Sinusitis adalah infeksi atau peradangan dari mukosa sinus
paranasal. Sinusitis mungkin hanya terjadi pada beberapa hari
(sinusitis akut) atau berlanjut menjadi sinusitis kronis jika tanpa
pengobatan yang adekuat.
Penatalaksanaan sinusitis adalah dengan menggunakan berbagai
modalitas terapi, mulai dari terapi konservatif saja sampai irigasi
sinus dan pembedahan. Perkembangan yang pesat di bidang kedokteran
juga membawa perubahan dalam penatalaksanan sinusitis. Tersedianya
alat diagnostik CT scan telah membuat pencitraan sinus paranasal
lebih jelas dan terinci, sedangkan dipopulerkannya pemakaian alat
endoskop untuk operasi bedah sinus menciptakan tindakan pengobatan
yang tidak radikal tetapi dapat lebih tuntas.Tujuan utama
penatalaksanaan sinusitis:
1. Mempercepat penyemmbuhan
2. Mencegah komplikasi
3. Mencegah perubahan menjadi kronik 1. SINUSITIS AKUT
Diberikan terapi medikamentosa berupa antibiotik empirik (2x24
jam). Antibiotik yang diberikan lini I yakni golongan penisilin
atau cotrimoxazol dan terapi tambahan yakni obat dekongestan oral +
topikal, mukolitik untuk memperlancar drainase dan analgetik untuk
menghilangkan rasa nyeri. Pada pasien atopi, diberikan antihistamin
atau kortikosteroid topikal. Jika ada perbaikan maka pemberian
antibiotik diteruskan sampai mencukupi 10-14 hari. Jika tidak ada
perbaikan maka diberikan terapi antibiotik lini II selama 7 hari
yakni amoksisilin klavulanat/ampisilin sulbaktam, cephalosporin
generasi II, makrolid dan terapi tambahan. Jika ada perbaikan
antibiotik diteruskan sampai mencukupi 10-14 hari.
Jika tidak ada perbaikan maka dilakukan rontgen-polos atau CT
Scan dan atau naso-endoskopi. Bila dari pemeriksaan tersebut
ditemukan kelainan maka dilakukan terapi sinusitis kronik. Tidak
ada kelainan maka dilakukan evaluasi diagnosis yakni evaluasi
komprehensif alergi dan kultur dari pungsi sinus.
Terapi pembedahan pada sinusitis akut jarang diperlukan, kecuali
bila telah terjadi komplikasi ke orbita atau intrakranial, atau
bila ada nyeri yang hebat karena ada sekret tertahan oleh
sumbatan.2. SINUSITIS SUBAKUT Terapinya mula-mula diberikan
medikamentosa, bila perlu dibantu dengan tindakan, yaitu diatermi
atau pencucian sinus.
Obat-obat yang diberikan berupa antibiotika berspektrum luas
atau yang sesuai dengan resistensi kuman selama 10 14 hari. Juga
diberikan obat-obat simptomatis berupa dekongestan. Selain itu
dapat pula diberikan analgetika, antihistamin dan mukolitik.
Tindakan dapat berupa diatermi dengan sinar gelombang pendek
(Ultra Short Wave Diathermy) sebanyak 5 6 kali pada daerah yang
sakit untuk memperbaiki vaskularisasi sinus. Kalau belum membaik,
maka dilakukan pencucian sinus.
Pada sinusitis maksilaris dapat dilakukan pungsi irigasi. Pada
sinusitis ethmoid, frontal atau sphenoid yang letak muaranya
dibawah, dapat dilakukan tindakan pencucian sinus cara Proetz.
3. SINUSITIS KRONIS
Jika ditemukan faktor predisposisinya, maka dilakukan
tatalaksana yang sesuai dan diberi terapi tambahan. Jika ada
perbaikan maka pemberian antibiotik mencukupi 10-14 hari. Jika
faktor predisposisi tidak ditemukan maka terapi sesuai pada episode
akut lini II + terapi tambahan. Sambil menunggu ada atau tidaknya
perbaikan, diberikan antibiotik alternative 7 hari atau buat
kultur. Jika ada perbaikan teruskan antibiotik mencukupi 10-14
hari, jika tidak ada perbaikan evaluasi kembali dengan pemeriksaan
naso-endoskopi, sinuskopi (jika irigasi 5 x tidak membaik). Jika
ada obstruksi kompleks osteomeatal maka dilakukan tindakan bedah
yaitu BSEF atau bedah konvensional. Jika tidak ada obstruksi maka
evaluasi diagnosis.Diatermi gelombang pendek di daerah sinus yang
sakit. Diatermi dengan sinar gelombang pendek (ultra short wave
diathermy) selama 10 hari di daerah sinus yang sakit, untuk
memperbaiki vaskularisasi sinus.
