Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edisi 09 – September 2010 | Kedeputian Bidang Koordinasi Ekonomi Makro & Keuangan Formalisasi Tabungan Mikro: Pendekatan Berjenjang Untuk Mendorong Intermediasi TKI dan Remitansi Meningkatkan Remitansi Pekerja Migran Indonesia tak semudah yang Financial Inclusion: Memudahkan Akses Bank bagi Semua Masyarakat
Transcript
1. -34290212090Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian
Edisi 09 September 2010 | Kedeputian Bidang Koordinasi Ekonomi
Makro & Keuangan
Formalisasi Tabungan Mikro: Pendekatan Berjenjang Untuk Mendorong
IntermediasiTKI dan RemitansiMeningkatkan Remitansi Pekerja Migran
Indonesiatak semudah yang dibayangkan 46386756740525
Edisi 09 September 2010 | Kedeputian Bidang Koordinasi Ekonomi
Makro & Keuangan
Financial Inclusion:Memudahkan Akses Bank bagi Semua
Masyarakat46386756740525
www.ekon.go.idKementerian Koordinator Bidang PerekonomianKedeputian
Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan KeuanganAsisten Deputi Urusan
Analisa Kebijakan MakroGedung Sjafruddin Prawiranegara (d.h. Ged.
PAIK II) Lantai 4Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta,
10710Telepon. 021-3521843, Fax. 021-3521836September 2010
Kementerian Koordinator Bidang PerekonomianKedeputian Ekonomi Makro
dan KeuanganEdisi September 2010
Tinjauan EkonomiInternasionalPerkembangan Harga Komoditas
Dunia3Melihat Kebijakan Ekonomi Hong Kong4DomestikUtama:
Formalisasi Tabungan Mikro: Pendekatan Berjenjang Untuk Mendorong
Intermediasi6Utama: TKI dan Remitansi7Utama: Meningkatkan Remitansi
Pekerja Migran Indonesia9Perkembangan Wisatawan
Mancanegara11Inflasi & Gejolak Harga11Perkembangan Harga
Komoditas Bahan Pokok13Perkembangan Ekspor Impor14Perkembangan
Nilai Tukar Rupiah16Analisa Perkembangan Utang, SBN &
SBI17Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)19Indeks Keyakinan
Konsumen (IKK)19Analisa Nilai Tukar Petani20Tinjauan
KeuanganPerkembangan Pasar Modal21Pemantauan Perbankan22Penyaluran
Kredit Usaha Rakyat (KUR) September 201025Sekilas Berita
Internasional & Domestik27Liputan Economists Talk Edisi Kelima
September 2010 Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam & Relevansinya
Terhadap Masalah Perekonomian Indonesia28Bersama: Adiwarman Azwar
Karim (Pengamat Ekonomi Syariah)
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 1
OPINI
Pertumbuhan ekonomi yang inklusif (inclusive growth) menjadi
tema kebijakan ekonomi yang populer memasuki era pertama abad 21.
Tema ini menjadi semacam pembaharuan dari tema sebelumnya yaitu
pertumbuhan dengan pemerataan (growth with equity). Perkembangan
tema ini menunjukkan keinginan untuk secara konsisten mewujudkan
peningkatan pertumbuhan ekonomi yang simultan dengan penurunan
jumlah penduduk miskin dan penciptaan lapangan kerja. Pertumbuhan
yang inklusif sejatinya merupakan puncak dari upaya di
sektor-sektor ekonomi. Upaya di masing-masing sektor untuk
meningkatkan ikutan perbaikan kesejahteraan masyarakat dalam proses
akselerasi pertumbuhannya. Pada sektor keuangan, upaya ini sudah
menjadi perhatian di lingkungan internasional, antara lain G20,
yang disebut dengan financial inclusion. Sekitar 2,5 milyar
penduduk dewasa dunia, sebagian besar di negara-negara berkembang,
belum memiliki akses kepada pelayanan keuangan yang formal.
Kelompok penduduk ini pada umumnya berpendapatan rendah. Kenyataan
tersebut telah mengubah persepsi bahwa masalah financial inclusion
hanya tugas bank sentral dan regulator keuangan namun juga
pemerintahan. Program financial inclusion bukan hanya menyangkut
stabilitas ekonomi, namun juga pertumbuhan ekonomi yang berimbang
dan pengentasan kemiskinan. Financial inclusion berarti membangun
suatu sistem keuangan formal yang melayani penduduk berpendapatan
rendah dengan mengembangkan berbagai produk pelayanan keuangan.
Pembangunan sistem ini pada umumnya menghadapi hambatan di sisi
sediaan maupun permintaan. Pada sisi sediaan masalah yang dihadapi
adalah biaya transaksi yang mahal dan lemahnya kerangka regulasi
yang membatasi jumlah dan kualitas produk dan jasa keuangan.
Sementara hambatan di sisi permintaan pada faktor sosial ekonomi
dan budaya, lemahnya sistem tanda-pengenal formal, keterbatasan
rekam-jejak keuangan perorangan, tingkat melek keuangan (financial
literacy) yang rendah, dan belum adanya mekanisme perlindungan
konsumen. Indonesia tercatat telah melakukan program financial
inclusion antara lain melalui program TabunganKu. Melalui program
TabunganKu, yang berbiaya administrasi rendah, diharapkan dapat
menjangkau sekitar 80 juta penduduk yang saat ini belum terlayani
oleh bank. Upaya lain yang perlu dikembangkan adalah mobile banking
(m-banking). Produk ini cocok dikembangkan di Indonesia mengingat
jumlah penduduk yang besar dan merupakan negara kepulauan, serta
telah meluasnya penggunaan telpon seluler. Pengembangan m-banking
juga dimungkinkan untuk meningkatkan remitansi pekerja migran kita,
sebagaimana telah dilakukan di Filipina, India, dan Meksiko.
Semoga.Indikator Ekonomi September 2010
PDB Q2-2010, harga berlaku Rp. 1572.4 TPertumbuhan Ekonomi
Q2-20106.2 % (yoy)Inflasi, September 20105.80% (yoy)Tk.
Pengangguran Feb 20107.41%Tk. Kemiskinan Maret 201013.33%Nilai
Tukar (Rp/USD), 31 September 20108,924Cadangan Devisa$86.55
MilyarEkspor Agustus 2010$13,706. JutaImpor Agustus 2010$12,221
JutaNilai Tukar Petani September 2010102.19IHPB Agustus
2010175.72Wisatawan Mancanegara, Agustus 2010586,530 orang
Gambar Sampul: techeblog & coolpicturegallery.net
dimodifikasi
Seluruh artikel merupakan hasil kajian Kedeputian Ekonomi Makro
& Keuangan berdasarkan data dan informasi dari sumber dan
referensi terkait.Tinjauan berita merupakan ringkasan dari berbagai
media sumber yang menjadi rujukan analisa. Seluruh artikel melalui
proses editing dan reviu.
Tim Penyusun Kedeputian Ekonomi Makro & KeuanganGedung
Syafruddin Prawiranegara II Lantai 4Jalan Lapangan Banteng Timur
2-4 JakartaTelepon 021-3521843 Fax. 021-3521836
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 2
4991100161925
TINJAUAN | EKONOMI | INTERNASIONAL
Perkembangan Harga Komoditas DuniaHarga rata-rata komoditas energi
Januari hingga September 2010 meningkat sebesar 23,5% dibandingkan
dengan harga rata-rata tahun 2009. Peningkatan terjadi di semua
harga komoditas energi yaitu batubara 33,7%; minyak mentah 24,5%;
dan gas alam 18,9%. Peningkatan harga sepanjang tahun 2010 ini
didorong oleh tingginya permintaan dan pengurangan produksi minyak
oleh OPEC. Namun kenaikan harga yang terjadi dapat dicegah tidak
terlalu tinggi karena OPEC memiliki persediaan minyak yang banyak.
Turunnya harga batubara dan gas alam di tahun 2009 juga dipengaruhi
oleh pelemahan ekonomi global dan kemudian kembali meningkat di
sepanjang tahun 2010 seiring pemulihan ekonomi global. Sama halnya
dengan komoditas energi, harga komoditas non energi juga mengalami
peningkatan hingga September 2010 jika dibandingkan dengan harga
rata-rata tahun 2009. Harga rata-rata semua komoditas non energi
sepanjang Januari hingga September 2010 meningkat sebesar 20,9%
dibandingkan dengan tahun 2009.
Pada September 2010 sendiri, harga komoditas non energi kembali
mengalami peningkatan sebesar 3,9% setelah pada bulan sebelumnya
meningkat sebesar 4,6%. Harga komoditas pertanian naik 4,0%
dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Harga biji-bijian, jagung dam
sorgum naik masing-masing 11%, 29% dan 17% dibandingkan bulan
sebelumnya yang masih disebabkan oleh substitusi permintaan dari
pasar gandum. Harga gula juga naik sebesar 22% diakibatkan cuaca
yang tidak mendukung produksi di Rusia dan Pakistan dan musim
kemarau di Brazil. Harga logam dasar juga meningkat 5,3% pada
September 2010 masih disebabkan oleh turunnya stok, keterbatasan
pasokan, khususnya timah dan tembaga. Harga timah naik 9% khususnya
disebabkan oleh penurunan produksi di Indonesia karena musin hujan.
Harga tembaga juga naik sebesar 6% karena persediaan yang berkurang
sedangkan produksi mengalami penurunan. Harga sejumlah logam dan
mineral lainnya juga meningkat, diantaranya emas 4,5%; nikel 5,7%;
dan seng 5,2% dibandingkan dengan bulan Agustus 2010. Naiknya harga
logam emas dan perak didorong oleh tingginya permintaan sebagai
instrumen investasi.
Perkembangan Harga Komoditas Dunia
KomoditasRata-rata TahunanRata-rata TriwulanRata-rata
Bulanan2009Jan-Sep 2010Q2-2010Q3-2010Jul-10Aug-10Sep-10Non
Energi1213.2257.8255.3274262.3274.3285.2Kopi Arabika
(c/kg)317.1404.7392468.5448.0466.5491Kopi Robusta
(c/kg)164.4165161183.2188.0182.3179.2Minyak Kelapa
($/mt)7259849551,1621,0311,1611,284Maize
($/mt)165.5167.4157.7181.7163.8175.6205.9Beras, Thailand, 5%
($/mt)555481.7452.4457.2441.8452.8477Gandum, US, HRW
(b/$/mt)224.1203.6177.4237.9195.8246.2271.7Gula
(b/c/kg)40.043.2334.9342.9438.540.7149.63Emas
($/toz)9731,17711961,2271,1931,2161,271Bijih besi
(b/c/dmtu)101157.7167205205205205Nikel
(b/$/mt)14,65521,20922,47621,19119,51821,41322,643Seng
(b/c/kg)166210.9202.6201.3184.4204.5215.1Energi2214.3264.6267.7259.9257.2260.1262.2Batu
bara ($/mt)71.896.0799.4993.5595.289.5994.88Minyak Mentah, average
spot ($/bbl)61.876.9178.1875.5174.675.8376.12Gas, US
($/mmbtu)3.94.584.324.284.64.313.9
Keterangan: a/ Included in the energy index (2000=100), b/=included
in the non-energy index (2000=100), =US cent, mt=metric ton,
bbl=barrel, toz=troy oz, mmbtu=million British thermal units,
dmtu=dry metric ton unit, kg=kilogram.
1 komoditas pertanian, bahan baku, logam dan mineral2 batu bara
(Australia), minyak mentah (average spot, brent, Dubai, West Texas
Int), gas alam (index, Europe, US, LNG Japan.
Tabel 1 . Harga komoditas non energi dan energi naik masing-masing
sebesar 3.97% dan 0.81%pada September 2010
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 3 (Sumber: DECPG,
The World Bank).
