Top Banner
12 8 18 22 TITIAN INFORMASI INDONESIA - JEPANG WISATA PENDIDIKAN RESTO PERISTIWA Publikasi dalam Kelompok The Daily Jakarta Shimbun Berlangganan [email protected] Iklan [email protected] Nomor Promosi Bertransformasi, atau Kandas Edisi Juni 2013/I Terbit 24 Halaman halojepang @halojepang untuk warta harian klik www.halojepang.com Liputan Utama 4 Hal 3 Itoh Chubei, pendiri Itochu & Marubeni. Iwasaki Yataro, pendiri Mitsubishi Group. Masuda Takashi, presiden direktur pertama Mitsui.
24

Tabloid Halojepang Juni 2013

Aug 09, 2015

Download

News & Politics

halojepang
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Tabloid Halojepang Juni 2013

128 18 22

TiTian informasi indonesia - Jepang

WISATA PENDIDIKAN RESTOPERISTIWA

Publikasi dalam Kelompok The Daily Jakarta Shimbun

[email protected]

[email protected]

Nomor Promosi

Bertransformasi, atau Kandas

Edisi Juni 2013/I

Terbit 24 Halaman

halojepang

@halojepang

untuk warta harian klikwww.halojepang.com

Liputan Utama 4 Hal 3

Itoh Chubei, pendiri Itochu & Marubeni. Iwasaki Yataro, pendiri Mitsubishi Group. Masuda Takashi, presiden direktur pertama Mitsui.

Page 2: Tabloid Halojepang Juni 2013

Tulisan yang Lebih Bermanfaat

dan Inspiratif

HaloJepang! sudah cukup informatif dan menarik, antara lain karena menyajikan cukup banyak pemaparan tentang perusahaan-perusahan Jepang yang telah, sedang

dan akan berekspansi ke Indonesia.

Topik yang diangkat tabloid ini sebaiknya termasuk hal-hal yang memberi manfaat pada bidang industri di Indonesia, terutama industri kecil dan menengah mengingat sebagian besar pelaku industri di negeri ini ada dalam kategori kecil dan menengah.

Ke depan, saya berharap HaloJepang! juga memaparkan lebih banyak tren fesyen, kerajinan tangan dan perkembangan teknologi.

Di pihak Indonesia, mungkin banyak juga yang ingin memahami lebih lanjut tentang filosofi kerja warga Jepang termasuk cara mereka bangkit dengan cepat

dan maju setelah Perang Dunia II. Pembahasan tentang hal tersebut di tabloid ini tentunya bakal menarik.

Selanjutnya, saya berharap HaloJepang! akan secepatnya lebih luas diterima di kalangan masyarakat Indonesia.

Arif PurnomosidiStaf JETRO

L ebih dari seabad per seroan dagang ter-integrasi asal Je-pang, sogo shosha

berbisnis di Indonesia. Se-bagian besar dari masa itu difokuskan untuk membe-li produk hasil bumi atau memproduksi barang di ne-geri ini untuk kemudian di jual kembali ke Jepang atau negara lain.

Namun beberapa tahun terakhir, mereka agaknya juga harus mulai mengan-

dalkan jurus lain alias ber-transfromasi agar mampu mempertahankan kejaya-annya. HaloJepang! kali ini berupaya menelisik sejauh mana transformasi itu—khususnya di Indonesia— telah berlangsung.

Tak lupa tabloid ini juga menggali informasi tentang sejarah jaringan konglome-rasi khas Jepang ini di tanah air melalui seorang nara-sumber senior yang telah aktif sejak masa pemerintah-

an Presiden Sukarno.Hayase Masato, Supervi-

sor Manga Production De-partment di Ishimori Pro-ductions Ltd, sementara itu, hadir di rubrik Figur dan mengungkapkan keinginan untuk mengulang kesuk-sesan Tokusatsu Jepang di Indonesia.

Juga dipaparkan ba-gaimana mimpi masa kecil Josaphat Tetuko Sri Suman-tyo, anak instruktur Pasukan Khas TNI-AU untuk membu-

at radar kemudian memba-wanya ke Chiba University dan menciptakan pesawat tanpa awak.

Selain itu, juga ada artikel tentang program stu-di Japanology untuk tingkat pasca sarjana di Kokushikan University sementara be-berapa rubrik menarik ten-tang wisata, kuliner hing-ga budaya, juga tampil untuk menginformasikan dan menghibur pembaca.

Selamat menyimak!

Dari RedaksiPenerbit:PT Bina Komunika Asiatama

Penasihat:Riris I SilamUeno TaroHaishima Katsuhiko

Tim Redaksi

Redaktur Pelaksana:Arry Raymonds

Staf Redaksi:Nova Auliatun NisaBeny HalfinaMeiskhe FratelBunge Sujika Hakiki

Artistik:Agus HA MediantoAbdul GafurRevolita RizalMarizki A Alhaz

Email :[email protected]

Bagian Iklan:Ekana Yulianti Ota TsutomuShimizu Jumpei

Telp : (021) 230-3830Fax : (021) 230-3831

Alamat RedaksiMenara Thamrin Suite 305Jl M H Thamrin Kav 3Jakarta 10340, Indonesia.

Daftar Isi

Erratum

3 Liputan Utama Bertransformasi, atau Kandas

8 Peristiwa Siasat Pendiri NU Hadapi Tentara Jepang

12 Wisata Aset Tradisional daerah Chubu

18 Pendidikan Kokushikan University

22 Resto MIka Bistro

23 Budaya Kurumi-e

2 Juni 2013

PENGANTAR

Suara Pembaca

PeRemPUan PenangkaP Ikan ayU

Selama lebih dari 1.300 tahun penangkapan ikan Ayu di Kota Inuyama, Prefektur Aichi—dikenal sebagai Kisogawa Ukai—selalu dilakukan kaum lelaki. Namun, tahun ini menjadi berbeda karena untuk pertamakalinya perempuan ditunjuk melakukan ritual ini.

Inayama Kotomi (23 tahun), merupakan perempuan keenam yang ditunjuk sebagai

penangkap ikan Ayu dalam perayaan Ukai di Jepang. Namun, ia yang pertama dalam tradisi Kisogawa Ukai.

Ikan Ayu merupakan ikan khas musim panas yang rasanya manis. Festival Ukai disebut-sebut sebagai penanda awal musim panas di suatu daerah. Tradisi ini dilaksanakan di sejumlah wilayah Jepang, dan menjadi daya tarik wisatawan karena cara menangkap ikan yang unik, yakni dengan menggunakan burung Umiu (Phalacrocorax capillatus).

Dalam tradisi Ukai, burung Umiu dipasangi cincin di leher, sehingga ikan Ayu yang tertangkap tidak langsung tertelan. Seorang penangkap ikan Ayu dalam tradisi ini biasanya mengendalikan 5-10 ekor burung Umiu.

Kyodo

Pada edisi Mei, di hal 3 pada keterangan foto seharusnya tertulis Peringatan Hari Kebersamaan Keluarga PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia dan PT Toyota Astra Motor.

Page 3: Tabloid Halojepang Juni 2013

Oleh Arry Raymonds

L aiknya kiprah sogo shosha di wilayah lain, di Indonesia pun me-reka mulanya masuk

pada abad ke-20 sebagai per-usahaan pedagangan umum (general trading) komoditas hasil alam untuk keperluan ekspor. Namun, formula yang membawa kejayaan di tahap awal itu belakangan menemui sejumlah tantangan. Beruntung pada saat nyaris bersamaan ke-las menengah di nege-ri ini membesar pesat serta berujung pada kesempatan bisnis amat menjanjikan.

Sogo shosha—Mitsubishi, Mitsui, Sumitomo, Marubeni, Itochu, Sojitz, dan Toyota Tsusho—se-bagai merek (brand) mungkin tak terlalu tenar di Indonesia, namun proyek yang mereka tangani sejak dasawarsa 60-an sejatinya sangat mewarnai pe-ngembangan industri nasional karena dalam banyak kasus mereka juga menjalankan pe-ran sebagai pionir strategis.

Iseda Junichi, Senior Vice President Chief Regional Offi-cer Indonesia and Papua New Guinea Mitsubishi Corporation menjelaskan, saat awal berbis-nis di negeri ini pada 1919, Mitsubishi membeli produk seperti gula dan mengeks-pornya ke Jepang, selanjutnya mengimpor berbagai barang dari sana untuk dijual ke pasar domestik. Tapi sejak sekitar 30 tahun silam perusahaan mulai

berinvestasi di sektor manufak-tur dan sumber daya alam.

“Dalam beberapa tahun ter-akhir perekonomian Indonesia tumbuh pesat, dan pasar kon-sumen domestik terus berkem-bang didorong bertambahnya jumlah kelas menengah yang kini diperkirakan mencapai 120 juta orang. Pada masa lalu, sektor ini belum terlalu atraktif, tetapi bakal segera menjadi sa-ngat penting bagi kami,” ung-

kap Iseda.Menurut pria kelahiran

Tokyo ini, sektor yang disasar Mitsubishi di pasar konsumen, adalah produk pertanian dan perikanan serta tekstil, kedua-nya berada di bawah unit bisnis living essentials, yang ditujukan untuk jangka panjang, karena investasinya termasuk dalam rantai nilai (value chain invest-ment) di mana modal ditanam baik di sisi pemasok, grosir maupun eceran atau ritel. “Seperti di industri manufaktur, kami akan mengembangkan-nya bersama mitra lokal untuk jangka panjang.”

Ditanya tentang alasan yang mendasari transformasi

bisnis Mitsubishi di Indonesia, Iseda menyatakan, sektor tam-bang seperti nikel dan batubara memang masih bisa diharap-kan bertumbuh. Tetapi, untuk eksplorasi minyak dan gas per-tumbuhannya sudah berhenti, bahkan Indonesia sudah mulai mengimpor kedua komoditas tersebut.

“Mitsubishi tentunya ber-upaya memperluas bisnis di pa-sar konsumen, tapi tetap akan mempertahankan sektor yang telah lebih dahulu digarap. Pengalaman kami di sektor ri-tel sebelumnya memang masih sedikit, namun pasar terus me-ningkat dan kami menilainya sebagai peluang yang harus di manfaatkan.”

Investasi Mitsubishi di unit bisnis living essentials yang sedang dan akan beroperasi, antara lain adalah minimarket Lawson, yang dikelola PT Sum-ber Alfaria Utama Tbk, dengan kepemilikan saham Mitsubishi Corp sebesar 9,09% dan Uniq-lo, gerai pakaian kasual, di mana Mitsubishi berpatungan dengan Fast Retailing Co Ltd.

Sementara itu, Morimatsu Takehiko, Executive Director and General Manager PT Mit-sui Indonesia menilai, perluas-an bisnis ke sektor consumer

goods yang dilakukan perusahaannya dipicu jumlah kelas mene-ngah yang sekitar 120 juta-130 juta itu ser-ta daya belinya terus tumbuh.

“Ke depannya In-donesia akan menjadi pasar menarik, bu-kannya sekedar loka-si produksi atau pe-masok sumber daya alam. Ini jelas merupa-kan perubahan besar

dibanding era Sukarno dan Soe-harto,” ungkap pria asal Osaka ini. “Jumlah warga dengan kesanggupan membeli serta memakai lebih banyak produk, semakin bertambah. Karena itu, kami akan berfokus untuk

memenuhi hal-hal yang mereka butuhkan serta mengubah kiat bisnis dengan menyasar sektor ritel juga. Tetapi untuk strategi dasarnya tidak ada perubahan, masih menangani bisnis energi dan industri dasar,” jelasnya.

