Top Banner
EVALUASI IMPLEMENTASI STANDAR RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (R-SMA-BI) ( Studi Kasus di SMA Negeri 1 Baleendah Kabupaten Bandung ) TESIS Oleh: MOHAMMAD ARIFIN NIM. 08710047/S2 PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2010
212

T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

Aug 02, 2015

Download

Documents

Andre Prilianto
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

EVALUASI IMPLEMENTASI STANDAR RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (R-SMA-BI) ( Studi Kasus di SMA Negeri 1 Baleendah Kabupaten Bandung )

TESIS

Oleh:

MOHAMMAD ARIFIN NIM. 08710047/S2

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2010

Page 2: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

ii

Page 3: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

iii

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Mohammad Arifin

NIM : 08710047/S2

Alamat : Jalan Raya Banjaran N0. 18 Pameungpeuk Kab. Bandung

Menyatakan bahwa “Tesis” yang saya buat untuk memenuhi

persyaratan kelulusan pada Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Malang dengan judul: EVALUASI IMPLEMENTASI STANDAR

RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (Studi Kasus di

SMA Negeri 1 Baleendah Kabupaten Bandung) adalah hasil karya saya sendiri

bukan “duplikasi” dari karya orang lain.

Selanjutnya apabila dikemudian hari ada “claim” dari pihak lain, bukan

menjadi tanggung jawab dosen pembimbing dan atau pengelola Program

Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, tetapi

menjadi tanggung jawab saya sendiri.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan

tanpa paksaan dari pihak manapun.

Malang, 16 Juli 2010

Hormat saya,

Mohammad Arifin

Page 4: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

iv

Page 5: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

v

Page 6: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

vi

ABSTRAK

Mohammad Arifin, 2010, Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional: Studi Kasus di SMA Negeri 1 Baleendah, Tesis Jurusan Manajemen Pendidikan Islam, Universitas Islam Negeri Maliki Malang. Pembimbing: (1) Dr. Sugeng Listiyo Prabowo, (2) Slamet,MM. Phd.

Kata Kunci: Evaluasi Implementasi Standar R-SMA-BI .

R-SMA-BI merupakan salah satu program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sekolah di Indonesia supaya mampu menghadapi di era global. Pelaksanaan programnya sendiri dilaksanakan dengan tiga tahapan, pertama tahap pengembangan yaitu untuk tiga tahun pertama, kedua tahap konsolidasi untuk tahun ke empat dan kelima ketiga tahap kemandirian yaitu tahun ke enam dan tujuh. SMA Negeri 1 Baleendah sejak tahun pelajaran 2007-2008 telah ditunjuk Departemen Pendidikan Nasional untuk menjadi rintisan sekolah bertaraf internasional , sehingga saat ini sudah masuk tahun ketiga. Banyak hal yang sudah dilakukan dalam tiga tahun terakhir ini dari mulai pengelolaan, pengembangan kurikulum, merumuskan kompetensi lulusan, membenahi proses pembelajaran, mebenahi sistem penilaian, meningkatkan standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, membenahi sarana arasarana dan membenahi standar pembiayaan. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan perubahan yang penting dilakukan oleh SMA Negeri 1 Baleendah untuk menuju sekolah yang bertaraf internasional.(2) Mendeskripsikan tingkat ketercapaian R-SMA-BI di SMA Negeri 1 Baleendah (3) Mendeskripsikan berbagai hambatan dalam Implementasi standar R-SMA-BI di SMA Negeri 1 Baleendah dan (4) Merumuskan strategi percepatan pencapaian SBI. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Baleendah, metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus, teknik pengumpulan data meliputi:(1)wawancara mendalam, (2) observas,dan(3)studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) perubahan yang telah dilakukan sekolah meliputi perubahan visi-misi, mengadopsi serta mengadaptasi ISO 9001/12000/14000. Untuk manjemen kurikulum sampai saat ini masih menggunakan KTSP .Untuk peningkatan SDM sekolah melakukan pelatihan bahasa Inggris, komputer untuk semua tenaga pendidik dan tenaga kependidikan serta memberikan dorongan dan bantuan secara finansial kepada guru supaya melanjutkan penndidikannya ke S2. Sedangkan dalam manajemen sarana prasarana sekolah telah melakukan banyak perubahan terutama untuk kegiatan belajar mengajar di kelas dengan berbasis information comunication technology.(ICT). (2)Adapun ketercapaian standar R-SMA-BI sampai saat ini baru mencapai74,4%.(3) Hambatan yang dihadapi adalah masih terkendala rendahnya SDM sekolah untuk hubungan internasional human relation, (4) strategi untuk mempercepat pencapaian standar R-SMA-BI ada tiga hal yang dinilai sangat strategis yaitu, (1) Seluruh aktivitas pendidikan di sekolah beporors pada visi-misi (2) Peningkatan manajemen mutu pengelolaan sekolah, (3) Peningkatan manajemen mutu pembelajaran Dari hasil penelitian, saran-saran yang diajukan yaitu: (1).Peningkatan sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan secara menyeluruh dan berkelanjutan,(2) Mengoptimalkan peran serta komite sekolah dalam memberdayakan stakeholders sekolah secara maksimal dalam kontribusinya ke sekolah. (3) Khusus bagi pemerintah daerah kabupaten Bandung supaya berperan lebih aktif dalam mengembangkan rintisan sekolah bertaraf internasional.

Page 7: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

vii

ABSTRACT

Mohammad Arifin, 2010, the evaluation of Implementation for pioneering standard of international school: Case study in SMA N 1 Baleendah, Thesis for department of Islamic Education Management, the State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim Malang. Advisor: (1) Dr. Sugeng Listiyo Prabowo (2) Slamet, MM. Phd.

Keywords: Evaluation of standard implementation R-SMA-BI

R-SMA-BI is one of government program that aim to increase the quality of school in Indonesia in order that is able to face this global era. The implementation of it program has been done in three steps, firstly the step of development which is for the first three years, secondly the step of consolidation for the fourth and fifth, thirdly the step of autonomous that is the sixth and seventh. Since of 2007-2008 the Senior high school of 1 Baleedah has showed by the Department of National Education for being the pioneering school of international standard, so that up to now it has been in the third years. There are many things has been done in the recent three years from the management, developing of curriculum, formulating the graduation competency, refinement of learning process, refinement of values system, improving the standard competency of educator and the personnel of educational, refinement of infrastructure and the refinement of defrayal standard.

The purposes of research are: (1) to describe the important change that has done by SMA N 1 Bleendah to reach the school of international standard. (2) to describe the level of achievement of R-SMA-BI in SMA N 1 Baleendah (3) to describe a variety of obstacles in the implementation of standard of R-SMA-BI in SMA N 1 Bleendah and (4) to formulate the strategy of achievement process for SBI.

The research has done in SMA N 1 Baleendah , and the method that used is qualitative approach by planning of case study, the technique of data collection included: (1) in-depth interview, (2) observation, (3) study of documentation.

Based on the research is showed that (1) the change has been done by the school are including the change of vision-mission, and adopted and adapted ISO / 9001/12000/14000. For the management of curriculum until this time is still using KTSP. For the improving of Human Resource of school has been making the training of English language, computer and financial supporting for the teacher in order that they are continued their study in the Post-Graduate. Whereas in the management of infrastructure of school has make many changes particularly for the study leaning in the class by the based on information communication technology (ICT). (2) The achievement of standard for R-SMA-BI until this time is only reach 74, 4%. (3) the obstacle that faced is it low quality of Human Resource of school for having international of human relation, (4) strategy of achievement standard process for R-SMA-BI are three things that judged very strategic that are; (1) all of education community of school are focused on the vision-mission (2) improving the management of school quality process, (3) improving the management of learning quality.

Based on the result of research has suggested that: (1) improving the educator resource and the personnel of education entirely and continuously (2) having the optimal purpose for the participant of school committee in the functioning of stakeholder as maximum in the contribution of school (3) special for the regional government of Bandung regency in order to play role more active in the development of pioneering school of international standard.

Page 8: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

viii

خالصة البحث

: على مستوى دوليتقدیر تنفيذ تقييس تمهيد المدرسة , ٢٠١٠, محمد عارفينالبحث العلمي , بالندة ١الحكومية الثانویة العليا البحث في المدرسة

موالنا حكوميةللتخصص تدبير التربية اإلسالمية بجامعة اإلسالمية اسوآغ لستيو برابوو دآتور ) ١: (تحت اإلشراف, مالك إبراهيم مالنج

.ةيالفلسف الماجستير تسالم) ٢( R-SMA-BIتقدیر تنفيذ تقييس تمهيد المدرسة :مفتاح الكلمات

R-SMA-BI التي تهدف إلى تحسين نوعية هو من برامج الحكومة

.جل ان یكون قادرا على مواجهة هذا العصر العالميأالمدارس في اندونيسيا من الطبقةالتطویریة هي في السنة الثالثة : أوال. خطواتتنفيذ برامجها تعقد بثالثة

الطبقة :ثالثا الطبقة االتحادیة هي للسنة الرابعة والخامسة :ثانيا. األولىالحكومية الثانویة العليا المدرسة . والسابعةة ادساإلستقالية بالنفس هي للسنة الس

التربية قد اختارها وزارة الشؤون ٢٠٠٨/٢٠٠٩ بالندة منذ سنة الدراسة ١الى اآلن تجري الى السنة ,العاليمستوى العلى الوطنية لتكون تمهيد المدرسة

وتطویر , آثير ما من األحوال التي نفذت في الثالثة األواخر من التدبير. الثالثة تحسينو, منوال التدریس تحسينو, آفائة الخرجين تحسينو, منهج التدریس تحسينو ,الوسائل تحسينو, وتطویر آفائة المدرسين والدراسة, آيفية اإلنتياجة .التنفيذ المالي

یعقد في المدرسة اشراح التفسير المهم) ١(مقصود هذاالبحث هو ) ٢( على مستوى دوليبالندة لتكون المدرسة مدرسة ١الحكومية الثانویة العليا

١الحكومية الثانویة العليا في المدرسة R-SMA-BI اشراح طبقة الحصولفي المدرسة R-SMA-BIاشراح أنواع العوائق عند تنفيذ الدرجة ) ٣(بالندة

. SBIترميز سياسة تسریع الحصول ) ٤(بالندة ١الحكومية الثانویة العليا والطریقة , بالندة ١الحكومية الثانویة العليا هذاالبحث یعقد في المدرسة

١-: سياسة تجميع الوثائق هي و, واقتراح البحث ,لمستخدمة هي تقریب الكميةا .ودرس توثيق الوثائق -٣. والمراقبة-٢. متعمقةال المقابلة و المحادثة

التغيير نفذته المدرسة هو تغيير ) ١(واستنادا إلى البحوث اظهرت ان لتدبير ISO 9001/12000/14000 البعثة والطيف اقتباسا و تكييفا مع بيئة

ولتطویر الثروة , KTSP حتى اآلن التزال المدرسة تستخدم منهج المنهجوآمبيوتر لجميع المدرسين , اإلنسانية نفذت جهة المدرسة الریاضة اإلنجليزیة

الدراسات العليا ليواصلوا دراستهم الى بالمساعدة المالية لهموأعطت التشجيع )٢S( , وسائل المدرسة قد عقدت آثيرا من التغيرات مع أن ذالك في تدبير

فضال في أنشطة الدراسة في الفصل بأساس اإلعالمات والمبلغة التجنولوجية )ICT(, )٢ ( أما حصول التمهيد R-SMA-BI 4، 74 اآلن یحصللى ا ٪. )٣ (

لعالقة المدرسة لالتصال العالمية في والعوائق هي ضعف الثروة اإلنسانية آل -١: هي أشياءثالثة R-SMA-BI الطریقة لتسریع حصول تمهيد ) ٤( اإلنسان

-٣المدرسة تدبير سجية تطبيق-٢أنشطة التربية محور في البعثة و الطيف .تطبيق تدبير سجية الدراسة

تطبيق ثروة -١: واستنادا إلى نتائج البحوث العلمية واقترح ما یلياآمال دور لجنة المدرسة في عرفة موقد المدرسة -٢. المدرس آليا واستمرارا

أآثر نشاطا في تطویر المدارس الرائدة على مستوى دولي -٣. تماما

Page 9: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

ix

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah SWT. Semoga sholawat dan

salam senantiasa terlimpahkan keharibaan Rasulullah SAW, Amien. Dan karena limpahan

rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul

“Implementasi Evaluasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (Studi Kasus: SMA

Negeri 1 Baleendah Kabupaten Bandung)

Tesis ini diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh

gelar Manajemen Pendidikan Islam (M.Pd) Program Studi Magister Manajemen

Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

Tesis ini dapat terselesaikan tidak lepas dari bantuan dan bimbingan berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih

kepada yang terhormat kepada:

1. Ayahanda dan bunda (almrhmh) Bapak / ibu mertua yang senantiasa memberikan

kasih sayang dengan tulus ikhlas sehingga penulis dapat menyelesaikan program

studi S2 di UIN MALIKI Malang

2. Prof. Dr. H Imam Suprayogo, sebagai Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim

Malang.atas segala pelayanan dan fasilitas yang telah diberikan selama penulis

menempuh studi.

3. Prof. Dr. H. Muhaimin,MA, Direktur Program Pascasarjana Universitasi Islam

Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan para asiten direktur, ketua program

studi serta staf/karyawan atas segala fasilitas dan pelayanan yang telah diberikan

selama penulis menempuh studi di UIN Maliki Malang.

Page 10: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

x

4. Dr. Sugeng Listiyo Parbowo selaku pembimbing I dalam penulisan tesis ini yang

selalu sabar dan tekun membimbing penulis dan tak henti-hentinya selalu

memberikan dorongan agar tesis ini cepat diselesaikan.

5. Slamet, MM. PHd. selaku pembimbing II dalam penulisan tesis ini yang sangat

telaten membimbing penulis, memberikan arahan dan selalu motivasi agar segera

menyelesaikan penulisan tesis ini

6. Drs. Aa Sudaya MPd. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Baleendah Kabupaten

Bandung atas kesediaannya mengizinkan dan membantu penulis untuk melakukan

penelitian di lembaga yang dipimpinnya.

7. Seluruh dewan guru, dan civitas akademika SMA Negeri 1 Baleendah yang telah

membantu penulis memberikan informasi dalam upaya penyelesaian tesis ini.

8. Semua sahabat mahasiswa program studi Manajemen Pendidikan Islam angkatan

2008, yang banyak memberikan inspirasi dan motivasi dalam penyelesaian Tesis ini.

Penulis berharap semoga budi baik semua pihak tersebut diatas mendapat

balasan dari Allah SWT berupa pahala yang berlipat ganda. Penulis menyadari

bahwa tesis ini masih sederhana dan penuh keterbatasan. Untuk

menyempurnakannya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari para pembaca yang budiman. Akhirnya semoga kita dapat

menganmbil manfaat dari karya tulis ini dan semoga Allah SWT. senatiasa

memberikan hidayah dan petunjuk-Nya kepada kita semua. Amin

Malang, 16 Juli 2010 Penulis, (Mohammad Arifin)

Page 11: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

xi

DAFTAR ISI Halaman

Halaman Sampul .................................................................................................................... i

Halaman Judul ....................................................................................................................... ii

Lembar Pernyataan ……………………………………………………………………….. . iii

Lembar Persetujuan .............................................................................................................. iv

Lembar Pengesahan .............................................................................................................. v

Abstrak ……………………………………………………………………………………. . vi

Kata Pengantar ....................................................................................................................... ix

Daftar Isi ................................................................................................................................ xi

Daftar Tabel ........................................................................................................................... xiv

Daftar Gambar ....................................................................................................................... xv

Daftar Lampiran .................................................................................................................... xvi

Motto ...................................................................................................................................... xvii

Persembahan ……………………………………………………………………………… . xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian ……………………………………………………………… 1

B. Fokus Penelitian ……………………………………………………………….. 7

C. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 7

E. Originalitas Penelitian …………………………………………………………. 8

F. Definisi Istilah ...................................................................................................... 12

G. Sitimatika Pembahasan ………………………………………………………… 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

1. Pengertian ………………………………………………………………… 15

2. Visi dan Misi SMA Bertaraf Internasional……………..…………………. 18

B. Evaluasi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

1 . Pengertian ………………………………………………………………… . 20

2. Tujuan ........................................................................................................... 23

C. Teori dan Kebijakan Standar Nasional Pendidikan SMA

Page 12: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

xii

1. Standar Pengelolaan ……………………………………………………... 26

2. Standar Isi ………………………………………………………………… 42

3. Standar Kompetensi Lulusan …………………………………………….. 55

4. Standar Proses …………………………………………………………… 64

5. Standar Penilaian Pendidikan …………………………………………….. 73

6. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan …………………………….. 77

7. Standar Sarana dan Prasarana ……….…………………………………… 91

8. Standar Pembiayaan ……………………………………………………… 104

BAB III, Metode Penelitian

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .......................................................................... 111

B. Data dan Sumbe Data …………………………………………………………. 112

C. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………………….. 113

D. Analisis Data …………………………………………………………………… 122

E. Pengecekan Keabsahan Temuan ………………………………………………. 124

BAB IV. PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data

1. Perubahan-Perubahan yang Penting dilakukan dalam Upaya Menuju SBI ……… 127

a. Perubahan Visi-Misi …………………………………………………………... 128.

b. Pengembangan Kurikulum ……………………………………………………. 129

c. Proses Pembelajaran …………………………………………………………... 134

d. Penilaian ………………………………………………………………………. 135

e. Pengembangan SDM …………………………………………………………. 136

f. Sarana Prasarana ……………………………………………………………… 136

2. Tingkat Ketrcapaian Program R-SMA-BI di SMA Negeri 1 Baleendah ………… 138

a. Standar Pengelolaan ………………………………………………………….. 139

b. Standar Isi / Kurikulum ………………………………………………………. 140

c. Standar Kompetensi Lulusan …………………………………………………. 140

d. Standar Proses ………………………………………………………………… 142

e. Standar Penilaian ……………………………………………………………… 143

f. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan ..……………………….............. 144

g. Standar Sarana Prasarana ……………………………………………………… 147

Page 13: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

xiii

h. Standar Pembiayaan …………………………………………………………… 148

3. Hambatan-Hambatan yang dihadapi dalam Penyelenggaraan R-SMA-BI ……… 149

4. Strategi untuk Mempercepat Pencapaian R-SMA-BI …………………………… 152

B. Temuan Penelitian ........................................................................................ 156

BAB V. PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Perubahan-Perubahan yang Penting dilakukan dalam Upaya Menuju SBI

1. Perubahan Visi-Misi …………………………………………………………….. 160.

2. Pengembangan Kurikulum ………………………………………………………. 165

3. Proses Pembelajaran ………………..…………………………………………… 166

4. Penilaian …………………………………………………………………………. 167

5. Pengembangan SDM …………………..………………………………………... 168

6. Sarana Prasarana ………………………..……………………………………….. 169

B. Tingkat Ketrcapaian Program R-SMA-BI di SMA Negeri 1 Baleendah

1. Standar Pengelolaan ……………………………………………………………... 172.

2. Standar Isi / Kurikulum ………………………………………………………… 172

3. Standar Kompetensi Lulusan ……………………………………………………. 173

4. Standar Proses …………………………………………………………………… 174

5. Standar Penilaian ………………………………………………………………... 174

6. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan ..………………………................... 175

7. Standar Sarana Prasarana ……………………………………………………….. 176

8. Standar Pembiayaan ………..……………………………………………………. 177

C. Hambatan-Hambatan yang Dihadapi ………………………………………….…… 177

D. Strategi untuk Mempercepat Pencapaian R-SMA-BI ………………………….…… 179

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……………………………………………………………………… 184

B. Saran –Saran ……………………………………………………………………… 186.

Daftar Pustaka

Lampiran-Lampiran

Page 14: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Originalitas Penelitian 11 Tabel 2.1 Indikator Operasional Visi Misi Bercirikan Keunggulan 30 Tabel 2.2 Upaya Menjalankan Indikator Keunggulan 32 Tabel 2.3 Tahapan Untuk Mewujudkan Visi 34 Tabel 2.4 Indikator Standar RKJM dan RKT 34 Tabel 2.5 Mengadopsi dan Mengadaptasi Standar ISO 37 Tabel 2.6 Alokasi Waktu Pada Kalender Pendidikan 49 Tabel 2.7 Indikator Operasional Penerapan KTSP 50 Tabel 2.8 Pemenuhan Standar Isi 52 Tabel 2.9 Pemenuhan Standar Kompetensi Lulusan 58 Tabel 2.10 Standar Akademik Berbasis TIK 62 Tabel 2.11 Indikator Operasional Standar Proses 67 Tabel 2.12 Indikator Operasional Standar Penilaian 75 Tabel 2.13 Indikator Operasional Standar Pendidik 85 Tabel 2.14 Indikator Operasional Standar Tenaga Kependidikan 87 Tabel 2.15 Indikator Operasional Standar Kepala Sekolah 89 Tabel 2.16 Indikator Operasional Standar Sarana Prasarana 96 Tabel 2.17 Indikator Operasional Standar Pembiayaan 109 Tabel 3.1 Materi dan Informan Evaluasi 118 Tabel 3.2 Kode Informan dan Teknik Pengumpulan Data 122 Tabel 4.1 Rekapitulasi Scor per Komponen evaluasi R-SMA-BI 138 Tabel 4.2 Skor Hasil Evalausi Kinerja Pengelolaan 144 Tabel 4.3. Skor Hasil Evalausi Kinerja Kurikulum 140 Tabel 4.4. Skor Hasil Evalausi Kinerja Kompetensi Lulusan 140 Tabel 4.5 Skor Hasil Evalausi Kinerja Proses Pembelajaran 142 Tabel 4.6 Skor Hasil Evalausi Kinerja Penilaian 143 Tabel 4.7. Skor Hasil Evalausi Kinerja Pendidik &Tenaga Kependidikan 144 Tabel 4.8. Skor Hasil Evalausi Kinerja Sarana Prasarana 147 Tabel 4.9. Skor Hasil Evalausi Kinerja Pembiayaan 148 Tabel 4.10 Faktor Penghambat dan Kegiatan yang Belum Terlaksana 155

Page 15: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 : Macam-macam Sekolah …………………………………………... 16

Gambar 4.1 : Pembelajaran dengan Teaching Assistant dari Prancis ……………. 130

Gambar 4.2 : Pembelajaran di Lab. komputer …………………………………... 131

Gambar 4.3 : Pembinaan Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) …………………….. 133

Gambar 4.4 : Pembelajaran di Lab. Bahasa ……………………………………... 137

Gambar 4.5 : Pembelajaran di Lab. IPA …………………………………………. 137

Gambar 5.1 : Perubahan yang dilakukan dalam upaya Mencapai R-SMA-BI …. 159

Gambar 5.2 : Ketercapaian Standar R-SMA-BI ………………………………… 170

Gambar 5.3 : Sub-sub Komponen yang Menjadi Penghambat R-SMA-Bi …….. 178

Page 16: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 : Macam-macam Sekolah …………………………………………... 16

Gambar 4.1 : Pembelajaran dengan Teaching Assistant dari Prancis ……………. 130

Gambar 4.2 : Pembelajaran di Lab. komputer …………………………………... 131

Gambar 4.3 : Pembinaan Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) …………………….. 133

Gambar 4.4 : Pembelajaran di Lab. Bahasa ……………………………………... 137

Gambar 4.5 : Pembelajaran di Lab. IPA …………………………………………. 137

Gambar 5.1 : Perubahan yang dilakukan dalam upaya Mencapai R-SMA-BI …. 159

Gambar 5.2 : Ketercapaian Standar R-SMA-BI ………………………………… 170

Gambar 5.3 : Sub-sub Komponen yang Menjadi Penghambat R-SMA-Bi …….. 178

Page 17: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

xvi

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat mohon idzin penelitian

Lampiran 2. Surat keterangan melaksanakan penelitian

Lampiran 3. Surat Penunjukan menjadi sekolah rintisan sekolah bertaraf internasional

R-SMA-BI) dari Direktur Pembinaan SMA

Lampiran 4 Surat Pernyataan dukungan dari Komite sekolah menjadi R-SMA-BI

Lampiran 5. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Sekolah (DPAS)

Lampiran 6. Komposisi instrument evaluasi kinerja

Instrumen 7 Instrumen Evaluasi penyelenggaraan R-SMA-BI

Lampiran 8. Rekapitulasi Hasil evaluasi kinerja Penyelenggaraan R-SMA-BI

Lampiran 9. Brosur Penerimaan siswa baru

Lampiran 10 Denah SMA Negeri 1 Baleendah

Lampiran 11. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Baleendah

Lampiran 12. Sertifikat Akreditasi dari BAN-S/M

Lampiran 13. SK pembagian tugas guru dan tugas tambahan lainnya

dalam proses belajar mengajar tahun pelajaran 2009-2010

Lampiran 14. SK pembagian tugas staf tata usaha tahun 2009-2010

Lampiran 15. Tata tertib guru dan karyawan SMA Negeri 1 Baleendah

Lampiran 16. Kebijakan mutu SMA Negeri 1 Baleendah

Lampiran 17. Daftar urut kepangkatan (DUK) guru

Lampiran 18. Daftar urut kepangkatan tata usaha dan karyawan

Lampiran 19 Tatatertib Siswa

Page 18: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

xvii

MOTTO

|·÷‚u‹ ø9uρ š Ï%©! $# öθ s9 (#θä. t s? ôÏΒ óΟÎγ Ïù=yz

Zπ−ƒ Íh‘ èŒ $≈yèÅÊ (#θ èù%s{ öΝÎγøŠ n= tæ (#θà)−G u‹ ù= sù ©! $#

(#θä9θ à)u‹ ø9uρ Zωöθ s% # ´‰ƒ ωy™

dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan

dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap

(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan

hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.

Page 19: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

xviii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Buah Karya Sederhana Ini Kepada Kedua Orang Tuaku, Hanya Dengan Peluh Dan doanyalah

Penulis Sampai Pada Kondisi Saat Ini Kepada Istri Tercinta, Yang Senantiasa Mendampingi Penulis

Dalam Suka Dan Duka Dalam Menjalani Sisa Hidup Dan Kehidupan

Teruntuk Buah Cinta Kami Ulwan Dhiaul Haq ,

Risalatul haq, Azmi Filhaq

Inka Farihalhaq Gantungkanlah Cita-Citamu Setinggi Bintang Di Langit

Semoga Kelak Kalian Menjadi Insan yang sholeh dan sholehah dan Berguna untuk masyarakat

Page 20: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

SMA Negeri 1 Baleendah sebagai salah satu sekolah dengan keunggulan layanan

pendidikan terbaik di kabupaten Bandung. Hal ini bisa dilihat dari trend pendaftar ketika

Penerimaan Siswa Baru (PSB) dari tahun ketahun”1.Sejak tahun ajaran 2007/ 2008 sudah

berperan aktif dalam mempersiapkan sumberdaya manusia yang mempunyai keunggulan

global dengan cara merintis pengembangan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

(R-SMA-BI).2

Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional SMA Negeri 1 Baleendah

diselenggarakan dengan landasan:

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, pasal 5 ayat 4: “Warga negara yang memiliki potensi

kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”.3

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, pasal 50 ayat 3: ”Pemerintah dan atau pemerintah daerah

menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang

pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional”.4

3. Surat Keputusan Direktorat Pembinaan SMA Dirjen Mandikdasmen Depdiknas

nomor: 697/C4/MN/2007 tentang Penetapan Penyelenggara Program Rintisan SMA

Bertaraf Internasional (SMA BI)5

1 Dokumen sekolah tentang PSB dari tahun 2000 s.d. 2009. 2 SK Direktorat jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah nomor 622/C4/MN/2007. 3 Undang-undang N0. 20 tahun 003 tentang sistem Pendidikan Nsional, Asa Mandiri, 2009, hlm.24. 4 Undang-undang N0.20 tahun 2003, “Sistem Pendidikan”, hlm.70. 5 Dokumen sekolah tentang penetapan SMA Negeri 1 Baleendah sebagai R SMA BI.

Page 21: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

2

4. Surat Diretorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah nomor

622/C4/MN/2007 tangal 29 Juni 2007 perihal keikutsertaan SMAN 1 Baleendah

pada worshop penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional.6

5. Pernyataan dukungan Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat cq Kasubdis Dikmenti

melalui surat nomor 008/82-Dikmenti/2007.7

6. Pernyataan dukungan penyelenggaraan program rintisan SBI dari komite SMA

Negeri 1 Baleendah nomor: 004/Komite-SMA.BE/2007.8

Penunjukan dari pemerintah baik pusat maupun daerah dan dukungan komite

sekolah adalah suatu penghargaan yang cukup prestise yang besar bagi sekolah. Sebab

tidak semua sekolah mendapatkan kesempatan tersebut, bahkan hanya satu-satunya

sekolah di kabupaten Bandung yang memiliki kesempatan dari 25 SMA Negeri dan 74

SMA Swasta yang ditunjuk menjadi sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

(R-SMA-BI). Penunjukan itu bukan tanpa alasan bagi pemerintah sebab nama besar

SMA Negeri 1 Baleendah dengan prestasinya, baik akademik maupun non akademik di

tingkat kabupaten maupun propinsi sudah sering diraihnya. Misalnya dalam prestasi

keikutsertaan pada olimpiade MIPA,9 bahasa Inggris, seni, olahraga, dan kegiatan

ekstrakurikuler lainnya.10

Berdasarkan hasil studi awal melalui observasi11 penunjukan itu menjadi

tantangan yang sangat berat bagi sekolah, sebab penunjukan itu tidak didasarkan pada

studi kelayakan yang ketat dan akurat yang merujuk pada standar yang harus dipenuhi

oleh R-SMA-BI. Sebagaimana syarat yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan

6 Dokumen sekolah tentang surat penetapan mengikuti workshop penyelenggaraan R SMA BI 7 Dokumen sekolah tentang surat dukungan penyelenggaraan R SMA BI untuk SMANegeri 1 Baleendah 8 Dokumen sekolah tentang dukungan atas penyelenggaraan R SMA BI untuk SMA Negeri 1 Baleendah 9 Dokumen sekolah tentang keikut sertaan siswa SMA Negeri 1 Baleendah di olimpiade tingkat kabupaten dan propinsi

10 Piala –piala dalam keikutsertaan pada kejuaraan antar sekolah tingkat kabupaten dan propinsi 11 Hasil Observasi penulis januari 2010

Page 22: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

3

R-SMA-BI, sebagaimana dalam panduan penyelenggaraan R SMA BI yaitu: bebarapa

syarat sudah terpenuhi namun ada yang belum terpenuhi. Adapun syarat yang dimaksud

adalah sebagai berikut 12

1. Sekolah menengah atas negeri atau swasta yang telah memenuhi standar Nasional dan terakrediatasi A.

2. Kepala sekolah memenuhi standar nasional pendidikan berkompeten dalam pengelolaaan manajemen mutu pendidikan serta mampu mengoperasikan komputer dan dapat berkompetensi dalam bahasa inggris

3. Memiliki tenaga pengajar , fisika, kimia, biologi, matematika dan mata pelajaran lainnya yang berkompeten dalam menggunakan ICT dan pengantar bahasa Inggris.

4. Tersedia sarana prasarana yang memenuhi standar untuk menunjang proses pembelajaran bertaraf internasional. antara lain : a. Memiliki tiga laboratorium IPA ( Fisika, Kimia, Biologi) b. Memiliki perpustakaan yang memadai c. Memiliki laboratorium komputer d. Tersedia akses internet e. Memiliki Web sekolah f. Memiliki kultur sekolah yang kondusif (bersih, bebas asap rokok, bebas

kekerasan, indah dan rindang) 5. Memiliki dana yang cukup untuk membiayai pengembangan program rintisan

SMA bertaraf internasional. 6. Penyelenggaraan sekolah dalam satu shift (tidak double shift) 7. Jumlah rombongan belajar pada satu satuan pendidikan minimal 9 (sembilan ) atau

setara dengan 288 siswa . 8. Memiliki lahan minimal 10. 000m2. 9. Memiliki jalan akses masuk yang mudah dilalui oleh kendaraan roda empat

Merujuk buku panduan tantangan yang dihadapi oleh SMA Negri 1 Baleendah ini

antara lain adalah “13:

Pertama, Masih lemahnya kemampuan guru menyusun kurikulum sekolah

menyebabkan terbatasnya ketersediaan dokumentasi kurikulum panduan pelaksanaan

kegiatan pembelajaran ( kurikulum sekolah ) secara lengkap untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

12Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah,

Diektorat Pembinan Sekolah Menengah Atas, Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA Betaraf Internasional (R‐SM‐BI), 2009, hlm. 8

13 Dokumen program sekolah tahun 2007, tentang kesiapan sekolah menuju sekolah kategori mandiri

Page 23: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

4

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Kedua, kurangnya alat penunjang sarana prasarana pendidikan seperti buku

pegangan guru, buku pegangan siswa dan buku referensi lainnya termasuk kelengkapan

laboratorium, baik laboratorium IPA, laboratorium komputer, laboratorium bahasa,

laboratorium IPS, pusat pengembangan akhlak mulia, kebun botani dan multimedia

berdampak pada peningkatan mutu pembelajaran yang sangat berat untuk mencapai

sekolah yang unggul dan mandiri. Pesatnya perkembangan media masa elektronik dan

media cetak selain mengandung dampak positip dalam meningkatkan pengetahuan juga

berdampak negatip yang dapat mempengaruhi moralitas yang tidak sesuai dengan moral

bangsa, sehingga perlu dijaga moralitasnya dengan baik .

Ketiga, Kondisi guru dalam penguasaan teknologi informasi berdasarkan angket

yang dialakukan oleh sekolah adalah14 75% guru SMAN 1 Baleendah masih kurang

mengenal dengan baik terhadap teknologi informatika, 20 % mengenal teknologi

informatika dengan baik dan 5% menguasai informatika dengan baik .

Keempat, rendahnya penghasilan orangtua dalam mendukung pelaksanaan

program kurikulum dalam menjadikan SMA Negeri 1 Baleendah sebagai sekolah yang

unggul dalam prestasi dan berbudaya untuk menghasilkan lulusan yang menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi dengan berlandaskan nilai-nilai religius, kultural dan

berwawasan lingkungan sangatlah berat membutuhkan kemampuan guru untuk

mendorong peserta didik menjadi mandiri dan bangga terhadap bangsanya.

Kelima, beratnya beban kurikulum yang harus ditempuh oleh siswa karena

banyaknya mata pelajaran yang harus diterima siswa. Oleh sebab itu dibutuhkan

14 Dokumen sekolah tentang kesiapan guru dalam penguasaan teknologi informasi. Tahun 2007

Page 24: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

5

kecerdasan dalam mensiasati kesulitan siswa, sehingga siswa tidak merasa terlalu berat

dalam menyelesaikan pembelajaran.

Dari uraian di atas nampak jelas ada ketidak sesuaian antara konsep

penyelenggaraan R SMA BI dengan kenyataan di lapangan. Hal inilah yang

mendorong penulis untuk mengangkat masalah ini menjadi bahan atau obyek

penelitian. Sebab esensi dari kebijakan penyelenggaraan R SMA BI adalah untuk

peningkatan mutu pendidikan supaya bisa bersaing di tingkat internasional. Akan

tetapi dalam proses peningkatan mutu pendidikan itu harus berdasarkan pada konsep

atau terori yang jelas dan bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah atau akademis.

Seperti yang dikemukakan oleh Husaini Usman 15“ada tiga faktor yang dapat

menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang atau tidak

berhasil. .Pertama strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input

oriented. Kedua pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro oriented,

diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya banyak faktor yang

diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana

mestinya di tingkat mikro (sekolah). Dengan kata lain bahwa kompleksitas cakupan

permasalahan pendidikan seringkali tidak dapat dipikirkan secara utuh dan akurat oleh

birokrasi pusat; Ketiga peran serta masyarakat khususnya orang tua peserta didik

dalam penyelenggaraan pendidikan sangat minim.

Hal ini akan berpengaruh pada rendahnya mutu lulusan pada setiap jenjang dan

satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah merupakan

permasalahan pendidikan yang harus segera dicarikan solusi16.

15Husaini Usman, Peran Baru Administrasi Pendidikan dari Sistem Sentralistik Menuju Sistem

Desentralistik, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan, Februari 2001, Jilid 8, Nomor 1. 16 Depdiknas., Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Buku I Konsep danPelaksanaan, (Dirjen.

Dikdasmen.Direktur SLTP, 2001), hlm., 1

Page 25: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

6

Merujuk Tilaar bahwa pengelolaan Pendidikan Nasional mengemukakan bahwa

“manajemen sistem pendidikan nasional merupakan suatu proses sosial yang

direkayasa untuk mencapai tujuan pendidikan nasional secara efektif dan efisien

dengan mengikutsertakan, kerjasama dan partisipasi seluruh masyarakat, dan dari

sinilah konsep MBS lahir. MBS merupakan suatu model kebijakan yang ditempuh

oleh pendididkan Indoneia pada maing-masing satuan pendidikan sehingga tercermin

MBS sebagai model manajemen pendidikan yang otonomi, lebih besar kepada

sekolah memberikan fleksibiitas (keluwesan) kepada sekolah dan mendorong

partisipasi secara langsung setakeholders untuk meningkatkan mutu sekolah

berdasarkan kebijakan pendidikan nasional dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.”17

Walaupun demikian, penyelenggaraan R SMA BI di SMA Negeri 1

Baleendah terus berjalan dengan upaya yang keras oleh para pengelolanya untuk

diwujudkan sesuai dengan visi dan misinya. Saat ini sudah sampai tahun ketiga atau

telah sampai pada tahap pengembangan (3 tahun pertama). Pada tahun pertama

( tahun ajaran 2007-2008) menerima hanya satu kelas, tahun kedua (tahun ajaran

2008-2009) menerima dua kelas (R SMA BI by class) dan mulai tahun ajaran 2009-

2010 menerima sepuluh kelas ( R SMA BI by school).

Menyimak gambaran proses penyelenggaraan R SMA BI di SMA Negeri 1

Baleendah maka penulis tertraik untuk diangkat menjadi kajian dalam bentuk

penelitian, Oleh sebab tesis ini diberi judul EVALUASI IMPLEMENTASI

STANDAR SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (SBI) ( Studi Kasus di

SMA Negeri 1 Baleendah Kabupaten Bandung )

17HAR Tilaar, Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Era Globalisasi, Visidan Misi dan Program Aksi Pendidikan dan Pelatihan menuju 2020, jakarta, Grasindo, 1994, hlm. 11

Page 26: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

7

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka Peneliti memfokuskan penelitian ini

pada evaluasi kesiapan sekolah untuk menjadi Sekolah yang Bertaraf Internasional

( R-SMA-BI ) . Fokus tersebut dijabarkan dalam beberapa sub fokus sebagai berikut :

1. Perubahan apa yang penting dilakukan SMA Negeri 1 Baleendah dalam upaya

menuju R SMA BI.?

2. Bagaimankah tingkat ketercapaian program R-SMA-BI di SMA Negeri 1 Baleendah?

3. Faktor apa yang menjadi hambatan program R-SMA-BI di SMA Negeri 1

Baleendah?

4. Bagaimankah Strategi SMA Negeri 1 Baleendah dalam mempercepat pencapaian

SBI ?

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan fokus Penelitian di atas, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan perubahan yang dilakukan oleh SMA Negri 1 Baleendah untuk

menuju sekolah yang bertaraf internasional

2. Mendeskripsikan tingkat ketercapaian RSMABI di SMA Negeri 1 Baleendah

3. Mendeskripsikan berbagai hambatan Implementasi standar SBI di SMA Negeri 1

Baleendah

4. Mendeskripsikan strategi SMA Negeri 1 Baleendah dalam mempercepat pencapaian

SBI

D. Manfaat Penelitian

Sebagai suatu kegiatan, maka sudah barang tentu penulisan ini mempuyai kegunan.

Adapun kegunaannya sebagai berikut :

a. Kegunaan Teoritis

Page 27: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

8

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu tambahan hazanah

ilmu pengetahuan khususnya yang menyangkut tentang penyelenggaraan manajemen

rintisan sekolah bertaraf internasional

2. Diharapkan hasil penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran bagi peneliti lain

yang berminat melakukan penelitian mengenai pentingnya manajemen

penyelenggaraan rintisan sekolah bertaraf internasiona ( RSBI ) dalam meningkatkan

mutu pendidikan.

b. Kegunaan Praktis

1. Penelitian ini akan dapat memberikan konstribusi bagi lembaga yang bersangkutan

dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan agar tujuan yang diharapkan dapat

dicapai secara maksimal.

2. Menjadi sumber informasi bagi peneliti lain dari sernua pihak yang berkepentingan.

3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi pengelola

pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

c. Kegunaan bagi Peneliti.

1. Menmabah ilmu dan pengalaman penulis dalam mengembangkan R-SMA-BI

2. Menumbuhkan motivasi dalam keikutsertaan peneliti dalam mengembangkan R-

SMA-BI di SMA Negeri 1 Baleendah.

3. Untuk menyelesaikan studi MPI di UIN Maliki Malang.

E. Originalitas Penelitian

Penelitian tentang rintisan sekolah bertaraf internasional ( R SMA BI ) belum

begitu banyak dilakukan orang, sebab keberadaan sekolah tersebut tergolong masih

baru. Akan tetapi penelitian yang menjadikan R SMA BI sebagai obyek dan fokus kajian

penelitian, sudah penulis temukan antara lain :

Page 28: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

9

Pertama penelitian yang dilakukan oleh Abu Tholib dengann judul, Implementasi

Kebijakan Manajemen Peningkatan mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) dengan

pendekatan Manajemen Mutu Terpadu Pada Sekolah Menengah Pertama ( Studi

deskriptif pada SMP rintisan, potensial, unggulan, sekolah standar nasional (SSN) dan

sekolah bertaraf internasional (SBI) di kabupaten Indramayu tahun 2006-2007) .

Adapun yang menjadi focus penelitiannya adalah merumuskan strategi manajemen mutu

terpadu (MMT) pada sekolah rintisan, potensial, unggulan, sekolah standar nasional

(SSN) dan sekolah bertaraf internasional (SBI).

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh, Hariman Lucan Wahyu18, dengan judul:

Penjaminan Mutu Proses Pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

( studi kasus SMA Negeri 3 Malang). Adapun fokus kajian dari penelitian ini adalah (1).

Penjaminan mutu perencanaan proses pembelajaran, (2). Penjaminan mutu pelaksanaan

proses pembelajaran, (3). Penjaminan mutu penilaian proses dan hasil pembelajaran, (4).

Penjaminan mutu pengawasan proses pembelajaran dan (5). Pencapaian indikator

tambahan .

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Desi Dwi Juliana19, dengan ,judul:

Implementasi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional . (Studi kasus di SMP Negeri 3

Tulungagung). Adapun yang menjadi fokus penelitiannya adalah kesiapan untuk menuju

sekolah bertaraf internasional dari segi : (1).Manajemen kurikulum, (2). Manajemen

peserta didik, (3).Manajemen sumber daya manusia, dan (4). Manajemen sarana

prasarana.

18 Lucan Wahyu, Penjaminan mutu Pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (studi kasus

di SMA Negeri 3 Malang. (Universitas Negeri Malang , 2009) 19 Desi Dwi Juliana, Implementyasi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional ( studi kasus di SMP Negeri 3

Tulungagung . ( Universitas Negeri Malang, 2009)

Page 29: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

10

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Putri Septikasari20, dengan mengambil

judul: Proses Penerimaan Siswa Baru ( studi kasus di rintisan sekolah bertaraf

internasional SMP Negeri 2 Pare Kabupaten Kediri.). Adapun fokus penelitiannya

adalah: (1). Kebijakan sekolah dalam penerimaan siswa baru, (2). Sistem penerimaan

siswa baru, dan (3). Prosedur penerimaan siswa baru.

Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Dewi Wahyuningtyas21, dengan judul

Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di rintisan sekolah bertaraf internasional.

( studi kasus: di SMP negeri 1 Bojonegoro). Adapun yang menjadi fokus penelitiannya

adadalah : (1). Perencanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan, (2).

Pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan, (3). Penililaian

pembelajaran pendidikan kewarganegaraan, dan (4). Pengawasan proses pembelajaran

pendidikan kewearganegaraan.

Keenam, penelitian yang dilakukan oleh Lilasari Riza Novita, dengan judul

Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) (studi kasus di

Unit Pelaksanan Teknis (UPTD) SMP Negeri 1 Nganjuk). Adapun yang menjadi fokus

penelitiannya adalah, kepemimpinan kepala sekolah dalam mengembangkan KTSP .

Ketujuh, penelitian yang dilakukan oleh Sukarji, dengan judul: Kepemimpinan

Kepala Sekolah dalam Mengimplementasikan Rintisan Sekolah Sekolah Bertaraf

Internasional ( Studi kasus, multi situs di SMA Negeri 3 Malang dan SMA Negeri 5

Malang). Adapun fukus penilaiannya adalah tentang kepemimpinan kepala sekolah

dalam menggerakan personil dan mengimplementasikan R-SMA-BI. Serta dibahas pula

20 Putri septikasari, Proses Penerimaan Siswa Baru ( studi kasus di Rintisan sekolah bertaraf Internasional

SMP Negeri 2 Pare. (Universitas Negeri Malang, 2009) 21 Dewi Wahyuningtyas, Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional ( studi kasus di SMP Negeri 1 Bojonegoro), (Universitas Negeri Malang, 2009)

Page 30: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

11

tentang upaya kepala sekolah dalam membudayakan sekolah bertaraf internasional dan

mengatasi kendala-kendalanya.