Pemberian diatermi ini menguntungkan oleh karena tidak invasif
terutama untuk anak-anak dan prosedurnya lebih sederhana bila
dibandingkan dengan irigasi. Short wave diathermy dikatakan efektif
untuk sinusitis kronik karena membantu drainase sinus dengan
membuka ostium sinus.
Pada sinusitis maksila dilakukan pungsi dan irigasi sinus,
sedang sinusitis ethmoid, frontal atau sphenoid dilakukan tindakan
pencucian Proetz. Pungsi dan irigasi sinus maksila dilakukan untuk
mengeluarkan sekret yang terkumpul dalam rongga sinus maksila.
Caranya ialah dengan memakai trokar yang ditusukkan di meatus
inferior dengan diarahkan ke tepi atas daun telinga. Setelah
dipungsi, dilanjutkan dengan irigasi sinus dengan mempergunakan
larutan garam fisiologik. Dengan demikian sekret akan keluar
melalui meatus medius dan dikeluarkan melalui hidung atau mulut.
Pungsi dan irigasi dapat juga dilakukan melalui fosa kanina. Pada
kasus yang meragukan, pungsi dan irigasi dapat dipakai untuk
diagnostik dalam menentukan ada tidaknya sinusitis maksila.
Pungsi & irigasi sinus dan pencucian Proetz dilakukan 2 kali
seminggu. Jika tindakan ini telah kita lakukan lebih 5-6 kali namun
masih belum ada perbaikan dimana sekret purulen masih tetap banyak
maka keadaan ini kita anggap telah irreversibel. Artinya mukosa
sinus paranasal tidak dapat lagi kembali normal. Hal ini dapat
diketahui dengan pemeriksaan sinoskopi dan dapat diatasi dengan
tindakan operasi radikal. Pemeriksaan sinoskopi melihat langsung
antrum (sinus maksila) menggunakan bantuan endoskopi.Bila
pengobatan konservatif gagal, dilakukan terapi radikal, yaitu
mengangkat mukosa yang patologik dan membuat drainase dari sinus
yang terkena. Untuk sinus maksila dilakukan operasi Caldwell-Luc.
Untuk sinus etmoid dilakukan etmoidektomi yang bisa dilakukan dari
dalam hidung (intra-nasal) atau dari luar (ekstranasal).
Drainase sekret pada sinus frontal dapat dilakukan dari dalam
hidung (intranasal) atau dengan operasi dari luar (ekstranasal).
Drainase sinus sphenoid dilakukan dari dalam hidung
(intranasal).
Gambar 1. Cara irigasi sinus maksila
Gambar 2. Pencucian Proetz
Gambar 3. BSEF (Sinus infections can recur when mucus can't
drain from your frontal (A), maxillary (B) or ethmoid (C) sinuses
(upper left). In endoscopic sinus surgery, your doctor uses an
endoscope and tiny cutting tools to open the blocked passage and
restore natural drainage (lower right).)
Gambar 4. Caldwell Luc
Gambar 5. Ethmoidectomy and sphenoidectomy intranasal
Gambar 6. Operasi frontal sinus dan ethmoidectomy
extranasalPENCEGAHAN SINUSITIS ATAU KEKAMBUHAN SINUSITISCara
pencegahan sinusitis atau kekambuhan sinusitis dapat dikatakan
bervariasi karena banyaknya faktor yang melatar belakangi
terjadinya penyakit ini. Untuk mencegah terjadinya sinusitis atau
mencegah kekambuhannnya, kita harus menghindari faktor-faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya sinusitis, di samping juga melakukan
koreksi terhadap keadaan atau kelainan yang dapat melatar belakangi
terjadinya penyakit ini. Seorang penderita sinusitis walaupun telah
menjalani pengobatan dan operasi, akan dapat mengalami kekambuhan
apabila tidak menghindari faktor-faktor penyebabnya, atau tidak
dilakukan koreksi terhadap keadaan atau kelainan yang melatar
belakanginya.KOMPLIKASI SINUSITISSeperti halnya penyakit-penyakit
yang lain, sinusitis juga dapat menyebabkan komplikasi.
Komplikasi sinusitis di antaranya: Otak (Infeksi pada otak atau
timbunan pus pada otak)
Mata (Infeksi pada jaringan di sekitar bola mata, infeksi bola
mata, pecahnya bola mata)
Infeksi tulang sekitar sinus (Dapat terjadi kebocoran pus keluar
dari wajah, perubahan bentuk wajah/menonjol/membengkak)
Radang tenggorok yang sering kambuh
Radang amandel
Radang pita suara (sering batuk atau serak)
Sesak napas atau asma
Gangguan pencernaan (sering sakit perut, mual, muntah,
diare)Prognosis
Prognosis untuk sinusitis umumnya baik dengan pengobatan yang
tepat.