Tentang investasi di pasar konsumen di Indonesia, Mori-matsu menjelaskan Mitsui ke depannya berencana mendiri-kan perusahaan patungan de-ngan fokus pada segmen kelas

menengah.Namun, soal jumlah modal

yang bakal dibenamkan tentu tergantung pada jenis proyek dan industri yang digarap ser-ta—tentunya—jenis risiko yang dihadapi di masa mendatang. “Itu sebabnya, kami ingin ber-bagi dengan mitra lokal yang dapat diandalkan,” katanya.

Untuk bisnis baru, kini sistemnya memang masih trial and error, “Jika kami melaku-kan investasi dan tidak ada laba, maka kami akan berhenti dan mencari bisnis baru. Me-mang ini kiat jangka pendek, hanya tiga sampai lima tahun. Selanjutnya mungkin kami akan ikut serta dalam manaje-men perusahaan mitra lokal, dan berupaya meningkatkan

nilainya.”Selain Mitsubishi, dan Mit-

sui, sogo shosha lain yang juga mengincar bisnis ritel dan telah berinvestasi di sek-tor ini termasuk Itochu di minimarket Family Mart, Sum-itomo di situs belanja daring sukamart.com, dan Sojitz di Nippon Sari Corporation yang memproduksi Sari Roti serta PT Nissinmas Indonesia, pro-dusen mie instan.•

Bertransformasi, atau KandasJaringan perusahaan raksasa dengan kaki dan tangan di berbagai belahan dunia tak bebas tantangan. Demikian pula dengan sogo shosha, perseroan terintegrasi khas Jepang, yang selama 30 tahun terakhir lebih banyak berinvestasi di bidang energi dan manufaktur di Indonesia namun kini juga melirik segmen consumer goods.

3Juni 2013

LIPUTAN UTAMA

PLTU Tanjung Jati B di Muria, Jepara, Jawa Tengah

FamilyMart

Sari Roti

HaloJepang!/Ueno Taro

Page 4: Tabloid Halojepang Juni 2013

PT Itochu Indonesia

PT Aneka Tuna indonesia

Karawang International Industrial City

PT Suzuki Finance Indonesia

PT Hexindo Adiperkasa Tbk

PT Bhimasena Power Indonesia

PT Wynncor Bali

PT Aneka Co�ee Industry

ITOCHUPT Kaltim Pasi�k Amoniak

PT Amoco Mitsui PTA

PT Yamaha Indonesia Motor Mfg

PT Bussan Auto Finance

PT Wisma Nusantara International

PT Paiton Energy Company

PT Misaja Mitra

PT Agro Green Asia

MITSUIPT Tanjung Enim Lestari Pulp And Paper

PT Musi Hutan Persada

PT Matlamat Cakera Canggih

PT Megalopolis Manunggal Industri/

MM2100

PT Surya Artha Nusantara Finance

PT Astra Multi Truck Indonesia

PT Fukusuke Kogyo Industry

PT Iroha Sidat Indonesia

MARUBENIPT Metal Ore & ITS Group JVs

PT Kaltim Methanol Industri

PT Takagi Sari Multi Utama

PT Nippon Indosari Corporation Tbk

PT Nissinmas

PT Primatexco Indonesia

PT Puradelta Lestari

PT Berau Coal

SOJITZTangguh LNG

PT Indonesia Asahan Aluminium

PT Smelting

PT Asahimas Chemical

PT Kansai Paint Indonesia

PT Kramayudha Tiga Berlian

PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk

PT Fast Retailing Indonesia

MITSUBISHIPT Super Steel Karawang

PT Summit Oto Finance

PT Traktor Nusantara

PT Sumisho E-Commerce Indonesia

PT East Jakarta Industrial Park

PT Central Java Power

PT Newmont Nusa Tenggara

PT Sumitronics Indonesia

SUMITOMO

1858 - Itoh Chubei mendirikan perusahaan dagang linen, cikal bakal Itochu1914 – Reorganisasi perusahaan menjadi C. Itoh & Co.1951 – Kantor perwakilan Jakarta dibuka1992 – Penggunaan nama internasional, Itochu Corporation

1876 – 1 Juli 1876, Kelahiran Mitsui & Co1901 – Pertama kali mengirim staf ke Pulau Jawa untuk mencari informasi1944 – Kantor cabang di Indonesia ditutup1965 – Membuka kembali kantor di Jakarta

1858 – Itoh Chubei mengawali bisnis perdagangan linen1949 – Pendirian Marubeni Co Ltd1972 - Penggantian nama menjadi Marubeni Corporation1993 – Marubeni Indonesia didirikan

1870 – Iwasaki Yataro, memulai bisnis pengirim-an barang1919 – Mulai beraktivitas di Indonesia1968 – Mengerjakan proyek pengembangan LNG di Brunei1971 – Berganti nama internasional menjadi Mitsubishi Corp

Abad 17 – Sumitomo Masatomo membuka toko buku dan obat1919 – Osaka Hokko Kaisha Ltd perusahaan cikal bakal berdiri1938 – Kerjasama dengan Belanda mengirim bauksit dari Sumatera ke Jepang1945 – Pasca perang, bertransisi ke perusahaan perdagangan umum

1892 – Japan Cotton Trading Co Ltd, cikal bakal Nichimen Corporation berdiri1928 – Nissho Company, cikal bakal Nisshoiwai Corporation berdiri2004 – Sojitz Holding Corporation terbentuk dari a�liasi Nichimen Corpora-tion dan Nisshoiwai Corporation2005 – Penggantian nama menjadi Sojitz Corporation

Sejumlah anak Perusahaan & Perusahaan Tera�liasi

Serangkaian Langkah Bersejarah

4 Juni 2013

LIPUTAN UTAMA

Jejak Sogo Shosha di NusantaraOleh Nova Auliatun Nisa

P erkembangan sogo sho sha yang luar biasa tentunya tidak terlepas dari sejarah mereka

yang panjang. Sebagian besar bahkan telah berdiri sebelum Perang Dunia (PD) II dimulai, seperti Mitsubi shi, Mitsui, dan Sumitomo, yang kini menjadi tiga sogo shosha dengan aset terbesar di dunia.

Setiap perusahaan ini awal-nya bergerak hanya di satu bi-dang yang berbeda satu sama lain. Sumitomo yang berdiri di abad 17, misalnya, pertama kali membuka usaha penjual-an buku dan obat, sementara Mitsubishi menjalankan bisnis pengiriman barang (shipping) sejak 1873, sedangkan Mitsui lebih memfokuskan diri pada bisnis ekspor-impor sejak 1876.

Namun, beberapa tahun kemudian ketiganya mulai me-rambah bidang lain, dengan berbagai informasi sebagai mo-dal utama dan menjadikan me-reka sogo shosha.

“Kalau diartikan mudah, sogo shosha merupakan per-

usahaan perdagangan multi bidang. Sogo artinya kumpu-lan atau integrasi sedangkan shosha berarti perusahaan tra ding (perdagangan). Mere-ka menguasai semua bidang, namun tidak menghasilkan suatu produk sendiri. Modal utamanya adalah berbagai in-formasi yang mereka dapat me-lalui penyelidikan sendiri,” ujar Kirishima Masaya, Director PT Japan Medical Health, yang se-belumnya be kerja di Tonichi Boeki dan memiliki pengalam-an bekerjasama dengan sogo shosha.

Kirishima menambahkan, sogo shosha telah lama ada di Nusantara bahkan sebelum dirinya datang ke Indonesia pada 1960-an, saat ikut serta dalam proyek pembangunan Jakarta.

Sejarah menunjukkan Mit-sui adalah sogo shosha pa-ling awal yang menginjakkan ka kinya di Indonesia, yakni pada 1901, saat mengirim per-wakilan ke Pulau Jawa untuk meninjau dan mengumpul-kan informasi. Dalam waktu singkat, Mitsui menjadi sogo

shosha pertama yang meraih keberhasil an dalam menjalan-kan bisnis di kepulauan amat luas yang saat itu masih menja-di wilayah jajahan Belanda.

Menurut harian berbahasa Belanda ‘Het nieuws van den dag’ yang diterbitkan 25 Juni 1910, Mitsui bahkan kerap me-lakukan bisnis serta menjadi perantara jual-beli antara Peme-rintah Belanda dan Jepang dan juga melaksanakan kegiatan impor, transaksi keuangan per-bankan, hingga hasil tambang dari atau ke Jepang. Kemudian pada 1917 Mitsui mendirikan kantor pertama di Surabaya de-ngan fokus mengembangkan bisnis gula tebu. Disusul Mitsu-

bishi pada 1919.Melihat keberhasilan Mit-

sui, pada periode 1920-1930an sejumlah perusahaan Jepang, termasuk Sumitomo, kemudian mulai mengirim staf pula ke be-berapa wilayah seperti Suma-tera, Borneo (Kalimantan), Jawa dan Sulawesi untuk meninjau kemungkinan menjalankan bis-nis di Indonesia.

Pada masa PD II, ketiga sogo shosha besar ini juga tu-rut membantu Pemerintah Je-pang dalam memasok berba-gai perlengkapan perang atau keperluan tentara di berbagai wilayah, termasuk di Indonesia.

Setelah Jepang menyerah, sebagian besar perusahaan

Jepang di tanah air ditutup, dan semua staf dipulangkan. Per-usahaan Jepang mulai kembali beroperasi di Indonesia atau mengirimkan stafnya pada 1951, ditandai dengan kehadir-an kantor Itochu di Jakarta. Se-mentara Mitsui baru membuka cabang di ibukota negara pada 1955.

Pada masa kepemimpin-an Presiden Sukarno, sejumlah perusahaan Jepang termasuk sogo shosha ikut serta dalam proyek pembangunan bebe-rapa gedung terkenal, antara lain Hotel Indonesia, Jembatan Semanggi, Gedung Sarinah, Sta-dion Senayan, Bendungan Ja-tiluhur, Hotel Samudra Beach, Hotel Ambarukmo Yogyakarta, Hotel Bali Beach dan Hotel Sa-nur Beach di Bali, meski dana yang digunakan berasal dari pampasan perang Jepang.

Sejak hubungan diplomasi Indonesia dan Jepang dipulih-kan pada 1958, semakin ba-nyak saja perusahaan Jepang, termasuk yang berkategori sogo shosha, beroperasi di In-donesia, dan berkembang pesat hingga sekarang.•

Sejumlah koran lama yang mengangkat pemberitaan tentang sogo shosha di Indonesia.

Sebagai konglomerasi kelas dunia, sogo shosha memiliki riwayat perjalanan yang cukup panjang, melampaui berbagai era dan tonggak perubahan. Bermula dari kegiatan bisnis umum yang relatif sederhana seperti perdagangan linen, pengelolaan toko buku dan obat serta pengiriman barang

melalui ekspedisi laut kini merambah nyaris semua lini bisnis di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia.

Kehadiran mereka di negara kepulauan terbesar di dunia ini, bahkan telah berlangsung sejak sebelum apa yang disebut sebagai Republik

Indonesia terbentuk.Berikut tabel yang melukiskan titik-titik

terpenting dalam kiprah panjang enam sogo shosha yakni Itochu, Mitsui, Marubeni, Sojitz, Mitsubishi dan Sumitomo di tingkat dunia maupun di Indonesia.

Page 5: Tabloid Halojepang Juni 2013

5Juni 2013

LIPUTAN UTAMA

Oleh Arry Raymonds

S ejumlah perusahaan Indonesia yang mem-perlihatkan kinerja baik telah digandeng sogo

shosha untuk menggarap pasar konsumen domestik, seperti PT ASA Foodnesia Abadi yang mendapat suntikan modal dari Mitsui untuk pengembangan bisnis bakery dan PT Global Mediacom Tbk (MNC Group) yang bekerja sama dengan Ito-chu di industri media.