Gambar 1. Harga komoditas pertanian dan logam dasar mengalami
peningkatan masing-masing sebesar 4,0% dan 8,5% pada September
2010. Peningkatan harga komoditas pertanian masih didorong oleh
naiknya harga makanan dan minuman. (Sumber: DECPG, The World
Bank).Melihat Kebijakan Ekonomi Hong KongJumlah penduduk miskin di
Hong Kong meningkat. Hong Kong Council of Social Service (HKCSC)
mencatat sebanyak 1.26 juta penduduk atau sekitar 18.1% warga Hong
Kong memiliki penghasilan dibawah HK$ 3500 per bulan sekitar HK$
3500 per bulan (sekitar Rp. 4 juta). Jumlah tersebut merupakan
angka tertinggi sejak tahun 2001 di mana hanya sekitar 1.18 juta
warga atau sekitar 17.5% penduduk Hongkong yang termasuk kategori
miskin. Dari 210.000 rumah tangga yang masuk setidaknya terdapat
satu anggota keluarga yang bekerja yang mengindikasikan bahwa
pekerjaan tidak menjamin mereka dari ancaman kemiskinan. HKCSC
memproyeksikan bahwa pada tahun 2019 akan terdapat lebih dari 1.42
juta warga yang masuk kategori miskin dan pada tahun 2029 penduduk
miskin diperkirakan akan meningkat menjadi 1.66 juta orang. Banyak
kaum muda yang masuk kategori miskin karena banyak dari mereka yang
kursus atau pendidikan privat lanjutan. Selain itu, kemajuan
teknologi juga semakin mempersulit pekerja dengan keterampilan
rendah dalam mendapatkan pekerjaan. Pemerintah Hong Kong
sesungguhnya telah mengucurkan dana bantuan sekitar HK$ 10 milyar
dalam beberapa tahun terakhir, namun hanya sekitar 20% yang
benar-benar membantu pengentasan kemiskinan. Kepala HKCSC
berpendapat pemerintah Hong Kong seharusnya memberikan subisidi
bagi warganya yang miskin serta menerapkan kebijakan negative
income tax yaitu penduduk yang penghasilannya dibawah jumlah
tertentu harus mendapatkan bantuan dan bukannya membayar
pajak.Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 4Gambar 3.
Peningkatan harga rata-rata komoditas non energi didorong oleh
peningkatan harga bahan mentah, logam dan mineral. (Sumber: DECPG,
The World Bank).Gambar 2. Harga rata-rata komoditas energi
meningkat di tahun 2010 seiring tingginya permintaan dan pembatasan
produksi minyak oleh OPEC. (Sumber: DECPG, The World Bank).
Kenaikan Upah MinimumSouth China Morning Post mengungkapkan bahwa
lebih dari 300 ribu pekerja dengan bayaran rendah akan memperoleh
kenaikan upah apabila Chief Executive Hongkong menerapkan peraturan
upah minimum untuk pertama kalinya sebesar kurang lebih HK$28 per
jam yang telah disetujui oleh Komisi Sementara Upah Minimum
Hongkong. Besaran tersebut merupakan perkiraan kompromistis dari
besaran yang diusulkan pengusaha sebesar HK$25 per jam dan besaran
yang diajukan pekerja sejumlah HK$33 per jam. Peningkatan ini akan
berdampak pada sekurangnya 314 ribu pekerja atau 11.3% dari total
angkatan kerja. Pemerintah memiliki hak sepenuhnya dalam penerapan
standar upah minimum ini yang mempertimbangkan pengalaman negara
lain, opini pekerja dan pengusaha Hong Kong, data perekonomian dan
kondisi pasar tenaga kerja. Selain memperjuangkan upah minimum,
saat ini serikat pekerja di Hong Kong memutuskan untuk berjuang
menekan lamanya jam kerja. Menurut mereka, pada bidang tertentu
seperti catering, keamanan dan retail, tak jarang pekerja harus
bekerja 12 jam sehari atau lebih. Dengan pemberlakuan upah minimum
mulai 2011, serikat pekerja mengharapkan pemerintah juga dapat
mempertimbangkan perlunya payung hukum yang mengatur jam kerja.
Dalam sebuah survey yang dilakukan oleh catering and Hotels
Industries Employees General Union, hanya 12.5%dari 374 responden
yang bekerja 8 jam sehari atau kurang dari 71% lainnya harus
bekerja lebih dari 10 jam per hari. Hongkong Building Management
& Security Workers General Union bahkan telah mengirimkan surat
kepada pemilik gedung komersial untuk mengurangi jam kerja penjaga
dari 12 jam per hari ke 8 jam per hari. Peraturan tentang jam kerja
ini telah diterapkan di Eropa, Amerika dan beberapa negara lainnya
di Asia.Kartu Kredit Penyebab Kredit MacetSetelah krisis keuangan
global, masyarakat dunia cenderung menyalahkan penggunaan kartu
kredit yang tidak terkontrol yang mengakibatkan tingkat kredit
macet yang begitu tinggi. Masyarakat Hong Kong seakan tidak belajar
dari pengalaman tersebut, yang dibuktikan dengan penggunaan lebih
dari satu kartu per orang dan hanya membayar tagihan minimum
bulanan. Gambaran penggunaan kartu kredit di Hongkong lebih besar
daripada Amerika Serikat. Ini merupakan hasil studi Universitas
Hong Kong yang menemukan juga bahwa satu dari lima pengguna kartu
kredit akan sampai pada tahap gagal bayar. Selain itu, fenomena
advance consumption, yaitu perilaku belanja sebelum benar-benar
mendapatkan penghasilan, merupakan gejala yang dapat mengarah pada
bom waktu finansial di kemudian hari. Pembelian Properti Meningkat
PesatDari sisi perkembangan properti, sampai dengan September 2010,
jumlah transaksi terdaftar untuk penjualan rumah di Hong Kong
mencapai 105.925 dengan total nilai HK$43.58 miliar (berdasarkan
data dari Ricacorp Properties). Hal ini menurut mereka merupakan
angka tertinggi di Hong Kong baik dalam hal jumlah maupun nilai
sejak tahun 2007. Para pembeli dari Tiongkok cukup banyak yakni
sebesar 30% dari total pembeli. Dibawah Capital Investment Entrant
Scheme, investor dapat memperoleh residency di Hong Kong dengan
berinvestasi di beberapa sector yang diizinkan termasuk properti
dengan jumlah minimum HK$ 6.5 juta. Mengikuti perkembangan yang
terjadi di dunia properti Hong Kong, Beijing, Shanghai dan tempat
lain di Tiongkok, Macau mengumumkan langkah-langkah untuk meredakan
spekulasi di bidang property dan menambah supply perumahan untuk
masyarakat. Pemerintah Macau telah mengalokasikan satu tempat yang
khusus diperuntukan sebagai kawasan pemukiman yang berupa flat
seluas 700-800 kaki persegi. Pemerintah akan membantu pengembang
untuk mengubah bekas kawasan industry menjadi kawasan hunian.
Berdasarkan Lappersitmiting Konsulat Jenderal RI Hongkong Tinjauan
Ekonomi dan Keuangan | September 2010 5
TINJAUAN | EKONOMI | DOMESTIK
TINJAUAN UTAMA
Formalisasi Tabungan Mikro: Pendekatan Berjenjang Untuk Mendorong
Intermediasi
..Tabungan memberikan kontribusi untuk financial inclusion system
dengan memperkuat keuangan rumah tangga berpendapatan rendah,
sumber pendanaan bagi lembaga keuangan mikro, dan membuat industri
keuangan mikro menjadi semakin kompetitif dan efisien.. Sumber:
Kompas.comSelain itu, semakin berkembangnya pasar keuangan
mengurangi kesenjangan pendapatan secara umum, memberikan dampak
positif yang tidak proporsional pada pendapatan masyarakat miskin
dan berkontribusi pada pengurangan kemiskinan (Beck, et.al.,
2007).Lembaga Keuangan Mikro yang membiayai pertumbuhan dengan
memanfaatkan pendanaan berbasis tabungan deposito untuk
melaksanakan fungsi intermediasi memberikan beberapa manfaat.
Pertama, deposito merupakan sumber pendanaan yang cenderung lebih
stabil dibandingkan sumber pendanaan lain. Krisis keuangan
internasional yang belakangan terjadi menunjukkan bahwa risiko
likuisitas sangat erat kaitannya dengan pendanaan yang berasal dari
hutang luar negeri. Tabungan juga merupakan sumber pendanaan yang
lebih murah. Dan semakin kecil biaya pendanaan maka semakin kecil
bunga pinjaman kredit.Lembaga keuangan mikro membutuhkan himpunan
dana dalam rangka menyediakan sumber dana pembiayaan bagi
masyarakat miskin dan masyarakat berpenghasilan rendah yang sulit
mendapatkan akses pembiayaan formal seperti perbankan. Namun,
karena karakteristik usahanya, LKM sering mengalami kondisi dimana
jumlah pembiayaan melebihi sumber dananya. Di sisi lain, masyarakat
miskin juga membutuhkan lebih banyak dan kemudahan akses untuk
menyimpan dana yang dimiliki. Terdapat hubungan mutualisme yang
dapat dimanfaatkan oleh LKM dan masyarakat miskin tersebut.
Sebagian besar LKM memperoleh dananya dari simpanan masyarakat
selain dari dana pribadi dan pinjaman bank. Selama ini, masyarakat
miskin menggunakan jasa informal dan jaringan sosial yang dekat
dengan mereka untuk menyimpan dana. Lebih konvensional lagi, mereka
menyimpan dana yang dimiliki dengan menitipkan pada keluarga, teman
atau menyimpannya dibalik bantal, tentunya cara ini tidaklah aman.
Padahal dari sebuah hasil penelitian (Collins, et.al., 2009)
diketahui bahwa rumah tangga miskin di Bangladesh, India dan Afrika
Selatan bersedia membayar biaya dan risiko yang besar untuk
mengakses jasa tersebut. Di sejumlah negara, telah tumbuh
organisasi-organisasi kredit mikro yang meskipun belum teregulasi
namun dapat menyediakan jasa tersebut dengan baik. Pemerintah
mungkin dapat membuat organisasi tersebut berintegrasi ke dalam
sistem keuangan sebagai salah satu lembaga intermediasi dengan
menggunakan pendekatan berbasis risiko dalam perizinannya dan
mengatur serta mengawasi keuangan mikro berbasis tabungan. Tabungan
adalah pilar dasar berjalannya financial inclusion system. Tabungan
memberikan kontribusi untuk financial inclusion system dengan
memperkuat keuangan rumah tangga berpendapatan rendah, sumber
pendanaan bagi lembaga keuangan mikro, dan membuat industri
keuangan mikro menjadi semakin kompetitif dan efisien. Secara
makro, kondisi pasar keuangan yang berkembang baik tentunya akan
mendorong pertumbuhan ekonomi, industri dan perusahaan individu
(Levine, 2005).Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010
6
TKI dan Remitansi Manfaat kedua adalah mendorong LKM untuk tumbuh
dan berkembang. Pertumbuhan aset LKM berbasis deposito berkaitan
erat dengan deposito yang diperoleh dan oleh karena itu
pertumbuhannya bergantung pada pelayanan yang mereka berikan pada
nasabah dan persepsi dari nasabah mengenai integritas dari LKM itu
sendiri. LKM ini harus menjadi lembaga yang disiplin, memberikan
pelayanan yang baik dan berhati-hati menjaga reputasi mereka.
Pendanaan dari tabungan deposito ini membuat perkembangan LKM
tergantung pada kondisi ekonomi karena mereka hanya dapat tumbuh
jika secara efektif berhasil memenuhi permintaan pasar untuk
memberikan jasa simpanan dan kredit. Ketiga, LKM berbasis tabungan
deposito ini dapat menikmati loyalitas nasabah ketika nasabah yang
melakukan penyimpanan dana memiliki rasa percaya pada lembaga
tersebut. Untuk beberapa nasabah, tabungan dapat menjadi langkah
awal untuk mengakses kredit dan layanan lainnya di kemudian
hari.Manfaat LKM berbasis tabungan deposito ini dirasakan di
tingkat industri. Peraturan dan pengawasan terkait lembaga berbasis
tabungan deposito akan menciptakan kondisi yang semakin kondusif
bagi pendalaman pasar yang berkelanjutan. LKM berbasis tabungan
deposito memiliki kapasitas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan. Perizinan, peraturan dan pengawasan lembaga
keuangan mikro diperlukan karena mereka memiliki keunikan dan
berbeda dengan sistem perbankan konvensional. Menjadikan LKM
sebagai lembaga formal juga didasarkan pada kemampuannya berinovasi
dan berinteraksi secara langsung dengan masyarakat miskin dan
berpenghasilan rendah dibandingkan perbankan konvensional.
