Top Banner

of 41

TAMBANG SDA 2

Jul 13, 2015

Download

Documents

Rea Emerald
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Konsumsi bahan galian industri di Sumatera Utara baik sebagai bahan baku maupun sebagai produk jadi yang diserap oleh sektor industri dan masyarakat sampai saat ini belum begitu banyak dimanfaatkan. Hal ini dapat dilihat sebagian besar kebutuhan bahan galian industri tersebut masih dipenuhi melalui impor atau didatangkan dari daerah luar. Perkembangan pertambangan bahan galian industri (BGI) di Sumatera Utara masih relatif lambat, bahkan dapat dikatakan berjalan di tempat dan tertinggal jauh dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya seperti di Jawa, begitu pula halnya apabila dibandingkan dengan pertambangan mineral logam maupun eksplorasi minyak bumi. Di pihak lain permintaan pasar akan bahan galian mineral pada saat ini cukup baik dari segi kapasitas maupun jenisnya terutama untuk bahan baku industri yang menunjukkan kecenderungan meningkat cukup besar dari tahun ke tahun, hal ini sebagaimana terlihat dari hasil penelitian yang dilaksanakan Balitbang Provinsi Sumatera pada tahun 2004 pada beberapa industri pengguna dan pengolah bahan galian industri yang ada di Sumatera Utara. Dengan diberlakukannya otonomi daerah, salah satu sektor yang perlu mendapatkan perhatian besar adalah sektor pertambangan. Sektor pertambangan dapat dikembangkan menjadi salah satu sumber pemasukan bagi pendapatan asli daerah (PAD) melalui pemanfaatan potensi

sumberdaya alam yang dimiliki daerah. Hanya saja sektor pertambangan

1

hingga saat ini masih belum memberikan kontribusi yang berarti bagi pemerintah daerah dan masyarakat di daerah. Keadaan yang tidak menggembirakan tersebut, timbul sebagai akibat produksi bahan galian industri di daerah yang ada selama ini belum memenuhi syarat baik kualitas, kuantitas dan kesinambungan pemasokan yang dibutuhkan oleh industri pemakai. Secara umum potensi bahan galian industri di Sumatera Utara memiliki karakteristik yang berbeda-beda, hal ini dapat dipahami karena penyebaran bahan galian industri tersebut sangat dipengaruhi dan dikontrol oleh karakteristik kondisi geologinya. Potensi dan karakteristik geologi tersebut, menyebabkan pola penyebaran bahan galian industri di Kabupaten/Kota menjadi berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Minimnya penguasaan iptek pertambangan berimplikasi terhadap rendahnya pengelolaan bahan galian industri tersebut. Pengusahaan bahan galian industri di dalam negeri selama ini masih menggunakan teknologi yang sederhana (tradisional) dan menghasilkan produk tambang yang belum diproses lebih lanjut, sehingga tidak dapat secara langsung digunakan oleh pengguna industri yang ada di daerah. Hal ini selain disebabkan karena biaya investasi yang cukup tinggi, juga karena lemahnya di dalam penguasaan teknologi pengolahan untuk menghasilkan berbagai

produk/komoditi bahan galian industri yang siap pakai untuk menunjang keperluan dan keberlanjutan industri yang ada. Berbagai tantangan harus dihadapi dalam upaya pengembangan dan pengelolaan bahan galian industri saat ini. Teknologi yang ada saat ini harus dapat dikembangkan di masa

2

mendatang, tentunya teknologi yang diarahkan pada usaha mengelola dan meningkatkan nilai tambah, meningkatkan kualitas, membuat sesuatu yang lebih dibutuhkan/diinginkan, lebih tahan lama, lebih murah dan lebih bermanfaat serta berarti. Penelitian ini diharapkan berguna bagi para pelaku industri dan

Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara sebagai langkah awal terutama di dalam pemanfaatan dan penggunaannya di dalam pengembangan industri di daerah ini. Pengelolaan dan pemanfaatan efektif dan optimal di Sumatera Utara bahan galian industri yang

ini diharapkan akan memberikan

konsekuensi logis terhadap pendapatan asli daerah (PAD), penghematan devisa, membuka kesempatan kerja/lapangan kerja yang pada gilirannya akan meningkatkan taraf hidup dan perekonomian masyarakat pada umumnya.

