Page 1
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TEORI DASAR
A. Definisi Tata Letak Fasilitas
Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri.
Perancangan tata letak pabrik atau tata letak fasilitas dapat didefinisikan
sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna kelancaran
proses produksi. Pengaturan tersebut akan coba memanfaatkan luas area
untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya,
kelancaran gerakan perpindahan material, penyimpanan material baik yang
bersifat temporer maupun permanen, personal pekerja, dan sebagainya.
Umumnya tata letak pabrik yang terencana dengan baik akan ikut
menetukan efisiensi dan dalam beberapa hal juga menjaga kelangsungan
hidup ataupun kesuksesan kerja suatu industri. Karena aktivitas produksi
suatu industry secara normalnya harus berlangsung lama dengan tata letak
pabrik yang tidak selalu berubah-ubah, maka setiap kekeliruan yang dibuat
di dalam perencanaan tata letak ini akan menyebabkan kerugian-kerugian
yang tidak kecil. Tujuan utama di dalam desain tata letak pabrik pada
dasarnya adalah untuk meminimalkan total biaya yang diantara lain
menyangkut elemen-elemen biaya sebagai berikut :
1. Biaya untuk konstruksi dan instalasi baik untuk bangunan mesin,
maupun fasilitas produksi lainnya.
2. Biaya pemindahan bahan (material handling cost).
3. Biaya produksi, maintenance, safety dan biaya penyimpanan
produk setengah jadi.
1
Page 2
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
4. Selain itu pengaturan tata letak pabrik yang optimal akan dapat pula
memberikan kemudahan di dalam proses supervise serta
menghadapi rencana perluasan pabrik kelak di kemudian hari.
(http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7050-2502100051-bab2.pdf)
Salah satu kegiatan rekayasa industri yang paling tua adalah menata
letak fasilitas. tata letak yang baik selalu mengarah kepada perbaikan-
perbaikan yang semakin memudahkan manusia dalam melaksanakan proses
produksi tersebut. Di bawah ini dikemukakan pendapat dari beberapa pakar:
Menurut Apple (1990, p1), definisi Perancangan Tata Letak Fasilitas
adalah:
“Kegiatan yang selalu berhubungan dengan perancangan susunan unsur
Fisik suatu kegiatan”.
Menurut Tompkins (1996, p1), definisi Perancangan Tata Letak
Fasilitas adalah:
“Menentukan bagaimana suatu kegiatan dari aset tetap memberikan
Dukungan terbaik dalam mencapai obyektifitas kegiatan”.
Menurut Meyers (Plant Layout and Material Handling, p1), definisi Plant
Layout adalah:
“Pengaturan dari fasilitas-fasilitas fisik perusahaan untuk menghasilkan
Penggunaan peralatan, material, tenaga kerja, dan energi secara efisien”.
2
Page 3
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Plant layout merupakan bagian dari subyek yang lebih luas yang
disebut Dengan Perancangan Fasilitas. Dari pendefinisian yang dikemukakan
oleh para Pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa, perancangan tata letak
adalah Kegiatan yang berkaitan dengan pengaturan penempatan dan
penggunaan fasilitas-fasilitas dengan lebih baik, tepat dan efisien untuk
mencapai hasil yang lebih baik.
Secara hirarki, perancangan tata letak fasilitas dapat dilihat pada
gambar Sebagai berikut:
Gambar 2.1 Hirarki Perancangan Fasilitas
Yang dimaksud dengan lokasi fasilitas adalah:
Menentukan bagaimana lokasi dari suatu kegiatan mendukung
Terpenuhinya obyektifitas kegiatan. Hal ini menyangkut receiving, raw
material storage, production, assembly, dan lain-lain.
Yang dimaksud dengan perancangan fasilitas adalah:
3
Page 4
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Penentuan bagaimana komponen atau bagian dari suatu kegiatan
Mendukung tercapainya obyektifitas kegiatan. Hal ini menyangkut mesin
dan Stasiun kerja.
Perancangan tata letak berdasarkan atas:
1. Tata letak ruangan dan fasilitas, menyangkut fungsi/jenis, ukuran,
bentuk, letak, dan jumlah.
2. Aliran material, menyangkut metoda, urutan, posisi, alat, dan tempat.
B. Tujuan Perencanaan dan Pengaturan Tata Letak
Tata letak yang baik dari segala fasilitas produksi dalam suatu
pabrik adalah dasar untuk membuat kerja menjadi lebih efektif dan efisien.
Secara umum tujuan dari tata letak fasilitas produksi adalah (James Apple,
1990):
1. Mengatur area kerja dan fasilitas produksi yang paling optimal
sehingga memberikan proses pemindahan material yang lancar,
mengurangi proses pemindahan material dan menghasilkan jarak
perpindahan yang minimum
2. Mengurangi waktu tunggu (delay) yang berlebihan. Perancangan tata
letak fasilitas produksi yang terkoordinir dan terencana dengan baik
akan dapat mengurangi waktu tunggu yang berlebihan.
3. Proses manufaktur yang lebih singkat.Dengan memperpendek jarak
antar fasilitas produksi yang satu dengan lainnya dapat mempersingkat
waktu manufaktur.