Untuk lebih jelasnya penulis paparkan dalam bentuk tabel.

Tabel 1.1 Originalitas penelitian

N0

Nama & Tahun

Penelitian

Persamaan

Perbedaan

Orisinalitas Penelitian

1

Drs. H. Abdul Tholib, M.Pd. 2007.

Strategi peningkatan mutu pendidikan di sekolah rintisan bertaraf internasional

Obyeknya tidak hanya RSBI saja tapi Multi situs, dan jenjang sekolah SMP.

1.Perubahan sekolah yang harus dilakukan untuk menuju SBI

2.Penelitian ini memfokuskan kepada, Evaluasi ketercapaian standar sekolah SBI,

3.faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam Pengembangan RSBI dan strategi mempercepat ketercapaian SBI .

4.Perumusan strategi untuk mempercepat ketercapaian SBI

2. Hariman Lucan Wahyu, 2009

Obyek penelitian rintisan sekolah bertaraf Internasional

Fokus penelitian ini pada proses penjaminan mutu pembelajaran pada, perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan proses pengawasan

Page 31: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

12

N0

Nama & Tahun

Penelitian

Persamaan

Perbedaan

Orisinalitas Penelitian

3 Desi Dwi Juliana

1.Penelitian ini obyeknya sama pada rintisan sekolah bertaraf internasional

2.Fokus peneletian pada implementasi kesiapan menuju RSBI

Fokus penelitian ini pada kesiapan , manajemen kurikulum, manajemen peserta didik, sumber daya manusia dan manajemen sarana prasarana.

4 Septi Septikasari

1.Penelitian ini obyeknya sama pada rintisan sekolah bertaraf internasional

2. Kebijakan khusus tentang penerimaan siswa baru

Fokus penelitian hanya seputar masalah penerimaan siswa baru.

5 Dwi Wahyuning Tyas

1.Penelitian ini obyeknya sama pada rintisan sekolah bertaraf internasional

2.Pada standar pemebelajaran SBI

Fokus penelitian ini hanya seputar maslah perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pengawasan proses pembelajaran

6 Lilasari Riza Novita

1.Penelitian ini obyeknya sama pada rintisan sekolah bertaraf internasional

2. Pada kajian kepemimpinan dan KTSP

Pada penelitian ini fokus kajiannya hanya pada kepemimpinan kepala sekolah

7 Sukarji 1.Penelitian ini obyeknya sama pada rintisan sekolah bertaraf internasional

2.Pada pengkajian kendala mengimplementasika R-SMA-BI

Penelitian ini fokus pada peran kepemimpinan kepala sekolah dalam mengimplmentasikan R-SMA-BI.

Page 32: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

13

F. Definisi Istilah

1. Evaluasi Implementasi adalah suatu penilaian kesiapan pemenuhan atau

ketercapaian standar rintisan sekolah bertaraf internasional yang memasuki tahun ke

tiga.

2. Standar Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) adalah, SMA nasional yang telah

memenuhi seluruh standar nasional pendidikan dan mengembangkan keunggulan

yang mengacu pada peningkatan daya saing yang setara dengan mutu sekolah-

sekolah unggul tingkat internasional.

E. Sitimatika Pembahasan

Dalam penulisan tesis ini penulis menyusun sistematika pembahsan sebagai

berikut: Bab 1 Pendahuluan, yang berisi tentang, konteks penelitian, fokus masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, originalitas penelitian, definisi istilah dan

sistematika pembahasan.

Bab II. Kajian Pustaka, yang berisi kajian teori yang berkaitan dengan, Konsep

tenatang penyelenggaraan R SMA BI. Evaluasi Rintisan Sekolah Bertarap Internasional

(R-SMA-BI),teori tentang evaluasi dan teori dan kebijakan Standar Nasional Pendidikan,

Bab III. Metode penelitian yang berisi tantang, pendekatan dan jenis penelitian,

Data dan sumber data, metode, Strategi pengumpulan data, analisis data dan pengecekan

keabsahan temuan..

Bab. IV. Papaparan data dan hasil temuan, yang meliputi, Perubahan yang telah

dilakukan sekolah dalam upaya menuju R-SMA-BI, Tingkat Ketercapaian R-SMA-BI di

SMA Negeri 1 Baleendah, Hambatan yang dihadapai dalam penyelenggaraan R-SMA-BI

dan perumusan strategis dalam mempercepat ketercapaian Sekolah Bertaraf Internasional

(SBI)

Page 33: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

14

Bab V. Pembahsan hasil Penelitian, yang meliputi, Pembahasan perubahan yang

telah dilakukan sekolah dalam upaya menuju R-SMA-BI, Analisis tingkat Ketercapaian

R-SMA-BI di SMA Negeri 1 Baleendah, Pembahasan hambatan yang dihadapai dalam

penyelenggaraan R-SMA-BI dan Perumusan strategis dalam mempercepat ketercapaian

Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)

Bab VI. Kesimpulan dan Saran-Saran.yang meliputi perubahan yang penting

dilakukan, tingkat ketercapaian standar R-SMA-BI, Faktor yang menjadi penghambat

dan strategi sekolah dalam mempercepat pencapaian SBI. Adapun saran-saran ditujukan

kepada manajemen sekolah, komite sekolah dan pemerintah kabupaten Bandung.

Page 34: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

1. Pengertian

Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional adalah SMA nasional yang telah

memenuhi seluruh standar nasional pendidikan dan mengembangkan keunggulan yang

mengacu pada peningkatan daya saing yang setara dengan mutu sekolah-sekolah unggul

tingkat internasional1 Sedangkan sekolah rintisan Bertaraf Internasional (R-SMA-BI)

adalah “program peningkatan mutu SMA menuju standar SBI yang ditetapkan oleh

Depdiknas. Masa perintisan untuk tiap sekolah diperkirakan lima tahun dan tiap tahun

dilakukan evaluasi”2

Pencapaian kualitas pendidikan nasional selaras dengan kategori sekolah formal

yang ada, yaitu: Sekolah Kategori Standar, Sekolah Kategori Mandiri, dan Rintisan

Sekolah Bertaraf Internasional. Sekolah yang berkategori mandiri didorong menuju

sekolah bertaraf internasional. Sekolah kategori mandiri adalah sekolah yang hampir atau

telah memenuhi delapan komponen SNP. Untuk pengembangan program rintisan SMA

bertaraf internasional, pencapaian standar nasional pendidikan merupakan syarat utama

yang harus dipenuhi terlebih dahulu.

SMA Bertaraf Internasional perlu menjalin kerjasama (networking) dengan

sekolah lain, baik di dalam maupun luar negeri yang telah memiliki reputasi

internasional sebagai bentuk kegiatan perujukan (benchmarking). Bentuk kerjasama lain

1 Departemen Pendidikan Nsional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar, Panduan, hlm. 1. 2 Djufri Thlib, Subdirektorat Kelembagaan Direktorat Pembinaan SMA Peningkatan Kualitas Pendidikan

Melalui Pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional, disampaikan dalam Workshop Asosiasi SBI Provinsi Jawa Barat di Hotel Sofyan Betawi, Menteng Jakarta Pusat, tanggal 29 Maret 2007 .

Page 35: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

16

dapat berupa kolaborasi dengan lembaga pendidikan tinggi sebagai pengguna lulusan.

SMA bertaraf internasional juga harus mengembangkan program sertifikasi,

meningkatkan daya saing dalam lomba tingkat internasional, dan mempersiapkan calon

tenaga kerja yang dapat bekerja pada lembaga bertaraf internasional.

Konsep SMA bertaraf internasional dapat dirumuskan sebagai berikut: 3

SNP (Standar Nasional Pendidikan) adalah standar minimal yang harus dipenuhi oleh

satuan pendidikan meliputi standar: kompetensi lulusan, isi, proses, pendidik dan tenaga

kependidikan, sarana dan prasarana, pembertaraf internasionalayaan, pengelolaan, dan

penilaian. Sedangkan ”X” dapat berupa penguatan, pengayaan, pengembangan,

perluasan, dan pendalaman pada peningkatan mutu pendidikan yang mengacu pada

standar mutu pendidikan bertaraf internasional pada negara-negara OECD dan negara-

negara maju lainnya yang memiliki keunggulan tertentu dalam didang pindidikan.

Di Indonesia secara empirik terdapat beberapa jenis SMA yang dapat digambarkan

sebagai berikut.

Gambar 2.1 Macam-Macam Sekolah Menengah Atas4

3 Djufri Thlib, Subdirektorat Kelembagaan Direktorat Pembinaan SMA “Peningkatan Kualitas” 29 Maret

2007 4 http://gurupembaharu.com panduan_rsmabi_2008.,(dikutip kamis, 11Pebruari 2010 )

SMA Bertaraf Internasional = SNP + X

Page 36: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

17

SMA Mandiri merupakan sekolah yang telah memenuhi standar nasional

pendidikan, mampu menerapkan dan mengelola pembelajaran dengan sistem SKS, dan

tidak dicampuri dengan kurikulum asing.

Rintisan SMA Bertaraf Internasional adalah SMA nasional yang telah

memenuhi seluruh standar nasional pendidikan, menerapkan sistem kredit semester dan

dalam proses menuju SMA bertaraf internasional (hanya salah satu strategi menyiapkan

SBI

SMA Asing merupakan sekolah yang diselenggarakan oleh lembaga/negara asing,

memberlakukan kurikulum asing, dan diperuntukkan bagi warga negara asing yang

berada di Indonesia dan wajib mengajarkan pendidikan agama dan pendidikan

kewarganegaraan kepada peserta didik warga negara Indonesia.

SMA Franchise merupakan sekolah yang diselenggarakan warga negara

Indonesia, memberlakukan kurikulum asing dan wajib mengajarkan pendidikan agama

dan pendidikan kewarganegaraan kepada peserta didik warga negara Indonesia.

Untuk mewujudkan SMA bertaraf internasional, Direktorat Pembinaan SMA

mengembangkan program rintisan SMA bertaraf internasional dengan menerapkan

beberapa strategi utama.5 Pertama, pengembangan kemampuan sumber daya manusia,

modernisasi manajemen dan kelembagaan. Kedua, melakukan konsolidasi untuk

menemukan praktek yang baik dan pelajaran yang dapat dipetik baik melalui diskusi

fokus secara terbatas maupun diskusi fokus secara luas melalui lokakarya atau seminar

dalam meningkatkan mutu pembelajaran.

5 http://gurupembaharu.com panduan_rsmabi_2008.,(dikutip kamis, 11 pebruari 2010 )

Page 37: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

18

2. Visi dan Misi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

R-SMA BI adalah tahap awal untuk menuju SMA bertaraf internasional. Oleh

karena itu perlu dipahami terlebih dahulu visi dan misi SMA bertaraf internasional.

Mengacu pada visi Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas ) visi SMA bertaraf

internasional perlu dirancang agar mencirikan wawasan kebangsaan, memberdayakan

seluruh potensi kecerdasan dan meningkatkan daya saing global. Contoh visi yang

mencakup komponen tersebut misalnya, ”Mewujudkan insan Indonesia yang

berkepribadian Pancasila, cerdas dalam hal intelegensi (IQ), emosi (EQ), dan rohani

(SQ) agar mampu bersaing secara global”.6

Visi tersebut memiliki implikasi bahwa penyiapan manusia bertaraf internasional

memerlukan upaya-upaya yang dilakukan secara intensif, terarah, terencana, dan

sistematik agar dapat mewujudkan bangsa yang maju, sejahtera, damai, dihormati, dan

diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain.

Visi SMA bertaraf internasional, yaitu7 mencirikan wawasan kebangsaan,

memberdayakan seluruh potensi kecerdasan dan meningkatkan daya saing global perlu

dijabarkan ke dalam misi SMA bertaraf internasional. Contoh misi yang menjabarkan

visi tersebut di atas misalnya berbunyi ”Berdasarkan visi tersebut di atas maka (nama

sekolah) memiliki komitmen untuk (1) menjaga keutuhan NKRI, (2) membekali dan

membina siswa dalam hal budi pekerti luhur dan terpuji sesuai dengan nilai-nilai luhur

bangsa Indonesia, (3) memberdayakan potensi kecerdasan siswa baik dalam ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS) maupun iman dan taqwa (IMTAQ) serta

6 Departemen Pendidikan Nasional, “Panduan Penyelenggaaraan”, hlm. 12. 7 http://gurupembaharu.com, “panduan” _rsmabi_2008.

Page 38: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

19

kecerdasan sosial-emosional, (4) meningkatkan kemampuan daya saing secara

internasional.

Misi yang telah dijabarkan tersebut akan dijadikan dasar rujukan dalam

menyusun dan mengembangkan rencana program kegiatan yang memiliki indikator

SMART, yaitu spesifik (Specific), dapat diukur (Measurable), dapat dicapai

(Achievable), realistik (Realistic), dan memiliki kurun waktu jangkauan yang jelas (Time

Bound). Misi ini direalisasikan melalui kebijakan, rencana, program, dan kegiatan SMA

bertaraf internasional yang disusun secara cermat, tepat, futuristik, dan berbasis demand-

driven. 8

Penyelenggaraan SMA bertaraf internasional bertujuan untuk menghasilkan

lulusan yang berstandar nasional dan internasional sekaligus. Lulusan yang berstandar

nasional secara jelas telah dirumuskan dalam UU Nomor 20/2003 dan dijabarkan dalam

PP Nomor 19/2005, dan lebih dirincikan lagi dalam Permendiknas N0. 78 tahun 2009

pada pasal 2 dijelaskan bahwa tujuan penyelenggaraan SBI adalah untuk menghasilkan

lulusan yang memiliki:

a. kompetensi sesuai standar kompetensi lulusan dan diperkaya dengan standar

kompetensi pada salah satu sekolah terakreditasi di negara anggota OECD atau negara

maju lainnya,

b. daya saing komparatif tinggi yang dibuktikan dengan kemampuan

menampilkan keunggulan lokal ditingkat internasional;

c. kemampuan bersaing dalam berbagai lomba internasional yang

dibuktikan dengan perolehan medali emas, perak, perunggu dan bentuk penghargaan

intemasional lainnya;

8 http://gurupembaharu.com, “panduan” _rsmabi_2008

Page 39: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

20

d. kemampuan bersaing kerja di luar negeri terutama bagi lulusan

sekolah menengah kejuruan

e. kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris (skor TOEFL Test

<7,5 dalam skala intemet based test bagi SMA, skor TOEIC 450

bagi SMK), dan/atau bahasa asing lainnya;

f. kemampuan berperan aktif secara intenasional dalam menjaga kelangsungan hidup

dan perkembangan dunia dari perspektif”9

B. Evaluasi Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi adalah salah satu dari fungsi manajemen, sebagaia mana yang

dikatakan oleh para ahli antara lain GR. Terry fungsi-fungsi manajemen meliputi :

planning, organizing, actuating dan controlling. Sedangkan John F. Mee berpendapat

bahwa fungsi-fungsi manajemen adalah planning, organizing, motivating dan

controlling. Louis A. Allen berpendapat bahwa fungsi-fungsi manajemen adalah terdiri

dari : leading, planning, organizing dan controlling. Sementara itu Henry Fayol

berpendapat fungsi-fungsi manajemen adalah meliputi :planning, organizing,

commanding, coordinating, dan controlling.10

Pendapat beragam tentang fungsi manajemen di atas menunjukan banayaknya

asfek yang harus dikerjakan oleh seorang manajer . Dari beberapa pendapat tersebut

terlihat adanya beberapa aspek utama yaitu, planning, organizing, actuating,

commanding dan evaluating.

9 Permen Diknas N0. 78, tahun 2009 tentang, Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional Pada

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah . 10 Ahmad Fadli HS, Organisasi dan Administrasi ( Kediri : Manhalun Nasiin Press, 2002), Cet. III, hlm. 26

Page 40: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

21

Dalam kegiatan evaluasi tersebut sebagai fungsi manajemen , terdapat beberapa

istilah yang mempunyai keterkaiatan dengan evaluasi tetapi memiliki penekanan pada

aspek tertentu. Evaluasi merupakan terjemahan bahasa inggris evaluation yang identik

dengan penilaian. Istilah lain yang mempunyai makna yang hampir sama dengan

evaluasi adalah, assessment dan measurement (pengukuran). Membahas evaluasi tidak

akan terlepas dari pengukuran dan penilaian. Adapun dari segi istilah, merujuk apa

yang dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W.Brown (1977), Evaluation refer

to the act or process to determining the value of something. Menurut definisi ini, maka

istilah evaluasi menunjuk kepada atau mengandung pengertian suatu tindakan atau suatu

proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.11

Pengertian evaluasi menerangkan secara langsung hubungan evaluasi dengan

tujuan suatu kegiatan yang mengukur derajat, dimana suatu tujuan dapat dicapai.

Evaluasi juga merupakan proses memahami, memberi arti, mendapatkan dan

mengomunikasikan suatu informasi bagi keperluan pengambil keputusan.12 Evaluasi

juga dapat diartikan sebagai proses menyediakan informasi untuk membuat keputusan.

Atau sebagai suatu proses menetapkan pertimbangan nilai berdasarkan pada peristiwa

tentang suatu program atau produk13. Sedangkan menurut Nhertzer dan Stone14

Evaluation consists of making syistematic judgment of yhe relative evectiveness with

gools are attained in relation to special standard”

11 Edwind Wandt dan Gerald, Essentials of Educational Evaluation ( New York , Holt Rinehart and

Winston,1977),hlm.46 12 Sukardi, Evaluasi Pendidikan, Prinsip & Operasionalnya (Yogyakarta: Bumi Aksara,2008), hlm.1 13 Mary Lee Smith & Glass GeneV. Resecarch and Evaluation in Education and the Social Science,

(Englewood Cliffs New Jersey; Prentice Hall.Inc. 1987) 14 Bruce Shertezer&Shelley Stone, Fundamential of Guidance, Fout Edition, (USA:1981 Purdue

Univewrsity), hlm. 464.

Page 41: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

22

Evaluasi diartikan sebagai proses menentukan kesesuaian pada produk, tujuan,

prosedur, program, pendekatan dan fungsi. Jadi evaluasi merupakan suatu proses yang

dilakukan terhadap suatu kegiatan. Kegiatan dapat berupa sutau program yang sudah

direncanakan, sehingga untuk mengetahui suatu keberhasilan dan manfaatnya dilakukan

proses penilaian. Evaluasi sebagai suatu proses hanya menyiapkan data kepada

pengambil keputusan. Data yang disediakan mengandung nilai yang dapat memberikan

arti tergantung pada pertimbangan yang dilakukan oleh pengambil keputusan.

Assessment merupakan prosedur yang digunakan untuk mendeskripsikan

tingkahlaku. Measurement/ pengukuran sebagai upaya membandingkan sesuatu dengan

ukuran tertentu; biasanya berkaitan dengan kuantitatif. Sedangkan menurut Ebel15 dalam

murtadlo, menyebutkan pengukuran merupakan suatu set aturan mengenai pemberian

angka terhadap hasil suatu kegiatan. Beberapa konsep ini mempunyai pengertian yang

berbeda tetapi ada kesamaannya terutama dalam tujuannya, yaitu menyediakan data.

Merujuk Arikunto,16 menyimpulkan pengertian evaluasi dari beberapa pendapat

bahwa, Eval;uasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya

sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut untuk menentukan alternatif yang tepat

dalam mengambil sebuah keputusan. Sedangkan apabila dikaitkan dengan program,

maka evaluasi program didefinisikan sebagai suatu unit atau suatu kegiatan yang

merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses

yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan

sekolompok orang. Ada tiga pengertian penting dan perlu ditekankan dalam menentukan

15 Murtadlo, Peningkatan Kinerja Guru Sekolah Luar Biasa melalui Supervisi kelompok, ( Disertasi, Malang , Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang. 2007). Hlm.42 16 Suharsimi Arikunto, Cepi Safruddin Abdul Jabar, . Evaluasi Program Pendidikan, (Jakarta Bumi Aksara, 2004). Hlm.1‐2.

Page 42: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

23

program, yaitu (1). Realisasi atu implementasi suatu kebijakan, (2). Terjadi dalam waktu

relatif lama, bukan kegiatan tunggal tetapi jamak dan berkesinamobungan dan (3)

Terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

Dengan demikian R-SMA BI sebagai sebuah kebijakan dalam sutau organisasi

atau lembaga yang belum tentu dapat diimplementasikan atau direalisasikan dengan baik

sesuai dengan jiwa kebijakan . Evaluasi tersebut dimaksudkan untuk mengetahui

sebarapa jauh dan bagian mana dari tujuan yang sudah tercapai, dan bagian mana yang

belum tercapai serta apa, penyebabnya, maka perlu adanya evaluasi program,tanpa

adanya evaluasi, keberhasilan dan kegagalan program tidak dapat diketahui. . Oleh sebab

bisa ditarik benang merah bahwa yang dimaksud dengan evaluasi program adalah “

Upaya untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat dengan

cara mengetahui efektifitas masing-masing komponennya17

2. Tujuan Evaluasi R SMA BI

Setiap kegiatan yang dilaksanakan mempunyai tujuan tertentu. demikian juga

dengan evaluasi. tujuan evaluasi ada dua yaitu, tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan

umum diarahkan kepada program secara keseluruhan sedangkan tujuan khusus lebih

difokuskan pada masing-masing komponen.

Implementasi program harus senantiasa di evaluasi untuk melihat sejauh mana

program tersbut telah berhasil mencapai maksud pelaksanaan program yang telah

ditetapkan sebelumnya. Tanpa adanya evaluasi, program-program yang berjalan tidak

akan dapat dilihat efektifitasnya. Dengan demikian, kebijakan-kebijakan baru

sehubungan dengan program itu tidak akan didukung oleh data. Karenanya, evaluasi

program bertujuan untuk menyediakan data dan informasi serta memberikan saran-saran

17Arikunto, Evaluasi program pendidikan, hlm. 7.

Page 43: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

24

atau rekomendasi bagi pengambil kebijakan (decision maker) untuk memutuskan apakah

akan melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan sebuah program.

Adapun tujuan evaluasi dari R SMA BI adalah :

a. Menginventarisasi keterlaksanaan program RSBI di SMA, yang mencakup:

1) Perolehan nilai akreditasi

2) Pemenuhan standar isi dan SKL

3) Pemenuhan standar proses

4) Pemenuhan standar pendidik dan tenaga kependidikan

5) Pemenuhan standar sarana dan prasarana

6) Pemenuhan standar pengelolaan

7) Pemenuhan standar pembiayaan

8) Pemenuhan standar penilaian

9) Pemenuhan standar kesetaraan mutu pada konteks global.

b. Mengidentifikasi ketercapaian program R-SMA-BI.

c. Mengidentifikasi hambatan, kelemahan, dan keberhasilan keterlaksanaan program

RSBI.

C. Teori dan Kebijakan Standar Nasional Pendidikan SMA

Pendidikan merupakan suatu proses yang bertujuan, setiap proses yang bertujuan

memiliki parameter sejauhmana proses itu mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan

mutu pendidikannya diarahkan untuk pengembangan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta

Page 44: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

25

bertanggungjawab18. Pencapaian orientasi tersebut diperlukan suatu kerangka logis dan

strategis dalam mencapai tujuan pendidikan nasional, hal ini berarti perlu perumusan

proses pendidikan yang jelas, terarah, dan fisible dalam mencapai tujuan pendidikan

nasional.

Langkah strategis pelaksanaan pendidikan SMA dirumuskan melalui kebijakan

pendidikan nasional, diantaranya; UU NO. 20 Tahun 2003 sebagai perangkat sistem

pendidikan nasional memberikan petunjuk mutu pendidikan yang bersifat teoritis. Pada

tataran implementasinya terdapat dalam PP No. 19 Tahun 2005 sebagai penjabaran dari

mutu pendidikan nasional melalui standar nasional pendidikan19. Standar nasional

pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan ditingkat lembaga dan

berlaku di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia20. Standar

Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional termasuk SMA.

Fungsi standar nasional pendidikan sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan SMA yang bermutu.

Berikut dibawah ini dideskripsikan teori dan kebijakan standar nasional pendidikan pada

SMA.

Merujuk pada kerangka pemikiran dan uraian di atas, maka struktur deskripsi

teori dan kebijakan standar nasional pendidikan 1. Standar pengelolaan 2. Standar

kompetensi lulusan, 3. Standar penilaian ,4. Standar isi, 5. Standar pendidik dan tenaga

18 LEKDIS Standar Nasional Pendidikan PP RI NO. 19 TAHUN 2005 Tentang Standar Nasional

Pendidikan Penjelasan Pasal 3, hlm. 73. 19 Lihat: dalam rangka melaksanakan ketentuan pasal 35 ayat (4), pasal 36 ayat (4), pasal 37 ayat (3), psal

42 ayat (3), pasal 43 ayat (2), pasal 59 ayat (3), pasal 60 ayat (4), dan pasal 61 ayat (4) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan NAsional, perlu menetapkan peraturan pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan.

20 LEKDIS, Standar Nasional, hlm. 14.

Page 45: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

26

kependidikan, 6. Standar proses, 7. Standar sarana dan prasarana, 8. Standar pembiayaan.

Maka struktur deskripsinya dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Standar Pengelolaan

Istilah administrasi, manajemen, pengelolaan, penataan, memimpin, atau

pengaturan memiliki arti yang hampir sama. Oleh karena itu istilah-istilah tersebut tidak

perlu didebatkan yang paling esensi adalah bagaimana agar suatu organisasi atau intuisi

dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien dengan sumber daya yang ada. Menurut

Wayne K. Hoy dan Miskel dalam bukunya “educational administration : teory research

and practice”, menyatakan bahwa pendekatan manajemen dapat dilihat dari tiga bagian,

yaitu: (1) Pendekatan organisasi (1900-1930) klasik, (2) Pendekatan manusiawi (1930-

1950), dan (3) Pendekatan prilaku (1950-sekarang)21.

Pengelolaan merupakan ilmu, kiat, seni dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu,

menurut Gullick karena pengelolaan dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang

secara sistematis berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerjasama22.

Menurut Seligman mengemukakan bahwa “management is simulating organizing, and

directing of human effort to effectively materials and favilities to attain and objective.”

Batasan ini lebih menekankan pada fungsi-fungsi pengelolaan melalui perangsangan,

perorganisasian dan pengarahan usaha manusia dalam rangka pemanfaatan fasilitas

secara efektif untuk mencapai tujuan. Kalau diaplikasikan dalam pengelolaan SMA,

berarti berbagai upaya pimpinan SMA untuk memperoleh hasil (prestasi) dalam rangka

mencapai tujuan program SMA melalui kerjasama dengan orang lain, dengan proses dan

21 K, Hoy Wayne and Cecil G. Miskel, Educational Administration,hlm. 342. 22 Djam’an dan Udin S. Saefuddin, Masalah Kontemporer Pengelolaan Sistem Pendidkan 51

Nasional Indonesia, Bandung: Jurusan Adpen, hlm 35.

Page 46: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

27

prosedur, perangsangan, pengorganisasian, pengarahan dan pembinaan untuk

mewujudkan visi dan misi SMA yang sudah ditetapkan bersama.

Dalam konteks Islam , pengertian pengelolaan selaras al-tadbir (Pengaturan

atau pengelolaan). Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang

banyak terdapat di dalam Al Qur’an, diantaranya surat (As Sajdah ayat: 5).

Sedangkan Pengelolaan disekolah harus dimanisfestasikan dalam bentuk

aktivitas –aktivitas kongkret. Fungsi utama pengelolaan adalah mencapai tujuan

pendidikan yang efektif dan efisien. Gambaran tentang keefektifan yang berorientasi

pada hasil atau nilai guna dan efisiensi digambarkan dalam (Q.S. Al Baqoroh ayat 261)

Dalam Hadits dinyatakan nilai keefektifan hidup itu selalu menjadi lebih baik,

Rasulallah bersabda: Barang siapa yang keadaannya hari ini lebih baik dari hari

kemarin maka ia beruntung “23.

Dari beberapa pendapat tersebut, maka keefektifan aktivitas manajemen dapat

dipahami dari keefektifan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan,

manajemen sebagai suatu proses yang khas. Menurut Terry (1964) terdiri atas tindakan-

tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang

dilaksanakan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan

melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber daya (resource) lainnya.

Pengelolaan merupakan proses yang mengintegrasikan sumber-sumber yang semula

tidak berhubungan satu dengan yang lainnya menjadi suatu sistem yang menyeluruh

untuk mencapai tujuan organisasi yang efektif.

Pengelolaan pendidikan merupakan alternatif strategis untuk meningkatkan mutu

pendidikan. Hasil penelitian Balitbang Dikbud (1991) menunjukan bahwa manajemen

23 H.R. Bukhori

Page 47: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

28

sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan. Kriteria atau

ukuran keberhasilan administrasi pendidikan adalah produktivitas pendidikan yang

merupakan kombinasi efektifitas dan efisiensi. Hal ini senada dengan Engkoswara Ia

menyatakan bahwa mutu pendidikan berkaitan dengan konteks produktivitas dan proses

pendidikan. Produktivitas pendidikan diukur dari prestasi yang meliputi : (a) Masukan

yang merata, (b) Pengeluaran yang banyak dan bermutu tinggi, (c) Ilmu dan keluaran

yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, dan (d) Pendapatan lulusan atau keluaran

memadai. Kebermutuan proses pendidikan dapat diamati dari : (a) Motivasi dan

kegairahan belajar tinggi (b) Semangat bekerja yang besar (c) Kepercayaan berbagai

pihak (d) Penggunaan tenaga, pembiayaan, waktu dan fasilitas24.

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tanggal 2 April

2002 tentang dewan Pendidikan dan Komite Sekolah memberi konsekwensi pada model

pengelolaan ditingkat lembaga pendidikan SMA. Manajemen berbasis sekolah (MBS)

merupakan upaya inovasi di bidang pendidikan yang relatif memadai sebagai suatu

pilihan antisipatif dan berbagai konsekwensi logis. Sebagai akibat diberlakukannya

sistem desentralisasi, khususnya didalam bidang pendidikan. Gagasan otonomi

pendidikan ini semakin mengemuka setelah dikeluarkannya kebijakan pengelolaan

pendidikan. Sebagaimana yang diisyaratkan oleh UU No. 22 tahun 1999 tentang

Pemerintah Daerah dan PP No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan pusat dan provinsi

sebagai otonom. Produk hukum tersebut mengisyaratkan terjadinya pergeseran

kewenangan dalam pengelolaan pendidikan dan melahirkan wacana akuntabilitas

pendidikan25.

24 Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 1966), hil. 41-43. 25 http://yukbelajar.blogspot.com/2007/12/kaji-ulang-kebijakan-mbs_19.html

Page 48: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

29

Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan

pendidikan SMA, yang secara teknis pengelolaan ini dijabarkan sampai pada

Permendiknas No. 19 Tahun 2007. Adapun cakupan dari standar nasional pendidikan

dipaparkan meliputi :

a. Penanggung jawab : standar jumlah satuan pendidikan sebagai penanggung jawab

satuan pendidikan.

b. Pengambilan Keputusan : pengambil keputusan untuk bidang akademik adalah

dewan pendidikan (dipimpin kepala satuan pendidikan) dan non akademik oleh

komite sekolah (dihadiri kepala satuan pendidikan)

c. Pedoman Pengelolaan : pedoman yang mengatur kurikulum, kalender pendidikan,

kategori aktivitas, struktur organisasi, pembagian tugas diantara pendidik dan tenaga

kependidikan, peraturan akademik, tata tertib, penggunaan dan pemelharaan sarana

dan prasarana, kode etik hubungan antara sesame warga di dalam lingkungan satuan

pendidikan dan hubungan antara warga satuan pendidikan dengan masyarakat, biaya

satuan operasional pendidikan.

d. Rencana kerja tahunan : penjabaran rinci dari rencana kerja jangka menengah satuan

pendidikan yang meliputi masa 4 (empat) tahun.

e. Pengawasan : meliputi pemantauan, supervise, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut

hasil pengawasan26.

Pada standar pengelolaan R-SMA-BI sekolah harus memiliki : Visi- misi yang

bercirikan keunggulan, disertai program jangka menengah, program jangka pendek

.Selain itu harus mengadaptasi dan mengadopsi ISO 9001/12000-14000 .

26. LEKDIS, Standar Nasional, Hlm. 14.

Page 49: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

30

a. Indikator Operasional Visi-Misi Bercirikan Keunggulan

Untuk mengukur visi-misi yang bercirikan keunggulan mempunyai beberapa

komponen, bukti fisik, indikator operasional dan sekaligus alat ukurnya. Secara

terperinci disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.1 Indikator Operasional Visi-Misi Bercirikan Keunggulan

No. Komponen SNP

Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

Visi dan misi sekolah

Rumusan visi-misi sekolah

Sekolah menunjukkan data kesesuaian visi - misi dengan kondisi sekolah

1 Menunjukkan visi-misi

2 Visi dan misi dibangun

dan dipahami bersama

3 Menunjukkan indikator pencapaian

1 4 Menunjukkan kesesuaian tujuan dengan visi-misi

5

Visi dan misi menjadi tercermin pada penampilan sekolah

Visi-misi tercermin pada strategi mewujudkan keunggulan dalam menerapkan 8 standar nasional pendidikan

Dokumen strategi dalam mencapai target pada 8 standar nasional pendidkan

Sekolah menerapkan strategi dalam mencapai target pada 8 standar nasional pendidkan

1 Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

2 Standar Isi

3 Standar Proses

4 Standar Penilaian

2 5 Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

6 Standar Sarana dan Prasarana

7 Standar Pengelolaan Pendidikan

8 Standar Pembiayaan

Page 50: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

31

No. Komponen SNP

Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

3 Indikator keunggulan mengenai simbol-simbol pembinaan wawasan kebangsaan

Simbol-simbol kebangsaan di kelas dan lingkungan sekolah

Sekolah memasang atribut-atribut kebangsaan di lingkungan sekolah

1 Memasang bendera merah putih

2 Memasang gambar burung Garuda

3 Memasang peta Republik Indonesia

4 Memasang foto presiden dan wakil presiden

5 Memasang gambar pahlawan nasional

4 Realisasi keunggulan wawasan kebangsaan

Dokumen program, pelaksanaan dan hasil kegiatan membina semangat kebangsaan

Sekolah membangun kultur sekolah yang berwawasan kebangsaan

1 Melaksanakan upacara bendera & membina paskibra

2 Mengembangkan kegiatan kepramukaan

3 Mengembangkan kegiatan PMR-UKS

4 Mengembangkan kegiatan social

5 Memiliki dokumen/rekaman lagu-lagu wajib

5 Bukti-bukti pengembangan keunggulan melalui pembinaan kreativitas siswa

Bukti sekolah mengembangkan kreativitas siswa

Sekolah memamerkan kebolehan siswa dalam mengembangkan daya kreasi dan inovasi

1 Mengelola majalah dinding

2 Menunjukkan karya kreatif bidang seni

3 Menunjukkan karya kreatif bidang akademik

4 Sekolah sebagai media pamer karya kreatif

5 Mempublikasikan karya kreatif melalui internet

b. Tujuan Beruraikan Upaya Menjalankan Indikator Keunggulan

Untuk mengukur visi-misi yang berkaitan menjalankan indicator keunggulan Visi-Misi

mempunyai beberapa komponen, bukti fisik, indikator operasional dan sekaligus alat

ukurnya. Secara terperinci disajikan dalam tabel berikut :

Page 51: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

32

Tabel 2.2 Upaya Menjalankan Indikator Keunggulan27

N0

Komponen SNP

Bukti/Fisik dokumen

Indikator operasional

Alat Ukur

1 Realisasi tujuan sekolah

sesuai indikator

keunggulan penerapan misi

Data kinerja sekolah

Sekolah menunjukkan

data hasil evaluasi kinerja

sebagai dasar penetapan program

1 Menunjukkan hasil evaluasi kinerja pelaksanaan RKAS/RKT

2 Menunjukkan data kinerja kepala sekolah

3 Menunjukkan data kinerja guru 4 Menunjukkan data kinerja siswa 5 Menunjukkan data kinerja tenaga

kependidikan 2 Penerapan

langkah-langkah

penjaminan mutu dalam

menerapkan 8 standar nasional

pendidikan

Dokumen penjaminan

mutu

Sekolah melaksanakan penjaminan mutu dalam menerapkan

standar nasional

pendidikan.

1 Memiliki sistem infomasi hasil analisis evaluasi kinerja

2 Memiliki instrumen evaluasi 3 Melaksanakan pemantauan kinerja

proses 4 Melaksanakan pemantauan

pencapaian target output 5 Menunjukkan dokumen tindak lanjut

perbaikan mutu 3 Deskripsi

uraian tugas dan target

kinerja kepala sekolah,

pendidik, dan tenaga

kependidikan lainnya

Uraian tugas dan target

kinerja pada struktur

organisasi sekolah

Sekolah mendeskripsik

an struktur organisasi

sekolah serta sistem uraian

tugas dan target pada setiap tugas dan fungsi

1 Menetapkan uraian tugas setiap fungsi 2 Menetapkan target kinerja sekolah 3 Menetapkan target kinerja kepala

sekolah 4 Menetapkan target kinerja pendidik 5 Menetapkan target kinerja tenaga

kependidikan lainnya

4 Peningkatan keunggulan mutu bidang

akademik

Dokumen program

peningkatan mutu

akademik

Sekolah menunjukkan

dokumen perkembanga

n prestasi akademik bertaraf

internasional

1 Menunjukkan dokumen pengembangan prestasi akademik bertaraf internasional

2 Menetapkan target mutu akademik bertaraf internasional

3 Mengembangkan mutu SDM sesuai target mutu akademik

4 Melaksanakan kegiatan peningkatan mutu akademik sesuai rencana

5 Menunjukkan data perkembangan mutu bidang akademik

27 Studi dokumentasi, Instrumen Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan R-SMA BI tahun ke 3.

Page 52: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

33

No. Komponen SNP

Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

5

Peningkatan keunggulan pembinaan bidang seni

Dokumen sistem pembinaan prestasi siswa dalam bidang seni

Sekolah melakukan pembinaan prestasi siswa dalam bidang seni bertaraf internasional

1 Menunjukkan rencana pembinaan prestasi seni bertaraf internasional

2 Menetapkan target prestasi seni bertaraf internasional

3 Mengembangkan struktur organisasi kesenian

4 Melaksanakan kegiatan pembinaan sesuai rencana

5 Memonitor pelaksanaan kegiatan

6 Peningkatan keunggulan dalam standar pengelolaan pendidik

Dokumen pengembangan keunggulan mutu pendidik dalam pelayanan belajar bertaraf internasional

Sekolah memiliki dokumen program peningkatan mutu pendidik

1 Menunjukkan dokumen pembinaan mutu pendidik

2 Menetapkan target mutu pendidik bertaraf internasional

3 Melaksanakan kegiatan pembinaan sesuai rencana

4 Melaksanakan penjaminan mutu pembinaan pendidik

5 Mengevaluasi pencapaian target peningkatan mutu

7

Peningkatan keunggulan standar pengelolaan tenaga kependidikan

Dokumen pengembangan keunggulan mutu tenaga kependidikan dalam pelayanan pendidikan bertaraf internasional

Sekolah mengembangkan program peningkatan mutu tenaga kependidikan bertaraf internasional

1 Menunjukkan dokumen pembinaan tenaga kependidikan sesuai kebutuhan sekolah

2 Menetapkan target mutu bertaraf internasional

3 Melaksanakan kegiatan peningkatan mutu tenaga kependidikan

4 Melakukan pengukuran ketercapaian target

5 Mendokumentasikan hasil pengukuran pencapaian standar

8 Peningkatan keunggulan melalui penerapan Prosedur Operasional Standar (POS) dalam pengelolaan administrasi

Dokumen Prosedur Operasional Standar (POS) dalam meningkatkan kinerja pelayanan sistem administrasi

Sekolah menerapkan POS (Prosedur Operasional Standar) pengelolaan sistem informasi manajemen sekolah

1 Menerapkan POS pengelolaan administasi kesiswaan

2 Menerapkan POS pengelolaan administrasi kepegawaian

3 Menerapkan POS pengelolaan administrasi persuratan

4 Menerapkan POS pengelolaan administrasi keuangan

5 Menerapkan POS pengelolaan administrasi sarana dan prasarana

Page 53: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

34

c. Tujuan Berkaiatan dengan Tahapan untuk Mewujudkan Visi-Misi

Untuk mengukur visi-misi yang bercirikan keunggulan mempunyai beberapa komponen,

bukti fisik, indikator operasional dan sekaligus alat ukurnya. Secara terperinci disajikan

dalam tabel berikut :

Tabel 2.3 Tahapan untuk mewujudkan Visi-Misi

No. Komponen SNP

Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

1 Penetapan target

pencapaian tujuan sekolah

dalam memenuhi standar isi

Data target pencapaian standar isi

Sekolah memetakan pentahapan pencapaian target dalam memenuhi standar isi

1 Menetapkan indikator pencapaian

2 Menetapkan target dalam memenuhi standar

3 Menetapkan instrumen pengukuran

4 Melaksanakan pengukuran

5 Melakukan perbaikan berkelanjutan

2 Penetapan target

pencapaian tujuan sekolah

dalam memenuhi

standar proses

Data target pencapaian

standar proses

Sekolah memiliki dokumen

target sekolah dalam

memenuhi standar proses

1 Menetapkan indikator pencapaian

2 Menetapkan target dalam memenuhi standar

3 Menetapkan instrumen pengukuran

4 Melaksanakan pengukuran

5 Melakukan perbaikan berkelanjutan

3 Penetapan target

pencapaian tujuan sekolah

dalam memenuhi

standar kompetensi

lulusan

Data target pencapaian

standar kompetensi

lulusan

Sekolah menunjukkan

dokumen target mutu

dalam memenuhi

standar kompetensi

lulusan

1 Menetapkan indikator pencapaian

2 Menetapkan target dalam memenuhi standar

3 Menetapkan instrumen pengukuran

4 Melaksanakan pengukuran

5 Melakukan perbaikan berkelanjutan

4 Penetapan target

pencapaian tujuan sekolah

dalam memenuhi

standar pendidik dan

tenaga kependidikan

Data target pencapaian

standar pendidik dan tenaga

kependidikan

Sekolah menetapkan target dalam memenuhi

standar kompetensi pendidik dan

tenaga kependidikan

1 Menetapkan indikator pencapaian

2 Menetapkan target dalam memenuhi standar

3 Menetapkan instrumen pengukuran

4 Melaksanakan pengukuran

5 Melakukan perbaikan berkelanjutan

Page 54: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

35

No. Komponen SNP

Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

5 Penetapan target

pencapaian tujuan sekolah

dalam memenuhi

standar sarana dan prasarana

Data target pencapaian

standar sarana dan prasarana

Sekolah menetapkan

target sekolah dalam

memenuhi standar sarana

prasarana

1 Menetapkan indikator pencapaian

2 Menetapkan target dalam memenuhi standar

3 Menetapkan instrumen pengukuran

4 Melaksanakan pengukuran

5 Melakukan perbaikan berkelanjutan

6 Penetapan target

pencapaian tujuan sekolah

dalam memenuhi

standar pengelolaan

Data target pencapaian

standar pengelolaan

Sekolah menetapkan target dalam memenuhi

standar pengelolaan

1 Menetapkan indikator pencapaian

2 Menetapkan target dalam memenuhi standar

3 Menetapkan instrumen pengukuran

4 Melaksanakan pengukuran

5 Melakukan perbaikan berkelanjutan

7 Penetapan target

pencapaian tujuan sekolah

dalam memenuhi

standar pembiayaan

Data target pencapaian

standar pembiayaan

Sekolah menetapkan

target sekolah dalam

memenuhi standar

pembiayaan

1 Menetapkan indikator pencapaian

2 Menetapkan target dalam memenuhi standar

3 Menetapkan instrumen pengukuran

4 Melaksanakan pengukuran

5 Melakukan perbaikan berkelanjutan

8 Penetapan target

pencapaian tujuan sekolah

dalam memenuhi

standar penilaian

Data target pencapaian

standar penilaian

Sekolah menetapkan

target sekolah dalam

memenuhi standar

penilaian

1 Menetapkan indikator pencapaian

2 Menetapkan target dalam memenuhi standar

3 Menetapkan instrumen pengukuran

4 Melaksanakan pengukuran

5 Melakukan perbaikan berkelanjutan

d. Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM)

Untuk mengukur rencana kerja jangka menengah (RKJM) mempunyai beberapa

komponen, bukti fisik, indikator operasional dan sekaligus alat ukurnya. Secara

terperinci disajikan dalam tabel berikut :

Page 55: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

36

Tabel 2.4 Indikator Standar RKJM dan RKT28

N0 Komponen SNP Bukti Fisik/Dokumen Indikator

Operasional Alat ukur

1 Rencana Kerja Jangka

Menengah (RKJM/RPS)

Program Kerja Jangka

Menengah

Sekolah memiliki dokumen

RKJM/RPS

1 Menunjukkan program jangka menengah

2 Meliputi 8 standar nasional pendidikan

3 Menetapkan prioritas peningkatan mutu

4 Menetapkan indikator dan kriteria mutu

bertaraf internasional 5 Menunjukkan

pentahapan kegiatan tahunan

2 Program Kerja Tahunan

(RKT/RKAS)

Program Kerja Tahunan

Sekolah memiliki dokumen

RKT/RKAS

1 Menunjukkan program kerja tahunan tingkat

satuan pendidikan 2 Meliputi 8 standar

nasional pendidikan 3 Menetapkan prioritas

peningkatan mutu 4 Menetapkan indikator

dan kriteria mutu bertaraf internasional

5 Menetapkan anggaran tahunan

3 Pelaksanaan Rencana Anggaran Tahunan

Dokumen Rencana Kerja

Tahunan

Sekolah menyelaraskan

rencana dengan

pelaksanaan kegiatan

1 Melaksanakan kegiatan sesuai tujuan

2 Melaksanakan kegiatan tepat waktu

3 Melaksanakan kegiatan tepat sasaran

4 Melaksanakan kegiatan sesuai

pembiayaan 5 Melaksanakan

monitoring 4 Evaluasi

Rencana Kerja Tahunan

Dokumen Hasil Kegiatan

Evaluasi Diri

Sekolah melaksanakan

kegiatan evaluasi dan refleksi atas

realisasi program RKT

1 Memiliki instrumen monitoring/supervise

2 Memiliki dokumen pelaksanaan

monitoring/ supervise 3 dokumen proses

pengolahan data monitoring /supervise

4 Menunjukkan data hasil pengolahan

5 Terdapat tindak lanjut perbaikan mutu

28 Studi dokumentasi, Instrumen Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan R-SMA BI tahun ke 3

Page 56: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

37

e. Mengadopsi dan Mengadaptasi ISO 9001/12000/14000

Untuk mengukur mengadopsi dan mengadaptasi ISO 9001/12000/14000

mempunyai beberapa komponen, bukti fisik, indikator operasional dan sekaligus alat

ukurnya. Secara terperinci disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.5 Mengadaptasi dan Mengadopsi Standar ISO 9001/12000/1400029

N0 Komponen SNP Bukti Fisik / Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

1 Adopsi standar ISO dalam sistem pengelolaan sekolah

Dokumen perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan rekomendasi tindak lanjut perbaikan program.