1.2. Perumusan Masalah Beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan dalam kegiatan Kajian Peningkatan Pengusahaan Sumberdaya Alam Sektor Pertambangan di Sumatera Utara ini, adalah : 1. Bagaimana potensi dan cadangan bahan galian Utara? 2. Bagaimana pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian industri di Sumatera Utara? 3. Bagaimana kualitas dan teknologi pengelolaan bahan galian industri di Sumatera Utara? industri di Sumatera

3

1.3. Maksud dan Tujuan Kegiatan Kajian Peningkatan Pengusahaan Sumberdaya Alam Sektor Pertambangan di Sumatera Utara ini dimaksdkan untuk memanfaatkan potensi sumberdaya alam terutama sektor pertambangan yang ada di daerah dan menciptakan iklim investasi di Sumatera Utara. Sedangkan tujuan dari pelaksaan kegiatan kajian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi di dalam pengelolaan dan pengusahaan bahan galian industri di Sumatera Utara. 2. Untuk mengetahui penyebab mengapa kurang bergairahnya investor di dalam pengelolaan dan pengusahaan bahan galian industri di Sumatera Utara. 3. Untuk menarik dan meningkatkan iklim investasi di Sumatera Utara.

1.4. Sasaran Sasaran dalam kegiatan kajian ini adalah untuk meningkatkan pengelolaan, pemanfaatan dan pengusahaan bahan galian industri di Sumatera Utara, guna menarik dan meningkatkan iklim investasi sumber daya alam sektor pertambangan di daerah ini.

1.5. Manfaat Manfaat yang diharapkan dari kegiatan kajian ini adalah dapat memberikan masukan dan solusi terutama dalam : 1. Mengatasi kendala-kendala yang timbul di dalam pengelolaan dan pengusahaan bahan galian industri di Sumatera Utara.

4

2. Menggerakkan iklim investasi pertambangan di Sumatera Utara melalui terciptanya kerjasama antara industri pengguna/pemakai dengan industri penghasil/produsen. 3. Sebagai bahan kebijakan dalam pemanfaatan dan pengembangan bahan galian industri di Sumatera Utara.

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penggolongan Bahan Galian Secara geologi Indonesia mempunyai sumber daya mineral yang

cukup besar termasuk bahan galian industri. Pembentukan pegunungan, aktivitas magma pada gunung api dan proses sedimentasi yang berlangsung terus menerus selama periode waktu tertentu serta diikuti dengan proses evolusi geologi telah mengakibatkan pembentukan bahan galian. Berbagai indikasi adanya proses tersebut, menyebar luas di berbagai wilayah Indonesia. Kecuali bahan bakar, biji logam dan air, bahan galian industri (BGI) merupakan bahan tambang yang dapat digali dan digunakan secara langsung tanpa pengolahan atau melalui sedikit proses pengolahan terlebih dahulu. Sejalan hal tersebut, dalam rangka meningkatkan perekonomian daerah secara nasional dari sektor non migas, maka keberadaan bahan galian industri di daerah diharapkan memiliki prospek untuk pengembangan, pengelolaan dan pemanfaatannya. Di dalam pemanfaatannya perlu

dilakukan penggolongan dan pengklasifikasian bahan galian industri. Banyak sebenarnya penggolongan bahan galian adalah Peraturan Pemerintah (PP) industri Indonesia, antara lain 27 Tahun 1980 yang

Nomor

menggolongkan bahan galian menjadi 3 (tiga) golongan yaitu : golongan A, disebut bahan galian vital Golongan B, disebut bahan galian strategis Golongan C, disebut bahan galian bukan vital dan bukan strategis