4
Page 5
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
4. Pemakaian ruang/area yang lebih baik, penghematan penggunaan areal
untuk produksi dan gudang.
5. Mengurangi kemacetan dan kesimpangsiuran. Pemakaian material
secara langsung dalam waktu yang tepat dapat mengurangi kemacetan
dan kesimpangsiuran dalam proses perpindahan material serta
menghasilkan pola aliran produksi yang terbaik.
6. Kemungkinan dan fleksibilitas untuk menghadapi ekspansi di masa
mendatang.
7. Menaikkan output produksi
8. Mengurangi faktor yang bisa merugikan dan mempengaruhi kualitas
dari produk jadi.
9. Mengurangi resiko bagi kesehatan dan keselamatan kerja dari operator.
C. Permasalahan Dalam Tata Letak
Adapun jenis-jeins persoalan dalam tata letak, yaitu :
1. Perubahan rancangan
Seringkali perubahan rancangan produk menuntut perubahan
proses atau operasi yang diperlukan. Perubahan ini mungkin hanya
memerlukan penggantian sebagian kecil tata letak yang telah ada, atau
berbentuk perancangan ualng tata letak, bergantung pada perubahan-
perubahan yang terjadi.
5
Page 6
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2. Perluasan departemen
Jika karena suatu alasan diperlukan menambah produksi suatu
komponen produk tertentu, mungkin saja diperlukan perubahan pada tata
letak. Hal ini mungkin hanya merupakan penambahan sejumlah mesin
yang dengan mudah dapat diatasi dengan membuat ruangan, atau mungkin
diperlukan perubahan seluruh tata letak jika pertambahan produksi
menuntut perubahan proses. Misalnya, jika selama ini dibuat kompresor
dalam jumlah seratus, dapat digunakan ruang peralatan biasa, tetapi jika
jadwal diubah menjadi ribuan mungkin diperlukan pemasangan
sekelompok mesin serbaguna.
3. Pengurangan departemen
Masalah ini menyerupai kebalikan masalah yang baru saja
dikemukakan di atas. Jika jumlah produksi berkurang secara drastis dan
menetap, perlu dipertimbangkan pemakaian proses yang berbeda dari
proses sebelumnya yang digunakan untuk produksi tinggi. Perubahan
seperti ini mungkin menuntut disingkirkannya peralatan yang telah ada
sekarang dan merencanakan pemasangan jenis peralatan lain.
4. Penambahan produk baru
Jika produk baru, dan yang serupa dengan produk yang sedang
dikerjakan selama ini ditambahkan pada lintas produksi, masalahnya yang
utama adalah perluasan departemen , tetapi jika produk baru ini berbeda
dari yang sedang diproduksi, dengan sendirinya muncul persoalan baru.
Peralatan yang ada dapat digunakan dengan menambah beberapa mesin
6
Page 7
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
baru disana sini dalam tata letak yang telah ada dengan penyusunan ulang
minimum; atau mungkin memerlukan penyiapan departemen baru atau
seksi baru - mungkin juga pabrik baru.
5. Pemindahan departemen
Memindahkan satu departemen dapat menimbulkan masalah tata
letak yang besar. Jika tata letak yang ada sekarang masih memenuhi,
hanya diperlukan pemindahan ke lokasi lain. Jika tata letak yang ada
sekarang tidak memenuhi lagi, kesempatan ini menghadirkan
kemungkinan untuk pembetulan kekeliruan yang lalu. Hal ini dapat
berubah kearah penataletakan ulang pada wilayah yang baru.
6. Penambahan departemen baru
Masalah ini dapat timbul dari harapan untuk mengkonsolidasikan,
misalnya, pekerjaan mesin bor dari seluruh departemen kedalam satu
departemen terpusat; atau mungkin ini akibat kebutuhan akan pengadaan
suatu departemen untuk pekerjaan yang belum pernah ada sebelumnya.
Masalah seperti ini mungkin timbul jika kita menetapkan untuk membuat
suatu komponen yang selama ini dibeli dari perusahaan lain.
7. Peremajaan peralatan yang rusak
Persoalan ini mungkin menuntut pemindahan peralatan yang
berdekatan untuk mendapatkan tambahan ruang
8. Perubahan metode produksi
Setiap perubahan kecil dalam satu tempat kerja seringkali
mempunyai pengaruh terhadap tempat kerja yang berhampiran atau
7
Page 8
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
wilayah yang berhampiran. Hal ini akan menuntut peninjauan kembali atas
wilayah yang terlibat.
9. Penurunan biaya
Hal ini tentunya merupakan akibat dari setiap keadaaan di atas.
10. Perencanaan fasilitas baru
Persoalan ini merupakan persoalan tata letak terbesar. Di sini
rekayasawan umumnya tidak dibatasi oleh kendala fasilitas yang ada. Dia
bebas merencanakan tata letak yang paling sangkil yang dapat dipakai.