Andreas Sutanto, President and Chief Executive Officer (CEO) ASA Foodnesia Abadi menjelaskan, proses penja-jakan sampai ada kesepakatan bekerjasama membutuhkan waktu sekitar setahun. Setelah dimulai dirinya belajar banyak mengenai tata kelola perusa-haan dari Mitsui. “Setiap bulan ada pertemuan dewan direksi dengan delegasi dari kantor pusat, dengan topik bahasan yang terfokus pada pengem-bangan bisnis, aspek teknologi serta pengembangan jejaring. Bagi kami, itu semua kesem-patan baik karena memungkin-

kan kami belajar lebih jauh.”“Sebagai contoh, di Jepang

ada anak perusahaan Mitsui yang mengelola pendistribu-sian produk segar harian untuk 7-Eleven. Buat kami itu menja-di kesempatan berbagi infor-masi yang penting karena kami harus memasok roti tanpa pe-ngawet yang bakal kadaluwar-sa dalam 2-3 hari saja,” ungkap Andreas.

Lebih lanjut, ia menjelaskan perusahaannya berbeda de-

ngan perusahaan roti lain yang kebanyakan berbasis industri rumah tangga. ASA Foodnesia Abadi telah memiliki sertifikat ISO 22.000 (untuk standar ke-amanan makanan), yang setiap enam bulan diaudit.

“Perusahaan kami berdiri sejak 2012, dan awalnya fo-kus ke segmen bisnis-ke-bisnis (B2B), dengan memasok frozen and fresh food products ke se-jumlah hypermart. Mulai akhir tahun lalu kami juga masuk

ke pasar ritel dengan mem-buka gerai Pane del Giorno di kawasan perkantoran dan re-sidensial. Tahun ini ditargetkan 60 gerai dibuka dan diharap-kan dalam empat tahun akan ada 1.000 gerai dan setelah itu kami akan melakukan pe-nawaran saham perdana (IPO),” kata Andreas.

Berbeda dengan ASA Food-nesia Abadi yang bergerak di sektor makanan, kerjasama Itochu dan Global Mediacom mencakup bidang media. Un-tuk tahap awal dikembangkan tokoh superhero Indonesia yang akan ditayangkan di tele-visi dengan target pemirsa seg-men anak-anak.

Reino R Barack, Senior Vice President Business Develop-ment PT Global Mediacom Tbk menjelaskan, penjajakan dimulai sejak 2011, dan setelah meng-kaji sejumlah kemungkinan, Itochu memperkenalkan produ-sen film Ishimori Productions, produsen film Tokusatsu, atau film dengan efek khusus,kepada MNC. Itochu adalah pemilik sejumlah saham di Ishimori Productions.

“Kerjasama MNC dengan Ishimori ditujukan untuk me-ngembangkan tokoh superhero khas Indonesia, yakni Bima Sa-tria Garuda. Selanjutnya Itochu berperan sebagai pengelola master license, yang mena-ngani semua penjualan lisensi produk, karena mereka me-mang yang memiliki keahlian di bidang itu. Staf Itochu yang ditempatkan di Ishimori juga turut membantu menjembatani komunikasi dengan MNC,” ungkap Reino.

Bima Satria Garuda akan diproduksi MNC Pictures yang untuk tahap awal sebanyak 26 episode, akan ditayangkan di RCTI mulai akhir Juni.

“Ini proyek pertama dengan Itochu di bidang media, tetapi juga terkait dengan ritel, ka-rena kami juga menggandeng Bandai untuk menjual mainan. Belum ada target tertentu da-lam kerjasama ke depan de-ngan Itochu karena sebelum-nya tidak ada perusahaan media yang melakukannya. Ini baru proyek pertama, mudah-mudahan akan ada proyek berikut,” ucap Reino.•

Bermitra di Pasar Konsumen

Andreas Sutanto CEO Asa Food targetkan penawaran saham perdana dalam 4 tahun.

HaloJepang!/Arry Raymonds

Page 6: Tabloid Halojepang Juni 2013

6 Juni 2013

RINGKAS BISNIS

Page 7: Tabloid Halojepang Juni 2013

7Juni 2013

RINGKAS BISNIS

Page 8: Tabloid Halojepang Juni 2013

8 Juni 2013

PERISTIWA

L ambatnya realisasi proyek besar untuk menangani ke-macetan di Jakarta, men-

dorong Kementerian Pekerjaan Umum mencari alternatif berupa pelaksanaan proyek perbaikan skala kecil, untuk segera mengu-rangi volume lalu lintas ibukota. Untuk ini, produsen otomotif asal Jepang juga dilibatkan.

Dalam pemaparan proyek pertengahan Mei, sejumlah pembicara dari konsultan teknik sipil dan perusahaan otomotif mengungkapkan berbagai ke-giatan percontohan yang telah dilaksanakan, dan terbukti dapat mengurai kemacetan di bebe-rapa titik kepadatan lalu lintas Jakarta.

Watanabe Masato Project Development Department Ka-tahira & Engineer International, perusahaan konsultan teknik si-pil menyampaikan manfaat dari perbaikan dan modifikasi skala kecil, seperti mengubah bentuk persimpangan, dan secara ketat menegakkan aturan pengguna-

an jalur lalu lintas. Hal ini dipasti-kan berdampak pada penurunan kemacetan lalu lintas, seperti di perempatan Melawai.

Perbaikan skala kecil sangat praktis dan lebih mudah diimple-mentasikan karena tidak mem-butuhkan akuisisi tanah, bisa ce-pat dilaksanakan dan berbiaya rendah, ucap Watanabe.

Sementara Dr Yoshioka Akira Group Leader Technical Rese-arch Division Toyota Info Tech-nology Centre Co Ltd yang sudah melaksanakan riset di Jl Rasuna Said dengan mengaplikasikan program matematika dalam si-mulasi lalu lintas, menyimpulkan pemilihan titik perubahan jalur dan putar balik dapat lebih diop-timalkan guna menurunkan kon-sumsi bahan bakar hingga 15%.

Proyek ini merupakan bagian dari program tanggung jawab so-sial perusahaan (CSR) dan men-cakup dua prioritas: mengantisi-pasi kecelakaan dan mengatasi kemacetan. “Saat ini, kemacetan merupakan persoalan utama di

sejumlah negara Asia Tenggara, sehingga kami tergerak untuk ikut berupaya mencari solusi,” ujar Yoshioka.

Selanjutnya Koshizen Taka-masa Project Leader Honda R&D Co Ltd Automobile R&D Centre memperkenalkan aplikasi tele-pon seluler (ponsel) pintar yang dapat memperbaiki cara berken-dara guna mengurangi kemacet-an di jalan raya serta menekan konsumsi bahan bakar. Hal ini te-lah diuji coba awal Maret di ruas jalan tol Bintaro.

Menurut Koshizen, awalnya proyek ini direncanakan di tiga negara: Jepang, Italia dan Indone-sia. “Namun, di Italia kami meng-hadapi kendala berupa kurangnya respon pihak kepolisian, sementa-ra di Jepang memang telah diber-lakukan peraturan yang melarang pengemudi melihat ke arah lain saat berkendara,” katanya.

Di Indonesia respon pihak kepolisian cukup baik, sehingga proyek ini bakal diterapkan di sini, ujarnya.=

Perbaikan Kecil untuk Atasi Kemacetan Jakarta

Sistem Bursa Rusak, Gaji Pejabat Dipotong

Melihat aksi-aksi demons-trasi untuk membebaskan ayahnya dari penjara di markas Kempeitai (Korps Polisi Mili-ter) tidak berhasil, bahkan me-makan korban jiwa, akhirnya KH Wahid Hasyim, putera KH Hasyim Asy’ari berinisiatif me-lakukan aksi damai dengan ber-shalawat bersama para santri Pondok Pesantren Tebu Ireng di depan tempat penahanan.

Khawatir melihat jumlah orang yang berkumpul se-makin banyak, Komandan Tertinggi Tentara Jepang di Jakarta kemudian memutus-kan pemindahann KH Wahid Hasyim ke penjara lain. Na-mun kerumunan serupa kem-bali terjadi. Akhirnya diputus-kan untuk merangkul pendiri Nahdhatul Ulama itu, dan bah-kan menunjuknya sebagai Ke-tua Majelis Syuro Muslimin In-donesia (Masyumi).

Demikian penggalan cerita film ‘Sang Kyai’ yang meng-gambarkan titik balik per-juangan KH Hasyim Asy’ari dalam menghadapi tentara Jepang pada periode 1942-1945. Awalnya menentang na-mun akhirnya bekerjasama de-ngan penguasa, sebagai siasat guna menyokong perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Film besutan sutradara Rako Prijanto, yang pertama kali tayang 30 Mei, dibintangi sejumlah aktor dan artis terna-ma seperti Ikranegara, Chris-tine Hakim dan Agus Kuncoro dan lebih dari setengah du-rasinya menampilkan adegan kekejaman tentara Jepang, termasuk situasi para jugun ianfu atau perempuan yang dipaksa menjadi budak nafsu di markas militer.

Dimas Shimada, aktor pe-meran komandan Kempeitai yang bengis, awalnya sempat khawatir adegan kekerasan, termasuk pemukulan terha-dap KH Hasyim Asy’ari, akan

membuka luka lama dan me-micu ketidaksenangan warga Indonesia terhadap Jepang, namun setelah melihat tang-gapan penonton pada pemu-taran perdana ‘Sang Kyai’, kekhawatiran itu sirna. “Ma-syarakat sudah dewasa dalam melihat sejarah, dan menilai itu sebagai pelajaran untuk mempererat kerjasama kedua negara di masa depan.”=

Kerusakan sistem di Bursa Efek Osaka awal Maret berbuntut panjang. Dua pejabat tinggi di perusahaan pe-ngelola bursa efek kedua terbesar di Jepang itu mendapat sanksi pemo-tongan gaji satu bulan, yang besaran-nya bervariasi. Hal ini diharapkan memberi efek jera yang efektif dan bukan sekadar peringatan sebagai-mana lazimnya diterapkan di Indone-sia.

Fujikura Motoharu, Presiden Di-rektur Bursa Efek Osaka (OSE) dike-

nai pemotongan gaji 30% dalam satu bulan akibat kerusakan sistem yang memaksa dihentikannya perdagang-an derivatif seperti NIKKEI 225 Op-tions dan NIKKEI 225 Futures pada 4 Maret.

Menurut OSE masalah terjadi pada perangkat lunak (software) yang me-nerima pesanan perdagangan deriva-tif, dan ke depannya untuk menganti-sipasi terulangnya kejadian serupa telah dilakukan tindakan pencegahan dengan meningkatkan sistem peman-

tauan untuk server dan analisa data."Kami memohon maaf kepada

para investor dan seluruh masyara-kat karena telah menyebabkan masa-lah besar," ungkap pernyataan resmi OSE, sambil menambahkan bahwa masalah pada perangkat lunak pro-gram telah diperbaiki.

Lebih lanjut Managing Director Karino Yoshinori, yang bertanggung-jawab menangani program perangkat lunak di OSE dan juga dikenai sanksi pemotongan gaji 20% untuk satu bu-

lan, menyatakan pihaknya telah me-mastikan tidak akan terjadi masalah serupa di masa mendatang.

Kerusakan sistem juga pernah terjadi di Bursa Efek Indonesia pada 2009 dan 2012, namun usai kejadian itu pihak Badan Pengawas Pasar Mo-dal dan Lembaga Keuangan (Bape-pam-LK) hanya memberikan sanksi berupa peringatan. Hal ini dinilai ku-rang memberi efek jera bagi pengelola bursa saham utama di Indonesia bila mengalami masalah teknis kembali.=

Siasat Pendiri NU Hadapi Tentara Jepang

Yoshioka Akira dari Toyota Info Technology Centre dan Koshizen Takamasa dari Honda R&D Co Ltd Automobile R&D Centre saat tampil dalam workshop JICA di Hotel Le Meridien, Jakarta.

