Top Banner
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edisi 09 – September 2010 | Kedeputian Bidang Koordinasi Ekonomi Makro & Keuangan Formalisasi Tabungan Mikro: Pendekatan Berjenjang Untuk Mendorong Intermediasi TKI dan Remitansi Meningkatkan Remitansi Pekerja Migran Indonesia tak semudah yang Financial Inclusion: Memudahkan Akses Bank bagi Semua Masyarakat
33
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Tek 0910

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Edisi 09 – September 2010 | Kedeputian Bidang Koordinasi Ekonomi Makro & Keuangan

Edisi 09 – September 2010 | Kedeputian Bidang Koordinasi Ekonomi Makro & Keuangan

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Kedeputian Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan

Asisten Deputi Urusan Analisa Kebijakan Makro

Gedung Sjafruddin Prawiranegara (d.h. Ged. PAIK II) Lantai 4Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta, 10710Telepon. 021-3521843, Fax. 021-3521836 www.ekon.go.id

Formalisasi Tabungan Mikro: Pendekatan Berjenjang Untuk Mendorong Intermediasi

TKI dan Remitansi

Meningkatkan Remitansi Pekerja Migran Indonesia

tak semudah yang dibayangkan …

Financial Inclusion:Memudahkan Akses Bank bagi Semua Masyarakat

Page 2: Tek 0910
Page 3: Tek 0910

Kementerian Koordinator Bidang PerekonomianKedeputian Ekonomi Makro dan Keuangan

Edisi September 2010

Tinjauan Ekonomi

Internasional Perkembangan Harga Komoditas Dunia 3 Melihat Kebijakan Ekonomi Hong Kong 4

Domestik Utama: Formalisasi Tabungan Mikro: Pendekatan Berjenjang Untuk Mendorong Intermediasi 6 Utama: TKI dan Remitansi 7 Utama: Meningkatkan Remitansi Pekerja Migran Indonesia 9 Perkembangan Wisatawan Mancanegara 11 Inflasi & Gejolak Harga 11 Perkembangan Harga Komoditas Bahan Pokok 13 Perkembangan Ekspor Impor 14 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah 16 Analisa Perkembangan Utang, SBN & SBI 17 Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) 19 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) 19 Analisa Nilai Tukar Petani 20

Tinjauan Keuangan

Perkembangan Pasar Modal 21 Pemantauan Perbankan 22 Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) September 2010 25

Sekilas Berita Internasional & Domestik 27

Liputan Economists Talk Edisi Kelima September 2010 “Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam & Relevansinya Terhadap Masalah Perekonomian Indonesia” 28Bersama: Adiwarman Azwar Karim (Pengamat Ekonomi Syariah)

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 1

Page 4: Tek 0910

OPINIPertumbuhan ekonomi yang inklusif (inclusive growth) menjadi tema kebijakan ekonomi yang populer memasuki era pertama abad 21. Tema ini menjadi semacam pembaharuan dari tema sebelumnya yaitu pertumbuhan dengan pemerataan (growth with equity). Perkembangan tema ini menunjukkan keinginan untuk secara konsisten mewujudkan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang simultan dengan penurunan jumlah penduduk miskin dan penciptaan lapangan kerja. Pertumbuhan yang inklusif sejatinya merupakan puncak dari upaya di sektor-sektor ekonomi. Upaya di masing-masing sektor untuk meningkatkan ikutan perbaikan kesejahteraan masyarakat dalam proses akselerasi pertumbuhannya. Pada sektor keuangan, upaya ini sudah menjadi perhatian di lingkungan internasional, antara lain G20, yang disebut dengan financial inclusion. Sekitar 2,5 milyar penduduk dewasa dunia, sebagian besar di negara-negara berkembang, belum memiliki akses kepada pelayanan keuangan yang formal. Kelompok penduduk ini pada umumnya berpendapatan rendah. Kenyataan tersebut telah mengubah persepsi bahwa masalah financial inclusion hanya tugas bank sentral dan regulator keuangan namun juga pemerintahan. Program financial inclusion bukan hanya menyangkut stabilitas ekonomi, namun juga pertumbuhan ekonomi yang berimbang dan pengentasan kemiskinan. Financial inclusion berarti membangun suatu sistem keuangan formal yang melayani penduduk berpendapatan rendah dengan mengembangkan berbagai produk pelayanan keuangan. Pembangunan sistem ini pada umumnya menghadapi hambatan di sisi sediaan maupun permintaan. Pada sisi sediaan masalah yang dihadapi adalah biaya transaksi yang mahal dan lemahnya kerangka regulasi yang membatasi jumlah dan kualitas produk dan jasa keuangan. Sementara hambatan di sisi permintaan pada faktor sosial ekonomi dan budaya, lemahnya sistem tanda-pengenal formal, keterbatasan rekam-jejak keuangan perorangan, tingkat melek keuangan (financial literacy) yang rendah, dan belum adanya mekanisme perlindungan konsumen. Indonesia tercatat telah melakukan program financial inclusion antara lain melalui program TabunganKu. Melalui program TabunganKu, yang berbiaya administrasi rendah, diharapkan dapat menjangkau sekitar 80 juta penduduk yang saat ini belum terlayani oleh bank. Upaya lain yang perlu dikembangkan adalah mobile banking (m-banking). Produk ini cocok dikembangkan di Indonesia mengingat jumlah penduduk yang besar dan merupakan negara kepulauan, serta telah meluasnya penggunaan telpon seluler. Pengembangan m-banking juga dimungkinkan untuk meningkatkan remitansi pekerja migran kita, sebagaimana telah dilakukan di Filipina, India, dan Meksiko. Semoga.

PDB Q2-2010, harga berlaku Rp. 1572.4 T

Pertumbuhan Ekonomi Q2-2010 6.2 % (yoy)

Inflasi, September 2010 5.80% (yoy)

Tk. Pengangguran Feb 2010 7.41%

Tk. Kemiskinan Maret 2010 13.33%

Nilai Tukar (Rp/USD), 31 September 2010

8,924

Cadangan Devisa $86.55 Milyar

Ekspor Agustus 2010 $13,706. Juta

Impor Agustus 2010 $12,221 Juta

Nilai Tukar Petani September 2010 102.19

IHPB Agustus 2010 175.72

Wisatawan Mancanegara, Agustus 2010 586,530 orang

Indikator Ekonomi September 2010

Tim Penyusun Kedeputian Ekonomi Makro & Keuangan

Gedung Syafruddin Prawiranegara II Lantai 4Jalan Lapangan Banteng Timur 2-4 Jakarta

Telepon 021-3521843 Fax. 021-3521836

Seluruh artikel merupakan hasil kajian Kedeputian Ekonomi Makro & Keuangan berdasarkan data dan informasi dari sumber dan referensi terkait.Tinjauan berita merupakan ringkasan dari berbagai media sumber yang menjadi rujukan analisa. Seluruh

artikel melalui proses editing dan reviu.

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 2

Gambar Sampul: techeblog & coolpicturegallery.net dimodifikasi

Page 5: Tek 0910

Perkembangan Harga Komoditas Dunia

KomoditasRata-rata Tahunan Rata-rata Triwulan Rata-rata Bulanan

2009 Jan-Sep 2010 Q2-2010 Q3-2010 Jul-10 Aug-10 Sep-10

Non Energi1 213.2 257.8 255.3 274 262.3 274.3 285.2Kopi Arabika (c/kg) 317.1 404.7 392 468.5 448.0 466.5 491Kopi Robusta (c/kg) 164.4 165 161 183.2 188.0 182.3 179.2Minyak Kelapa ($/mt) 725 984 955 1,162 1,031 1,161 1,284Maize ($/mt) 165.5 167.4 157.7 181.7 163.8 175.6 205.9Beras, Thailand, 5% ($/mt) 555 481.7 452.4 457.2 441.8 452.8 477Gandum, US, HRW (b/$/mt) 224.1 203.6 177.4 237.9 195.8 246.2 271.7Gula (b/c/kg) 40.0 43.23 34.93 42.94 38.5 40.71 49.63Emas ($/toz) 973 1,177 1196 1,227 1,193 1,216 1,271Bijih besi (b/c/dmtu) 101 157.7 167 205 205 205 205Nikel (b/$/mt) 14,655 21,209 22,476 21,191 19,518 21,413 22,643Seng (b/c/kg) 166 210.9 202.6 201.3 184.4 204.5 215.1 Energi2 214.3 264.6 267.7 259.9 257.2 260.1 262.2Batu bara ($/mt) 71.8 96.07 99.49 93.55 95.2 89.59 94.88Minyak Mentah, average spot ($/bbl) 61.8 76.91 78.18 75.51 74.6 75.83 76.12Gas, US ($/mmbtu) 3.9 4.58 4.32 4.28 4.6 4.31 3.9

Keterangan: a/ Included in the energy index (2000=100), b/=included in the non-energy index (2000=100), ¢=US cent, mt=metric ton, bbl=barrel, toz=troy oz, mmbtu=million British thermal units, dmtu=dry metric ton unit, kg=kilogram.1 komoditas pertanian, bahan baku, logam dan mineral2 batu bara (Australia), minyak mentah (average spot, brent, Dubai, West Texas Int), gas alam (index, Europe, US, LNG Japan. Tabel 1 . Harga komoditas non energi dan energi naik masing-masing sebesar 3.97% dan 0.81%pada September 2010 (Sumber: DECPG, The World Bank).

TINJAUAN | EKONOMI | INTERNASIONAL

Perkembangan Harga Komoditas Dunia

Harga rata-rata komoditas energi Januari hingga September 2010 meningkat sebesar 23,5% dibandingkan dengan harga rata-rata tahun 2009. Peningkatan terjadi di semua harga komoditas energi yaitu batubara 33,7%; minyak mentah 24,5%; dan gas alam 18,9%. Peningkatan harga sepanjang tahun 2010 ini didorong oleh tingginya permintaan dan pengurangan produksi minyak oleh OPEC. Namun kenaikan harga yang terjadi dapat dicegah tidak terlalu tinggi karena OPEC memiliki persediaan minyak yang banyak. Turunnya harga batubara dan gas alam di tahun 2009 juga dipengaruhi oleh pelemahan ekonomi global dan kemudian kembali meningkat di sepanjang tahun 2010 seiring pemulihan ekonomi global. Sama halnya dengan komoditas energi, harga komoditas non energi juga mengalami peningkatan hingga September 2010 jika dibandingkan dengan harga rata-rata tahun 2009. Harga rata-rata semua komoditas non energi sepanjang Januari hingga September 2010 meningkat sebesar 20,9% dibandingkan dengan tahun 2009.

Pada September 2010 sendiri, harga komoditas non energi kembali mengalami peningkatan sebesar 3,9% setelah pada bulan sebelumnya meningkat sebesar 4,6%. Harga komoditas pertanian naik 4,0% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Harga biji-bijian, jagung dam sorgum naik masing-masing 11%, 29% dan 17% dibandingkan bulan sebelumnya yang masih disebabkan oleh substitusi permintaan dari pasar gandum. Harga gula juga naik sebesar 22% diakibatkan cuaca yang tidak mendukung produksi di Rusia dan Pakistan dan musim kemarau di Brazil. Harga logam dasar juga meningkat 5,3% pada September 2010 masih disebabkan oleh turunnya stok, keterbatasan pasokan, khususnya timah dan tembaga. Harga timah naik 9% khususnya disebabkan oleh penurunan produksi di Indonesia karena musin hujan. Harga tembaga juga naik sebesar 6% karena persediaan yang berkurang sedangkan produksi mengalami penurunan. Harga sejumlah logam dan mineral lainnya juga meningkat, diantaranya emas 4,5%; nikel 5,7%; dan seng 5,2% dibandingkan dengan bulan Agustus 2010. Naiknya harga logam emas dan perak didorong oleh tingginya permintaan sebagai instrumen investasi.

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 4

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 3

Page 6: Tek 0910

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 5

Kenaikan Upah Minimum

South China Morning Post mengungkapkan bahwa lebih dari 300 ribu pekerja dengan bayaran rendah akan memperoleh kenaikan upah apabila Chief Executive Hongkong menerapkan peraturan upah minimum untuk pertama kalinya sebesar kurang lebih HK$28 per jam yang telah disetujui oleh Komisi Sementara Upah Minimum Hongkong. Besaran tersebut merupakan perkiraan kompromistis dari besaran yang diusulkan pengusaha sebesar HK$25 per jam dan besaran yang diajukan pekerja sejumlah HK$33 per jam. Peningkatan ini akan berdampak pada sekurangnya 314 ribu pekerja atau 11.3% dari total angkatan kerja. Pemerintah memiliki hak sepenuhnya dalam penerapan standar upah minimum ini yang mempertimbangkan pengalaman negara lain, opini pekerja dan pengusaha Hong Kong, data perekonomian dan kondisi pasar tenaga kerja. Selain memperjuangkan upah minimum, saat ini serikat pekerja di Hong Kong memutuskan untuk berjuang menekan lamanya jam kerja. Menurut mereka, pada bidang tertentu seperti catering, keamanan dan retail, tak jarang pekerja harus bekerja 12 jam sehari atau lebih. Dengan pemberlakuan upah minimum mulai 2011, serikat pekerja mengharapkan pemerintah juga dapat mempertimbangkan perlunya payung hukum yang mengatur jam kerja. Dalam sebuah survey yang dilakukan oleh catering and Hotels Industries Employees General Union, hanya 12.5%dari 374 responden yang bekerja 8 jam sehari atau kurang dari 71% lainnya harus bekerja lebih dari 10 jam per hari. Hongkong Building Management & Security Workers General Union bahkan telah mengirimkan surat kepada pemilik gedung komersial untuk mengurangi jam kerja penjaga dari 12 jam per hari ke 8 jam per hari. Peraturan tentang jam kerja ini telah diterapkan di Eropa, Amerika dan beberapa negara lainnya di Asia.

