Top Banner

of 20

TEK Mar 2012

Apr 14, 2018

Download

Documents

fantau
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/2/2019 TEK Mar 2012

    1/20

    Perkembangan Kewirausahaan di Sumatera Barat

    Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM 2012

    Opini Pakar: Kontribusi Swasta dalam Membangun Bangsa

    Volume 2

    Nomor 3 Maret 2012

    ISSN 2088-3153

    TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGANMensinergikan Pembangunan Ekonomi

    Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

  • 8/2/2019 TEK Mar 2012

    2/20

    VOLUME 2 NOMOR 3 - MARET 2012

    REDAKSI

    Pembina

    Menteri Koordinator BidangPerekonomian

    Pengarah

    Sekretaris KementerianKoordinator BidangPerekonomian

    Deputi Ekonomi Makro danKeuangan

    Koordinator

    Bobby H. Rafinus Djoko Waluyo

    Kontributor Tetap

    Edi Prio Pambudi M. Edy Yusuf Mamay Sukaesih Tri Kurnia Ayu Rista Amallia Windy Pradipta

    Arin Puspa Nugrahani Ruth Nikijuluw Ahmad Fikri Aulia Alexcius Winang Komite Kebijakan KUR

    Kontributor Edisi Ini

    Tim Pemantauan danPengendalian Inflasi

    Universitas Andalas Dinas Koperasi dan

    UMKM Provinsi Sumbar

    Sofjan Wanandi UMKM di Sumatera Barat

    Editorial 1

    Rubrik Agenda Koordinasi

    Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM 2012 2

    Rubrik Ekonomi Makro

    Krisis Gerus Ekspor Indonesia 4

    Perkembangan Inflasi 5

    Rubrik Ekonomi Internasional

    Krisis Global dan Prospek Sektor Ketenagakerjaan 2012-2016 6

    Rubrik Keuangan

    Pemantauan Perbankan: Efek Kredit Terhadap Rasio Kecukupan Modal 7

    Analisis Perbankan Syariah 8

    Rubrik APBN Antisipasi Lonjakan Harga Minyak Dunia dalam APBN 9

    Rubrik Kebijakan dan Regulasi

    Ekonomi

    UU JPSK Siap Bergulir 10

    Rubrik Utama

    Perkembangan Kewirausahaan Provinsi Sumatera Barat 11

    Liputan Wawancara: Peran Kewirausahaan bagi Perekonomian

    Sumatera Barat 12

    Hasil Observasi Kewirausahaan di Padang 13

    Rubrik Penyaluran KUR

    Realisasi Penyaluran KUR Februari 2012 15

    Opini Pakar

    Kontribusi Swasta dalam Membangun Bangsa 16

    DAFTAR ISI

    TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGANKEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan diterbitkan dalam rangka meningkatkan pemahaman pimpinan daerah terhadapperkembangan indikator ekonomi makro dan APBN, sebagai salah satu Direktif Presiden pada retreat di Bogor, Agustus 2010

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan dapat

    didownload pada website

    www.ekon.go.id

  • 8/2/2019 TEK Mar 2012

    3/20

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Maret 2012 1

    Dalam kesempatan bertatap muka

    dengan generasi muda, MenkoPerekonomian menekankan

    pentingnya semakin banyak wirausaha

    bagi kemajuan ekonomi Indonesia.

    Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

    baru-baru ini menyebut generasi

    muda yang memilih menjadi

    wirausaha sebagai pahlawan nasional.

    Hal ini menunjukkan besarnya

    harapan peningkatan peran

    pengusaha untuk dapat memacupertumbuhan ekonomi.

    Harapan tersebut bertolak dari

    keinginan untuk meningkatkan daya

    saing Indonesia. Prof. Michael Porter,

    pakar manajemen terkemuka,

    menyampaikan bahwa suatu negara

    memiliki daya saing apabila

    produktivitas usahanya meningkat,

    baik yang berorientasi ekspor

    maupun lokal. Hal ini dapat dicapaimelalui penguatan kapabilitas dunia

    usaha dan kecanggihan industri lokal.

    Keduanya menjadi penentu bagi

    keberhasilan Indonesia beralih dari

    klasifikasi negara yang bergantung

    pada sumber daya alam (factor driven)

    kepada negara yang bertumpu pada

    industri yang efisiensi (efficiencydriven).

    Dalam laporan Global Competitiveness

    Report yang diterbitkan setiap tahun

    oleh World Economic Forum terdapat

    enam pilar untuk menilai efisiensi

    suatu perekonomian. Berdasarkan

    laporan tersebut terdapat dua pilar

    dimana Indonesia relatif tertinggal

    yaitu kesiapan teknologi dan efisiensi

    pasar tenaga kerja. Di samping itu

    masih terdapat dua pilar lain yang

    harus dikerjakan pada level factor

    driven yaitu kelembagaan dan

    infrastruktur. Kelemahan

    kelembagaan yang perlu diperbaiki

    menurut survey Ease of Doing Business

    antara lain ketentuan terkait dengan

    pendirian perusahaan baru dan

    kepastian kontrak. Kelambatan

    memperbaiki empat pilar ini menjadipenyebab turunnya ranking Indonesia

    pada tahun 2011 menjadi 46

    dibanding 44 pada tahun 2010.

    Selain kurangnya infrastruktur,

    menurut laporan Global

    Competitiveness Report faktor

    penghambat utama dunia usaha yanglain adalah korupsi dan birokrasi

    pemerintah yang tidak efisien. Pada

    sisi lain berbagai program pembinaan

    UKM dilancarkan Pemerintah seperti

    kredit program dan pelatihan serta

    fasilitas pajak. Hubungan pemerintah

    dan dunia usaha semacam ini

    merupakan bentuk ekonomi biaya

    tinggi yang menghambat kenaikan

    daya saing.

    Pengusaha merupakan kelompok

    masyarakat yang memiliki

    kesempatan dan kemampuan

    melakukan initial transition. yaitu

    meningkatkan posisi Indonesia ke

    tingkat innovation driven. Untuk itu

    perlu komitmen bersama pengusaha

    dan aparatur pemerintah untuk

    menghilangkan lingkaran biaya

    ekonomi tinggi di atas. Upayabersama ini mengingatkan pada pesan

    Mohammad Hatta bahwa "Jatuh

    bangunnya negara ini sangat

    tergantung dari bangsa ini sendiri.

    (BHR)

    Indikator Ekonomi

    EDITORIALEDITORIAL

  • 8/2/2019 TEK Mar 2012

    4/20

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Maret 20122

    Harga minyak dunia kian fluktuatif.

    Ketegangan di Timur Tengah akibat

    sanksi nuklir Iran telah mendorong

    kenaikan harga minyak di pasar

    internasional hingga USD 123,81

    (harga minyak Brent pada 1 Maret

    2012). Tersiar kabar ledakan pipa

    minyak di Saudi Arabia dan

    terganggunya lalu lintas minyak di selat

    Hormuz yang merupakan jalur distibusi

    sekitar 17 juta barel minyak per hari

    pada 2011 (seperenam minyak mentah

    global)memicu lonjakan harga minyak

    dunia.

    Indonesia termasuk dalam negara net

    importer minyak sejak 2004 karena

    konsumsi BBM-nya sudah melebihi

    kapasitas produksi. Akibatnya,

    Indonesia harus mengimpor minyak

    atau BBM untuk memenuhi kebutuhan

    dalam Negeri. Sebagai gambaran

    dengan tingkat produksi minyak sekitar

    900 ribu barel per hari dan kebutuhan

    minyak/BBM Indonesia mencapai 1,3

    juta per hari, maka setiap hari

    Indonesia harus mengimpor

    minyak/BBM setidaknya 400 ribu barel.

    Perkembangan harga minyak dunia

    berpengaruh terhadap harga BBM

    domestik. Harga minyak ICP Indonesia

    pada Februari 2012 sebesar US$

    122,17/barel. Sementara dalam APBN

    2012, asumsi harga minyak ICP sebesarUS$ 90/barel. Berdasarkan hasil

    perhitungan Kementerian Keuangan,

    kenaikan harga minyak ICP sebesar

    US$ 1/barel akan berdampak terhadap

    fiskal (net fiscal impact) sebesar minus

    0,90 pada tahun 2012.

    Sebagai dampak dari kenaikan harga

    minyak dunia, perbedaan harga

    keekonomian (harga produksi

    ditambah dengan pajak pertambahan

    nilai dan pajak bahan kendaraan

    bermotor) semakin jauh dari harga

    BBM bersubsidi. Akibatnya beban

    subsidi energi membengkak. Subsidi

    BBM tahun 2012 diperkirakan akan

    mencapai Rp 191,1 triliun bila harga

    BBM tidak disesuaikan (tanpa kebijakan

    pengendalian subsidi BBM). Sehingga

    total defisit APBN dan APBD

    diperkirakan mencapai lebih dari 3%

    dari PDB (berpotensi melanggar UU

    No.17/2003). Savingdari subsidi BBM

    dapat digunakan untuk membiayai

    infratruktur.