HaloJepang/Arry Raymonds

Dimas Shimada

Halo

Jepa

ng!/

Arry

Ray

mon

ds

Page 9: Tabloid Halojepang Juni 2013
Page 10: Tabloid Halojepang Juni 2013

Relasi Indonesia dan Jepang di Sektor Pertambangan

10 Juni 2013

OPINI

MMenteri Perdagangan Gita Wirjawan dalam su-atu kesempatan pernah menyatakan kepriha-tian atas nasib usaha kecil menengah (UKM) di Indonesia dengan menyitir masalah dana

sebagai kendala utama.Bukan pernyataan baru memang, karena sebelumnya

hal senada juga telah diungkap banyak pihak melalui ba-nyak cara. Masalahnya, dengan demikian, bukan lagi iden-tifikasi persoalan, namun apa yang akan dilakukan untuk menanggulangi persoalan tersebut.

Ironis memang, bahwa UKM—bukan perusahaan atau konglomerasi raksasa—yang kerap dipuja-puja dengan menyebutnya sebagai ‘soko guru’ perekonomian nasional bahkan ‘juru selamat’ di masa krisis itu hingga kini masih mengalami keterbatasan akses terhadap dana alias modal.

Gita kemudian menawarkan sejumlah formula yang se-sungguhnya tidak benar-benar anyar, tetapi tetap saja per-lu diulang karena selama ini praktis tak nyata mewujud. Ia menyatakan UKM mesti memiliki lebih banyak akses ke berbagai bank mengingat saat ini hanya 20% dari to-tal penduduk Indonesia telah tercakup layanan perbankan. Selain itu, suku bunga tinggi yang dibebankan pada UKM mesti direduksi. Di Indonesia suku bunga bisa mencapai rata-rata 20% sementara di Malaysia hanya 10%.

Dari sisi perpajakan, UKM sejatinya juga bisa sangat terbantu perkembangannnya jika dibebaskan dari pajak selama, misalnya, 5-10 tahun pertama. Insentif pajak seru-pa sudah diterapkan di banyak negara lain seperti Malay-sia, Korea dan Jepang.

UKM, tak cuma di Indonesia, sesunggguhnya memang teramat penting perannya, antara lain, karena juga meru-pakan penyedia lapangan kerja. Mungkin itu sebabnya, be-lakangan sejumlah bank yang secara tradisional berfokus pada pasar korporat, juga mulai menggarap sektor ini

BNI, misalnya, telah menggandeng bank yang sebagian sahamnya dimiliki Pemerintah Jepang dan bergerak dalam pembiayaan UKM seperti The Shoko Chukin Bank. Benar bahwa skala bisnis UKM Jepang berbeda dengan UKM In-donesia, sehingga mungkin tidak terlalu tepat untuk mem-bandingkannya. Namun, ini setidaknya menunjukkan UKM selalu layak dibidik. Lagi pula, UKM Jepang itu nantinya juga diharapkan mencari mitra UKM Indonesia.

Sementara itu , sejumlah bank swasta sejak lama me-mang cukup serius menyasar pasar yang diyakini bakal terus tumbuh itu termasuk Danamon dan PermataBank, sementara bank asing seperti Standard Chartered dan Commonwealth Bank belakangan tak kalah giat untuk mengambil langkah serupa.

Semua itu membuktikan bahwa sektor ini terlalu pen-ting untuk diabaikan, Badan Pusat Statistik (BPS) saja menyebutkan ada sekitar 4,5 juta UKM di Indonesia kini. Sayangnya, tak kurang dari 70% di antaranya, dinilai tidak bankable.

Artinya, mereka selalu mendapatkan kesulitan untuk mendapat layanan perbankan karena prosedur mendapat-kan fasilitas kredit yang rumit, tidak didukung sumber daya manusia (SDM) yang memadai, tidak memiliki kete-rampilan pemasaran yang dibutuhkan, dan tidak memiliki mitra usaha yang mampu mengembangkan bisnis lebih lanjut.

Pemerintah bukannya tak berperan dalam pengem-bangan UKM. Tahun ini saja Kementerian Koperasi dan UKM menyediakan anggaran Rp54 miliar guna mendu-kung 2,160 UKM baru di berbagai penjuru tanah air.

Namun, selama ini memang pemerintah cenderung me-nerapkan sistem ‘gebyah uyah’ alias one formula to fit all. Artinya pembinaan yang dilakukan tidak didasarkan ke-butuhan spesifik para UKM.

Dengan kata lain, diperlukan pemetaan kebutuhan men-dasar, strategi pembinaan yang jitu dan rumus sekaligus pola pendampingan yang tepat untuk setiap jenis UKM. Modal memang penting, namun perhatian serta dukungan atas kebutuhan khusus mereka, juga tak kalah penting. •

UKMEditorial

Oleh Siraj El Munir Bustami

Untuk menjaganya diperlukan keter-libatan pemerintah kedua negara untuk saling memahami kondisi ke-kuatan dan kelemahan masing-ma-

sing. Dalam hal ini bangsa Indonesia memi-liki sumber daya alam melimpah dan banyak dibutuhkan bangsa Jepang. Sebaliknya bangsa Jepang memiliki kreativitas dan etos kerja yang tinggi sehingga dapat menciptakan berbagai produk yang banyak ber-guna bagi bangsa Indonesia.

Namun dalam perjalan-an kehidupannya, bangsa Indonesia telah mengeva-luasi dirinya dan menyim-pulkan bahwa ternyata ha-nya menjual sumber daya alam saja tidak menjadikan rakyat Indonesia semakin pintar apalagi menjadikan mereka sejahtera. Sementa-ra kekayaan alam tersebut pasti habis suatu saat bah-kan sudah ada yang habis sekarang. Apalagi peneri-maan negara dari sumber daya alam tidaklah terlalu signifikan dibanding dam-pak buruknya. Hanya mi-nyak dan gas bumi yang terlihat di Anggaran Pendapatan dan Be-lanja Negara (APBN) di mana penerimaan negara dari pajak dan non pajak diharapkan sekitar Rp 250 triliun pada 2013 ini, itupun masih dibilang belum optimal. Sementara peneriman negara yang berasal dari keka-yaan alam lain seperti batubara dan sumber daya mineral masih minim.

UU MinerbaItulah salah satu yang menjadi latar be-

lakang keluarnya aturan kewajiban pem-bangunan smelter dalam UU No 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang telah disahkan pada 12 Januari 2009. Selain itu juga dalam rangka meningkatkan dan mengoptimalkan nilai tambah dari pro-duk, tersedianya bahan baku industri, pe-nyerapan tenaga kerja. UU No 4/2009 diha-rapkan dapat memperbaiki UU No 11/1967 yang telah berlaku selama 42 tahun dalam rangka memberi manfaat yang lebih bagi rakyat Indonesia.

Pasal 1 butir 20 UU No 4/2009 menya-takan pengolahan dan pemurnian adalah ke-giatan usaha pertambangan untuk mening-katkan mutu mineral dan/atau batubara serta untuk memanfaatkan dan memperoleh mine-ral ikutan. Adapun Pasal 170 menyatakan Pe-megang Kontrak Karya sebagaimana dimak-sud dalam Pasal 169 yang sudah berproduksi

wajib melakukan pemurnian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (1) selambat-lambatnya 5 (lima) tahun se-jak UU ini diundangkan. Ke-mudian diperjelas Pasal 102 yang menyatakan bahwa Pe-megang IUP (Izin Usaha Per-tambangan) dan IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khu-sus) wajib meningkatkan nilai tambah sumber daya mine-ral dan/atau batubara dalam pelaksanaan penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pemanfaatan mineral dan batubara. Kemudian Pasal 103 ayat (1) Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi wajib melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penam-bangan di dalam negeri.

Hal ini sudah diatur seca-ra jelas dan mesti dilaksana-kan. Apalagi sudah diatur 4 tahun yang lalu.

HarapanKita berharap pelaku usaha yang berasal

dari Jepang dapat memahami langkah kebijak-an ini dan dapat mengimplementasikannya segera. Selain pelaku usaha di bidang pertam-bangan dapat melakukan eks pansi ini juga, ke-sempatan juga bagi para investor Jepang un-tuk menanamkan modal dalam pembangunan smelter. Yang terpenting adalah bangsa Jepang tetap dapat menikmati dan mendapat pasokan dari hasil kekayaan mineral bangsa Indonesia untuk selanjutnya diolah menjadi barang jadi. Kita sangat optimistis bangsa Jepang dengan segala kreativitasnya dapat menyukseskan dan dapat menyesuaikan segala dampak yang berkaitan dengan kebijakan ini. •

Siraj El Munir Bustami adalah pakar hukum energi dan pertambangan serta founding partner di Siraj Bustami & Partners

Hubungan dagang Bangsa Indonesia dan Bangsa Jepang sudah berlangsung lama. Kita berharap hubungan dapat terus berlangsung, meningkat, seimbang dan saling menguntungkan. Prinsip kerjasama saling menguntungkan haruslah dipegang kedua belah pihak karena diyakini dapat membawa kelestarian relasi baik di masa kini maupun akan datang.

Ternyata menjual

kekayaan sumber daya

alam saja tidak menjadikan

rakyat Indonesia semakin

pintar, apalagi menjadikan

mereka sejahtera.

Page 11: Tabloid Halojepang Juni 2013

11Juni 2013

RISALAH

Oleh Riris I Silam

Di dunia seni pertunjuk-an, sosok pemimpin paling mudah disimak pada diri para kon-

duktor orkestra, karena mereka memang selalu tampil di depan, menjadi pusat perhatian dan ‘mewarnai’ keseluruhan pentas.

Tak seperti performing arts lain yang pemimpinnya—bukan bintangnya—tak selalu kasat mata, orkestra memang nyaris hanya identik dengan sang kon-duktor. Itu sebabnya Berlin Phil-harmonic setiap kali pasti dikait-kan dengan mendiang Herbert von Karajan, New York Philhar-monic de ngan Zubin Mehta dan Boston Symphony Orchestra de-ngan Ozawa Seiji, walau di luar itu tentu masih ba-nyak lagi lahan garapan me reka.

K e t i g a n y a jelas bukan se-kadar konduk-tor alias dirigen kelas dunia. Me-reka pantas di-kelompokkan ke dalam kategori ‘legenda’ dengan ke i s t imewaan ma sing-masing.

Karajan, mi-sal nya, kondang de ngan keinginan untuk selalu menghasilkan suara dalam pre-sisi tinggi, sehingga lagaknya cen derung bak tiran nan di-ngin. Itu pula sebabnya ia se-ring mengayun baton sambil memejamkan mata, karena un-tuknya, musik harus selalu bisa disuarakan dengan tepat secara teknis, baik ketika ia melihat se-gala sesuatunya maupun tidak.

Sebaliknya Mehta. Ia senan-tiasa ingin terlibat langsung dengan para musisinya kare-na sebagai sosok flamboyan ia cenderung kian bersema-

ngat saat di tengah keramaian. Conducting style-nya selalu dinamis dan bertenaga. Dalam setiap penampilannya, sosok yang nama depannya berarti ‘pedang pendek’ itu jarang lepas dari nuansa kemegahan dan kemewahan.