Peraturan tersebut akan membuka jalan bagi proses transisi lembaga
kredit yang tidak teregulasi menjadi lembaga intermediasi yang
teregulasi dengan cara mendorong terjadinya persaingan di pasar
dengan segmen masyarakat berpendapatan rendah. Peraturan khusus
terkait LKM ini juga merupakan pendekatan untuk mengatasi sejumlah
risiko yang dihadapi sektor keuangan mikro. Diperlukannya peraturan
khusus yang berbeda dengan peraturan perbankan dikarenakan LKM
tidak dapat memenuhi sejumlah persyaratan bagi perbankan meskipun
LKM melakukan sejumlah aktivitas yang sama dengan perbankan.
Diantaranya, memiliki modal yang lebih rendah dari CAR perbankan,
ruang lingkup pelayanan dan batas eksposur risiko yang dihadapi
umumnya jauh lebih konservatif daripada perbankan konvensional, dan
adanya perbedaaan ketentuan klasifikasi pinjaman, provisi dan
penghapusan yang disesuaikan dengan risiko yang dimiliki
LKM.Referensi: Policy Note Alliance for Financial Inclusion
Gambar 4. Hingga Juni 2010, Penyaluran TKI terbesar adalah kawasan
Asia (Sumber: BNP2TKI)Dari hasil laporan BNP2TKI diketahui bahwa
hingga Juni 2010 penyaluran TKI terbesar adalah ke kawasan Asia
(58,2%). Hampir 78% TKI yang dikirim ke kawasan Asia atau sekitar
1,9 juta orang TKI dikirimkan ke Malaysia. Jumlah ini sangat besar
jika dibandingkan dengan pengiriman TKI ke beberapa negara Asia
lainnya seperti Taiwan, Hongkong dan Singapura yang masing-masing
sekitar 182 ribu, 167 ribu dan 132 ribu orang TKI. Sebagian besar
TKI di Malaysia bekerja di sektor formal (55,4%) dan sisanya
bekerja di sektor informal (42,8%) dan menjadi profesional (1,8%).
Sedangkan TKI di Singapura dan Hongkong sebagian besar bekerja di
sektor informal diikuti sektor formal dan profesional. Begitu pula
di Taiwan, sebagian besar TKI bekerja di sektor informal namun TKI
yang menjadi profesional lebih banyak jumlahnya daripada TKI yang
bekerja di sektor formal. Kawasan kedua terbesar target pengiriman
TKI adalah kawasan Timur Tengah dan Afrika (41%). Untuk kawasan
ini, penyaluran TKI terbesar adalah ke Negara Arab Saudi yaitu
hampir 1,5 juta TKI atau 81,5% dari jumlah TKI yang dikirimkan ke
kawasan tersebut. Sebagian besar TKI di Arab Saudi bekerja di
sektor informal (91,3%) dan sisanya menjadi profesional (4,8%) dan
bekerja di sektor formal (3,9%). TKI yang bekerja di kawasan
Amerika dan Eropa-Australia masing-masing sebesar 0,3% dan 0,6%
dari jumlah TKI yang dikirim hingga Juni 2010. Sebagian besar TKI
di Amerika bekerja sebagai profesional sedangkan sebagian besar TKI
di Eropa-Australia bekerja di sektor formal dengan pengiriman TKI
terbanyak ke Jerman dan Spanyol. Secara keseluruhan, sebagian besar
TKI bekerja di sektor informal (65,9%), formal (30,3%) dan sebagai
profesional (3,8%).Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010
7
Namun, sumbangan remitansi dari kawasan Asia terus mengalami
penurunan dari tahun 2007 hingga Juni 2010. Pada tahun 2007,
sumbangan remitansi dari kawasan Asia mencapai 63,7% dari total
remitansi pada tahun tersebut. Persentase nya terus turun hingga
mencapai 55,7% pada Juni 2010. Sedangkan sumbangan remitansi dari
tiga kawasan lainnya justru meningkat dari tahun 2007 hingga Juni
2010.
Gambar 6. Total remitansi mengalami peningkatan dari Rp 6 Triliun
pada tahun 2007 menjadi Rp 6,6 Triliun pada tahun 2008. Jumlah ini
sedikit mengalami penurunan pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 302,5
juta dibandingkan dengan tahun 2008. Hingga Juni 2010 sumbangan
remitansi terbesar masih berasal dari TKI yang bekerja di kawasan
Asia (55,6%) (Sumber: Bank Indonesia)Dari hasil laporan Bank
Indonesia, total remitansi mengalami peningkatan dari Rp 6 Triliun
pada tahun 2007 menjadi Rp 6,6 Triliun pada tahun 2008. Jumlah ini
sedikit mengalami penurunan pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 302,5
juta dibandingkan dengan tahun 2008. Diperkirakan total remitansi
di tahun 2010 tidak akan jauh berbeda dengan pencapaian pada tahun
2009. Dilaporkan total remitansi hingga Juni 2010 mencapai 50,3%
dari total remitansi tahun 2009. Hingga Juni 2010, sumbangan
remitansi terbesar masih berasal dari TKI yang bekerja di kawasan
Asia (55,6%), dan selanjutnya berasal dari TKI yang bekerja di
kawasan Timur Tengah dan Afrika (41,2%), Amerika (1,5%) dan
Eropa-Australia (1,5%).Gambar 5. Hingga Juni 2010, Penyaluran TKI
terbesar adalah ke kawasan Asia (58,2%). Hampir 78% TKI yang
dikirim ke kawasan Asia atau sekitar 1,9 juta orang TKI dikirimkan
ke Malaysia. Secara keseluruhan, sebagian besar TKI bekerja di
sektor informal (Sumber: BNP2TKI)Tinjauan Ekonomi dan Keuangan |
September 2010 8
Meningkatkan Remitansi Pekerja Migran Indonesia
Gambar 8. Remitansi Daerah mengalami peningkatan dari Rp. 4.4
triliun pada tahun 2007 menjadi 4.8 triliun pada tahun 2009. Jumlah
remitansi terbesar sejak tahun 2007 hingga Juni 2010 diterima oleh
daerah Surabaya, DKI Jakarta, Semarang, dan Mataram. (Sumber: Bank
Indonesia)Secara total, sama halnya dengan remitansi nasional,
remitansi yang diterima daerah juga mengalami peningkatan dari Rp.
4,4 Triliun pada tahun 2007 menjadi Rp. 5,4 Triliun pada tahun
2008. Dan mengalami penurunan pada tahun 2009 hampir 11%
dibandingkan tahun sebelumnya dan mencapai Rp. 4,8 Triliun.
Diperkirakan pada tahun 2010 remitansi daerah ini akan sedikit
lebih rendah. Hingga Juli 2010, total remitansi daerah hanya
mencapai Rp. 1,8 Triliun atau 38% dari total remitansi daerah tahun
2009. Jumlah remitansi terbesar sejak tahun 2007 hingga Juni 2010
diterima oleh daerah Surabaya, DKI Jakarta, Semarang, dan
Mataram.Gambar 7. Sumbangan remitansi dari kawasan Asia terus
mengalami penurunan dari tahun 2007 hingga Juni 2010 (Sumber: Bank
Indonesia)Pada semester I-2010, TKI menyumbang 4,4% cadangan devisa
RI atau sebesar US$ 3,3 miliar. Berdasarkan data BI dan BNP2TKI,
jumlah remittance (uang yang dikirim TKI ke tanah air) setiap
tahunnya meningkat namun cenderung agak stagnan dari tahun 2008.
Jumlah remittance pada 2005 tercatat sebesar US$ 5,3 miliar, 2006
US$ 5,6 miliar, 2007 US$6 miliar, 2008 US$ 6,6 miliar, 2009 US$ 6
miliar, dan sampai semester I-2010 sudah mencapai US$ 3,3 miliar.
Jika dilihat dari kontribusinya terhadap pertumbuhan domestik bruto
(GDP), pada 2005 tercatat sebesar 1,8%, 2006 (1,5%), 2007 (1,4%),
2008 (1,3%), 2009 (1,2%), dan sampai pada semester I-2010 sebesar
1%. Sedangkan remittance terhadap cadangan devisa terlihat pada
tahun 2005 (15,3%), 2006 (13,1 %), 2007 (10,5%), 2008 12,8%, 2009
(10%), dan paruh pertama tahun ini mencapai 4,4%.Banyak pekerja
migran Indonesia yang belum melakukan pengiriman uang atau
mengirimkan uang dengan frekuensi rendah. Jumlah TKI yang pernah
melakukan pengiriman uang ke tanah air baru sebesar 68.4%, dari
jumlah tersebut hampir 50% mengirimkan uang karena ada hal khusus.
Sumber: World BankGambar 9. Banyak pekerja migran Indonesia yang
belum melakukan pengiriman uang atau mengirimkan uang dengan
frekuensi rendah.Jika dibandingkan dengan negara lainnya, tingkat
remitansi yang diterima Indonesia masih lebih rendah dibandingkan
dengan China dan Filipina. Filipina, yang merupakan negara pengirim
tenaga kerja utama di Asia dan negara berkembang, menghasilkan
remittance yang peningkatannya pesat dari US$ 10,7 miliar pada
tahun 2005 menjadi US$ 17,4 miliar dalam tahun 2009, sehingga
remittance dari pengiriman tenaga kerja merupakan komponen utama
penyumbang devisa bagi Filipina. Tinjauan Ekonomi dan Keuangan |
September 2010 9
Gambar 11. Penggunaan m-banking di Indonesia masih sangat rendah
hanya sebesar 2.6%.Sesuai dengan hasil survey Bank Dunia,
pengalaman pengirim dan penerima uang merupakan faktor terpenting
dalam pemilihan produk remitansi. Pekerja migran yang terbiasa
menggunakan jasa perbankan akan mengirimkan uang ke tanah air juga
dengan menggunakan jasa perbankan apabila keluarganya juga
berpengalaman dalam menggunakan jasa perbankan. Peran perantara
(account mediator) dalam pengiriman uang oleh pekerja migrant masih
sangat besar yang mendorong biaya remitansi semakin mahal.
Aksesibiltas pekerja migran terhadap jasa keuangan masih relatif
rendah, yakni sebesar 68% dan 65% menggunakan jasa perbankan.
Menariknya dari 65% TKI yang menggunakan jasa perbankan, 35% di
antaranya tidak menggunakan rekening sendiri tetapi meminjam
rekening orang lain. Sumber: World BankSumber: World BankGambar 10.
Akses pekerja migran terhadap jasa keuangan masih relatif rendah,
mayoritas masih menggunakan mediator yang mendorong biaya remitansi
semakin mahalSalah satu cara untuk mempermudah dalam pengiriman
uang adalah dengan menggunakan m-banking.Di beberapa negara,
pengembangan teknologi m-banking ditempuh untuk mengurangi biaya
transaksi seperti point of sale (POS) di Brazil, G-Cash di Filipina
dan WIZZIT di Afrika Selatan. Adanya izin transfer dana antar
perorangan menjadi pendorong pengiriman remitansi pekerja migran
Filipina melalui m-banking dari Singapura, Hongkong dan Timur
Tengah. Peran m-banking juga besar dalam peningkatan remitansi
pekerja migran Meksiko di Amerika Serikat dan remitansi pekerja
migran Kenya di Inggris. Di Indonesia, penggunaan m-banking masih
sangat rendah. Banyak masyarakat yang kurang tertarik menggunakan
m-banking dikarenakan kurang memahami atau ketidaktahuan cara
kerjanya. Oleh karena itu, perlu didorong upaya inisiatif produk
dan pemasaran m-banking. Minat masyarakat terhadap m-banking perlu
ditingkatkan mengingat potensinya yang besar dalam meningkatkan
pelayanan keuangan kepada masyarakat khususnya bagi masyarakat yang
belum terlayani oleh perbankan (unbanked people). Terdapat 2 model
m-banking di Indonesia yakni Bank Based Model dan Non-Bank Based
Model.Sumber: World BankTinjauan Ekonomi dan Keuangan | September
2010 10
PERKEMBANGAN WISATAWAN MANCANEGARAINFLASI DAN GEJOLAK HARGA
Inflasi bulan September 2010 sebesar 0.44% atau 5.80% (yoy) dengan
Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 122.67.Inflasi bulan September
2010 menurun dibandingkan bulan sebelumnya tercatat sebesar 0.44%
(mtm) atau 5.80% (yoy). Inflasi Agustus didorong oleh tekanan dari
komponen inflasi inti (core inflation) sementara tekanan dari
komponen barang bergejolak (volatile food) mereda. Komponen core
inflation mengalami inflasi tertinggi sebesar 0.59% (mtm) dengan
sumbangan inflasi sebesar 0.36% seiring dengan meningkatnya
ekspektasi inflasi masyarakat meningkat, kemudian diikuti oleh
komponen barang bergejolak (volatile food) sebesar 0.28% (mtm)
dengan sumbangan inflasi sebesar 0.05% dan komponen harga diatur
pemerintah (administered prices) sebesar 0.18% (mtm) dengan
sumbangan inflasi sebesar 0.03%. Laju inflasi core inflation
mengalami kenaikan terkait dengan meningkatnya sebagian besar
barang konsumsi sehubungan peringatan hari Iedul Fitri 1431 H.