6

Sub Direktorat Eksplorasi Mineral Industri dan Batuan Departermen Energi dan Sumberdaya Mineral RI juga telah melakukan penggolongan bahan galian industri yang disesuaikan dengan kondisi dan potensi pada masingmasing daerah, yaitu : 1. Bahan Galian Mineral Radioaktif, yaitu : mineral-mineral yang

mengandung unsur radioaktif seperti uranium, thorium dan unsur radioaktif lainnya. 2. Bahan Galian Bahan Bakar, yaitu : minyak, gas dan batubara. 3. Bahan Galian Mineral Logam, yaitu : emas, perak, nikel, besi, tembaga, seng, nikel, timbal dan lain-lain. 4. Bahan Galian Non Logam atau bahan galian industri, yaitu : lempung, feldsfar, kwarsa, dolomit, fosfat, batugamping, zeolit, bentonit dan lainlain. 5. Bahan Galian Batuan, Bangunan dan Kontruksi, yaitu : granit, marmer, andesit, pasir, kerikil, tanah liat, tanah urug dan lain-lain.

7

Tabel 1. Pengelompokan Bahan Galian Industri Penggunaannya (Adjat Sudrajad, 1991)

Berdasarkan

No1.

Pengelompokan Bahan Galian IndustriBahan Baku Keramik : - Industri Semen - Industri Gelas - Industri Keramik

Contoh- Batukapur, Lempung, Silika, Gipsum - Silika, Feldsfar, Dolomit - Feldsfar, Silika, Toseki, Dolomit, Piropillit, Kaolin

2.

Bahan Baku Bangunan; - Industri Bahan Bangunan dan Kontruksi - Industri Ornamen Material Batu Berharga; - Industri Batumulia dan Permata - Industri Ornamen dan Lapidary

- Batuan Beku, Pasir, Kerikil, Tras, Lempung - Granit, Diabas, Marmer, Andesit - Intan, Ruby, Saphir, Topas, Peridot, Jade, Opal - Kalsedon, Agat, Jasper, Onix, Crisocol, Jade - Fosfat, Sulfur, Dolomit, Zeolit, Potash, Batu Alkali - Dolomit, Batukapur, Serpentenit, Zeolit, Bentonit, Magnesit - Batukapur, Dolomit, Zeolit, Mika, Kaolin, Talk - Batukapur, Dolomit, Zeolit, Bentonit, Kaolin, Sulfur, Gipsum, Fosfat, Barit

3.

4.

Mineral Industri; - Industri Pupuk - Industri Agro

- Indsutri Pengisi dan Extender 5. Industri Pelapis dan Pigment

2.2. Pengertian Sumberdaya dan Cadangan Keberadaan mineral di dalam perut bumi dapat diketahui dari sejumlah indikasi adanya mineral yang terdapat di perut bumi. Penyelidikan secara geologis pada dasarnya belum dapat menentukan secara teliti atau detail kuantitatis dan kualitas tentang informasi dari keberadaan sumberdaya mineral. Akan tetapi pada kegiatan pentahapan tersebut sudah dapat

8

dikemukakan indikasi adanya sumberdaya mineral, sehingga keberadaan mineral tersebut sering disebut dengan sumberdaya. Bila penyelidikan dilakukan dengan lebih teliti, yaitu dengan menggunakan berbagai metode seperti : geokimia, geofisika, pemboran maka mineral tersebut sudah diketahui dengan pasti baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dengan keberadaan tersebut sumberdaya mineral tersebut sering disebut dengan cadangan. Kategori cadangan dibagi bertingkat-tingkat, dimana semakin teliti kegiatan penyelidikannya maka makin lengkap informasi yang didapat mengenai keberadaan mineral tersebut, khususnya dalam bentuk kualitas dan kuantitasnya. Ada berbagai pertimbangan yang menentukan kelayakan suatu mineral untuk dapat ditambang, seperti : letak geografi, teknologi penambangan, teknologi pemrosesan, kondisi sosial budaya dan masalah lingkungan hidup dan lain lain. Mc. Kelvy (1973), menggambarkan hubungan antara tingkat keekonomisan dengan tingkat kelayakannya. Berdasarkan

tingkat penyelidikannya dari yang paling kasar kepada yang lebih teliti, kita dapat menggolongkan sumberdaya ke dalam golongan discovered atau infered (tereka), indicated atau terunjuk dan terukur (measured). Sedangkan dari pandangan kelayakan Mc. Kelvy membagi menjadi marginal (kurang layak), para marginal (tidak terlalu ekonomis) dan ekonomis atau menguntungkan. Apabila sumberdaya terunjuk telah diteliti dan ternyata layak untuk ditambang, maka pada tingkatan tersebut baru berbicara tentang cadangan probable (terkira), sedangkan apabila berbicara pada tingkat sumberdaya

