjawab tantangan ekonomi global untuk

    meningkatkan kesejahteraan rakyat. (AFA/RN/APN)

    Seminar Indonesia Economic Observation 2011-2012,

    Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

  • 8/3/2019 TEK_1111 V4-1

    16/20

    Perkembangan Sektor Keuangan

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Nopember 2011 14

    kesehatan yang tinggi maka produk asuransi yang paling

    dibutuhkan adalah asuransi sektor pertanian dan asuransi

    kesehatan. Namun produk asuransi yang paling

    dibutuhkan tersebut justru yang paling jarang tersedia.

    Peter Wrede (ILO) menyampaikan ironi dalam produk

    asuransi mikro sebagai berikut.

    Asuransi jiwa

    Asuransi pemakaman

    Asuransi jiwa berjangka

    Asuransi kecelakaan

    Asuransi pendidikan

    Asuransi untuk aset

    Asuransi sektor pertanian

    Asuransi kesehatan

    Berdasarkan diagram di atas tampak bahwa, produk

    asuransi yang paling dibutuhkan seperti asuransipertanian dan asuransi kesehatan memiliki tingkat

    kesulitan tinggi dan tingkat keberhasilan yang rendah.

    Meskipun demikian, keberhasilan produk asuransi mikro

    sektor pertanian dan kesehatan tidaklah mustahil.

    Berbagai negara telah sukses menerapkan produk

    asuransi mikro dengan berbagai model seperti:

    Model berbasis masyarakat yaitu dimiliki dan dikelola

    oleh masyarakat. Contoh: UPLIFT, India

    Model penjaminan, Lembaga Keuangan Finansial

    (LKM) atau LSM menjadi penjamin dan pemilik klinikkesehatan. Contoh: Grameen, Bangladesh

    Model Mitra-Agen, LKM atau LSM menjual dan

    melayani asuransi mikro. Contoh: AIG-FINCA, Uganda

    Model penjaminan penuh, LKM atau LSM menjadi

    penjamin. Contoh: Delta Life, Bangladesh

    Model PPP. Contoh: Pemerintah Pakistan- perusahaan

    asuransi komersial-LKM; Lembaga donor-perusahaan

    asuransi komersial.

    Dari berbagai pengalaman di atas, Moslehuddin Ahmed

    (CEO Mincroinsurance Research Centre, UK)

    menyampaikan beberapa pelajaran dalam menjalankan

    asuransi mikro. Pertama, perhatian atas besarnya potensi

    pasar dan jumlah penduduk miskin yang belum

    memperoleh akses finansial namun bersedia membayar

    untuk mendapatkan akses atas produk dan jasa yang

    tepat. Kedua, pengelola asuransi mikro merupakan

    lembaga yang berpengalaman dan terpercaya. Ketiga,

    pemasaran produk asuransi mikro harus mampu

    menyediakan informasi yang lengkap dan bersifat

    mendidik. Keempat, asuransi mikro dirancang dengan

    perspektif jangka panjang dan disesuaikan dengan

    kebutuhan lokal. Dengan demikian, produk asuransi mikrodiharapkan dapat membantu peningkatan kesejahteraan

    masyarakat. (RA)

    The World Bank Jakarta bekerjasama dengan Dewan

    Asuransi Indonesia menyelenggarakan seminar dua hari

    dengan tema First Microinsurance Marketplace in

    Indonesia pada tanggal 26-27 Oktober 2011 di GrandHyatt Hotel Jakarta. Pada hari pertama, para pembicara

    menyampaikan pengertian dan karakteristik

    microinsurance atau asuransi mikro, permasalahan dan

    tantangan, serta pelajaran dari pengalaman internasional

    untuk penerapan asuransi mikro di Indonesia.

    Sedangkan pada hari kedua, para pembicara

    menyampaikan pelajaran dari pengalaman pelaksanaan

    asuransi mikro berbagai lembaga lokal dan internasional.