    Pembengkakan defisit fiskal akan

    meningkatkan resiko bagi

    perekonomian nasional. Peningkatan

    resiko fiskal dapat mengancam

    kesinambungan fiskal yang menjadi

    jangkar bagi kestabilan ekonomi

    nasional. Kesinambungan fiskal dan

    kesehatan APBN merupakan

    Rubrik Agenda Koordinasi

    Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM 2012

    Perkembangan Subsidi BBM 1Pengeluaran Premium dan Solar 2011

    Per Rumah Tangga per Bulan2

  • 8/2/2019 TEK Mar 2012

    5/20

    Rubrik Agenda Koordinasi

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Maret 2012 3

    harga BBM menjadi Rp 6.000/liter pun,

    harga BBM Indonesia masih tergolong

    murah dibandingkan dengan negara

    kawasan. Harga BBM yang murah dapat

    memancing penyelundupan atau

    penyalahgunaan.

    Kebijakan pengendalian subsidi BBM

    direncanakan mulai pada 1 April 2012

    yakni dengan menaikkan harga jual

    BBM bersubsidi sebesar Rp 1.500/literatau dari Rp 4.500/liter menjadi Rp

    6.000/liter.

    Rencana kebijakan kenaikan harga

    subsidi BBM tersebut berdampak

    terhadap inflasi dan kemiskinan.

    Berdasarkan perhitungan Tim

    Pengendalian Inflasi, kebijakan kenaikan

    harga subsidi BBM sebesar Rp 1.500/

    liter akan menyebabkan inflasi 2012

    diatas target 4,5%1%. Dampak

    berlangsung singkat maksimal 3 bulan

    dan dalam waktu 12 bulan inflasi 2013

    diperkirakan akan sudah kembali ke

    dalam kisaran 4,5%1%. Dampak

    kenaikan harga BBM terhadap inflasi

    dapat diminimalkan apabila disertai

    dengan langkah kebijakan guna

    mempertahankan daya beli masyarakat,peningkatan pasokan bahan pangan

    serta meningkatkan sarana dan

    prasarana infrastruktur.

    Kenaikan harga BBM dapat berdampak

    pada kenaikan harga pangan dan

    meningkatnya kebutuhan pengeluaran

    penduduk miskin, sehingga daya beli

    penduduk miskin menurun. Oleh

    karena itu, diperlukan adanya program

    kompensasi. Dampak sosial ekonomi

    kenaikan harga BBM dapat dikurangi

    dengan adanya program kompensasi.

    Program kompensasi antara lain (1)

    penambahan frekuensi jatah beras

    untuk rakyat miskin dari 12 kali per

    tahun menjadi 14 kali per tahun dengan

    harga tebus tetap Rp 1.600 perkilogram; (2) pemberian Bantuan

    Langsung Sementara Masyarakat

    (BLSM) berupa dana tunai senilai Rp

    150.000 per bulan kepada 18,5 juta

    rumah tangga yang mencakup 30%

    rumah tangga dengan tingkat sosial

    ekonomi terendah di Indonesia; (3)

    penambahan beasiswa untuk rumah

    tangga miskin selama enam bulan; (4)

    kompensasi untuk sektor transportasi

    sebesar Rp 5 triliun, agar kenaikan tiket

    angkutan kelas ekonomi tidak melonjak

    sejalan dengan kenaikan harga Premium

    dan Solar. (MS dan CM)

    indikator utama yang dilihat para

    investor dan pelaku pasar dalam

    melakukan transaksi bisnis dan

    ekonomi serta berinvestasi di

    Indonesia. Meningkatnya risiko investasi

    dan menurunnya confidence terhadap

    prospek perekonomian nasional akan

    menyebabkan terjadinya pelarian modal

    secara tiba-tiba (suddent reversal)

    obligasi negara, atau meningkatnya aksi

    flight to quality.

    Selain untuk menyelamatkan APBN

    2012, harga BBM juga menjadi jangkar

    untuk upaya redistribusi pendapatan.

    Sebagian besar subsidi BBM dinikmati

    oleh kelompok menengah ke atas.

    Berdasarkan data Susenas Maret 201,

    pengeluaran premium dan solar 2011

    per rumah tangga per bulan terbesar

    adalah penduduk menengah ke atas.

    Kelompok rumah tangga dengan tingkat

    pendapatan tertinggi mengkonsumsi

    BBM lebih banyak. Data Susenas 2009

    menunjukkan konsumsi BBM motor

    rata-rata 18,7 liter per bulan sementara

    pemilik mobil 113,1 liter per bulan.

    Harga BBM menjadi kunci penting

    untuk mendorong diversifikasi energidari BBM ke sumber energi lain (bagian

    dari kebijakan energi). Tanpa

    penyesuaian harga BBM, penggunaan

    energi lain menjadi tidak menarik. Harga

    BBM untuk premium dan solar di

    Indonesia merupakan termurah

    dibandingkan dengan negara kawasan

    pada Maret 2012. Dengan kenaikan

  • 8/2/2019 TEK Mar 2012

    6/20

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Maret 20124

    Memasuki tahun 2012, pertumbuhan

    ekspor Indonesia sedikit meningkat,

    setelah selama tiga bulan, sejak

    September 2011, terus mengalami

    penurunan pertumbuhan (lihat grafik

    3). Meskipun sedikit meningkat,

    pertumbuhan ekspor tersebut masih

    lebih rendah dibandingkan dengan

    pertumbuhan impor. Dengan demikian,

    surplus neraca perdagangan Indonesia

    cenderung mengecil sejak September

    2011.

    Dari hasil laporan BPS, nilai ekspor

    Indonesia Januari 2012 mencapai USD

    15,5 miliar atau tumbuh 6,1% (yoy).

    Peningkatan ekspor terjadi baik pada

    komoditas migas 13,7% (yoy) dan

    nonmigas 4,4% (yoy). Ekspor nonmigas

    Indonesia masih didominasi oleh

    kelompok bahan bakar mineral (17,3%)

    serta kelompok lemak dan minyak

    hewan/nabati (17,1). Penolakan ekspor

    CPO dari Pemerintah Amerika dengan

    alasan proses produksi yang tidak

    ramah lingkungan ternyata tidak

    memberi pengaruh signifikan. Amerika

    bukan negara tujuan ekspor utama

    CPO Indonesia, melainkan ke India

    dan Cina.

    Untuk ekspor migas, terjadi

    peningkatan pertumbuhan ekspor gas

    dan minyak mentah masing-masing

    sebesar 31,6% (yoy) dan 8,2% (yoy).

    Sedangkan ekspor hasil minyak turunsignifikan sebesar 24,1% (yoy).

    Tidak hanya ekspor, pertumbuhan

    impor mengalami penurunan yang

    cukup signifikan sejak September 2011

    (lihat grafik 3). Pertumbuhan impor

    tersebut sempat naik mencapai 24,3%

    (yoy) di akhir tahun 2011, namun

    kembali turun pada Januari 2012 dan

    hanya tumbuh 16% (yoy). Pada Januari

    2012, baik impor migas dan nonmigasmengalami kenaikan masing-masing

    sebesar 0,6% (yoy) dan 20,8% (yoy).

    Impor nonmigas Indonesia masih

    didominasi oleh impor bahan baku

    yang mencapai 71,9%. Ketergantungan

    industri dalam negeri akan impor

    tercatat masih cukup besar. Diikuti

    impor barang modal dan konsumsi

    yang masing-masing memberi

    kontribusi sebesar 20,4% dan 7,7%.

    Berdasarkan negara tujuan ekspor

    nonmigas, Jepang kembali menjadinegara tujuan ekspor terbesar

    Indonesia pada Januari 2012 setelah

    selama semester akhir 2011 posisinya

    digantikan oleh Cina. Porsi ekspor

    Indonesia ke Jepang mencapai 12,8%,

    sedangkan ekspor ke Cina mengalami

    penurunan tercatat 10, 9% dari total

    ekspor nonmigas. Upaya diversifikasi

    pasar tujuan ekspor menghadapi krisis

    global terlihat dari penurunan pangsa

    ekspor ke sejumlah kawasan. Untuk

    kawasan ASEAN dan Eropa,

    dibandingkan dengan tahun

    sebelumnya, terjadi penurunan nilai

    ekspor, masing-masing sebesar minus

    9,3% dan minus 11% (yoy). Sedangkan

    ekspor ke India terus meningkat

    dengan pangsa pasar 9,16% dari total

    ekspor nonmigas Indonesia atau

    tumbuh 45,6% (yoy) pada Januari 2012.

    Selain ke India, terjadi peningkatanekspor ke Australia dan Taiwan.

