Top Banner

of 24

Tabloid Diplomasi Desember 2011

Jul 17, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

DiplomasiTABLOID

No. 21, Tahun II, 2011- Juli - 14 Agustus No. 50 Tahun IV, Tgl. 15 DesemberTgl. 15 14 Januari 2012 2009

Media Komunikasi dan www.tabloiddiplomasi.org Interaksi

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia

Menlu RI :

Mengenang Seratus Tahun Mohammad Roem

Kontribusi Islam Dan Demokrasi Dalam Membangun IndonesiaMenyelesaikan Persoalan TKI di Malaysia Dengan Kepala DinginKebudayaan, Fondasi Untuk Memperkuat Hubungan RI - Suriname

Dai Bachtiar :

Memetakan Jalan Bagi Interaksi Komunitas ASEAN dengan Komunitas Film Bertema Bulutangkis Global Bangsa-Bangsa

Bali Concord III Nia Zulkarnaen :

KING

Pertama di Dunia

Email: [email protected] Email: [email protected]

ISSN 1978-9173

Email: [email protected]

9

771978 917386

www.tabloiddiplomasi.org

ISSN 1978-9173

Program Outstanding Students for the World (OSTW)

Memacu Generasi Muda Indonesia 771978 917386 Prestasi di Kancah Global Meraih9

Departemen Luar Negeri Republik Indonesia

DiplomasiTABLOID

Media Komunikasi dan Interaksi

Daftar Isi>4 >5 >6 >7 >8 >9 > 10FokusBali Concord III Memetakan Jalan Bagi Interaksi Komunitas ASEAN Dengan Komunitas Global Bangsa-Bangsa

> 11 > 17 > 18 > 20 > 21

soRoTDiplomat Otentik dan Analis Symbolik: Bekerja dengan Nurani

Fokus,A

kILAs

Meningkatkan Peran ASEAN Dalam Komunitas Global

Dinamika Arsitektur Ekonomi Kawasan Asia: Peluang Bagi Uni Eropa

FokusHasil - hasil Prestisius KTT ASEAN

kILAsAbad Asia-Pasifik

FokusKonferensi Blogger ASEAN ASEAN Organisasi Pertama Yang Didukung oleh Komunitas Regional Secara Online

sosokAnak Agung Gde Alit Santhika Direktur Eropa Tengah dan Timur Ditugaskan Dimanapun Selalu Happy

FokusPostur ASEAN Diperhitungkan Dalam Percaturan Global

WAWANCARAKJRI San Francisco Berupaya Meningkatkan Connectivity Antara Silicon Valley Dengan Industri IT di Indonesia

FokusPekerjaan Myanmar Menuju 2014

FokusMengoptimalkan Potensi Daerah Menghadapi ASEAN Community 2015

Kegiatan Program Outstanding Students for the World (OSTW) di Amerika Serikat

Memacu Generasi Muda Indonesia Meraih Prestasi di Kancah Global

12

B I N G K A I

Diplomasi

Teras DiplomasiKTT ASEAN ke-19 yang diselenggarakan pada 17 November 2011 di Bali menjadi penghujung dari keketuaan Indonesia di ASEAN. Selanjutnya estafet keketuaan ASEAN 2012 akan dipegang oleh Kamboja. Sehubungan dengan itu para Pemimpin ASEAN telah menetapkan tiga prioritas ASEAN kedepan, yaitu: Memastikan kemajuan yang signifikan dalam mencapai Komunitas ASEAN; Memastikan arsitektur dan lingkungan regional yang tetap kondusif untuk pembangunan; dan Meningkatkan peran ASEAN dalam komunitas global. Ada sembilan capaian utama yang berhasil diraih dan menjadi catatan penting dari keketuaan Indonesia di ASEAN 2011, yaitu sebagaimana yang dijabarkan oleh Presiden SBY dalam pidato pembukaan KTT ASEAN ke-19 di Bali. Saat ini banyak harapan yang ditumpukan kepada ASEAN, karena sejarah telah menguji dan membuktikan bahwa ASEAN semakin menjadi asosiasi yang matang, yang mampu menciptakan stabilitas dan keamanan kawasan, mampu meningkatkan kekuatan ekonominya, serta mampu menjadi komunitas yang makin people-centered dan mampu pula menjalin kerukunan antar indentitas dan peradaban yang beragam. Dengan modal dan posisi ini, ASEAN akan mampu berkontribusi dalam merespon berbagai dinamika global sejalan dengan tema Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun ini: Komunitas ASEAN di antara Komunitas Global Bangsa-bangsa, dimana ASEAN ingin berperan lebih besar dalam urusan dunia: to outreach to the world. KTT ASEAN ke-19 telah melahirkan Bali Concord III, yang akan memetakan jalan ke depan bagi interaksi komunitas ASEAN dengan komunitas global bangsabangsa. Hal ini sejalan dengan tradisi kerjasama ASEAN selama ini yang selalu membuka diri terhadap dunia luar. Semangat dari Bali Concord III adalah partisipasi dan kontribusi ASEAN yang semakin besar bagi pembangunan dunia yang lebih damai, lebih adil, lebih demokratis dan lebih sejahtera, termasuk peran aktif ASEAN untuk ikut mengatasi berbagai permasalahan fundamental dewasa ini. Sementara ini, dunia sedang dihadapkan pada ancaman krisis ekonomi global baru akibat gejolak keuangan di Eurozone. Masalah krisis keuangan ini menjadi agenda pembahasan dalam KTT G20 di Cannes dan KTT APEC di Honolulu. Dan disamping ketidak-pastian baru yang menghantui perekonomian dunia tersebut, permasalahan dan tantangan yang fundamental seperti ketahanan pangan, energi dan air; perubahan iklim; bencana alam, serta dampak revolusi teknologi informasi pada kehidupan masyarakat juga masih harus dihadapi bersama. Meskipun demikian, dalam dua dekade terakhir, telah banyak capaian yang diraih terkait dengan perdamaian, stabilitas, kemakmuran dan meningkatnya integrasi ekonomi. Mulai dari G-20 di Cannes, APEC di Honolulu, KTT ASEAN dan East Asia Summit di Bali, seluruhnya berada dalam satu rangkaian yang memiliki kaitan satu sama lain. Isu utamanya adalah mengatasi dampak krisis global dan membangun tatanan yang lebih berimbang. Di Honolulu, para Pemimpin APEC melihat adanya ekspektasi yang lebih optimis terhadap kawasan AsiaPasifik yang sekarang ini berada di barisan terdepan bagi pertumbuhan global. Terjadinya ketidakpastian ekonomi global, melemahnya pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja di banyak negara, dan risiko penurunan ekonomi yang signifikan, telah semakin memperkuat komitmen para Pemimpin APEC untuk memajukan kerjasama. Melalui pembangunan Visi Yokohama, para Pemimpin APEC secara tegas memutuskan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi regional dan global yang kuat, berkelanjutan, dan seimbang serta memajukan Green Growth sebagai tujuan bersama dan mengatasi persoalan ekonomi kawasan dan tantangan lingkungan. APEC telah memajukan tujuan-tujuan tersebut secara signifikan pada 2011, dan pada 2012 APEC akan bekerjasama untuk mengembangkan suatu daftar lingkungan yang secara langsung berkontribusi positif terhadap pertumbuhan green growth dan pembangunan berkelanjutan. Kemajuan telah dibuat dan ada kemungkinan yang baik bahwa abad ke-21 bisa jadi menjadi Abad Asia-Pasifik, karena saat ini, kawasan Asia-Pasifik telah muncul secara cepat menjadi poros strategis dan ekonomi dunia. Sementara itu sebagai upaya untuk terus meningkatkan citra Indonesia melalui keterlibatkan generasi muda, Kemlu RI telah menyelenggarakan program Outstanding Student for The World (OSTW) dengan melibatkan para siswa berprestasi. Sekarang ini diplomasi bukan hanya dilakukan oleh entitas pemerintah, melainkan sudah meluas ke segala sektor masyarakat sehingga menjadikan aktor-aktor diplomasi menjadi beraneka-ragam. Generasi muda merupakan salah satu bagian penting dari aktor-aktor diplomasi tersebut, karena nantinya akan menerima estafet kepemimpinan nasional. OSTW diharapkan memberikan manfaat secara jangka panjang yang akan berdampak pada citra Indonesia. Dimana melalui peran para pemuda berprestasi, Indonesia bisa menghilangkan stereotypestereotype negatif mengenai Indonesia yang ada dan berkembang di luar negeri.[] Selamat Tahun Baru 2012.

Pelindung Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Pengarah Direktur Diplomasi Publik Penanggung jawab/PemimPin umum Firdaus, SE. MH PemimPin redaksi Khariri Mamun redaktur Pelaksana Cahyono dewan redaksi Fransiska Monika Sitompul Isak Barry Kafiar Dila Trianti staf redaksi Saiful Amin Arif Hidayat M. Fauzi Nirwansyah Dian harja Irana tata letak dan artistik Tsabit Latief distribusi Mardhiana S.D. Suradi Sutarno Harapan Silitonga kontributor M. Dihar Staf Diplomasi Publik alamat redaksi Direktorat Diplomasi Publik, Lt. 12 Kementerian Luar Negeri RI Jl. Taman Pejambon No.6 Jakarta Pusat Telp. 021-68663162, Fax : 021-86860256, Tabloid Diplomasi dapat didownload di http://www.tabloiddiplomasi.org Email : [email protected] diterbitkan oleh Direktorat Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri R.I sumber gambar Cover :

presidensby.info

Bagi anda yang ingin mengirim tulisan atau menyampaikan tanggapan, informasi, kritik dan saran, silahkan kirim email:

[email protected] Tabloid Diplomasi tidak diperkenankan menerima dana atau meminta imbalan dalam bentuk apapun dari narasumber, wartawan Tabloid Diplomasi dilengkapi kartu pengenal atau surat keterangan tugas. Apabila ada pihak mencurigakan sehubungan dengan aktivitas kewartawanan Tabloid Diplomasi, segera hubungi redaksi.