Kartu Kredit Penyebab Kredit MacetSetelah krisis keuangan global, masyarakat dunia cenderung menyalahkan penggunaan kartu kredit yang tidak terkontrol yang mengakibatkan tingkat kredit macet yang begitu tinggi. Masyarakat Hong Kong seakan tidak belajar dari pengalaman tersebut, yang dibuktikan dengan penggunaan lebih dari satu kartu per orang dan hanya membayar tagihan minimum bulanan. Gambaran penggunaan kartu kredit di Hongkong lebih besar daripada Amerika Serikat. Ini merupakan hasil studi Universitas Hong Kong yang menemukan juga bahwa satu dari lima pengguna kartu kredit akan sampai pada tahap gagal bayar. Selain itu, fenomena ‘advance consumption’, yaitu perilaku belanja sebelum benar-benar mendapatkan penghasilan, merupakan gejala yang dapat mengarah pada bom waktu finansial di kemudian hari.

Pembelian Properti Meningkat Pesat

Dari sisi perkembangan properti, sampai dengan September 2010, jumlah transaksi terdaftar untuk penjualan rumah di Hong Kong mencapai 105.925 dengan total nilai HK$43.58 miliar (berdasarkan data dari Ricacorp Properties). Hal ini menurut mereka merupakan angka tertinggi di Hong Kong baik dalam hal jumlah maupun nilai sejak tahun 2007. Para pembeli dari Tiongkok cukup banyak yakni sebesar 30% dari total pembeli. Dibawah Capital Investment Entrant Scheme, investor dapat memperoleh residency di Hong Kong dengan berinvestasi di beberapa sector yang diizinkan termasuk properti dengan jumlah minimum HK$ 6.5 juta.

Mengikuti perkembangan yang terjadi di dunia properti Hong Kong, Beijing, Shanghai dan tempat lain di Tiongkok, Macau mengumumkan langkah-langkah untuk meredakan spekulasi di bidang property dan menambah supply perumahan untuk masyarakat. Pemerintah Macau telah mengalokasikan satu tempat yang khusus diperuntukan sebagai kawasan pemukiman yang berupa flat seluas 700-800 kaki persegi. Pemerintah akan membantu pengembang untuk mengubah bekas kawasan industry menjadi kawasan hunian.

Berdasarkan Lappersitmiting Konsulat Jenderal RI Hongkong

Page 7: Tek 0910

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 6

TINJAUAN | EKONOMI | DOMESTIK

TINJAUAN UTAMA 

Formalisasi Tabungan Mikro: Pendekatan Berjenjang Untuk Mendorong Intermediasi

Lembaga keuangan mikro membutuhkan himpunan dana dalam rangka menyediakan sumber dana pembiayaan bagi masyarakat miskin dan masyarakat berpenghasilan rendah yang sulit mendapatkan akses pembiayaan formal seperti perbankan. Namun, karena karakteristik usahanya, LKM sering mengalami kondisi dimana jumlah pembiayaan melebihi sumber dananya. Di sisi lain, masyarakat miskin juga membutuhkan lebih banyak dan kemudahan akses untuk menyimpan dana yang dimiliki. Terdapat hubungan mutualisme yang dapat dimanfaatkan oleh LKM dan masyarakat miskin tersebut. Sebagian besar LKM memperoleh dananya dari simpanan masyarakat selain dari dana pribadi dan pinjaman bank.

Selama ini, masyarakat miskin menggunakan jasa informal dan jaringan sosial yang dekat dengan mereka untuk menyimpan dana. Lebih konvensional lagi, mereka menyimpan dana yang dimiliki dengan menitipkan pada keluarga, teman atau menyimpannya dibalik bantal, tentunya cara ini tidaklah aman. Padahal dari sebuah hasil penelitian (Collins, et.al., 2009) diketahui bahwa rumah tangga miskin di Bangladesh, India dan Afrika Selatan bersedia membayar biaya dan risiko yang besar untuk mengakses jasa tersebut. Di sejumlah negara, telah tumbuh organisasi-organisasi kredit mikro yang meskipun belum teregulasi namun dapat menyediakan jasa tersebut dengan baik. Pemerintah mungkin dapat membuat organisasi tersebut berintegrasi ke dalam sistem keuangan sebagai salah satu lembaga intermediasi dengan menggunakan pendekatan berbasis risiko dalam perizinannya dan mengatur serta mengawasi keuangan mikro berbasis tabungan. Tabungan adalah pilar dasar berjalannya financial inclusion system. Tabungan memberikan kontribusi untuk financial inclusion system dengan memperkuat keuangan rumah tangga berpendapatan rendah, sumber pendanaan bagi lembaga keuangan mikro, dan membuat industri keuangan mikro menjadi semakin kompetitif dan efisien. Secara makro, kondisi pasar keuangan yang berkembang baik tentunya akan mendorong pertumbuhan ekonomi, industri dan perusahaan individu (Levine, 2005).

Selain itu, semakin berkembangnya pasar keuangan mengurangi kesenjangan pendapatan secara umum, memberikan dampak positif yang tidak proporsional pada pendapatan masyarakat miskin dan berkontribusi pada pengurangan kemiskinan (Beck, et.al., 2007).

Lembaga Keuangan Mikro yang membiayai pertumbuhan dengan memanfaatkan pendanaan berbasis tabungan deposito untuk melaksanakan fungsi intermediasi memberikan beberapa manfaat. Pertama, deposito merupakan sumber pendanaan yang cenderung lebih stabil dibandingkan sumber pendanaan lain. Krisis keuangan internasional yang belakangan terjadi menunjukkan bahwa risiko likuisitas sangat erat kaitannya dengan pendanaan yang berasal dari hutang luar negeri. Tabungan juga merupakan sumber pendanaan yang lebih murah. Dan semakin kecil biaya pendanaan maka semakin kecil bunga pinjaman kredit.

Sumber: Kompas.com

“..Tabungan memberikan kontribusi untuk financial inclusion system dengan memperkuat keuangan rumah tangga berpendapatan rendah, sumber pendanaan bagi lembaga keuangan mikro, dan membuat industri keuangan mikro menjadi semakin kompetitif dan efisien..”

Page 8: Tek 0910

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 7

Manfaat kedua adalah mendorong LKM untuk tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan aset LKM berbasis deposito berkaitan erat dengan deposito yang diperoleh dan oleh karena itu pertumbuhannya bergantung pada pelayanan yang mereka berikan pada nasabah dan persepsi dari nasabah mengenai integritas dari LKM itu sendiri. LKM ini harus menjadi lembaga yang disiplin, memberikan pelayanan yang baik dan berhati-hati menjaga reputasi mereka. Pendanaan dari tabungan deposito ini membuat perkembangan LKM tergantung pada kondisi ekonomi karena mereka hanya dapat tumbuh jika secara efektif berhasil memenuhi permintaan pasar untuk memberikan jasa simpanan dan kredit. Ketiga, LKM berbasis tabungan deposito ini dapat menikmati loyalitas nasabah ketika nasabah yang melakukan penyimpanan dana memiliki rasa percaya pada lembaga tersebut. Untuk beberapa nasabah, tabungan dapat menjadi langkah awal untuk mengakses kredit dan layanan lainnya di kemudian hari.Manfaat LKM berbasis tabungan deposito ini dirasakan di tingkat industri. Peraturan dan pengawasan terkait lembaga berbasis tabungan deposito akan menciptakan kondisi yang semakin kondusif bagi pendalaman pasar yang berkelanjutan. LKM berbasis tabungan deposito memiliki kapasitas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Perizinan, peraturan dan pengawasan lembaga keuangan mikro diperlukan karena mereka memiliki keunikan dan berbeda dengan sistem perbankan konvensional. Menjadikan LKM sebagai lembaga formal juga didasarkan pada kemampuannya berinovasi dan berinteraksi secara langsung dengan masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah dibandingkan perbankan konvensional. Peraturan tersebut akan membuka jalan bagi proses transisi lembaga kredit yang tidak teregulasi menjadi lembaga intermediasi yang teregulasi dengan cara mendorong terjadinya persaingan di pasar dengan segmen masyarakat berpendapatan rendah. Peraturan khusus terkait LKM ini juga merupakan pendekatan untuk mengatasi sejumlah risiko yang dihadapi sektor keuangan mikro. Diperlukannya peraturan khusus yang berbeda dengan peraturan perbankan dikarenakan LKM tidak dapat memenuhi sejumlah persyaratan bagi perbankan meskipun LKM melakukan sejumlah aktivitas yang sama dengan perbankan. Diantaranya, memiliki modal yang lebih rendah dari CAR perbankan, ruang lingkup pelayanan dan batas eksposur risiko yang dihadapi umumnya jauh lebih konservatif daripada perbankan konvensional, dan adanya perbedaaan ketentuan klasifikasi pinjaman, provisi dan penghapusan yang disesuaikan dengan risiko yang dimiliki LKM.Referensi: Policy Note Alliance for Financial Inclusion

TKI dan Remitansi

Dari hasil laporan BNP2TKI diketahui bahwa hingga Juni 2010 penyaluran TKI terbesar adalah ke kawasan Asia (58,2%). Hampir 78% TKI yang dikirim ke kawasan Asia atau sekitar 1,9 juta orang TKI dikirimkan ke Malaysia. Jumlah ini sangat besar jika dibandingkan dengan pengiriman TKI ke beberapa negara Asia lainnya seperti Taiwan, Hongkong dan Singapura yang masing-masing sekitar 182 ribu, 167 ribu dan 132 ribu orang TKI. Sebagian besar TKI di Malaysia bekerja di sektor formal (55,4%) dan sisanya bekerja di sektor informal (42,8%) dan menjadi profesional (1,8%). Sedangkan TKI di Singapura dan Hongkong sebagian besar bekerja di sektor informal diikuti sektor formal dan profesional. Begitu pula di Taiwan, sebagian besar TKI bekerja di sektor informal namun TKI yang menjadi profesional lebih banyak jumlahnya daripada TKI yang bekerja di sektor formal.

Kawasan kedua terbesar target pengiriman TKI adalah kawasan Timur Tengah dan Afrika (41%). Untuk kawasan ini, penyaluran TKI terbesar adalah ke Negara Arab Saudi yaitu hampir 1,5 juta TKI atau 81,5% dari jumlah TKI yang dikirimkan ke kawasan tersebut. Sebagian besar TKI di Arab Saudi bekerja di sektor informal (91,3%) dan sisanya menjadi profesional (4,8%) dan bekerja di sektor formal (3,9%). TKI yang bekerja di kawasan Amerika dan Eropa-Australia masing-masing sebesar 0,3% dan 0,6% dari jumlah TKI yang dikirim hingga Juni 2010. Sebagian besar TKI di Amerika bekerja sebagai profesional sedangkan sebagian besar TKI di Eropa-Australia bekerja di sektor formal dengan pengiriman TKI terbanyak ke Jerman dan Spanyol. Secara keseluruhan, sebagian besar TKI bekerja di sektor informal (65,9%), formal (30,3%) dan sebagai profesional (3,8%).

Asia Timteng & Afrika Amerika Eropa & Australia0.0

10.020.030.040.050.060.070.080.090.0

100.0 91.0

6.6 0.6 1.8

43.8

56.2

0.0 0.0

44.651.4

3.3 0.7

Persentase Base Stock TKI Tahun 2010

Formal Informal Profesional

(%)

Gambar 4. Hingga Juni 2010, Penyaluran TKI terbesar adalah kawasan Asia (Sumber: BNP2TKI)

Page 9: Tek 0910

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 8

58.2%

41.0%

0.3% 0.6%

Persentase Base Stock TKI Berdasarkan Negara Tahun 2010

AsiaTimteng & AfrikaAmerikaEropa & Australia

30.3%

65.9%

3.8%

Persentase Base Stock TKI Berdasarkan Pekerjaan Tahun 2010

FormalInformalProfesional

Gambar 5. Hingga Juni 2010, Penyaluran TKI terbesar adalah ke kawasan Asia (58,2%). Hampir 78% TKI yang dikirim ke kawasan Asia atau sekitar 1,9 juta orang TKI dikirimkan ke Malaysia. Secara keseluruhan, sebagian besar TKI bekerja di sektor informal (Sumber: BNP2TKI)

Dari hasil laporan Bank Indonesia, total remitansi mengalami peningkatan dari Rp 6 Triliun pada tahun 2007 menjadi Rp 6,6 Triliun pada tahun 2008. Jumlah ini sedikit mengalami penurunan pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 302,5 juta dibandingkan dengan tahun 2008. Diperkirakan total remitansi di tahun 2010 tidak akan jauh berbeda dengan pencapaian pada tahun 2009. Dilaporkan total remitansi hingga Juni 2010 mencapai 50,3% dari total remitansi tahun 2009. Hingga Juni 2010, sumbangan remitansi terbesar masih berasal dari TKI yang bekerja di kawasan Asia (55,6%), dan selanjutnya berasal dari TKI yang bekerja di kawasan Timur Tengah dan Afrika (41,2%), Amerika (1,5%) dan Eropa-Australia (1,5%).

Namun, sumbangan remitansi dari kawasan Asia terus mengalami penurunan dari tahun 2007 hingga Juni 2010. Pada tahun 2007, sumbangan remitansi dari kawasan Asia mencapai 63,7% dari total remitansi pada tahun tersebut. Persentase nya terus turun hingga mencapai 55,7% pada Juni 2010. Sedangkan sumbangan remitansi dari tiga kawasan lainnya justru meningkat dari tahun 2007 hingga Juni 2010.