Sekolah mengadopsi dokumen tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan rekomendasi tindak lanjut perbaikan program

1 Memiliki data profil sekolah hasil evaluasi

2 Menyusun perencanaan berdasarkan data hasil evaluasi

3 Menentukan target mutu

4 Memonitor pelaksanaan peningkatan mutu

5 Melaksanakan perbaikan mutu berkelanjutan

2 Adaptasi standar ISO dalam sistem pengelolaan sekolah

Dokumen perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan rekomendasi tindak lanjut perbaikan program

Sekolah mengadaptasi dokumen tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan rekomendasi tindak lanjut perbaikan program

1 Memiliki panduan pelaksanaan penerapan ISO

2 Meningkatkan kegiatan pemahaman

3 Terdapat bukti rancangan model adaptasi

4 Terdapat model penerapan konsep

5 Terdapat evaluasi dan perbaikan berkelanjutan

29 Studi dokumentasi, Instrumen Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan R-SMA BI tahun ke 3

Page 57: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

38

No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

3 Penerapan standar ISO dalam peningkatan dan penjaminan mutu sekolah sesuai dengan 8 SNP

Model adaptasi yang dibuktikan dengan adanya dokumen rujukan, model adaptasi dan evaluasi kegiatan

Sekolah menerapkan manajemen mutu berstandar ISO (efektivitas proses)

1 Menunjukkan dokumen perencanaan

2 Melaksanakan program sesuai rencana

3 Melaksanakan audit mutu internal

4 Menunjukkan dokumen kerja sama dalam penerapan ISO

5 Memperoleh sertifikat ISO

4 Perlakuan belajar berlandaskan peluang yang adil kepada seluruh siswa serta didasari dengan nilai demokratis

Data pemerataan layanan fasilitas sekolah bagi seluruh siswa

Sekolah menunjukkan data adanya pemerataan penggunaan layanan fasilitas bagi seluruh siswa.

1 Memberi peluang kepada siswa kurang mampu dalam ekonomi dan lulus seleksi PSB

2 Memberi peluang belajar kepada siswa dari berbagai etnis, ras dan agama

3 Memberikan pelayanan belajar yang sama kepada semua peserta didik

4 Menyediakan beasiswa kepada yang berprestasi

5 Memberi peluang mengikuti kegiatan untuk meraih prestasi secara kompetitif

5 Tingkat keyakinan sekolah dalam mewujudkan mutu terbaik

Dokumen target mutu pengelolaan dan pembelajaran yang berkeunggulan pada taraf nasional dan internasional

Sekolah menunjukkan keyakinan dengan target pencapaian kinerja yang sesuai dengan kriteria persaingan mutu bertaraf nasional dan internasional

1 Target mutu kepala sekolah bertaraf nasional dan internasional

2 Target mutu guru bertaraf nasional dan internasional

3 Target mutu TU bertaraf nasional dan internasional

4 Target mutu siswa bertaraf nasional dan internasional

5 Target mutu komite bertaraf nasional dan internasional

Page 58: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

39

No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

6 Peningkatan kerja sama bertaraf internasional melalui kolaborasi global

Dokumen pendukung kolaborasi dan produk kegiatan kolaborasi internasional

Sekolah mengembangkan kompetensi pendidik, tenaga kependidikan, dan siswa melalui kolaborasi dengan lembaga-lembaga internasional

1 Mengikutsertakan kegiatan pertukaran pelajar

2 Mengikutsertakan pendidik dan tenaga kependidikan pada kegiatan bertaraf nasional dan internasional

3 Melakukan kunjungan studi di dalam dan ke luar negeri

4 Melakukan kolaborasi siswa pada taraf nasional dan internasional

5 Berpartisipasi dalam kegiatan internasional melalui internet

7 Pengembangan kerja sama sister school dengan sekolah bertaraf internasional

Data program kerja sama

Sekolah melaksanakan kerjasama dengan sekolah bertaraf internasional

1 Kerjasama dalam peningkatan mutu guru

2 Kerjasama dalam peningkatan kompetensi siswa bidang akademik

3 Kerjasama dalam bidang seni budaya

4 Kerjasama dalam bidang olahraga

5 Kerjasama dalam bidang teknologi

8 Kerja sama dengan sekolah mitra luar negeri

Dokumen kerja sama sister school dengan sekolah mitra di luar negeri dari negara OECD

Sekolah menunjukkan dokumen pelaksanaan kerja sama sister school dengan sekolah mitra di luar negeri

1 Bidang kerja sama tercantum pada dokumen

2 Menunjukkan target yang terukur

3 Menunjukkan aktivitas kerja sama

4 Menunjukkan bukti manfaat kerja sama

5 Mendokumentasikan hasil yang dicapai

Page 59: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

40

No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

9 Kerja sama dengan

sekolah mitra dalam negeri

Dokumen kerja sama sister school dalam rangka meningkatkan keunggulan sekolah

Sekolah menunjukkan dokumen pelaksanaan kerja sama sister school dengan sekolah mitra di dalam negeri

1 Menunjukkan dokumen kerja sama

2 Bidang kerja sama tercantum pada dokumen

3 Menunjukkan target yang terukur

4 Menunjukkan aktivitas kerja sama

5 Menunjukkan bukti hasil kerjasama

10 Penerapan aturan dan sanksi yang jelas serta tegas dalam mencegah siswa menjadi perokok, pengguna narkoba, minuman keras, tawuran dan melakukan kekerasan

Tata tertib siswa Sekolah memiliki aturan bebas rokok dan narkoba, menerapkan sanksi bagi siswa yang melanggarnya

1 Larangan-sanksi membawa dan menghisap rokok

2 Larangan-sanksi membawa dan menggunakan narkoba

3 Larangan-sanksi membawa dan meminum minuman keras

4 Terdapat slogan bebas rokok di lingkungan sekolah

5 Terdapat slogan bebas narkoba

11 Penerapan aturan dan sanksi yang jelas serta tegas bagi pendidik dan tenaga kependidikan yang merokok di lingkungan sekolah

Tata tertib pendidik dan tenaga kependidikan

Sekolah memiliki aturan larangan merokok dan menerapkan sanksi bagi pendidik dan tenaga kependidikan yang melanggarnya

1 Terdapat aturan pendidik dan tenaga kependidikan dilarang merokok di sekolah

2 Terdapat slogan bebas rokok di ruang guru

3 Bebas penjualan rokok di sekolah

4 Bebas sarana merokok

5 Bebas asap rokok di ruang sekolah

Page 60: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

41

No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

12 Penerapan

sistem kendali untuk mencegah anggota komunitas sekolah melakukan tindak kekerasan

Tata tertib siswa Sekolah memiliki tata tertib siswa sesuai dengan perkembangan kehidupan di sekolah dan masyarakat

1 Larangan dan sanksi melakukan tawuran

2 Larangan dan sanksi melakukan pelecehan

3 Larangan dan sanksi melakukan penghinaan

4 Larangan dan sanksi membawa senjata tajam

5 Larangan sanksi mengungkapkan kata-kata kasar

6 Larangan dan sanksi melakukan tindak kekerasan

7 Larangan dan sanksi memberikan hukuman fisik

13 Pemberian peluang yang sama kepada siswa putra dan putri berprestasi

Dokumen kegiatan siswa

Sekolah mengembangkan sikap kesetaraan gender

1 Adanya beasiswa untuk putra dan putrid

2 Memimpin organisasi kesiswaan

3 Kegiatan ekstrakurikuler

4 Menjadi delegasi perlombaan

5 Delegasi sekolah pada pertemuan ilmiah

14 Akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional – Sekolah/Madrasah (BAN-S/M)

Nilai akreditasi di atas 95

Nilai akreditasi yang telah sekolah raih

1 Meraih nilai > 98 2 Meraih nilai 97 -

97,99 3 Meraih nilai 96-

96,99 4 Meraih nilai 95-

95,99 5 Meraih nilai < 95

Page 61: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

42

No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

15 Adopsi standar

pengelolaan dari penjaminan mutu negara maju

Konsep rujukan bersumber dari negara maju dan model aplikasi pada tingkat satuan pendidikan

Sekolah mengadopsi model penerapan standar pengelolaan dari negara maju

1 Menerapkan standar pengelolaan

2 Menerapkan PAS atau sistem basis data

3 Menggunakan sistem administrasi berbasis internet

4 Memiliki lembaga monev internal

5 Melakukan perbaikan berkelanjutan

16 Adopsi standar pembelajaran dari penjaminan mutu negara maju

Konsep rujukan bersumber dari negara maju dan model aplikasi pada tingkat satuan pendidikan

Sekolah mengadopsi model penerapan standar pembelajaran dari negara maju

1 Menerapkan pembelajaran siswa aktif

2 Menerapkan pembelajaran konstruktivistik

3 Menerapkan pembelajaran kontekstual

4 Menerapkan pembelajaran inkuiri

5 Mengembangkan model-model pembelajaran secara berkelanjutan

2.. Standar Isi

Dalam epistimologi Islam dinyatakan bahwa semua ilmu itu bersumber dari

Allah dan meliputi segala sesuatu, sebagaimana firman Allah (Q.S Kahfi:29 )

Merujuk Mac Donald and Popham,kurikulum itu adalah pernyataan mengenai

tujuan, Tanner menyatakan kurikulum adalah rencana tertulis, adapun Saylor dan

Alexander mendefinisikan kurikulum sebagai pengalaman nyata yang dialami peserta

didik30. definisi tersebut hanya berkenaan dengan salah satu dimensi

kurikulum.Sedangkan menurut Said Hamid Hasan idealnya kurikulum itu memiliki 30 P.F. Oliva, Developing the Curriculum, (New York: Longman, 1997), hlm 34.

Page 62: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

43

empat dimensi, yaitu; dimensi ide dalam arti tujuan, dokumen tertulis arti luasnya

sebagai perencanaan pembelajaran, dimensi implementasi sebagai pelaksanaan

pembelajaran, dan dimensi hasil31.

Pengertian kurikulum diatas juga dianut dalam pengertian standar isi adalah

ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang

kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus

pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan

tertentu32.

Pada standar isi mengindikasikan lembaga SMA dituntut untuk mengembangkan

kurikulum, pengembangan standar isi yang dikemukakan oleh Said Hasan Hamid adalah

keseluruhan proses pengembangan kurikulum berkenaan dengan pengembangan empat

dimensi yaitu:

a. Dimensi ide, dimensi ini berkenaan dengan landasan filosofis dan teoritis kurikulum.

Landasan filosofis kurikulum berkenaan dengan filosofis pendidikan yang digunakan

untuk mengembangkan arah dan orientasi kurikulum. Aspek filosofi menentukan

permasalahan kurikulum yang diidentifiasi dan merumuskn jawabannya. Dari

dimensi ide juga dapat dikenal teori belajar, model dan desain kurikulum yang

digunakan. Secara logika kurikulum dikembangkan untuk mencapai tujuan

pendidikan nasional dan kontribusi lembaga pendidikan terhadap tujuan pendidikan.

Dengan demikian filosofi dan teori kurikulum yang digunakan harus disesuaikan

31 Said Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: UPI University Press, 2006), hlm. 477. 32 LEKDIS, Standar Nasional Pendidikan , hlm. 14-16.

Page 63: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

44

dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan suatu jenjang

pendididkan33.

b. Kurikulum sebagai dimensi dokumen maka kurikulum berisikan komponen seperti

tujuan, konten, proses, dan assement. Berbagai literature kurikulm menyebutkan

dimensi dokumen ini dengan sebutan intention/intended atau planned. Pengertian

kurikulum yang dikemukakan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 dan berkenaan

dengan dimensi dokumen.

c. Kurikulum dalam dimensi proses adalah implementasi dari apa yang direncanakan

dalam dimensi dokumen. Pelaksanaan atau implementasi itu mungkin sama tapi

mungkin juga berbeda dari apa yang direncanakan dalam dokumen. Dimensi proses

juga sering disebut dengan istilah implemented, observed, atau reality. Pengertian

kurikulum yang diemukakan dalam PP RI 19 Tahun 2005 dan dilaksanakan pada

SMA berkenaan dengan dimensi proses.

d. Kurikulum sebagai dimensi hasil adalah apa yang dimiliki oleh peserta didik. Dmensi

ini merupakan suatu pembuktian apakah tujuan kurikulum tercapai. Dimensi ini

sangat kritikal dalam menentukan keberhasilan suatu kurikulum dan oleh karena itu

alat evaluasi hasil yang digunakan haruslah memiliki tingkat validitas kurikulum

(curriculum validity) yang tinggi bukan validitas konten. Validitas kurikulum

menunjukan tingkat kesesuaian ruang lingkup tujuan kurikulum (pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, sikap, nilai dan kebiasaan) dengan ruang lingkup alat

evaluasi yang digunakan. Validitas konten menunjukan tingkat kesesuaian ruang

33 Said Hamid Hasan, Ilmu dan Aplikasi n, hlm. 482.

Page 64: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

45

lingkup suatu konten (konsep, teori, nilai, kebebasan) dengan ruang lingkup butir-

butir pertanyaan dari suatu tes34.

Lembaga SMA kini bebas mengembangkan kuriulum pendidikan masing-masing.

Namun, pengembangan kurikulum tersebut harus tetap mengacu kepada standar isi dan

kompetensi nasional. Hal itu tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No

22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.

Semenjak diberlakukan Permendiknas tersebut tidak ada lagi sebutan kurikulum

nasional. Setiap SMA bebas mengembangkan kurikulum. Tentunya, ini tergantung

kemauan sekolah, konsekwensi dari Permendiknas No 22 Tahun 2006 yang baru

diharapkan pendidikan di Indonesia makin beragam dan maju. Tentunya tidak ada lagi

sebutan kurikulum nasional. Yang ada hanya standar minimum mengenai isi kurikulum

dan setiap Lembaga Pendidikan SMA mengembangkan kurikulum sesuai dengan

potensi, sumber daya, serta ciri khasnya.

Secara formal standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi

yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian,

kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta

didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi memuat kerangka dasar dan

struktur kurikulum, beban belajar, kuriulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender

pendidikan/akademik35.

a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum yang pernah berlaku selama ini adalah kurikulum 1968, kurikulum

1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, dan mulai tahun ajaran 2006/2007 diberlakukan

34 Said Hamid Hasan, Ilmu dan Aplikasi hlm. 488. 35 LEKDIS Standar Nasional hlm. 14-16.

Page 65: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

46

kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kebijakan ini berdasarkan Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Peraturan Menteri No. 22/2006 tentang

standar isi untu satuan pendidikan dasar dan menengah. Pada tahun 2010 seluruh sekolah

dan madrasah harus sudah melaksanakan KTSP. Pelaksanaan KTSP secara penuh

diharapkan mulai tahun ajaran 201136.

KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK), KTSP sebagai

suatu sistem kurkulum nasional mengakomodasi berbagai perbedaan budaya dan

mengsinergikan; 1) standar kompetensi dan hasil belajar, dan 2) mendesentralisasikan

pengembangan silabus dan pelaksanaannya. Kedua inovasi ini sesuai dengan prinsip

“kesatuan dalam kebijakan dan keragaman dalam pelaksanaannya”. Prinsip pertama

terlihat pada adanya penetapan standar kompetensi dan hasil belajar oleh pemerintah

pusat, sedangakan prinsip kedua ditandai oleh adanya pengembangan silabus oleh

pemerintah daerah dan SMA sesuai dengan potensinya37.

KTSP menganut prinsip fleksibilitas. Setiap SMA diberi kebebasan menambah

empat jam pelajaran tambahan per minggu, yang bisa diisi dengan apa saja baik yang

wajib atau muatan lokal. Namun fleksibilitas ini mesti diimbangi dengan potensi sekolah

masing-masing serta pemenuhan standar isi seperti digariskan Badan Standarisasi

Nasional Pendidikan (BSNP). KTSP membutuhkan pemahaman dan keinginan SMA

untuk mengubah kebiasaan lama yakni ketergantungan pada birokrat. Peluang bagi SMA

untuk mandiri secara manaemen dan akademis, karena KTSP dikembangkan melalui

36 http://www.depdiknas.go.id/sejarahkurikulumindonesia/press. 37 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Rosdakarya), hlm. 32.

Page 66: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

47

kesesuaian dengan satuan pendidikan, potensi daerah, kondisi social budaya masyarakat

setempat, dan peserta didik. Hal ini menuntut guru lebih kreatif.38

KTSP model kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan

dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP secara yuridis diamanatkan

oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dan

peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh SMA dimulai tahun ajaran 2006/2007

dengan mengacu pada standar isi (SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL) untuk

pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006,

serta panduan pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP.

Dengan kata lain, pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada SMA,

dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas Pendidikan. Penyusunan KTSP selain

melibatkan guru dan karyawan juga melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli

dari perguruan tinggi setempat. Dengan keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan

KTSP, maka KTSP yang disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi dan

kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat.

b. Kalender Pendidikan SMA

Faktor penting dalam keefektifan kegiatan pembelajaran di SMA adalah masalah

waktu. Pembahasan tentang waktu pembelajaran mengenai karakteristik lingkungan

diluar sekolah dan proses pencapaian tujuan pendidikan, sehingga hal ini mempengaruhi

siklus kalender akademik SMA. Pertimbangan tentang penggunaan waktu dalam

38 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara,

2007). Cet ke-1, hlm. 2001.

Page 67: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

48

kalender pendidikan di SMA memegang potensi besar, kesalahan menentukan kalender

akademik akan mengakibatkan krisis pembelajaran, merusak sistem pendidikan dan

mengurangi pencapaian tujuan.

Dimensi waktu dalam suatu model keefektifan organisasi dapat terkonsep dengan

jangka kesuksesan yang berkelanjutan dari jangka pendek, jangka panjang untuk SMA,

indikator jangka pendeknya adalah nilai siswa dalam tes pencapaian dan kepuasan kerja.

Pengaruh lain dari waktu adalah bahwa kriteria keefektifan lembaga pendidikan tidak

selalu konstan. Seperti; masyarakat (steak holders) menyediakan waktu pembelajaran di

sekolah, konstituen yang merubah preferensinya tentang pencapaian tujuan pendidikan,

dan lain-lain.39

Pada standar isi kalender pendidikan mencakup permulaan tahun ajaran, minggu

efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur. Hari libur berbentuk jeda

tengah semester selama-lamanya satu minggudan jeda antar semester. Kurikulum satuan

pendidikan pada SMA mengikuti kalender pendidkan pada setiap tahun ajaran. Kalender

pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama

satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahu ajaran, minggu efektif belajar, waktu

pembelajaran efektif dan hari libur40. Untuk lebih jelasnya dideskripsikan dalam bentuk

table dibawah ini;

39 K, Hoy Wayne and Cecil G. Miskel, Educational Administration, Teory, Research, and Practice, (New

York: Random House, 1978), hlm. 665. 40 LEKDIS Standar Nasional .hlm. 14-15.

Page 68: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

49

Tabel: 2.6 Alokasi Waktu pada Kalender Pendidikan

No Kegiatan Alokasi Waktu Keterangan

1 Minggu efektif belajar

Minimum 34 minggu dan Maksimum 38

minggu

Digunakan untuk kegiatan pembelajaran efektif pada setiap satuan pendidikan

2 Jeda tengah semester Maksimum 2 minggu Satu minggu setiap semester

3 Jeda antar semester Maksimum 2 minggu Antara semester I dan II

4 Libur akhir tahun pelajaran Maksimum 3 minggu

Digunakan untuk penyiapan kegiatan dan administrasi akhir dan awal tahun pelajaran

5

Hari libur keagamaan 2-4 minggu

Daerah khusus yang memerlukan libur keagamaan lebih panjang dapat mengaturnya sendiri tanpa mengurangi jumlah minggu efektif belajar dan waktu pembelajaran efektif

6 Hari libur umum/nasional Maksimum 2 minggu Disesuaikan dengan peraturan

pemerintah

7 Hari libur khusus Maksimum 1 minggu Untuk satuan pendidikan dengan cirri kekhususan masing-masing

c. Standar Penerapan KTSP R-SMA BI

Untuk mengukur penerapan standar KTSP R-SMA-BI , mempunyai beberapa

komponen, bukti fisik, indikator operasional dan sekaligus alat ukurnya. Secara

terperinci disajikan dalam tabel berikut :

Untuk lebih jelasnya penulis paparkan dalam bentuk tabel berikut :

Page 69: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

50

Tabel 2.7 Indikator Operasional Penerapan KTSP 41

No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

1

Perumusan profil mutu lulusan di atas standar nasional

Dokumen Kebijakan Standar Mutu Lulusan

Sekolah menunjukkan dokumen kebijakan penetapan standar mutu lulusan

1Menetapkan indikator keimanan dan akhlak

mulia

2 Menetapkan target nilai UN

3 Menetapkan target lulusan diterima di PT

4Menetapkan target

kompetensi berbahasa Inggris

5Merumuskan indikator mutu lulusan bertaraf

internasional

2

Peningkatan mutu kurikulum merujuk pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

Dokumen Silabus & RPP

Sekolah menunjukkan adanya hasil penetapan standar kompetensi lulusan yang menjadi dasar penyempurnaan KTSP

1

Merumuskan standar kompetensi siswa untuk lulus UN di atas standar

nasional

2

Merumuskan standar kompetensi siswa agar

dapat diterima di perguruan tinggi favorit

3

Merumuskan standar kompetensi siswa untuk berkompetisi pada taraf

internasional

4

Menentukan indikator pembelajaran sesuai

kebutuhan kompetensi SKL

5

Melakukan analisis kesesuaian KTSP dengan

kebutuhan siswa melanjutkan dan hidup

mandiri

3

Penggunaan rujukan Operasional KTSP

Dokumen KTSP

Sekolah merumuskan KTSP merujuk pada petunjuk operasional penyusunan.

1 Keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia

2

Potensi kecerdasan dan minat sesuai

perkembangan peserta didik

3 Keragaman potensi daerah

dan lingkungan

4 Pembangunan daerah, nasional

5 Tuntutan global

41 Studi dokumentasi, Instrumen Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan R-SMA BI tahub ke 3.

Page 70: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

51

No. Komponen SNP

Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

4 Penyempurnaan KTSP

Dokumen program dan dokumen KTSP hasil penyempurnaan

Sekolah merencanakan dan melaksanakan KTSP hasil penyempurnaan

1Menyempurnakan KTSP dengan rujukan kurikulum negara maju

2

Memperbaharui materi ajar sesuai kebutuhan siswa bersaing pada taraf internasional

3

Menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan perkembangan teknologi

4

Mengadaptasikan sistem penilaian otentik dari sekolah di negara maju

5 Menggunakan multimedia 5 Penyusunan

sistem kenaikan kelas, kelulusan, penjurusan

Terdapat aturan kenaikan kelas, kelulusan dan penjurusan

Sekolah menetapkan aturan kenaikan kelas, kelulusan, dan penjurusan

1 Memiliki kriteria kenaikan kelas

2

Kriteria minimal nilai semester sesuai dengan KKM

3

Kriteria pencapaian minimal nilai kelulusan > 75

4

Kriteria penjurusan sesuai dengan KKM dan karakteristik siswa

5

Dokumen yang disahkan

rapat dewan pendidik

(notula rapat)

d. Pemenuhan standar isi

Untuk mengukur pemenuhan standar isi mempunyai beberapa komponen,

bukti fisik, indikator operasional dan sekaligus alat ukurnya. Secara terperinci disajikan

dalam tabel berikut :

Page 71: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

52

Tabel 2.8 Pemenuhan Standar Isi

N0

Komponen SNP

Bukti Fisik/Dokumen Indikator Operasional Alat Ukur

1

Pemenuhan komponen standar isi

Kesesuaian kandungan isi

Sekolah memenuhi kandungan isi materi pelajaran memenuhi kriteria standar lokal, nasional, dan internasional

1 Internasional

2 Nasional

3 Lokal

4 Life Skill

5 Pengembangan diri

2

Pemenuhan standar isi Dokumen KTSP

Sekolah memiliki dokumen KTSP yang

digunakan sebagai dasar pelaksanaan

pembelajaran

1Memiliki dokumen isi sekolah lain di dalam dan luar negeri

2 Menyelaraskan isi dengan SK dan KD

3 Penyusunan muatan lokal

4 Menyusun muatan internasional

5 Mengatur penyebaran beban belajar

3

Pengembangan KTSP/Substans

KTSP

Dokumen KTSP

hasil pengembangan

Sekolah

mengembangkan KTSP

1

Melakukan evaluasi diri dan analisis kebutuhan sebagai dasar pengembangan KTSP

2 Memiliki dokumen KTSP yang dibuat sendiri

3

Meningkatkan keunggulan KTSP dengan mengadopsi keunggulan kurikulum negara maju

4 Mengevaluasi pelaksanaan KTSP tiap akhir tahun

5

Melakukan perbaikan KTSP

Page 72: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

53

No. Komponen SNP

Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

4

Penyempurnaan Muatan KTSP/Substansi KTSP

Dokumen KTSP hasil penyempur naan

Sekolah menyempurnakan muatan KTSP

1Menyesuaikan tujuan pendidikan sekolah dengan tujuan nasional

2Menyelaraskan tujuan sekolah dengan tujuan pendidikan internasional

3

Menyetarakan standar materi pelajaran sekolah dengan standar materi pelajaran di negara maju

4Menyelaraskan mulok dengan nilai-nilai universal

5Penyempurnaan pengaturan beban belajar

5

Materi pendidikan kecakapan hidup

Dokumen KTSP

Sekolah menentukan jenis kecakapan diri siswa

1 Melakukan analisis kekuatan sekolah

2Menentukan bidang kekhasan dan keunggulan sekolah

3

Menerapkan strategi pencapaian kekhasan dan keunggulan sekolah

4Memiliki prestasi keunggulan lokal dan nasional

5Memamerkan prestasi keunggulan internasional

6

Pengembangan pendidikan berbasis keunggulan lokal, nasional, dan global

Dokumen KTSP pada tiap mata pelajaran

Sekolah menentukan keunggulan khas tingkat satuan pendidikan

1 Berbasis potensi siswa

2 Keunggulan khas sekolah

3 Keunggulan khas lokal

4 Keunggulan nasional

5 Keunggulan global

Page 73: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

54

No. Komponen SNP

Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

7

Penyusunan kalender pendidikan tingkat satuan pendidikan

Dokumen kalender pendidikan

Sekolah menggunakan kalender pendidikan yang berfungsi sebagai basis penentuan kegiatan

1Memiliki dokumen rencana kalender pendidikan

2Menyempurnakan menjelang awal tahun ajaran

3

Menggunakan kalender sebagai dasar meningkatkan efektivitas waktu

4

Memastikan kegiatan mengacu pada waktu yang ditentukan dalam kalender

5Mengevaluasi efektivitas pengelolaan waktu

8

Perumusan target mutu

SK Kepala Sekolah tentang KKM

Sekolah menentukan target KKM di atas standar nasional

1 Mempertimbangkan kompleksitas SK/KD

2 Menganalisis indikator SK/KD

3Mempertimbangkan kemampuan rata-rata peserta didik

4 Menetapkan target KKM >75%

5 Pencapaian kriteria ketuntasan ideal 100%

9 Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran (diambil dari kelas 12, kecuali mapel yang tidak ada diambil dari kelas sebelumnya)

SK Kepala Sekolah tentang KKM

Sekolah menentukan standar KKM minimal 7,5 dan mengevaluasi tingkat ketuntasan minimal

1 Agama 2 PPKN 3 Bahasa Indonesia 4 Penjaskes 5 Kesenian

6 TIK

10 Penetapan kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran pada jurusan IPA (Kelas 12)

SK Kepala Sekolah tentang KKM

Sekolah menentukan standar KKM minimal 7,5 dan mengevaluasi tingkat ketuntasan minimal jurusan IPA

1 Matematika 2 Kimia 3 Fisika 4 Biologi

5 Bahasa Inggris

Page 74: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

55

No. Komponen SNP

Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

11 Penetapan kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran pada jurusan IPS (Kelas 12)

SK Kepala Sekolah tentang KKM

Sekolah menentukan standar KKM minimal 7,5 dan mengevaluasi tingkat ketuntasan minimal jurusan IPS

1 Sejarah 2 Ekonomi – Akuntansi 3 Sosiologi - Antropologi 4 Geografi

5 Bahasa Inggris

12

Penyempurnaan Silabus dan RPP

Dokumen program, data pelaksanaan kegiatan, dan laporan kegiatan.

Sekolah menentukan standar dan mengevaluasi tingkat ketuntasan minimal

1 Terdapat program pengembangan

2 Pelaksanaan workshop pengembangan

3 Laporan kegiatan 4 Sumber dana

5Terdapat dokumen silabus dan RPP untuk seluruh mata pelajaran

3. Stadar Kompetensi Lulusan

Indikasi utama dari paradigma baru dalam pendidikan nasional yaitu; pendidikan

berbasis kompetensi. Pada tataran praktis kompetensi merupakan perpaduan dari

pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir

dan bertindak. McAshan (1981) mengemukakan bahwa kompetensi: “… is a

knowledge, wich become part of his or her being to the exerat he or she can

satisfaktorily perform particular cognitive, affective, psychomotor behavior.” 42

Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan

kemampuan yang dimiliki dan dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari

dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan

psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Sejalan dengan itu, Frinch dan Crunkilton

42 Dikutip oleh E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Rosdakarya, 2002), hlm 32.

Page 75: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

56

(1979:22) mengartikan kompetensi sebagai penguasaan dari suatu tugas, keterampilan,

sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan43.

Menurut Ahmad Tafsir konsep kompetensi berawal dari konsep kebermaknaan,

Genesis kompetensi ini dilahirkan dari filsafat yunani kuno yang menegaskan

kebermaknaan hidup manusia. Kompetensi adalah suatu metode atau cara agar manusia

mempunyai fungsi dan berguna bagi manusia dan lingkungannya. Dalam konsep

kompetensi tinggi rendahnya derajat manusia tergantung pada kemampuan seseorang

berdaya guna bagi komunitas44. Dalam pandangan Islam kebermaknaan manusia

dipandang dari jabatannya sebagai Kholifatul fil Ardh, dalam Al Qur’an manusia

menempati kedudukan istimewa di alam semesta ini yaitu sebagai kholifah di muka

bumi, sebagaimana firman Allah (Q.S. Al Baqoroh ayat: 30)

Standar kompetensi lulusan merupakan output dari proses pendidikan,

penjelmaan dari lulusan lembaga pendidikan merupakan suatu kepribadian manusia

yang diusahakan dalam proses pendidikan, sehingga profil kepribadian yang telah

ditetapkan sebagai pencapai tujuan pendidikan merupakan usaha atau kegiatan

pendidikan yang akan dilaksanakan untuk mengarahkan kepribadian manusia yang

sesuai dengan profil kepribadian yang telah ditetapkan untuk dicapai pada masa peserta

didik lulus kelak di lembaga tersebut

Standar kompetensi lulusan berkedudukan sebagai tujuan operatif dari tujuan

ideal pendidikan. Dalam suatu model organisasi yang efektif, input dan transformasi

(proses) harus didasari antara tujuan lembaga dan tujuan operatifnya45. Dari teori

keefektifan ini menggambarkan keefektifan SMA dapat diukur apabila kegiatan dan

43 Dikutip oleh E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Rosdakarya, 2002), hlm 36. 44 Ahmad Tafsir, seminar Pendidikan pada Jurusan Kependidikan Islam, 2009 45 K, Hoy Wayne and Cecil G. Miskel, Educational hlm. 318.

Page 76: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

57

poses pendidikannya mengacu pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan yaitu pada

standar kompetensi lulusan. Menurut Sterrs tujuan operatif atau standar kompetensi

lulusan merupakan tolak ukur tugas-tugas dan kegiatan lembaga tersebut. Tujuan

berfungsi sebagai pembanding dan kritik terhadap proses dari input pendidikan, apabila

proses atau kegiatan yang berlangsung dan input (sumber daya manusia) tidak

mencerminkan pencapaian tujuan maka kegiatan pendidikan tersebut tidak efektif46.

Standar kompetensi lulusan menuntut profil lulusan yang mempunyai kualifikasi

kemampuan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar kompetensi

lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik

dari satuan pendidikan. Adapun kompetensi yang harus dimiliki peserta didik sebagai

berikut dibawah ini:

a. Standar kompetensi lulusan meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau

kelompok mata pelajaran.

b. Kompetensi lulusan untuk mata pelajaran bahasa menekankan pada kemampuan

membaca dan menulis yang sesuai denagn jenjang pendidikan.

c. Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan SMA bertujuan untuk

meningkatkan kecerdasan, pengetehuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut47.

Penjabaran dari kebijakan peraturan pemerinta Nomor 1 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan, dilanjutkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 21 Tahun 2006 bahwa pendidikan SMA bertujuan: meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan

46 K, Hoy Wayne and Cecil G. Miskel, Educational hlm. 317. 47 LEKDIS, Standar Nasional hlm. 25.

Page 77: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

58

mengikuti pendidikan lebih lanjut. Penjabaran dari tujuan SMA ini diindikatorkan

dengan 23 kompetensi yang harus dimiliki oleh lulusan SMA.48

a. Pemenuhan Standar Kompetensi Lulusan

Untuk mengukur kompetensi lulusan , mempunyai beberapa komponen, bukti

fisik, indikator operasional dan sekaligus alat ukurnya. Secara terperinci disajikan

dalam tabel berikut :

Tabel: 2.9 Pemenuhan Standar Kompetensi Lulusan

No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

1 Prestasi dalam pengembangan keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia (SKL)

Siswa berprestasi dalam pengembangan keimanan, ketakwaaan dan akhlak mulia.

Sekolah menunjukkan bukti-bukti prestasi dalam pengembangan keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia (SKL)

1 Tingkat Sekolah 2 Tingkat

Kabupaten/Kota 3 Tingkat Provinsi 4 Tingkat Nasional 5 Tingkat Internasional

2 Prestasi dalam bidang matematika

Siswa berprestasi dalam bidang matematika

Sekolah menunjukkan bukti-bukti prestasi dalam bidang matematika

1 Tingkat Sekolah 2 Tingkat

Kabupaten/Kota 3 Tingkat Provinsi 4 Tingkat Nasional 5 Tingkat Internasional 3 Prestasi dalam

bidang kimia Siswa berprestasi dalam bidang kimia

Sekolah menunjukkan bukti-bukti prestasi dalam bidang kimia

1 Tingkat Sekolah

2 Tingkat Kabupaten/Kota

3 Tingkat Provinsi

4 Tingkat Nasional

5 Tingkat Internasional

4 Prestasi dalam bidang biologi

Siswa berprestasi dalam bidang biologi

Sekolah menunjukkan bukti-bukti prestasi dalam bidang biologi

1 Tingkat Sekolah

2 Tingkat Kabupaten/Kota

3 Tingkat Provinsi

4 Tingkat Nasional

5 Tingkat Internasional

48 http://www.depdiknas.co.id/produk_hukum/permen/permen_23_2006.pdf

Page 78: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

59

No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

5

Prestasi dalam bidang fisika

Siswa berprestasi dalam bidang fisika

Sekolah menunjukkan bukti-bukti prestasi dalam bidang fisika

1 Tingkat Sekolah

2 Tingkat Kabupaten/Kota

3 Tingkat Provinsi 4 Tingkat Nasional 5 Tingkat Internasional 6

Prestasi siswa dalam bidang bahasa Inggris

Siswa berprestasi dalam bidang bahasa Inggris

Sekolah menunjukkan bukti-bukti prestasi dalam bidang bahasa Inggris

1 Tingkat Sekolah

2 Tingkat Kabupaten/Kota

3 Tingkat Provinsi 4 Tingkat Nasional 5 Tingkat Internasional 7

Prestasi siswa dalam bidang sosial dan ekonomi

Siswa berprestasi dalam bidang sosial dan ekonomi

Sekolah menunjukkan bukti-bukti prestasi dalam bidang sosial dan ekonomi

1 Tingkat Sekolah

2 Tingkat Kabupaten/Kota

3 Tingkat Provinsi 4 Tingkat Nasional 5 Tingkat Internasional 8

Prestasi siswa dalam bidang olahraga

Siswa berprestasi dalam bidang olahraga

Sekolah menunjukkan bukti-bukti prestasi dalam bidang olahraga

1 Tingkat Sekolah

2 Tingkat Kabupaten/Kota

3 Tingkat Provinsi 4 Tingkat Nasional 5 Tingkat Internasional 9

Prestasi dalam bidang bahasa Indonesia

Siswa berprestasi dalam bidang bahasa Indonesia

Sekolah menunjukkan bukti-bukti prestasi dalam bidang bahasa Indonesia

1 Tingkat Sekolah

2 Tingkat Kabupaten/Kota

3 Tingkat Provinsi 4 Tingkat Nasional 5 Tingkat Internasional 10

Prestasi dalam bidang astronomi

Siswa berprestasi dalam bidang astronomi dan kebumian

Sekolah menunjukkan bukti-bukti prestasi dalam bidang astronomi dan kebumian

1 Tingkat Sekolah

2 Tingkat Kabupaten/Kota

3 Tingkat Provinsi 4 Tingkat Nasional 5 Tingkat Internasional 11

Prestasi siswa dalam bidang karya ilmiah

Siswa berprestasi dalam bidang karya ilmiah

Sekolah menunjukkan bukti-bukti dalam bidang karya ilmiah

1 Tingkat Sekolah

2 Tingkat Kabupaten/Kota

3 Tingkat Provinsi 4 Tingkat Nasional 5 Tingkat Internasional

Page 79: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

60

No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

12 Prestasi siswa dalam bidang penerapan teknologi

Siswa berprestasi dalam bidang penerapan teknologi

Sekolah menunjukkan bukti-bukti prestasi dalam bidang penerapan teknologi

1 Tingkat Sekolah 2 Tingkat

Kabupaten/Kota 3 Tingkat Provinsi 4 Tingkat Nasional 5 Tingkat Internasional

13 Prestasi siswa di bidang seni

Siswa berprestasi dalam bidang seni

Sekolah menunjukkan bukti-bukti prestasi dalam bidang seni

1 Tingkat Sekolah 2 Tingkat

Kabupaten/Kota 3 Tingkat Provinsi 4 Tingkat Nasional 5 Tingkat Internasional

14 Prestasi dalam mengikuti program pendidikan atau pelatihan

Siswa meraih prestasi dalam program pendidikan/ pelatihan

Sekolah menunjukkan bukti-bukti prestasi dalam program pendidikan/ pelatihan

1 Tingkat Sekolah 2 Tingkat

Kabupaten/Kota 3 Tingkat Provinsi 4 Tingkat Nasional 5 Tingkat Internasional

15 Karya inovatif sebagai produk belajar

Siswa menghasilkan karya kreatif dan inovatif yang dipamerkan

Sekolah menunjukkan bukti-bukti karya kreatif dan inovatif yang dipamerkan

1 Tingkat Sekolah 2 Tingkat

Kabupaten/Kota 3 Tingkat Provinsi 4 Tingkat Nasional 5 Tingkat Internasional

16 Prestasi dalam memperoleh nilai UN

Meraih prestasi terbaik hasil UN

Sekolah menunjukkan bukti-bukti prestasi hasil UN

1 Memberi penghargaan kepada siswa terbaik di sekolah

2 Memperoleh prestasi tingkat kab./kota

3 Memperoleh prestasi tingkat provinsi

4 Memperoleh presatasi tingkat nasional

5 Mendokumenkan hasil dengan tertib

17 Prestasi dalam mewujudkan target ketuntasan belajar

Meraih Kriteria Ketuntasan Minimal di atas 7,5

Sekolah menunjukkan bukti-bukti peraihan Kriteria Ketuntasan Minimal di atas 7,5

1 Memiliki dokumen KKM di atas 7,5

2 Menghimpuan data pencapaian

3 Membahas permasalahan

4 Menentukan solusi pemecahan masalah

5 Melaksanakan perbaikan kinerja

Page 80: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

61

No. Komponen SNP

Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

18

Prestasi dalam meningkatakan kompetensi di bidang TIK

Mewujudkan prestasi dalam penerapan teknologi informasi dan komunikasi

Sekolah menunjukkan bukti-bukti dalam penerapan teknologi informasi dan komunikasi

1 Menunjukkan rencana pembinaan

2 Menunjukkan

pelaksanaan pembinaan

3 Menunjukkan dokumen

pengembangan

4 Menunjukkan produk kegiatan pengembangan

5 Menunjukkan manfaat

19

Pengembangan kompetensi siswa dalam berkolaborasi pada taraf internasional

Data program dan produk belajar siswa dalam berkolaborasi pada taraf internasional

Sekolah menghasilkan lulusan yang mampu berkolaborasi pada taraf internasional

1 Memiliki mitra kerja dalam meningkatkan daya kolaborasi pada taraf internasional

2 Memiliki tujuan dan indikator mutu dalam meningkatkan daya kolaborasi siswa

3 Kerja sama dalam pengembangan kompetensi akademik dan nonakademik.

4 Memiliki dokumen produk kerja sama bertaraf internasional

5 Mempublikasikan produk kerja sama siswa bertaraf internasional

20 Pencapaian standar kompetensi lulusan setara dengan standar kompetensi lulusan sekolah unggul di negara OECD atau negara maju lainnya

Dokumen analisis standar kompetensi lulusan yang setara dengan luluan negara OECD

Sekolah mewujudkan lulusan yang setara dengan sekolah unggul

1 Mewujudkan standar lulusan di atas SNP

2 Menunjukkan data bahwa lebih dari 50% lulusan berkomunikasi dalam bahasa Inggris

3 Menunjukkan seluruh lulusan mengakses internet sebagai sumber belajar

4 Menunjukkan bahwa 40% lulusan diterima di PTN dan PTS favorit

5 Menunjukkan bahwa tiap angkatan/tahun meraih prestasi bertaraf internasional

Page 81: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

62

No. Komponen SNP

Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

21 Daya kompetitif dalam mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi unggul di dalam negeri

Data statistik lulusan yang diterima di PTN dalam dua tahun terakhir

Persentase lulusan yang diterima di perguruan tinggi

1 > 80 % 2 60,1 - 80% 3 40,1 -60% 4 20,1 -40% 5 0 - 20%

b. Standar sistem administrasi akademik berdasarkan teknologi informasi dan

komunikasi (TIK). Dan muatan pelajaran setara Negara OECD atau Negara yang

maju lainnya.