9

terukur dan studi kelayakan menunjukkan ekonomis maka disebut dengan cadangan terbukti (proved). Bila dari studi kelayakan ternyata penambangan bisa menguntungkan, tingkat sumberdaya tereka (infered) dapat digolongkan sebagai cadangan tingkat mungkin (possoble), dan apabila datanya masih umum atau data kasar hanya memungkinkan mineral tersebut digolongkan menjadi sumberdaya ditemukan (discovered).

Tabel 2. Penggolongan Sumberdaya dan Cadangan (Mc. Kelvy, 1973) Kelayakan Ekonomis Penemuan Sumberdaya (Discovered )

Cadangan Mungkin (Possible)

Cadangan Terkira (Probable)

Cadangan Terbukti (Proved)

Sumberdaya

Sumberdaya

Sumberdaya

Sumberdaya

Marginal Umum (Measured)

Tereka (Infered)

Indicated (Terunjuk)

Terukur

Tingkat Ketelitian

2.3. Konsumsi Bahan Galian Industri di Sumatera Utara Kebutuhan bahan baku industri (raw material) di daerah akan terus meningkat seiring dengan berkembangnya sektor industri, perkebunan dan pertanian yang ada di daerah Sumatera Utara. Secara umum konsumsi bahan baku industri yang digunakan pada sektor industri adalah : batukapur, dolomit, feldspar, bentonit, lempung, pasir kwarsa, batu dimensi (ornament). Pada umumnya bahan galian industri tersebut digunakan sebagai bahan

10

baku utama

dan

sebagai bahan baku tambahan. Pemanfaatan dan

penggunaan bahan galian industri di berbagai aspek kegiatan ekonomi di Sumatera Utara, dewasa ini cukup luas dan beragam, seperti : industri cat, bleaching earth, keramik, pupuk (kimia), kosmetik dan dalam bidang kontruksi. Batukapur (batugamping), dolomit, phosphate banyak digunakan sebagai bahan baku industri pupuk. Tingkat konsumsi pupuk semakin meningkat dengan bertambahnya perkebunan dan pertanian di daerah Sumatera Utara. Perkebunan dan pertanian sangat membutuhkan bahan galian industri terutama sebagai bahan baku pupuk dan penetral tingkat keasaman tanah (pH). Luasnya areal perkebunan kelapa sawit di daerah ini dengan salah satu produk turunannya adalah minyak goreng akan membutuhkan bahan galian dolomit, bentonit dan zeolit. Bentonit dan zeolit sangat dibutuhkan sebagai bahan penyaring (bleaching earth) untuk industri pengolahan minyak goreng. Kaolin, pasir kwarsa, feldsfar dan lempung bola banyak digunakan sebagai bahan baku pada industri keramik/porselin, cat, kertas, granit,

marmer, andesit, diorite, serpentinit dan batuan yang memiliki nilai estetik dimanfaatkan sebagai bahan kontruksi dan bahan ornament (batu dimensi). Industri-industri di daerah Sumatera Utara yang membutuhkan bahan baku industri yang berasal dari sumberdaya alam sebagaimana pada Tabel 3.

11

Tabel 3. Perusahaan-perusahaan Pengguna Bahan Galian Industri di Sumatera Utara. No 1 2 Jenis Perusahaan Perkebunan Pertanian Pengolahan Kelapa Sawit Keramik, Cat Jenis Bahan Fungsi Bahan Galian Industri Galian Industri dan Batukapur, Dolomit, Pupuk, Netralitas Rock Phosfat, Tanah (pH) Minyak Bentonit, Zeolit Penyerap, Penjernih (absorbent) Kaolin, Feldspar, Pengisi Lempung Bola, Pasir Kwarsa Zeolit Penambah Nafsu Makan), Penyerap Bau

3

4

Pakan Ternak

Sumber : Badan Investasi dan Promosi Provsu, 2007 (Data Diolah).