DiplomasiTABLOID

Media Komunikasi dan Interaksi

Diplomasi

4

FOKUS

Bali Concord III Memetakan Jalan Bagi Interaksi Komunitas ASEAN Dengan Komunitas Global Bangsa-BangsaPresiden SBYPulau Bali memiliki makna historis yang khusus bagi kerjasama ASEAN, karena di sinilah tercapai beberapa kesepakatan penting yang menjadi pijakan arah perkembangan kerjasama ASEAN. Pada tahun 1976, telah dilahirkan Treaty of Amity and Cooperation (TAC), yang dikenal dengan Bali Concord I. Dokumen tersebut mengatur pola perilaku antar negara anggota, khususnya untuk tidak menggunakan kekerasan dan mengedepankan cara-cara damai. Semangat yang tertuang dalam TAC tersebut telah pula diterima oleh banyak negara non-ASEAN, dan hingga saat ini sebanyak 29 negara telah menjadi negara pihak pada TAC. Pada tahun 2003, Bali kembali mencatat sejarah dengan dilahirkannya Bali Concord II. Melalui Bali Concord II ini negara-negara ASEAN bersepakat untuk membangun komunitas berdasarkan tiga pilar: pilar politik dan keamanan, pilar ekonomi, dan pilar sosial budaya. Kita bergembira bahwa pasca Bali Concord II, ASEAN kemudian menyepakati ASEAN Charter yang mengukuhkan ASEAN sebagai rule-based organization. KTT ASEAN kali ini melahirkan Bali Concord III, yang akan memetakan jalan ke depan bagi interaksi komunitas ASEAN dengan komunitas global bangsa-bangsa. Hal ini sesungguhnya sejalan dengan tradisi kerjasama ASEAN selama ini yang selalu membuka diri terhadap dunia luar, seperti melalui mekanisme dialog ASEAN dengan mitra wicaranya dan forum strategis seperti ARF. Semangat dari Bali Concord III adalah partisipasi dan kontribusi ASEAN yang semakin besar bagi pembangunan dunia yang lebih damai, lebih adil, lebih demokratis dan lebih sejahtera, termasuk peran aktif ASEAN untuk ikut mengatasi berbagai permasalahan fundamental dewasa ini. Kita berkumpul pada saat dunia dihadapkan pada satu proses perubahan yang berdampak luas pada kehidupan umat manusia. Di Timur Tengah dan Afrika Utara transformasi sistem sosial dan politik melalui Arab Spring terus berproses. Sementara itu, dunia pun dihadapkan pada ancaman krisis ekonomi global baru akibat gejolak keuangan di Eurozone. Kita sama-sama mengikuti bahwa masalah krisis keuangan ini menjadi agenda pembahasan dalam KTT G20 di Cannes dan KTT APEC di Honolulu baru-baru ini. Sementara itu, di samping ketidakpastian baru yang menghantui perekonomian dunia, permasalahan dan tantangan yang fundamental juga masih kita hadapi, seperti ketahanan pangan, energi dan air; perubahan iklim; bencana alam, serta dampak revolusi teknologi informasi pada kehidupan masyarakat kita. Di tengah pancaroba ini banyak harapan ditumpukan pada kawasan kita. Sejarah telah menguji dan membuktikan bahwa ASEAN kian menjadi asosiasi yang matang, yang mampu menciptakan stabilitas dan keamanan kawasan, mampu meningkatkan kekuatan ekonominya, serta mampu menjadi komunitas yang makin people-centered dan mampu pula menjalin kerukunan antar indentitas dan peradaban yang beragam. Dengan modal dan posisi ini, saya percaya ASEAN mampu untuk berkontribusi dalam merespon berbagai dinamika global tersebut. Hal ini sejalan dengan tema Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun ini: Komunitas ASEAN di antara Komunitas Global Bangsa-bangsa. Maknanya, ASEAN ingin berperan lebih besar dalam urusan dunia: to outreach to the world. Berangkat dari tema ini, saya ingin menggarisbawahi lima hal pokok yang perlu dibahas pada rangkaian kegiatan KTT ke-19 ASEAN dan KTT terkait lainnya. Pertama, kita perlu melakukan langkah-langkah konkrit guna memperkuat ketiga pilar Komunitas ASEAN. Kita harus memastikan tercapainya seluruh Rencana Aksi di ketiga pilar tercatat secara seimbang dan saling mengisi, sebelum 2015. Pembangunan Komunitas ASEAN harus terus melibatkan segenap pemangku kepentingan di kawasan. ASEAN harus menjadi komunitas yang people-oriented, people-centered, dan people-driven. Mereduksi makna komunitas ASEAN dengan cara menjadikan asosiasi ini sebagai urusan pemerintahan negaranegara anggota semata, ataupun hanya menitik beratkan pada kerjasama ekonomi, sungguhpun itu penting, adalah keliru. Ke dua, kita perlu memperkuat pertumbuhan ekonomi di kawasan. Melalui pertumbuhan tersebut, kawasan kita akan lebih tahan (resilient) terhadap volatilitas perekonomian global. Lebih dari itu, daya tahan tersebut akan membuat kita mampu menjadi bagian dari solusi atas krisis keuangan dan ekonomi dunia saat ini. Kita juga akan mampu menyumbang pertumbuhan ekonomi global yang kuat, serta mampu membuat perekonomian global makin berimbang (more balanced global economy). Saya bergembira bahwa ASEAN telah memiliki peta jalan untuk menjaga tingkat pertumbuhan, antara lain dengan membangun konektivitas (connectivity) antar negara dan antar kawasan. Kita harus memastikan realisasi dari Master Plan on ASEAN Connectivity. Sama halnya, dalam kerangka nasional, Indonesia juga membangun konektivitas melalui MP3EI, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi domestik serta membangun peluang untuk investasi, perdagangan dan penciptaan lapangan pekerjaan. Dengan keterhubungan yang semakin efektif, maka perdagangan dan investasi antar negara akan meningkat. Tentunya yang kita tuju bersama adalah pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Kita berikan kesempatan yang adil bagi segenap warga kita untuk mendapatkan keuntungan dari semakin terintegrasinya perekonomian kawasan. Ketiga, kita perlu mengambil peran utama dalam menata arsitektur kerjasama kawasan yang lebih efisien dan efektif. ASEAN harus mampu mempertahankan sentralitas dan kepemimpinannya dalam berinteraksi dengan mitra wicara, dan dalam kesertaan ASEAN di forum-forum intra kawasan. Kerjasama dengan para mitra ASEAN telah kita kembangkan melalui mekanisme ASEAN Plus Satu, ASEAN Plus Tiga, ASEAN Defense Ministerial Meeting Plus, dan ASEAN Regional Forum maupun mekanisme-mekanisme lainnya. Sementara itu, dalam pembentukan arsitektur kawasan melalui kerangka East Asian Summit, kita perlu mengidentifikasi prinsip-prinsip bersama yang memandu hubungan seluruh negara peserta EAS. Melalui prinsip-prinsip itulah tata hubungan yang damai dan bersahabat tidak lagi terbatas pada Asia Tenggara, tetapi juga bagi negara-negara pelaku utama di kawasan Asia Timur ini. Kita membentuk East Asia Summit tentu bukan untuk menimbulkan perpecahan, tetapi justru untuk meningkatkan persatuan dan kebersamaan. Keempat, kita perlu menjaga stabilitas dan keamanan kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur. ASEAN harus senantiasa bertindak proaktif memfasilitasi dan melibatkan diri dalam penyelesaian berbagai residual issues yang selama ini menjadi faktor penghambat akselerasi kerjasama ASEAN. Dalam masa Keketuaan Indonesia, ASEAN memfasilitasi dialog damai masalah perbatasan antara Kamboja dan Thailand. Ke depan kita harus terus meningkatkan kapasitas dan kemampuan ASEAN dalam resolusi konflik. Kita patut bergembira bahwa ASEAN juga mampu membangun comfort zones bagi banyak negara untuk berdialog mengenai isu-isu yang pelik. Sebagai ilustrasi, di sela-sela pertemuan ARF bulan Juli lalu, telah berlangsung pembicaraan antara dua negara bersaudara, Korea Utara dan Korea Selatan. Selain itu, kesepakatan Guidelines on the Implementation of the Declaration on the Conduct of the Parties in the South China Sea antara ASEAN dan RRT telah menumbuhkan optimisme dalam melihat permasalahan di Laut China Selatan. Upaya kita meraih perdamaian dan stabilitas kawasan semakin maju dengan penerimaan negara-negara pemilik senjata nuklir terhadap kerangka kerjasama Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara (SEANWFZ). Kita harus memanfaatkan momentum yang sangat baik ini untuk melaksanaan penandatanganan Protokol SEANWFZ sesegera mungkin. Ke lima, dengan melakukan ke empat langkah yang saya sebutkan tadi secara bersamaan, maka kita akan memperkuat peran ASEAN secara global. Dalam dunia yang semakin kompleks dan saling kait-mengait, ASEAN sejatinya harus menjadi yang terdepan dalam mengatasi berbagai tantangan yang mencuat. ASEAN tidak boleh hanya menjadi penonton pasif, yang rentan menjadi korban permasalahan di belahan dunia lainnya. Kita berharap, Deklarasi Bali mengenai Komunitas ASEAN dalam Komunitas Global Bangsa-bangsa, akan menjadi petunjuk pelaksanaan dan landasan bersama kita, guna meningkatkan kontribusi ASEAN dalam penanganan isu-isu global. tulah agenda dan sasaran utama dalam rangakaian Pertemuan Puncak ASEAN tahun 2011 di Bali, Indonesia ini. (Di sunting dari Pidato Pembukaan Presiden RI pada KTT ASEAN ke-19 tanggal 17 November 2011, Bali Nusa Dua Convention Center).[]

No. 50 Tahun IV

15 DESEMBER 2011 - 14 JANuARI 2012

DiplomasiFOKUSKTT ASEAN

5

Meningkatkan Peran ASEAN Dalam Komunitas GlobalDi dalam statementnya, para Kepala Negara/ Pemerintah ASEAN juga menyatakan rasa simpati dan belasungkawa yang mendalam kepada Pemerintah dan rakyat negara-negara di Asia Tenggara atas hilangnya nyawa dan kerusakan aset-aset sosial, ekonomi serta lingkungan yang disebabkan karena terjadinya banjir di Kamboja, Laos, Filipina, Thailand dan Vietnam. Presidensby.info

KTT ASEAN ke-19, dengan tema Komunitas ASEAN dalam Komunitas Global Bangsa-Bangsa, telah diselenggarakan di Bali pada 17 November 2011. KTT yang dipimpin oleh Presiden RI, Dr. Susilo Bambang Yudhoyono ini dihadiri oleh Kepala Negara/Pemerintah seluruh negara anggota ASEAN serta Sekretaris Jenderal ASEAN. Dalam KTT tersebut para Kepala Negara/Pemerintah negara-negara ASEAN, telah melakukan diskusi secara luas dan terbuka serta berhasil menetapkan tiga prioritas ASEAN 2011, yaitu: Memastikan kemajuan yang signifikan dalam mencapai Komunitas ASEAN; Memastikan bahwa arsitektur dan lingkungan regional tetap kondusif untuk pembangunan; dan Meningkatkan peran ASEAN dalam komunitas global. Di dalam statement-nya, para Kepala Negara/Pemerintah ASEAN juga menyatakan rasa simpati dan belasungkawa yang mendalam kepada Pemerintah dan rakyat negara-negara di Asia Tenggara atas hilangnya nyawa dan kerusakan aset-aset sosial, ekonomi serta lingkungan yang disebabkan karena terjadinya banjir di Kamboja, Laos, Filipina, Thailand dan Vietnam.

Dalam hal ini para Kepala Negara/ Pemerintahan ASEAN menekankan pentingnya kerjasama dan koordinasi yang kuat diantara negara-negara ASEAN untuk meningkatkan kapasitas kawasan dalam pengelolaan bencana. Untuk itu para Kepala Negara/ Pemerintah ASEAN mengadopsi ASEAN Leaders Statement mengenai kerjasama mitigasi dan pencegahan banjir, serta bantuan pemulihan dan rehabilitasi. Kesepakatan seluruh Kepala Negara/Pemerintah negara-negara ASEAN terhadap tiga prioritas ASEAN 2011 dilakukan dengan mengadopsi dan menandatangani Bali Declaration on ASEAN Community in a Global Community of Nations. Para Kepala Negara/Pemerintah negara-negara ASEAN sepakat untuk mengadopsi dan mencatat dokumen-dokumen yang signifikan yang dihasilkan dalam kerangka tiga pilar Komunitas ASEAN, yaitu; ASEAN Framework for Equitable Economic Development: Prinsip-prinsip panduan pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan; Kerangka kerja ASEAN mengenai kemitraan ekonomi kawasan yang komprehensif; Komitmen Deklarasi ASEAN untuk mencapai Zero New HIV Infections, Zero Discrimination, dan Zero

AIDS-Related Deaths; Bali Declaration mengenai peningkatan peran dan partisipasi penyandang disabilitas; ASEAN Leaders Statement mengenai climate change pada Sidang ke-17 Konferensi Para Pihak dalam kerangka kerja Konvensi Perubahan Iklim PBB (COP-17 UNFCCC) dan Sidang ke-7 Konferensi Para Pihak yang membahas mengenai Protokol Kyoto (Protokol Kyoto CMP7); Laporan tahunan mengenai kemajuan pencapaian target 2011; dan Term of Reference mengenai ASEAN Ministerial Meeting on Women (AMMW). Secara garis besar, Chairs Statement pada penyelenggaraan KTT ASEAN ke-19 adalah terkait dengan persoalan Pembangunan Komunitas ASEAN 2015, Komunitas Politik dan Keamanan ASEAN (APSC), Komunitas Ekonomi ASEAN, Komunitas SosialBudaya ASEAN, dan Konektivitas ASEAN, Upaya mempersempit gap pembangunan di antara negara-negara ASEAN, Keterlibatan dan partisipasi masyarakat, Implementasi ASEAN Charter; ASEAN dalam lingkup kawasan yang lebih luas, Relasi eksternal ASEAN dan ASEAN Plus Three Cooperation (APT). Selain itu juga mengenai

instrumen-instrumen legal di bawah ASEAN Charter seperti ASEAN InterParliamentary Assembly (AIPA), Sekretariat ASEAN, dan ASEAN Foundation. Dalam hal Komunitas Politik dan Keamanan ASEAN, statemen para Kepala Negara/Pemerintah negara-negara ASEAN mencakup; Treaty of Amity and Cooperation (TAC) di Asia Tenggara, Good Governance, Manajemen dan Resolusi konflik, Kerjasama Maritim, Transnational Crime (TNC), Peacekeeping and PostConflict Peace Building, ASEAN Regional Forum (ARF), ASEAN Defense Ministers meeting (ADMM), ADMM Plus, ASEAN Security Outlook (ASO), dan South East Asia Nuclear Weapon-Free Zone (SEANWFZ). Disamping itu, statemen Kepala Negara/Pemerintah ASEAN juga menyoroti Kerjasama ASEAN dalam rangka persiapan kawasan Asia Tenggara sebagai zona bebas senjata nuklir dan senjata pemusnah masal lainnya (WMD), Komisi HAM antarPemerintah ASEAN (AICHR), ASEAN Legal and Law Ministers Meeting (ALAWMM), Kerjasama Visa ASEAN dan berbagai bentuk pelayanan sipil, serta review dua tahunan terhadap blueprint APSC, Untuk Komunitas Ekonomi ASEAN, statemen Kepala Negara/ Pemerintah negara-negara ASEAN mencakup; Kerangka kerja ASEAN untuk pembangunan ekonomi yang merata, Kerangka kerja ASEAN untuk kemiteraan ekonomi regional yang komprehensif, ASEAN Single Window, ASEAN Economic Initiative, ASEAN Mekong Basin Development Cooperation (AMBDC), ASEAN Strategic Transport Plan (ASTP), ASEAN Tourism, Food, Water and Energy Security, Kerjasama keuangan dan koordinasi ekonomi mikro, serta review atas cetak biru dan scorecard AEC. Sedangkan untuk Komunitas Sosial-Budaya ASEAN, statemen para Kepala Negara/Pemerintah negaranegara ASEAN mencakup; Manajemen penanggulangan bencana, Pekerja Migran, Pembangunan wilayah pedesaan dan eradikasi kemiskinan, Perubahan iklim dan lingkungan, Environmentally-Sustainable Cities, Pendidikan, Perempuan, Anakanak dan kelompok rentan lainnya, Pemuda, Kesehatan dan penyakit menular, Penyandang disabilitas, Ilmu pengetahuan & Teknologi, Olah raga dan pengajuan ASEAN sebagai tuan rumah World Cup 2030, serta Identitas budaya.[]