Untuk mengukur sistem administrasi akademik berdasarkan teknologi

informasi dan komunikasi dan muatan pelajaran setara Negara OECD atau Negara

maju lainnya, mempunyai beberapa komponen, bukti fisik, indikator operasional

dan sekaligus alat ukurnya. Secara terperinci disajikan dalam tabel berikut :

Tabel: 2.10 Standar Akademik Berbasis TIK

No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

1 Rencana pengembangan implementasi TIK jangka menengah

Program dan implementasi program TIK

Sekolah merencanakan aplikasi TIK pendukung manajemen pembelajaran jangka menengah

1 Memiliki program aplikasi TIK

2 Menetapkan pentahapan

3 Indikator keberhasilan yg terukur

4 Memiliki tim pengembang

5 Memiliki alat ukur pencapaian

2 Sistem pengelolaan administrasi akademik siswa berbasis TIK

Dokumen administrasi akademik

Sekolah mengaplikasikan sistem pengelolaan administrasi akademik

1 Sistem administrasi penilaian (raport)

2 Sistem administrasi daftar hadir siswa

3 Sistem pengllan jdwl gru dan maple

4 Sistem layanan info akademik berbasis web

5 Sistem layanan info akademik via SMS

Page 82: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

63

No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

3 Aplikasi program

digital dalam peningkatan efektivitas belajar siswa

Produk aktivitas siswa pada dokumen web sekolah

Sekolah mengelola web sebagai pendukung efektivitas belajar siswa

1 Siswa berpartisipasi pada web sekolah

2 Siswa menyebarluaskan informasi melalui web sekolah

3 Siswa berinteraksi dengan sekolah melalui web

4 Siswa berintegrasi dengan guru melalui email

5 Sekolah aktif mengisi web dengan materi pelajaran untuk siswa

4 Pengembangan materi belajar yang menyesuaikan pada standar sekolah unggul di negara OECD atau negara maju lainnya

Ada kegiatan analisis komparatif materi pelajaran KTSP dengan kurikulum negara OECD

Sekolah menyetarakan materi sekolah unggul di salah satu negara OECD /negara maju lainnya pada MIPA, ilmu sosial, B.Inggris dan TIK

1 Matematika 2 IPA 3 Ilmu sosial 4 B. Inggris 5 TIK

5 Penggunaan standar

materi bertaraf internasional sebagai rujukan dalam meningkatkan mutu pembelajaran

Kumpulan soal olimpiade dijadikan rujukan utk peningkatan kompetensi siswa

Sekolah mengadopsi sistem evaluasi belajar yang relevan dari sekolah unggul negara maju

1 Matematika 2 IPA 3 Ilmu sosial 4 TIK 5 Bahasa Inggris 6 Pelaksanaan kegiatan

penelusuran kemampuan awal siswa (prasyarat pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa)

Himpunan data uji bekal ajar awal siswa

Sekolah melaksanakan kegiatan penelusuran kemampuan awal siswa

1 Sekolah menetapkan SKL berdasarkan hasil penelusuran awal siswa

2 Sekolah mensosialisasikan SKL kepada guru dan siswa

3 Sekolah menetapkan strategi pencapaian SKL

4 Sekolah memonitor pencapaian SKL

5 Sekolah mengevaluasi ketercapaian SKL

Page 83: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

64

No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

7 Penetapan target rata-rata pencapaian kompetensi lulusan di atas standar nasional

Dokumen target kompetensi lulusan yang sekolah tetapkan

Sekolah menerapkan strategi bertaraf internasional dalam meningkatkan target kompetensi lulusan

1 Rata-rata nilai UN MIPA di atas standar nasional

2 Rata-rata Nilai UN IPS di atas standar nasional

3 Nilai rata-rata UN B.Inggris di atas standar nasional

4 Nilai rata-rata UN B.Indonesia di atas standar nasional

5 Nilai rata-rata US TIK di atas standar nasional

4. Standar Proses

Perubahan kurikulum pendidikan nasional saat ini yang disebut dengan KTSP

yang berbasis pada pencapaian kompetensi berekses terhadap kegiatan belajar. Suatu

perubahan paradigma yang fundamental dari akar filosofis belajar dengan menggunakan

kontruktivisme dan pendekatan konstektual diterapkan dalam pembelajaran. Kesadaran

perlunya pendekatan konstektual dalam pembelajaran didasarkan adanya kenyataan

bahwa sebagian murid tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari

dengan bagaimana pemanfaatannya dalam kehidupan nyata.

Landasan filosofis konstruktivisme yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa

belajar tidak hanya sekedar menghapal, tetapi mengkonstruksikanya atau membangun

pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta-fakta atau preposisi yang mereka alami

dalam kehidupannya. Pendekatan ini selaras dengan KTSP yang sedang diberlakukan

saat ini. Kehadiran KTSP juga dilandasi dengan pemikiran bahwa berbagai kompetensi

akan terbangun secara mantap dan maksimal apabila pembelajaran dilakukan ecara

kontekstual, yaitu pembelajaran yang didukung situasi dalam kehidupan nyata.

Page 84: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

65

Komponen pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mempunyai ciri utama

minimalnya tujuh komponen, yaitu: 1) constructivism (membangun atau membentuk), 2)

Questioning (bertanya), 3) Inquiry (menyelidiki), 4) Learning Community (Masyarakat

Belajar), 5) Modelling (pemodelan), 6) Reflection (Refleksi atau umpan balik), 7)

Authentic Assesment (penilaian yang sebenarnya)49. Apabila ketujuh komponen ini

diterapkan dalam pembelajaran, maka akan terlihat pada realitas berikut;

a. Kegiatan belajar yang mengembangkan pikiran bahwa pembelajaran lebih bermakna

apabila siswa mandiri, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan dan

keterampilan barunya.

b. Kegiatan belajar yang mendorong sikap keingin tahuan siswa lewat bertanya melalui

sumber belajar tantang topik atau permasalahan yang dipelajari.

c. Kegiatan belajar yang mengkondisikan siswa untuk mengamati, menyelidiki,

menganalisis topik atau permasalahan yang dihadapi sehingga ia menemukan

sesuatu.

d. Penciptaan suasana belajar bersama atau berkelompok sehingga siswa dapat

berdiskusi, curah pendapat, bekerjasama, dan saling membantu terhadap teman

lainnya.

e. Belajar melalui pengrekayasa model yang bisa dipakai rujukan atau panutan siswa

dalam bentuk penampilan tokoh, demonstrasi kegiatan, penampilan hasil karya, cara

mengoperasikan sesuatu, dan sebagainya.

f. Belajar yang memberikan refleksi atau umpan balik dalam bentuk Tanya jawab

dengan siswa tentang kesulitan yang dihadapi dan pemecahannya, merekontruksi

49 R. S. Zais, Curriculum Priciples and Foundation, (New York: Harper and Row Publisher, 1976),

hlm.223.

Page 85: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

66

kegiatan yang dilakukan, kesan siswa selama melakukan kegiatan dan saran atau

harapan siswa.

g. Penilaian kegiatan siswa yang bisa diamati secara periodik tentang perkembangan

kompetensi siswa melalui kegiatan-kegiatan nyata ketika pembelajaran berlangsung.

John A. Zaborik dalam Cotruktivist Taching mencatat lima elemen yang harus

diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran konstektual, yaitu:

a. Activiting Knowledge, pengaktifan pengetahuan yang sudah ada.

b. Acquirin knowledge, pemerolehan pengetahuan baru dengan cara mempelajari secara

keseluruhan, memperhatikan esensi dan detailnya.

c. Understanding knowledge, pemahaman pengetahuan dengan cara menyusun; a)

konsep sementara (hipotesis), b) melakukan sharing kepada teman sejawat agar

mendapatkan validasi, dan atas tangapan itu, c) konsep tersebut direvisi atau

dikembangkan.

d. Applying knowledge, mempraktekan pengetahuan dan pengalaman tersebut.

e. Reflecting knowledge, melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan

pengetahuan tersebut50.

Penertian proses yang dimaksud pada standar ini adalah proses implementasi

standar isi atau pembelajaran. Lebih jelasnya sebagaimana definisi dalam PP RI No. 19

tahun 2005 mengemukakan standar proses adalah standar nasional pendidikan yang

berkaitan dengan pembelajaran pada satu satuan pendidikan SMA untuk mencapai

standar kompetensi lulusan51, setiap satuan pendidikan SMA melakukan perencanaan

50 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara,

2007), hlm. 85-98. 51 LEKDIS Standar Nasional Hlm. 14.

Page 86: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

67

proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran,

dan pengawasan proses pembelajaran.

Sedangkan proses pembelajaran yang menjadi standar R-SMA-BI adalah harus

lebih tinggi dari standar nasional. Oleh karena itu untuk mengukur ketercapaiannya.

Standar proses mempunyai beberapa komponen, bukti fisik, indikator operasional dan

sekaligus alat ukurnya. Secara terperinci disajikan dalam tabel berikut :

Tabel: 2.11 Indikator Operasional Standar Proses52

N0 Komponen SNP

Bukti Fisik/Dokumen

Indikator Operasional

Alat Ukur

1 Pemenuhan standar proses pembelajaran

Kesesuaian dengan standar proses

Guru memenuhi prosedur pemenuhan standar proses pembelajaran

1 Pendekatan tatap muka

2 Kegiatan mandiri terstruktur

3 Kegiatan mandiri tidak terstruktur

4 Pengelolaan sistem moving class

5 Layanan konsultasi mata pelajaran

2 Perangkat pembelajaran

Sampel dokumen RPP yang guru miliki

Guru memenuhi standar komponen perangkat pembelajaran pada RPP

1 Kompetensi dasar

2 Indikator belajar

3 Materi belajar

4 Kegiatan pembelajaran

5 Sumber belajar

6 Evaluasi belajar

3 Pelaksanaan proses pembelajaran

Hasil observasi KBM di kelas

Guru mengembangkan mutu proses pembelajaran dalam siklus perbaikan berkelanjutan

1 Melaksanakan evaluasi sebagai dasar perbaikan

2 Melaksanakan kegiatan eksplorasi

3 Melaksanakan kegiatan elaborasi

4 Melaksanakan kegiatan konfirmasi

5 Melakukan perbaikan berkelanjutan

52 Studi dokumentasi, Instrumen Evaluasi KinerjaPenyelenggaraan R‐SMA‐BI tahun ke 3.

Page 87: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

68

No. Komponen SNP

Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

4 Penggunaan dokumen bahan ajar

Hasil observasi KBM di kelas

Guru memiliki variasi model bahan ajar

1 Resume 2 Handout 3 Lembar kerja siswa 4 Buku teks 5 Dokumen digital 5 Penggunaan

dokumen RPP Hasil observasi KBM di kelas

Sekolah menunjukkan naskah RPP yang digunakan guru dalam pelaksanaan pembelajaran dalam kelas

1 Naskah RPP tersedia dlm bhs Indonesia dan Inggris

2 Disahkan kepala sekolah 3 RPP direview oleh fasilitator

maple 4 RPP dapat dibaca oleh siswa

melalui web 5 Memiliki backup/arsip 6 Penggunaan

metode pembelajaran sesuai dengan RPP

Hasil observasi KBM di kelas

Guru menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa belajar

1 Sesuai dengan kebutuhan siswa

2 Sesuai dengan karakteristik materi

3 Sesuai dengan daya dukung sarana dan prasarana

4 Mendorong siswa aktif dan kreatif

5 Meningkatkan mutu produk belajar

6 Sesuai dengan konsep 7 Peningkatan

kesiapan guru menyediakan perangkat pengajaran

Hasil observasi KBM di kelas

Guru menyiapkan dan menggunakan perangkat pembelajaran

1 Persiapan pembelajaran 2 Silabus dan RPP 3 Buku nilai 4 Agenda kegiatan 5 Sumber belajar 6 Media belajar manual/digital 7 Perangkat evaluasi 8 Pelaksanaan

kegiatan pendahuluan pembelajaran

Hasil observasi KBM di kelas

Guru melakukan kegiatan pendahuluan pembelajaran

1 Melakukan tegur sapa dengan siswa

2 Mendata siswa yang tidak hadir

3 Mengaitkan materi sebelumnya

4 Mengungkap pokok materi

5 Menjelaskan tujuan mengajar 6 Menjelaskan indikator hasil

belajar

Page 88: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

69

No. Komponen SNP

Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

9 Penyesuaian indikator pada RPP dengan pelaksanaan pembelajaran

Hasil observasi KBM di kelas

Guru mengelola kegiatan belajar sesuai dengan uraian pada RPP

1 Sesuai dengan kompetensi dasar

2 Sesuai dengan indicator 3 Sesuai dengan materi belajar 4 Sesuai dengan kegiatan

pembelajaran 5 Sesuai dengan sumber belajar 6 Sesuai dengan evaluasi belajar

10 Penyajian bahan ajar pada pelaksanaan pembelajaran oleh guru

Hasil observasi KBM di kelas

Guru menguasai materi pelajaran yang disajikannya

1 Mencantumkan sumber belajar

2 Terdiri atas beberapa sumber belajar

3 Sesuai dengan KD 4 Membangun pengalaman

belajar siswa 5 Dikaitkan dengan konteks

11 Penggunaan TIK dalam pelaksanaan pembelajaran

Hasil observasi KBM di kelas

Guru menggunakan TIK dalam pelaksanaan kegiatan mengajar

1 Power point 2 Mendayagunakan e-mail 3 Menggunakan infomasi digital 4 Mendayagunakan flash, video,

CD 5 Menggunakan animasi

pembelajaran 12 Penggunaan

bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar

Hasil observasi KBM di kelas

Guru menggunakan bahasa Inggris pada proses pembelajaran

1 Menggunakan sumber belajar berbahasa Inggris

2 Menggunakan soal berbahasa Inggris

3 Menghasilkan tulisan dalam bahasa Inggris

4 Berkomunikasi dalam bahasa Inggris

5 Mejelaskan materi pelajaran dalam bahasa Inggris

13 Peningkatan mutu budaya baca tulis

Karya siswa dalam dua tahun terakhir

Guru mengembangkan kompetensi menulis siswa

1 Karya tulis ilmiah

2 Penerbitan bulletin 3 Karya sastra 4 Makalah 5 Handout 6 Kliping

Page 89: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

70

No. Komponen SNP

Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

14 Penggunaan sumber belajar yang setara dengan siswa sekolah unggul di negara anggota OECD

Hasil observasi KBM di kelas

Guru menggunakan sumber belajar berbahasa Inggris

1 Jurnal 2 E-book 3 Web site 4 Text book 5 Referensi perpustakaan

15 Pelaksanaan pengayaan dengan materi ajar bertaraf internasional

Program pengayaan dari guru

Guru melaksanakan kegiatan pengayaan

1 Terdapat agenda pengayaan 2 Terdapat dokumen

pelaksanaan 3 Materi pengayaan 4 Terdapat data peserta dan

pelaksana 5 Data hasil pengayaan

16 Pengembangan kegiatan mandiri tidak terstruktur

Produk belajar siswa

Sekolah melaksanakan kegiatan belajar mandiri tidak terstruktur

1 Terprogram dalam RPP 2 Program disahkan dalam rapat

dewan pendidik 3 Memiliki standar prosedur

operasional 4 Jelas targetnya 5 Relevan dengan SKL

17 Perbaikan kinerja mengajar melalui pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Dokumen laporan penelitian

Guru melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

1 Agama 2 MIPA 3 B. Inggris 4 B. Indonesia 5 Ilmu sosial

18 Perbaikan kinerja mengajar melalui penjaminan mutu pembelajaran

Dokumen aktivitas peneletian pendidik

Sekolah melaksanakan penjaminan mutu proses pembelajaran

1 Menetapkan tujuan 2 Menetapkan indikator dan

kriteria mutu bertaraf internasional

3 Mengembangkan instrumen penjaminan

4 Melakukan proses penjaminan dan pengolahan data

5 Melakukan perbaikan berkelanjutan

19 Tenaga pendidik menunjukkan keteladanan

Data kehadiran pendidik dan tenaga kependidikan

Persentase tingkat kehadiran pendidik dan tenaga kependidikan dlm menunaikan tugas.

1 > 98 % 2 97,1 - 98 % 3 96,1 - 97 % 4 95,1 - 96 % 5 < 95 %

Page 90: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

71

No. Komponen SNP

Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

No.

20 Penerapan tata tertib guru yang ditetapkan sekolah

Dokumen tata tertib yang telah disahkan sekolah

Sekolah memiliki tata tertib guru

1 Terdapat dokumen tata tertib yang disahkan sekolah

2 Terdapat sanksi pelanggaran 3 Terdapat reward atas prestasi 4 Guru tidak menerima

gratifikasi 5 Terdapat komisi disiplin

21 Penerapan tata tertib siswa yang ditetapkan sekolah

Dokumen tata tertib yang telah disahkan sekolah

Sekolah memiliki tata tertib siswa

1 Terdapat dokumen tata tertib yang disahkan sekolah

2 Terdapat bukti efektif data pelanggaran

3 Terdapat reward atas prestasi 4 Terdapat sanksi pelanggaran 5 Terdapat komisi disiplin

22 Pengembangan usaha kewirausahaan

Adanya lembaga usaha yang beroperasi

Sekolah memiliki lembaga atau kegiatan usaha

1 Memiliki koperasi siswa 2 Memiliki koperasi guru 3 Memiliki toko koperasi 4 Terdapat kegiatan usaha

produksi 5 Terdapat kegiatan usaha

layanan jasa lain 23 Pengembangan

kerja sama peningkatan mutu pembelajaran dengan sekolah unggul tingkat nasional

Adanya dokumen hasil kerja sama

Sekolah mengembangkan kerjasama dengan sekolah unggul tingkat nasional

1 Pertukaran informasi 2 Pertukaran siswa 3 Pertukaran guru 4 Peningkatan mutu profesi 5 Pengembangan kurikulum

24 Pengembangan kompetensi siswa bertaraf internasional melalui proses pembelajaran

Produk kegiatan belajar

Guru menunjukkan bukti pembelajaran mengembangkan kecakapan

1 Kemampuan komunikasi 2 Memecahkan masalah 3 Menggunakan teknologi 4 Bekerja sama dalam tim kerja 5 Berpikir kreatif

25 Kerja sama pembelajaran dengan sekolah unggul pada negara OECD atau negara maju lainnya

Adanya dokumen hasil kerja sama

Sekolah mengembangkan kerjasama dengan sekolah unggul dari negara OECD atau negara maju lainnya

1 Pertukaran informasi 2 Pertukaran siswa 3 Pertukaran guru 4 Peningkatan mutu profesi 5 Pengembangan kurikulum

Page 91: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

72

No. Komponen SNP

Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

No.

26 Pembangunan web sebagai media promosi sekolah yang komunikatif, adaptif dan media inovasi pembelajaran

Materi Web Sekolah mengembangkan web yang berfungsi sesuai tujuan

1 Memiliki web 2 Web dapat diakses 3 Web sebagai media belajar

interaktif 4 Web sebagai forum online

warga sekolah 5 Informasi web terbaharui

secara berkelanjutan 27 Pendayagunaan

TIK dalam kegiatan PBM pada semua mata pelajaran

Aktivitas siswa dalam penggunaan TIK

Siswa menggunakan TIK pada kegiatan belajar

1 Siswa diberi tugas mencari informasi lewat internet

2 Siswa mengupload hasil belajar ke web

3 Siswa mengumpulkan tugas melalui email

4 Siswa melakukan diskusi di forum web sekolah

5 Siswa memiliki networking internasional

28 Pengembangan alat peraga pembelajaran berbasis TIK yang setara dengan sekolah unggul di negara OECD atau negara maju lainnya

Alat peraga digital

Guru mengelola alat peraga pembelajaran berbasis TIK secara aktif

1 Guru dapat menggunakan komputer/laptop

2 Guru membuat media pembelajaran

3 Meningkatkan kemampuan menggunakan alat peraga

4 Bertukar alat peraga 5 Memiliki dokumen atau

menyimpan alat peraga 29 Penggunaan

referensi sumber belajar siswa berbahasa Inggris

Sumber belajar pada RPP guru

Siswa menggunakan sumber belajar berbahasa Inggris dalam pembelajaran

1 Bahasa Inggris 2 Matematika 3 Biologi 4 Kimia 5 Fisika

30 Pelaksanaan pembelajaran sains, matematika dengan bahasa pengantar bahasa Inggris.

Penggunaan bahasa Inggris oleh guru

Guru melaksanakan pembelajaran berpengantar bahasa Inggris

1 Ilmu sosial 2 Matematika 3 Biologi 4 Kimia 5 Fisika

Page 92: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

73

5. Standar Penilaian Pendidikan

Penilaian adalah proses menilai suatu objek dengan menampilkan hubungan

sebab akibat diantara faktor yang mempengaruhi objek tersebut, Stufflebeam

mengatakan bahwa penilaian adalah proses menggambarkan, memperoleh dan

menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan, 1) Perbaikan

sistem pembelajaran, 2) Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat, dan

3) Penentuan tindak lanjut pengembanhan53.

Pangertian dan cakupan evaluasi diatas sesuai dengan standar penilaian

sebagaimana yang terdapat dalam Permendiknas No. 20 Tahun 2007 Tentang Standar

Peenilaian, penilaian digunakan dalam konteks yang lebih luas dan bisa dilaksanakan

oleh pihak eksternal (oleh pihak yang berada diluar sistem), seperti: pemerintah, badan

akreditasi, dan lain-lain. Istilah evaluasi atau penilaian mempunyai makna; we used the

world evaluation to designate summing-up process in wich value judgement play a

large part, as in grading and promoting students (Stanley and Hopkins, 1978)54.

Evaluasi mempunyai pengertian sebagai suatu kegiatan yang menetukan keberadaan

nilai, seperti baik-buruk atau efektif-tidak efektif, terhadap objek yang dievaluasi sesuai

dengan tolak ukur tertentu, berdasarkan informasi atau data yang dikumpulkan dengan

menggunakan cara-cara secara ilmiah yang dianggap sahih.

Informasi atau data yang digunakan dalam penilaian mempunyai peran besar

terhadap ketepatan pemberian nilai. Penilaian yang menggunakan data yang mencakup

berbagai aspek (komperhensif) akan menghasilkan penggambaran tenang keberadaan

nilai objek yang penilaian secara lebih tepat. Dalam penilaian ada lima faktor yang

53 Dikutip dari Stufflebeam (1972) oleh: Suharsimi Arikunto, ibid., 49. 54 Dikutip oleh: R. Ibrahim dan Mohammad Ali, Evaluasi Pendidikan, (Bandung: Pedagogiana Press,

2007), hlm. 104.

Page 93: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

74

harus diperhatikan.

a. Penilaian berkaitan dengan kegiatan pemberian nilai (value), yaitu derajat

kebaikan atau mutu dari objek yang dinilai.

b. Pemberian nilai seadanya digunakan untuk kepentingan sumatif, yaitu untuk

mencari bahan-bahan umpan balik yang akan digunakan untuk melakukan

perbaikan terhadap proses.

c. Nilai yang diberikan mengacu pada suatu patokan tertentu, dengan pilihan a)

kriteria ditetapkan terlebih dahulu, b) norma yang bersifat relatif disesuaikan

dengan data yang diperoleh, c) gabungan kedua patokan tersebut.

d. Pemberian nilai didasarkan atas data yang dikumpulkan melalui teknik-teknik,

seperti: pengujian, pengamatan, wawncara, dan hasil pekerjaan.

e. Hasil secara tepat menggambarkan keadaan yang sebenarnya (akurat dan

objektif)55.

Tujuan dan fokus penilaian terdiri dari empat macam, yaitu: penilaian program,

penilaian proses, penilaian hasil, dan penilaian dampak. 1) penilaian program

difokuskan pada program pendidikan berupa program yang dirancang untuk mencapai

tujuan tertentu, seperti: kurikulum, tata tertib, dan lain-lain. 2) penilaian proses

difokuskan kepada proses pendidikan yang dilaksanakan serta berbagai variable yang

terlibat dalam proses pendidkan tersebut, seperti: interaksi edukatif, sarana prasarana,

budaya, dan sebagainya. 3) penilaian hasil, fokus utama penilaian pendidikan pada

hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil ini sering juga disebut penilain outcomes.

Penilaian ini akan diketahui setelah peserta didik memanfaatkan hasil belajar dalam 55 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi, (Bandung: Angkasa, 1987), hlm 49.

Page 94: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

75

berbagai aktifitas dan konteks56.

Sedangkan standar peniaian R-SMA-BI harus memiliki kriteria yang lenih tinggi

dari standar penilaian PPRI N0. 19 thn 2005. Oleh karena itu untuk mengukur standar

penilaian mempunyai beberapa komponen, bukti fisik, indikator operasional dan

sekaligus alat ukurnya. Secara terperinci disajikan dalam tabel berikut :

Tabel: 2.12 Indikator Operasional Standar Penilaian57

No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

1 Perumusan instrumen penilaian sesuai dengan indikator keberhasilan belajar siswa

RPP Sekolah merumuskan instrumen penilaian yang termuat atau terlampir dalam RPP

1 Tes objektif 2 Tes uraian 3 Tes unjuk kerja 4 Portofolio 5 Non tes (anecdotal record,

event sampling, check list, etc.)

2 Pelaksanaan standar penilaian proses

Dokumen administrasi pengelolaan penilaian proses

Guru melaksanakan penilaian proses

1 Terdapat buku nilai 2 Terdapat hasil penilaian 3 Pengolahan nilai 4 Adanya tindak lanjut

remedial 5 Adanya tindak lanjut

pengayaan 3 Pelaksanaaan

penilaian hasil belajar siswa

Dokumen administrasi pengelolaan penilaian proses

Guru melaksanakan penilaian hasil belajar siswa

1 Ulangan harian 2 Ulangan tengah semester 3 Ulangan akhir semester 4 Ulangan kenaikan kelas 5 Ujian sekolah 4 Penggunaan hasil

penilaian belajar untuk perbaikan proses pembelajaran dalam rapat dewan pendidik

Notula rapat dewan pendidik

Sekolah melaksanakan perbaikan proses pembelajaran berdasarkan hasil penilaian belajar

1 Melakukan analisis hasil ulangan

2 Menyusun kegiatan tindak lanjut

3 Melakukan tindak lanjut (pengayaan, remedial)

4 Menganalisis kesulitan belajar siswa

5 Memberi bantuan belajar siswa

56 R. Ibrahim dan Mohammad Ali, Evaluasi Pendidikan, (Bandung: Pedagogiana Press, 2007), hlm. 104. 57 Studi dokumentasi, Instrumen Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan R-SMA BI tahub ke 3.

Page 95: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

76

No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

5 Penyelenggaraan supervisi secara terprogram

Program dan laporan pelaksanaan supervisi

Sekolah memprogram dan melaksanakan supervisi

1 Terprogram 2 Terlaksana 3 Terdapat catatan hasil 4 Terdapat catatan refleksi 5 Terdapat catatan tindak

lanjut 6 Penggunaan hasil

supervisi untuk perbaikan pelaksanaan pembelajaran

Catatan tindak lanjut supervisi

Kepala sekolah menentukan tindak lanjut dari hasil pelaksanaan supervisi

1 Terdapat program supervise

2 Terdapat hasil supervise 3 Melibatkan guru senior 4 Terdapat rumusan tindak

lanjut 5 Terdapat pelaksanaan

tindak lanjut 7 Pengembangan

model penilaian dengan menggunakan soal-soal seleksi masuk perguruan tinggi bertaraf internasional

Himpunan soal-soal seleksi masuk perguruan tinggi bertaraf internasional

Sekolah menghimpun informasi tentang soal-soal yang digunakan dalam seleksi masuk perguruan tinggi

1 Memiliki dokumen soal 2 Melakukan kajian

kesesuaian soal dengan kurikulum

3 Mengembangkan penilaian sesuai standar masuk perguruan tinggi

4 Memiliki dokumen perkembangan hasil penilaian

5 Melakukan perbaikan berkelanjutan

8 Pengembangan model penilaian dengan soal-soal dari lembaga penyelenggara olimpiade internasional

Himpunan soal-soal olimpiade sains internasional yang digunakan sebagai rujukan

Sekolah menggunakan soal olimpiade sebagai rujukan mutu tingkat internasional yang ditulis dalam bahasa Inggris

1 Memiliki dokumen model soal

2 Mengembangkan kompetensi pendidik menguasai soal-soal bertaraf internasional

3 Bekerja sama dengan tenaga ahli dlm sains

4 Meningkatkan kemampuan siswa menjawab soal-soal bertaraf nasional dan internasional.

5 Mengevaluasi kinerja siswa dalm menjawab soal

9 Pelaksanaan kerjasama dalam meningkatkan standar penilaian bertaraf internasional

Dokumen kerja sama dalam melakukan peingkatan standar penilaian

Melakukan kerjasama dalam meningkatkan standar penilaian belajar yang setara dengan sekolah unggul / lembaga dari negara OECD

1 Memiliki program

2 Terdapat dokumen kesepakatan

3 Adanya dokumen pelaksanaan kegiatan

4 Adanya penjaminan mutu dalam penilaian

5 Adanya produk kegiatan

Page 96: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

77

No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

No.

10 Pelaksanaan perbaikan mutu melalui kegiatan penjaminan mutu dalam meningkatkan standar penilaian bertaraf internasional

Dokumen perbaikan mutu dalam melakukan peningkatan standar penilaian

Sekolah memanfaatkan tenaga ahli dalam penjaminan mutu untuk meningkatkan standar penilaian belajar yang setara dengan sekolah unggul bertaraf intenasional

1 Bekerja sama dengan tenaga ahli

2 Terdapat rujukan mutu bertaraf internasional

3 Adanya dokumen pelaksanaan kegiatan

4 Adanya penjaminan mutu dalam penilaian

5 Adanya produk kegiatan

6. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

a. pendidik

Gambaran tentang pendidik secara umum memiliki arti orang yang bertanggung

jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensi

anak didik, senada dengan ini Fadhil al Jamili mengartikan pendidik adalah orang yang

mengarahkan manusia kepada kehidupan yang lebih baik sehinga terangkat derajat

kemanusiannya sesuai dengan kemampuan dasar yang dimilik manusia. Marimba

mengartikan pendidik sebagai orang yang memikul pertangung jawaban sebagai

pendidik,yaitu manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertangung jawab

tentang pendidikan peserta didik58. Dari definisi di atas tentang pendidik

mengindikasikan bahwa pendidik adalah suatu profesi dimana profesi tersebut

memiliki kemampuan (kompetensi), mempunyai tugas, mengarahkan dan untuk

mendidik peserta didik.

Berdasarkan dari definisi pendidik pula, maka profesi guru menuntun akan

adanya tanggung jawab, kompetensi, dan tugas yang harus dimiliki dan dijalani oleh

pendidik, sehingga kualitas dan mutu pendidik ditentukan oleh kemampuannya, 58 H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), hlm. 125-128.

Page 97: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

78

menjalankan tugas sebagai pendidik, dan memiliki tanggung jawab untuk tercapainya

tujuan pendidikan. Maka dari sinilah melahirkan kriteria dan persyaratan profesi

pendidik, hal ini digunakan untuk kualias dan mutu kemampuan pendidik dalam

mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Guru mempunyai tugas ganda yang luas, baik di sekolah, di keluarga maupun di

masyarakat. Guru yang baik dan efektif ialah guru yang dapat memainkan semua

perannya dengan baik. Menurut Amstrong dalam bukunya Secondary Education

peranan guru ada 659, yaitu:

1) Guru sebagai instruktur. Tanggung jawa instrusional guru ialah berlangsunnya

interaksi belajar mengajar60.

2) Guru sebagai manajer. Dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, guru sebagai

pendidk dalam proses belajar-mengajar sangat dituntut kemampunya dalam

merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengawasi seluruh

kegiatannya. Dengan demikianguru sebagai manajer bertanggung jawab untuk

mengatur semua tugas-tugasnya dalam mendidik anak di kelas.

3) Guru sebagai pembimbing. Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan

faktor utama. Sehubungan dengan perannya sebagai pembimbing, seorang guru

harus:

a) Mengumpulkan data tentang siswa

b) Mengamati tingah laku siswa

c) Mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus

d) Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua siswa, baik secara

59 David G. Amstrong dan Tom V. Savage, secondary Education, (New York: Macmillan Publishing,

1983), hlm 91. 60 David G. Amstrong dan Tom V. Savage, secondary.hlm 98.

Page 98: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

79

individy maupun secara kelompok untuk memperoleh saling pengertian tentang

perkembangan pendidikan anaknya

e) Bekerjasama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga lainnya untuk

membantu memecahkn masalah siswa.

f) Membuat catatan pribadi siswa

g) Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu61.

4) Guru sebagai evaluator, penilaian merupakan suatu keharusan bagi seorang guru,

untuk mengukur berapa jauh ketercapaian tujuan pembelajaran. Seorang guru

dalam menjalankantuges kesehariannya, yaitu mendidik, tidak akan luput dari

penilaian, baik aspek kognitif, psikomotori maupun afetif. Ketiga aspek ini dapat

terwujud dengan baik jika seorang guru selama menjalankan tugasnya melakukan

penilaian dengan baik62.

5) Guru sebagai angota organisasi profesi. Tujuan utama dari organisasi profesi adalah

membantu para guru untuk meningkatkan profesinya, karena bagaimanapun juga

persoalan pendidikan yang begitu kompleks tidak akan bisa diselesaikan dengan

beberapa guru tanpa melalui organisasi profesi. Dengan ini peranan dan

tanggungjawab guru akan semakin jelas dan terarah.

6) Guru sebagai spesialis hubungan masyarakat, guru harus mampu memainkan peran

sebagai spesialis hubungan masyarakat, terutama dalam bekerja sama dengan orang

tua siswa. Pandangan-pandangan masyarakat yang bersifat positif dan bersifat

negative terhadap sekolah cenderung tergantung pada bagaimana masyarakat

tersebut memandang sekolah. oleh karena itu, para guru harus tetap menjaga

61 Udin Saefuddin Sa’ud dan Mulyani Sumantri, Pendidikan Dasar dan Menengah, dalam Ilmu dan

Apikasi Pendidikan, (Bandung: Pedagogiana Press, 2007), hlm. 1113. 62 Udin Saefuddin Sa’ud dan Mulyani Sumantri, Pendidikan Dasar dan Menengah,), hlm. 1118.

Page 99: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

80

hubungan yang terbuka dan positif dengan para orangtua siswa di mana anak-anak

mereka bersekolah63.

b. Tenaga Kependidikan

pada aspek tenaga kependidikan hal yang esensial ada pada kepemimpinan

SMA atau kepala SMA. Kepemimpinan dalam manajemen pendidikan merupakan

faktor kunci keberhasilan suatu organisasi. Kepemimpinan merupakan inti dalam

manajemen kependidikan. Maju mundurnya suatu organisasi banyak dipengaruhi oleh

faktor kepemimpinan, kepemimpinan akan berjalan secara efektif dan efisien apabila

dilaksanakan oleh seorang pemimpin yang jujur, bertangung jawab, transparan, cerdas,

memahami tugas dan kewajibannnya, memahami anggota, mampu memotivasi, dan

berbagai sifat yang baik dalam diri seorang pemimpin.

Ada tiga pendekatan tentang studi kepemimpinan. Pertama, studi

kepemimpinan yang mencoba mengadakan identifikasi berbagai sifat para pemimpin,

yakni dalam usaha menjawab pertanyaan “How one becomes a leader”. Kedua, studi

kepemimpinan yang menekankan pada berbagai perilaku pemimpin, yaitu untuk

memberikan jawaban atau pertanyaan “How leader behave”. Dan ketiga, studi

kepemimpinan kontingensi, yaitu studi kepemimpinan yang hakikatnya berusaha untuk

memenuhi jawaban atas pertanyaan “What makes the leader effective”64.

Menurut Hemhiel dan Coons (1957:7) bahwa kepemimpinan adalah perilaku

dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu

tujuan yang akan dicapai bersama (shared goal). Sedangkan menurut Raum dan

Behling (1984:46) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi

63 David G. Amstrong dan Tom V. Savage, hlm. 98. 64 Wahjosumidjo, Motivasi dan Kepemimpinan, (Jakarta Bumi Aksara , 1993, hlm. 12.

Page 100: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

81

aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasikan kearah pencapaian tujuan.

Kepemimpinan adalah sebuah proses member arti (pengarahan berarti) terhada usaha

kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakuan usaha yang diinginkan

untuk mencapai sasaran (Jacobs and Jacques, 1990: 281). Lebih lanjut ditegaskan

Kuozes dan Posner (1993: 11) menyatakan “Leadership is a relationship, one between

constituent and leader that is based in mutual needs and interest.” Sebagai hubungan

antara anggota-anggota organisasi dan pemimpin, maka kepemimpinan berlangsung

atas dasar adanya saling membutuhkan dan mnat yang sama dalam rangka mencapai

tujuan65.

Wahdjo Sumidjo menjelaskan bahwa butir-butir pengertian dari berbagai

kepemimpinan pada haketnya memberikan makna:

1) Kepemimpinan adalah suatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa

sifat-sifat tertentu seperti kepribadian (personality), kemampuan (ability) dan

kesanggupan (capability).

2) Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan (activity) pemimpin yang tidak dapat

dipisahkan dengan kedudukan (posisi) serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri.

3). Kepemimpinan adalah sebagai proses antar hubungan atau nteraksi antara

pemimpin, pengikut dan situasi66.

Memahami pengertian kepemimpinan dari sudut para pakar akan memberikan

gambaran bahwa kepemimpinan merupakan suatu peran yang sangat penting dalam

manajemen pendidikan. Berbagai pengertian, konsep, teori dan praktik kepemimpinan

dalam manajemen pendidikan bertujuan agar pendidikan dapat mencapai tujuan

65 Wahdjo Sumidjo, Motivasi dan hlm. 122-138 66 Wahdjo Sumidjo, Motivasi dan , hlm. 147

Page 101: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

82

pendidikan secara efektif dan efisien. Semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan

tekhnologi serta tuntutan masyarakat tehadap mutu pendidikan menuntut

kepemimpinan yang efektif. Tantangan bagi seorang pemimpin pendidikan adalah

bagaimana ia mampu berperan secara efektif dalam mendorong dan pelopor perusahaan

organisasi menuju organisasi yang bermutu. Upaya memperbaiki mutu dalam suatu

organisasi sangat dipengaruhi oleh mutu kepemimpinan yang efektif. Dukungan dari

anggota akan uncul secara berkelanjutan ketika pimpinannya benar-benar bermutu atau

unggul.

Sekolah hanya akan maju apabila dipimpin oleh kepala sekolah yang visioner,

memiliki keterampilan manajerial, serta integritas kepribadian dalam melaksanakan

perbaikan mutu. Kepemimpinan kepala sekolah tentu menjalankan manajemen sesuai

dengan iklim organisasinya67. Kepala sekolah akan dapat memainkan perannya secara

efektif apabila memaami dbudaya sekolah yang dipimpinnya. Perubahan budaya yang

berorientasi kepada mutu harus dimulai dari kepemimpinan kepala sekolah. kepala

sekolah harus memainkan kepemimpinan yang demokratis, transparan, jujur,

bertanggungjawab, menghargai guru dan staf, bersikap adil, dan bersikap terpuji

lainnya yang tertanam dalam diri dan dirasaka oleh warga sekolahnya. Kepala sekolah

terbuka menerima kritik dan masukan dari guru, staf TU, para siswa dan orang tua

tentang budaya yang berkembang di sekolah.

Kepemimpinan mutu pendidikan akan mampu menggerakan organisasi agar

program dan tujuan yang telah ditetapkan bersama dapat tecapai. Demikan pula dengan

gerakan utu (quality movement) pada lembaga pendidikan atau menumbuh

kembangkan budaya mutu (quality culture) harus ditopang oleh peran kepemimpinan

67 Syarafuddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2002), hlm. 50.

Page 102: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

83

yang bermutu.

Dalam pandangan Peters dan Austins menyatakan bahwa kepemimpinan untuk

meraih mutu dalam sekolah unggul yang harus diperhatikan oleh pemimpin pendidikan

meliputi hal-hal berikut:

1) Vision and Symbolic. Kepala sekolah harus mengkomunikasikan nilai-nilai lembaga

terhadap staf, pelajar-pelajar, dan masyarakat luas.

2) Management by Walking about (MBWA), yaitu suatu cara bagi pemimpin untuk

memahami, berkomunikasi dan mendiskusikan proses yang berkembang dalam

lembaga dengan tidak hanya duduk di meja kerjanya.

3) For the kids, yaitu perhatian yang sungguh-sungguh kepada semua anggota

lembaganya, baik pelajar (primary customer) maupun pelanggan lain.

4) Autonomy, experimrntations and support for failure, yaitu memiliki autonomi, suka

mencoba hal baru, dan memberikan dukungan bagi sikap inisiatif dan inovatif

untuk memperbaiki kegagalan.

5) Create a sense of family, yaitu cara untuk menumbuhkan rasa kekeluargaan

diantara sesama guru, pelajar, karyawan, dan setiap pemimpin lainnya.

6) Sense of the whole, rhytme passion, intensity, and enthusias, yaitu menumbuhkan

rasa kebersamaan, keinginan, semangat, potensi diri setiap staf.68

Dalam mewujudkan perbaikan mutu pendidikan berkelanjutan, maka yang

diperlukan adalah pemimpin yang hanya tidak berhasil (success), tetapi juga yang

efektif (effective). Pemimpin yang efektif dalam organisasi pendidikan adalah mereka

yang memberikan pengaruhnya dan orang lain bergerak kearah tujuan secara sukarela

dan senag tanpa merasa terpaksa. Pengaruh ini berkelanjutan untuk mewujudkan mutu

68 Dikutip ole Syaparuddin, Manajemen terpadu, hlm. 57.

Page 103: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

84

pendidikan, sehingga kinerja sekolah dapat dirasakan para pelangan pendidikan dari

lulusan yang bermutu.

Dalam pandangan Hoy dan Miskel menyatakan bahwa pendekatan kontingensi

melihat keefektifan pemimpin terletak pada antara kesesuaian karakteristik kepribadian

pemimpin dengan variable situasional yang meliputi tugas, posisi kekuasaan,

keterampilan dan sikap bawahan. Oleh sebab itu menurut teori ini tidak ada satu pun

gaya kepemimpinan yang terbaik. Lebih lanjut menegaskan bahwa menjadi seorang

pemimpin tidak hanya ditentukan oleh kepribadiannya. Seorang menjadi pemimpin

karena keadaan yang bersangkutan berada pada tempat dan situasi yang tepat atau

karena berbagai faktor seperti umur, pendidikan, pengalaman, serta latar belakang

keluarga dan kekayaan69.

Kajian tentang efektivitas kepemimpinan telah menarik perhatian para pakar

organisasi dan para pemimpin khususnya. Para pakar ataupun peneliti mencoba melihat

faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemimpin dalam memimpin. Reitz

menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi eetivitas pemimpin meliputi: (1)

kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan, (2) harapan dan perilaku

atasan, (3) karakteristik, harapan, dan perilaku bawahan, (4) kebutuhan tugas, (5) iklim

dan kebijakan organisasi, dan (6) harapan dan perilaku rekan70.

Menurut Covey (1997: 26) dalam bukunya “The Principle Centered

Leadership”, seorang pemimpin yang efektif memiliki prinsip-prinsip dalam

membangun organisasinya. Prinsip adalah bagian dari kondisi, kesadaran, dan suara

hati. Prinsip dapat menimbulkan kepercayaan dan merupakan kompas yang

69 K, Hoy Wayne and Cecil G. Miskel, Educational , hlm. 465. 70 K, Hoy Wayne and Cecil G. Miskel, Educational , hlm. 479.

Page 104: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

85

menunjukan arah, panduan yang tidak berubah. Prinsip muncul dalam bentuk ide, nilai,

norma dan ajaran yang meninggikan, memuliakan, memberdayakan, dan member

inspirasi kepada manusia. Prinsip juga merupakan pusat atau sumber utama sistem

penunjang hidup yang ditunjukan oleh empat dimensi dasar yaitu rasa aman, panduan,

sikap bijak dan kekuatan.

Standar pendidik dan tenaga kependidikan dalam pengembangan R-SMA-BI

harus memiliki standar yang lebih tinggi dari standar sekolah standar nasional. Oleh

karena itu, untuk mengukur standar pendidik dan tenaga kependidikan mempunyai

beberapa komponen, bukti fisik, indikator operasional dan sekaligus alat ukurnya.