Bangunan dapat dirancang untuk menampung tata letak setelah
diselesaikan. Ini adalah tata letak yang ideal yang dapat dicapai. Fasilitas
dapat ditata untuk kegiatan manafaktur tersangkir. Kemudian dinding
dapat direncanakan sekeliling tata letak dengan bentuk tatanan fisik yang
sesuai dengan yang ditetapkan.
(http://www.ittelkom.ac.id/library/index.php?
view=article&catid=25%3Aindustri&id=670%Atataletak&option=com_conte
nt&Itemid=15)
8
Page 9
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
D. Macam-macam dan Tipe-tipe Tata Letak Fasilitas
1. Macam-macam Tata Letak Fasilitas
a.Tata letak fasilitas berdasarkan aliran produksi (product layout)
Gambar. 2 Product Layout
Sumber : Buku Sritomo Wignjosoebroto
Merupakan layout suatu garis operasi yang artinya mesin disusun
berdasarkan urutan proses operasi yang dibutuhkan. Produk-produk
bergerak secara terus menerus dalam suatu garis perakitan. Produk
layout digunakan bila volume produksi cukup tinggi dan variasi
9
Page 10
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
produk tidak banyak dan sangat sesuai untuk produksi yang kontinyu.
Kelebihan dari layout ini adalah pekerjaan dari suatu proses
secara langsung dikerjakan pada proses berikutnya, akibatnya inventori
barang setengah jadi menjadi kecil, total waktu produksi menjadi
pendek, jarak material handling menjadi lebih kecil dan aktivitas
proses produksi yang material handling menjadi lebih kecil dan
aktivitas proses produksi yang sedikit.
Kekurangan/kelemahan dari layout ini antara lain: kerusakan
pada material handling menjadi lebih kecil dan aktivitas proses
produksi yang sedikit. Kekurangan/kelemahan dari layout ini antara
lain: kerusakan pada satu mesin mengakibatkan terhentinya proses
produksi selanjutnya, perubahan desain produk memerlukan
penyusunan layout ulang, kecepatan produksi ditentukan oleh mesin
yang beroperasi paling lambat dan membutuhkan investasi yang besar
karena mesin akan dipasang lagi kalau proses yang sejenis
diperlukan.
b. Fixed Position Layout
Fixed Position Layout merupakan layout yang berposisi tetap
dimana mesin-mesin dan manusia bergerak menuju lokasi
material untuk menghasilkan produk. Layout ini biasanya
digunakan untuk memproses barang yang relatif besar dan berat
sedangkan peralatan yang digunakan mudah untuk dilakukan
pemindahan. Contohnya industri pesawat terbang, penggalangan
10
Page 11
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
kapal dan konstruksi bangunan.
Kelebihan layout ini adalah:
Perpindahan material dapat diminimasi.
Fleksibel, dapat mangakomodasi perubahan dalam desain produk,
campuran produk dan volume produksi.
Operasi dan tanggung jawab kontinu pada tim.
Kebebasan dari pusat produksi untuk memperbolehkan Penjadwalan
untuk memperoleh waktu produksi total yang minimum
Gambar.3 Fixed Position Layout
Sumber : Buku Sritomo Wignjosoebroto
c. Tata letak fasilitas berdasarkan kelompok produk ( group layout )
Merupakan penggabungan layout proses dengan layout produk
11
Page 12
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
dengan cara penyelesaian suatu operasi pada suatu departemen
kemudian mengoperasikan semua fasilitas produksi yang ada. Group
layout digunakan pada saat volume produksi untuk produk Individual
tidak mencukupi untuk menentukan tata letak produk, Tapi dengan
mengelompokan produk menjadi logical product families, tata letak
produk dapat ditentukan untuk famili tersebut.
Kelebihan layout ini adalah:
Mendukung penggunaan peralatan dengan guna yang umum.
Jarak perpindahan lebih dekat dan lini aliran lebih lancar Daripada
layout proses.
Utilisasi mesin yang menigkat.
Kompromi antara layout produk dan layout proses, Dihubungkan
dengan keuntungan.
Kekurangan layout ini adalah:
Dibutuhkan supervisi umum.
Dibutuhkan pekerja dengan tingkat keterampilan yang Lebih
tinggi daripada pekerja pada layout produk.
Kompromi antara layout produk dan layout proses, Dihubungkan
dengan kekurangannya.
Tergantung pada keseimbangan aliran material melalui Kelompok
proses. Jika tidak, dibutuhkan buffer.
12
Page 13
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
d. Proses layout
Adalah tipe layout yang digunakan dengan mengelompokkan tiap
jenis mesin dalam satu kelompok untuk melaksanakan jenis pekerjaan
yang sejenis. Process Layout dilakukan bila volume produksi kecil dan
terutama untuk jenis produk uang tidak standart, biasanya berdasarkan
order. , sebagai contoh : industri manufaktur. Tata letak jenis ini sesuai
dengan digunakan pada industri yang sifatnya menerima job order dengan
jenis produk yang dibuat bervariasi dalam jumlah yang tidak terlalu besar.
Kelebihan layout ini adalah:
Dapat menghasilkan utilisasi mesin yang lebih baik Sehingga
mesin yang dibutuhkan lebih sedikit.