15 DESEMBER 2011 - 14 JANuARI 2012

No. 50 Tahun IV

Diplomasi

6

F O K U S

Hasil - hasil Prestisius KTT ASEANDalam press briefing yang diselenggarakan pada 19 November 2011 di BNDCC, Nusa Dua, Bali, Presiden SBY mengemukakan sembilan butir capaian utama sebagai hasil dari pertemuan-pertemuan puncak prestisius KTT ASEAN, ASEAN+, ASEANEast Asia, KTT PBB-ASEAN dan KTT-KTT terkait lainnya, yang telah dibahas dan diputuskan oleh para Pemimpin yang mewakili 18 negara ASEAN dan Mitra Dialogue ASEAN. Sembilan capaian utama Keketuaan Indonesia di ASEAN tersebut adalah berupa; Pertama: Langkah-langkah kongkrit guna memperkuat ketiga Pilar Komunitas ASEAN, yaitu: Keberhasilan penguatan langkah-langkah transformasi ASEAN dari sekedar asosiasi menjadi suatu komunitas kerjasama yang lebih kohesif sejalan dengan visi Komunitas ASEAN 2015; Memastikan kemajuan yang seimbang di antara ketiga pilar dibawah seluruh cetak biru Komunitas ASEAN secara konsisten dan saling isi-mengisi. KTT ASEAN ke-19 juga telah menyepakati sejumlah instrumen penting bagi penguatan pilar-pilar Komunitas ASEAN, yaitu berupa: Pembentukan ASEAN Institute for Peace and Reconciliation; Disepakatinya ASEAN Framework for Equitable Economic Development: Guiding Principles for Inclusive and Sustainable Growth dan ASEAN Framework for Regional Comprehensive Economic Partnership; dan Keberlanjutan komitmen untuk menjadikan ASEAN sebagai forum kerjasama yang peopleoriented, people-centred, and peopledriven. Kedua: Penguatan pertumbuhan ekonomi di kawasan. Indonesia terus mendorong langkah-langkah bersama bagi penguatan pertumbuhan ekonomi kawasan, dimana Indonesia telah memastikan agar ASEAN Architecture for Economic Integration and Cooperation betul-betul berfungsi dalam menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi negaranegara ASEAN. Disamping itu Indonesia juga terus mendorong implementasi The Master Plan on ASEAN Connectivity guna mendukung kerjasama perdagangan intra-ASEAN. Ketiga: Mengambil peran utama dalam menata arsitektur kerjasama kawasan yang lebih efisien dan efektif dengan menjadikan East Asia Summit (EAS) sebagai premier forum untuk pembahasan isu-isu strategis di kawasan. Kemudian adanya pengakuan para Leaders atas sentralitas ASEAN dalam menata arsitektur kawasan Asia Timur. Keempat: Menjaga stabilitas dan keamanan kawasan Asia Tenggara. Kawasan kita masih dihadapkan pada sejumlah tantangan, namun demikian selama Keketuaan Indonesia, ASEAN telah mampu mengelola konflik melalui mekanisme dialog, yaitu dalam hal isu Thailand-Kamboja dan isu Laut China Selatan. Di bawah keketuaan Indonesia, ASEAN berhasil menciptakan lingkungan yang kondusif bagi dimulai kembalinya Six Party Talks; Keberhasilan lainnya adalah adanya kemajuan yang signifikan dalam SEANWFZ, kemajuan isu maritim dalam ASEAN Maritime Forum (AMF) serta keberhasilan dalam memperkuat kemampuan ASEAN mengatasi konflik (conflict resolution) dan meningkatkan capacity building. Kelima: Penguatan peran ASEAN secara global, yaitu berupa peran ASEAN yang lebih besar dalam penanganan masalah-masalah global. Bentuk lainnya adalah berupa pengesahan Bali Declaration on ASEAN Community in a Global Community of Nations (Bali Concord III) serta dicapainya Kemitraan Komprehensif antara ASEAN dan PBB. Keenam: Upaya bersama untuk memperkuat ekonomi Asia Timur (Kawasan EAS), dimana dalam hal ini KTT Asia Timur di Bali telah menyepakati The Declaration of the 6th East Asia Summit on ASEAN Connectivity. Deklarasi ini menjadikan ASEAN Connectivity sebagai bagian penting dari kerjasama EAS. Ketujuh: Upaya bersama untuk membangun landasan dan tindakan nyata dalam menangani food, water, and energy security serta climate change. Kerjasama yang dilakukan oleh ASEAN adalah dalam bentuk implementasi skema ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserves (APTEER); Percepatan realisasi ASEAN Power Grid dan Rencana Aksi ASEAN untuk Kerjasama Energi (APAEC) 2010-2015, serta komitmen ASEAN untuk terus engage dalam pembahasan masalah perubahan iklim di berbagai forum. Kedelapan: Upaya bersama untuk mengatasi non-traditional security challenges: natural disasters, terrorism, dan transnational crimes. Hal ini dilakukan dalam bentuk peluncuran dan pemafaatan ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Centre); Implementasi ASEAN Convention on Counter-Terrorism dan ASEAN Plan of Action to Combat Transnational Crime; serta dicapainya komitmen untuk membuat suatu mekanisme untuk menangani masalah perompakan di laut. Kesembilan: Upaya bersama untuk memelihara perdamaian, keamanan dan stabilitas serta ketertiban Kawasan Asia Timur. Dalam hal ini KTT Asia Timur 2011 telah mengesahkan The Declaration of the East Asia Summit on the Principles for Mutually Beneficial Relations. Sementara itu terkait dengan aplikasi Timor-Leste untuk menjadi anggota ASEAN, telah diperoleh kesepakatan untuk membentuk ASEAN Coordinating Council Working Group (ACCWG) yang bertugas untuk melakukan pembahasan secara menyeluruh. Sementara itu Indonesia telah secara jelas menyampaikan dukungan penuhnya bagi keanggotaan Timor-Leste tersebut.[]

KTT ASEAN

Mengatasi Dampak Krisis Global Dan Membangun Tatanan Yang Lebih BerimbangSebenarnya, mulai dari G-20 di Cannes, APEC di Honolulu, KTT ASEAN dan East Asia Summit di Bali itu berada dalam satu rangkaian yang memiliki kaitan satu sama lain. Isu utamanya adalah mengatasi dampak krisis global dan membangun tatanan yang lebih berimbang. Namun demikian kita ingin agar KTT ASEAN lebih membumi. Forum G-20 dibuat pada tahun 2008 dengan tujuan untuk memecahkan permasalahan global secara kolektif meskipun fokusnya adalah ekonomi. Dalam KTT G-20 Cannes, Perancis, dibahas isu-isu pertumbuhan perekonomian dunia yang melambat, sektor keuangan dan pasar uang dunia yang tidak stabil, serta tidak berimbangnya perekonomian dunia. Hal ini berdampak langsung maupun tidak langsung bagi semua negara. Bagi negara berkembang, negara yang memiliki kesulitan internal, ini bisa berdampak lebih serius lagi, misalnya meningkatnya kemiskinan. Kemudian tujuan pembangunan yang tidak bisa dicapai seperti Millenium Development Goals, permasalahan sosial, politik, maupun keamanan publik yang sering terganggu. Pertemuan APEC di Honolulu, meskipun ada agenda-agenda tradisional yang kita bahas dari satu pertemuan ke pertemuan lain, tetapi sebenarnya ini mengalir dari apa yang telah kita sepakati di Cannes, karena para Pemimpin APEC mempertimbangkan hasil dari pertemuan G-20. Pada sesi pertama Leaders Meeting, telah dibahas mengenai situasi perekonomian global, termasuk bagaimana kita bisa kembali menjaga dan meningkatkan pertumbuhan, menciptakan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan. Lantas setelah itu kita berdiskusi kembali, melihat bahwa kondisi keuangan global seperti ini, lalu bagaimana kita bisa menciptakan stabilitas, bentuk reformasi peraturan seperti apa yang harus kita laksanakan, sehingga dengan demikian tidak menjadi penghalang bagi peningkatan kembali pertumbuhan global. Oleh karena itu diakhir KTT ASEAN, KTT Asia Timur, dan ASEAN plus, termasuk pertemuan ASEAN-PBB dan ASEAN-Amerika, saya juga akan menyampaikan bahwa konferensi di Bali akan lebih membumi (down to earth) karena kita memang sudah akan bicara mengenai bentuk implementasinya seperti apa, kebijakan yang dikembangkan secara bersama juga seperti apa.

No. 50 Tahun IV

15 DESEMBER 2011 - 14 JANuARI 2012

DiplomasiF O K U S

7

Konferensi Blogger ASEANDuta Besar AM. Fachir Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik, Kemlu RI

ASEAN Organisasi Pertama Yang Didukung oleh Komunitas Regional Secara OnlineAbad ke-21 telah menjadi saksi terjadinya revolusi teknologi komunikasi dan informasi dengan luar biasa cepat. Industri Dot Com tidak hanya berkembang dengan pesat tetapi juga memberikan pengaruh yang sangat besar, sehingga people-to-people contact yang biasa dilakukan secara langsung menjadi kuno. Jutaan orang setiap harinya berinteraksi melalui blog, facebook, twitter, dan media sosial online lainnya. Tidak diragukan lagi, bahwa Konferensi Blogger ASEAN merupakan suatu upaya yang signifikan untuk bersama-sama membangun Komunitas ASEAN 2015. Upaya perubahan integrasi ASEAN sebagai people-center tidak hanya menjadi tugas Pemerintah semata. Peningkatan dukungan dan keterlibatan dari para pemangku kepentingan publik sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan berbagai tugas yang diperlukan untuk mencapai tujuan Komunitas ASEAN. Sebuah masyarakat yang aktif, informatif dan partisipatif tentunya dapat membantu menjamin keberlanjutan berbagai program dan kegiatan ASEAN. Perkembangan teknologi internet di kawasan ASEAN sekarang ini telah membuat orang menjadi lebih dekat dari sebelumnya. Sebanyak 38% dari 590 juta warga ASEAN telah mengakses internet sebagai media baru untuk komunikasi, interaksi dan networking. Ini tentunya merupakan sebuah contoh people-to-people contact yang harus kita pertimbangkan sebagai salah satu bagian dari bangunan Pilar Komunitas Sosial-Budaya ASEAN. Terhadap latar belakang seperti itu, Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri, telah memutuskan untuk menjalankan program diseminasi di kalangan blogger di Indonesia untuk menumbuhkan kesadaran publik tentang ASEAN dan kerjasama ASEAN dengan negara-negara Mitra Dialog. Saya senang untuk berbagi bahwa program tersebut telah berhasil meningkatkan rasa memiliki di kalangan blogger, dan selain itu, juga telah memperkuat ide untuk membentuk ASEAN Blogger Community. Sebagai langkah awal, pada 10 Mei 2011, blogger Indonesia telah membentuk Komunitas Blogger ASEAN Cabang Indonesia. Melalui www.aseanblogger.com, Komunitas Blogger ASEAN Cabang Indonesia melakukan diseminasi berita secara kontinyu mengenai perkembangan dan pentingnya integrasi ASEAN. Para blogger dari negara-negara ASEAN berkumpul di Bali untuk melakukan pertukaran pengalaman, gagasan dan praktik-praktik terbaik untuk meningkatkan kesadaran publik. Saya dapat belajar dari diskusi-diskusi mereka yang luas tentang cara-cara dan sarana kerjasama, blogsphere, pengembangan teknologi informasi, dan strategi media sosial. Dengan senang hati kami mencatat bahwa kegiatan-kegiatan seperti itu bertujuan untuk membantu pembangunan ASEAN atas dasar semangat One Vision, One Identity, and One Community. Dalam hal ini telah tercapai pemahaman bersama di antara para peserta konferensi bahwa keterlibatan dan dukungan blogger ASEAN sangat diperlukan di dalam upaya membangun Komunitas ASEAN. Konferensi Blogger ASEAN ini akan menjadi salah satu tonggak sejarah people-to-people contact ASEAN di luar koridor birokrasi dan perbatasan teritorial. Setelah semua upaya dan kerja keras yang dilakukan bersama, kita akan segera menyaksikan penandatanganan Deklarasi Blogger ASEAN yang dengan ini kita akan meluncurkan ASEAN Blogger Community ke tingkat kolaborasi yang lebih tinggi. Deklarasi ini akan menjadikan ASEAN sebagai organisasi pertama yang didukung oleh komunitas regional secara online. Jelas, bahwa ASEAN bergerak di jalur yang benar, mengubah dirinya menjadi lebih dekat dengan masyarakat, menjadikan masyarakat sebagai pusat dan instrumen utama dalam pencapaian Komunitas ASEAN 2015. []Dok. Diplomasi