Ozawa adalah cerita lain. Ia benar-benar berbeda ka-rena gayanya yang sangat ‘me ngalir’ hampir seperti pe-nari ditambah bahasa tubuh—serta wajah—yang luar biasa ekspresif. Ia tampaknya juga berjiwa revolusioner, karena sejak dasawarsa 1960-an su-dah ‘rela’ mengenakan kaos turtleneck dan kalung manik-manik saat tampil, gaya yang menurut istilah waktu itu, lu-

mayan groovy. Ia juga cukup kerap memim-pin tanpa baton, hanya mengan-dalkan gerakan kedua lengan-nya.

Ozawa yang terus setia de-ngan tatanan rambut gon-drong mekar nya itu kini berusia 77 tahun. Tak seperti Mehta yang relatif masih terjaga

fisiknya walau hanya bebera-pa bulan le bih muda, Ozawa belakangan kerap diganggu masalah kesehatan serius, ter-masuk kanker esofagus pada 2010 dan hernia pada 2011. Ia juga pernah mesti berjuang sangat keras untuk menakluk-kan pneu monia.

Meski demikian, ia telah mengumumkan kesiapan un-tuk kembali ke pentas Agus-tus nanti bersama Saito Kinen Orchestra di Matsumoto Per-forming Arts Center, di Kota Matsumoto, Prefektur Nagano.

Sebelumnya, Juni, bersama se-jumlah murid, ia dijadwalkan hadir di International Academy Switzerland, Jenewa di mana string quartet dan ensemble-

nya bakal memainkan Serenade for Strings karya Pyotr Tchai-kovsky, yang juga bakal di-tampilkan pada bulan berikut-nya bersama anggota Ozawa International Chamber Music Academy Okushiga Jepang.

Meski sebagian orang sem-pat berpikir ia akan mema-suki tahapan ralletando (da-lam musik berarti tempo yang melambat) menyusul deraan problem kesehatan, Ozawa justru telah mengatur jadwal untuk tahun mendatang bersa-ma sejumlah musisi muda ber-bakat Eropa antara lain demi Transfigured Night-nya Arnold Schoenberg, yang gladi ko-tornya bahkan bakal dilakukan tahun ini juga.

Mengingat rekam jejaknya selama ini, bisa dipastikan Ozawa yang juga pernah ber-guru pada Karajan itu akan te-tap memiliki sejumlah agenda pen ting dan akan secara konsis-ten memimpin para musisinya

dengan cara yang ‘cair’ tanpa pernah kehilangan efektivitas. Pada akhirnya, memang para konduktor tidak harus memi-liki langgam memimpin seru-pa agar berjaya. Justru me reka yang disebut-sebut sebagai ikon dunia conducting menjadi sa-ngat mengemuka karena mam-pu senantiasa membawa jatidiri masing-masing untuk kemudian menghadirkan karya brilian.

Yang pasti, setiap konduk-tor—agar sukses dalam seni memimpin—harus mempunyai visi yang hebat. Ia juga wajib memiliki pemahaman penuh tentang kualitas serta bakat para musisi dengan siapa ia bekerjasama, kerelaan untuk membebaskan setiap musisi guna mengeluarkan kemam-puan terdahsyat demi keter-paduan tim, serta membantu mereka untuk menentukan prio ritas tentang apa yang ha-rus mereka lakukan.

Selebihnya, cuma soal gaya!

Seni memimpinMusik

Ozawa cukup kerap memimpin

tanpa baton, hanya

mengandalkan tangannya.

Ozawa Seiji di Festival Saito Kinen, Matsumoto, Prefektur Nagano. KYODO

Page 12: Tabloid Halojepang Juni 2013
Page 13: Tabloid Halojepang Juni 2013
Page 14: Tabloid Halojepang Juni 2013

14 Juni 2013

ADVERTORIAL

Hokkaido, wilayah pa-ling utara di kepulau-an Jepang mena-warkan pesona alam

yang berbeda. Jika daerah lain berupa kawasan industri dan perkotaan yang padat, wilayah ini menawarkan alam yang ma-

sih perawan dan indah.Kawasan in memiliki obyek

wisata menarik yakni Taman Nasional Akan, wilayah pegu-nungan di sebelah timur Hok-kaido. Lokasi ini menawarkan pemandangan alam indah dan sumber air panas. Wilayah ini

juga memiliki tiga danau vul-kanik yakni Akan-ko, Kussharo-ko dan Mashu-ko.

Danau Akan terkenal se-bagai habitat bagi Marimo, sejenis alga hijau yang dapat tumbuh membulat laksana bola. Di danau ini, pengunjung

dapat mencoba naik kapal pe-siar menjelajahi penjuru danau selama satu jam. Selain itu juga ditawarkan perahu motor de-ngan tarif disesuaikan dengan waktu tempuh, mulai 500 yen per 5 menit.

Jika berkunjung ke sini, ja-ngan lupa untuk mengunjungi kotan (desa) yang dihuni etnis Ainu, penduduk asli Hokkaido. Di sini bisa disaksikan pertun-jukan, museum dan kerajinan khas Ainu.

Wisatawan dapat mencapai lokasi ini dari Tokyo maupun Osaka. Jika dari Tokyo, melalui Bandara Haneda ke Bandara Kushiro, Hokkaido diperlukan waktu sekitar 1 jam 35 menit dan dilanjutkan dengan bus ke Danau Akan-ko selama 1 jam 10 menit. Sedangkan dari Osaka membutuhkan waktu kurang lebih dua jam dari Bandara In-ternasional Kansai menuju Ban-dara Kushiro.

Bergeser ke bagian utara Hokkaido, ada Semenanjung Shiretoko Hanto, menjorok langsung ke Laut Okhotsk. Ter-

diri dari pegunungan curam diselimuti hutan perawan men-jadi habitat bagi burung Cormo-rant dan elang laut ekor putih. Sama seperti Danau Akan, area ini juga dijadikan sebagai Taman Nasional. Shiretoko telah men-jadi situs warisan dunia badan pendidikan ilmu pengetahuan dan budaya Perserikatan Bang-sa-Bangsa, UNESCO sejak 2005.

Pelabuhan Utoro di bagian timur semenanjung merupa-kan titik keberangkatan kapal wisatawan untuk menjelajahi sepanjang Shiretoko.

Shiretoko terkenal sebagai ‘Kerajaan Air Terjun’ karena ba-nyaknya air terjun yang bisa di-jumpai sepanjang perjalanan di kapal wisata. Ada air terjun Kamuiwakkayu no taki, yang mengalirkan uap, lalu air terjun Furepe no taki yang saking in-dahnya dijuluki ‘Air Mata Gadis’.

Patut dijelajahi pula Shire-toko-Goko (lima danau), kum-pulan danau kecil, tenang dan dikelilingi hutan alam. Hanya dibutuhkan waktu sejam untuk mengelilingi kelima danau ini. •

Pesona Asli Alam Hokkaido

Danau Akan

Furano

Page 15: Tabloid Halojepang Juni 2013

Oleh Beny Halfina

Mimpi itu memang tak se-kadar dipelihara namun juga dibangun sehingga

bahkan membuat Josh—seba-gaimana ia biasa dipanggil—kini dipercaya mengelola Josaphat Microwave Remote Sensing La-boratory (JMRSL) di dalam Cen-ter for Environmental Remote Sensing (CEReS), Chiba University, Jepang.

HJ : Bagaimana awalnya tertarik akan radar?

JT : Sebagai anak instruktur Pasukan Khas (Paskhas) TNI-AU, saya dibesarkan di kompleks La-nud Adisumarmo, Surakarta. Kami tinggal dekat Pusat Perbengkelan dan Pemeliharaan Radar, sehing-ga mengenal berbagai jenis radar dan pesawat terbang militer sejak dini. Sayang semua buatan luar negeri. Hal inilah yang kemudian memotivasi saya untuk membu-at dan memajukan radar serta sistem kedirgantaraan Indonesia umumnya.

HJ : Bagaimana Anda kemudian melanjutkan studi ke Jepang dan mengapa Jepang yang dipilih?

JT : Lulus SMAN 1 Surakarta 1989, saya melanjutkan ke Teknik Mesin, Universitas Gadjah Mada. Di masa orientasi, ada penawaran beasiswa RISTEK atau beasiswa Habibie. Saya mendaftar dan dite-rima, serta juga diterima sebagai karyawan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT ) dan diminta belajar Teknik Elektro di Jepang.

Saya menyelesaikan S1 di Kanazawa University dengan be-asiswa Habibie. Setelah itu S2, dengan beasiswa Rotary Interna-tional Scholarship Foundation. Tema penelitian yang diambil yak-

ni pengembangan radar bawah tanah untuk pemetaan sumber daya alam. Setelah pulang dan bekerja di BPPT dan TNI-AD, saya melanjutkan S3 bidang spacebor-ne synthetic aperture radar (SAR) dengan be-asiswa Okamoto Inter-national Scholarship Foundation, Satoh International Scholar-ship Foun dation dan Atsumi International Scholarship Founda-tion. Namun, pada 1999 saya dikeluarkan dari instansi di Indone-sia, namun justru men-dapat tawaran sebagai staf pengajar di Leice-ster University, Inggris, dan beberapa universi-tas di Amerika, Jepang dan Israel.

Akhirnya saya dan keluarga memutuskan menjadi staf pengajar tetap dan pegawai negeri peme-rintah Jepang di Chiba University yang dekat dengan Narita dan Haneda International Airport, se-hingga mendukung karir dan ak-tivitas penelitian tentang space-

borne radar, pesawat tanpa awak dan satelit mikro.

HJ : Apa saja manfaat radar yang Pak Josh buat? Mungkinkah dibuat di Indonesia?

JT : SAR bisa digunakan untuk memonitor penurunan tanah de-ngan teknik Differential Interfe-rometric SAR (DInSAR ) dan bebe-rapa teknik saya sendiri. Teknik ini mampu memetakan perubahan

permukaan bumi dengan akurasi beberapa milimeter dalam seta-hun. Penelitian pernah dilakukan di wilayah semburan lumpur La-pindo Sidoarjo, Bandung, Jakar-

ta, Semarang, Tokyo dan Kuala Lumpur. Beberapa proyek peme-taan penurunan tanah didanai pemerintah Jepang dan Malaysia. Fabrikasi sistem ini sebenarnya dapat dilakukan di Indonesia. Mu-dah-mudahan ada industri yang mendukung penyediaan kompo-nennya.

HJ : Selain radar, Pak Josh juga membuat pesawat tanpa awak (UAV). Bagaimana kemampuannya dan apakah akan bekerjasama dengan Indonesia dalam bidang ini?

JT : Josaphat Laboratory Experimental Unmanned Aerial Vehicle (JX-1) pertama menguda-ra 7 Juni 2012 di Fujikawa Airfield. JX-1 merupakan UAV terbesar di Asia. Kecepatan rata-ratanya 120 km/jam, ketinggian maksimum 4 km, durasi terbang kira-kira 6 jam

dengan daya jelajah 600km-700 km, payload 25 kg. Total beratnya 150 kg. Kini tengah dibangun JX-2 hingga JX-4, didukung Kemen-terian Pendidikan dan Teknologi (Monbukagakusho, MEXT).

Kami berencana melakukan misi bersama dengan Lembaga Pe-nerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Lembaga Ilmu Pengeta-huan Indonesia (LIPI) dan BPPT.

HJ : Apakah ada rencana kembali ke Indonesia?

JT : Saya kira tinggal di mana saja sama, asal berusaha dan ba-nyak teman tanpa mendiskrimi-nasi, kita akan berhasil. Bagi saya di mana hasil pemikiran dan karya dihargai dan dihormati, di situlah tanah air.

Saya masih sering ke Indo-nesia sebagai dosen tamu atau adjunct professor di UI, ITB, UGM, IPB, Unhas, ITS, Undip, Unpad, Unud dan lain-lain untuk memberi kuliah dan melakukan kerjasama riset dan pendidikan.