Secara terperinci disajikan dalam tabel berikut :

Tabel, 2.13 Indikator Operasional Standar Pendidik 71

No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

1 Kesesuaian tugas mengajar dengan latar belakang bidang studinya

Dokumen data pegawai

Persentase relevansi latar belakang pendidikan dengan bidang studi yang diampunya (data kepegawaian)

1 > 80 % 2 60,1 - 80 % 3 40,1 - 60 % 4 20,1 - 40 % 5 0 - 20 % 2 Program pelatihan

peningkatan kompetensi profesi dalam pembelajaran (penguasaan materi, metode, peraga, sumber belajar dan teknik evaluasi)

Dokumen program peningkatan kompetensi guru

Sekolah melaksanakan kegiatan peningkatan kompetensi guru

1 Penguasaan materi pelajaran

2 Penguasaan metode pembelajaran

3 Pengembangan peraga pembelajaran

4 Pendayagunaan sumber belajar

5 Pelaksanaan evaluasi pembelajaran

71 Studi dokumentasi, Instrumen Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan R-SMA BI tahub ke 3.

Page 105: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

86

No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

3 Penerapan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Program Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Guru melaksanakan PTK

1 Pengembangan PTK terprogram

2 Terlaksana, tiap tahun terdapat hasil kegiatan

3 Terdapat catatan hasil 4 Terdapat catatan

refleksi 5 Terdapat perbaikan

mutu pembelajaran 4 Penerapan model

lesson study Dokumen laporan pelaksanaan

Persentase Guru yang telah melaksanakan model perbaikan mengajar melalui lesson studi

1 > 80 % 2 60,1 - 80 % 3 40,1 - 60 % 4 20,1 - 40 % 5 0 - 20 % 5 Peningkatan

kompetensi guru Sistem dokumen yang menunjukkan pelaksanaan dan hasil pembinaan

Sekolah menunjukkan bukti kinerja pembinaan pada berbagai ranah kompetensi

1 Indikator kompetensi professional

2 Indikator kompetensi pedagodik

3 Indikator kompetensi kepribadian

4 Indikator kompetensi social

5 Indikator kompetensi kepemimpinan

7 Peningkatan kompetensi guru dalam pemberdayaan TIK untuk kegiatan pembelajaran

Program peningkatan kompetensi guru dalam penggunaan TIK

Persentase guru yang terlatih menggunakan TIK aplikasi TIK dalam pembelajaran

1 > 80 % 2 60,1 - 80% 3 40,1 -60% 4 20,1 -40% 5 0 - 20%

8 Penyampaian materi pelajaran dengan dukungan komputer dan LCD

Materi belajar yang dikelola dalam dokumen digital

Persentase guru yg menyajikan materi pelajaran berbaisis TIK

1 > 80 % 2 60,1 - 80% 3 40,1 -60% 4 20,1 -40% 5 0 - 20% 9 Pemberdayaan

akses informasi melalui jaringan internet

Materi belajar pada RPP

Guru memberdayakan materi pelajaran berbahasa Inggris dari internet

1 Mengakses materi ajar dari internet

2 Menggunakan soal dari internet

3 Merumuskan masalah dari internet

4 Menghimpun alternatif pemecahan masalah dari internet

5 Mengembangkan inovasi dengan menggunakan internet

Page 106: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

87

No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

10 Penggunaan

sumber belajar guru berbahasa Inggris

Buku, jurnal, artikel, majalah, web

Guru mapel meningkatkan kompetensinya dengan menggunakan sumber belajar berbahasa Inggris

1 Matematika 2 Biologi 3 Kimia 4 Fisika 5 Ilmu sosial

11 Peningkatan fasilitas guru untuk melanjutkan pendidikan pascasarjana (untuk meraih S2/S3) pada perguruan tinggi dengan program studi berakreditasi A

Data guru yang telah melanjutkan pendidikan S2/S3

Persentase guru yang melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 dan S3

1 > 15,1 %

2 10,1 -15 %

3 5,1- 10 %

4 0 - 5 %

5 0

12 Kriteria minimal 30% guru memiliki ijazah pascasarjana dari program studi berakreditasi A

Data ijasah pascasarjana pada program studi berakreditasi A

Persentase guru yang memiliki ijazah pascasarjana dari program studi berakreditasi A

1 > 15,1 % 2 10,1 -15 % 3 5,1- 10 % 4 0 - 5 % 5 0

13 Kriteria minimal 75% guru mengikuti pelatihan pendalaman materi pada bidang studi yang relevan

Data guru yang mengikuti pelatihan

Persentase guru yang telah mengikuti diklat pendalaman materi dalam 2 tahun terakhir

1 > 80 % 2 60,1 - 80% 3 40,1 -60% 4 20,1 -40% 5 0 - 20%

Tabel: 2.14 Indikator Operasional Standar Tenaga Kependidikan 72

N0 Komponen SNP Bukti fisik/ Dokumen

Indikator operasional Alat Ukur

1 Ijazah S-1 Kepala

TAS dalam bidang administrasi pendidikan atau bidang yang relevan

Data pendidikan pegawai

Sekolah memiliki Kepala Tata Administrasi Sekolah yang berijazah S-1 di bidang administrasi pendidikan pendidikan Kepala TU

1 S1 atau S2

2 Diploma 3

3 Diploma 2

4 Diploma 1

5 SLTA

72 Studi dokumentasi, Instrumen Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan R-SMA BI tahub ke 3.

Page 107: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

88

No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

2 Latar belakang pendidikan tenaga kependidikan

Data pendidikan pegawai

Persentase tenaga kependidikan berdasarkan latar belakang pendidikan S1

1 60,1 - 80% 2 40,1 - 60% 3 20,1 - 40% 4 0 - 20% 5 0 3 Penggunaan TIK

dalam mengelola administrasi

Aplikasi sistem administrasi sekolah (contoh PAS)

Sekolah mengelola administrasi berbasis TIK

1 Administrasi umum 2 Keuangan 3 Ketenagaan 4 Sarana dan prasarana 5 Kesiswaan 4 Pemahaman

bahasa Inggris dalam pelaksanaan tugas

Kemampuan berbahasa Inggris staf TU

Jumlah staf Tata Usaha yang memahami bahasa Inggris

1 lima orang atau lebih 2 empat orang 3 tiga orang 4 dua orang 5 satu orang 5 Kompetensi tenaga

administrasi Program yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan tugas

Memiliki tenaga administrasi yang mampu menggunakan perangkat lunak TIK

1 Microsoft word 2 Microsoft excel 3 Microsoft power point 4 Operator PAS / SIM l 5 E-mail 6 Kompetensi tenaga

kepustakaan Program yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan tugas

Sekolah memiliki tenaga kepustakaan yang mampu menggunakan perangkat lunak TIK

1 Microsoft word 2 Microsoft excel 3 Microsoft power point 4 Operator PAS (SIM) 5 E-mail/searching

internet 7 Teknisi sumber

belajar yang berkompeten

Ada tidak adanya teknisi sumber belajar

Sekolah memiliki tenaga teknis pengelola sumber belajar yang berkompeten

1 Microsoft word 2 Microsoft excel 3 Microsoft power point 4 Web site 5 E-mail/searching

internet 8 Tenaga laboran

yang berkompeten Adanya penggunaan TIK tenaga laboran

Sekolah memiliki tenaga laboran yang menggunakan perangkat lunak TIK

1 Microsoft word 2 Microsoft excel 3 Microsoft power point 4 Aplikasi flash/GIF 5 E-mail/ internet 9 Tenaga konselor

yang berkompeten Penggunaan TIK di ruang bimbingan konseling

Sekolah memiliki tenaga konselor yang mampu menggunakan perangkat lunak TIK

1 Microsoft word 2 Microsoft excel 3 Microsoft power point 4 Pengelolaan web 5 E-mail/searching

internet

Page 108: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

89

Tabel: 2.15 Indikator Operasional Standar Kepala Sekolah 73

N0 Komponen SNP Bukti Fisik/

Dokumen Indikator

Operasional Alat Ukur

10 Ijazah kepala sekolah dari pascasarjana program studi yang berakreditasi A

Copy ijazah Berijasah S2/S3 dari lembaga pendidikan berakreditasi A

1 S3 pendidikan

2 S3 non-pendidikan

3 S2 pendidikan

4 S2 non-pendidikan

5 S1

11 Nilai TOEFL minimal 500

Sertifikat TOEFL/TOEIC kepala sekolah dalam dua tahun terakhir

Sertifikat ujian TOEFL/TOEIC dalam dua tahun terakhir

1 > 500

2 476 – 500

3 451 – 475

4 425 – 450

5 < 425

12 Kompetensi berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara aktif

Daya komunikasi kepala sekolah dalam berbahasa Inggris

Kepala sekolah memiliki kemampuan berbahasa Inggris aktif

1 Bercakap menggunakan bahasa Inggris

2 Mengirim surat berbahasa Inggris

3 Mendapat surat-surat berbahasa Inggris

4 Menyampaikan ide dalam bahasa Inggris

5 Menjawab pertanyaan dalam bahasa Inggris

13 Pengalaman mengikuti kegiatan dinegara anggota OECD atau negara maju lainnya

Bukti kunjungan (contoh : foto, dokumen surat)

Kepala sekolah melakukan kunjungan ke sekolah negara OECD atau negara maju lainnya

1 4 kali atau lebih

2 3 kali

3 2 kali

4 1 kali

5 belum pernah

14 Pengelolaan sumber daya pendidik dan kependidikan untuk mewujudkan tujuan sekolah

Dokumen program

Melakukan kunjungan dlm 2 thn terkhir ke sekolah unggul di negara OECD utk peningkatan profrsinya

1 4 kali atau lebih

2 3 kali

3 2 kali

4 1 kali

5 Belum pernah

73 Studi dokumentasi, Instrumen Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan R-SMA BI tahub ke 3.

Page 109: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

90

No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

15 Penguatan keyakinan seluruh anggota komunitas dapat mewujudkan target pembaharuan

Keunggulan kompetitif sekolah yang sedang ditingkatkan mutunya.

Kepala Sekolah meyakinkan komunitas sekolah dapat mewujudkan target

1 Meyakinkan kepada orangtua

2 Meyakinkan kepada siswa 3 Meyakinkan kepada guru 4 Meyakinkan komite

sekolah 5 Meyakinkan kepada

masyarakat 6 Meyakinkan lembaga

eksternal 16 Penunjukan diri

sebagai model pembelajar

Bukti fisik produk kegiatan belajar kepsek

Kepala sekolah menunjukkan diri sebagai model pembelajar

1 Mengkomunikasikan hasil pelatihan

2 Mensosialisasikan hasil studi banding

3 Memakai rujukan teori dalam bekerja

4 Pengguna internet 5 Menjadi nara sumber guru

dan siswa 17 Pengembangan

kewirausahaan dalam pengelolaan sekolah

Adanya dokumen hasil kegiatan usaha

Persentase kontribusi dari produk kewirausahaaan pada RAPBS per tahun

1 > 3,1 % 2 2,1 - 3 % 3 1, 1 - 2 % 4 0 -1 % 5 0

18 Kemudahan guru dalam melanjutkan pendidikan

Bentuk dukungan kepala sekolah terhadap guru dan tenaga kependidikan

Sekolah memfasilitasi guru dalam melanjutkan pendidikan

1 Membiayai guru 100% 2 Membiayai guru 75% 3 Membiayai guru 50% d 4 Membiayai guru 25% 5 Mengeluarkan surat ijin

19 Kemudahan guru dalam menggunakan sarana dan prasarana TIK untuk mengoptimalkan kinerja pembelajaran

Adanya perangkat keras untuk guru

Sekolah memfasilitasi guru dengan sarana dan prasarana TIK

1 LAN ke ruang guru 2 Perangkat computer 3 Akses internet 4 SIM administrasi

pembelajaran 5 CD/VCD

pembelajaran/flash disk

20 Pemenuhan fasilitas belajar siswa untuk mengembangkan potensi diri secara optimal

Sarana belajar yang siswa gunakan

Sekolah menyediakan sarana pengembangan potensi siswa

1 Penyediaan sarana olahraga

2 Penyediaan sarana kesenian

3 Penyediaan sumber belajar

4 Mengirim siswa pada pertemuan ilmiah

5 Menyelenggarakan kegiatan ekstra kurikuler

Page 110: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

91

No. Komponen SNP Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

21 Pelaksanaan supervisi akademik secara berkala

Dokumen program supervise

Kepala sekolah melaksanakan supervise

1 Melakukan supervisi kelas secara berkala

2 Memeriksa perencanaan belajar

3 Memantau permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran

4 Memantau pemberdayaan sarana

5 Memantau hasil belajar siswa

22 Publikasi karya tulis atau hasil penelitian

Dokumen karya tulis

Dokumen karya tulis atau hasil penelitian yang dipublikasikan

1 Tingkat internasional 2 Tingkat nasional 3 Tingkat provinsi 4 Tingkat kabupaten/kota 5 Tingkat sekolah

23 Kerja sama yang produktif dengan komite sekolah

Adanya dokumen kegiatan rapat dengan komite sekolah

Sekolah melaksanakan kerjasama bersama komite dalam mengambil keputusan

1 Penyusunan/ penetapan rencana kerja jangka menengah

2 Penyusunan/ pengesahan RAPBS

3 Rapat kerja sekolah 4 Menggali sumber dana 5 Pengawasan pengelolaan

keuangan 7. Standar Sarana dan Prasarana

Sarana pendidikan umumnya mencakup semua peralatan dan perlengkapan yang

secara langsung dipergunakan dan menunjang dalam proses pendidikan, seperti

gedung, ruang belajar/kelas, alat media pendidikan, meja, kursi, dan sebagainya.

Sedangkan yang dimaksud dengan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak

langsung menunjang jalannya proses pendidikan, seperti halaman, kebun, taman

sekolah, jalan menuju sekolah74. dengan demikian dapat ditarik satu kesimpulan fungsi

sarana dan prasarana pendidikan itu adalah semua barang yang secara langsung

maupun tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan untuk mencapai tujuan

74 Afifudin, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Insan Mandiri, 2004), hlm. 192.

Page 111: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

92

dalam pendidikan. Keberlngsungan proses pembelajaran akan sangat terbantu dengan

kelengkapan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pembelajaran, maka sarana

dan prasarana membutuhkan pengelolaan yang baik agar sarana dan prasarana dapat

dipakai dan sesuai kebutuhan pembelajaran.

Pada hakikatnya tidak ada sarana dan prasarana yang dapat memenuhi berbagai

kebutuhan belajar, maka peran pendidik dan tenaga kependidikan dituntut dalam proses

pencapaian tujuan pembelajaraan diperlukan kesiapan mental, kemauan dan

kemampuan untuk menjelajahi aneka ragam sarana dan prasarana yang ada dan

mungkin ada. Kreatifitas pendidik dan tenaga pendidik sangat dibutuhkan dalam

menyediakan dan menggunakan sarana bukan hanya sekedar canggih dan mewah, akan

tetapi yang terpenting adalah kebermaknaan dan kesesuaian dengan kebutuhan

pencapaian tujuan pendidkan dan pencapaian tujuan pembelajaran. Diadaptasi dari

konsep sumber belajar teori tentang sarana dan prasarana meliputi; perancangan,

fungsi, strategi pemanfaatan, prosedur penggunaan, dan evaluasi pemanfaatan.

Dibawah ini dideskripsikan setiap komponennya75.

a. Perancangan Sarana Prasarana

Dilihat dari segi Perancangannya, secara garis besar sarana dan prasarana dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1) Sarana prasarana yang dirancang (learning resource by design) yakni sumber-

sumber yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai “komponen

sistem instruksional” untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan

bersifat formal.

2) Sarana prasarana yang dimanfaatkan (learning resources by utililization) yakni

75 AECT, The Definition of Educational Technologi, (Washington DC, 1977), hlm. 122.

Page 112: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

93

sarana prasarana yang tidak didesain khusus untuk untuk keperluan

pembelajaran atau keberadaanya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan

untuk keperluan pembelajaran. Sarana prasarana yang dimanfaatkan ini adalah

sarana prasarana yang ada di masyarakat seperti: museum, pasar, toko-toko, dan

lainnya yang ada di lingkungan sekitar76.

b. Fungsi Sarana Prasarana

Sarana prasarana mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kegiatan

pembelajaran. Sarana prasarana memiliki fungsi sebagai berikut:

1) Meningkatkan produktivitas pembelajaran

2) Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifetnya lebih individual

3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran

4) Lebih memantapkan pembelajaran

5) Memungkinkan pembelajaran secara seketika

6) Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas77.

c. Strategi Pemanfaatan Sarana Prasarana

Strategi dalam menggunakan sarana prasarana, pendidik dan tenaga

kependidikan harus mampu mengidentifikasi karakteristik dari sarana prasarana yang

digunakan. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:

1) Mengidentifikasi karakteristik sarana prasarana yang digunakan. Sarana

prasarana yang ada sangatlah banyak, untuk itu guru harus mampu

mengidentifikasi karakteristik dari masing-masing sarana prasarana yang

digunakan. Apakah sarana prasarana yang digunakan sesuai dengan

76 Rudi Susilana, Teknologi Pendidikan, dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Bandung: Pedagodiana

Press, 2007), hlm. 453. 77 Rudi Susilana, teknologi Pendidikan hlm. 459-462.

Page 113: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

94

karakteristik materi pelajaran yang diberikan. Arinya, sarana prasarana tersebut

dapat menunjang kelancaran proses pembelajaran dalam mencapai tujuan

pembelajaran, sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran tersebut dengan

lancar (bermakna).

2) Sarana prasarana yang digunakan disesuaikan denagn tujuan pendidikan dan

pembelajaran. Sarana prasarana yang digunakan dapat mengoptimalkan

pencapaian suatu kompetensi.

3) Sarana prasarana yang digunakan disesuaikan dengan kemampuan guru.

Seorang guru harus memahami kemampuannya dalam hal menggunakan sarana

prasarana. Tanpa memahami karakteristik dan penggunaan sarana prasarana,

proses pembelajaran tidak akan berjalan secara optimal.

4) Sarana prasarana yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

Pemilihan sarana prasarana yang dibutuhkan bermakna dan yang akan menarik

perhatian siswa sehingga diharapkan pembelajaran dapat berjalan optimal78.

d. Evaluasi pemanfaatan Sarana Prasarana

Langkah-langkah yang dilakukan dalam evaluasi pemanfaatan sarana

prasarana antara lain:

1) Analisis kebutuhan, analisis difokuskan pada kebutuhan-kebutuhan yang

diperlukan dalam pencapaian tujuan pendidikan lebih praktisnya dalam tujuan

pembelajaran.

2) Penetapan sarana dan prasarana, berdasarkan analisis kebutuhan yang dilakukan

langkah selanjutnya adalah menetapkan sarana dan prasarana yang akan

digunakan. Kegiatan ini dilakukan melalui konsep dan konstruk yang tersusun

78 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Rosdakarya), hlm. 157.

Page 114: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

95

untuk dijadikan rujukan dalam menetapkan sarana dan prasarana.

3) Pengembangan sarana dan prasarana, kegiatan pengambangan dilakukan

dengan cara mengkaji dan meneliti berbagai masukan yang berasal dari

penetapan sarana dan prasarana. Selanjutnya hasil dari pengembangan tersebut

dapat dijadikan bahan bagi kegiatan revisi penggunaan sarana prasarana. Hasil

revisi ini akan digunakan sebagai rujukan pengembangan sarana dan

prasarana79.

Dalam standar nasional pendidikan sarana prasarana merupakan perhatian

yang urgen, kesadaran ini diakibatkan karena untuk memenuhi standar mutu

pendidikan yang lebih baik, hal ini berkonsekwensi pada penyediaan sarana dan

prasarana yang memadai untuk mencapai tujuan pendidikan, pada kebijakan

pendidikan nasional standar sarana dan prasarana berkaitan dengan:

1) Sarana prasarana sebagai penunjang proses pembelajaran

2) Keragaman jenis peralatan laboratorium ilmu pengetahuan alam (IPA),

laboratorium bahasa, laboratorium computer, dan peralatan pembelajaran lain.

3) Letak lahan pendidikan mempertimbangkan kenyamanan, kecukupan,

keselamatan, kesehatan bagi lembaga pendidikan danlingkungan diluar lembaga

pendidikan.

4) Pemeliharaan sarana dan prasarana dilakukan secara berkala dan

berkesinambungan dengan memperhatikan masa pakai80.

Sedangkan dalam standar sarana prasarana R-SMA-BI harus melibihi srandar

sekolah nasional . Oleh karena itu untuk mengukur standar sarana prasarana

79 Romiszowski, The Selection and Use of Intruksional Media, (New York: Nicholas Pub, 1988), hlm. 144-

148. 80 http://www.depdiknas.go.id/produk_hukum/permen/permen_24_2007.pdf

Page 115: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

96

mempunyai beberapa komponen, bukti fisik, indikator operasional dan sekaligus alat

ukurnya. Secara terperinci disajikan dalam tabel berikut :

Tabel: 2.16 Indikator Operasional Standar Sarana Prasarana 81

No. Komponen SNP

Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

1 Pemenuhan standar luas lahan

Sertifikat lahan sekolah

Pemenuhan standar luas lahan sekolah dalam ukuran dalam m2

1 ≥ 15000 m2

2 10000 m2 - 14999 m2

3 7500 m2 - 9999 m2

4 6240 m2 - 7449 m2

5 ≤ 6239 m2

2 Pemenuhan standar luas lantai bangunan terhadap peserta didik.

Data inventaris bangunan

Total Luas Bangunan

1 ≥ 8509 m2

2 7800 m2 - 8508 m2

3 7090 m2 - 7799 m2

4 6381 m2 - 7089 m2

5 ≤ 6380 m2

3 Pemenuhan standar keamanan gedung

Fisik bangunan Sekolah memenuhi kriteria standar keamanan gedung

1 Tralis

2 Pagar

3 Hidran

4 Pos jaga

5 Penangkal petir

6 Alarm kebakaran

7 Pintu / tangga darurat

8 Ppemadam kebakaran

4 Luas ruang kelas

Data inventaris bangunan

Sekolah memenuhi kriteria standar luas ruang kelas : Ukuran ruang kelas

1 ≥ 81 m

2 76 m2 - 80 m2

3 71 m2 - 75 m2

4 64 m2 - 70 m2

5 ≤ 63 m2

81 Studi dokumentasi, Instrumen Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan R-SMA BI tahub ke 3.

Page 116: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

97

No. Komponen SNP

Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

5 Kondisi ruang kelas

Fisik bangunan Sekolah memiliki ruang kelas dengan kondisi yang memadai

1 Jumlah ruang kelas sesuai dengan rombongan belajar

2 Memiliki simbol-simbol kenegaraan

3 Kapasitas maksimum 32 orang

4 Lampu 4 titik, cahaya cukup untuk membaca

5 Pintu, kunci dan pengamanan ruangan memadai

6 Kelengkapan meja, kursi, lemari, papan tulis

7 Memiliki kelengkapan kebersihan

8 Kebersihan terjaga 6 Ruang kelas

yang dilengkapi dengan perangkat TIK

Fisik bangunan/uji coba perangkat internet

Jumlah ruang kelas dilengkapi dengan akses internet, komputer, LCD proyektor

1 > 80 % 2 60,1 - 80 % 3 40,1 - 60 % 4 20,1 - 40 % 5 0 - 20 %

7 Kelengkapan ruang perpustakaan

Fisik bangunan Sekolah memiliki ruang perpustakaan dengan kualitas yang memadai

1 Ruangan tidak bising 2 Meja sirkulasi 3 Ruang baca 4 Lemari referensi 5 Perangkat TIK 6 Sumber belajar lain 30

judul 7 1 eks buku panduan

/matpel/guru 8 Buku pengayaan 870 judul 9 Buku referensi 30 judul 10 Buku teks 1

eks./matpel/peserta didik ditambah 10 eks/mata pelajaran cadangan

8 Tingkat pemberdayaan perpustakaan sekolah

Dokumen jadwal perpustakaan sekolah dan daftar hadir pengunjung

Jumlah jam pelayanan perpustakaan sekolah per hari (1 jam = 60 menit)

1 ≥ 10 2 8 – 9 3 6 – 7 4 4 – 5 5 ≤ 3

Page 117: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

98

No. Komponen SNP

Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

2 Perabot laboratorium biologi

Blangko Instrumen

Sekolah melengkapi laboratorium biologi dengan perabot yang memadai

1 Listrik 2 Bak cuci 3 Kursi siswa 4 Lemari alat 5 Lemari bahan 6 Ketersediaan air 7 Meja kerja siswa 8 Meja demonstrasi 9 Ruang persiapan

10 Peralatan pendidikan laboratorium biologi

Blangko Instrumen

Sekolah memiliki ruang laboratorium biologi yang memenuhi kriteria standar

1 Alat peraga 2 Media pendidikan 3 Bahan habis pakai 4 Alat dan bahan percobaan 5 Peralatan berfungsi untuk

membantu belajar siswa 11 Perabot

laboratorium fisika

Blangko Instrumen

Sekolah melengkapi laboratorium fisika dengan perabot yang memadai

1 Listrik 2 Bak cuci 3 Kursi siswa 4 Lemari alat 5 Lemari bahan 6 Ketersediaan air 7 Meja kerja siswa 8 Meja demonstrasi 9 Ruang persiapan

12 Peralatan pendidikan laboratorium fisika

Blangko Instrumen

Sekolah memiliki ruang laboratorium fisika yang memenuhi kriteria standar

1 Alat peraga 2 Alat percobaan 3 Bahan percobaan 4 Media pendidikan 5 Peralatan berfungsi untuk

belajar siswa 13 Perabot

laboratorium kimia

Blangko Instrumen

Sekolah melengkapi laboratorium kimia dengan perabot yang memadai

1 Listrik 2 Bak cuci 3 Lemari alat 4 Lemari bahan 5 Lemari asam 6 Kursi siswa 7 Meja kerja siswa 8 Meja demonstrasi

9 Ruang persiapan

10 Ketersediaan air

Page 118: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

99

No. Komponen SNP

Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

14 Peralatan pendidikan laboratorium kimia

Blangko Instrumen

Sekolah memiliki ruang laboratorium kimia yang memenuhi kriteria standar

1 Alat peraga

2 Alat percobaan

3 Bahan percobaan

4 Media pendidikan

5 Peralatan berfungsi untuk membantu belajar siswa

15 Peralatan pendidikan laboratorium bahasa

Blangko Instrumen

Sekolah melengkapi laboratorium bahasa dengan peralatan yang memadai

1 LCD projector

2 CD-DVD pembelajaran

3 Komputer pendukung program

4 Aplikasi program lab bahasa

5 Modul pembelajaran

6 Headset minimal 20 unit

7 Penerangan minimum 4 titik lampu

8 Peralatan kebersihan

9 Soundsistem / pengeras suara

10 Perlengkapan berfungsi untuk belajar siswa

16 Peralatan pendidikan laboratorium computer

Data peralatan ruang computer

Sekolah melengkapi laboratorium komputer dengan peralatan yang memadai

1 Komputer

2 Printer

3 Scanner

4 Akses intenet

5 LAN

6 Server

7 Stabilizer

8 LCD projector

9 CD-DVD pembelajaran

10 Handycam

11 Kamera digital

12 Soundsistem

13 Kelengkapan multimedia (headset, microphone, web camera)

14 Modul praktek

15 Ruang dilengkapi AC

Page 119: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

100

No. Komponen SNP

Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

17 Ruang pimpinan

Data peralatan ruang pimpinan

Sekolah memiliki ruang pimpinan yang memenuhi kriteria standar

1 Tersedia meja pertemuan 2 Dilengkapi CCTV (alat

monitor kelas) 3 Tersedia ruang tamu 4 Penerangan minimum 2

titik lampu 5 Tersedia toilet 6 Tersedia komputer dan

akses internet 7 Lemari dokumen 8 Simbol-simbol kenegaraan 9 Papan statistic 10 Tersedia alat komunikasi

18 Ruang guru Data peralatan ruang guru

Sekolah memiliki ruang guru yang memenuhi kriteria standar

1 Tersedia meja pertemuan 2 Terdapat kamera CCTV 3 Tersedia ruang tamu 4 Penerangan minimum 6

titik lampu 5 Tersedia toilet 6 Tersedia komputer dan

akses internet 7 Locker guru 8 Simbol-simbol kenegaraan 9 Papan statistic 10 Sentral soundsistem 11 Tersedia alat komunikasi

19 Ruang tata usaha

Data perlengkapan

Sekolah memiliki ruang tata usaha yang memenuhi kriteria standar

1 Terdapat kamera CCTV 2 Tersedia ruang tamu 3 Penerangan minimum 4

titik lampu 4 Perangkat administrasi

kehadiran 5 Tersedia komputer dan

akses internet 6 Lemari arsip 7 Simbol-simbol kenegaraan 8 Papan statistic 9 Tersedia alat komunikasi 10 Terdapat penanda waktu

(bel)

Page 120: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

101

No. Komponen SNP

Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

20 Ruang konseling

Data perlengkapan

Sekolah memiliki ruang konseling yang memenuhi kriteria standar

1 Ada meja pertemuan 2 Terdapat kamera CCTV 3 Tersedia ruang tamu 4 Lampu minimum 4 titik 5 Ruang bimbingan pribadi 6 Ruang bimbingan

kelompok 7 Lemari dokumen 8 Simbol-simbol kenegaraan 9 Komp. akses internet 10 Instrumen konseling 11 Buku sumber 12 Media pengembangan

kepribadian 13 Papan statistic 14 Kotak saran / pendapat 15 Tersedia alat komunikasi

21 Ruang UKS Data Perlengkapan UKS

Sekolah memiliki ruang UKS yang memenuhi kriteria standar

1 Tersedia meja layanan 2 Tempat tidur pasien 3 Penerangan minimum 2

titik lampu 4 Lemari obat 5 Alat ukur tingi badan dan

berat badan 6 Lemari dokumen 7 Wastafel 8 Obat-obatan 9 Papan statistic 10 Tabung oksigen 11 Termometer 12 Tensimeter 13 Tandu / kursi roda 14 Tersedia alat komunikasi

22 Ruang OSIS Data perlengkapan ruang OSIS

Sekolah memiliki ruang oraganisasi kesiswaan yang memenuhi kriteria standar

1 Terdapat kamera CCTV 2 Penerangan minimum 2

titik lampu 3 Komputer 4 Struktur organisasi 5 Lemari arsip 6 Simbol-simbol kenegaraan 7 Meja rapat 8 Papan pengumuman

Page 121: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

102

No. Komponen SNP

Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

23 Ruang serbaguna

Data perlengkapan ruang serba guna

Sekolah memiliki ruang serba guna yang memenuhi kriteria standar

1 Podium 2 Sarana pendukung

pertunjukan seni 3 Sarana pendukung

pertunjukan film 4 Kursi minimum 80 5 Panggung 6 Ruang ganti 7 Memiliki langit-langit yang

tinggi 8 Kedap suara 9 Kedap cahaya/memiliki

gorden penutup 10 Penerangan minimum 10

titik 11 Soundsistem 12 LCD projekctor 13 Terdapat kamera CCTV 14 Pintu minimal 2 buah

24 Tempat bermain olahraga yang memenuhi (tersedia dan berfungsi)

Data lapangan Sekolah memiliki tempat olahraga yang memenuhi kriteria standar

1 Jauh/tidak menggangu kegiatan belajar

2 Tidak digunakan untuk parker

3 Permukaan datar 4 Lingkungan bersih 5 Terdapat ruang ganti

pakaian 25 Ruang kesenian Data kondisi

ruangan Sekolah memiliki ruang kesenian yang memenuhi kriteria standar

1 Terdapat peralatan kesenian

2 Kedap suara 3 Penerangan minimal 4 titik 4 Pencahayaan memadai 5 Soundsistem

26 Lingkungan sekolah rindang, bersih, dan nyaman

Data kondisi lingkungan

Sekolah memenuhi kriteria standar lingkungan

1 Aman 2 Bersih 3 Rindang 4 Tertata / rapih 5 Terdapat taman 6 Terdapat bangku taman 7 Tersedia tempat sampah

yang cukup

Page 122: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

103

No. Komponen SNP

Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

27 Penyediaan daya listrik

Copy kuitansi pembayaran listrik

Sekolah memiliki daya listrik yang sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan kegiatan belajar (waat jam)

1 ≥ 30,000 2 10,000 - 30,000 3 6600 - 10,000 4 4600 - 6,600 5 ≤ 4600

28 Penyediaan jamban

Data kondisi WC

Sekolah memiliki jamban yang sesuai dengan kriteria standar

1 Ruangan bersih

2 Ventilasi memadai 3 Ruangan tidak berbau 4 Berfungsi dengan baik 5 Air bersih tersedia cukup 6 Minimal sesuai jumlah

rombel 7 Saluran pembuangan

tertutup 8 Memisahkan jamban putra

dan putrid 9 Penerangan minimum 1

titik /per ruang 29 Pengembangan

LAN Data kondisi jaringan

Sekolah memiliki jaringan internet yang mendukung kegiatan belajar

1 Tersedia akses ke setiap ruang kelas

2 Jaringan berfungsi optimal 3 Sistem penataan jaringan

rapih 4 Mengakses informasi

dengan cepat 5 Terdapat bukti-bukti

berupa hasil kegiatan 30 Pemenuhan

standar rasio (perbandingan) jumlah komputer yang tersedia disekolah dengan jumlah siswa.

Data jumlah komputer dan data jumlah siswa

Sekolah memiliki komputer dengan jumlah yang memenuhi standar rasio perbandingan. -BI harus us ������������uter : jumlah siswa :

1 1:10 2 1:20 3 1:30 4 1:40 5 1: ≥ 50

Page 123: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

104

No. Komponen SNP

Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

31 Penerapan

sistem perangkat lunak TIK dalam mendukung kinerja pelayanan perpustakaan

Data aplikasi program

Sekolah menerapkan TIK dalam mendukung pelayanan perpustakaan

1 Katalog digital 2 Layanan online database 3 Memiliki dokumen tingkat

pemanfaatan 4 Memiliki koleksi

kepustakaan digital dalam bentuk jurnal, e-books, majalah

5 Siswa dapat memanfaatkan bahan pustaka dari luar ruang perpustakaan sekolah

32 Ruang multimedia

Adanya ruang multi media

Sekolah melengkapi ruang multimedia dengan sarana yang memenuhi kriteria standar

1 AC 2 Televisi 3 Komputer 4 Akses internet 5 LCD projector 6 Handycam 7 Soundsistem 8 Web camera 9 VCD/DVD Player 10 Radio/tape recorder 11 Kamera CCTV/ Kamera

Digital 34 Ruang

penelitian dan rujukan guru ( Teacher Research and Reference Center)

Adanya ruang TRRC

Sekolah melengkapi ruang TRRC dengan sarana yang memenuhi kriteria standar

1 AC 2 Printer 3 Scanner 4 Komputer 5 Handycam 6 Akses internet 7 Buku referensi 8 LCD Projector 9 Lemari dokumen 10 VCD/DVD Player 11 CD-R/DVD-R

8. Standar Pembiayaan

Pendidikan sebagai investasi, yaitu menanamkan modal (jasa atau materi) hari

ini untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dikemudian hari. Dalam Al

Qur’an nilai-nilai investasi banyak diisiratkan diantaranya dalam (Q.S. Al Baqoroh

:261)

Page 124: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

105

Pengertian menafakahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk

pendidikan, kepentingan jihad, pembngunan pendidikan, rumah sakit, usahab

penyelidikan ilmiah dan lain-lain”82 Pendidikan juga diartikan jihad yang mempunyai

makna sejumlah pengorbanan harta, waktu dan tenaga. .

Sedangkan teori pembiayaan pendidikan selama ini bermuara dari teori

ekonomi dan teori pendidikan. Menurut Elchanan Cohn identifikasi nilai ekonomi dari

pendidikan pada dasarnya menelusuri “investment in human capital”. Penggunaan kata

“investment” mengandung arti bahwa ada keuntungan bagi masyarakat sama dengan

keuntungan yang diperoleh dari keuntungan fisik yaitu pendidikan mempunyai fungsi

untuk menciptakan tenaga kerja yang produktif. Doktrin-doktrin ekonomi sebagaimana

yang dikemukakan oleh ahli ekonom menunjukan bahwa “human capital” dapat

dipandang sebagai unsur kemakmuran (wealth) yang dapat disamakan dengan

“material capital”. Peranan pendidikan dalam kerangka pembangunan ekonomi berupa

“human capital” dalam arti menyediakan tenaga-tenaga terdidik yang mempunyai “skill

capital” dalam arti menyediakan tenaga-tenaga terdidik yang mempunyai skills

tertentu, karena dalam penentuan investment pengetahuan dan skills merupakan

variable investment yang kritis dalam penentuan “rate of economic growth”83.

Lebih lanjutnya Elchanan Cohn mengemukakan ekonomi pendidikan pada

dasarnya berkenaan dengan produktivitas pendidikan, distribusi pendidikan bagi

kelompok dan individu dan persoalan berapa banyak biaya yang seyogyanya

dikeluarkan untuk pendidikan dan jenis pendidikan apa yang dipilih oleh masyarakat.

Pendidikan melibatkan banyak orang dan uang, baik dilihat dari jumlah siswa maupun

82 Departemen agama, Al Qur’an dan terjemahnya, Semarang, PT CiptaAfihar, 1993) hlm.1145 83 Elchanan Cohn, The Economic of Education an Introduction, (Massachussets: Ballinger Publishing

Company, 1979), hlm. 8.

Page 125: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

106

tenaga pendidikan yang terlibat, demikian juga dilihat dari jumlah anggarannya84.

Pembiayaan pendidikan merupakan upaya pendistribusian benefit pendidikan

dan beban yang harus ditanggung masyarakat. Secara terperinci Nanang Fatah

mengartikan bahwa pembiayaan pendidikan merupakan jumlah uang yang dihasilkan

dan dibelanjakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan yang

mencakup: gaji guru, peningkatan professional guru, pengadaan sarana belajar,

perbaikan ruangan, pengadaan peralatan/mobiler, pengadaan alat-alat dan buku

pelajaran, alat tulis kantor, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan pengelolaan pendidikan

dan supervisi pendidikan85.

Cakupan dari pembiayaan pendidikan tidak hanya menyangkut analisa sumber-

sumber saja tetapi juga penggunaan dan secara efisien, makin efisien dana pada sistem

pendidikan itu maka berkurang pula dana yangdiperlukan untuk mencapai tujuan-

tujuannya. Oleh karena itu dengan efisiensi akan lebih banyak tujuan program yang

dicapai dengan anggaran yang tersedia. Dari definisi pembiayaan pendidikan yang

diuraikan, data dsimpulkan bahwa pembiayaan pendidikan adalah suatu analisa

tentang sumber-sumber (revenue) dan penggunaan biaya (expenditure)yang

diperuntukkan unutk pengelolaan pendidikan secara efisien untuk mencapai tujuan.

Besaran biaya pendidikan hal yang paling utama ditentukan oleh tujuan

pendidikan yang akan dicapai oleh lembaga pendidikan tersebut. Pencapaian tujuan

tersebut tentulah membutuhkan proses yang diaplikasikan dalam bentuk kegiatan

pendidikan meliputi pengadaan sarana dan prasarana dan biaya satuan, hal inilah dalam

pendekatan sistem biaya merupakan suatu unsure yang menentukan dalam mekanisme

84 Elchanan Cohn, The Economic hlm. 13-25. 85 Nanang Fattah, Ekonomi & Pembiayaan ), hlm. 112.

Page 126: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

107

penganggaran. Penentuan biaya akan mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektifitas

kegiatan dalam suatu lembaga pendidikan yang akan mencapai suatu tujuan tertentu.

Kegiatan yang dilaksanakan dengan biaya yang rendah dan hasilnya mempunyai

kualitas yang baik, maka akan dapat dikatakan bahwa kegiatan tersebut dilaksanakan

secara efisien dan efektif.

Arti pembiayaan dalam standar nasional pendidikan direduksi dalam konsep

biaya, biaya (cost) secara tradisional didefinisikan sebagai jumlah nilai uang yang

dibelanjakan atau jasa pelayanan yang diserahkan pada siswa. Hal yang penting dalam

pembiayaan pendidikan adalah berapa besar uang yang harus dibelanjakan, dari mana

sumber uang diperoleh dan kepada siapa uang harus dibelanjakan86. Konsep biaya

menurut Tilaar merupakan keseluruhan dana dan upaya yang diserahkan oleh

masyarakat untuk mendapatkan pendidikan dan dalam kenyataan bahwa kegiatan

pendidikan merupakan bentuk dari pada pelayanan masyarakat. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa biaya pendidika adalah beban masyarakat dalam perluasan dan fungsi

sistem pendidikan. Produsen, penjual dan konsumen pendidikan akan menyatukan diri

kedalam satu transaksi ekonomi dibidang pendidikan87.

Standar pembiayaan sebagai standar yang mengatur komponen dan besarnya

biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Pembiayaan

pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal, sebagaimana

dijelaskan dibawh ini;

a. Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana,

pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap.

86 Thomas H. Jones, School Finance: Technique and Sosial Policy, (London: Collier MacMilian Publisher,

1985), hlm. 12. 87 H. A. R. Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 7.

Page 127: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

108

b. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik

untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

c. Biaya operasi satuan pendidikan, meliputi;

1). Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat

pada gaji.

2). Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai.

3). Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekmunikasi,

pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi,

pajak, asuransi, dan lain sebagainya.88

Adapun pembiayaan di R-SMA-BI harus memnuhi standar lebih tinggi dari

standar nasional. Untuk mengukur standar pembiayaan mempunyai beberapa

komponen, bukti fisik, indikator operasional dan sekaligus alat ukurnya. Secara

terperinci disajikan dalam tabel berikut :

88 Lekdis, Standar Nasional, hlm. 47.

Page 128: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

109

Tabel: 2.17 Indikator Operasional Standar Pembiayaan 89

No. Komponen SNP

Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

1 Perolehan biaya dari berbagai sumber pembiayaan (yang variatif)

Dokumen bendahara

Sekolah memiliki bantuan pembiayaan dari berbagai sumber

1 Komite sekolah 3 Pemerintah provinsi 4 Pemerintah 5 Dunia usaha/masyarakat 6 Wirausaha

2 Pengelolaan keuangan secara transparan dan akuntabel

Notula Rapat Sekolah mengelola keuangan secara transparan dan akuntabel

1 Terbuka pada rapat dewan pendidik dan tenaga kependidikan

2 Anggaran diputuskan rapat dengan komite sekolah

3 Penggunaan anggaran dikomunikasikan pada rapat dewan pendidik dan tenaga kependidikan

4 Terdapat sistem pembukuan keuangan yang diketahui oleh pihak sekolah dan komite sekolah

5 Laporan tepat waktu dan diketahui oleh pendidik dan tenaga kependidikan

3 Penerapan model sistem informasi keuangan yang efisien

Data aplikasi sistem pengelolaan keuangan

Sekolah menerapkan model sistem informasi keuangan yang efisien

1 Layanan sistem keuangan online

2 Layanan bank di sekolah 3 Layanan bank umum di luar

sekolah 4 Layanan pembayaran berbasis

computer 5 Layanan manual di sekolah 4 Pengalokasikan

anggaran untuk bantuan kepada siswa kurang mampu

Data penerima beasiswa yang berasal dari siswa kurang mampu

Mengalokasikan dan mendistribusikan anggaran kepada siswa kurang mampu . Prosentase alokasi anggaran untuk beasiswa

1 16,1 - 18 % 2 14, 1 - 16 % 3 12, 1 - 14 % 4 10 - 12 % 5 < 10 %

89 Studi dokumentasi, Instrumen Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan R-SMA BI tahub ke 3.

Page 129: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

110

No. Komponen SNP

Bukti Fisik/ Dokumen

Indikator Operasional Alat Ukur

5 Pembiayaan

sarana dan prasarana, pengembangan mutu SDM, dan modal kerja tetap.

Data perencanaan anggaran

Sekolah memiliki rencana alokasi biaya investasi sekolah

1 Penyediaan sarana belajar 2 Penyediaan prasarana belajar 3 Peningkatan mutu pendidik 4 Peningkatan mutu tenaga

kependidikan 5 Peningkatan kualifikasi tenaga

pendidik dan kependidikan 6 Pengelolaan

biaya operasional sekolah

Data perencanaan anggaran

Sekolah memiliki rencana alokasi biaya operasional sekolah

1 Gaji 2 Pajak 3 Asuransi 4 Konsumsi 5 Transportasi 6 Telepon, air dan listrik (TAL) 7 ATK dan bahan ajar habis pakai 8 Pemeliharaan sarana prasarana 9 Beasiswa untuk siswa kurang

mampu

Page 130: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

111

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Karakteristik obyek studi ini berpijak pada paradigma Fenomenologi. Pandangan

fenoimenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya (pola hubungan)

terhadap sesuatu dalam situasi-situasi tertentu. Fenomenolis pada dasarnya sangat

berpengaruh oleh Edmund Hussel dan Alfred Schultz, pengaruh lainnya berasal dari Max

Weber yang memberi tekanan pada pengertian iterpretatif terhadap pemahaman manusia

(verstehen)1 Dengan demikian sifat kualitatif studi ini terletak pada penedekatan

metodologis serta pada teknis analisis, untuk obyek sefesifiknya menggunakan “ teknis

analisis domain,, taksonomi dan komponen

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi kasus, dipilihnya studi

kasus sebagai rancangan penelitian karena peneliti beranggapan bahwa penelitian ini

akan lebih mudah dijawab dengan studi kasus, dengan alasan: (1) studi kasus dapat

memberikan informasi penting mengenai hubungan antara variabel serta proses-proses

yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas, (2) studi kasus

memberikan kesempatan untuk memperoleh wawancara mengenai konsep-konsep dasar

prilaku manusia, dengan melalui penyelidikan intensif peneliti dapat menemukan

karakteristik dan hubungan-hubungan yang mungkin tidak di duga sebelumnya, (3) studi

kasus dapat menyajikan data-data dan temuan yang sangat berguna sebagai dasar untuk

1 Lexy J. Moleong. Methodologi Penelitian Kualitatif (Bandung, Rosda Karya, 2004). hlm. 8-9.

Page 131: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

112

membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian yang mendalam dalam

rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial2.

Dalam studi kasus ini peneliti menggunakan penelitian dengan menggunakan

studi kasus tunggal. Studi kasus tunggal yang peneliti maksud adalah menyajikan uji

kritis suatu teori yang signifikan, dalam rancangan . Studi kasus tunggal ini, seperti yang

diungkapkan oleh Neal Gross memfokuskan pada sebuah sekolah dalam bukunya

implementing organizational innovations (1971). Sekolah tersebut dipilih karena

memiliki sejarah inovasi.3 Sedangkan dalam penelitian ini memfokuskan pada evaluasi

tingkat ketercapaian standar Sekolah Betaraf Internasional ( SBI ) di SMA Negeri 1

Baleendah .

B. Data dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan tersebut dapat bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata

atau gambar. Data bisa didapat dari hasil interview, catatan pengamatan lapangan, potret,

tape video, dokumen perorangan, memorandum dan dokumen resmi.4 Data adalah

keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau

kesimpulan).5

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.6 Jadi, sumber data itu

menunjukkan asal informasi. Data itu harus diperoleh dari sumber data yang tepat, jika

sumber data tidak tepat, maka mengakibatkan data yang terkumpul tidak relevan dengan

masalah yang diteliti. 2 Abdul Aziz, Memahami Fenomena Sosial Melalui Studi Kasus: Kumpulan Materi Pelatihan Metode

Kuatitatif (BMPTSI Wilayah VII Jawa Timur, Surabaya, 1998),hlm. 6 3 Robert K.Yin diterjemah oleh Djauzi Muzakir, Studi Kasus Desain dan Metode (Jakarta: PT'.

Rajagrapindo Persada, 2002),hlm. 48. 4 Robertl C. Bogdan dan Sari R. Biklen (Qualitalive Research for education : An lntruduction to Theory

and Methods (Boston Allyn and Bacon, 1982), hlm. 2‐3. 5 Wahid murni, Menulis Proposal don Laporan Penelitian Lapangan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif

Skripsi, Tesis, dan Desertasi (Progam Pascasarjana UIN Malang, 2008), hlm. 31 6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002),

hlm. 107.

Page 132: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

113

Sumber data dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu

manusia/orang.dan bukan manusia. Sumber data manusia berfungsi sebagai subjek atau

informan, adapun kunci informannya (key informant). adalah kepala sekolah

Sedangkan sumber data bukan manusia berupa dokumen yang relevan dengan fokus

penelitian, seperti gambar, foto, catatan rapat atau tuiisan-tulisan yang. ada kaitannya

dengan fokus penelitian.