Kerjasama Maritim ASEANPara Pemimpin ASEAN menegaskan kembali komitmen untuk bekerjasama dalam menangani isu-isu maritim secara komprehensif dalam kerangka ASEAN Maritim Forum (AMF) dan mekanisme ASEAN lainnya untuk kepentingan kawasan ASEAN. Negara-negara anggota ASEAN telah berinisiatif untuk melakukan kerjasama dalam berbagi informasi antar negara anggota ASEAN dan juga mengakui pentingnya promosi dan harmonisasi dalam kerjasama perlindungan lingkungan maritim, termasuk kegiatan ilegal yang berkaitan dengan lingkungan maritim. ASEAN menyerukan dilakukannya upaya dan kerjasama yang berkelanjutan dalam memerangi pembajakan dan perampokan bersenjata di laut, memberantas illegal logging, penyelundupan barang dan manusia migran, perdagangan gelap obat-obatan dan semua kejahatan yang dilakukan di laut. Oleh karena itu para Pemimpin ASEAN menyambut baik hasil dari ASEAN Maritime Forum ke-2 di Pattaya, Thailand yang diselenggarakan pada 1719 Agustus 2011, dan mencatat adanya sebuah perkembangan berupa usulan untuk lebih memperluas AMF, back-toback dengan pertemuan AMF ke depan untuk memasukkan negara-negara di kawasan Asia Timur. Mengingat kerjasama maritim bersifat sangat dinamis, para Pemimpin ASEAN sepakat untuk mempertahankan sentralitas penuh ASEAN dalam proposal dan inisiatif baru terkait dengan kerjasama maritim di kawasan dan sekitarnya. Sehubungan dengan hal tersebut, para Pemimpin ASEAN telah menugaskan AMF untuk mulai mengembangkan pendekatan dan langkah-langkah kooperatif untuk kerjasama maritim lebih lanjut. Untuk tujuan tersebut, para Pemimpin ASEAN berkomitmen untuk menciptakan mind-set kerjasama maritim yang efektif pada isu-isu terkait serta memberikan rekomendasi dan solusi terhadap berbagai tantangan yang muncul saat ini.

kotakinformasi.wordpress

15 DESEMBER 2011 - 14 JANuARI 2012

No. 50 Tahun IV

Diplomasi

8

F O K U S

Postur ASEAN Diperhitungkan Dalam Percaturan GlobalKawasan Asia Pasifik saat ini mengalami masa-masa yang mungkin dapat dikatakan menuju kejayaannya kembali. Terlepas dari keberadaan ASEAN di kawasan dengan berbagai upaya peningkatan dialog serta kerjasama politik dan keamanan, pada saat ini ASEAN merupakan kawasan paling stabil di dunia. Pusat ekonomi dunia secara diamdiam atau secara perlahan juga sedang bergeser, dimana kawasan Asia Timur atau Asia Pasifik menjadi tumpuan masa depan melalui berbagai organisasi internasional seperti ASEAN dan APEC. Nampak bahwa negara-negara di kawasan ini berkontribusi untuk membagi perdamaian di kawasan. Mereka berkeinginan untuk menyatu dalam sebuah kemitraan yang dinamik sebagai komunitas yang saling peduli serta terintegrasi dalam pergaulan bangsa-bangsa di dunia. Dalam perkembangannya sebagai salah satu organisasi di kawasan, ASEAN terbukti lebih dapat memberikan kemungkinan besar dalam menciptakan stabilitas dan perdamaian serta mengembangkan kerjasama ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Sehingga sekarang ini postur ASEAN sudah sangat diperhitungkan dalam percaturan global. Hal ini mengingatkan bahwa keberadaan ASEAN telah berhasil membantu meredam berbagai potensi konflik di kawasan sehingga tidak berkembang menjadi konflik terbuka yang meluas. Ditengah semakin meluasnya dinamika perkembangan kawasan dan global saat ini, negaranegara ASEAN telah menyatakan komitmennya untuk memperkuat tiga pilar kerjasama ASEAN, yaitu kerjasama Politik dan Keamanan, Ekonomi dan Sosial Budaya. ASEAN juga telah memainkan peran kunci dalam pembentukan ASEAN Regional Forum (ARF) dimana forum ini telah terbukti meningkatkan kerjasama kawasan Asia Pasifik secara signifikan. Keberadaan forum ini juga mampu untuk menginisiasi terjadinya kerjasama dan berbagai peningkatan kerjasama di kawasan Asia Pasifik. Sebagai kilas balik, pada 1997 situasinya masih belum berubah, dunia terpuruk karena krisis moneter yang terjadi pada saat itu, dan kemudian dampaknya bagi kita adalah berupa membanding-bandingkan barangbarang orang ke dalam, tetapi bagaimana kita bisa memanfaatkan potensi daerah yang ada keluar. Karena yang lebih interes terhadap UMKM adalah para mahasiswa, karena itulah mari kita bantu UMKM. Bagaimana kita bisa memanfaatkan potensi daerah ini ke luar, yang sebenarnya bisa dilakukan tanpa harus membutuhkan suatu infrastruktur yang sangat besar, yang penting bagaimana kita dapat membantu masyarakat. Dalam era globalisasi, diplomasi tidak hanya terjalin antara G to G dan aktor-aktor utamanya juga bukan hanya sekedar negara saja. Diplomasi bentuk baru adalah diplomasi kita semua, dalam konteks negara yang dilakukan adalah diplomasi total. Apa yang dikatakan oleh bapak Menlu Natalegawa mengenai change make equilibrium, sekarang ini disebut sebagai doktrin Natalegawa yaitu dimana semuanya harus ada keseimbangan. Dengan memiliki lebih banyak kawan maka kita akan bisa berdagang lebih banyak, dan kalau kita berdagang lebih banyak maka untung yang bisa kita dapat juga akan lebih banyak. Dan itupun bukan untuk kita pribadi melainkan untuk masyarakat dan rakyat kita. Itulah yang harus dijadikan masukan terutama kepada generasi muda. Dalam hal ini Kemlu sangat aware terhadap adanya diplomasi yang lebih baik, dan Kemlu berharap kiranya dapat terus memberikan fasilitasi dan bekerjasama dengan agen-agen diplomasi publik di daerah-daerah untuk dapat terlibat lebih banyak dalam pengembangan aspek ekonomi, sosial, budaya dan hubungan internasional. Hal ini merupakan prioritas kita bersama dimana dapat dilaksanakan secara seksama demi penguatan politik luar negeri Indonesia. Politik luar negeri bukan hanya concern pemerintah, tetapi merupakan concern seluruh stakeholder dan bangsa ini. Seminar nasional ini merupakan salah satu upaya kerjasama antara Kemlu sebagai agen pemerintah dan para pemangku kepentingan daerah dalam bersama-sama menggali tentang peluang dan tantangan daerah terhadap pengembangan comprehensive advantage daerah dalam menghadapi ASEAN Community 2015.[]Dok. Diplomasi

Isman Pasya

Kepala Museum KAA, Bandung

krisis multidimensi. Krisis moneter tersebut mengajarkan kepada kita bahwa betapa pentingnya kerjasama kawasan atau yang disebut juga dengan regionalism, terutama dalam hal-hal yang bersifat ekonomi. Belajar dari krisis keuangan tersebut, sepuluh negara ASEAN bersama-sama dengan tiga mitra wicaranya yaitu China, Korea Selatan dan Jepang melahirkan inisiatif untuk membangun funding mechanism bersama dalam kerangka Chiang Mai Inisiatif. Hal ini untuk mengantisipasi terulang kembalinya krisis keuangan serupa dan untuk menangani meluasnya krisis di kawasan. Diharapkan dengan inisiatif ini maka kerjasama ekonomi dan pembangunan kawasan dapat mendukung terjadinya pembangunan ekonomi ASEAN yang terintegrasi. Tetapi, mekanisme integrasi ASEAN hanya dapat bekerja apabila didukung oleh semua stakeholder dan masyarakat. Kondisi yang ada di ASEAN pada saat ini menjadi tantangan bagi Indonesia untuk dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Konsolidasi dan koordinasi para pemangku kepentingan di dalam negeri antara pusat dan daerah perlu segera ditingkatkan, karena hal tersebut dapat menjadi upaya yang signifikan dalam pemberdayaan pengusahapengusaha lokal dalam sentra industri kecil, mulai dari proses produksi hingga pasca produksi menuju percepatan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional. Yang menjadi pertanyaan adalah

seberapa besar dan seberapa jauh pemerintah pusat dan daerah dapat mendukung pemberdayaan ini. Selain itu juga seberapa besar kesiapan pemerintah daerah untuk dapat merespon kebijakan insentif ekonomi yang diberikan. Dan mengingat perkembangan dunia internasional sekarang ini yang lebih kepada psikologi proyektif mengenai pembentukan ASEAN Community 2015, kiranya kita dapat lebih bersama-sama menyadari bahwa semua pemikiran yang ada di masyarakat untuk bersama-sama melihat dengan lebih jeli semua potensi lokal yang ada, dan potensi apa saja yang dapat dimanfaatkan oleh daerah untuk kemudian lebih diberdayakan agar dapat membantu dan mendorong pertumbuhan daerah tersebut. Kunci dari upaya ini adalah pada generasi muda yang merupakan sumber daya penting dari pembangunan daerah dan juga sebagai salah satu potensi demografi yang diharapkan dapat terus terlibat dan aktif dalam proses pemajuan ekonomi daerah dan pergerakan roda ekonomi daerah. Mereka bisa menggunakan diplomasi publik yang dapat mempromosikan potensi-potensi daerah ke manca negara. Saat ini, kemampuan entrepreneurship kiranya perlu ada dalam didalam hati sanubari setiap generasi muda, sehingga kalau mahasiswa punya naluri entrepreneurship, maka berbagai informasi mengenai daerah harus dapat dimanfaatkan untuk kepentingan daerah. Jangan hanya memakai atau