HJ : Pak Josh tentu sibuk dengan penelitian. Bagaimana menyeimbangkan hidup?

JT : Saya memiliki hobi me-ngumpulkan dokumen dan peta kuno, serta menulis buku. Di wak-tu luang saya suka naik sepeda onthel, membuat berbagai kue dan masakan, snorkeling, serta jalan-jalan bersama keluarga.

HJ : Ada pesan bagi peneliti muda untuk mengatasi ketertinggalan teknologi?

J : Kita mesti mengembang-kan teknologi dan budaya yang asli lahir dari alam dan kepala ma-nusia Indonesia. Kita harus menja-ga alam, diiringi pengembangan teknologi dari pemikiran dan usa-ha sendiri. Tak perlu selalu meng-atasi ketertinggalan teknologi. Lebih baik ikut mengarahkan tren teknologi dan budaya dunia.•

Konsistensi Mimpi Membuat Radar SendiriTak banyak orang yang terus setia

pada angan-angan masa kecil. Salah satunya adalah Josaphat Tetuko

Sri Sumantyo, PhD (42) yang berhasil mengubah mimpinya untuk membuat

radar menjadi kenyataan.

Josaphat Tetuko Sri Sumantyo

Foto bersama setelah berhasil terbang perdana.

Terbang perdana JX-1.Josaphat Tetuko Sri Sumantyo

Semua foto: Dokumentasi Josephat Tetuko Sri Sumantyo

15Juni 2013

INSPIRASI

Page 16: Tabloid Halojepang Juni 2013

16 Juni 2013

FIGUR

Hayase berkunjung ke Jakarta 8 Mei lalu un-tuk peluncuran serial tokusatsu Indonesia,

‘Bima Satria Garuda’. Lulusan seni desain Universitas Nagoya ini, menyatakan, “Saya pernah ke Hong Kong dan Perancis, te-tapi Indonesia merupakan nega-ra Asia Tenggara pertama yang saya kunjungi. Banyak orang dan mobil, sungguh suatu ne geri dengan aktivitas luar biasa.”

Ia juga menyatakan harapan, Bima Satria Garuda, yang meru-pakan program kerjasama MNC Group, Itochu, dan Bandai bakal meraih sukses besar. Sosok pro-tagonis dalam serial yang terdiri dari 26 episode ini bernama Ray Bramasakti, alias Bima, warga bumi asal Indonesia yang tera-mat tangguh dan—sebagaima-na sosok utama tokusatsu lain-nya—juga selalu tampil heroik, siap membasmi kejahatan serta penuh keteladanan.

“Sebagai komikus yang me-warisi Kamen Rider, saya ingin meninggalkan jejak kesuksesan di masa depan,” ungkap Hay-ase. Siapa tak mengenal Kamen Ri der? Para pencinta jagoan su-per tentunya akrab dengan fi-gur yang diciptakan Ishinomori, mangaka (komikus) yang dike-nal lewat serial Kamen Rider, Cyborg 009 dan Himitsu Sentai Goranger, itu. Sedemikian kon-dangnya sang mangaka sehing-ga juga tercatat sebagai peraih rekor Guinness sebagai peng-hasil karya terbanyak.

Ishinomori wafat pada 1998 namun karyanya terus dikenang melalui perusahaan manga dan animasi Ishimori Productions Ltd yang memungkinkan serial komiknya tetap langgeng me-lalui tangan para penerusnya, termasuk Hayase. Sang ilustra-tor sekaligus novelis profesional ini mengawali karirnya sebagai asisten Ishinomori pada 1989. Ia kemudian meneruskan serial Kamen Rider hingga yang terkini dengan karakter Agito.

Mulai 2001, ia bertanggung-jawab atas desain karakter dari berbagai serial Kamen Rider. Di antaranya Ryuki, 555, Hibiki, Kabuto, Den-O, Kiba, Decade, G,

W, dan 000. Selain itu ia juga menerbitkan novel dan manga Cy-borg 009, se perti Sea Jetter Kaito. Saat ini ia menjabat sebagai Manga Production Department Original Supervisor di Ishi-mori Productions Ltd.

Sukses de-ngan sejum-lah karya selama le-bih dari satu dasawarsa, tak enggan untuk ber-bagi pengalaman dalam penggara-pan tokusatsu. Ia menyatakan, p e m b u a t a n t o k u s a t s u itu sulit se-m e n t a r a b iayanya juga be-sar kare-na harus diwarnai l edakan dan adegan lain yang membu-tuhkan efek khusus. Selain itu ada pula biaya untuk kostum 3D de ngan teknik komputer grafis (CG) untuk tokoh utama.

Namun, Hayase juga mengungkapkan keprihatinan terhadap perkembangan tokusat-su di negaranya sendiri, yang mulai memudar, se iring penurunan angka kelahiran di Jepang. “Saat saya SD, anak S M A p u n m e n o n t o n tokusatsu. Tetapi sekarang, anak SD me nganggap tokusatsu itu konyol. Kini me-reka lebih cenderung melirik game dan lainnya.” ujar Hayase

Setelah tahun 2000, tokusat-su di Jepang memang mengalami pergeseran. Sasarannya kini lebih cenderung kepada konsumerisme, sejalan dengan kian gencarnya promosi melalui jalur game, per-mainan dan sebagai nya.

Anak-anak Jepang, kini lebih tertarik kepada fisik sang ka-rakter semata dibanding dengan nilai-nilai keteladanan yang di-usungnya, kata Hayase.•

Menggiring Kesuksesan Tokusatsu ke IndonesiaDunia hiburan di Jepang, khususnya

tokusatsu (pertunjukan atau film yang sarat efek khusus) kini nyaris tak

terpisahkan dengan Hayase Masato, sosok yang kerap dipandang sebagai pewaris

sang maestro, Ishinomori Shotaro. Karya Hayase kini belakangan juga meluas ke

Indonesia melalui superhero baru dengan ciri lokal yang kental.

Oleh Bunge Sujika Hakiki

Juni mendatang Hayase Masato da-lam kerjasamanya dengan MNC Group bakal meluncurkan serial tokusatsu In-donesia, Bima Satria Garuda. Ini me-rupakan kerjasamanya yang pertama dengan pihak asing. Dalam kerjasama ini Hayase terutama menangani cerita dan desain kostum.

Kostum Bima, sang jagoan, diran-cang dengan mengedepankan simbol yang khas Indonesia yakni garuda.

Warna dan desainnya juga konon banyak disukai di negara ini karena sudah didasarkan pada survei yang didukung Reino R Barack, Senior Vice President PT Global Mediacom Tbk.

Serial ini ditargetkan untuk anak-anak usia 3-15 tahun. Karakter Bima sendiri digambarkan sebagai kuat,

fokus, dan gesit layaknya garuda ser-ta selalu siap melindungi mereka di sekelilingnya.

Hayase memang menyatakan ke-inginannya untuk menciptakan pahla-wan baru, dan Bima adalah perwujudan hasratnya. Ia berharap sosok yang khu-sus diciptakan untuk Indonesia itu dapat

menjadi panutan dalam kebaikan karena ia tak akan bertarung karena emosi dan benar-benar hanya berkeinginan menja-ga keadilan dan perdamaian.

Rencananya, Bima akan ditayangkan di RCTI mulai 30 Juni. Dengan promosi merchandise dari Bandai dan Itochu se-bagai pemegang hak cipta, Bima diha-rapkan dapat mengulang kesuksesan ‘senior’-nya, Kamen Rider yang di Indo-nesia sudah dikenal sejak 1990-an. •

1965 Lahir di Nagoya, Prefektur Aichi1989 Bergabung dengan Ishinomori Productions Ltd sebagai asisten Ishinomori Shotaro1999 Menghasilkan novel Kikaider 001999 Membuat desain karakter Boys Ranger2001 Membuat desain karakter Kamen Rider Agito dan berbagai seri Kamen Rider lain (hingga 2011)2002 Menulis novel Hero Saga (hingga sekarang)2004 Menulis novel Masked Rider Gaia (hingga 2006)2010 Memproduksi film Cyborg 0092010 Memproduksi film Sea Jetter Kaito (hingga sekarang)2012 Memproduksi film Cyborg 009-Conclusion GOD’S WAR (hingga kini dalam proses distribusi)

PROFIL

Hayase Masato (kanan) dan stella JKT48 berpose saat peluncuran serial Bima Satria Garuda di Jakarta.

Bima Satria Garuda

HaloJepang!/Haishima Katsuhiko

Page 17: Tabloid Halojepang Juni 2013

17Juni 2013

PERGELARAN

Oleh Meiskhe Fratel

K esennuma yang dike-nal sebagai kota pelabuhan, sebagian besar penduduknya

hidup dari aktivitas melaut. Na-mun akibat bencana tersebut para suami tidak bisa berlayar. Keadaan itulah, yang men-dorong ibu-ibu rumah tangga di wilayah itu, mulai melakukan upaya mandiri untuk membuat produk kerajinan tangan.

“Tsunami mengakibatkan kapal-kapal tersapu gelom-bang dan hilang. Warga Kota Kesennuma tak lagi bisa ber-layar dan sama sekali tak me-miliki pekerjaan hingga nyaris putus asa,” ungkap Sakamoto Isamu, ahli konservasi doku-men yang giat membantu wila-yah bencana.

Pria yang lahir di Kobe ini, memiliki andil besar dalam membantu Aceh pasca tsu-nami Desember 2004. Ia juga menyelamatkan dokumen-dokumen pertanahan yang sangat penting bagi pemerin-tah daerah Aceh, be berapa bu-lan setelah bencana. Berselang tujuh tahun kemudian ia pun berperan dalam menyelamat-kan berbagai dokumen setelah gempa dan tsunami melanda Tohoku.

Kepeduliannya yang besar pada daerah bencana, membu-at ahli kertas ini, juga menjadi semacam perpanjangan tangan industri kreatif ibu-ibu di Kota Kesennuma. Mereka meminta bantuan Sakamoto agar karya-nya diperkenalkan di Indonesia.

Dengan bantuan berbagai pihak, Sakamoto akhirnya me-nyelenggarakan pameran Sup-port Tohoku di Museum Teks-til, Jakarta, awal M e i s i l a m . “ B a ny a k yang memahami bah-wa hubung an I n d o n e s i a -Jepang te lah lama terjalin. Na-mun, mungkin tak banyak yang menyadari bah-wa kedua ne gara

juga kerap kali sa ling memban-tu,” tutur mantan dosen di Uni-versitas Surugadai, Tokyo ini.

Pria berusia 65 tahun ini, mengungkap bahwa ada 50 kelompok mandiri yang mem-buat produk kreatif, di Tohoku. Dua kelompok di antaranya datang dari Kota Kesennuma, yang kaitannya dengan In-donesia memang erat karena kapal nelayannya kerap men-gisi bahan bakar di Benoa, Bali. Kedua kelompok ini mampu menghasilkan produk keraji-nan tangan yang benar-benar mencerminkan jatidiri Kesen-numa sebagai kota pelabuhan.

Studio Coco Kara di Kara-kuwa, Kota Kesennuma misal-nya, memproduksi kerajinan tangan berupa tas dan tempat pensil, dengan menggunakan kain yang memiliki citra seper-ti Tairyou-ki, bendera nelayan tradisional Jepang, yang diki-barkan di kapal-kapal sebagai harapan untuk mendapatkan tangkapan besar. Studio MAST Kesennuma, juga memproduksi kerajinan tangan seperti tas dan tempat pensil dengan motif ka-pal yang melambangkan Kesen-numa sebagai kota pelabuhan.

Support Tohoku, juga me-negaskan kembali hubungan erat Indonesia-Jepang, khusus-nya dengan Kota Kesennuma, melalui penampilan potret Pre-siden Susilo Bambang Yudho-yono bersama Ibu Ani Yu-doyono, saat bertandang kota tersebut pasca bencana.