    Asuransi mikro merupakan asuransi bagi masyarakat

    berpendapatan menengah ke bawah yang bersifat

    komersial untuk menjamin keberlangsungannya. Berikutperbandingan antara asuransi mikro dan asuransi

    konvensional lainnya.

    Asuransi Konvensional

    Polis dokumen yang komplek dengan standar pengecualianPenjualan kepada individuPembayaran premi teratur seperti transaksi perbankanPeriode minimum sekitar 12 bulanPersyaratan mencakup dokumen kesehatanAsuransi skala kecil dan besarTingkat harga berdasarkan usia/risiko spesifikAgen dan broker bertanggungjawab atas penjualan

    Pasar telah terbiasa dan memahami produk asuransiAsuransi Mikro

    Polis dokumen mudah dipahami dengan pengecualianminimumPenjualan kepada kelompokPembayaran premi tidak teratur dan dibayar tunaiPeriode minimum sekitar 4 bulanPersyaratan cukup dengan surat pernyataan dalam keadaansehatAsuransi skala kecilTingkat harga disesuaikan dengan tingkat kemampuanPenjualan mengutamakan jalinan hubungan denganpelangganPasar belum terbiasa dan memahami produk asuransi

    Berdasarkan karakteristik asuransi mikro di atas,

    beberapa syarat utama produk asuransi mikro

    diantaranya:

    Terjangkau

    Sederhana dan mudah dipahami

    Meminimalkan atau menghapuskan pengecualian

    Inklusif

    Tidak ada syarat tambahan

    Pembayaran premi yang fleksibel

    Klaim yang mudah dan cepat

    Produk dirancang berdasarkan penelitian pasar

    Mengingat sebagian besar masyarakat menengah ke

    bawah di Indonesia bekerja di sektor pertanian yang

    meng menghadapi risiko anomali iklim dan risiko

    LIPUTAN: FIRST MICROINSURANCE

    MARKETPLACE IN INDONESIA

    Permintaan

    TingkatKesulitan

    TingkatKeberhasilan

  • 8/3/2019 TEK_1111 V4-1

    17/20

    Perkembangan Penyaluran KUR

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Nopember 2011 15

    REALISASI PENYALURAN KUR PER 31

    OKTOBER 2011

    Kinerja penyaluran KUR tahun 2011 tergolong

    memuaskan. Realisasi penyaluran KUR selama tahun

    2011 sekitar Rp 24,4 triliun. Sehingga,realisasi

    penyaluran KUR tahun 2011 telah mencapai 122% daritarget tahun 2011 yang ditetapkan Rp 20 triliun.

    Sedangkan total realisasi penyaluran KUR sejak

    diluncurkan tahun 2007 hingga 31 Oktober 2011 tercatat

    Rp 58,8 triliun. Dana KUR tersebut disalurkan kepada

    5.439.016 debitur dengan rata-rata kredit Rp 10,8

    juta/debitur. Sedangkan tingkat NPL tercatat 2,43%.

    Enam Bank Pelaksana yang terdiri atas BRI, BNI, Bank

    Mandiri, BTN, BUKOPIN, dan Bank Syariah Mandiri

    menyalurkan 90,8% KUR setara Rp 53,4 triliun. Dana

    KUR tersebut disalurkan kepada 5.371.177 debitur. Rata-

    rata kredit Rp 9,9 juta/debitur dengan dengan NPL2,35%.

    Sedangkan 13 BPD menyalurkan 9,2% dana KUR setara

    Rp 5,4 triliun. Sebanyak 67.839 debitur memperoleh

    dana KUR melalui 13 BPD. Sehingga hanya 1,24% dari

    total debitur KUR yang memperoleh dana KUR dari 13

    BPD. Rata-rata kredit melalui 13 BPD Rp 79,4 juta

    dengan tingkat NPL yang lebih tinggi yaitu 2,9%.