Tekanan volatile food mereda seiring dengan dilakukannya operasi
pasar menjelang lebaran. Begitu pula dengan komponen administered
prices mereda yang pada bulan sebelumnya meningkat karena kenaikan
tariff dasar listrik dan kenaikan biaya jasa pengurusan STNK. Dari
sisi eksternal, kenaikan harga emas dunia turut memberi tekanan
kenaikan harga emas perhiasan domestik. Tidak hanya komoditas emas,
harga komoditas pangan global yang meningkat tinggi juga menjadi
faktor pendorong meningkatnya beberapa harga komoditas inti
terkait, seperti terigu.
Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) Agustus 2010 mencapai 586,5
ribu orang atau naik 3,48% (yoy). Sedangkan, jika dibandingkan
dengan Juli 2010, jumlah wisman Agustus 2010 turun 10,93 %. Secara
kumulatif (Januari-Agustus) 2010, jumlah wisman mencapai 4,63 juta
orang atau naik 12,12% dibanding jumlah wisman pada periode yang
sama tahun 2009 sebanyak 4,13 juta orang. Jumlah wisman ke Bali
melalui Bandara Ngurah Rai pada Agustus 2010 naik 4,76 % dibanding
Agustus 2009, yaitu dari 232,2 ribu orang menjadi 243,2 ribu orang
pada Agustus 2010. Sementara itu, jika dibanding Juli 2010, jumlah
wisman ke Bali mengalami penurunan sebesar 3,53 %.Tingkat
Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di 17 provinsi pada Agustus
2010 mencapai rata-rata 47,19%, atau turun 4,42 poin dibanding TPK
Agustus 2009 sebesar 51,61%. Begitu pula bila dibanding TPK hotel
Juli 2010, TPK hotel berbintang pada Agustus 2010 mengalami
penurunan 7,22 poin.Rata-rata lama menginap tamu asing dan
Indonesia pada hotel berbintang di 17 provinsi selama Agustus 2010
adalah 2,07 hari, turun 0,20 hari dibanding keadaan Agustus 2009.
(BPS)
Gambar 13. Pada September 2010, komponen terbesar penyumbang
inflasi adalah core inflation terkait menjelang lebaranGambar 12.
Jumlah wisatawan mancanegera pada Agustus 2010 meningkat 3.48%
yoy
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 11
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 12
Gambar 17. Pada September 2010, kota-kota Pulau Jawa mengalami
inflasi yang cukup tinggi. Kota Tarakan yang mengalami inflasi
tertinggiPantauan atas 66 kota, 57 kota mengalami inflasi dan 9
kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tarakan 1.80%
dengan IHK 139.74 dan inflasi terendah terjadi di Batam 0.03%
dengan IHK 118.32. Inflasi tinggi banyak terjadi di kota-kota Pulau
Jawa. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Lhokseumawe 1,28%
dengan IHK 121,18 dan terendah terjadi di Medan 0,20% dengan IHK
122,38.Gambar 16. Pada September 2010, harga daging melonjak yang
mendorong kenaikan inflasi sedangkan harga cabai menurun Inflasi
terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan
indeks tertinggi pada kelompok sandang sebesar 1.08% seiring
menjelang lebaran. Kemudian diikuti oleh kelompok trasnportasi,
komunikasi dana jasa keuangan sebesar 0.57% seiring dengan hari
raya lebaran dimana masyarakat mayaoritas mudik atau pulang
kampung, dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
sebesar 0.52%. Komoditas bahan pangan yang dominan memberikan
sumbangan inflasi adalah daging-dagingan antara lain ikan segar
sebesar 0.1%, daging ayam ras sebesar 0.06%, daging sapi 0.03%.
Untuk beras menyumbang inflasi September 2010 sebesar 0.02%.
Sedangkan komoditas bumbu-bumbuan seperti cabai merah, cabai rawit
dan bawang merah mengalami deflasi masing-masing sebesar 0.19%,
0.04% dan 0.02%. Gambar 15. Sumbangan terbesar inflasi September
2010 adalah pada kelompok sandang terkait lebaranGambar 14. Tekanan
Inflasi Volatile Food mereda pada September 2010 dibandingkan bulan
sebelumnya
PERKEMBANGAN HARGA KOMODITAS BAHAN POKOKHarga komoditas bahan pokok
hingga minggu keempat September 2010 bergerak stabil dan cenderung
turun yang merupakan koreksi harga pasca lebaran. Namun penurunan
harga bergerak lambat sehingga belum dapat mencapai tingkat harga
sebelum lebaran dan membentuk tingkat harga baru. Harga beras umum
dan termurah belum menunjukkan penurunan hingga September 2010 dan
masih berada pada tingkat harga lebaran. Belum turunnya harga beras
diperkirakan karena adanya gangguan pada produksi dan panen yang
mempengaruhi persediaan beras di pasar. Namun Bulog akan tetap
mempertahankan membeli hasil produksi dalam negeri meskipun harga
beras internasional masih lebih rendah dari harga beras di dalam
negeri. Operasi pasar dan penyaluran raskin untuk bulan
Agustus-September 2010 yang dilaksanakan dalam satu bulan dapat
membantu menekan kenaikan harga. Harga tepung terigu domestik masih
bergerak stabil meskipun harga tepung terigu internasional
cenderung meningkat sejak Juli 2010.
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 13Gambar 20. Harga
minyak goreng curah terus meningkat hingga minggu keempat September
2010 (Sumber: Kementerian Perdagangan)Harga gula pasir terus naik
hingga minggu keempat September 2010 diakibatkan oleh terganggunya
proses produksi akibat cuaca yang tidak mendukung yang menyebabkan
panen menjadi tidak maksimal. Curah hujan yang tinggi meningkatkan
biaya dalam proses pengangkutan. Selain itu, biaya tebang juga
meningkat dari Rp 4.500/kwintal menjadi Rp 9.000/kwintal. Sedangkan
harga cabe rawit, cabe merah dan bawang merah cenderung turun pasca
lebaran sebagai bentuk koreksi harga pasca lebaran.Gambar 19. Harga
tepung terigu domestik masih bergerak stabil meskipun harga tepung
terigu internasional cenderung meningkat sejak Juli 2010 (Sumber:
Kementerian Perdagangan)Harga minyak goreng curah terus meningkat
hingga minggu keempat September 2010 melanjutkan peningkatan harga
di sepanjang bulan Agustus 2010. Sedangkan harga minyak goreng
kemasan cenderung lebih stabil dibandingkan harga minyak goreng
curah. Namun demikian, pergerakan harga minyak goreng di dalam
negeri cenderung stabil didorong oleh ketersediaan CPO yang tinggi
di bulan Juli hingga September yang merupakan panen puncak CPO
dalam siklus produksi kelapa sawit. Harga daging sapi menunjukkan
penurunan di bulan September 2010 yang merupakan bentuk koreksi
harga pasca lebaran. Penurunan harga terjadi baik di tingkat
konsumen maupun produsen, sedangkan perbedaan tingkat harga
diantara keduanya masih cukup besar.Gambar 18. Harga beras umum dan
termurah belum menunjukkan penurunan hingga September 2010 dan
masih berada pada tingkat harga lebaran (Sumber: Kementerian
Perdagangan)
Dibandingkan dengan Agustus 2009, surplus neraca perdagangan
meningkat sebesar US$ 648,92 juta atau 77,6 %. Surplus neraca
perdagangan ini didorong oleh peningkatan ekspor yang dibarengi
dengan penurunan impor. Indonesia menjadi negara pengimpor hasil
minyak dunia. Ekspor minyak mentah pada Agustus 2010 (US$749 juta)
sedikit lebih besar daripada impor (US$745,9juta). Perbedaan yang
besar terjadi pada perdagangan hasil minyak dimana impor hasil
minyak (US$1,4miliar) lebih besar daripada ekspor hasil minyak
(US$188,8juta). Ekspor Indonesia ke Cina pada bulan Agustus 2010
meningkat bahkan melebihi ekspor ke Amerika. Peningkatan ekspor ke
Cina didorong oleh meningkatnya ekspor batubara ke Cina.Nilai
ekspor Indonesia Agustus 2010 mencapai US$13,71 miliar atau
mengalami peningkatan sebesar 9,76 % dibanding ekspor Juli 2010.
Sementara bila dibandingkan dengan Agustus 2009 mengalami
peningkatan sebesar 29,99 %. Secara kumulatif nilai ekspor
Indonesia hingga Agustus 2010 mencapai US$98,71 miliar atau
meningkat 40,42 % dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2009.
Peningkatan ekspor didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas
Agustus 2010 sebesar 10,94 % dibanding Juli 2010 atau 31,24 %
dibanding Agustus 2009. Peningkatan ekspor nonmigas terbesar
Agustus 2010 terjadi pada lemak & minyak hewan/nabati sebesar
US$1,1 miliar, sedangkan penurunan terbesar terjadi pada bijih,
kerak, dan abu logam sebesar US$80,0 juta. Ekspor migas juga
meningkat namun dengan persentase yang lebih kecil yaitu 3,1 %
dibandingkan dengan Juli 2010 atau 17,33 % dibandingkan Agustus
2009. Namun, secara kumulatif pertumbuhan ekspor migas
Januari-Agustus 2010 sebesar 64,64 % lebih besar daripada
pertumbuhan ekspor nonmigas yang tumbuh sebesar 36,25 %
dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2009. Pertumbuhan
ekspor yang lebih tinggi sepanjang tahun 2010 didorong oleh
kenaikan harga rata-rata komoditas migas international yang lebih
tinggi dibandingkan harga rata-rata tahun 2009. Neraca perdagangan
Indonesia pada Agustus 2010 meningkat dari minus US$ 139 juta
menjadi US$ 1,485 juta jika dibandingkan dengan Juli 2010.
PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR Gambar 23. Harga cabe rawit, cabe merah
dan bawang merah cenderung turun pasca lebaran sebagai bentuk
koreksi harga pasca lebaran. (Sumber: Kementerian
Perdagangan)Gambar 22. Harga gula pasir terus naik hingga minggu
keempat September 2010. (Sumber: Kementerian Perdagangan)Gambar 21.
Harga daging sapi menunjukkan penurunan di bulan September 2010
yang merupakan bentuk koreksi harga pasca lebaran (Sumber:
Kementerian Perdagangan)Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September
2010 14
Grafik Perkembangan Ekspor Dan Impor Indonesia Januari-Agustus 2010
(Juta US$)
Gambar 24. Pada Agustus 2010, ekspor naik 9,76% dan impor turun
3,21% dibandingkan dengan Juli 2010. Dibandingkan dengan Agustus
2009, baik ekspor dan impor masing-masing meningkat 29,99% dan
25,89%. Neraca perdagangan mengalami surplus sebesar US$1.485 juta
setelah pada bulan sebelumnya defisit US$139 juta. (Sumber:
BPS)
Nilai impor Indonesia pada bulan Agustus 2010 mencapai US$12,22
miliar atau turun sebesar 3,2% dibandingkan dengan Juli 2010, namun
jika dibandingkan dengan bulan Agustus 2009 terjadi peningkatan
sebesar 25,89%. Sedangkan secara kumulatif, hingga Agustus 2010
nilai impor mencapai US$87,78 miliar atau meningkat 46,87% jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Impor
Agustus 2010 mendapat tekanan dari turunnya impor nonmigas sebesar
4,79% dibandingkan dengan Juli 2010. Namun jika dibandingkan dengan
Agustus 2009 terjadi peningkatan impor nonmigas sebesar 22,31%.