No. 50 Tahun IV

15 DESEMBER 2011 - 14 JANuARI 2012

DiplomasiF O K U S

9

Pekerjaan Myanmar Menuju 2014Saat Myanmar resmi ditunjuk sebagai ketua ASEAN pada 2014 (Kamis, 17 November 2011), sebetulnya ini justru menjadi tantangan menyeluruh bagi ASEAN. Pertaruhan tantangan disaat ASEAN menegaskan akan aktif lebih berkontribusi secara global seiring kesepakatan Bali Concord III.Publik internasional masih memandang negatif terhadap Myanmar sekalipun Thein Sein selaku pemimpin Myanmar berusaha meyakinkan pihak luar (termasuk Asia Tenggara) bhawa sedang terjadi demokratisasi bertahap. Sayangnya, kadang bukti konkrit yang ada masih menunjukkan bahwa pendekatan represif tetap dijalankan oleh rezim berkuasa di Myanmar. Seperti yang dikeluhkan dan terus disuarakan ASEAN Inter Parliamentary Myanmar Caucus / AIPMC, dimana masih terjadi berbagai kekerasan terhadap rakyat. Baik karena kepentingan ekonomi misalnya pembebasan lahan secara paksa di Yadana dan Shwe terkait jalur pipa energi (gas), seperti diungkap Shwe Gas Movement. Serta sebetulnya masih minimnya transparansi publik yang dijalankan rezim Thein Sein, bahkan ironisnya terkait keinginan Myanmar menjadi ketua ASEAN 2014. Semoga status ketua ASEAN 2014 yang didapat Myanmar bukan menjadi proyek mercusuar semata bagi Thein Sein dan pemerintahannya. Karena demokratisasi harusnya selalu beriringan dengan transparansi publik dan kebebasan pers. Membangun citra demokrasi bagi pihak asing (termasuk sesama anggota ASEAN) tidak bisa sebatas berusaha bersikap baik dalam berdiplomasi, tapi harus melakukan hal konkrit. Sementara tantangan demokratisasi di Myanmar bukan hanya situasi politik, tapi juga masih amat rendahnya tingkat kemakmuran di Myanmar. Rezim Thein Sein harus paham betapa susahnya memperbaiki ekonomi dan politik secara bersamaan. Myanmar bisa meniru Indonesia yang sebetulnya juga mendapat sorotan saat menjadi ketua ASEAN pada 2003. Padahal, Indonesia baru mengalami krisis multidimensi pada 1998, dan baru berselang 4 tahun mengadakan pemilu demokratis (1999). Tapi sejatinya, pemerintah Indonesia pun baru menjalankan demokrasi sejak 2001, karena terjadi pergantian kepemimpinan. Praktis, hanya 2 tahun efektif Indonesia berusaha memulihkan citra dihadapan ASEAN jelang KTT di Bali (2003). Nyatanya, Indonesia mampu membuktikan kepada publik internasional bahwa Indonesia mampu melakukan transformasi menjadi negara yang jauh lebih demokratis. Bahkan, Indonesia pun juga mampu memperbaiki perekonomian meski pada 1998 mengalami krisis ekonomi paling parah dibanding negara Asia lainnya. Mampukah Myanmar pada 2014 meniru Indonesia (2003) ? Jawabannya ialah seberapa jauh keterbukaan pemerintah Thein Sein memandang pihak asing. Ini bukan semata masalah politik, tapi justru terkait ekonomi. Ini tantangan bagi Myanmar yang selama ini cenderung amat bergantung dengan China dalam hal ekonomi. Terbukti amat patuhnya pemerintah Myanmar untuk membebaskan lahan di Yadana dan Shwe demi rute baru pipa energi ke arah China. Padahal, terlalu bergantung dengan China juga tak menguntungkan bagi kemandirian ekonomi Myanmar. Apalagi hampir dekat bagi 5 negara diluar pendiri ASEAN untuk efektif menjalani ACFTA. Apa yang membuat Indonesia berhasil melakukan transformasi politik dan ekonomi bersamaan (meski tak sempurna benar) pasca 1998, ialah kesediaan keterbukaan di berbagai bidang, termasuk politik dan ekonomi. Dengan demikian, saat pemerintah benar benar kehabisan anggaran karena benar benar kolaps pada 1998, sekalipun selalu menimbulkan debat, tapi keterbukaan ekonomi yang diiringi keterbukaan politik mendorong birokrasi kita memperbaiki transparansi publik setidaknya dalam jalannya pemerintah. Perlahan, pelaku ekonomi dalam negeri lebih aktif membangun ulang kegiatan bisnisnya, dan perlahan pula hadir ketertarikan ekonomi dari berbagai negara untuk berinvestasi di Indonesia. Maka Myanmar juga harus menjawab apakah Thein Sein akan tetap memberi keistimewaan kolutif yang selama ini saling menguntungkan (ekonomis, politis) dengan China, atau berusaha membangun kompetitivitas ekonomi nasional. Cara agar pemerintah Myanmar bisa mendorong aktivitas ekonomi terpadu dari rakyatnya sendiri, ialah jaminan bisnis tiap tiap warga sipil Myanmar dibiarkan kompetitif dan tidak ditakut takuti penindasan rezim jika dianggap menyaingi bisnis rezim pemerintah. Itulah dilema yang harus dijawab Myanmar apakah berani mengambil kebijakan yang lebih adil terhadap hubungan mereka dengan China, atau terus memaksakan diri bergantung pada China. Sementara disisi lain, Myanmar akan rentan menghadapi tekanan keamanan dari China jika memutus total hubungan dengan China hanya karena Myamar ingin mencitrakan diri sebagai negara yang lebih demokratis. Disinilah harusnya ASEAN bertindak sebagai mitra konstruktif yang bisa membantu bukan hanya mendorong demokratisasi. Tapi juga mitra ekonomi agar potensi ekonomi ASEAN yang makin besar seiring kestabilan pertumbuhan ekonomi di tingkat kawasan, bisa dilakukan pemerataan. Bagaimanapun, 3 pilar ASEAN yang direncanakan efektif berjalan pada 2015, apalagi terkait Masyarakat Ekonomi ASEAN / MEA, tidak akan berjalan efektif jika ada yang amat makmur dan ada yang amat tertinggal (secara ekonomi). ASEAN harus mengakui keadaan riil Myanmar yang amat bergantung dalam banyak hal dari China. Maka ASEAN harus lebih aktif membangun kebijakan yang mempercepat pembangunan ekonomi di Myanmar dan negara ASEAN yang masih tertinggal secara ekonomi. Terlebih, ketua ASEAN 2012 ialah Kamboja, yang juga berusaha memperlihatkan kebangkitan ekonomi dan memperbaiki kualitas demokrasi pasca perang. Kamboja bisa memakai acuan tindakan apa yang pernah dijalankan pemerintah Kamboja untuk perlahan bangkit, karenba karakteristik keadaan sosio kultural dan tantangan ekonomi politiknya hampir mirip dengan Myanmar. Menteri Luar Negeri AS pun juga berencana mengunjungi Myanmar melihat perkembangan KTT ASEAN tahun ini. Terlebih, kunjungan ini juga akan memastikan ulang benarkan Myanmar bisa dipegang komitmennya pasca penegasan ulang SEANWFZ (Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone). Dimana Myanmar dituding sebagai salah satu negara yang menikmati transfer teknologi senjataDok. Diplomasi

Adi Mulia Pradana,

Peneliti Institute of International Studies HI UGM Angkatan 2009

nuklir dari Korea Utara yang kembali dikemukakan ulang oleh Barack Obama terhadap Korea Utara. Artinya, AS sebetulnya juga sama seperti ASEAN, berusaha percaya bahwa Thein Sein dan jajaran pemerintahannya akan sungguh sungguh melakukan proses demokratisasi. Termasuk juga apakah Myanmar bisa mengikuti komitmen bersama yang telah disepakati di Bali, baik terkait SEANWFZ maupun Bali Concord III. Jika ingin menegaskan ulang kesiapan sebagai ketua ASEAN 2014, harusnya Myanmar sudah saatnya menjawab sorotan internasional dimana Myanmar tak lagi menjadi sumber masalah. Tapi ikut memberi sumbang peran di dalam ASEAN dalam kontribusi secara global, setidaknya dalam hal konstelasi keamanan. Baik menciptakan pemerintahan lebih demokratis, maupun meyakinkan bahwa Myanmar tak sedang mengembangkan senjata nuklir. Pekerjaan selama 2 tahun kedepan harus bisa dijawab Myanmar bukan hanya untuk Myanmar sendiri. Tapi juga mempertaruhkan citra ASEAN. Terlebih, dalam kepemimpinan di 2014 nantinya, Myanmar dituntut memimpin segala proses merampungkan persiapan menjalankan 3 pilar ASEAN secara efektif. Justru seperti pada Bali Concord II (2003) yang membuat Indonesia ternyata mampu memberi kontribusi fondasi awal terbentuknya 3 pilar ASEAN, Myanmar berkesempatan pada 2014 mencapai semacam Naypydaw Concord yang merampungkan segala tahapan terkait 3 pilar ASEAN.[]

15 DESEMBER 2011 - 14 JANuARI 2012

No. 50 Tahun IV

Diplomasi

10

F O K U S

Mengoptimalkan Potensi Daerah Menghadapi ASEAN Community 2015Edi Yuwono, Ph.D.Rektor Universitas Jenderal Soedirman (UnSoed), PurwokertoPresidensby.info

Pada pertemuan di Cha Am, Thailand, pada 1 Maret 2009 telah ditandatangani deklarasi kesepakatan menuju Komunitas ASEAN 2015 yang meliputi blue print atau cetak biru Komunitas ASEAN dalam bidang politik dan keamanan, ekonomi, dan sosial budaya. Dalam kaitan ini maka menjadi peluang dan sekaligus juga tantangan bagi Indonesia untuk meningkatkan kapasitas dan perannya di kawasan ASEAN. Adalah menjadi sebuah peluang

ketika kita memakainya sebagai ruang-ruang untuk mengelaborasi dan mengoptimalkan potensi yang kita miliki dan kemudian memanfaatkan sebesarbesarnya bagi kemaslahatan bangsa dan umat manusia pada umumnya. Sebaliknya situasi ini juga dapat dimaknai sebagai suatu challenge atau suatu tantangan manakala kita tidak mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Adalah sebuah keniscayaan bahwa kita hanya sebatas

menjadi penonton dan objek belaka, alih-alih sebagai leading sector atau aktor utama dalam komunitas negara-negara di kawasan Asia Tenggara tersebut. Sejak tahun 1963, Universitas Soedirman merupakan salah satu institusi pendidikan tinggi yang memiliki komitmen pada pengembangan sumberdaya berkelanjutan, dan bahkan dipertegas lagi pada masa kepemimpinan Prof. Isman. Dan sekarang kami melakukan repredict terhadap komitmen kami dalam pengembangan pedesaan hingga standarisasi tingkat lokal. Melalui komitmen tersebut, seluruh sumberdaya dan potensi yang dimiliki oleh Unsoed di arahkan menuju ke ketahanan kolektif civitas akademika untuk menggali, memodifikasi potensi dan meningkatkan mutu kualitas pedesaan yang ada, demi tercapainya kualitas kehidupan masyarakat itu sendiri. Tidak hanya berhenti pada jalur tersebut, Unsoed juga berusaha menjadi yang terdepan dalam mempromosikan potensi lokal atau daerah sebagai sebuah kekuatan sosial, ekonomi dan kebudayaan yang memiliki nilai tambah bagi negara dan bangsa ini dalam percaturan internasional. Berdasarkan uraian yang disampaikan tadi, Unsoed memandang mutlak bagi kita untuk mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Dari perspektif ekonomi,

menjadi kewajiban bagi kita untuk mendiversifikasi, melakukan modifikasi, dan memberikan nilai tambah pada setiap potensi lokal yang ada. Selain itu menjadi kewajiban bagi kita semua untuk menetapkan suatu standar yang tinggi bagi bidang jasa atau produk yang kita hasilkan, sehingga dapat tetap bertahan dan bersaing dalam kompetisi di level global. Dari perspektif politik dan keamanan, menjadi kewajiban kita untuk berpegang teguh pada empat pilar kebangsaan, yaitu; NKRI, Pancasila, UUD 1945 dan Bhina Ika Tunggal Ika. Sehingga spirit dan identitas ke-Indonesiaan kita senantiasa terjaga di dalam dinamika realitas yang lebih besar, yaitu dinamika hubungan antar bangsa. Sedangkan dari perspektif sosial budaya, menjadi kewajban kita untuk meningkatkan pengembangan kapasitas dan kualitas sumberdaya dan kehidupan socio-cultural sehingga memberikan penguatan pada kualitas kehidupan manusia secara keseluruhan. Sudah selayaknya Pemerintah Daerah di seluruh Indonesia memaksimalkan atau bisa lebih mengoptimalkan potensi daerah masingmasing dengan memanfaatkan peluang dan mengatasi tantangan dalam ASEAN Community 2015. []

Para Pemimpin ASEAN Sambut Baik Laporan Tahunan Sekjen ASEANPresidensby.info

Para Pemimpin ASEAN menyambut baik laporan tahunan Sekretaris Jenderal ASEAN yang menyoroti kemajuan berbagai upaya, peluang dan tantangan dalam membangun Komunitas dan proses integrasi ASEAN sejak dari KTT ASEAN ke-17 di Ha Noi, Viet Nam, Oktober 2010, hingga KTT ASEAN ke-19 di Bali, Indonesia, November 2011. Disamping itu, para Pemimpin ASEAN juga menyambut baik upaya pengembangan target pencapaian tahunan pada pelaksanaan cetak biru Komunitas ASEAN, yaitu berupa Bangunan Komunitas ASEAN - Target Tahunan 2011, serta kerjasama dan inisiatif baru menuju Komunitas ASEAN 2015 yang telah dan akan diintegrasikan ke dalam kebijakan dan program nasional masingmasing negara anggota ASEAN. Untuk itu, menurut pengamatan para Pemimpin ASEAN, sinergi dan koordinasi yang efektif di tiga pilar Komunitas ASEAN secara keseluruhan perlu diperkuat untuk memastikan bahwa semua kegiatan yang dilakukan responsif terhadap kebutuhan dan prioritas pembangunan komunitas dan integrasi ASEAN. Para Pemimpin ASEAN memberikan apresiasi terhadap upaya Dewan Komunitas ASEAN untuk mempromosikan dan memperkuat koordinasi semua badan sektoral ASEAN dan juga upaya Dewan Koordinasi ASEAN (ACC) untuk mempromosikan koherensi ketiga pilar Komunitas ASEAN. Disamping itu para Pemimpin ASEAN juga memuji peran Sekretaris Jenderal ASEAN dalam membantu mempromosikan koordinasi yang lebih baik.[]

No. 50 Tahun IV

15 DESEMBER 2011 - 14 JANuARI 2012

DiplomasiS O r O t

11

Diplomat Otentik dan Analis Symbolik: Bekerja dengan Nuranimemiliki watak, mental, budi pekerti yang luhur sesuai dengan kebudayaan Indonesia, dan dapat melaksanakan misinya secara tegas, lugas dan profesional. Dalam kegiatan itu hadir sebagai narasumber: Sukardi Rinakit, Ph.D, Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS); Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Guru Besar dan Pakar Psikolog Universitas Indonesia; Budiarto Shambazy, editor senior Harian Kompas; Dr. Al. Andang L. Binawan, SJ. pengajar di Sekolah Tinggi Filsafat Drikarya, Jakarta; dan Duta Besar Yuli Mumpuni Widarso, Staf Ahli Menteri Luar Negeri Bidang Politik, Hukum dan Keamanan. Dirjen IDP, A. M. Fachir menyampaikan pandangan dan harapannya terhadap diplomat Indonesia agar memiliki kesadaran, semangat dan energi untuk selalu melakukan perubahan sesuai dengan wewenangnya. Menurutnya, seorang diplomat harus kreatif, mampu berinovasi dan memiliki wawasan luas serta selalu bekerja beyond expectation, bukan hanya rutinitas. Pilihan menjadi seorang diplomat sekaligus PNS memiliki konsekuensi tersendiri: Diplomat bukan pedagang yang mencari kekayaan, tetapi diplomat dapat menjadi kaya dengan memberi manfaat kepada orang lain. Untuk itu, diplomat perlu bekerja dengan hati nurani dan ikhlas, tegasnya. Dubes Yuli Mumpuni dengan latar belakang pemahaman yang dalam tentang sejarah diplomasi dan teori-teori tentang bagaimana seorang diplomat yang baik,Dok. Kamdip

Dirjen IDP A.M Fachir, menyampaikan pandangan mengenai watak diplomat yang berhati nurani dan mendapat perhatian penuh para narasumber: Budiarto Shambazy; Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono; dan Dr. Al. Andang L. Binawan, SJ.