2.4. Prospek dan Pengembangan Bahan Galian Industri di Sumatera Utara

Daerah Sumatera Utara merupakan daerah yang kaya akan sumber daya alam yang belum dikelola secar baik dan maksimal. Salah satu potensi sumber daya alam yang memiliki prospek dan pengembangan dalam sektor pertambangan adalah bahan galian industri seperti batukapur, bentonit, kaolin, zeolit, dolomit, granit, andesit dan lain lain. Bahan galian tersebut tersebar di masing-masing Kabupaten dan Kota sesuai dengan kondisi dan karakteristik geologinya. Umumnya bahan galian tersebut berasal dari proses aktivitas vulkanik dan sedimentasi yang telah berlangsung jutaan tahun yang lalu. Pemanfaatan bahan galian yang ada di daerah masih sangat terbatas dan bersifat tradisional, hal ini disebabkan masih kurangnya industri hilir (pengolahan dan pemakai) yang berkembang di daerah ini. Provinsi Sumatera Utara yang didukung oleh kondisi geologi dengan aneka ragam

12

batuan dan mineral yang menyusunnya, banyak menghasilkan berbagai jenis bahan galian industri yang sebagian besar memiliki potensi dan nilai ekonomis untuk dikelola dan ditambang guna menunjang pembangunan di daerah, industri, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan terciptanya lapangan kerja.

Gambar 1. Peta Sebaran Bahan Galian Industri di Sumatera Utara

13

Berikut ini beberapa bahan galian industri yang memiliki prospek untuk dikembangkan di Sumatera Utara yaitu :

2.4.1. Feldsfar Feldsfar adalah nama kelompok mineral yang terdiri atas Pothasium, Sodium, Kalsium Alumina Silikat (K, Na, Ca) Al2Si3O8. Secara umum mineral feldsfar dapat dibagi menjadi 3 (tiga) sistem berdasarkan komposisi kimianya yaitu : KAlSi3O8 (Or), NaAlSi3O8 (Ab) dan CaAl2Si3O8 (anortit). Kelompok ini terdiri dari mineral pothasium feldsfar (ortoklas, mikroklin dan sanidin) dan termasuk ke dalam kelas silikat, subkelas tektosilikat. Mineral ini dapat dijumpai dalam batuan beku, batuan erupsi dan batuan metamorf. Mineral feldsfar terbentuk secara pneumatolitik dan hidrothermal yang membentuk urat pegmatit. Dalam industri keramik mineral feldsfar yang diperlukan adalah yang kaya unsur alkali, sedangkan di dalam batuan granit secara umum mengandung mineral feldsfar 60% terutama yang jenis pegmatit. Hampir semua feldsfar memilki sifat fisik yang sama yaitu berwarna keabu-abuan, merah jambu, coklat, kuning dan hijau. Feldsfar memiliki kekerasan 6-6,5 dengan berat jenis 2,4-2,8 gram/ml. Mutu feldsfar sebagai bahan baku keramik sangat ditentukan oleh oksida K2O dan Na2O yang relatif tinggi (di atas 6%), Oksida Fe2O3 dan TiO2. Dalam industri keramik jenis feldsfar yang digunakan adalah jenis ortoklas/mikroklin dan

albit/plagioklas asam (natrium feldsfar), sedangkan feldsfar yang basa dengan kadar kalium yang tinggi tidak dipakai.

14

Tabel 4. Spesifikasi Feldsfar Untuk Pembuatan Bahan Keramik Halus (SNI NO 1145-1984) Jenis keramik Saniter (%)

OksidaK2O +Na2O Fe2O3 Maks TiO2 Maks Na2O Maks

Porslin (%)

6-15 0,5 0,3 0,5

6-15 O,7 0,7 0,5

Gerabah Halus (%) 6-15 0,8 1,0

Dalam industri keramik menurut Allen Dinsdale (1987), dikenal 3 (tiga) jenis material dasar sebagai bahan baku keramik, yaitu lempung, feldsfar dan bahan pengisi/flint (silika). Bahan galian feldsfar dipergunakan sebagai bahan baku atau konsumsi terbesar dewasa ini dalam industri keramik,

dimana industri keramik ini menggunakan bahan baku utama feldsfar hampir mencapai 85% (Supriatna,1997).