Nilai impor nonmigas terbesar adalah pada golongan barang
mesin/peralatan mekanik yang mencapai US$1,87 miliar atau turun
6,54% dibanding bulan sebelumnya.Gambar 25. Indonesia menjadi
negara pengimpor hasil minyak dunia. Ekspor minyak mentah pada
Agustus 2010 (US$749 juta) sedikit lebih besar daripada impor
(US$745,9juta). Perbedaan yang besar terjadi pada perdagangan hasil
minyak dimana impor hasil minyak (US$1,4miliar) lebih besar
daripada ekspor hasil minyak (US$188,8juta).Sumber: BPSPerkembangan
ekspor secara sektoral menunjukkan penurunan porsi migas dari 17,7%
(Juli 2010) menjadi 17,21% (Agustus 2010). Kenaikan porsi ekspor
non-migas pada Agustus 2010 terutama berasal dari ekspor komoditas
sektor industri sehingga pangsanya terhadap total ekspor menjadi
(62,16%), sementara pertambangan (17,38%) dan pertanian (3,25%).
Meskipun sektor industri memberikan kontribusi terbesar pada
ekspor, namun pertumbuhannya lebih rendah daripada sektor
pertambangan. Sepanjang Januari hingga Agustus 2010, ekspor sektor
industri tumbuh 34,66% lebih kecil daripada pertumbuhan sektor
pertambangan yang tumbuh sebesar 47,35% dibandingkan dengan periode
yang sama tahun sebelumnya. Tingginya pertumbuhan ekspor sektor
pertambangan didorong oleh kenaikan harga komoditas sektor
pertambangan. Peningkatan ekspor komoditas industri manufaktur
sepanjang tahun 2010 memberikan harapan pertumbuhan sektor
manufaktur akan lebih tinggi dibanding 2009. Sedangkan sektor
pertanian yang memberikan kontribusi paling kecil pada ekspor belum
menunjukkan adanya peningkatan yang berarti dan hanya tumbuh
15,84%. Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 15
Impor golongan pesawat udara dan bagiannya yang pada bulan Juli
2010 meningkat 193,4% (mtm), justru mengalami penurunan di bulan
Agustus 2010 sebesar 42,34% (mtm). Impor migas memberi kontribusi
positif pada impor Agustus 2010 dimana terjadi peningkatan impor
migas sebesar 4,69% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Impor
minyak mentah meningkat sebesar 27,7% dibandingkan Juli 2010.
Sedangkan impor hasil minyak dan gas mengalami penurunan
masing-masing sebesar 2,52% dan 33,8%. Nilai impor menurut golongan
penggunaan barang selama Januari-Agustus 2010 dibanding periode
yang sama tahun sebelumnya mengalami peningkatan untuk semua
golongan. Impor barang konsumsi naik sebesar 52,37% yang
menunjukkan tingginya konsumsi domestik. Impor bahan baku/penolong
dan barang modal masing-masing naik sebesar 51,25%, dan 31,2% yang
menunjukkan cukup tingginya kegiatan produksi di sektor produksi
riil.Defisit neraca perdagangan Indonesia dengan Singapura, Cina
dan Jepang masih terus berlanjut hingga Agustus 2010 meskipun
dengan besaran yang lebih kecil, masing-masing mencapai US$34 juta,
US$679 juta, US$167 juta. Sedangkan neraca perdagangan Indonesia
dengan Amerika Serikat masih berada pada posisi surplus US$174
juta. Terjadi peningkatan ekspor ke Cina yang cukup besar pada
Agustus 2010. Bahkan ekspor ke Cina melebihi ekspor ke Amerika
Serikat. Cina menjadi negara tujuan ekspor kedua terbesar setelah
Jepang, menggeser posisi Amerika pada bulan Agustus 2010.
Gambar 27. Terjadi peningkatan ekspor yang cukup besar ke Cina pada
Agustus 2010 yaitu sebesar 34,5 %. Meskipun ekspor ke Cina melebihi
ekspor Indonesia ke Amerika pada Agustus 2010, secara kumulatif
Januari hingga Agustus 2010, ekspor ke Amerika masih lebih besar.
Namun, nilai ekspor ke Jepang masih lebih besar dibandingkan ekspor
ke negara lainnya. Sumber: BPS
Gambar 20. Inflasi Volatile Food melonjak pada Juli 2010
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR RUPIAH
Pada September 2010, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS secara
rata-rata melemah sebesar 0.05% ke level Rp. 8976 per dolar AS dari
Rp. 8972 pada bulan Agustus 2010.
Membaiknya indikator resiko dan masih menariknya imbal hasil
memberikan dukungan bagi penguatan nilai tukar rupiah. Kepercayaan
investor asing terus meningkat seiring dengan membaiknya persepsi
terhadap resiko domestik. Dari sisi eksternal, proses pemulihan
ekonomi global diwarnai oleh kekhawatiran perlambatan di AS, Jepang
dan beberapa negara Eropa. Negara negara berkembang melanjutkan
langkah normalisasi kebijakan sebagai respon terhadap tekanan
inflasi yang meningkat. Kondisi eksternal tersebut mendorong
apresiasi mata uang di regional Asia termasuk Indonesia.
Gambar 26. Neraca perdagangan Indonesia masih mencatat defisit
dengan beberapa negara mitra dagang utama, kecuali Amerika Serikat.
Sumber: BPS
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 16
ANALISA PERKEMBANGAN UTANG, SBN DAN SBIRasio utang luar negeri
terhadap PDB akan diupayakan menurun menjadi 27% dari 28% pada APBN
2009. Oleh karena itu, sejak tahun 2005, Surat Berharga Negara
(SBN) menjadi instrumen utama pembiayaan defisit APBN, artinya
porsi pinjaman luar negeri berkurang. Dalam perkembangannya, porsi
kepemilikan asing pada SBN meningkat dari sekitar Rp 108 triliun
pada akhir tahun 2009 menjadi sekitar Rp 182.26 triliun pada
September 2010. Faktor yang menarik investor adalah SBN relatif
bebas resiko (risk free). Namun, besarnya pemilikan asing ini
diyakini dapat mengganggu stabilitas ekonomi apabila sebagian besar
dana tersebut ditarik tiba-tiba (outflow). Investor SBN dari non
bank dan asing terlihat semakin meningkat sedangkan kepemilikan
bank berkurang. Nampak pula bahwa meskipun pinjaman luar negeri
berkurang, kepemilikan SBN oleh asing memiliki tren yang
meningkat.
Pada akhir bulan September 2010, Rupiah ditutup ke level Rp
8.924/US$ atau menguat 1.29% dibandingkan penutupan bulan Agustus
2010. Selama triwulan III-2010, rata-rata nilai tukar rupiah
terapresiasi sebesar 1.2% ke level Rp. 8.998 per US$. Selain
menguat, volatilitas rupiah di triwulan III-2010 menurun menjadi
0.2% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 0.5%.
Dalam APBN-P 2010 telah ditetapkan defisit anggaran terhadap PDB
sebesar 2.1% (meningkat dari tahun 2009 sebesar 1.6%).
Gambar 29. Rasio Utang dan Rasio Defisit Terhadap PDB, Porsi
Pinjaman Luar Negeri dan SBN, rasio utang terhadap PDB semakin
berkurang dan SBN menjadi intrumen utama pembiayaanGambar 28.
Secara rata-rata, nilai tukar rupiah pada September 2010 sedikit
terdepresiasi 0.05% dan ditutup ke level Rp. 8.924/US$Tinjauan
Ekonomi dan Keuangan | September 2010 17
Dana asing masuk ke Indonesia masih terus meningkat. Indonesia
masih menjadi negara tujuan investasi yang diminati oleh investor
asing. Namun demikian, total kepemilikan SBI dan SBN pada bulan
September 2010 masing-masing turun sebesar 6,83 % dan 0,04 %
dibandingkan dengan Agustus 2010. Peningkatan kepemilikan asing
pada SBI di bulan September 2010 jika dibandingkan dengan bulan
sebelumnya (17,56%) lebih besar daripada peningkatan kepemilikan
domestik (1,31%). Pada SBN, peningkatan kepemilikan asing di bulan
September 2010 adalah 2,39% namun kepemilikan domestik justru turun
minus 1,42% jika dibandingkan dengan Agustus 2010. Terjadi
peningkatan kepemilikan asing baik pada SBI maupun SBN. Hal ini
perlu diperhatikan oleh pemerintah. Masuknya dana asing yang besar
jangan sampai mendorong penguatan nilai tukar rupiah secara
berlebihan yang kemudian dapat menjadikan produk ekspor tidak
kompetitif.Selain dalam SBN, porsi kepemilikan asing dalam SBI juga
meningkat. Utang luar negeri swasta juga tumbuh lebih cepat
dibandingkan dengan utang domestik swasta. Positifnya, peningkatan
tren kepemilikan asing pada kedua instrumen berarti peningkatan
kepercayaan terhadap kondisi ekonomi dan pasar uang
Indonesia.
Ada beberapa kelemahan dari meningkatnya utang eksternal. Utang
eksternal yang berlebihan akan berdampak pada kinerja transaksi
berjalan (current account) khususnya akan meningkatkan defisit
neraca pendapatan (income balance). Selain itu, pemilikan surat
utang oleh investor asing dapat menghilangkan kesempatan pembayaran
bunga kepada penduduk domestik dan pemungutan pajak atas pembayaran
bunga. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan fiskal sustainability
yang menekankan pada peningkatan besaran keseimbangan primer yang
proporsional serta konsisten dengan orientasi jangka panjang. Hal
lain yang perlu dilakukan adalah pengendalian pemanfaatan pinjaman
luar negeri untuk sektor dan investasi yang produktif. Kebijakan
fiskal dapat mengakomodasi shocks dan menyesuaikan target utang
sebagai pembiayaan defisit pada tingkat yang optimal.
Gambar 31. Cadangan Cadangan devisa terus meningkat pada September
2010 tercatat sebesar US$ 86,551 jutaGambar 30. Pada September
2010, total SBI dan SBN naik, masing-masing turun sebesar 6,83 %
dan 0,04 % dibandingkan Agustus 2010. Kepemilikan asing pada SBI
dan SBN terus meningkat hingga bulan September 2010. Sumber: BI
& KemenkeuTinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010
18
INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESARIndeks harga perdagangan besar (IHPB)
pada bulan September 2010 naik sebesar 0.49% (mtm). Kenaikan IHPB
terbesar terjadi pada Kelompok Barang Impor Nonmigas sebesar 0,76%.
IHPB Bahan Baku, Barang Konsumsi, dan Barang Modal pada bulan
September 2010 naik masing-masing 0,47%; 0,42%; dan 0,48%.Agust10
Sept10 %PerubahanSektor Domestik 1. Pertanian 236.64 238.07 0.60 2.
Pertambangan & Penggalian 212.63 213.39 0.36 3. Industri 173.01
173.64 0.36 Perdagangan Internasional 1. Impor Nonmigas 159.37
160.58 0.76 2. Ekspor Nonmigas 142.54 142.97 0.30 Umum Nonmigas
174.86 175.72 0.49 Tabel 2. IHPB Menurut Sektor/Kelompok Barang
Sumber: BPSIHPB Bahan Bangunan/Konstruksi pada September 2010 naik
sebesar 0,05% terhadap bulan sebelumnya, antara lain disebabkan
kenaikan harga barang galian segala jenis; cat, vernis dan lak;
barang-barang logam lainnya; dan bahan bangunan dari kayu.