Fleksibilitas yang tinggi muncul sehubungan dengan Alokasi
fasilitas atau tenaga kerja untuk pekerjaan yang spesifik.
Perbandingan investasi yang rendah untuk mesin-mesin Yang
dibutuhkan.
Memungkinkan spesialisasi supervisi.
Kekurangan layout ini adalah:
Biaya material handling yang lebih mahal karena biasanya Lini
produksi panjang.
Perlu adanya perencanaan produksi dan sistem kontrol.
Pada umumnya total waktu produksi lebih besar.
13
Page 14
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Perbandingan biaya yang lebih besar dari hasil inventory in-
process.
Terdapat perbedaan pekerjaan dalam setiap departemen Sehingga
dibutuhkan tingkat keterampilan yang tinggi.
(sumber : Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Sritomo)
2. Tipe-tipe Tata Letak Fasilitas
Langkah awal dalam merancang fasilitas manufaktur adalah
menentukan pola aliran secara umum.Pola aliran ini menggambarkan
material masuk sampai pada produk jadi.
Beberapa pola aliran umum adalah pola aliran garis lurus, pola
aliran bentuk U, pola aliran bentuk O, pola aliran bentuk S, pola aliran
bentuk L.
Fungsi dan keguanaan pola-pola (tipe) aliran:
a. Pola aliran garis lurus digunakan untuk proses produksi
pendek dan sederhana.
b. Pola aliran bentuk L, pola ini hampir sama dengan pola garis lurus,
hanya saja pola ini digunakan untuk akomodasi jika pola aliran
garis tidak bisa digunakan dan biaya bangunan terlalu mahal jika
menggunakan aliran lurus.
c. Pola aliran bentuk U, pola ini digunakan jika aliran masuk material
14
Page 15
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
dan aliran keluarnya produk pada lokasi yang relatif sama.
d. Pola aliran bentuk O, pola ini digunakan jika keluar masuknya
material dan produk pada satu tempat, kondisi ini memudahkan
pengawasan keluar masuknya barang.
e. Pola aliran bentuk S, digunakan jika aliran produksi panjang
dan lebih panjang dari ruangan yang ditempati. Karena panjangnnya
proses maka aliran dizigzag.
Garis Lurus Bentuk L
Bentuk U Bentuk S Bentuk O
Gambar. 6 Macam-macam pola aliran bahan
Sumber : Buku Sritomo Wignjosoebroto
Dalam menentukan lokasi masuk keluarnya suatu aliran
dalam suatu rancangan tata letak, harus dilakukan analisis yang
15
Page 16
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
mendalam, dengan mempertimbangkan beberapa aspek, terutama mengenai
sistem pemindahan bahan untuk mengidentifikasikan pengaruhnya pada
waktu, biaya dan kualitas. Selain itu perencanaan lokasi masuk
keluarnya aliran harus disesuaikan dengan kendala-kendala yang ada.
Ada beberapa pola masuk dan keluarnya aliran yang dapat dipakai sebagai
dasar untuk perencanaan letak departemen penerimaan dan departemen
pengeluaran.
16
Page 17
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
E. Analisa Teknis Perencanaan dan Pengukuran Aliran Bahan
Dalam melakukan analisa mengenai perencanaan dan pengukuran
aliran bahan dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode kuantitatif
dan metode kualitatif.
1) Metode Kuantitatif
Metode ini akan diukur berdasarkan kuantitas material yang
dipindahkan seperti berat, volume dan jumlah unit. Salah satu teknik
konvensional yang umum digunakan untuk perencanaan tata letak
pabrik dan pemindahan bahan dalam proses produksi adalah from to
chart. Teknik ini sangat berguna untuk kondisi-kondisi yang mana
banyak produk yang mengalir melalui suatu area seperti job shop,
bengkel permesinan, kantor dan lain-lain. Angka-angka yang
terdapat dalam suatu from to chart menunjukkan beberapa ukuran
yang perlu diketahui untuk dianalisa. Angka-angka itu antara lain
jumlah dari berat beban yang harus dipindahkan, jarak perpindahan
bahan, volume, dan faktor-faktor lain.
a) String Diagram
String diagram adalah suatu alat untuk menggambarkan
elemen-elemen aliran dari suatu layout dengan menggunakn alat
berupa tali, kawat atau benang untuk menunjukkan lintasan
perpindahan bahan dari suatu lokasi area yang lain. Dengan
memperhatikan panjang tali yang menunjukkan jarak lintasan yang
17
Page 18
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
harus ditempuh untuk memindahkan bahan tersebut. Dengan
menggunakan beberapa jenis aliran bahan atau komponen yang
perlu dipindahkan dalam proses pengerjaannya, pada lintasan-
lintasan tertentu (dimana tali atau kawat tersebut akan saling
bersilangan satu sama lain padat atau mengumpul jadi satu) kita
dapat memperkirakan kemungkinan terjadinya kemacetan atau
bottle neck pada lokasi lokasi tersebut.