Tabel 5. Komposisi Kimia dan Sifat Fisik Feldsfar (Supriatna,1997) Komposisi Kimia (%) Feldsfar Rumus Kimia Ortoklas K 2O 6SiO2 Albit Na2O 6SiO2 Anortit CaO 2SiO2 Al2O8 20,1 36,2 43,3 2,6 6,5 Al2O8 11,8 19,4 68,8 2,5 6,5 Al2O3 16,9 18,4 64,7 2,24 6 K 2O NaO CaO Al2O3 SiO2 BD Kekerasan

15

2.4.2. Kaolin Kaolin merupakan masa batuan yang tersusun oleh mineral lempung dengan kandungan besi yang rendah dan pada umumnya berwarna putih agak terang. Biasanya berdasarkan dari kenamapakan fisik tersebut, dapat dijadikan petunjuk dari mana proses pembentukannya. Kaolin yang berwarna putih biasanya bermutu baik dan terjadi karena proses alterasi

hidrotermal/geothermal pada batuan asam.

a. Pengolahan dan Penggunaan Kaolin Pada dasarnya pengolahan kaolin terutama ditujukan untuk

membuang mineral kontaminan, seperti : pasir kwarsa, oksida besi, mika dan lain-lain. Selain itu bertujuan untuk mendapatkan butiran-butiran halus, tingkat kecerahan yang tinggi (brighteness), kadar air tertentu, pH tertentu dan sifat-sifat lainnya. Proses pengolahan yang dilakukan sangat tergantung pada jumlah jenis mineral-mineral pengotornya dan spesifikasi penggunaan (Sukandarrumidi, 1999). Kaolin banyak digunakan dalam berbagai bidang industri, baik sebagai bahan baku utama maupun sebagai bahan baku tambahan. Dalam hal ini pemanfaatan sifat fisik yang dimiliki kaolin, seperti : kehalusan, kekuatan, warna, daya hantar listrik sangat diperlukan. Sebagai bahan galian industri kaolin banyak digunakan dalam industri kertas, keramik, cat, karet, farmasi, industri logam dan lain-lain.

16

Tabel 6. Spesifikasi Kaolin Untuk Industri Keramik (Harjanto,1995) No

SpesifikasiKimia Fe2O3 (%) Maks TiO2 (%) Maks CaO (%) Maks SO3 (%) Maks Sifat fisik Besar butir (%) Min Kecerahan (%) Min Kadar air (%) Min

Klasifikasi industri keramikPorselin Saniter Gerabah Halus 0,8 0,8 0,4 80,0 80,0 7,0 Gerabah Kasar 1,0 0,8 0,4 80,0 80,0 7,0

1

0,4 0,3 0,8 0,3 80,0 90,0 5,0

0,7 0,7 0,8 0,2 80,0 90,0 5,0

2

2.4.3. ZeolitZeolit merupakan mineral yang terdiri dari kristal alumino silikat terhidrasi yang mengandung kation alkali atau alkali tanah dalam kerangka tiga dimensi. Ion-ion logam tersebut dapat diganti oleh kation lain tanpa merusak struktur zeolit dan dapat menyerap air secara reversibel. Zeolit biasanya ditulis dengan rumus kimia oksida atau berdasarkan satuan sel kristal M2/nO Al2O3 a SiO2 b H2O atau Mc/n {(AlO2)c(SiO2)d} b H2O. Dimana n adalah valensi logam, a dan b adalah molekul silikat dan air, c dan d adalah jumlah tetrahedra alumina dan silika. Rasio d/c atau SiO2/Al2O bervariasi dari 1-5. Zeolit tidak dapat diidentifikasi hanya berdasarkan analisa komposisi kimianya saja, melainkan harus dianalisa strukturnya. Struktur kristal zeolit dimana semua atom Si dan Al dalam bentuk tetrahedra (TO4) disebut Unit Bangun Primer, zeolit hanya dapat diidentifikasi berdasarkan Unit Bangun Sekunder (UBS) sebagaimana terlihat pada Gambar 2.