Sehubungan dengan wilayah sumber data yang dijadikan sebagai subjek

penelitian ini adalah semuanya diajdikan sumber data primer, yaitu: sumber data yang

diperoleh secara langsung dari lapangan. Sumber primer juga merupakan sumber-sumber

dasar yang mcrupakan bukti atau saksi utama dari kejadian yang lalu. Contoh dari data

atau sumber primer adalah: catatan resmi yang dibuat pada suatu acara atau upacara,

suatu keterangan oleh saksi mata, keputusan-keputusan rapat, dan sebagainya.7 Data

primer juga dapat dipcrolch dalam bcntuk verbal atau kata-kata serta ucapan lisan dan

prilaku dari subjek (informan).

Data yang akan dikumpulkan melalui penelitian ini adalah data yang sesuai

dengan fokus penelitian, yaitu tentang perubahan yang dilakukan dalam upaya menuju

R-SMA-BI, evaluasi ketercapaian standar R-SMA-BI, faktor yang menjadi penghambat

dan strategi dalam mempercepat ketercapaian program Rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional ( R-SMA-BI ) ,di SMA Negeri 1 Baleendah .

C. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tiga metode yaitu

wawancara, observasi , dan dokumentasi.

7 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h1m.50

Page 133: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

114

1. Wawancara

Wawancara merupakan teknik utama dalam metodologi kualitatif, demikian pula

dalam penelitian ini, teknik wawancara digunakan untuk menangkap makna secara

mendasar dalam interaksi yang spesifik. Menurut Sutrisno Hadi, metode interview

adalah metode untuk megumpulkan data data dengan jalan tanya jawab sepihak yang

dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada penyelidikan.. Metode ini penulis

gunakan untuk memperoleh data mengenai evaluasi manajemen pengembangan sekolah

menuju SBI

Dalam memilih informan pertama, yang dipilih adalah yang mempunyai kriteria

(1) subjek cukup lama dan intensif menyatu dengan medan aktifitas yang menjadi

sasaran peneliti, (2) subyek yang masih aktif terlibat di lingkungan aktifitas yang

menjadi sasaran penelitian, (3) subyek yang masih mempunyai waktu untuk dimintai

informasi, . Informannya adalah kepala sekolah sebagai informan kunci dan sebagai

informan tambahan adalah para guru, karyawan, dan siwa.

Data yang akan dicari dari metode wawancara ini diantaranya adalah, rencana

pengembangan sekolah yang bertaraf internasional dan implikasinya seperti pengelolaan

SDM dalam penguasaan pembelajaran berbahasa inggris dan pembelajaran melalui akses

internet dan sikap stakeholders sekolah dalam program R-SMA-BI, serta pengangaran

program pengembangan R-SMA-BI dalam anggaran tahunan.

2. Observasi

Observasi sebagai alat pengumpul data yang dimaksud adalah dengan melakukan

observasi secara sistematis bukan sekedarnya saja. Dalam observasi ini diusahakan

Page 134: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

115

mengamati hal yang wajar dan yang sebenarnya terjadi tanpa usaha yang disengaja

untuk memperbaharui, mengatur, atau memanipulasikannya8.

Mengadakan observasi hendaknya dilakukan sesuai kenyataan, melukiskannnya

secara tepat dan cermat terhadap apa yang diarnati, mencatatnya, dan kemudian

mengolahnya dengan baik. Observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki9.

Observasi juga dapat diartikan dengan pengamatan dan pencatatan dengan sisternatik

fenornena-fenomena yang diteliti10.

Salah satu teknik observasi yang digunakan adalah observasi menggunakan

checklist tersetandar tentang R-SMA-BI. yang dikembangkan oleh Depdiknas, dalam

hal ini Dirjen Mendikdasmen, Direktorat Pembinaan SMA, yaitu meliputi 200 standar

keterapaian dan sudah terprogram dalam sofware program aplikasi evaluasi. Adapun

standar ketercapaian itu adalah terlampir

Metode observasi juga penulis gunakan untuk memperoleh data tentang keadaan

sarana dan prasarana, kegiatan kependidikan serta keadaan dan proses pengelolaan

rintisan sekolah bertaraf internasional( R SMA BI )

3. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata asalnya dokumen, yang artinya barang-barang

tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda

tertulis, seperti buku-buku, majalah, notulen rapat dan catatan harian.11

Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan informasi atau data-data melalui

pengujian arsip dan dokumen-dokumen.12 Strategi dokumentasi juga merupakan teknik 8 S. Nasution, Metode Research: Penelitian Ilrniah (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), hlm. 106 9 Cholid Narkubo, ct.ul., Metodologi Penelilinn (Jakarta; Bumi Aksara, 2003), hlm. 70. 10 Mantra, Ida Bagoes, Filsafat Penelitian dan Metode P'enelitian Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2004),hlm. 82 11 Suharsini Ari kunto, Prosedur Penelitian Sua1u Pendekatan Praklik, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2006)

hlm.. 158

Page 135: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

116

pengumpulan data yang ditujukan kepada subyek penelitian13. Metode pengumpulan data

dengan menggunakan metode dokumentasi ini dilakukan untuk mendapatkan data

tentang keadaan lembaga (obyek penelitian) yaitu keberadaan kepala sekolah, keadaan

guru, dan sekolah itu sendiri. Menurut Suharsimi Arikunto bahwa Metode dokumenter

adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,

surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya14. Adapun

dalam penelitian ini metode dokumenter digunakan untuk mencari data tentang profil,

visi misi, program-proram, agenda-agenda, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan

penelitian ini.

Informan dari penelitian adalah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bidang

Kurikulum, Kesiswaan, Sarana dan Prasarana, Humas; Koordinator Pelaksana Program,

Guru, Tata Usaha, Bendahara, Laboran, Pustakawan, Teknisi, dan Siswa.

Teknik pemilihan informan tersebut, penulis menggunakan teknik sampling

purfosif dimana peneliti cenderung memilih informan yang memenuhi kriteria-kriteria

tertentu dan dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang akurat

serta mengetahui masalahnya secara mendalam15 . Teknik sampel purpusif tersebut

relevan dengan persyaratan pada penelitian kualitatif yang didalamnya tidak terdapat

sampel acak namun sampel bertujuan (sampling purposif)16 sampel bertujuan adalah

sampel yang diambil berdasarkan adanya tujuan, dan biasanya diambil berdasarkan

beberapa pertimbangan (disebabkan keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya) sehingga

tidak bisa mengambil sampel yang lebih luas. 12 Sevilla Consuelo G, Pengantar rLfetode Penelitian (terjemahan), (Jakarta: Universitas

Indonesia (UI-Press), 1993),hlm. 85 13 Sukan dan rumidi, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Ga_jah Mada Univercity Press, 2004), hlm.

100 14 Suharsimi Arikk.mto, Prosedur Penelitian. Sucrm Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1997),

236. 15 S. Nasution, Metode Research (Penelitian ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara, 2007, hlm. 98 16 Nasution, Metode Research, hlm. 224

Page 136: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

117

Penentuan informan-informan tersebut di atas didasarkan atas pertimbangan

sebagai berikut :

1. Kepala sekolah, dapat memberikan informasi tentang segala kebijakan tentang

R-SMA-BI

2. Wakil kepala sekolah bidang kurikulum, dapat memberikan informasi tentang segala

hal yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum R-SMA-BI dan teknis

pelaksanaannya dilapangan.

3. Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dapat memberikan informasi tentang segala

hal yang terkait dengan kesiswaan, khususnya yang berkaitan dengan pembinaan

pengembangan diri siswa R-SMA-BI

4. Wakil Kepala sekolah bidang sarana prasarana dapat membrikan informasi tentang

pengembangan standar sarana prasarana R-SMA-BI

5. Wakil kepala sekolah bidang humas, dapat memberikan informasi tentang segala hal

yang berkaitan dengan hubungan kemitraan dengan sekolah unggul.

6. Wakil kepala sekolah / Koordinator program R-SMA-BI, dapat mengetahui tentang

segala hal yang berkaiatan dengan segala program R-SMA-BI, khusunya yng

berhubungan dengan pendalaman, peluasan, pengayaan dan penambahan dari

sekolah standar.

7. Kepala urusan tata usaha dapat memeberikan iformasi yang berkaitan dengan seputar

akreditasi sekolah, peningkatan pendidikan guru ke S2. Dan tentang degala hal yang

berkaitan dengan tenaga kependidikan.

8. Guru dapat memberikan informasi tentang segala hal yang berkaiatan tentang proses

pembelajaran di kelas

9. Laboran, dapat memberikan informasi tentang segala hal kondisi laboratorium IPA

dan TIK

Page 137: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

118

10. Pustakawan, dapat memberikan informasi tentang segala hal yang berkaitan dengan

kondisi perputkaan sekolah

11. Bendahara, dapat memebrikan segala hal yang berkaiatan sumber dana sekolah dan

pengalokasiannya (RAPBS)

12. Pengelola TIK sekaligus teknisi, dapat memberikan informasi rencana

pengembangan program aplikasi TIK untuk efektivitas belajar siswa di kelas

13. Siswa dapat memberikan informasi tentang fasilitas yang diberikan sekolah untuk

pengembangan diri siswa.

Untuk lebih jelasnya penulis paparkan dalam bentuk tabel mengenai informan

dan materinya sebagai berikut berikut :

Tabel: 3.1 Materi dan Informan Evaluasi penyelenggaraan pelaksanan program RSBI

NO KOMPONEN ASPEK INFORMAN

1 Standar Pengelolaan

1.1 Memenuhi standar pengelolaan Kepsek/Wakasek Sarana/Wakasek Kesis.

1.2 Meraih sertifikat ISO 9001 versi

2000 atau sesudahnya dan ISO 14000.

Wakasek Humas

1.3 Merupakan sekolah. multi-kultural. Wakasek Kesiswaan

1.4 Menjalin hubungan "sister school"

dengan sekolah bertaraf internasional di luar negeri.

Wakasek Humas

1.5 Bebas narkoba dan rokok. Wakasek Kesis

1.6 Bebas kekerasan (bullying). Wakasek Kesis

1.7 Menerapkan prinsip kesetaraan

gender dalam segala aspek pengelolaan sekolah

Wakasek Kesis

1.8 Meraih medali tingkat internasional pada berbagai kompetisi sains, matematika, teknologi, seni, dan olahraga.

Wakasek Kesis

Page 138: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

119

2 Akreditasi

2.1 Berakreditasi minimal A Kepsek

2.2 Beraktreditasi dari salah satu negara OECD

Kepsek/Koordinator RSBI

3 Standar Kurikulum dan SKL

3.1 Menerapkan KTSP Wakasek Kur

3.2 Memenuhi Standar Isi Wakasek Kur/ Koordinator Pengelola RSBI

3.3 Memenuhi Standar Kompetensi Lulusan

Wakasek Kur

3.4 Menerapkan sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Pengelola TIK

3.5 Memberikan muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran yang sama pada sekolah unggul dari salah satu negara OECD

Koord. Pengelolaan RSBI

3.6 Menerapkan SKS Wakasek Kur

4 Standar Kompetensi Lulusan

Menerapkan standar kelulusan dari sekolah yang lebih tinggi dari Standar Kompetensi Lulusan

Wakasek Kur.

5 Standar Proses Pembelajaran

5.1 Memenuhi Standar Proses Wakasek Kur./Guru

5.2 Proses pembelajaran pada semua mata pelajaran menjadi teladan bagi sekolah lain dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa entrepreneural, jiwa patriot, dan jiwa inovator

Wakasek Kur./Wakasek Kesis./Koord. Pengelola RSBI/ Guru/ Siswa

5.3 Memperkaya denga model proses pembelajaran sekolah unggul dari negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.

Wakasek Kurikulum/ Koord. Pengelola RSBI

5.4 Menerapkan pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran

Wakasek Kur./ Wakasek Kesiswaan/ Guru/ Siswa

Page 139: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

120

5.5 Menggunakan bahasa Inggris untuk kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan. Pembelajaran mata pelajaran lainnya, kecuali bahasa asing, menggunakan bahasa Indonesia.

Guru/siswa

6 Standar Penilaian Pendidikan

6.1 Memenuhi Standar Penilaian Guru

6.2 Diperkaya dengan model proses pembelajaran sekolah unggul dari negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan

Kepsek/Wakasek Kur/Koord. Pengelola RSBI

7 Standar Tenaga Kependidikan

7.1 Memenuhi standar pendidik Wakasek Kur/ Guru/Ka Tas

7.2 Semua guru mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK

Wakasek Kur/ Guru/Siswa

7.3 Guru mata pelajaran kelompok sains, matematika dan ini kejuruan mampu menggunakan pembelajaran berbahasa Inggris

Guru/siswa

7.4 Minimal 30% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A untuk SMA/SMK/MA/MAK

Wakasek Kur. / Ka TU

7.5 Memenuhi Standar Tenaga Kependidikan

Ka Tas

7.6 Kepala Sekolah berpendidikan minimal S2 dari Perguruan Tinggi yang program studinya berakreditasi A dan telah menempuh pelatihan Kepala Sekolah dari lembaga pelatihan kepala sekolah yang diakui oleh pemerintah.

KaTas/ Putakawan/ Teknisi Sumber Belajar /Laboran/Konselor/ Pelatih

7.7 Kepala Sekolah mampu berbahasa

Inggris secara aktif.

Kepsek/Guru/Siswa

7.8 Kepala Sekolah bervisi internasional, mampu membangun jejaring internasional, memiliki kompetensi manajerial, jiwa kepemimpinan dan entrepreneural yang kuat.

Kepsek/Wakasek

Sarana/Wakasek

Hum/guru/siswa

Page 140: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

121

8 Standar Sarana dan Prasarana

8.1 Memenuhi standar sarana dan prasarana

Kepsek/ Wakasek

Sarana/ Ka Tas/

Pustakawan/ laboran/

Guru BK/ Pembina

UKS/ siswa

8.2 Setiap ruang kelas dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK.

Wakasek Sarana/Teknisi

8.3 Perpustakaan dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia.

Wakasek

Sarana/Pustakawan/

Teknisi TIK

8.4 Dilengkapi dengan ruang multimedia, ruang unjuk seni budaya, fasilitas olahraga, klinik, dan lain sebagainya.

Wakasek Sarana/

Pengelola Teknisi TIK

9 Standar Pembiayaan

9.1 Memenuhi standar pembiayaan Kepsek/ Bendahara

9.2 Menerapkan model pembiayaan yang efisien untuk mencapai berbagai target Indikator Kunci Tambahan

Kepsek/ Bendahara.

Keterangan: Lebih lengkapnya lihat lampiran: 7

Sedangkan untuk memudahkan pemahman dari hasil penelitian ini penulis

paparkan pengkodean dalam tehnik pengumpulan data sekialigus pengkodean

informannya .

Page 141: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

122

Tabel:3.2 Kode Informan dan Tehnik Pengumpulan Data

N0 INFORMAN / TEHNIK PENGUMPULAN DATA KODE

1 Kepala sekolah Kepsek

2 Wakil Kepala Sekolah Bidang kurikulum Wakasek.Kur

3 Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Waksek Kesis

4 Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas Wakasek.Hum

5 Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana Wakasek.Sarana

6 Kepala Tatalaksana Ka.Tas

7 Wakil Kepala Sekolah Penjamin Mutu PM.

8 Koordinator Program Koor.Prog

9 Pengelola Teknologi Informasi dan Komunkasi Pengelola TIK

10 Pengelola R-SMA-BI Pengelola RSBI

12 Pengelola Lab Laboran

13 Wawancara Ww

14 Observasi Observ

15 Studi dokumentasi Studi Dok

15 Lampiran Lamp.

D. Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis transkrip

wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang di pahami oleh peneliti.

Kegiatan analisis dilakukan dengan menelaah data, menata data, membagi menjadi

satuan-satuan yang dapat dikelola, mensintesis, mencari pola, menemukan apa yang

bermakna dan apa yang diteliti dan di laporkan secara sistematis. Dalam kaitan itu ada

empat tahap analisis adalah :

1. Analisis Domain

Analisi domain dilakukan untuk memperoleh gambaran yang bersifat umum dan

relatif menyeluruh tentang apa yang terdapat difokus penelitian. Contoh tentang

perubahan-perubahan yang penting dilakukan dalam upaya menuju R-SMA-BI. maka

Page 142: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

123

kita temukan domainnya adalah, pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh SMA

Negeri 1 Baleendah.

2. Analisis Taksonomi

Setelah selesai analisis domain dialukan pengamatan dan wawancara terfokus

berdasarkan fokus penelitian . Contoh : perubahan-perubahan yang penting dilakukan

dalam upaya menuju R-SMA-BI. maka kita temukan domainnya adalah, pengembangan

kurikulum. Maka dari hasil wawancara dan observasi dapat dikembangkan lagi secara

luas bahwa pengembangan kurikulum itu dapat dibedakan menjadi tiga bagaian: 1)

Program Kurikuler, 2) Program Ekstrakurikuler dan 3) Program pengembangan diri.

3. Analsis Komponen

Setelah analsis taksonomi, dilakukan wawancara atau pengamatan terpilih untuk

memperdalam data yang telah ditemukan melalui pengajuan sejumlah pertanyaan

kontras17 . Contoh untuk pengembangan program kurikuler bagi sekolah R-SMA-BI

untuk mata pelajaran matematika dan IPA (MIPA) perlu adanya penguatan, pengayaan,

pengembangan, perluasan, dan pendalaman pada peningkatan mutu pendidikan yang

mengacu pada standar mutu pendidikan bertaraf internasional pada negara-negara OECD

dan negara-negara maju lainnya yang memiliki keunggulan tertentu yang bertaraf

internasional dalam pendidikan. Sedangkan untuk mata pelajaran yang lainnya

disesuaikan dengan sekolah standar nasional (SSN).

4. Analisis Tema

Analisis tema merupakan upaya mencari benang merah yang mengintegrasikan

lintas domain yang ada18.

17 Moleong Methodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 146. 18 Sanapaih Faisal, Penelitian Kualitatif dasar-dasar dan aplikasi ( Malang:Asih Asah Asuh, 1990), hlm. 106).

Page 143: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

124

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu analisis

data selama dilapangan dan analisis data setelah data terkumpul. Analisis data selama

dilapangan tidak dikerjakan setelah pengumpulan data selesai melainkan selama

pengumpulan data berlangsung dan dikerjakan terus menerus sehingga penyusunan

laporan penelitian selesai. Sebagai langkah awal, data yang merupakan hasil wawancara

dengan informan kunci (key informan) dipilih dan diberi kode berdasarkan kesamaan

isu, tema dan masalah yang terkandung didalamnya dengan terus mencari data-data baru.

Sedangkan analisis data setelah terkumpul atau data yang baru diperoleh setelah

pelaksanaan pengumpulan data, maka dianalisis dengan cara membandingkannya dengan

data yang terdahulu.. Dalam hal ini peneliti juga memperhatikan langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Analisis selama pengumpulan data, meliputi pengembalian keputusan untuk

membatasi lingkup kajian, pengembalian pertanyaan-pertanyaan analisis,

merencanakan tahapan pengumpulan data dengan hasil pengamatan sebelumnya,

menulis komentar pengamat mengenai gagasan yang muncul, menulis memo bagi

diri sendiri mengenai hal yang dikaji dan menggali sumber-sumber perpustakaan

yang relevan selama penelitian berlangsung

b. Analisis setelah pengumpulan data, adalah mengembangkan kategori koding, dengan

sistem koding yang ditetapkan dan mekanisme kerja terhadap data yang telah

dikumpulkan.

E. Pengecekan Keabsahan Temuan

Pengecekan keabsahan data sangat perlu dilakukan agar data yang dihasilkan

dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pengecekan keabsahan data

merupakan suatu langkah untuk mengurangi kesalahan dalam proses perolehan data

penelitian yang tentunya akan berimbas terhadap hasil akhir dari suatu penelitian. Dalam

Page 144: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

125

proses pengecekan keabsahan data pada penelitian ini harus melalui beberapa teknik

pengujian data. Adapun teknik pengecekan keabsahan yang digunakan dalam penelitian

ini, yaitu:

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Dalam penelitian kualitatif, peneliti terjun ke lapangan dan ikut serta dalam

kegiatan-kegiatan subjek penelitian. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam

waktu singkat, akan tetapi memerlukan waktu yang lebih lama dari sekedar untuk

rnelihat dan mengetahui subjek penelitian. Dengan perpanjangan keikutsertaan ini berarti

peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai data yang dikumpulkan jenuh19.

2. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan dimaksudkan untuk menentukan data dan informasi yang

relevan dengan persoalan yang sedang dicari oleh peneliti, kernudian peneliti

memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

3. Trianggulasi

Triangulasi dilakukan dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari informan yang satu ke informan

lainnya. Misalnya dari guru yang satu ke guru lainnya, dari kepala sekolah ke wakil

sekolah, dan lain sebagainya. Dalam pengecekan keabsahan data pada penelitian ini,

peneliti juga menggunakan trianggulasi, yaitu teknik pemeriksaan data memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data tersebut bagi keperluan pengecekan atau sebagaian bahan

pembanding terhadap data tersebut. Untuk pengecekan keabsahan data melalui

triangulasi data digunakan dua jenis pendekatan yaitu triangulasi sumber dan triangulasi

metode:

19 Lexy. J. Meloeng, “Metod”e …hlm.. 327

Page 145: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

126

a. Triangulasi sumber data yaitu dimana penliti berupaya untuk mengecek keabsahan

data yang didapatkan dari salah satu sumber dengan sumber yang lain . Misalnya

peneliti menggali data tentang fokus pertama, yaitu Perubahan perubahan yang

penting dilakukan dalam upaya menuju R-SMA-BI . Selanjutnya data tersebut dicek

keabsahannya kepada wakasek kurikulum, Wakasek sarana prasarana, pengelola

R-SMA-BI dan dokumen, sehingga sampai ditemukan tingkat akurasi data. Demikian

juga dilakukan terhadap sub fokus penelitian lainnya, atau untuk mencocokan

perolehan data tersebut, peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1). Membandingkan dta hasil pengamatan dengan hasil data wawancara

2). Membandingkan hasil wawancara dengan dokumentasi terkait

3). Membandingkan persepektif seseorang dengan pendapat dan pandangan orang

lain.

b. Triangulasi metode adalah upaya untuk mengecek keabsahan data melalui pengecekan

kembali apakah prosedur dan proses pengumpulan data sesuai dengan metode yang

absah. Disamping itu pengecekan data dilakukan secara berulang-ulang . melalui

beberapa metode pengumpulan data.

Page 146: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

127

BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data

1. Perubahan-Perubahan yang Penting dilakukan dalam Upaya Menuju R-SMA-BI

Untuk data fokus pertama ini penulis melakukan penelitian melalui wawancara

dan studi dokumentasi. Wawancara penulis lakukan dengan kepala sekolah dan

wakasek penjaminan mutu sekolah. Hasil wawancara dengan kepala sekolah yang

dilakukan tanggal 5 juni 2010 adalah sebagai berikut”1 :

“Memang untuk menuju sekolah SBI ini banyak sekali yang harus dilakukan terutama di internal sekolah, semua aspek harus harus dilakukan perubahan yang sangat mendasar dan perubahan itu mengacu pada 8 standar pendidikan, seperti yang tertuang dalam PP RI N0. 19 tahun 2005. (ww.Kepsek. 5 Juni 2010 )

Lebih teknisnya wawancara dengan wakasek penjaminan mutu, hasil

wawancaranya antara lain sebagai berikut2 :

“Perubahan itu kami berpedoman pada buku panduan R-SMA-BI. kami merumuskannya dalam rapat kerja tentang pengemabangan R-SMA-BI dengan pimpinan serta dengan team pengembangan/pengelola R-SMA-BI. Pengembanagan itu meliputi, perubahan visi misi, pengembangan kurikulum, proses pembelajaran, penilaian, pengembangan SDM, sarana prasarana, pembiayaan, manajemen sekolah, , pengembangan kultur sekolah.” (ww/wakasek PM/ 5, juni, 2010)

Adapun untuk mendapatkan data tersebut, dengan yang lebih lengkap, penulis

mengadakan studi dokumentasi3. Dan hasilnya adalah sebagai berikut :

1 Hasil wawancara dengan kepala sekolah mengnai perubahan-perubahan program sekolah dalam menuju R-SMA-Bi, pada tanggal, 5 Juni 2010.

2 Hasil wawancara dengan Wakasek Penjamin Mutu , mengnai perubahan-perubahan program sekolah dalam menuju R-SMA-Bi, pada tanggal, 5 Juni 2010

3 Hasil studi dokumentasi mengnai perubahan-perubahan program sekolah dalam menuju R-SMA-Bi, pada tanggal, 5 Juni 2010

Page 147: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

128

a. Perubahan Visi-Misi

Perubahan yang telah dilakukan oleh sekolah untuk menuju R-SMA-BI meliputi:

1) Perubahan Visi-Misi

Sejak penunjukan menjadi rintisan sekolah bertaraf internasional,

SMA Negeri 1 Baleendah telah melakukan perubahan visi-misi sekolah.

a. ) Visi

(1). Sekolah yang berkualitas dan mandiri dalam mewujudkan insan yang berbudi pekerti luhur

(2) Sekolah berprestasi dengan peringkat unggul di Jawa Barat

b). Misi

(1) Menyelenggarakan proses belajar dan mengajar yang paripurna , bermutu dan efisien

(2) Menjadi sekolah yang mampu mengelola pendanaannya secara sefektif dan efisien .

(3) Tempat pendidikan guna mewujudkan anak didik yang memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi disertai budi pekerti yang luhur

(studi dok, dan Obsrv, Tgl. 6 April 2010)

Sedangkan visi misi stelah perubahan adalah :

a) Visi :

Terwujudnya sekolah bertaraf Internasional, unggul dalam prestasi dan berbudaya untuk menghasilkan lulusan yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dengan berlandaskan nilai-nilai religius, dan berwawasan lingkungan.

b) Misi :

1) Peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran 2) Peningkatan pembinaan kesiswaan dan kegiatan ektrakurikuler 3) Meningkatkan pelayanan kepada seluruh pengguna jasa 4) Mengoptimalkan pemanfaatan sarana prasarana sekolah 5) Peningkatan pengamalan nilai-nilai agama Islam dalam kehidupan di

sekolah 6) Menumbuhkan kesadaran kehidupan demokrasi 7) Peningkatan hubungan dengan masyarakat melalui konsep manajemen

berbasis sekolah (MBS) (Studi.Dok dan Obsrv, Tgl. 6 April 2010)

Page 148: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

129

Perubahan visi-misi ini sesuai dengan tuntutan standar rintisan sekolah

bertaraf internasional yaitu harus memiliki visi-misi sekolah yang dirancang agar

mencirikan wawasan kebangsaan, memberdayakan seluruh potensi kecerdasan dan

meningkatkan daya saing global.

b. Pengembangan Kurikulum

Program pengembangan kurikulum meliputi program kurikuler dan program

ekstrakurikuler.

1) Program Kurikuler

a) Mata Pelajaran Matematika dan IPA (MIPA)

Mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi ditambah, diperluas,

diperkaya dan diperdalam melalui :

(1) Penambahan content pembelajaran pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam Standar Isi berdasarkan Permendiknas nomor 22 tahun 2006.

(2) Pemanfaatan TIK dalam mendukung kegiatan pembelajaran didalam dan diluar kelas, antara lain dengan:

(a) Mengembangkan penggunaan bahan ajar elektronik, interaktif maupun non interaktif.

(b) Memanfaatkan penggunaan internet sebagai salahsatu sumber belajar. (c) Memanfaatkan e-mail sebagai sarana kontak komunikasi guru-siswa diluar

kelas/sekolah, termasuk penyampaian tugas-tugas mata pelajaran oleh siswa. (d) Memanfaatkan situs sekolah sebagai sarana penyampaian bahan ajar

tambahan/perluasan dan diskusi interaktif jarak jauh antara siswa dengan siswa maupun dengan guru.

(3) Mengembangkan pembelajaran dan penilaian autentik yang menekankan pada penguasaan implementasi hasil belajar dalam kehidupan nyata sehari-hari. Dalam hal ini, penilaian dalam bentuk project dan portfolio serta memberikan pelaporan berbentuk karya tulis menjadi keutamaan penilaian standar kompetensi.

(4) Mengutamakan penguasaan kompetensi hasil belajar melalui pengembangan pengalaman belajar dengan pendekatan eksperimentatif yang mengarahkan siswa mendapatkan dan menemukan pengetahuan yang dipelajarinya.

(5) Pembelajaran mengupayakan penggunaan Bahasa Inggris lisan dan tertulis secara bertahap yang mengarah pada penggunaan bahasa pengantar Bahasa Inggris.

(6) Untuk mendukung keempat hal diatas, pembelajaran IPA (Fisika, Kimia, Biologi) ditambah 1 (satu) jam pelajaran, sedangkan pembelajaran Matematika ditambah 2 (dua) jam pelajaran.

Page 149: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

130

b) Mata Pelajaran Bahasa Inggris

Pembelajaran mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan pada penguasaan

komunikasi internasional, lisan maupun tulisan. Mata pelajaran bahasa Inggris

diperluas, diperkaya dan diperdalam dengan menambah 2 (dua) jam pelajaran yang

menekankan pada:

(1) Peningkatan kemampuan bercakap yang internationally accepted dengan mengembangkan pengalaman belajar yang menekankan pada pengalaman penggunaan Bahasa Inggris secara real. Penguasaan kompetensi yang menekankan pada kompetensi lisan (oral) berbahasa Inggris ini ditekankan pada tahun pertama, yakni ketika siswa berada dikelas X (sepuluh).

(2) Peningkatan kemampuan memahami teks tertulis dalam bentuk scientific texts maupun manuals dalam rangka mendukung penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang ditulis dalam bahasa Inggris. Penguasaan kompetensi yang menekankan pada kompetensi tulis (written) berbahasa Inggris ini ditekankan pada tahun kedua, yakni pada saat siswa berada dikelas XI (sebelas).

(3) Peningkatan kemampuan berkomunikasi lisan dan tulis Academic English yang digunakan dalam events seperti lecture (perkuliahan), seminar, maupun presentasi bertaraf internasional. Penguasaan kompetensi yang menekankan pada kompetensi academic english ini ditekankan pada tahun ketiga, yakni pada saat siswa berada dikelas XII (duabelas).

(4) Pengembangan pembelajaran dan penilaian autentik yang menekankan pada penguasaan implementasi hasil belajar dalam kehidupan nyata (real) yang sepenuhnya menggunakan bahasa pengantar Bahasa Inggris. (Studi Dok,dan Observ, tanggal 5 juni 2010)

Gambar4.1 Pembelajaran dgn Teaching Assistant dari Prancis

Page 150: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

131

c) Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Pembelajaran mata pelajaran TIK diarahkan pada penguasaan teknologi

informasi dan komunikasi modern. Mata pelajaran TIK diperluas, diperkaya dan

diperdalam dengan menambah 1 (satu) jam pelajaran yang menekankan pada program-

program terapan TIK (TIK)

(Studi Dok,dan Observ, tanggal 5 juni 2010)

d) Mata Pelajaran lain

Mata pelajaran lain dikembangkan sesuai dengan standar isi sesuai dengan

standar nasional pendidikan (SNP) tanpa tambahan jam pelajaran. Pada program

rintisan R-SMA-BI, pengembangan bahan ajar secara lisan dan tulis mengupayakan

penggunaan Bahasa Inggris secara bertahap dan mengarah pada penggunaan bahasa

pengantar Bahasa Inggris.Untuk tiga pengembangan selama tiga tahun ini diharapkan

penggunaan bahsa Inggris di kalangan siswa mencapai 30% dari bahasa

percakapannya sehari-hari baik dikelas maupun diluar kelas. Sedangkan untuk guru

mata pelajaran dikelas diprioritaskan untuk guru mata pelajaran matematika dan IPA

Gambarr 4.2 Pembelajaran di Lab. Komputer

Page 151: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

132

(MIPA) dan bahasa Inggris. Sedangkan untuk mata pelajaran selain MIPA dan bahasa

Inggris tidak diproritaskan.

(Ww.guru, siswa dan studi dok, 5 juni 2010)

e) Mata Pelajaran Seni Budaya

Mata pelajaran seni budaya diarahkan pada penguasaan apresiasi, wawasan

dan kompetensi seni budaya lokal (Sunda) yang menekankan pengenalan mendalam

terhadap jatidiri dan nilai-nilai budaya urang sunda dengan tetap menghargai

keragaman budaya bangsa Indonesia dan budaya bangsa-bangsa lain pada umumnya.

Mata pelajaran seni budaya merupakan salah satu pendukung utama ke-khas-an

program SBI di SMAN 1 Baleendah yakni menghasilkan lulusan yang cerdas dan

kompeten dalam berfikir global dengan tetap berbudaya lokal.

(Studi Dok,dan Observ, tanggal 5 juni 2010)

f) Muatan Lokal Bahasa Sunda

Muatan lokal diarahkan pada penguasaan bahasa Sunda sebagai bahasa daerah

yang akan mengentalkan pendalaman wawasan akan jatidiri sebagai urang sunda.

Muatan lokal mengembangkan pembelajaran dalam bentuk pengalaman belajar yang

meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan, wawasan dan penerapan budaya

sunda.Hal ini diharapkan supaya di era globalisasi ini siswa tidak lupa akan budaya

dan bahasanya sendiri sebagai urang sunda sehingga penyelenggaraan program R-

SMA-BI ini tidak menjadi malapetaka bagi lingkungan sendiri.

(Studi Dok,dan Observ, tanggal 5 juni 2010)

g). Program Ekstra Kurikuler

Program ekstrakurikuler merupakan program pengembangan diri yang

dikembangkan guna mendukung tujuan penyelenggaraan rintisan program Sekolah

Bertaraf Internasional. Program ekstrakurikuler diikuti oleh seluruh siswa SBI sesuai

Page 152: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

133

dengan minat dan bakatnya masing-masing. Program ekstra kurikuler (ekskul) terdiri

dari 2 (dua) kelompok yakni:

a) Program Ekstrakurikuler Wajib

Program ekstrakulikuler yang wajib diikuti oleh siswa SBI terdiri dari kegiatan-

kegiatan sebagai berikut:

(1) Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) (2) Kelompok Debat Bahasa Inggris (English Debating Society) (3) Komunitas Remaja Berbasis IT (KARBIT) (4) Sanggar Seni Budaya Sunda

(Studi Dok,dan Observ, tanggal 5 juni 2010)

Setiap siswa R-SMA-BI wajib mengikuti kegiatan ekstrakurikuler KIR dan

minimal salah satu dari kegiatan ekstrakurikuler diatas setiap semesternya.penilaian

terhadap peserta kegiatan ekstrakurikuler dilakukan selama proses pembelajaran dan

diakhiri dengan expose penguasaan kompetensi pada setiap akhir tahun pelajaran

dalam bentuk pameran pendidikan.

\

(Studi Dok dan Oberv. Tanggal 5 juni 2010)

Gamabar 4.3 : Pembinaan ekstra kurikuler (KIR)

Page 153: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

134

b) Program Ekstrakurikuler Pilihan

Program ekstra kurikuler pilihan adalah program ekstrakulikuler selain program

ekstrakulikuler wajib yang diselenggarakan oleh SMAN 1 Baleendah. Kegiatan ekskul

pilihan seperti: Basket, Paduan Suara, Paskibra, Pramuka, dll. dapat diikuti oleh siswa

R-SMA-BI sebagai kegiatan pilihan. Siswa R-SMA-BI tidak wajib mengikuti kegiatan

ekstrakulikuler pilihan.

(Studi Dok tanggal 5 April, 2010)

c) Program Pengembangan Diri

Program Pendidkian Lingkungan Hidup (PKLH) merupakan program titipan

dari pemerintah supaya masuk dan menjadi program pembelajaran siswa baik di kelas

maupun di luar kelas dan program ini di SMA Negeri 1 Baleendah menjadi bagian dari

program pengembangan diri. Sehingga pelaksanaannya diluar kelas atau menjadi

kegiatan ekstra kulikuler . Adapun alokasi waktunya dihitung setara dengan dua jam

pelajaran perminggu.

(Studi.Dok dan Obsrv, Tgl. 5 Juni2010)

c. Proses Pembelajaran

Dalam menyelenggarakan proses pembelajaran, program rintisan R-SMA-BI

SMA Negeri 1 Baleendah menggunakan konsep belajar tuntas (mastery learning) dan

menganut prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut:

1) Mengembangkan berbagai pendekatan dan metoda pembelajaran yang dikuatkan melalui penambahan jam pelajaran pada mata pelajaran-mata pelajaran tertentu dan penyesuaian waktu belajar dalam rangka memberikan penguatan, pengayaan, perluasan, pendalaman, penambahan, dan pengembangan terhadap Standar Nasional Pendidikan.

2) Pro-perubahan: mampu menumbuhkan dan mengembangkan daya kreasi, inovasi, nalar dan eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan baru (Joy of Discovery) yang tidak tertambat pada tradisi/kebiasaan proses belajar yang lebih mementingkan ingatan (recall).

3) Menggunakan media pendidikan yang bervariasi dan melibatkan teknologi TIK (Information and Communication Technology) canggih dan mutakhir.

Page 154: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

135

4) Mengembangkan proses pembelajaran yang menganut prinsip konstruktivisme yang mendorong: a) keingintahuan (sense of curiosity and wonder). b) keterbukaan pada kemungkinan-kemungkinan baru. c) prioritas pada fasilitas kebebasan dan kreativitas dalam mencari jawaban

atau pengetahuan baru. 5) Menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia dan bahasa Inggris

(bilingual) yang dirintis secara bertahap. 6) Menggunakan bahan ajar, buku teks, modul, dan lembar kerja siswa (students

worksheet) berbahasa Inggris, sebagian atau seluruhnya. 7) Mengembangkan program remedial untuk menjamin ketuntasan belajar peserta

didik pada setiap jenjang/kelas. 8) (Studi.Dok dan Obsrv, Tgl. 5 Juni2010)

d. Penilaian

Sistem penilaian yang dikembangkan pada program rintisan R-SMA-BI di

SMAN 1 Baleendah adalah sistem penilaian berbasis kompetensi. Sistem penilaian

dikembangkan berdasarkan konsep mastery (ketuntasan) yang menekankan

penguasaan kompetensi oleh individu pembelajar. Peserta didik secara individual

dituntut menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar berdasarkan indikator

hasil belajar dan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan pada

masing-masing matapelajaran. Peserta didik yang belum mencapai ketuntasan minimal

mendapatkan layanan remedial hingga mencapai KKM.

Secara teknis penilaian dikembangkan menggunakan berbagai instrumen

penilaian baik dalam bentuk paper and pencil test maupun non test seperti penggunaan

teknik wawancara, kuis, performen dan portofolio.

Selama proses pembelajaran, setiap mata pelajaran menekankan penggunaan

teknik non test sebagai alat penilaian. Termasuk dalam teknik ini adalah tes performen,

portofolio dan penugasan projek. Sedangkan teknik penilaian paper and pencil lebih

digunakan pada penilaian melalui ulangan.

Page 155: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

136

Jenis penilaian yang diselenggarakan pada program rintisan SBI meliputi:

ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan

kenaikan kelas.

(Studi.Dok dan Obsrv, Tgl. 5 Juni2010)

e. Pengembangan SDM

Untuk mendukung keterlaksanaan program rintisan SBI di SMAN 1

Baleendah, upaya pengembangan SDM dilakukan secara bertahap dan

berkesinambungan melalui:

1) Pelatihan TIK bagi pendidik dan tenaga kependidikan dilingkungan SMAN 1 Baleendah. Yang meliputi penggunaan TIK dalam pembelajaran, pemanfaatan internet sebagai sumber belajar, dan penggunaan jaringan local area network (LAN) dalam sistem informasi manajemen.

2) Pelatihan Bahasa Inggris bagi pendidik dan tenaga kependidikan dilingkungan SMAN 1 Baleendah, yang diselenggarakan melalui kerjasama dengan pihak Dinas Pendidikan Kabupaten maupun Propinsi dan juga lembaga konsultan pendidikan asing Global Partner.

3) Pelatihan pengembangan pembelajaran dalam bentuk In House Training yang diselenggarakan secara berkala. (Studi.Dok dan Obsrv, Tgl. 5 Juni2010)

f. Sarana prasarana

Dalam rangka perintisan R-SMA-BI, di SMAN 1 Baleendah terus berusaha

melengkapi berbagai sarana dan prasarana penunjang penyelenggaraan SBI secara

bertahap. Sarana :prasarana yang telah tersedia dan secara bertahap terus

dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya adalah:

1) Setiap ruang kelas SBI dilengkapi dengan:

a) 1 unit komputer canggih berfasilitas internet b) Wireless Router untuk layanan hot spot c) 1 unit pesawat televisi 29 inch d) 1 unit VCD/DVD player e) 1 unit LCD projector (permanen) f) 1 unit big screen projector g) Unit-unit kursi lipat bermeja h) Lemari mini library untuk printed maupun electronic references. i) Locker pribadi siswa

Page 156: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

137

Gambar 4.5. Pembelajaran di Lab. IPA

Gambar4.4. Pembelajaran di Lab. Bahasa

j) Dispenser k) Kipas angin

2) Dua unit laboratorium komputer. 3) Ruang multi media. 4) Laboratorium bahasa. 5) Laboratorium IPA (fisika) 6) Laboratorium IPA (biologi dan kimia). 7) Cyber Plasa 8) Perpustakaan. 9) Bahan ajar dalam bahasa Indonesia dan Inggris. 10) Bahan ajar elektronik (CD/Software pembelajaran). 11) Layanan web site melalui situs sekolah.

(Studi.Dok dan Obsrv, Tgl. 5 Juni2010)

Page 157: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

138

2. Tingkat Ketercapaian Program R-SMA- BI di SMA Negeri 1 Baleendah

Berdasarkan hasil penelitian di SMAN1 Baleendah . dengan memakai

instrumen standar evaluasi ketercapaian R-SMA-BI yang dikembangkan oleh

Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat

Pembinaan Sekolah Menengah Atas, yang berbentuk software. Adapun Struktur

temuan penelitian dimulai dari ; standar pengelolaan, standar isi, standar kompetensi

lulusan, standar proses, standar penilaian, standar pendidik dan tenaga kependidikan,

standar sarana prasarana dan standar pembiayaan.

Berdasarkan hasil penelitian evaluasi kinerja program R-SMA-BI SMAN 1

Baleendah diperoleh skor hasil penilaian 744 dari total skor maksimum 1000. Hasil

selengkapnya dapat dilihat dalam tabel rekapitulasi berikut:

Tabel: 4.1 Rekapitulasi skor per komponen evaluasi kinerja R-SMA-BI

No. Komponen Penilaian Nilai Maks Nilai Selisih Perolehan

% Keterangan

1 Pengelolaan 205 172 33 84 Tabel 4.2 2 Kurikulum 85 70 15 82 Tabel 4.3

3 Standar Kompetensi Lulusan (SKL) 140 61 79 44 Tabel 4.4

4 Proses Pembelajaran 150 106 44 71 Tabel 4.5 5 Penilaian 50 41 9 82 Tabel 4.6

6 Pendidik dan Tenaga Kependidikan 175 140 35 80 Tabel 4.7

7 Sarana dan Prasarana 165 130 35 79 Tabel 4.8 8 Pembiayaan 30 24 8 80 Tabel 4.9

Total nilai 1000 744 Rerat: 74,4 %

Sumber: diolah dari program aplikasi software evalauasi R-SMA-BI

Data hasil evaluasi di atas, apabila diakitkan dengan kriteria mutu R-SMA-BI.

Maka SMA Negeri 1 Baleendah sebagai sekolah rintisan yang bertaraf internasional

tingkat ketercapaiannya masih sangat minim. Hal ini bisa dilihat dari scor perolehan

Page 158: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

139

pada masing-masing standar yang belum satupun mendapatkan nilai A4. ( lihat tabel:

4.1 dan gambar: 5.2). Untuk itu penulis akan paparkan penyebab ketidak tercapaian

setiap sub-sub komponen berdasarkan indikator standar ketercapaian R-SMA-BI yang

dikembangkan oleh Depdiknas. Sebagai berikut :

a. Skor Standar Pengelolaaan

Tabel: 4.2 . Skor Hasil Evaluasi Kinerja Pengelolaan

No. Komponen Penilaian Nilai

MaksNilai

%

1 Pengelolaan 205 172 84 1.1 Memenuhi Standar Pengelolaan 125 117 94 1.1.1 Visi - Misi Bercirikan Keunggulan 25 24 96 1.1.2 Visi - Misi Beruraikan Indikator Keunggulan 40 33 83 1.1.3 Tujuan dan Tahapan Mewujudkan Visi-Misi 40 40 100 1.1.4 Memiliki RKJM, RKT, dan Pelaksanaannya 20 20 100 1.2 Mengadopsi dan Mengadaptasi ISO 15 12 80 1.3 Merupakan Sekolah Multi-Kultural 15 11 73 1.4 Menjalin Hubungan “Sister School” . 15 4 27 1.5 Bebas Narkoba dan Rokok 10 10 100 1.6 Bebas kekerasan (bullying) 5 5 100 1.7 Menerapkan Prinsip Kesetaraan Gender 5 5 100 1.8 Berakreditasi A 5 2 40 1.9 Merujuk pada Standar Mutu dari Negara Maju 10 6 60

Sumber: diolah dari program aplikasi software evalauasi R-SMA-BI

Standar pengelolaan sudah hampir mmenuhi standar mutu R-SMA-BI. Akan

tetapi ada dua sub komponen pengelolaan yang memiliki kontribusi cukup signifikan

terhadap belum tercapainya standar R-SMA-BI yaitu (a) menjalin hubungan dengan

sekolah unggul di negara yang tergabung dalam OECD dan atau negara maju lainnya

dalam bentuk sisters school, (b) merujuk pada standar mutu dari Negara maju .