Character isnt something you were born with and cant change, like your fingerprints, its something you werent born with and must take responsibility for forming (Jim Rohn).Demikian benang merah yang disimpulkan oleh Direktur Keamanan Diplomatik, Kristanyo Hardojo pada kegiatan Sarasehan Pembentukan Watak dan Profesionalisme dengan tema, Penguatan Watak dan Profesionalisme Pejabat Dinas Luar Negeri (PDLN) sebagai Aset Diplomasi, di Bandung pada tanggal 7-9 November 2011. Sarasehan dihadiri sekitar 60 orang peserta dari berbagai satuan kerja di Kementerian Luar Negeri RI. Sarasehan ditujukan sebagai salah satu sarana pembinaan watak dan profesionalisme, terutama kepada para diplomat yang akan ditugaskan di perwakilan perwakilan RI di luar negeri. Harapannya, agar Diplomat Indonesia

Arti Penting Selat Malaka Bagi Uni EropaSelat Malaka memiliki arti yang penting bagi perekonomian dunia, termasuk bagi Uni Eropa, antara lain karena menjadi jalur yang dilalui oleh kapal-kapal yang membawa komoditi yang diperdagangkan dari atau ke Uni Eropa. Untuk mengelola Selat Malaka, saat ini telah terdapat mekanisme kerjasama trilateral negara pantai (litoral states) Indonesia, Malaysia dan Singapura. Duta Besar RI Arif Havas Oegroseno Keamanan, keselamatan, dan lingkungan menjadi 3 (tiga) aspek yang penting dan tidak terpisahkan dalam pengelolaan Selat Malaka oleh ketiga negara yang wilayahnya melingkupi Selat Malaka tersebut. Demikian inti presentasi yang disampaikan oleh Duta Besar RI Arif Havas Oegroseno saat menjadi pembicara dalam The 13th International Summit on Transnational Crimes yang diselenggarakan oleh Crans MontanaDok. kbribrussel

Forum di Jenewa, Swiss, pada tanggal 16-19 November 2011. Berbicara pada sesi Safety and Security at Sea and Intelligence dengan tema presentasi Managing Strategic Waters in Southeast Asia, Duta Besar Oegroseno pun menggarisbawahi pentingnya keamanan di darat, pembangunan kapasitas penegak hukum, serta mekanisme kerjasama negara-negara pantai dalam pengelolaan Selat Malaka. Indonesia memiliki peran yang signifikan dalam pengembangan kerjasama pengelolaan Selat Malaka, tegas Duta Besar RI Arif Havas Oegroseno. Crans Montana Forum (CMF) berdiri sejak tahun 1989 dan merupakan salah satu forum pertemuan yang prestisius di Eropa. Pertemuan yang diadakan oleh Crans Montana Forum baik di Brussel maupun kota-kota lain senantiasa dihadiri oleh berbagai kepala negara, menteri, pejabat pemerintah, kalangan akademisi dan dunia usaha. The 13th International Summit on Transnational Crimes yang diselenggarakan oleh CMF ini mengambil tema pertemuan Global Security in Changing World dan dibuka oleh Jean Paul Cateron (pendiri dan executive chairman CMF). Sekitar 300 peserta yang berasal dari 100 negara hadir dalam pertemuan ini, termasuk 20 orang Menteri yang hadir mewakili negaranya. (Sumber : Kedutaan Besar Republik Indonesia, Brussel).

metantang para peserta sarasehan untuk dapat memenuhi karakteristik seorang diplomat profesional, yang: ...Coodinator, Solution Seeker, Citizen Protector, Negotiator, Intelligence Analyst, Lobbyist, Opportunity Seeker, Image Builder, Reporter, Mediator, Representative, and Promotor Tidak kalah menariknya, para narasumber menyampaikan berbagai paparan yang mampu menyegarkan kembali berbagai dimensi sifat, watak dan karakter yang patut dimiliki maupun dihindari oleh seorang Diplomat Indonesia. Sukardi Rinakit mengharapkan Diplomat Indonesia mampu menjadi diplomat otentik, atau diplomat yang selalu sepenuh hati melaksanakan diplomasi dan memenangkan negosiasi tanpa mempermalukan pihak lawan, atau dalam istilah bahasa Jawa dikenal menang tanpa ngasorake (menang tanpa mempermalukan lawan) dan memiliki etos ngemong praja (menjaga kehormatan pemerintah dan negara). Untuk mencapai dua hal tersebut, diperlukan penguasaan budaya dan pemahaman alam bawah sadar (subconciousness) masyarakat negara akreditasi. Sementara itu, psikolog ternama Prof. Sarlito W. Sarwono mengulas perlunya Diplomat Indonesia memiliki kepercayaan diri yang tinggi, meningkatkan pengetahuan dan berwawasan luas, guna menjawab berbagai persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia secara komprehensif. Budiarto Shambazy, seorang lulusan Hawaii University, mengungkapkan bahwa Diplomat Indonesia harus menjadi manusia analis-simbolik yang mampu memecahkan masalah (problem-solver), teliti dan jeli (problem-identifier), memiliki daya pikir yang terlatih, skeptis (serba ingin tahu), dan kreatif. Menurutnya, dalam membentuk manusia analissimbolik diperlukan proses panjang dan sistem pendidikan yang memadai, paling tidak setara dengan Amerika. Lebih dari itu diperlukan kemauan siap berkorban, proses pencerahan, dan elemen-elemen demokrasi. Sementara itu Andang Binawan, melengkapi acara sarasehan dengan menyatakan Untuk menciptakan diplomat yang handal perlu diperhatikan proses pembinaan pribadi maupun struktural secara utuh. Jika setengah hati atau setengah proses karena mengikuti ritus pembinaan, maka yang akan muncul hanyalah diplomat-diplomat medioker. Saat ini Indonesia masih menjadi negara medioker, namun diplomatnya bukanlah diplomat medioker. Watak dan karakter seorang Diplomat, memang tak luput dari pengalaman, lingkungan dan kebudayaan yang membentuknya. Namun, lebih dari itu, unsur yang tidak kalah pentingnya adalah diri manusia itu sendiri.(fa)

15 DESEMBER 2011 - 14 JANuARI 2012

No. 50 Tahun IV

Diplomasi

12

B I N G K A I

Kegiatan Program Outstanding Students for the World (OSTW) di Amerika Serikat

Memacu Generasi Muda Indonesia Meraih Prestasi di Kancah GlobalPara peserta Outstanding Students for The World (OSTW) 2011 merasa bersyukur dan mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Kemlu RI, khususnya Direktorat Diplomasi Publik yang telah memberikan kesempatan berharga berupa penyelenggaraan program OSTW 2011. Bagi mereka program ini telah mewujudkan mimpi mereka dan mungkin juga sebagian besar generasi muda Indonesia untuk bisa berkunjung ke AS, apalagi tempat-tempat yang di kunjungi adalah sesuatu yang menurut mereka amazing and wonderful place. Para peserta OSTW 2011 juga mengucapkan terima kasih kepada para pendamping yang telah bekerja dengan sangat baik dan memahami sepenuhnya sifat keremajaan para peserta selama pelaksanaan program OSTW 2011 berlangsung. Selama di AS para peserta OSTW 2011 memperoleh kesempatan berkunjung ke lima kota, yaitu New York, Washington DC, Boston, Pittsburgh dan San Francisco, yang masing-masing memiliki kesan tersendiri bagi peserta OSTW 2011. Di Washington DC peserta OSTW 2011 memperoleh banyak pelajaran mengenai demokrasi dan bertemuDok. diplik

Foto bersama peserta OSTW di depan Capitol Hill, AS. (4/11)

Dok. diplik

Interactive Session dengan Sen. Jim McDermott

Koordinator program OSTW Firdaus, Dit. Diplik memberikan cenderamata kepada anggota kongres, Jim McDermot - Capitol Hill, AS.

langsung dengan salah seorang anggota Kongres AS, Senator Jim McDermot, yang merasa bangga terhadap Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia. Kebanggaan Senator Jim McDermot ini kemudian memicu peserta OSTW 2011 menjadi semakin bangga sebagai bangsa dan khususnya generasi muda Indonesia yang nantinya akan mengelola demokrasi Indonesia ke depan. Peserta OSTW 2011 berkeyakinan dapat menjadikan demokrasi di Indonesia menjadi lebih baik ke depan, bahkan sangat mungkin menjadi negara demokrasi terbesar di dunia. Di New York, peserta OSTW 2011 melakukan kunjungan ke Markas Besar PBB dan melihat secara langsung berbagai permasalahan yang dihadapi oleh dunia sekarang ini, seperti HAM, masalah sosial, ekonomi dan lain-lainnya. Di sini peserta OSTW 2011 juga melihat secara jelas bagaimana peran Indonesia di dalam memecahkan berbagai persoalan dunia tersebut. Dalam kesempatan tersebut, Watapri untuk PBB

No. 50 Tahun IV

Dok. kbribrussel

15 DESEMBER 2011 - 14 JANuARI 2012

DiplomasiB I N G K A Imenjelaskan bahwa Indonesia memiliki peran yang cukup penting di PBB dalam hal mengatasi berbagai permasalahan dunia tersebut. Pada saat berkunjung ke Boston, peserta OSTW 2011 sangat terkesan sekali dan berharap untuk bisa melanjutkan pendidikan S2 atau S3 di Harvard University atau MIT. Mahasiswamahasiswa Indonesia yang saat ini tengah belajar di Harvard dan MIT telah menginspirasi peserta OSTW 2011 untuk mengikuti jejak mereka bisa kuliah di kampus yang dikatakan sebagai kampus terbaik di dunia itu. Pengalaman berkesan lainnya yang di dapatkan oleh peserta OSTW 2011 adalah pada saat berkunjung ke Pittsburgh dan bertemu dengan komunitas Indonesia yang ada disana. Ternyata masyarakat Indonesia yang tengah menetap di Amerika itu memiliki rasa kebersamaan yang tinggi. Yang menarik adalah bahwa masyarakat Indonesia ini masih tetap mempertahankan budaya Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, walaupun mereka telah tinggal belasan tahun di Amerika. Hal ini tentunya membuat para peserta OSTW 2011 merasa kagum

13

Dok. kbribrussel

Kunjungan peserta OSTW ke PBB - New York (3/11)

Study Tour di Markas Google HQ, San Fransisco

terhadap mereka. Adalah hal yang luar biasa ketika melihat anak-anak Indonesia disana tetap diajarkan dan mampu memainkan alat musik gamelan dan juga melakukan tata-cara budaya daerah yang ada di Indonesia., Sementara peserta OSTW 2011, yang lahir dan besar di Indonesia hingga kurang lebih sekitar sembilan belas tahun, ternyata tidak satupun

yang memiliki keahlian memainkan alat musik tradisional Indonesia. Hal ini kemudian melecut peserta OSTW 2011 untuk lebih mendalami dan mencintai budaya tradisional yang dimiliki oleh Indonesia. Di San Fransisco, peserta OSTW 2011 memperoleh pelajaran tentang perkembangan teknologi dan inovasi, seperti misalnya penelitian tentang algae. Saat ini AS tengah mengembangkan algae sebagai sumber energi alternatif. Menurut peserta OSTW 2011, jika AS saja bisa melakukan hal itu, lantas kenapa Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan memiliki sumber daya laut yang sangat besar, tidak bisa melakukan hal yang sama. Bagi peserta OSTW 2011, pergi mengunjungi AS itu seperti berada dalam mimpi, dan sekarang ketika sudah kembali ke Indonesia, sepertinya mereka kemudian terbangun dari mimpi indah tersebut. Peserta OSTW 2011 kemudian terlecut untuk berupaya mewujudkan mimpi mereka, yaitu menjadikan Indonesia sebagai negara maju seperti AS, dan bahkan mungkin lebih maju. Setelah berkunjung ke AS, sekarang ini peserta OSTW 2011 sudah tidak lagi merasa seperti katak dalam tempurung, mereka dapat berkaca dan melihat diri sendiri setelah melihat dunia luar, dan justeru dari sinilah rasa nasionalisme mereka tumbuh semakin kuat.