Sedangkan yang mengalami penurunan harga antara lain barang-barang
dari besi, dan baja dasar; bahan bangunan dari keramik dan tanah
liat; dan semen. (BPS)
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 19Gambar 32. Pada
September 2010, indeks keyakinan konsumen, tingkat ekspektasi
konsumen dan persepsi akan kondisi ekonomi saat ini meningkat
berdasarkan survei konsumen Bank Indonesia INDEKS KEYAKINAN
KONSUMEN Indeks keyakinan konsumen (IKK) pada bulan September 2010
meningkat 3.6 poin menjadi 107.6. Survei BI menunjukkan tingkat
keyakinan konsumen meningkat dari bulan sebelumnya dan berada di
level optimis. Kenaikan IKK tersebut disebabkan oleh persepsi
konsumen yang semakin optimis baik terhadap kondisi ekonomi saat
ini maupun kondisi ekonomi pada 6 bulan mendatang. Adanya Tunjangan
Hari Raya (THR) yang meningkatkan pendapatan responden mendorong
kenaikan konsumsi barang-barang tahan lama pada bulan September
2010 sehingga meningkatkan optimisme konsumen terhadap kondisi
ekonomi saat ini.Tingkat ekspektasi konsumen meningkat dan berada
di level optimis. Peningkatan tersebut didorong menguatnya tingkat
optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi 6 bulan mendatang,
ekspektasi kenaikan penghasilan 6 bulan mendatang dan optimisme
terhadap ketersediaan lapangan kerja. Persepsi responden terhadap
kondisi ekonomi saat ini mengalami peningkatan namun masih berada
di level pesmis. Hasil survey BI menunjukkan bahwa semua indikator
ekonomi saat ini meningkat. Adanya THR mendorong peningkatan
penghasilan konsumen dan peningkatan penghasilan tersebut digunakan
untuk mendorong kenaikan konsumsi barang-barang tahan lama.Agust10
Sept10 %PerubahanI. Bahan Baku 169.41 170.20 0.47 Lokal 187.60
188.46 0.45 1.1. Pertanian 225.43 226.99 0.69 1.2. Pertambangan
& Penggalian 212.61 213.37 0.36 1.3. Industri 174.34 174.97
0.37 Impor 116.76 117.39 0.54 II. Barang Konsumsi 183.32 184.08
0.42 2.1. Pertanian 254.32 255.56 0.49 2.2. Pertambangan &
Penggalian 279.54 283.66 1.47 2.3. Industri 176.31 176.97 0.37
Impor 117.77 118.39 0.53 III. Barang Modal 154.08 154.81 0.48 3.1.
Pertanian 214.14 217.09 1.38 3.2. Industri 136.41 136.42 0.00 Impor
177.88 179.60 0.97 Tabel 3. IHPB Bahan Baku, Barang Konsumsi &
Barang Modal. Sumber: BPS
Nilai Tukar Petani (NTP) September 2010 sebesar 102.19 atau naik
0,36% dibanding bulan sebelumnya yang didorong oleh sektor
perikanan. Sedangkan sektor hortikultura mengalami penurunan.Nilai
Tukar Petani Per Sub Sektor (2007=100)Agust10 Sept10 % Perubahan
Tanaman Pangan 97.66 98.14 0.49 Hortikultura 109.61 109.31 -0.27
Tanaman Perkebunan Rakyat 102.90 103.13 0.23 Peternakan 103.78
104.42 0.62 Perikanan 105.43 106.26 0.79 NTP Nasional 101.82 102.19
0.36 Sumber: BPSTabel 4. Nilai Tukar Petani (NTP) September 2010
meningkat yang didorong oleh sektor perikananSejak awal tahun 2009,
nilai tukar petani mengalami peningkatan dan relatif stabil sejak
awal tahun 2010. Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan indeks harga
hasil produksi pertanian dan di lain pihak indeks harga barang dan
jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan
produksi pertanian mengalami penurunan. Kenaikan nilai tukar petani
dapat mencerminkan perbaikan kesejahteraan petani. ANALISA NILAI
TUKAR PETANI
Nilai Tukar Petani (NTP) September 2010 sebesar 102.19 atau naik
0,36% dibanding bulan sebelumnya.
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 20Gambar 34. Nilai
tukar petani meningkat sejak awal tahun 2009 yang mencerminkan
terdapat perbaikan pada kesejahteraan petani. Kenaikan tersebut
disebabkan adanya peningkatan pada indeks harga hasil produksi
pertanian atau perbaikan penerimaan petani. NTP merupakan salah
satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli
petani dipedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade)
dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun
untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin
kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP diperoleh dari
perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks
harga yang dibayar petani. Indeks harga yang diterima petani adalah
indeks harga yang menunjukan perkembangan harga produsen dari hasil
produksi petani. Indeks harga yang dibayar petani adalah indeks
harga yang menunjukan perkembangan harga kebutuhan rumah tangga
petani, baik itu kebutuhan untuk konsumsi rumah tangga maupun untuk
keperluan menghasilkan produksi pertanian.Untuk meningkatkan
kesejahteraan petani dan kinerja sektor pertanian, pemerintah telah
melaksanakan program Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) yang
membantu petani dalam pembiayaan. Pemerintah juga telah menyiapkan
institusi/kelembagaan untuk memudahkan dan memfasilitasi akses
pembiayaan seperti KKMB (Konsultan Keuangan Mitra Bank), BDS
(Business Development Service) dan Resi Gudang.Gambar 33. Pada
September 2010, kenaikan NTP tertinggi terjadi di provinsi Maluku
Utara karena harga produsen ikan kakap naik sebesar
5.35%Berdasarkan provinsi, kenaikan NTP tertinggi terjadi di
provinsi Maluku Utara NTP Provinsi Maluku Utara September 2010
sebesar 99,09 atau mengalami kenaikan tertinggi (1,55%) dibanding
bulan sebelumnya karena harga produsen ikan kakap yang naik sebesar
5,35 %. Sedangkan NTP Provinsi Sulawesi Tenggara September 2010
adalah 107,07 atau mengalami penurunan terbesar (0,71 %) dibanding
bulan sebelumnya, terutama disebabkan harga produsen coklat yang
turun sebesar 1,75 %.
Bursa saham Indonesia terus meningkat dan menjadi salah satu bursa
di Asia yang paling diminati oleh investor di AsiaPERKEMBANGAN
PASAR MODALKapitalisasi pasar saham mengalami peningkatan yang
cukup besar jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya yaitu
sebesar 13,53% pada September 2010 jika dibandingkan dengan bulan
Agustus 2010. Jumlah saham yang diperdagangkan sedikit turun pada
September 2010 sebesar minus 0,06%. Penerbitan obligasi pemerintah
turun 0,8% begitu pula korporasi turun 0,29% pada bulan September
2010 dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Tidak hanya pada jumlah
penerbitan, volume transaksi perdagangan obligasi pemerintah dan
korporasi juga turun masing-masing sebesar 18,63% dan 23,38%
dibandingkan Agustus 2010. Namun, cost of fund bagi pemerintah
untuk SBN Rupiah masih menunjukkan penurunan hingga September
2010.Kurva Imbal Hasil (Yield Curve) SBN RupiahGambar 35. Cost of
fund pemerintah masih terus turun meskipun nilai penerbitan dan
volume transaksi perdagangan obligasi pemerintah mengalami
penurunan pada September 2010. (sumber: DJPU)Jika dibandingkan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya, nilai penerbitan dan
volume perdagangan obligasi korporasi tumbuh lebih besar
dibandingkan obligasi pemerintah. Nilai penerbitan obligasi
korporasi meningkat 30,67%, sedangkan obligasi pemerintah meningkat
12,84% dibandingkan September 2009. Dan volume perdagangan obligasi
korporasi meningkat 170,22%, sedangkan obligasi pemerintah hanya
meningkat 92,58% dibandingkan dengan September 2009. Namun, besaran
volume perdagangan investasi pada obligasi pemerintah masih lebih
besar dibandingkan obligasi korporasi. Perdagangan saham juga
meningkat sebesar 50,61%. Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September
2010 2136963353950335Tabel 5. Pada September 2010, kapitalisasi
pasar saham mengalami peningkatan sebesar 13.53% (mtm)PERKEMBANGAN
PASAR MODAL PER 30 SEPTEMBER 2010Sep 2010Aug 2010%Sep
2009%Saham12(1)/(2)3(1)/(3)Kapitalisasi Pasar (Rp
triliun)2919,402571,4713,531937,4950,68Saham diperdagangkan
(triliun unit)1,751,75-0,061,4322,81Jumlah Emiten
(korporasi)4094090,004012,00ObligasiPemerintah (Rp
triliun)640,23645,36-0,80567,3712,84Korporasi (Rp
triliun)103,13103,43-0,2978,9330,67PerdaganganSaham (Rp
triliun)100,6189,6412,2466,8050,61Volume Obligasi Pemerintah (Rp
triliun)106,48130,86-18,6355,2992,58Volume Obligasi Korporasi (Rp
triliun)5,136,69-23,381,90170,22Transaksi AsingBeli (Rp
triliun)34,7731,0112,1118,6286,67Jual (Rp
triliun)28,7628,98-0,7517,7062,52Net Pembelian (Rp
triliun)6,002,03195,710,92548,97Sumber: BEITINJAUAN KEUANGANBursa
saham Indonesia terus meningkat dan menjadi salah satu bursa di
Asia yang paling diminati oleh investor di Asia
Pemantauan PerbankanTransaksi beli oleh asing pada September 2010
mengalami peningkatan sebesar 12,11 % sedangkan transaksi jual
turun 0,75 % dibandingkan dengan Agustus 2010. Dibandingkan dengan
bulan yang sama tahun sebelumnya, baik transaksi beli maupun jual
oleh asing masing-masing mengalami peningkatan sebesar 86,67 % dan
62,52 %. Net pembelian transaksi asing naik sebesar 195,71 %
dibandingkan Agustus 2010 dan naik sebesar 548,97 % dibandingkan
dengan September 2009. Kondisi ini menggambarkan bahwa bursa
Indonesia semakin menarik bagi investor asing.Peningkatan
kapitalisasi pasar memberikan pengaruh pada meningkatnya Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) pada September 2010 sebesar 13,61
persen dibandingkan dengan Agustus 2010 dengan level penutupan
3,501.296. Level penutupan ini sekaligus menjadi level IHSG
tertinggi sepanjang tahun 2010. Sektor aneka industri menjadi
pendorong terbesar naiknya IHSG dengan kenaikan indeks sebesar
20,33 persen dibandingkan bulan sebelumnya, diikuti kenaikan indeks
sektor perdagangan dan jasa sebesar 17,82 persen. Di antara bursa
ASEAN, IHSG secara konsisten terus mengalami peningkatan. Kondisi
ini semakin menunjukkan bahwa bursa Indonesia terus diminati oleh
para investor. IHSG terus naik tinggi dari indeks STI (Singapura),
KLSE (Malaysia) dan PSE (Thailand).Perkembangan Indeks Harga Saham
Bursa ASEAN
Pemantauan terhadap institusi perbankan dilakukan dengan
menggunakan analisa Financial Soundness Indicators (FSI) untuk
memberikan gambaran kesehatan dan kelayakan bank berdasarkan
laporan keuangan bulanan perbankan. Pada Tinjauan Perkembangan
Ekonomi dan Keuangan sebelumnya, telah dilakukan pemantauan
terhadap sejumlah bank dan pada edisi Juli 2010 ini, dilakukan
penambahan pantauan terhadap Bank Permata. Data perbankan yang
digunakan untuk analisa FSI diperoleh dari Laporan Keuangan
Perbankan Bulanan dari Bank Indonesia dengan rentang waktu dari
tahun 2007 hingga 2009.Dari hasil pantauan pergerakan indikator
laporan keuangan perbankan CAMELS (Capital adequacy, Asset quality,
Management, Earnings and profitability, Liquidity, dan Sensitivity
to market risk), diketahui bahwa rasio kecukupan modal (CAR) bank
yang menjadi objek penelitian memiliki rasio yang tinggi diatas
rasio penyediaan modal minimum yang diwajibkan yaitu sebesar 8%
(Gambar 37). Nampak bahwa baik bank persero dan beberapa bank
swasta nasional berada pada tingkat rasio kecukupan modal yang
aman. BII, Bank Mandiri dan BCA memiliki CAR paling tinggi
masing-masing 20,3%; 19,1% dan 19%. Sedangkan bank lainnya memiliki
CAR yang cukup tinggi diatas 10%. BII memiliki CAR paling tinggi
bahkan dibandingkan dengan bank persero. OCBC NISP juga memiliki
CAR diatas BRI dan BNI. Padahal total kapital yang dimiliki BII dan
OCBC NISP lebih kecil daripada BRI dan BNI. Artinya, BII dan OCBC
NISP lebih hati-hati terhadap risiko pasar dan kredit. Hal ini
menjadi wajar karena keduanya merupakan bank swasta yang tidak
mendapatkan jaminan dari pemerintah layaknya bank persero. Gambar
36. IHSG masih terus meningkat diantara indeks harga bursa regional
ASEAN melebihi STI (Singapura), KLSE (Malaysia) dan SETI
(Thailand). (Sumber: Statistik Pasar Modal, Bapepam-LKB,
Bloomberg)Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 22
Sedangkan BRI yang memiliki nilai rasio ATMR terhadap total aset
tertinggi kedua setelah BNI, memiliki nilai rasio provisi terhadap
NPL paling besar. Artinya, BRI memiliki penerimaan atas pinjaman
yang relatif besar untuk dapat menjamin pinjaman yang diberikan.