17

Gambar 2. Tetrahedra Alumina dan Silika (TO4) Pada Struktur Zeolit a. Spesifikasi Penggunaan Zeolit Bahan galian zeolit banyak digunakan dalam bidang industri, seperti : industri kertas, pupuk, penyerap limbah dan lain lain. Penggunaan zeolit untuk berbagai keperluan harus memenuhi spesifikasi dan standar tertentu.

Tabel 7. Spesifikasi Zeolit Untuk Industri Kertas No Parameter 1 Analisis kimia: - SiO2 - Al2O3 - Fe2O3 - CaO, MgO - TiO2 - Na2O - K 2O - LOI 2 Analiss fisika - Ukuran butir : 300 mesh + 10 mesh - 5 mesh - Kecerahan - pH Prosentase (%) 55-56 28-30 0,5 2 0,03 0,05 7 6-7 0,05 25 54 70-73 9,1-9,3

-

Industri Pengeringan : Jenis zeolit Ukuran butir Pengaktifan : : : Klinoptilolit 3,5 mm Pemanasan pada temperatur 6000C

18

-

Volume penyerapan uap air :

12% berat

Pemurnian Udara/Oksigen : Jenis zeolit Pengaktifan Ukuran butir Kekerasan : Mordenit : Pemanasan pada temaperatur 500-600 0C : -3+8 mesh : Tinggi

-

Pengontrol Limbah : a. Limbah Radioaktif : Jenis zeolit Unsur yang diserap Ukuran butir : Klinoptilolit : Cesium, Stronsium : 20-50 mesh

b. Limbah Rumah Tangga : Jenis zeolit Unsur yang diserap : Klinoptilollit : - NH4 (amoium) - logam berat Ukuran butir : 20-50 mesh

c. Limbah Peternakan : Jenis zeolit Unsur yang diserap Ukuran butir : Klinoptilolit : NH4 (amonium) : 100 mesh

d. Penangkapan Gas SO2 : Pada cerobong asap pabrik asam sulfat dan PLTU batubara : Jenis zeolit Daya serap Pengaktifan Ukuran butir : Klinoptilolit : 200mg SO2 zeolit pada kondisi statik : pemanasan pada temperatur 500-6000C : 50-85 mesh

19

-

Imbuh Makanan Ternak : Cara penggunaan; zeolit digerus sampai ukuran -200 mesh, bunga matahari digerus dan kemudian kedua bahan tersebut dicampur dengan rumput.

2.4.4. BentonitBahan galian bentonit telah dikenal di Indonesia sejak diawalinya aktivitas pemboran minyak bumi pada satu abad yang lampau. Riyanto (1992), menyebutkan bahwa bentonit merupakan istilah dagang untuk sejenis lempung yang sebagian besar atau seluruhnya tersusun oleh mineral montmirolonit. Sukandarrumidi (1999), menyebutkan bentonit adalah jenis lempung yang 80% lebih terdiri dari mineral montmorilonit (NaCa)0.33 (Al.Mg)12 Si4 O10 (OH)2 H2O, bersifat lunak (kekerasan 1 pada skala Mohs, berat jenis antara 1,7 2,7, mudah pecah, terasa berlemak, mempunyai sifat mengembang apabila kena air). Sifat bentonit, antara lain : 1. Berkilap lilin umumnya lunak, plastis dan sarang. 2. Berwarna pucat dengan kenampakan putih, hijau muda, kelabu, merah muda dalam keadaan segar dan menjadi krem bila lapuk yang kemudian berubah menjadi kuning, merah coklat serta hitam. 3. Bila diraba terasa licin seperti sabun dan kadang-kadang pada permukaannya dijumpai cermin sesar. 4. Bila dimasukan ke dalam air akan menghisap air sedikit atau banyak. 5. Bila kena hujan singkapan bentonit berubah menjadi bubur dan bila kering menimbulkan rekahan yang nyata.