    Dengan demikian, Neraca Perdagangan

    Indonesia Januari 2012 mencapai

    surplus USD 923,4 juta. Surplus

    perdagangan ini terdiri dari surplus

    nonmigas sebesar USD 938,3 juta yang

    harus dikurangi defisit migas sebesar

    USD 14,9 juta. (TKA)

    Rubrik Ekonomi Makro

    Krisis Gerus Ekspor Indonesia

    Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia 3

  • 8/2/2019 TEK Mar 2012

    7/20

    Rubrik Ekonomi Makro

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Maret 2012 5

    Tekanan inflasi IHK Februari 2012

    lebih rendah dari bulan sebelumnya,

    melanjutkan tren penurunan inflasi

    pada awal tahun 2012. Inflasi IHK

    Februari 2012 tercatat sebesar 0,05%

    (mtm) atau 3,56% (yoy). Rendahnya

    inflasi Februari terutama karena

    berlanjutnya deflasi kelompokvolatile

    food yang lebih besar dari pola

    historisnya.

    Pada Februari 2012, kelompokvolatile food mengalami deflasi

    sebesar minus 0,94% (mtm), lebih

    dalam dibandingkan periode yang sama

    di tahun sebelumnya, minus 0,48% (

    mtm). Deflasi yang cukup tajam pada

    kelompok volatile food terutama

    terjadi di wilayah Sumatera,

    disebabkan oleh tingginya pasokan

    komoditas hortikultura baik yang

    bersumber dari domestik (memasukimasa panen) dan juga dari impor

    yang terindikasi meningkat ditengarai

    sebagai antisipasi pedagang menjelang

    implementasi UU Hortikultura pada

    pertengahan Maret mendatang.

    Namun demikian hingga bulan laporan,

    beras masih menjadi penyumbang

    dominan inflasi volatile food. Sepanjang

    Februari 2012 inflasi beras melambat

    0,80% (mtm), terendah selama 3

    bulan laporan, sejalan dengan di

    mulainya panen di beberapa daerah

    menjelang panen raya pada Maret-

    April mendatang. Kondisi lain yangmendukung perlambatan inflasi beras

    adalah diteruskannya Operasi pasar

    (OP) BULOG sepanjang Februari

    hingga mencapai 206,16 ribu ton,

    dan impor beras yang telah mencapai

    1,891 juta ton (Agustus 2011-

    Februari 2012) atau sekitar 99,5% dari

    nilai kontrak impor beras.

    Realisasi inflasi inti menjadi 4,31%

    (yoy) pada Februari 2012 dari

    sebelumnya 4,29% (yoy) karena

    peningkatan harga emas perhiasan dan

    energi. Secara komponen, inflasi inti

    Perkembangan Inflasi

    Perkembangan Inflasi 4

    traded kecuali emas dan inti non-

    tradedmengalami perlambatan sejalan

    dengan nilai tukar rupiah yang stabil,

    ekspektasi inflasi yang masih terjaga,

    respon sisi penawaran yang masih

    memadai, dan didukung berlanjutnya

    tren penurunan harga pangan global.

    Inflasi kelompokadministered prices

    menjadi 0,24% (mtm) atau 2,88% (yoy)

    dari 0,43% (mtm) atau 2,96% di bulan

    sebelumnya, terutama dampakkenaikan tarif cukai rokok per 1

    Januari 2012. Komoditas yang

    berkontribusi memberikan sumbangan

    inflasi adalah rokok, bensin

    (khususnya dari bensin non-subsidi)

    dan bahan bakar rumah tangga.

    Ke depan, tekanan inflasi pada triwulan

    II dan akhir 2012 diperkirakan

    meningkat dan berpotensi melampaui

    sasaran sebesar 4,5%1%, terkait

    rencana kebijakan kenaikan harga BBM

    bersubsidi. Berdasarkan simulasi,

    kebijakan kenaikan harga BBM

    bersubsidi memberikan dampak inflasi.

    Namun demikian dampak kenaikan

    harga BBM dapat lebih rendah jika

    pemerintah menyalurkan penghematan

    subsidi BBM tersebut melalui

    kebijakan yang dapat mempertahankan

    atau meningkatkan daya beli

    masyarakat, meningkatkan produksi

    dan pasokan bahan pangan, serta

    peningkatan sarana dan prasarana

    infrastruktur.

    (Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi)

  • 8/2/2019 TEK Mar 2012

    8/20

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Maret 20126

    Prospek perlambatan aktivitas

    ekonomi dunia serta krisis yang terjadi

    di pasar tenaga kerja global dalam 3

    tahun terakhir berpotensi mengancam

    peningkatan angka pengangguran

    global. International Labor

    Organization (ILO) dalam laporan

    Global Employment Trend 2012

    menemukan bahwa krisis global telah

    mengakibatkan kenaikan pengangguran

    sejumlah 27 juta pekerja dari sejak

    awal krisis. Kelompok usia mudaterkena dampak terbesar dari krisis.

    Bersamaan dengan kondisi tersebut,

    prospek pasar dalam penyerapan

    tenaga kerja juga melemah.

    Sepanjang krisis global, pemulihan

    investasi di negara maju berjalan lambat

    akibat permasalahan sektor keuangan

    dan penurunan konsumsi masyarakat.

    Sementara itu, di negara berkembang,

    pertumbuhan investasi sangat kuat,melebihi ekpansi produksi. Namun

    demikian, kelompok ini juga

    dihadapkan kondisi dimana investasi

    tak selalu mampu menciptakan

    lapangan kerja sebanyak dahulu.

    Implikasinya peningkatan investasi di

    negara berkembang tak dapat

    diharapkan untuk menurunkan angka

    pengangguran global. Dengan tren

    tersebut, penciptaan lapangan kerja

    ke depan belum dapat diprediksi,

    sehingga menimbulkan ancaman

    pengangguran.

    Risiko pengangguran akibat krisis palingbesar menghantam kelompok usia

    muda. Dengan tingkat pengangguran

    usia 15-24 tahun selama krisis

    mencapai 12,7%. Jumlah pengangguran

    kelompok ini naik lebih dari 4 juta

    sejak tahun 2007, menjadi 74,8 juta di

    tahun 2011. Lebih jauh lagi, ILO

    memprediksi 6,4 juta penduduk usia

    muda telah menyerah mencari

    pekerjaan dan keluar dari pasar tenagakerja. Hal ini sebagian disebabkan

    ketidakmampuan sistem pendidikan

    dan pelatihan untuk mengikuti

    cepatnya fase transformasi struktural

    yang terjadi dan perubahan

    keahlian/skill yang diminta pasar tenaga

    kerja.

    Mencermati tantangan dan risiko di

    masa depan, ILO memiliki 3 skenario

    prospek ketenagakerjaan (lihat grafik

    1). Dalam proyeksi baseline, tingkat

    pengangguran tetap 6% pada 2012-

    2016, jumlah pengangguran di 2012

    akan bertambah 3 juta, dan naik

    menjadi 206 juta di 2016. Skenario

    kedua, jika tingkat pertumbuhan global

    jatuh di bawah 2%, maka pengangguran

    akan meningkat menjadi 204 juta pada

    tahun 2012. Sementara itu, dengan

    skenario yang lebih moderat, ILO

    mengasumsikan adanya resolusi yang

    cepat atas krisis utang euro, sehingga

    pengangguran global tahun 2012 akan

    mencapai 1 juta lebih rendah dariskenario baseline di 2012.

    Untuk mempercepat pemulihan dalam

    pertumbuhan ekonomi dan pasar

    tenaga kerja global, ILO menyarankan

    alternatif kebijakan untuk mendorong

    penciptaan lapangan kerja, antara lain:

    1) Koordinasi kebijakan global;

    2) Pengaturan kembali sistem

    keuangan;

    3) Orientasi kebijakan yang efektif

    dalam mendukung

    pertumbuhan lapangan kerja

    4) Meningkatkan belanja publik tanpa

    menciptakan resiko sustainaibiltas

    anggaran

    5) Mendorong investasi swasta

    (APN)

    Rubrik Ekonomi Internasional

    Krisis Global dan Propek Sektor Ketenagakerjaan 2012-2016

    Tren dan Proyeksi Ketenagakerjaan Global 5

    Jumlah pengangguran - scenario downside

    Tingkat pengangguran - scenario baseline

    Tingkat pengangguran - scenario upslole

    Jumlah pengangguran - scenario baseline

    Tingkat pengangguran - scenario downside

    Tingkat penganggurandengan scenario mendorong

    Investasi

  • 8/2/2019 TEK Mar 2012

    9/20

    Rubrik Keuangan

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Maret 2012 7

    Sebagai lanjutan pemantauan terhadap

    sektor perbankan pada rubrik

    perbankan kali ini dilakukan simulasi

    CAR (Capital Adequacy Ratio) pada

    beberapa bank swata nasional yakni

    Bank Tabungan Negara, Bank Permata,

    Bank Mutiara, Bank Niaga dan Bank

    Danamon. Simulasi ini menggunakan

    beberapa skenario dengan tingkat NPL

    (Non-Performing Loan) yang semakin

    bertambah. CAR menunjukkan

    kemampuan bank memenuhi potensikerugian di masa yang akan datang,

    dalam simulasi ini terkait dengan

    bertambahnya kredit yang bermasalah

    (NPL) dalam jumlah yang signifikan.