Gambar.8 String Diagram Pembuatan Produk X dan Y dengan produk
Layout
(Wignjosoebroto, Sritomo. 2000. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan
Bahan. Surabaya : Prima Printing)
b) Triangular Flow Diagram
Diagram aliran segitiga atau umunya dikenal sebagai
triangular flow diagram adalah suatu diagram yang dipergunakan
untuk menggambarkan (secara grafis) aliran material, produk,
informasi, manusia dan sebagainya atau bisa juga dipergunakan
18
Page 19
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
untuk menggabarkan hubungan kerja antara satu department
(fasilitas kerja) dengan department lainnya.
Gambar. 9 Bentuk Umum Triangular Flow Diagram (TDF)
(Wignjosocbroto, Sritomo. 2000. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan
Bahan. Surabaya : Prima Printing)
Dengan TDF maka lokasi geografis dari department
atau fasilitas produksi akan dapat ditunjukkan dengan berupa
lingkaran lingkaran , dimana jarak dari satu lingkaran kelingkaran
lain adalah = 1 ( segitiga sama sisi dengan panjang sisi sisinya =1)
sedangkan luas area yang diperlukan dalam hal ini diabaikan.
c) From To Chart
From to chart jiga biasa disebut sebagai trip frequency chart
atau travel chart adalah suatu teknik konvensional yang umum
digunakan untuk perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan
bahan dalam suatu proses produksi. Teknik ini sangat berguna untuk
kondisi kondisi dimana banyak item yang mengalir melalui suatu
19
Page 20
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
area seperti job shop, bengkel permesinan, kantor dan lain lain. Pada
dasarnya from to chart adalah merupakan adaptasi dari “mileage
chart” yang uuya dijumpai pada suatu peta perjalanan , angka angka
yang terdapat dalam from to chart akan menunjukkan total dari berat
beban yang harus dipindahkan , jarak perpindahan bahan, volume
atau kombinasi kombinasi dari factor ini.
Berikut ini contoh penggunaan metode from to chart
20
Page 21
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
(Wignjosocbroto, Sritomo. 2000. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan.
Surabaya : Prima Printing)
2) Metode Kualitatif
Pada umumnya relationship chart ini dibutuhkan jika faktor
“other-than-flow” mempengaruhi layout decision. Banyak masalah
layout nyata yang mempunyai beberapa faktor “other-than-flow”
sehingga pendekatan kualitatif selalu dibutuhkan untuk menyusun
relationship chart-nya.
Aliran bahan diukur secara kualitatif dengan menggunakan
tolak ukur derajat kedekatan hubungan antara satu fasilitas dengan
lainnya. Nilai-nilai yang menunjukkan derajat hubungan dicatat
sekaligus dengan alasan-alasan yang mendasari dalam sebuah peta
hubungan aktivitas. Langkah-langkah dalam penentuan Activity
Relation Chart (ARC) adalah sebagai berikut:
21
Page 22
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
a) Mengidentifikasi semua departemen yang akan diatur tata letaknya.
b) Mendefinisikan kriteria hubungan antar departemen yang akan diatur
letaknya.
c) Membuat peta tata letak departemen dengan menilai hubungan
aktivitas.
d) Melakukan perbaikan yang dianggap perlu untuk mendapatkan tata
letak pabrik yang optimal.
Berikut ini adalah simbol-simbol yang digunakan dalam peta hubungan
antar bagian:
A = Mutlak didekatkan (Absolutely important)
E = Sangat penting (Especially important)
I = Penting (Important)
O = Biasa (Ordinary important)
U = Tidak penting (Unimportant)
X = Tidak diinginkan untuk didekatkan (Undesirable)
22
Page 23
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Activity Relation Chart (ARC)
Activity Relation Chart (ARC) adalah salah satu cara yang
sederhana dalam merencanakan tata letak fasilitas berdasarkan derajat
hubungan aktivitas dan cenderung berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan yang bersifat subyektif (Wignjosoebroto, 2003). Activity
Relation Chart (ARC) sangat berguna untuk perencanaan dan analisa
hubungan aktivitas antar masing-masing departemen. Sebagai
hasilnya, data yang didapat selanjutnya akan dimanfaatkan untuk
penentuan letak masing-masing departemen tersebut dengan
menggunakan activity relation diagram. Diagram ini menjelaskan
mengenai hubungan pola aliran bahan dan lokasi dari masing-masing
departemen penunjang terhadap departemen produksinya.
23
Page 24
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gambar.11
Contoh Activity Relation Chart (ARC)
(http://wibisono.blog.uns.ac.id/files/2009/05/perancangan-tata-letaktemu5.ppt
Activity Relationship Diagram
Activity Relationship Diagram (ARD) adalah hubungan
antar aktivitas yang ditunjukkan dengan pendekatan keterkaitan
kegiatan, yang menunjukkan setiap kegiatansebagai satu model
kegiatan tunggal ke dalam model diagram. ARD merupakan
lanjutan/pengembangan dari ARC.