20

a. Sifat Fisik Bentonit Secara umum bentonit dapat dibedakan menjadi 2 (dua) bentonit Na dan bentonit Ca. Jenis bentonit tersebut berbeda fungsi di dalam penggunaannya. Penggunaan bentonit untuk keperluan industri terutama berdasarkan sifat fisiknya. Diantara sifat fisik yang sangat penting adalah : kapasitas tukar kation, daya serap, luas permukaan, reologi sifat mengikat dan melapis serta plastisitas. Bentonit banyak digunakan dalam bidang industri, terutama industri pengolahan minyak kelapa sawit, pengecoran logam, lumpur pemboran dan industri lainnya. Tabel 8. Spesifikasi Kimia Bentonit pada Industri Minyak Nabati Senyawa Kimia Bentonit SiO2 Al2O3 Fe2O3 TiO2 CaO MgO K 2O Na2O Bahan habis terbakar Bleaching power Prosentase senyawa kimia Bentonit Pada Industri Minyak Nabati (%) 37,88-64,43 13,24-19,68 3,23-7,03 0,07-0,70 2,14,-15,4 1,68-2,21 0,48-1,58 0,12-0,53 12,46-21,76 25,38-38,11

2.4.5. Batugamping Batugamping dikenal sebagai batukapur merupakan bagian dari batuan karbonat yang disusun dominan oleh mineral-mineral karbonat (R.P. Kusumadinata, 1981). Penyusun utama batugamping adalah mineral kalsit (CaCo3), sedangkan mineral karbonat lain yang dapat hadir adalah dolomit (Ca Mg (Co3)2), aragonit (CaCO3), kalsit yang kaya akan magnesit,

21

magnesit (MgCO3) dan siderit (FeCO3). Mineral lainnya dapat juga hadir sebagai mineral pengotor yang terbentuk pada saat pengendapan, seperti mineral lempung dan kwarsa (silika). Batugamping merupakan salah satu mineral industri yang banyak digunakan oleh sektor industri ataupun kontruksi dan pertanian, antara lain untuk bahan bangunan, batu bangunan, bahan penstabil jalan raya, pengapuran untuk pertanian, bahan keramik, industri kaca, industri semen, pembuatan karbid, peleburan dan pemurnian baja, bahan pemutih dalam industri kertas (pulp) dan karet, pengendapan bijih logam non-ferrous dan industri gula.

Tabel 9. Persyaratan Kapur Tohor Untuk Pembuatan Kertas UnsurCaO minimum MgO maksimum Fe2O3 + Al2O3 + SiO2 maksimum

Kapur Tohor A Batugamping92,5 % 2,5 % 3,0 %

Kapur Tohor B Dolomit55,4 % 39,6 % 3,0 %

2.4.6. Pasir KwarsaPasir kwarsa memegang peranan cukup penting bagi industri, baik sebagai bahan baku utama maupun sebagai bahan penolong pada proses pengolahan industri. Sebagai bahan baku utama pasir kwarsa digunakan pada industri semen, bata tahan api (refraktori), silikon karbida, pasir filter, kertas amplas, kaca lembaran dan barang pecah belah. Sebagai bahan baku penolong umumnya digunakan sebagai bahan pengecoran logam. Pasir

22

kwarsa merupakan hasil pelapukan dari batuan yang mengandung mineral utama, seperti kwarsa dan feldsfar. Hasil pelapukan kemudian tertranspor dan tercuci oleh air dan angin yang terendapkan pada daerah yang rendah, seperti : tepi sungai, danau dan laut. Di alam pasir kwarsa ditemukan dengan kemurnian yang bervariasi, bergantung kepada proses pembentukannya, disamping adanya material lain yang ikut terendapkan. Material lain tersebut bersifat sebagai pengotor dan memberi warna pada pasir kwarsa dalam hal ini akan menentukan tingkat kemurniannya. Umumnya di alam dijumpai dengan berbagai ukuran yaitu 0,06 mm (halus) 2 mm (kasar). Pengolahan mineral kwarsa bertujuan untuk memperoleh spesifikasi yang diinginkan dengan cara pencucian. Pencucian adalah salah satu metode pengolahan yang bertujuan untuk menghilangkan senyawa-senyawa pengotor. Pasir kwarsa dapat langsung digunakan sebagai pasir cetak (umumnya berbutir halus).

Tabel 10. Spesifikasi/Persyaratan Pasir Kwarsa Sebagai Bahan Keramik Spesifikasi Silika Keramik di Jepang Table Ware Barang Seni Ubin (%) (%) (%) >98 >98 >98