Rp. 6 T

Rp. 6,6 T

Rp. 6,6 T

Rp. 3,3 T

Rekapitulasi Remitansi Nasional

2007 2008 2009 s/d Juni 2010

Asia Timteng & Afrika Amerika Eropa & Australia0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

Rekapitulasi Remitansi Berdasarkan Kawasan Sumber Remitansi

2007 2008 2009 s/d Juni 2010

Miliar Rp

Gambar 6. Total remitansi mengalami peningkatan dari Rp 6 Triliun pada tahun 2007 menjadi Rp 6,6 Triliun pada tahun 2008. Jumlah ini sedikit mengalami penurunan pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 302,5 juta dibandingkan dengan tahun 2008. Hingga Juni 2010 sumbangan remitansi terbesar masih berasal dari TKI yang bekerja di kawasan Asia (55,6%) (Sumber: Bank Indonesia)

Page 10: Tek 0910

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 9

Meningkatkan Remitansi Pekerja Migran Indonesia

Gambar 8. Remitansi Daerah mengalami peningkatan dari Rp. 4.4 triliun pada tahun 2007 menjadi 4.8 triliun pada tahun 2009. Jumlah remitansi terbesar sejak tahun 2007 hingga Juni 2010 diterima oleh daerah Surabaya, DKI Jakarta, Semarang, dan Mataram. (Sumber: Bank Indonesia)

Pada semester I-2010, TKI menyumbang 4,4% cadangan devisa RI atau sebesar US$ 3,3 miliar. Berdasarkan data BI dan BNP2TKI, jumlah remittance (uang yang dikirim TKI ke tanah air) setiap tahunnya meningkat namun cenderung agak stagnan dari tahun 2008. Jumlah remittance pada 2005 tercatat sebesar US$ 5,3 miliar, 2006 US$ 5,6 miliar, 2007 US$6 miliar, 2008 US$ 6,6 miliar, 2009 US$ 6 miliar, dan sampai semester I-2010 sudah mencapai US$ 3,3 miliar. Jika dilihat dari kontribusinya terhadap pertumbuhan domestik bruto (GDP), pada 2005 tercatat sebesar 1,8%, 2006 (1,5%), 2007 (1,4%), 2008 (1,3%), 2009 (1,2%), dan sampai pada semester I-2010 sebesar 1%. Sedangkan remittance terhadap cadangan devisa terlihat pada tahun 2005 (15,3%), 2006 (13,1 %), 2007 (10,5%), 2008 12,8%, 2009 (10%), dan paruh pertama tahun ini mencapai 4,4%.

Banyak pekerja migran Indonesia yang belum melakukan pengiriman uang atau mengirimkan uang dengan frekuensi rendah. Jumlah TKI yang pernah melakukan pengiriman uang ke tanah air baru sebesar 68.4%, dari jumlah tersebut hampir 50% mengirimkan uang karena ada hal khusus.

Sumber: World Bank

Gambar 9. Banyak pekerja migran Indonesia yang belum melakukan pengiriman uang atau mengirimkan uang dengan frekuensi rendah.

Jika dibandingkan dengan negara lainnya, tingkat remitansi yang diterima Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan China dan Filipina. Filipina, yang merupakan negara pengirim tenaga kerja utama di Asia dan negara berkembang, menghasilkan remittance yang peningkatannya pesat dari US$ 10,7 miliar pada tahun 2005 menjadi US$ 17,4 miliar dalam tahun 2009, sehingga remittance dari pengiriman tenaga kerja merupakan komponen utama penyumbang devisa bagi Filipina.

Secara total, sama halnya dengan remitansi nasional, remitansi yang diterima daerah juga mengalami peningkatan dari Rp. 4,4 Triliun pada tahun 2007 menjadi Rp. 5,4 Triliun pada tahun 2008. Dan mengalami penurunan pada tahun 2009 hampir 11% dibandingkan tahun sebelumnya dan mencapai Rp. 4,8 Triliun. Diperkirakan pada tahun 2010 remitansi daerah ini akan sedikit lebih rendah. Hingga Juli 2010, total remitansi daerah hanya mencapai Rp. 1,8 Triliun atau 38% dari total remitansi daerah tahun 2009. Jumlah remitansi terbesar sejak tahun 2007 hingga Juni 2010 diterima oleh daerah Surabaya, DKI Jakarta, Semarang, dan Mataram.

Asia Timteng & Afrika Amerika Eropa & Australia0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.063.7

35.0

1.0 0.2

55.7

41.3

1.6 1.5

Persentase Remitansi Nasional Berdasarkan Kawasan Sumber Remitansi

2007 2008 2009 s/d Juni 2010

(%)

Gambar 7. Sumbangan remitansi dari kawasan Asia terus mengalami penurunan dari tahun 2007 hingga Juni 2010 (Sumber: Bank Indonesia)

Rp. 4,4 T

Rp. 5,4 T

Rp. 4,8 T

Rp. 1,8 T

Rekapitulasi Remitansi Daerah

2007 2008 2009 s/d JuLi 2010

Page 11: Tek 0910

Salah satu cara untuk mempermudah dalam pengiriman uang adalah dengan menggunakan m-banking.Di beberapa negara, pengembangan teknologi m-banking ditempuh untuk mengurangi biaya transaksi seperti point of sale (POS) di Brazil, G-Cash di Filipina dan WIZZIT di Afrika Selatan. Adanya izin transfer dana antar perorangan menjadi pendorong pengiriman remitansi pekerja migran Filipina melalui m-banking dari Singapura, Hongkong dan Timur Tengah. Peran m-banking juga besar dalam peningkatan remitansi pekerja migran Meksiko di Amerika Serikat dan remitansi pekerja migran Kenya di Inggris.

Di Indonesia, penggunaan m-banking masih sangat rendah. Banyak masyarakat yang kurang tertarik menggunakan m-banking dikarenakan kurang memahami atau ketidaktahuan cara kerjanya. Oleh karena itu, perlu didorong upaya inisiatif produk dan pemasaran m-banking. Minat masyarakat terhadap m-banking perlu ditingkatkan mengingat potensinya yang besar dalam meningkatkan pelayanan keuangan kepada masyarakat khususnya bagi masyarakat yang belum terlayani oleh perbankan (unbanked people). Terdapat 2 model m-banking di Indonesia yakni Bank Based Model dan Non-Bank Based Model.

Sumber: World Bank

Sesuai dengan hasil survey Bank Dunia, pengalaman pengirim dan penerima uang merupakan faktor terpenting dalam pemilihan produk remitansi. Pekerja migran yang terbiasa menggunakan jasa perbankan akan mengirimkan uang ke tanah air juga dengan menggunakan jasa perbankan apabila keluarganya juga berpengalaman dalam menggunakan jasa perbankan. Peran perantara (account mediator) dalam pengiriman uang oleh pekerja migrant masih sangat besar yang mendorong biaya remitansi semakin mahal. Aksesibiltas pekerja migran terhadap jasa keuangan masih relatif rendah, yakni sebesar 68% dan 65% menggunakan jasa perbankan. Menariknya dari 65% TKI yang menggunakan jasa perbankan, 35% di antaranya tidak menggunakan rekening sendiri tetapi meminjam rekening orang lain.

Sumber: World Bank

Bank (Langsung)

Bank (tidak langsung)

Formal Lainnya

Semi Formal & Informal

Tidak Akses

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40%

30%

35%

3%

13%

18%

Akses TKI Terhadap Jasa Keuangan

Sumber : Worldbank

Gambar 10. Akses pekerja migran terhadap jasa keuangan masih relatif rendah, mayoritas masih menggunakan mediator yang mendorong biaya remitansi semakin mahal

Gambar 11. Penggunaan m-banking di Indonesia masih sangat rendah hanya sebesar 2.6%.

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 10

Page 12: Tek 0910

Umum (Headline) Core Inflation Administered Price Volatile Food0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.44

0.59

0.18

0.28

0.44

0.36

0.0300000000000001 0.0500000000000001

Inflasi Menurut Komponen, September 2010

Inflasi (mtm) Sumbangan

Sumber : BPS

INFLASI DAN GEJOLAK HARGA

Inflasi bulan September 2010 sebesar 0.44% atau 5.80% (yoy) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 122.67.

Inflasi bulan September 2010 menurun dibandingkan bulan sebelumnya tercatat sebesar 0.44% (mtm) atau 5.80% (yoy). Inflasi Agustus didorong oleh tekanan dari komponen inflasi inti (core inflation) sementara tekanan dari komponen barang bergejolak (volatile food) mereda. Komponen core inflation mengalami inflasi tertinggi sebesar 0.59% (mtm) dengan sumbangan inflasi sebesar 0.36% seiring dengan meningkatnya ekspektasi inflasi masyarakat meningkat, kemudian diikuti oleh komponen barang bergejolak (volatile food) sebesar 0.28% (mtm) dengan sumbangan inflasi sebesar 0.05% dan komponen harga diatur pemerintah (administered prices) sebesar 0.18% (mtm) dengan sumbangan inflasi sebesar 0.03%.

Laju inflasi core inflation mengalami kenaikan terkait dengan meningkatnya sebagian besar barang konsumsi sehubungan peringatan hari Iedul Fitri 1431 H. Tekanan volatile food mereda seiring dengan dilakukannya operasi pasar menjelang lebaran. Begitu pula dengan komponen administered prices mereda yang pada bulan sebelumnya meningkat karena kenaikan tariff dasar listrik dan kenaikan biaya jasa pengurusan STNK. Dari sisi eksternal, kenaikan harga emas dunia turut memberi tekanan kenaikan harga emas perhiasan domestik. Tidak hanya komoditas emas, harga komoditas pangan global yang meningkat tinggi juga menjadi faktor pendorong meningkatnya beberapa harga komoditas inti terkait, seperti terigu.

PERKEMBANGAN WISATAWAN MANCANEGARA

Gambar 13. Pada September 2010, komponen terbesar penyumbang inflasi adalah core inflation terkait menjelang lebaran

Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) Agustus 2010 mencapai 586,5 ribu orang atau naik 3,48% (yoy).

Sedangkan, jika dibandingkan dengan Juli 2010, jumlah wisman Agustus 2010 turun 10,93 %. Secara kumulatif (Januari-Agustus) 2010, jumlah wisman mencapai 4,63 juta orang atau naik 12,12% dibanding jumlah wisman pada periode yang sama tahun 2009 sebanyak 4,13 juta orang. Jumlah wisman ke Bali melalui Bandara Ngurah Rai pada Agustus 2010 naik 4,76 % dibanding Agustus 2009, yaitu dari 232,2 ribu orang menjadi 243,2 ribu orang pada Agustus 2010. Sementara itu, jika dibanding Juli 2010, jumlah wisman ke Bali mengalami penurunan sebesar 3,53 %.

Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di 17 provinsi pada Agustus 2010 mencapai rata-rata 47,19%, atau turun 4,42 poin dibanding TPK Agustus 2009 sebesar 51,61%. Begitu pula bila dibanding TPK hotel Juli 2010, TPK hotel berbintang pada Agustus 2010 mengalami penurunan 7,22 poin.Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel berbintang di 17 provinsi selama Agustus 2010 adalah 2,07 hari, turun 0,20 hari dibanding keadaan Agustus 2009. (BPS)

Jan-09

Feb-09

Mar-09

Apr-09

May-09

Jun-09 Jul-

09Aug-

09Sep-

09Oct-0

9Nov-

09Dec-

09Jan

-10Feb-

10Mar-1

0Apr-1

0May-

10Jun

-10 Jul-10

Aug-10

0

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

586,530

Wisatawan Mancanegara

Sumber : BPS

Gambar 12. Jumlah wisatawan mancanegera pada Agustus 2010 meningkat 3.48% yoy

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 11

Page 13: Tek 0910

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 12

Aug Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sept 2009 2010

-10.00%

-5.00%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

Perkembangan Inflasi

Umum (%yoy)

Core Inflation (%yoy)

Administered Price (%yoy)

Volatile Food (%yoy)

Sumber : BPS

Gambar 14. Tekanan Inflasi Volatile Food mereda pada September 2010 dibandingkan bulan sebelumnya

U m u m

Bahan Makanan

Makanan Jadi, minuman, Rokok & Tembakau

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan bakar

Sandang

Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi & Olah raga

Transpor dan Komunikasi & Jasa Keuangan

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

0.44

0.44

0.52

0.25

1.08

0.23

0.26

0.57

0.44

0.09

0.1

0.06

0.07

0.01

0.02

0.09

Inflasi Menurut Kelompok Barang & Jasa September 2010

Sumbangan InflasiInflasi (mtm)

Gambar 15. Sumbangan terbesar inflasi September 2010 adalah pada kelompok sandang terkait lebaran

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks tertinggi pada kelompok sandang sebesar 1.08% seiring menjelang lebaran. Kemudian diikuti oleh kelompok trasnportasi, komunikasi dana jasa keuangan sebesar 0.57% seiring dengan hari raya lebaran dimana masyarakat mayaoritas mudik atau pulang kampung, dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0.52%. Komoditas bahan pangan yang dominan memberikan sumbangan inflasi adalah daging-dagingan antara lain ikan segar sebesar 0.1%, daging ayam ras sebesar 0.06%, daging sapi 0.03%. Untuk beras menyumbang inflasi September 2010 sebesar 0.02%. Sedangkan komoditas bumbu-bumbuan seperti cabai merah, cabai rawit dan bawang merah mengalami deflasi masing-masing sebesar 0.19%, 0.04% dan 0.02%.