Peserta OSTW 2011 berjanji untuk sharing dengan sesama generasi muda dan rekan-rekan pelajar/mahasiswa Indonesia agar bisa berprestasi dengan lebih baik lagi, sehingga dengan demikian bisa berkunjung ke AS seperti mereka. Karena itu mereka berharap agar program OSTW ini dapat dilaksanakan secara rutin untuk tahuntahun mendatang. Bagi peserta OSTW 2011, program ini telah memotivasi mereka untuk berprestasi dengan lebih baik lagi, dan berharap agar program ini juga memotivasi teman-teman pelajar/mahasiswa yang lainnya untuk berprestasi. Program OSTW 2011 merupakan suatu momentum bagi para pesertanya dan khususnya Indonesa, untuk mewujudkan Indonesia sebagai salah satu pemimpin dunia, karena saat ini Asia diprediksi akan menjadi pemimpin dunia, termasuk Indonesia. Dan letak keberhasilan Indonesia untuk menjadi pemimpin dunia berada di tangan generasi muda. Karena itu peserta OSTW 2011 mengharapkan agar program ini tidak hanya berhenti sampai disini, melainkan terus berlanjut guna memacu generasi muda Indonesia untuk meraih prestasi di kancah nasional, regional dan internasional. []

Dok. kbribrussel

15 DESEMBER 2011 - 14 JANuARI 2012

No. 50 Tahun IV

Diplomasi

14

l e N S A

Kunjungan OSTW ke New York

Diskusi Hangat Dengan Pimpinan UNESCOKunjungan peserta Outstanding Student For The World (OSTW) 2011 ke Amerika Serikat (AS) di awali dengan menyambangi kota New York, dan karena bertepatan dengan Hari Raya Idhul Adha, rombongan OSTW 2011 melaksanakan sholat Ied di Masjid Al-Hikmah yang terletak di Long Island Avenue. Para jamaah yang berasal dari berbagai sudut Kota New York sudah mulai berdatangan ke Masjid Al-Hikmah sejak pukul 7 pagi, dan sebagian besar datang bersama-sama dengan keluarganya. Masjid ini menjadi suatu kebanggaan bagi Umat Islam Indonesia yang tinggal di New York, karena merupakan satu-satunya masjid yang di bangun dan dimiliki oleh umat Islam Indonesia di luar negeri, dan kemudian menjadi pusat berbagai kegiatan dan silaturahmi warga Muslim Indonesia yang tinggal di New York. Kehadiran rombongan OSTW 2011 disambut hangat dan ramah oleh takmir masjid, ustad Muhammad Syamsi Ali. Shalat Ied dilaksanakan tepat pukul 09.00, kemudian dilanjutkan dengan khotbah Hari Raya oleh Ustad M. Syamsi Ali yang juga merupakan salah seorang tokoh agama di New York. Ustad M. Syamsi Ali adalah staf lokal di kantor PTRI untuk PBB dan alumni dari International Islamic University, Islamabad, Pakistan. Mengingat hukum yang berlaku di AS, maka penyembelihan hewan kurban tidak dilakukan di Masjid melainkan di slaughter house atau rumah potong hewan (RPH). Hukum di AS mensyaratkan penyembelihan hewan hanya boleh dilakukan di RPH. Petugas yang melaksanakan penyembelihan juga harus memiliki sertifikat khusus dari Departemen Peternakan AS. Selanjutnya, pada tanggal 9 November 2011, rombongan OSTW 2011 melakukan kunjungan ke Markas Besar PBB dan mendapat kesempatan untuk melihat secara langsung proses sidang di General Assembly PBB. Rombongan disambut oleh Ellie Hobeika, staf Sekretariat Jendral PBB yang berasal dari Libanon. Komplek Markas Besar PBB terdiri dari empat gedung utama dengan luas sekitar 18 hektar. Gedung yang tertinggi mencapai 153,9 meter dan terdiri dari 39 lantai. Sebelum di bangun pada 1947, pada awalnya gedung ini

Diskusi interaktif peserta OSTW dengan pejabat senior UNESCO (5/11)

adalah sebuah slaughter house. Atas sumbangan dana dari salah seorang pengusaha AS, John D. Rocckerfeller, Gedung PBB kemudian di bangun menjadi seperti sekarang ini, dan proses pembangunannya berjalan selama dua tahun. Selain melihat proses sidang di Majelis Umum PBB, rombongan OSTW 2011 juga dipersilahkan untuk melihat koleksi berbagai bentuk ranjau darat yang sedang diperangi oleh PBB. Salah satunya adalah ranjau yoyo yang banyak digunakan dalam konflik yang terjadi di negara negara Afrika. Harganya hanya sekitar 3 USD, namun sangat mengerikan, karena yang menjadi target sasaran adalah anakanak. Selanjutnya rombongan OSTW 2011 meninjau ruang Security Council atau Dewan Keamanan PBB yang pengamanannya lebih ketat dibanding dengan ruang atau bagian gedung PBB

yang lainnya. Ini dikarenakan ruang Dewan Keamanan lebih strategis dijadikan sebagai target serangan terorisme. Di ruangan inilah keputusan untuk memerangi atau memberi sangsi pada suatu negara diambil. Dan di ruangan ini pula sebuah perang bisa dicegah atau justru dimulai. Rombongan OSTW 2011 kemudian menyambangi kantor UNESCO (United Nations Educational Scientific and Cultural Organization) dan melakukan diskusi dengan pimpinan UNESCO. Saat diperkenalkan bahwa peserta OSTW 2011 adalah para juara Olimpiade Biologi, Olimpiade Robot, Olimpiade Debat dan event internasional lainnya, Senior Officer UNESCO Suzanne Bilello, agak terperangah dan mengatakan bahwa peserta OSTW 2011 ini memang luar biasa. Dalam kesempatan tersebut peserta OSTW 2011 menyampaikan keluhan mengenai sistem penjurusan

SMA di Indonesia yang hanya terdiri dari IPA dan IPS, serta penerapan ujian nasional. Menurut Suzanne, UNESCO tidak bisa ikut campur dalam penentuan kurikulum sekolah di negara-negara anggota PBB, namun UNESCO bisa membahasnya di konferensi-konferensi para pendidik yang dilakukan secara rutin oleh UNESCO. Kasubdit Ekonomi dan Budaya Direktorat Diplomasi Publik Kemlu RI, Firdaus Dahlan, SE. MA. selaku Pimpinan rombongan OSTW 2011 menyatakan merasa bangga dengan kejujuran yang disampaikan oleh siswa-siswa Indonesia berprestasi dalam diskusi dengan pimpinan UNESCO tersebut. Menurutnya hal ini menunjukkan freedom of speech atau kebebasan berpendapat di kalangan siswa Indonesia, dan itu merupakan pilar demokrasi yang sangat penting.[]

No. 50 Tahun IV

15 DESEMBER 2011 - 14 JANuARI 2012

Dok. kbribrussel

Diplomasil e N S A

15

Kunjungan OSTW ke Boston

Harvard Kenendy School Kagum Dengan Presentasi Peserta OSTWPada tanggal 10 November 2011, rombongan OSTW 2011 melakukan kunjungan ke Harvard University dan Massachussets Institut of Technology (MIT), dua kampus yang dikenal sebagai institusi pendidikan terbaik di dunia. Di Harvard University, tepatnya di gedung Harvard Kennedy School of Government, peserta OSTW 2011 secara bergiliran melakukan presentasi dalam bahasa Inggris. Siswa-siswi dari SMAN 28 Jakarta, yaitu Aldino Jasmi, Agnes Pingkan dan Aisyah Ativa, sebagai peraih Special Award Olimpiade Robot di Australia, tampil sebagai tim pertama yang mempresentasikan dua buah robot hasil karya mereka, yaitu Banyu-Bot dan Talo. Banyu-Bot adalah robot berbobot 40 kilogram yang mampu melakukan filtrasi (penyaringan ) air limbah menjadi air minum di lokasi-lokasi yang sulit dijangkau manusia. Sedangkan Talo adalah robot yang mampu mendeteksi secara dini terjadinya longsor hanya dalam hitungan 30 detik, dan selanjutnya mengeluarkan suara peringatan agar penduduk bisa segera menyingkir dari tempat terjadinya longsor. Presentasi selanjutnya dilakukan oleh para siswa pemenang International Exhibition For Young Inventor 2010 di Vietnam. Safira, dari SMA Sampoerna Bogor mempresentasikan penemuan timnya tentang cara men-charger ponsel dari sepatu. Kemudian Reijefki Simbolon, dari SMAN 17 PalembangDok. kbribrussel

mempresentasikan karya tim mereka berupa penyemprot hama hemat energi untuk perkebunan kelapa sawit. Sedangkan Agatha Ninan, dari SMA Stella Duce Jogjakarta mempresentasikan karya berupa alat penghemat cat tembok. Prestasi peserta OSTW 2011 ini memang tidak bisa dipandang sebelah mata, mereka sukses mempresentasikan hasil-hasil karya dan temuannya sehingga membuat professor dan para mahasiswa Harvard yang hadir, termasuk yang berasal dari Indonesia, tidak mampu menyembunyikan kekagumannya. Tepuk tangan yang riuh membahana di auditorium Harvard Kennedy School of Government tersebut. Menurut Profesor Elizabeth Osborn, Ketua Program Indonesia, Indonesia Harvard Kennedy School of Government and Democracy, prestasi peserta OSTW 2011 ini sungguh mengagumkan. Profesor Elizabeth menuturkan bahwa sebelumnya Presiden SBY pernah memberikan ceramah yang mengagumkan di Harvard, dan sekarang ini peserta OSTW 2011 menyampaikan presentasi yang juga mengagumkan, menurutnya ini suatu hal yang membanggakan. Selanjutnya Profesor Elizabeth meminta peserta OSTW 2011 untuk bersiap-siap masuk Harvard, dan mengingatkan untuk tidak perlu khawatir dengan biaya kuliah, karena ada banyak sekali beasiswa di Harvard.

Menurutnya yang paling penting adalah bahwa peserta OSTW 2011 ini mengajukan lamaran lebih dulu ke Harvard. Profesor Elizabeth optimis,

bahwa kedepan akan semakin banyak para siswa Indonesia yang bisa kuliah di Harvard. Kuncinya adalah belajar dengan tekun, memahami bidang yang diminati, dan tidak perlu takut untuk melamar ke Harvard, jelasnya. Usai melakukan presentasi di Harvard, rombongan OSTW 2011 kemudian melanjutkan kegiatan kunjungan ke Massachusets Institute of Technology (MIT) yang terkenal sebagai kampus terbaik di dunia dalam bidang sains dan teknologi. []

Program Outstanding Students for the World (OSTW)

Generasi Muda Salah Satu Aktor Penting Dalam DiplomasiKusuma HabirDirektur Diplomasi Publik, Kemlu RI Program Outstanding Students for the World (OSTW) yang tahun ini dilaksanakan dengan mengunjungi Amerika Serikat telah membawa hasil positif. Program ini terbukti telah berdampak pada citra Indonesia. Inilah memang yang kami harapkan sewaktu kami memikirkan bagaimana program ini dilaksanakan, karena memang baru dilakukan pada tahun ini. Tujuan dari program ini adalah bagaimana kita bisa terus berupaya meningkatkan citra Indonesia dengan melibatkan generasi muda. Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa sekarang ini diplomasi bukan hanya dilakukan oleh entitas pemerintah, melainkan sudah meluas ke segala sektor masyarakat sehingga aktor-aktor diplomasi itu menjadi beraneka-ragam. Generasi muda merupakan salah satu bagian penting dari aktor-aktor diplomasi tersebut, apalagi nantinya akan menerima estafet kepemimpinan, dimana dalam waktu dekat akan menduduki jabatan dan posisi penting di masyarakat, dan tidak menutup kemungkinan akan menduduki posisi pimpinan. Melalui program OSTW ini diharapkan juga bahwa kita dapat terus membangun jaringan dengan generasi muda. Kita dapat menjalin komunikasi dan kerjasama dengan para peserta OSTW agar kedepan program ini menjadi lebih efektif. Peserta OSTW berkunjung ke luar negeri untuk melihat bagaimana budaya negara lain dan berinteraksi dengan generasi muda di negara Dok. kbribrussel tersebut, dan tentunya ini menambah pengalaman para peserta OSTW. Namun demikian dengan pengalaman tersebut bukan berarti bahwa apa yang kemudian dilakukan didalam negeri sendiri tidak sebaik yang kita lihat disana, jadi ini hanyalah untuk suatu perbandingan. Karena ada juga yang menanyakan kenapa harus ke luar negeri karena Universitas kita juga sudah banyak yang maju, jelas ini adalah suatu pandangan yang harus kita pertimbangkan. Banyak orang di luar negeri yang menyampaikan bahwa Indonesia memiliki banyak potensi yang baik untuk menjadi negara yang besar, dan salah satu elemen itu adalah SDM. Peserta OSTW ini adalah sebagian dari SDM yang kita banggakan dan sangat kita harapkan untuk terus maju dan membawa bangsa Indonesia ke kondisi yang lebih baik dan sejajar dengan negaranegara besar yang lain. Apalagi pihak Harvard University juga telah menawarkan kepada salah satu peserta OSTW untuk bisa kuliah di Harvard.[]