    Berdasarkan laporan Bank Umum

    kepada Bank Indonesia, untuk Bank

    Tabungan Negara seperti terlihat dalam

    tabel CAR aktual sebesar 16,99 %

    dengan nilai NPL sebesar 3,48% pada

    Bulan Januari 2012. Setelahdisimulasikan tanpa merubah

    komponen modal, CAR semakin

    menurun ke angka 13,22% pada NPL

    20% atau terjadi penurunan sebesar

    377 basis poin. Bank Permata dengan

    CAR actual sebesar 15,33% dengan

    NPL 2,22% pada bulan Januari 2012,

    setelah disimulasikan pada tingkat NPL

    20% CAR turun sampai pada level

    12,97%, atau menurun sebesar 236

    basis poin. Sementara untuk BankMutiara, CAR actual cenderung lebih

    rendah dibandingkan dengan bank

    lainnya, yakni sebesar 10,10% dan NPL

    aktual sebesar 15,33%, setelah

    disimulasikan dengan NPL 20% maka

    CAR menurun ke level 8,78% atau

    menurun sebesar 131 basis poin. Untuk

    Bank Niaga dengan CAR aktual sebesar

    16,02% dan tingkat NPL sebesar 2,79%

    setelah disimulasikan CAR mengalami

    penurunan ke tingkat 13,52% pada

    NPL 20%, atau mengalami penurunan

    sebesar 250 basis poin. Selanjutnya

    Bank Danamon dengan tingkat CAR

    paling tinggi diantara bank yang

    disimulasikan yakni sebesar 19,31%

    dengan NPL 2,78% pada bulan Januari

    2012, setelah disimulasikan ke tingkat

    NPL 20%, maka CAR menurun ke level

    16,43% atau menurun sebesar 288

    basis poin.

    Dari data pada tabel 1apabila

    dibandingkan antara NPL pada level

    5% dan 20% penurunan CAR paling

    signifikan terjadi pada Bank Tabungan

    Negara, yakni sebesar 264 basis poin,

    sedangkan Bank Mutiara memiliki

    dampak penurunan CAR yang paling

    kecil di antara bank yang disimulasikan

    yakni menurun sebesar 179 basis poin.

    Hal ini ditengarai karena pada Bank

    dengan CAR yang tinggi cenderung

    memiliki penurunan NPL yangsignifikan. Apabila dilakukan

    perbandingan NPL pada level 7.5% dan

    10%, pada Bank Tabungan Negara selisih

    CAR sebesar 48 basis poin, sementara

    pada Bank Mutiara hanya sebesar 16

    basis poin.

    Semakin besar tingkat NPL tentu akan

    mereduksi selisih penurunan NPL.

    Namun pada Bank Danamon dampak

    peningkatan NPL lebih rendah

    dibandingkan dengan Bank Tabungan

    Negara yakni sebesar 36 basis poin.

    Hal ini ditengarai karena struktur modal

    Bank Danamon yakni Rp. 18,836 trilyun

    lebih tinggi dibandingkan dengan modal

    Bank Tabungan Negara yakni sebesar

    Rp. 7,583 trilyun. Selisih ini tentunya

    akan memberikan dampak yang

    signifikan mengingat rasio kecukupan

    modal cenderung elastis ketika jumlahmodal yang lebih kecil dibagi dengan

    pertambahan resiko rata-rata

    tertimbang pada tingkat yang sama.

    Meskipn CAR Bank Mutiara memiliki

    penurunan yang kecil namun dari segi

    kuantitas setelah melalui simulasi

    dibandingkan Bank Lainnya, Bank

    Mutiara memiliki CAR yang paling

    rendah yaitu 8,78%, apabila skenario

    dilanjutkan Bank Mutiara cenderunglebih rentan menyentuh batas minimum

    penyediaan modal dari Bank Indonesia

    yakni sebesar 8%. Secara umum CAR

    beberapa bank swasta diperkirakan

    masih cukup tahan dalam

    mengantisipasi tekanan peningkatan

    risiko kredit.(AWS)

    Pemantauan Perbankan : Efek Kredit Terhadap Rasio Kecukupan Modal

    Tabel 1. Simulasi Pengaruh NPL terhadap CAR

    NPL BTN Permata Mutiara Niaga Danamon

    NPL Aktual

    CAR Aktual

    NPL 5%

    NPL 7.5%

    NPL 10%

    NPL 12.5%

    NPL 15%

    NPL 17.5%

    NPL 20%

    3,48

    16,99

    15,86

    15,35

    14,87

    14,42

    14,00

    13,60

    13,22

    2,12

    15,33

    14,66

    14,35

    14,05

    13,76

    13,49

    13,22

    12,97

    5,51

    10,10

    10,14

    9,56

    9,40

    9,24

    9,08

    8,93

    8,78

    2,79

    16,02

    15,31

    14,98

    14,67

    14,36

    14,07

    13,79

    13,52

    2,78

    19,31

    18,50

    18,12

    17,75

    17,40

    17,07

    16,74

    16,43

    Sumber : Bank Indonesia, diolah, Januari 2012

  • 8/2/2019 TEK Mar 2012

    10/20

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Maret 20128

    Indikator perbankan syariah pada bulan

    Desember 2011 mengalami

    peningkatan dari bulan sebelumnya.

    Pertumbuhan pembiayaan mengalami

    peningkatan dan masih didominasi

    oleh sektor lain-lain. Tingkat

    pertumbuhan DPK secarayoy

    mengalami sedikit penurunan tetapi

    secara mtm merupakan yang tertinggi

    selama tahun 2011. Rasio NPL juga

    mengalami penurunan dan mencapai

    level terendah pada tahun 2011.Kinerja positif perbankan syariah ini

    tidak terlepas dari kekhawatiran

    terhadap situasi ekonomi Eropa

    sehingga membuat masyarakat beralih

    dari bank konvensional yang sedang

    mengalami tekanan.

    Pertumbuhan pembiayaan meningkat

    pada bulan Desember 2011 sebesar

    50,56%. Meskipun turun dibandingkan

    bulan Oktober yang mencapai 53,57%,pertumbuhan pembiayaan bulan

    Desember 2011 masih lebih tinggi

    dibandingkan pada awal tahun 2011

    sebesar 47,91%. Komposisi

    pembiayaan menurut sektor ekonomi

    per Desember 2011 masih sama

    dengan Desember 2010. Pembiayaan

    sektor lain-lain masih merupakan yang

    terbesar disusul pembiayaan jasa dunia

    usaha dan perdagangan, restoran, dan

    hotel. Secara rasio terhadap total,pembiayaan lain-lain mengalami

    peningkatan dari 33,59% pada

    Desember 2010 menjadi 42,05% pada

    Desember 2011. Sedangkan

    pembiayaan dunia usaha serta

    perdagangan, hotel, dan restoran pada

    Desember 2011 mengalami penurunan

    masing-masing menjadi 24,97% dan

    9,53% dari Desember 2010 masing-

    masing sebesar 33,59% dan 29,68%.

    Tingkat pertumbuhan pembiayaan

    musyarakah masih jauh lebih tinggi

    dari pertumbuhan pembiayaan

    mudharabah.

    Pertumbuhan DPK pada bulan

    Desember 2011 sebesar 50,07% (yoy)

    atau lebih rendah dibandingkan

    pertumbuhan awal tahun yang

    mencapai 58,46% (yoy). Pertumbuhan

    DPK tertinggi terjadi pada bulan Maret

    yang mencapai 68,62%. Meskipun

    mengalami penurunan, tingkat

    pertumbuhan DPK tetap berada di

    level tinggi dan bahkan mampu tumbuh

    9,37% (mtm) yang merupakan

    pertumbuhan tertinggi pada level mtm

    2011. Pertumbuhan DPK ini turut

    didorong oleh pertumbuhan deposito

    mudharabah yang hingga bulan

    Desember mencapai Rp 57 triliun

    untuk Rupiah dan Rp 1,27 triliun untuk

    valas. Ini berarti potensi kerugiansemakin rendah karena return

    mudharabah selama ini cukup stabil

    (Prabowo, 2009).

    Rasio non performing loan (NPL) pada

    bulan Desember 2011 mengalami

    penurunan menjadi 2,52% atau

    terendah pada tahun 2011. Jika

    dibandingkan terhadap bulan

    November, meskipun terjadi

    penurunan kredit macet (lost) dan

    diragukan (doubtful), kredit kurang

    lancar (sub-standard) mengalami

    peningkatan dari Rp 1.055 miliar

    menjadi Rp 1.075 miliar.

    Sesuai dengan penelitian-penelitian

    sebelumnya yang menyatakan bahwa

    keadaan ekonomi sangat

    mempengaruhi persepsi masyarakat

    terhadap perbankan syariah. Krisis

    Eropa membuat perbankan dengan

    sistem konvensional di Asia sejak

    kuartal III tahun 2011 mengalami

    tekanan. Pengetatan likuiditas

    menyebabkan adanya perlambatan

    pertumbuhan kredit di perbankankonvensional sehingga masyarakat

    beralih menggunakan bank syariah.