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept2009 2010

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000Perkembangan Harga (Rp/Kg)

Daging ayam (LHS)Cabe Merah (LHS)Beras (RHS)

Sumber: Kementerian Perdagangan

Gambar 16. Pada September 2010, harga daging melonjak yang mendorong kenaikan inflasi sedangkan harga cabai menurun

Pantauan atas 66 kota, 57 kota mengalami inflasi dan 9 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tarakan 1.80% dengan IHK 139.74 dan inflasi terendah terjadi di Batam 0.03% dengan IHK 118.32. Inflasi tinggi banyak terjadi di kota-kota Pulau Jawa. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Lhokseumawe 1,28% dengan IHK 121,18 dan terendah terjadi di Medan 0,20% dengan IHK 122,38.

Pangkal Pinang

Bengkulu

Palembang

Tegal

Yogyakarta

Semarang

Maumere

Tarakan

Palangkaraya

Cirebon

Nasional

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00

1.50

1.22

1.01

1.27

1.06

1.04

1.38

1.80

0.99

0.98

0.44

10 Kota Inflasi Tertinggi, September 2010

Gambar 17. Pada September 2010, kota-kota Pulau Jawa mengalami inflasi yang cukup tinggi. Kota Tarakan yang mengalami inflasi tertinggi

Page 14: Tek 0910

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 13

PERKEMBANGAN HARGA KOMODITAS BAHAN POKOK

Harga komoditas bahan pokok hingga minggu keempat September 2010 bergerak stabil dan cenderung turun yang merupakan koreksi harga pasca lebaran. Namun penurunan harga bergerak lambat sehingga belum dapat mencapai tingkat harga sebelum lebaran dan membentuk tingkat harga baru. Harga beras umum dan termurah belum menunjukkan penurunan hingga September 2010 dan masih berada pada tingkat harga lebaran. Belum turunnya harga beras diperkirakan karena adanya gangguan pada produksi dan panen yang mempengaruhi persediaan beras di pasar. Namun Bulog akan tetap mempertahankan membeli hasil produksi dalam negeri meskipun harga beras internasional masih lebih rendah dari harga beras di dalam negeri. Operasi pasar dan penyaluran raskin untuk bulan Agustus-September 2010 yang dilaksanakan dalam satu bulan dapat membantu menekan kenaikan harga. Harga tepung terigu domestik masih bergerak stabil meskipun harga tepung terigu internasional cenderung meningkat sejak Juli 2010.

Juni'10

Mg IV

Juni'10

Mg V

Juli'10

Mg I

Juli'10

Mg II

Juli'10

Mg III

Juli'10

Mg IV

Agustus'

10 Mg I

Agustus'

10 Mg II

Agustus'

10 Mg III

Agustus'

10 Mg IV

Agustus'

10 Mg V

September'

10 Mg I

September'

10 Mg II

September'

10 Mg III

September'

10 Mg IV

40004500500055006000650070007500800085009000

Perkembangan Harga Beras Hingga Minggu IV September 2010

Beras (Kg) Umum Beras (Kg) Termurah Beras (Kg) Thai 5%Beras (Kg) Thai 15%

(Rp/Kg)

Gambar 18. Harga beras umum dan termurah belum menunjukkan penurunan hingga September 2010 dan masih berada pada tingkat harga lebaran (Sumber: Kementerian Perdagangan)

Juni'10

Mg IV

Juni'10

Mg V

Juli'10

Mg I

Juli'10

Mg II

Juli'10

Mg III

Juli'10

Mg IV

Agustus

'10 Mg I

Agustus

'10 Mg II

Agustus

'10 Mg II

I

Agustus

'10 Mg IV

Agustus

'10 Mg V

Septem

ber'10

Mg I

Septem

ber'10

Mg II

Septem

ber'10

Mg III

Septem

ber'10

Mg IV

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

Perkembangan Harga Tepung Terigu Hingga Minggu IV September 2010

Tepung terigu (Kg) Konsumen Tepung terigu (Kg) Internasional

(Rp/Kg)

Gambar 19. Harga tepung terigu domestik masih bergerak stabil meskipun harga tepung terigu internasional cenderung meningkat sejak Juli 2010 (Sumber: Kementerian Perdagangan)

Harga minyak goreng curah terus meningkat hingga minggu keempat September 2010 melanjutkan peningkatan harga di sepanjang bulan Agustus 2010. Sedangkan harga minyak goreng kemasan cenderung lebih stabil dibandingkan harga minyak goreng curah. Namun demikian, pergerakan harga minyak goreng di dalam negeri cenderung stabil didorong oleh ketersediaan CPO yang tinggi di bulan Juli hingga September yang merupakan panen puncak CPO dalam siklus produksi kelapa sawit. Harga daging sapi menunjukkan penurunan di bulan September 2010 yang merupakan bentuk koreksi harga pasca lebaran. Penurunan harga terjadi baik di tingkat konsumen maupun produsen, sedangkan perbedaan tingkat harga diantara keduanya masih cukup besar.

Juni'10

Mg IV

Juni'10

Mg V

Juli'10

Mg I

Juli'10

Mg II

Juli'10

Mg III

Juli'10

Mg IV

Agustus

'10 Mg I

Agustus

'10 Mg II

Agustus

'10 Mg II

I

Agustus

'10 Mg IV

Agustus

'10 Mg V

Septem

ber'10

Mg I

Septem

ber'10

Mg II

Septem

ber'10

Mg III

Septem

ber'10

Mg IV

8500

9000

9500

10000

10500

11000

11500

Perkembangan Harga Minyak Goreng Hingga Minggu IV September 2010

Minyak Goreng (Liter) Curah Minyak Goreng (Liter) Kemasan

Minyak Goreng (Liter) (CBOT,cnf,jkt)

(Rp/Liter)

Gambar 20. Harga minyak goreng curah terus meningkat hingga minggu keempat September 2010 (Sumber: Kementerian Perdagangan)

Harga gula pasir terus naik hingga minggu keempat September 2010 diakibatkan oleh terganggunya proses produksi akibat cuaca yang tidak mendukung yang menyebabkan panen menjadi tidak maksimal. Curah hujan yang tinggi meningkatkan biaya dalam proses pengangkutan. Selain itu, biaya tebang juga meningkat dari Rp 4.500/kwintal menjadi Rp 9.000/kwintal. Sedangkan harga cabe rawit, cabe merah dan bawang merah cenderung turun pasca lebaran sebagai bentuk koreksi harga pasca lebaran.

Page 15: Tek 0910

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 14

Dibandingkan dengan Agustus 2009, surplus neraca perdagangan meningkat sebesar US$ 648,92 juta atau 77,6 %. Surplus neraca perdagangan ini didorong oleh peningkatan ekspor yang dibarengi dengan penurunan impor. Indonesia menjadi negara pengimpor hasil minyak dunia. Ekspor minyak mentah pada Agustus 2010 (US$749 juta) sedikit lebih besar daripada impor (US$745,9juta). Perbedaan yang besar terjadi pada perdagangan hasil minyak dimana impor hasil minyak (US$1,4miliar) lebih besar daripada ekspor hasil minyak (US$188,8juta). Ekspor Indonesia ke Cina pada bulan Agustus 2010 meningkat bahkan melebihi ekspor ke Amerika. Peningkatan ekspor ke Cina didorong oleh meningkatnya ekspor batubara ke Cina.

Nilai ekspor Indonesia Agustus 2010 mencapai US$13,71 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 9,76 % dibanding ekspor Juli 2010. Sementara bila dibandingkan dengan Agustus 2009 mengalami peningkatan sebesar 29,99 %. Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia hingga Agustus 2010 mencapai US$98,71 miliar atau meningkat 40,42 % dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2009. Peningkatan ekspor didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas Agustus 2010 sebesar 10,94 % dibanding Juli 2010 atau 31,24 % dibanding Agustus 2009. Peningkatan ekspor nonmigas terbesar Agustus 2010 terjadi pada lemak & minyak hewan/nabati sebesar US$1,1 miliar, sedangkan penurunan terbesar terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam sebesar US$80,0 juta. Ekspor migas juga meningkat namun dengan persentase yang lebih kecil yaitu 3,1 % dibandingkan dengan Juli 2010 atau 17,33 % dibandingkan Agustus 2009. Namun, secara kumulatif pertumbuhan ekspor migas Januari-Agustus 2010 sebesar 64,64 % lebih besar daripada pertumbuhan ekspor nonmigas yang tumbuh sebesar 36,25 % dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2009. Pertumbuhan ekspor yang lebih tinggi sepanjang tahun 2010 didorong oleh kenaikan harga rata-rata komoditas migas international yang lebih tinggi dibandingkan harga rata-rata tahun 2009.

Juni'10

Mg IV

Juni'10

Mg V

Juli'10

Mg I

Juli'10

Mg II

Juli'10

Mg III

Juli'10

Mg IV

Agustus'

10 Mg I

Agustus'

10 Mg II

Agustus'

10 Mg II

I

Agustus'

10 Mg IV

Agustus'

10 Mg V

September

'10 Mg I

September

'10 Mg II

September

'10 Mg III

September

'10 Mg IV

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

Perkembangan Harga Daging Sapi Hingga Minggu IV September 2010

Dg. Sapi (Kg) Produsen Dg. Sapi (Kg) Konsumen

(Rp/Kg)

Gambar 21. Harga daging sapi menunjukkan penurunan di bulan September 2010 yang merupakan bentuk koreksi harga pasca lebaran (Sumber: Kementerian Perdagangan)

Neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2010 meningkat dari minus US$ 139 juta menjadi US$ 1,485 juta jika dibandingkan dengan Juli 2010.

Juni'10

Mg IV

Juni'10

Mg V

Juli'10 M

g I

Juli'10 M

g II

Juli'10 M

g III

Juli'10 M

g IV

Agustus'1

0 Mg I

Agustus'1

0 Mg II

Agustus'1

0 Mg III

Agustus'1

0 Mg IV

Agustus'1

0 Mg V

September'1

0 Mg I

September'1

0 Mg II

September'1

0 Mg III

September'1

0 Mg IV

7500

8000

8500

9000

9500

10000

10500

Perkembangan Harga Gula Pasir Hingga Minggu IV September 2010

Gula Pasir (Kg) Konsumen Gula Pasir (Kg) Internasional

(Rp/Kg)

Gambar 22. Harga gula pasir terus naik hingga minggu keempat September 2010. (Sumber: Kementerian Perdagangan)

Juni'10

Mg IV

Juni'10

Mg V

Juli'10

Mg I

Juli'10

Mg II

Juli'10

Mg III

Juli'10

Mg IV

Agustus'

10 Mg I

Agustus'

10 Mg II

Agustus'

10 Mg III

Agustus'

10 Mg IV

Agustus'

10 Mg V

September'

10 Mg I

September'

10 Mg II

September'

10 Mg III

September'

10 Mg IV

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

45000

Perkembangan Harga Cabe Rawit, Cabe Merah dan Bawang Merah Hingga Minggu IV September 2010

Cabe Rawit (Kg) Cabe Merah (Kg) Bawang Merah (Kg)

(Rp/Kg)

Gambar 23. Harga cabe rawit, cabe merah dan bawang merah cenderung turun pasca lebaran sebagai bentuk koreksi harga pasca lebaran. (Sumber: Kementerian Perdagangan)

Page 16: Tek 0910

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 15

Gambar 24. Pada Agustus 2010, ekspor naik 9,76% dan impor turun 3,21% dibandingkan dengan Juli 2010. Dibandingkan dengan Agustus 2009, baik ekspor dan impor masing-masing meningkat 29,99% dan 25,89%. Neraca perdagangan mengalami surplus sebesar US$1.485 juta setelah pada bulan sebelumnya defisit US$139 juta. (Sumber: BPS)

Nilai impor Indonesia pada bulan Agustus 2010 mencapai US$12,22 miliar atau turun sebesar 3,2% dibandingkan dengan Juli 2010, namun jika dibandingkan dengan bulan Agustus 2009 terjadi peningkatan sebesar 25,89%. Sedangkan secara kumulatif, hingga Agustus 2010 nilai impor mencapai US$87,78 miliar atau meningkat 46,87% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Impor Agustus 2010 mendapat tekanan dari turunnya impor nonmigas sebesar 4,79% dibandingkan dengan Juli 2010. Namun jika dibandingkan dengan Agustus 2009 terjadi peningkatan impor nonmigas sebesar 22,31%. Nilai impor nonmigas terbesar adalah pada golongan barang mesin/peralatan mekanik yang mencapai US$1,87 miliar atau turun 6,54% dibanding bulan sebelumnya.

Jan-09

Feb-09

Mar-09

Apr-09

May-09

Jun-09 Jul-0

9Aug-0

9Sep-0

9Oct-0

9Nov-0

9Dec-0

9Jan-

10Feb-1

0Mar-1

0Apr-1

0May-1

0Jun-

10 Jul-10

Aug-10

-100.00

-50.00

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

Pertumbuhan Ekspor (yoy)

Ekspor Total Ekspor Migas Ekspor Nonmigas

(%)

Jan-09

Feb-09Mar-0

9Apr-0

9May-0

9Jun-

09 Jul-09Aug-0

9Sep-0

9Oct-0

9Nov-0

9Dec-0

9Jan-

10Feb-1

0Mar-1

0Apr-1

0May-1

0Jun-

10 Jul-10Aug-1

0

-100.00

-50.00

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

Pertumbuhan Impor (yoy)

Impor Total Impor Migas Impor Nonmigas

(%)

Gambar 25. Indonesia menjadi negara pengimpor hasil minyak dunia. Ekspor minyak mentah pada Agustus 2010 (US$749 juta) sedikit lebih besar daripada impor (US$745,9juta). Perbedaan yang besar terjadi pada perdagangan hasil minyak dimana impor hasil minyak (US$1,4miliar) lebih besar daripada ekspor hasil minyak (US$188,8juta).Sumber: BPS

Grafik Perkembangan Ekspor Dan Impor Indonesia Januari-Agustus 2010 (Juta US$)

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus2010-2,000

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

11,575 11,20512,630 12,035

12,657 12,330

12,487

13,706

9,543 9,498

11,049 11,236

9,980

11,760

12,626

12,221

2,031 1,707 1,581799

2,677

570-139

1,485

Ekspor Impor Neraca Perdagangan

Perkembangan ekspor secara sektoral menunjukkan penurunan porsi migas dari 17,7% (Juli 2010) menjadi 17,21% (Agustus 2010). Kenaikan porsi ekspor non-migas pada Agustus 2010 terutama berasal dari ekspor komoditas sektor industri sehingga pangsanya terhadap total ekspor menjadi (62,16%), sementara pertambangan (17,38%) dan pertanian (3,25%). Meskipun sektor industri memberikan kontribusi terbesar pada ekspor, namun pertumbuhannya lebih rendah daripada sektor pertambangan. Sepanjang Januari hingga Agustus 2010, ekspor sektor industri tumbuh 34,66% lebih kecil daripada pertumbuhan sektor pertambangan yang tumbuh sebesar 47,35% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Tingginya pertumbuhan ekspor sektor pertambangan didorong oleh kenaikan harga komoditas sektor pertambangan. Peningkatan ekspor komoditas industri manufaktur sepanjang tahun 2010 memberikan harapan pertumbuhan sektor manufaktur akan lebih tinggi dibanding 2009. Sedangkan sektor pertanian yang memberikan kontribusi paling kecil pada ekspor belum menunjukkan adanya peningkatan yang berarti dan hanya tumbuh 15,84%.