Selain itu ada pula sejumlah potret tentang Indonesia yang turut berpartisipasi sejak 2003, dalam Indonesia Parade, yang diadakan setiap tahunnya di

Bangkit Lagi dengan Industri kreatifGempa dan tsunami yang melanda Jepang bagian timur, terutama wilayah Tohoku, pada 2011, menyisakan kesulitan bagi mereka yang selamat. Mereka tak hanya kehilangan keluarga dan harta benda, namun juga mata pencaharian. Kelompok ini termasuk warga Kota Kesennuma, wilayah terparah yang terkena bencana.

Sakamoto Isamu memperlihatkan tayangan tentang gempa dan tsunami Tohoku, Maret 2011.

Kelompok perajin dari Coco Kara, Kesennuma.

HaloJepang!/Meiskhe Fratel

Kota Kesennuma.“Tahun lalu masyarakat

kembali menggelar festival setelah sempat vakum kare-na bencana. Perlengkapan

se perti baju tradisional Indo-nesia, semua hilang dalam ma-lapetaka besar itu. Tapi karena bantuan dari Indonesia, akhir tahun lalu festival bisa kem-

bali di gelar,” kata Sakamoto. Untuk itu, masyarakat Kota Kesennuma sangat berterima-kasih pada warga Indonesia, tambahnya.•

Dokumentasi Support Tohoku

Page 18: Tabloid Halojepang Juni 2013

18 Juni 2013

PENDIDIKAN

Page 19: Tabloid Halojepang Juni 2013

19Juni 2013

PENDIDIKAN

Oleh Beny Halfina

Masalah yang kerap membayangi sektor pendidikan tinggi di Indonesia adalah

kurang selarasnya kompetensi lulusan dengan kebutuhan du-nia kerja. Akibatnya banyak lu-lusan yang belum benar-benar ‘siap pakai’ ketika harus mulai bekerja.

Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) LIA, Jakarta berusaha mengatasi masalah ini melalui perubahan kurikulum sehingga terjadi link & match dengan du-nia kerja.

“Kami mengubah kurikulum pada 2009, sesuai masukan dari Japan Foundation karena ilmu linguistik murni tidak ter-lalu aplikatif di lapangan. Kami dianjurkan untuk lebih banyak mengajarkan penerjemahan dan communicative approach. Akhir-nya kurikulum dititikberatkan pada penerjemahan,” ungkap Wakil Dekan Akademik Tatat Haryati, MSi.

Modifikasi itu kemudian me-wujud pada mata kuliah Prak-tik Komunikasi Bahasa Jepang

(Praktikom). Tatat menambah-kan, “Praktikom adalah gabung-an dari empat kemahir an berba-hasa, yakni membaca, menulis, menyimak, berbicara. Porsinya juga cukup besar, mencapai 12 Satuan Kredit Semester (SKS). Meski hal ini menyebabkan stres di kalangan mahasiswa, namun manfaatnya amat terasa saat mereka lulus.”

Sebagai simulasi dunia kerja, metode role play (bermain pe-ran) diterapkan pula. Sementa-ra itu, peminatan penerjemah an mencakup penerjemahan atas dokumen legal, bisnis dan teknik dari Jepang ke Indonesia atau sebaliknya. Keahlian ini sangat dibutuhkan, terutama di tengah maraknya kehadiran perusaha-an Jepang di Indonesia.

Rahmat Adityo Pranoto (30), alumni STBA LIA menyebutkan, ”Ada materi yang sebaiknya ditambahkan, termasuk bahasa

sangat halus (keigo) untuk di kantor dan sopan santun. Selain materi tata bahasa serta kanji, lulusan juga sebaiknya mengua-sai Bahasa Inggris supaya bisa bekerja dengan baik.”

Kurikulum yang baik saja be-lum cukup, STBA LIA juga memi-liki penutur asli (native speaker) sebagai pengajar sebanyak tiga orang. Kehadiran penutur asli ini terbukti menambah kefasihan mahasiswa berbahasa Jepang.

Aria Wiji, mahasiswa ang-katan 2010 menyatakan,”Para penutur asli ini, meski mahir berbahasa Indonesia tak mau menggunakannya di kelas. Aki-

batnya para mahasiswa harus berbahasa Jepang.” Guna me-ningkatkan partisipasi aktif ma-hasiswa, diterapkan pula Satuan Kredit Partisipasi (SKP) sebagai syarat mengikuti ujian.

Aria menambahkan, “Penu-tur asli juga mampu meningkat-kan jumlah kosakata mahasiswa. Jika ada mahasiswa yang berpo-tensi, maka komunikasi di luar kelas akan dilakukan melalui kata-kata dengan tingkat kesulit-an lebih tinggi. Dampaknya ke-terampilan mahasiswa pun akan selalu meningkat.

Agar lebih efektif, kelas di STBA LIA dibuat kecil, hanya

ber isi 15 mahasiswa, maksimal 25.

Mahasiswa juga bisa me-ngasah keterampilan berbahasa lebih lanjut dengan menjadi pen-damping mahasiswa asing. Sa-lah satunya di program Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA). Program di STBA LIA ini ditujukan untuk warga negara asing yang ingin belajar Bahasa Indonesia. Mahasiswa akan mendampingi mereka selama sebulan sehingga bisa langsung praktik berkomunikasi dengan warga Jepang.

Kegiatan serupa juga bisa dilakukan dengan mahasiswa asing penerima Darmasiswa dan mahasiswa asal Ritsumeikan Asia-Pacific University (APU) yang belajar intensif di Immer-sion Course Programme.

Kurikulum baru ini telah mulai menampakkan hasil se-bagaimana tercermin dalam prestasi yang ditorehkan sejum-lah mahasiswa STBA LIA. Sejak 2011, mereka mulai memenangi lomba pidato (benrontaikai), misalnya yang diselenggarakan Japan Foundation dan Universi-tas Darma Persada.•

Pengusung Link & Match dengan Dunia Kerja

Salah satu penutur asli, Shimazu Aki mengajar di kelas STBA LIA.

lia

Dokumentasi STBA LIA

www.stbalia.ac.id

Page 20: Tabloid Halojepang Juni 2013

20 Juni 2013

BUDAYA

Oleh Meiskhe Fratel

Kurumi-e—pada dasar-nya adalah gambar tiga dimensi —bera-sal dari kata kurumu

(membungkus) dan e (gambar).

Maeda Masako, pengrajin ku-rumi-e, di toko Tanaka Washi, Asakusa, Tokyo, menjelaskan jika produk kerajinan ta ngan itu meru-pakan t u r u n a n d a r i o shie (seni menekan kertas). Cara membuatnya juga mirip, bahkan bisa dikatakan se-jarahnya pun seru-pa karena sama-sa-ma berasal dari era Kamakura (1185-1193M).

“Kurumi-e dibuat dengan membungkus lempen-gan busa tipis, sangat mirip de-ngan cara membuat oshie,” kata-nya. Kalaupun ada perbedaan antara kurumi-e dan oshie maka

itu adalah pada bahan yang di-gunakan. “Oshie menggunakan kain katun, sementara kurumi-e juga memanfaatkan busa. O shie ditempelkan di hagoita atau kayu berbentuk raket, sedang-

kan kurumi-e di atas shikishi atau bingkai papan,” ujarnya.

Ada dua material yang menjadi dasar dalam pem-buatan oshie maupun kuru-mi-e, yaitu kain kimono dan washi. Biasa nya para peng-rajin profesional mencari kain kimono dari zaman Je-

pang kuno. Hal itu tentu tak mudah dilakukan pada zaman sekarang, sehingga kemudian digunakan perca bercorak yang disebut chirimen. Material ke-dua adalah washi warna- warni atau chiyogami.

Kerajinan Tangan Kamakura dalam Balutan Batik

Produk kerajinan tangan kertas dan

kain, kurumie, awalnya hanya ditemukan

dalam balutan kertas washi maupun sisa

potongan kain kimono. Namun, kini, kurumie

yang lebih kreatif serta sarat nuansa Indonesia juga bisa

ditemui.

Meiskhe Fratel

Kurumi-e Batik

Page 21: Tabloid Halojepang Juni 2013

Meiskhe Fratel

Toko Tanaka Washi di Tokyo. Kurumie yang dijual di toko Tanaka Washi.Rohana saat mengajarkan cara membuat kurumi-e

di Japan Foundation Jakarta

Pada umumnya, jenis gambar yang ditampilkan da-lam kurumi-e adalah gambar anak-anak, tokoh kabuki, ga-dis Jepang serta sketsa bunga. “Kertas kurumi-e beragam, demikian juga shikishi, ada berbagai jenis,” kata Maeda.

Kurumi-e tersebar di selu-ruh Jepang dan kerap ditam-pilkan dalam pameran handi-craft tradisional. Namun, saat ini tak tampak perkembangan kurumi-e yang pesat dibanding kurumi-e dari masa lalu dan penggemarnya kebanyakan me mang dari kalangan warga berumur. Hal ini terbukti dari para pengunjung toko Tanaka Washi yang kebanyakan ber-usia lanjut.

Selain sebagai penghias ruangan, menurut Maeda, ku-rumi-e juga bisa menghadirkan suasana hati yang menyenang-kan. Siapa pun yang melihatnya akan merasa nyaman. Karena itu, kurumi-e juga bisa menjadi sarana guna memperkenalkan keindahan Jepang ke kalangan lebih luas.

“Siapa pun yang membuat-nya juga akan merasakan keelo-kan di dalamnya,” katanya dan menambahkan kurumi-e tak sulit dibuat. Dengan ketekunan, siapapun bakal mampu meng-hasilkan produk kerajinan ta-ngan ini.

Kurumi-e, meskipun terlihat sederhana, namun harganya terbilang mahal. Toko Tanaka

Washi misalnya, menjualnya dengan kisaran harga di atas 1.000 yen. Mereka sejauh ini telah menjual lebih dari 20.000 jenis kurumi-e dengan berba-gai ukuran mulai dari ukuran 12x13.5cm.

Gambar tiga dimensi ini, sebenarnya juga telah mulai dikenal di Indonesia walaupun belum mencapai tingkat popu-laritas tinggi. Beberapa pengge-mar telah mencoba memba-wanya ke pentas lebih luas, termasuk Rohana Acing, yang kerap menggelar lokakarya tentang kurumi-e melalui ru-mah kerajinannya, Rohana Art.

Rohana mulai tertarik mem-buat kurumi-e sejak 2011 “Waktu itu saya melihat kit

kurumi-e di suatu pusat perbe-lanjaan. Kelihatannya menarik, sehingga saya mencoba mem-buatnya. Kini, saya bahkan su-dah sampai pada taraf ketagih-an,” ujarnya.

Perempuan berambut pan-jang ini, mengatakan dirinya belajar secara otodidak, dan belum pernah menimba ke-terampilan dari pengajar pro-fesional di Jepang. Meski demikian, karya Rohana kerap diperkenalkan dalam berbagai pameran, di antaranya Pekan Raya Jakarta (PRJ).

Awal tahun ini, Rohana pun mencoba untuk lebih kreatif dalam membuat kurumi-e de-ngan memadukan budaya Je-pang dan sentuhan Indonesia.

“Saya mulai agak bosan meng-gunakan washi. Kebetulan ada teman yang memiliki bisnis konveksi kain batik. Saya me-minta kain batik sisa darinya dan lantas menghasilkan ku-rumi-e berbahan dasar batik. Hasilnya, produk yang cantik,” ungkapnya.