Foto bersama peserta OSTW dengan Prof. Elizabeth Osborn, Ketua Program Indonesia, Indonesia Harvard Kennedy School of Government and Democracy (9/11)

15 DESEMBER 2011 - 14 JANuARI 2012

No. 50 Tahun IV

Diplomasi

16

l e N S Aoleh Tri Hardono, Phd., sesepuh warga Indonesia di Pittsburgh yang bekerja di Westinghouse Electric Company, sebuah perusahaan pembangkit listrik tenaga nuklir yang terkenal di AS. Pertemuan dengan warga Indonesia di Pittsburgh dilakukan di rumah Tri Hardono yang terletak di kawasan Moenroeville. Peserta OSTW 2011 tampak sangat menikmati masakan khas Indonesia yang disuguhkan, seperti rendang, sambal goreng hati, lumpia Semarang dan aneka makanan lainnya. Beberapa orang keluarga Indonesia yang hadir dalam pertemuan silaturahmi tersebut diantaranya adalah Ir. Pribadi Kardono dan Timur Sriharto, warga Indonesia yang mendirikan perusahaan di Pittsburgh, Prof. Doni Wulandana yang menjadi dosen di University Of Pittsburgh; Indra Ridwan, kandidat doktor bidang musik di University of Pittsburgh dan beberapa mahasiswa Indonesia yang kuliah di kota tersebut. Dalam pertemuan tersebut, rombongan OSTW 2011 di daulat untuk menunjukkan kebolehan mereka menyanyikan lagu-lagu daerah. Sementara warga Indonesia yang bermukim di Pittsburgh menampilkan kebolehan memainkan gamelan bersama dengan anak-anak mereka. Para warga Indonesia di Pittsburgh menyatakan merasa bangga dapat menerima peserta OSTW 2011 dan berharap agar mereka semua bisa kuliah dan tinggal bersama-sama di Pittsburgh.[]

Kunjungan OSTW ke Pittsburgh

Ahli Meteorologi Terkenal AS Mengagumi Pawang HujanRombongan OSTW 2011 berkunjung ke Pittsburgh pada hari Minggu, 12 November 2011. Pittsburgh adalah sebuah kota terkenal di AS yang terletak di negara bagian Pensylvania. Begitu tiba di kota yang juga terkenal dengan sebutan Steel City ini, peserta OSTW 2011 langsung bertolak ke Westinghouse Science Institute dan melakukan diskusi dengan Demetrius Ivory, seorang ahli meteorologi yang sangat terkenal di Pittsburgh dan juga AS. Ivory adalah alumnus dari Ohio University dan anggota American Meteorological Society yang secara rutin tampil di stasiun televisi Channel 4 untuk memaparkan prediksinya yang jitu tentang cuaca. Tidak mau kalah dengan kehebatan Ivory, salah satu peserta OSTW 2011, Ikhsan Brilianto, siswa SMAN 1 Jogyakarta pemenang Young Inventor Competition di Vietnam 2010 menyampaikan bahwa Indonesia juga memiliki ahli meteorologi namun tidak tampil di televisi. Selain itu Indonesia juga memiliki pawang hujan yang sering disewa saat ada acara besar di lapangan terbuka. Pawang hujan ini mampu menahan agar hujan tidak turun untuk beberapa saat, bahkan bisa memindahkannya ke tempat lain. Menurut Ivory kemampuan yang dimiliki oleh pawang hujan tersebut adalah sesuatu yang amazing. Kemampuan tersebut sangat sulit dan tidak bisa dijelaskan secara ilmiah, karenanya ia sangat ingin bisa segera ke Indonesia dan bisa bertemu dengan pawang hujan tersebut. Seusai berdiskusi dengan Ivory, rombongan OSTW 2011 kemudian berkunjung ke Avonworth High School (AHS) dan melakukan diskusi dengan sejumlah siswa SMA di Pittsburgh. Sejumlah pertanyaan yang diajukan oleh para siswa AHS menunjukkan bahwa pada umumnya mereka belum mengenal Indonesia dengan baik. Diantaranya mereka menanyakan apakah siswa di Indonesia bepergian ke mall dan mengenal Justin Bieber. Semua pertanyaan tersebut kemudian dijawab oleh Ruth Gracia Nainggolan, siswi SMA 28 Jakarta melalui sebuah presentasi yang dikemas dengan audio visual. Dalam

Melakukan diskusi group dengan sesama pelajar di westinghouse pittsburg

presentasi tersebut Tim OSTW 2011 juga menjelaskan mengenai tujuh mitos tentang Indonesia yang selama ini ada di benak siswa-siswa di AS, diantaranya mengenai Bali, Islam dan demokrasi di Indonesia, serta bencana alam yang sering terjadi di tanah air. Kepala Sekolah AHS, Ken Lockette sangat senang dengan paparan tersebut, dan menjelaskan bahwa kunjungan OSTW 2011 merupakan kunjungan para siswa Indonesia yang pertama ke sekolah tersebut, sebelum ini adalah para siswa dari Tiongkok yang berkunjung ke AHS. Ken kemudian mengajak para siswa dari kedua negara untuk saling bekerjasama dalam sebuah games. Selanjutnya peserta OSTW 2011 melakukan kunjungan dan presentasi di Pittsburgh Science and Technology Academy dan mengakhiri rangkaian kegiatan di kota Pittsburgh dengan mengunjungi Carnegie Mellon University dan bertemu dengan masyarakat Indonesia yang tinggal di kota Pittsburgh. Ada hal yang menarik dalam pertemuan antara peserta OSTW 2011 dengan para warga Indonesia yang sedang bermukim di Pittsburgh ini, dimana warga Indonesia di Pittsburgh menularkan dua hal kepada peserta

Dok. kbribrussel

OSTW 2011, yaitu berani bermimpi dan kerja keras. Istilah American dream, yaitu impian setiap orang untuk bisa hidup sukses dan bahagia di AS itu bisa ditempuh dengan semangat dan kerja keras. Hal tersebut diungkapkan

No. 50 Tahun IV

Dok. kbribrussel

15 DESEMBER 2011 - 14 JANuARI 2012

DiplomasiK I l A S

17

Dinamika Arsitektur Ekonomi Kawasan Asia: Peluang Bagi Uni EropaTata perekonomian regional Asia Pasifik saat ini ditandai dengan semaraknya pembentukan trade agreement antar negara dan kawasan, misalnya ASEAN-India, ASEAN-Jepang, ASEAN-China, dan ASEANAS. Hal ini menunjukkan dinamisme kawasan dan semakin meningkatnya interdependensi antara negara-negara di kawasan tersebut yang didorong oleh hasrat untuk memfasilitasi kebebasan pergerakan barang dan modal. Krisis yang menimpa negara-negara di Asia Tenggara pada tahun 1997-8 juga telah menyadarkan negara-negara tersebut bahwa mereka memerlukan kerjasama kemitraan dan standar bersama guna memfasilitasi perdagangan dengan para negara tetangga. UE merupakan investor terbesar di ASEAN dan mitra dagang terbesar ke-2 serta memiliki banyak kepentingan di Asia. Oleh karena itu, hubunganDok. kbribrussel

Uni Eropa (UE) dengan negara-negara di Asia perlu beranjak dari pola hubungan berupa development cooperation alias kerjasama bantuan pembangunan menuju pendekatan baru yang strategis dan komprehensif. Pandangan ini disampaikan oleh Duta Besar Arif Havas Oegroseno saat menjadi salah satu pembicara dalam seminar bertajuk The evolving regional economic architecture in the Asia-Pacific Implications for the European Union yang diselenggarakan oleh lembaga kajian EPC (European Policy Center) di Brussel pada tanggal 8 November 2011. Pandangan Duta Besar Oegroseno tersebut juga didukung oleh pembicara lain dalam seminar tersebut, yakni Duta Besar Selandia Baru untuk UE Vangelis Vitalis. Anggota kabinet Komisioner UE Universitas Parahyangan berhasil meraih juara pertama pada kegiatan Diskusi Ilmiah ini. Pada pelaksanaan short diplomatic course yang diselenggarakan di Museum Konferensi Asia Afrika, para delegasiDok. unpar

untuk Perdagangan Marjut Hannonen mengakui bahwa UE menyadari bahwa secara ekonomis dan politis semestinya UE lebih aktif di Asia. Mengenai strategi perdagangan UE di Asia, Hannonen menyampaikan bahwa walaupun UE telah memiliki free trade agreement dengan Korea Selatan namun target jangka panjangnya tetap free trade agreement dengan ASEAN. Selanjutnya, Duta Besar Oegroseno menghimbau agar UE memperluas engagement-nya dengan negara-negara Asia sehingga UE dapat sepenuhnya mendapatkan keuntungan dari peluang yang timbul dari kebangkitan Asia menjadi kekuatan utama perekonomian dunia. (Sumber : Kedutaan Besar Republik Indonesia, Brussel)[]

Forum Komunikasi Mahasiswa HI Se-Indonesia Gelar Pertemuan Nasional XXIIIKementerian Luar Negeri c.q Direktorat Diplomasi Publik bekerjasama dengan Forum Komunikasi Mahasiswa HI seIndonesia (FKMHII), pada tanggal 19-23 November 2011 telah menyelenggarakan kegiatan Pertemuan Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia (PNMHII) XXIII, di Bandung. PNMHII merupakan kegiatan rutin tahunan FKMHII, dan pada tahun ini Universitas Parahyangan, Bandung ditunjuk sebagai tuan rumah dengan mengangkat tema Global Strategies in Managing Disaster : Mitigating Potential Damages . Kegiatan ini diikuti oleh 200 lebih peserta dari 27 universitas di Indonesia. Selain sebagai ajang pengembangan intelektual, PNMHII juga dijadikan ajang silaturahmi sesama mahasiswa HI se-Indonesia. Tahun ini para peserta mendapat kesempatan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan akademis berupa seminar, diskusi ilmiah dan short diplomatic course serta kegiatankegiatan lainnya berupa Joint Statement Forum, Sidang Forum dan Workshop. Pada kegiatan diskusi ilmiah,

Peserta pertemuan Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional (HI)XXIII sedang mengikuti pelaksanaan short diplomatic course simulasi sidang PBB yang diselenggarakan di Museum Konferensi Asia Afrika, Bandung (21/11).

para delegasi bersaing untuk memperebutkan piala bergilir dari Kementerian Luar Negeri RI. Diskusi ilmiah merupakan salah satu bentuk pengembangan kualitas akademis dan intelektualitas dari mahasiswa ilmu hubungan internasional. Kegiatan ini tentunya harus didukung dengan melakukan pengamatan, analisa, pemberian saran hingga kritik pada persoalan-persoalan internasional yang terus berkembang. Dan untuk tahun ini

peserta membahas tentang manajemen bencana internasional, namun dikemas dalam bentuk simulasi sidang PBB. Dalam kegiatan ini para delegasi peserta dituntut untuk mampu memberikan general statement, melakukan negosiasi atau lobbying yang efektif, hingga menghasilkan draft resolusi bagi kemajuan disaster manajemen secara global. Kegiatan ini merupakan wadah latihan yang sangat bermanfaat

bagi para mahasiswa, khususnya mahasiswa HI untuk mengasah kemampuannya dalam berbicara, menyampaikan pendapat, bernegosiasi, dan berdebat dalam bahasa Inggris. Tentunya aplikasi ilmu yang diajarkan di kampus sangat berguna di acara ini. Delegasi India, dimana Dimas Muhamad dan Tania Olga dari Universitas Parahyangan termasuk sebagai anggota delegasi, berhasil meraih predikat sebagai Best Delegation, sedangkan Best Spokesperson diraih oleh I Made Adhi Pratama dari Univernitas Udayana. Dalam seminar nasional yang membahas tentang penanggulangan bencana, Direktur Kerjasama IntraKawasan Asia Pasifik dan Afrika, Kemlu RI, tampil sebagai pembicara. Selain itu juga ditampilkan pembicara lainnya dari Oxfam, Bina Masyarakat Peduli (BMP) dan Habitat for Humanity. Menutup seluruh rangkaian kegiatan yang dipastik