Page 17: Tek 0910

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 16

Pada September 2010, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS secara rata-rata melemah sebesar 0.05% ke level Rp. 8976 per dolar AS dari Rp. 8972 pada bulan Agustus 2010.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR RUPIAH

Membaiknya indikator resiko dan masih menariknya imbal hasil memberikan dukungan bagi penguatan nilai tukar rupiah. Kepercayaan investor asing terus meningkat seiring dengan membaiknya persepsi terhadap resiko domestik. Dari sisi eksternal, proses pemulihan ekonomi global diwarnai oleh kekhawatiran perlambatan di AS, Jepang dan beberapa negara Eropa. Negara – negara berkembang melanjutkan langkah normalisasi kebijakan sebagai respon terhadap tekanan inflasi yang meningkat. Kondisi eksternal tersebut mendorong apresiasi mata uang di regional Asia termasuk Indonesia.

Impor golongan pesawat udara dan bagiannya yang pada bulan Juli 2010 meningkat 193,4% (mtm), justru mengalami penurunan di bulan Agustus 2010 sebesar 42,34% (mtm). Impor migas memberi kontribusi positif pada impor Agustus 2010 dimana terjadi peningkatan impor migas sebesar 4,69% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Impor minyak mentah meningkat sebesar 27,7% dibandingkan Juli 2010. Sedangkan impor hasil minyak dan gas mengalami penurunan masing-masing sebesar 2,52% dan 33,8%. Nilai impor menurut golongan penggunaan barang selama Januari-Agustus 2010 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya mengalami peningkatan untuk semua golongan. Impor barang konsumsi naik sebesar 52,37% yang menunjukkan tingginya konsumsi domestik. Impor bahan baku/penolong dan barang modal masing-masing naik sebesar 51,25%, dan 31,2% yang menunjukkan cukup tingginya kegiatan produksi di sektor produksi riil.

Defisit neraca perdagangan Indonesia dengan Singapura, Cina dan Jepang masih terus berlanjut hingga Agustus 2010 meskipun dengan besaran yang lebih kecil, masing-masing mencapai US$34 juta, US$679 juta, US$167 juta. Sedangkan neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat masih berada pada posisi surplus US$174 juta. Terjadi peningkatan ekspor ke Cina yang cukup besar pada Agustus 2010. Bahkan ekspor ke Cina melebihi ekspor ke Amerika Serikat. Cina menjadi negara tujuan ekspor kedua terbesar setelah Jepang, menggeser posisi Amerika pada bulan Agustus 2010.

Dec-07Jan

-08Feb-08

Mar-08Apr-08

May-08Jun-08Jul-08

Aug-08Sep-08

Oct-08

Nov-08Dec-08Jan

-09Feb-09

Mar-09Apr-09

May-09Jun-09Jul-09

Aug-09Sep-09

Oct-09

Nov-09Dec-09Jan

-10Feb-10

Mar-10Apr-10

May-10Jun-10Jul-10

Aug-10

-1,500

-1,000

-500

0

500

1,000

Neraca Perdagangan Indonesia dengan Beberapa Negara Mitra Dagang Utama

Singapura Cina Jepang Amerika

(Juta US$)

Gambar 26. Neraca perdagangan Indonesia masih mencatat defisit dengan beberapa negara mitra dagang utama, kecuali Amerika Serikat. Sumber: BPS

Dec-07

Feb-08

Apr-08

Jun-08

Aug-08

Oct-08

Dec-08

Feb-09

Apr-09

Jun-09

Aug-09

Oct-09

Dec-09

Feb-10

Apr-10

Jun-10

Aug-10

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1,600,000

1,800,000

Perkembangan Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan

Amerika Serikat Jepang RRC

Gambar 27. Terjadi peningkatan ekspor yang cukup besar ke Cina pada Agustus 2010 yaitu sebesar 34,5 %. Meskipun ekspor ke Cina melebihi ekspor Indonesia ke Amerika pada Agustus 2010, secara kumulatif Januari hingga Agustus 2010, ekspor ke Amerika masih lebih besar. Namun, nilai ekspor ke Jepang masih lebih besar dibandingkan ekspor ke negara lainnya. Sumber: BPS

Page 18: Tek 0910

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 17

5-Jan-0924-J

an-09

12-Feb-0

93-Mar-09

22-Mar-0910-A

pr-0929-A

pr-09

18-May-0

96-Ju

n-0925-J

un-09

14-Jul-092-Aug-0

921-A

ug-09

9-Sep-09

28-Sep-0

917-O

ct-095-Nov-09

24-Nov-0

913-D

ec-09

1-Jan-1020-J

an-10

8-Feb-10

27-Feb-1

018-M

ar-106-Apr-1025-A

pr-10

14-May-1

02-Ju

n-1021-J

un-10

10-Jul-1029-J

ul-1017-A

ug-10

5-Sep-10

24-Sep-1

0

8800

9300

9800

10300

10800

11300

11800

12300

12800 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah

Kurs Tengah Harian Rata-Rata Bulanan Rata-Rata Triwulanan

Sumber: BI

Rp/US$

Gambar 28. Secara rata-rata, nilai tukar rupiah pada September 2010 sedikit terdepresiasi 0.05% dan ditutup ke level Rp. 8.924/US$

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sept'10 0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0.0%

0.5%

1.0%

1.5%

2.0%

2.5%

3.0%

77%

67%

61%

57%

47%

39%35% 33%

28% 27%

2.5%

1.3%

1.7%

1.1%

0.5%

0.9%

1.3%

0.1%

1.6%

2.1%

Pinjaman LN (LHS) SBN (LHS) Rasio Utang/PDB (LHS)Rasio Defisit/PDB (RHS)

Sumber: Dirjen Pengelolaan Utang, Kemenkeu

Gambar 29. Rasio Utang dan Rasio Defisit Terhadap PDB, Porsi Pinjaman Luar Negeri dan SBN, rasio utang terhadap PDB semakin berkurang dan SBN menjadi intrumen utama pembiayaan

Pada akhir bulan September 2010, Rupiah ditutup ke level Rp 8.924/US$ atau menguat 1.29% dibandingkan penutupan bulan Agustus 2010. Selama triwulan III-2010, rata-rata nilai tukar rupiah terapresiasi sebesar 1.2% ke level Rp. 8.998 per US$. Selain menguat, volatilitas rupiah di triwulan III-2010 menurun menjadi 0.2% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 0.5%.

ANALISA PERKEMBANGAN UTANG, SBN DAN SBI

Rasio utang luar negeri terhadap PDB akan diupayakan menurun menjadi 27% dari 28% pada APBN 2009. Oleh karena itu, sejak tahun 2005, Surat Berharga Negara (SBN) menjadi instrumen utama pembiayaan defisit APBN, artinya porsi pinjaman luar negeri berkurang.

Dalam perkembangannya, porsi kepemilikan asing pada SBN meningkat dari sekitar Rp 108 triliun pada akhir tahun 2009 menjadi sekitar Rp 182.26 triliun pada September 2010. Faktor yang menarik investor adalah SBN relatif bebas resiko (risk free). Namun, besarnya pemilikan asing ini diyakini dapat mengganggu stabilitas ekonomi apabila sebagian besar dana tersebut ditarik tiba-tiba (outflow).

Investor SBN dari non bank dan asing terlihat semakin meningkat sedangkan kepemilikan bank berkurang. Nampak pula bahwa meskipun pinjaman luar negeri berkurang, kepemilikan SBN oleh asing memiliki tren yang meningkat.

Dalam APBN-P 2010 telah ditetapkan defisit anggaran terhadap PDB sebesar 2.1% (meningkat dari tahun 2009 sebesar 1.6%).

Page 19: Tek 0910

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 18

Dec 2009 Jan 2010 Feb 2010 Mar 2010 Apr 2010 May 2010 Jun 2010 Jul 2010 Aug 2010 Sep 20100

50

100

150

200

250

300

350

400

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

55.01

64.67

Kepemilikan SBI

Bank Non-Bank TOTAL Resident (RHS) Non Resident (RHS)

(Trillion IDR)

Dana asing masuk ke Indonesia masih terus meningkat. Indonesia masih menjadi negara tujuan investasi yang diminati oleh investor asing. Namun demikian, total kepemilikan SBI dan SBN pada bulan September 2010 masing-masing turun sebesar 6,83 % dan 0,04 % dibandingkan dengan Agustus 2010. Peningkatan kepemilikan asing pada SBI di bulan September 2010 jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya (17,56%) lebih besar daripada peningkatan kepemilikan domestik (1,31%). Pada SBN, peningkatan kepemilikan asing di bulan September 2010 adalah 2,39% namun kepemilikan domestik justru turun minus 1,42% jika dibandingkan dengan Agustus 2010. Terjadi peningkatan kepemilikan asing baik pada SBI maupun SBN. Hal ini perlu diperhatikan oleh pemerintah. Masuknya dana asing yang besar jangan sampai mendorong penguatan nilai tukar rupiah secara berlebihan yang kemudian dapat menjadikan produk ekspor tidak kompetitif.

Dec 2009 Jan 2010 Feb 2010 Mar 2010 Apr 2010 May 2010 Jun 2010 Jul 2010 Aug 2010 Sep 20100

100

200

300

400

500

600

700

0

50

100

150

200

250

177.99 182.26

Kepemilikan SBN

Bank Non-Bank TOTAL Resident (RHS) Non Resident (RHS) Bank Indonesia*)

(Trillion IDR)

Gambar 30. Pada September 2010, total SBI dan SBN naik, masing-masing turun sebesar 6,83 % dan 0,04 % dibandingkan Agustus 2010. Kepemilikan asing pada SBI dan SBN terus meningkat hingga bulan September 2010. Sumber: BI & Kemenkeu

Ada beberapa kelemahan dari meningkatnya utang eksternal. Utang eksternal yang berlebihan akan berdampak pada kinerja transaksi berjalan (current account) khususnya akan meningkatkan defisit neraca pendapatan (income balance). Selain itu, pemilikan surat utang oleh investor asing dapat menghilangkan kesempatan pembayaran bunga kepada penduduk domestik dan pemungutan pajak atas pembayaran bunga. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan fiskal sustainability yang menekankan pada peningkatan besaran keseimbangan primer yang proporsional serta konsisten dengan orientasi jangka panjang. Hal lain yang perlu dilakukan adalah pengendalian pemanfaatan pinjaman luar negeri untuk sektor dan investasi yang produktif. Kebijakan fiskal dapat mengakomodasi shocks dan menyesuaikan target utang sebagai pembiayaan defisit pada tingkat yang optimal.

Jan-07

Mar-07May-

07Jul

-07Sep-

07Nov-

07Jan

-08Mar-0

8May-

08Jul

-08Sep-

08Nov-

08Jan

-09Mar-0

9May-

09Jul

-09Sep-

09Nov-

09Jan

-10Mar-1

0May-

10Jul

-10Sep-

10

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

100,00086,551

Cadangan Devisa (Juta USD)

Sumber: BI

Gambar 31. Cadangan Cadangan devisa terus meningkat pada September 2010 tercatat sebesar US$ 86,551 juta

Selain dalam SBN, porsi kepemilikan asing dalam SBI juga meningkat. Utang luar negeri swasta juga tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan utang domestik swasta. Positifnya, peningkatan tren kepemilikan asing pada kedua instrumen berarti peningkatan kepercayaan terhadap kondisi ekonomi dan pasar uang Indonesia.