    (AFA)

    Rubrik Keuangan

    Analisis Perbankan Syariah

    Grafik Rasio NPL, Pertumbuhan DPK, dan Pertumbuhan Kredit 6

  • 8/2/2019 TEK Mar 2012

    11/20

    Rubrik APBN

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Maret 2012 9

    Protes nuklir Iran ditengarai menjadi

    penyebab lonjakan pada harga minyak

    dunia. Memasuki tahun 2012, harga

    minyak dunia mengalami tren

    meningkat. WTI Crude Oilsempat

    hampir menembus level USD

    110/barel, sementara Brent Crude Oil

    bergerak di sekitar level USD 125/barel.

    Tren harga minyak di pasar dunia

    tersebut menimbulkan kekhawatiran

    para pelaku pasar atas lonjakan hargaminyak sebagaimana pernah terjadi

    pada krisis global tahun 2008 dimana

    Brent Crude Oilsempat menembus level

    USD 147/barel.

    Selain masalah geopolitik di kawasan

    Timur Tengah, pelaku pasar juga

    mengkhawatirkan keberlangsungan

    suplai minyak dunia yang kian menipis.

    Kekhawatiran para pelaku pasartersebut dicoba ditepis oleh Menteri

    Perminyakan Saudi Arabia, Ali Naimi.

    Naimi dalam Financial Times menjelaskan

    bahwa suplai minyak dunia saat ini lebih

    aman dibandingkan tahun 2008. Oleh

    karenanya, menurut Naimi pergerakan

    minyak dunia saat ini tidak normal dan

    tidak dapat dibiarkan. Terkait dengan

    hal tersebut, Naimi meyakini bahwa

    Saudi Arabia memiliki kapasitas untuk

    menambah suplai sebesar 2,5 juta

    barel/hari yang dapat mengamankan

    kondisi suplai minyak dunia.

    Terlepas dari upaya pemerintah Saudi

    Arabia dalam meyakini pelaku pasar.

    Para analis menilai pergerakan harga

    minyak dunia saat ini dapat berdampak

    negatif bagi perekonomian global.

    Banyak ekonom memperkirakan

    kenaikan harga minyak dunia akan

    menghambat proses penyelesaian

    masalah krisis utang di Eropa dan AS.

    Lembaga riset Oxford Economics

    memprediksi risiko aksi militer

    terhadap Iran akan berdampak pada

    kenaikan harga minyak dunia hingga

    level USD 200/barel, penurunan harga

    saham global sebesar 20%, pelambatanpendapatan dan konsumsi di negara-

    negara maju, serta lonjakan inflasi di

    negara berkembang.

    Di dalam negeri, gejala lonjakan harga

    minyak dunia ini telah diantisipasi oleh

    pemerintah pertama-tama melalui

    perubahan asumsi dasar makro dalam

    rancangan APBN-P 2012. Harga minyak

    dunia yang sebelumnya dipatok sebesar90 US $/barel naik menjadi 105 US

    $/barel. Selain itu, asumsi lifting minyak

    juga mengalami revisi dari yang

    sebelumnya sebesar 950 ribu barel/hari

    turun menjadi 930 ribu barel/hari.

    Kenaikan harga minyak dunia

    berpotensi menekan ruang fiskal karena

    sangat terkait dengan kebijakan subsidi.

    Pemerintah juga berencana untuk

    menaikkan harga Bahan Bakar Minyak

    (BBM). Rencana kenaikan harga BBM

    ini dilakukan melalui perhitungan yang

    cermat dengan tidak melupakan

    dampak kebijakan tersebut terhadap

    masyarakat. Untuk itu, seiring dengan

    kebijakan kenaikan harga BBM, dalam

    rancangan APBN-P 2012, pemerintah

    telah mengalokasikan dana kompensasi.

    Program kompensasi yang

    direncanakan akan efektif per April

    2012 ini meliputi program pemberian

    Bantuan Langsung Sementara

    Masyarakat (BLSM), subsidi transportasi

    yang dilakukan beriringan dengan

    penambahan skema transportasi, serta

    penambahan subsidi beras raskin

    selama 2 bulan. Selain anggaran

    kompensasi, pemerintah juga

    mengalokasikan biaya pembatasanBBM dan konversi ke Bahan Bakar Gas

    (BBG). Alokasi ini dimaksudkan agar

    subsidi BBM dimanfaatkan oleh

    kelompok masyarakat yang tepat serta

    sebagai dukungan mewujudkan

    kebijakan energi nasional yang

    berkelanjutan.

    Turbulensi harga minyak dunia juga

    turut mempengaruhi ketahanan fiskalnasional melalui perubahan alokasi

    belanja pemerintah. Untuk itu, dalam

    rangka menjaga kapasitas fiskal, pada

    rancangan APBN-P 2012, pemerintah

    melakukan upaya pengurangan belanja

    pemerintah melalui pemotongan

    belanja kementerian/lembaga yang

    bersifat non modal (terutama belanja

    barang) sebesar 27,5 T rupiah. Langkah-

    langkah tersebut di atas diharapkan

    dapat meminimalisir dampak lonjakan

    harga minyak dunia pada perekonomian

    nasional. (RA dan RN)

    Antisipasi Lonjakan Harga Minyak Dunia dalam APBN

  • 8/2/2019 TEK Mar 2012

    12/20

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Maret 201210

    Akhir Februari lalu, rapat koordinasi

    terbatas yang membahas RUU JPSK

    antara Pemerintah, Bank Indonesia

    dan Lembaga Penjamin Simpanan telah

    sepakat mengirimkan draft final RUU

    kepada DPR melalui Sekretariat

    Negara. Rakortas yang dihadiri oleh

    Menteri Hukum dan HAM, Menteri

    Keuangan, Komisaris dan Direksi LPS,

    Gubernur Bank Indonesia dan

    beberapa pejabat dari SekretariatNegara telah sepakat dengan poin-

    poin penting karena RUU JPSK

    memang dibutuhkan sebagai landasan

    hukum untuk pengambilan kebijakan

    penting dalam upaya penyelamatan

    perekonomian nasional di situasi krisis.

    Dengan pengalaman krisis 2008 lalu,

    RUU JPSK menegaskan bahwa

    pengambilan keputusan penyelamatanekonomi nasional di masa krisis adalah

    sebuah kebijakan yang berisiko dan

    membawa konsekuensi, sehingga

    konsekuensi dari pengambilan

    keputusan penyelamatan ekonomi

    dianggap sebagai biaya penyelamatan

    dan bukan sebagai kerugian negara.

    Penegasan ini penting agar pengambil

    keputusan dapat bersikap strategis

    dan bebas dari tuntutan atas risikokebijakan karena dalam situasi krisis

    membutuhkan pengambilan kebijakan

    yang cepat dan tepat. RUU JPSK

    berupaya mengalokasikan semua

    sumber daya keuangan ketika harus

    menyelamatkan sistem keuangan

    domestik dari krisis melanda seperti

    pembelian Surat Utang Negara oleh

    Bank Indonesia meskipun tetap

    mempertimbangkan dampak kebijakan

    quasi-fiskal (pembiayaan fiskal melalui

    kebijakan moneter).

    Secara umum, RUU JPSK mengatur

    dua kondisi, yaitu pencegahan dan

    penanganan krisis dengan tujuan untuk

    menciptakan dan memelihara sistem

    keuangan nasional. Pengaturan dalam

    RUU?ini meliputi upayapenanggulangan, yakni (1)

    permasalahan Bank, (2) permasalahan

    Perusahaan Asuransi, dan (3) gejolak

    dan krisis Pasar SBN domestik dalam

    kondisi sistem keuangan tidak normal,

    yaitu melalui pencegahan dan

    penanganan krisis. Penanggulangan

    permasalahan bank dan/atau

    perusahaan asuransi dalam rangka

    pencegahan krisis dilakukan denganmekanisme: (a) pemberian Fasilitas

    Pembiayaan Darurat (FPD) dan (b)

    Penyertaan Modal Sementara (PMS)

    untuk perbankan. Sedangkan bagi

    perusahaan asuransi dilakukan melalui

    mekanisme pemberian pinjaman dan

    Penyertaan Modal Sementara (PMS).

    Apabila terjadi krisis pasar SBN

    domestik yang ditetapkan oleh Forum

    Stabilisasi Sistem Keuangan (FSSK),upaya penanganan krisis pasar SBN

    domestik dilakukan dengan cara: (a)

    pembelian kembali SBN dalam rangka

    stabilisasi pasar SBN domestik dengan

    menggunakan dana Sisa Anggaran

    Lebih (SAL) oleh Pemerintah, (b)

    pembelian SBN oleh Bank Indonesia,

    dan/atau (c) upaya lainnya berdasarkan

    Keputusan FSSK.