4 Berdasarkan Kriteria Badan Akreditasi Nasional (BAN) nilai A itu = ≥85 .

Page 159: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

140

b. Skor Standar Isi (Kurikulum)

Tabel: 4.3 Skor Hasil Evaluasi Kinerja Kurikulum

No. Komponen Penilaian Nilai Maks Nilai

%

2 Kurikulum 85 70 82 2.1 Menerapkan KTSP 25 19 76 2.2 Memenuhi Standar Isi 60 51 85

Sumber: diolah dari program aplikasi software evalauasi R-SMA-BI

Standar isi/kurikulum tidak ada satupun sub-sub komponponen yang sudah

mencapai nilai A. Hal ini disebabkan oleh penerapan kurikulum tingkat satuan

pendidikan belum dilengkapi dengan rujukan kurikulum Negara maju, dan juga

Sekolah belum memenuhi kandungan isi materi pelajaran memenuhi kriteria standar

internasional

c. Skor Standar Kompetensi Lulusan

Tabel: 4.4 Skor Hasil Evaluasi Kinerja Standar Kompetensi Lulusan

No. Komponen Penilaian Nilai Maks Nilai

% 3 Standar Kompetensi Lulusan 140 61 44 3.1 Memenuhi Standar Kompetensi Lulusan 105 44 42

3.2 Menerapkan Sistem Administrasi Akademik BerbasisTIK 15 10 67

3.3 Memberikan Muatan Mata Pelajaran Setara atau Lebih Tinggi dari Sekolah Unggul Negara OECD 10 0 0

3.4 Menerapkan Standar Kelulusan Lebih Tinggi Daripada Standar Kompetensi Lulusan 10 7 70

Sumber: diolah dari program aplikasi software evalauasi R-SMA-BI

Standar kompetensi lulusan tidak ada satupun susb-sub komponen yang sudah

mencapai nilai A. Hal ini disebabkan oleh :

1) Sekolah belum menunjukan prestasi dalam pengembangan keimanan, tetakwaan

dan akhlak mulia pada tingkat provinsi, nasional dan internasional;

Page 160: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

141

2) Sekolah belum menunjukan prestasi dalam bidang matematika, kimia, fisika,

biologi, bahasa Inggris dan ekonomi ditingkat provinsi, nasional dan

internasional;

3) Sekolah belum menunjukan prestasi dalam bidang olahraga ditingkat nasional

dan internasional;

4) Sekolah belum menunjukan prestasi dalam bidang bahasa Indonesia, astronomi

dan kebumian, karya ilmiah dan prestasi dalam penerapan teknologi ditingkat

kabupaten, provinsi, nasional dan internasional;

5) Sekolah belum menunjukan prestasi dibidang karya kreatif dan inovatif yang

dipamerkan ditingkat kabupaten, provinsi, nasional dan internasional;

6) Sekolah belum menghasilkan lulusan yang mampu berkolaborasi pada taraf

internasional;.

7) Sekolah belum menunjukan lulusan yang setara dengan sekolah unggul;

8) Presentase lulusan yang diterima di perguruan tinggi negeri masih rendah;

9) Sekolah belum mengaflikasikan sistem pengelolaan berbasis TIK dalam

administrasi akademik;

10) Sekolah belum menyatarakan materi sekolah unggul di sekolah salah satu Negara

OECD atau Negara maju lainnya pada bidang MIPA, sosial, Bahasa Inggris dan

TIK;

11) Sekolah belum mengadopsi sistem evaluasi belajar yang relevan dari sekolah

unggul Negara maju;

12) Sekolah belum menunjukan prestasi pada ujian nasioanal dengan nilai rata-rata

diatas standar nasional.

Page 161: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

142

d. Skor Standar Proses

Tabel: 4.5 Skor Hasil Evaluasi Kinerja Standar Proses Pembelajaran

No. Komponen Penilaian Nilai Maks Nilai

% 4 Proses Pembelajaran 150 106 71

4.1 Memenuhi Standar Proses 90 75 83

4.2

Menjadi teladan bagi sekolah pada pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul, jiwa kepemimpinan, jiwa entrepreneurship, patriotis, dan innovator

20 15 70

4.3 Menerapkan Model Sekolah Unggul dari Negara Anggota OECD dan/atau Negara Maju Lainnya 15 6 40

4.4 Menerapkan Pembelajaran Berbasis TIK pada Semua Mata Pelajaran 15 `10 67

4.5 Menggunakan bahasa Inggris dalam Pembelajaran , kecuali bahasa asing, menggunakan bahasa Indonesia.

10 0 0

Sumber: diolah dari program aplikasi software evalauasi R-SMA-BI

Standar proses tidak ada satu pun sub-sub komponen yang sudah mencapai

nilai A . hal disebabkan oleh :

1) Sekolah belum menerapakan pengelolaan sistem moving class

2) Sekolah belum menerapkan layanan konsultasi mata pelajaran

3) Sekolah belum mempublikasikan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang

bisa dibaca oleh sluruh siswa melalui Web.

4) Guru belum bisa menghasilkan tulisan dalam bahasa Inggris

5) Sekolah belum melaksanakan kegiatan belajar mandiri tidak terstruktur, dengan

programnya yang disahkan dalam rapat dewan pendidik .

6) Sekolah belum memiliki standar prosuder operasional tentang kegiatan mandiri

tidak terstruktur

7) Guru belum melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK)

8) Sekolah belum melaksanakan penjaminan mutu proses pembelajaran

Page 162: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

143

9) Guru tidak menerima gratifikasi

10) Sekolah belum memiliki komisi disiplin guru

11) Sekolah belum memiliki komisi disiplin siswa

12) Sekolah belum memaksimalkan koperasi siswa

13) Sekolah belum memiliki kegiatan usaha produksi

14) Sekolah belum mengembangkan kerjasama dengan sekolah unggul tingkat

nasional melalui kegiatan pertukaran siswa, pertukaran guru, peningkatan mutu

profesi dan pengemabngan kurikulum

15) Sekolah belum mengembangkan kerjasama dengan sekolah unggul dari Negara

OECD atau Negara maju lainnya

16) Sekolah belum menerapkan pembelajaran berbasis TIK pada semua mata

pelajaran.

17) Siswa belum optimal menggunakan sumber belajar berbahasa Inggris dalam

pembelajaran

18) Guru belum melaksanakan pembelajaran berbahasa Inggris secara optimal

e. Skor Standar Penilaian

Tabel: 4.6 Skor Hasil Evaluasi Kinerja Standar Penilaian

No. Komponen Penilaian Nilai Maks Nilai

% 5 Penilaian 50 41 82 5.1 Memenuhi Standar Penilaian 30 30 100

5.2 Menggunakan Model Penilaian Sekolah Unggul dari Negara Maju yang Mempunyai Keunggulan Tertentu dalam Bidang Pendidikan

20 11 55

Sumber: diolah dari program aplikasi software evalauasi R-SMA-BI

Standar penilaian sub komponen yang sudah mencapai nilai A adalah

memenuhi standar penilaian dengan sempurna 100%. . Sedangkan sub-sub komponen

Page 163: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

144

yang belum mencapai nilai A adalah, menggunakan model penilaian sekolah unggul

dari negara maju yang unggul dalam bidang pendidikan. Hal ini disebabkan oleh:

1) Sekolah belum mengembangkan instrumen penilaian sesuai dengan kebutuhan

siswa masuk perguruan tinggi

2) Sekolah belum melakukan kerjasama dalam meningkatkan standar penilaian

belajar yang setara dengan sekolah unggul/ lembaga dari Negara OECD

3) Sekolah belum memanfaatkan tenaga ahli dalam penjaminan mutu untuk

meningkatkan standar penilaian belajar yang setara dengan sekolah unggul

bertaraf internasional

f. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Tabel: 4.7 Skor Hasil Evaluasi Kinerja Tenaga Pendidik dan Kependidikan

No. Komponen Penilaian Nilai Maks Nilai

% 6 Pendidik dan Tenaga Kependidikan 175 140 80 6.1 Memenuhi Standar Kompetensi Tenaga Pendidik 25 17 68 6.2 Memfasilitasi Pembelajaran Berbasis TIK 10 10 100

6.3 Mengampu Pembelajaran Berbahasa Inggris Untuk Mata Pelajaran Kelompok Sains dan Matematika

10 9 90

6.4 Minimal 30% Guru Berpendidikan S2/S3 dari Perguruan Tinggi yang Program Studinya Berakreditasi A

15 12 80

6.5 Memenuhi Standar Tenaga Kependidikan 45 37 82

6.6

Kepala Sekolah Berpendidikan Minimal S2 dari Perguruan Tinggi yang Program Studinya Berakreditasi A dan Telah Menempuh Pelatihan Kepala Sekolah dari Lembaga Pelatihan Kepala Sekolah yang Diakui Oleh Pemerintah

5 3 60

6.7 Kepala Sekolah Mampu Berbahasa Inggris Secara Aktif 10 7 70

6.8

Kepala Sekolah Bervisi Internasional, Mampu Membangun Jejaring Internasional, Memiliki Kompetensi Manajerial, Serta Jiwa Kepemimpinan dan Entrepreneurship yang Kuat

55 45 82

Sumber: diolah dari program aplikasi software evalauasi R-SMA-BI

Page 164: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

145

Standar pendidik dan tenaga kependidikan ada sub-sub komponen yang sudah

mencapai nilai A yaitu, guru sudah memfasilitasi pembelajaran dengan berbasis TIK.

Sedangkan yang sub-sub yang lainnya belum memenuhi standar tenaga

pendidik. adalah :

1) Belum memenuhi Standar Kompetensi Tenaga Pendidik. Hal ini disebabkan:

a) Guru belum melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) terprogram

b) Prosentase guru yang telah melakukan model perbaikan mengajar melalui

studi program R-SMA-BI masih sangat rendah

2) Belum mencapai 30% Guru Berpendidikan S2/S3 dari Perguruan Tinggi yang

Program Studinya Berakreditasi A. Hal ini disebabkan oleh :

a) Prosentase guru yang memiliki ijazah pasca sarjana dari program studi yang

berakreditasi A. masih sangat rendah

b) Belum seluruh guru mengikuti diklat pendalaman materi dalam 2 tahun

terakhir.

3) Belum memenuhi Standar Tenaga Kependidikan. Hal ini disebabkan oleh :

a) Prosentase tenaga kependidikan yang berlatar belakang pendidikan masih

sangat rendah.

b) Jumlah tata usaha yang memahami bahasa Inggris sangat rendah, (2 orang).

c) Sekolah belum memiliki tenaga administrasi yang mampu menggunakan

perangkat TIK. Paket aplikasi sekolah (PAS).

d) Sekolah belum memiliki tenaga administrasi yang mampu menggunakan

perangkat TIK. Flash

e) Sekolah belum memiliki tenaga administrasi yang mampu menggunakan

pengelolaan Web

Page 165: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

146

4) Kepala Sekolah Berpendidikan Minimal S2/S3 dari Perguruan Tinggi yang

Program Studinya Berakreditasi A dan Telah Menempuh Pelatihan Kepala

Sekolah dari Lembaga Pelatihan Kepala Sekolah yang Diakui Oleh Pemerintah.

Sub komponen ini belum mencapai nilai A sebab pendidikan kepala

sekolah belum S.3.

5) Kepala Sekolah Mampu Berbahasa Inggris Secara Aktif

Sub komponen ini belum mencapai nilai A. sebab kemampuan berbahasa

Inggris melalui tes TOEFL baru mencapai nilai 451-475. Dan kemampuan surat

menyurat dalam bahasa Inggris belum maksimal.

6) Kepala Sekolah Bervisi Internasional, Mampu Membangun Jejaring Internasional,

Memiliki Kompetensi Manajerial, Serta Jiwa Kepemimpinan dan

Entrepreneurship yang Kuat.

Sub komponen ini belum mencapai nilai disebabkan oleh :

a) Prosentase kontribusi dari produk kewirausahaan pada RAPBS pertahun hanya

2%.

b) Sekolah baru 50% dari kebutuhan dalam membiayai guru melanjutkan

pendidikan.

c) Sekolah belum memfasiltasi guru dalam sarana dan prasarana SIM

administrasi pembelajaran

d) Sekolah belum mempublikasikan karya tulis atau hasil penelitian guru

Page 166: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

147

g. Skor Standar Sarana Prasarana

Tabel: 4.8 Skor Hasil Evaluasi Kinerja Standar Sarana Prasarana

No. Komponen Penilaian Nilai Maks Nilai

% 7 Sarana dan Prasarana 165 130 79 7.1 Memenuhi Standar Sarana dan Prasarana 140 111 79

7.2 Setiap Ruang Kelas Dilengkapi dengan Sarana Pembelajaran Berbasis TIK 10 9 90

7.3 Perpustakaan Dilengkapi dengan Sarana Digital yang Memberikan Akses ke Sumber Pembelajaran Berbasis TIK Di Seluruh Dunia

5 1 20

7.4 Dilengkapi dengan Ruang Multimedia, Ruang Unjuk Seni Budaya, Fasilitas Olahraga, Klinik, dan Lain Sebagainya

10 9 90

Sumber: diolah dari program aplikasi software evalauasi R-SMA-BI

Standar sarana prasarana yang sudah memenuhi standar nilai A adalah

Setiap Ruang Kelas Dilengkapi dengan Sarana Pembelajaran Berbasis TIK,

Sedangkan sub-sub komponen yang belum mencapai nilai A adalah :

1) Memenuhi Standar Sarana dan Prasarana Hal ini disebabkan oleh:

a) Luas tanah hanya 1000 m² – 14999 m²

b) Luas bangunan 6381m² – 7089m²

c) Belum dilengkapi hydran

d) Belum dilengkapi pintu darurat

e) Luas ruang kelas 71m² – 75m²

f) Jumlah layanan perpustakaan 8-9 jam

g) Lab fisika tidak dilengkapi bak cuci, kran air dan bahan percobaan

h) Lab bahasa tidak dilengkapi LCD Proyektor

i) Lab computer tidak dilengkapi scener dan printer

j) Ruang kepala sekolah tidak dilengkapi meja pertemuan dan CCTV

k) Ruang guru tidak dilengkapi meja pertemuan dan CCTV

Page 167: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

148

l) Ruang tatausaha tidak dilengkapi meja pertemuan dan CCTV

m) Ruang konseling tidak dilengkapi meja pertemuan dan CCTV

n) Ruang usaha kesehatan sekolah tidak dilengkapi lemari dokumen, wastafel,

papan statisti dan alat komunikasi

o) Ruang OSIS tidak dilengkapi dengan CCTV

p) Ruang serba guna tidak dilengkapi dengan kedap suara dan CCTV

q) Tempat olahraga siswa berdekatan dengan kelas / ruang belajar

r) Ruang kesenian tidak dilengkapi dengan kedap suara

s) Sekolah hanya memiliki daya listrik 10.000-30.000 waat jam

t) WC siswa tidak sesuai dengan jumlah rombel

2) Perpustakaan Dilengkapi dengan Sarana Digital yang Memberikan Akses ke

Sumber Pembelajaran Berbasis TIK Di Seluruh Dunia. Hal ini disebabkan oleh :

a) Belum dilengkapi dengan katalog digital

b) Belum dilengkapi layanan online database

c) Belum memiliki koleksi kepustakaan digital dalam bentuk jurnal, e-book

d) Siswa belum dapat memanfaatkan bahan pustaka dari luar ruangan

perpustakaan sekolah.

h. Skor Standar Pembiayaan

Tabel: 4.9 Skor Hasil Evaluasi Kinerja Standar Pembiayaan

No. Komponen Penilaian Nilai Maks Nilai

% 8 Pembiayaan 30 24 80 8.1 Memenuhi Standar Pembiayaan 10 9 90

8.2 Menerapkan Model Pembiayaan yang Efisien Untuk Mencapai Berbagai Target Indikator Kunci Tambahan

20 15 75

Sumber: diolah dari program aplikasi software evalauasi R-SMA-BI

Page 168: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

149

Standar pembiayaan yang belum mencapai nilai A adalah dalam

menerapkan model pembiayaan yang efisien untuk mencapai beragai target

indikator kunci tambahan. Hal ini disaebabkan oleh :

1) Sekolah belum menerapkan model system layanan online

2) Belum ada layanan bank di sekolah

3) Belum menerapkan layanan pembayaran berbasis computer

4) Sekolah baru mengalokasikan dana bantuan beasiswa sebesar 10 – 12%

3. Hamabatan-hambatan yang dihadapi dalam penyelenggaraan R SMA BI

Berdasarkan hasil evaluasi tentang ketercapaian R SMA BI selama

pengembangan tiga tahun yang dumulai dari tahun ajaran 2007-2008 dan dari 200

indikator operasional evaluasi kinerja , diketahui bahwa penyelenggaraan program R-

SMA-BI di SMAN 1 Baleendah mendapatkan skor nilai 744 dari total skor maksimum

1000. Berarti ada selisih 256 yang belum tercapai, hal ini bisa diinterpretasikan bahwa

ada hambatan dalam penyelenggaraan R SMA BI di SMAN 1 Baleendah .

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi, wawancara

penulis lakukan dengan kepala sekolah wakasek penjaminan mutu yang sekaligus

sebagai pengelola. Adalah sebagai berikut”5 :

Hambatan sudah jelas ada dan kami hadapi sesuai kemampuan SDM yang ada disekolah, dan hambatan itu merata di setiap aspek delapan komponen Standar nasional pendidikan itu ada, walaupun sekolah kami sudah SSN, tapi karena harus disesuaikan dengan standar R-SMA-BI. maka hambatan-hambatan jelas kelihatan secara kasat mata anatara lain dari sarana, kemampuan berbahasa inggris. (Ww.Kepsek, tanggal 5 April, 2010)

5 Ww.Kesek, Mmengenai hambatan penyelengaraan R-SMA-BI, pada tanggal, 5 April, 2010.

Page 169: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

150

Lebih lanjut kepala sekolah menjelaskan6 : Yang paling nampak hambatan-hambatan itu, disamping pada aspek biaya, juga pada sumber daya manusia sekolah pendidik dan tenaga kependidikan yang dituntut untuk memiliki kompetensi tambahan, seperti, penggunaan bahasa bahasa inggris pada saat mengajar, kemampuan information comunication technologi (TIK) dalam pembelajaran dan lemahnya sumber daya manusia untuk hubungan luar negeri,

(Ww.Kepsek, tanggal 5 April, 2010)

Selanjutnya untuk menggali data ini dengan data yang lebih rinci penulis

melakukan wawancara dengan wakasek penjaminan mutu, hasil wawancara anatara

lain sebagai berikut7 :

Aspek-aspek yang masih minim tingkat ketercapaiannya adalah sebagai berikut: yang paling menonjol adalah, pada aspek standar pengelolaan dan aspek sumber daya manusia sekolah untuk mengimplementasikan standar-standar internasional, seperti melakukan hubungan dengan sekolah unggul dari Negara OECD atau Negara maju lainnya, terus mengadakan kerja sama dengan sekolah itu untuk melakukan MoU menjadi sister school dan merujuk pada sekolah unggul dari Negara maju bidang pendidikan, baik standar pembelajarannya, standar penilaiannya ataupun standar yang lainnya. (Ww.Wakasek.PM, tanggal 5 April, 2010)

Dari hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi, maka diperoleh data

bahwa hambatan-hambatan dalam penyelenggaraan R-SMA-BI di SMA Baleendah

ringkasannya adalah sebagai berikut:”8

Pada standar pengelolaan masih banyak hambatan yang dihadapi hal ini terbukti

dengan banyaknya yang belum tercapai kegiatan antara lain dalam merealisasikan :

a. Menjalin hubungan dengan dengan sekolah bertaraf internasional di luar negeri

atau mengembangkan sister school

6 Hasil wawancara dengan kepala sekolah, mengenai hambatan penyelengaraan R-SMA-BI, pada tanggal, 5 April, 2010

7 Hasil wawancara dengan wakasek bidang penjamin mutu , mengenai hambatan penyelengaraan R-SMA-BI, pada tanggal, 5 April, 2010

8 Hasil wawancara, studi dokumentasi dan observasi, tanggal, 5 april, 2010

Page 170: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

151

b. Merujuk pada standar mutu dari salah satu negara maju

c. Minimal 30% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program

studinya berakreditasi A

d. Sekolah belum mendapatkan akreditasi dari sekolah unggul /lembaga pendidikan

dari negara OECD

e. Sekolah belum tersertifikasi dari sekolah unggul atau lembaga pendidikan tingkat

internasional. (Lihat Lmp. 7 dan 8)

(Ww.Wakasek. PM, Wakasek Hum dan Obsrv, Tgl. 5 April 2010)

Pada standar proses hambatan yang dihadapi adalah pada proses pembelajaran

dalam memperkaya dengan model proses pembelajaran sekolah unggul dari negara

anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu

dalam bidang pendidikan. (Lihat Lmp. 7 dan 8 )

(Studi.Dok. tanggal 5 April 2010)

Pada standar penilaian, hambatan yang dihadapi dalam merealisasikan sistem

penilaian atau memperkaya model proses penilaian yang mengacu pada penilaian

sekolah unggul dari negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang

mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan. (Lihat Lmp 7 dan 8)

(Ww.Wakasek PM, Wakasek kur dan Obsrv, Tgl. 5 April 2010)

Pada bidang standar pendidik adalah penggunaan lesson study. Dalam

pembelajaran untuk mencari solusi dari kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran .

Dalam hal ini Guru di SMA Negeri 1 Baleendah mengalami kesulitan dalam

menerapkan model pembelajaran lesson studi. Disamping itu guru masih mengalami

kesulitan dalam penggunaan bahasa inggris secara maksimal dalam pembelajaran di

dalam kelas. (Lihat Lmp. 7 dan 8)

(Ww. Ka Tas, Wakasek Kur. dan Obsrv, Tgl. 5 April 2010)

Page 171: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

152

Pada standar sarana prasarana hambatan yang paling menonjol adalah

meralisasikan perpustakaan.yang memenuhi standar R-SMA-BI. Dalam hal ini Dirjen

Mandikdasmen Direktorat Pembinaan SMA menstandarkan perpustakaan harus

dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran

berbasis TIK di seluruh dunia. Dalam hal ini SMA Negeri 1 Baleendah belum

dilengkapi dengan perpustakaan (digital Library) (Lihat Lmp. 7 dan 8).

(Ww. Wakasek Sar dan Obsrv, Tgl. 5 April 2010)

Hambatan yang dihadapi adalah memenuhi dana pengembangan R SMA BI

secara maksimal. Di luar bantuan pemerintah pusat dan daerah . Dalam hal ini komite

sekolah belum bisa menggali sumber keuangan selain dari orang tua siswa. Misalnya

dunia usaha donatur, alumni yang sudah berhasil dan sumber-sumber lainnya.

Disamping itu masalah yang dihadapi dalam pengadministrasian keuangan belum

menerapkan manajemen keuangan yang efektis dan efisien .(Lihat Lmp. 7 dan 8 )

(Ww. Bendahara dan Obsrv, Tgl. 5 April 2010)

4. Strategi untuk mempercepat pencapaian R-SMA-BI di SMA Negeri 1 Baleendah

Untuk mendapatkan data tersebut di atas, maka penulis melakukan wawancara,

dan studi dokumentasi. Wawancara penuulis lakukan dengan kepala sekolah dan

wakasek penjamin mutu . sedangkan studi dokumentasi penulis menelusuri dokumen

yang berkaitan dengan strategi percepatan menyelenggarakan R-SMA-BI.

Adapun hasil wawancara dengan kepala sekolah adalah sebagai berikut :

Page 172: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

153

Dalam mempercepat ketercapaian standar R-SMA-BI maka kami melakukan berbagai hal antara lain: a) Melakukan sosialisasi tentang R-SMA-BI kepada seluruh stkeholders sekolah terutama kepada guru, karyawan, siswa, komite sekolah dan orang tua siswa bahwa SMA Negeri 1 Baleendah telah ditunjuk untuk menjadi sekolah rintisan bertaraf internasional.2) Seluruh aktivitas pendidikan berporos pada visi dan misi, 3) Meningkatkan efektivitas pengelolaan/manajemen pembelajaran, melalui jangkah menengah dan tahunan. (Ww. Kepsek, Tgl 8 Juli 2010)

Sedangkan wawancara dengan Wakasek penjamin mutu adalah sebagai berikut:

Untuk mempercepat ketercapaian standar R-SMA-BI kami melakukan :1) Peningkatan manajemen mutu pengelolaan sekolah dengan cara, penysunan referensi peningkatan mutu pengelolaan, peningkatan standar mutu perencanaan, peningkatan standar mutu proses, peningkatan standar mutu supervisi, evaluasi dan perbaikan mutu pengelolaan. 2) Meningkatkan manajemen mutu pembelajaran, melalui. Peningkatan standar sumber belajar untuk pendidik dan siswa, peningkatan standar mutu perencanaan, standar mutu pelaksanaan pembelajaran, peningkatan standar mutu evaluasi pembelajaran, dan meningkatkan kesiapan sekolah dalam menggunakan sistem kredit semester pada pelaklsanaan KTSP. (Ww.Wakasek./tgl 8 juli, 2010)

Dari hasil wawancara dari kedua sumber tersebut nampak bahwa usaha sekolah

dalam mengoptimalkan untuk mempercepat ketercapaian standar R-SMA-BI

mengarah pada peningkatan manajemen atau pengelolaan dan peningkatan mutu

pembelajaran.

Sedangkan hasil dari studi dokumentasi, penulis mendapatkan dokumen yang

berkaitan dengan strategi penyelenggaraan R-SMA-BI adalah sebagai berikut:

a. Optimalisasi kinerja pendidik yang memenuhi Standar Pendidik, mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK, serta mengampu pembelajaran sains dengan pengantar Bahasa Inggris dan atau bilingual.

b. Pelaksanaan kinerja kepemimpinan sekolah secara profesional sebagai pemimpin manajerial-administratif dan pemimpin manajerial-edukatif serta memenuhi Standar Kepala Sekolah.

c. Penyelenggaraan Proses Belajar Mengajar yang didukung sarana dan prasarana yang memenuhi Standar Sarana Prasarana.

d. Penerapan manajemen berbasis sekolah yang memenuhi Standar Pengelolaan.

Page 173: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

154

e. Penyelenggaraan pembiayaan pendidikan yang sekurang-kurangnya terdiri atas biaya investasi, biaya operasional, dan biaya personal. yang memenuhi Standar Pembiayaan.

f. Pencapaian perolehan sertifikat akreditasi “predikat A” dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-SM) serta hasil akreditasi baik dari salah satu negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya.

g. Pelaksanaan kurikulum secara tuntas melalui penerapkan KTSP, pemenuhan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan melalui pelaksanaan sistem administrasi akademik berbasis TIK dan pemberian muatan mata pelajaran setara negara anggota OECD atau negara maju lainnya.

h. Pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif dan efisien yang memenuhi Standar Proses.

i. Pelaksanaan penilaian kinerja pendidikan yang memenuhi Standar Penilaian (Studi dokumentasi, tgl 5 April, 2010)

Di bawah ini akan penulis paparkan dalam bentuk tabel mengenai kegiatan

yang belum terlaksana atau dalam proses perencanaan dan yang menjadi

penghambatnya. Sebagai berikut :

Page 174: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

155

Tabel: 4.10 Faktor-faktor Penghambat Kegiatan yang Belum Terlaksana

N0 Kegiatan Hambatan

1 Menjalin hubungan dengan dengan sekolah bertaraf internasional di luar negeri atau mengembangkan sister school

Kemampuan SDM dibidang human relation terutama ke luar negeri masih sangat minimal

2 Merujuk pada standar mutu dari salah satu negara maju

Belum terjalin hubungan secara formal dengan sekolah salah satu negara maju (sister school)

3 Minimal 30% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya berakreditasi A

Keterbatasan dana pendidik untuk melanjutkan masih sangat terbatas dan keterbatasan dana sekolah untuk memberi beasiswa masih sangat minim

4 Sekolah belum mendapatkan akreditasi dari sekolah unggul /lembaga pendidikan dari negara OECD

Kemampuan SDM sekolah dan team khusus untuk mengurus program itu belum ada .

5 Penilaian belum diperkaya dengan standar penilaian sekolah unggul dari negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya

Keterbatasan sumber daya manusia (SDM) yang masih kurang untuk mengoptimalkan program tersebut

6 Guru belum terbiasa menerapkan model lesson studi dan penggunaan bahasa inggris belum maksimal digunakan di dalam kelas.

Kemampuan SDM guru belum di maksimal

7 Perpustakaan belum dilengkapi dengan sarana digital library yang memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia.

Fasilitas masih belum memadai dan budaya baca teks bahasa inggris di guru dan siswa belum tinggi

Page 175: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

156

B. Temuan Penelitian .

1. Perubahan yang penting dilakukan dalam upaya mencapai R-SMA-BI

a. Perubahan Visi-Misi yang bercirikan keunggulan sebagaimana yang distandarkan

oleh Depdiknas, Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.

b. Pengembangan kurikulum yang diarahkan pada penguatan, pengayaan,

pengembangan, perluasan dan pendalaman pada peningkatan mutu pendidikan

bertaraf internasional pada negara-negara OECD dan negara-negara maju lainnya

yang memiliki keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan .

c. Pengembangan penilaian dengan berbasis kompetensi dengan memanfaatkan

instrumen penilaian baik pada ranah, kognitif, afektif dan psikomotor

d. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) diarahkan pada peningkatan

kompetensi guru pada bidang TIK, bahasa Inggris dan pembelajaran.

e. Pengembangan sarana prasarana kelas yang berbasis TIK dan peningkatan dan

penambahan laboratorium

2. Ketercapaian R-SMA-BI

f. Ketercapaiam standar pengelolaan baru mencapai 84 %

g. Ketercapaian standar isi baru mencapai 82 %

h. Ketercapaian standar kompetensi lulusan (SKL) baru mencapai 44%

i. Ketercapaian standar proses baru mencapai 71%

j. Ketercapaian standar penilaian baru mencapai 82%

k. Ketercapaian standar tenaga pendidik dan kependidikan baru mencapai 80%

l. Ketercapaian sarana dan prasarana baru mencapai 79%

m. Ketercapaian pembiayaan baru mencapai 80%

Page 176: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

157

Dengan demikian; ketercapaian standar rintisan sekolah bertaraf internasional

(R-SMA-BI) di SMA Negeri 1 Baleendah mencapai 74,4%.

3. Faktor-Faktor yang Menjadi Penghambat dalam Penyelenggaraan R-SMA-BI

a. Sumber daya manusia (SDM) sekolah yang masih rendah untuk penyelenggaraan

rintisan sekolah yang bertaraf internasional (R-SMA-BI)

b. Fasilitas pembelajaran masih belum memadai untuk layanan pembelajaran rinstisan

sekolah yang bertaraf internasional (R-SMA-BI)

4. Strategi Untuk Mempercepat Pencapaian SBI

f. Seluruh aktivitas pendidikan di sekolah beporors pada visi-misi

g. Peningkatan manajemen mutu pengelolaan sekolah

h. Peningkatan manajemen mutu pembelajaran

Page 177: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

158

BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 pada pasal

50 menyatakan bahwa Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan

sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk

dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional.

Merujuk pada UNESCO (2002) menyatakan bahwa secara universal mutu

pendidikan mencakup 5 komponen kunci yaitu, (1) apa yang siswa peroleh (2)

lingkungan pendidikan (3) isi (4) proses (5) outcome.

Idealnya dalam mengembangkan sekolah bertaraf internasional mampu

menjawab tantangan untuk menghasilkan produk bermutu sehingga jelas perbedaan

antara lulusan SBI dan bukan SBI.

Oleh sebab itu supaya para pengelola pendidikan dalam pengembangan sekolah

bertaraf internasional lebih terarah. perlu merumuskan aspek-aspek berikut ini.

1. Profil lulusan yang diharapkannya disertai dengan indikator dan kriteria mutu.

2. Profil kompetensi pengetahuan dan keterampilan yang akan diberikan kepada siswa.

3. Profil manusia pada strata sosial yang hendak sekolah wujudkan.

4. Kompetensi guru yang dibutuhkan sekolah.

5. Proses pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan pengembangan.

6. Model latihan atau penilaian yang dapat menantang siswa agar mencapai seperti

yang sekolah harapkan.

7. Profil lingkungan yang mendukung terselenggaranya pembelajaran

Page 178: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

159

A. Perubahan yang Penting Dilakukan dalam Upaya Menuju R-SMA-BI

SMA Negeri 1 Baleendah dalam kondisinya saat ini sedang menuju R-SMA-BI

melakukan perubahan-perubahan penting yang meliputi : a) perubahan visi-Misi sekolah

b) pengembangan kurikulum c) proses pembelajaran, d) penilaian, e) pengembangan

sumber daya manusia (SDM), f) sarana prasarana, Sebagaimana yang penulis tunjukan

pada gambar di bawah ini, tampak bahwa perubahan-perubahan yang penting dilakukan

dalam upaya menuju R-SMA-BI yaitu :

Gambar : 5.1 Perubahan-perubahan yang Penting Dilakukan dalam Upaya Menuju R-SMA-BI

Pengembangan Kurikulum Perubahan Visi‐Misi

Pengembangan Penilaian R-SMA-BI

Pengembangan Proses Pembelajaran

Pengembangan SDM Pengembangan Sarana Prasarana

SMA N1 BALEENDA

H

Page 179: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

160

Enam perubahan yang penting dilakukan sekolah dalam upaya mengembangkan

sekolah menuju rintisan sekolah bertaraf internasional (R-SMA-BI) akan penulis

paparkan sebagai berikut :

1. Perubahan visi-Misi sekolah

Perumusan visi-misi sekolah hendaklah tidak terlepas dari visi-misi pendidikan

nasional, merujuk Sugeng1” Visi harus dikembangkan dengan memperhatikan kebutuhan

dan harapan stakeholders potensial dan kegiatan utama lembaga. artinya visi-misi

pendidikan nasional harus dijadikan pedoman untuk penyusunan visi-misi suatu sekolah .

Adapun visi-misi pendidikan nasional adalah

Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Sedangkan misi pendidikan nasional antara lain:

a. Meningkatkan mutu pendidikan sehingga memiliki daya saing di tingkat nasional, regional, dan internasional;

b. Meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan tantangan global;

c. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar;

d. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar yang bersifat nasional dan global

Mengacu pada visi pendidikan nasional dan visi Depdiknas, visi SMA rintisan

sekolah bertaraf internasional perlu dirancang agar mencirikan wawasan kebangsaan,

memberdayakan seluruh potensi kecerdasan dan meningkatkan daya saing global.

Visi tersebut memiliki implikasi bahwa penyiapan manusia bertaraf internasional

memerlukan upaya-upaya yang dilakukan secara intensif, terarah, terencana, dan

11 Sugeng Listyo Praboowo, Manajemen Pengembangan Mutu Sekolah/Madrasah, Uin pres, 2008,

hlm.173

Page 180: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

161

sistematik agar dapat mewujudkan bangsa yang maju, sejahtera, damai, dihormati, dan

diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain

Selanjutnya visi perlu dijabarkan ke dalam misi SMA bertaraf internasional.

misalnya misi yang menjabarkan visi tersebut di atas misalnya berbunyi ”Berdasarkan

visi tersebut di atas maka sekolah memiliki komitmen untuk (1) menjaga keutuhan

NKRI, (2) membekali dan membina siswa dalam hal budi pekerti luhur dan terpuji sesuai

dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, (3) memberdayakan potensi kecerdasan siswa

baik dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS) maupun iman dan taqwa

(IMTAQ) serta kecerdasan sosial-emosional, (4) meningkatkan kemampuan daya saing

secara internasional.

Misi yang telah dijabarkan tersebut akan dijadikan dasar rujukan dalam

menyusun dan mengembangkan rencana program kegiatan yang memiliki indikator2

SMART, yaitu spesifik (Specific), dapat diukur (Measurable), dapat dicapai

(Achievable), realistik (Realistic), dan memiliki kurun waktu jangkauan yang jelas (Time

Bound). Misi ini direalisasikan melalui kebijakan, rencana, program, dan kegiatan SMA

bertaraf internasional yang disusun secara cermat, tepat dan futuristik.

Penyelenggaraan SMA bertaraf internasional bertujuan untuk menghasilkan

lulusan yang berstandar nasional dan internasional sekaligus. lulusan yang berstandar

nasional secara jelas telah dirumuskan dalam UU Nomor 20/2003 dan dijabarkan dalam

PP Nomor 19/2005, dan lebih dirincikan lagi dalam Permendiknas no. 23/2006 tentang

Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

Adapun Visi SMA Negeri 1 Baleendah adalah setelah dilakukan revisi dari visi-

misi yng yang sebelumnya adalah sebagai berikut:

2 Departemen Pendidikan Nasional Panduan penyelenggaraan, hlm. 13

Page 181: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

162

Terwujudnya sekolah bertarap Internasional, unggul dalam prestasi dan berbudaya untuk menghasilkan lulusan yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dengan berlandaskan nilai-nilai religius, dan berwawasan lingkungan.

Dalam visi SMA Negeri 1 Baleendah terdapat 2 ( dua ) buah kata kunci yakni;

Sekolah Yang Unggul dan Sekolah Yang Berbudaya. Penjelasan kata kunci tersebut

diuraikan sebagai berikut:

a. Sekolah Yang Unggul

Yang dimaksud dengan sekolah yang unggul adalah:

1) Sekolah yang mampu memberikan layanan optimal kepada seluruh anak dengan

berbagai perbedaan bakat, minat kebutuhan belajar;

2) Mampu meningkatkan secara signifikan kapabilitas yang dimiliki anak didik

menjadi aktualisasi diri yang memberikan kebanggaan;

3) Mampu membangun karakter kepribadian yang kuat, kokoh dan mantap dalam

diri siswa.

Adapun ciri sekolah yang unggul adalah:

1) Mampu memberikan layanan pendidikan yg efektif, mampu mengoptimalkan dan

menumbuhkembangkan bakat, minat dan potensi siswa;

2) Mampu membangun karakteristik kepribadian yang kokoh;

3) Mampu menjadi tempat penyemaian nilai-nilai baru bagi berkembangnya

masyarakat masa depan ;

b. Sekolah Yang Berbudaya

Unsur penting budaya sekolah, sebagai berikut:

1) Seperangkat norma di sekolah yang menekankan nilai upaya dan prestasi

akademik;

Page 182: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

163

2) Terlaksannya seperangkat harapan yang menekankan kepada pentingnya anggota

staf yang bersemangat meraih keunggulan dan murid yang menampilkan

potensinya;

3) Sistem aktifitas simbolik dan sangsi yang mendorong dan upaya penghargaan,

perbaikan, dan pelaksanaan pada saat ketidakteraturan.

Mengingat pentingnya kontribusi budaya sekolah terhadap peningkatan kinerja

sekolah, maka pengembangan budaya sekolah dapat diarahkan kepada prinsip-prinsip

berikut:

a) Adanya penekanan terhadap upaya dan prestasi akademik;

b) Adanya keyakinan bahwa semua murid dapat berprestasi;

c) Pengembangan dan inovasi guru secara terus-menerus;

d) Penciptaan lingkungan belajar yang nyaman dan aman.

Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, SMA Negeri 1 Baleendah

mengembangkan misi sebagai berikut:

1) Peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran;

2) Peningkatan pembinaan kesiswaan dan kegiatan ektrakurikuler;

3) Meningkatkan pelayanan kepada seluruh pengguna jasa;

4) Mengoptimalkan pemanfaatan sarana prasarana sekolah;

5) Peningkatan pengamalan nilai-nilai Agama Islam dalam kehidupan di sekolah;

6) Menumbuhkan kesadaran kehidupan demokrasi;

7) Peningkatan hubungan dengan masyarakat melalui konsep mangement berbasis

sekolah (MBS).

Strategi yang digunakan dalam mewujudkan misi tersebut di atas adalah

sebagai berikut:

Page 183: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

164

a.. Penataan Kelembagaan

1) Mewujudkan keteladanan dan kejujuran kepemimpinan;

2) Meningkatkan pembinaan seluruh personal sekolah dalam menegakan disiplin

yang dilandasi keikhlasan dan penuh tanggung jawab;.

3) Pembinaan dan pemberdayaan personal sekolah untuk meningkatkan

profesionalisme kerja;

4) Optimalisasi penggunaan sumber daya pendidikan secara jujur dan transparan

sesuai dengan aturan;

5) Menumbuhkan partisipasi aktif dalam menjabarkan program sekolah;

6) Meningkatkan kesejahteraan dan penghargaan kepada guru, karyawan dan siswa

berprestasi;

7) Miningkatkan fungsi kehumasan untuk membangun citra sekolah sebagai pusat

pendidikan dan kebudayaan..

b.. Peningkatan Mutu KBM

1) Meningkatkan PBM yang bermuatan IMTAQ.;

2) Meningkatkan partisipasi aktif dalam PBM;

3) Memberdayakan MGMP dan BP/BK untuk meningkatkan profesionalisme dalam

pelayanan pendidikan;.

4) Optimalisasi sarana dan prasarana KBM untuk meningkatkan sistem dan proses

belajar menuju kelas unggulan;.

5) Meningkatkan pembinaan kesiswaan sesuai Visi, Misi dan Strategi sekolah.

c.. Peningkatan Penampilan Fisik Sekolah

1) Mengembangkan penampilan sekolah yang bersih, indah, tertib, aman dan ramah;

Page 184: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

165

2) Pengembangan dan penataan sarana/prasarana sekolah untuk meningkatkan

kegairahan dalam bekerja dan belajar;

3) Pengembangan program pemeliharaan dan pengamanan sarana dan prasarana

sekolah;

4) Mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana.

d.. Peningkatan Profesi Tenaga Kependidikan

1) Peningkatan efisiensi dan efektivitas supervisi;

2) Mendorong dan memberi kesempatan kepada guru dan tata laksana untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi;

3) Pengembangan wawasan kependidikan melalui MGMP, Seminar, Lokakarya,

Penataran, Pendidikan dan latihan, Karya Tulis Ilmiah serta studi banding;

4) Pemberdayaan BP/BK Melalui pembinaan, memberi kesempatan yang seluas-

luasnya kepada semua personal sekolah untuk meningkatkan karir berdasarkan

potensi dan prestasi kerja;.

Berdasarkan visi-misi tersebut berarti SMA Negeri 1 Baleendah, telah berusaha

untuk menyesuaikan dengan visi-misi yang distandarkan oleh Depdiknas sebagai standar

sekolah rintisan bertaraf internasional (R-SMA-BI) yaitu bercirikan keunggulan dan

memiliki prestasi internasional.(tabel 2.1)

2. Pengembangan kurikulum

Dari hasil temuan penulis pengembangan kurikulum yang telah dilakukan

meliputi: penguatan, pengayaan, pengembangan perluasan dan pendalaman mata

pelajaran sins dan teknologi yang tergabung dalam mata pelajaran MIPA. bahasa Ingris

dan teknologi informasi komputer (TIK) .sedangkan untuk mata pelajaran lainnya

Page 185: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

166

disesuaikan dengan standar nasional sesuai dengan PP.19 tahun2005. yaitu pada standar

isi dan standar kompetensi lulusan.

Akan tetapi sekolah belum melakukan secara maksimal yang sesuai dengan

standar R-SMA-BI yaitu perangkat kurikulum satuan pendidikan (KTSP) yang ditulis

dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Disamping itu kurikulum yang digunakan

diperkaya dengan cara mengadopsi dan/ atau mengadaptasi kurikulum sekolah pada

Negara maju yang memiliki keunggulan dalam bidang pendidikan.dan menerapkan

standar kelulusan dari sekolah yang lebih tinggi dari Standar Kompetensi Lulusan.

Mengembangkan muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran

sekolah unggul dari salah satu negara OECD atau negara maju lainnya dalam bentuk3

sumber belajar, buku teks siswa, buku pegangan guru, LKS (student worksheet), dan

bahan ajar elektronik dalam bentuk e-learning, video cassette, compact disc, audio

cassette, dan digital video disc. Menerapkan sistem administrasi akademik berbasis

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) serta mengembangkan kesiapan sekolah

dalam menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS).

3. Proses pembelajaran,

Dari hasil temuan penulis dilapangan apa yang dilakukan sekolah dalam proses

pembelajaran sudah mengadakan perubahan dan pengembangan secara mendasar antara

lain menggunakan pendekatan mastery learning, mengembangkan proses pembelajaran

yang menganut prinsip kontruksivisme, menggunakan media pendidikan yang bervariasi

dan melibatkan teknologi Information and Comunication Technology (ICT)

Akan tetapi sekolah belum melakukan proses pembelajaran yang maksimal sesuai

dengan standar R-SMA-BI yaitu proses pembelajaran yang diperkaya dengan model

3 Departemen Pendidikan Nasional Panduan penyelenggaraan, hlm. 19

Page 186: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

167

pembelajaran sekolah unggul dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya

(seperti penerapan standar belajar, standar mengajar: persiapan pembelajaran, pemilihan

bahan ajar, strategi pembelajaran, pengelolaan kelas, pemilihan alat peraga

pembelajaran, dan pemilihan sumber belajar). Proses pembelajaran diperkaya pula

dengan, menggunakan bahasa Inggris untuk kelompok sains dan matematika.