    Sehingga tampak bahwa sebagian besar skema KUR

    melalui BPD merupakan KUR ritel. Di sisi lain, sebagian

    besar skema KUR melalui enam Bank Pelaksana

    khususnya BRI merupakan KUR mikro.

    Plafon dan Debitur KUR Per 31 Oktober 2011

    Sumber: Komite Kebijakan KUR

    Dari keenam Bank Pelaksana, BRI merupakan Bank

    penyalur KUR terbesar. BRI telah menyalurkan Rp 36,7

    triliun dana KUR kepada sekitar 5.121.945 debitur.

    Sebagian besar dana KUR tersebut merupakan KUR

    Mikro senilai Rp 27,7 triliun. KUR Mikro BRI disalurkan

    kepada 5.060.153 debitur. Sehingga rata-rata kredit KURMikro BRI Rp 5,48 juta dengan NPL 2,21%. Sedangkan

    KUR Ritel BRI sekitar Rp 9 triliun. Dana KUR Ritel

    tersebut disalurkan kepada 61.792 debitur. Sehingga

    rata-rata kredit Rp 145,88 juta dengan NPL 3,4%.

    0

    1000000

    2000000

    3000000

    4000000

    5000000

    6000000

    0

    5000000

    10000000

    15000000

    20000000

    25000000

    30000000

    Plafon (Rp Juta) Debitur

    Secara sektoral, sebagian besar dana KUR diserap

    sektor hilir seperti sektor perdagangan besar dan eceran.

    Total plafon sektor tersebut hingga 31 Oktober 2011

    mencapai Rp 35,6 triliun dengan jumlah debitur sebanyak

    3.985.297. Sedangkan rata-rata kredit sektor tersebut

    adalah sebesar Rp 9 juta/debitur. Dengan demikian

    sebagian besar KUR pada sektor perdagangan

    merupakan KUR mikro.

    Sektor dengan penyaluran KUR terbesar kedua adalah

    sektor pertanian, perburuan dan kehutanan. Namun,

    selisih realisasi plafon KUR sektor perdagangan besar

    dan eceran dengan sektor pertanian, perburuan dan

    kehutanan sangat besar. Sehingga penyaluran KUR pada

    sektor hulu yang merupakan prioritas KUR, masih dapat

    dioptimalkan. Realisasi penyaluran KUR pada sektor

    pertanian, perburuan dan kehutanan hingga 31 Oktober

    2011 mencapai Rp 9,9 triliun yang disalurkan kepada

    720.201 debitur.

    Sumber: Komite Kebijakan KUR

    Penyaluran KUR secara geografis masih terkonsentrasi

    pada pulau Jawa. Realisasi penyaluran KUR pada lima

    provinsi di Pulau Jawa mencapai Rp 30,5 triliun ( 51,8%

    dari total plafon KUR) dengan jumlah debitur pada kelimaprovinsi tersebut sebanyak 3.316.188 (61% dari total

    debitur). Dari 33 provinsi, Jawa Timur tetap merupakan

    provinsi dengan plafon KUR terbesar senilai Rp 9,1 triliun

    dengan jumlah debitur 946.240. Sedangkan jumlah

    debitur terbanyak juga tetap berada di provinsi Jawa

    Tengah yang mencapai 1.243.749 debitur.

    Di sisi lain, realisasi plafon KUR pada provinsi-provinsi di

    luar pula Jawa masih belum optimal. Provinsi dengan

    penyaluran KUR terendah diantaranya Bangka Belitung

    dan Maluku Utara masing-masing Rp 150 miliar dan Rp

    257 miliar. Kedepan, partisipasi BPD dalam program KURdiharapkan dapat mendorong optimalisasi penyaluran

    KUR secara lebih merata. (RA)

    10

    11

  • 8/3/2019 TEK_1111 V4-1

    18/20

    Perkembangan Ekonomi & Keuangan Daerah

    Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi

    berbagai daerah selama Tw.III 2011 sejalan dengan

    prakiraan tren pertumbuhan nasional yang tumbuh di atas

    6%. Pencapaian ini terutama didukung oleh kinerjaekonomi Jawa dan Jakarta. Pertumbuhan sebesar 7%

    diperkirakan terjadi di propinsi DKI Jakarta selama Tw.III

    2011 dan Jawa diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,7%.