    RUU JPSK juga memanfaatkan sumber

    pembiayaan internasional yang

    bertujuan untuk meredam efek tular

    dari krisis eksternal. Skema

    pemanfaatan akan diatur lebih lanjut

    dengan peraturan teknis. Beberapa

    skema penyelamatan krisis baik yang

    terjadi secara sistemik dan tidak

    sistemik telah diatur dalam RUUtersebut.

    Lahirnya UU JPSK nantinya akan

    melengkapi aturan yang menjaga

    sistem perekonomian khususnya di

    sektor keuangan. UU ini pun akan

    saling melengkapi UU Otoritas Jasa

    Keuangan dalam hal pengambilan

    keputusan strategis di Forum Stabilitas

    Sistem Keuangan (FSSK).

    Kita berharap pembahasan RUU JPSK

    dapat berjalan lancar karena aturan

    ini sangat dibutuhkan seperti halnya

    keberadaan Instalasi Gawat Darurat

    (IGD) di dalam sebuah Rumah Sakit.

    Sekalipun mengandung resiko dan

    dalam situasi penuh kepanikan krisis,

    para pengambil keputusan harus dapat

    bekerja dengan tenang karena adanyapayung hukum yang melindungi. (EP2)

    Rubrik Kebijakan dan Regulasi Ekonomi

    UU JPSK Siap Bergulir

  • 8/2/2019 TEK Mar 2012

    13/20

    Rubrik Utama

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Maret 2012 11

    Pada tanggal 19 Maret 2012,

    Kementerian Koordinator

    Perekonomian menyelenggarakan

    Forum Diagnosa Ekonomi (FDE)

    dengan mengangkat tema

    Kewirausahaan, di kampus Universitas

    Andalas, Padang. Kewirausahaan

    menjadi haluan dalam forum diskusi

    ini karena perannya yang vital dalam

    perekonomian termasuk dalam

    membantu penyerapan tenaga kerja.

    Sumatera Barat dipilih sebagai lokasidiskusi serta observasi karena dikenal

    mencetak banyak saudagar handal di

    tanah air.

    Forum mencakup sesi pemaparan

    narasumber dan sesi diskusi. Hadir

    sebagai narasumber dalam acara ini

    antara lain perwakilan pemerintah

    (Bappeda Provinsi Sumatera Barat),

    industri (KADIN Sumatera Barat), dan

    akademisi (Ekonom UNAND).

    Secara ringkas, forum diskusi

    menyimpulkan tentang kebutuhan

    untuk mendorong kewirausahaan

    terutama melalui UMKM dan melalui

    pembangunan kultur dan minat. Data

    menunjukkan bahwa jumlah UMKM di

    Sumbar kini telah 53 juta unit, dimana

    50% bergerak di lapangan usaha dagang

    dan eceran. Dari sisi skala usaha, hampir

    90% UMKM berskala mikro. Besarnya

    jumlah unit usaha telah menciptakan

    peran penting UMKM bagi

    perekonomian Sumatera Barat. Data

    menunjukkan bahwa lebih dari 50%

    UMKM memiliki peran terhadap PDRB.

    Kontribusi lain adalah dalam halpenyerapan tenaga kerja, dimana lebih

    dari 90% tenaga kerja terserap di

    UMKM.

    Tantangan dan kendala yang dihadapi

    UMKM beragam. Bank Indonesia

    menyoroti permodalan dan pemasaran

    sebagai kendala utama bagi UMKM.

    Menurut data Ekonom UNAND,

    sepanjang tahun 2010, 48,1% kendala

    UMKM adalah masalah modal, dan

    20,6% adalah masalah pemasaran.

    Mencermati urgensi dari kendala

    permodalan, pemerintah mentargetkan

    regulasi untuk pembentukan Lembaga

    Penjamin Kredit Daerah (LPKD) guna

    fasilitasi penjaminan kredit Koperasi

    dan UMKM dapat disahkan tahun ini.

    Selain itu, dalam rangka mendorong

    pemasaran yang berkualitas, pemerintah

    diharapkan dapat bekerja sama dengan

    pelaku ekonomi lokal serta berperan

    serta dalam menciptakan pasar bagi

    produk UMKM. Salah satu cara yang

    dapat ditempuh adalah melalui penataan

    besaran alokasi belanja dalam APBD

    yang pada tingkat tertentu harusdibelanjakan di daerah itu sendiri

    sehingga dapat meningkatkan

    permintaan terhadap produk UMKM

    lokal.

    Disamping mengatasi kendala di

    lapangan, upaya mengembangkan kultur

    kewirausahaan juga diperlukan.

    Pemerintah, industri, dan institusi

    pendidikan dapat mengambil peran

    masing-masing untuk ini. Pemerintah

    Sumbar memfokuskan upaya ini melaluiGerakan Pensejahteraan Petani.

    KADIN berkontribusi menggalakkan

    program magang bagi lulusan SMA.

    Sementara itu, institusi pendidikan

    dapat memasukkan kurikulum magang

    dan mata kuliah kewirausahaan untuk

    mendorong minat dan kultur

    kewirausahaan.

    Pada sesi diskusi, diperoleh kesimpulan

    tentang perlunya upaya mendorongkewirausahaan yang lebih terfokus,

    antara lain dengan: a) transfer teknologi

    yang dapat mendekatkan UMKM pada

    teknologi; b) science park yang dapat

    mendekatkan pakar/ahli dengan

    masyarakat; c) trading house sebagai

    salah satu solusi atas kendala

    pemasaran; d) intervensi pemerintah

    melalui kebijakan yang lebih fokus dan

    signifikan mendorong kewirausahaan

    di Sumatera Barat. (APN dan RN)

    Perkembangan Kewirausahaan Provinsi Sumatera Barat

    Penyelenggarakan Forum Diagnosa Ekonomi di Universitas Andalas, Padang

  • 8/2/2019 TEK Mar 2012

    14/20

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Maret 201212

    Paska gempa 30 September 2009,

    perekonomian Sumatera Barat

    (Sumbar) mampu tumbuh pesat. Bank

    Indonesia melaporkan pada tahun

    2011 pertumbuhan ekonomi Sumbar

    sebesar 6,22% (yoy) meningkat dari

    5,93% pada tahun 2010. Menurut

    pemerintah Sumbar, pesatnyapemulihan ekonomi tidak terlepas dari

    peran masyarakat yang secara turun

    temurun mewarisi semangat

    kewirausahaan nenek moyang. Untuk

    mengetahui lebih jauh mengenai peran

    kewirausahaan bagi perekonomian

    daerah yang dikenal sebagai negeri

    para saudagar ini, tim Tinjauan Ekonomi

    dan Keuangan pada tanggal 16-19

    Maret 2012 melakukan observasi yang

    diantaranya dengan mewawancaraidinas Koperasi dan UMKM Provinsi

    Sumbar.

    Geliat wirausaha dapat dilihat dari

    peningkatan jumlah Usaha Mikro Kecil

    Menengah Besar (UMKMB) yang

    didominasi UMKM dari 32.946 pada

    tahun 2005 menjadi 96.377 pada tahun

    2011. Pertumbuhan kewirausahaan

    Sumbar juga tampak lebih cepat daripertumbuhan masyarakat Sumbar itu

    sendiri. Hal ini tercermin dari

    peningkatan proporsi jumlah UMKMB

    terhadap jumlah penduduk dari 0,91%

    pada tahun 2005 menjadi 2,18% pada

    tahun 2011. Lebih jauh lagi, pemda

    Sumbar menguraikan bahwa jiwa

    wirausaha masyarakat Sumbar telah

    muncul sejak dini. Hal ini tercermin

    dari pelaku-pelaku wirausaha yang

    didominasi oleh generasi muda.

    Secara geografis, semangat wirausaha

    tidak terbatas atau terkonsentrasi

    pada daerah tertentu seperti daerah

    perkotaan. Tiga daerah dengan jumlah

    UMKM tertiggi yaitu kota Padang

    (18,21%) dari total UMKM Sumbar,

    Kabupaten Agam (9,27%) dan

    Kabupaten Padang Pariaman (8,42%).

    Secara sektoral wirausaha di Sumbar

    sebagian besar masih bergerak padasektor Perdagangan, Hotel dan

    Restoran 63%, Industri Pengolahan

    12% serta Pengangkutan dan

    Komunikasi (11%).

    Dalam rangka mendukung besarnya

    semangat wirausaha di Sumbar,

    pemerintah pusat dan daerah terus

    melakukan upaya-upaya yang

    diantaranya mencakup program

    pengembangan, fasilitas pemasaran danpembiayaan. Program pengembangan

    UMKM di provinsi Sumbar terus

    dikembangkan melalui gerakan terpadu

    UMKM dengan instansi-instansi terkait;

    penciptaan wirausaha baru melalui

    diklat kewirausahaan pada UPT Balai

    Diklat Koperasi, bimtek, temu usaha

    dan sosialisasi kewirausahaan; petugas

    pendamping/BDS/Klinik UKM/KKMB;

    penyelenggaraan UKM Award; dan

    pengembangan inkubator bisnis melalui

    kerjasama dengan Lembaga InkubatorBisnis Universitas Andalas.