Kondisi serupa tidak jauh berbeda dengan Bank Mandiri. BCA sebagai
bank yang memiliki aset kedua terbesar diantara objek penelitian,
memiliki kualitas aset yang relatif baik dibandingkan bank lainnya.
Selain memiliki nilai rasio NPL terhadap total pinjaman yang kecil,
BCA juga memiliki nilai rasio ATMR terhadap total aset yang paling
kecil dan nilai rasio provisi terhadap NPL yang besar diantara bank
swasta lain.Dari sisi profitabilitas, ROA dan ROE bank persero dari
yang tertinggi secara berurutan dimiliki oleh BRI, Bank Mandiri,
BTN, dan BNI. BCA sebagai pemilik ROA terbesar sedangkan Bank
Mutiara sebagai pemilik ROE terbesar diantara bank swasta lain.
Secara keseluruhan, BCA memiliki ROA terbesar kedua setelah BRI.
Sedangkan Bank Mutiara memiliki ROE terbesar baik dibandingkan
dengan bank persero maupun bank swasta. Hal ini turut menjelaskan
pengelolaan aset dan ekuitas yang cukup baik meskipun dalam jumlah
yang sedikit. Meskipun demikian, sisi likuiditas Bank Mutiara
paling kecil diantara bank yang lain. BTN memiliki pengelolaan
likuiditas yang lebih baik dengan rasio likuiditas terhadap total
aset dan terhadap kewajiban jangka pendek yang lebih besar. Dilihat
dari besarnya porsi hutang dalam valuta asing, BNI memiliki
sensitivitas terhadap risiko pasar yang paling besar. Sedangkan BTN
memiliki risiko yang lebih kecil dan hal ini menjadi wajar karena
BTN tidak menyalurkan kredit dalam bentuk valuta asing.
Dari pantauan kualitas aset, Bank Mandiri sebagai bank yang
memiliki jumlah aset terbesar selama periode penelitian, memiliki
kualitas aset yang tidak lebih baik dibandingkan beberapa bank
lainnya. Nilai rasio NPL terhadap total pinjaman Bank Mandiri lebih
tinggi jika dibandingkan dengan bank persero lainnya. Sedangkan BRI
memiliki nilai rasio NPL terhadap total pinjaman yang paling kecil
diantara bank persero lainnya. BRI diketahui sebagai bank yang
paling banyak menyalurkan pinjaman, artinya BRI melakukan proses
seleksi debitur yang baik sehingga terjadinya non-performing loan
dapat diminimalisir. Dibandingkan dengan semua bank yang menjadi
objek penelitian, BCA memiliki nilai rasio NPL terhadap total
pinjaman paling kecil baik diantara bank persero maupun bank swasta
lainnya. Bila dilihat dari rasio ATMR terhadap total asset, BNI
memiliki nilai rasio paling besar dibandingkan bank persero
lainnya. Sedangkan nilai rasio provisi terhadap NPL yang dimiliki
BNI paling kecil. Artinya, BNI menghadapi risiko pasar dan kredit
yang relatif besar namun penerimaan atas pinjaman yang diberikan
relatif kecil untuk menjamin pinjaman yang disalurkan. BNI perlu
lebih hati-hati dalam mengelola aset.. Tinjauan Ekonomi dan
Keuangan | September 2010 23
Pemantauan terhadap portofolio penempatan dana simpanan menunjukkan
bahwa kredit yang disalurkan BII dan OCBC NISP cenderung meningkat
di akhir tahun 2009. Sedangkan penyaluran kredit Bank Bukopin
mengalami penurunan. Diantara ketiga bank swasta ini, penyaluran
kredit terbesar dicapai oleh BII sebesar Rp.37Triliun pada bulan
Desember 2009. Penyaluran kredit OCBC NISP juga menunjukkan pola
peningkatan hingga mencapai Rp.21Triliun pada bulan Desember 2009.
Sedangkan penyaluran kredit Bank Bukopin terus turun hampir 24%
sejak Juni hingga Desember 2009. Dana yang tersedia di bank juga
digunakan untuk penempatan pada BI, penempatan pada bank lain,
obligasi pemerintah, surat berharga yang dimiliki, dan beberapa
penempatan lainnyaTerlihat terjadinya perubahan pola penempatan
dana simpanan BII pada obligasi pemerintah dan penempatan dana pada
BI. Hingga November 2009, penempatan dana BII pada obligasi
pemerintah lebih tinggi daripada penempatan dana di BI. Pola
penurunan penempatan dana pada obligasi pemerintah mulai terlihat
sejak awal tahun 2008 dan pada Desember 2009 penempatan dana BII
pada BI terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan penempatan dana
pada obligasi pemerintah. Sedangkan Bank Bukopin dan OCBC NISP
terlihat lebih tertarik untuk melakukan penempatan dana di BI.
Tidak terlihat perkembangan yang signifikan atas penempatan dana
Bank Bukopin pada obligasi pemerintah. Peningkatan justru terjadi
pada penempatan dana Bank Bukopin di Bank Indonesia. Penempatan
dana OCBC NISP pada obligasi pemerintah relatif stabil. Sempat
terjadi substitusi antara penempatan dana pada BI dan obligasi
pemerintah pada Juni 2009. Namun kemudian penempatan dana pada
obligasi pemerintah bergerak stabil. Sedangkan penempatan dana OCBC
NISP pada BI terus turun hingga September 2009 dan kemudian
menunjukkan peningkatan kembali di bulan berikutnya hingga akhir
tahun 2009. Penempatan dana pada portofolio lainnya bagi ketiga
bank cukup bervariasi. Perkembangan penempatan dana BII pada bank
lain dan surat berharga bergerak relatif stabil. Hingga akhir 2009,
penempatan dana Bank Bukopin cenderung turun pada hampir semua
produk penempatan dana. Peningkatan penempatan dana hanya terjadi
pada penempatan dana di Bank Indonesia. Sedangkan untuk OCBC NISP,
terlihat peningkatan di hampir semua produk penempatan dana hingga
akhir tahun 2009. Penempatan dana OCBC NISP pada bank lain terlihat
terus meningkat.
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 24
Tabel 6. REALISASI PENYALURAN KUR PER 30 SEPTEMBER 2010BANK
REALISASI PENYALURAN KUR NPL (%) Plafon (Rp Juta) Outstanding (Rp
Juta) Debitur Rata-rata kredit (Rp Juta) BNI 1,857,453 829,996
14,306 129.84 3.21 BRI (KUR Ritel) 5,621,932 2,928,797 43,610
128.91 5.42 BRI (KUR Mikro) 13,140,256 3,653,138 3,154,968 4.16
3.06 BANK MANDIRI 2,110,256 1,114,535 40,612 51.96 1.30 BTN 796,701
354,455 4,117 193.51 12.72 BUKOPIN 767,684 367,026 3,968 193.47
10.46 BANK SYARIAH MANDIRI 643,132 427,264 5,593 114.99 4.95 BANK
NAGARI 29,572 27,834 758 39.01 - BANK DKI 12,256 9,020 171 71.67 -
BANK JABAR BANTEN 371,557 345,811 3,689 100.72 - BANK JATENG
193,433 168,577 3,281 58.96 - BPD DIY 7,207 7,007 83 86.83 - BANK
JATIM 221,066 217,285 2,167 102.01 - BANK NTB 23,622 20,538 305
77.45 - BANK KALBAR 29,223 25,270 325 89.92 - BANK KALTENG 12,768
12,324 278 45.93 - BANK KALSEL 14,153 13,424 317 44.65 - BANK SULUT
14,110 10,275 669 21.09 - BANK MALUKU 6,769 5,902 247 27.40 - BANK
PAPUA 19,483 18,437 300 64.94 - TOTAL 25,892,632 10,556,915
3,279,764 7.89 4.30 TOTAL 6 BANK PELAKSANA 24,937,414 9,675,211
3,267,174 7.63 4.30 Total BPD 955,218 881,704 12,590 75.87 -
Sumber: Kedeputian I, Menko PerekonomianPERKEMBANGAN
PENYALURANKREDIT USAHA RAKYAT Dalam rangka mewujudkan program
revitalisasi KUR, beberapa kementerian telah melakukan sosialisasi
dan koordinasi program KUR tahun 2010 secara bertahap ke berbagai
propinsi. Setelah sosialisasi ke Kalimantan Barat dan Bengkulu pada
bulan Mei 2010, sosialisasi dilanjutkan ke Provinsi Bali pada awal
Juni 2010. Konsep acara sosialisasi tersebut dibagi dalam 2 sesi,
yakni koordinasi dan sosialisasi tim pelaksana dengan pemda atau
instansi terkait dan sosialisasi Bank Pelaksana dengan calon
debitur KUR. Selain sosialisasi, Kementerian Koordinator
Perekonomian juga telah melakukan Lokakarya KUR untuk membangun
kerjasama antara kementerian teknis, pemerintah daerah, dan
Perbankan dalam perluasan penyaluran KUR dan mewujudkan penyusunan
dokumen Rencana Tindak Pendukung Penyaluran KUR. Lokakarya KUR
dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2010 yang dihadiri oleh
berbagai kementerian teknis, pemerintah daerah Jawa Barat, Jawa
Timur, Jawa Tengah serta Perbankan. Dalam lokakarya KUR membahas
pengembangan basis data calon debitur KUR, pengembangan kegiatan
pendampingan calon debitur KUR, penguatan lembaga linkage dan
fasilitas pengadaan calon debitur KUR. Mulai bulan ini bank
pelaksana menerapkan penyaluran sesuai ketentuan baru dalam
Amandemen III atas Nota Kesepahaman Bersama (MoU) tentang
Penjaminan Kredit/Pembiayaan kepada Usaha, Mikro, Kecil, Menengah
dan Koperasi.Pada bulan September 2010, BPD yang telah menyalurkan
KUR bertambah menjadi 13 bank seperti BPD Jatim, BPD Jabar-Banten,
BPD Jateng, BPD Nagari, BPD DKI, BPD DIY, BPD NTB, BPD Kalbar, BPD
Kalteng, BPD Kalsel, BPD Maluku, BPD Papua serta BPD Sulut. KUR
yang telah disalurkan oleh 6 bank pelaksana yaitu BRI, BNI, BTN,
Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, Bank Bukopin dan 12 BPD pada
bulan September 2010 mencapai Rp 25.89 triliun kepada 3,279,764
debitur yang tersebar di 33 provinsi di seluruh Indonesia dengan
rata-rata kredit sebesar Rp 7.89 juta per debitur dengan Non
Performing Loan (NPL) untuk 6 bank pelaksana rata-rata 4,30%.