Page 20: Tek 0910

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 19

Agust’10 Sept’10 %Perubahan

I. Bahan Baku 169.41 170.20 0.47 Lokal 187.60 188.46 0.45 1.1. Pertanian 225.43 226.99 0.69 1.2. Pertambangan & Penggalian

212.61 213.37 0.36

1.3. Industri 174.34 174.97 0.37 Impor 116.76 117.39 0.54 II. Barang Konsumsi 183.32 184.08 0.42 2.1. Pertanian 254.32 255.56 0.49 2.2. Pertambangan & Penggalian

279.54 283.66 1.47

2.3. Industri 176.31 176.97 0.37 Impor 117.77 118.39 0.53 III. Barang Modal 154.08 154.81 0.48

3.1. Pertanian 214.14 217.09 1.38

3.2. Industri 136.41 136.42 0.00 Impor 177.88 179.60 0.97

Tabel 3. IHPB Bahan Baku, Barang Konsumsi & Barang Modal. Sumber: BPS

INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN

Indeks keyakinan konsumen (IKK) pada bulan September 2010 meningkat 3.6 poin menjadi 107.6. Survei BI menunjukkan tingkat keyakinan konsumen meningkat dari bulan sebelumnya dan berada di level optimis. Kenaikan IKK tersebut disebabkan oleh persepsi konsumen yang semakin optimis baik terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun kondisi ekonomi pada 6 bulan mendatang. Adanya Tunjangan Hari Raya (THR) yang meningkatkan pendapatan responden mendorong kenaikan konsumsi barang-barang tahan lama pada bulan September 2010 sehingga meningkatkan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini.Tingkat ekspektasi konsumen meningkat dan berada di level optimis. Peningkatan tersebut didorong menguatnya tingkat optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, ekspektasi kenaikan penghasilan 6 bulan mendatang dan optimisme terhadap ketersediaan lapangan kerja. Persepsi responden terhadap kondisi ekonomi saat ini mengalami peningkatan namun masih berada di level pesmis. Hasil survey BI menunjukkan bahwa semua indikator ekonomi saat ini meningkat. Adanya THR mendorong peningkatan penghasilan konsumen dan peningkatan penghasilan tersebut digunakan untuk mendorong kenaikan konsumsi barang-barang tahan lama.

Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept2009 2010

70

80

90

100

110

120

130

140

lndeks Keyakinan Konsumen(IKK)

Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Ekspektasi Konsumen (lEK)

Sumber : Survei Konsumen, BI

Optimis

Pesimis

Gambar 32. Pada September 2010, indeks keyakinan konsumen, tingkat ekspektasi konsumen dan persepsi akan kondisi ekonomi saat ini meningkat berdasarkan survei konsumen Bank Indonesia

INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

Indeks harga perdagangan besar (IHPB) pada bulan September 2010 naik sebesar 0.49% (mtm). Kenaikan IHPB terbesar terjadi pada Kelompok Barang Impor Nonmigas sebesar 0,76%. IHPB Bahan Baku, Barang Konsumsi, dan Barang Modal pada bulan September 2010 naik masing-masing 0,47%; 0,42%; dan 0,48%.

Agust’10 Sept’10 %Perubahan

Sektor Domestik 1. Pertanian 236.64 238.07 0.60

2. Pertambangan & Penggalian

212.63 213.39 0.36

3. Industri 173.01 173.64 0.36 Perdagangan Internasional 1. Impor Nonmigas 159.37 160.58 0.76

2. Ekspor Nonmigas 142.54 142.97 0.30

Umum Nonmigas 174.86 175.72 0.49 Tabel 2. IHPB Menurut Sektor/Kelompok Barang Sumber: BPS

IHPB Bahan Bangunan/Konstruksi pada September 2010 naik sebesar 0,05% terhadap bulan sebelumnya, antara lain disebabkan kenaikan harga barang galian segala jenis; cat, vernis dan lak; barang-barang logam lainnya; dan bahan bangunan dari kayu. Sedangkan yang mengalami penurunan harga antara lain barang-barang dari besi, dan baja dasar; bahan bangunan dari keramik dan tanah liat; dan semen. (BPS)

Page 21: Tek 0910

Nilai Tukar Petani (NTP) September 2010 sebesar 102.19 atau naik 0,36% dibanding bulan sebelumnya yang didorong oleh sektor perikanan. Sedangkan sektor hortikultura mengalami penurunan.

Nilai Tukar Petani Per Sub Sektor (2007=100)

Agust’10 Sept’10 %

Perubahan Tanaman Pangan 97.66 98.14 0.49 Hortikultura 109.61 109.31 -0.27 Tanaman Perkebunan Rakyat 102.90 103.13 0.23 Peternakan 103.78 104.42 0.62 Perikanan 105.43 106.26 0.79 NTP Nasional 101.82 102.19 0.36

Sumber: BPS

Tabel 4. Nilai Tukar Petani (NTP) September 2010 meningkat yang didorong oleh sektor perikanan

Nilai Tukar Petani (NTP) September 2010 sebesar 102.19 atau naik 0,36% dibanding bulan sebelumnya.

Maluku Utara

Lampung

Riau

Sumatera Utara

Jawa Timur

Nasional

0.00% 0.20% 0.40% 0.60% 0.80% 1.00% 1.20% 1.40% 1.60% 1.80%

1.55%

0.96%

0.90%

0.84%

0.84%

0.36%

5 Provinsi % Perubahan NTP Tertinggi,September 2010

Sumber : BPS

Gambar 33. Pada September 2010, kenaikan NTP tertinggi terjadi di provinsi Maluku Utara karena harga produsen ikan kakap naik sebesar 5.35%

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 20

ANALISA NILAI TUKAR PETANI

Berdasarkan provinsi, kenaikan NTP tertinggi terjadi di provinsi Maluku Utara NTP Provinsi Maluku Utara September 2010 sebesar 99,09 atau mengalami kenaikan tertinggi (1,55%) dibanding bulan sebelumnya karena harga produsen ikan kakap yang naik sebesar 5,35 %. Sedangkan NTP Provinsi Sulawesi Tenggara September 2010 adalah 107,07 atau mengalami penurunan terbesar (0,71 %) dibanding bulan sebelumnya, terutama disebabkan harga produsen coklat yang turun sebesar 1,75 %.

Sejak awal tahun 2009, nilai tukar petani mengalami peningkatan dan relatif stabil sejak awal tahun 2010. Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian dan di lain pihak indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian mengalami penurunan. Kenaikan nilai tukar petani dapat mencerminkan perbaikan kesejahteraan petani.

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sept2009 2010

110.00

115.00

120.00

125.00

130.00

135.00

Indeks harga yang diterima petani (LHS)

Indeks harga yang dibayar petani (LHS

Nilai tukar petani (RHS)Sumber : BPS

Gambar 34. Nilai tukar petani meningkat sejak awal tahun 2009 yang mencerminkan terdapat perbaikan pada kesejahteraan petani. Kenaikan tersebut disebabkan adanya peningkatan pada indeks harga hasil produksi pertanian atau perbaikan penerimaan petani.

NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani dipedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani. Indeks harga yang diterima petani adalah indeks harga yang menunjukan perkembangan harga produsen dari hasil produksi petani. Indeks harga yang dibayar petani adalah indeks harga yang menunjukan perkembangan harga kebutuhan rumah tangga petani, baik itu kebutuhan untuk konsumsi rumah tangga maupun untuk keperluan menghasilkan produksi pertanian.

Untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan kinerja sektor pertanian, pemerintah telah melaksanakan program Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) yang membantu petani dalam pembiayaan. Pemerintah juga telah menyiapkan institusi/kelembagaan untuk memudahkan dan memfasilitasi akses pembiayaan seperti KKMB (Konsultan Keuangan Mitra Bank), BDS (Business Development Service) dan Resi Gudang.

Page 22: Tek 0910

TINJAUAN KEUANGAN

PERKEMBANGAN PASAR MODAL

Kapitalisasi pasar saham mengalami peningkatan yang cukup besar jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya yaitu sebesar 13,53% pada September 2010 jika dibandingkan dengan bulan Agustus 2010. Jumlah saham yang diperdagangkan sedikit turun pada September 2010 sebesar minus 0,06%. Penerbitan obligasi pemerintah turun 0,8% begitu pula korporasi turun 0,29% pada bulan September 2010 dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Tidak hanya pada jumlah penerbitan, volume transaksi perdagangan obligasi pemerintah dan korporasi juga turun masing-masing sebesar 18,63% dan 23,38% dibandingkan Agustus 2010. Namun, cost of fund bagi pemerintah untuk SBN Rupiah masih menunjukkan penurunan hingga September 2010.

Kurva Imbal Hasil (Yield Curve) SBN Rupiah

Gambar 35. Cost of fund pemerintah masih terus turun meskipun nilai penerbitan dan volume transaksi perdagangan obligasi pemerintah mengalami penurunan pada September 2010. (sumber: DJPU)

Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, nilai penerbitan dan volume perdagangan obligasi korporasi tumbuh lebih besar dibandingkan obligasi pemerintah. Nilai penerbitan obligasi korporasi meningkat 30,67%, sedangkan obligasi pemerintah meningkat 12,84% dibandingkan September 2009. Dan volume perdagangan obligasi korporasi meningkat 170,22%, sedangkan obligasi pemerintah hanya meningkat 92,58% dibandingkan dengan September 2009. Namun, besaran volume perdagangan investasi pada obligasi pemerintah masih lebih besar dibandingkan obligasi korporasi. Perdagangan saham juga meningkat sebesar 50,61%.

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 21

PERKEMBANGAN PASAR MODAL PER 30 SEPTEMBER 2010

Sep 2010

Aug 2010 %∆

Sep 2009 %∆

Saham 1 2 (1)/(2) 3 (1)/(3)Kapitalisasi Pasar (Rp triliun) 2919,40 2571,47 13,53 1937,49 50,68Saham diperdagangkan (triliun unit) 1,75 1,75 -0,06 1,43 22,81Jumlah Emiten (korporasi) 409 409 0,00 401 2,00 Obligasi

Pemerintah (Rp triliun) 640,23 645,36 -0,80 567,37 12,84Korporasi (Rp triliun) 103,13 103,43 -0,29 78,93 30,67 Perdagangan

Saham (Rp triliun) 100,61 89,64 12,24 66,80 50,61Volume Obligasi Pemerintah (Rp triliun) 106,48 130,86 -18,63 55,29 92,58Volume Obligasi Korporasi (Rp triliun) 5,13 6,69 -23,38 1,90 170,22 Transaksi Asing

Beli (Rp triliun) 34,77 31,01 12,11 18,62 86,67

Jual (Rp triliun) 28,76 28,98 -0,75 17,70 62,52

Net Pembelian (Rp triliun) 6,00 2,03 195,71 0,92 548,97Sumber: BEI

Tabel 5. Pada September 2010, kapitalisasi pasar saham mengalami peningkatan sebesar 13.53% (mtm)

Bursa saham Indonesia terus meningkat dan menjadi salah satu bursa di Asia yang paling diminati oleh investor di Asia

Page 23: Tek 0910

Transaksi beli oleh asing pada September 2010 mengalami peningkatan sebesar 12,11 % sedangkan transaksi jual turun 0,75 % dibandingkan dengan Agustus 2010. Dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya, baik transaksi beli maupun jual oleh asing masing-masing mengalami peningkatan sebesar 86,67 % dan 62,52 %. Net pembelian transaksi asing naik sebesar 195,71 % dibandingkan Agustus 2010 dan naik sebesar 548,97 % dibandingkan dengan September 2009. Kondisi ini menggambarkan bahwa bursa Indonesia semakin menarik bagi investor asing.

Peningkatan kapitalisasi pasar memberikan pengaruh pada meningkatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada September 2010 sebesar 13,61 persen dibandingkan dengan Agustus 2010 dengan level penutupan 3,501.296. Level penutupan ini sekaligus menjadi level IHSG tertinggi sepanjang tahun 2010. Sektor aneka industri menjadi pendorong terbesar naiknya IHSG dengan kenaikan indeks sebesar 20,33 persen dibandingkan bulan sebelumnya, diikuti kenaikan indeks sektor perdagangan dan jasa sebesar 17,82 persen. Di antara bursa ASEAN, IHSG secara konsisten terus mengalami peningkatan. Kondisi ini semakin menunjukkan bahwa bursa Indonesia terus diminati oleh para investor. IHSG terus naik tinggi dari indeks STI (Singapura), KLSE (Malaysia) dan PSE (Thailand).

Perkembangan Indeks Harga Saham Bursa ASEAN

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 22

Gambar 36. IHSG masih terus meningkat diantara indeks harga bursa regional ASEAN melebihi STI (Singapura), KLSE (Malaysia) dan SETI (Thailand). (Sumber: Statistik Pasar Modal, Bapepam-LKB, Bloomberg)

Pemantauan Perbankan

Pemantauan terhadap institusi perbankan dilakukan dengan menggunakan analisa Financial Soundness Indicators (FSI) untuk memberikan gambaran kesehatan dan kelayakan bank berdasarkan laporan keuangan bulanan perbankan.

Pada Tinjauan Perkembangan Ekonomi dan Keuangan sebelumnya, telah dilakukan pemantauan terhadap sejumlah bank dan pada edisi Juli 2010 ini, dilakukan penambahan pantauan terhadap Bank Permata. Data perbankan yang digunakan untuk analisa FSI diperoleh dari Laporan Keuangan Perbankan Bulanan dari Bank Indonesia dengan rentang waktu dari tahun 2007 hingga 2009.

Dari hasil pantauan pergerakan indikator laporan keuangan perbankan CAMELS (Capital adequacy, Asset quality, Management, Earnings and profitability, Liquidity, dan Sensitivity to market risk), diketahui bahwa rasio kecukupan modal (CAR) bank yang menjadi objek penelitian memiliki rasio yang tinggi diatas rasio penyediaan modal minimum yang diwajibkan yaitu sebesar 8% (Gambar 37).

Nampak bahwa baik bank persero dan beberapa bank swasta nasional berada pada tingkat rasio kecukupan modal yang aman. BII, Bank Mandiri dan BCA memiliki CAR paling tinggi masing-masing 20,3%; 19,1% dan 19%. Sedangkan bank lainnya memiliki CAR yang cukup tinggi diatas 10%. BII memiliki CAR paling tinggi bahkan dibandingkan dengan bank persero. OCBC NISP juga memiliki CAR diatas BRI dan BNI. Padahal total kapital yang dimiliki BII dan OCBC NISP lebih kecil daripada BRI dan BNI. Artinya, BII dan OCBC NISP lebih hati-hati terhadap risiko pasar dan kredit. Hal ini menjadi wajar karena keduanya merupakan bank swasta yang tidak mendapatkan jaminan dari pemerintah layaknya bank persero.