    Sedangkan untuk membantu

    pemasaran, upaya yang dilakukan

    diantaranya pengembangan pasar

    tradisional; pencetakan baliho-baliho

    rendang padang dengan tema

    Rendang Padang Makanan Paling

    Lezat di Dunia; dan sentra-sentra

    pemasaran industri seperti Craft

    Centre yang baru saja diresmikan olehPemda Sumbar pada tanggal 16 Maret

    2012

    Untuk membantu mengatasi masalah

    permodalan dalam pengembangan

    usaha, program-program pemerintah

    diantaranya terdiri atas program

    penataan pedagang kaki lima (PKL)

    melalui bantuan perkuatan modal

    bekerjasama dengan Koperasi dari

    tahun 2008-2011 terhadap 9.000 PKL

    yang dananya berasal dari APBD

    sekitar Rp 5,3 miliar. Sumber

    pembiayaan permodalan UMKM

    lainnya mencakup Program Kemitraan

    Bina Lingkungan (PKBL) BUMN dan

    KUR. Hingga Februari 2012, secara

    kumulatif realisasi KUR oleh tujuh

    Bank Penyalur KUR di Sumbar sebesar

    Rp 1,91 triliun kepada 104.110 debitur.

    Temuan observasi dan data di atas

    menunjukkan bahwa warisan jiwa

    kewirausahaan masih dapat dirasakan

    manfaatnya bagi perekonomian

    provinsi Sumatera Barat. Kedepannya,

    dalam era persaingan global, peran

    kewirausahaan bagi perekonomian

    Sumbar masih dapat ditingkatkan

    melalui inovasi usaha. Semoga

    (RA dan MS)

    Rubrik Utama

    Liputan Wawancara :

    Peran Kewirausahaan bagi

    Perekonomian Sumatera Barat

    Achmad Kharisma (Kiri), Kepala Dinas Koperasi

    dan UMKM Provinsi Sumatera Barat

  • 8/2/2019 TEK Mar 2012

    15/20

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Maret 2012 13

    Hasil Observasi Kewirausahaan di Padang

    Rubrik Utama

    Observasi lapangan yang dilakukan di

    Sumatera Barat bertujuan untuk

    memperoleh gambaran secara

    langsung mengenai kondisi mendasar

    perkembangan kewirausahaan.

    Gambaran dari faktor pendorong

    dilakukan observasi kepada responden

    secara acak di wilayah Padang dan

    sekitarnya. Observasi menjaring

    informasi mengenai indentitas

    responden, profil usaha, sumber

    kemampuan wirausaha, minat

    pengembangan usaha, dan sumber

    pembiayaan untuk pengembangan

    usaha. Berdasarkan hasil observasi

    tersebut, diperoleh gambaran bahwa

    memang masih terdapat sejumlah

    persoalan dasar dalam sektor

    wirausaha di Sumatera Barat,

    khususnya di Kota Padang.

    Mayoritas responden berusia lebih

    dari 40 tahun atau sekitar 57,1% dari

    total responden. Generasi muda di

    Padang yang berusia di bawah 20 tahun

    menunjukkan harapan bagi dunia

    wirausaha di Sumatera Barat karena

    jumlahnya mencapai 35,7% atau

    melebihi responden yang berusia 20-

    40 tahun yang hanya sebesar 7,1%.

    Sebanyak 85,7% responden memang

    berprofesi sebagai wirausaha dan

    sisanya merupakan pelajar atau

    mahasiswa. Dari sisi gender, mayoritas

    wirausaha merupakan perempuan

    yaitu 64,3% dari total responden.

    Untuk mengembangkan dunia

    wirausaha, memang tidak diperlukan

    tingkat pendidikan yang tinggi. Hal ini

    dapat tercermin dari rata-rata tingkat

    pendidikan responden berada pada

    tingkat SMA atau sebesar 50%,

    kemudian disusul sarjana sebesar

    21,4%, tidak tamat SD sebesar 14,3%,

    dan SMP sebesar 7,1%.

    Kebanyakan responden memulai usaha

    sudah sangat lama yaitu lebih dari 10

    tahun atau sebesar 64,3% dari total

    responden dengan mayoritas sektor

    usaha di bidang industri sebesar 78,6%

    dan rata-rata menggunakan modal

    awal di atas Rp 5 juta.

    Sebanyak 85,7% responden memiliki

    keluarga yang berwirausaha dengan

    64,3% keluarga memiliki usaha yang

    sama, yaitu industri makanan atau

    minuman, kerajinan, dan perdagangan.

    Kebanyakan keluarga responden yangmemiliki usaha merupakan saudara

    kandung (adik atau kakak) dan bukan

    orang tua. Selain itu, 78,6% responden

    juga memiliki saudara di luar Sumatera

    Barat yaitu Jakarta, Medan, Riau, Pekan

    Baru, dan lain-lain. Sebanyak 57,1%

    responden mengaku mewarisi

    kemampuan wirausaha dari keluarga

    yang mendorong untuk berwirausaha.

    Dengan kondisi ini banyak usaharesponden merupakan usaha turun-

    temurun. Selain dorongan keluarga,

    faktor lingkungan juga menjadi pemicu

    minat berwirausaha.

    Dukungan pemerintah belum

    dirasakan oleh mayoritas

    wirausahawan karena 42,9%

    responden menyatakan bahwa

    pemerintah tidak pernah memberiBeberapa UMKM di Padang (foto responden)

  • 8/2/2019 TEK Mar 2012

    16/20

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Maret 201214

    dukungan. Dari 57,1% responden yang

    pernah menerima bantuan pemerintah,

    sebanyak 57,1% responden pernah

    mendapatkan bantuan pemasaran,

    28,6% mendapatkan fasilitas dan

    penyuluhan, dan hanya 7,1%

    mendapatkan kemudahan pendanaan.

    Masyarakat Sumatera Barat memiliki

    tingkat tabungan yang tinggi sehingga

    dapat membiayai modal untuk

    membangun usaha. Sebanyak 57,1%

    responden menyatakan membangun

    usaha dengan modal sendiri, dan

    sebesar 42,8% responden membangun

    usaha pinjaman pinjaman bank dan

    lainnya (pinjaman BUMN dan pinjaman

    lain). Kebanyakan responden atau

    sebesar 57,1% memiliki kesulitan untuk

    mengakses modal, padahal sebanyak

    78,6% diantaranya memiliki rencana

    untuk ekspansi usaha. Hal-hal yang

    menjadi kendala untuk mengakses

    modal anta lain perlunya agunan untuk

    melkukan pinjaman, bunga yang tinggi,

    kompetisi untuk mendapatkanpinjaman dengan bunga rendah,

    persyaratan yang rumit, serta

    keterbatasan informasi mengenai

    sumber-sumber pendanaan. Mereka

    memiliki harapan untuk meminjam

    dari perusahaan BUMN karena bunga

    yang rendah tetapi harus bersaing

    karena dana yang tersedia terbatas.

    Oleh karena itu, sebanyak 42,9%

    wirausaha membutuhkan bantuan

    modal, 14,3% membutuhkan bantuan

    pemasaran dari pihak pemerintah.

    (AFA dan Tim Redaksi TEK)

    Rubrik Utama

    Hasil Observasi Kewirausahaan di Sumatera Barat 7

  • 8/2/2019 TEK Mar 2012

    17/20

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Maret 2012 15

    Realisasi Penyaluran KUR per Februari 2012

    Selama Februari 2012, penyaluran KURtercatat sebesar Rp. 2,2 T. Selama

    Januari-Februari 2012, penyaluran KUR

    tercatat sebesar Rp. 3,9 T. Penyaluran

    total KUR sejak November 2007

    hingga Februari 2012 mencapai Rp.

    67,3 T dengan jumlah debitur 5,9 juta

    UMKM. Rata-rata dari tiap debitur

    menerima kredit sebesar Rp. 11,3 juta

    dan tingkat NPL sebesar 2,69%. Bank

    BRI khususnya KUR Mikro masih

    merupakan bank penyalur KURtertinggi.

    Realisasi penyaluran KUR oleh BPD

    pada bulan Februari 2012 mencapai

    Rp 209,1 milliar (M) dengan debitur

    sebanyak 2.503 UMKM. Tingkat NPL

    rata-rata untuk BPD sebesar 3,61%.

    Penyalur KUR tertinggi adalah Bank

    Jabar Banten dan Bank Jatim.

    Dilihat dari sektor yang menerima

    KUR pada bulan Februari 2012, sektorperdagangan masih pada urutan

    tertinggi mendapatkan KUR.Sementara sektor pertanian dan

    perikanan sebesar 17%.

    Berdasarkan sebaran regional, secara

    komulatif penyaluran tertinggi KUR

    pada provinsi Jawa Timur sebesar Rp.