    Kawasan Timur Indonesia (KTI) juga diperkirakan

    mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dari triwulan

    sebelumnya, yaitu 5,7%. Meningkatnya pertumbuhan KTI

    ini disebabkan oleh kinerja Sulawesi-Maluku-Papua

    (Sulampua) yang juga tetap tinggi. Satu satunya kawasan

    yang mengalami perlambatan dibandingkan periode

    sebelumnya adalah Sumatera yang tumbuh pada kisaran

    5,8%, lebih lambat dari pertumbuhan triwulan II sebesar6,1%.

    Tabel 3.Pertumbuhan Ekonomi Daerah

    Sumber: Bank Indonesia

    Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di seluruh kawasan

    pada triwulan ini secara umum ditopang oleh konsumsi

    rumah tangga. Angka pertumbuhan yang tinggi di Jakarta

    didorong oleh adanya peningkatan penghasilan konsumen

    dan diikuti pembelian barang tahan lama (mobil dan alat

    rumah tangga) yang meningkat. Demikian juga untukkawasan Jawa dengan tingkat konsumsi masyarakat yang

    tinggi karena didukung oleh realisasi Tunjangan Hari

    Raya (THR) dan gaji pegawai ke-13 bagi PNS, masa libur

    dalam rangka liburan sekolah , tahun ajaran baru dan

    bulan puasa. Dari sektor penawaran, membaiknya kinerja

    sektor industri manufaktur dengan pasokan bahan baku

    yang terjaga meningkatkan kinerja perekonomian di kedua

    kawasan ini. Khusus untuk Jakarta, peningkatan signifikan

    juga terjadi di sektor konstruksi. Maraknya pembangunan

    gedung perkantoran dan infrastruktur dalam rangka SEA

    Games XXVI yang dilangsungkan November 2011membuat pemerintah provinsi DKI Jakarta selaku salah

    satu tuan rumah penyelenggara terus mempercepat

    penyelesaian pembangunan.

    TINJAUAN EKONOMI REGIONAL

    TRIWULAN III-2011

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Nopember 2011 16

    Untuk KTI, peningkatan pertumbuhan ekonomi yang

    terjadi, di sisi penggunaan didorong oleh konsumsi,

    investasi dengan proyek berbagai pembangunan

    infrastruktur jalan, bandara, properti, pembangkit listrik

    dan perbaikan ekspor, serta di sisi sektoral didukung juga

    oleh sektor perdagangan, PHR, pertanian, pengangkutan

    dan komunikasi. Sedangkan untuk kawasan Sumatera,

    perlambatan pertumbuhan kawasan ini terutama

    dipengaruhi oleh penurunan kinerja sektor pertanian serta

    sektor perdagangan, hotel dan restoran. Selain itu,

    produksi perkebunan akibat kemarau yang cukup panjang

    menyebabkan ekspor mengalami perlambatan. Namun,

    konsumsi rumah tangga diperkirakan akan terus

    meningkat seiring dengan daya beli yang membaik.

    Pertumbuhan perekonomian daerah selama Tw. III 2011

    juga disertai dengan laju inflasi daerah yang rendah,

    kecuali di kawasan Sumatera yang mencatat angka inflasilebih tinggi dari triwulan sebelumnya yaitu sebesar 6,12%.

    Di kawasan ini, inflasi tertinggi berasal dari kelompok

    bahan sandang dan bahan makanan yang dipicu oleh

    naiknya harga komoditas emas, bahan pangan, dan harga

    beras. Sedangkan untuk kawasan lain, yaitu Jakarta,

    Jawa dan KTI, ketiganya mengalami perlambatan tingkat

    inflasi masing masing sebesar 4,61%, 4% dan 4,64%.