Pada September 2010, BPD yang menyalurkan KUR bertmbah menjadi 13
Bank. Total penyaluran KUR sebesar Rp. 25.89 triliun kepada
3,279,764 debiturTinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010
25
Provinsi yang paling banyak menyalurkan KUR banyak terdapat di
pulau Jawa antara lain provinsi Jawa Tengah sebesar Rp. 3.90
triliun (15.1%) kepada 754,487debitur. Kemudian diikuti oleh Jawa
Timur sebesar Rp. 3.51 triliun (13.55%) kepada 574,932 debitur,
Jawa Barat sebesar Rp. 3.24 triliun (12.52%) kepada 483,167
debitur. Ketiga provinsi tersebut merupakan provinsi penyalur KUR
tertinggi. Untuk provinsi di Luar Pulau Jawa hanya provinsi
Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan yang menyalurkan KUR lebih dari
Rp. 1 triliun yakni masing-masing sebesar Rp 1.35 triliun kepada
134,543 debitur dan Rp. 1.29 triliun kepada 157,605
debitur.Realisasi penyaluran KUR Januari-September 2010 mencapai
Rp. 8.70 triliun kepada 904,856 debitur. Rata-rata kredit
Januari-September sebesar Rp. 9.62 juta per debitur Sektor ekonomi
yang paling banyak dibiayai dengan penyaluran KUR, yaitu sektor
perdagangan, restoran dan hotel sebesar Rp 17.07 trilliun (65.9%)
dengan 2,635,016 debitur. Kemudian diikuti oleh sektor pertanian
sebesar Rp. 3,97 triliun (15%) dengan 358,970 debitur. Perkembangan
penyaluran KUR kepada sektor-sektor lain dapat dilihat pada tabel
berikut.Tabel 7. REALISASI PENYALURAN KUR Menurut Sektor Ekonomi
Per 31 September 2010Sektor Ekonomi Total Debitur Plafon (Rp Juta)
Outstanding (Rp Juta) Pertanian 3,973,036 2,075,011 358,970
Pertambangan 13,753 8,082 731 Industri Pengolahan 582,163 286,980
46,901 Listrik, Gas & Air 6,314 5,064 155 Konstruksi 578,585
240,569 3,365 Perdagangan, restoran & Hotel 17,069,721
6,517,560 2,635,016 Pengangkutan, pergudangan & komunikasi
142,283 74,187 6,024 Jasa-jasa dunia usaha 832,345 402,206 51,762
Jasa-jasa sosial / masyarakat 397,212 170,441 55,247 Lain-lain
2,297,220 776,816 121,593 Jumlah 25,892,632 10,556,915 3,279,764
Sumber: Kedeputian 1, Menko Perekonomian
Tabel 8. REALISASI DAN NPL PENYALURAN KURJANUARI - SEPTEMBER
2010BANKREALISASI PENYALURAN KURJan-Sept
2010PlafonOutstandingDebiturRata-rata Kredit(Rp juta)(Rp juta)(Rp
juta/debitur)BNI329,592(41,692)2,739120.34BRI KUR
Ritel2,196,428459,07114,619150.24BRI KUR
Mikro3,724,652801,675867,3514.29Mandiri604,57977,3223,814158.52BTN533,359133,1451,660321.30Bukopin98,336(37,715)828118.76BSM261,154129,0601,255208.09BPD955,218881,70412,59075.87TOTAL8,703,3182,402,570904,8569.62Sumber:
Kedeputian 1, Menko PerekonomianTinjauan Ekonomi dan Keuangan |
September 2010 26Sektor ekonomi yang paling banyak dibiayai KUR
adalah sektor perdagangan, restoran dan hotel (65.9%) dan sektor
pertanian (15%)
TINJAUAN BERITA EKONOMI & KEUANGAN DOMESTIKTKI Sumbang Devisa
US$ 3,3 MiliarBank Indonesia (BI) mencatat pasar TKI telah
menyumbang 4,4% cadangan devisa RI atau sebesar US$ 3,3 miliar
sampai dengan semester I-2010. Setiap tahun, bank sentral menilai
pasar TKI memiliki potensi sangat besar bagi perekonomian Indonesia
dalam memperoleh cadangan devisa. " Tidak dapat dipungkiri, pasar
tenaga kerja internasional memiliki potensi yang sangat besar bagi
perekonomian Indonesia untuk memperoleh cadangan devisa. Persaingan
untuk menembus pasar tenaga kerja juga semakin kompetitif dimana
Indonesia harus bersaing dengan negara lain yang banyak mengirim
tenaga kerja ke luar negeri," ujar Kepala Biro Humas Bank Indonesia
(Difi A. Johansyah) .Difi menuturkan, pasar tenaga kerja Indonesia
selain memiliki potensi yang cukup besar namun juga masih
menyisakan berbagai tantangan. Berdasarkan data BI dan BNP2TKI,
jumlah remittance (uang yang dikirim TKI ke tanah air) setiap
tahunnya meningkat. " Namun cenderung agak stagnan dari tahun 2008
yang bisa jadi disebabkan oleh krisis global kemarin maupun sebab
lain," jelas Difi. Jumlah remittance pada 2005 tercatat sebesar US$
5,3 miliar, 2006 US$ 5,6 miliar, 2007 US$ 6 miliar, 2008 US$ 6,6
miliar, 2009 US$ 6 miliar, dan sampai semester I-2010 sudah
mencapai US$ 3,3 miliar. Jika dilihat dari kontribusinya terhadap
pertumbuhan domestik bruto (GDP), pada 2005 tercatat sebesar 1,8 %,
2006 1,5 %, 2007 1,4 %, 2008 1,3 %, 2009 1,2 %, dan sampai pada
semester I-2010 sebesar 1 %. Sedangkan remittance terhadap cadangan
devisa terlihat pada tahun 2005 sebesar 15,3 %, 2006 13,1 %, 2007
10,5 %, 2008 12,8 %, 2009 10 %, dan paruh pertama tahun ini
mencapai 4,4 %.Difi menambahkan, walaupun meningkat Indonesia tidak
boleh berpuas diri karena masih banyak potensi yang bisa diraih.
Sebagai gambarannya, Filipina, yang merupakan negara pengirim
tenaga kerja utama di Asia dan negara berkembang, menghasilkan
remittance yang peningkatannya sangat meningkat dari US$ 10,7
miliar pada tahun 2005 menjadi US$ 17,4 miliar dalam tahun 2009,
sehingga remittance dari pengiriman tenaga kerja merupakan komponen
utama penyumbang devisa bagi Filipina. Sumber:
detikfinance.comTINJAUAN BERITA EKONOMI & KEUANGAN
INTERNASIONALIMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Jadi
8%International Monetary Fund (IMF) merevisi ke atas pertumbuhan
ekonomi kawasan Asia menjadi sebesar 8% atau lebih tinggi dari
proyeksi awal yang sebesar 7%. Khusus Indonesia, IMF meramalkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap akan tumbuh sesuai prediksi
awal yakni 6%. Direktur IMF untuk Departemen Asia dan Pasifk Anoop
Singh mengatakan revisi ke atas pertumbuhan ekonomi Asia disebabkan
kondisi perekonomian negara kawasan Asia mengalami ekspansi yang
kuat. IMF memaparkan, China dan India akan berada di depan dengan
tingkat pertumbuhan pada tahun 2010 masing-masing diproyeksikan
10,5% dan 9,7%. " Sedangkan di Indonesia diperkirakan tumbuh 6%. Di
Jepang pertumbuhan saat ini diproyeksikan 2,8%. Pada tahun 2011,
pertumbuhan kawasan diperkirakan menjadi moderat dan lebih
berkelanjutan sebesar 6,8%," ungkap Anoop.Hasil analisis IMF
menyebutkan pertumbuhan ekonomi yang kuat akan membawa berbagai
tantangan kebijakan baru. Antara lain, tekanan inflasi yang akan
terus meningkat, sementara harga-harga dipasar properti mengalami
pertumbuan dengan tingkat dua digit. Serta arus modal masuk dapat
menambah tekanan lanjutan terhadap harga-harga dalam negeri. Namun,
Anoop mengapresiasikan langkah-langkah para pembuat kebijakan
kawasan Asia dalam mengendalikan risiko inflasi dan membatasi
meningkatnya kerentanan pada sektor finansial. Selain itu, IMF
menyarankan perlunya pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut di
negara Asia. Termasuk melalui apresiasi nilai tukar yang lebih
besar. Langkah lebih cepat untuk menarik stimulus fiskal yang
diterapkan selama krisis juga akan membantu menjaga terhadap
berbagai risiko. Kemudian, IMF juga mengakui untuk mengelola arus
modal yang masuk ke kawasan Asia merupakan sebuah tantangan yang
sulit. Arus modal yang masuk menawarkan banyak kesempatan tetapi
juga membawa berbagai risiko potensial terhadap stabilitas
keuangan. Langkah-langkah kebijakan makro yang berhati-hati telah
diambil dengan sepatutnya di negara kawasan ini untuk meminimalkan
risiko, tetapi masih perlu dilakukan banyak tindakan. Anoop
menambahkan, apresiasi nilai tukar merupakan bagian penting dari
proses keseimbangan kembali. Sumber: detikfinance.comTinjauan
Ekonomi dan Keuangan | September 2010 27Sekilas Berita
Internasional & Domestik
LIPUTAN DIALOG EKONOMI INTERAKTIF ECONOMISTS TALKEdisi Kelima |
September 2010
5513705-104140
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam & Relevansinya Terhadap Masalah
Perekonomian Indonesia
Economists Talk merupakan forum diskusi internal bulanan yang
diselenggarakan oleh Kedeputian Bidang Koordinasi Makro Ekonomi dan
Keuangan. Forum ini mengundang para ekonom nasional untuk mengulas
berbagai isu ekonomi dan keuangan yang hangat dibicarakan di tengah
masyarakat. Dialog dilakukan secara santai dan interaktif untuk
menambah wawasan ekonomi dan keuangan di lingkungan Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian.Materi paparan pembicara dapat
diperoleh padaKedeputian Bidang Koordinasi Ekonomi Makro &
Keuangan (Asdep Urusan Kebijakan Makro)
Bersama:Adiwarman Azwar KarimPengamat Ekonomi Syariah
Karl Marx kemudian melakukan sanggahan bahwa modal bukanlah
satu-satunya faktor produksi yang penting. Muncul pemikiran baru
bahwa tenaga kerja juga merupakan faktor produksi. yang penting
karena tenaga kerja adalah bagian besar dalam masyarakat sehingga
muncul sistem ekonomi sosialis. Sejumlah konsep ekonomi yang
diperkenalkan dalam ekonomi Islam diantaranya:Dalam perdagangan
internasional juga diperkenalkan pengenaan tarif dengan dasar
retaliation. Bila barang dari negara A dikenakan tarif 10% di
negara B, maka negara A juga akan menerapkan besaran tarif yang
sama atas barang yang berasal dari negara B.Terkait dengan APBN,
pengeluaran terbesar APBN pada jaman Rasul adalah untuk keperluan
infrastruktur. Ini menunjukkan pentingnya infrastruktur dalam
perekonomian. Ketika perputaran uang semakin cepat, maka untuk
mencegah terjadinya inflasi, transaksi ekonomi harus ditingkatkan.
Infrastruktur harus ditingkatkan untuk mendorong perekonomian.
Defisit anggaran bukanlah hal yang diharamkan namun tidak disukai
oleh Rasul. Defisit anggaran ini boleh dilakukan dengan alasan
tertentu yang memang diperlukan dan harus segera diselesaikan
pembayaran pembiayaan defisit tersebut.Dalam hal subsidi, Islam
juga tidak menghendaki suatu negara memanjakan rakyatnya sehingga
insentif dan motivasi rakyat untuk berusaha menjadi
hilang.Pertukaran mata uang dengan mata uang lain diperbolehkan
pada spot transaction. Karena yang terpenting adalah harga sudah
disepakati pada waktu yang sama. Sedangkan forward transaction
tidak diperbolehkan karena memberikan kesempatan terjadinya riba
dan salah satu pihak diuntungkan.
Ekonomi berdasarkan prinsip Islam berkembang di Indonesia sejak
tahun 1992 ketika Bank Muamalat mulai dikenal. Sistem ekonomi islam
ini terus berkembang dengan semakin banyaknya BPRS, pegadaian
syariah, pasar modal syariah, dan sebagainya. Lalu bagaimana
sejarah perkembangan ekonomi islam dipaparkan secara singkat oleh
pakar ekonomi islam Adiwarman Azwar Karim dalam diskusi ekonomi
dengan tema Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dan Relevansinya
Terhadap Masalah Perekonomian IndonesiaSejumlah teori ekonomi yang
selama ini dikenal, seperti invisible hand dan teori pareto
optimum, telah dikemukakan sebelumnya di jaman Nabi Muhammad SAW
sebelum kemudian mulai diperkenalkan oleh sejumlah ekonom seperti
Adam Smith. Sejumlah buku Islam dipelajari oleh sejumlah ekonom
yang kemudian mendasari pemikiran mereka mengenai sejumlah konsep
ekonomi yang bahkan diterapkan hingga sekarang. Ketika pada jaman
Rasul terjadi kenaikan harga gandum yang cukup tinggi dan
masyarakat meminta ditetapkannya harga pasar, Rasul hanya menjawab
let Allah fix the price yang kemudian ditafsirkan oleh Adam Smith
sebagai invisible hand. Biarkan pasar bergerak dengan
kekuatan-kekuatan yang ada di pasar. Biarkan mekanisme pasar
bergerak dengan bebas yang kemudian dikenal dengan laissez-faire
atau sistem ekonomi liberal. Sistem ini membiarkan pasar dilepas
secara bebas, maka yang kuat (memiliki modal besar) akan menguasai
yang lemah. Dengan demikian, sistem ekonomi liberal ini kemudian
berkembang menjadi sistem ekonomi kapitalis.
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan | September 2010 28
www.ekon.go.idKementerian Koordinator Bidang PerekonomianKedeputian
Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan KeuanganGedung Sjafruddin
Prawiranegara (d.h. Ged. PAIK II) Lantai 4Jalan Lapangan Banteng
Timur No. 2-4 Jakarta, 10710Telepon. 021-3521843, Fax.
021-3521836