24
Page 25
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gambar 12. Contoh Activity Relation Diagram (ARD)
(http://wibisono.blog.uns.ac.id/files/2009/05/perancangan-tata
letaktemu5.ppt)
F. Simbol Aliran Produksi
Menurut catatan sejarah, peta-peta kerja yang ada sekarang ini
dikembangkan oleh Gilberth. Pada saat itu, untuk membuat suatu peta
kerja, Gilberth mengusulkan 40 buah lambang yang bisa dipakai. Pada
tahun berikutnya jumlah lambang tersebut disederhanakan sehingga hanya
tinggal 4 macam saja. Namun pada tahun 1947 American Society of
Mechanical Engineers (ASME) membuat standar lambang-lambang yang
terdiri atas 5 macam lambang yang merupakan modifikasi dari yang telah
dikembangkan sebelumnya oleh Gilberth.
25
Page 26
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lambang-lambang tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Operasi
Suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja mengalami
perubahan sifat, baik fisik maupun kimiawi. Mengambil informasi maupun
menberikan informasi pada suatu keadaan juga termasuk operasi. Operasi
merupakan kegiatan yang paling banyak terjadi dalam suatu mesin atau
sistem kerja. Contohnya:
Pekerjaan menyerut kayu dengan mesin serut
Pekerjaan mengeraskan logam
Pekerjaan merakit
Dalam prakteknya, lambang ini juga bisa digunakan untuk
menyatakan aktivitas administrasi.
Pemeriksaan
Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau
peralatan mengalami pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun
26
Page 27
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
kuantitas. Lambang ini digunakan jika kita melakukan pemeriksaan
terhadap suatu objek atau membandingkan objek tertentu dengan suatu
standar. Suatu pemeriksaan tidak menjuruskan bahan kearah menjadi suatu
barang jadi. Contohnya:
Mengukur dimensi benda.
Memeriksa warna benda.
Membaca alat ukur tekanan uap pada suatu mesin uap.
Transportasi
Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja, pekerja
atau perlengkapan mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan
bagian dari suatu operasi.
Contohnya:
Benda kerja diangkut dari mesin bubut ke mesin skrap untuk
mengalami operasi berikutnya.
Suatu objek dipindahkan dari lantai atas lewat elevator.
27
Page 28
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Menunggu
Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja ataupun
perlengkapan tidak mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu
(biasanya sebentar).
Contohnya:
Objek menunggu untuk diproses atau diperiksa.
Peti menunggu untuk dibongkar.
Bahan menunggu untuk diangkut ke tempat lain.
Penyimpanan
Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja di simpan untuk
jangka waktu yang cukup lama. Lambang ini digunakan untuk menyatakan
suatu objek yang mengalami penyimpanan permanen, yaitu ditahan atau
dilindungi terhadap pengeluaran tanpa izin tertentu.
28
Page 29
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Contohnya:
Dokumen-dokumen atau catatan-catatan disimpan dalam brankas.
Bahan baku disimpan dalam gudang.
Selain kelima lambang standar diatas, kita bisa menggunakan
lambang lain apabila merasa perlu untuk mencatat suatu aktivitas yang
memang terjadi selama proses berlangsung dan tidak terungkapkan oleh
lambang-lambang tadi. Lambang tersebut ialah
Aktivitas gabungan
Kegiatan ini terjadi apabila antara aktivitas operasi dan
pemeriksaan dilakukan bersamaan pada suatu tempat kerja.
G. Systematic Layout Planning (SLP)
1) Defenisi
Systematic layout planning merupakan salah cara untuk
menghasilkan aliran barang yang efisien melalui perancangan
layout. Metode ini mencoba merancang layout fasilitas dengan
29
Page 30
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
memperhatikan urutan proses serta derajat kedekatan antar unit
pelayanan yang terdapat pada fasilitas yang akan dirancang.
a) Tahap – tahapan
Sistematic layout planning terdiri dari empat tahap perancangan sebagai
berikut :
Tahap I : Menentukan lokasi dimana fasilitas akan dibangun
Tahap II : Membuat rancangan fasilitas secara keseluruhan
Tahap III : Menentukan perancangan tata letak fasilitas secara detail
Tahap IV : Persiapan dan penginstalasi hasil rancangan
Adapun masukan (input) data yang dibutuhkan oleh SLP
dikelompokkan dalam lima kategori :
P : Product : Jenis dari produk (barang/jasa) yang dihasilkan.
Q : Quantity : Volume setiap jenis barang/ komponen yang dihasilkan.
R : Route : Urutan operasi untuk setiap produk.
S : Service : Pelayanan pendukung, seperti locker rooms, stasiun
pengawasan, dll.
T : Timing :Kapan jenis komponen produk tersebut diproduksi, mesin
apa yang digunakan untuk memproduksinya pada waktu
tersebut.
Systiematic Layout Planning (SLP) banyak diaplikasikan untuk
berbagai macam persoalan meliputi antara lain problem produksi,
30
Page 31
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
transportasi, pergudangan, suporting services dan aktifitas-aktifitas yang
dijumpai dalam perkantoran.