Rohana membuat pola ku-rumi-e sendiri dan telah meng-hasilkan antara lain kurumi-e pasangan berbaju adat Betawi, ondel-ondel, perempuan Je-pang dengan batik Pekalongan dan lain-lain. Rohana menjual hasil karyanya dengan kisaran harga Rp150.000-Rp400.000. “Harga pada dasarnya, ter-gantung tingkat kesulitan pembuat annya,” ujarnya.•

21Tanaka WashiTanaka Washi

Page 22: Tabloid Halojepang Juni 2013

Oleh Nova Auliatun Nisa

Hal-hal baru umum-nya selalu menarik. Demikian pula di du-nia kuliner. Ketika

menu yang tersaji merupakan perpaduan bumbu atau bahan dari dua kawasan atau negara berbeda, maka rasa ingin tahu segera saja membuncah. Inilah yang terjadi di MIKA Japanese Bistro yang memfokuskan diri pada menu Eropa bercita rasa Jepang alias Youshoku.

“Youshoku sudah sangat populer di Jepang. Awalnya memang hanya di kalangan anak muda, namun sekarang, berbagai kalangan, anak kecil, orangtua, pelajar hingga pe-kerja juga telah menjadi penik-mat,” ujar Kato Takeshi, Execu-tive Chef MIKA Japanese Bistro. “Kini, kami ingin menularkan antusiasme terhadap Youshoku ini kepada warga Indonesia.”

Saat ditanya mengenai perbedaan Youshoku dengan hidangan Eropa umumnya, Kato yang telah berpengalam-an le bih dari 10 tahun sebagai chef spesialis Youshoku, men-jelaskan hidangan ini sejati-nya asli Jepang, namun terpe-ngaruh unsur barat.

Hidangan Youshoku konon pertama kali diperkenalkan pada era Meiji, saat Jepang mu-lai membuka diri terhadap pe-ngaruh barat. Awalnya, Yousho-ku merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut makanan dari luar Jepang. Na-mun, mulai 1980-an, arti kata itu bergeser menjadi makanan Jepang yang terpengaruh un-sur barat dan sebaliknya. Arti-nya, rasa akan sedikit berubah, disesuaikan dengan ‘selera se-tempat.’

Namun, tidak perlu kha-watir dengan hidangan You-shoku yang ditawarkan MIKA Japanese Bistro, karena rasa-nya telah disesuaikan juga dengan selera warga Indone-sia umumnya. Semua menu yang tersedia merupakan hasil kreasi Chef Kato, Chef Nicholas Stanly dan pemilik MIKA Japanese Bistro, Sylvia Gunawan, yang juga pemilik Katsusei Group.

“Kami yakin hidangan You-shoku akan mendapatkan tempat tersendiri di kalangan pecinta kuliner tanah air karena perpaduan rasa yang unik antara barat dan Je-pang,” ujar Kato.

Salah satu hidangan ung-gulan di restoran yang mulai ber-operasi sejak 17 Januari lalu itu adalah Demigla-ce Omurice, om-elette a la Jepang dan nasi goreng tomat dengan saus coklat Demiglace a la Perancis. Rasa asli saus Demiglace sebena r nya agak pahit, namun Kato menya-

markannya dengan rasa manis yang lebih banyak sehingga le-bih cocok dengan lidah warga Indonesia.

“Omurice sangat dikenal warga Jepang dan biasanya di-tawarkan sebagai menu anak. Namun bukan berarti hanya anak-anak yang dapat menyan-tapnya,” ujar Kato.

Selain itu ada juga Chick-en Katsu in Curry Mayo Rice Burger yang unik, karena alih-alih menggunakan roti, MIKA Japanese Bistro memilih nasi yang ‘dicetak’ seperti roti. Me-nyantap Chicken Katsu in Curry Mayo Rice Burger hampir sama dengan menyantap nasi de-ngan lauk ayam goreng tepung, namun dengan tampilan dan sensasi berbeda.

Untuk minuman, tersedia dua cocktail khas yang menja-di unggulan. Pertama Eclectic Ginger yang terbuat dari vodka, jahe, cantaloupe dan daun mint. Kedua Harajuku Pop yang ter-buat dari sake, raspberry, cran-berry dan permen Magic Pop.

Meski ditujukan bagi para

pebisnis dan eksekutif muda yang aktif dan dinamis dari kalangan menengah ke atas, semua menu yang ada tak ba-

kal menguras kantong, kare-na hanya berkisar mulai dari Rp12.000 hingga Rp110.000.

Kunjungan ke MIKA Japa-nese Bistro yang berlokasi di Food Society Kota Kasablanka, tak cuma bakal disambut an-eka hidangan penggoyang lidah, namun juga desain inte-rior yang unik.

Konsep bistro memang sengaja dipilih MIKA Japa-nese Bistro sebagai solu-si segar di tengah marak-nya kemunculan restoran dan bar Jepang di Jakarta. De ngan kapasitas duduk un-tuk 70 orang, serta konsep open kitchen dan bar, MIKA Japanese Bistro memang telah berhasil mengungkit rasa pe-nasaran para pengunjung.

Interiornya sengaja dibuat menyerupai ruang keluarga di rumah-rumah Eropa. Perapian, lemari buku, tempat lilin, meja kayu dengan pot tanaman ke-cil serta tumpukan buku di meja, memberi kesan hangat, layaknya bersantap di rumah sendiri.

“Kami memang ingin setiap pengun-jung dapat merasa-kan kelezatan dan kehangatan suasana Eropa sekaligus Je-pang,” ujar Kato.=

22 Juni 2013

RESTO

mIka JaPaneSe BISTROFood Society,

ground Floor #m-11maLL kOTa kaSaBLanka

Jl. Casablanca Raya kav. 88Jakarta Selatan 12870

Tel: (021) 2946 4975Fax: (021) 2946 4976

www.mika.co.idBuka: 10:00-22:00 (Senin-Jumat),

10:00-24:00 (Sabtu-minggu)

Kato Takeshi

Tawarkan Kuliner Eropa Bercita Rasa JepangMIKA Japanese Bistro

Page 23: Tabloid Halojepang Juni 2013

23Juni 2013

TREN JEPANG

Oleh Bunge Sujika Hakiki

Baru-baru ini, per-usahaan kecantikan Liberta di Shibuya meluncurkan produk

pembersih telapak kaki berna-ma Baby Foot Easy Pack yang kini kabarnya menjadi produk yang lumayan tren di kalang-an perempuan, dari yang ak-tif berkarir hingga ibu rumah tangga. Tak tanggung-tang-gung, produk ini telah terjual hingga 40.000 set ke berbagai negara di dunia dengan harga 1.680 yen.

Baby Foot mulai menuai ketenaran saat Liberta mem-perkenalkannya di acara TV belanja pada 2006. Beberapa tahun kemudian diluncurkan-lah pula berbagai variannya. Produk ini juga mendapat penghargaan Monde Selection dari Belgia, sebagai produk kosmetik terbaik sebanyak tiga kali berturut-turut dari 2011 hingga 2013.

Menurut laporan Asa-hi Shimbun, p e n j u a l a n Baby Foot di Jepang mu-lai melonjak pada 2011 ke-tika tak kurang dari 80.000 set ber edar di tangan konsu-men. Penjual-an kian me-ningkat pada 2012, mencapai 100.000 set.

Mei lalu, Baby Foot mulai dieks por juga untuk per-tama kali ke Israel, setelah se-belumnya telah terjual ke 45 negara lain di Asia, Eropa dan Amerika. Di Hong Kong per-mintaan bahkan amat tinggi sehingga pada 2015 ekspor bakal ditingkatkan menjadi 100.000 set. Sales Manager Liberta Yamazaki Toyokazu menyatakan Baby Foot sangat membanggakan karena asli merupakan buatan Jepang.

Satu set Baby Foot ter-diri dari gel dan kain penutup (easy pack). Gel-nya terbuat dari ekstrak buah seperti je-ruk, apel dan lain-lain. Produk

ini biasa dipakai menjelang musim panas di mana kaki ke-rap kali dibiarkan telanjang.

Cara memakainya sangat mudah. Aplikasikan gel searah lengkungan telapak kaki hing-ga merata. Kemudian tutup kaki dengan easy pack, lalu rendam di air hangat atau hangatkan kaki di kotatsu se-kitar dua jam. Terakhir, bilas dengan air.

Sel kulit mati akan terke-lupas secara alami. Waktunya bervariasi, sekitar dua hingga tiga pekan. Setelah semua sel kulit mati hilang, kaki akan menjadi sangat lembut dan halus, seperti kulit bayi. Bila perlu, lakukan terus perawat-an dengan seri produk Baby Foot lain.

Cuaca di Jepang yang berubah-ubah membuat kulit di telapak kaki menjadi mu-dah kasar dan kering. Selain itu, kehidupan Jepang yang sangat modern membuat

kaki para warganya seolah ‘dipaksa’ untuk se nantiasa bekerja ke-ras. Hal ini mendorong penciptaan Baby Foot yang menjadikan pe-rawatan kaki bagi mereka dengan ting-

kat kesibuk-an tinggi tak lagi merupa-kan kegiatan merepotkan..

Menurut situs resmi Baby Foot, bahan baku Baby Foot adalah fruit

acid atau al-pha hydroxy acid (AHA), yang sangat lembut dibanding jenis asam lainnya. AHA menembus ke dalam lapisan sel-sel kulit mati dan bekerja pada desmo-som (sambungan sel) antara lapisan kulit, sehingga mem-buatnya lebih mudah menge-lupas.

Selain 17 ekstrak buah alami, kandungan pelembab-nya juga sangat tinggi. Segala keunggulan dari komposisi ini-lah yang menjadikan hasilnya menakjubkan. Sel kulit mati hilang, kesehatan kulit telapak kaki pun tetap terjaga.

Dampak memuaskan ter-

Sarana Penghalus Telapak kakiPenampilan, bagi warga Jepang, konon teramat penting, bahkan jika itu ‘cuma’ menyangkut telapak kaki. Beruntung kini bagian tubuh bawah itu juga mendapat perhatian luas terbukti dengan kehadiran produk kecantikan yang diklaim bisa menjadikan kaki orang dewasa sehalus kaki bayi—dan tanpa repot. Cara menggunakan Baby Foot.

www.babyfoot.co.jp

sebut telah dirasakan banyak pemakainya termasuk Kiyomi Todate, ibu rumah tangga asal Tokyo. Ia telah memakai Baby Foot sejak Desember tahun lalu.

Setelah memakainya sesuai petunjuk, dalam waktu bebera-pa hari saja, ia merasakan ku-lit telapak kakinya yang kasar menjadi halus dan bersih. “Saya benar-benar takjub dan nya-ris tak percaya. Sel kulit mati telapak kaki saya yang kasar meluruh dengan sendirinya.

Sebelumnya, saya kerap ke-sulitan karena harus meng-gunakan batu apung untuk menggosok hingga bersih,” ujarnya.

Sementara itu, Yukiko Odaijima, di tengah kesibukan-nya sebagai guru SD di Tokyo tidak memiliki waktu banyak untuk merawat kaki. Namun dengan Baby Foot, semuanya menjadi mudah. “Dalam seke-jap, telapak kaki saya menjadi sangat halus dan lembut. Ra-sanya seperti membuka kaus

kaki saja.” ujarnya senang.Indonesia beruntung juga

telah dihampiri si pelembut kaki ini juga. Produk ini kini bisa ditemui di gerai Baby Foot Island, Plaza Indone-sia Extension Lantai 5 sehar-ga Rp285.000 per set, atau bisa juga dibeli secara daring di Lazada Indonesia dengan meng-klik www.lazada.co.id•

www.babyfoot.co.jpbabyfoot.co.jp/e/l-beauty.net

www.babyfoot.co.jp

Page 24: Tabloid Halojepang Juni 2013