Pembelajaran mata pelajaran lainnya kecuali bahasa asing, menggunakan bahasa

Indonesia.

4. Pengemabangan Penilaian

Hasil temuan dilapangan pengembangan penilaian diarahkan pada sistem penilaian

berbasis kompetensi, sitem penilaian berdasarkan konsep mastery (ketuntasan) yang

ditekankan pada penguasaan kompetensi siswa. dengan indikator hasil belajar dan

kriteria ketuntasan minimal (KKM). Dan juga sekolah sudah mengembangkan

instrumen penilaian autentik yaitu penilaian yang diperoleh dari proses pembelajaran

yang mengukur tiga ranah penilaian, yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif, termasuk

penilaian portofolio.

Akan tetapi sekolah belum mengembangkan penilaian standar penilaian

R-SMA-BI yaitu4 penilaian hasil belajar siswa yang dapat diukur melalui ujian

internasional, yang diperkaya dengan model penilaian sekolah unggul dari negara

anggota OECD atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam

bidang pendidikan. Ujian sekolah dan ujian nasional bersifat wajib. Ujian internasional

bersifat pilihan, namun sekolah harus memfasilitasi siswa yang ingin mengikuti ujian

internasional tersebut untuk mendapatkan sertifikat internasional.

4 Departemen Pendidikan Nasional Panduan penyelenggaraan, hlm. 33

Page 187: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

168

5. Pengembangan sumber daya manusia (SDM),

Hasil temuan penulis dilapangan menunjukan bahwa, untuk mendukung

penyelenggaraan R-SMA-BI sekolah melakukan pengembangan sumber daya manusia

(SDM) seperti; pelatihan ICT untuk pembelajaran, pelatihan bahasa Inggris dan

pengembangan pembelajaran dalam bentuk In House Training dan sebagainya .

Akan tetapi sekolah belum maksimal dalam mengembangkan SDM sesuai standar

R-SMA-BI yaitu,5 meningkatkan mutu SDM sekolah harus mengembangkan program

peningkatan kompetensi guru melalui peningkatan kualifikasi pendidikan guru minimal

30% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya

terakreditasi A.

Selain itu kompetensi guru dalam pengelolaan sistem pembelajaran ditingkatkan

untuk menuju pada proses pembelajaran yang setara dengan proses pembelajaran pada

sekolah unggul bertaraf internasional. Untuk itu sekolah perlu mengembangkan pula

kompetensi bahasa inggris guru dan kompetensi pada bidang TIK terutama untuk guru

kelompok sains dan matematika.

Peningkatan mutu SDM melalui kegiatan pelatihan dalam bentuk, pemagangan,

studi banding, workshop (on the job training atau off the job training) dan seminar yang

dilakukan oleh masing-masing sekolah atau bekerjasama dengan lembaga pendidikan di

luar sekolah yang memiliki kewenangan dan kompetensi yang relevan.

Kepala sekolah belum mempunyai visi internasional, yang mampu membangun

jejaring internasional dan entrepreneurship yang kuat dalam memfasilitasi seluruh

anggota komunitas sekolah untuk mengembangkan keunggulan kompetitif dan

komparatif bertaraf internasional.

5 Departemen Pendidikan Nasional Panduan penyelenggaraan, hlm. 36

Page 188: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

169

6. Pengembangan Sarana prasarana,

Hasil temuan dilapangan menunjukan bahwa sekolah telah banyak melakukan

perombakan sarana prasarana belajar seperti melengkapi sarana prasaran belajar siswa di

kelas yang berbasis ICT. Akan tetapi sekolah belum maksimal dalam pemenuhan sarana

prasarana tersebut sesuai dengan standar R-SMA-BI yaitu6 perpustakaan yang dilengkapi

dengan buku-buku pelajaran berbahasa Inggris, buku referensi, jurnal nasional dan

internasional, buletin, koran, majalah, serta perangkat audio visual.diharapkan

perpustakaan dapat membantu siswa mengasah otak, memperluas dan memperdalam

pengetahuan, melahirkan kreativitas, serta membantu kegiatan kurikuler dan

ekstrakurikuler. Kecanggihan teknologi dewasa ini, mengharuskan perpustakaan

dilengkapi dengan fasilitas sistem on line public acses catalog (OPAC) dalam mencari

katalog buku. Ruang perpustakaan harus nyaman, sebaiknya dilengkapi dengan alat

pendingin (AC) yang memadai.

B. Tingkat Ketercapaian R-SMA-BI di SMA Negeri 1 Baleendah

Temuan penelitian ini berdasarkan hasil penelitian di SMAN1 Baleendah .

dengan memakai instrumen terstandar evaluasi ketercapaian R-SMA-BI yang

dikembangkan oleh Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, yang berbentuk software. Adapun

Struktur temuan penelitian dimulai dari ; standar pengelolaan, standar isi, standar

kompetensi lulusan, standar proses, standar penilaian, standar pendidik dan tenaga

kependidikan, standar sarana prasarana dan standar pembiayaan.

6 Departemen Pendidikan Nasional Panduan penyelenggaraan, hlm. 40

Page 189: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

170

Berdasarkan hasil penelitian evaluasi kinerja program R-SMA-BI SMAN 1

Baleendah diperoleh skor hasil penilaian 744 dari total skor maksimum 1000. Hasil

selengkapnya dapat dilihat dalam diagram berikut:

Gambar: 5.2 Ketercapaian Standar R-SMA-BI

Tingkat Ketercapaian

Standar R-SMA-BI

Standar Kmp.Lulusan (44%)

Standar Isi/Kurikulum (82%)

Standar Proses (71%)

Standar Pengelolaan (84%)

Standar Penilaian (82%)

Standar Sarana Prasarana (79%)

Standar Pendidik dan Tng.Kepend.(79%)

Standar Pembiayaan (80%)

74.4%

Page 190: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

171

Undang-undang Sistem Pendidikan nasional menyatakan bahwa standar adalah

kriteria minimal. Pengertian itu sama dengan definisi menurut kamus7 the free

dictionary.com , standar adalah An acknowledged measure of comparison for

quantitative or qualitative value; a criterion. Menerapkan standar sesuai dengan

maknanya berarti menerapkan kriteria.

Definisi itu mengisyaratkan bahwa dalam mengukur mutu terdapat proses

membandingkan nilai sehingga substansi penerapan standar hendaknya memenuhi dua

kata kunci yaitu kriteria dan pengukuran.

Berdasarkan konsep rintisan sekolah bertaraf internasional (R-SMA-BI), dalam

menerapkan standar nasional pendidikan sekolah perlu menetapkan kriteria mutu,

minimal pada 8 standar nasional pendidikan yang telah ditetapkan dalam peraturan yaitu

standar (1) Pengelolaan (2) isi (3) Kompetensi lulusan , (4) Proses (5) Penilaian (6)

Pendidik dan tenaga Kependidikan (7) Sarana Prasarana (8) pembiayaan.

Dalam penyelenggaraan program R-SMA-BI, selain 8 standar di atas, masih

ditambah pula dengan beberapa standar sesuai dengan Pedoman Penjaminan Mutu

Depdiknas, di antaranya, (9) pengunaan bahasa Inggris sebagai pengantar (10)

penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pengelolaan dan pembelajaran

(11) penerapan standar ISO dalam sistem pengelolaan, (12) kolaborasi antar sekolah

dalam bentuk sister school, (13) meraih prestasi pada kompetisi bertaraf internasional

(14) mengadopsi dan mengadaptasi kurikulum dari negara OECD.

Menerapkan berbagai komponen di atas merupakan sejumlah kriteria minimal

yang wajib sekolah penuhi. Namun demikian, sekolah dapat menambah komponen lain

7 http://www.mdrc.org/publications, Teknis Administratif Penetapan Standar Pendidikan, Ditulis 28 November 2009 .

Page 191: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

172

yang masih mungkin sekolah tambahkan sepanjang sekolah dapat melaksanakan. Artinya

semakin banyak kriteria sekolah terapkan dan berhasil diwujudkannya semakin tinggi

nilainya.

Adapun ketercapaian standar rintisan sekolah bertaraf internasional (R-SMA-BI)

di SMA Negeri1 Baleendah,dari delapan komponen menunjukan adanya kecenderungan

ketidak tercapaian berada pada standar tambahan yang menjadikan sekolah itu disebut R-

SMA-BI. Oleh karena itu untuk lebih jelasnya penulis paparkan analisis dari kedelapan

standar sebagai berikut :

1. Standar Pengelolaan

Pada standar pengelolaan sub komponen yang terendah pada scoree perolehan

adalah pada menjalin hubungan dengan sekolah yang lebih unggul, baik dalam dan luar

negeri atau yang disebut siter school. Sesuai dengan standar sekolah rintisan bertaraf

internasional kegiatan sub komponen ini harus ada sebagaiamana tabel 2.6 Faktor

penyebab dari ketidak tercapaian pada sub komponen ini sebagaimana dari hasil

observasi dan wawancara adalah kemampuan sumber daya manusia (SDM) dibidang

human relation terutama ke luar negeri masih sangat rendah. Kondisi ini menunjukan

perlunya meningkatkan kefektifan manajemen pengelolaan sumber daya manusia di

sekolah. Merujuk Terry (1964) bahwa manajemen sebagai suatu proses terdiri dari

tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang

dilaksanakan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan

melalui pemanfaatan sumber daya mansuia serta sumber daya (resources) lainnya.

2. Standar isi

Pada standar isi/kurikulum standar R-SMA-BI yang belum tercapai adalah pada

penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) belum dilengkapi dengan

Page 192: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

173

rujukan kurikulum Negara maju, dan juga sekolah belum memenuhi kandungan isi

materi pelajaran memenuhi kriteria standar internasional sebagaimana tabel 2.9.

Pengembangan standar isi kurikulum tersebut sangat memungkinkan untuk

dilakukan oleh lemabaga pendidikan akan tetapi tetap harus mengacu kepada standar isi

dan kempetensi nasional . seperti tertuang pada Permendiknas N0.22 tahun 2006 . Untuk

sekolah rintisan bertaraf internasional perlu pengembangan standar isi/kurikulum dari

sekolah unggul dari Negara OECD. Akan tetapi peluang ini belum terlaksana secara

maksimal sebab belum adanya sekolah unggul dari Negara OECD atau Negara maju

lainnya yang dijadikan rujukan atau dijadikan sisters school sehingga sekolah

mengalami kesulitan untuk mengadaptasi dan mengadopsi standar isi/kurikulum sekolah

unggul .

3. Standar Kompetensi Lulusan

Merujuk pada standar kompetensi lulusan R-SMA-BI (tabel: 2.10) Kondisi saat

ini SMA Negeri 1 Baleendah dalam kapasatisnya sebagai sekolah rintisan bertaraf

internasional belum mencapai standar kompetensi lulusan setara dengan kompetensi

lulusan sekolah unggul di Negara OECD dan atau Negara maju lainnya. Hal ini

disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhi ketidak tercapaian suatu tujuan

pendidikan. Akan tetapi bisa ditarik benang merah dengan analisis keefktifan dengan

menggunakan alur, output, transpormasi, dan input8 faktor output suatu sekolah terkait

dengan input dan proses. Faktor input sekolah meliputi ,(a) pembiayaan pendidikan, (b)

peserta didik, (c) sumber daya manusia, (d) sumber daya alam, (e) kebijakan pendidikan,

(f) teori pendidikan. Dan lain-lain. Sedangkan faktor proses atau transpormasi meliputi,

8 Nanang Fatah, Manajemen Berbasis Sekolah, ( Bandung Rosdakarya, 2000) cet.1 hlm.8

Page 193: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

174

(a) kurikulum standar isi, (b)pembelajaran (standar proses) (c) pendidik dan tenaga

kependidikan, (d) pengelolaan, (e) sarana prasarana, (f) penilaian. Dan lain-lain.

Dengan demikian, kefektifan kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan akan

tercapai kalau faktor input dan transpormasi sudah berjalan secara efektif.

4. Standar Proses

Merujuk pada standar proses R-SMA-BI (tabel: 2.12) Kondisi saat ini SMA

Negeri 1 Baleendah dalam kapasatisnya sebagai sekolah rintisan bertaraf internasional

belum mencapai standar proses setara dengan standar proses sekolah unggul di Negara

OECD dan atau Negara maju lainnya. dan belum menggunakan bahasa Inggris dalam

pembelajaran .Hal lain yang menonjol yang belum dilakukan dalam standar proses ini

adalah pembelajaran dengan menggunakan moving class. Guru belum melakukan

penelitian tindakan kelas (PTK) dalam mencari solusi ketika menghadapi kesulitan

dalam pembelajaran.

Untuk bisa keluar dari permasalahan di atas, maka perlunya adanya tenaga

pendampingan yang professional dari luar, yang tujuannya untuk pemeberdayaan sumber

daya manusia (SDM) sekolah yang sesuai dengan standar R-SMA-BI. Tenaga

pendampingan ini akan berfungsi sebagai tenaga professional yang akan melakukan

monitoring dan evaluasi”9 yang antara lain memonitor proses pembelajaran bilingual

bertaraf internasional yang bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya

masalah/kendala dalam pembelajaran.

5. Standar Penilaian

Pada standar penilaian R-SMA-BI di SMA Negeri 1 Baleendah, yang belum

tercapai secara maksimal anatara lain adalah sekolah belum melakukan kerjasama dalam

9 Depdiknas, Panduan. Hlm. 85

Page 194: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

175

meningkatkan standar penilaian belajar yang setara dengan sekolah unggul/ lembaga dari

Negara OECD. Ketidak tercapaian standar penilaian ini karena sekolah sama sekali

belum melakukan kerjasama dengan sekolah unggul dan sekolah juga belum

menggunakan tenaga ahli dalam penjaminan mutu untuk meningkatkan standar penilaian

belajar yang setara dengan sekolah unggul bertaraf internasional.

Berdasarkan analisis penulis ketidak berjalannya suatu program lebih disebabkan

karena kurangnya sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan sepesifik suatu

program atau sumber daya yang ada tidak memiliki kompeten sesuai dengan yang

dibutuhkan. Untuk itu perlunya menata ulang pengelolaan sekolah dengan menjalankan

fungsi-fungsi manajamen secara benar, yaitu dengan memanfaatkan sumber daya yang

lain sebagaimana yang dikemukakan Terry (1964) bahwa manajemen sebagai suatu

proses terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan

pengawasan yang dilaksanakan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang

telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber daya

(resources) lainnya.Sumber daya yang lain dimaksudkan,untuk menggantikan kelemahan

sumber daya yang ada di sekolah. Yaitu menggunakan tenaga ahli penjamin mutu dari

luar SDM sekolah.

6. Standar Pendidik dan Tenaga Pendidik

Pada standar pendidik tingkat ketercapaian sesuai standar R-SMA-BI masih sangat

rendah, sub komponen yang signifikan ada pada belum terbiasanya guru dalam

melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) untuk perbaikan pembelajaran dan mayoritas

guru belum memiliki stratra pendidikan S.2 . Sedangkan pada standar tenaga

kependidikan (tatalaksana) kontribusi terbesar ada pada sub komponen kompetensi yang

masih rendah terutama pada penerapan adminstrasi yang mampu mengelola Web, dan

Page 195: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

176

belum mampu mengaplikasikan paket aplikasi sekolah (PAS) secara maksimal. Faktor

lain yang cukup memberikan kontribusi terhadap ketidak tercapaian standar R-SMA-BI

adalah kepemimpinan kepala sekolah yang belum maksimal, antara lain belum mampu

membangun jejaring internasional, serta jiwa kepemimpinan dan entrepreneurship yang

kuat.

Persoalan di atas adalah menyangkut sumber daya manusia (SDM) yang masih

rendah dalam kaitannya dengan standar R-SMA-BI yang belum tercapai seperti di atas.

Akan tetapi kalau Merujuk Deming10 80% dari masalah mutu lebih disebabkan oleh

manajemen dan sisanya 20% disebabkan oleh SDM.11 Hal ini membuktikan bahwa

mutu yang kurang optimal berawal dari manajemen yang tidak profesional. Sedangkan

manajemen sekolah seluruhnya bermuara kepada kepemimpina kepala sekolah. Oleh

sebab itu, perlu adanya reorientasi kepemimpinan kepala sekolah sesuai dengan

langkah-langkah yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin kepala sekolah yang

dikemukakan oleh Peters dan Austins,12 .

7. Standar Sarana Parasarana

Pada standar sarana prasarana R-SMA-BI ada tiga hal yang di jadikan standar

pengembangan yaitu (a) stiap ruang kelas dilengkapi dengan saran pembelajaran berbasis

TIK, (b) Perpustakaan dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke

sumber pembelajaran berbasis TIK diseluruh dunia, (c) dilengkapi dengan ruang multi

media, ruang unjuk seni budaya, fasilitas olahraga, klinik dan lain sebagainya.

Ruang kelas yang berbasis TIK dan sarana pendukung seperti ruang multi

media, ruang unjuk seni budaya, fasilitas olahraga telah memenuhi standar mnimal

10 Veithzal Rivai dan Sylviana Murni, Education Management, hal. 494 11 Eti Rochaety, Pontjorini Rahayuningsih dan Prima Gusti Yanti, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, Jakarta, bumi Aksara, Cet.2, 2006, hal. 124.

12 Syafarudin, Manajemen mutu terpadu, hlm. 57

Page 196: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

177

R-SMA-BI seperti pada tabel 4.7.Akan tetapi untuk sarana parasarana perpustakaan

masih jauh di bawah standar. Hal ini disebabkan oleh fasilitas yang belum memadai.

Dengan demikian perlu adanya upaya untuk melengkapi fasilatas tersebut dengan

segera sebab sarana prasarana atau fasiltas pendidikan seperti perpustakaan akan

berdampak yang sangat sigfnifikan terhadap hasil belajar, seperti yang dikemukakan oleh

Rudi Susilana13. Akan tetapi dalam pengadaan sarana prasarana harus melalui analisis

kebutuhan tujuan pembelajaran sebagaimana yang diekemukakan oleh Romiszowski14

tentang langkah-langkah evaluasi sarana prasarana.

8. Standar Pembiayaan

Standar layanan pembiayaan yang belum tercapai adalah, penerapan sistem

informasi keuangan yang efisien yang indikatornya adalah, (a) sistem layanan online, (b)

layan bank di sekolah, (c) layanan pembayaran berbasis komputer.

Sistem layanan pembiayaan seperti di atas nampaknya harus segera direalisasikan,

untuk efisiensi dan mengurangi kebocoran keuangan sekolah, disamping itu untuk

mempermudah pengontrolan keuangan yang masuk. Sebagaimana yang dikemukakan

oleh Thomah H. Jones. Bahwa, hal yang penting dalam pembiayaan adalah berapa besar

uang yang harus dibelanjakan, dari mana sumber uang diperoleh dan kepada siapa uang

harus dibelanjakan”15. Disamping itu biaya pendidikan itu adalah amanah dari

masyarakat yang harus digunakan sesuai dengan peruntukannya.

C. Faktor yang Menjadi Penghambat dalam Penyelenggaraan R-SMA-BI

Dari hasil temuan penulis ada tujuh (7) faktor yang menjadi faktor penghambat

dalam penyelenggaraan R-SMA-BI. Sebagaimana tabel 4.10 Keseluruhan faktor

13 Rudi Susilana, teknologi pendidikan, hlm. 459-462. 14Romiszowski, The Selection and use, hlm. 144-1448 15 Thomas H Jone, School Finance. hlm. 12

Page 197: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

178

penghambat tersebut mengarah pada komponen tambahan dari standar nasional

pendidikan dan dari tujuh tujuh faktor tersebut penulis gambar melalui diagram berikut :

Gambar: 5.3 Sub-sub Komponen yang Menjadi Faktor Penghambat

8 STANDAR PENDIDIKAN 1.Pengelolaan 2.Isi 3.Proses 4.Kompetensi Lulusan 5.Penilaian 6.Pendidik&Tng. Kepend. 7.Sarana Prasarana 8.Pembiayaan

X 1. Pengunaan bahasa Inggris

sebagai pengantar 2. Penggunaan teknologi

informasi dan komunikasi dalam pengelolaan dan pembelajaran

3. Penerapan standar ISO dalam sistem pengelolaan,

4. Kolaborasi antar sekolah dalam bentuk sister school,

5. Meraih prestasi pada kompetisi bertaraf internasional

6. Mmengadopsi dan mengadaptasi kurikulum dari negara OECD.

R-SMA-BI

SNP+X

FAKTOR PENGHAMBAT

1. Menjalin hubungan dgn sekolah internasional dan mengembangkan Sisters School 2. Merujuk pada mutu Standar negara maju 3. Guru 30% Berijazah S2//S3 dari perguruan tinggi berakreditasi A 4. Mendapatkan Akreditasi dari sekolah unggul dari Negara anggota OECD 5. Penilaian belum diperkaya dengan standar penilaian sekolah unggul Negara OECD 6. Guru belum terbiasa menerapkan Lesson studi dan menggunakan bhs inggris di

kelas 7. Perpustakaan belum dilengkapi dengan sarana digital library

Page 198: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

179

Merujuk pada diagram di atas bahwa yang menjadi faktor penghambat dalam

pemenuhan standar R-SMA-BI adalah faktor X yang berupa penguatan, pengayaan,

pengembangan, perluasan, dan pendalaman pada peningkatan mutu pendidikan yang

mengacu pada standar mutu pendidikan bertaraf internasional pada negara-negara OECD

atau negara-negara maju lainnya. Hal ini ada korelasi yang signifikan dengan hasil

evaluasi, bahwa sub-sub komponen yang sudah mencapai standar R-SMA-BI adalah

sub-sub komponen SNP. Sedangkan pada sub-sub komponen tambahan (X) belum

mencapai standar R-SMA-BI.

Dengan demikian kondisi di atas sesuai dengan landasan teori bahwa syarat

menjadi rintisan sekolah bertaraf internasional (R-SMA-BI) itu adalah sekolah yang

sudah memenuhi standar pendidikan nasional atau sudah menjadi sekolah standar

nasional (SSN).16 Sedangkan kriteria Sekolah bertaraf Internasional (R-SMA-SBI),

belum memenuhi standar . Hal ini sesuai dengan teori bahwa sekolah rintisan bertaraf

internasional adalah sekolah nasional yang diperkaya dengan standar salah satu negara

anggota organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan atau

negara maju lainnya17.

D. Perumusan Strategis

Dari hasil temuan penelitian yang berkaitan dengan strategi dalam mempercepat

pencapaian SBI adalah, sebaiknya sekolah dalam hal ini kepala sekolah mengaplikasikan

dan merumuskan manajemen strategis dalam konteks pendidikan. Manajemen strategis

dalam konteks pendidikan .

16 Departemen Pendidikan Nasional Panduan penyelenggaraan, hlm. 8 17 Departemen Pendidikan Nasional Panduan penyelenggaraan, hlm. 9

Page 199: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

180

1. Konsep Strategik dalam Pendidikan

Manajemn strategis adalah suatu proses yang berkesinambungan, komponen yang

ada dalam satu sama lain saling berkaitan. Oleh sebab itu dalam perencanaan,

pengambilan keputusan, dan pelaksanaan tindakan yang menentukan arahan strategis

lembaga pendidikan diarahkan demi pemenuhan tujuan dan sasaran organisasi dalam

lingkungan yang dinamis merupakan dasar manajemen strategi sebuah kelembagaan

pendidikan. Kepala sekolah dalam tinjauan manajemen strategis merupakan kunci dasar

yang dapat mengarah pada tingkat keberhasilan yang salah satunya dilakukan melalui

berbagai aktivitas efektif, efisien, dan inovatif.

Peran utama pemimpin dalam dunia persekolahan merupakan aktivitas sinergik

yang di dalamnya meliputi pengambilan keputusan, mengelola informasi dan mengelola

orang-orang yang ada dalam sekolah, hal itu perlu perencanaan yang matang . Menurut

M. Fakry18 bahwa; perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan sebagai

keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan

yang telah ditentukan.

2. Manajemen Strategis dalam Proses Pendidikan.

Tahapan-tahapan proses sebagai pendekatan model dapat diuraikan sebagai

berikut:19

a. Merumuskan visi-misi yang melibatkan seluruh unsur stakeholders sekolah baik

internal mapun eskternal. baik primer, skunder ataupun tersier dengan dipimpin

oleh pucuk pimpinan sekolah .

18 Abdul Tholib, Strategi Implementasi Kebijakan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis

Sekolah(MPMBS) dengan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu pada Sekolah Menengah Pertama, Disertasi UPI Bandung, 2007.

19 Diadopsi dari Abdul Tholib, Strategi Implementasi Kebijakan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis, hlm. 51-52.

Page 200: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

181

b. Menyusun analisis SWOT . untuk menentukan masalah serta peluang lingkungan

dan kekuatan serta kelemahan internal dan faktor-faktor lingkungan umum seperti

ekonomi, teknologi, serta kondisi pemerintah yang menimbulkan ancaman dan

peluang bagi sekolah.

c. Analisis kebutuhan mendatang dan lingkungan eksternal dan peluang bagi

sekolah.

d. Analisis kebutuhan mendatang dan lingkungan eksternal serta menetapkan suatu

alat untuk membantu mengikhtisarkan diagnosa lingkungan

e. Analisis kondisi internal yang memberikan kekuatan yang dapat digunakan

perencanaan startegis dan kelemahan yang menghambat strategi atau yang perlu

ditanggulangi

f. Menggambarkan sejumlah alternatif strategis

g. Memperluas pembahasan untuk menguraikan cara-cara pelaksanaan strategi.

h. Menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi cara mengajar dalam memilih

alternatif strategi

i. Menguraikan alokasi sumber daya, struktur organisasi dan proses perencanaan

pendidikan dan pengajaran

j. Membahas kebijakan yang harus disusun bagi bidang-bidang fungsionaal dan

asfek-asfek kepemimpinan dalam pelaksanaannya

k. Melakukan umpan balik untuk menentukan apakah strategi itu berjalan dan

mengambil langkah-langkah agar strategi itu berjalan.

3. Kepala sekolah

Sekolah merupakan suatu institusi penyelenggaraan pendidikan tujuannya adalah

tercapainya proses dan output (keluaran) yang dihasilkan bertumpu pada nilai-nilai dan

Page 201: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

182

transformasi kependidikan . Oleh karena itu dalam penyelenggaraannya diperlukan suatu

kondisi yang bernuansa kependidikan, termasuk dalam pengelolaan.

Pengelolaan sekolah sangat kompleks dan khas, kompleks berkaitan dengan

keterlibatan personal maupun kelompok baik secara internal maupun eksternal. Adapun

khasnya yakni tujuan yang ingin dicapai berkenaan dengan tuntutan kebutuhan terhadap

pendidikan.

Dengan demikian, diperlukan manajerial, diperlukan manajerial selaras dengan

perkembangan tuntutan masyarakat secara umum. Salah satu komponen strategis dalam

sekolah adalah kepala sekolah. Dalam struiktur organisasi sekolah negeri, kepala sekolah

merupakan jabatan formal.

Dalam menghadapi kompleksitas pada organisasi sekolah, diperlukan personil

yang mempunyai kemampuan untuk meminimalkan kompleksitas maslah. Salah satu

komponen personil yang menjadi tumpuan sekolah adalah kepala sekolah. Kepala

sekolah dituntut mempunyai kemampuan, (a) mencurahkan banyak waktu untuk

pengelolaan dan koordinasi proses belajar mengajar dan (c) berkomunikasi secara teratur

dengan staf, orang tua, siswa dan anggota masyarakat disekitarnya.

Kepemimpinan kepala sekolah merupakan inti dari manajemen sekolah

sebagaimana Siagian”20 Kepemimpinan adalah motor penggerak dari semua sumber-

sumber dan alat-alat (resources) yang tersedia bagi suatu organisasi . Resurces ini

digolongkan kepada dua golongan besar yakni (1) human resources, (2) non human

resources Tugas pimpinan adalah membentuk dan memelihara lingkungan diamana

manusia bekerja sama dalam suatu kelompok yang terorgansisir dengan baik ,

menyelesaikan tugas, mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

20 Siagian Sondang P, Teori dan Praktik Kepemimpinan, (Jakarta, Rieka Cipata 2003) hlm. 6

Page 202: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

183

Merujuk Stoner dalam Wahjusumijo menyatakan bahwa:21 Terdapat delapan

macam fungsi seorang manajer yang perlu dilakukan dalam suatu organisasi yaitu :

1. Bekerja dengan dan melalui orang lain

2. Bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan

3. Dengan waktu dan sumber yang terbatas mampu menghadapi berbagai persoalan

4. Berfikir secara realistik dan konseptual

5. Sebagai juru pengarah

6. Sebagai seorang politisi

7. Sebagai seorang diplomat

8. Pengambil keputusan

Kedelapan fungsi manajer yang dikemukakan oleh Stoner tersebut tentu saja

berlaku bagi setiap manajer dari organisasi apapun, termasuk kepala sekolah. Sehingga

kepala sekolah yang berperan mengelola kegiatan sekolah harus mampu mewujudkan

kedelapan fungsi dalam perilaku sehari-hari. Walaupun pada pelaksanaannya sangat

dipengaruhi oleh faktor-faktor sumber daya manusia seperti para guru, staf, siswa, orang

tua siswa dan sarana prasarana serta suasana dan lingkungan dimana sekolah itu berada.

Dengan demikian kepala sekolah merupakan pemain utama dalam proses

manajemen strategis di lingkungan persekolahan dan menjadi kunci dasar yang dapat

mengarah pada tingkat keberhasilan.

Dari hasil temuan dan pembahasan dapat ditarik benang merah secara umum

bahwa, Pengembangan rintisan sekolah bertaraf Internasional (R-SMA-BI) perlu

meningkatkan derajat mutu setiap standar R-SMA-BI dan membenahi manajemen

sekolah, sebab masalah mutu 80% lebih disebabkan oleh manajemen dan sisanya 20%

21 Whjosumijo, Kepemimpinan dan Motivasi, (Bandung , Ghalia Indonesia) 2003, hlm. 96.

Page 203: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

184

disebabkan oleh SDM.22 Hal ini membuktikan bahwa mutu yang kurang optimal

berawal dari manajemen yang tidak profesional

22 Eti Rochaety, Pontjorini Rahayuningsih dan Prima Gusti Yanti, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, Jakarta, bumi Aksara, Cet.2, 2006, hal. 124.

Page 204: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

185

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian ini, akan dibahas kesimpulan dan saran berkaitan dengan temuan

penelitian. Kesimpulan diuraikan secara berturut-turut sesuai dengan fokus masalah,

yaitu perubahan-perubahan yang penting dilakukan oleh sekolah, tingkat ketercapaian

R-SMA-BI, hambatan-hambatan penyelenggaraan R-SMA-BI dan perumusan strategi

mempercepat pencapaian SBI. dan saran-saran .

A. Kesimpulan

1. Perubahan -perubahan yang penting dilakukan oleh sekolah dalam mencapai sekolah

bertaraf internasional adalah perubahan pada 8 standar pendidikan nasional yang

disesuaikan dengan standar sekolah internasional, yaitu pengembangan kurikulum,

proses pembelajaran, penilaian, pengembangan SDM, sarana prasarana, pembiayaan,

manajemen sekolah, pembinaan kesiswaan, pengembangan kultur sekolah. Prioritas

utama yang harus perhatikan dalam pengemabngan sekolah menuju SBI ini adalah

pengembangan sumber daya manusia (SDM) sekolah, yang disamping memiliki

kompetensi profesional juga harus memiliki kompetensi human relation Hal ini

dibutuhkan dibutuhkan untuk bisa mengakses ke dunia internasional, khusunya ke

Negara-negara yang memiliki kemajuan atau unggul dibidang pendidikan.

2. SMA Negeri 1 Baleendah telah mencapai Standar Nasional Pendidikan (SNP)

Sedangkan komponen tambahan (X) yang berupa penguatan, pengayaan,

pengembangan, perluasan, dan pendalaman pada peningkatan mutu pendidikan yang

mengacu pada standar mutu pendidikan bertaraf internasional pada negara-negara

OECD dan negara-negara maju lainnya yang memiliki keunggulan tertentu dalam

bidang pindidikan standar Ketercapaiannya masih sangat rendah.

Page 205: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

186

3. Hambatan hambatan penyelenggaraan R-SMA-BI di SMA Negeri 1 Baleendah pada

setiap sub komponenn mengalami hambatan-hambatan, seperti pada standar

pengelolaan, hambatan yang dihadapai adalah, mengimplementasikan menjalin

hubungan dengan sekolah bertaraf internasional di luar negeri atau mengembangkan

sister schoo. merujuk pada standar mutu dari salah satu negara maju,meningkatkan

tingkat pendidikan pendidik minimal 30% guru berpendidikan S2/S3dari perguruan

tinggi yang program studinya berakreditasi A, mengimplementasikan akreditasi dari

sekolah unggul /lembaga pendidikan dari negara OECD atau negara maju lainnya,

dan sekolah belum bisa mengimplementasikan sertifikasi dari sekolah unggul atau

lembaga pendidikan tingkat internasional. Sedangkan pada standar penilaian,

hambatan yang dihadapi yaitu, penilaiann belum diperkaya dengan model proses

penilaian sekolah unggul dari negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya

yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan. Pada standar

pendidik guru belum terbiasa menerapkan model lesson studi dan penggunaan

bahasa inggris belum maksimal digunakan di dalam kelas. Pada standar sarana

prasarana hambatan yang paling menonjol adalah perpustakaan belum dilengkapi

dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK

di seluruh dunia. Pada standar pembiayaan hambatan yang dihadapi adalah belum

tepenuhinya dana pengembangan R SMA BI secara maksimal. Disamping itu

masalah yang dihadapi dalam pengadministrasian keuangan belum menerapkan

manajemen keuangan yang efektis dan efisien. Dari seluruh hambatan-hambatan

yanga dihadapai intinya hambatan itu ada pada kemampuan sumber daya manusia

yang masih belum sesuai dengan tuntutan standar kompetensi sekolah bertaraf

internasional (SBI).

Page 206: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

187

4. Strategi yang perlu dilakukan sekolah untuk mempercepat pencapaian sekolah

bertaraf internasioal (SBI) adalah, (1) Sekolah perlunya dengan segera dan

berkelanjutan melakukan pengembangan sumber daya manusia, yang berupa

peningkatan kompetensi yang dibutuhkan saat ini seperti, penguasaan bahasa inggris,

penguasaan ICT, kemampuan melakukan hubungan internasional. (2).

Pengembangan kompetensi untuk masa yang akan datang dan menghabiskan waktu

yang cukup lama, seperti, peningkatan sumber daya pendidik atau tenaga

kependidikan kejenjang yang lebih tinggi yaitu, S2 / S3.

B. Saran – Saran

Penulis menemukan bahwa sekolah belum maksimal mendapatkan dukungan

stakeholders sekolah baik stakeholders internal seperti pendidk dan tenaga kependidikan

maupun eksternal. Seperti siswa, orang tua siswa, komite sekolah, pemerintah daerah

dan dunia usaha dan pergurua tinggi sebagai pemakai jasa sekolah.

Kondisi itu merupakan faktor kelemahan yang harus direkayasa oleh sekolah

supaya kelemahan tersebut bukan menjadi faktor ancaman, tetapi menjadi tantangan

yang harus dihadapi sehingga menjadi peluang untuk sekolah dalam mencapai sekolah

yang bertaraf internasional.

Oleh karena itu, pada bagian ini penulis menyarankan kepada pihak manajemen

sekolah untuk memaksimalkan seluruh stakeholders sekolah dijadikan sebagai faktor

kekuatan yang akhirnya menjadi peluang yang besar untuk mencapai sekolah yang

bermutu dan sekolah yang bertaraf internasioal. Anatara lain Dengan cara :

1. Peningkatan sumber daya manusia pendidik dan tenaga kependidikan secara

menyeluruh dan berkelanjutan baik peningkatan kemampuan atau kompetensi yang

dibutuhkan saat ini, spserti pelatihan bahasa inggris, meningkatkan kemampuan TIK,

kemampuan melakukan hubungan ke lauar negeri (human relation) ataupun

Page 207: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

188

peningkatan kemampuan jangka panjang seperti meningkatan stratra pendidikan bagi

pendidik atu tenaga kependidikan kejenjang yang lebih tinggi yaitu S.2 /S.3

2. Memperluas dan meningkatkan peran dan fungsi komite sekolah menjadi fasilitator

untuk memberdayakan stakeholders secara maksimal dan simultan baik siswa, orang

tua siswa , tetapi stakeholders yang lainnya juga seperti dunia usaha dan perguruan

tinggi, untuk diajak bekerja sama mendukung dengan kapasitas dan kamampuannya

masing-masing.

3. Khusus bagi pemerintah daerah kabupaten Bandung yang dalam hal ini dinas

pendidikan dan kebudayaan , diharapkan dukungan yang nyata dan maksimal baik

materi atau non materi, sebab SMA Negeri 1 Baleendah adalah satu-satunya sekolah

rintisan yang bertaraf internasional kabupaten Bandung

Page 208: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

189

DAFTAR RUJUKAN

Abdul Aziz, 1998, Memahami Fenomena Sosial Melalui Studi Kasus: Kumpulan

Materi Pelatihan Metode Kuatitatif , BMPTSI Wilayah VII Jawa Timur, Surabaya

AECT, 1977, The Definition of Educational Technologi, Washington DC.

AECT, 1977, The Definition of Educational Technologi, Washington DC.

Afifudin, 2004 Administrasi Pendidikan, Bandung: Insan Mandiri

Ahmad Fadli HS, 2002 Organisasi dan Administrasi Kediri : Manhalun Nasiin Press

Ahmad Tafsir, 2009 seminar Pendidikan pada Jurusan Kependidikan Islam. Bruce Shertezer&Shelley Stone, 1981 Fundamential of Guidance, Fout Edition,

USA:1981 Purdue Univewrsity. Cholid Narkubo, ct.ul. 2003, Metodologi Penelilinn , Jakarta; Bumi Aksara, 2003.

Dasar Dan Menengah, Diektorat Pembinan Sekolah Menengah Atas, 2009, Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA Betaraf Internasional (R-SM-BI).

David G. Amstrong dan Tom V. Savage, 1983, secondary Education, New York: Macmillan Publishing.

Departemen agama, Al Qur’an dan terjemahnya, 1993, Semarang, PT Cipta Tasik

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, cet. Ke II.

Depdiknas., 2001, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Buku I Konsep

danPelaksanaan, Dirjen. Dikdasmen.Direktur SLTP. Djam’an dan Udin S. Saefuddin,___________ Masalah Kontemporer Pengelolaan

Sistem Pendidkan Nasional Indonesia, Bandung: Jurusan Adpen.

Djufri Thlib, 2007, Subdirektorat Kelembagaan Direktorat Pembinaan SMA Peningkatan Kualitas Pendidikan Melalui Pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional, disampaikan dalam Workshop Asosiasi SBI Provinsi Jawa Barat di Hotel Sofyan Betawi, Menteng Jakarta Pusat, tanggal 29 Maret 2007.

Dokumen program sekolah 2007, tentang kesiapan sekolah menuju sekolah kategori

mandiri.

Dokumen sekolah 2007, tentang dukungan dari Komite Sekolah, atas penyelenggaraan R SMA BI untuk SMA Negeri 1 Baleendah.

Page 209: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

190

Dokumen sekolah 2007, tentang surat penetapan mengikuti workshop penyelenggaraan R SMA BI.

Dokumen sekolah 2008, tentang keikutsertaan siswa SMA Negeri 1 Baleendah di olimpiade tingkat kabupaten dan propinsi.

Dokumen sekolah 2008, tentang kesiapan guru dalam penguasaan teknologi informasi. Tahun 2007.

Dokumen sekolah, 2000- 2009, tentang Penerimaan Siswa Baru (PSB) Siswa SMAN 1 Baleendah.

Dokumen sekolah, 2997, tentang penetapan SMA Negeri 1 Baleendah sebagai R-SMA-BI.

E. Mulyasa, 2002 Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Rosdakarya.

Edward Sallis, Total Quality, 2002, Management In Education, Kogan Page. London: Place of Publication.

Edwind Wandt dan Gerald, 1977 Essentials of Educational Evaluation New York , Holt Rinehart and Winston.

Elchanan Cohn, 1979 The Economic of Education an Introduction, Massachussets: Ballinger Publishing Company.

H. A. R. Tilaar, 1994, Manajemen Pendidikan Nasional, Bandung, Remaja Rosdakarya. H. Ramayulis, 2004, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.

H.R Bukhori Muslim

Hodge.B.J. William P.A. & L. Gales. 1996, Organizational Strategy. NewJersey:Fifth Edition, Prentice Hall. Englewood Clitts.

http://gurupembaharu.com 2008, panduan_rsmabi.

http://setje.diknas.go.id, 2008, produk hukum/3192008144159 permendiknas 3-2008.pdf

http://ww.iso.org/iso/home.htm.

http://www, Permendiknas, _20_2006.

http://www, Permendiknas, _20_2006.

http://www.depdiknas.co.id/produk_hukum/permen/permen_23_2006.pdf.

Page 210: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

191

http://www.depdiknas.go.id/produk_hukum/permen/permen_3_2008.pdf.

http://www.depdiknas.go.id/sejarah kurikulum indonesia/press. http://www.permendiknas.go.idproduk_hukum/permen/permen_20_2006.pdf.

http://www.permendiknas.go.idproduk_hukum/permen/permen_22_2006.pdf.

http://yukbelajar.blogspot.com/2007/12/kaji-ulang-kebijakan-mbs_19.html.

Husaini Usman, 2001, Peran Baru Administrasi Pendidikan dari Sistem Sentralistik Menuju Sistem Desentralistik, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan.

K, Hoy Wayne and Cecil G. Miskel, 1978, Educational Administration, Teory,

Research, and Practice, , New York: Random House.

LEKDIS Standar Nasional Pendidikan PP RI NO. 19 TAHUN 2005.

Lexy J. Moleong, 2004 Methodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Rosda Karya.

Mary Lee Smith & Glass GeneV.1987 Resecarch and Evaluation in Education and the Social Science, Englewood Cliffs New Jersey.

Masnur Muslich, 2007, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta, Bumi Aksara, 2007.

Murtadlo, 2007 Peningkatan Kinerja Guru Sekolah Luar Biasa melalui Supervisi kelompok, Disertasi, Malang , Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.

Nanang Fatah, 1996, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Bandung: Rosdakarya.

P.F. Oliva, Developing the Curriculum,1997, New York, Longman.

Permendiknas thn 2006 Tentang SI & SKL, Jakarta: Sinar Grafika,

R. Ibrahim dan Mohammad Ali, 2007 Evaluasi Pendidikan, Bandung: Pedagogiana Press.

R. S. Zais, Curriculum Priciples and Foundation, 1976, New York, Harper and Row Publisher.

Robert K.Yin diterjemah oleh Djauzi Muzakir, 2002, Studi Kasus Desain dan Metode ,

Jakarta: PT'. Rajagrapindo Persada, 2002.

Page 211: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

192

Robert C. Bogdan dan Sari R. Biklen, 1982, Qualitalive Research for education An lntruduction to Theory and Methods, Boston Allyn and Bacon.

Romiszowski, ________The Selection and Use of Intruksional Media, New York Nicholas Pub.

S. Nasution, 2007, Metode Research: Penelitian Ilrniah Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Said Hamid Hasan, 2006, Evaluasi Kurikulum, Bandung: UPI University Press, 2006.

Sanapaih Faisal, 1990 Penelitian Kualitatif dasar-dasar dan aplikasi, Malang Asih Asah Asuh.

Sevilla Consuelo G,1993, Pengantar Metode Penelitian (terjemahan), Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

SMAN 1 Baleendah, 2009, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Baleendah

Kabupaten Bandung. Standar Nasional Pendidikan PP RI N0. NO. 19 TAHUN 2005 Tentang Standar Nasional

Pendidikan.

Sugeng Listyo Praboowo,2008 Manajemen Pengembangan Mutu Sekolah/Madrasah, Uin pres.

Suharsimi Ari kunto, 1997, Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek Jakarta:

Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto, Cepi Safruddin Abdul Jabar, 2004 Evaluasi Program Pendidikan, Jakarta Bumi Aksara.

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi,1987, Bandung Angkasa.

Sukan dan rumidi, Metodologi Penelitian, 2004,Yogyakarta, Gajah Mada Univercity Press.

Sukardi, 2008 Evaluasi Pendidikan, Prinsip & Operasionalnya Yogyakarta: Bumi

Aksara. Syarafuddin,2002, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Jakarta, Grasindo.

Thomas H. Jones, 1985 School Finance: Technique and Sosial Policy, London: Collier

MacMilian Publisher. Thomas L. Friedman, 2005, The World is Flat, New York.

Page 212: T-(Mpi)-Evaluasi Implementasi Standar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

193

Tilaar H.A,R. 1994, Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Era Globalisasi, Visidan Misi dan Program Aksi Pendidikan dan Pelatihan menuju 2020, jakarta, Grasindo.

Udin Saefuddin Sa’ud dan Mulyani Sumantri, 2007 Pendidikan Dasar dan Menengah,

dalam Ilmu dan Apikasi Pendidikan, Bandung: Pedagogiana. Undang-undang N0. 20 tahun 2003, 2006 tentang sistem Pendidikan Nsional, Bandung,

Citra Umbara. Wahdjo Sumidjo, 1993, Motivasi dan Kepemimpinan, Jakarta, Bumi Aksara.

Wahid murni, 2008, Menulis Proposal don Laporan Penelitian Lapangan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif Skripsi, Tesis, dan Desertasi Progam Pascasarjana UIN Malang.