Data masukan dan aktifitas dalam proses SLP adalah sebagai berikut :
31
Page 32
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Gambar 3. Data masukan dan aktifitas dalam proses SLP
(http://wibisono.blog.uns.ac.id/files/2009/05/perancangan-tata letaktemu5.ppt)
1. Data Masukan dan Aktivitas
2. Aliran material
3. Hubungan aktifitas
4. String diagram
5. a. Kebutuhan luas area
b. Luas area tersedia
Dasar penentuan luas area yang dibutuhkan :
a) Tingkat produksi (menentukan jumlah mesin,alat, tipe tata letak )
b) Peralatan proses produksi (berdasarkan produk yang dibuat atau
proses yang diperlukan )
c) Karyawan yang diperlukan (jumlah tergantung dari jumlah mesin
dan alat)
d) Space Relationship Diagram
e) Pertimbangan modifikasi
f) Batasan-batasan praktis
g) Perencanaan alternatif tata letak
h) Evaluasi
Langkah awal : Pengumpulan Data Awal dan Aktivitas.
32
Page 33
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Agar supaya analisa layout bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya,
maka terlebih dahulu perlu dikumpulkan data yang berkaitan dengan
aktivitas pabrik seperti desain produk yang akan dibuat, proses dan
penjadwalan kerja, dll. Data yang berkaitan dengan desain produk sangat
penting dan berpengaruh besar terhadap layout yang akan dibuat. Untuk itu
dalam langkah awal ini perlu diperoleh data informasi yang berkaitan
dengan gambar kerja, assembly charts, part list, bill of materials, route
sheet, operation/ flow charts, dll. Penjadwalan kegiatanpun perlu
informasinya, karena hal ini akan berkaitan dengan problematika berapa
jumlah produk yang harus dibuat dan kapan harus dipenuhi. Informasi yang
berkaitan dengan volume produksi ini akan menentukan kapasitas produksi
atau lebih tepatnya untuk menentukan jumlah mesin atau operator yang
diperlukan untuk proses produksi. Berdasarkan jumlah mesin atau fasilitas
kerja yang diperlukan maka analisis layout selanjutnya akan dapat
dilaksanakan.
Langkah 1 : Analisa Aliran Material.
Analisa aliran material (flow of materials analysis) akan berkaitan
dengan usaha-usaha analisa pengukuran kuantitatif untuk setiap perpindahan
gerakan material diantara departemen-departemen atau aktifitas-aktifitas
operasional. Langkah ini diawali dengan penggambaran aliran material yang
33
Page 34
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
bergerak dari satu tahapan proses keproses berikutnya dalam sebuah proses
chart.
Langkah 2 : Analisa Hubungan Aktifitas Kerja (Activity Relationship).
Analisa aliran material dengan aplikasi dalam bentuk peta proses
cendrung untuk mencari hubungan aktifitas pemindahan material secara
kuantitatif. Sebagai tolak ukur disini adalah total material handling yang
minimal. Selain faktor material handling yang bersifat kuantitatif ini,
adapula faktor lain yang bersifat kualitatif yang harus dipertimbangkan
dalam perancangan layout. Untuk ini Activity Relation Chart (ARC) atau
sering pula disebut sebagai Relation Chart bisa dipakai untuk memberi
pertimbangan-pertimbanagan kualitatif didalam perancangan layout
tersebut.
Langkah 3 : Penyususnan String Diagram.
Langkah ini mencoba merangkum langkah 1 dan 2 dimana posisi mesin
(bisa juga posisi kelompok fasilitas kerja atau departemen) akan diatur
letaknya dan kemudian dihubungkan dengan garis (string) sesuai dengan
jarak pemindahan materialnya. Garis akan digambarkan sesuai dengan
derajat hubungan antara departemen yang satu dengan yang lainnya yang
sudah dinilai terlebih dahulu dil`angkah 2. String diagram ini akan
menggambarkan pengaturan/penempatan fasilitas seoptimal mingkin dibuat
34
Page 35
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
tanpa mempertimbangkan luasan area yang diperlukan. Penempatan
dilaksanakan dengan cara trial and error.
Langkah 4 : Kebutuhan Luas Area
Langkah ini bisa disebut sebagai “langkah penyesuaian”. Disini
penyesuaian harus dilaksanakan dengan memperhatikan luas are yang
diperlukan. Hal ini dilakukan dengan menganalisa dan menghitung
kebutuhan luas area untuk penempatan fasilitas produksi dengan
memperhatikan luasan area per mesin dan kelonggaran (allowance) luasan
lainnya. Langkah 4 merupakan langkah kritis, tetapi untuk hampr semua
organisasi industri luasan area untuk fasilitas produksi akan dapat diprediksi
sehingga luas area yang diperlukan ini masih harus dilihat kemungkinannya
dengan mempertimbangkan luasan area yang tersedia.
Langkah 5 : Pertimbangan Terhadap Luas Yang Tersedia.
Dalam beberapa kasus tertentu, khususnya untuk problem relayout
seringkali layout yang di desain harus disesuaikan dengan luas bangunan
pabrik yang tersedia. Demikian juga untuk kasus yang lain dimana biaya
serba terbatas, maka luas area yang bisa disediakan pun akansangat terbatas
sekali. Disini antara luas area yang dibutuhkan dan luas area yang tersedia
harus dipertimbangkan secara seksama.
Langkah 6 : Pembuatan Space Relationship Diagram.