Page 24: Tek 0910

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 23

. BNI

BRI

MANDIRI

BCA

MUTIARA

BTNNIAGA

DANAMON

PERMATA

BII

BUKOPIN

NISP

0.0

1.0

2.0

Gambar 38. Kualitas likuiditas dan Sensitivitas Pasar

Liquidity Sensitivity to Market Risk

Dari pantauan kualitas aset, Bank Mandiri sebagai bank yang memiliki jumlah aset terbesar selama periode penelitian, memiliki kualitas aset yang tidak lebih baik dibandingkan beberapa bank lainnya. Nilai rasio NPL terhadap total pinjaman Bank Mandiri lebih tinggi jika dibandingkan dengan bank persero lainnya. Sedangkan BRI memiliki nilai rasio NPL terhadap total pinjaman yang paling kecil diantara bank persero lainnya. BRI diketahui sebagai bank yang paling banyak menyalurkan pinjaman, artinya BRI melakukan proses seleksi debitur yang baik sehingga terjadinya non-performing loan dapat diminimalisir. Dibandingkan dengan semua bank yang menjadi objek penelitian, BCA memiliki nilai rasio NPL terhadap total pinjaman paling kecil baik diantara bank persero maupun bank swasta lainnya. Bila dilihat dari rasio ATMR terhadap total asset, BNI memiliki nilai rasio paling besar dibandingkan bank persero lainnya. Sedangkan nilai rasio provisi terhadap NPL yang dimiliki BNI paling kecil. Artinya, BNI menghadapi risiko pasar dan kredit yang relatif besar namun penerimaan atas pinjaman yang diberikan relatif kecil untuk menjamin pinjaman yang disalurkan. BNI perlu lebih hati-hati dalam mengelola aset.

Sedangkan BRI yang memiliki nilai rasio ATMR terhadap total aset tertinggi kedua setelah BNI, memiliki nilai rasio provisi terhadap NPL paling besar. Artinya, BRI memiliki penerimaan atas pinjaman yang relatif besar untuk dapat menjamin pinjaman yang diberikan. Kondisi serupa tidak jauh berbeda dengan Bank Mandiri. BCA sebagai bank yang memiliki aset kedua terbesar diantara objek penelitian, memiliki kualitas aset yang relatif baik dibandingkan bank lainnya. Selain memiliki nilai rasio NPL terhadap total pinjaman yang kecil, BCA juga memiliki nilai rasio ATMR terhadap total aset yang paling kecil dan nilai rasio provisi terhadap NPL yang besar diantara bank swasta lain.

Dari sisi profitabilitas, ROA dan ROE bank persero dari yang tertinggi secara berurutan dimiliki oleh BRI, Bank Mandiri, BTN, dan BNI. BCA sebagai pemilik ROA terbesar sedangkan Bank Mutiara sebagai pemilik ROE terbesar diantara bank swasta lain. Secara keseluruhan, BCA memiliki ROA terbesar kedua setelah BRI. Sedangkan Bank Mutiara memiliki ROE terbesar baik dibandingkan dengan bank persero maupun bank swasta. Hal ini turut menjelaskan pengelolaan aset dan ekuitas yang cukup baik meskipun dalam jumlah yang sedikit.

Meskipun demikian, sisi likuiditas Bank Mutiara paling kecil diantara bank yang lain. BTN memiliki pengelolaan likuiditas yang lebih baik dengan rasio likuiditas terhadap total aset dan terhadap kewajiban jangka pendek yang lebih besar. Dilihat dari besarnya porsi hutang dalam valuta asing, BNI memiliki sensitivitas terhadap risiko pasar yang paling besar. Sedangkan BTN memiliki risiko yang lebih kecil dan hal ini menjadi wajar karena BTN tidak menyalurkan kredit dalam bentuk valuta asing.

BNIBRI

MANDIRI

BCA

MUTIARA

BTNNIAGA

DANAMON

PERMATA

BII

BUKOPIN

NISP

0.0

20.0

40.0

Gambar 37. Capital Adequacy

BNIBRI

MANDIRI

BCA

MUTIARA

BTNNIAGA

DANAMON

PERMATA

BII

BUKOPIN

NISP

0.0

0.2

0.4

Gambar 39. Kualitas Aset dan Profitabilitas

Asset Quality Profitability

Page 25: Tek 0910

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 24

Pemantauan terhadap portofolio penempatan dana simpanan menunjukkan bahwa kredit yang disalurkan BII dan OCBC NISP cenderung meningkat di akhir tahun 2009. Sedangkan penyaluran kredit Bank Bukopin mengalami penurunan. Diantara ketiga bank swasta ini, penyaluran kredit terbesar dicapai oleh BII sebesar Rp.37Triliun pada bulan Desember 2009. Penyaluran kredit OCBC NISP juga menunjukkan pola peningkatan hingga mencapai Rp.21Triliun pada bulan Desember 2009. Sedangkan penyaluran kredit Bank Bukopin terus turun hampir 24% sejak Juni hingga Desember 2009. Dana yang tersedia di bank juga digunakan untuk penempatan pada BI, penempatan pada bank lain, obligasi pemerintah, surat berharga yang dimiliki, dan beberapa penempatan lainnya

Terlihat terjadinya perubahan pola penempatan dana simpanan BII pada obligasi pemerintah dan penempatan dana pada BI. Hingga November 2009, penempatan dana BII pada obligasi pemerintah lebih tinggi daripada penempatan dana di BI. Pola penurunan penempatan dana pada obligasi pemerintah mulai terlihat sejak awal tahun 2008 dan pada Desember 2009 penempatan dana BII pada BI terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan penempatan dana pada obligasi pemerintah. Sedangkan Bank Bukopin dan OCBC NISP terlihat lebih tertarik untuk melakukan penempatan dana di BI. Tidak terlihat perkembangan yang signifikan atas penempatan dana Bank Bukopin pada obligasi pemerintah. Peningkatan justru terjadi pada penempatan dana Bank Bukopin di Bank Indonesia. Penempatan dana OCBC NISP pada obligasi pemerintah relatif stabil. Sempat terjadi substitusi antara penempatan dana pada BI dan obligasi pemerintah pada Juni 2009. Namun kemudian penempatan dana pada obligasi pemerintah bergerak stabil. Sedangkan penempatan dana OCBC NISP pada BI terus turun hingga September 2009 dan kemudian menunjukkan peningkatan kembali di bulan berikutnya hingga akhir tahun 2009.

Penempatan dana pada portofolio lainnya bagi ketiga bank cukup bervariasi. Perkembangan penempatan dana BII pada bank lain dan surat berharga bergerak relatif stabil. Hingga akhir 2009, penempatan dana Bank Bukopin cenderung turun pada hampir semua produk penempatan dana. Peningkatan penempatan dana hanya terjadi pada penempatan dana di Bank Indonesia. Sedangkan untuk OCBC NISP, terlihat peningkatan di hampir semua produk penempatan dana hingga akhir tahun 2009. Penempatan dana OCBC NISP pada bank lain terlihat terus meningkat.

Jan Feb

Mar Apr

Mei

Jun Jul Aug

Sep Okt

Nov

Des Jan Feb

Mar Apr

Mei

Jun Jul Aug

Sep Okt

Nov

Des Jan Feb

Mar Apr

Mei

Jun Jul Aug

Sep Okt

Nov

Des

2007 2008 2009

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

Gambar 40 Perkembangan Penyaluran Dana BII

Kredit yang Diberikan (RHS) Penempatan pada BI (LHS) Penempatan pada Bank Lain (LHS)

Surat Berharga yang Dimiliki (LHS) Obligasi Pemerintah (LHS)

(Rp Triliun)

Jan Feb

Mar Apr

Mei

Jun Jul Aug

Sep Okt

Nov

Des Jan Feb

Mar Apr

Mei

Jun Jul Aug

Sep Okt

Nov

Des Jan Feb

Mar Apr

Mei

Jun Jul Aug

Sep Okt

Nov

Des

2007 2008 2009

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

Gambar 41. Perkembangan Penyaluran Dana Bank BUKOPIN

Kredit yang Diberikan (RHS) Penempatan pada BI (LHS) Penempatan pada Bank Lain (LHS)

Surat Berharga yang Dimiliki (LHS) Obligasi Pemerintah (LHS)

(Rp Triliun)

Jan Feb Mar

Apr

Mei

Jun Jul Aug

Sep Okt

Nov

Des Jan Feb Mar

Apr

Mei

Jun Jul Aug

Sep Okt

Nov

Des Jan Feb Mar

Apr

Mei

Jun Jul Aug

Sep Okt

Nov

Des

2007 2008 2009

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

Gambar 42. Perkembangan Penyaluran Dana OCBC NISP

Kredit yang Diberikan (RHS) Penempatan pada BI (LHS) Penempatan pada Bank Lain (LHS)

Surat Berharga yang Dimiliki (LHS) Obligasi Pemerintah (LHS)

(Rp Triliun)

Page 26: Tek 0910

PERKEMBANGAN PENYALURANKREDIT USAHA RAKYAT

Dalam rangka mewujudkan program revitalisasi KUR, beberapa kementerian telah melakukan sosialisasi dan koordinasi program KUR tahun 2010 secara bertahap ke berbagai propinsi. Setelah sosialisasi ke Kalimantan Barat dan Bengkulu pada bulan Mei 2010, sosialisasi dilanjutkan ke Provinsi Bali pada awal Juni 2010. Konsep acara sosialisasi tersebut dibagi dalam 2 sesi, yakni koordinasi dan sosialisasi tim pelaksana dengan pemda atau instansi terkait dan sosialisasi Bank Pelaksana dengan calon debitur KUR.

Selain sosialisasi, Kementerian Koordinator Perekonomian juga telah melakukan Lokakarya KUR untuk membangun kerjasama antara kementerian teknis, pemerintah daerah, dan Perbankan dalam perluasan penyaluran KUR dan mewujudkan penyusunan dokumen Rencana Tindak Pendukung Penyaluran KUR. Lokakarya KUR dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2010 yang dihadiri oleh berbagai kementerian teknis, pemerintah daerah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah serta Perbankan. Dalam lokakarya KUR membahas pengembangan basis data calon debitur KUR, pengembangan kegiatan pendampingan calon debitur KUR, penguatan lembaga linkage dan fasilitas pengadaan calon debitur KUR. Mulai bulan ini bank pelaksana menerapkan penyaluran sesuai ketentuan baru dalam Amandemen III atas Nota Kesepahaman Bersama (MoU) tentang Penjaminan Kredit/Pembiayaan kepada Usaha, Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi.

Pada bulan September 2010, BPD yang telah menyalurkan KUR bertambah menjadi 13 bank seperti BPD Jatim, BPD Jabar-Banten, BPD Jateng, BPD Nagari, BPD DKI, BPD DIY, BPD NTB, BPD Kalbar, BPD Kalteng, BPD Kalsel, BPD Maluku, BPD Papua serta BPD Sulut. KUR yang telah disalurkan oleh 6 bank pelaksana yaitu BRI, BNI, BTN, Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, Bank Bukopin dan 12 BPD pada bulan September 2010 mencapai Rp 25.89 triliun kepada 3,279,764 debitur yang tersebar di 33 provinsi di seluruh Indonesia dengan rata-rata kredit sebesar Rp 7.89 juta per debitur dengan Non Performing Loan (NPL) untuk 6 bank pelaksana rata-rata 4,30%.

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 25

Tabel 6. REALISASI PENYALURAN KUR PER 30 SEPTEMBER 2010

BANK

REALISASI PENYALURAN KUR NPL (%)

Plafon (Rp Juta)

Outstanding (Rp Juta)

Debitur Rata-rata

kredit (Rp Juta)

BNI 1,857,453 829,996 14,306 129.84 3.21

BRI (KUR Ritel) 5,621,932 2,928,797 43,610 128.91 5.42

BRI (KUR Mikro) 13,140,256 3,653,138 3,154,968 4.16 3.06

BANK MANDIRI 2,110,256 1,114,535 40,612 51.96 1.30

BTN 796,701 354,455 4,117 193.51 12.72

BUKOPIN 767,684 367,026 3,968 193.47 10.46

BANK SYARIAH

MANDIRI 643,132 427,264 5,593 114.99 4.95

BANK NAGARI 29,572 27,834 758 39.01 -

BANK DKI 12,256 9,020 171 71.67 -

BANK JABAR

BANTEN 371,557 345,811 3,689 100.72 -

BANK JATENG 193,433 168,577 3,281 58.96 -

BPD DIY 7,207 7,007 83 86.83 -

BANK JATIM 221,066 217,285 2,167 102.01 -

BANK NTB 23,622 20,538 305 77.45 -

BANK KALBAR 29,223 25,270 325 89.92 -

BANK KALTENG 12,768 12,324 278 45.93 -

BANK KALSEL 14,153 13,424 317 44.65 -

BANK SULUT 14,110 10,275 669 21.09 -

BANK MALUKU 6,769 5,902 247 27.40 -

BANK PAPUA 19,483 18,437 300 64.94 -

TOTAL 25,892,632 10,556,915 3,279,764 7.89 4.30

TOTAL 6 BANK

PELAKSANA 24,937,414 9,675,211 3,267,174 7.63 4.30

Total BPD 955,218 881,704 12,590 75.87 - Sumber: Kedeputian I, Menko Perekonomian

Pada September 2010, BPD yang menyalurkan KUR bertmbah menjadi 13 Bank. Total penyaluran KUR sebesar Rp. 25.89 triliun kepada 3,279,764 debitur