    10,4 T. Untuk provinsi Jawa Tengah

    tercatat sebesar Rp 9,9 T. Sedangkan

    realisasi untuk di luar Jawa masih

    kurang optimal, hal tersebut

    diperlihatkan pada provinsi yang

    mendapatkan penyaluran terendah

    yaitu pada provinsi Bangka Belitung

    dan Maluku Utara.

    Sejak diluncurkannya KUR TKI oleh

    Presiden pada tanggal 14 Desember

    2010, penyaluran KUR TKI masih

    kurang optimal, terlihat penyaluran

    masih terpusat di sekitar pulau Jawa,

    yaitu DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa

    Timur. Tercatat penyaluran KUR TKI

    hingga Februari 2012 tercatat Rp. 3,5M dengan jumlah debitur sebanyak

    317 TKI.Menurut provinsi, penyaluran KUR

    TKI tertinggi hingga Februari 2012

    adalah provinsi Jawa Timur yang

    merupakan kantong TKI terbesar, yaitu

    Rp 1,7 M atau sekitar 50% dari total

    KUR TKI dengan jumlah debitur 123

    TKI. Selanjutnya, provinsi DKI Jakarta

    tercatat Rp. 1,5 M dengan jumlah

    debitur 155 TKI dan provinsi Jawa

    Tengah sebesar Rp. 240 juta dengan

    jumlah debitur 39 TKI.

    Hingga Februari 2012, realisasi

    penyaluran TKI untuk pembiayaan

    keberangkatan ke negara tujuan yang

    dibiayai melalui KUR TKI mayoritas

    adalah Brunai Darussalam sebesar Rp.

    1,5 M dengan jumlah debitur sebanyak

    156 TKI. Hongkong sebesar Rp 1,4 M

    dengan debitur sebanyak 77 TKI dan

    Malaysia sebesar Rp 535 juta dengan

    jumlah debitur 83 TKI.

    Realisasi penyaluran KUR TKI menurut

    lapangan kerja, umumnya para debitur

    bekerja di negara penempatan pada

    sektor konstruksi yaitu sebanyak 212

    TKI dengan kredit sebesar Rp 1,9 M.

    Debitur yang bekerja pada sektor

    rumah tangga sebanyak 74 TKI dengan

    kredit sebesar Rp. 1,4 M. Pada sektor

    manufaktur jumlah debitur sebanyak

    26 TKI dengan kredit Rp 171 juta dankredit terendah pada sektor penjaga

    rumah tangga sebesar Rp 43 juta

    dengan jumlah debitur 5 TKI.

    Tahun 2012, Komite Kebijakan KUR

    akan terus mendorong kerjasama Bank

    Penyalur daerah untuk peningkatan

    penyaluran KUR TKI dan sektor

    produktif.

    (WP dan MS)

    Penyaluran KUR Menurut Sektor Ekonomi (November 2007-Februari 2012) 8

    Sumber: Komite Kebijakan KUR,

    Kemenko Perekonomian

    Rubrik Penyaluran KUR

  • 8/2/2019 TEK Mar 2012

    18/20

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | Maret 201216

    yang melimpah. Kedua, besarnya jumlahpenduduk khususnya penduduk kelas

    menengah menjadikan Indonesia

    sebagai pasar yang menjanjikan.

    Kedepannya, minat wirausaha dalam

    negeri diyakini juga didorong oleh

    meningkatnya arus investasi asing

    setelah Indonesia kembali meraih

    investment grade.

    Di saat yang sama, hambatan

    pertumbuhan minat usaha terkaitdengan permasalahan investasi yang

    ada. Dari sisi pengusaha, permasalahan

    investasi yang menghambat

    perekonomian jika diurutkan

    berdasarkan signifikansinya adalah:

    kepastian hukum, infrastruktur, tenaga

    kerja, dan birokrasi. Maraknya kasus

    hukum berdampak negatif pada minat

    berwirausaha di Indonesia. Sedangkan

    rencana pembangunan infrastruktur

    yang salah satunya terangkum dalamMP3EI belum dirasakan realisasinya.

    Pada saat yang sama, pihak pengusaha

    merasakan kendala terkait dengan

    ketenagakerjaan mulai dari tingkat

    keterampilan tenaga kerja yang dinilai

    masih rendah sampai hambatan hukum

    ketenagakerjaan. Bagi pengusaha, butir-

    butir UU No. 13/2003 yang terkait

    dengan besarnya pesangon dan sulitnya

    proses pemutusan kerja menjadihambatan bagi pertumbuhan industri

    padat karya di Indonesia. Sedangkan

    penentuan tingkat upah minimum

    melalui mekansime tripartit di

    Indonesia dinilai tidak efektif. Oleh

    karena itu, pihak pengusaha mengusung

    pentingnya penguatan mekanisme

    bipartit dalam penetapan upah.

    Birokrasi khususnya dalam hal perijinan

    usaha dinilai masih menjadi hambatan

    wirausaha di Indonesia. Banyaknyaperaturan yang tumpang tindih dan

    waktu pengurusan perijinan yang

    terlalu lama menimbulkan biaya

    ekonomi yang tinggi. Sebagai solusi,

    reformasi birokrasi perlu terus

    digiatkan baik pada level nasional

    maupun daerah.

    Sejauh ini, pihak pengusaha menilai

    dukungan perbankan dalam

    permodalan dunia usaha sudah cukupbaik. Akan tetapi, perbankan yang

    mengelola dana masyarakat diharapkan

    lebih berpihak pada rakyat. Produk-

    produk perbankan bagi rakyat

    berpendapatan rendah dinilai masih

    minim. Untuk mengatasinya,

    dibutuhkan intervensi pemerintah

    untuk menggalakkan keuangan inklusif.

    Namun, program pemerintah seperti

    KUR dinilai masih belum sepenuhnya

    berpihak kepada rakyat karenatingginya tingkat bunga yang dikenakan.

    Dengan demikian, dibutuhkan peran

    pemerintah dalam menyediakan kredit

    dengan bunga terjangkau tanpa

    meningkatkan risiko perbankan.

    Terakhir, pihak pengusaha masih

    merasa kecewa dengan sistem

    pendidikan yang kurang dalam

    memenuhi kebutuhan industri dan

    menumbuhkan minat usaha diIndonesia. Selama ini, kerjasama antara

    institusi pendidikan dengan dunia usaha

    dalam pengembangan keterampilan

    kerja dan wirausaha dinilai masih

    kurang. Oleh karenanya koordinasi

    berbagai pihak termasuk swasta dan

    pemerintah melalui institusi pendidikan

    untuk meningkatkan keterampilan

    kerja dan minat wirausaha perlu terus

    ditingkatkan. (RA dan RN)

    Rubrik Pakar

    Kontribusi Swasta dalamMembangun Bangsa

    Data makro ekonomi Indonesia

    menunjukkan kinerja yang baik. Sebagai

    contoh, tingkat pengangguran menurunseiring dengan meningkatnya investasi.

    Oleh karena itu tidak dapat dipungkiri

    pentingnya peran swasta dalam

    pembangunan ekonomi. Sofjan

    Wanandi, Ketua Umum APINDO

    dalam wawancara dengan tim redaksi

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan

    meyakinkan peran swasta sebagai

    lokomotif pertumbuhan ekonomi.

    Diperlukan sinergi antara UMKM danUB (Usaha Besar) dalam optimalisasi

    peran wirausaha dalam pembangunan

    ekonomi.

    Dari sudut pandang pengusaha,

    pertumbuhan wirausaha di Indonesia

    terutama dipengaruhi dua hal. Pertama,

    tren meningkatnya harga komoditas

    di pasar internasional diyakini dapat

    menguntungkan investor di Indonesia

    yang memiliki basis sumber daya alam

    Sofjan WanandiKetua Umum APINDO

  • 8/2/2019 TEK Mar 2012

    19/20

    Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi

    kerja yang memuat syarat syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak

    Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan

    perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah

    Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku

    dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh,

    dan pemerintah yang didasarkan pada nilai nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar

    Negara Republik Indonesia Tahun 1945

    Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untukpekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka,

    mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta

    melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan

    pekerja/buruh dan keluarganya

    Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga k erja pada waktusebelum, selama, dan sesudah masa kerja

    Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan

    barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat

    Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan

    dalam bentuk lain

    Tenaga kerja asing adalah warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di

    wilayah Indonesia

    Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan,

    serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada

    tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan

    atau pekerjaan

    DAFTAR ISTILAHDAFTAR ISTILAH

  • 8/2/2019 TEK Mar 2012

    20/20

    Untuk informasi lebih lanjut hubungi :

    Redaksi Tinjauan Ekonomi dan Keuangan

    Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

    Gedung Sjafruddin Prawiranegara (d.h. Gd. PAIK II) Lantai 4

    Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta, 10710

    Telepon. 021-3521843, Fax. 021-3521836Email : [email protected]

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan dapat didownload pada website www.ekon.go.id