35
Page 36
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Langkah 6 sebenarnya merupakan modifikasi dari langkah 3. Dengan
menggunakan pertimbangan yang dilakukan di langkah 4 dan 5 maka layout
yang direncanakan dapat dikonstruksikan secara sebenarnya berdasarkan
string diagram yang sudah tersusun dalam langkah 3 tersebut. Meskipun
demikian tetap diperlukan beberapa percobaan (trial and error) sebelum
layout yang layak dibuat. Selanjutnya dari luas area yang diperlukan dari
setiap departemen bisa dibuat space REL Diagram dan final layoutnya.
Langkah 7 & 8 : Modifikasi Layout Berdasarkan Pertimbangan Praktis.
Disini pertimbangan-pertimbangan praktis dibuat untuk modifikasi
layout. Hal-hal yang berkaitan dengan bentuk bangunan, letak kolom
penyangga, lokasi piping system, dan lain-lain merupakan dasar
pertimbangan untuk memperbaiki alternatif desai layout yang diusulkan.
Langkah 9 & 10 : Pemilihan dan Evaluasi Alternatif Layout.
Langkah terakhir ini adalah untuk mengambil keputusan terhadap
usulan desain layout yang harus dipilih atau diaplikasikan. Disini evaluasi
terhadap alternatif layout yang dipilih juga juga dilaksanakan untuk
memberikan keyakinan bahwa keputusan yang diambil sudah memberikan
alternatif layout yang optimal. Bilamana ternyata dijumpai ketidakefisienan
layout, maka tentu saja harus dilaksanakan aktivitas relayout sesuai dengan
langkah-langkah sebelumnya.
36
Page 37
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
(http://wibisono.blog.uns.ac.id/files/2009/05/perancangan-tata-letaktemu5.ppt)
H. Material handling
Material handling adalah kegiatan untuk memindahkan ,
membungkus dan menyimpan material selama proses operasi. Kegiatan ini
penting karena akan sangat mempengaruhi kelancaran jalannya proses
operasi dan dengan demikian mempengaruhi schedule penyelesaian
produk. Jika tidak ditangani dengan baik , maka aliran material selama
proses produksi dapat terhambat dan dapat menimbulkan penumpukan
material pada suatu stasiun kerja.
1) Prinsip Material Handling :
a) Right Material: Material yang disediakan sesuai dengan yang
dipesan oleh bagian produksi, akan lebih akurat jika
menggunakan peralatan otomatis.
b) Right Mount : Jumlah yang disediakan oleh bagian material
handling sesuai jumlah kebutuhan.
c) Right Condition : Sesuai dengan keinginan konsumen (misal
tidak rusak, kondisi barang dipak atau tidak dipak, diurut
penyusunannya, dlan lain-lain).
37
Page 38
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
d) Right Place : Menempatkan material langsung dilokasi akhir siap
untuk digunakan, tidak di tengah-tengah perjalanan (misal di
gang).
e) Right Sequence : Urutan penanganan material yang efisien
misalnya dengan penyederhanaan kerja, efisiensi manufakturing.
f) Right Cost : Mendesain bentuk yang efisien sehingga biaya
menjadi efisien ‘Not the lowest cost’.
g) Right time : On time delivery, jika proses material handling di
dalam pabrik dilakukan dengan peralatan otomatis syarat ini akan
lebih mudah dicapai
Prinsip Desain Material Handling :
1. Planning principle, perencanaan dibuat dengan menjawab pertanyaan
what (materialnya), where dan when (pergerakanya), how dan who
(metodanya).
2. Standardization principle, adanya standard metoda kerja dan alat yang
digunakan.
3. Work principle, yaitu meminimalkan kerja. Ukuran kerja (work) adalah
aliran material (volume, jarak, jumlah) dikali jarak perpindahan.
38
Page 39
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
4. Ergonomic principle, Pekerjaan dan kondisi kerja sesuai dengan
operator.
5. Unit Load principle, unit load adalah satuan atau kemasan pemindahan
barang untuk sekali pemindahan misalnya pallet, tote pans, kontainer,
dan lain-lain.
6. Space Utilisation, pemanfaatan ruang semaksimal mungkin.
7. System principle, yaitu interaksi antara entity yang membentuk pekerjaan
secara keseluruhan.
8. Environmental principle, memperhatikan kondisi lingkungan dan tidak
merusak lingkungan.
9. Life cycle cost principle, yaitu berfikir bagaimana cash flow akan terjadi
terhadap suatu sistem material handling yang akan diterapkan mulai dari
investasi peralatan maupun lokasi yang dipakai sampai dilakukan
penggantian dengan metode yang baru
2) Tujuan material handling:
a) Meningkatkan aliran bahan. jika aliran bahan lancar, tepat
waktu,jumlah, sasaran, teratur, maka tidak akan perlu untuk
mengeluarkan biaya tambahan untuk mengatasinya.
b) Mengurangi biaya.
c) Meningkatkan pemanfaatan ruang , optimalisasi ruang “penataan
bahan”.
39
Page 40
LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTURPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
d) Meningkatkan kondisi dan keselamatan kerja.
e) Memudahkan proses produksi
40