Page 27: Tek 0910

Sektor ekonomi yang paling banyak dibiayai dengan penyaluran KUR, yaitu sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar Rp 17.07 trilliun (65.9%) dengan 2,635,016 debitur. Kemudian diikuti oleh sektor pertanian sebesar Rp. 3,97 triliun (15%) dengan 358,970 debitur. Perkembangan penyaluran KUR kepada sektor-sektor lain dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. REALISASI PENYALURAN KUR Menurut Sektor Ekonomi Per 31 September 2010

Sektor Ekonomi Total Debitur Plafon

(Rp Juta)

Outstanding (Rp Juta)

Pertanian 3,973,036 2,075,011 358,970 Pertambangan 13,753 8,082 731 Industri Pengolahan 582,163 286,980 46,901 Listrik, Gas & Air 6,314 5,064 155 Konstruksi 578,585 240,569 3,365 Perdagangan, restoran & Hotel

17,069,721 6,517,560 2,635,016

Pengangkutan, pergudangan & komunikasi

142,283 74,187 6,024

Jasa-jasa dunia usaha 832,345 402,206 51,762

Jasa-jasa sosial / masyarakat

397,212 170,441 55,247

Lain-lain 2,297,220 776,816 121,593 Jumlah 25,892,632 10,556,915 3,279,764

Sumber: Kedeputian 1, Menko Perekonomian

Sektor ekonomi yang paling banyak dibiayai KUR adalah sektor perdagangan, restoran dan hotel (65.9%) dan sektor pertanian (15%)

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 26

Provinsi yang paling banyak menyalurkan KUR banyak terdapat di pulau Jawa antara lain provinsi Jawa Tengah sebesar Rp. 3.90 triliun (15.1%) kepada 754,487debitur. Kemudian diikuti oleh Jawa Timur sebesar Rp. 3.51 triliun (13.55%) kepada 574,932 debitur, Jawa Barat sebesar Rp. 3.24 triliun (12.52%) kepada 483,167 debitur. Ketiga provinsi tersebut merupakan provinsi penyalur KUR tertinggi. Untuk provinsi di Luar Pulau Jawa hanya provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan yang menyalurkan KUR lebih dari Rp. 1 triliun yakni masing-masing sebesar Rp 1.35 triliun kepada 134,543 debitur dan Rp. 1.29 triliun kepada 157,605 debitur.

Realisasi penyaluran KUR Januari-September 2010 mencapai Rp. 8.70 triliun kepada 904,856 debitur. Rata-rata kredit Januari-September sebesar Rp. 9.62 juta per debitur

Tabel 8. REALISASI DAN NPL PENYALURAN KURJANUARI - SEPTEMBER 2010

BANK

REALISASI PENYALURAN KURJan-Sept 2010

Plafon Outstanding

Debitur

Rata-rata Kredit

(Rp juta) (Rp juta) (Rp juta/debitur)

BNI 329,592 (41,692) 2,739 120.34BRI KUR Ritel 2,196,428 459,071 14,619 150.24

BRI KUR Mikro 3,724,652 801,675 867,351 4.29

Mandiri 604,579 77,322 3,814 158.52

BTN 533,359 133,145 1,660 321.30

Bukopin 98,336 (37,715) 828 118.76

BSM 261,154 129,060 1,255 208.09

BPD 955,218 881,704 12,590 75.87

TOTAL 8,703,318 2,402,570 904,856 9.62Sumber: Kedeputian 1, Menko Perekonomian

Page 28: Tek 0910

Sekilas Berita Internasional & Domestik

TINJAUAN BERITA EKONOMI & KEUANGAN INTERNASIONAL

IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Jadi 8%

International Monetary Fund (IMF) merevisi ke atas pertumbuhan ekonomi kawasan Asia menjadi sebesar 8% atau lebih tinggi dari proyeksi awal yang sebesar 7%. Khusus Indonesia, IMF meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap akan tumbuh sesuai prediksi awal yakni 6%. Direktur IMF untuk Departemen Asia dan Pasifk Anoop Singh mengatakan revisi ke atas pertumbuhan ekonomi Asia disebabkan kondisi perekonomian negara kawasan Asia mengalami ekspansi yang kuat. IMF memaparkan, China dan India akan berada di depan dengan tingkat pertumbuhan pada tahun 2010 masing-masing diproyeksikan 10,5% dan 9,7%. "Sedangkan di Indonesia diperkirakan tumbuh 6%. Di Jepang pertumbuhan saat ini diproyeksikan 2,8%. Pada tahun 2011, pertumbuhan kawasan diperkirakan menjadi moderat dan lebih berkelanjutan sebesar 6,8%," ungkap Anoop.

Hasil analisis IMF menyebutkan pertumbuhan ekonomi yang kuat akan membawa berbagai tantangan kebijakan baru. Antara lain, tekanan inflasi yang akan terus meningkat, sementara harga-harga dipasar properti mengalami pertumbuan dengan tingkat dua digit. Serta arus modal masuk dapat menambah tekanan lanjutan terhadap harga-harga dalam negeri. Namun, Anoop mengapresiasikan langkah-langkah para pembuat kebijakan kawasan Asia dalam mengendalikan risiko inflasi dan membatasi meningkatnya kerentanan pada sektor finansial.

Selain itu, IMF menyarankan perlunya pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut di negara Asia. Termasuk melalui apresiasi nilai tukar yang lebih besar. Langkah lebih cepat untuk menarik stimulus fiskal yang diterapkan selama krisis juga akan membantu menjaga terhadap berbagai risiko. Kemudian, IMF juga mengakui untuk mengelola arus modal yang masuk ke kawasan Asia merupakan sebuah tantangan yang sulit. Arus modal yang masuk menawarkan banyak kesempatan tetapi juga membawa berbagai risiko potensial terhadap stabilitas keuangan. Langkah-langkah kebijakan makro yang berhati-hati telah diambil dengan sepatutnya di negara kawasan ini untuk meminimalkan risiko, tetapi masih perlu dilakukan banyak tindakan. Anoop menambahkan, apresiasi nilai tukar merupakan bagian penting dari proses keseimbangan kembali.

Sumber: detikfinance.com

TINJAUAN BERITA EKONOMI & KEUANGAN DOMESTIK

TKI Sumbang Devisa US$ 3,3 Miliar

Bank Indonesia (BI) mencatat pasar TKI telah menyumbang 4,4% cadangan devisa RI atau sebesar US$ 3,3 miliar sampai dengan semester I-2010. Setiap tahun, bank sentral menilai pasar TKI memiliki potensi sangat besar bagi perekonomian Indonesia dalam memperoleh cadangan devisa. "Tidak dapat dipungkiri, pasar tenaga kerja internasional memiliki potensi yang sangat besar bagi perekonomian Indonesia untuk memperoleh cadangan devisa. Persaingan untuk menembus pasar tenaga kerja juga semakin kompetitif dimana Indonesia harus bersaing dengan negara lain yang banyak mengirim tenaga kerja ke luar negeri," ujar Kepala Biro Humas Bank Indonesia (Difi A. Johansyah) .

Difi menuturkan, pasar tenaga kerja Indonesia selain memiliki potensi yang cukup besar namun juga masih menyisakan berbagai tantangan. Berdasarkan data BI dan BNP2TKI, jumlah remittance (uang yang dikirim TKI ke tanah air) setiap tahunnya meningkat. "Namun cenderung agak stagnan dari tahun 2008 yang bisa jadi disebabkan oleh krisis global kemarin maupun sebab lain," jelas Difi. Jumlah remittance pada 2005 tercatat sebesar US$ 5,3 miliar, 2006 US$ 5,6 miliar, 2007 US$ 6 miliar, 2008 US$ 6,6 miliar, 2009 US$ 6 miliar, dan sampai semester I-2010 sudah mencapai US$ 3,3 miliar. Jika dilihat dari kontribusinya terhadap pertumbuhan domestik bruto (GDP), pada 2005 tercatat sebesar 1,8 %, 2006 1,5 %, 2007 1,4 %, 2008 1,3 %, 2009 1,2 %, dan sampai pada semester I-2010 sebesar 1 %. Sedangkan remittance terhadap cadangan devisa terlihat pada tahun 2005 sebesar 15,3 %, 2006 13,1 %, 2007 10,5 %, 2008 12,8 %, 2009 10 %, dan paruh pertama tahun ini mencapai 4,4 %.

Difi menambahkan, walaupun meningkat Indonesia tidak boleh berpuas diri karena masih banyak potensi yang bisa diraih. Sebagai gambarannya, Filipina, yang merupakan negara pengirim tenaga kerja utama di Asia dan negara berkembang, menghasilkan remittance yang peningkatannya sangat meningkat dari US$ 10,7 miliar pada tahun 2005 menjadi US$ 17,4 miliar dalam tahun 2009, sehingga remittance dari pengiriman tenaga kerja merupakan komponen utama penyumbang devisa bagi Filipina.

Sumber: detikfinance.com

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 27

Page 29: Tek 0910

LIPUTAN DIALOG EKONOMI INTERAKTIF “ECONOMISTS TALK”Edisi Kelima | September 2010

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam & Relevansinya Terhadap Masalah Perekonomian Indonesia

Bersama:Adiwarman Azwar KarimPengamat Ekonomi Syariah

Ekonomi berdasarkan prinsip Islam berkembang di Indonesia sejak tahun 1992 ketika Bank Muamalat mulai dikenal. Sistem ekonomi islam ini terus berkembang dengan semakin banyaknya BPRS, pegadaian syariah, pasar modal syariah, dan sebagainya. Lalu bagaimana sejarah perkembangan ekonomi islam dipaparkan secara singkat oleh pakar ekonomi islam Adiwarman Azwar Karim dalam diskusi ekonomi dengan tema “Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dan Relevansinya Terhadap Masalah Perekonomian Indonesia”

Sejumlah teori ekonomi yang selama ini dikenal, seperti invisible hand dan teori pareto optimum, telah dikemukakan sebelumnya di jaman Nabi Muhammad SAW sebelum kemudian mulai diperkenalkan oleh sejumlah ekonom seperti Adam Smith. Sejumlah buku Islam dipelajari oleh sejumlah ekonom yang kemudian mendasari pemikiran mereka mengenai sejumlah konsep ekonomi yang bahkan diterapkan hingga sekarang. Ketika pada jaman Rasul terjadi kenaikan harga gandum yang cukup tinggi dan masyarakat meminta ditetapkannya harga pasar, Rasul hanya menjawab “let Allah fix the price” yang kemudian ditafsirkan oleh Adam Smith sebagai invisible hand. Biarkan pasar bergerak dengan kekuatan-kekuatan yang ada di pasar. Biarkan mekanisme pasar bergerak dengan bebas yang kemudian dikenal dengan laissez-faire atau sistem ekonomi liberal. Sistem ini membiarkan pasar dilepas secara bebas, maka yang kuat (memiliki modal besar) akan menguasai yang lemah. Dengan demikian, sistem ekonomi liberal ini kemudian berkembang menjadi sistem ekonomi kapitalis.

Economists Talk merupakan forum diskusi internal bulanan yang diselenggarakan oleh Kedeputian Bidang Koordinasi Makro Ekonomi dan

Keuangan. Forum ini mengundang para ekonom nasional untuk mengulas berbagai isu ekonomi dan keuangan yang hangat dibicarakan di tengah

masyarakat. Dialog dilakukan secara santai dan interaktif untuk menambah wawasan ekonomi dan keuangan di lingkungan

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.Materi paparan pembicara dapat diperoleh pada

Kedeputian Bidang Koordinasi Ekonomi Makro & Keuangan (Asdep Urusan Kebijakan Makro)

Karl Marx kemudian melakukan sanggahan bahwa modal bukanlah satu-satunya faktor produksi yang penting. Muncul pemikiran baru bahwa tenaga kerja juga merupakan faktor produksi. yang penting karena tenaga kerja adalah bagian besar dalam masyarakat sehingga muncul sistem ekonomi sosialis.

Sejumlah konsep ekonomi yang diperkenalkan dalam ekonomi Islam diantaranya:

1. Dalam perdagangan internasional juga diperkenalkan pengenaan tarif dengan dasar retaliation. Bila barang dari negara A dikenakan tarif 10% di negara B, maka negara A juga akan menerapkan besaran tarif yang sama atas barang yang berasal dari negara B.

2. Terkait dengan APBN, pengeluaran terbesar APBN pada jaman Rasul adalah untuk keperluan infrastruktur. Ini menunjukkan pentingnya infrastruktur dalam perekonomian. Ketika perputaran uang semakin cepat, maka untuk mencegah terjadinya inflasi, transaksi ekonomi harus ditingkatkan. Infrastruktur harus ditingkatkan untuk mendorong perekonomian.

3. Defisit anggaran bukanlah hal yang diharamkan namun tidak disukai oleh Rasul. Defisit anggaran ini boleh dilakukan dengan alasan tertentu yang memang diperlukan dan harus segera diselesaikan pembayaran pembiayaan defisit tersebut.

4. Dalam hal subsidi, Islam juga tidak menghendaki suatu negara memanjakan rakyatnya sehingga insentif dan motivasi rakyat untuk berusaha menjadi hilang.

5. Pertukaran mata uang dengan mata uang lain diperbolehkan pada spot transaction. Karena yang terpenting adalah harga sudah disepakati pada waktu yang sama. Sedangkan forward transaction tidak diperbolehkan karena memberikan kesempatan terjadinya riba dan salah satu pihak diuntungkan.

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 28

Page 30: Tek 0910
Page 31: Tek 0910

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Kedeputian Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan

Gedung Sjafruddin Prawiranegara (d.h. Ged. PAIK II) Lantai 4Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta, 10710Telepon. 021-3521843, Fax. 021-3521836

www.ekon.go.id