    Perlambatan ini disebabkan oleh terjadinya koreksi harga

    pada beberapa komoditas pangan, seperti aneka bumbu,

    daging dan ikan ikanan dan harga beras yang

    berpotensi meningkat.

    Salah satu tantangan pada perekonomian daerah di akhir

    tahun 2011 ini ialah dampak melemahnya prospek

    ekonomi global terhadap kinerja ekspor daerah. Namun

    hingga akhir triwulan ketiga, kinerja ekspor di seluruh

    kawasan masih cukup baik. Baik kawasan Sumatera dan

    KTI yang terkonsentrasi pada komoditas Sumber Daya

    Alam (SDA) maupun kawasan Jawa dan Jakarta yang

    didominasi oleh barang manufaktur, sama sama memiliki

    tujuang utama ekspor pasar Asia. Hal ini yang

    diperkirakan menjadi faktor pendorong kinerja yang tetap

    terjaga.

    Pada akhirnya, prospek kinerja pertumbuhan ekonomi di

    triwulan IV-2011 diperkirakan akan tetap tinggi sehingga

    dapat mengkonfirmasi pertumbuhan ekonomi nasional

    yang tetap berada di atas 6%. Demikian juga dengan

    tingkat inflasi di berbagai daerah yang diperkirakan akan

    tetap terkendali hingga akhir tahun seiring dengan

    ekspektasi inflasi masyarakat yang membaik dan

    kenaikan harga komoditas di pasar global yang mereda.

    (WP dan RN, disarikan dari Tinjauan Ekonomi Regional BI)

  • 8/3/2019 TEK_1111 V4-1

    19/20

    DAFTAR ISTILAH

    Barang Modal adalah barang yang digunakan untuk modal usaha seperti mesin, suku cadang,komputer, pesawat terbang, dan alat-alat berat

    Devisa adalah merupakan masuknya uang asing ke negara kita dapat digunakan untuk

    membayaran pembelian atas impor dan jasa luar negeri

    Ekspor adalah kegiatan menjual barang dan jasa ke luar negeri

    Impor adalah kegiatan membeli barang dan jasa dari luar negeri

    Industri Ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil langsung dari alam sekitar

    Neraca Pembayaran adalah catatan dari semua transaksi ekonomi internasional yang meliputi

    perdagangan, keuangan dan moneter antara penduduk dalam negeri dengan penduduk luar

    negeri selama periode waktu tertentu, biasanya satu tahun atau dikatakan sebagai laporan arus

    pembayaran (keluar dan masuk) untuk suatu negara

    Neraca perdagangan adalah Neraca pembayaran dapat dipecah ke dalam beberapa kategori

    yaitu; transaksi berjalan (current account), neraca modal (capital account), dan cadangan devisa

    negara (officialreserves account)

    Neraca Modal merupakan bagian dari neraca pembayaran yang mencerminkan perubahan-

    perubahan dalam kepemilikan aset jangka pendek dan jangka panjang (seperti saham, obligasi

    dan realestate) suatu negara, Yang meliputi : a. Arus modal masuk tercatat sebagai kredit karena

    suatu Negara menjual aset berharga kepada pihak asing untuk memperoleh uang tunai.

  • 8/3/2019 TEK_1111 V4-1

    20/20

    Untuk Informasi Lebih Lanjut Hubungi :

    Redaksi Tinjauan Ekonomi dan Keuangan

    Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

    Gedung Sjafruddin Prawiranegara (d.h. Gd. PAIK II) Lantai 4

    Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta, 10710

    Telepon. 021-3521843, Fax. 021-3521836

    Email : [email protected]

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan dapat didownload pada website www.ekon.go.id

    ISSN 2088-3153

    mailto:[email protected]:[email protected]